sptl hemato baru

Upload: saputra-tri-nopianto

Post on 02-Jun-2018

249 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Sptl Hemato Baru

    1/36

    DEPARTEMEN IKA

    RSMH PALEMBANG

    ANEMIA HEMOLITIK (TALASSEMIA)

    Kode ICD :

    No Dokumen

    No. Revisi

    ..

    Halaman : 1

    Panduan Praktek

    Klinis

    Tanggal Revisi

    ..

    Ditetapkan Oleh,

    Ketua divisi

    DR. Dr. Rini Purnamasari, Sp.A

    Definisi Berkurangnya usia normal dari sel darah merah (eritrosit) < 120 hari

    Etiologi

    a. Corpuscular :

    1. Defek dari membran

    2. Defek dari hemoglobin

    3. Defek dari enzim

    b. Extracorpuscular

    Patogenesis Berdasarkan atau sesuai dengan etiologi

    AnamnesisKeluhan anemia umumnya: anak pucat, lemah, mudah lelah, sering

    berdebar, sakit kepala, sering rasa ngilu/sakit di tulang, gangguan

    pertumbuhan, adanya riwayat penyakit yang sama dalam keluarga

    Pemeriksaan fisikAnemis, pertumbuhan kurang baik, Facies cooley(+), pembesaran hati dan

    limpa

    Pemeriksaan

    Penunjang

    Laboratorium:

    Kadar Hb Rendah

    Retikulosit tinggi

    Blood film: anisositosis, poikilositosis, hipokrom, sel target (+),

    fragmentosit.

    Kadar Hb F lebih dari 30% dan ditemukan Hb Patologis pada Hb analisa

    Radiologi:

    Pada tulang-tulang panjang akan tampak gambaran osteoporosis serta

    kortek tulang menipis akibat medulla yang melebar.

    Pada tulang tengkorak tampak atap tulang tengkorak yang menebal,

    kadang-kadang tampak Hair Brush Appearrance.

    Tatalaksana

    Pengobatan

    1.Transfusi darah. Diberikan Packed red cell, 10-15 cc/kgBB, dengan

    tujuan agar anak dapat melakukan aktivitas sehari-hari, untuk itu

    dipertahankan Hb berkisar antara 6-8 g%.

  • 8/10/2019 Sptl Hemato Baru

    2/36

    2.Idealnya setiap peningkatan kadar Fe harus diberikan Iron Chelating

    Agent (Desferal). Dengan cara: bila dilakukan pemberian transfusi dengan

    cara hipertransfusi (kadar Hb dipertahankan di atas 10 g%) diberikan

    Desferal 5 hari dalam seminggu untuk mengurangi penimbunan besi

    dalam jaringan tubuh akibat tranfusi berulang. Di RSMH desferal diberikansetiap transfusi saja. Desferal diberikan secara subkutan dalam 24 jam

    sebanyak 1.500-2.000 mg/hari.

    3.Meskipun hipersplenisme kadang-kadang dapat dihindari dengan transfusi

    lebih awal dan teratur, namun banyak pasien yang memerlukan

    splenektomi. Karena adanya risiko infeksi, maka splenektomi sebaiknya

    ditunda hingga usia 5 tahun.

    4.Diet yang adekuat, roboransia.

    Edukasi

    Pencegahan

    Seluruh keluarga diperiksa. Bila ada pembawa sifat diberikan marriage

    counsellingsebelum menikah.

    Saran Keluarga Berencana.

    - Bila mendapatkan anak dengan fenotif normal, dianjurkan untuk KB

    - Bila tidak mendapatkan anak dengan fenotif normal, boleh punya anak

    lagi dengan kemungkinan thalassemia atau membawa sifat

    thalassemia.

    Pencegahan terhadap infeksi, misalnya infeksi saluran pernapasan.

    Daftar kepustakaanLanzkowsky, Philip. Manual of Pediatric Hematology and Oncology. Chapter

    7. Fifth Edition. Elsevier. 2011: 168-99.

  • 8/10/2019 Sptl Hemato Baru

    3/36

    DEPARTEMEN IKA

    RSMH PALEMBANG

    ANEMIA APLASTIK

    Kode ICD :

    No Dokumen

    No. Revisi

    ..

    Halaman : 1

    Panduan Praktek

    Klinis

    Tanggal Revisi..

    Ditetapkan Oleh,Ketua divisi

    DR. Dr. Rini Purnamasari, Sp.A

    Anamnesis Anak lemah, pucat, sering demam tanpa penyebab yang jelas, disertai

    dengan keluhan sering terjadi perdarahan spontan gusi atau perdarahan di

    bawah kulit

    Pemeriksaan fisikAdanya Trias Aplasia: sering demam tanpa sebab yang jelas, anemia, tanda-

    tanda perdarahan seperti petekie, ekimosis, epistaksis, atau perdarahan gusi,

    tanpa organomegali

    Kriteria Diagnosis

    Diagnosis ditegakkan apabila ditemukan:

    Gejala klinis : adanya trias aplasia: demam, pucat, tanda perdarahan tanpa

    organomegali

    Laboratorium : darah tepi: pansitopenia, retikulosit rendah, limfositosis

    relatif.

    BMP : Aplasia sistem eritropoetik, granulopoetik dan megakariosit,

    sel diganti oleh jaringan ikat/sel-sel lemak tua, megakariosit

    jarang atau tidak ada

    Pemeriksaan

    Penunjang

    Laboratorium: Darah tepi: pansitopenia (kadar Hb rendah, retikulosit rendah, RBC

    rendah, lekosit rendah, trombosit rendah) dan limfositosis relatif.

    BMP: sel sangat kurang, terjadi penurunan sistem eritropoetik,

    granulopoetik dan trombopoetik, diganti oleh jaringan ikat dalam bentuk

    sel lemak tua, sistem limfopoetik relatif meningkat

    Tatalaksana

    Pengobatan

    Perencanaan pengobatan yang ideal menggunakan skoring (Lynchdkk 1975)

    Dihitung pada saat pertama diperiksa

    C= -0,01796 (B) B= perdarahan ( - = 1; + = 0 )

    +0,01272 (S) S= ( Lk = 2; Pr = 1 )-0,00008 (OFV) OFP= onset dalam bulan

    -0,00359 (R) R= % retikulosit

    -0,00002 (N) N= Jumlah sel netrofil/mm3

    -0,00018 (P) P= Jumlah trombosit

    +0,00046 (NM) NM= % sel non mieloid.

    Interpretasi: C > +0,41 Prognosa buruk

    C < 0,0 Prognosa baik

    0 < C < 0,41 Prognosa sedang

    Daftar kepustakaan Lanzkowsky, Philip. Manual of Pediatric Hematology and Oncology.Chapter 6. Fifth Edition. Elsevier. 2011: 123-38.

  • 8/10/2019 Sptl Hemato Baru

    4/36

    DEPARTEMEN IKA

    RSMH PALEMBANG

    ANEMIA HIPOPLASTIK

    (ERITROBLASTOPENIA)

    Kode ICD :

    No Dokumen

    No. Revisi

    ..

    Halaman : 1

    Panduan Praktek

    Klinis

    Tanggal Revisi

    ..

    Ditetapkan Oleh,

    Ketua divisi

    DR. Dr. Rini Purnamasari, Sp.A

    DefinisiMerupakan anemia yang terutama disebabkan oleh aplasia sistem eritropoetik,sedangkan sistem granulopoetik dan trombopoetik tidak atau hanya sedikitterganggu.

    Etiologi Etiologi tidak diketahui, diduga gangguan metabolisme triptofan. Mungkinterdapat familier. Beberapa kasus menunjukkan kelainan kromosom.

    Anamnesis Anemia timbul waktu bayi berumur 1 bulan-1 tahun.

    Dapat disertai kelainan kongenital lainnya seperti ginjal polikistik, kelainan

    tulang lengan bawah.

    Pemeriksaan fisik Hepar dan limpa serta kelenjar getah bening biasanya tidak membesar.

    Pemeriksaan

    Penunjang

    Laboratorium :

    Darah tepi: Hb rendah dan retikulositopenia sedangkan lainnya normal

    Sumsum tulang: Aplasia sistem eritropoetik dan hanya ditemukan

    beberapa proeritroblas

    TatalaksanaPengobatan

    Transfusi darah (packed red cells) dan kortikosteroid. Prognosis akan

    lebih baik bila diberikan kortikosteroid secara rumat (maintenance).

    Daftar kepustakaan

    Lanzkowsky, Philip. Manual of Pediatric Hematology and Oncology.

    Chapter 6. Fifth Edition. Elsevier. 2011: 157-58.

  • 8/10/2019 Sptl Hemato Baru

    5/36

    DEPARTEMEN IKA

    RSMH PALEMBANG

    Anemia Hipoplastik Didapat

    Kode ICD :

    No Dokumen

    No. Revisi

    ..

    Halaman : 1

    Panduan Praktek

    Klinis

    Tanggal Revisi..

    Ditetapkan Oleh,Ketua divisi

    DR. Dr. Rini Purnamasari, Sp.A

    Etiologi

    Etiologinya biasanya infeksi berat (meningitis, ensefalitis, bronkopneumonia,

    tuberkulosis berat, tifus abdominalis), penyakit autoimun (anemia hemolitik

    autoimun), alergi, Kurang Energi dan Protein (KEP), sindroma hemolitik

    (anemia sel sabit, sferositosis kongenital), penyakit ginjal, timoma. Diduga

    eritrobalstopenia disebabkan kekurangan eritropeotin, suatu bahan untuk

    pematangan eritrosit yang dibentuk di juxta glomerulus dari ginjal. Akibat

    defisiensi eritropoetin, sel proeritroblas dan sel stem tidak menjadi matang

    dan tidak mengadakan mitosis. Sel ini hanya bertambah besar dan di dalamsumsum tulang dapat dilihat sebagai proeritroblas raksasa atau sel retikulum

    raksasa (Giant eritroblast).

    Anamnesis

    Anamnesis

    Pucat yang terjadi mendadak, terutama pada eritroblastopenia akut padapenderita dengan infeksi berat atau MEP yang tiba-tiba menjadi pucat.

    Jenis : akut (krisisaplastik), subakut dan menahun

    Pemeriksaan fisik Pemeriksaan :Hepar dan limpa serta kelenjar getah bening biasanya tidak membesar, kecualibila penyakit primernya menyebabkan pembesaran organ tersebut.

    Pemeriksaan

    Penunjang

    Laboratorium

    Darah tepi: hanya retikulositopenia. Pada krisis aplastik tidak terdapat

    retikulosit sama sekali.

    Gambaran sumsum tulang: selain menunjukkan aplasia sistem

    eritropeotik, pada jenis akut terlihat adanya sel proeritroblas raksasa dan

    sel retikulum raksasa.

    TatalaksanaPengobatanDitujukan terhadap penyakit primernya. Transfusi darah dapat diberikan bila

    terdapat gangguan oksigenasi. Kortikosteroid biasanya diberikan pada

    eritroblastopenia subakut dan menahun.

    Komplikasi dan

    Prognosis

    Prognosis

    Pada eritroblastopenia akut dan subakut baik. Keadaan

    eritroblastopenia biasanya akan memperburuk penyakit utamanya.

    Pada eritroblastopenia akut, dalam waktu yang tidak lama (beberapa

    hari sampai beberapa minggu) terlihat adanya krisis retikulosit

    (retikulositosis).

    Prognosis eritroblastopenia menahun biasanya kurang baik.

  • 8/10/2019 Sptl Hemato Baru

    6/36

    Daftar kepustakaan Lanzkowsky, Philip. Manual of Pediatric Hematology and Oncology. Elsevier.

    2011: 163-67.

  • 8/10/2019 Sptl Hemato Baru

    7/36

    DEPARTEMEN IKA

    RSMH PALEMBANG

    ANEMIA DEFISIENSI Fe

    Kode ICD :

    No Dokumen

    No. Revisi

    ..

    Halaman :

    Panduan Praktek

    Klinis

    Tanggal Revisi..

    Ditetapkan Oleh,Ketua divisi

    DR. Dr. Rini Purnamasari, Sp.A

    Anamnesis

    Anamnesis:

    Anak tampak pucat, lemah, mudah lelah, sering berdebar-debar dan

    sakit tulang.

    Faktor predisposisi:

    - Defisiensi ibu waktu hamil

    - Bayi berat badan lahir rendah

    - kelahiran kembar atau perdarahan

    -

    Pengikatan tali pusat terlalu cepat- Pola dan jumlah makanan tak adekuat

    - Infeksi, infestasi parasit.

    Pemeriksaan fisik

    Pemeriksaan:

    Anemis, tidak ikterus, mungkin ditemukan atrofi papil lidah, pada anemia

    kronis dapat terjadi pembesaran jantung dan bising sistolik fungsional

    yang dinamakan dinamakan Pan Systolik Murmur.

    Hepar dan lien tidak membesar.

    Biasanya tidak tampak sakit berat karena perjalanan penyakit menahun

    kecuali bila Hb rendah sekali

    Pemeriksaan

    Penunjang

    Laboratorium:

    Kadar Hb rendah, MCV < 79 CU, MCH < 27 g, MCHC < 32%,hipokrom-mikrositik, poikilositosis, retikulosit tergantung penyebab, serumiron merendah dan IBC meningkat, kadar ferritin serum menurun.

    Tatalaksana

    Pengobatan

    1. Mencari faktor penyebab dan mengobati sesuai standar profesi misalnya

    terhadap ankilostomiasis.

    2. Memberikan makanan yang banyak mengandung Heme Fe seperti

    daging dan hati3. Sulfas ferosus 3 X 10 mg /kgBB/hari atau Glukonas ferosus 10

    mg/kgBB/hari.

    4. Tranfusi. Diberikan packed red cell, apabila terdapat tanda-tanda

    gangguan oksigenasi atau kadar Hb < 6 g%. Jumlah yang diberikan = 3 X

    BB (Kg) X kenaikan Hb yang diinginkan, dengan catatan makin rendah Hb

    anak maka dosis tiap kali transfusi per hari menjadi semakin kecil

    (berkisar antara 5-10 cc/kgBB/hari)

  • 8/10/2019 Sptl Hemato Baru

    8/36

    DEPARTEMEN IKA

    RSMH PALEMBANG

    ANEMIA DEFISIENSI ASAM FOLAT

    Kode ICD :

    No Dokumen

    No. Revisi

    ..

    Halaman :

    Panduan Praktek

    Klinis

    Tanggal Revisi

    ..

    Ditetapkan Oleh,

    Ketua divisi

    DR. Dr. Rini Purnamasari, Sp.A

    Anamnesis Anamnesis:

    Anemia, lesu, irritable, lekas letih, berdebar-debar, lemah, pusing dan

    sukar tidur.

    Pemeriksaan fisik

    Pemeriksaan:

    Anemis, tidak ikterus, mungkin ditemukan atrofi papil lidah, pada anemia

    kronis dapat terjadi pembesaran jantung dan bising sistolik fungsional

    yang dinamakan dinamakan Pan Systolik Murmur.

    Hepar dan lien tidak membesar.

    Biasanya tidak tampak sakit berat karena perjalanan penyakit menahun

    kecuali bila Hb rendah sekali.

    Pemeriksaan

    Penunjang

    Laboratorium:

    Hb rendah

    MCV > 96 CU, makrositik normokrom

    Aktivitas asam folat serum rendah ( N: 2,1-2,8 ng/ml )

    Retikulosit rendah dibanding derajat anemianya

    Netrofil hipersegmented (inti dengan 6 lobus atau lebih)

    BMP: Sistim eritropoetik cukup aktif, Eritroblast besar

    Besi atau feritin serum bisa normal / meningkat.

    Tatalaksana

    Pengobatan

    1. Mencari dan mengobati faktor penyebab.

    2. Makanan yang mudah dicerna dan TKTP.

    3. Asam folat 3 X 5 mg/hari pada anak, 3 X 2,5 mg/hari pada bayi.

    4. Transfusi darah bila ada tanda-tanda gangguan oksigenasi.

  • 8/10/2019 Sptl Hemato Baru

    9/36

    DEPARTEMEN IKA

    RSMH PALEMBANG

    IMMUNE TROMBOSITOPENIA PURPURA

    ( ITP )

    Kode ICD :

    No Dokumen

    No. Revisi

    ..

    Halaman :

    Panduan Praktek

    Klinis

    Tanggal Revisi

    ..

    Ditetapkan Oleh,

    Ketua divisi

    DR. Dr. Rini Purnamasari, Sp.A

    AnamnesisPerdarahan spontan di bawah kulit, perdarahan dari hidung, perdarahan

    gusi, yang sering didahului oleh demam / infeksi sebelumnya.

    Pemeriksaan fisik

    Adanya tanda-tanda perdarahan di kulit seperti petekie, ekimosis, epistaksis,

    atau gusi berdarah, atau dapat pula terjadi anemia apabila perdarsahan

    berlangsung lama/kronis. Rumple Leed test positif.Tidak ada pembesaran hati dan limpa.

    Pemeriksaan

    Penunjang

    Laboratorium:

    Darah tepi menunjukkan trombositopenia

    Waktu perdarahan memanjang, waktu pembekuan dalam batas normal

    Kadar Hb dapat rendah bila perdarahan berlangsung lama

    BMP: mudah ditemukan megakariosit, lain lain dalam batas normal

    Tatalaksana

    Pengobatan

    1 a. Pada penyakit pertama kali atau ITP akut

    Trombosit > 60 X 109/ml

    Observasi sambil mencari kausa selama 2 minggu

    Bila lebih dari 2 minggu tidak ada perbaikan atau trombosit

    menurun dengan perdarahan yang masif, pengobatan dengan

    prednison dengan dosis 2 mg/kgBB/hari.

    Bila trombosit < 60 X 109/ml langsung diberikan terapi

    prednison.

    b. Pada ITP yang berulangBila ada perdarahan, trombosit turun, langsung diterapi prednison.

    Keterangan:

    -

    ITP akut, apabila terdapat episode perdarahan yang dapat mencapai

    remisi dalam beberapa hari sampai minggu atau sampai waktu 6

    bulan, biasanya terjadi pada anak usia 2-5 tahun

    - ITP kronis / rekuren, apabila episode trombositopenia terjadi dalam

    interval lebih dari 6 bulan, biasanya terjadi pada anak usia > 7 tahun

    2. Lama pengobatan:

    Bila remisi, prednison tappering

    Bila eksarsebasi, terapi selama 6 bulan, kemudian stop

    Tak remisi, terapi 2 bulan, kemudian stop, diberi sitostatika (seperti:

    siklofosfamid, vincristin, atau vinblastin)

    3. Alternatif lain dengan Imunoglobulin

  • 8/10/2019 Sptl Hemato Baru

    10/36

    Lain-lain (Algaritma,

    Protokol, Prosedur,

    Standing Order)

    Perawatan / Pencegahan Perdarahan

    Prinsip perawatan adalah mencegah perdarahan terutama perdarahan

    intrakranial:

    - Penderita istirahat, menghindari aktivitas yang dapat menyebabkan

    trauma kepala dan peningkatan tekanan intrakranial seperti lari,bersepeda, memanjat atau beladiri.

    - Apabila penderita batuk, segera diobati sesuai penyebab dan diberikan

    antitusif

    - Mengusahakan defekasi yang baik dengan memberikan makanan yang

    mudah dicerna, atau apabila kesulitan defekasi dilakukan klisma atau

    diberikan laksansia.

    - Bila anak rewel, dicari dan diatasi faktor pencetusnya, kalau perlu

    diberikan sedatif.

  • 8/10/2019 Sptl Hemato Baru

    11/36

    DEPARTEMEN IKA

    RSMH PALEMBANG

    H E M O F I L I A

    Kode ICD :

    No Dokumen

    No. Revisi

    ..

    Halaman :

    Panduan Praktek

    Klinis

    Tanggal Revisi

    ..

    Ditetapkan Oleh,

    Ketua divisi

    DR. Dr. Rini Purnamasari, Sp.A

    AnamnesisAnamnesis:

    Perdarahan yang sukar berhenti setelah trauma/operasi

    Perdarahan pada sendi dan otot yang mengenai pembuluh darah besar.

    Riwayat/silsilah keluarga dengan hemofilia

    Pemeriksaan fisik Pemeriksaan:Kebiruan kulit,perdarahan otot, sendi (deformitas pada sendi)

    Pemeriksaan

    Penunjang

    Laboratorium :

    Darah tepi : pada saat awal normal (Hb, leukosit, trombosit)

    Masa perdarahan normal, masa pembekuan memanjang, rumpel leed

    negatif

    Plasma Tromboplastin Time (PTT) atau aPTT memanjang. Protrombine

    Time (PT) danTromboplastin Time (TT) normal.

    Tatalaksana

    Pengobatan/penanggulangan

    a. Keadaan emergensi/penderita baru dan jenisnya belum jelas diberikan

    plasma segar.

    b. Pengobatan khusus tergantung jenis dan derajat hemofilia:

    Hemofilia A diberi Koate

    Hemofilia B diberi Konine

    Bila tidak ada koate dan konine: Hemofilia A diberi Kriopresipitat

    Hemofilia B diberi plasma segar

    c. Pemberian Koate, secara intravena selama 5-10 menit, dosis sesuai

    derajat hemofilia

    Hemofilia Ringan : faktor pembekuan 5-10%, dosis Koate 10

    I/kgBB, akan meningkatkan faktor VIII sebesar 20% Hemofilia Sedang : faktor pembekuan 1-5%, dosis Koate 15-25

    I/kgBB, akan meningkatkan faktor VIII sebesar 30-50%, dosis

    maintenans 10-15 I/kgBB setiap 8-12 jam

    Hemofilia Berat : faktor pembekuan < 1%, dosis Koate 40-50

    I/kgBB, akan meningkatkan faktor VIII sebesar 80-100%, dosis

    maintenans 20-25 I/kgBB setiap 8-12 jam

  • 8/10/2019 Sptl Hemato Baru

    12/36

    Pengobatan tergantung derajat hemofilia:

    - Hemofilia berat : tidak menunggu perdarahan,langsung terapi

    substitusi dengan antihemofilia setiap hari sampai

    mencapai target faktor pembekuan > 5%.

    - Hemofilia sedang : tergantung adanya perdarahan terutama

    perdarahan sendi.

    Lain-lain (Algaritma,

    Protokol, Prosedur,

    Standing Order)

    Pencegahan perdarahan

    - Semua penderita dibatasi aktivitas fisik, dinasehatkan dilarang olahraga

    yang menyebabkan benturan fisik seperti sepakbola, beladiri, bersepeda

    - Cara hidup penderita antara lain: jika sekolahnya bertingkat sebaiknya

    kelasnya di lantai bawah, di rumah jangan banyak perabot (meja) yang

    banyak siku-siku, rak buku jangan tinggi sehingga penderita tidak perlu

    memanjat untuk mengambilnya

    .

  • 8/10/2019 Sptl Hemato Baru

    13/36

    DEPARTEMEN IKA

    RSMH PALEMBANG

    LIMFOMA NON HODGKIN

    Kode ICD :

    No Dokumen

    No. Revisi

    ..

    Halaman :

    Panduan Praktek

    Klinis

    Tanggal Revisi..

    Ditetapkan Oleh,Ketua divisi

    DR. Dr. Rini Purnamasari, Sp.A

    Anamnesis

    Anamnesis:

    Pembengkakan kelenjar limfe pada daerah-daerah seperti leher, lipat

    paha, ketiak, abdomen, atau mediastinum.

    Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 6 bulan terakhir, tanpa

    diketahui penyebabnya.

    Sering demam, sering berkeringat malam, anak tampak lesu serta nafsu

    makan berkurang.

    Pemeriksaan fisik

    Pemeriksaan:

    Pembesaran kelenjar limfe yang mempunyai konsistensi kenyal sampai

    keras dan biasanya merupakan rangkaian kelenjar, pembesaran kelenjar

    tidak nyaeri, kulit sekitar tidak merah.

    Tatalaksana

    Pengobatan

    Kemoterapi menurut protokol COPP yang terdiri dari:

    Cyclophosphamide 800 mg/m2/hari pada hari pertama I.V.

    Vincristin 2 mg/m2/hari pada hari pertama I.V.

    Prednison 60 mg/m2pada hari ke 1-7, kemudian tapering off.

    Procarbazine 100 mg/m2mulai hari pertama sampai hari ke-14 tapi tidak

    diberikan karena sulit didapat.

    Pemberian obat diulangi setelah masa istirahat selama 2 minggu,

    pengobatan diberikan selama 3 tahun remisi terus menerus.

  • 8/10/2019 Sptl Hemato Baru

    14/36

    DEPARTEMEN IKA

    RSMH PALEMBANG

    LIMFOMA HODGKIN

    Kode ICD :

    No Dokumen

    No. Revisi

    ..

    Halaman :

    Panduan Praktek

    Klinis

    Tanggal Revisi

    ..

    Ditetapkan Oleh,

    Ketua divisi

    DR. Dr. Rini Purnamasari, Sp.A

    Anamnesis

    Anamnesis:

    Ditemukan pembesaran kelenjar limfe (60-80% ditemukan pembesaran

    kelenjar limfe leher)

    Demam tanpa diketahui penyebabnya.

    Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam waktu 6 minggu terakhir

    tanpa diketahui penyebabnya.

    Berkeringat pada malam hari, lesu, nafsu makan menurun.

    Pemeriksaan fisik

    Pemeriksaan:

    Pembesaran kelenjar limfe mempunyai sifat-sifat: konsistensi kenyal

    sampai padat, mengenai satu rangkaian kelenjar limfe, tidak ditemukan

    tanda-tanda radang.

    Tatalaksana

    Pengobatan

    1. Stadium I dan II : radioterapi.

    2. Stadium III dan IV : kemoterapi menurut protokol MOPP yang terdiri

    dari: Nitrogen mustard 6 mg/m

    2pada hari pertama dan kedelapan.

    Vincristin 1,4 mg/m2pada hari pertama dan kedelapan.

    Prednison 60 mg/m2mulai hari ke 1-14 kemudian tapering off.

    Procarbazine 100 mg/m2mulai hari pertama sampai hari ke-14.

    Pemberian obat diulangi setelah masa istirahat selama 2 minggu,

    pengobatan diberikan selama 3 tahun remisi terus menerus.

  • 8/10/2019 Sptl Hemato Baru

    15/36

    DEPARTEMEN IKA

    RSMH PALEMBANG

    LEUKEMIA LIMFOSITIK AKUT

    Kode ICD :

    No Dokumen

    No. Revisi

    ..

    Halaman :

    Panduan Praktek

    Klinis

    Tanggal Revisi..

    Ditetapkan Oleh,Ketua divisi

    DR. Dr. Rini Purnamasari, Sp.A

    Bentuk Klinis

    (Klasifikasi)

    Klasifikasi :

    Kelompok French American British (FAB), mengklasifikasikan ALL

    dalam 3 golongan yaitu L1, L2, dan L3. Klasifikasi FAB ini dapat dipergunakan

    untuk meramalkan prognosa:

    L1: lebih baik dari L2.

    L2: lebih baik dari L3.

    L3 : prognosa jelek

    Anamnesis

    Anamnesis:

    Pucat mendadak, demam, perdarahan kulit berupa bercak kebiruan,

    perdarahan dari organ tubuh lainnya misalnya epistaksis, perdarahan

    gusi, hematuria dan melena.

    Bisa timbul mual, muntah, pusing dan nyeri pada sendi.

    Sering demam dengan sebab yang tidak jelas.

    Pemeriksaan fisik

    Pemeriksaan:

    Anemis, demam, tanda-tanda perdarahan seperti petekia, ekimosis,

    epistaksis, hematuria, dan melena. Nyeri pada tulang dan sendi (infiltrasi ke tulang).

    Hati dan limfa membesar bila terdapat infiltrat ke organ tersebut.

    Apabila terjadi infiltrasi ke SSP dapat timbul gejala rangsang meningeal

    dan tekanan intrakranial meninggi

    Pemeriksaan

    Penunjang

    Laboratorium:

    Darah tepi: lekositosis yang hebat atau limfositosis relatif disertai

    gambaran penekanan sumsum tulang berupa anemia, trombositopenia,

    netropenia, disertai adanya sel-sel blast (limfoblast > 5%)

    BMP: sistim eritropoetik, granulopoetik tertekan. Limfoblast 10%

    Apabila terjadi infiltrasi ke SSP maka dapat ditemukan sel-sel lekemia

    dalam cairan serebrospinalis

    Tatalaksana

    Pengobatan

    Untuk ALL Protokol 1A dan 1B.

    A. PROTOKOL 1A

    I. InduksiSistemik :

    Vincristin (VCR) 2 mg/m2/minggu I.V. diberikan 4-6 kali, bila

    setelah 6 kali tidak remisi dianggap gagal.

    Prednison 40 mg/m2/hari peroral selama 4-6 minggu, kemudian

    tapering offselama 1 minggu.

  • 8/10/2019 Sptl Hemato Baru

    16/36

    SSP :

    Profilaksis: diberikan Metotrexate (MTX) intratekal 10

    mg/m2/minggu, diberikan 5 kali berturut-turut dimulai setelah

    pemberian VCR pertama.

    Radiasi : radiasi kranial dengan dosis total 2.400 rad, dimulaisetelah satu minggu MTX intratekal terakhir.

    II. Rumat (Maintenance):

    6-merkaptopurine (6-MP) dosis 65 mg/m2/hari peroral langsung

    setelah remisi.

    Metotrexate (MTX) dengan dosis 20 mg/m2/minggu peroral dibagi

    dalam 2 dosis, diberikan setelah remisi dan sekurang-kurangnya satu

    minggu setelah MTX intratecal yang terakhir.

    III. Reinduksi:

    Diberikan tiap 3 bulan sejak VCR terakhir.

    Sistemik :

    a. VCR dosis sama dengan induksi, diberikan sebanyak dua kali.b. Prednison dosis sama dengan induksi diberikan selama 2 minggu

    (satu minggu dosis penuh, satu minggu tapering off ).

    SSP: MTX intratecal dengan dosis sama dengan induksi diberikan dua

    kali / 2 minggu berturut-turut.

    IV. Immunoterapi:

    BCG diberikan dua minggu setelah VCR kedua pada reinduksi,

    pertama dengan dosis 0,6 cc intrakutan, diberikan pada 3 tempat

    masing-masing 0,2 cc. BCG diberikan 3 kali dengan interval waktu 4

    minggu. Selama itu sitostatika maintenance diteruskan.

    V. Pengobatan seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun remisi terusmenerus.

    B. PROTOKOL I B.

    I. Induksi:

    6-Merkaptopurine (6-MP) dengan dosis 65mg/m2/hari peroral

    selama 4-6 minggu.

    Prednison 40 mg/m2/hari peroral selama 4-6 minggu.

    Profilaksis pada SSP bila mungkin seperti pada protokol 1a.

    II. Maintenance:

    Cyclophosphamide (CPA) 250 mg/m2/minggu/oral.

    III. Reinduksi.

    Tidak diberikan.

    IV. Imunoterapi.

    Dosis dan cara sama seperti pada protokol 1a.

    V. Bila terjadi relaps, diberikan sitostatika sbb:

    MTX 20 mg/m2/minggu peroral dibagi 2 dosis dan prednison 40

    mg/m2/hari peroral. Keduanya diberikan seperti pada induksi

    pertama (4-6 minggu).

    VI. Pengobatan dihentikan setelah 3 tahun remisi terus menerus.

  • 8/10/2019 Sptl Hemato Baru

    17/36

    C. PROTOKOL WIJAYA KESUMA (WK ALL 2000)

    Terdiri dari :

    - Protokol WK ALL 2000 SR (Standar Risk)

    - Protokol WK ALL 2000 HR (High Risk) ( Terlampir )

    HR : WBC > 50.000/lMassa mediastinum (+)

    Leukemia SSP

    SR : jika tidak ditemukan gejala di atas

    Remisi pada leukemia akut :

    1. Bebas dari tanda-tanda leukemia.

    2. BMP : Blast kurang dari 5%

    3. Darah tepi : - Tidak dijumpai sel blast leukemik.

    - Lekosit > 3.000/mm3

    - Trombosit > 100.000/mm3

    - Hb > 10 g% tanpa transfusi darah.

  • 8/10/2019 Sptl Hemato Baru

    18/36

    DEPARTEMEN IKA

    RSMH PALEMBANG

    RETINOBLASTOMA

    Kode ICD :

    No Dokumen

    No. Revisi

    ..

    Halaman :

    Panduan Praktek

    Klinis

    Tanggal Revisi..

    Ditetapkan Oleh,Ketua divisi

    DR. Dr. Rini Purnamasari, Sp.A

    Anamnesis

    Anamnesis:

    Pada tahap dini timbul gejala cat's eye sign dengan bintik hitam mata

    menjadi putih dan bila terkena sinar mengkilat seperti mata kucing (cats

    eye sign). Sering kali penderita datang dengan stadium yang sudah lanjut

    dalam bentuk bola mata membengkak atau menonjol, kadang menjadi juling.

    Dapat adanya benjolan pada kelenjar limfe leher, sakit kepala, pusing dan

    nyeri pada tulang.

    Pemeriksaan fisikPemeriksaan:

    Pada mata dijumpai adanya proptosis, leokoria unilateral atau bilateral.

    Pada leher dapat dijumpai adanya pembesaran kelenjar limfe preaurikuler.

    Kriteria Diagnosis

    Laboratorium:

    Kadar VMA/HMA biasanya meningkat. BMP dicari apakah adanya sel-sel

    ganas metastase ke sumsum tulang.

    Radiologi:

    Untuk mencari komplikasi dilakukan foto thorak, dinilai ada/tidaknya

    destruksi atau klasifikasi. bone survey apakah terjadi osteolisis tulang.

    Tatalaksana

    Pengobatan

    Penatalaksanaan Retinoblastoma meliputi operasi (enukleasi), radioterapi,

    dan kemoterapi.

    1. Operatif /exenteratio orbita, dipertimbangkan apabila:

    Tumor meliputi > 50% bola mata

    Dicurigai keterlibatan rongga orbita atau saraf optikus

    Terdapat keterlibatan segmen anterior, dengan atau tanpa glaukoma

    neovaskular

    2.

    Radioterapi :Retinoblastoma termasuk jenis tumor yang respon terhadap radioterapi

    Stadium dini : dosis tiap hari : 150 - 200 rad (total dosis < 2 tahun :

    3.500 rad; total dosis > 2 tahun : 4.000 rad)

    Paska operatif : pelaksanaan segera bila keadaan umum baik

    Syarat radioterapi : Hb > 8 g%, leukosit > 3.000/mm3, trombosit >

    80.000/mm3

  • 8/10/2019 Sptl Hemato Baru

    19/36

    3. Sitostatika :

    Cyclopospamide 300 mg/m2 LPT/minggu I.V. selama 3 minggu,

    dilanjutkan oral 250 mg/m2

    LPT selama 5 hari berturut-turut dimulai

    hari 1-5.

    Methotrexate 20-25 mg/m2

    LPT/minggu dimulai hari kedua. Vincristin 2-2,5 mg/m

    2LPT/minggu, dimulai hari pertama, minimal 6

    minggu.

    Prednison dapat dipertimbangkan pemberiannya dengan dosis 40-50

    mg/m2LPT/hari peroral hari 1-4.

  • 8/10/2019 Sptl Hemato Baru

    20/36

    DEPARTEMEN IKA

    RSMH PALEMBANG

    TERATOMA

    Kode ICD :

    No Dokumen

    No. Revisi

    ..

    Halaman :

    Panduan Praktek

    Klinis

    Tanggal Revisi..

    Ditetapkan Oleh,Ketua divisi

    DR. Dr. Rini Purnamasari, Sp.A

    Anamnesis

    Anamnesis:

    Adanya massa/ tumor intraabdominal, letaknya di pinggir agak ke tengah,

    lebih sering di sebelah kiri, disertai mual, muntah, dan demam, penurunan

    berat badan. Tumor pada abdomen dapat diraba dengan ukuran yang

    bervariasi. Bila tumor menekan ginjal atau ureter dapat menyebabkan

    gangguan pasase urine.

    Pemeriksaan fisik

    Pemeriksaan fisik:

    Tumor dapat diraba dengan ukuran bervariasi. Massa tumor biasanya

    terletak pada salah satu sisi di samping garis tengah, walaupun ada beberapa

    yang membesar jauh dari tulang belakang. Tumor ini lebih sering di sebelah

    kiri dibandingkan sebelah kanan.

    Massa teraba keras/ kistik atau cenderung berlobus-lobus atau irreguler.

    Kadang-kadang didapat pelebaran vena pada dinding perut.

    Pemeriksaan

    Penunjang

    Laboratorium:

    Darah/urin rutin biasanya normal. Kimia darah dalam batas normal.

    Pada keadaan keganasan dapat dijumpai peningkatan kadar alfa feto protein

    dan kadar VMA.

    Radiologi:

    - Pada BNO dapat dijumpai bayangan massa yang umumnya pada satu sisi

    abdomen dengan udara terdorong kedalam usus diluar massa tersebut.

    Dapat dijumpai bayangan kalsifikasi yang irreguler berupa bercak-bercak

    kornifikasi yang merupakan pembentukan tulang dan gigi.

    - Pada IVP : tampak pendorongan dari ginjal pada sisi yang sama dan

    mungkin akan mengalami penekanan dengan tanda-tanda hidronefrosis

    karena penekanan ureter.

    Tatalaksana

    Pengobatan

    Terapi yang utama adalah pembedahan/pengangkatan massa tumor.

    Pada kasus-kasus dengan keganasan diberikan terapi radiasi atau pemberian

    kemoterapi berupa Actinomycin D, Cyclopospamide dan Vincristin.

  • 8/10/2019 Sptl Hemato Baru

    21/36

    DEPARTEMEN IKA

    RSMH PALEMBANG

    TUMOR WILM

    Kode ICD :

    No Dokumen

    No. Revisi

    ..

    Halaman :

    Panduan Praktek

    Klinis

    Tanggal Revisi..

    Ditetapkan Oleh,Ketua divisi

    DR. Dr. Rini Purnamasari, Sp.A

    Anamnesis

    Anamnesis:

    Adanya massa dalam perut yang sebagian besar diketahui pertama kali oleh

    orang tua atau keluarga.. Kadang disertai keluhan nyeri perut, BAK merah,

    penurunan berat badan, tidak nafsu makan, mual, muntah, lesu, pucat dan

    demam

    Pemeriksaan fisik Pemeriksaan:Ditemukannya tumor dalam perut (tumor abdomen).

    Pemeriksaan

    Penunjang

    Laboratorium:

    LED meningkat.

    Pada urinalisa dapat ditemukan gross hematuria ataupun mikroskopis

    hematuria.

    Pada darah tepi dapat ditemukan anemia.

    Terjadi peningkatan pada alfa feto protein.

    Radiologis:

    Pemeriksaan USG harus segera dilakukan. Pada foto polos abdomen terdapat pembesaran ginjal

    Pada IVP: gambaran khas berupa distorsi dari pelvis renalis dan kaliks pada

    daerah yang terkena.

    Tatalaksana

    Pengobatan

    Prinsip pengobatan Tumor Wilm adalah kombinasi dari pembedahan,

    kemoterapi, dan radioterapi.

    1. Pembedahan.

    Dalam 24-48 jam setelah masuk rumah sakit Diagnosis harus sudah

    ditegakkan dan segera dilakukan operasi.

    2.

    Kemoterapi, tergantung stadium tumor.

    a. Stadium I

    Tidak diberikan kemoterapi prabedah.

    Aktinomisin D 15 g/kgbb/hari selama 5 hari dimulai dalam 24

    jam setelah nefrektomi.

    Vinkristin 1,5/m2diberikan pada hari ke 1, 7, 15, 22, dan 29 paska

    bedah.

    Radioterapi tidak diberikan untuk :

    1. Pasien kurang dari 2 tahun

    2. Pasien berumur lebih dari 2 tahun, bila secara mikroskopis tidak

    ditemukan perluasan sel tumor kedalam kapsul.

    Selanjutnya vinkristin dan aktinomisin D agar diberikan setelah 9minggu, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan dan 15 bulan paska bedah.

  • 8/10/2019 Sptl Hemato Baru

    22/36

    b. Stadium II

    Tidak diberikan kemoterapi prabedah. Aktinomisin D dan

    vinkristin diberikan dengan dosis dan cara yang sama seperti pada

    stadium I.

    Penyinaran paska bedah terhadap daerah tumor dimulai bilamungkin dalam waktu 7 hari setelah nefrektomi.

    Pemberian kemoterapi selanjutnya seperti pada stadium I, tetapi

    waktu pemberian : 6 minggu, 3, 6, 9, 12 dan 15 bulan paska

    bedah.

    c. Stadium III Tidak diberikan kemoterapi prabedah.

    Aktinomisin D dan Vinkristin diberikan dengan dosis dan cara yang

    sama seperti stadium I.

    Penyinaran terhadap seluruh abdomen.

    Kemoterapi pemeliharaan terdiri dari Vinkristin, Aktinomisin D

    dan Adreamisin. Ketiganya diberikan pada 6 minggu, 3, 6, 9, 12, 15

    bulan paska bedah. Dosis dan cara pemberian vinkristin dan

    aktinomisin D seperti biasa, sedangkan Adreamisan diberikan

    dengan dosis 50 mg/m2secara I.V. pada tiap hari I. Dosis pertama

    setelah penyinaran diturunkan menjadi 30 mg/m2.

    d. Stadium IV Metastase ke paru-paru pada saat diagnosis dengan tumor primer

    dapat diangkat : tidak diberikan kemoterapi prabedah.

    Operasi pada hari I (nefrektomi), kemoterapi paska bedah seperti

    stadium II.

    Radioterapi diberikan sebagai berikut :

    -

    Bila tumor pecah, penyinaran seluruh abdomen seperti padastadium III, diberi 7 hari setelah nefrektomi.

    - Bila tumor tidak pecah, maka penyinaran seperti pada

    stadium II.

    - Bila hanya terdapat metastase ke paru-paru, penyinaran

    terhadap lapangan paru ditunda sampai penilaian respon

    kemoterapi yang pertama dilakukan.

    - Bila metastase tidak menghilang diberikan penyinaran

    terhadap lapangan paru dengan dosis 2.000 rad, untuk setiap

    lapangan paru dengan dosis ekstra 1.000 rad untuk setiap

    metastase, sisa tumor diobati dengan operasi.

    Penyebaran hematogen: misalnya ke hati, tulang, dsb., pada saatdiagnosis, tidak diberikan kemoterapi prabedah, operasi dengan

    pengangkatan tumor primer.

    Kemoterapi paskabedah: Vinkristin, aktinomisin D, dan

    Adreamisin 50 mg/m2.

    Penyinaran paska bedah terhadap daerah tumor dan abdomen,

    Kemoterapi pemeliharaan seperti pada stadium III.

    Bila perlu dilakukan lobektomi hati untuk sisa metastase.

    e. Stadium VSebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan penilaian secara

    seksama pasien demi pasien (individuil).

  • 8/10/2019 Sptl Hemato Baru

    23/36

    DEPARTEMEN IKA

    RSMH PALEMBANG

    RHABDOMYOSARCOMA

    Kode ICD :

    No Dokumen

    No. Revisi

    ..

    Halaman :

    Panduan Praktek

    Klinis

    Tanggal Revisi..

    Ditetapkan Oleh,Ketua divisi

    DR. Dr. Rini Purnamasari, Sp.A

    Definisi Adalah tumor ganas jaringan lunak.

    Pemeriksaan fisik

    Pemeriksaan fisik:

    Gejala umumnya tidak jelas, tergantung dari lokasi tumor. Biasanya adanya

    massa yang mungkin nyeri pada perabaan, berkembang cepat. Dapat timbul

    pada daerah leher dan kepala, ekstremitas dan sistim genitourinaria, dapatjuga timbul pada orbita, intra thoraks, dan retroperitoneum. Sebagian besar

    Rhabdomiosarkoma pada anak berasal dari jaringan embrional .

    Pemeriksaan lain:

    Tumor dapat dilihat dengan pemeriksaan USG, Scanning, Rontgent,

    Tergantung dari letak tumor.

    Tatalaksana

    Pengobatan

    1. Operasi untuk mengangkat tumor.

    2. Radisi dengan dosis 3.000-4.000 rad untuk regresi tumor, 5.000-6.000

    rad untuk destruksi tumor.

    3. Kemoterapi dengan memakai Daktinomisin, Siklofosfamid, Vinkristin,

    Doksorubisin (Adriamisin). Secara tunggal atau kombinasi.

    Terapi harus disesuaikan dengan lokasi dan stadium penyakit.

    Stadium I : eksisi lokal dan kemoterapi.

    Stadium II dan III : pembedahan lengkap, diikuti penyinaran lokal dan

    kemoterapi sistemik.

    Stadium IV : pengobatan hanya dengan kemoterapi, sedangkan

    pembedahan dan radiasi ditujukan hanya untuk

    penatalaksanaan komplikasi.

  • 8/10/2019 Sptl Hemato Baru

    24/36

    DEPARTEMEN IKA

    RSMH PALEMBANG

    LEUKEMIA MIELOSITIK AKUT (LMA)

    Kode ICD :

    No Dokumen

    No. Revisi

    ..

    Halaman :

    Panduan Praktek

    Klinis

    Tanggal Revisi

    ..

    Ditetapkan Oleh,

    Ketua divisi

    DR. Dr. Rini Purnamasari, Sp.A

    Bentuk Klinis

    (Klasifikasi)

    Klasifikasi:

    Dibuat oleh Franch American British (FAB) cooperative groupmembagi LMA

    menjadi 8 subtipe (M0-M7) berdasarkan gambaran morfologi, sitogenetika

    dan imunophenotyping

    AnamnesisAnamnesis: pucat, mudah capek, demam persisten dan perdarahan gejala-

    gejala seperti nyeri tulang.

    Pemeriksaan fisik

    Pemeriksaan: anemia, demam, petechiae yang sering tampak pada

    ekstremitas bagian bawah, purpura, epistaksis, perdarahan gusi, atau

    perdarahan saluran cerna. Organomegali dan adenopati. Nyeri abdomen

    atau saluran kemih, hiperplasia ginggiva, sedang pada kulit dapat dijumpai

    nodul yang disebut chloroma

    Pemeriksaan

    Penunjang

    Laboratorium: Anemia normokrom normositer, trombositopenia, leukopeniaataupun leukositosis, ESR meningkat, PT dan aPTT memanjang.

    Darah tepi : mielosit sel mieloblast jumlahnya > 30% yang mengandung

    granula azurofilik dengan lisosom dan sejumlah Auer rods pada

    sitoplasmanya.

  • 8/10/2019 Sptl Hemato Baru

    25/36

    DEPARTEMEN IKA

    RSMH PALEMBANG

    SMALL CELL CARSINOMA PARU

    Kode ICD :

    No Dokumen

    No. Revisi

    ..

    Halaman :

    Panduan Praktek

    Klinis

    Tanggal Revisi

    ..

    Ditetapkan Oleh,

    Ketua divisi

    DR. Dr. Rini Purnamasari, Sp.A

    Bentuk Klinis

    (Klasifikasi)

    Klasifikasi berdasarkan penyebarannya:

    Penyakit terbatas : Terbatas pada satu hemithorax, meidastinum dan

    daerah supraclavicular ipsilateral

    Penyakit ekstensif : Semua penyebaran dan metastasis ke tempat lain

    AnamnesisAnamnesis:

    Keluhan batuk darah, sesak nafas, batuk, demam, sakit dada, nafas berbunyi,

    kehilangan berat badan

    Pemeriksaan fisik

    Pemeriksaan:

    Pada pemeriksaan dapat ditemukan dinding thorak yang cembung dan

    asimetris, redup pada perkusi, dan suara nafas melemah, dapat disertai

    pucat, perdarahan, panas, apabila telah terdapat metastase ke sumsum

    tulang, atau pembesaran hepar apabila telah terjadi metastasis ke hati

    Pemeriksaan

    Penunjang

    Radiologi:

    Gambaran perselubungan padat pada paru-paru. Untuk melihat stadium,

    diperlukan juga pemeriksaan BMP, bone survey, USG hepar

  • 8/10/2019 Sptl Hemato Baru

    26/36

    DEPARTEMEN IKA

    RSMH PALEMBANG

    ACINIC CELL CARCINOMA

    Kode ICD :

    No Dokumen

    No. Revisi

    ..

    Halaman :

    Panduan Praktek

    Klinis

    Tanggal Revisi..

    Ditetapkan Oleh,Ketua divisi

    DR. Dr. Rini Purnamasari, Sp.A

    Definisi Merupakan keganasan yang berasal dari epitel glandula saliva

    Anamnesis

    Anamnesis:

    Adanya keluhan mulut kering dengan air ludah yang sedikit, sulit menelan,

    sakit pada daerah tumor, benjolan di rahang bawah di daerah tempat

    glandula saliva

    Pemeriksaan fisik

    Pemeriksaan:

    Terdapat benjolan sesuai perjalanan penyakit, biasanya terjadi pembesaran

    diameter tumor sampai 2-5 cm dalam 4-6 tahun, namun kadang kurang dari

    1 tahun. Massa tumor padat, keras, dan biasanya mobile.

    Lokasi tumor paling banyak di glandula parotis (90%), glandula submandibula

    (5%), glandula submakxillaris dan sublingualis jarang (biasanya merupakan

    penyebaran dari glandula parotis

  • 8/10/2019 Sptl Hemato Baru

    27/36

    DEPARTEMEN IKA

    RSMH PALEMBANG

    DISSEMINATED INTRAVASCULAR

    COAGULATION (DIC)

    Kode ICD :

    No Dokumen

    No. Revisi

    ..

    Halaman :

    Panduan Praktek

    Klinis

    Tanggal Revisi

    ..

    Ditetapkan Oleh,

    Ketua divisi

    DR. Dr. Rini Purnamasari, Sp.A

    Definisi

    Merupakan kelainan dari perdarahan yang didapat disebabkan oleh

    defisiensi dari faktor hemostasis, sehingga menyebabkan tidak terkontrolnya

    aktivasi dari hemostasis dan fibrinolisis, berupa:

    - Trombositopeni

    - Menurunnya konsentrasi fibrinogen plasma

    -

    Menurunnya aktivitas dari fc II, V, VIII sehingga meningkatkan fibrinolitik

    - Menurunnya konsentrasi plasma antitrombin III

    Etiologi

    Etiologi :

    1. Infeksi :

    1) parasitik (malaria) 2) bakterial (meningococcemia)

    3) mycotic 4) Rickettsial (Rocky Mountain Spotty

    Fever)

    2 Neoplasma: Promyelocytic leukemia

    3

    Immunologis disorder : - Reaksi transfusi- Reaksi obat-obatan

    4 Kerusakan jaringan yang lama dan luas, disebabkan oleh trauma yang

    berat, luka bakar, heat stroke, hemorrhagic stroke, komplikasi post

    operasi

    5 Penyebab lain, contoh:

    - giant hemangioma - purpura fulminant

    - gigitan ular - Idiopatic respiratory distress

    syndrome

    Patogenesis Patogenesis dan patofisiologi DIC:

    DIC disebabkan oleh proses dari aktivitas komponen koagulasi dan

    hemostasis (kontrol oleh efek intrinsik dan ekstrinsik yang mengubah secara

    langsung fibrinogen)

    Tatalaksana

    Penatalaksanaan

    1. Atasi penyakit penyebab (sepsis, gangguan perfusi, hipoksia, iskemia)

    2. Suportif care: transfusi whole blood jika terjadi syok hipovolemik atau

    PRC jika terjadi anemia isovolemik, kontrol suhu tubuh, cegah renal

    failure, transfusi fresh whole plasma 1015 ml/kgBB

  • 8/10/2019 Sptl Hemato Baru

    28/36

    3. Kontrol DIC (dengan heparin)

    Heparin berpotensiasi menghambat trombin-plasmin serta mengaktivasi

    faktor XII, XI, IX, X dan antitrombin III.

    Dosis heparin: 300-400 unit/kgBB IV tiap 4 jam.

    Heparin distop jika terdapat perbaikan klinis, pertambahan jumlahtrombosit, fibrinogen, dan antitrombin III, menurun atau menghilangnya

    FDP.

    4. Pemberian AT III: 100 /kgBB selama 3 jam 100 /kgBB/hari per infus

    5. Pemberian antifibrinolitik : asam traneksamat.

    6. Pengobatan alternatif : Gabaxate mesylate : inhibitor sintesis protease.

    Dosis : 1-2 mg/kgBB/jam 14 hari

    7. Transfusi tukar: jika perdarahan berlanjut dan kelainan laboratorium

    menetap dipakai darah lengkap segar dan heparin, dapat diulang 24 jam.

    Tujuan: membuang FDP, toksin dan bahan tromboplastin, menghindari

    kelebihan cairan.

    Komplikasi dan

    Prognosis

    Prognosis:

    Tergantung penyakit penyebab dan berat ringannya DIC.

    Komplikasi:

    1. Penyakit ginjal: GGK, SHU, dan SN

    GGK: perdarahan gastrointestinal dan epistaksis

    Uremia : GT memanjang dan kadar trombosit N atau sedikit menurun.

    SHU : anemia hemolitik mikroangiopati, GGA dan trombositopenia.

    SN : trombosis vena renalis dan emboli paru, AT III menurun.

    2. Penyakit kardiovaskuler : hipoksemia.

  • 8/10/2019 Sptl Hemato Baru

    29/36

    DEPARTEMEN IKA

    RSMH PALEMBANG

    GONADAL DAN GERM CELL NEOPLASMA

    Kode ICD :

    No Dokumen

    No. Revisi

    ..

    Halaman :

    Panduan Praktek

    Klinis

    Tanggal Revisi

    ..

    Ditetapkan Oleh,

    Ketua divisi

    DR. Dr. Rini Purnamasari, Sp.A

    Patogenesis

    Patogenesis:

    Asal: - Primordial germ cells

    - Coelomic epitelium disgerminoma ovarii

    Non GCTsovariumepitelial (serous dan mucin)

    Pemeriksaan fisik

    Pemeriksaan:

    Alfafetoprotein (AFP) meningkat

    Beta HCG meningkat

    CT scan, USG abdomen

    Tatalaksana

    Penanganan

    Tujuan : mempertahankan fertilitas dan fungsi endokrin pasien

    Sifat : individual atau multimodal

    a.Radioterapi

    b.Kemoterapi

    c.Pembedahan

    Untuk stadium II IV: dilakukan kemoterapi dan radioterapi untuk tumor

    yang tersisa.

  • 8/10/2019 Sptl Hemato Baru

    30/36

    DEPARTEMEN IKA

    RSMH PALEMBANG

    TUMOR SINUS ENDODERMAL

    Kode ICD :

    No Dokumen

    No. Revisi

    ..

    Halaman :

    Panduan Praktek

    Klinis

    Tanggal Revisi

    ..

    Ditetapkan Oleh,

    Ketua divisi

    DR. Dr. Rini Purnamasari, Sp.A

    Definisi

    Tumor sinus endodermal yang dikenal juga sebagai tumor yolk sac atau

    infantile embryonal carcinoma adalah kelompok dari tumor sel germ.

    Merupakan tumor testikuler paling sering pada anak di bawah usia 3 tahun.

    Tatalaksana

    Pengobatan1. Kemoterapi

    Tumor sinus endodermal merupakan tumor yang kemosensitif sehingga

    kemoterapi merupakan pilihan, dengan menggunakan kombinasi

    Cisplastin, Bleomisin, dan Vinkristin.

    Cara pemberian obat:

    Dalam 1 minggu

    Hari I : Vincristin

    Hari II : Bleomisin

    Hari III : Cisplatin

    2. Pembedahan

    Komplikasi dan

    Prognosis

    Prognosis

    Angka harapan hidup dengan setelah 5 tahun dengan terapi yang adekuat

    70-80%

  • 8/10/2019 Sptl Hemato Baru

    31/36

    DEPARTEMEN IKA

    RSMH PALEMBANG

    EVANS SYNDROME

    Kode ICD :

    No Dokumen

    No. Revisi

    ..

    Halaman :

    Panduan Praktek

    Klinis

    Tanggal Revisi

    ..

    Ditetapkan Oleh,

    Ketua divisi

    DR. Dr. Rini Purnamasari, Sp.A

    Etiologi

    Etiologi

    Penyebab Evans syndrome tidak diketahui dengan perjalanan penyakit kronis

    dan berulang, yang ditandai oleh trombositopenia dan autoimmune

    hemolytic anemia (AIHA).

    Pemeriksaan

    Penunjang

    Laboratorium

    a. Anemia, trombositopenia, neutropenia, atau sitopenia.

    b. Peningkatan jumlah retikulosit, biliribibin tidak terkonjungasi, dan

    penurunan haptoglobin merupakan gambaran hemolisis.

    c. Coombs test biasanya positif untuk IgG, komplemen, atau keduanya.

    d. Ditemukannya bermacam antibodi terhadap eritrosit dan trombosit,

    seperti antibodi antieritrosit, antineutrofil, dan antiplatelet.

    e. Tes lain untuk menyingkirkan diagnosis banding:

    - Lupus antibody(Lupuslike inhibitor) dan antinuclear antibody test

    untuk SLE.- Aspirasi sumsum tulang untuk anemia aplastik atau kelainan

    infiltrative

    Tatalaksana

    Pengobatan

    1. Diet: tidak diperlukan pembatasan makanan. Dianjurkan pembatasan

    garam, gula, dan cairan pada pasien yang diobati dengan steroid.

    2. Aktivitas. Pembatasan aktivitas sesuai dengan toleransi pasien dan

    beratnya anemia.

    3. Medikamentosaa. Prednison. Paling sering dipakai sebagai terapi lini pertama dan

    efektif mengontrol episode akut. Dosis: 1-2 mg/kg/hari dibagi

    dua/tiga kali.

    b. Intravenous immunoglobulin (IVIG). Diberikan pada pasien yang

    tergantung pada steroid. Dosis: 1-2 g/kg/hari IV selama 1-2 hari.

    c. Terapi lain dengan menggunakan Danazol, Cyclosporin, Azathioprin,

    Cyclophosphamid, dan Vincristin.

    d. Pada fase akut dapat diberikan transfusi darah dan/atau trombosit

    untuk mengurangi gejala.

    3. Pembedahan : splenektomi

  • 8/10/2019 Sptl Hemato Baru

    32/36

    Komplikasi dan

    Prognosis

    Komplikasi

    1. Perdarahan dengan trombositopenia berat.

    2. Infeksi akibat neutropenia, meliputi pneumonia, sepsis, dan meningitis

    karena Streptococcus pneumoniae, dan osteomielitis.

    Prognosis: bisa kronis, berulang, atau kadang-kadang fatal

  • 8/10/2019 Sptl Hemato Baru

    33/36

    DEPARTEMEN IKA

    RSMH PALEMBANG

    ANGIOSARKOMA

    Kode ICD :

    No Dokumen

    No. Revisi

    ..

    Halaman :

    Panduan Praktek

    Klinis

    Tanggal Revisi..

    Ditetapkan Oleh,Ketua divisi

    DR. Dr. Rini Purnamasari, Sp.A

    Definisi

    Sarkoma adalah istilah untuk setiap keganasan yang berasal dari jaringan

    lunak/ jaringan ikat (seperti : otot, lemak, saraf, pembuluh darah, atau tulang

    rawan) dan tulang. Angiosarkoma adalah sarkoma yang ditandai dengan

    adanya proliferasi cepat dan infiltrasi luas sel anaplastik yang berasal dari sel

    endothel pembuluh darah.

    Etiologi

    ETIOLOGI

    Kebanyakan kasus angiosarkoma pada anak tak diketahui penyebabnya.

    Faktor resiko yang disebut berhubungan dengan timbulnya angiosarkoma

    adalah paparan radiasi (radioterapi), bahan karsinogen (arsenik, vinil klorid),

    adanya benda asing di dalam tubuh (seperti pemasangan logam/ prostesa

    dalam tubuh) atau adanya jaringan parut pasca-trauma.

    Angiosarkoma juga dihubungkan dengan kelainan kromosomal atau kelainan

    genetik. Kelainan kromosom yang sering didapatkan adalah kelainan pada

    kromosom 5,7,8,20,22 atau kromosom Y. Kelainan genetik yang sering

    dihubungkan dengan angiosarkoma adalah sindroma Klippel Trenaunay,

    penyakit von Hippel Landau, atau neurofibromatosis von Recklinghausen.

    Bentuk Klinis

    (Klasifikasi)

    KLASIFIKASI

    Secara patologiklinis (clinicopathological), angiosarkoma dapat dibagi

    menjadi :

    1. Angiosarkoma jaringan lunak (otot ekstremitas, retroperitoneum, organ

    intraabdomen, dinding abdomen)

    2. Angiosarkoma tulang

    3. Angiosarkoma kulit, terdiri dari 4 varian :

    - Angiosarkoma kulit kepala dan wajah

    -Angiosarkoma kulit dengan limfedema

    - Angiosarkoma pasca-radiasi

    - Angiosarkoma epiteloid

    4. Angiosarkoma payudara

    Tatalaksana

    TATALAKSANA

    Idealnya angiosarkoma memerlukan perawatan dari suatu tim multidisiplin

    ilmu. Tim tersebut termasuk dokter ahli bedah, ahli onkologi medis, dan ahli

    radioterapi onkologi. Tim dan penderita (atau orangtua penderita) akan

    memutuskan bersama apakah akan dilakukan terapi bedah lebih dulu atau

    memakai modalitas terapi lain dengan/ tanpa terapi bedah.

  • 8/10/2019 Sptl Hemato Baru

    34/36

    Komplikasi dan

    Prognosis

    PROGNOSIS

    Lebih dari 50% angiosarkoma mengalami penyebaran jauh saat didiagnosis.

    Metastase ini paling sering ditemukan pada kelenjar limfe regional, atau

    dapat juga sampai ke paru, hepar, limpa dan kadang mengenai kedua

    regional. Walau tumor telah diangkat dengan operasi dan secara mikroskopismenghilang, kemungkinan rekuren masih tetap ada biasanya dalam 2 tahun.

    Angiosarkoma jaringan lunak termasuk sarkoma derajat tinggi

    dengan angka kematian yang tinggi dan daya hidup rendah. Sekitar 50%

    kasus terjadi metastasis dan 20% kasus terjadi rekurensi.

    Pada angiosarkoma tulang, prognosis tergantung derajat tumor.

    Tumor derajat 1 angka daya tahan hidup (disease-free survival rate)

    dilaporkan 95%, derajat 2 dilaporkan 62%, dan 20% pada derajat 3. Prognosis

    tak tergantung dengan multisentrisitas tumor.

    Tidak seperti angiosarkoma jenis lainnya, derajat angiosarkoma kulit

    tak dapat digunakan untuk meramalkan angka daya tahan hidup. Tidak

    terdapat hubungan antara penampakan tumor (ulserasi, nodular, difus)dengan daya tahan hidup atau rekurensi. Prognosis angiosarkoma kulit

    ditentukan oleh ukuran tumor, reseksi, dan infiltrasi limfoid. Makin kecil

    ukuran (< 5 cm), operasi reseksi yang luas, dan infiltrasi limfoid yang

    terbatas, menunjukkan prognosis yang baik. Kematian terjadi biasanya

    karena ekstensi lokal tumor atau metastase

  • 8/10/2019 Sptl Hemato Baru

    35/36

    DEPARTEMEN IKA

    RSMH PALEMBANG

    HEPATOBLASTOMA

    Kode ICD :

    No Dokumen

    No. Revisi

    ..

    Halaman :

    Panduan Praktek

    Klinis

    Tanggal Revisi..

    Ditetapkan Oleh,Ketua divisi

    DR. Dr. Rini Purnamasari, Sp.A

    Anamnesis

    Anamnesis

    Keluhan anamnesis umumnya distensi abdomen dengan atau tanpa malaise,

    kehilangan berat badan , nafsu makan menurun, nyeri abdomen, muntah,

    demam, kulit terasa gatal dan kuning

    Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisikPembesaran hepar dengan massa teraba papebel. Bis a juga pucat, ikterik,

    atau asites

    Pemeriksaan

    Penunjang

    Laboratorium

    Anemia, gambaran darah tepi yang sering ditemukan normokrom normositer

    dan trombositosis, leukositosis, peningkatan SGOT/SGPT dan peningkatan

    kadar kolestrol. Serum alpa fetoprotein naik 60-70%

    Pemeriksaan radiologi

    USG : massa pembesaran hati, menampakan nodul besar berdensitas tinggi.

    CT-Scan: jika dicurigai ada metastase ke paru-paru.Biosip Hepar

    Tatalaksana

    Penatalaksanaan

    Terapi paling optimal adalah Reseksi total dengan kombinasi kemoterapi.

    Kemoterapi

    Cisplastin 50-100mg/m2 dan doksorubisin 50-60mg/m2 selama 3 hari,

    Interval 3 minggu, dan selama 6 kali pemberian

  • 8/10/2019 Sptl Hemato Baru

    36/36

    DEPARTEMEN IKA

    RSMH PALEMBANG

    SIGNET RING CELL ADENOCARCINOMA

    Kode ICD :

    No Dokumen

    No. Revisi

    ..

    Halaman :

    Panduan Praktek

    Klinis

    Tanggal Revisi..

    Ditetapkan Oleh,Ketua divisi

    DR. Dr. Rini Purnamasari, Sp.A

    Anamnesis

    Anamnesis

    Ditemui gejala perubahan pola defekasi seperti konstipasi atau diare tanpa

    penyebab lain, tenesmus, diameter feses mengecil, kadang BAB darah, gejala

    obstruksi; konstipasi, nyeri perut, kembung, muntah, dilatasi usus, dan

    perforasi

    Pemeriksaan

    Penunjang

    Laboratorium

    Kadang tampak anemia defesiensi fe

    Tatalaksana

    Penatalaksanaan

    Operatif, dan kemoterapi tambahan bila stage III, kemoterapi dengan 5FU,

    leucovorin, dan oxaliplatin.