botani tanaman bawang merah

60

Click here to load reader

Upload: ameersabry

Post on 13-Aug-2015

335 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Botani Tanaman Bawang Merah

KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah yang maha penyasih lagi Maha Penyayang. Segala puji

beserta syukur kita panjatkan kehadhirat Allah swt, yang telah memberikan kesehatan,

kesempatan dan umur panjang sehingga penulis telah dapat menyelesaikan penulisan

Laporan Praktek Lapang ini dengan judul “.......................“. Shalawat beriring salam

kita persembahkan keharibaan Nabi Besar Muhammad saw, yang telah merubah

peradaban manusia menjadi ummat yang berbudi luhur dan berilmu pengetahuan.

Bersama ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada Bapak…………. selaku dosen pembimbing…………… yang telah

mengarahkan kepada penulis dalam menyelesaikan Laporan Praktek Lapang ini.

Selanjutnya kepada kawan-kawan seperjuangan yang telah membantu penulis tentang

bagaimana tata cara penulisan Laporan Praktek Lapang yang baik. Dalam hal ini

penulis menyadari tidak dapat membalasnya melainkan hanya do’a yang penulis

memohonkan semoga segala jerih payah mereka semua mendapat ridha dari Allah swt,

dengan limpahan pahala bagi mereka semuanya.

Penulis menyadari dalam penulisan Laporan Praktek Lapang ini masih banyak

terdapat kekurangan dan kesalahan, oleh karenanya kritikan dan saran-saran yang

bersifat membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan Laporan Praktek Lapang

penulis dimasa yang akan datang. Akhirnya harapan penulis, semoga Loparan Praktek

Lapang ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan menjadi sumbangan penulis dalam

Page 2: Botani Tanaman Bawang Merah

rangka meningkatkan khazanah dan kualitas umat Islam terutama dalam bidang

Pertanian.

Amin Yaa Rabbal ‘Alamin

Takengon, 15 Februari 2013

Penulis

Page 3: Botani Tanaman Bawang Merah

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bawang merah merupakn komoditi holtikultural yang tergolong sayuran

rempah. Sayuran rempah ini banyak dibutuhkan terutama sebagai pelengkap bumbu

masakan guna menambah cita rasa dan kenikmatan makanan.

Hampir setiap masakan menggunakan bawang merah sebagai pelengkap bumbu

penyedapnya. Walaupun penambahannya tidak begitu banyak, tetapi belum memakai

bawang merah masakan belumlah terasa nikmat. Selain sebagai bumbu masak, banyak

bermanfaat untk kesehatan.

Bawang merah dikenal hampir di setiap negara dan daerah di wilayah tanah air.

Kalangan internasional menyebutkan shallot. Bawang merah memiliki nama ilmiah

Allium cepa var. ascalonicum atau cukup disebut Allium ascalonicum. Bawang yang

semarga denagn bawang daun, bawang putih, dan bawang bombay. Ini termasuk family

Liliaceae.

Bawang merah tergolong tanaman semusim atau setahun. Tanamannya

berbentuk rumpun, akarnyaa serabut, batangnya pendek sekali yang hampir tidak

tampak. Daunnya memanjang dan berbentuk silindris, pangkal daun berubah bentuk dan

fungsinya yakni membengkak membentuk umbi lapis. Umbi tersebut dapat membentuk

tunas baru yang kemudian tumbuh membesar dan dewasa menjadi umbi kembali.

Page 4: Botani Tanaman Bawang Merah

Karena sifat tumbuhnya yang demikian maka dari satu umbi dapat membentuk rumpun

tanaman yang berasal dari hasil peranakan umbi.

Tanaman bawang merah lebih banyak dibudidayakan di daerah dataran rendah

yang beriklim kering dengan suhu yang agak panas, dan cuaca cerah. Tanaman ini tidak

menyukai tempat-tempat yang tergenang air apalagi becek.

Walaupun bawang merah tidak menyukai tempat yang tergenang air, tetapi

tanaman ini banyak membutuhkan air, tetutama dalam masa pembentukan umbi.

Dengan tuntulan seperti ini tanaman bawang merah banyak ditanam pada musim

kemaruan yang normalnya terjadi pada bulan April-Otober. Pada bulan-bulan tersebut

produksi bawang merah melimpah.

Daerah yang mempunyai kondisi seperti di atas dan menjadi sentral produksi

bawang merah yaitu Brebes, Probolinggo, Majalengka, tegal, Nganjuk, Cirebon, Kediri,

Bandung, dan Pemalang. Daerah-daerah tersebut termasuk ke dalam urutan 10 besar

sentral produksi bawang merah di Indonesia.

Daerah sentral produksi dan pengusahaan bawang merah perlu ditingkatkan

mengingat permintaan konsumen dari waktu ke waktu terus meningkat. Hal ini sejalan

dengan pertambahan penduduk dan peningkatan daya belinya. Selain itu, dengan

berkembangnya industri makanan maka akan terkaid pula peningkatan kebutuhan

terhadap bawang merah yang berperan sebagai salah satu bahan pembantunya.

Page 5: Botani Tanaman Bawang Merah

Mengigat kebutuhan terhadap bawang merah yang kian terus meningkat maka

pengusahaannya memberikan gambaran (prospek) yang cerah. Prospek tersebut tidak

hanya bagi petani dan pedagang saja, tetapi juga bagi semua pihak yang ikut terlibat di

dalam kegiatan usahanya, dari mulai penanaman sampai ke pemasaran.

Cerahnya produksi bawang merah juga didukung oleh tidak adanya bahan

pengganti (barang subtitusinya), baik yang sintetis maupun alami. Yang dimaksud

dengan pengganti tersebut yaitu berupa komoditi lain yang sifat dan fungsinya sama

dengan bawang merah. Dengan demikian keberadaan bawang merah tentunya akan

tetap banyak dibutuhkan.

Bawang merah tergolong komoditi yang mempunyai nilai jual tinggi di pasaran.

Keadaan ini berpengaruh baik terhadap perolehan pendapatan. Apalagi didukung

dengan cepatnya perputaran modal usaha bawang merah. Pada umur 60-70 hari tanaman

sudah bisa dipanen. Dengan demikian keuntungan bisa diraih dengan cepat dalam waktu

yang relatif singkat.

Permintaan pasar terhadap bawang merah dari tahun ke tahun terus meningkat,

luas areal budidaya bawang merah di Indonesia juga semakin bertambah. Sentral

penanaman bawang merahpun bermunculan, namun hingga saat ini masih banyak

kendala yang dialami oleh para petani bawang merah yaitu mulai dari masalah

penerapan tehnik budidaya yang tepat juga masalah hama dan penyakit pada tanaman

bawang merah tersebut. Salah satu yang kerap dikhawatirkan oleh para petani dalam

membudidaya bawang merah adalah serangan hama dan penyakit yang sangat sering

Page 6: Botani Tanaman Bawang Merah

menyerang tanaman bawang merah baik di dataran tinggi maupun di dataran rendah

umumnya tidak berbeda, oleh karena itu cara pengendaliannya pun sama. Hama adalah

sejenis hewan yang mengganggu tanaman bawang merah sekaligus bisa menyebabkan

kerusakan pada buah bawang merah, jenis hama yang menyerang tanaman bawang

merah cukup banyak karena itu perlu penanganan yang tepat untuk bisa mengatasi

hama-hama tersebut. Cara penanganan yang kurang tepat seperti penggunaan pestisida

yang berlebihan dan diagnosis hama yang salah bisa menyebabkan rendahnya produksi

bawang merah.

B. Tujuan Praktek Lapang

Praktek lapang ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui pentingnya kegiatan penanganan pengendalian Hama dan

penyakit tanaman bawang merah.

2. Untuk mengetahui sejauh mana petani di pedesaan melakukan langkah-langkah

dalam menangani penyendalian hama dan penyakit tanaman bawang merah.

3. Untuk mengetahui hambatan yang dialami para petani dalam penanganan

pengendalian hama dan penyakit tanaman bawang merah.

C. Metode Praktek Lapang

Dalam pelaksanaan praktek lapang ini cara yang ditempuh untuk mendapatkan

data adalah:

Page 7: Botani Tanaman Bawang Merah

1. Pengumpulan data primer, metode ini adalah observasi langsung ke lapangan

dengan mewawancarai para petani

2. Pengumpulan data sekunder, metode ini adalah dengan menghubungi kantor

kepala Desa, Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) setempat dan instansi lain yang

terkait di samping literatur yang ada.

D. Tempat dan Waktu Praktek Lapang

Praktek lapang ini dilaksanakan di Desa Toweren Toa Kecamatan Lut Tawar

Kabupaten Aceh Tengah, Desa yang diamati sebagai lokasi praktek ini didasarkan atas

alternative banyaknya petani bawang merah, letak, dan topografi yang cukup

mendukung.

Page 8: Botani Tanaman Bawang Merah

II. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Letak dan Luas Daerah

Kabupaten Aceh Tengah merupakan salah satu Kabupaten yang berada

ditengah-tengah Provinsi Aceh dengan ketinggian rata-rata 1200 meter dari permukaan

laut (dpl). Letak geografis berada pada posisi 04 10 33 – 05 57 50 lintang Utara dan 95

15 40 – 97 20 25 Bujur Timur.

Kampung Toweren Toa merupakan salah satu kampong yang berada di

Kecamatan Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah, dengan ketinggian rata-rata 1200 meter

dari permukaan laut (dpl), letak geografis berada pada posisi 04 10 – 05 58 Lintang

Utara dan 96 18 – 96 22 Bujur Timur. Kampung Toweren Toa berbatas dengan batas-

batas wilayah sebagai berikut:

- Sebelah utara berbatas dengan Kebayakan

- Sebelah selatan berbatas dengan Kampung Toweren Antara

- Sebelah timur berbatas dengan Kampung Gunung Suku Rawe

- Sebelah barat berbatas dengan Kampung Wak

1. Keadaan dan Luas Wilayah

Luas daerah Kampung Toweren Toa + 31,66 km dengan ketinggian 1200 meter

dari permukaan laut (dpl). Suhu rata-rata 18 – 28 kelembaban udara 75 % arah angin

pada siang hari dari utara dan pada malam hari dari selatan, lama penyinaran 10 jam dan

curah hujan 278 mm per tahun.

Page 9: Botani Tanaman Bawang Merah

Tabel 1. Keadaan Jumlah Penduduk Kampung Toweren Toa Berdasarkan Jenis

Kelamin.

No Uraian Jumlah (Jiwa) Persentase Keterangan

1 Laki-laki 275 50,55

2 Perempuan 318 49,45

3 Kepala Keluarga 91

Jumlah 593 100

Sumber data: Kantor Kepala Kampung Toweren Toa Tahun 2013

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa penduduk pada daerah praktek lapang,

yaitu Kampung Toweren Toa terdiri dari jumlah penduduk laki-laki sebanyak 275 jiwa

dan jumlah penduduk perempuan sebannyak 318 jiwa, total keseluruhan 593 jiwa dan

jumlah kepala keluarga 91 jiwa.

2. Keadaan Tanah dan Topografi

Usaha tani tanah merupakan salah satu factor produksi yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan tanaman, maupun waktu dan cara bercocok tanam.

Keadaan tanah di suatu daerah berbeda dengan daerah lainnya, begitu pula halnya

dengan keadaan tanah dan topografi di Kampung Toweren Toa. Kesuburan tanah

dipengaruhi oleh jenis dan kandungan gabungan antara jenis tanah vulkanik dan andosol

yang merupakan tanah pertanian terbaik. Dalam usaha tani keadaan topografi akan

mempengaruhi biaya produksi, dimana pada topografi berat akan memperbesar biaya

pengolahan tanah karena sulit menggunakan alat-alat mekanis, sehingga akan

Page 10: Botani Tanaman Bawang Merah

berpengaruh pada pendapatan usaha tani. Keadaan tanah dan topografi di Kampung

Toweren Toa pada umumnya lempung berpasir dan lempung berdebu.

Faktor alam secara langsung mempengaruhi kehidupan manusia, tumbuh-

tumbuhan dan hewan adalah faktor iklim, perbedaan faktor iklim akan menyebabkan

perbedaan vegetasi, oleh karena itu untuk menentukan jenis tanaman yang cocok di

suatu daerah perlu mempelajari keadaan iklim setempat.

Kampung Toweren Toa tergolong keadaan iklim tropis yang dipengaruhi oleh

dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau, unsure-unsur iklim yang

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah curah hujan, suhu,

angin, dan kelembaban udara.

Keadaan rata-rata curah hujan di Kampung Toweren Toa adalah 278 mm per

tahun dengan jumlah rata-rata 136 hari per tahun. Musim kemarau biasanya jatuh pada

bulan Mei dan Agustus dan musim hujan antara bulan September sampai bulan Maret

atau April. Suhu rata-rata berkisar antara 20 -27 C dan 13 C- 20 C dengan kelembaban

relative 80 % dan angka maksimal 92.

Page 11: Botani Tanaman Bawang Merah

Tabel 2. Luas Wilayah Kampung Toweren Toa Kabupaten Aceh Tengah

Menurut Tata Guna Tanah Tahun 2009.

No

.

Status Penggunaan Tanah Luas Lahan (Ha) Persentase

1 Sawah 11,5 30,2

2 Bangunan 6,5 17,5

3 Perkebunan 19,5 51,4

4 Lain-lain 1 1

Jumlah 38,5 100,1

Sumber: Kantor Kepala Kampung Toweren Toa tahun 2011

Dari tabel di atas dapat dilihat luas areal yang dimanfaatkan masyarakat

Kampung Toweren Toa adalah persawahan 11,5 hektar, perkebunan 19,3 hektar, tanah

bangunan 6,5 hektar, dan lain-lain 1 hektar.

3. Keadaan Petani dan Pertanian

Petani di Kampung Toweren Toa selain membudidaya tanaman holtikultura juga

tanaman perkebunan, tanaman pangan dan sebagainya, kemudian disektor peternakan

dan perikanan. Pengaruh teknologi maju sedikit banyak terlihat pada perilaku petani

dalam melakukan usaha taninya. Adanya tumpang sari tanaman dan pergiliran tanaman

dan mengatur waktu tanam diharapkan dapat dilakukan pemanenan secara bervariasi

dan bertahap.

Page 12: Botani Tanaman Bawang Merah

4. Prasarana Perhubungan (Transportasi)

Pembangunan pertanian sangat erat hubungannya dengan prasarana

perhubungan, kurang baiknya hubungan mengakibatkan biaya transportasi

tinggi,sehingga harga imput atau sarana produksi menjadi lebih mahal dan

sebaliknyadapat menyebabkan output atau hasil produksi bertumpuk disuatu tempat,

sehingga hasil produksi tersebut akan turun harganya, dengan demikian harga input

tidak sesuai dengan harga output, yang akhirnya dapat mengakibatkan kurang adanya

rangsangan bagi petani dalam berproduksi.

Keadaan jalan di Kampung Toweren Toa sangat bagus sehingga sangat mudah

dilalui, di samping itu transportasi atau angkutan sudah tersedia dan masuk keseluruh

kampung-kampung yang ada pada Kampung Toweren.

B. Karakteristik Petani

Karakteristik yang dimaksud dalam praktek lapang ini adalah umur, pendidikan,

pengalaman dalam berusaha tani, luas lahan garapan usaha tani bawang merah, dan

besarnya tanggungan dalam keluarga (jiwa). Karakteristik petani akan menentukan

tahapan kemampuan bekerja dari seorang petani dalam usaha meningkatkan produksi,

di samping faktor-faktor fisik dan faktor ekonomi lainnya.

Petani merupakan orang yang berfungsi sebagi manajer dalam pengambilan

keputusan danpengaturan penggunaan sumber-sumber produksi, yang ada dalam usaha

Page 13: Botani Tanaman Bawang Merah

tani secara efektif sehingga dapat menghailkan produksi. Namun demikian petani

sebagai manajer juga sekaligus menjadi juru tani.

Petani mengelola usaha taninya harus memiliki kemampuan dan ketrampilan,

sehingga petani mau dan mampu melaksanakan pengolahan tanah, pemeliharaan

tanaman, pemanenan, dan pemasaran hasil usaha taninya dengan sebaik-baiknya.

Peranan petani dalam mengelola usaha taninya dengan berbagai factor produksi

bertujuan untuk menghasilkan produksi dan pendapatan, diharapkan akan mampu

memenuhi kebutuhan hidup patani beserta keluarganya sehingga dapat meningkatkan

kesejahteraan. Oleh sebab itu kemampuan ketrampilan petani dalam mengelola usaha

taninya sangat bergantung kepada umur, pendidikan, pengalaman yang cukup dalam

mengelola usaha taninya, maka diharapkan petani akan memperoleh produktivitas usaha

taninya yang cukup.

Untuk lebih jelasnya keadaan karakteristik petani pada usaha tani bawang merah

pada daerah praktek dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

Tabel 3. Keadaan Karakteristik Petani Sampel Usahatani Bawang Merah Pada

Daerah Penelitian 2013.

No

.

Uraian Satuan Jumlah

1 Luas Lahan Ha 5

2 Umur Tahun 27

3 Pendidikan Tahun 11

Page 14: Botani Tanaman Bawang Merah

4 Lama Berusaha Tahun 5

5 Tanggungan Jiwa 2

Sumber: Kantor Kepala Kampung Toweren Toa Tahun 2013

Dari Tabel di atas dapat dilihat bahwa rata-rata luas lahan petani usahatani

bawang merah adalah 5 Ha, sedangkan umur petani 27 tahun, pendidikan 11 tahun. Hal

ini berarti tingkat pendidikan petani yaitu SMU, lama bertani 5 tahun dan tanggungan 2

jiwa.

Page 15: Botani Tanaman Bawang Merah

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Botani Tanaman Bawang Merah

Bawang merah merupakan tanaman semusim (setahun) yang membentuk

rumpun, daunnya panjang-panjang menyerupai pipa (Rachmawaty, dkk., 1987:

Anonymous, 1987). Daun bawang merah hanya ada satu permukaan, bentuknya bulat

kecil memanjang dan berlubang. Tinggi tanaman mencapai 15-50 cm, ujung daun

meruncing tetapi bagian bawahnya melebar seperti kelopok dan membengkok, daun

berwarna hijau muda. Kelopok daun yang sebelah luar melingkar dan menutup daun

yang di dalamnya. Demikian seterusnya sehingga bila dipotong melintang akan tanpak

lapisan-lapisan seperti cincin. Pada pangkal daun atau di atas umbi, daun masih saling

membungkus dan mengecil sehingga bila dilihat sepintas menyerupai batang, batang ini

disebut batang semu (Wibowo, 1989).

Zat makanan yang tersimpan di dalam pangkal daun yang membengkok, dikenal

dengan sebutan umbi bawang. Umbi bawang tersebut terbentuk umbi lapis (bulbus),

bila ditinjau dari asalnya umbi ini, maka umbi lapis bawang merah merupakan jelmaan

dari batang dan daunnya. Umbi lapis ini duduknya tepat di atas cakram atau subang

Page 16: Botani Tanaman Bawang Merah

(discus). Cakram atau subang ini merupakan batang yang sebenarnya. Batangnya kecil

dengan ruas-ruas yang sangat pendek (Tjitrosoepomo, 1992). Di bawah subang (discus)

tempat tumbuhnya akar-akar serabut yang tidak terlalu panjang dan tidak dalam. Setiap

suing dapat membentuk umbi baru, umbi samping sampai terbentuknya rumpun yang

terdiri dari 3-8 umbi baru (Rismunandar, 1989).

Menurut Sunarjono dan Soedomo (1989), setiap umbi bawang merah dapat

menjadi beberapa umbi (2-20 anakan). Pada cakram diantara lapis kelopak daun

terdapat mata tunas yang mampu menjadi tanaman baru yang dikenal sebagai tunas

lateral (anakan), sedangkan tunas yang terdapat ditengah cakram terdapat tunas utama

(inti tunas) yang nantinya tumbuh lebih dulu, dalam keadaan lingkungan yang

mendukung tunas inti ini dapat tumbuh bakal bunga (Primordia bunga). Selanjutnya

Rahayu dan Berlian (1996) menjelaskan, tangkai bunga keluar dari tunas apical yang

merupakan tunas utama atau tunas inti. Tiap tangkai taandan bunga mengandung 50-200

kuntum bunga, pemanjangan tangkai bunga akan berhenti setelah tepung sari mekar

semua.

Bunga bawang merah termasuk sempurna, terdiri dari 5-6 helai benang sari dan

sebuah putik, daun bunga berwarna hijau keputih-putihan atau putih. Bakal buah duduk

di atas membentuk bangunan segi tiga dan mirip kubah. Bakal buah terbentuk dari 3

daun buah (kalpel) dengan membentuk 3 buah ruang, setiap ruang mengandung 2 bakal

biji (ovulum). Benang sari tersusun membentuk 2 lingkaran yaitu lingkaran dalam dan

lingkaran luar dengan masing-masing lingkaran terdapat 3 helai benang sari. Benang

sari pada lingkaran dalam lebih cepat matang dari pada yang terdapat pada lingkaran

Page 17: Botani Tanaman Bawang Merah

luar, selang waktu 2 atau 3 hari biasanya tepung sari sudah matang semuanya. Biji

tanaman bawang merah sewaktu muda berwarna putih dan setelah tua menjadi hitam.

Menurut Pulle: Jones dan Mann dalam Sunarjono dan Soedomo (1989),

menjelaskan bahwa lebih dari 500 species yang termasuk ke dalam genus Allium, hanya

7 kolompok yang sudah dibudidayakan, salah satunya adalah bawang merah. Di dalam

klasifikasi tumbuh-tumbuhan termasuk ke dalam:

Divisio : Spermatophyta

Sub division : Angiospermae

Klas : Monocotyledonae

Ordo : Liliflorae

Famili : Liliaceae

Genus : Allium

Species : Allium ascolanicum L.

Dalam budidaya bawang merah dikenal berbagai varietas atau lazim disebut

dengan kultivar. Dari berbagai kultivar mempunyai keistimewaan tersendiri, baik tinggi

tanaman, umur panen, ketahanan terhadap penyakit tertentu, produksi persatuan luas,

dan kesesuaian tempat bercocok tanam.

B. Syarat Tumbuh Tanaman Bawang Merah

1. Tanah

Derajat keasaman tanah berpengaruh terhadap tanaman, baik pengaruh langsung

atau tidak langsung. Tanah pada pH di bawah 4,0 atau di atas 10,0 dapat menyebab

Page 18: Botani Tanaman Bawang Merah

kerusakan pada tanaman, sedangkan pengaruh yang tidak langsung yaitu masalah

tersedianya unsur hara atau kemungkinan timbulnya keracunan pada tanaman (Sapoetra,

dkk., 1987). Menurut Anonymous (1987), bahwa pH yang cocok antara 5,5-6,5. Jika pH

terlalu rendah tanaman bawang merah akan tumbuh kerdil dan pada pH yang terlalu

tinggi umbi yang dihasilkannya akan kecil-kecil sehingga hasilnya menjadi rendah.

Bawang merah tidak menyukai tanah yang padat dikarenakan dapat menghambat

perkembangan umbinya (Anonymous, tt). Selanjutnya Wibowo (1989) mengatakan,

tanah yang disukai oleh bawang merah adalah tanah yang lempung berpasir atau

berdebu, dimana fraksi pasir, liat dan debu dalam keadaan seimbang. Tanah alluvial dan

latosol yang berpasir juga cukup baik untuk pertumbuhan tanaman ini, dengan struktur

bergumpal tidak becek, banyak mengandung humus, mempunyai aerasi dan drainase

yang baik juga gembur dan subur. Derajat keasaman pada pH 5,5-7,0 masih dapat

digunakan untuk penanaman bawang merah, namun yang paling baik pada kisaran 6,0-

6,8.

Daya adaptasi tanaman bawang merah tergolong tinggi, karena dapat ditanam

mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 1000 M di atas permukaan laut, hasil yang

optimum dapat dicapai pada ketinggian 250 M di atas permukaan laut (Maryati dan

Wiryatmi, 1986).

2. Iklim

Suhu udara yang dikehendaki oleh tanaman bawang merah berkisar antara 25-32

C dengan iklim kering, dan lebih baik lagi bila suhu rata-rata tahunan berada pada 30 C.

Page 19: Botani Tanaman Bawang Merah

Tanaman bawang merah akan sulit membentuk umbi atau bahkan tidak dapat

membentuk umbi kalau saja suhu udaranya kurang dari 22 C. Sedangkan kelembaban

udara yang dibutuhkan oleh bawang merah adalah kelembaban sedang yaitu 50% - 70%

(Nazaruddin, 1995).

C. Hama

Hama dan penyakit tanaman merupakan faktor pembatas dalam usha produksi

pertanian, agar produksi pertanian memberikan hasil yang memuaskan, maka tanaman

harus bebas dari serangan hama dan penyakit, oleh karena itu apabila tanaman

terganggu oleh serangan hama dan penyakit perlu dlakukan ttindakan pemberantasan

hama dan penyakit, hal ini dikarenakan untuk menjamin tidak terjadinya kerusakan

yang mengakibatkan kerugian dibidang pertanian (Rukmana, 1995).

Berbagai cara pemberantasan dapat dilakukan tergantung pada jenis tanaman,

jenis hama dan penyakit serta lingkungan. Ada beberapa cara pengendlian hama dan

penyakit yairu cara mekanis, pemberantasan factor-faktor biologis, penggunaan festisida

dalam usaha pengendalian hama dan memelihara kondisi dimana hama dan penyakit

tidak menimbulkan kerugian pada tanaman (Anonymous, 2005).

Walaupun pemberantasan hama dan penyakit tanaman tidak seharusnya dengan

menggunkan pestisida akan tetapi kenyataan menunjukkan bahwa dalam teknologi

pertanian yang maju pada saat ini kita tidak dapat bisa lepas dari penggunaan pestisida

Page 20: Botani Tanaman Bawang Merah

dan dengan menggunakan pestisida yang efektif akan memberikan hasil yang

memuaskan bagi petani.

Hama-hama yang menyerang tanaman bawang merah:

1. Ulat Tanah atau Uret (Agrotis ipsilon Hufnatel)

Hama ulat tanah atau uret menyerang tanaman dengan cara memotong bagian

dasar tanaman dan kadang-kadang memakan daun bawang. Ulat ini menyerang pada

malam hari.

Pada siang hari bersembunyi di dalam tanah. Hidupnya di bawah atau di dekat

permukaan tanah, berwarna hitam, kelabu suram, atau cokelat. Musuh alaminya pada

stadium ulat adalah jenis serangga Apanteles sp., Tritaxys braueri, dan cupbocera

varia, sedangkan yang berupa jamur adalah jenis Botrytis sp. Dan Metarrbizium sp.

Pengendaliannya dengan cara mengumpulkan dan memusnahkan ulat yang ada.

Secara kimiawi dengan insektisida Decis 2,5 EC atau Curacron 500 EC.

2. Ulat Grayak atau Ulat Tertara (Spodoptera litura Fabricius)

Hama ulat grayak atau ulat tentara menyerang tanaman dengan cara

bergerombol memakan daun, sehingga menyebabkan daun menjadi berlubang-

lubang, dan selanjutnya mengganggu proses fotosintesis. Telur-telur ulat grayak

sering ditemukan berada di daun. Pengendaliannya dengan cara memasang

perangkap menggunakan cahaya lampu yang bagian bawahnya diberi baskom yang

berisi air dan minyak tanah. Cara ini sangat efektif, karena pada stadium ngengat,

Page 21: Botani Tanaman Bawang Merah

ulat grayak menyenangi cahaya. Cara lainnya dengan cara mengumpulkan dan

memusnahkan ulat yang ada. Secara kimiawi dengan menggunakan insektisida Midic

10 WP, Midic 200 F, Buldok 25 EC, atau Curacron 500 EC.

3. Kutu Bawang (Thrips tabaci Lindeman)

Serangga ini menyerang tanaman dengan cara menghisap cairan sel tanaman,

baik pada daun maupun pada bagian tanaman lainnya. Serangan pada daun akan

menyebabkan daun berubah warna menjadi kuning, kemudian putih keperakan atau

cokelat, mengerut atau keriting, akhirnya daun layu dan rontok. Pengendaliannya

dengan cara membakar sisa-sisa tanaman setelah panen. Secara kimiawi dengan

menggunakan insektisida Voltage 560 EC.

D. Penyakit

1. Bercak Ungu (Purple Blotch)

Penyakit bercak ungu disebabkan oleh jamur Alternaria porri (Ell.) Cif. Gejala

penyakit yang muncul mula-mula terjadi pada daun, terutama pada daun tua, berupa

bercak-bercak kecil, melekuk, berwarna putih hingga kelabu. Jika membesar bercak

tersebut tampak bercincin, berwarna agak keunguan, tepinya agak kemerahan atau

keunguan, dikelilingi oleh lingkaran berwarna kuning yang dapat meluas agak jauh

dari bercak. Selanjutnya ujung daun akan mongering. Serangan pada umbi bawang

terjadi saat dan setalah panen, ditandai dengan umbi yang membusuk dan tampak

Page 22: Botani Tanaman Bawang Merah

berair. Pembusukan dimulai dari leher, yang berwarna kuning hingga merah

kecokelatan.

Pengendaliannya dengan cara pemupukan yang seimbang dan penyiraman yang

cukup, sehingga pertumbuhan tanaman optimal, mengatur drainase yang baik

disekitar tanaman, dan melakukan pergiliran tanaman. Pengendalian secara kimiawi

dengan menggunakan fungisida Antracol 70 WP, Dithane M45, Kocide 60 WDG,

Rovral 50 WP, Derosal 500 SC, Derosal 60 WP, atau Score 250 ED. Dalam

pemakaian fungisida ini dianjurkan untuk menggunakan perekat, misalnya Agristik

atau Tenac Sticker, karena permukaan daun bawang berlilin.

2. Busuk Daun (Downy Mildew)

Penyakit busuk daun disebabkan oleh jamur Peronospora destructor (Berk.)

Casp. Gejalanya muncul saat tanaman mulai membentuk umbi lapis, berupa

munculnya bercak berwarna hijau pucat di dekat ujung daun. Jika kelembaban udara

di sekitar tanaman meningkat, pada permukaan daun akan berkembang kapang atau

jamur yang berwarna putih keunguan. Selanjutnya daun akan menguning, layu,

kering, dan akhirnya akan mati.

Pengendaliannya dengan cara menjaga kelembaban di sekitar tanaman dan

menggunakan benih yang tahan terhadap penyakit ini. Jika serangannya berat,

setelah panen daun-daun dibakar dan lahan tidak ditanami bawang selama 3 tahun.

Secara kimiawi dengan menggunakan fungisida Daconil 75 WP, Dithane M45,

Antracol 70 WP yang dicampur dengan perekat daun.

3. Antraknosa

Page 23: Botani Tanaman Bawang Merah

Penyakit ini disebabkan oleh jamur Collektotrichum gloeosporioides Penz.

Gejalanya tanaman akan mati mendadak, dan jika diamati daun-daunnya di bagian

bawah rebah karena pangkal daun mengecil karena serangan jamur. Pengendaliannya

dengan cara melakukan rotasi tanaman. Secara kimiawi dengan menggunakan

fungisida Derosal 60 WP atau Derosal 500 SC.

4. Mati Ujung

Penyakit ini disebabkan oleh jamur phytophthora porri Foister. Gejalanya

ditandai dengan ujung-ujung daun busuk, kebasah-basahan, dan berkembang hingga

ke bagian bawah. Kemudian bagian tersebut berubah menjadi cokelat, kemudian

putih, dan pada akhirnya akan mati. Pengendaliannya dengan cara menjaga

kelembaban disekitar tanaman, pengelolaan air yang tepat, pengaturan drainase yang

benar, dan menggunakan fungisida Dithane M45 atau Antracol 70 WP.

5. Busuk Leher Batang

Penyakit busuk leher batang disebabkan oleh jamur Botrytis allii Munn.

Gejalanya mula-mula terlihat pada umbi lapis ketika panen, yakni umbi menjadi

lunak, berwarna kelabu, berbatas tegas, dan bagian yang terserang tampak

melengkuk. Pengendaliannya dengan cara menjaga kelembaban disekitar tanaman,

pengelolaan air, dan pengaturan drainase yang tepat. Secara kimiawi dengan

penyemprotan fungisida Antracol 70 WP, Dithane M 45, atau Score 250 EC.

6. Penyakit Busuk Pangkal Batang Fusarium

Page 24: Botani Tanaman Bawang Merah

Penyakit ini banyak dijumpai pada bawang bombay, misalnya di Afrika Selatan,

Amerika Serikat, Italia, dan Jepang. Selain menyerang bawang bombay juga

menyerang bawang putih dan bawang merah.

Gejala: pada bawang bombay dan bawang putih semula menyerang dan sampai

ke umbi. Umbi menjadi kemerahan atau ungu kemerahan mulai pada awal musim.

Bila umbi sakit dipotong maka terlihat cokelat berair. Pada pangkal batang terlihat

miselium putih, sedangkan pangkal batangnya berwarna cokelat. Kadang-kadang

gejala belum terlihat sampai saat panen, tetapi selama penyimpanan pembusukan

berkembang.

Penyebab: jamur Fusarium oxysporum Schlechtend.: Fr f.sp. cepae (H.N. Hans.)

w.C. Snyder & H.N. Hans. Menghasilkan klamidiospora, makrokonidi, dan sedikit

mikrokonodi. Makrokonodi bengkok mempunyai 3-4 sekat. Meskipun isola F.o.

cepae menunjukkan variasi tingkat keganasannya, tidak ada ras yang dicirikannya.

Patogen ini dapat menyerang umbi pada berbagai tingkat umur.

Klamidospora adalah alat bertahan di dalam tanah dan menyerang umbi melalui

luka yang biasanya disebabkan oleh lalat Delia antiqua (Meigen) dan Delia platura

(Meigen). Penyakit jarang terlihat pada suhu di bawah 15 C, tetapi setelah suhu

mencapai 25-28 C penyakit berkembang cepat. Penyebaran penyakit dari umbi ke

umbi dalam penyimpanan tidak begitu terlihat. Penyakit yang berkembang dalam

penyimpanan berasal dari lapangan, serangan berat menyebabkan penurunan berat

dan siungannya terpecah-pecah.

Page 25: Botani Tanaman Bawang Merah

Pengendalian: penggunaan jenis tahan, pencelupan benih sebelum ditanam,

rotasi dengan tanaman bukan inang selama 4 tahun atau lebih, dan penyimpanan

pada suhu 4 C (Harvey, cit. Schwartz. & Mohan, 1995).

7. Penyakit Busuk Pangkal Fusarium

Penyakit busuk pangkal pada bawang putih dapat menimbulkan kerugian sampai

40 % dan terdapat di Kalifornia, Kolombia, Inggris, Nevada, dan Oregon.

Gejala: umbi dan daun yang disimpan dapat membusuk dangan warna

kemerahan.

Penyebab: Jamur Fusarium culmorum (Wm. &. Sm.) Sacc. Sinonim F. Roseum

(L.) Snyd. & Hans. Var. Culmorum (Schwabe) Snyd. & Hans. Tidak membentuk

mikrokonidi. Makrokonidi kebanyakan bersekat jelas, bengkok, dan berdinding

tebal. Konidiofor tidak bercabang. Klamidiospora sangat banyak dan dapat terbentuk

sendiri atau dalam rantaian. Pada medium PDA miselium udara putih atau kuning

sampai kuning jerami tumbuh cepat. Sporodosium berwarna merah sampai cokelat

tampak pada biakan yang tua. Sisi bawah permukaan cenderung berwarna merah

karmin (cerah).

Pengendalian: jangan merotasi bawang dengan sereal. Gunakan fungisida

benomil untuk perlakuan benih. Perlakuan dengan air atau larutan formalin panas

dapat menurunkan penyakit sampai 50%.

Page 26: Botani Tanaman Bawang Merah

8. Penyakit Busuk Arang

Penyakit ini menyerang bawang bombay dan bawang putih di Australia, India,

Texas, dan Turki. Jamur ini dapat menyerang paling sedikit 284 spesies tanaman

inang. Jamur banyak dijumpai di daerah tropis dan subtropis, tetapi jarang di zona

temperate.

Jamur bertahan di dalam tanah berupa sklerosium selama 10 bulan dan dalam

bahan organik selama 16-18 bulan, juga dapat bertahan pada sisa tanaman atau

tumbuhan gulma. Patogen dapat menyerang bawang bombay melalui luka, tetapi

untuk bawang merah minimum 10 C, optimum 25-30 C, dan maksimum 40 C

membentuk.

Gejala: umbi dalam penyimpanan berwarna seperti abu. Apabila sisik (kulit)

bagian luar dilepas pada satu atau dua sisik timbul gejala gelap dan berwarna arang.

Gejala mungkin dapat tertutup oleh sklerespora berupa titik-titik hitam. Sisik yang

sakit kadang—kadang kering dan tidak menyatu. Pada bawang merah helaian sisik

menjadi massa berwarna cokelat keras dan kehilangan bau khas bawang putih.

Penyebab: jamur Macrophomina phaseolina (Tassi) Goidanich sinonim

Sclerotium bataticola Taubenhaus. Pada biakan, piknidium berdiameter 123-132 um,

konidiofornya sederhana, konodi hialin, silindris, membulat pada ujung, dan satu sel

dengan ukuran 22-23 x 8-10 um. Jamur sangat variabel dan isolatnya jarang

membentuk piknidium. Anastomosis sendiri antara hifa dalam talus tunggal kuat

(sering). Miselium bersekat, semula putih kemudian menjadi putih keabu-abuan.

Page 27: Botani Tanaman Bawang Merah

Sklerotium bulat, keras, mengkilat, dan berwarna hitam dengan ukuran 50-150 um.

Tidak (belum) dijumpai tingkat sempurnanya (teleomorph).

Pengendalian: di zona temperate tidak perlu pengendalian. Penanganan sejak

tanam, pemeliharaan, panen, dan pascapenen harus hati-hati agar tidak terjadi luka.

Penyimpanan umbi pada suhu di bawah 10 C. Untuk mengurangi potensi sklerosium

dapat dilakukan solarisasi tanah. Kalau mungkin tanah dibiarkan kosong selama 1-2

musim, sebab sukar digunakan rotasi tanaman yang bukan jadi inang patogen.

9. Penyakit Busuk Sklerotinia

Penyakit sering dijumpai pada bawang bombay yang disimpan di Florida,

Hawaii, Indaho, California, Michigan, Ohio, Taiwan, Virginia Barat, dan

Washington. Penyakit lebih umum pada iklim dingin, basah, dan dapat menyerang

360 spesies tanaman sukulen, termasuk kubis-kubisan, sebangsa mentimun, selasa,

kacang-kacangan, tomat, bunga, gulma, dan semak.

Sklerotium dapat bertahan di dalam tanah sampai beberapa tahun atau pada sisa

tanaman. Sklerosium dapat menghasilkan apothesium dekat atau pada permukaan

tanah, yang membentuk askospora yang dipencarkan oleh angin. Askospora hanya

tahan beberapa jam, tetapi kalau jatuh ke tanaman yang rentan dan kondisi

lingkungan cocok dapat segera menyerang tanaman tersebut. Jamur memerlukan

suhu dingin (0 C-28 C) dan lembab.

Gejala: gejala tidak pernah ditemukan pada bawang Bombay. Pada sayuran lain,

gejala penyakit dicirikan dengan busuk lunak berair dengan pertumbuhan miselium

Page 28: Botani Tanaman Bawang Merah

putih mengapas pada permukaan gejala. Kadang-kadang sklerosium hitam, besar,

dan panjang sampai satu cm atau lebih dihasilkan pada permukaan gejala.

Penyebab: jamur Sclerotinia sclerotiorum (Lib.) de Bary, yang menghasilkan

sklerosium bulat sampai silindris, besar, berukuran 2-15x2-30 mm, dengan kulit luar

hitam dan kulit dalam putih. Sklerosium yang tumbuh dapat membentuk satu sampai

beberapa apothesium bentuk cawan, putih, kuning, kuning jerami, atau cokelat.

Askus berisi 8 spora dengan ukuran 9-13x4-5 um, elips, hialin, dan tidak bersekat.

10. Penyakit Busuk Putih

Penyakit ini merpakan penyakit terpenting pada bawang yang disebabkan oleh

jamur karena tersebar luas dan sangat merusak semua jenis spesies Allium. Penyakit

terdapat dimana pun bawang tumbuh sepanjang pertumbuhan inang menjadi pada

musim dingin yang kondusif untuk pertumbuhan dan perbanyakan pathogen. Dalam

kondisi semacam itu penyakit busuk putih umumnya menjadi faktor terbesar

pembatas kesinambungan produksi bawang komersial. Di Amerika Serikat dan

Kanada penyakit busuk putih sangat merusak di daerah penghasil bawang Bombay

dan bawang putih di bagian barat dan timur laut serta sekitarnya dan di utara Great

Laker. Telah dilaporkan dari penanaman lewat musim dingin di Louisiana yang

menimbulkan masalah yang gawat di sebagian Meksiko. Penyakit busuk putih

kehilangan hasil terbesar di banyak daerah pertumbuhan bawang Bombay dan

bawang putih meliputi Eropa, Asia, Afrika, TimutTengah, Amerika Tengah dan

Selatan, Australia, dan Selandia Baru.

Page 29: Botani Tanaman Bawang Merah

Gejala: Dimulai dengan tumbuhnya miselium putih pada batang asli yang

meluas ke sekitar pangkal umbi dan bahkan naik ke umbi dan ke arah dalam dari

daun simpanan ke daun simpanan yang lain.Sklerotium terbentuk pada jaringan

kecil sebesar biji. Massa Sklerotium yang melimpah dapat terbentuk. Pada pelepah

daun bawang Bombay segera dikontaminasi oleh jamur lain, sedangkan pada

pelepah daun bawang putih kontaminasi jamur lain dihambat hingga lebih

memudahkan diagnosis.

Penyebab: penyakit ini disebabkan oleh jamur Sclerotium ceviporum Berk.,

yang afinitasnya menyerupai Ascomycetes, tetapi deskripsi tingkat sempurna belum

ada. Tidak dikenal fungsi sporanya, meskipun fialospora menyerupai spermatium

dibentuk pada agar air. Satu-satunya struktur perbanyakan adalah sklerotium, yang

umumnya bulat seragam dengan diameter antara 0,35 mm – 0,50 mm. Telah

dilaporkan beberapa isolate dengan sklerotium sebesar 0,75 mm dengan bentuk

tidak beraturan. Sklerotium besar, sering memanjang, dan tidak beraturan berukuran

5 mm – 25 mm yang kadang-kadang dibentuk disekitar batang asli dalam

asosiasinya dengan sklerotium yang berukuran normal. Sklerotium yang besar telah

dilaporkan di Mesir, Selandia Baru, dan Amerika Serikat (Oregon). Sklerotium yang

memiliki kedua tipe berdinding tebal, terdiri dari 2-5 sel yang kompak, hitam, licin,

dan miselium yang menyebar. Sklerotium yang kecil umumnya hanya berkecamba

sekali, meskipun 1-2 % nya dapat membentuk satu atau beberapa sklerotium kedua

yang lebih kecil. Akan tetapi, tampaknya sklerotium kedua (sekunder) dan yang

berukuran besar tidak member sumbangan yang nyata pada terjadinya penyakit

Page 30: Botani Tanaman Bawang Merah

busuk putih. Sklerotium yang disterilisasi permukaannya berkecambah dan jamur

tumbuh pada berbagai medium kultur.

Pengendalian: penggunaan tanah bebas pathogen sangat dianjurkan, untuk dapat

melaksanakan hal ini perlu adanya peta lokasi tanaman sakit pada musim

sebelumnya. Bila tanaman yang sakit baru sedikit, dilakukan pembasmian dan

tanah bekas tanaman difumigasi. Selain itu, perlu dilakukan monitoring secara

teratur dan cermat. Di daerah iklim sedang penanaman bawang pada musim semi

dapat mengurangi jumlah sklerotium karena banyak sklerotium yang berkecambah,

tetapi karena suhunya terlalu tinggi tidak mampu menyerang tanaman hingga

akhirnya mati. Hal ini sangat membantu mengurangi penyakit pada pertanaman

musim gugur.Kalau perlu dapat digunakan fungisida atau fumigan. Penggenangan

dapat mengurangi populasi sklerotium, sekalipun tidak dapat menurunkan serangan

pathogen (Crowe, F.).

11. Penyakit Busuk Leher

Penyakit ini merupakan penyakit pascapanen yang utama. Penyakit ini telah

beberapa kali menimbulkan epidemic di berbagai gudang. Penyakit ini dianggap

merupakan penyakit yang berbahaya karena baru menunjukkan gejala setelah

bebepara bulan penyimpanan. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan

bahwajamur ini masuk ke umbi saat panen atau dekat sebelumnya. Penyakit ini

dapat dikurangi dengan jalan mengeringkan umbi dengan cepat segera setelah

panen. Dahulu diduga jamur ini menular dari umbi bawang yang lembab,

Page 31: Botani Tanaman Bawang Merah

terkontaminasi tanah, atau tanaman inang pengganti dan benih yang mengandung

penyakit. Setelah diketahui pathogen dan epidemiologinya, barulah disadari bahwa

kecil sekali kemungkinannya untuk mengurangi atau menghilangkan penyakit

dalam periode pascapanen sebab pathogen sudah berada di dalam benih yang

dipanen dari induknya.

Dari pengujian dengan menggunakan medium agar dapat diketahui bahwa

sekitar 40-70% contoh benih myang diperdagangkan mengandung pathogen.

Patogen ini terdapat baik pada permukaan benih maupun di dalam benih. Apabila

disimpan pada kelembapan 50% dan suhu 10 C, jamur pada benih ini dapat

bertahan selama 3 tahun. Jadi, kalau benih yang dipatogen yang berasal dari panen

pada musim sebelumnya ditanam pada suatu musim, maka jelas patogennya masih

hidup.

Gejala: penyakit ini terutama terjadi pada umbi dalam simpanan. Bibit

bawang yang sakit menjadi pucat dan bila diperiksa dengan pengecatan di bawah

mikroskop pada jaringan hijau daun kotiledon terdapat jamur B. alili. Dari tempat

ini jamur berkembang kea rah bawah atau pangkal dan kadang-kadang

menghasilkan nekrosis yang lanjut. Namun demikian, pendukung konidium jamur

hanya dibentuk pada jaringan daun bawang yang nekrosis. Kadang-kadang dari

pangkal daun kotiledon yang sakit jamur menjalar ke jaringan hidup daun pertama

dan terus menjalar kea rah ujung. Infeksi pada ujung daun dan kadang-kadang juga

di tempat lain dapat pula terjadi karena spora yang dibebaskan dari konidiofor.

Page 32: Botani Tanaman Bawang Merah

Pada kecamba kadang-kadang gejala belum terlihat, untuk merangsang

timbulnya gejala dapat dilakukan dengan memberikan kondisi meningkatkan

kelembapan. Dari bagian tanaman di atas tanah, setelah umbi menjelang dipanen,

pathogen dapat turun dan menyerang umbi tersebut.

Penyebab: penyakit ini disebabkan oleh Botrytis allii Munn. Yang mirip

sekali dengan jamur B. byssoidea. Miselium bersekat, bercabang, dan hialin

sewaktu muda. Konidium dan konidiofo berupa massa seperti asap kelabu.

Konidium lonjong, berukuran 4-8x6-16 um, tetapi kebanyakan 5-6x7-11 um.

Konidium dibentuk pada konidiofo cokelat dengan cabang samping pada ujung,

masing-masing mempunyai banyak ampullae yang berangsur-ansur mengembang

pada ujung untuk membentuk konidium pada lenticles halus. Sklerotium

memanjang hingga bentuknya tidak beraturan, sering kali terbentuk pada bahu

umbi yang sakit dan mungkin panjangnya sampai 10 mm. Kadang-kadang

sklerotium menjadi kerak yang keras di sekitar daerah leher. B. allii dapat

membentuk konidium hampur pada semua medium buatan, yang sangat berbeda

dengan B. squamosa, yang stimulasi sporulasinya sangat sulit. Jamur bertahan

selama musim dingin pada umbi atau bebas dalam tanah berupa sklerotium.

Pengendalian: hanya dapat dilakukan secara preventif dengan perawatan

benih (seed dressing) menggunakan benomil baik dalam bentuk serbuk maupun

cairan kental (Mande dan Preslye, 1977).

E. Faktor-faktor Yang Mendukung Perkembangan Hama dan Penyakit

Page 33: Botani Tanaman Bawang Merah

Sama seperti halnya manusia dan hewan, tumbuhan dapat diserang oleh berbagai

macam penyakit. Akibat serangan penyakit ini tanaman bisa menjadi fatal, dan ilmu

pertanian tanaman menjadi sakit atau disebut kerusakan tanaman, sebenarnya tidak

karena serangan hama atau karena fisiologis yang kesemuanya mengakibatkan

kerusakan pada tanaman (AAK, 2005).

Faktor-faktor yang mendukung perkembangan hama dan penyakit adalah:

1. Keadaan lingkungan, keadaan iklim yang menguntungkan seperti tanah terlalu

lembab dapat menyebabkan perkembangan tanah dan penyakit, misalnya terjadi

luka-luka pada buah dan ini dapat terjadi karena serangan serangga, hujan lebat,

angin kencang, dan panas terik.

2. Diadakannya rotasi tanaman yang bertujuan untuk menekan petumbuhan hama

dan penyakit yang menyerang tanaman bawang merah.

3. Kekurangan air menyebabkan tanaman menjadi layu karena penguapan terlalu

cepat pada hari-hari panas, sehinga angkutan air di dalam tanaman kalah cepat

dengan cepatnya penguapan. Mungkin juga angkutan air terganggu karena

tanaman terlalu terkena akat keras (sabit, cangkul) serangan serangga atau juga

pembuluh kayu tersumbat.

4. Penanaman benih yang tidak berkualitas misalnya, benih yang ditanam tidak

berasal dari pohon yang sehat dan benih tersebut tidak terbebas dari virus yang

menyebabkan terbawanya hama dan penyakit.

5. Penggunaan alat-alat pertanian, seperti handsprayer, dari jenis atau tanaman ke

jenis tanaman lain yang dapat menyababkan terbawanya pathogen.

Page 34: Botani Tanaman Bawang Merah

IV. Hasil Praktek Lapang dan Pembahasan

A. Hasil Pengamatan

Dari hasil pengamatan praktek lapang yang telah dilaksanakan di Kampung

Toweren Toa Kecamatan Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah, dalam pengendalian

hama penyakit yang dilakukan oleh petani di Desa tersebut mulai dari penanaman

sampai dengan berbuah (panen) jauh berbeda dengan teori yang telah dipelajari di

bangku kuliah.

Teknik pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan oleh petani di Desa

tersebut adalah mesyarakat tidak pernah melakukan teknik pengendalian hama dan

penyakit tanaman bawang merah secara efektif dan efesien. Seperti kita ketahui

pengendalian penyakit adalah salah satu untuk mengatasi kerusakan pada tanaman,

penyakit dapat dengan mudah diketahui apabila tanaman sudah bereaksi terhadap

serangan patogen dengan mengeluarkan subtansi pertanahan.

Jenis penyakit dan pengendaliannya antara lain:

1. Antraknosa

Disebabkan oleh keadaan cuaca yang lembab akibat terjadinya hujan yang

terus menerus, selain itu disebabkan oleh gulma yang banyak tumbuh di sekitar

Page 35: Botani Tanaman Bawang Merah

tanaman bawang merah dan serangan penyakit ini diperkirakan mampu menurunkan

produksi bawang merah hingga 75 %.

Untuk mengatasi penyakit Antraknosa biasanya petani di Kampung Toweren

Toa melakukan penyemprotan dengan menggunakan fungngisida feranimol dan

triazole dengan dosis 0,1 ml/liter air yang diberikan setiap 7 hari sekali dan

melakukan penyiangan gulma bagi petani yang tidak menggunakan mulsa plastik.

2. Busuk Daun

Yang disebabkan oleh jamur Phytoptora investan, gejala serangan jika terjadi

hujan lebat dan terus menerus hingga kelembaban meningkat, maka jamur akan

berkembang dengan baik dan jamur ini akan bertahan hidup pada sisa tanaman yang

telah terserang penyakit.

Untuk mengatasi penyakit tersebut biasanya petani di Kampung Toweren Toa

melakukan penyemprotan dengsn menggunakan fungisida seperti Manjet 82 WP

dengan dosis 0,25-0,5 gram perliter air.

3. Bercak Daun

Penyakit ini disebabkan oleh jamur Alternaria solani, jamur ini bisa bertahan

hidup diberbagai musim ataupun di dalam biji hingga 2-3 tahun. Khusus pada batang

penyakit ini disebut dengan busuk lebar, bercak pada batang berbentuk lonjang

memanjang, cekung dan Nampak membesar dengan panjang sekitar 2 cm, serangan

pada batang bisa menyebabkan batang roboh atau patah.

Sementara itu serangan pada buah menyebabkan permukaan buah menjadi

sedikit cekung, pecah, dan ukurannya terus bertambah besar. Awalnya jamur

Page 36: Botani Tanaman Bawang Merah

penyebab penyekit ini menyerang pangkal buah dengan diameter 5-20 mm dan

menutupi pangkal buah dengan sekelompok spora hitam, jika bunga ikut terinfeksi

biasanya akan langsung gugur.

Untuk mengatasi penyakit ini petani bisa melakukan penyemprotan dengan

menggunakan fungngisida Athonik dengan dosis 0,3 ml/liter air yang diberikan

setiap 4-7 hari.

4. Retak buah

Disebabkan oleh pergantian cuaca dan juga bisa terjadi ketika penyiraman

dilakukan pada siang hari yang panas dan langsung mengena pada buah.

Untuk mengatasi terjadinya retak pada buah biasanya petani melakukan

penyemprotan dengan menggunakan Athonik dengan dosis 0,10/liter air.

5. Busuk ujung buah

Disebabkan oleh kekeringan secara tiba-tiba pada tanaman yang sedang

tumbuh subur dan mulai berbunga, sehingga sel-sel pada ujung buah menjadi rusak

dan kekurangan kapur akibat pemupukan N dan K yang berlebihan, juga kekurangan

kalsium yang bisa mempercepat kerusakan jaringan sel.

Untuk mengatasi terjadinya busuk pada ujung buah, petani bisa melakukan

penyemprotan dengan menggunakan kalsium klorida (CaC12) dengan dosis 10-15

gram/15 liter air.

B. Permasalah Para Petani

Page 37: Botani Tanaman Bawang Merah

Dalam mengusahakan tanaman bawang merah, petani menghadapi masalah yang

cukup besar yaitu serangan yang diakibatkan oleh keadaan cuaca yang tidak menentu,

seperti hujan yang terus menerus yang dengan mudah timbulnya penyakit antraknosa

yang dengan mudahnya berkembang karena lingkungan yang lembab, serangan

penyakit ini dapat menyerang buah yang matang dan bagian tanaman, seperti batang

dan akar sehingga lama-kelamaan menyebabkan tanaman akan mati.

Page 38: Botani Tanaman Bawang Merah

V. Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian pada praktek lapang yang menggunakan larutan Insektisida,

pada tanaman bawang merah lebih menguntungkan dari pada tanpa menggunakan

larutan Insektisida, hal ini dilihat dari:

1. Jumlah hama dan penyakit pada tanaman bawang merah yang disemprot

larutan Insektisida lebih sedikit hal ini ditunjukan dari hasil penggunaan

larutan Insektisida.

2. Persentase kematian hama dan penyakit pada tanaman bawang merah yang

disemprotkan larutan Insektisida lebih tinggi karena larutan Insektisida

mampu menekan siklus pertumbuhan hama dan penyakit pada tanaman

bawang merah.

3. Jumlah produksi pada tanaman bawang merah yang disemprot larutan

Insektisida menghasilkan jumlah yang banyak, dibandingkan tanpa

menggunakan larutan Insektisida yang hasilnya lebih sedikit.

B.Saran

Page 39: Botani Tanaman Bawang Merah

1. Disarankan kepada petani yang membudidayakan bawang merah sebaiknya

dapat beralih kepenggunaan bahan organic sebagai pupuk maupun bahan

Insektisida yang bertujuan untuk meningkatkan produksi.

2. Disarankan kepada petani untuk meningkatkan potensi budidaya tanaman

bawang merah dengan melakukan upaya-upaya seperti perbaikan cara tanam,

pemberian pupuk, dan pemakaian Insektisida.

Page 40: Botani Tanaman Bawang Merah

Daftar Pustaka

AAK. 2005, Pedoman Bercocok Tanam, Balai Pustaka, Jakarta.

Anonymous, 1985, Petunjuk Singkat Bercocok Tanam Sayuran, Departemen Pertanian. Bip Daerah Istimewa Aceh.

---------------, 1987, Budidaya Bawang Merah, Departemen Pertanian, Bagian PIP, Irian Jaya.

----------------, tt, Usaha Tani Bawang Merah, Liptan BPTP Gedung Johor, Medan.

----------------, 2005, Dasar-Dasar Bercocok Tanam, Kanisius, Jakarta.

Ameriana dan Sutiarso, 1995, Teknologi Produksi Bawang Merah, Pusat Penelitian dan Pengembangan Holtikultural, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta.

Endah H. dan Novizan, 2005, Mengendalikan Hama & Penyakit Tanaman, Agro Media Pustaka, Jakarta

Hardjowogeno, S., 1987, Ilmu Tanah, Mediatama sarana Perkasa, Jakarta.

Indranada, H.K., 1986, Pengolahan Kesuburan Tanah, Bina Aksara, Jakarta.

Kloppenburg, J. dan Versteegh, 1983. Petunjuk Lengkap Mengenai Tanam-Tanaman di Indonesia dan Khasiatnya Sebagai Obat-Obatan Tradisionil. Terjemahan Oleh Wiyanto, Yayasan Dana Sejahtera dan CD RS. Bethesda, Yogyakarta.

Maryati dan Wiryatmi, 1996, Budidaya Bawang Merah di Yogyakarta, Dep. Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Unggaran, Yogyakarta.

Mulyono, 2002, Pengembangan Kultur Tanaman Berkhasiat Obat, Rineka Cipta, Jakarta.

Martoredjo, T, 2009, Ilmu Penyakit Pascapanen, Bumi Aksara, Jakarta.

Page 41: Botani Tanaman Bawang Merah

Nurhartuti dan R.M. Sinaga, 1991, Pemanfaatan Bawang Merah Dalam Bentuk Olahan.

Nazaruddin, 1995, Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah, Penebar Swadaya, Jakarta.

Rachmawaty, dkk., 1987, Menanam Bawang Merah, Departemen Pertanian. BIP, Ujung Pandang.

Rismunandar, 1989, Membudidaya 5 Jenis Bawang, Sinar Baru, Bandung.

Rahayu, E., dan Nurberlian V.A., 2008, Bawang Merah, Penebar Swadaya, Jakarta.

Sarief, E.s., 1986, Konservasi Tanah dan Air, Pustaka Buana, Bandang.

Soesono, 1989, Pengendalian Serangan Hama Penyakit dan Gulma, Kanisius, Yogyakarta.

Sunarjono, H., dan Soedomo, P., 1989, Budidaya Bawang Merah (Allium ascalonicum L. ), Sinar Baru, Bandung.

Sunarjono, H., 1994, Kunci Bercocok Tanam Sayur-Sayuran Penting di Indonesia, Sinar Baru, Bandung.

Wibowo, S., 1989, Budidaya Bawang, Bawang Merah, Bawang Putih, Bawang Bombay, Penebar, Jakarta.

Widodo, P., 1993, Telaah Kesuburan Tanah, Angkasa, Bandung.