skizofrenia hebefrenik

32

Click here to load reader

Upload: nogturno-coco

Post on 28-Apr-2017

224 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................. 3

Daftar Isi ................................................................................. 3

BAB I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

BAB II. Pembahasan

2.1 Pengertian ................................................................................. 8

2.2 Etiologi ................................................................................. 9

2.3 Tanda dan Gejala ................................................................................. 10

2.4 Psikofisiologi ................................................................................. 13

2.5 Diagnosis ................................................................................. 14

2.6 Penatalaksanaan ................................................................................. 15

2.7 Prognosis ................................................................................. 23

BAB III. Kesimpulan dan Saran

3.1. Kesimpulan ................................................................................. 27

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 28

Page 2: SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu gangguan jiwa yang merupakan permasalahan kesehatan di seluruh dunia adalah

skizofrenia. Para pakar kesehatan jiwa menyatakan bahwa semakin modern dan industrial

suatu masyarakat, semakin besar pula stressor psikososialnya, yang pada gilirannya

menyebabkan orang jatuh sakit karena tidak mampu mengatasinya. Salah satu penyakit itu

adalah gangguan jiwa skizofrenia

Dalam sejarah perkembangan skizofrenia sebagai gangguan klinis, banyak tokoh psikiatri dan

neurologi yang berperan. Mula-mula Emil Kreaplin (18-1926) menyebutkan gangguan

dengan istilah dementia prekok yaitu suatu istilah yang menekankan proses kognitif yang

berbeda dan onset pada masa awal. Istilah skizofrenia itu sendiri diperkenalkan oleh Eugen

Bleuler (1857-1939), untuk menggambarkan munculnya perpecahan antara pikiran, emmosi

dan perilaku pada pasien yang mengalami gangguan ini. Bleuler mengindentifikasi symptom

dasar dari skizofrenia yang dikenal dengan 4A antara lain : Asosiasi, Afek, Autisme dan

Ambivalensi.

Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering, hampir 1% penduduk dunia

menderita psikotik selama hidup mereka di Amerika. Skizofrenia lebih sering terjadi pada

Negara industri terdapat lebih banyak populasi urban dan pada kelompok sosial ekonomi

rendah. Walaupun insidennya hanya 1 per 1000 orang di Amerika Serikat, skizofrenia

seringkali ditemukan di gawat darurat karena beratnya gejala, ketidakmampuan untuk

merawat diri, hilangnya tilikan dan pemburukan sosial yang bertahap. Kedatangan diruang

gawat darurat atau tempat praktek disebabkan oleh halusinasi yamg menimbulkan ketegangan

yang mungkin dapat mengancam jiwa baik dirinya maupun orang lain, perilaku kacau,

inkoherensi, agitasi dan penelantaran Diagnosis skizofrenia lebih banyak ditemukan

dikalangan sosial ekonomi rendah. Beberapa pola interaksi keluarga dan faktor genetik

diduga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya skizofrenia.5 75% penderita

skizofrenia mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa muda

memang beresiko tinggi karena tahap kehidupan ini penuh stressor. Kondisi penderita sering

terlambat disadari keluarga dan lingkungannya karena dianggap sebagai bagian dari tahap

penyesuaian diri Salah satu pembagian skizofrenia adalah skizofrenia hebefrenik.

Page 3: SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

Skizofrenia hebefrenik disebut juga disorganized type atau “kacau balau” yang ditandai

dengan inkoherensi, affect datar, perilaku dan tertawa kekanakkanakan, yang terpecah-pecah,

dan perilaku aneh seperti menyeringai sendiri, menunjukkan gerakan-gerakan aneh,

mengucap berulang-ulang dan kecenderungan untuk menarik diri secara ekstrim dari

hubungan sosial (Dadang Hawari, 2001:64-65).

Gangguan jiwa skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang berat dan gawat yang dapat

dialami manusia sejak muda dan dapat berlanjut menjadi kronis dan lebih gawat ketika

muncul pada lanjut usia (lansia) karena menyangkut perubahan pada segi fisik, psikologis

dan sosial-budaya. Skizofrenia pada lansia angka prevalensinya sekitar 1% dari kelompok

lanjut usia (lansia) (Dep.Kes.1992).

Page 4: SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian

Skizofrenia adalah satu istilah untuk beberapa gangguan yang ditandai dengan kekacauan

kepribadian, distorsi terhadap realitas, ketidakmampuan untuk berfungsi dalam kehidupan

sehari-hari (Atkinson dkk, 1992), perasaan dikendalikan olehn kekuatan dari luar dirinya,

waham/delusi, gangguan persepsu (PPDGJ, 1983)

Gangguan skizoprenia ini terdapat pada semua kebudayaan dan mengganggu di sepanjang

sejarah, bahkan pada kebudayaan-kebudayaan yang jauh dari tekanan modern sekalipun.

Umunya gangguan ini muncul pada usia yang sangat muda, dan memuncak pada usia antara

25-35 tahun.

Gangguan yang muncul dapat terjadi secara lambat atau dating secara tibatiba pada penderita

yang cenderung suka menyendiri yang mengalami stress (Atkinson dkk, 1992) Salah satu

pembagian skizofrenia adalah skizofrenia hebefrenik. Beberapa pendapat yang menyebutkan

tentang pengertian Skizofrenia, antara lain : “Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk

Skizofrenia yang ditandai dengan perilaku klien regresi dan primitif, afek yang tidak sesuai,

wajah dungu, tertawa-tawa aneh, meringis dan menarik diri secara ekstrim”. (Townsend, alih

bahasa Helena, 1998:143).

Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk skizofrenia dengan perubahan afektif yang

tampak jelas dan secara umum juga dijumpai waham dan halusinasi yang bersifat

mengambang serta terputus-putus (fragmentary), perilaku yang tidak bertanggung jawab dan

tidak dapat diramalkan, serta umumnya maneurisme (Depkes RI, 1993:111-112).

Skizofrenia hebefrenik disebut juga disorganized type atau “kacau balau” yang ditandai

dengan inkoherensi, affect datar, perilaku dan tertawa kekanak-kanakan, yang terpecah-

pecah, dan perilaku aneh seperti menyeringai sendiri, menunjukkan gerakan-gerakan aneh,

mengucap berulang-ulang dan kecenderungan untuk menarik diri secara ekstrim dari

hubungan sosial (Dadang Hawari, 2001:64-65). Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk

skizofrenia dengan perubahan prilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat

diramalkan,ada kecenderungan untuk selalu menyendiri, dan prilaku menunjukkan hampa

prilaku dan hampa perasaan, senang menyendiri,dan ungkapan kata yang di ulang – ulang,

proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu serta adanya penurunan

perawatan diri pada individu. ( Rusdi Maslim,Dr.PPDGJ- III 2001: 48)

Page 5: SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

2.2 Etiologi

Etiologi Skizofreni Hebefrenik pada umumnya sama seperti etiologi skizofrenia lainnya.

Dibawah ini beberapa etiologi yang sering ditemukan:

1. Faktor Predisposisi

Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada munculnya respon neurobiologi seperti

pada harga diri rendah antara lain :

a. Faktor Genetis

Telah diketahui bahwa secara genetis skizofrenia diturunkan melalui kromosom-

kromosom tertentu. Tetapi kromosom yang ke berapa menjadi faktor penentu gangguan

ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian.

Diduga letak gen skizofrenia ada dikromosom no. 6 dengan kontribusi genetik tambahan

no. 4, 8, 15 dan 22. Anak kembar identik memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia

sebesar 50% jika salah satunya mengalami skizofrenia, sementara jika dizigot peluangnya

sebesar 15%. Seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia,

sementara bila kedua orang tuanya skizofreia maka peluangnya menjadi 35%.

b. Faktor Neurologis

Ditemukan bahwa korteks prefrotal dan korteks limbik pada klien skizofrenia tidak

pernah berkembang penuh. Ditemukan juga pada klien skizofrenia terjadi penurunan

volume dan fungsi otak yang abnormal. Neurotransmiter yang ditemukan tidak normal

khususnya dopamine, serotonine, dan glutamat.

c. Studi Neurotransmiter

Skizofrenia diduga juga disebkan oleh adanya ketidakseimbangan neurotransmiter

dopamine yang berlebihan.

d. Teori Virus

Paparan virus influenza pada trimester 3 kehamilan dapat menjadi factor predispossisi

skizofrenia.

e. Psikologis

Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi skizofrenia antara lain anak

yang diperlakukan oleh ibu pencemas, terlalu melindungi, dingin dan tidak berperasaan,

sementara ayah yang mengambil jarak dengan anaknya.

2. factor Prespitasi

Faktor-faktor pencetus respon neurobiologis meliputi :

a. Berlebihannya proses inflamasi pada sistem saraf yang menerima dan memproses

informasi di thalamus dan frontal otak.

Page 6: SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

b. Mekanisme penghantaran listrik di saraf terganggu.

c. Gejala-gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkungan, sikap dan perilaku.

2.3. Tanda dan Gejala

Perjalanan penyakit Skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase prodromal,

fase aktif dan fase residual.

Pada fase prodromal biasanya timbul gejala gejala non spesifik yang lamanya bisa

minggu, bulan ataupun lebih dari satu tahun sebelum onset psikotik menjadi jelas. Gejala

tersebut meliputi : hendaya fungsi pekerjaan, fungsi sosial, fungsi penggunaan waktu luang

dan fungsi perawatan diri. Perubahan perubahan ini akan mengganggu individu serta

membuat resah keluarga dan teman, mereka akan mengatakan “orang ini tidak seperti yang

dulu”. Semakin lama fase prodromal semakin buruk prognosisnya.

Pada fase aktif gejala positif / psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku katatonik,

inkoherensi, waham, halusinasi disertai gangguan afek. Hampir semua individu datang

berobat pada fase ini, bila tidak mendapat pengobatan gejala gejala tersebut dapat hilang

spontan suatu saat mengalami eksaserbasi atau terus bertahan.

Fase aktif akan diikuti oleh fase residual dimana gejala gejalanya sama dengan fase

prodromal tetapi gejala positif / psikotiknya sudah berkurang. Disamping gejala gejala yang

terjadi pada ketiga fase diatas, penderita skizofrenia juga mengalami gangguan kognitif

berupa gangguan berbicara spontan, mengurutkan peristiwa, kewaspadaan dan eksekutif

(atensi, konsentrasi, hubungan sosial).

Pada Skizofrenia Hebefrenik kita dapat melihat tanda dan gejala yang khas, antara lain;

1. Inkoherensi yaitu jalan pikiran yang kacau, tidak dapat dimengerti apa maksudnya.

2. Alam perasaan yang datar tanpa ekspresi serta tidak serasi atau ketolol-tololan.

3. Perilaku dan tertawa kekenak-kanakan, senyum yang menunjukkan rasa puas diri atau

senyum yang hanya dihayati sendiri.

4. Waham yang tidak jelas dan tidak sistematik tidak terorganisasi sebagai suatu kesatuan.

5. Halusinasi yang terpecah-pecah yang isi temanya tidak terorganisasi sebagai satu

kesatuan.

6. Gangguan proses berfikir

7. Perilaku aneh, misalnya menyeringai sendiri, menunjukkan gerakangerakan aneh,

berkelakar, pengucapan kalimat yang diulang-ulang dan cenderung untuk menarik diri

secara ekstrim dari hubungan sosial (Dadang Hawari, 2001 :640).

Page 7: SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

Gejala-gejala pencetus respon biologis :

·Kesehatan : nutrisi kurang, kurang tidur, ketidakseimbangan irama sirkadian, kelelahan,

infeksi, obat-obatan sistem saraf pusat, kurangnya latihan dan hambatan untuk

menjangkau layanan kesehatan.

Lingkungan : lingkungan yang memusuhi, masalah rumah tangga, kehilangan kebebasan

hidup, perubahan kebiasaan hidup, pola aktivitas sehari-hari, kesukaran berhubungan

dengan orang lain, isolasi sosial, kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja, stigmasisasi,

kemiskinan, kurangnya alat transportasi dan ketidakmampuan mendapatkan pekerjaan.

Sikap/perilaku : merasa tidak mampu, putus asa, merasa gagal, kehilangan kendali

diri(demoralisasi), merasa punya kekuatan berlebihan dengan gejala tersebut, merasa

malang, bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun kebudayaan, rendahnya

kemampuan sosialisasi, perilaku agresif, perilaku kekerasan, ketidakadekuatan

pengobatan dan ketidakadekuatan penanganan gejala.

Beberapa tanda dang gejala yang paling sering ditemukan pada pasien-pasien Skizofrenia

Hebefrenik adalah,

o Waham; yaitu suatu keyakinan yang salah yang tidak sesuai dengan latar belakang sosial

budaya serta pendidikan pasien, namun dipertahankan oleh pasien dan tidak dapat

ditangguhkan.

o Halusinasi; gangguan persepsi ini membuat pasien skizofrenia dapat melihat sesuatu atau

mendengar suara yang tidak ada sumbernya. Halusinasi yang sering terdapat pada pasien

adalah halusinasi auditorik (pendengaran). Terkadang juga terdapat halusinasi

penglihatan dan halusinasi perabaan.

o Siar pikiran, yaitu pasien merasa bahwa pikirannya dapat disiarkan melalui alat-alat bantu

elektronik atau merasa pikirannya dapat dibaca oleh orang lain. Terkadang pasien dapat

mengatakan bahwa dirinya dapat berbincang-bincang dengan penyiar televisi maupun

radio. Beberapa pasien juga mengatakan pikirannya dimasuki oleh pikiran atau kekuatan

lain atau ditarik/diambil oleh kekuatan lain.

Page 8: SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

2.4. Psikofisiologi

1. Tahapan halusinasi dan delusi yang biasa menyertai gangguan jiwa.

a. Tahap Comforting

Timbul kecemasan ringan disertai gejala kesepian, perasaan berdosa, klien biasanya

mengkompensasikan stresornya dengan koping imajinasi sehingga merasa senang dan

terhindar dari ancaman.

b. Tahap Condeming

Timbul kecemasan moderat, cemas biasanya makin meninggi selanjutnya klien

merasa mendengarkan sesuatu, klien merasa takut apabila orang lain ikut

mendengarkan apa-apa yang ia rasakan sehingga timbul perilaku menarik diri ( with

drawl ).

c. Tahap Controling

Timbul kecemasan berat, klien berusaha memerangi suara yang timbul tetapi suara

tersebut terus menerus mengikuti, sehingga menyebabkan klien susah berhubungan

dengan orang lain. Apabila suara tersebut hilang klien merasa sangat kesepian atau

sedih.

d. Tahap Conquering

Klien merasa panik, suara atau ide yang datang mengancam apabila tidak diikuti

perilaku klien dapat bersifat merusak atau dapat timbul perilaku suicide.

2. Waham

Kelompok ini ditandai secara khas oleh berkembangnya waham yg umumnya menetap dan

kadang-kadang bertahan seumur hidup. Waham dapat berupa waham kejaran, hipokondrik,

kebesaran, cemburu, tubuhnya dibentuk secara abnormal,merasa dirinya bau dan homoseks.

Tidak dijumpai Gangguan lain, hanya depresi bisa terjadi secara intermitten. Onset biasanya

pada usia pertengahan, tetapi kadang-kadang yg berkaitan dgn bentuk tubuh yang salah

dijumpai pada usia muda. Isi waham dan waktu timbulnya sering dihubungkan dengan situasi

kehidupan individu, misalnya waham kejaran pada kelompok minoritas. Terlepas dari

perbuatan dan sikapnya yang berhubungan dengan wahamnya, afek dan pembicaraan dan

perilaku orang tersebut adalah normal.Waham ini minimal telah menetap selama 3 bulan.

2.5. Diagnosis

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia ; Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali

hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun).

Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas : pemalu dan senang menyendiri (solitary),

Page 9: SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

namun tidak harus demikian untuk menentukan diagnosis. Untuk diagnosis hebefrenia yang

menyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya,

untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini memang benar bertahan : Perilaku

yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta mannerisme; ada

kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan perilaku menunjukkan hampa tujuan

dan hampa perasaan; Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering

disertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum sendirir

(self-absorbed smiling), atau oleh sikap, tinggi hati (lofty manner), tertawa menyeringai

(grimaces), mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondrial,

dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated phrases); Proses pikir mengalami

disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling) serta inkoheren. Gangguan afektif dan

dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir umumnya menonjol. Halusinasi dan waham

mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol (fleeting and fragmentary delusions and

hallucinations). Dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan (determination) hilang serta

sasaran ditinggalkan, sehingga perilaku penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku

tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of purpose). Adanya suatu preokupasi yang

dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama, filsafat dan tema abstrak lainnya, makin

mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien. Menurut DSM-IV skizofrenia disebut

sebagai skizofrenia tipe terdisorganisasi.

2.6. Penatalaksanaan

Terapi Somatik (Medikamentosa)

----Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia disebut antipsikotik.

Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan pola fikir yang terjadi pada

Skizofrenia. Pasien mungkin dapat mencoba beberapa jenis antipsikotik sebelum

mendapatkan obat atau kombinasi obat antipsikotik yang benar-benar cocok bagi pasien.

Antipsikotik pertama diperkenalkan 50 tahun yang lalu dan merupakan terapi obat-obatan

pertama yang efektif untuk mengobati Skizofrenia. Terdapat 3 kategori obat antipsikotik yang

dikenal saat ini, yaitu : antipsikotik konvensional, newer atypical antipsycotics, dan Clozaril

(Clozapine).

Page 10: SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

a. Antipsikotik Konvensional

----Obat antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut antipsikotik

konvensional.Walaupun sangat efektif, antipsikotik konvensional sering menimbulkan efek

samping yang serius. Contoh obat antipsikotik konvensional antara lain :

1. Haldol (haloperidol)

2. Mellaril (thioridazine)

3. Navane (thiothixene)

4. Prolixin (fluphenazine)

5. Stelazine ( trifluoperazine)

6. Thorazine ( chlorpromazine)

7. Trilafon (perphenazine)

----Akibat berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh antipsikotik konvensional,

banyak ahli lebih merekomendasikan penggunaan newer atypical antipsycotic.

----Ada 2 pengecualian (harus dengan antipsikotok konvensional). Pertama, pada pasien

yang sudah mengalami perbaikan (kemajuan) yang pesat menggunakan antipsikotik

konvensional tanpa efek samping yang berarti. Biasanya para ahli merekomendasikan untuk

meneruskan pemakaian antipskotik konvensional. Kedua, bila pasien mengalami kesulitan

minum pil secara reguler. Prolixin dan Haldol dapat diberikan dalam jangka waktu yang lama

(long acting) dengan interval 2-4 minggu (disebut juga depot formulations). Dengan depot

formulation, obat dapat disimpan terlebih dahulu di dalam tubuh lalu dilepaskan secara

perlahan-lahan. Sistem depot formulation ini tidak dapat digunakan pada newer atypic

antipsycotic.

b. Newer Atypcal Antipsycotic

----Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena prinsip kerjanya berbeda,

serta sedikit menimbulkan efek samping bila dibandingkan dengan antipsikotik konvensional.

Beberapa contoh newer atypical antipsycotic yang tersedia, antara lain :

· Risperdal (risperidone)

· Seroquel (quetiapine)

· Zyprexa (olanzopine)

Para ahli banyak merekomendasikan obat-obat ini untuk menangani pasienpasien dengan

Skizofrenia.

Page 11: SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

c. Clozaril

----Clozaril mulai diperkenalkan tahun 1990, merupakan antipsikotik atipikal yang pertama.

Clozaril dapat membantu ± 25-50% pasien yang tidak merespon (berhasil) dengan

antipsikotik konvensional. Sangat disayangkan, Clozaril memiliki efek samping yang jarang

tapi sangat serius dimana pada kasus-kasus yang jarang (1%), Clozaril dapat menurunkan

jumlah sel darah putih yang berguna untuk melawan infeksi. Ini artinya, pasien yang

mendapat Clozaril harus memeriksakan kadar sel darah putihnya secara reguler. Para ahli

merekomendaskan penggunaan Clozaril bila paling sedikit 2 dari obat antipsikotik yang lebih

aman tidak berhasil.

Cara penggunaan

Pada dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek primer (efek klinis) yang sama

pada dosis ekivalen, perbedaan terutama pada efek samping sekunder.

Pemilihan jenis obat anti psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan

efek samping obat. Pergantian obat disesuaikan dengan dosis ekivalen.

Apabila obat anti psikosis tertentu tidak memberikan respon klinis dalam dosis yang

sudah optimal setelah jangka waktu yang memadai, dapat diganti dengan obat psikosis

lain (sebaiknya dari golongan yang tidak sama), dengan dosis ekivalennya dimana profil

efek samping belum tentu sama.

Apabila dalam riwayat penggunaan obat anti psikosis sebelumnya jenis obat antipsikosis

tertentu yang sudah terbukti efektif dan ditolerir dengan baik efek sampingnya, dapat

dipilih kembali untuk pemakaian sekarang

Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:

o Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu

o Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam

o Waktu paruh 12-24 jam (pemberian 1-2 kali perhari)

o Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak efek samping

(dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu mengganggu

kualitas hidup pasien

Mulai dosis awal dengan dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3 hari sampai mencapai dosis

efektif (mulai peredaan sindroma psikosis) dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu

dinaikkan dosis optimal dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi) diturunkan setiap

2 minggu dosis maintanance dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun (diselingi drug

holiday 1-2 hari/minggu) tapering off (dosis diturunkan tiap 2-4 minggu) stop

Page 12: SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

Untuk pasien dengan serangan sindroma psikosis multi episode terapi pemeliharaan dapat

diberikan palong sedikit selama 5 tahun.

Efek obat psikosis secara relatif berlangsung lama, sampai beberapa hari setelah dosis

terakhir yang masih mempunyai efek klinis.

Pada umumnya pemberian obat psikosis sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan sampai

1 tahun setelah semua gejala psikosis mereda sama sekali. Untuk psikosis reaktif singkat

penurunan obat secara bertahap setelah hilangnya gejala dalam kurun waktu 2 minggu -

2bulan.

Obat antipsikosis tidak menimbulkan gejala lepas obat yang hebat walaupun diberikan

dalam jangka waktu yang lama, sehingga potensi ketergantungan obat kecil sekali.

Pada penghentian yang mendadak dapat timbul gejala Cholinergic rebound yaitu:

gangguan lambung, mual muntah, diare, pusing, gemetar dan lain-lain.

Keadaan ini akan mereda dengan pemberian anticholinergic agent (injeksi sulfas atrofin

0,25 mg IM dan tablet trihexypenidil 3x2 mg/hari)

Obat anti pikosis long acting (perenteral) sangat berguna untuk pasien yang tidak mau

atau sulit teratur makan obat ataupun yang tidak efektif terhadap medikasi oral. Dosis

dimulai dengan 0,5 cc setiap 2 minggu pada bulan pertama baru ditingkatkan menjadi 1

cc setap bulan. Pambarian anti psikosis long acting hanya untuk terapi stabilisasi

danpemeliharaan terhadap kasus skizofrenia.

Penggunaan CPZ (Chlorpromazine) injeksi sering menimbulkan hipotensi ortostatik pada

waktu peubahan posisi tubuh (efek alpha adrenergik blokade). Tindakan mengatasinya

dengan injeksi noradrenalin (effortil IM)

----

Pemilihan Obat untuk Episode (Serangan) Pertama

----Newer atypical antipsycoic merupakan terapi pilihan untuk penderita Skizofrenia episode

pertama karena efek samping yang ditimbulkan minimal dan resiko untuk terkena tardive

dyskinesia lebih rendah.

----Biasanya obat antipsikotik membutuhkan waktu beberapa saat untuk mulai bekerja.

Sebelum diputuskan pemberian salah satu obat gagal dan diganti dengan obat lain, para ahli

biasanya akan mencoba memberikan obat selama 6 minggu (2 kali lebih lama pada Clozaril)

Pemilihan Obat untuk keadaan relaps (kambuh)

Page 13: SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

----Biasanya timbul bila penderita berhenti minum obat, untuk itu, sangat penting untuk

mengetahui alasan mengapa penderita berhenti minum obat. Terkadang penderita berhenti

minum obat karena efek samping yang ditimbulkan oleh obat tersebut. Apabila hal ini terjadi,

dokter dapat menurunkan dosis menambah obat untuk efek sampingnya, atau mengganti

dengan obat lain yang efek sampingnya lebih rendah.

----Apabila penderita berhenti minum obat karena alasan lain, dokter dapat mengganti obat

oral dengan injeksi yang bersifat long acting, diberikan tiap 2- 4 minggu. Pemberian obat

dengan injeksi lebih simpel dalam penerapannya.

----Terkadang pasien dapat kambuh walaupun sudah mengkonsumsi obat sesuai anjuran. Hal

ini merupakan alasan yang tepat untuk menggantinya dengan obat obatan yang lain, misalnya

antipsikotik konvensonal dapat diganti dengan newer atipycal antipsycotic atau newer

atipycal antipsycotic diganti dengan antipsikotik atipikal lainnya. Clozapine dapat menjadi

cadangan yang dapat bekerja bila terapi dengan obat-obatan diatas gagal.

Pengobatan Selama fase Penyembuhan

----Sangat penting bagi pasien untuk tetap mendapat pengobatan walaupun setelah sembuh.

Penelitian terbaru menunjukkan 4 dari 5 pasien yang berhenti minum obat setelah episode

petama Skizofrenia dapat kambuh. Para ahli merekomendasikan pasien-pasien Skizofrenia

episode pertama tetap mendapat obat antipskotik selama 12-24 bulan sebelum mencoba

menurunkan dosisnya. Pasien yang menderita Skizofrenia lebih dari satu episode, atau balum

sembuh total pada episode pertama membutuhkan pengobatan yang lebih lama. Perlu diingat,

bahwa penghentian pengobatan merupakan penyebab tersering kekambuhan dan makin

beratnya penyakit.

Efek Samping Obat-obat Antipsikotik

----Karena penderita Skizofrenia memakan obat dalam jangka waktu yang lama, sangat

penting untuk menghindari dan mengatur efek samping yang timbul. Mungkin masalah

terbesar dan tersering bagi penderita yang menggunakan antipsikotik konvensional gangguan

(kekakuan) pergerakan otot-otot yang disebut juga Efek samping Ekstra Piramidal (EEP).

Dalam hal ini pergerakan menjadi lebih lambat dan kaku, sehingga agar tidak kaku penderita

harus bergerak (berjalan) setiap waktu, dan akhirnya mereka tidak dapat beristirahat. Efek

samping lain yang dapat timbul adalah tremor pada tangan dan kaki. Kadang-kadang dokter

dapat memberikan obat antikolinergik (biasanya benztropine) bersamaan dengan obat

antipsikotik untuk mencegah atau mengobati efek samping ini.

Page 14: SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

----Efek samping lain yang dapat timbul adalah tardive dyskinesia dimana terjadi pergerakan

mulut yang tidak dapat dikontrol, protruding tongue, dan facial grimace. Kemungkinan

terjadinya efek samping ini dapat dikurangi dengan menggunakan dosis efektif terendah dari

obat antipsikotik. Apabila penderita yang menggunakan antipsikotik konvensional

mengalami tardive dyskinesia, dokter biasanya akan mengganti antipsikotik konvensional

dengan antipsikotik atipikal.

----Obat-obat untuk Skizofrenia juga dapat menyebabkan gangguan fungsi seksual, sehingga

banyak penderita yang menghentikan sendiri pemakaian obat-obatan tersebut. Untuk

mengatasinya biasanya dokter akan menggunakan dosis efektif terendah atau mengganti

dengan newer atypical antipsycotic yang efek sampingnya lebih sedikit.

----Peningkatan berat badan juga sering terjadi pada penderita Sikzofrenia yang memakan

obat. Hal ini sering terjadi pada penderita yang menggunakan antipsikotik atipikal. Diet dan

olah raga dapat membantu mengatasi masalah ini.

----Efek samping lain yang jarang terjadi adalah neuroleptic malignant syndrome, dimana

timbul derajat kaku dan termor yang sangat berat yang juga dapat menimbulkan komplikasi

berupa demam, penyakit-penyakit lain. Gejala-gejala ini membutuhkan penanganan yang

segera.

Terapi Psikososial

a. Terapi perilaku

----Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan ketrampilan sosial untuk

meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan

komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian atau hadiah yang

dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan, seperti hak istimewa dan pas jalan di rumah

sakit. Dengan demikian, frekuensi perilaku maladaptif atau menyimpang seperti berbicara

lantang, berbicara sendirian di masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat diturunkan.

b. Terapi berorintasi-keluarga

----Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali dipulangkan dalam keadaan

remisi parsial, dimana pasien skizofrenia kembali seringkali mendapatkan manfaat dari terapi

keluarga yang singkat namun intensif (setiap hari). Setelah periode pemulangan segera, topik

penting yang dibahas didalam terapi keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama dan

kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam cara yang jelas mendorong sanak

saudaranya yang terkena skizofrenia untuk melakukan aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana

Page 15: SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

yang terlalu optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan tentang sifat skizofrenia dan dari

penyangkalan tentang keparahan penyakitnya.-Ahli terapi harus membantu keluarga dan

pasien mengerti skizofrenia tanpa menjadi terlalu mengecilkan hati. Sejumlah penelitian telah

menemukan bahwa terapi keluarga adalah efektif dalam menurunkan relaps. Didalam

penelitian terkontrol, penurunan angka relaps adalah dramatik. Angka relaps tahunan tanpa

terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan terapi keluarga.

c. Terapi kelompok

----Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan

hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin terorientasi secara perilaku,

terorientasi secara psikodinamika atau tilikan, atau suportif. Terapi kelompok efektif dalam

menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi

pasien skizofrenia. Kelompok yang memimpin dengan cara suportif, bukannya dalam cara

interpretatif, tampaknya paling membantu bagi pasien skizofrenia.

d. Psikoterapi individual

----Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual dalam pengobatan

skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi akan membantu dan menambah efek terapi

farmakologis. Suatu konsep penting di dalam psikoterapi bagi pasien skizofrenia adalah

perkembangan suatu hubungan terapetik yang dialami pasien. Pengalaman tersebut

dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara ahli terapi dan pasien,

dan keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan oleh pasien.

----Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang ditemukan di dalam

pengobatan pasien non-psikotik. Menegakkan hubungan seringkali sulit dilakukan, pasien

skizofrenia seringkali kesepian dan menolak terhadap keakraban dan kepercayaan dan

kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi jika seseorang mendekati.

Pengamatan yang cermat dari jauh dan rahasia, perintah sederhana, kesabaran, ketulusan hati,

dan kepekaan terhadap kaidah sosial adalah lebih disukai daripada informalitas yang

prematur dan penggunaan nama pertama yang merendahkan diri. Kehangatan atau profesi

persahabatan yang berlebihan adalah tidak tepat dan kemungkinan dirasakan sebagai usaha

untuk suapan, manipulasi, atau eksploitasi.

Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalization)

Page 16: SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

----Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik, menstabilkan

medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh, prilaku yang sangat

kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.

----Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan adalah ikatan efektif antara

pasien dan sistem pendukung masyarakat. Rehabilitasi dan penyesuaian yang dilakukan pada

perawatan rumah sakit harus direncanakan. Dokter harus juga mengajarkan pasien dan

pengasuh serta keluarga pasien tentang skizofrenia.

----Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan membantu mereka menyusun

aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan rumah sakit tergantung dari keparahan penyakit

pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan. Rencana pengobatan di rumah sakit

harus memiliki orientasi praktis ke arah masalah kehidupan, perawatan diri, kualitas hidup,

pekerjaan, dan hubungan sosial. Perawatan di rumah sakit harus diarahkan untuk mengikat

pasien dengan fasilitas perawatan termasuk keluarga pasien. Pusat perawatan dan kunjungan

keluarga pasien kadang membantu pasien dalam memperbaiki kualitas hidup.

2.7. Prognosis

Prognosis untuk skizofrenia hebefrenik sama dengan skizofrenia tipe lainnya, prognosisnya

pada umumnya kurang begitu menggembirakan. Sekitar 25% pasien dapat kembali pulih dari

episode awal dan fungsinya dapat kembali pada tingkat prodromal (sebelum munculnya

gangguan tersebut). Sekitar 25% tidak akan pernah pulih dan perjalanan penyakitnya

cenderung memburuk. Sekitar 50% berada diantaranya, ditandai dengan kekambuhan

periodik dan ketidakmampuan berfungsi dengan efektif kecuali untuk waktu yang singkat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis skizofrenia

1. Keluarga

Pasien membutuhkan perhatian dari masyarakat, terutama dari keluarganya. jangan

membeda-bedakan antara orang yang mengalami Skizofrenia dengan orang yang normal,

karena orang yang mengalami gangguan Skizofrenia mudah tersinggung.

2. Inteligensi

Pada umumnya pasien Skizofrenia yang mempunyai Inteligensi yang tinggi akan lebih

mudah sembuh dibandingkan dengan orang yang inteligensinya rendah.

3. Pengobatan

Obat memiliki dua kekurangan utama. Pertama hanya sebagian kecil pasien

(kemungkinan 25%) cukup tertolong untuk mendapatkan kembali jumlah

Page 17: SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

fungsi mental yang cukup normal. Kedua antagonis reseptor dopamine disertai dengan

efek merugikan yang mengganggu dan serius. Namun pasien skizofrenia perlu di beri

obat Risperidone serta Clozapine.

4. Reaksi Pengobatan

Dalam proses penyembuhan skizofrenia, orang yang bereaksi terhadap obat lebih bagus

perkembangan kesembuhan daripada orang yang tidak bereaksi terhadap pemberian obat.

5. Stressor Psikososial

Apabila stressor dari skizofrenia ini berasal dari luar, maka akan mempunayi dampak

yang positif, karena tekanan dari luar diri individu dapat diminimalisir atau dihilangkan.

Begitu pula sebaliknya apabila stressor datangnya dari luar individu dan bertubi-tubi atau

tidak dapat diminimalisir maka prosgnosisnya adalah negatif atau akan bertambah parah.

6. Kekambuhan

penderita skizofrenia yang sering kambuh prognosisnya lebih buruk.

7. Gangguan Kepribadian

Prognosis untuk orang yang mempunyai gangguan kepribadian akan sulit disembuhkan.

Besar kecilnya pengalaman akan memiliki peran yang sangat besar terhadap kesembuhan.

8. Onset

Jenis onset yang mengarah ke prognosis yang baik berupa onset yang lambat dan akut,

sedangkan onset yang tidak jelas memiliki prognosis yang lebih baik.

9. Proporsi

Orang yang mempunyai bentuk tubuh normal (proporsional) mempunyai prognosis yang

lebih baik dari pada penderita yang bentuk tubuhnya tidak proporsional.

10. Perjalanan penyakit

Pada penderita skizofrenia yang masih dalam fase prodromal prognosisnya lebih baik dari

pada orang yang sudah pada fase aktif dan fase residual.

11. Kesadaran

Kesadaran orang yang mengalami gangguan skizofrenia adalah jernih. Hal inilah yang

menunjukkan prognosisnya baik nantinya.

Page 18: SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

Prognosis Baik Prognosis Buruk

o Onset lambat

o Faktor pencetus yang jelas

o Onset akut

o Riwayat sosial, seksual dan pekerjaan premorbid yang baik

o Gejala gangguan mood (terutama gangguan depresif)

o Menikah

o Riwayat keluarga gangguan mood

o Sistem pendukung yang baik

o Gejala positif

o Onset muda

o Tidak ada factor pencetus

o Onset tidak jelas

o Riwayat social dan pekerjaan premorbid yang buruk

o Prilaku menarik diri atau autistic

o Tidak menikah, bercerai atau janda/ duda

o Sistem pendukung yang buruk

o Gejala negatif

o Tanda dan gejala neurologist

o Riwayat trauma perinatal

o Tidak ada remisi dalam 3 tahun

o Banyak relaps

o Riwayat penyerangan

Page 19: SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

BAB III

KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan

Salah satu pembagian skizofrenia adalah skizofrenia hebefrenik. Beberapa pendapat yang

menyebutkan tentang pengertian Skizofrenia, antara lain : “Skizofrenia hebefrenik adalah

suatu bentuk Skizofrenia yang ditandai dengan perilaku klien regresi dan primitif, afek yang

tidak sesuai, wajah dungu, tertawa-tawa aneh, meringis dan menarik diri secara ekstrim”.

(Townsend, alih bahasa Helena, 1998:143).

Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk skizofrenia dengan perubahan afektif yang

tampak jelas dan secara umum juga dijumpai waham dan halusinasi yang bersifat

mengambang serta terputus-putus (fragmentary), perilaku yang tidak bertanggung jawab dan

tidak dapat diramalkan, serta umumnya maneurisme (Depkes RI, 1993:111-112).

Skizofrenia hebefrenik disebut juga disorganized type atau “kacau balau” yang ditandai

dengan inkoherensi, affect datar, perilaku dan tertawa kekanakkanakan, yang terpecah-pecah,

dan perilaku aneh seperti menyeringai sendiri, menunjukkan gerakan-gerakan aneh,

mengucap berulang-ulang dan kecenderungan untuk menarik diri secara ekstrim dari

hubungan sosial (Dadang Hawari, 2001:64-65).

Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk skizofrenia dengan perubahan prilaku yang tidak

bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan,ada kecenderungan untuk selalu menyendiri,

dan prilaku menunjukkan hampa prilaku dan hampa perasaan, senang menyendiri,dan

ungkapan kata yang di ulang – ulang, proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan

tak menentu serta adanya penurunan perawatan diri pada individu. ( Rusdi

Maslim,Dr.PPDGJ- III 2001: 48)

Dari ketiga pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa Skizofrenia hebefrenik

atau Skizofrenia disorganized adalah suatu gangguan yang yang ditandai dengan regresi dan

primitif, afek yang tidak sesuai, serta menarik diri secara ekstrim dari hubungan sosial.

Gangguan jiwa skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang berat dan gawat yang dapat

dialami manusia sejak muda dan dapat berlanjut menjadi kronis dan lebih gawat ketika

muncul pada lanjut usia (lansia) karena menyangkut perubahan pada segi fisik, psikologis

dan sosial-budaya. Skizofrenia pada lansia angka prevalensinya sekitar 1% dari kelompok

lanjut usia (lansia) (Dep.Kes.1992).

Page 20: SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan, HI, Sadock BJ, Greb JA, Skizofrenia, dalam : Sinopsis Psikiatri, ed 7, vol 1,

Binarupa aksara, 1997

2. Maslim, Rusdi dr. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari PPDGJ

III Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya, Jakarta, 2001.

3. Skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya. Diunduh dari

http//www.idijakbar.com/prosiding/skizofrenia.htm tanggal 16 November 2010

4. Skizofrenia. Naruto. blogspot. file:///C:/Documents%20and %20Settings/F%20A%20D

%20L%20I/My%20Documents/makalahskizofrenia. html

5. www.psikomedia.com/article/psikologi-klinis/1006/skizofrenia diunduh tanggal 19

september 2011