sejarah kerajaan islam di papua

37
ISLAMISASI DI PAPUA Muhamad Dzaki Albiruni X – MIA 2 Sejarah Indonesia (Wajib)

Upload: dzaki-albiruni

Post on 22-Jun-2015

28.280 views

Category:

Education


53 download

DESCRIPTION

Kerajaan Islam di Papua disusun oleh saya sendiri: Muhamad Dzaki Albiruni SMAN 68 Jakarta.

TRANSCRIPT

Page 1: Sejarah Kerajaan Islam di Papua

ISLAMISASI DI PAPUA

Muhamad Dzaki Albiruni

X – MIA 2

Sejarah Indonesia (Wajib)

Page 2: Sejarah Kerajaan Islam di Papua

Islamisasi

Page 3: Sejarah Kerajaan Islam di Papua

KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA

• Kerajaan Islam di Sumatera

• Kesultanan Perlak (abad ke-9 - abad ke-13)• Kesultanan Samudera Pasai (abad ke-13 - abad ke-16)• Kesultanan Malaka (abad ke-14 - abad ke-17)• Kesultanan Aceh (abad ke-16 - 1903)• Kerajaan Melayu Jambi• Kerajaan Melayu Riau

• Kerajaan Islam di Jawa• Kesultanan Demak (1500 - 1550)• Kesultanan Pajang (1568 - 1618)• Kesultanan Mataram (1586 - 1755)• Kesultanan Cirebon (sekitar abad ke-16)• Kesultanan Banten (abad 16)

• Kerajaan Islam di Maluku• Kesultanan Ternate (1257 - 1583)• Kesultanan Tidore (1110 - 1947?)• Kesultanan Jailolo• Kesultanan Bacan• Kerajaan Tanah Hitu (1470-1682)

• Kerajaan Islam di Sulawesi• Kesultanan Gowa (awal abad ke-16 - 1667)• Kesultanan Buton (1332 - 1911)• Kesultanan Bone (abad 17)

• Kerajaan Islam di Kalimantan• Kesultanan Banjar• Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura• Kesultanan Pontianak

Jika ingin mengetahui Kerajaan Islam di Nusantara, dapat dilihat di:http://www.ceriwis.com/islam/10083-daftar-kerajaan-islam-dinusantara.html

Page 4: Sejarah Kerajaan Islam di Papua

LATAR BELAKANG

Di peluknya Islam oleh masyarakat Papua terutama di daerah pesisir barat pada abad pertengahan XV tidak lepas dari pengaruh kerajaan – kerajaan Islam di Maluku ( Bacan, Ternate dan Tidore ) yang semakin kuat dan sekaligus kawasan tersebut merupakan jalur perdagangan rempah – rempah ( silk road ) di dunia. Sebagaimana ditulis sumber – sumber barat, Tome pires yang pernah mengunjungi nusantara antara tahun 1512-1515 M. dan Antonio Pegafetta yang tiba di tidore pada tahun 1521 M. mengatakan bahwa Islam telah berada di Maluku dan raja yang pertama masuk Islam 50 tahun yang lalu, berarti antara tahun 1460-1465. Berita tersebut sejalan pula dengan berita Antonio Galvao yang pernah menjadi kepala orang – orang Portugis di Ternate (1540-1545 M). mengatakan bahwa “Islam telah masuk di daerah Maluku dimulai 80 atau 90 tahun yang lalu.”

Page 5: Sejarah Kerajaan Islam di Papua

TEORI MASUKNYA ISLAM

• 1. Teori Papua

Teori ini merupakan pandangan adat dan legenda yang melekat di sebagaian rakyat asli Papua, khususnya yang berdiam di wilayah fakfak, kaimana, manokwari dan raja ampat (sorong). Teori ini memandang Islam bukanlah berasal dari luar Papua dan bukan di bawa dan disebarkan oleh kerajaan ternate dan tidore atau pedagang muslim dan da’i dari Arab, Sumatera, Jawa, maupun Sulawesi. Namun Islam berasal dari Papua itu sendiri sejak pulau Papua diciptakan oleh Allah Swt. mereka juga mengatak bahwa agama Islam telah terdapat di Papua bersamaan dengan adanya pulau Papua sendiri, dan mereka meyakini kisah bahwa dahulu tempat turunya nabi adam dan hawa berada di daratan Papua.

Page 6: Sejarah Kerajaan Islam di Papua

• 2. Teori Aceh

Studi sejarah masukanya Islam di Fakfak yang dibentuk oleh pemerintah kabupaten Fakfak pada tahun 2006, menyimpulkan bahwa Islam datang pada tanggal 8 Agustus 1360 M, yang ditandai dengan hadirnya mubaligh Syekh Abdul Ghafar asal Aceh di Fatagar Lama, kampong Rumbati Fakfak. Penetapan tanggal awal masuknya Islam tersebut berdasarkan tradisi lisan yang disampaikan oleh putra bungsu Raja Rumbati XVI (Muhamad Sidik Bauw) dan Raja Rumbati XVII (H. Ismail Samali Bauw), mubaligh Abdul Ghafar berdakwah selama 14 tahun (1360-1374 M) di Rumbati dan sekitarnya, kemudian ia wafat dan di makamkan di belakang masjid kampung Rumbati pada tahun 1374 M.

TEORI MASUKNYA ISLAM

Page 7: Sejarah Kerajaan Islam di Papua

• 3. Teori Arab

Menurut sejarah lisan Fakfak, bahwa agama Islam mulai diperkenalkan di tanah Papua, yaitu pertama kali di Wilayah jazirah onin (Patimunin-Fakfak) oleh seorang sufi bernama Syarif Muaz al-Qathan dengan gelar Syekh Jubah Biru dari negeri Arab, yang di perkirakan terjadi pada abad pertengahan abad XVI, sesuai bukti adanya Masjid Tunasgain yang berumur sekitat 400 tahun atau di bangun sekitar tahun 1587. Selain dari sejarah lisan tadi, dilihat dalam catatan hasil Rumusan Seminar Sejarah Masuknya Islam dan Perkembanganya di Papua, yang dilaksanakan di Fakfak tanggal 23 Juni 1997, dirumuskan bahwa:

1) Islam dibawa oleh sultan abdul qadir pada sekitar tahun 1500-an (abad XVI), dan diterima oleh masyarakat di pesisir pantai selatan Papua (Fakfak, Sorong dan sekitarnya)

2) Agama Islam datang ke Papua dibawa oleh orang Arab (Mekkah).

TEORI MASUKNYA ISLAM

Page 8: Sejarah Kerajaan Islam di Papua

• 4. Teori Jawa

Berdasarkan catatan keluarga Abdullah Arfan pada tanggal 15 Juni 1946, menceritakan bahwa orang Papua yang pertama masuk Islam adalah Kalawen yang kemudian menikah dengan Siti Hawa Farouk yakni seorang Mublighat asal Cirebon. Kalawen setelah masuk Islam berganti nama menjadi Bayazid, diperkirakan peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1600. Jika dilihat dari silsilah keluarga tersebut, maka Kalawen merupakan nenek moyang dari keluarga Arfan yang pertama masuk Islam.

TEORI MASUKNYA ISLAM

Page 9: Sejarah Kerajaan Islam di Papua

• 5. Teori Banda

Menurut Halwany Michrob bahwa Islamisasi di Papua, khusunya di Fakfak dikembangkan oleh pedagang-pedagang Bugis melalui banda yang diteruskan ke fakfak melalui seram timur oleh seorang pedagang dari Arab bernama haweten attamimi yang telah lama menetap di ambon. Microb juga mengatakan bahwa cara atau proses Islamisasi yang pernah dilakuka oleh dua orang mubaligh dari banda yang bernama salahuddin dan jainun, yaitu proses pengIslamanya dilakukan dengan cara khitanan, tetapi dibawah ancaman penduduk setempat yaitu jika orang yang disunat mati, kedua mubaligh tadi akan dibunuh, namun akhirnya mereka berhasil dalam khitanan tersebut kemudian penduduk setempat berduyun-duyun masuk agama Islam.

TEORI MASUKNYA ISLAM

Page 10: Sejarah Kerajaan Islam di Papua

• 6. Teori Bacan

Kesultanan bacan dimasa Sultan Muhammad Al-bakir lewat piagam kesiratan yang dicanangkan oleh peletak dasar mamlakatul mulukiyah atau Moloku kie raha (empat kerajaan Maluku: ternate, tidore, bacan, dan jailolo) lewat walinya ja’far as-shadiq (1250 M), melalui keturunannya keseluruh penjuru negeri menyebarkan syiar Islam ke Sulawesi, philipina, Kalimantan, Nusa Tenggara, Jawa dan Papua. Menurut Arnold, Raja Bacan yang pertama masuk Islam bernama zainal abidin yang memerintah tahun 1521 M, telah menguasai suku-suku di Papua serta pulau-pulau disebelah barat lautnya, seperti waigeo, misool, waigama dan salawati. Kemudian sultan bacan meluaskan kekuasaannya sampai ke semenanjung onin fakfak, di barat laut Papua pada tahun 1606 M, melalui pengaruhnya dan para pedagang muslim maka para pemuka masyarakat pulau – pulau tadi memeluk agama Islam. Meskipun masyarakat pedalaman masih menganut animisme, tetapi rakyat pesisir menganut agama Islam.

Dari sumber – sumber tertulis maupun lisan serta bukti – bukti peninggalan nama – nama tempat dan keturunan raja bacan yang menjadi raja – raja Islam di kepulauan raja ampat. Maka diduga kuat bahwa yang pertama menyebarkan Islam di Papua adalah kesultanan bacan sekitar pertengahan abad XV. Dan kemudian pada abad XVI barulah terbentuk kerajaan – kerajaan kecil di kepulauan raja ampat itu.

TEORI MASUKNYA ISLAM

Page 11: Sejarah Kerajaan Islam di Papua

• 7. Teori Maluku Utara (Ternate-Tidore)

Dalam sebuah catatan sejarah kesultanan Tidore yang menyebutkan bahwa pada tahun 1443 M Sultan Ibnu Mansur ( Sultan Tidore X atau Sultan Papua I ) memimpin ekspedisi ke daratan tanah besar ( Papua ). Setelah tiba di wilayah pulau Misool, Raja ampat, maka Sultan Ibnu Mansur mengangkat Kaicil Patrawar putra sultan Bacan dengan gelar Komalo Gurabesi ( Kapita Gurabesi ). Kapita Gurabesi kemudian di kawinkan dengan putri sultan Ibnu Mansur bernama Boki Tayyibah. Kemudian berdiri empat kerajaan di Kepulauan Raja Ampat tersebut adalah kerajaan Salawati, kerajaan Misool/kerajaan Sailolof, kerajaan Batanta dan kerajaan Waigeo. Dari Arab, Aceh, Jawa, Bugis, Makasar, Buton, Banda, Seram, Goram, dll.

Masa antara abad XIV-XV memiliki arti penting dalam sejarah kebudayaan Nusantara, di mana pada saat itu ditandai hegemoni Majapahit sebagai Kerajaan Hindu-Budha mulai pudar. Sejak zaman itu muncul zaman baru yang ditandai penyebaran Islam melalui jalar perdagangan Nusantara. Melalui jalur damai perdagangan itulah, Islam kemudian semakin dikenal di tengah masyarakat Papua. Kala itu penyebaran Islam masih relatif terbatas di kota-kota pelabuhan. Para pedagang dan ulama menjadi guru-guru yang sangat besar pengaruhnya di tempat-tempat baru.

TEORI MASUKNYA ISLAM

Page 12: Sejarah Kerajaan Islam di Papua

Pendapat lain mengemukakan bahwa Perkembangan agama Islam di daerah Fakfak dikembangkan oleh pedagang-pedagang suku Bugis melalui Banda yang diteruskan ke Fakfak melalui Seram Timur oleh seorang pedagang dari Arab bernama Haweten Attamimi yang telah lama menetap di Ambon.Proses Islamisasi di wilayah Fakfak dilakukan melalui jalur Perdagangan, pendidikan non formal dan politik, yang dimaksud dengan penyebaran dakwah melalui saluran politik ialah bahwa atas jasa dan upaya para raja dan pertuanan dan keluarga-keluarganya maka agama Islam turut disebarkan.

Pengaruh masuknya Islam di kabupaten Fakfak dapat diketahui dengan adanya ditemukan masjid-masjid kuno peninggalan kerajaan Islam yang pernah berkuasa di wilayah tersebut diantaranya gong, bedug mesjid, rebana yang digunakan pada saat upacara maulid, songkok raja, tongkat cis, tanda raja dan adanya silsilah kerajaan dari kerajaan Ati-ati. Mesjid-mesjid kuno yang ditemukan tersebut tersebar di beberapa tempat diantaranya mesjid Patimburak, mesjid Werpigan dan masjid Merapi.

Di Kabupaten Fakfak pada masa awal masuknya agama Islam ada empat raja yang berkuasa diantaranya Raja Ati-ati, Ugar, Kapiar dan Namatota (sekarang masuk dalam wilayah kabupaten Kaimana). Masing-masing raja tersebut mendirikan mesjid dan mesjid tersebut yang digunakan sebagai sarana untuk menyebarkan agama Islam. Akan tetapi mesjid yang didirikan oleh raja Ati-ati pada saat itu pada umumnya terbuat dari kayu sehingga tidak bisa lagi ditemukan wujud maupun sisa-sisanya. Satu-satunya mesjid yang ditunjukkan oleh keturunan Raja Ati-ati adalah mesjid Werpigan yang dibangun pada tahun 1931 oleh Raja ke-9.

Page 13: Sejarah Kerajaan Islam di Papua

PETA PERSEBARAN WILAYAH

Dari gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa Islam pertama kali masuk ke Papua melalui wilayah Fakfak (semenanjung Onin) dan Raja Ampat dari kerajaan Ternate dan Tidore, lalu diteruskan ke Timur ke wilayah Sorong dan Manokwari, lalu ke pulau Biak. Dan berakhr di Jayapura

dan Merauke.

Page 14: Sejarah Kerajaan Islam di Papua

SISTEM PEMERINTAHAN

• Kerajaan Islam di Papua:Kerajaan Waigeo (Tunduk kepada Bacan)Kerajaan Misool/Lilinta (marga Dekamboe)Kerajaan Salawati (marga Arfan)Kerajaan Sailolof/Waigama (marga Tafalas)Kerajaan Fatagar (marga Uswanas)Kerajaan Rumbati (marga Bauw)

• Kerajaan Atiati (marga Kerewaindżai)Kerajaan Sekar (marga Rumgesan)Kerajaan PatipiKerajaan ArguniKerajaan Wertuar (marga Heremba)Kerajaan Kowiai/kerajaan NamatotaKerajaan AidumaKerajaan Kaimana

Page 15: Sejarah Kerajaan Islam di Papua

Berdasarkan sejarah, di Kepulauan Raja Ampat terdapat empat kerajaan tradisional, masing-masing

adalah kerajaan Waigeo, dengan pusat kekuasaannya di Wewayai, pulau Waigeo; kerajaan Salawati, dengan

pusat kekuasaan di Samate, pulau Salawati Utara; kerajaan Sailolof dengan pusat kekuasaan di Sailolof, pulau Salawati Selatan, dan kerajaan Misool, dengan

pusat kekuasaan di Lilinta, pulau Misol. Penguasa Kerajaan Lilinta/Misol (sejak abad ke-16 bawahan

kerajaan Bacan)

RADJA AMPAT

Page 16: Sejarah Kerajaan Islam di Papua

GEOGRAFI MISOOL

• Penguasa Kerajaan Lilinta/Misol (sejak abad ke-16 bawahan kesultanan Bacan):

Abd al-Majid (1872-1904)

Jamal ad-Din (1904-1945)

Bahar ad-Din Dekamboe (1945 - )

• Lebih dari 70 persen jenis Terumbu Karang Perairan Raja Ampat, Papua Barat, tersebar di Misool.

• Raja Ampat yang terkenal dengan kemolekan keanekaragaman hayatinya ini tentu saja jadi incaran pra pelancong dari berbagai belahan dunia. Misool Timur Selatan adalah Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) yang memiliki luas 366.000 hektare. Menurut data dari The Nature Conservancy Indonesia, dari seluruh jenis terumbu karang di perairan Raja Ampat yang jumlahnya 553 jenis, 387 jenis di antaranya bisa ditemukan di sini.

• Pulau Misool yang terletak di arah utara Pulau Yapale sendiri bertetangga dengan pulau besar lain di sekitarnya, yaitu Salawati, Batanta, juga Kepulauan Kofiau. Penduduk Misool yang terdiri dari sekitar 5.000 jiwa menyebut Pulau Misool dengan nama Batanme. Di pulau ini dan sekitarnya, terdapat 13 kampung termasuk Harapan Jaya, yang tergabung dalam tiga distrik setingkat kecamatan yaitu Distrik Misool Timur, Misool Selatan, serta Misool Barat.

• Letak geografis Misool yang berbatasan dengan Laut Seram membuat kawasan ini dipenuhi oleh ragam budaya. Karena selain dari Papua sendiri, penduduk berasal dari Maluku juga Sulawesi.

Page 17: Sejarah Kerajaan Islam di Papua

KERAJAAN SAILOLOF

• Kerajaan Sailolof bertempat di desa Sailolof, selatan Salawati dan satiu dari empat kerajaan di Pulau Raja Ampat, Papua.

I. WilayahWilayah Sailolof berada di kawasan Kepala Burung (Pulau Katimin, sepanjang Sele Strain, Seget, Gisim, Kalabar), Pulau Salawati, di barat Pulau Batanta, Pulau Meoskapal dan pulau Kofiau. Saat ini, bekas wilayah Sailolof dipenuhi oleh distrik Seget, di selatan Sorong, Misol dan Berau.

II. Struktur Pemerintahan

• Pemerintahan Pusat o Fun Kalana: gelar tradisional yang digunakan monarki Sailolof. Dalam tugasnya, Kalana dibantu beberapa staf istana, yaitu Sawoi (punggawa raja), Kapitin (kepala bidang logistik), Punta (asisten khusus di bidang komunikasi).

o Rat adat: lembaga yang memiliki otoritas untuk memutuskan dan mengawasi pelaksanaan kebijakan istana, membentuk peraturan, memberi arahan pada Kolano dan mengurusi hal-hal keagamaan. Lembaga ini dipimpin oleh Kolano dan tersusun atas petugas kerajaan sebagai berikut: - Jojou: pembantu Kalana yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan kerajaan dengan koordinasi dari istana. - Ukum: petugas kerajaan untuk urusan peraturan.- Dumlaha: petugas istana untuk mengatur perayaan adat tradisi. - Mirino: petugas kerajaan untuk mengumpulkan pajak. - Sudasmoro: petugas kerajaan untuk mengubah beberapa kewajiban khusus terkait hal-hal supranatural.

Page 18: Sejarah Kerajaan Islam di Papua

• Pemerintah daerahKepala pemerintah daerah adalah Marinpnu sebagai kepala desa dan Ulison sebagai kepala klan.

Page 19: Sejarah Kerajaan Islam di Papua

KERAJAAN FATAGAR

• Keterangan yang diperoleh dari Raja Fatagar, Arpobi Uswanas 1997, menceritakan bahwa Fatagar I yaitu Tewal, diperkirakan hidup pada tahun 1724-1814. Raja Tewal bertahta di daerah Tubir Seram, yang hijrah dari Rumbati (daerah Was). Pada saat kerajaan Fatagar masih di Rumbati, disana Islam sudah ada dan berkembang dengan ditemukannya puing-puing bekas reruntuhan masjid. Itu berarti Islam sudah masuk di daerah Rumbati sebelum tahun 1724. Sementara itu, berdasarkan keterangan Raja Rumbati ke 16, H. Ibrahim Bauw 1986, bahwa Islam masuk di Was pada tahun 1506 melalui perang besar antara Armada Kesultanan Tidore yang dipimpin Arfan dengan Kerajaan Rumbati. Silsilah keluarga muslim terpandang di Papua, yakni dari keluarga H. Ibrahim Bauw dibawah ini bisa pula menjadi pijakan sejak kapan Islam masuk ke tanah Papua.

• Patmogari—Nawarissa—Ismail—Samali—Abu Bakar—Ismail Samali Bauw (lahir tahun 1938 wafat 2002)

Abu Bakar Bauw, Raja Rumbati gugur dalam Perang Dunia II di Kokas, Fakfak pada tahun 1944 dalam usia 52 tahun. Jika diambil rata-rata generasi berselisih 40 tahun, maka moyang dari keluarga Bauw telah masuk Islam sekitar 1600, dan sudah barang tentu sebelum itu, Islam telah tumbuh disana. H. Ibrahim Bauw, Raja Rumbati yang meninggal pada tanggal 24 Agustus 1994 dalam usia 80 tahun. Dalam catatan pribadinya menjelaskan bahwa agama Islam telah masuk ke Semenanjung Onin Fakfak pada tahun 1502. Dalam catatan tersebut, H. Ibrahim Bauw juga menjelaskan bahwa selain Imam Abd. Ghafar yang datang dan tinggal, menetap dan meninggal dunia di Rumbati, sekitar 100 tahun sebelumnya datang seorang mubalighah dari Bandanaria bernama Siti Mashita. Beliau datang ke kampung Patipi, menetap dan menetap dan meninggal dunia di kampung tersebut. Beberapa naskah serah terima kontrolir menyebutkan bahwa berdasarkan pemberitaan pelaut bernama Louis Vaes de Torres tahun 1606, ketika itu singgah di pesisir daerah Onin (daerah Kaimana sampai Namatota) telah melihat beberapa pedagang Islam yang bermukim disana. Dari pernyataan tersebut terlihat bahwa waktu masuknya Lauis Vaes De Torres, Islam sudah ada dan berkembang di daerah Fakfak.

Page 20: Sejarah Kerajaan Islam di Papua

KERAJAAN WAIGEO DAN WAIGAMA

Penguasa Kerajaan Waigama (sejak abad ke-16 bawahan kesultanan Bacan):

• Abd ar-Rahman (1872-1891)

• Hasan (1891/1900-1916)

• Syams ad-Din Tafalas (1916-1953)

Penguasa Kerajaan Waigeo (sejak abad ke-16 bawahan Kesultanan Ternate):

• Gandżun (1900-1918)

Page 21: Sejarah Kerajaan Islam di Papua

KERAJAAN RUMBATI

• Salah satu raja mantan raja dari kerajaan Rumbati adalah Patipi. Beliau sudah memerintah sejak lama. Beliau dikenal karena keinginannya memperkenalkan dan membawa Islam kepada orang-orang disekitarnya. Keberadaan dinasti raja ini adalah dinasti kedua yang mana pernah memerintah di Patipi.

• Raja pertama masih dalam pemerintahan di abad ke-20 bahkan sempat diperintah olehnya selama dua kali periode raja pada wakktu itu, ketika dinasti kedua memerintah. Raja yang memerintah kini adalah sebatas wilayah Raja Bupati, yaitu Raja Patipi ketika Raja Bupati, Ahmad Iba dianggap sebagai penguasa ke 16 kerajaan Patipi.

• Ketika saudara kandungnya Raja Usman Iba meninggal, ia menjadi bupati karena anak raja mewariskannya sebagai penerus atau ahli waris (putra raja almarhum) disaat ia masih mempelajari yaitu Raja Muda Atarai Iba. Hal ini tidak diketahui, ketika ahli waris tahta akan dinobatkan sebagai raja baru. Bupati adalah pensiunan pegawai dari departemen perikanan kabupaten Fak Fak.

Page 22: Sejarah Kerajaan Islam di Papua

KERAJAAN WERTUAR

• Menurut keterangan Raja Wetuar ke X yakni Musa Haremba, bahwa Raja pertama Wertuar adalah Vijao. Penduduk meyakini bahwa asal muasal Raja Vijao ini dari cahaya, sedang Raja kedua bernama Ukir. Selanjutnya Raja ketiga bernama Winey yang beristrikan Boko Kopao dari Namatoria. Dari susunan Raja-raja Wertuar, yang dilantik Sultan Tidore adalah Raja ketujuh yakni Lakate pada tahun 1886. Namun pendapat lain mengatakan bahwa yang dilantik adalah Raja Wertuar keenam, yakni Sanempe. Hubungan Lakate dengan Sanempe adalah hubungan saudara dan bukan hubungan bapak anak, yang berarti mereka hidup dalam satu zaman.

• Terlepas dari siapa yang dilantik dari kedua raja tersebut, kedua sumber tadi menjelaskan bahwa Raja Wertuar tersebut dilantik oleh Sultan Tidore yang bernama Muhammamd taher Alting pada tahun 1886 di Karek, Sekar Lama. Turut hadir dalam peristiwa pelantikan adalah Raja Rumbati, Abdul Jalil, dan Raja Misool Abdul Majid. Dari keterangan diatas menunjukkan bahwa Raja Rumbati adalah Raja Misool telah lebih dahulu masuk Islam.

• Disebutkan juga bahwa kedua masa pemerintahan Raja Wertuar keenam dan ketujuh untuk pertama kalinya dibangun Masjid pertama Wertuar terletak di Patimburak pada tahun 1870. Tapi sebelum masjid itu dibangun sudah ada lebih dahulu bangunan musholla sebagai tempat ibadah mereka ditempat yang berbeda. Disisi lain, dilihat dari data silsilah menunjukkan bahwa raja Wertuar ketiga, Waney, yang bertahta di daerah Kramamongga dimana dia beristrikan putri Namatota yakni Boki Kopiyai. Mereka diperkirakan hidup pada tahun 1576-1643.

• Dari sini dapat disimpulkan bahwa kedua kerajaan ini (Kerajaan Wertukar dan kerajaan Namatota) sudah terjalin kerja sama sejak abad XIV, atau bahkan jauh sebelumnya sekitar tahun 1506-1576, dimana raja Wertuar kedua hidup. Kerja sama keduanya kemudian disepakati mempertemukan anak mereka dalam wadah perkawinan.

Page 23: Sejarah Kerajaan Islam di Papua

KERAJAAN SALAWATI

• Penguasa Kerajaan Salawati (sejak abad ke-16 bawahan Kesultanan Ternate):

• Abd al-Kasim (1873-1890)

• Muhammad Amin (1900-1918)

• Bahar ad-Din Arfan (1918-1935)

• Abu’l-Kasim Arfan (1935-?)

Page 24: Sejarah Kerajaan Islam di Papua

KERAJAAN KOWIAI (NAMATOTTA)

• Dari silsilah Raja Namatota diketahui bahwa Raja Namatota pertama yakni Ulan Tua, telah memeluk Islam hingga sekarang diketahui merupakan generasi kelima. Lamarora merupakan raja kedua kerajaan Namatota diperkirakan hidup pada tahun 1778-1884. Raja Lamarora selanjutnya datang ke daerah Kokas dan disana beliau telah menyebarkan agama Islam dan kawin dengan perempuan bernama Kofiah Batta, selanjutnya pasangan ini merupakan cikal-bakal Raja-raja Wertuar. Salah seorang Raja Wertual (Kokas) bernama M. Rumandeng al-Amin Umar Sekar 1934, dengan gigih pernah menentang pemerintah Belanda dengan tidak mau menyetor uang tambang minyak kepada mereka. Akibatnya dia dipenjara di Hollandia (Jayapura) sebelum kemudian dibebaskan.

Page 25: Sejarah Kerajaan Islam di Papua

KERAJAAN SRAN EMAN MUUN

• Kerajaan Sran Eman Muun diperkirakan berdiri sekitar awal abad ke-12. Sejak berdiri, kerajaan ini sudah tiga kali berpindah pusat pemerintahan dari Weri/Tunas Gain di wilayah Kabupaten Fak-Fak, kemudian berpindah ke Borombouw di Pulau Adi perairan laut Arafuru wilayah Kabupaten Kaimana.

Pada periode tahun 1498 hingga 1808, terjadi Perang Hongi dan perpecahan dalam keluarga kerajaan sehingga Nduvin, Raja Sran Kaimana IV pada tahun 1808, kemudian memindahkan ibu kota ke daerah yang sekarang menjadi Kampung Sran, Kaimana. Kerajaan Sran Eman Muun inilah yang kemudian terpecah menjadi sejumlah kerajaan kecil di Kaimana hingga Fak-Fak, misalnya, melalui perkawinan keluarga kerajaan seperti pada Kerajaan Namatota di Pulau Namatota Kaimana.

Kaimana pusat penyebaran Islam di Papua

• Masuknya Islam pertama kali dibawa oleh Imam Dzikir di Borombouw pada tahun 1405. Penyebaran agama Islam masuk melalui interaksi perdagangan dengan pedagang dari luar Papua seperti dari Sumatera, Sulawesi, dan Maluku. Imam Dzikir kemudian menetap di Pulau Adi dan mengajarkan Islam yang kemudian diterima oleh keluarga kerajaan.

Page 26: Sejarah Kerajaan Islam di Papua

KERAJAAN SRAN EMAN MUUN

• Pada tahun 1898, perkembangan Islam semakin membesar ketika Naro’E, menggantikan Nduvin, ayahnya menjadi Raja Sran Kaimana V. Pada saat itu, Naro’E menikah dengan anak kepala suku di Kaimana.

Strategi ini untuk memperbesar kerajaan sekaligus untuk bertahan dari pengaruh Belanda yang sudah mulai masuk ke wilayah Papua.

Perkembangan Islam di Kaimana banyak dipengaruhi oleh budaya Islam Sumatera, khususnya Aceh dan Maluku (Ternate hingga Tidore di Maluku Tengah). Alasannya karena seni budaya Islam yang berkembang di Kaimana lebih banyak menggunakan rebana dan tifa. Selain itu, peninggalan Islam yang terbesar di daratan Papua adalah bahasa Melayu (bahasa Indonesia) sehingga bahasa ini menjadi bahasa pemersatu bahasa berbagai suku di Papua.

Meski Islam sudah ada sejak abad XVI, tidak ada perkembangan berarti hingga akhir parus pertama abad XX. Kerajaan yang ada di Kaimana dan Fak-Fak bersifat longgar dan rajanya mendapat legitimasi dari kerajaan yang lebih besar di daerah tersebut, yakni Kesultanan Tidore. Pada dasarnya yang disebut raja itu adalah makelar atau perantara sekaligus pedagang (penjual dan pengumpul).

Page 27: Sejarah Kerajaan Islam di Papua

KERAJAAN KAIMANA

• Kaimana adalah salah satu dari 9 kerajaan seperti daerah wilayah semenanjung Bomberai Papua. Awalnya Kaimana adalah bagian dari Namatota (Namatotte), namun perlahan tapi pasti menjadi efektif suatu daerah pada itu sendiri. Kaimana awalnya berdiri selama 5 abad sebuah area kecil. Lalu mereka bergabung dengan Namatota. Namatota memiliki raja yang lebih kecil di bawah kekuasaan itu. Kaimana masih daerah independen, kemudian mereka pergi ke daerah yang tepat dan menyebut dirinya Kaimana Lamora. Pada akhir abad ke-19 Raja terakhir dari Adi (suksesor raja dari Kaimana Lamora) telah meninggal.

• Pada tahun 1.898 Naro E. Dmengklaim, bahwa ia sebenarnya keturunan dari penguasa, yang selalu memerintah Kaimana. Penguasa semacam itu sebenarnya disebut Raja Komisi, tetapi secara lokal mereka memanggilnya Rat Umis. Rat Umis terakhir dalam waktu kolonial Belanda adalah Rat Umis Achmad Muhammad Aituarauw. Awalnya ia tinggal di kota kaimana, lalu ia membuat tempat tinggal baru di pulau Kilimala di suatu tempat di tahun 1930.

• Sumber: http://kerajaan-indonesia.blogspot.com/2009_05_10_archive.html

Rat Umis

Page 28: Sejarah Kerajaan Islam di Papua

KERAJAAN KAIMANA (KOMISI)

• Seorang Putera Mahkota Raja Komisi bernama Hakim Achmad Aituararauw .menyebutkan bahwa kerajaan Islam pertama didirikan di Pulau Adi pada tahun 1626 dengan nama Eraam Moon, yang diambil dari bahasa Adi Jaya yang artinya “Tanah Haram”. Raja pertamanya bernama Woran. Namun jauh sebelumnya pada abad ke XV (1460-1541) penguasa pertama di pulau Adi, Ade Aria Way, telah menerima Islam yang dibawa oleh Syarif Muaz yang mendapat gelar Syekh Jubah Biru, yang menyebarkan Islam di utara dan kawasan itu. Namun sambutan positif lebih banyak diterima di pulau Adi dalam hal ini di daerah kekuasaan Ade Aria Way. Setelah masuk Islam Ade Aria Way berganti nama menjadi Samai. Kemudian Samai mencatat bahwa pada tahun 1760 Ndovin yang merupakan generasi kelima dari Samai mendirikan kerajaan Kaimana dan bertahta di sana dengan gelar Rat Umis As Tuararauw yang kemudian dikenal dengan nama Raja Komisi.

Page 29: Sejarah Kerajaan Islam di Papua

SISTEM EKONOMI DAN SOSIAL

• Di dalam proses penyampaian agama islam oleh Sultan, selalu di awali oleh kesenian Tifa dan semacam terompet dari kerang yang di tiup oleh seorang pemuka agama pada saat itu yang bernama raja Tagate dan Tanobe. Karena pada saat itu pembunuhan dimana-mana hingga menyebabkan korban berjatuhan. Sehingga sebelum sultan masuk di suatu kampung di haruskan meniup suatu trompet dan di ikuti kesenian tradisional Tifa. Yang menyebabkan alat ini berfungsi sampai sekarang, karena pada jaman nenek moyang kami dipergunakan untuk mengamankan perlawanan antara musuh yang satu dengan yang lain.

• Selain yang sudah tertulis di atas, maka ada tradisi nenek moyang yang masih di miliki oleh suku Kokoda tersebut yang masih mengeterkaitkan antara budaya mereka dengan budaya islam, yaitudi antaranya adalah melakukan ritual mandi safar dan bacaan pantun-pantun pada bulan puasa, dan juga hal ini di lakukan pada saat malam hari dari awal bulan puasa dan sampai akhir bulan puasa hingga di lakukan silaturahmi antara oranf islam dan NAS. Dalam proses ritual mandi safar ini serta bacaan pantun-patun para suku asli Kokoda Papua melakukannya bukan hanya dengan bercorak kebudayaan islam saja, tetapi juga bercorak kebudayaan asli Kokoda Papua. Corak kebudayaan asli Kokoda Papua ini seperti penampilan tambur atau tifa yang terbuat dari kayu yang sudah berlubang bagian tengahnya dan di pasang kulit hewan. Bahkan sekarang bisa kita jumpai dimana-mana tiap kesenian papua, tifa tak pernah tersingkirkan dan selalu di pergunakan. Yang menyebabkan alat ini berfungsi sampai sekarang, karena pada jaman nenek moyang mereka dipergunakan untuk mengamankan perlawanan dengan pihak lain.

Page 30: Sejarah Kerajaan Islam di Papua

SISTEM EKONOMI DAN SOSIAL

• Di tinjau dari sistem sosial, pada umumnya masyarakat papua sangat menjunjung tinggi hidup bersosial, di karenakan nenek moyang mereka dahulu selalu hidup bersosial. Bahkan hingga sekarang masyarakatnya-pun demikian. Contohnya yang sering muncul di khalayak yaitu di dalam acara keagamaan biasanya antara agama Islam dan Kristen mereka mengerjakan secara bersama-sama, dan tidak membedakan antara agama islam dan NAS. Sehingga sistem sosial ini sangat erat di dalam kaitannya terhadap masyarakat papua sendiri. Sedangkan untuk Sistem sosial Kerajaan Islam di Papua menganut sistem hukum islam, dimana peradilannya harus sesuai syariat Islam

• Sistem Ekonomi kerajaan islam di papua didominasi oleh Perdagangan. Karena daerah papua memiliki Kekayaan Tambang dan Rempah sehingga daerah ini menjadi incaran para pedagang. Sementara itu, Ternate Tidore memiliki Mineral dan Bahan Pangan yang banyak. Sehingga terjadilah hubungan politik dan perdagangan antara kepulauan Raja Ampat dan Fakfak dengan pusat kerajaan Ternate dan Tidore. Untuk daerah pesisir, sistem perekonomiannya lebih didominasi oleh nelayan.

Page 31: Sejarah Kerajaan Islam di Papua

HASIL BUDAYA DAN PENINGGALAN

• Pengaruh masuknya Islam di kabupaten Fakfak dapat dilihat dengan adanya temuan mesjid kuno dibeberapa tempat yaitu mesjid Merapi, Werpigan, Patimburak, gong, rebana, tongkat cis, songkok raja.

• Islam juga menancapkan pengaruhnya didaerah Kokas, Fakfak salah satu buktinya adalah keberadaan sebuah Masjid Tua yaitu Masjid Patimburak.

• 1. Terdapat living monument yang berupa makanan Islam yang dikenal dimasa lampau yang masih bertahan sampai hari ini di daerah Papua kuno di desa Saonek, Lapintol, dan Beo di distrik Waigeo.

• 2. Tradisi lisan masih tetap terjaga sampai hari ini yang berupa cerita dari mulut ke mulut tentang kehadiran Islam di Bumi Cendrawasih.

• 3. Naskah-naskah dari masa Raja Ampat dan teks kuno lainnya yang berada di beberapa masjid kuno.

Page 32: Sejarah Kerajaan Islam di Papua

• 4. Di Fakfak, Papua Barat dapat ditemukan delapan manuskrip kuno berhuruf Arab. Lima manuskrip berbentuk kitab dengan ukuran yang berbeda yang terbesar berukuran kurang lebih 50 x 40 cm, yang berupa mushaf Al-Quran yang ditulis dengan tulisan tangan di atas kulit kayu dan dirangkai menjadi kitab. Sedangkan keempat kitab lainnya, yang salah satunya bersampul kulit rusa, merupakan kitab hadits, ilmu tauhid, dan kumpulan doa.

Kelima kitab tersebut diyakini masuk pada tahun 1214 dibawa oleh Syekh Iskandarsyah dari kerajaan Samudra Pasai yang datang menyertai ekspedisi kerajaannya ke wilayah timur. Mereka masuk melalui Mes, ibukota Teluk Patipi saat itu. Sedangkan ketiga kitab lainnya ditulis di atas daun koba-koba, Pohon khas Papua yang mulai langka saat ini. Tulisan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabung yang terbuat dari bambu. Sekilas bentuknya mirip dengan manuskrip yang ditulis di atas daun lontar yang banyak dijumpai di wilayah Indonesia Timur.

5. Masjid Patimburak yang didirikan di tepi teluk Kokas, distrik Kokas, Fakfak yang dibangun oleh Raja Wertuer I yang memiliki nama kecil Semempe. Merupakan Salah satu bukti otentik keberadaan Islam di tanah papua yang masih terpelihara rapi adalah Masjid Patimburak. Masyarakat setempat mengenal masjid ini sebagai Masjid Tua Patimburak. Menurut catatan sejarah, masjid ini telah berdiri lebih dari 200 tahun yang lalu, bahkan merupakan masjid tertua di Kabupaten Fakfak. Bangunan yang masih berdiri kokoh dan berfungsi hingga saat ini dibangun pada tahun 1870, seorang imam bernama Abuhari Kilian.

Page 33: Sejarah Kerajaan Islam di Papua

Masjid Patimburak

Page 34: Sejarah Kerajaan Islam di Papua

KERUNTUHAN DAN PENYEBABNYA

• Setelah Belanda masuk pada abad 17-an, Belanda sangat menginginkan Wilayah Papua, terutama Papua Barat. Bahkan, Sejarah mencatat Papua Barat baru dapat diselesaikan setelah peristiwa Trikora, dengan mengirimkan Kapal Perang Tercanggih Uni Soviet serta puluhan kapal tempur lainnya untuk mengusir Belanda dari Wilayah Indonesia Merdeka.

• Pada zaman nenek moyang agama islam terlebih dahulu masuk ke tanah Papua, tetapi di karenakan pembunuhan di mana-mana Terpaksa mereka mengikuti ajaran agama NAS, meskipun para pemuka islam perlahan masuk untuk menyebar luaskan agama islam di tanah papua khususnya di daerah pesisir pantai.

• Masuknya faham Misionaris dari Katolik dan Protestan ke Wilayah Papua.

• Adat yang berlaku seringkali bertentangan dengan Ajaran Murni Agama Islam itu sendiri, seperti yang berkaitan dengan Babi.

Page 35: Sejarah Kerajaan Islam di Papua

PENUTUP• Referensi :

http://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Papuahttp://wawanalbaihaki.blogspot.com/2012/03/sejarah-masuknya-islam-di-papua.htmlhttp://catatancintaabi.wordpress.com/2012/03/06/sejarah-masuknya-islam-di-tanah-papua-pada-abad-16-m/http://kota-islam.blogspot.com/2013/10/sejarah-perkembangan-islam-di-papua.htmlhttp://panjihitamdiufuktimur.blogspot.com/2013/04/sejarah-masuknya-islam-di-tanah-papua.html

• Arnold, W. Thomas. “ The Preaching of Islam “ Dalam Prasetyo, Bagyo, Perkembangan Hasil Penelitian di Papua, disampaikan dalam Seminar Semarak Arkeologi Jayapura 2009.

• Masinambow, F.K.M, Halmahera Dan Raja Ampat, Konsep dan Strategi Penelitian, Dalam Islam Dan Kristen Di Tanah Papua, Bandung: Jurnal Info Media, 2006

• Onim, J.F. “ Islam dan Kristen di Tanah Papua” Bandung: Jurnal Info Media, 2006Tim Peneliti, “Penelitian Arkeologi Islam di Kecamatan Fakfak Kabupaten Fakfak Irian Jaya” belum terbit, 1999

• http://m.kompasiana.com/post/read/621878/3/tradisidan-sikap-keagamaan-budaya-papua-barat.html

• http://kerajaan-indonesia.blogspot.com/2009_05_10_archive.html

• http://iezael.blogspot.com/

• http://id.wikipedia.org/wiki/Papua_Barat_%28wilayah%29

• http://budaya-indonesia.org/Tata-Pemerintahan-Sailolof/

• http://lengkas.wordpress.com/2012/03/22/umat-islam-papua-dibawah-kolonialisme-belanda/

• http://sultansinindonesieblog.wordpress.com/papua/raja-van-rumbati/

• http://regional.kompas.com/read/2013/08/07/1703048/Menyusuri.Jejak.Penyebaran.Islam.di.Papua

Terima Kasih

Atas

Perhatiannya

Page 36: Sejarah Kerajaan Islam di Papua

• Ambary, Hasan Muarif, (ketua Tim), Survei Kepurbakalaan Islam di Kabupaten Sorong, Irian jaya, Kerjasama Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan Proyek Penelitian Purbakala Irian Jaya , 1995.

• Ambary, Hasan Muarif, Menemukan Peradaba Jejak Arkeologis dan Historis Islam di Indonesia, Jakarta: Logos, 2001

• Arnold, Thomas W., The Preaching of Islam: A History of the Propagation of the Muslim Faith, New Delhi: Low Price Publications, 1995.

• Azra Azyumardi, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII, Bandung: Mizan, 1994.

• Ambary, Hasan Muarif, (ketua Tim), Survei Kepurbakalaan Islam di Kabupaten Sorong, Irian jaya, Kerjasama Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan Proyek Penelitian Purbakala Irian Jaya , 1995.

• Ambary, Hasan Muarif, (ketua Tim), Survei Kepurbakalaan Islam di Kabupaten Sorong, Irian jaya, Kerjasama Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan Proyek Penelitian Purbakala Irian Jaya , 1995.

• ………………, Renaisans Islam Asia Tenggara: Sejarah Wacana dan kekuasaan, Jakarta: Remaja Rosda Karya, 2000.

• ……………………, Histografy Islam Kontemporer: Wacana, aktualitas, dan Aktor Sejarah, Jakarta: Gramedia, 2002.

• Badan Pusat Statistik dan Bappeda Provinsi Papua, Papua dalam angka 2001, Jayapura, 2001.

• Corteso, Armando (ed.), The Suma Oriental of Tome Pires: An Accont of the Eastfrom The Red Sea To Japan,Written in Malacca and India in 1512-1515, London: Hakluyt Society, 1994, Jilid I dan II.

• Graghan, Gilbert S.J., A. Guide to Historical Method, New York: Fordham University Press, 1975.

• Gottchalk, Louis, Understanding of History, Mengerti Sejarah, terj. Jakarta: Notosusanto, Jakarta: UI Press, 1983.

• Kartodirjo, Sartono, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, Jakarta: Gramedia, 1993

• Hamka, Sejarah Umat Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1981.

• Hasymy, A., Sejarah Masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia, Bandung: al-Ma’arif, 1993.

• Jacobus, Th.Th.M., Hubert, A Treatise on the Moluccas (1544) Probably the Perteliminary version of Antonio Galvoa’ lost Historica. Edited, Annotated, andTranslate into English from the Portuguese Manuscript in the Archivo General de Indias, Seville. Rome-Italy, 1970/1971.

• Kamma, F.C., (at. Al.), The Corery Messianic Movement in the Biak Numfor Culture Area, the Hague: Martinus Nijhoff, 1972.

• ———, “De Vewrhouding Tussen Tidore en de papoea Einladen in Legende en Historie”. Dalam Indonesia 1 (1947-48 dan II (1948-49),

• Kern, H., Het oud Jaavansche Lofdicth Negarakertagama van Prapanca 1365 A.D, ‘s – Gravenhage, Martinus Nijhoff, 1972.

• ——–, Klein W.C., Aanwijezingen voor bestuurspenitratie met behulp van linchtuaart, Verkregen bij een goud expedite op Niew-Guinea, ‘s – Gravenhage 1946.

• Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1994.

• Lapidus, Ira M., A History of Islamic Societies, Cambridge: University Press, 1993.

• Leur, J.C van, Indonesia Trade and Society: Essays in Asia Social and Economic Histry, The Hague: W. van Hoeve Ltd, 1955.

• Majalah Ilmu-Ilmu sastra Indonesia, Jakarta: Bharatara, Juni 1978/1979, Jilid VIII No. 1 & 2.

• Majalah Rahma, Jayapura : Yayasan Dakwah Islam ai-Falah, Jumadil Akhir 1419 H./1998, No.7.

Page 37: Sejarah Kerajaan Islam di Papua

• Paul W. van der Veur, Deutch New Guinea: Encyclopedia of Papua and New Guinea, MUP, 1972.

• Proyek Penelitian Purbakala Irian Jaya, Laporan Penelitian Arkeologi Islam di Kec. Kakos, Kab. Fak-Fak Irian Jaya, 1996-1997.

• Petuhena, M. Shaleh (at, al.), Ternate Bandar Jalur Sutera, Ternate: LlnTas, 2001.

• Robertson, J.A., Magelhan’s Voyage Around the World by Antonio Pigafetta, Claveland, 1906.

• Robide, P.J.B., van der Aa, Reizen near Nederlandsch Nieuw Guinea, met Geschied en Aardrijkskundige Toellichtingen, The Hague. 1879.

• Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Pendekatan Metodologi Sejarah, Jakarta : Gramedia 1993.

• Soedjatmoko (at. al.), Histografi Indonesia Sebuah Pengantar, Jakarta : Gramedia, 1995.

• Soe Khiam, Khoe, (at.al.), Mengenal Sebagian Dari Tanah Air Kita Irian Barat, Jakarta : Staf Penguasa Perang Tertinggi, 1962, Jilid III.

• Stirling, M.W., The Native Peoples Of New Guinea. Smitsonian Institution War Background Sutdies,1943.

• Suwiryadi, Kasibi, Sejarah Dakwah Islam Di Tanah Papua, Dalam Suarat Laporan Kepada Ketua LPTQ/Ketua Khalifah STQ Kabupaten/ Kota se Provinsi Papua, 3 Juni 2002.

• Taufik Abdullah (at.al), Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Asia Tenggara, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002, Jilid V.

• Thamrin, Tarmidzy, Boven DigulLembaga Perlawanan Terhadap Kolonialisme, Surabaya: CISCOM, 2001.

• Uka Tjandrasasmita (ed.), Sejarah Nasional Indonesia, Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1977, Jilid III.

• Yusuf, Idris, “Lahirnya Nama Irian Jaya “ Warta Irian Jaya, Jayapura: Biro Humas Sekwilda Irian Jaya, edisi 31/32, 1998.