laporan iht bawang

12
BAB III METODOLOGI 3.1 Alat dan Bahan Beserta Fungsi a. Alat Gunting : untuk memeotong daun Cangkul : untuk menggali dan mengambil tanah Pisau : untuk memotong bawang Polybag : wadah media tanam Timbangan : menimbang berat umbi Gembor : untuk menyiram tanaman b. Bahan Umbi Bawang merah : sebagai bahan tanam Pupuk kandang : sebagai sumber nutrisi bagi tanaman pada media tanam Tanah : sebagai media tanam Air : sebagai pelarut unsur hara dalam tanah sehingga dapat diserap tanaman 3.2 Cara Kerja Menyiapkan polybag ukuran 5 kg melubangi alas dan sampingnya Mengaduk dan mencampur tanah dengan pupuk kandang dengan ukuran 1:5 Memasukkan tanah kedalam polibag Menyaiapkan 5 benih bawang merah, potong 1/3, mendiamkan selama 2 x 48 jam hingga getah menjadi kering serta menimbang bobotnya

Upload: rieyo-soesilo

Post on 23-Nov-2015

73 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

BAB IIIMETODOLOGI3.1 Alat dan Bahan Beserta Fungsia. AlatGunting : untuk memeotong daunCangkul : untuk menggali dan mengambil tanahPisau : untuk memotong bawangPolybag : wadah media tanamTimbangan : menimbang berat umbiGembor : untuk menyiram tanamanb. BahanUmbi Bawang merah : sebagai bahan tanamPupuk kandang: sebagai sumber nutrisi bagi tanaman pada media tanamTanah : sebagai media tanamAir : sebagai pelarut unsur hara dalam tanah sehingga dapat diserap tanaman3.2 Cara KerjaMenyiapkan polybag ukuran 5 kg melubangi alas dan sampingnya

Mengaduk dan mencampur tanah dengan pupuk kandang dengan ukuran 1:5

Memasukkan tanah kedalam polibag

Menyaiapkan 5 benih bawang merah, potong 1/3, mendiamkan selama 2 x 48 jam hingga getah menjadi kering serta menimbang bobotnya

Menanam benih pada polybag dengan perlakuan per polybag 4 umbi

Melakukan pengamatan selama 6 minggu dan melakukan perawatan

Pada waktu perawatan diberikan perlakuan berupa pemotongan 0%, 10%, 25%, 50% dan 75% daun pada tanaman yang berada di polybag berbeda

Melakukan pemeliharaan hingga panen

Setelah itu melakukan pemanenan

Melakukan penimbangan bobot umbi setelah panen

Mencatat hasilnya3.3 Analisis PerlakuanPerlakuan bertujuan untuk melihat berapa pengaruh kerusakan tanaman pada hasil produksi tanaman. Diujikan dengan bawang merah yang dipotong daunnya beberapa persen tergantung tingkat kerusakan, dan dilihat berapa produksi bawang merah dengan kerusakan. Dengan ini bisa diperkirakan berapa produksi yang dapt dihasilkan dengan jumlah hama dan jumlah kerusakan pada tanaman. Untuk pemotongan 1/3 bagian bahan tanam bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan dan pengeringan getah agar saat ditanam bahan tanam tidak menjadi busuk. Pada beberapa model pemotongan akan didapatkan beberapa hasil yang berbeda. Tujuan pemotongan ialah untuk mengeluarkan getah sehingga pertumbuhan menjadi lebih cepat. Pada perlakuan penanaman di polybag yaitu tiap polybag di beri masing-masing 4 bibit. Kemudian dilakuakan pengamatan selama 6 minggu hingga pada fase panen. Kemudian menimbang kembali bobot umbi setelah panen untuk mengetahui perbedaan penimbangan anatar sebelum dan sesudah masa tanam.

BAB IVPEMBAHASAN4.1 Tabel dan Grafik Hasil Pengamatan TabelPerlakuanJumlah TanamanBobot awal UmbiBobot akhir Umbi

0 % pemotongan3 hidup, 1 mati14,9 gr2,3 gr

10 % pemotongan4 hidup, 0 mati8 gr0,2 gr

25 % pemotongan2 hidup, 2 mati

9,4 gr4,1 gr

50 % pemotongan1 hidup, 3 mati13 gr10,7 gr

75 % pemotongan4 hidup, 0 mati10,3 gr1,8 gr

Grafik

4.2 Klasifikasi Alium Ascalonicum LMenurut Rahayu dan Berlian (1999) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut:Kingdom : PlantaeDivisio : SpermatophytaSubdivisio : AngiospermaeKelas : MonocotyledonaeOrdo : LilialesFamily : LiliaceaeGenus : AliumSpesises : Alium ascalonicum L.4.3 Dokumentasi Hasil PengamatanPenanaman dilakukan tgal 11 apr 2014PENGAMATAN I 14 Apr 20143 hari setelah penanaman

PENGAMATAN II 28 apr 2014 2 Minggu setelah pengamatan I PENGAMATAN III 5 mei 2014Seminggu setelah pengamatan IIPada pengamatan ke III dilakukan perlakuan pemotongan daun sesuai kelompok perlakuan Kontrol 0%

10 % pemotongan daun

25 % pemotongan daun

50 % pemotongan daun

75 % pemotongan daun

4.4 Pembahasan dengan LiteraturDari hasil praktikum didapatkan yang memiliki bobot umbi paling tinggi adalah dengan pemotongan umbi 50%, yang kedua 25%, ketiga tanpa pemotongan dan yang keempat adalah dengan pemotongan 75% dan yang paling rendah adalah dengan pemotongan 10%. Data yang diperoleh tersebut tidak sesuai dengan literature yang didapatkan. Selisih antara umbi yang tertinggi ke bobot umbi yang kedua cukup jauh. Dari data pengamatan umbu dengan pemotongan 50% memiliki berat tertinggi padahal dengan hilangnya 50% daun seharusnya terjadi gangguan terhadap proses fisiologis tanaman. Hubungan anatara intensitas luka, kerusakan dengan hasil tanaman yaitu semakin besar intensitas luka maka kerusakan yang terjadi semakin tinggi dan hasil produksi suatu tanaman akan semakin rendah. Hal ini karena kerusakan daun yang semakin tinggi menyebabkan terganggunya proses pengiriman hasil fotosisntesis untuk pembent ukan umbi, sehingga berat umbi menjadi berkurang ( Arifin. 1993 )Dalam PHT, pengendalian hama merupakan satu kesatuan system pengelolaan ekosistem pertanian dengan penekanan pada upaya memadukan secara optimal semua teknologi pengendalian hama yang cocok dan mendorong fungginya proses pengendalian alami yang mampu mempertahankan populasi hama pada tingkat keseimbangan rendah. Tujuannya adalah : menurunkan status hama, menjamin keuntungan petani, melestarikan kualitas lingkungan dan menyelesaikan masalah hama secara berkelanjutan ( Pedigo dan Higley 1992).Pertanyaan :a. Dari histogram yang diperoleh menunjukkan gambaran respon tanaman terhadap besarnya luka dan kerusakan tanaman. Bagaimana analisa terhadap histogram tersebut ?. Apakah sudah sesuai dengan respon tanaman terhadap besarnya luka ?. Mengapa demikian ?b. Bagaimanakah hubungan antara intensitas luka dengan hasil tanaman ?c. Setelah memepelajari hubungan antara tingkat luka dan kerusakan dengan hasil tanaman, apa yang perlu direkomendasikan pada pertanaman yang terinfestasi hama dengan tingkat kerusakan tertentu terutama dalam hal pengendalian hama apakah sudah sesuai dengan konsep PHT ?. Hubungkan dengan Aras Ekonomi (AE) dan Aras Luka Ekonomi (ALE) serta apakah perlu penggunaan pestisida ?.Jawaban :Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa terdapat hubungan antara tingkat luka atau kerusakan terhadap produksi tanaman. Parameter yang dilihat yatu perlakuan (%) dan berat umbi (gr) pada masing-masing perlakuan. Pada umbi yang tidak dilukai dapat diketahui bahwa berat umbi yang didapat sebesar 2,3 gr, pada umbi yang diberi perlakuan 10% luka didapatkan berat sebesar 0,2 gr, pada umbi yang diberi perlakuan 25% luka yang diperoleh berat umbi sebesar 4,1 gr, pada umbi yang diberi perlakuan 50% luka yang diperoleh berat umbi sebesar 10,7 gr, sedangkan pada umbi yang diberi perlakuan 75% luka yang diperoleh berat umbi sebesar 1,8% gr. Dari data yang diperoleh tersebut dapat disimpulkan bahwa perbedaan luka berpengaruh terhadap berat umbi yang dihasilkan, namun besarnya luka tidak mempengaruhi besarnya kehilangan hasil bawang yang dihasilkan. Hal tersebut tidak sesuai dengan literatur yang ada. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa semakin besar luka pada suatu tanaman menyebabkab produksi atau hasil dari tanaman akan semakin rendah. Luka yang terdapat pada tanaman tersebut mengalami gangguan sehingga proses metabolisme tidak dapat berlangsung secara optimal.Hubungan antara intensitas luka, kerusakan dan hasil tanaman saling terkait antara satu dengan yang lain. Luka berupa penyimpangan yeng terjadi pada tanaman karen aktivitas atau serangan hama dapat menyebabkan adanya kehilangan ( hasil ) pada tanaman, hal inilah yang disebut dengan kerusakan (Untung, 2010). Apabila dikaitkan dengan konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) maka ketika terjadi suatu serangan dengan tingkat kerusakan tertentu maka perlu adanya pemahaman dan penerapan dasar teori Ambang Ekonomi (AE) Ambang Luka Ekonomi (ALE). Berdasarkan literatur yang didapatkan bahwa nilai ALE dan AE sangat diperhitungkan dalam hal ekonomi. Dari nilai ALE dapat dihitung nilai AE yang besarmya 3/4 atau 2/3 ALE, sedangkan ALE dihitung dengan menggunakan titik impas (BEP). ALE adalah suatu populasi atau intensitas serangan dimana nilai hasil kehilangan dapat diselamatkan dengan pengendalian hama yaitu menggunakan pestisida. Maka dari itu semakin tinggi ALE / AE penggunaan pestisida semakin jarang atau sedikit dan sebaliknya (Untung, 2010).

BAB VPENUTUPKesimpulanDari hasil praktikum didapatkan yang memiliki bobot umbi paling tinggi adalah dengan pemotongan umbi 50%, yang kedua 25%, ketiga tanpa pemotongan dan yang keempat adalah dengan pemotongan 75% dan yang paling rendah adalah dengan pemotongan 10%. Data yang diperoleh tersebut tidak sesuai dengan literature yang didapatkan. Selisih antara umbi yang tertinggi ke bobot umbi yang kedua cukup jauh. Dari data pengamatan umbu dengan pemotongan 50% memiliki berat tertinggi padahal dengan hilangnya 50% daun seharusnya terjadi gangguan terhadap proses fisiologis tanaman. Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa terdapat hubungan antara tingkat luka atau kerusakan terhadap produksi tanaman. Parameter yang dilihat yatu perlakuan (%) dan berat umbi (gr) pada masing-masing perlakuan. Pada umbi yang tidak dilukai dapat diketahui bahwa berat umbi yang didapat sebesar 2,3 gr, pada umbi yang diberi perlakuan 10% luka didapatkan berat sebesar 0,2 gr, pada umbi yang diberi perlakuan 25% luka yang diperoleh berat umbi sebesar 4,1 gr, pada umbi yang diberi perlakuan 50% luka yang diperoleh berat umbi sebesar 10,7 gr, sedangkan pada umbi yang diberi perlakuan 75% luka yang diperoleh berat umbi sebesar 1,8% gr. Dari data yang diperoleh tersebut dapat disimpulkan bahwa perbedaan luka berpengaruh terhadap berat umbi yang dihasilkan, namun besarnya luka tidak mempengaruhi besarnya kehilangan hasil bawang yang dihasilkan.

DAFTAR PUSTAKAArifin, M. 1993. Pengambilan keputusan pengendalian ulat grayak Spodoptera litura (F.) berdasarkan ambang ekonomi dan teknik penarikan contoh pada kedelai, pp. 49-84. Dalam M.Syam et al. (eds.). Risalah Seminar Puslitbang Tanaman Pangan April 1992 Maret 1993. Puslitbang Tanaman pangan. BogorPedigo, Alvin and Higley, Thomas. 1992. Management of Onion for Agriculture Research. One Rich Publishing, New York.Rahayu, E, dan Berlian,N. V. A, 1999. Bawang Merah. Penebar swadaya, Jakarta, Hlm4.Untung, Kasumbogo. 2010. Diklat Dasar-Dasar Ilmu Hama Tanaman Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta.