skripsi : pengaruh pemberian seledri terhadap penurunan tekanan darah

112
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang mengakibatkan angka kesakitan yang tinggi. Menurut Basha (2009, h.1) hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan angka kesakitan atau morbiditas dan angka kematian atau mortalitas. Sedangkan menurut Sustrani, dkk (2009, h.12) hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya. Sustrani, dkk (2009, h.12) mengatakan hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer) karena termasuk yang mematikan tanpa disertai

Upload: trinoval-yanto-nugroho-skep

Post on 25-Jun-2015

7.073 views

Category:

Documents


45 download

DESCRIPTION

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh rebusan seledri terhadap penurunan tekanan darah

TRANSCRIPT

Page 1: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang mengakibatkan angka

kesakitan yang tinggi. Menurut Basha (2009, h.1) hipertensi adalah suatu

keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas

normal yang mengakibatkan angka kesakitan atau morbiditas dan angka

kematian atau mortalitas. Sedangkan menurut Sustrani, dkk (2009, h.12)

hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah gangguan pada pembuluh darah

yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah

terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya.

Sustrani, dkk (2009, h.12) mengatakan hipertensi sering kali disebut

sebagai pembunuh gelap (silent killer) karena termasuk yang mematikan

tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi

korbannya. Menurut WHO batas normal tekanan darah adalah 120–140

mmHg tekanan sistolik dan 80 – 90 mmHg tekanan diastolik. Seseorang

dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya > 140/90 mmHg.

Tekanan darah yang tinggi merupakan salah satu faktor resiko untuk stroke,

serangan jantung, gagal jantung, aneurisma arterial, dan merupakan penyebab

utama gagal jantung kronis (Tekanan Darah Tinggi 2009). Dengan demikian

Page 2: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

2

hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan

tekanan darah di atas normal yaitu > 140/90 mmHg.

Penelitian yang dilakukan oleh National Health and Nutrition

Examination Surveys (NHANES 2005-2006) di Amerika Serikat

menunjukkan bahwa sekitar 28,4% dari populasi orang dewasa menderita

hipertensi dan prevalensi ini meningkat tajam dengan bertambahnya usia

(Field 2008). Prevalensi hipertensi di Indonesia menurut Survey Kesehatan

Rumah Tangga / SKRT (2004), pada orang yang berusia 25 tahun ke atas

menunjukkan bahwa 27% laki-laki dan 29% wanita menderita hipertensi

(Akhmad 2010). Dengan demikian, penelitian yang dilakukan oleh NHANES

(2005-2006) menunjukan adanya hubungan yang berarti antara prevalensi

hipertensi dengan bertambahnya usia dibuktikan dengan jumlah prevalensi

hipertensi yang selalu meningkat dengan bertambahnya usia, ini disebabkan

karena semakin bertambahnya usia akan menyebabkan penurunan elastisitas

dari pembuluh darah yang mengakibatkan tekanan darah menjadi meningkat.

Sedangkan menurut SKRT (2004) menunjukan adanya hubungan yang berarti

antara prevalensi hipertensi dengan jenis kelamin, ini disebabkan karena

wanita lebih mudah mengalami stress dari pada laki-laki yang akan

menyebabkan tekanan darah menjadi meningkat.

Selain data diatas, Riset Kesehatan Dasar Nasional (2007) yang di

lakukan oleh Departemen Kesehatan RI menunjukan prevalensi Nasional

Hipertensi pada penduduk umur > 18 tahun adalah sebesar 29,8% (Soendoro

2007). Penderita hipertensi di Propinsi Jawa Tengah menduduki peringkat

Page 3: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

3

ketiga setelah Propinsi Riau dan Propinsi Bangka Belitung. Berdasarkan data

program pengamatan dan pencegahan Penyakit Tidak Menular (PTM) di

Kabupaten Cilacap tahun 2008, hipertensi menduduki peringkat pertama pada

urutan jumlah kasus penyakit tidak menular yaitu sebesar 28.874. Sedangkan

kasus penyakit hipertensi berdasarkan golongan umur di Kabupaten Cilacap

tahun 2008 pada lansia yang berumur 45-64 tahun sebesar 15.387. Dan pada

umur > 65 tahun, sebesar 7.369 lansia menderita hipertensi. Menurut Sistem

Informasi Manajemen Puskesmas/SIMPUS (2010) data hipertensi di Wilayah

Cilacap Tengah selama 2 bulan terakhir yaitu 543 orang, yang tersebar di

lima kelurahan. Kelurahan dengan jumlah hipertensi tertinggi yaitu kelurahan

Sidanegara dengan jumlah penderita 188 orang.

Penyebab penyakit hipertensi secara umum diantaranya aterosklerosis

(penebalan dinding arteri yang menyebabkan hilangnya elastisitas pembuluh

darah), keturunan, bertambahnya jumlah darah yang dipompa ke jantung,

penyakit ginjal, kelenjar adrenal, dan sistem saraf simpatis, obesitas, tekanan

psikologis, stres, dan ketegangan bisa menyebabkan hipertensi

(Marzuky 2009).

Akibat tekanan darah tinggi yang berlanjut dan tidak tertangani secara

tepat, mengakibatkan jantung bekerja lebih keras, hingga otot jantung

membesar. Kerja jantung yang meningkat menyebabkan pembesaran yang

dapat berlanjut menjadi gagal jantung (heart failure). Selain itu, tekanan

darah tinggi juga berpengaruh terhadap pembuluh darah koroner di jantung

berupa terbentuknya plak (timbunan) aterosklerosis yang dapat

Page 4: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

4

mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah dan menghasilkan serangan

jantung (heart attack) (Merdikoputro 2008). Untuk mencegah agar hipertensi

tidak menyebabkan komplikasi lebih lanjut maka diperlukan penanganan

yang tepat dan efisien. Menurut Marlia (2010) penanganan hipertensi secara

umum yaitu secara farmakologis dan nonfarmakologis.

Penanganan secara farmakologis terdiri atas pemberian obat yang bersifat

diuretik, simpatetik, betabloker, dan vasodilator dengan memperhatikan

tempat, mekanisme kerja dan tingkat kepatuhan. Penanganan secara

farmakologis dianggap mahal oleh masyarakat, selain itu penanganan

farmakologis juga mempunyai efek samping. Efek samping tersebut

bermacam-macam tergantung dari obat yang digunakan. Sebagai contohnya,

seperti yang telah disebutkan oleh Lyrawati (2008) bahwa efek samping dari

obat Calcium Channel Blocker (CCB) yaitu kemerahan pada wajah, pusing

dan pembengkakan pergelangan kaki karena efek vasodilatasi CCB

dihidropiridin, nyeri abdomen dan mual karena terpengaruh oleh influks ion

kalsium, oleh karena itu CCB sering mengakibatkan gangguan gastro‐intestinal yaitu konstipasi.

Penanganan non-farmakologis yaitu meliputi penurunan berat badan,

olah raga secara teratur, diet rendah lemak & garam, dan terapi komplementer

(Marlia 2009). Penanganan secara non-farmakologis sangat diminati oleh

masyarakat karena sangat mudah untuk dipraktekan dan tidak mengeluarkan

biaya yang terlalu banyak. Selain itu, penanganan non-farmakologis juga

tidak memiliki efek samping yang berbahaya tidak seperti penanganan

Page 5: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

5

farmakologis. Sehingga masyarakat lebih menyukai penanganan secara non-

farmakologis dari pada secara farmakologis (Marlia 2009).

Salah satu dari penanganan non farmakologis dalam menyembuhkan

penyakit hipertensi yaitu terapi komplementer. Terapi komplementer bersifat

terapi pengobatan alamiah diantaranya adalah dengan terapi herbal, terapi

nutrisi, relaksasi progresif, meditasi, terapi tawa, akupuntur, akupresur,

aromaterapi, terapi bach flower remedy, dan refleksologi (Sustrani, Alam,

Hadibroto 2005, h. 74-105). Terapi herbal banyak digunakan oleh masyarakat

dalam menangani penyakit hipertensi dikarenakan memiliki efek samping

yang sedikit. Jenis obat yang digunakan dalam terapi herbal yaitu seledri atau

celery ( Apium graveolens ), bawang putih atau garlic (Allium Sativum),

bawang merah atau onion (Allium cepa), tomat (Lyocopercison

lycopersicum), semangka (Citrullus vulgaris). (Sustrani, Alam, Hadibroto

2005, h. 74-105).

Seledri atau celery ( Apium graveolens ) merupakan salah satu dari jenis

terapi herbal untuk menangani penyakit hipertensi. Masyarakat Cina

tradisional sudah lama menggunakan seledri untuk menurunkan tekanan

darah. Seledri mengandung apigenin yang sangat bermanfaat untuk

mencegah penyempitan pembuluh darah dan tekanan darah tinggi. Selain itu,

seledri juga mengandung pthalides dan magnesium yang baik untuk

membantu melemaskan otot-otot sekitar pembuluh darah arteri dan

membantu menormalkan penyempitan pembuluh darah arteri. Pthalides

Page 6: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

6

dapat mereduksi hormon stres yang dapat meningkatkan darah dikutip dari

Afifah (2009).

Selain mengandung apigenin dan pthalides seledri juga mengandung gizi

yang tinggi, vitamin A,B1, B2, B6 dan juga vitamin C. Seledri juga kaya

pasokan kalium, asam folic, kalsium, magnesium, zat besi, fosfor, sodium dan

banyak mengandung asam amino esensial. Pada pasokan kalium sangat

bermanfaat untuk terapi darah tinggi. Pada 100 g seledri terkandung 344 mg

kalium dan 125 mg natrium. Konsumsi makanan dengan perbandingan

kalium dan natrium yang mencapai 3:1, sangat baik bagi penderita darah

tinggi. Pada seledri perbandingan tersebut mencapai 2,75:1 sudah sangat

mendekati rasio ideal untuk pencegahan Hipertensi dikutip dari Afifah

(2009). Seledri juga sangat mudah dicari, harganya juga sangat terjangkau

oleh masyarakat. Selain itu slederi juga tidak memiliki efek samping yang

berbahaya. Oleh karena itu seledri sangat baik sebagai terapi pengobatan

hipertensi.

Untuk pengobatan hipertensi caranya dengan mengambil 16 tangkai.

Semuanya dicuci dan direbus dengan air bersih sebanyak 2 gelas minum atau

setara dengan 400 ml. Kemudian rebus hingga ¾ bagiannya atau setara

dengan 300 ml. Hasil rebusan tersebut diminum untuk satu hari, masing-

masing ½ bagiannya menurut Muhammadan (2009, h. 173). Selain itu seledri

juga dapat dibuat menjadi jus seledri. Caranya campurkan 250 g seledri segar

dengan 2 buah apel hijau segar. Sebelum dijus seledri rebus terlebih dahulu

Page 7: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

7

lalu campur dengan apel lalu blender hingga halus. Minum dua hari sekali

untuk penderita Hipertensi dikutip dari Afifah (2009).

Studi pendahuluan yang dilakukan penulis pada. tanggal 14 April 2010,

didapatkan data bahwa dari 188 orang di Kelurahan Sidanegara Cilacap

Tengah menderita hipertensi ringan sampai berat. Pada tanggal 27 April

2010, peneliti melakukan studi pendahuluan kembali melibatkan 10 orang

yang menderita hipertensi di Kelurahan Sidanegara Cilacap Tengah yang

mengalami hipertensi sejak 2 bulan yang lalu. Selama ini usaha yang mereka

lakukan untuk mengatasi hipertensi pada kasus hipertensi ringan sampai berat

adalah dengan mengurangi asupan garam dan menghindari makanan tinggi

kolesterol. Peneliti melakukan pengukuran tekanan darah terhadap 10 orang

tersebut, ternyata 8 dari 10 orang masih mengalami hipertensi. Jadi usaha

yang mereka lakukan belum begitu efektif untuk menurunkan tekanan darah.

Peneliti juga menanyakan tentang terapi seledri untuk hipertensi kepada 10

orang tersebut. Hasilnya dari 10 orang tersebut semuanya belum pernah

mendapatkan terapi seledri.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang pengaruh seledri terhadap penurunan tekanan darah pada

penderita hipertensi di Kelurahan Sidanegara Cilacap Tengah tahun 2010.

Page 8: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

8

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini peneliti

membuat rumusan masalah sebagai berikut “Apakah pemberian rebusan

seledri berpengaruh terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi di

Kelurahan Sidanegara Kecamatan Cilacap Tengah Tahun 2010?”.

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh seledri

terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Kelurahan

Sidanegara Cilacap Tengah tahun 2010.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik penderita hipertensi di Kelurahan

Sidanegara Cilacap Tengah tahun 2010.

b. Untuk mengetahui gambaran tekanan darah sebelum diberikan seledri

di Kelurahan Sidanegara Cilacap Tengah tahun 2010.

c. Untuk mengetahui gambaran tekanan darah sesudah diberikan seledri di

Kelurahan Sidanegara Cilacap Tengah tahun 2010.

d. Untuk mengetahui perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah

diberikan seledri di Kelurahan Sidanegara Cilacap Tengah tahun 2010.

Page 9: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

9

D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah pustaka mengenai

pengaruh seledri terhadap penurunan tekanan darah pada penderita

hipertensi di Kelurahan Sidanegara Cilacap Tengah.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti

Dapat menambah ilmu pengetahuan dan memperdalam pengalaman

peneliti tentang riset keperawatan serta pengembangan wawasan

tentang pengobatan tradisional dengan mengkonsumsi rebusan seledri.

b. Bagi penderita

Hasil penelitian dapat menjadi bahan pertimbangan untuk memilih

pengobatan alternatif yang tepat dan praktis dalam menurunkan tekanan

darah yaitu dengan mengkonsumsi rebusan seledri.

c. Bagi peneliti lain

Penelitian ini diharapkan dapat merangsang penelitian tentang

pengobatan alternatif untuk penurunan tekanan darah yang lebih efektif

diberikan kepada penderita Hipertensi.

d. Bagi Masyarakat di Kelurahan Sidanegara Cilacap Tengah

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan salah satu alternatif

pengobatan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita

Hipertensi.

Page 10: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

10

E. KEASLIAN PENELITIAN

Penelitian mengenai pengaruh terapi seledri terhadap hipertensi

belum begitu banyak dilakukan. Penelitian sejenis yang pernah dilakukan

adalah sebagai berikut:

1. Rohaendi, 2008, tentang Pengaruh pemberian teh rosella dan obat terhadap

tekanan darah pasien hipertensi primer di Panti Jompo Welas Asih Kota

Tasikmalaya dan Rumah Sakit Umum Kota Tasikmalaya. penelitian ini

menggunakan metode experiment dengan control Group Pretest-postest,

Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan efektifitas teh rosella dan

obat terhadap tekanan darah pasien hipertensi di Panti Jompo Welas Asih

Kota Tasikmalaya dan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tasikmalaya.

Sampel penelitian ini berjumlah 40 orang responden, terdiri dari 20

responden yang diberikan teh rosella dan 20 orang responden yang minum

obat actrapin 5 mg sehari sekali selama tujuh hari. Pengambilan sampel

dengan cara total sampling untuk responden di panti dan conventiente

sampling untuk pasien rumah sakit. Pengujian efektifitas sebelum dan

sesudah dilakukan intervensi dengan uji paired-Sample T test, sedangkan

untuk menguji adanya perbedaan efektifitas diantara dua kelompok

menggunakan uji independent Sample T test dan untuk menguji efektifitas

pemberian intervensi setelah dikontrol oleh jenis kelamin, umur, dan Indek

Massa Tubuh menggunakan uji Manova. Hasil penelitian menunjukkan

jenis kelamin paling banyak perempuan, rerata umur responden 60 tahun

dan rerata Indek Masa Tubuh 27,25. Hasil penelitian menunjukan adanya

Page 11: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

11

perbedaan tekanan sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah intervensi

pada kedua kelompok (p=0,000). Teh rosella dan obat sama efektifnya

dalam menurunkan tekanan darah pada kedua kelompok (p= 0,057 dan

0,242). Jenis kelamin, umur, dan IMT tidak mempengaruhi penurunan

tekanan darah sistolik dan diatolik. Penelitian ini menyimpulkan bahwa

secara signifikan teh rosella dan obat dapat menurunkan tekanan darah

sistolik dan diastolik pada pasien hipertensi. Rekomendasi dari penelitian

ini adalah perlu adanya penelitian lanjutan dengan jumlah sampel yang

sebih besar, uji kandungan rosella, dan pengukuran secara serial.

Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian ini adalah terletak pada

variable bebas, desain, rancangan dan tempat penelitian. Pada penelitian

ini variable bebasnya adalah terapi seledri. Penelitian ini menggunakan

desain Quasi Experiment dengan rancangan yang akan digunakan adalah

rancangan One Group Pretest – Postest Design. Penelitian ini dilakukan di

Kelurahan Sidanegara Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.

Page 12: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

Pada bab ini akan dijelaskan tentang hipertensi, pengobatan hipertensi

keperawatan holistik, terapi komplementer, seledri sebagai terapi herbal, seledri

dalam hubungannya dengan penurunan tekanan darah dan kerangka teori

penelitian. Penjelasan tentang hipertensi diperlukan untuk menentukan jenis dan

klasifikasi penderita dalam penelitian. Disamping itu klasifikasi tekanan darah

digunakan sebagai standar pengaruh seledri terhadap tekanan darah penderita

hipertensi. Keperawatan holistik diperlukan untuk menjelaskan bahwa dalam

keperawatan penderita merupakan kesatuan yang utuh antara fisik, psikologi,

sosial, ekonomi, spiritual dan budaya. Menurut keperawatan holistik perawat

harus memandang pasien sebagai orang yang memiliki penyakit tertentu.

Penjelasan tentang terapi komplementer dan terapi herbal sudah sangat luas dalam

menangani penyakit tertentu. Demikian pula seledri yaitu bertujuan untuk

menjelaskan bahwa salah satu terapi herbal yang dipergunakan dimasyarakat

adalah seledri.

A. HIPERTENSI

1. Pengertian

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan systolik dan diastolik

mengalami kenaikan yang melebihi batas normal (tekanan systole di atas

140mmHg, diastole di atas 90mmHg). Harga normal tekanan darah

(WHO) 120/80mmHg - 140/90mmHg (Arita, 2008, h. 73).

Page 13: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

13

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana

terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu

lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan

tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan

mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan darah yang selalu tinggi adalah

salah satu faktor risiko untuk stroke, serangan jantung, gagal jantung dan

aneurisma arterial, dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis

(Tekanan Darah Tinggi 2009).

2. Etiologi

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2

golongan besar yaitu : (Gunawan, 2001 )

a. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak

diketahui penyebabnya.

Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi,

sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder.

Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti

penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor

yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah

sebagai berikut :

1) Faktor keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki

kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika

orang tuanya adalah penderita hipertensi

Page 14: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

14

2) Ciri perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi

adalah umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat ), jenis

kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan ) dan ras ( ras kulit

hitam lebih banyak dari kulit putih ).

3) Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi

adalah konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ),

kegemukan atau makan berlebihan, stress dan pengaruh lain

misalnya merokok, minum alkohol, minum obat-obatan

(ephedrine, prednison, epineprin).

b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit

lain.

Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:

1) Penyakit Ginjal

a) Stenosis arteri renalis

b) Pielonefritis

c) Glomerulonefritis

d) Tumor-tumor ginjal

e) Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)

f) Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)

g) Terapi penyinaran yang mengenai ginjal

Page 15: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

15

2) Kelainan Hormonal

a) Hiperaldosteronisme

b) Sindroma Cushing

c) Feokromositoma

3) Obat-obatan

a) Pil KB

b) Kortikosteroid

c) Siklosporin

d) Eritropoietin

e) Kokain

f) Penyalahgunaan alkohol

g) Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)

4) Penyebab Lainnya

a) Koartasio aorta

b) Preeklamsi pada kehamilan

c) Porfiria intermiten akut

d) Keracunan timbal akut.

(Tekanan Darah Tinggi 2009).

3. Patofisiologis

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh

darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat

vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke

korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis

Page 16: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

16

di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam

bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke

ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin,

yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,

dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi

pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat

mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.

Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin,

meskipun tidak diketahui dengan jelas (Tekanan Darah Tinggi 2009).

Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla

adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks

adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat

respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang

mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin.

Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah

menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya

merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan

peningkatan volume intra vaskuler (Tekanan Darah Tinggi 2009).

Page 17: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

17

4. Tanda dan Gejala

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;

meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan

dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal

sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala,

perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa

saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan

tekanan darah yang normal.

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala

berikut:

a. sakit kepala

b. kelelahan

c. mual

d. muntah

e. sesak nafas

f. gelisah

g. pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada

otak, mata, jantung dan ginjal.

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan

bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut

ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera (Tekanan

Darah Tinggi 2009).

Page 18: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

18

5. Klasifikasi Hipertensi

a. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa (Tekanan Darah Tinggi

2009) yang dapat dilihat pada Tabel 2.1:

Tabel 2.1Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa

(Tekanan Darah Tinggi 2009)

Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa

KategoriTekanan Darah

SistolikTekanan Darah

Diastolik

Normal < 120 mmHg (dan) < 80 mmHg

Pre-hipertensi 120-139 mmHg (atau) 80-89 mmHg

Stadium 1 140-159 mmHg (atau) 90-99 mmHg

Stadium 2 >= 160 mmHg (atau) >= 100 mmHg

Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140

mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan

tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering

ditemukan pada usia lanjut.

Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami

kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia

80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60

tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun

drastis.

Dalam pasien dengan diabetes mellitus atau penyakit ginjal, penelitian

telah menunjukkan bahwa tekanan darah di atas 130/80 mmHg harus

dianggap sebagai faktor risiko dan sebaiknya diberikan perawatan.

Page 19: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

19

b. Klasifikasi tingkat tekanan darah (mmHg) menurut WHO (dikutip dari

Elisa, dkk 2009 ) yang dapat dilihat dalam tabel 2.2:

Tabel 2.2Klasifikasi Tingkat Tekanan Darah Menurut WHO

(Elisa, dkk 2009)

Kategori Sistolik Diastolik

Optimal <120 < 80

Normal <130 < 85

Normal-tinggi 130 - 139 85 - 89

Hipertensi Stage 1 (mild)

140 - 159 90 - 99

Hipertensi Stage 2 (moderate)

160 - 179 100 - 109

Hipertensi Stage 3 (severe)

≥ 180 ≥ 110

c. Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa > 18 tahun menurut Joint

National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and

Treatment of High Blood Pressure / JNC VI (dikutip dalam Rohaendi,

2008, h.14), dapat dilihat pada tabel 2.3:

Tabel 2.3Klasifikasi Tekanan Darah Pada Orang Dewasa > 18 tahun Menurut Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure / JNC VI (Rohaendi, 2008, h.14)

KategoriTekanan Darah sistolik (mmHg)

Tekanan Darah Diastolik (mmHg)

Optimal <120 < 80

Normal <130 <85

Page 20: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

20

Normal – Tinggi 130 - 139 85 - 89

Hipertensi

Derajat 1 (ringan) 140 - 159 90 - 99

Derajat 2 (sedang) 160 - 179 100 - 109

Derajat 3 (berat) ≥ 180 ≥ 110

Hipertensi Sistolik Terisolasi

≥ 140 < 90

d. Sedangkan klasifikasi tekanan darah tinggi menurut Joint National

Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of

High Blood Pressure / JNC VII tahun 2003 (dikutip dalam Rohaendi,

2008, h.14) pada orang berusia 18 tahun ke atas yang dapat dilihat

pada Tabel 2.4:

Tabel 2.4Klasifikasi Tekanan Darah Pada Orang Dewasa > 18 tahun Menurut Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure / JNC VII (Rohaendi, 2008, h.14)

Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal ≥120 < 80

Prehypertension 120 - 139 85 - 89

Derajat 1 140 - 159 90 - 99

Derajat 2 ≥ 160 100

Hipertensi Sistolik Terisolasi

≥ 140 < 90

6. Penegakan Diagnosa Hipertensi

Menurut Muhammadan, 2010, (h. 104 - 105) tekanan darah diukur

setelah seseorang duduk atau berbaring selama 5 menit. Angka 140/90

Page 21: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

21

mmHg atau lebih dapat diartikan sebagai hipertensi, tetapi diagnosis tidak

dapat ditegakkan hanya berdasarkan satu kali pengukuran. Jika pada

pengukuran pertama memberikan hasil yang tinggi, maka tekanan darah

diukur kembali dan kemudian diukur sebanyak 2 kali pada 2 hari

berikutnya untuk meyakinkan adanya hipertensi. Hasil pengukuran bukan

hanya menentukan adanya tekanan darah tinggi, tetapi juga digunakan

untuk menggolongkan beratnya hipertensi. Setelah diagnosis ditegakkan,

dilakukan pemeriksaan terhadap organ utama, terutama pembuluh darah,

jantung, otak dan ginjal.

7. Komplikasi

a. Komplikasi menurut Murwani, 2008, (h. 76)

1) Pada jantung : pembesaran ventrikel kiri dengan atau tanpa payah

jantung, infark jantung, penyakit jantung koroner

2) Pada otak : stroke, enchepalitis

3) Pada ginjal : hematuri, kencing sedikit

4) Pada mata : retinopati hipertensi

b. Penyakit penyerta menurut Dalimarta (2000)

1) Kencing manis (diabetes mellitus)

2) Resistensi Insulin (R-I)

3) Hiperfungsi kelenjar tiroid (hipertiroid)

4) Rematik

5) Asam urat (gout)

6) Kadar lemak darah tinggi (hiperlipidenia)

Page 22: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

22

8. Penanganan

Penanganan hipertensi menurut Lenny (2008), secara garis besar

dibagi menjadi 2 jenis yaitu:

a. Penanganan dengan obat-obatan (farmakologi):

Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar saat ini. Untuk

pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi dokter. Berikut

merupakan macam-macam obat antihipertensi (Lenny 2008):

1) Diuretik: obat-obatan jenis diuretik bekerja ddengan cara

mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing) sehingga volume

ciran di tubuh berkurang mengakibatkan daya pompa jantung

menjadi lebih ringan. Contoh obatnya adalah Hidroklorotiazid.

2) Penghambat Simpatetik: Golongan obat ini bekerja dengan

menghambat aktifitas saraf simpatis. Contoh obatnya adalah

Metildopa, Klonidin, dan Reseprin.

3) Betabloker : mekanisme kerja obat ini adalah melalui penurunan

daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada

penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernafasan

seperti asma brokial. Contoh obatnya adalah : Metopolol,

Propanolol, dan Atenolol. Pada penderita Diabetes meliitus harus

hati-hati , karena dapat menutupi gejala hipoglikemia yaiu kondisi

dimana kadar gula dalam darah turun menjadi sangat rendah yang

bias berakibat bahaya bagi penderitanya. Pada orang tua terdapat

Page 23: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

23

gejala Bronkospasme atau penyempitan saluran pencernafasan

sehingga pemberian obat harus hati-hati.

4) Vasodilator: Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh

darah dengan relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Yang

termasuk dalam golongan ini adalah : Prasosin, Hidralasin. Efek

samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini

adalah : sakit kepala dan pusing.

5) Penghambat Enzim Konversi Angiotensin: Cara kerja obat

golongan ini adalah menghambat pembentukan zat Angiotensin II

yaitu zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah .

Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek

samping yang mungkin timbul adalah : batuk kering, pusing, sakit

kepala dan lemas

6) Antagonis kalsium : Golongan obat ini menurunkan daya pompa

jantung dengan cara menghambat kontraksi jantung atau

kontraktilitas. Yang termasuk golongan obat ini adalah:

Nifedipin, Diltiasem, dan Verapamil. Efek samping yang mungkin

timbul adalah : sembelit pusing, sakit kepala dan muntah.

7) Penghambat Reseptor Angiotensin II: cara kerja obat ini adalah

dengan menghalangi penempelan zat Angiostensin II pada

reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung.

Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah Valsartan

Page 24: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

24

(Diovan). Efek samping yang mungkin timbul adalah sakit

kepala, pusing, lemas dan mual.

b. Penanganan non obat (non farmakologis), diantaranya adalah:

1) Diet rendah garam atau kolesterol atau lemak jenuh.

2) Menurangi berat badan agar mengurangi beban kerja jantung

sehingga kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup juga

berkurang. Menurut Mansjoer (2000, h. 98), menurunkan berat

badan bila terdapat kelebihan (indeks masa tubuh > 27).

3) Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.

4) Ciptakan keadaan rileks. Berbagai cara relaksasi seperti meditasi,

yoga atau hypnosis dapat mengontrol system saraf yang akhirnya

dapat menurunkan tekanan darah.

5) Melakukan olahraga seperti senam aerobic atau jalan cepat

selama 30-45 menit sebayak 3-4 kali seminggu. Olahraga,

terutama bila disertai penurunan berat badan. Olahraga

meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL), yang dapat

mengurangi hipertensi yang terkait aterosklerosis.

6) Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alcohol. Berhenti

merokok penting untuk mengurangi efek jangka panjang

hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah

ke berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.

7) Terapi komplementer juga termasuk penanganan secara non

farmakologis, bersifat terapi pengobatan alamiah diantaranya

Page 25: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

25

menurut Sustrani, dkk (2005, h. 74-105) adalah dengan terapi

herbal, terapi nutrisi, relaksasi progresif, meditasi, akupuntur,

akupresur, homeopati, aromaterapi, terapi bach flower dan

remedyre fleksiologi.

B. TERAPI KOMPLEMENTER

1. Pengertian

Terapi komplementer atau pengobatan alternatif adalah setiap praktek

penyembuhan yang tidak termasuk dalam bidang konvensional

kedokteran atau yang belum terbukti secara konsisten dan efektif.

Perawatan kesehatan yang tidak termasuk dalam standar praktek

pengobatan disebut alternatif atau komplementer. Beberapa terapi

komplementer yang umum adalah : terapi fisik (yoga, pijat, akupuntur),

teknik relaksasi (meditasi, visualisasi), obat herbal (Tekanan Darah

Tinggi 2009).

Kewajiban seorang perawat adalah memberikan keamanan perawatan

pada saat masyarakat menggunakan terapi komplementer. Terapi

komplementer menjadi populer disebabkan karena berbagai macam

fenomena termasuk ekonomi individu untuk memutuskan tindakan

kesehatan, biaya yang tinggi dan persepsi tentang keamanan dari obat

tersebut. Menurut Panel on Definition and deskription, Complementary

and Alternative Medicine (CAM) research and metodologi conference

1997 (Synder, 2002). Terapi komplementer adalah merupakan suatu

Page 26: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

26

metode penyembuhan dengan menggunakan semua system, modalitas

dan praktik yang sesuai dengan teori dan kepercayaan, bukan sekedar

dipengaruhi oleh politik system kesehatan atau budaya yang telah

berjalan, tetapi terdiri dari semua praktik dan proses penjabaran ide dari

pengguna dalam rangka mencegah atau mengobati penyakit dan

meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan. Menurut Snyder (2002),

terapi komplementer efektif diberikan minimal selama satu minggu,

selama satu minggu tersebut efek dari terapi dapat terlihat hasilnya.

2. Macam – macam terapi komplementer

Pengobatan komplementer juga termasuk pengobatan

nonfarmakologis, bersifat terapi pengobatan alamiah diantaranya

menurut Sustrani, dkk, 2005 (h. 74-105) adalah dengan:

a. Terapi herbal : obat-obatan untuk menangani hipertensi antara lain

bawang putih atau garlic (Allium Sativum), seledri atau celery

(Apium gravolens), bawang merah atau onion (Allium cepa),

blimbing manis (Averrhoa Carambola L), mentimun (Cucumis

sativus), jeruk nipis (Citrusaurantifolia), tomat (Lyocopercison

lycopersicum), semangka (Citrullus vulgaris).

b. Terapi Nutrisi:

1) Makanan yang kaya potassium, seperti : apricot, pisang, waluh,

ikan lele, bayam, tomat, kacang-kacangan, kentang, susu,

yoghurt.

Page 27: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

27

2) Makanan kaya magnesium,seperti : kacang-kacangan , polong-

polongan dan hasil olahnya (kacang merah, kedelai, tahu), bahan

makanan dari laut (ikan, kerang, cumi-cumi , dll)

3) Makanan yang banyak mengandung kalsium, seperti : polong-

polongan dan hasil olahnya ,sayur-sayuran hijau, daging sapi

dan ayam rendah lemak.

4) Makanan yang banyak mengandung asam lemak esensial

seperti: ikan laut (salmon, tuna, makerel), aneka kacang-

kacanagan (kenari,kacang mete,walnut,dll)

5) Makanan yang kaya vitamin C , seperti : beragam buah-buahan

(jambu biji, jeruk, mangga, papaya, rambutan), aneka sayuran

yang disantap mentah,(kol, kacang panjang, daun katuk, cabai

rawit,cabai merah)

c. Relaksasi progresif

d. Meditasi

e. Akupuntur : cara penyembuhan Tiongkok kuno dengan cara

menusukkan jarum ke titik-titik tertentu di tubuh pasien.

f. Akupresur : cara penyembuhan dari Tiongkok yang mengaktifkan

neuron pada system saraf, yang dapat menrangsang kelenjar-kelenjar

endokrin dan hasilnya mengatifkan orang yang bermasalah.

g. Homeopati

Page 28: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

28

h. Aromaterapi : cara penyembuhan dengan menggunakan konsentrasi

minyak essensial yang sangat aromatik, dan diekstraksi dari tumbuh-

tumbuhan.

i. Terapi Bach Flower Remedy : pengobatan terdiri dari 38 tumbuhan

dan bunga yang digunakan untuk mengobati gangguan emosi yang

berbeda-beda.

j. Refleksiologi : cara pengobatan dengan merangsang berbagai

daerah refleks (zona atau mikrosistem) di kaki , tangan, dan telinga

yang ada hubugannya dengan kelenjar, organ dan bagian tubuh

lainnya.

C. SELEDRI SEBAGAI TERAPI HERBAL

1. Definisi

Seledri (Apium graveolens L) adalah sayuran daun dan tumbuhan obat

yang biasa digunakan sebagai bumbu masakan. Beberapa negara termasuk

Jepang, Cina dan Korea mempergunakan bagian tangkai daun sebagai

bahan makanan. Di Indonesia tumbuhan ini diperkenalkan oleh penjajah

Belanda dan digunakan daunnya untuk menyedapkan sup atau sebagai

lalap. Penggunaan seledri paling lengkap adalah di Eropa: daun, tangkai

daun, buah, dan umbinya semua dimanfaatkan (Volkov 2010).

Menurut Volkov (2010) dalam taksonomi tumbuhan, seledri

diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Page 29: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

29

b. Divisi : Magnoliophyta

c. Kelas : Magnoliopsida

d. Ordo : Apiales

e. Famili : Apiaceae

f. Genus : Apium

g. Spesies : A. graveolens

h. Nama binomial : Apium Graveolens L.

Seledri berasal dari daerah subtropik Eropa dan Asia, dan merupakan

tanaman dataran tinggi, yang ditemukan pada ketinggian di atas 900 m dpl.

Di daerah ini seledri yang tumbuh memiliki tangkai daun yang menebal.

Untuk pertumbuhannya, seledri memerlukan cuaca yang lembab. Seledri

juga bisa ditanam di dataran rendah. Hanya saja ukuran batangnya menjadi

lebih kecil dan digunakan sebagai penyedap masakan. Seledri terdiri dari

tiga jenis yaitu seledri daun, seledri potongan dan seledri berumbi

(Dalimartha, 2005).

Tanaman seledri tumbuh tegak, tinggi sekitar 50 cm dengan bau aromatik

yang khas. Batang persegi, beralur, beruas, tidak berambut, bercabang

banyak, berwarna hijau pucat. Daun majemuk menyirip ganjil dengan anak

daun 3-7 helai. Anak daun bertangkai yang panjangnya 1-2,7 cm, helaian

daun tipis dan rapuh, pangkal dan ujung runcing, tepi beringgit, panjang 2-

7,5 cm, lebar 2-5 cm, pertulangan menyirip, berwarna hijau keputih-

putihan. Bunga majemuk berbentuk payung, 8-12 buah, kecil-kecil,

berwarna putih, mekar secara bertahap. Buahnya buah kotak, berbentuk

Page 30: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

30

kerucut, panjang 1-1,5 mm, berwarna hijau kekuningan (Dalimartha,

2005).

Seledri dipanen setelah berumur 6 minggu sejak ditanam. Tangkai daun

yang agak tua dipotong 1 cm di atas pangkal daun. Daun muda dibiarkan

tumbuh untuk dipanen kemudian. Tangkai daunnya yang berdaging dan

berair dapat dimakan mentah sebagai lalap, sedangkan daunnya digunakan

untuk penyedap sup. Jika seledri ditanam di daerah tropik, ukuran

batangnya kurang besar sehingga seluruh bagian tanaman digunakan

sebagai sayur. Seledri dapat diperbanyak dengan biji (Dalimartha, 2005).

2. Sifat dan Khasiat

Akar seledri berkhasiat memacu enzim pencernaan dan peluruh kencing

(diuretik), sedangkan buah dan bijinya sebagai pereda kejang

(antipasmodik), menurunkan kadar asam urat darah, antirematik, peluruh

kencing (diuretik), peluruh kentut (karminatif), afrodisak dan penenang

(Dalimartha, 2005).

Seledri berbau aromatik, rasanya manis, sedikit pedas dan sifatnya sejuk.

Seledri bersifat tonik, memacu enzim pencernaan (stomatik), menurunkan

tekanan darah (hipotensif), penghenti pendarahan (hemostatis), peluruh

kencing (diuretik), peluruh haid, peluruh kentut (karminatif),

mengeluarkan asam urat darah yang tinggi, pembersih darah dan

memperbaiki fungsi hormon yang terganggu (Dalimartha, 2005).

Page 31: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

31

3. Kandungan Kimia

Seledri mengandung flavonoid, saponin, tanin 1%, minyak asiri 0,033%,

flavo-glukosida (apiin), apigenin, fitosterol, kolin, lipase, pthalides,

asparagine, zat pahit, vitamin (A, B dan C). Setiap 100 gr seledri

mengandung air sebanyak 93 ml, protein 0,9 gr, lemak 0,1 gr, karbohidrat

4 gr, serat 0,9 gr, kalsium 50 mg, besi 1 mg, fosfor 40 mg, yodium 150

mg, kalium 400 mg, magnesium 85 mg, vitamin A 130 IU, vitamin K 15

mg, vitamin C 15 mg, riboflavin 0,05 mg, tiamin 0,03 mg dan nikotinamid

0,4 mg. Akar mengandung asparagin, manit, zat pati, lendir, minyak asiri,

pentosan, glutamin dan tirosin. Biji mengandung apiin, minyak menguap,

apigenin dan alkaloid. Apigenin berkhasiat hipotensif (Dalimartha, 2005).

D. SELEDRI DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PENURUNAN

TEKANAN DARAH

Unsur – unsur yang terdapat dalam seledri yang dapat menurunkan tekanan

darah adalah flavanoid, apigenin, vitamin C, fitosterol dan vitamin K yang

dapat berperan dalam metabolisme gula (mengatur kadar gula darah),

metabolisme lemak, efek diuretik dan mempertahankan elastisitas pembuluh

darah. Dengan demikian seledri meiliki peranan mekanisme penurunan

takanan darah.

Kandungan seledri yang dapat menurunkan tekanan darah antara lain :

1. Flavanoid : flavanoid dapat menghalau penyakit

degeneratif. Flavanoid dapat bertindak sebagai quencer atau penstabil

Page 32: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

32

oksigen singlet. Salah satu flavonoid yang berkhasiat seperti itu adalah

quercetin. Senyawa ini beraktivitas sebagai antioksidan dengan

melepaskan atau menyumbangkan ion hidrogen kepada radikal bebas

peroksi agar menjadi lebih stabil. Aktivitas tersebut menghalangi reaksi

oksidasi kolesterol jahat (LDL) yang menyebabkan darah mengental,

sehingga mencegah pengendapan lemak pada dinding pembuluh darah

(Jupiter 2008).

2. Apigenin : apigenin yang terdapat di seledri sangat bermanfaat untuk

mencegah penyempitan pembuluh darah dan tekanan darah tinggi (Seledri

Penyedap yang Berkhasiat 2010).

3. Vitamin C : vitamin C dapat memperkuat otot jantung, vitamin C berperan

penting melalui proses metabolisme kolesterol, karena dalam proses

metabolisme kolesterol vitamin C dapat meningkat laju kolesterol yang

dibuang dalam bentuk asam empedu dan mengatur metabolisme

kolesterol. Vitamin C juga dapat meningkatkan kadar HDL dan berfungsi

sebagai pencahar sehingga dapat meningkatkan pembuangan kotoran

(Kusuma 2010).

4. Fitosterol : adalah sterol yang terdapat dalam tanaman dan mempunyai

struktur mirip kolesterol. Secara alami fitosterol dapat ditemukan di dalam

sayuran, kacang-kacangan, gandum. Fitosterol dapat membantu

menurunkan kadar kolesterol dengan cara menghambat penyerapan

kolesterol di usus sehingga membantu menurunkan jumlah kolesterol yang

Page 33: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

33

memasuki aliran darah. Sehingga fitosterol dapat membantu untuk

menurunkan tekanan darah dikutip dari (Grandfa 2007).

5. Vitamin K berfungsi membantu proses pembekuan darah. Vitamin K

berpotensi mencegah penyakit serius seperti penyakit jantung dan stroke

karena efeknya mengurangi pengerasan pembuluh darah oleh faktor-faktor

seperti timbunan plak kalsium (Astawan 2010).

6. Apiin : Apiin bersifat diuretic yaitu membantu ginjal mengeluarkan

kelebihan cairan dan garam dari dalam tubuh, sehingga berkurangnya

cairan dalam darah akan menurunkan tekanan darah (Masteryen 2009).

Page 34: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

34

Page 35: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

Pemberian Rebusan Seledri

Tekanan darahSistolikDiastolik

Faktor – faktor yang mempengaruhi penurunan tekanan darah secara farmakologis antara lain : Diuretik, Beta Blockers, Calcium Chanel Blokers, Angiotensin II, Alpha Blokers, Clonidin dan Vasodilator.

Faktor – faktor yang mempengaruhi penurunan tekanan darah secara non farmakologis antara lain : diet rendah garam, berhenti merokok dan alkohol, latian fisik secara teratur, menghindari stress, memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat, terapi komplementer (terapi herbal, terapi nutrisi, relaksasi, meditasi, akupuntur, akupresur, homeopati, aromaterapi, terapi black flower remedy, refleksiologi).

35

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. KERANGKA KONSEP PENELITIAN

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

: Area yang diteliti

: Area yang tidak diteliti (dikontrol saat pengambilan sampel)

Page 36: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

36

B. HIPOTESIS

Hipotesis dalam penelitian ini :

Ho : Tidak ada perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan

rebusan seledri pada pasien hipertensi

Ha : Ada perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan

rebusan seledri pada pasien hipertensi

C. IDENTIFIKASI VARIABEL, DEFINISI OPERASIONAL DAN SKALA

PENGUKURAN

Tabel 3.1 Identifikasi Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran

No VariabelDefinisi

operasionalCara ukur Hasil ukur Skala

1. Bebas: Pemberian rebusan seledri

Pemberian rebusan seledri pada pasien penderita hipertensi di Kelurahan Sidanegara Cilacap Tengah yang mengalami hipertensi. Cara penyajian: sediakan seledri sebanyak 16 tangkai lalu dicuci bersih. Rebus seledri tersebut dengan 400 ml air hingga menjadi 300 ml. lalu diminum pagi dan sore masing-

Diukur dengan cara memberikan rebusan seledri pada penderita hipertensi yang dijadikan sebagai responden dan telah diperiksa tekanan darahnya. Kemudian diperoleh juga dari hasil cheklist yang diisi oleh keluarga yang telah peneliti berikan sebelum dan sesudah pemberian rebusan seledri.

Hasil ukur dibagi menjadi 2 kategori yaitu 1. Diminum bila dalam setiap hari penderita mengkonsumsi rebusan seledri minimal 1 gelas per hari selama 1 minggu.2. Tidak diminum bila dalam setiap hari penderita mengkonsumsi rebusan

Nominal

Page 37: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

37

masing 150 ml. Diminum selama 7 hari secara teratur.

seledri kurang dari 1 gelas per hari atau tidak minum selama 1 minggu.

2 Terikat: Tekanan Darah

Tekanan pada pembuluh arteri darah ketika darah dipompa oleh jantung keseluruh anggota tubuh manusia. Terdapat dua tekanan darah yaitu, sistole (tekanan atas), normalnya 120 mmHg dan diastole (tekanan bawah) normalnya 80 mmHg.

Diukur dengan cara mengukur tekanan darah menggunakan spygnomanome-ter air raksa dan stetoskop dengan posisi berbaring (supine) setelah 1 minggu pemberian rebusan seledri. Kemudian hasil pengukuran tekanan darah dicatat dan dimasukan kedalam hasil ukur

Sesuai dengan hasil pengukuran tekanan darah- Systolik- Diastolik

Rasio

Page 38: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

38

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain Quasi Experiment dengan rancangan

yang digunakan adalah rancangan One Group Pretest – Postest Design tanpa

adanya kelompok kontrol tetapi sudah dilakukan observasi pertama (pretest)

yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan – perubahan yang

terjadi setelah adanya eksperimen (postest), (Notoatmodjo, 2002, h. 164).

Desain Quasi Eksperimen merupakan desain yang tidak mempunyai

pembatasan yang ketat pada randomisasi dan pada saat yang sama dapat

mengontrol ancaman – ancaman validitas, (Notoatmodjo, 2002, h.167).

Rancangan One Group Pretest – Postest Design menggunakan satu

kelompok subyek. Pertama – tama dilakukan pengukuran, lalu dikenakan

perlakuan untuk jangka waktu tertentu, kemudian dilakukan pengukuran

untuk ke dua kalinya, (Suryabrata, 2003, h. 101). Bentuk rancangan penelitian

ini sebagai berikut:

Input Proses Output

(Pre-Test) Intervensi (Post-Test)

O1 O2

Page 39: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

39

Bagan 4.1 Desain Penelitian

Keterangan :

O1 : Tekanan darah penderita hipertensi sebelum diberikan rebusan

seledri

O2 : Tekanan darah penderita hipertensi sesudah diberikan rebusan

seledri

O1-O2 : Perbedaan tekanan darah penderita hipertensi antara sebelum dan

sesudah diberikan rebusan daun seledri

X : Intervensi berupa pemberian rebusan daun seledri

B. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau

subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik-karakreistik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulan (Sugiyono 2008, h. 61).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita hipertensi

yang mengalami hipertensi sesuai dengan kriteria dari WHO di

Kelurahan Sidanegara Cilacap Tengah yang berjumlah 188 penderita.

2. Sampel

Page 40: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

40

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmodjo 2002, h.

79).

Penelitian ini menggunakan “teknik random sampling” yaitu

pengambilan sampel di mana semua individu dalam populasi baik secara

sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan yang sama untuk

dipilih menjadi anggota sampel. (Notoatmodjo 2002, h. 85).

Adapun kriteria inklusi dan kriteria eksklusi penelitian ini adalah:

a. Kriteria inklusi

1) Penderita hipertensi yang diberi perlakuan.

2) Berusia > 35 tahun.

3) Penderita hipertensi yang tidak mendapat terapi herbal atau

pengobatan.

4) Penderita yang tidak mengkonsumsi rokok.

5) Penderita yang tidak menjalani terapi diet.

6) Penderita yang tidak menjalani latihan fisik.

7) Penderita yang tidak melakukan terapi akupuntur.

8) Penderita yang tidak menjalani relaksasi progresif

9) Penderita yang tidak menjalani meditasi

10) Penderita yang tidak menjalani akupresur

11) Penderita yang tidak menjalani homeopati

12) Penderita yang tidak menjalani aromaterapi

13) Penderita yang tidak menjalani terapi bach flower

Page 41: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

41

14) Penderita yang tidak menjalani remedyre fleksiologi

15) Penderita yang bersedia menjadi responden.

b. Kriteria eksklusi

1) Berusia < 35 tahun

2) Penderita yang mengkonsumsi rokok.

3) Penderita hipertensi yang mendapat pengobatan.

4) Penderita yang menolak menjadi responden.

3. Besar Sampel

Besar sampel pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan

rumus sederhana untuk populasi kecil ≤ 10.000 (Notoatmodjo, 2002)

n= N

1+N (d2)

Keterangan:

n : besar sampel

N : besar populasi

d : derajat kesalahan, ditentukan sebesar 10%

n=188

1+188 (0,12)

n=1881+188 (0 ,01 )

n=1881+1 , 88

Page 42: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

42

n=1882 ,88

n=65 , 27

Dibulatkan menjadi n=65orang.

Hasil dari penghitungan menggunakan rumus tersebut adalah jumlah

sampel yang akan diberikan rebusan seledri oleh peneliti yaitu sebanyak

65 penderita. Untuk menghindari drop out karena tidak memenuhi

kriteria sebagai responden, maka perlu ditambahkan responden sebanyak

10% dari sampel yang telah ditentukan yaitu sebanyak 7 penderita.

Sehingga jumlah sampel yang dijadikan responden sebanyak 72

penderita. Setelah menentukan jumlah sampel, selanjutnya peneliti

menentukan responden dengan cara acak. Peneliti membuat seluruh nama

responden, setelah itu peneliti mengocok dan mengambilnya secara acak

sebanyak 72 responden.

B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian mengambil lokasi di Kelurahan Sidanegara Cilacap Tengah

dengan waktu penelitian dimulai pada bulan 25 Mei sampai bulan 30 Juli

2010.

C. ETIKA PENELITIAN

Etika penelitian mempunyai tujuan melindungi dan menjamin

kerahasiaan responden (pasien hipertensi). Sebelum dilakukan penelitian,

Page 43: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

43

peneliti mengurus perijinan guna memperoleh ijin dan menjelaskan tujuan

penelitian. Pertama surat rekomendasi pre penelitian dari Stikes Alirsyad Al-

Islamiyyah Cilacap kepada Bupati Cilacap, kepada Kepala Badan Kesbang

Pol dan Linmas Kabupaten Cilacap, dan kepada Kepala DKK Cilacap, Kepada

Kepala Bappeda Cilacap selanjutnya memberikan ijin dan meneruskan kepada

Kepala Kelurahan Sidanegara Cilacap Tengah.

Setelah prosedur perijinan tersebut terlewati, maka dilanjutkan dengan

menentukan penderita yang akan diberikan rebusan seledri untuk menurunkan

hipertensi. Penderita diukur tekanan darahnya selanjutnya diberi penjelasan

mengenai tujuan, manfaat dan cara mengkonsumsi rebusan seledri yang akan

diberikan. Keluarga penderita hipertensi diberikan penjelasan tentang tata cara

pengisian cheklist dan apa yang harus dilakukan dalam memberikan jawaban

atas pertanyaan pada cheklist. Penderita yang bersedia selanjutnya

menandatangani surat pernyataan persetujuan dan apabila tidak bersedia maka

tidak ada paksaan untuk menandatangani. Lembar persetujuan ditandatangani

saat penderita dalam keadaan tenang dengan waktu yang cukup dan tanpa ada

paksaan. Penderita yang bersedia selanjutnya diukur tekanan darahnya dan

kemudian diberikan intervensi rebusan seledri sebanyak 2 kali sehari, untuk

mencegah terjadinya penurunan tekanan darah yang drastis (hipotensi) maka

peneliti mengukur tekanan darah 1 kali sehari, terapi ini diberikan selama satu

minggu kemudian hasil pengukuran tekanan darah yang terakhir akan

dibandingkan dengan hasil tekanan darah sebelum diberikan terapi, apakah

terjadi penurunan atau tidak.

Page 44: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

44

D. PROSEDUR PENGUMPULAN DATA

Cara pengumpulan data diperoleh dari:

1. Data primer

Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari subyek penelitian

dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambil data secara

langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang dicari (Sugiyono

2008). Data primer penelitian ini diperoleh langsung dari pasien hipertensi

berupa tekanan darah pasien yang sudah diukur menggunakan

spignomanometer air raksa dan stetoskop. Kemudian, juga diperoleh dari

hasil cheklist yang sudah diberikan sebelum dan sesudah pasien diberikan

rebusan seledri, dimana cheklist tersebut diisi oleh keluarga yang

memantau pasien.

Sebelum dilakukan pemberian rebusan seledri pada pasien hipertensi,

pasien terlebih dahulu di ukur tekanan darahnya untuk mengetahui hasil

tekanan darah pasien hipertensi dan keluarga mengisi cheklist yang sudah

diberikan (pre-test) yang dilakukan satu hari sebelum pemberian rebusan

seledri. Post-test pengukuran tekanan darah pada pasien hipertensi

dilakukan setelah satu minggu diberi rebusan seledri untuk menurunkan

tekanan darah tinggi dan keluarga menyerahkan cheklist yang sudah diisi.

Page 45: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

45

2. Data sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari lingkungan penelitian

berupa data dari keluarga, hasil pengukuran tekanan darah dan sumber lain

yang menunjang penelitian seperti nama, umur, tingkat pendidikan dan

agama.

E. ALAT PENGUMPUL DATA

1. Instrumen Penelitian

Menurut Notoatmodjo, 2002, instrumen penelitian adalah alat-alat

yang digunakan untuk pengumpulan data. Instrumen penelitian ini

menggunakan cheklist. Cheklist adalah suatu daftar pengecek, berisi nama

subyek dan beberapa gejala/identitas lainnya dari sasaran pengamatan.

Pengamat tinggal memberikan tanda check ( ) pada daftar tersebut yang

menunjukan adanya gejala/ciri dari sasaran pengamatan. (Notoatmodjo

2002, h. 99). Sedangkan untuk mendapatkan hasil tekanan darah peneliti

menggunakan spignomanometer air raksa dan stetoskop untuk

mengukurnya. Seledri sebanyak 16 tangkai di rebus dengan 400 ml air

hingga menjadi 300 ml air. Air rebusan seledri tersebut diminum untuk

satu hari yaitu 150 ml untuk pagi dan 150 ml untuk sore.

2. Uji Instrumen Penelitian

Page 46: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

46

Sebelum dilakukan pemberian rebusan seledri pada penderita

hipertensi, penderita diukur terlebih dulu tekanan darahnya, alat yang

digunakan untuk mengukur tekanan darah adalah spignomanometer dan

stetoskop. Disini peneliti menggunakan spignomanometer air raksa dan

tidak ada kerusakan pada alat tersebut. Peneliti juga menggunakan cheklist

yang diisi oleh keluarga pasien hipertensi untuk mendapatkan hasil apakah

rebusan seledri diminum atau tidak diminum.

a. Validitas :

Menurut Nazir (2005, h. 222) dalam desain eksperimen terdapat dua

jenis validitas yaitu validitas eksternal dan internal.

1) Validitas Eksternal

Dari jumlah populasi selama 2 bulan terakhir didapat 188

penderita, sesuai rumus Notoatmodjo di dapat 72 penderita. 72

penderita tersebut adalah batas minimal dari sampel untuk

menggeneralisasikan populasi. Dengan validitas eksternal yang

tinggi hasil dari eksperimen akan cukup representatif untuk

mewakili populasi.

2) Validitas Internal

Untuk mengontrol variabel – variabel pengganggu diperlukan

validitas internal yang tinggi. Suatu desain eksperimen harus

dibuat sedemikian rupa sehingga perbedaan yang diperlihatkan

benar-benar disebabkan oleh perlakuan yang diperlukan, bukan

oleh faktor atau variabel lain diluar itu. Oleh karena itu peneliti

Page 47: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

47

mengontrol variabel – variabel yang dapat mengganggu yaitu

dengan cara membuat kriteria inklusi dan kriteria ekslusi.

b. Reliabilitas

Alat yang akan digunakan untuk mengukur tekanan darah pada

penelitian ini, peneliti menggunakan sphygnomanometer air raksa dan

stetoskop yang telah teruji ke ketetapannya. Menurut Vitahealth

(2004, h. 20) sphygnomanometer yang sering digunakan adalah

sphygnomanometer air raksa yang dianggap paling akurat, sehingga

disebut ”standar emas”. Alat ini terdiri dari manset yang bisa

digembungkan dengan cara memompanya yang berbentuk bola karet

dan dihubungkan dengan tabung panjang berisi air raksa. Ukuran

tekanan darah akan diperlihatkan dalam milimeter air raksa (mmHg)

pada tabung yang akan bergerak keatas jika dipompakan. Alat ukur

yang rencananya akan digunakan untuk mengukur tekanan darah

dalam penelitian ini adalah sphygnomanometer air raksa bermerk

ONE MADE dan stetoscope bermerk ONE MADE.

F. PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

1. Pengolahan Data

Menurut Achmadi dan Narbuko (2002) pengolahan data penelitian

meliputi:

a. Editing

Page 48: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

48

Mengedit adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah

diserahkan oleh pasien hipertensi. Pada penelitian ini peneliti

memeriksa data yang diperoleh, baik mengenai identitas pasien

hipertensi maupun jawaban cheklist.

b. Skoring

Skoring dilakukan untuk mengetahui total skor dari hasil checklist

dan pengukuran tekanan darah sesudah diberikan rebusan seledri

sebagai berikut:

1) Jawaban “diminum” diberikan skor 1

2) Jawaban “tidak diminum”diberikan skor 0.

2. Analisa Data

Langkah terakhir dari suatu penelitian adalah melakukan analisa data.

Analisa data dilakukan secara bertahap dan dilakukan melalui proses

komputerisasi.

a. Analisa Univariat

Analisa ini dilakukan dengan uji statistik deskriptif untuk mengetahui

distribusi frekuensi atau tabel frekuensi. Distribusi frekuensi adalah

susunan data dalam suatu tabel yang telah diklasifikasikan menurut

Page 49: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

49

kelas atau kategori-kategori tertentu. (prasetyo & Jannah, 2005, h. 184-

185). Pada penelitian ini variabel yang telah digambarkan dalam

bentuk distribusi frekuensi adalah karakteristik pasien hipertensi yang

meliputi: jenis kelamin, usia, berat badan, tinggi badan, tekanan darah

sebelum diberikan rebusan seledri dan tekanan darah setelah diberikan

rebusan seledri.

b. Analisa Bivariat

Analisa ini dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh rebusan

seledri terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi. Menurut

Riwidikdo (2008, h. 55 – 60), dalam analisa ini untuk mengetahui

apakah hipotesis di terima atau di tolak adalah dengan Uji t dependen

(paired t test). Penggunaan paired t test adalah untuk menguji

efektifitas suatu perlakuan terhadap suatu besaran variabel yang ingin

ditentukan. Rancangan ini paling umum dikenal dengan rancangan

pre-post, artinya membandingkan rata-rata nilai pre test dan rata-rata

post test dari suatu sampel. Level yang sering digunakan untuk standar

error adalah 0,05 atau 0,01. Andaikata terdapat perbedaan antara dua

buah mean, perbedaan tersebut belum tentu berbeda secara statistik.

Perbedaan tersebut harus diuji dengan cara Uji - t . Dua asumsi dasar

dalam mengunakan Uji - T adalah ; distribusi dari variabel adalah

Page 50: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

50

normal dan kedua variabel mempunyai variance yang sama. Untuk

merumuskan hipotesis pada Uji – t adalah sebagai berikut :

Rumus paired t test adalah :

t= d̄

Sd √n, dari rumusan tersebut

dapat juga dibuat rumusan t= d̄ .√n

Sd dimana d adalah selisih/beda

antara nilai pre dengan post. d̄ adalah rata-rata dari beda antara nilai

pre dengan post.

BAB V

HASIL PENELITIAN

Bab ini akan menjelaskan tentang hasil penelitian pengaruh pemberian rebusan

seledri terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di kelurahan

Sidanegara Cilacap Tengah yang dilaksanakan pada tanggal 25 Mei sampai

dengan 23 Juli 2010. Jumlah penderita hipertensi sebanyak 72 orang sesuai

dengan kriteria inklusi. Proses pelaksanaan penelitian ini terdiri dari tiga bagian

yang akan diuraikan berikut ini.

A. Proses Pelaksanaan Penelitian

Pada bagian ini akan dijelaskan tentang pelaksanaan penelitian pengaruh

pemberian rebusan seledri terhadap penurunan tekanan darah pada penderita

hipertensi di kelurahan Sidanegara Cilacap Tengah dengan membina

hubungan saling percaya, melakukan kontrak kegiatan, menjelaskan tujuan

penelitian dan menandatangani lembar persetujuan penelitian.

Page 51: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

51

1. Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian dimulai dengan membina hubungan saling percaya,

melakukan kontrak kegiatan, menjelaskan tujuan penelitian,

menandatangani lembar persetujuan penelitian serta melakukan pre test/

pengukuran tekanan darah yang dilakukan di kelurahan yang akan

diteliti dimulai pada tanggal 25 Mei 2010.

2. Pelaksanaan

Data diperoleh sesuai dengan jawaban dari responden. Data yang

diperoleh meliputi jenis kelamin, umur, berat badan, tinggi badan dan

tekanan darah responden. Pelaksanaan pemberian rebusan seledri

dilakukan selama satu minggu pada tiap-tiap responden. Warga yang

bersedia menjadi responden diukur tekanan darahnya dan diberikan

minuman rebusan seledri sebanyak 2 kali sehari selama 1 minggu, tiap

hari tekanan darah responden diukur. Sebelum memberikan intervensi,

terlebih dahulu peneliti mengukur tekanan darah responden untuk

mendapatkan data tekanan darah pre-test, setelah itu peneliti

memberikan rebusan seledri kepada responden sebanyak 2 kali sehari

selama 1 minggu. Selama 1 minggu peneliti setiap hari mengukur

tekanan darah responden dengan tujuan untuk mengetahui terjadi

hipotensi atau tidak. Setelah 1 minggu pemberian rebusan seledri, pada

hari berikutnya peneliti mengukur tekanan darah responden kembali

Page 52: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

52

untuk mendapatkan tekanan darah post-test. Dalam memberikan

rebusan seledri, peneliti membagi 65 responden menjadi tujuh

kelompok yang bertujuan untuk memudahkan pelaksanaan pemberian

rebusan seledri. Kelompok I –VI masing-masing berjumlah sebanyak

10 responden dan kelompok VII berjumlah sebanyak 5 responden.

Kelompok I dimulai pada tanggal 26 Mei – 2 Juni 2010, Kelompok II

dimulai pada tanggal 4-11 Juni 2010, Kelompok III dimulai pada

tanggal 13-20 Juni 2010, Kelompok IV dimulai pada tanggal 22-29 Juni

2010, Kelompok V dimulai pada tanggal 1-8 Juli 2010, Kelompok VI

dimulai pada tanggal 10-17 Juli 2010, Kelompok VII dimulai pada

tanggal 19-23 Juli 2010.

3. Penutupan

Setelah pemberian rebusan seledri selama 1 minggu kemudian

dilakukan post test dengan mengukur tekanan darah sistol dan diastol,

serta melakukan terminasi kegiatan penelitian pada responden di

kelurahan Sidanegara Cilacap Tengah.

B. Karakteristik Penderita Hipertensi Di Kelurahan Sidanegara Cilacap Tengah

Pada bagian ini akan dijelaskan karakteristik penderita hipertensi

berdasarkan jenis kelamin, umur, berat badan, tinggi badan, dan tekanan

darah sebelum dan sesudah diberikan rebusan seledri.

1. Karakteristik penderita hipertensi berdasarkan jenis kelamin

Tabel 5.1Distribusi penderita hipertensi berdasarkan jenis kelamin

Page 53: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

53

Di Kelurahan Sidanegara Cilacap Tahun 2010.

Sumber : data primer diolah tahun 2010

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa distribusi penderita hipertensi

sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 53,8% dan

sebagian kecil berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 46,2%.

2. Karakteristik penderita hipertensi berdasarkan umur

Tabel 5.2Distribusi penderita hipertensi berdasarkan umur Di Kelurahan Sidanegara Cilacap Tahun 2010.

No. Umur Frekuensi Persen

1. 35-43 tahun 16 24.6

2. 44-52 tahun 32 49.2

3. 53-62 tahun 17 26.2

Sumber : data primer diolah tahun 2010

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari total 65 penderita hipertensi

sebagian besar berusia 44-52 tahun yaitu sebanyak 49,2% dan

sebagian kecil berusia 35-43 tahun yaitu sebanyak 24,6%.

3. Karakteristik penderita hipertensi berdasarkan berat badan

Tabel 5.3Distribusi penderita hipertensi berdasarkan berat badan

No. Jenis Kelamin Frekuensi Persen

1 Perempuan 35 53.8

2 Laki-laki 30 46.2

Total 65 100

Page 54: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

54

Di Kelurahan Sidanegara Cilacap Tahun 2010.No. Berat Badan Frekuensi Persen Mean

1. 45-58 Kg 46 70.8 55.85

2. 59-72 Kg 17 26.2

3. 73-86 Kg 2 3.1Sumber : data primer diolah tahun 2010

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari total 65 penderita hipertensi

mempunyai berat badan rata-rata 55,85 Kg, sebagian besar penderita

hipertensi 70,8% memiliki berat badan antara 45-58 Kg dan sebagian

kecil 3,1% memiliki berat badan antara 73-86 Kg.

4. Karakteristik penderita hipertensi berdasarkan tinggi badan

Tabel 5.4Distribusi penderita hipertensi berdasarkan tinggi badan

Di Kelurahan Sidanegara Cilacap Tahun 2010.

N Mean Median STD Min Max

Tinggi Badan 65 162.62 165.00 7.432 150 178

Sumber : data primer diolah tahun 2010

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari total 65 penderita hipertensi

mempunyai tinggi badan rata-rata 162,62 cm dengan tinggi badan

terendah 150 cm dan tertinggi 178 cm.

5. Karakteristik penderita hipertensi berdasarkan tekanan darah sebelum

diberikan rebusan seledri

Tabel 5.5Distribusi penderita hipertensi berdasarkan tekanan darah sebelum diberikan rebusan seledri Di Kelurahan Sidanegara Cilacap Tahun

2010.

Tekanan Darah N Mean Median Sd Min Max

Sistol 65 181.92 180.00 18.471 140 220

Page 55: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

55

Diastol 65 99.62 100.00 11.295 80 130Sumber : data primer diolah tahun 2010

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari total 65 penderita hipertensi

mempunyai tekanan darah sistol rata-rata 181,92 mmHg dengan

tekanan darah sistol terendah 140 mmHg dan tertinggi 220 mmHg.

Sedangkan untuk tekanan darah diastol mempunyai rata-rata 99,62

mmHg dengan tekanan darah diastol terendah 80 mmHg dan tertinggi

130 mmHg.

6. Karakteristik penderita hipertensi berdasarkan tekanan darah setelah

diberikan rebusan seledri

Tabel 5.6Distribusi penderita hipertensi berdasarkan tekanan darah setelah diberikan rebusan seledri di Kelurahan Sidanegara Cilacap Tahun

2010.

Tekanan Darah N Mean Median Sd Min Max

Sistol 65 140.46 140.00 13.542 120 170

Diastol 65 83.00 80.00 7.896 70 95

Sumber : data primer diolah tahun 2010

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari total 65 penderita hipertensi

mempunyai tekanan darah sistol rata-rata 140,46 mmHg dengan

tekanan darah sistol terendah 120 mmHg dan tertinggi 170 mmHg.

Sedangkan untuk tekanan darah diastol mempunyai rata-rata 83

mmHg dengan tekanan darah diastol terendah 70 mmHg dan tertinggi

95 mmHg.

Page 56: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

56

C. Analisis Perbedaan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Sebelum Dan

Sesudah Diberikan Rebusan Seledri Di Kelurahan Sidanegara Cilacap

Tengah

1. Uji Normalitas Data

Sebelum pengujian hipotesa dilakukan, terlebih dahulu data

dilakukan uji normalitas data. Uji normalitas dilakukan karena dalam

menggunakan uji T, data yang akan diolah harus memiliki data yang

normal. Data diketahui normal atau tidak, maka harus dilakukan uji

normalitas. Syarat Uji Normalitas menurut Dahlan (2008) ada 2

metode yaitu metode deskriptif dan metode analitis. Dalam

menggunakan metode deskriptif ada tiga parameter yang harus

dipenuhi yaitu nilai koefisien varian < 30%, nilai rasio skewness > -2

dan < 2, dan nilai rasio kurtosis > -2 dan < 2 . Sedangkan metode

analitis, parameter yang digunakan yaitu uji Kolmogorov-Smirnov

(sampel > 50) dan Shapiro-Wilk (sampel < 50). Pada penelitian ini uji

normalitas menggunakan metode deskriptif. Menurut Dahlan (2008)

untuk mengetahui nilai koefisien varian yaitu menggunakan rumus

SDmean

x 100%, untuk mengetahui nilai rasio skewness menggunkan

rumus

SkewnessStd . Error Skewness , dan untuk mengetahui nilai rasio kurtosis

menggunakan rumus

KurtosisStd .Error Kurtosis .

Tabel 5.7Hasil Uji Normalitas Data

Page 57: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

57

tekanan darah sistol dan diastol sebelum dan sesudah diberikan rebusan seledri

VariabelNilai

koefisien varianNilai

rasio skewnessNilai

rasio kurtosisSistol Pre-test

10.15 % < 30% -0.441 >-2,<2 -1.395 >-2,<2

Sistol Post-test

9.64 % < 30% 0.104 >-2,<2 -1.337 >-2,<2

Diastol Pre-test

11.33 % < 30% 1.545 >-2,<2 -0.460 >-2,<2

Diastol Post-test

9.51 % < 30% -0.969 >-2,<2 -1.872 >-2,<2

Pada tabel 5.7 menunjukan bahwa semua kelompok data berdasarkan

nilai koefisien varian, nilai rasio skewness dan nilai rasio kurtosis

telah memenuhi syarat masing-masing parameter. Jadi dapat

disimpulkan bahwa ke empat kelompok data tersebut berdistribusi

normal.

.2. Analisis perbedaan tekanan darah pada penderita hipertensi sebelum

dan sesudah diberikan rebusan seledri berdasarkan tekanan darah

sistol

Tabel 5.8Perbedaan rata-rata tekanan darah sistol pada penderita hipertensi

sebelum dan sesudah diberikan rebusan seledri

Variabel N Mean STD SE t P.Value

Sistol pre-post 65 41.462 17.292 2.145 19.331 0.000

Pada tabel 5.8 dijelaskan rata-rata penurunan tekanan darah sistol pada

penderita hipertensi sebesar 41,462 mmHg dapat disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan yang bermakna rata-rata penurunan tekanan darah

sistol pada penderita hipertensi sebelum dan sesudah diberikan

rebusan seledri dengan p.value 0,000 < 0,05.

Page 58: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

58

3. Analisis perbedaan tekanan darah pada penderita hipertensi sebelum

dan sesudah diberikan rebusan seledri berdasarkan tekanan darah

diastol

Tabel 5.9Perbedaan rata-rata tekanan darah diastol pada penderita hipertensi

sebelum dan sesudah diberikan rebusan seledri

Variabel N Mean STD SE t P.Value

Diastol pre-post 65 16.615 11.696 1.451 11.453 0.000

Pada tabel 5.9 menunjukan rata-rata penurunan tekanan darah diastol

pada penderita hipertensi sebesar 16,615 mmHg dapat disimpulkan

terdapat perbedaan yang bermakna rata-rata penurunan tekanan darah

diastol pada penderita hipertensi sebelum dan sesudah diberikan

rebusan seledri dengan p.value 0,000 < 0,05.

Page 59: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

59

BAB VI

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang pembahasan yang meliputi interpretasi

dan diskusi hasil dari penelitian seperti yang telah dipaparkan dalam bab

sebelumnya, keterbatasan penelitian yang terkait dengan desain penelitian yang

digunakan dan karakteristik sampel yang digunakan dan selanjutnya akan dibahas

pula tentang bagaimana implikasi hasil penelitian terhadap pelayanan dan

penelitian.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian rebusan

seledri terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi. Rebusan

seledri diberikan 2 kali sehari selama 1 minggu, penelitian ini dilakukan mulai

tanggal 25 Mei sampai 23 Juli 2010 di kelurahan Sidanegara Cilacap Tengah.

1. INTERPRESTASI DAN HASIL DISKUSI

Page 60: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

60

1. Karakteristik Penderita Hipertensi Berdasarkan Data Demografi

a. Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar

penderita hipertensi 53,8% berjenis kelamin perempuan dan

sebagian kecil 46,2% berjenis kelamin laki-laki.

Jenis kelamin ternyata mempengaruhi tekanan darah seseorang,

pada data yang didapat perempuan lebih banyak menderita hipertensi

yaitu 53,8%, sedangkan pada laki-laki data didapat 46,2% yang

menderita hipertensi. Bila ditinjau perbandingan antara perempuan

dan pria, ternyata perempuan lebih banyak menderita hipertensi.

Dari Survey Kesehatan Rumah Tangga / SKRT (2004), pada orang

yang berusia 25 tahun ke atas menunjukkkan bahwa 27% laki-laki

dan 29% wanita menderita hipertensi (Akhmad 2010). Menurut

Armilawaty (2007) penyakit hipertensi cenderung lebih tinggi pada

jenis kelamin perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini

dikarenakan pada perempuan meningkat seiring dengan

bertambahnya usia yang mana pada perempuan masa premenopause

cenderung memiliki tekanan darah lebih tinggi daripada laki-laki,

penyebabnya sebelum menopause wanita relatife terlindungi dari

penyakit kardiovaskuler oleh hormon estrogen.

b. Umur

Page 61: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

61

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar

penderita hipertensi 49,2% berumur antara 44 – 52 tahun dan

sebagian kecil 24,6% berumur antara 53-62 tahun.

Bertambahnya umur dapat meningkatkan kejadian hipertensi.

Pada data didapat sebagian besar penderita hipertensi berumur antara

44-52 tahun yaitu sebanyak 49,2%. Dengan bertambahnya umur,

risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar. Pada umumnya

tekanan darah akan meningkat dengan bertambahnya umur terutama

setelah 40 tahun. Prevalensi hipertensi di Indonesia pada golongan

umur di bawah umur 40 tahun masih berada di bawah 10%, tetapi di

atas 50 tahun angka tersebut terus meningkat mencapai 20-30%.

(Soendoro 2007).

Menurut Elisa, Nunung & Uken (2009, h. 3) semakin

bertambahnya usia tekanan darah cenderung meningkat, hal ini

disebabkan karena hilangnya elastisitas jaringan dan arterisklerosis

pada orang tua serta pelebaran pembuluh darah.

c. Berat Badan

Berdasarkan hasil dari penelitian diketahui bahwa rata-rata berat

badan penderita hipertensi 55,85 kg, sebagian besar penderita

hipertensi 70,8% memiliki berat badan antara 45-58 Kg dan sebagian

kecil 3,1% memiliki berat badan antara 73-86 Kg. Indeks Massa

Tubuh dari rata-rata berat badan (kg) dibagi rata-rata kuadrat tinggi

badan (m) yaitu 21,28 Kg/m2.

Page 62: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

62

Menurut Artika (2009) orang yang memiliki berat badan di atas 30

persen berat badan ideal, memiliki kemungkinan lebih besar

menderita tekanan darah tinggi. Menurut Yessi (2009) kegemukan

dimana berat badan mencapai indeks massa tubuh > 27 (berat badan

(kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m) merupakan salah satu faktor

risiko terhadap timbulnya hipertensi. Kelebihan berat badan akan

memaksa jantung bekerja lebih keras. Curah jantung dan sirkulasi

volume darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari

penderita hipertensi yang tidak obesitas.

Menurut Elisa, Nunung & Uken (2009, h. 3) kelebihan berat badan

(overweight) terkait dengan level insulin yang tinggi yang

mengakibatkan tekanan darah meningkat. Berat badan yang berlebih

atau obesitas yang berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi. Berat

badan yang berlebihan akan membuat seseorang susah bergerak

dengan bebas. Jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa

darah agar dapat menggerakan beban berlebihan dari tubuh tersebut,

sehinga orang yang mengalami obesitas lebih mudah untuk menderita

penyakit hipertensi (Sustrani, Alam & Hadibroto 2005, hh30 - 31).

2. Pengaruh Pemberian Rebusan Seledri Terhadap Penurunan Tekanan

Darah Sistol Dan Diastol

Tekanan darah pada penderita hipertensi sebelum diberikan rebusan

seledri memiliki rata-rata tekanan darah sistolik sebesar 181,92 mmHg

Page 63: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

63

yang menurut Joint National Comite (JNC) termasuk dalam kategori

hipertensi derajat 3 atau hipertensi berat dan untuk diastoliknya adalah

99,62 mmHg termasuk dalam kategori hipertensi derajat satu atau

hipertensi ringan. Sedangkan tekanan darah pada penderita hipertensi

setelah diberikan rebusan seledri memiliki rata-rata tekanan darah sistolik

sebesar 140,46 mmHg termasuk dalam kategori hipertensi derajat 1 atau

hipertensi ringan dan untuk diastoliknya adalah 83 mmHg termasuk

dalam kategori normal.

Hasil Uji t dependent (paired t test) menunjukan ada perbedaa rata-

rata pre dan post pada tekanan sistolik sebesar 41,462 mmHg, t hitung

(19,331) > t table (2,000) dan pv (0,000) < α (0,05). Dan terdapat

perbedaan rata-rata pre dan post pada tekanan diastolik sebesar 16,615

mmHg, t hitung (11,453) > t able (2,000) dan pv (0,000) < α (0,05).

Seledri atau celery ( Apium graveolens ) merupakan salah satu dari

jenis terapi herbal untuk menangani penyakit hipertensi. Unsur-unsur

yang terdapat dalam seledri yang dapat menurunkan tekanan darah

adalah flavanoid, apigenin, vitamin C, fitosterol dan vitamin K yang

dapat berperan dalam metabolisme gula (mengatur kadar gula darah),

metabolisme lemak, efek diuretik dan mempertahankan elastisitas

pembuluh darah. Dengan demikian rebusan seledri memiliki peranan

mekanisme penurunan takanan darah.

Rebusan seledri dalam menurunkan tekanan darah mempunyai 4

mekanisme kerja yaitu dengan cara membantu metabolisme gula,

Page 64: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

64

metabolisme lemak, efek diuretik dan mempertahankan elastisitas

pembuluh darah. Dalam hal ini vitamin C, fisterol dan berperan sebagai

zat yang dapat membantu proses metabolisme gula. Vitamin C berperan

penting melalui proses metabolisme kolesterol, karena dalam proses

metabolisme kolesterol vitamin C dapat meningkat laju kolesterol yang

dibuang dalam bentuk asam empedu dan mengatur metabolisme

kolestreol. Vitamin C juga dapat meningkatkan kadar HDL dan berfungsi

sebagai pencahar sehingga dapat meningkatkan pembuangan kotoran

(Kusuma 2010). Fitosterol adalah sterol yang terdapat dalam tanaman

dan mempunyai struktur mirip kolesterol. Secara alami fitosterol dapat

ditemukan di dalam sayuran, kacang-kacangan, gandum. Fitosterol dapat

membantu menurunkan kadar kolesterol dengan cara menghambat

penyerapan kolesterol di usus sehingga membantu menurunkan jumlah

kolesterol yang memasuki aliran darah. Sehingga fitosterol dapat

membantu untuk menurunkan tekanan darah dikutip dari (Grandfa 2007).

Flavonoid berperan sebagai zat yang dapat membantu metabolisme

lemak. Flavonoid dapat bertindak sebagai quencer atau penstabil oksigen

singlet. Salah satu flavonoid yang berkhasiat seperti itu adalah quercetin.

Senyawa ini beraktivitas sebagai antioksidan dengan melepaskan atau

menyumbangkan ion hidrogen kepada radikal bebas peroksi agar menjadi

lebih stabil. Aktivitas tersebut menghalangi reaksi oksidasi kolesterol

jahat (LDL) yang menyebabkan darah mengental, sehingga mencegah

pengendapan lemak pada dinding pembuluh darah (Jupiter 2008).

Page 65: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

65

Vitamin K berpotensi mencegah penyakit serius seperti penyakit jantung

dan stroke karena efeknya mengurangi pengerasan pembuluh darah oleh

faktor-faktor seperti timbunan plak kalsium (Astawan 2010).

Apiin berperan sebagai zat yang dapat membantu proses diuretik. Cara

kerjanya yaitu membantu ginjal mengeluarkan kelebihan cairan dan

garam dari dalam tubuh, sehingga berkurangnya cairan dalam darah akan

menurunkan tekanan darah (Masteryen 2009).

Vitamin K dan apigenin berperan sebagai zat yang dapat membantu

peningkatan elastisitas pembuluh darah. Vitamin K berpotensi mencegah

penyakit serius seperti penyakit jantung dan stroke karena efeknya

mengurangi pengerasan pembuluh darah oleh faktor-faktor seperti

timbunan plak kalsium (Astawan 2010). Sedangkan apigenin yang

terdapat di seledri sangat bermanfaat untuk mencegah penyempitan

pembuluh darah dan tekanan darah tinggi (Seledri Penyedap yang

Berkhasiat 2010).

Faktor risiko hipertensi dibagi menjadi dua yaitu dapat dikontrol dan

tidak dapat dikontrol. Faktor risiko yang dapat dikontrol yaitu obesitas,

kurang olahraga, merokok, menderita diabetes mellitus, menkonsumsi

garam berlebih, minum alkohol, diet, minum kopi, pil KB dan stress.

Sedangkan faktor risiko yang tidak dapat dikontrol yaitu Umur, jenis

kelamin, dan genetik.

Obesitas merupakan salah satu faktor risiko hipertensi yang dapat

dikontrol. Menurut Yessi (2009) kegemukan dimana berat badan

Page 66: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

66

mencapai indeks massa tubuh > 27 (berat badan (kg) dibagi kuadrat

tinggi badan (m) merupakan salah satu faktor risiko terhadap timbulnya

hipertensi. Kelebihan berat badan akan memaksa jantung bekerja lebih

keras. Curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi

yang obesitas lebih tinggi dari penderita hipertensi yang tidak obesitas.

Jenis kelamin sangat mempengaruhi tekanan darah seseorang, pada

data yang didapat perempuan lebih banyak menderita hipertensi yaitu

53,8%, sedangkan pada laki-laki data didapat 46,2% yang menderita

hipertensi. Bila ditinjau perbandingan antara perempuan dan pria,

ternyata perempuan lebih banyak menderita hipertensi. Dari Survey

Kesehatan Rumah Tangga / SKRT (2004), pada orang yang berusia 25

tahun ke atas menunjukkkan bahwa 27% laki-laki dan 29% wanita

menderita hipertensi (Akhmad 2010). Hal ini dikarenakan pada

perempuan meningkat seiring dengan bertambahnya usia yang mana

pada perempuan masa premenopause cenderung memiliki tekanan darah

lebih tinggi daripada laki-laki penyebabnya sebelum menopause, wanita

relatife terlindungi dari penyakit kardiovaskuler oleh hormon estrogen

(Armilawaty 2007).

Bertambahnya umur dapat meningkatkan kejadian hipertensi. Pada

data didapat sebagian besar penderita hipertensi berumur antara 44-52

tahun yaitu sebanyak 49,2%. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena

hipertensi menjadi lebih besar. Pada umumnya tekanan darah akan

meningkat dengan bertambahnya umur terutama setelah 40 tahun.

Page 67: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

67

Prevalensi hipertensi di Indonesia pada golongan umur di bawah umur 40

tahun masih berada di bawah 10%, tetapi di atas 50 tahun angka tersebut

terus meningkat mencapai 20-30%. (Soendoro 2007). Hal ini disebabkan

karena hilangnya elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua

serta pelebaran pembuluh darah (Elisa, Nunung & Uken 2009, h. 3).

Penyebab penyakit hipertensi secara umum diantaranya

aterosklerosis (penebalan dinding arteri yang menyebabkan hilangnya

elastisitas pembuluh darah), keturunan, bertambahnya jumlah darah yang

dipompa ke jantung, penyakit ginjal, kelenjar adrenal, dan sistem saraf

simpatis, obesitas, tekanan psikologis, stres, dan ketegangan bisa

menyebabkan hipertensi (Marzuky 2009).

Penanganan hipertensi menurut Lenny (2008), secara garis besar

dibagi menjadi 2 jenis yaitu penanganan dengan obat-obatan

(farmakologi) dan penanganan non obat (non farmakologis). Penanganan

secara farmakologis yaitu terdiri atas pemberian obat yang bersifat

diuretik, simpatetik, betabloker, dan vasodilator dengan memperhatikan

tempat, mekanisme kerja dan tingkat kepatuhan. Penanganan non-

farmakologis yaitu meliputi penurunan berat badan, olah raga secara

teratur, diet rendah lemak & garam, dan terapi komplementer (Marlia

2009).

Salah satu dari penanganan non farmakologis dalam menyembuhkan

penyakit hipertensi yaitu terapi komplementer. Terapi komplementer

bersifat terapi pengobatan alamiah diantaranya adalah dengan terapi

Page 68: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

68

herbal, terapi nutrisi, relaksasi progresif, meditasi, terapi tawa,

akupuntur, akupresur, aromaterapi, terapi bach flower remedy, dan

refleksologi (Sustrani, Alam, Hadibroto 2005, h. 74-105). Jenis obat yang

digunakan dalam terapi herbal yaitu seledri atau celery ( Apium

graveolens ), bawang putih atau garlic (Allium Sativum), bawang merah

atau onion (Allium cepa), tomat (Lyocopercison lycopersicum),

semangka (Citrullus vulgaris). (Sustrani, Alam, Hadibroto 2005, h. 74-

105).

Pengaruh pemberian rebusan seledri dalam penelitian ini juga

didukung oleh beberapa faktor yang tidak diteliti tapi dimungkinkan

dapat mempengaruhi pengaruh rebusan seledri dalam menurunkan

tekanan darah, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal atau

faktor dari dalam diri individu dimungkinkan dapat memberikan

pengaruh pemberian rebusan seledri. Yang mencakup faktor internal

adalah keadaan fisik dan psikis individu (Puspa 2009). Faktor intenal

terkait keadaan pskis adalah motivasi responden untuk mengkonsumsi

rebusan seledri. Yang dimungkinkan motivasi yang tinggi dapat

meningkatkan keinginan responden untuk mengkonsumsi rebusan

seledri. Pendapat ini sesuai dengan Mitchell (dalam Winardi 2002) yang

mengemukakan bahwa motivasi mewakili proses psikologikal yang

menyebabkan timbulnya, diarahkannya dan terjadinya persistensi

kegiatan sukarela yang diarahkan ke tujuan tertentu.

Page 69: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

69

Faktor perancu yang tidak dapat dikontrol oleh peneliti adalah pola

makan dan psikis masing-masing responden, karena keterbatasan peneliti

yang sulit untuk mengontrolnya satu per satu, sehingga hasil penelitian

kurang baik apakah penurunan tekanan darah disebabkan oleh pemberian

rebusan seledri atau oleh faktor lain.

Pada penelitian ini, peneliti memilih responden dan kemudian diukur

tekanan darahnya, setelah penderita hipertensi bersedia menjadi

responden maka diberikan rebusan seledri sebanyak 2 kali sehari selama

satu minggu. Peneliti juga minta bantuan 2 orang teman untuk membantu

melakukan penelitian karena keterbatasan peneliti dan waktu penelitian.

Sebelum datang ke responden peneliti memberikan penjelasan tentang

kriteria responden yang dipilih dan cara memberikan terapi rebusan

seledri kepada 2 orang teman tersebut.

Faktor eksternal atau faktor dari luar individu juga dimungkinkan

dapat mempengaruhi pemberian rebusan seledri. Faktor eksternal

tersebut adalah segala hal yang berada diluar individu misalnya adalah

kesibukan masing-masing individu atau individu yang bekerja. Aktifitas

diluar rumah dapat mengakibatkan kurangnya atau tidak sesuai jadwal

mengkonsumsi rebusan seledri.

Faktor eksternal lainnya adalah pengunaan rebusan seledri yang

memiliki rasa pahit. Tidak semua responden menyukai rasa pahit. Untuk

mengantisipasinya rebusan seledri tersebut diberikan pada saat masih

hangat.

Page 70: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

70

2. KETERBATASAN PENELITIAN

Penelitian tentang pengaruh rebusan seledri terhadap penurunan tekanan

darah pada penderita hipertensi, memiliki keterbatasan sebagai berikut :

a. Pegambilan data tekanan darah untuk data pretest dan posttest tidak

dapat dilakukan serempak oleh peneliti, dikarenakan penelitian dilakukan

door to door.

b. Terdapat kesulitan saat pengambilan data karena tidak semua responden

yang dipilih oleh peneliti bersedia menjadi responden dan kesibukan

masing-masing responden membuat peneliti kesulitan menentukan waktu

pengukuran tekanan darah.

c. Faktor cuaca yang pernah 3-4 kali mengalami hujan, sehingga peneliti

tidak mengecek tekanan darah tiap hari pada responden. Sehingga hasil

tekanan darah ada yang tidak lengkap selama 1 minggu.

3. IMPLIKASI TERHADAP PELAYANAN DAN PENELITIAN

Berpedoman pada hasil penelitian, dapat dibuat implikasi hasil penelitian

terhadap pelayanan adalah sebagai berikut :

1. Pemberian rebusan seledri pada penderita hipertensi, terutama hipertensi

perbatasan yaitu yang memiliki tekanan darah sistolik 140 – 160 mmHg

dan tekanan darah diastolik 90 – 95 mmHg sampai hipertensi berat yaitu

yang memiliki tekanan darah sistolik 230 – 280 mmHg dan tekanan

darah diastolik 120 – 140 mmHg. Pemberian rebusan seledri ini

Page 71: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

71

mempunyai pengaruh terhadap penurunan tekanan darah pada penderita

hipertensi sehingga dapat direkomendasikan sebagai penatalaksanaan

pengobatan non farmakologis hipertensi perbatasan sampai berat.

2. Pemberian rekomendasi rebusan seledri juga dapat digunakan sebagai

terapi pendamping atau terapi pelengkap pada pengobatan farmakologis

hipertensi. Seperti pada penderita hipertensi yang memang harus

menggunakan pengobatan farmakologis.

3. Implikasi terhadap penelitian lebih diarahkan kepada peneliti yang lain

yang tertarik untuk mengkaji tema yang sama, yaitu penelitian terhadap

manfaat seledri untuk mengatasi rematik, asma, radang sendi, sakit mata,

gagal ginjal, insomnia, encok dan penelitian lain yang terkait dengan

rebusan seledri.

Page 72: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

72

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Simpulan hasil penelitian dan interpretasi data dapat diuraikan sebagai

berikut :

1. Karakteristik jenis kelamin sebagian besar penderita hipertensi 53,8%

berjenis kelamin perempuan dan sebagian kecil 46,2% berjenis kelamin

laki-laki. Karakteristik umur sebagian besar penderita hipertensi 49,2%

berusia 44-52 tahun dan sebagian kecil 24,6% berusia 35-43 tahun.

Karakteristik berat badan sebagian besar penderita hipertensi 70,8%

memiliki berat badan 45-58 Kg dan sebagian kecil 3,1% memiliki berat

badan 73-86 Kg. Karakteristik tinggi badan penderita hipertensi rata – rata

adalah 162,62 cm, nilai tengah 165 cm, standar deviasi 7,432, tinggi

minimal 150 cm dan tinggi maximal 178 cm.

Page 73: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

73

2. Tekanan darah sistolik pada penderita hipertensi sebelum pemberian

rebusan seledri rata-ratanya adalah 181,92 mmHg, nilai tengah 180

mmHg, standar deviasi 18,471, tekanan darah minimal 140 mmHg,

tekanan darah maksimal 220 mmHg. Tekanan darah diastolik pada

penderita hipertensi sebelum pemberian rebusan seledri rata-ratanya

adalah 99,62 mmHg, nilai tengah 100 mmHg, standar deviasi 11,295,

tekanan darah minimal 80 mmHg, tekanan darah maksimal 130 mmHg.

3. Tekanan darah sistolik pada penderita hipertensi sesudah pemberian

rebusan seledri rata-ratanya adalah 140,46 mmHg, nilai tengah 140

mmHg, standar deviasi 13.542, tekanan darah minimal 120 mmHg,

tekanan darah maksimal 170 mmHg. Tekanan darah diastolik pada

penderita hipertensi sesudah pemberian rebusan seledri rata – ratanya

adalah 83 mmHg, nilai tengah 80 mmHg, standar deviasi 7.896, tekanan

darah minimal 70 mmHg, tekanan darah maksimal 95 mmHg.

4. Ada perbedaan rata-rata pre dan post pada tekanan sistolik sebesar 41,462

mmHg, t hitung (19,331) > t table (2,000) dengan demikian Ho ditolak

atau ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah sistolik pre dan

post pemberian rebusan seledri dengan pv (0,000) < α (0,05). Sedangkan

perbedaan rata-rata pre dan post pada tekanan diastolik sebesar 16,615

mmHg, t hitung (11,453) > t table (2,000) dengan demikian Ho ditolak

atau ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah sistolik pre dan

post pemberian rebusan seledri dengan pv (0,000) < α (0,05).

Page 74: Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah

74

B. SARAN

1. Bagi Pendidikan

Diharapkan agar lebih memperkenalkan manfaat seledri di masyarakat

sehingga masyarakat dapat mengkonsumsi seledri secara rutin dan dapat

merasakan manfaatnya secara optimal.

2. Bagi Tenaga Kesehatan Khususnya Perawat

Bagi tenaga kesehatan untuk dapat menggunakan terapi rebusan

seledri untuk menangani pasien hipertensi ringan sampai tinggi, sehingga

diharapkan kasus hipertensi dapat menurun.

3. Bagi Penderita Hipertensi

Dengan semakin meningkatnya penderita hipertensi, maka perlu

memperhatikan pengobatan yang harus diberikan secara rutin dan

sebagai pilihan alternatifnya dengan menggunakan obat herbal yang

tersedia disekitar kita salah satunya adalah dengan menggunakan rebusan

seledri.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan dapat mengembangkan penelitian lebih lanjut mengenai

seledri yang memiliki banyak manfaat, seperti untuk mengatasi rematik,

asma, radang sendi, sakit mata, gagal ginjal, insomnia, dan encok.