documentst

5
STEP 1 (Identifikasi Kata Sulit) 1. Fraktur kelas 3 Merupakan fraktur yang terjadi pada mahkota yang melibatkan jaringan dentin dan menyebabkan terbentuknya pulpa. 2. Jejas Merupakan gangguan pada tubuh akibat faktor luar. Contoh : trauma. 3. Traumatik injury Merupakan kerusakan/luka akibat tindakan fisik yang mengakibatkan hilangnya kontinuitas struktur pada tubuh. 1. Pemeriksaan klinis dan penunjang dari traumatic injury pada anak Dalam mendapatkan suatu diagnosa yang terdapat, terdapat 2 macam pemeriksaan, yaitu pemeriksaan subjektif dan objektif. Pemeriksaan secara subjektif, berupa pemeriksaan berdasarkan anamnesa dengan pasien, dokter melontarkan beberapa pertanyaan yang biasanya mencakup “Dimana? , Kapan? , dan Bagaimana?”, maupun pertanyaan-pertanyaan lain yang dapat menunjang suatu penegakan diagnosa. Pemeriksaan secara objektif, berupa pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang. Dalam pemeriksaan klinis yang dapat dilakukan, antara lain: a. Palpasi pada daerah tulang alveolarnya. b. Test vitalitas gigi dengan vitalitester. c. Anamnesa terhadap pasien yang merupakan pemeriksaan subjektif. d. Pemeriksaan oklusi. e. Pemeriksaan intra oral apakah ada pulpa yang tebuka. f. Pemeriksaan warna gigi, untuk mengetahui terdapat perubahan warna pada gigi atau tidak. g. Pemeriksaan terhadap kegoyangan gigi. h. Pemeriksaan intraoral, meliputi tes mobilitas gigi atau pergerakan gigi, mukosa atau gingiva dengan deteksi apakah ada pembengkakan, laserasi, dsb. Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan radiografi, yang dapat dilakukan dengan foto panoramic, lateral, periapikal, maupun oklusal. 2. Gambaran dan gejala klinis jejas traumatik pada gigi anak Gambaran dan gejala klinis jejas traumatik pada gigi anak berupa pembengkakan, trismus, perdarahan, maloklusi, kegoyangan gigi geligi, sakit atau nyeri, laserasi mukosa atau bibir, dilaserasi mahkota yang merupakan kelainan bentuk melengkung pada bagian mahkota atau akar, perubahan warna

Upload: arinanr

Post on 15-Dec-2015

218 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: DocumentST

STEP 1 (Identifikasi Kata Sulit)

1. Fraktur kelas 3

Merupakan fraktur yang terjadi pada mahkota yang melibatkan jaringan dentin dan

menyebabkan terbentuknya pulpa.

2. Jejas

Merupakan gangguan pada tubuh akibat faktor luar. Contoh : trauma.

3. Traumatik injury

Merupakan kerusakan/luka akibat tindakan fisik yang mengakibatkan hilangnya

kontinuitas struktur pada tubuh.

1. Pemeriksaan klinis dan penunjang dari traumatic injury pada anak

Dalam mendapatkan suatu diagnosa yang terdapat, terdapat 2 macam pemeriksaan,

yaitu pemeriksaan subjektif dan objektif. Pemeriksaan secara subjektif, berupa pemeriksaan

berdasarkan anamnesa dengan pasien, dokter melontarkan beberapa pertanyaan yang

biasanya mencakup “Dimana? , Kapan? , dan Bagaimana?”, maupun pertanyaan-pertanyaan

lain yang dapat menunjang suatu penegakan diagnosa.

Pemeriksaan secara objektif, berupa pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang.

Dalam pemeriksaan klinis yang dapat dilakukan, antara lain:

a. Palpasi pada daerah tulang alveolarnya.

b. Test vitalitas gigi dengan vitalitester.

c. Anamnesa terhadap pasien yang merupakan pemeriksaan subjektif.

d. Pemeriksaan oklusi.

e. Pemeriksaan intra oral apakah ada pulpa yang tebuka.

f. Pemeriksaan warna gigi, untuk mengetahui terdapat perubahan warna pada gigi

atau tidak.

g. Pemeriksaan terhadap kegoyangan gigi.

h. Pemeriksaan intraoral, meliputi tes mobilitas gigi atau pergerakan gigi, mukosa

atau gingiva dengan deteksi apakah ada pembengkakan, laserasi, dsb.

Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan radiografi, yang dapat dilakukan dengan

foto panoramic, lateral, periapikal, maupun oklusal.

2. Gambaran dan gejala klinis jejas traumatik pada gigi anak

Gambaran dan gejala klinis jejas traumatik pada gigi anak berupa pembengkakan,

trismus, perdarahan, maloklusi, kegoyangan gigi geligi, sakit atau nyeri, laserasi mukosa

atau bibir, dilaserasi mahkota yang merupakan kelainan bentuk melengkung pada bagian

mahkota atau akar, perubahan warna enamel, perubahan posisi gigi berupa ekstrusi, intrusi,

lateral, labial, palatal, ataupun avulsi gigi.

3. Penatalaksanaan jejas traumatik pada gigi anak

Penatalaksanaan jejas traumatik pada gigi anak dapat dilakukan sesuai dengan

pemeriksaan subjektif dan objektif yang telah didapatkan dari pasien. Penatalaksanaannya

dapat berupa melakukan restorasi mahkota, melekatkan hasil fragmen mahkota, pulpcaping,

perawatan endodontik, dan pencabutan apabila pasien non-kooperatif.

1. Pengertian Jejas

Jejas merupakan suatu gangguan yang berasal dari luar tubuh. Contohnya adalah jejas

fisik. Jejas dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu :

a. Ulserasi, yang disebabkan gigitan, sehingga dikelompokkan ke dalam jejas mekanik

dan fisik.

b. Trauma, yang disebabkan oleh kecelakaan, perkelahian, yang secara umum dapat

mengakibatkan luka.

c. Jejas tidak hanya fisiknya saja, namun juga ada jejas psikis, yang meeupakan

dampak dari adanya suatu trauma yang mengakibatkan gangguanpada psikisnya.

d. Jejas merupakan suatu keadaan dimana sel beradaptasi secara berlebihan atau

sebaliknya. Berdasarkan etiologinya jejas diklasifikasikan menjadi :

Page 2: DocumentST

1) Hipoksia, yang diakibatkan :

a) Daya angkut oksigen yang kurang

b) Gangguan sistem respirasi

c) Arterosklerosis

2) Jejas fisik, disebabkan karena :

a) Trauma mekanis, yaitu : rupture sel, dislokasi intra sel

b) Perubahan temperatur, seperti : vasodilatasi dan inflamasi

c) Perubahan tekanan atmosfer

d) Radiasi

3) Jejas kimiawi, akibat :

a) Glukosa dan garam hipertonis yang mampu membuat sel mengalami

gangguan homeostasis cairan dan elektrolit

b) Oksigen dalam konsentrasi yang tinggi

c) Zat kimiawi, seperti alcohol dan narkotika

4) Agen biologi

5) Reaksi imunologi, meliputi : anafilaktik dan autoimun

6) Genetik, seperti : down sindrom dan anemia bulan sabit

7) Malnutrisi, meliputi : devisiensi protein dan avitaminosis

2. Perbedaan overjet dengan protusi

Protrusi ditentukan berdasarkan parameter secara keseluruhan, meliputi keseimbangan

seluruh wajah. Contoh : nasal, pengukuran wajah dan kesimetrisannya, medium, dan dimulai

pada jarak tengah. Sedangkan overjet merupakan ukuran incisal bagian facial saja. Dalam

hal ini sudut inklinasi dari gigi geligi anterior sangat berpengaruh.

3. Penyebab diskolorisasi pada fraktur gigi

Terdapat beberapa kemungkinan penyebab adanya diskolorisasi pada fraktur gigi,

antara lain:

a. Didalam pulpa terdapat pembuluh darah, sehingga apabila terjadi kerusakan pada

gigi, maka pulpa akan mengalami nekrosis, termasuk pembuluh darah tersebut.

Pulpa akan terkalsifikasi, sehingga terjadi perubahan warna pada gigi yang

merupakan hasil dari hiperkalsifikasi.

b. Adanya darah dan kolagen yang membeku akibat fraktur pada pembuluh darah di

pulpa yang meluas hingga ke dentin menyebabkan perubahan warna akibat matinya

jaringan gigi.

c. Perubahan warna pada gigi disebabkan oleh suatu proses inflamasi pulpa, yakni

salah satunya adalah adanya kalsifikasi pulpa. Kalsifikasi pulpa muncul sebagai

suatu respon terhadap trauma yang terjadi. Adanya trombus atau darah dan kolagen

yang membeku di sepanjang dinding pembuluh darah, juga karena pembentukan

jaringan keras pada dinding dentin yang mengalami perluasan. Proses ini disebut

metamorphosis kalsium. Pada proses ini jumlah kalsifikasi meningkat sehingga

menyebabkan tertutupnya sebagian bahkan seluruh ruang pulpa dan saluran akar,

keadaan ini bermanifestasi pada mahkota dimana warna mahkota berubah menjadi

berwarna kekuning-kuningan.

Etiologi Dan Predisposisi Jejas Traumatik Pada Anak

Etiologi

Faktor penyebab utama jejas traumatik pada anak ada yang secara langsung dan tidak

langsung. Trauma gigi secara langsung sering terjadi ketika benda keras langsung mengenai

gigi, peristiwa ini sering terjadi ketika anak-anak sedang belajar berjalan ataupun sedang

bermain kemudian berbenturan langsung misalnya dengan meja sehingga menyebabkan

giginya patah. Hal ini sering terjadi karena masa kanak-kanak merupakan masa

perkembangan koordinasi motorik, maka pada masa ini aktivitas mereka meningkat serta

koordinasi dan penilaiannya tentang keadaan belum cukup. Sedangkan trauma tidak

langsung terjadi ketika benturan yang mengenai dagu sehingga gigi rahang bawah

membentur gigi rahang atas dengan kekuatan dan tekanan yang besar dan tiba-tiba dan bisa

menyebabkan trauma atau fraktur pada rahang. Berbagai macam kondisi lain yang

Page 3: DocumentST

mengakibatkan terjadinya trauma pada gigi anak adalah kecelakaan lalu lintas, tindak

kekerasan, dan olahraga.

Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi terjadinya jejas traumatik pada anak, antara lain:

a. Usia : usia anak menentukan aktivitas motorik anak sehingga penyebab dan tingkat

keparahan terjadinya suatu trauma pada anak berbeda-beda. Terdapat 3 periode umur

yang memberi kecenderungan terjadinya trauma pada anak, yakni :

Masa prasekolah (1- 3 tahun) : biasanya akibat jatuh atau kekerasan

Masa sekolah (7-10 tahun) : biasanya akibat kecelakaan sepeda atau kecelakaan di

tempat bermain

Masa remaja (16-18 tahun) : biasanya akibat perkelahian, jejas olahraga, atau

kecelakaan lalu lintas

b. Oklusi : Oklusi mempengaruhi peluang terjadinya trauma, faktor oklusi ini melibatkan

overjet, overjet adalah jarak horisontal antara insisal edge gigi rahang atas dengan

bidang labial gigi rahang bawah. Overjet ini merupakan keadaan normal pada oklusi.

Besar overjet yang normal berkisar antara 2-3 mm. Overjet berbeda dengan protrusi

dimana protrusi merupakan suatu overjet yang besar atau berlebihan, yakni melebihi

batas overjet normal. Hal ini dapat disebabkan oleh karena ketidaksesuaian geraham,

ketidakseimbangan tulang rahang atas dan rahang bawah, kelengkapan dan kondisi dari

gigi, maupun kombinasi dari semua hal di atas. Protrusi ditentukan berdasarkan

parameter secara keseluruhan, meliputi keseimbangan seluruh wajah. Contoh : nasal,

pengukuran wajah dan kesimetrisannya, medium, dan dimulai pada jarak tengah.

Sedangkan overjet merupakan ukuran incisal bagian facial saja. Dalam hal ini sudut

inklinasi dari gigi geligi anterior sangat berpengaruh. Maka peluang/kecenderungan

terjadinya trauma pada orang dengan protrusi (overjet berlebih) ini lebih besar

dibandingkan dengan yang tidak protusi.

c. Jenis kelamin : prevalensi trauma pada laki-laki lebih besar daripada perempuan, sebab

biasanya anak laki-laki lebih aktif daripada anak perempuan, misalnya saja anak laki-

laki lebih cenderung melakukan permainan yang membutuhkan tenaga, misalnya

bermain bola, sedangkan anak permpuan biasanya hanya bermain boneka. Diketahi

prevalensi trauma pada gigi sulung anak laki-laki sebesar 31-40% sedangkan pada

perempuan 16-30%. Begitu juga prevalensi trauma pada Gigi permanen anak laki-laki

12-33% sedangkan perempuan 4-19%. Dari angka inilah dapat disimpulkan bahwa jenis

kelamin merupakan salah satu faktor predisposisi trauma pada anak.