sop perbenihan bawang putihditbenih.hortikultura.pertanian.go.id/sopbenih/sop bawang putih.pdf ·...

48
Sop Perbenihan BAWANG PUTIH Direktorat Perbenihan Hortikultura Direktorat Jenderal Hortikultura Kementeritan Pertanian

Upload: doanthu

Post on 02-Mar-2019

237 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Sop Perbenihan BAWANG PUTIH

Direktorat Perbenihan Hortikultura Direktorat Jenderal Hortikultura Kementeritan Pertanian

2

1. Standar Lapang

PARAMETER SATUAN

KELAS BENIH

BD BP BR

a.

b.

c.

Campuran varietas dan tipe

simpang (maks)

Isolasi jarak

Kesehatan tanaman yang terserang

OPT (maks)

Virus

• Onion Yellow Dwarf Virus

(OYDV)

• Shallot Laten Virus (SLV)

• Leak Yellow Tripe Virus

(LYTV)

Jamur

• Bercak ungu (Alternaria

porii)

• Embun buluk

(Peronospora

destruktor)

%

m

%

%

%

0,0

1,0

0,1

0,5

1,0

0,5

1,0

0,5

0,5

1,0

1,0

1,0

1,0

0,5

1,0

3

2. Standart Mutu Gudang

PARAMETER SATUAN KELAS BENIH

BD BP BR

a.

b

.

Campuran varietas lain (maks)

Kesehatan umbi

Jumlah umbi yg terserang OPT

(maks)

Jamur

• Busuk leher batang

(Botrytis allii)

• Bercak ungu (Alternaria

porii)

• Busuk pangkal

(Fusarium sp)

• Antracnose

(Colletotricum

gloesporoides)

Bakteri busuk lunak

(Erwinia carotovora)

%

%

%

%

%

%

0,0

0,5

0,5

1,0

1,0

0,5

0,5

1,0

1,0

3,0

1,0

1,0

1,0

2,0

2,0

5,0

1,0

2,0

4

I. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PRODUKSI BENIH BAWANG PUTIH

Standar

Prosedur Operasional Nomor:

POS BP. II

Tanggal Dibuat

……………..

"Pemilihan Lokasi" Revisi…..

Tanggal………

Disahkan

……………..

I. PEMILIHAN LOKASI

A. Definisi dan Tujuan :

Pemilihan lokasi adalah memilih lokasi tanam yang sesuai dengan persyaratan tumbuh

untuk benih bawang putih dan untuk mencegah kegagalan proses produksi, serta dapat

menghasilkan benih bawang putih sesuai dengan target yang ditetapkan.

Tujuannya adalah diperoleh lahan yang sesuai dengan persyaratan tumbuh untuk

produksi benih bawang putih.

B. Standar Tentang Pemilihan Lokasi yang Sesuai Dengan Persyaratan Tumbuh

Calon lokasi penangkaran benih memiliki kesesuaian agrokilimat pertumbuhan

bawang putih antara lain pH berkisar 6 - 6,8, tinggi tempat 800 - 1.400 m dpl, dan

suhu rata-rata 20 - 280C serta cukup mengandung bahan organik.

Calon lokasi penangkaran dapat diketahui dengan jelas batas-batasnya.

Bebas dari tanaman lain, lahan bera atau tidak ditanami dengan tanaman satu famili

minimal 1 musim tanam sebelumnya.

Isolasi jarak dari tanaman konsumsi minimal 1 m.

C. Alat dan Bahan

1. Data atau informasi mengenai pH tanah, ketinggian tempat dan suhu udara.

2. Peta wilayah untuk mengetahui lokasi usaha penangkaran

3. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan

D. Prosedur Kerja Pemilihan Lokasi

1. Mencari informasi mengenai pH tanah, tinggi tempat, suhu udara dan mengetahui

sumber air.

2. Melakukan pemetaan lokasi lahan.

3. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan ( Tabel 1 )

Tabel 1. Form Catatan Kegiatan Pemilihan Lokasi

Nama Petani : …………………..

Alamat Lahan : …………………..

Tanggal Petak Luas (Ha) Kondisi Lahan Riwayat

Penggunaan Lahan Petugas

Tinggi tempat : - pH Tanah : - Suhu : - Batas Lahan : - Sumber Air :

E. Validasi

Buku sertifikasi benih sayuran, Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi, 2007

5

Pengalaman produsen benih bawang putih di Desa Tuwel, Kecamatan Bojong Kabupaten

Tegal serta petunjuk dari BPTP dan BPSBTPH Jawa Tengah

Gambar 1. Calon lokasi bawang putih

6

Standar

Prosedur Operasional Nomor:

POS BP. III

Tanggal Dibuat

……………..

"Penentuan Waktu

Tanam"

Revisi………

Tanggal…………

Disahkan

……………..

II. PENENTUAN WAKTU TANAM

A. Definisi dan Tujuan

Penentuan waktu tanam adalah menetapkan waktu tanam yang tepat bagi penanaman

benih sumber bawang putih.

Tujuannya adalah menentukan waktu tanam yang tepat sehingga benih sumber bawang

putih dapat tumbuh baik diawal pertumbuhannya sampai saat panen.

B. Standar Tentang Penentuan Waktu Tanam

Jika pengairan mencukupi penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim kemarau.

C. Alat dan Bahan

1. Data curah hujan tahun penanaman sebelumnya minimal selama 5 tahun.

2. Data pola tanam yang disepakati sesuai dengan kebutuhan.

3. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan.

D. Prosedur Kerja Penentuan Waktu Tanam

1. Lakukan pengamatan untuk mengetahui kondisi curah hujan.Jika curah hujan tinggi

dilakukan upaya khusus misalnya pembuatan parit pembuangan yang lebih dalam

dan tuntas , dan atau pemakaian mulsa plastik,

2. Lakukan diskusi untuk menentukan waktu tanam yang sesuai dengan kebutuhan.

3. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan ( Tabel 2 )

Tabel 2. Form Catatan Kegiatan Penentuan Waktu Tanam

Nama Petani :..............

Alamat Lahan :.............

Tgl Petak Luas ( ha) Perkiraan Bulan Basah

( Bulan hujan ) Rencana Waktu Tanam Petugas

Minggu ke..... Bulan ke....

E. Validasi Penentuan Waktu Tanam

Pengalaman produsen benih bawang putih di Desa Tuwel, Kecamatan Bojong serta

petunjuk dari BPTP dan BPSBTPH Jawa Tengah.

7

Standar

Prosedur Operasional Nomor:

POS BP. V

Tanggal Dibuat

…………….

"Penyiapan Lahan " Revisi……..

Tanggal………....

Disahkan

……………..

III. PENYIAPAN LAHAN

Sub Kegiatan: Pembersihan Lahan

A. Definisi dan Tujuan

Pembersihan lahan adalah membersihkan lahan dari hal-hal yang dapat mengganggu

pertumbuhan tanaman.

Tujuannya adalah diperoleh lahan yang siap diolah dan terbebas dari gangguan fisik

(batu-batuan, dll) maupun biologis (gulma atau sisa-sisa tanaman).

B. Standar Tentang Pembersihan Lahan

1. Lahan calon lokasi penanaman bersih dari batu batuan, gulma, semak yang dapat

mengganggu pertumbuhan bawang putih sehingga siap diolah

2. Sisa – sisa tanaman dibenamkan dan bebatuan dikumpulkan dan dibuang pada tempat

tertentu yang aman diluar areal tanam, dan tidak boleh dibakar.

C. Alat dan Bahan

1. Sabit ( cengkrong ) untuk memotong dan membersihkan semak yang dapat

menghalangi pertumbuhan tanaman muda.

2. Cangkul untuk membersihkan tanah dari rumput dan sisa-sisa tanaman yang

tertinggal serta untuk mengolah tanah.

3. Gancu/pancong untuk mengambil rumput agar tidak putus dan mudah menancap pada

tanah. Juga dapat dipergunakan untuk olah tanah.

4. Herbisida untuk mengendalikan rumput/tanaman pengganggu apabila diperlukan.

5. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan.

D. Prosedur Kerja Pembersihan Lahan

1. Bersihkan lahan dari batu-batuan, gulma, semak yang dapat mengganggu

pertumbuhan tanaman dengan menggunakan cangkul.

2. Sisa-sisa tanaman dibenamkan.

3. Batu-batuan dikumpulkan dan dibuang pada tempat tertentu yang aman di luar areal

tanam.

4. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan ( Tabel 4 )

Tabel. 4. Form Kegiatan Pembersihan Lahan

Nama Petani :.............

Alamat Lahan :..............

Tgl Petak Luas ( ha )

Cara Pembersihan Lahan

( Pencangkulan/ Pembabatan )

Alat Pembersihan Lahan

Penanganan Sampah, Sisa Gulma

dan Bebatuan ( Dibakar/ Dibenamkan dll )

Petugas

E. Validasi Pembersihan lahan

Pengalaman produsen benih bawang putih di Desa Tuwel, Kecamatan Bojong Kabupaten

Tegal serta petunjuk dari BPTP dan BPSBTPH Jawa Tengah

8

Gambar 2. Kegiatan pembersihan lahan

Sub Kegiatan: Pembuatan Bedengan dan Pemberian Pupuk Dasar

A. Definisi dan Tujuan

Pembuatan bedengan adalah menyiapkan lahan pertanaman dengan cara mengolah tanah

hingga gembur; dengan bentuk yang searah (membujur) serta menambah unsur hara

organik di dalam tanah untuk memperbaiki kesuburan tanah.

Tujuannya adalah diperoleh lahan pertanaman yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman.

B. Standar Tentang Pembuatan Bedengan dan Pemberian Pupuk Dasar

1. Lahan calon bedengan diolah dengan cara dibajak atau dicangkul minimal sedalam

30 cm sampai gembur. Pengolahan lahan dilakukan 21 hari sebelum tanam untuk

memperbaiki keadaan tata udara dan aerasi tanah serta menghilangkan gas-gas

beracun dan panas hasil dekomposisi sisa-sisa tanaman.

2. Pupuk dasar ( SP36 dan kompos ) diberikan pada waktu pengolahan tanah untuk

memperbaiki struktur dan kesuburan tanah.

3. Pada waktu pengolahan tanah jika keasaman tanah mempunyai pH kurang dari 5,6

dilakukan pengapuran 500-1200 kg/ha atau tergantung keasamannya.

4. Dibuat bedengan dengan lebar 100 – 120 cm; tinggi 40 cm, jarak antar bedeng 40

cm dengan kedalaman 40 - 50 cm dan ukuran got keliling dengan lebar 40 cm

kedalaman 40 - 50 cm. Panjang bedengan, parit atau got menyesuaikan kondisi

lahan.

C. Alat dan Bahan

1. Bajak/traktor untuk mengolah tanah.

2. Cangkul untuk membuat bedengan.

3. Meteran sebagai alat ukur menentukan ukuran calon bedengan dan parit.

4. Tali dan patok kayu untuk meluruskan bedengan

5. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan

6. Pupuk dasar (pupuk organik minimal 10 ton/ha, SP36 300-500 Kg/ha).

7. Ember dan gayung untuk tempat membawa pupuk

9

D. Prosedur Kerja Pembuatan Bedengan dan Pemberian Pupuk dasar

a. Membajak tanah sedalam 30 cm beberapa kali sampai tanah menjadi gembur dan

dipetak petak

b. Bedengan dibuat dengan ukuran lebar 100 - 120 cm dan panjang menyesuaikan

lahan.

c. Pupuk dasar disebarkan diatas bedengan kemudian ditutup dengan tanah setebal 2- 5

cm

d. Jarak antar bedengan ( got/ parit dalam ) adalah 40 cm, kedalaman 40 - 50 cm.

e. Membuat got keliling dengan lebar 40 cm dan kedalaman 40 -50 cm.

f. Pengolahan lahan dilakukan 21 hari sebelum tanam untuk memperbaiki keadaan tata

udara dan aerasi tanah serta menghilangkan gas-gas beracun dan panas hasil

dekomposisi sisa-sisa tanaman.

g. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan

Tabel. 5. Form Kegiatan Pembuatan Bedengan

Nama Petani :.............

Alamat Lahan :.............

Tgl Petak Luas ( ha)

Waktu & Cara

Pengolahan Tanah

Cara Membuat Bedengan

Ukuran bedeng

Pemberian Pupuk

Petugas

Jenis Waktu Dosis Cara

F. Validasi Pembuatan Bedengan dan Pemberian Pupuk Dasar

Pengalaman produsen benih bawang putih di Desa Tuwel, Kecamatan Bojong

Kabupaten Tegal serta petunjuk dari BPTP dan BPSBTPH Jawa Tengah

Gambar 3. Pembuatan bedengan

10

Gambar 4. Penaburan Pupuk organik

Gambar 5. Bedengan Siap Tanam

Sub Kegiatan : Pembuatan Lubang Tanam dan Jarak Tanam

A. Definisi dan Tujuan

Pembuatan lubang tanam dan jarak tanam adalah membuat lubang tanam dengan jarak

yang sesuai untuk penanaman benih.

Tujuannya agar diperoleh lubang tanam dengan jarak yang sesuai rencana

B. Standar Tentang Pembuatan Lubang Tanam dan Jarak Tanam

1. Pembuatan larikan dan lubang tanaman menggunakan kayu yang diruncingkan

dengan kedalaman sama dengan panjang siung.

2. Jika musim hujan digunakan mulsa plastik yang dipasang sebelum tanam.

3. Pada penggunaan mulsa plastik, Jarak tanam antar barisan 15 cm jarak tanam dalam

barisan 10 cm diameter 4 – 5 cm

4. Jika musim kemarau menggunakan mulsa jerami yang di lakukan setelah kegiatan

tanam.

5. Jarak tanam antar baris 10 cm dengan jarak tanam dalam barisan 10 cm.

11

C. Alat dan Bahan

1. kayu yang diruncingkan untuk membuat larikan

2. mulsa plastik

3. kaleng untuk mebuat lubang pada mulsa platik

4. arang kayu untuk memanasi kaleng.

5. Meteran/alat ukur untuk mengukur jarak.

6. Tali dengan tanda jarak antar baris

7. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan

D. Prosedur Pelaksanaan

1. Buat kayu yang diruncingkan dan tali yang telah diberi tanda sesuai dengan jarak

yang direncanakan

2. Buat larikan dan lubang tanaman dengan kayu yang telah diruncingkan pada

kedalaman sama dengan panjang siung.

3. Jarak antar baris 10 cm jarak tanam dalam barisan 10 cm.

4. Pada penggunaan mulsa plastik, Jarak tanam antar barisan 15 cm jarak tanam dalam

barisan 10 cm diameter 4 – 5 cm

5. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang ditentukan ( Tabel 6 )

Tabel. 6. Form Kegiatan Pembuatan Lubang Tanam & Jarak Tanam

Nama Petani :..............

Alamat Lahan :..............

Tgl Petak

Luas ( ha )

Ukuran Lubang Tanam & jarak

Tanam

Pembuatan Lubang Tanam

Penetapan Jarak Tanam Petugas

Alat Cara Alat Cara

E. Validasi Pembuatan Lubang Tanam dan Jarak Tanam

Buku Pengolahan benih hortikultura seri kentang dan bawang putih, Direktorat Bina

Produksi Hortikultura, tahun 1991

Pengalaman produsen benih bawang putih di Desa Tuwel, Kecamatan Bojong

Kabupaten Tegal serta petunjuk dari BPTP dan BPSBTPH Jawa Tengah

Gambar 6. Pemberian mulsa jerami

12

Gambar 7. Pemasangan mulsa plastik

Gambar 8. Melubangi mulsa plastik

13

Gambar 9. Bedengan siap tanam

14

Standar

Prosedur Operasional Nomor:

POS BP. IV

Tanggal Dibuat

……………..

"Penyiapan Benih" Revisi………..

Tanggal………….

Disahkan

……………..

IV. PENYIAPAN BENIH SUMBER

A. Definisi dan Tujuan

Penyiapan benih adalah menyiapkan benih sumber dari varietas yang sudah dilepas oleh

Menteri Pertanian.

Tujuannya adalah menjamin benih yang ditanam berkualitas ( memiliki keseragaman,

kekuatan tumbuh, dan sehat ) dan menghasilkan benih dengan klasifikasi sesuai dengan

yang telah ditetapkan.

B. Standar Tentang Penyiapan Benih Sumber

1. Benih yang digunakan adalah benih bersertifikat yang dikeluarkan oleh BPSBTPH

atau lembaga yang telah terakreditasi dari produsen benih atau penangkar yang

telah terdaftar.

2. Benih tersebut siap tanam (telah disimpan 5-6 bulan ).

3. Benih yang dipergunakan mempunyai kelas benih yang lebih tinggi dari kelas benih

yang akan dihasilkan.

4. Benih harus sehat, segar dan tegar atau keras (tidak berkerut)

5. Pemisahan siung dilakukan 1 – 2 hari sebelum tanam.

C. Alat dan Bahan

1. Benih sumber bersertifikat.

2. Pikulan untuk membawa benih.

3. Keranjang/ kantong jala untuk menampung benih.

4. Pisau untuk memisahkan daun dan umbi.

5. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan.

D. Prosedur Kerja Penyiapan Benih Sumber

1. Memilih benih sumber dengan kelas benih yang lebih tinggi dari kelas benih yang

akan dihasilkan.

2. Pilih benih yang telah siap tanam ( telah disimpan 5-6 bulan ), dengan tanda ujung

titik tumbuh telah berwarna putih kehijauan, panjang tunas melebihi setengah

panjang siungnya.

3. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan ( Tabel 3 )

Tabel. 3 Form Catatan Kegiatan Penyiapan Benih

Nama Petani :.............

Alamat Lahan :.............

Tgl Petak Luas (ha) Jml Benih (kg) Asal Benih sumber

Perlakuan benih Sumber

Petugas

Referensi Penyiapan Benih

Buku Pengolahan benih hortikultura seri kentang dan bawang putih, Direktorat Bina

Produksi Hortikultura, tahun 1991

15

Pengalaman produsen benih bawang putih di Desa Tuwel, Kecamatan Bojong Kabupaten

Tegal serta petunjuk dari BPTP dan BPSBTPH Jawa Tengah

Ganbar 10. Penyiapan benih bawang putih

16

Standar

Prosedur Operasional Nomor:

POS BP. VI

Tanggal Dibuat

……………..

"Penanaman" Revisi……….

Tanggal………….

Disahkan

……………..

V. PENANAMAN

A. Definisi dan Tujuan

Membenamkan benih sumber (siung bawang putih) kedalam lubang tanam yang telah

disiapkan.

Tujuannya agar tanaman tumbuh optimal.

B. Standar tentang Penanaman

1. Penanaman dilakukan dengan membenamkan seluruh bagian benih (siung) bawang

putih rata dengan permukaan tanah pada lubang tanam yang tersedia dengan mata

tunas menghadap keatas

2. Penanaman dilakukan pada pagi atau sore hari untuk mengurangi penguapan pada

benih.

C. Alat dan Bahan

1. Benih sumber bawang putih sebagai calon tanaman.

2. Wadah benih (kantong, ember) untuk membawa benih sumber

3. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan

D. Prosedur Kerja Penanaman

1. Benih dibenamkan ke dalam lubang tanam dengan bagian ujungnya rata dengan

permukaan tanah.

2. Setelah selesai penanaman, bedengan ditutupi dengan jerami setebal 2 cm dan

dilakukan penyiraman di atas bedengan, bagi yang tidak menggunakan mulsa

plastik.

3. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan ( Tabel 7 )

Tabel. 7. Form Kegiatan Penanaman

Nama Petani :...........

Alamat Lahan :...........

Tgl Petak Luas ( ha )

Cara Penanaman

Waktu Penanaman Petugas

A. Validasi Referensi Penanaman

Buku Pengolahan benih hortikultura seri kentang dan bawang putih, Direktorat Bina

Produksi Hortikultura, tahun 1991

Pengalaman produsen benih bawang putih di Desa Tuwel, Kecamatan Bojong Kabupaten

Tegal serta petunjuk dari BPTP dan BPSBTPH Jawa Tengah

17

Gambar 11. Kegiatan penanaman benih

Gambar 12. Penempatan benih pada lubang tanam

18

Standar

Prosedur Operasional Nomor:

POS BP. VII

Tanggal Dibuat

……………..

"Pemupukan" Revisi……….

Tanggal………….

Disahkan

……………..

VI. PEMUPUKAN

A. Definisi dan Tujuan

Pemupukan adalah menambahkan unsur hara ke dalam tanah untuk memperbaiki

kesuburan tanah.

Tujuannya untuk menyediakan unsur hara yang dapat diserap untuk pertumbuhan

tanaman

B. Standar tentang Pemupukan

1.Pemupukan harus mengacu pada empat tepat, yaitu tepat dosis, tepat cara, tepat waktu,

dan tepat jenis.

2.Jenis dan takaran pupuk yang digunakan sebagai berikut :

a. Pupuk dasar (bersamaan dengan pengolahan tanah)

pupuk organik minimal 10 ton/ha,

SP-36 300-500 Kg/ha

b. Pemupukan susulan 1 (15 hari setelah tanam)

Urea sebanyak 200 kg/ha

NPK sebanyak 100 kg/ha

c. Pemupukan susulan 2 ( 35 hari setelah tanam)

Urea sebanyak 100 kg/ha

NPK sebanyak 200 kg/ha

d. Pemupukan susulan 3 (50 - 55 hari setelah tanam)

NPK sebanyak 300 kg/ha

3. pada musim kemarau Seteleh pemupukan dilakukan pemberian air dengan cara di

leb ( genangi) secukupnya

C. Alat dan Bahan

1. Ember digunakan untuk mengangkut pupuk di lahan.

2. Pupuk berupa :

pupuk organik minimal 10 ton/ha

SP 36 sebanyak 300 - 500 kg

NPK sebanyak 600 kg

Urea sebanyak 300 kg

3. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan

D. Prosedur Kerja Pemupukan

1. Pupuk dicampur dan diaduk sampai rata.

2. Pemupukan pertama (pupuk dasar) dilakukan dengan menaburkan secara merata di

atas bedengan setelah selesai pengolahan tanah kemudian dicangkul ringan dan

kemudian ditutup tanah setebal 2 - 5 cm.

3. Pemupukan selanjutnya dilakukan sesuai standar dengan cara dibenamkan dalam

larikan diantara barisan tanaman.

4. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan ( Tabel 8 )

19

Tabel. 8. Form Catatan Kegiatan Pemupukan

Nama Petani :.............

Alamat Lahan :.............

Tgl Petak Luas ( ha )

Umur tanaman

Pemupukan Ke..

Nama Pupuk

Dosis Waktu &

Cara Pemberian

Petugas

( pertama ) ( kedua )

Validasi pemupukan

Pengalaman produsen benih bawang putih di Desa Tuwel, Kecamatan Bojong Kabupaten

Tegal serta petunjuk dari BPTP dan BPSBTPH Jawa Tengah

Gambar 13. Pemupukan I

20

Gambar 14. Pemupukan II

21

Standar

Prosedur Operasional

Nomor:

POS BM.

VIII

Tanggal Dibuat

…………….

"Pengairan" Revisi……….

Tanggal………….

Disahkan

……………..

VII. PENGAIRAN

A. Definisi dan Tujuan :

Pengairan adalah mengatur pemberian air bagi pertumbuhan dan perkembangan

tanaman.

Tujuannya agar kebutuhan air bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman

terpenuhi.

B. Standar Tentang Pengairan :

1. Air selalu tersedia mulai dari penanaman sampai dengan menjelang panen.

2. Waktu penyiraman diusahakan pada pagi hari atau sore hari .

3. Penyiraman dilakukan dengan piring seng .

4. Penyiraman terakhir dilakukan 5 hari sebelum panen.

C. Alat dan Bahan

1. Air

2. Pompa air digunakan untuk memompa air dari sumber air (tanah, embung ).

3. Selang air untuk mengalirkan air ke areal pertanaman melalui parit – parit.

4. Piring seng untuk menyiramkan air dari parit kepermukaan bedengan yang sudah

ditanami.

5. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan

D. Prosedur Kerja Pengairan

1. Pada musim kemarau penyiraman pertama dilakukan pada saat tanaman berumur

5 hari. Setelah itu penyiraman berikutnya dilakukan dengan interval 1 minggu.

sampai 5 hari sebelum panen.

2. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan ( Tabel 9 )

Tabel. 9. Form Catatan Kegiatan Pengairan

Nama Petani :.............

Alamat Lahan :.............

Tgl Petak Luas ( ha)

Umur Tanaman

Jenis Tanah

Cara Pengairan

Lama Diairi

Frekwensi Pengairan

Sumber air

Petugas

B. Validasi pengairan

Pengalaman produsen benih bawang putih di Desa Tuwel, Kecamatan Bojong Kabupaten

Tegal serta petunjuk dari BPTP dan BPSBTPH Jawa Tengah

22

Gambar 15. Penyiraman tanaman

23

Standar

Prosedur Operasional Nomor:

POS BP. IX

Tanggal Dibuat

……………..

"Pemeliharaan Tanaman" Revisi……….

Tanggal………….

Disahkan

……………..

VIII. PEMELIHARAAN TANAMAN

A. Definisi

Pemeliharaan tanaman adalah melakukan pemeliharaan dan memperbaiki struktur tanah

serta membersihkan gulma pada lahan pertanaman.

Tujuannya agar struktur tanah dan kebersihan lahan tetap terjaga sehingga pertumbuhan

tanaman optimal

B. Standar Tentang Pemeliharaan Tanaman

1. Pemeliharaan tanaman meliputi pendangiran dan penyiangan

2. Pendangiran tanah disekitar tanaman untuk memperbaiki/meninggikan bedengan

yang sekaligus membersihkan lahan dari akar rumput yang masih tertinggal pada

saat penyiangan.

3. Penyiangan dilakukan dengan membersihkan areal pertanaman dari gulma yang

tumbuh.

C. Alat dan Bahan

1. Cungkir, sabit atau sosrok digunakan untuk mendangir.

2. Cangkul untuk memperbaiki bedengan

3. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan

D. Prosedur Kerja Pemeliharaan Tanaman

1. Persiapkan peralatan yang akan dipergunakan untuk melakukan pemeliharaan yang

meliputi pendangiran, pembumbunan dan penyiangan.

2. Pendangiran tanah disekitar tanaman untuk memperbaiki/meninggikan bedengan

yang sekaligus membersihkan lahan dari akar rumput yang masih tertinggal pada

saat penyiangan dan dilakukan pada umur pertanaman 25 hari.

3. Penyiangan dilakukan dengan membersihkan areal pertanaman dari gulma yang

tumbuh.

4. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan ( Tabel 10 )

Tabel. 10. Form Catatan Kegiatan Pemeliharaan Tanaman

Nama Petani :...............

Alamat Lahan :..............

Tgl Petak Luas (ha)

Umur Tanaman

Pemeliharaan Tanaman Petugas

Jenis Waktu Cara Alat

Pendangiran Penyiangan .......

Validasi Pemeliharaan Tanaman

Buku Pengolahan benih hortikultura seri kentang dan bawang putih, Direktorat Bina

Produksi Hortikultura, tahun 1991

24

Gambar 16. Penyiangan tanaman

25

Standar

Prosedur Operasional Nomor:

POS BP. X

Tanggal Dibuat

……………..

"Pengendalian

Organisme Pengganggu

Tumbuhan ( OPT )"

Revisi……….

Tanggal………….

Disahkan

……………..

IX. PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT)

A. Definisi dan Tujuan

Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan adalah tindakan untuk menekan

serangan OPT guna mempertahankan produksi benih dengan sistem pengendalian

hama terpadu (PHT ).

Tujuannya agar OPT terkendali dan terjaganya kelestarian lingkungan

B. Standar Tentang Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan

1. Lakukan pengamatan dan identifikasi terhadap OPT di lahan secara berkala.

2. Tentukan jenis tindakan yang perlu segera dilakukan

3. Pengendalian OPT dilakukan bila serangan mencapai ambang pengendalian,

sesuai dengan kondisi serangan OPT dan fase/stadia tanaman sesuai teknik yang

dianjurkan.

C. Alat dan Bahan

1. Power sprayer dan hands sprayer

2. Pestisida (biopestisidia, pestisida nabati, pestisida kimiawi) dan musuh alami (

parasitoid, patogen, predator ) untuk mengendalikan OPT

3. Air sebagai bahan pencampur pestisida dan bahan pembersih.

4. Ember/ timba untuk mencampur pestisida dengan air.

5. Pengaduk untuk mencampur pestisida dengan air.

6. Takaran (gelas ukur) alat berfungsi sama untuk menakar pestisida dan air.

7. Alat pelindung untuk melindungi bagian tubuh dari cemaran bahan kimia

(pestisida).

8. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan

D. Prosedur Kerja Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan

1. Lakukan pengamatan dan identifikasi terhadap OPT di lahan secara berkala.

2. Tentukan jenis tindakan yang perlu segera dilakukan..

3. Pengendalian OPT dilakukan bila serangan mencapai ambang pengendalian,

sesuai dengan kondisi serangan OPT dan fase/stadia tanaman sesuai teknik yang

dianjurkan.

4. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan ( Tabel 11 )

Tabel. 11. Form Catatan Kegiatan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)

Nama Petani :..............

Alamat Lahan :.............

Tgl Petak Luas (ha)

Umur Tanaman

Jenis OPT

Tingkat Serangan

Cara Pengendalian

Nama Bahan Pengendali

OPT

Cara Aplikasi Bahan Pengendali OPT

Cuaca Petugas

26

Validasi Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan

1. Undang-Undang (UU) Nomor 12, Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman.

2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6, Tahun 1995, tentang Perlindungan Tanaman.

3. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 887/Kpts/OP.210/9/97 tentang Pedoman Pengendalian

Organisme Pengganggu Tumbuhan.

4. Buku Pengolahan benih hortikultura seri kentang dan bawang putih, Direktorat Bina

Produksi Hortikultura, tahun 1991

5. Pengalaman produsen benih bawang putih di Desa Tuwel, Kecamatan Bojong Kabupaten

Tegal serta petunjuk dari BPTP dan BPSBTPH Jawa Tengah

Berikut ini adalah informasi pokok mengenai jenis OPT utama yang terdapat pada setiap

fase/stadia pertumbuhan tanaman bawang putih.

Hama-hama penting pada bawang putih

1. Trips (Thrips tabaci)

Gejala serangan:

Daun bawang yang terserang terdapat bercak-bercak berwarna putih keperakan

dikarenakan hama ini mengisap cairan daun yang menyebabkan hilangnya lapisan

epidermis. Pada serangan sedang, ujung daun memintal dan berwarna coklat dan jika

terjadi serangan yang hebat menyebabkan daun tanaman rebah.

Cara pengendalian:

Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inangnya

Menggunakan/ melestarikan musuh alami kumbang macan/ kumbang helm predator

Coccinellidae.

Melakukan pemasangan perangkap berwarna kuning berperekat, sebanyak 80–100 buah/

hektar

Penggunaan pestisida nabati (ekstrak patah tulang, dlingu, daun mimba, daun sirsat, daun

sereh)

Apabila populasi dan serangan terus meningkat dilakukan pengendalian dengan insektisida

kimia efektif yang terdaftar

2. Ulat bawang (Spodoptera exigua)

Gejala serangan:

Daun bawang yang terserang terdapat bercak-bercak tembus cahaya bekas gigitan ulat.

Sering terdapat kotoran ulat berwarna hitam dibawah daun yang terserang.

Cara pengendalian:

Melakukan pergiliran tanaman dengan jenis tanaman yang bukan inang ( tanaman palawija)

untuk musim tanam selanjutnya

Pengambilan kelompok telur dan larva yang dijumpai di sekitar tanaman inang, kemudian

dimusnahkan

27

3. Ulat grayak (Spodoptera litura)

Gejala serangan:

Daun bawang yang terserang akan berlubang atau terkoyak bahkan dapat patah. Sering

kali ulat juga menyerang bagian tunas sehingga mengakibatkan kerusakan menjadi lebih

berat.

Cara pengendalian:

Pergiliran tanaman

Menbakar sisa-sisa tanaman.

4. Tungau (Tetranychus sp)

Gejala serangan:

Permukaan daun bagian bawah kusust darena adanya anyaman-anyaman halus akibat

serangan tungau. Daun kelihatan keputih-putihan karena kehilangan klorofil da jika

serangan berlanjut daun berubah warna menjadi kuning atau coklat dan akhirnya gugur

seluruhnya.

Cara pengendalian:

Sanitasi lingkungan

Penyemprotan dengan air deras

5. Nematoda (Ditylenchus dipsaci)

Gejala serangan:

Tanaman terserang berwarna hijau pucat, menebal dan terdapat berbagai bentuk yang

abnormal. Pangkal titik tumbuh bengkak sehingga tanaman menjadi kerdil, agak kurus,

warna daun agak pucat dengan ujung daun menguning dan kering. Jika serangan terjadi

pada tanaman muda dapat menyebabkan kematian.

Cara pengendalian:

Rotasi tanaman

Sterilisasi tanah dengan pestisida

6. Ulat tanah (Agrotis ipsilon )

Gejala serangan:

Ulat merusak tanaman dengan memotong pangkal batang muda sehingga tanaman menjadi

terpotong dan mati. Kerusakan hebat sering terjadi terutama pada persemaian di musim

kemarau.

Cara pengendalian:

Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inangnya atau tingkat keinangannya

rendah ( tanaman palawija )

Melakukan pengolahan tanah sebaik-baiknya sehingga pupa maupun ulat mati terkena sinar

matahari

Pengambilan larva yang dijumpai di sekitar tanaman inang, kemudian dimusnahkan

Menggunakan lampu perangkap seperti pengendalian pada ulat bawang

Menggunakan/ melestarikan musuh alami Coccinella repanda, Goniophona, Tritaxys braneri

28

PENYAKIT PENTING PADA BAWANG PUTIH

1. bercak ungu ( Alternaria porri )

Gejala serangan:

Pada daun/pangkal daun terdapat bercak-bercak, cekung, berwarna putih berbentuk

bulat/tidak beraturan. Pusat bercak kemudian berwarna merah lembayung dibatasi oleh

tepi yang berwarna jingga.. Daun yang terinfeksi menjadi kuning dan mati dalam waktu 3-

4 minggu. Jika umbi yang terinfeksi, umbi menjadi lunak /berair kemudian menjadi

kuning, merah tua, coklat tua dan akhirnya hitam.

Cara pengendalian:

Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inangnya atau tingkat

keinangannya rendah ( tanaman palawija ).

Menggunakan benih yang berasal dari tanaman sehat, tidak keropos dan tidak terdapat luka

pada kulit/terkelupas dan warna mengkilap

Melakukan sanitasi dan pembakaran sisa – sisa tanaman yang sakit

Menjaga lahan tidak tergenang air dengan membuat saluran drainase sebaik mungkin

Mengadakan penyemprotan dengan air bersih sebelum matahari terbit untuk menghilangkan

embun

Jika terjadi hujan pada siang hari, maka tanaman segera disemprot dengan air bersih untuk

menghindari patogen yang menempel pada daun

Menggunakan pupuk kompos plus agens hayati Gliocladium sp atau Trichodherma sp yang

ditaburkan sebelum tanam dan agens hayati Gliocladium sp atau Trichodherma sp

ditaburkan lagi sesudah tanam

Penggunaan pestisida nabati (ekstraks laos, dringu, temu ireng )

Apabila masih ditemukan gejala serangan dapat dilakukan penyemprotan dengan fungisida

kimia efektif yang dianjurkan/ terdaftar

2. Embun berbulu (Peronospora destructor = downy mildew)

Gejala serangan:

Infeksi pada tanaman muda menyebabkan tanaman mati, jika tetap hidup tanaman menjadi

kerdil, berubah bentuk dan berwarna pucat. Infeksi pada tanaman tua menyebabkan bercak

klorotik pada daun, kemudian daun menguning dan dilapisi oleh benang-benang halus.

Jika serangan berat terjadi pada tangkai bunga, maka tangkai tersebut rebah, biji berkeriput

dan mati. Cendawan dapat menyebar kearah umbi, mengakibatkan warna umbi menjadi

coklat dan lapisan terluar umbi berkeriput sedangkan bagian dalamnya kering dan tetap

berwarna putih. Jika umbi terinfeksi hebat maka umbi menjadi lunak dan busuk atau

berkecambah sebelum waktunya di penyimpanan.

Cara pengendalian:

Menanam dengan umbi sehat

Sanitasi lingkungan

Drainase yang baik

Penyemprotan dengan fungisida yang sesuai

3. Busuk leher (Botrytis sp./ Neck rot)

Gejala serangan:

Gejala kerusakan pada daun berbentuk bercak bulat/lonjong dengan warna putih atau hanya

berbentuk titik-titik dengan tepi agak basah, daun dapat menjadi layu dan mengalami

kematian. Pembusukan umbi biasa mulai terjadi pada leher, daging umbi seperti berair dan

terdapat batas yang jelas antara jaringan yang sehat dan yang sakit. Jika tidak dikendalikan

pertumbuhan jamur terus berlangsung kadang –kadang beberapa bulan sampai seluruh

umbi membusuk.

29

Cara pengendalian:

Gejala bercak daun diatasi dengan penyemprotan fungisida

Jika busuk leher dan umbi diatasi dengan membersihkan umbi dari daun-daun dan

lapisan umbi terluar yang mati sebelum disimpan

Penghembusan udara panas ke dalam tempat penyimpanan.

4. Busuk putih (Selerotium cepivorum / white rot)

Gejala serangan:

Daun yang terserang menguning dan mengalami kematian mulai dari pucuk/ujung daun.

Daun tertutup oleh lapisan tepung yang terdiri atas miselium putih dan jika dicabut akar

kelihatan busuk. Dalam waktu singkat miselium berkembang menjadi sklerotia yang

berwarna hitam. Serangan pada umbi menyebabkan umbi agak berair. Jika infeksi umbi

sampai terbawa ketempat penyimpanan maka kerusakan akan berlanjut.

Cara pengendalian:

Perlakuan benih dengan air hangat atau fungisida.

Rotasi jangka panjang

5. Busuk akar pink (Pyrenochaeta terrestais / pink rot)

Gejala serangan:

Bagian tanaman yang terserang adalah perakaran. Bagian yang terinfeksi berwarna pink

dan mengkerut. Tanaman yang terserang biasanya tidak mati, ujung daun mongering,

perkembangan umbi dan hasil sangat berkurang.

Cara pengendalian:

Pemeliharaan lingkungan

Rotasi jangka panjang

Penggunaan kultivar tahan

6. jamur hitam (Aspergillus niger =black mold)

Gejala serangan:

Gejala kerusakan dimulai pada umbi pada saat daun dikeringkan/dipotong. Jaringan yang

terserang berair, kemudian timbul miselium putih diantara lapisan daging umbi bagian luar.

Diantara kulit luar umbi terbentuk tepung hitam. Apabila serangan hebat dapat

menyebabkan kematian.

Cara pengendalian:

rotasi tanaman

menjaga kelembaban (tempat penyimpanan tidak lebih dari 65 – 70%).

30

7. Busuk pangkal (Fusarium oxysporum /Bottom Rot atau Basal Rot)

Gejala Serangan:

Daun di lapangan berwarna kekuningan yang menyebar dimulai dari ujung daun. Bagian

yang terserang dapat mati dalam waktu 1 atau 2 minggu. Kerusakan lain dapat terjadi

pada pangkal batang. Perakaran menjadi berwarna pink dan sedikit demi sedikit rusak,

sampai akhirnya seluruh sistim perakaran rusak. Umbi yang terserang tampak normal

tetapi bagian leher umbi lunak. Serangan pada saat panen akan berlanjut terus pada

tempat penyimpanan.

Cara pengendalian: Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inangnya atau tingkat

keinangannya rendah.

Drainase dijaga sebaik mungkin

Menggunakan pupuk kompos plus agens hayati Gliocladium sp atau Trichodherma sp yang

ditaburkan pada bedengan sebelum tanam dan agens hayati Gliocladium sp atau

Trichodherma sp ditaburkan pada bedengan sesudah tanam.

Penggunaan pestisida nabati (ekstraks laos, dringu)

Melakukan penyemprotan dengan air bersih pada bagian daun sebelum matahari terbit.

Menjaga tanaman/umbi jangan sampai terluka akibat perlakuan sewaktu pemeliharaan

maupun panen

Pencabutan dan pemusnahan tanaman yang sakit

8. Busuk kapang biru (Penicillium spp. / Blue mold rot)

Gejala serangan:

Gejala serangan tampak pada umbi, bagian yang busuk menjadi lunak dan berangsur-angsur

berair. Pada siung bawang putih massa yang berwarna abu-abu tersembunyi didalam

jaringan dan adanya penyakit hanya terlihat dari ringannya bobot umbi.

Penyakit ini umumnya terdapat dalam penyimpanan atau pengankutan.

Cara Pengendalian:

melindungi umbi dari pengaruh kelembaban dilapang baik pada waktu panen maupun

pengankutan.

9. Colletotricum cirsinans

Gejala serangan:

Gejalanya serangan dapat dilihat dari adanya titik-titik hitam dan hijau kecil yang

membentuk cincin pada umbi bagian luar. Penyakit ini menyerang bagian leher dan siung

umbi.

Penyakit ini terutama menyerang pada waktu umbi di penyimpanan, yang menyebabkan

pengkerutan dan dapat merusak penampilan umbi sehingga dapat menurunkan harga jual.

Cara Pengendalian

rotasi tanaman

sanitasi lingkungan antara lain dengan membersihkan sisa-sisa tanaman.

10. Mati pucuk (dumping off)

Gejala serangan:

gejala serangan penyakit ini ditandai dengan adanya pembusukan umbi dan mati pucuk

beberapa saat setelah tanaman tumbuh, sehingga tanaman menjadi kurus. Penyakit ini

disebabkan oleh Phytion spp, Pellicularia filamentosa, Rhizoctonia solani

Cara pengendalian:

Perlakuan umbi dengan thiram pada saat penanaman.

Penggunaan fumigant pada tanah

pengairan pada cuaca terang dilakukan pada dini hari sehingga tanaman cukup kering

sebelum malam.

31

11. Layu bakteri (Erwina carotovara / Bacterical soft rot)

Gejala serangan:

Serangan Penyakit ini ditandai dengan busuknya umbi biasa dimulai pada leher umbi dan

menyerang satu atau lebih siung umbi. Penyebaran serangan dari siung satu ke siung yang

lain relative lambat. Gejala luar yang nampak adalah umbi agak kempes dan adanya bau

busuk yang terjadi yang mengalir melalui leher akar. Serangan melalui leher batang sering

terjadi pada cuaca lembab. Serangan yang hebat dapat terjadi karena infeksi larva yang

membawa bakteri dan masuk umbi.

Cara pengendalian:

Pengeringan yang sempurna dan cepat pada saat panen.

Membuang seluruh umbi yang menunjukan adanya luka karena larva

12. Busuk batang (Pseudomonas cepacia / saur skim/slippery skim)

Gejala serangan:

Penyakit ini menyerang siung umbi bagian luar. Kebusukan pertama berupa lapisan bening,

kemudian licin dan berwarna kuning serta berbau asam.

Cara pengedalian:

pengeringan yang sempurna dan cepat pada saat panen.

13. Kerdil Kuning (Yellow dwart)

Gejala serangan:

Gejala awal pada tanaman yang ditanam dari umbi yang terinfeksi adalah rangkaian garis

kuning pendek yang timbul dari pangkal daun pertama yang tumbuh dan lambat laun warna

daun berubah menjadi kuning muda. Pertumbuhan daun terganggu dan menjadi keriting dan

layu. Penyakit ini menghambat pertumbuhan tanaman dan mempengaruhi hasil dan mutu

umbi.

Penyakit ini disebabkan oleh virus, yang dapat ditularkan oleh Aphids sebagai perantara.

Cara pengendalian:

menggunakan benih yang bebas penyakit.

Memberantas hama aphids

waktu seleksi umbi yang kecil dibuang.

gambar 17. Pengendalian Hama dan Penyakit

32

Standar

Prosedur Operasional Nomor:

POS BP. XI

Tanggal Dibuat

……………..

" Roguing " Revisi……….

Tanggal………….

Disahkan

……………..

X. ROUGUING

A. Definisi dan Tujuan

Rouguing adalah memilih tanaman yang sehat dan tidak cacat sesuai dengan identitas

varietas.

Tujuannya agar diperoleh mutu benih yang baik sesuai dengan ciri-ciri varietas yang

ditanam.

B. Standar tentang rouguing

7. Rouguing dilakukan minimal tiga kali yaitu pada saat tanaman berumur 1 bulan, 2

bulan dan 3 bulan.

8. Hal yang harus diperhatikan pada waktu rouguing adalah keseragaman, tipe

pertumbuhan, warna daun, warna batang, warna umbi dan kesehatan tanaman.

C. Alat dan Bahan

1. Catatan waktu tanam bawang putih untuk mengetahui umur tanaman dan

menentukan saat roguing.

2. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan.

D. Prosedur Kerja Penentuan Saat roguing

1. Lakukan pengamatan terhadap perkembangan fisik tanaman pada saat tanaman

berumur 1 bulan, 2 bulan dan 3 bulan.

2. Cabut tanaman yang sakit, kerdil, tidak normal dan layu, tipe simpang dan

varietas lain (off type ).

3. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan ( Tabel 12 )

Tabel. 12. Form Catatan Kegiatan Penentuan Saat Roguing

Nama Petani :………….

Alamat Lahan :…………

Tgl Petak Luas (ha)

Umur Tanaman

Penampakan Ciri Fisik Tanaman Siap

roguing Petugas

33

Gambar 18. Tanaman hasil roguing

34

Standar

Prosedur Operasional Nomor:

POS BP. XI

Tanggal Dibuat

……………..

" Penentuan Saat Panen" Revisi……….

Tanggal………….

Disahkan

……………..

XI. PENENTUAN SAAT PANEN

A. Definisi dan Tujuan

Penentuan saat panen adalah memantau/melihat keadaan fisik tanaman untuk

menentukan saat panen yang tepat.

Tujuannya agar diperoleh mutu dan produksi umbi yang optimal untuk digunakan

sebagai benih.

B. Standar tentang Penentuan Saat Panen

1. Penentuan saat panen dilakukan dengan melihat perkembangan fisik tanaman

(terutama daun) maupun dokumentasi/catatan kebun lainnya.

2. Panen dilakukan setelah tanaman berumur 110 – 120 hari dengan ciri-ciri fisik

70-80% daun menguning serta layu dan umbinya sudah cukup masak dan padat.

C. Alat dan Bahan

1. Catatan waktu tanam bawang putih untuk mengetahui umur tanaman dan

menentukan saat panen.

2. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan.

D. Prosedur Kerja Penentuan Saat Panen

1. Lakukan pengamatan secara periodik terhadap perkembangan fisik tanaman

(terutama daun) maupun dokumentasi/catatan kebun lainnya.

2. Panen dilakukan setelah tanaman berumur 110 – 120 hari dengan ciri-ciri fisik 70-

80% daun dan batang sudah kering, kuning serta layu dan umbinya sudah cukup

masak dan padat.

3. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan ( Tabel 12 )

Tabel. 12. Form Catatan Kegiatan Penentuan Saat Panen

Nama Petani :………….

Alamat Lahan :…………

Tgl Petak Luas (ha)

Umur Tanaman

Penampakan Ciri Fisik Tanaman Siap

Dipanen

Rencana Umbi Dipanen

Petugas

Umur Tanggal

E. Validasi Penentuan Saat Panen :

1. Buku Pengolahan benih hortikultura seri kentang dan bawang putih, Direktorat Bina

Produksi Hortikultura, tahun 1991

2. Pengalaman produsen benih bawang putih di Desa Tuwel, Kecamatan Bojong Kabupaten

Tegal serta petunjuk dari BPTP dan BPSBTPH Jawa Tengah

35

Standar

Prosedur Operasional Nomor:

POS BP. XII

Tanggal Dibuat

……………..

" Panen" Revisi……….

Tanggal………….

Disahkan

……………..

XII. PANEN

A. Definisi dan Tujuan

Panen adalah proses pengambilan umbi bawang putih yang sudah menunjukkan ciri

(sifat khusus) untuk dicabut (masak panen optimal ).

Tujuannya adalah untuk mencabut umbi dari tanah.

B. Standar tentang Panen

1. Umbi bawang putih dipanen dengan cara dicabut dari dalam tanah dengan hati-

hati.

2. Panen dilakukan pada cuaca yang cerah dan tidak pada saat turun atau menjelang

hujan.

C. Alat dan Bahan

1. Plastik penutup / terpal bila terjadi hujan.

2. Keranjang, karung

3. Tali untuk mengikat/ mengunting.

4. Bilah bambu untuk mendongkel umbi yang tertinggal

5. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan

D. Prosedur Kerja Panen

1. Persiapkan peralatan panen seperti keranjang, plastik, tali.

2. Cabut umbi dengan hati – hati dari dalam tanah kemudian mengangkatnya

sehingga umbi ke luar dari dalam tanah.

3. Tanah yang menempel pada akar dibersihkan.

4. Apabila terjadi hujan lakukan penutupan menggunakan plastik.

5. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan ( Tabel 13 )

Tabel. 13. Form Catatan Kegiatan Panen

Nama Petani :................

Alamat Lahan :...............

Tgl Petak Luas ( ha ) Tahapan Cara

Panen Cuaca & Waktu

Panen Jumlah Hasil

Panen Petugas

C. Validasi Panen

Buku Pengolahan benih hortikultura seri kentang dan bawang putih, Direktorat Bina

Produksi Hortikultura, tahun 1991

Pengalaman produsen benih bawang putih di Desa Tuwel, Kecamatan Bojong Kabupaten

Tegal serta petunjuk dari BPTP dan BPSBTPH Jawa Tengah

36

Standar

Prosedur Operasional

Nomor:

POS BM.

XIII

Tanggal Dibuat

……………..

" Pembersihan dan

Sortasi "

Revisi……….

Tanggal………….

Disahkan

……………..

XIII. PEMBERSIHAN DAN SORTASI

A. Definisi dan Tujuan

Pembersihan dan Sortasi adalah proses menghilangkan kotoran yang menempel pada

umbi untuk memperoleh umbi yang berkualitas baik untuk digunakan sebagai benih.

Tujuannya adalah menghilangkan kotoran (seperti tanah atau akar-akar dll) yang

masih menempel pada umbi dan memisahkan umbi yang baik dengan yang jelek.

B. Standar Tentang Pembersihan dan Sortasi

1. Sortasi dilakukan untuk memisahkan antara umbi yang baik ( bernas, tidak cacat

fisik atau busuk, berukuran seragam ) dengan umbi yang jelek, rusak atau busuk.

2. Pembersihan dilakukan dengan hati hati untuk memisahkan umbi benih bawang

putih dengan tanah yang masih melekat pada umbi diatas alas dari anyaman

bambu (gribig)

C. Alat dan Bahan

1. Tali bambu untuk mengikat umbi menjadi satu.

2. Alas dari anyaman bambu (gribig) untuk alas kotoran yang masih menempel.

3. Para–para untuk menggantungkan ikatan umbi yang sudah dibersihkan dan

disortasi.

4. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan.

D. Prosedur Kerja Pembersihan dan Sortasi

1. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan sebagai sarana pembersih dan

pengikat umbi.

2. Ambil satu genggam daun umbi bawang putih yang menjadi satu dengan umbi (

pocong). Pisahkan tiap genggaman antara umbi yang baik dengan umbi yang

jelek kemudian ikat (20-30 tanaman/ikat) menggunakan tali (satu ikatan).

3. Hentakkan pelan-pelan umbi yang telah diikat untuk merontokkan kotoran yang

masih melekat pada umbi diatas alas dari anyaman bambu

4. Ikat dua ikatan pocong menjadi satu gedengan agar mudah diletakkan di para-

para. Letakkan umbi yang sudah dibersihkan dan diikat pada para para yang

telah dipersiapkan.

5. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan ( Tabel 15 )

Tabel. 15. Form Catatan Kegiatan Pembersihan dan Sortasi

Nama Petani :.............

Alamat Lahan :.............

Tgl Jumlah ( kg )

Lokasi Pembersihan &

Sortasi

Cara Pembersihan

Cara Sortasi

Prosentase Rusak

Petugas

37

E. Validasi Pembersihan dan Sortasi

Buku Pengolahan benih hortikultura seri kentang dan bawang putih, Direktorat Bina

Produksi Hortikultura, tahun 1991

Pengalaman produsen benih bawang putih di Desa Tuwel, Kecamatan Bojong Kabupaten

Tegal serta petunjuk dari BPTP dan BPSBTPH Jawa Tengah

Gambar 19. Sortasi calon benih

38

Standar

Prosedur Operasional

Nomor:

POS BM.

XIII

Tanggal Dibuat

……………..

" Pengeringan" Revisi……….

Tanggal………….

Disahkan

……………..

XIV. PENGERINGAN

A. Definisi dan Tujuan

Pengeringan adalah proses untuk mengurangi kadar air. umbi bawang putih

Tujuannya agar terjadi penurunan kadar air pada daun dan leher umbi bawang putih

sehingga optimal dalam penyimpanan dan sebagai benih.

B. Standar Pengeringan

1. Pengeringan dilakukan pada saat cuaca cerah dan sinar matahari optimal.

2. Pengeringan dilakukan sampai batang-batang umbi dan akarnya menjadi kering

dicirikan dengan adanya penyusutan bobot ± 40-50%.

3. Pengeringan dilakukan dengan menjemur bawang putih dibawah sinar matahari

selama 1-2 minggu setelah panen. Usahakan pada saat pengeringan umbi bawang

tidak terkena sinar matahari secara langsung dengan menutupi umbi

menggunakan daun-daun yang masih melekat pada umbinya

4. Alat pengering digunakan bila tidak ada sinar matahari, yaitu dengan cara

pengasapan dengan suhu + 35 ºC selama 12 jam.

C. Alat dan Bahan

1. Alas bambu untuk pengeringan.

2. Batang bambu sebagai para-para.

3. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan.

D. Prosedur Kerja Pengeringan

1. Persiapkan alas bambu untuk alas umbi pada saat pengeringan.

2. Pengeringan dilakukan dengan menjemur bawang putih dibawah sinar matahari

selama 1-2 minggui setelah panen. Usahakan pada saat pengeringan umbi bawang

tidak terkena sinar matahari secara langsung dengan menutupi umbi

menggunakan daun-daun yang masih melekat pada umbinya

3. Alat pengering digunakan bila tidak ada sinar matahari, yaitu dengan cara

pengasapan dengan suhu +35 ºC selama 12 jam.

4. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan ( Tabel 14 )

Tabel. 14. Form Catatan Kegiatan Pelayuan & Pengeringan

Nama Petani :.............

Alamat Lahan :.............

Tgl Jumlah ( kg )

Lokasi : Cara dan Alat : Lama : Petugas

Pelayuan Pengeringan Pelayuan Pengeringan Pelayuan Pengeringan

39

E. Validasi Pengeringan

Buku Pengolahan benih hortikultura seri kentang dan bawang putih, Direktorat Bina

Produksi Hortikultura, tahun 1991

Gambar 20. benih yang sudah kering dan siap disimpan

40

Standar

Prosedur Operasional

Nomor:

POS BM.

XIII

Tanggal Dibuat

……………..

“Penyemprotan pestisida’ Revisi……….

Tanggal………….

Disahkan

……………..

XV. PERLAKUAN PESTISIDA

A. Definisi

Menyemprot umbi yang telah bersih dan kering dengan pestisida.

Tujuannya adalah untuk mencegah umbi yang telah bersih dan kering dari serangan

hama dan penyakit.

B. Stándar penyemprotan pestisida

1. Pestisida yang digunakan harus terdaftar/mendapat ijin resmi dari pemerintah

2. Penggunaan pestisida harus sesuai dengan instruksi label

3. Dalam pelaksanaan penyemprotan mengunakan pelindung

C. Alat dan bahan

1. Pestisida (insektisida dan fungisida).

2. Hans Sprayer, corong, air dan masker.

3. Alat tulis dan blanko isian

D. Prosedur kerja penyemprotan pestisida

1. Gunakan pelindung badan sebelum memulai aktivitas

2. Persiapkan pestisida yang akan di gunakan.

3. Campurkan pestisida dengan air sesuai dosis dan masukkan kedalam tanki sprayer.

4. Semprotkan pada umbi dan kemudian umbi di jemur hingga kering.

5. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan ( Tabel 14 )

Tabel. 8. Form Catatan Kegiatan Penyemprotan Pestisida

Nama Petani :.............

Alamat Lahan :.............

Tgl Nama Pestisida Dosis Waktu & Cara

Pemberian Petugas

E. Validasi penyemprotan

Pengalaman produsen benih bawang putih di Desa Tuwel, Kecamatan Bojong Kabupaten

Tegal serta petunjuk dari BPTP dan BPSBTPH Jawa Tengah

41

Standar

Prosedur Operasional

Nomor:

POS BP.

XVII

Tanggal Dibuat

……………..

" Penyimpanan " Revisi……….

Tanggal………….

Disahkan

……………..

XVI. PENYIMPANAN

A. Definisi

Penyimpanan adalah proses menyimpan hasil panen sebelum dipasarkan atau

digunakan sebagai benih.

Tujuannya adalah untuk menunggu selesainya masa dormansi atau saat pemasaran

yang tepat

B. Standar Tentang Penyimpanan

1. Penyimpanan secara tradisional dapat menggantung bawang putih menggunakan

para-para diatas tungku perapian

2. Masa penyimpanan benih (dormansi) 5 -6 bulan.

3. Gudang tempat penyimpanan harus bersih, ventilasi memadai agar sirkulasi

udara lancar, kelembaban sekitar 30-40% suhu 21-25 ºC dan sinar matahari

cukup.

C. Alat dan Bahan

1. Tempat penyimpanan adalah tempat penyimpanan bawang putih yang telah

selesai dibersihkan dan disortasi.

2. Para-para digunakan sebagai tempat menggantung umbi bawang putih yang akan

disimpan dalam tempat penyimpanan

3. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan

D. Prosedur Kerja Penyimpanan

1. Persiapkan para-para dari kayu atau bambu yang bersih untuk tempat

menggantung umbi.

2. Persiapkan tempat penyimpanan yang akan digunakan

3. Bawang putih yang telah dibersihkan dan disortasi serta diikat digantung ke

dalam ruang penyimpanan yang disusun secara rapi menggunakan para para.

4. Secara berkala setiap dua bulan sekali benih dibersihkan kulit arinya dan

disemprot pestisida jika dipandang perlu

5. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan ( Tabel 16 )

Tabel. 16. Form Catatan Kegiatan Penyimpanan

Nama Petani :............

Alamat Lahan :............

Tgl Jumlah ( Kg )

Lokasi Penyimpanan (rumah/gudang dll)

Cara Penyimpanan

Tujuan Penyimpanan

Lama Penyimpanan

Petugas

42

E. Validasi Penyimpanan :

Pengalaman produsen benih bawang putih di Desa Tuwel, Kecamatan Bojong Kabupaten

Tegal serta petunjuk dari BPTP dan BPSBTPH Jawa Tengah

Gambar 21. Penyimpanan umbi bawang putih di gudang

Gambar 22. Penyimpanan bawang putih di para-para

43

Standar

Prosedur Operasional Nomor:

SPO BP.XIV

Tanggal Dibuat

……………..

" Pengemasan" Revisi……….

Tanggal………….

Disahkan

……………..

XVII. PENGEMASAN

A. Definisi dan Tujuan :

Pengemasan adalah proses mengemas umbi yang dilakukan dengan menggunakan

bahan pengemas yang sesuai sehingga tidak mengurangi daya tumbuh benih.

Tujuannya agar diperoleh benih bawang putih yang mempunyai daya tumbuh baik.

B. Standar tentang Pengemasan

1. Jumlah umbi bawang putih yang dikemas harus sesuai dengan tujuan

pengirimannya.

2. Untuk pengiriman benih bawang putih dikemas menggunakan karung jala

dengan berat 20 - 25 kg

C. Alat dan Bahan:

1. Timbangan digunakan untuk menimbang benih bawang putih yang akan

dikemas.

2. Karung jala untuk mengemas benih bawang putih yang sudah disortir dari tempat

penyimpanan untuk didistribusikan.

3. Tali plastik untuk mengikat karung jala plastik

4. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan

D. Prosedur Kerja Pengemasan :

1. Persiapkan peralatan pengemasan beserta timbangan sesuai dengan tujuan

2. Untuk pengiriman benih bawang putih dikemas menggunakan karung jala dan

ditimbang dengan berat 20-25 kg dan ujung karung jala diikat menggunakan tali

plastik

3. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan ( Tabel 17 )

Tabel. 17. Form Catatan Kegiatan Pengemasan

Nama Petani :...............

Alamat Lahan :..............

Tgl Jumlah

(Kg) Lokasi Pengemasan ( rumah/gudang dll)

Cara Pengemasan

Bahan Kemasan

Jumlah Perkemasan (

Kg ) Petugas

44

E. Validasi Pengemasan :

Pengalaman produsen benih bawang putih di Desa Tuwel, Kecamatan Bojong Kabupaten

Tegal serta petunjuk dari BPTP dan BPSBTPH Jawa Tengah

Gambar 23. Penyusunan benih pada saat akan didistribusikan

45

XIX. SERTIFIKASI BENIH BAWANG PUTIH

UU No. 12 tahun 1992 tentang Sistem budidaya tanaman, pada pasal 13 menyebutkan

bahwa benih dari varietas yang sudah dilepas apabila akan diperdagangkan/diedarkan harus

melalui sertifikasi benih. Tujuan utama sertifikasi benih adalah untuk melindungi konsumen dari

perolehan benih yang tidak benar baik varietas maupun mutunya. Pelaksanaan sertifikasi ini

dapat dilakukan oleh instansi pemerintah yang dikenal dengan nama Balai Pengawasan dan

Sertifikasi Benih (BPSB) serta perorangan atau badan hukum yang telah memperoleh ijin dari

lembaga yang berwenang.

1. Persyaratan Sertifikasi.

Secara umum persyaratan sertifikasi benih yang dilaksanakan oleh BPSB adalah

sebagai berikut :

1.1. Pemohon.

Pemohon sertifikasi harus terdaftar di BPSB, mentaati peraturan yang berlaku,

menguasai lahan/areal penangkaran, menguasai benih sumber dan sanggup

membayar biaya sertifikasi.

1.2. Benih Sumber.

Benih sumber atau benih yang akan ditangkarkan harus sudah dilepas, kelas

benihnya lebih tinggi dari kelas benih yang akan diproduksi dan dapat

ditelusuri, artinya dokumen benih tersebut harus lengkap dan jelas.

1.3. Areal Sertifikasi.

Lahan atau areal sertifikasi harus jelas batas-batasnya, satu areal hanya boleh

ditanami satu kelas benih dan satu varietas, bebas dari tanaman lain atau bera

dan tidak ditanami dengan jenis tanaman yang satu famili untuk beberapa

musim. Areal sertifikasi sejarah lapangannya harus jelas, satu areal dapat terdiri

dari beberapa petak dengan jarak maksimal 10 meter dan perbedaan waktu

tanam maksimal 7 hari.

1.4. Seleksi.

Pemohon wajib melakukan seleksi (roguing) membuang tipe simpang dan

varietas lain serta memelihara pertanaman.

2. Prosedur Sertifikasi.

Prosedur sertifikasi dikelompokkan menjadi dua yaitu secara umum dan khusus.

Prosedur secara umum menyangkut permohonan, pemeriksaan pendahuluan dan

pemeriksaan ulang. Sedang prosedur khusus berlaku untuk masing-masing kelompok

bentuk benih.

2.1. Prosedur Umum.

(1). Penangkar/produsen harus mengajukan permohonan ke BPSB minimal 7

hari sebelum pemeriksaan dilaksanakan. Permohonan harus dilampiri

dengan peta/denah penangkaran atau peta/denah lokasi pohon induk

batang atas dan bukti kelayakan pohon induk.

(2). Pemeriksaan pendahuluan.

Pemeriksaan ini dilakukan terhadap kebenaran nama dan alamat pemohon,

lahan sertifikasi dan benih sumber yang meliputi asal benih, kelas benih,

varietas dan volume benih yang akan ditanam sesuai dengan luas

penangkaran.

(3). Pemeriksaan ulang.

Pemeriksaan ini hanya boleh dilakukan satu kali pada setiap tahap

pemeriksaan dengan syarat produsen harus memperbaiki kondisi lapang

dan fase pertumbuhan pada tahap pemeriksaan tersebut belum berakhir.

46

2.2. Prosedur Khusus.

2.2.2. Sertifikasi benih bentuk umbi.

Tahapan-tahapan sertifikasi benih bentuk umbi adalah sebagai berikut :

(1). Pemeriksaan pertanaman.

Pemeriksaan pertama yaitu pada fase pertumbuhan. Parameter

yang diamati tipe pertumbuhan, warna batang, warna dan bentuk

daun, varietas lain dan tipe simpang serta kesehatan tanaman.

Pemeriksaan kedua yaitu pada fase menjelang panen. Parameter

yang diamati tipe pertumbuhan, varietas lain dan tipe simpang,

warna dan bentuk umbi serta kesehatan tanaman.

(2). Pemeriksaan umbi.

Pemeriksaa umbi dilakukan setelah panen, sortasi, pembuatan lot

dan sebelum dikemas yang difokuskan pada varietas lain, serangan

OPT dan kerusakan mekanis.

(3). Pemberian sertifikat dan label.

Sertifikat dan label diberikan hanya pada lot benih yang telah lulus

pemeriksaan lapang dan pemeriksaan umbi di gudang.

Label dipasang pada setiap kemasan dengan isi label minimal

jenis/varietas tanaman, kelas benih, volume kemasan, no. lot, nama

dan alamat produsen, perlakuan bahan kimia, tanggal panen.

Warna label putih untuk benih dasar, ungu untuk benih pokok, dan

biru untuk benih sebar.

47

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS) PRODUKSI BENIH BAWANG PUTIH

( Allium sativum )

DINAS PERTANIAN PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN

KABUPATEN TEGAL

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PRODUKSI BENIH BAWANG PUTIH

(Allium sativum)

48