sejarah kerajaan banten

8
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sistem pemerintahan Indonesia dulu berupa kerajaan-kerajaan, ada kerajaan bercorak Hindu- Budha dan ada juga kerajaan Islam. Sebelum akhirnya sistem pemerintahan Indonesia menjadi Republik. Rumusan Masalah a. Pada masa kepemimpinan siapa penyiaran agama Islam dan hubungan perdagangan berkembang luas ? b. Apa tujuan serangan terhadap Kerajaan Palembang ? c. Bagaimana sistem perekonomian kerajaan Banten ? d. Apa pengaruh Agama Islam terhadap seni bangunan yang masih dapat dilihat saat ini ? Tujuan 1. Untuk mengetahui sistem kepemimpinan kerajaan Banten ? 2. Mengetahui sistem perekonomian kerajaan Banten ! 3.Mengetahui pengaruh dan perkembangan Agama Islam terhadap kerajaan Banten !

Upload: karya-komputer-birayang

Post on 24-Nov-2015

170 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

PENGERTIAN BUDAYA POLITIK

BAB IPENDAHULUAN

Latar BelakangSistem pemerintahan Indonesia dulu berupa kerajaan-kerajaan, ada kerajaan bercorak Hindu- Budha dan ada juga kerajaan Islam. Sebelum akhirnya sistem pemerintahan Indonesia menjadi Republik.

Rumusan Masalaha. Pada masa kepemimpinan siapa penyiaran agama Islam dan hubungan perdagangan berkembang luas ?b. Apa tujuan serangan terhadap Kerajaan Palembang ?c. Bagaimana sistem perekonomian kerajaan Banten ?d. Apa pengaruh Agama Islam terhadap seni bangunan yang masih dapat dilihat saat ini ?

Tujuan1. Untuk mengetahui sistem kepemimpinan kerajaan Banten ? 2. Mengetahui sistem perekonomian kerajaan Banten !3. Mengetahui pengaruh dan perkembangan Agama Islam terhadap kerajaan Banten !

BAB IISEJARAH KERAJAAN BANTEN

Kerajaan Banten meliputi wilayah sebelah barat pantai Jawa sampai ke Lampung. Daerah ini sebelumnya merupakan daerah tetangga Kerajaan Pajajaran yang dalam Carita Parahyangan dikenal dengan nama Wahanten Girang. Peletak dasar Kerajaan Banten adalah Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Pada tahun 1526 M, Syarif Hidayatullah menguasai bagian barat pantai utara Jawa tersebut untuk menundukkan Kerajaan Pajajaran. Daerah Kerajaan Banten menjadi batu loncatan untuk menguasai Pajajaran dari barat Kerajaan Banten dijadikan sebagai basis penyerangan Kerajaan Demak dan Cirebon untuk menguasai Kerajaan Pajajaran dan pelabuhan Sunda Kelapa. Penyerangan ke Kerajaan Pajajaran dilakukan karena penolakan Kerajaan Pajajaran atas usaha penyebaran agama Islam. Selain itu, Kerajaan Pajajaran juga menolak mengakui kekuasaan Kerajaan Demak atas Pajajaran.Meskipun Pelabuhan Sunda Kelapa berhasil dikuasai pada tahun 1527, namun Kerajaan Banten masih tetap menjadi daerah kekuasaan Kerajaan Demak. Ketika Sultan Hadiwijaya berkuasa di Demak, Kerajaan Banten baru menjadi kesultanan yang merdeka dari Kerajaan Demak. Raja pertamanya adalah putra Syarif Hidayatullah, Maulana Hasanuddin.Pada masa pemerintahannya (1552-1570), penyiaran agama Islam dan hubungan perdagangan berkembang luas. Penguasaan Kerajaan Banten atas Lampung dan Selat Sunda sangat penting bagi kegiatan perdagangan Banten. Dari kegiatan perdagangan ini Kerajaan Banten dan mendapat pajak lintas perairan. Hasanuddin juga menjalin persahabatan yang erat dengan Kerajaan Indrapura di Sumatra. Hubungan diplomatik ini diperkuat melalui pernikahan politik antara Hasanuddin dengan putri raja Indrapura.Penguasa Kerajaan Banten selanjutnya adalah Maulana Yusuf. Ia memimpin Kerajaan Banten dari tahun 1570-1580 M. Selama sembilan tahun di bawah pimpinan Maulana Yusuf,Kerajaan Banten berusaha menaklukkan Pakuan, ibu kota Kerajaan Pajajaran. Daerah kekuasaan Kerajaan Pajajaran lainnya telah berhasil diduduki kecuali Pakuan. Baru pada tahun 1579, Banten berhasil menaklukkan Pakuan. Para bangsawan Kerajaan Pajajaran yang bersedia masuk Islam dapat mempertahankan jabatan dan gelarnya.Setelah Maulana Yusuf wafat pada tahun 1580, takhta Kerajaan Banten dipegang oleh Maulana Muhammad, putranya yang masih berumur 9 tahun. Karena masih sangat muda, kekuasaan pemerintahan dijalankan oleh sebuah badan perwalian yang terdiri dari Kali (Jaksa Agung) dan empat menteri. Badan perwalian ini berkuasa sampai Maulana Muhammad cukup umur untuk memerintah.Pada tahun 1596, Banten melancarkan serangan terhadap Kerajaan Palembang, dipimpin langsung oleh Maulana Muhammad. Penyerangan ini bertujuan untuk melancarkan jalur perdagangan hasil bumi dan rempah-rempah dari Sumatra. Sayangnya, penyerbuan ini tidak berhasil dan Maulana Muhammad gugur. Gugurnya Maulana Muhammad menyebabkan kosongnya takhta Kerajaan Banten. Adapun putra Maulana Muhammad yang bernama Abu Mufakhir masih berusia 5 bulan. Pemerintahan Banten untuk sementara dijalankan oleh badan perwalian yang diketuai oleh Jayanegara (Wali Kerajaan) dan Nyai Emban Rangkung (Pengasuh Pangeran). Pada masa inilah, armada dagang Belanda pertama kali tiba di Kerajaan Banten dan dipimpin oleh Cornelis de Houtman.Abu Mufakhir baru resmi menjalankan kekuasaan pada tahun 1596. Tahun 1638, khalifah IVIekah memberikan gelar Sultan pada Abu Mufakhir. Abu Mufakhir wafat pada tahun 1651. Putranya meneruskan pemerintahan Banten dengan gelar Sultan Abu Ma'ali Ahmad Rahmatullah, tetapi tidak lama kemudian ia wafat.Raja Banten berikutnya adalah Sultan Ageng Tirtayasa. Di bawah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, Kerajaan Banten berhasil mencapai kejayaannya. Sultan Ageng Tirtayasa berusaha keras mengusir kekuasaan armada dagang Belanda (VOC) dari Kerajaan Banten. Pemerintahan Banten juga mendukung usaha Mataram untuk mengusir Belanda dari Batavia. Namun demikian, usaha ini akhirnya gagal.Menyadari kekuatan militer Kerajaan Banten yang tidak seimbang dengan Belanda, Sultan Ageng Tirtayasa menghentikan taktik konfrontasi langsung. Sebagai gantinya, ia memerintahkan perampokan dan perusakan perkebunan tebu Belanda serta berusaha menyaingi perdagangan Belands. Pada tahun 1671, Sultan Ageng Tirtayasa mengangkat putra mahkotanya, Sultan Abdul Kahar atau Sultan Haji sebagai Raja Muda. Pemerintahan sehari-hari dijalankan oleh Sultan Haji, sementara Sultan Ageng Tirtayasa tetap mengawasi.Ternyata selama memerintah, Sultan Haji cenderung bersahabat dengan VOC. VOC memanfaatkan kesempatan ini untuk memengaruhi kebijakan pemerintahan Sultan Haji. Sultan Ageng Tirtayasa tidak menyetujui hubungan baik Sultan Haji dengan Belanda dan berniat mencabut kembali mandat kekuasaannya. Sultan Haji dengan dukungan Belanda tetap mempertahankan takhta Kerajaan Banten sehingga timbul persengketaan dan perang saudara. Akibat pengkhianatan ini, pada tahun 1683 Sultan Ageng Tirtayasa berhasil ditangkap dan dipenjarakan oleh Belanda di Batavia. Sultan Ageng Tirtayasa akhirnya wafat pada tahun 1692 dan Kerajaan Banten menjadi kerajaan boneka di bawah kendali Belanda. Kehidupan perekonomian masyarakat Kerajaan Banten berpusat pada perdagangan, pertanian, dan perkebunan. Tanah Jawa Barat yang subur menjamin hasil pertanian berupa padi yang melimpah. Raja pertama Banten kemudian memperkenalkan budi daya lada yang harganya sangat mahal jika dijual. Banten juga tidak hanya mengandalkan perdagangan hasil pertanian dan perkebunan Banten sendiri. Banyak hasil perdagangan, pertanian, dan perkebunan dari luar Banten yang diimpor melalui Pelabuhan Banten.Letak Banten sangat strategis karena terbentang dari Jawa Barat sampai Lampung. Banten secara otomatis menguasai jalur perdagangan Selat Sunda. Pelabuhan Banten menjadi tempat transit alternatif yang ramai setelah Pelabuhan Malaka dikuasai Portugis. Jalur perdagangan melalui Selat Sunda menjadi sangat ramai. Terutama karena Kerajaan Banten menerapkan sistem perdagangan bebas. Perlahan-lahan perdagangan monopoli Portugis di Kerajaan Malaka menjadi sepi.Perkampungan-perkampungan etnis dan profesi ini dapat berkembang bebas walaupun masyarakat Banten menerapkan hukum dan adat berdasarkan ajaran Islam. Penduduk Kerajaan Pajajaran yang tidak mau menganut Islam, mengasingkan diri ke pedalaman Jawa Barat. Mereka disebut Suku Baduy. Mereka menerapkan sistem kepercayaan yang disebut Pasundan Kawitan. Pasundan Kawitan atau Pasundan yang pertama adalah perpaduan agama Hindu dengan kepercayaan tradisional Suku Sunda.

BAB IIIKESIMPULAN

Ketika Sultan Hadiwijaya berkuasa di Demak, Kerajaan Banten baru menjadi kesultanan yang merdeka dari Kerajaan Demak. Raja pertamanya adalah putra Syarif Hidayatullah, Maulana Hasanuddin. Pada masa pemerintahannya (1552-1570), penyiaran agama Islam dan hubungan perdagangan berkembang luas. Pada tahun 1596, Banten melancarkan serangan terhadap Kerajaan Palembang, dipimpin langsung oleh Maulana Muhammad. Penyerangan ini bertujuan untuk melancarkan jalur perdagangan hasil bumi dan rempah-rempah dari SumatraPerekonomian masyarakat Kerajaan Banten berpusat pada perdagangan, pertanian, dan perkebunan. Tanah Jawa Barat yang subur menjamin hasil pertanian berupa padi yang melimpah. Raja pertama Banten kemudian memperkenalkan budi daya lada yang harganya sangat mahal jika dijual. Banten juga tidak hanya mengandalkan perdagangan hasil pertanian dan perkebunan Banten sendiri. Banyak hasil perdagangan, pertanian, dan perkebunan dari luar Banten yang diimpor melalui Pelabuhan Banten.Pengaruh agama Islam dalam seni bangunan Banten dapat dilihat pada bangunan Masjid Agung Banten dan kompleks Makam Raja-Raja Banten di Kenari.