kesultanan banten

15
Kerajaan Banten Oleh: Farah Anindya Kelas: X MIA 2 No. Absen: 12 NEXT

Upload: dzaki-albiruni

Post on 22-Jun-2015

1.447 views

Category:

Education


3 download

DESCRIPTION

Disusun oleh teman kita Farah Anindya SMAN 68 Jakarta

TRANSCRIPT

Page 1: Kesultanan Banten

Kerajaan BantenOleh: Farah AnindyaKelas: X MIA 2No. Absen: 12

NEXT

Page 2: Kesultanan Banten

NEXT

Proses Masuknya Islam di Kerajaan Banten

Pada awalnya Kawasan Banten juga dikenal dengan Banten Girang merupakan bagian dari Kerajaan Sunda. Kedatangan pasukan Kerajaan Demak di bawah pimpinan Maulana Hasanuddin ke kawasan tersebut selain untuk perluasan wilayah juga sekaligus penyebaran dakwah Islam. Kemudian dipicu oleh adanya kerjasama Sunda-Portugal dalam bidang ekonomi dan politik, hal ini dianggap dapat membahayakan kedudukan Kerajaan Demak selepas kekalahan mereka mengusir Portugal dari Melaka tahun 1513. Atas perintah Trenggana, bersama dengan Fatahillah melakukan penyerangan dan penaklukkan Pelabuhan Kelapa sekitar tahun 1527, yang waktu itu masih merupakan pelabuhan utama dari Kerajaan Sunda.

Page 3: Kesultanan Banten

Penyebaran Islam di Banten dilakukan oleh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, pada tahun 1525 M dan 1526 M. Seperti di dalam naskah Purwaka Tjaruban Nagari disebutkan bahwa Syarif Hidayatullah setelah belajar di Pasai mendarat di Banten untuk meneruskan penyebaran agama Islam yang sebelumnya telah dilakukan oleh Sunan Ampel. Pada tahun 1475 M, beliau menikah dengan adik bupati Banten yang bernama Nhay Kawunganten, dua tahun kemudian lahirlah anak perempuan pertama yang diberinama Ratu Winahon dan pada tahun berikutnya lahir pula pangeran Hasanuddin. (Atja;1972:26).

NEXT

Page 4: Kesultanan Banten

Setelah Pangeran Hasanuddin menginjak dewasa, syarif Hidayatullah pergi ke Cirebon mengemban tugas sebagai

Tumenggung di sana. Adapun tugasnya dalam penyebaran Islam di Banten

diserahkan kepada Pangeran Hasanuddin, di dalam usaha penyebaran agama Islam Ini Pangeran Hasanuddin berkeliling dari daerah ke daerah seperti dari G. Pulosari,

G. Karang bahkan sampai ke Pulau Panaitan di Ujung Kulon.

(Djajadiningrat;1983:34) Sehingga berangsur-angsur penduduk Banten Utara memeluk agama Islam. (Roesjan;1954:10)

NEXT

Page 5: Kesultanan Banten

NEXT

Page 6: Kesultanan Banten

 Masa Kesultanan1. Maulana Hasanuddin atau Pangeran Sabakingkin memerintah pada tahun 1552 – 15702. Maulana Yusuf atau Pangeran Pasareyan memerintah pada tahun 1570 – 15853. Maulana Muhammad atau Pangeran Sedangrana memerintah pada tahun 1585 – 15964. Sultan Abu al-Mafakhir Mahmud Abdulkadir atau Pangeran Ratu memerintah pada tahun 1596 – 16475. Sultan Abu al-Ma’ali Ahmad memerintah pada tahun 1647 – 16516. Sultan Ageng Tirtayasa atau Sultan Abu al-Fath Abdul Fattah memerintah pada tahun 1651-16827. Sultan Haji atau Sultan Abu Nashar Abdul Qahar memerintah pada tahun 1683 – 16878. Sultan Abu Fadhl Muhammad Yahya memerintah pada tahun 1687 – 16909. Sultan Abul Mahasin Muhammad Zainul Abidin memerintah pada tahun 1690 – 173310. Sultan Abul Fathi Muhammad Syifa Zainul Arifin memerintah pada tahun 1733 – 174711. Ratu Syarifah Fatimah memerintah pada tahun 1747 – 175012. Sultan Arif Zainul Asyiqin al-Qadiri memerintah pada tahun 1753 – 177313. Sultan Abul Mafakhir Muhammad Aliuddin memerintah pada tahun 1773 – 179914. Sultan Abul Fath Muhammad Muhyiddin Zainussalihin memerintah pada tahun 1799 – 180315. Sultan Abul Nashar Muhammad Ishaq Zainulmutaqin memerintah pada tahun 1803 – 180816. Sultan Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin memerintah pada tahun 1809 – 1813 NEXT

Page 7: Kesultanan Banten

Dalam meletakan dasar pembangunan ekonomi Banten, selain di bidang perdagangan untuk daerah

pesisir, pada kawasan pedalaman pembukaan sawah mulai diperkenalkan. Asumsi ini berkembang

karena pada waktu itu di beberapa kawasan pedalaman seperti Lebak, perekonomian

masyarakatnya ditopang oleh kegiatan perladangan, sebagaimana penafsiran dari naskah 

sanghyangsiksakandangkaresian yang menceritakan adanya istilah pahuma(peladang), panggerek (

pemburu) dan panyadap (penyadap). Ketiga istilah ini jelas lebih kepada sistem ladang, begitu juga

dengan nama peralatanya seperti kujang, patik, baliung, kored dan sadap.

NEXT

Sistem Ekonomi

Page 8: Kesultanan Banten

NEXT

Pada masa Sultan Ageng antara 1663 dan 1667 pekerjaan pengairan besar dilakukan untuk mengembangkanpertanian. Antara 30 dan 40 km kanal baru dibangun dengan menggunakan tenaga sebanyak 16 000 orang. Di sepanjang kanal tersebut, antara 30 dan 40 000 ribu hektar sawah baru dan ribuan hektar perkebunan kelapaditanam. 30 000-an petani ditempatkan di atas tanah tersebut, termasuk orang Bugis dan Makasar. Perkebunantebu, yang didatangkan saudagar Cina pada tahun 1620-an, dikembangkan. Di bawah Sultan Ageng, perkembangan penduduk Banten meningkat signifikan.Tak dapat dipungkiri sampai pada tahun 1678, Banten telah menjadi kota metropolitan, dengan jumlah penduduk dan kekayaan yang dimilikinya menjadikan Banten sebagai salah satu kota terbesar di dunia pada masa tersebut.

Page 9: Kesultanan Banten

Kerajaan Banten merupakan salah satu kerajaan Islam di Pulau Jawa selain Kerajaan Demak, Kasepuhan Cirebon, Giri Kedaton, dan Mataram Islam.Kehidupan sosial rakyat Banten berlandaskan ajaran-ajaran yang berlaku dalam agamaIslam.Pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, kehidupan sosial masyarakat Banten semakin meningkat dengan pesat karena sultan memperhatikan kesejahteraan rakyatnya.Usaha yang ditempuh oleh Sultan Ageng Tirtayasa adalah menerapkan sistem perdagangan bebas dan mengusir VOC dari Batavia.Menurut catatan sejarah Banten, Sultan Banten termasuk keturunan Nabi Muhammad SAW sehingga agama Islam benar-benar menjadi pedoman hidup rakyat. Meskipun agama Islam mempengaruhi sebagian besar kehidupan Kesultanan Banten, namun penduduk Banten telah menjalankan praktek toleransi terhadap keberadaan pemeluk agama lain. Hal ini dibuktikan dengan dibangunnya sebuah klenteng di pelabuhan Banten pada tahun 1673.

NEXT

Sistem Sosial

Page 10: Kesultanan Banten

Masyarakat yang berada pada wilayah Kesultanan Banten terdiri dari beragam etnis yang ada di Nusantara, antara lain: Sunda, Jawa, Melayu, Bugis, Makassar, dan Bali. Beragam suku tersebut memberi pengaruh terhadap perkembangan budaya di Banten dengan tetap berdasarkan aturan agama Islam. Pengaruh budaya Asia lain didapatkan dari migrasi penduduk Cina akibat perang Fujian tahun 1676, serta keberadaan pedagang India dan Arab yang berinteraksi dengan masyarakat setempat.

NEXT

Hasil Kebudayaan

Page 11: Kesultanan Banten

Dalam bidang seni bangunan Banten meninggalkan seni bangunan Masjid Agung Banten yang dibangun pada abad ke-16.Selain itu, Kerajaan Banten memiliki bangunan istana dan bangunan gapura pada Istana Kaibon yang dibangun oleh Jan Lucas Cardeel, seorang Belanda yang telah memeluk agama Islam.Sejumlah peninggalan bersejarah di Banten saat ini dikembangkan menjadi tempat wisata sejarah yang banyak menarik kunjungan wisatawan dari dalam dan luar negeri.

NEXT

Page 12: Kesultanan Banten

NEXT

Bantuan dan dukungan VOC kepada Sultan Haji mesti dibayar dengan memberikan kompensasi kepada VOC di antaranya pada 12 Maret 1682, wilayah Lampung diserahkan kepada VOC, seperti tertera dalam surat Sultan Haji kepada Mayor Issac de Saint Martin, Admiral kapal VOC di Batavia yang sedang berlabuh di Banten. Surat itu kemudian dikuatkan dengan surat perjanjian tanggal 22 Agustus 1682 yang membuat VOC memperoleh hak monopoli perdagangan lada di Lampung.[16]

Selain itu berdasarkan perjanjian tanggal 17 April 1684, Sultan Haji juga mesti mengganti kerugian akibat perang tersebut kepada VOC.[17]

Page 13: Kesultanan Banten

NEXT

Setelah meninggalnya Sultan Haji tahun 1687, VOC mulai mencengkramkan pengaruhnya di Kesultanan Banten, sehingga pengangkatan para Sultan Banten mesti mendapat persetujuan dari Gubernur Jendral Hindia-Belanda di Batavia. Sultan Abu Fadhl Muhammad Yahya diangkat mengantikan Sultan Haji namun hanya berkuasa sekitar tiga tahun, selanjutnya digantikan oleh saudaranya Pangeran Adipati dengan gelar Sultan Abul Mahasin Muhammad Zainul Abidin dan kemudian dikenal juga dengan gelar Kang Sinuhun ing Nagari Banten.

Page 14: Kesultanan Banten

NEXT

Perang saudara yang berlangsung di Banten meninggalkan ketidakstabilan pemerintahan masa berikutnya. Konfik antara keturunan penguasa Banten[18] maupun gejolak ketidakpuasan masyarakat Banten, atas ikut campurnya VOC dalam urusan Banten. Perlawanan rakyat kembali memuncak pada masa akhir pemerintahanSultan Abul Fathi Muhammad Syifa Zainul Arifin, di antaranya perlawanan Ratu Bagus Buang dan Kyai Tapa. Akibat konflik yang berkepanjangan Sultan Banten kembali meminta bantuan VOC dalam meredam beberapa perlawanan rakyatnya sehingga sejak 1752 Banten telah menjadi vassal dari VOC.

Page 15: Kesultanan Banten