risalah sekitar berita manusia singgah di bulan

9
RISALAH SEKITAR BERITA MANUSIA SINGGAH DI BULAN Oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Segala puji hanya untuk Allah k Rabb semesta alam, sholawat dan salam semoga selalu tercurah kehadirat baginda nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, keluarganya dan shahabatnya serta orang-orang yang selalu mengikuti mereka dengan kebaikan sampai hari kiamat. Telah mutawatir berita singgahnya pesawat antariksa di daratan bulan, setelah percobaan yang berulang-ulang yang mencurahkan kemampuan pemikiran, materi dan tekhnologi selama bertahun-tahun. Dan berita ini telah menimbulkan berbagai pertanyaan dan diskusi di antara manusia. Ada yang mengatakan bahwa hal itu bertentangan dengan al-Qur’an. Tetapi ada juga yang mengatakan bahwa hal itu benar, bahkan al-Qur’an pun telah menguatkannya. Orang-orang yang menyangka bahwa berita itu menyelisihi al-Qur’an mengatakan: “Bahwa Allah telah memberitakan bahwa bulan itu berada di langit. Allah berfirman: ك ر ي ا ء ا و و ا ا وا “Maha suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan padanya matahari dan bulan yang bercahaya”.[(Al-Furqan:61] Dan Dia juga berfirman: و ا ا ر و ا ا "Allah menjadikan padanya bulan sebagai cahaya, dan menjadikan matahari sebagai pelita” [Nuh :16] Apabila bulan itu berada di langit maka tidak mungkin mencapai ke sana, karena Allah telah menjadikan langit sebagai atap bumi yang dijaga. Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai makhluk yang paling mulia, dan bersamanya malaikat yang paling mulia, yaitu Jibril, (harus) meminta izin dan minta dibukakan pada tiap-tiap langit pada malam mi’raj. Mereka berdua tidak bisa langsung masuk kecuali setelah dibukakan untuk keduanya. Maka bagaimana mungkin hasil karya manusia bisa singgah di daratan bulan, padahal bulan itu berada di langit yang dijaga. Sedangkan orang-orang yang beranggapan bahwa al-Qur’an menguatkan berita tersebut, mereka mengatakan: Bahwa Allah berfirman: ا ا و ن إ ان أوا ر أ ات و ا ض ر ا ووا ون إ ن "Wahai jama’ah jin dan manusia jika kamu sanggup menembus/melintasi penjuru langit dan

Upload: abu-fathan

Post on 21-Mar-2016

221 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

www.desasalaf.co.cc

TRANSCRIPT

Page 1: RISALAH SEKITAR BERITA MANUSIA SINGGAH DI BULAN

RISALAH SEKITAR BERITA MANUSIA SINGGAH DI BULAN

Oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Segala puji hanya untuk Allah k Rabb semesta alam, sholawat dan salam semoga selalu

tercurah kehadirat baginda nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, keluarganya

dan shahabatnya serta orang-orang yang selalu mengikuti mereka dengan kebaikan sampai

hari kiamat.

Telah mutawatir berita singgahnya pesawat antariksa di daratan bulan, setelah

percobaan yang berulang-ulang yang mencurahkan kemampuan pemikiran, materi dan

tekhnologi selama bertahun-tahun. Dan berita ini telah menimbulkan berbagai pertanyaan

dan diskusi di antara manusia.

Ada yang mengatakan bahwa hal itu bertentangan dengan al-Qur’an. Tetapi ada juga yang

mengatakan bahwa hal itu benar, bahkan al-Qur’an pun telah menguatkannya.

Orang-orang yang menyangka bahwa berita itu menyelisihi al-Qur’an mengatakan: “Bahwa

Allah telah memberitakan bahwa bulan itu berada di langit. Allah berfirman:

��ا و���ا ��ا�� ���� و�� ��و�� ا����ء �� �� ا�ي ���رك� !

“Maha suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan

padanya matahari dan bulan yang bercahaya”.[(Al-Furqan:61]

Dan Dia juga berfirman:

ا�"�� و��$����ا�� )ا�'� و�� &%را �

"Allah menjadikan padanya bulan sebagai cahaya, dan menjadikan matahari sebagai

pelita” [Nuh :16]

Apabila bulan itu berada di langit maka tidak mungkin mencapai ke sana, karena Allah

telah menjadikan langit sebagai atap bumi yang dijaga. Nabi Muhammad Shallallahu

'alaihi wa sallam sebagai makhluk yang paling mulia, dan bersamanya malaikat yang

paling mulia, yaitu Jibril, (harus) meminta izin dan minta dibukakan pada tiap-tiap

langit pada malam mi’raj. Mereka berdua tidak bisa langsung masuk kecuali setelah

dibukakan untuk keduanya. Maka bagaimana mungkin hasil karya manusia bisa singgah di

daratan bulan, padahal bulan itu berada di langit yang dijaga.

Sedangkan orang-orang yang beranggapan bahwa al-Qur’an menguatkan berita tersebut,

mereka mengatakan: Bahwa Allah berfirman:

�19��ن إ7 7��3ون ��&3وا وا6رض ا����وات أ��1ر !$ ��3وا أن ا�0�10/ إن وا,&) ا�+$* (�!�'�

"Wahai jama’ah jin dan manusia jika kamu sanggup menembus/melintasi penjuru langit dan

Page 2: RISALAH SEKITAR BERITA MANUSIA SINGGAH DI BULAN

bumi, maka lintasilah, kamu tidak akan bisa menembusnya melainkan dengan sulthan

(kekuatan)." [Al-Rahman: 33]

Sulthan (kekuatan) yang dimaksud pada ayat di atas adalah ilmu. Sedangkan mereka mampu

melintasi penjuru dunia dengan ilmu, maka perbuatan mereka ini sesuai dengan Al-Qur’an

dan tafsirnya.

Jika memang terbukti kebenaran berita yang telah mutawatir tentang turunnya pesawat

ruang angkasa di daratan bulan, maka yang nampak bagiku adalah bahwa al-Qur’an tidak

mendustakannya dan tidak membenarkannya. Tidak ada nash yang jelas di dalam al-Qur’an

yang menyelisihinya, sebagaimana tidak ada di dalam al-Qur’an yang membenarkannya dan

menguatkannya.

A). Adapun bahwa al-Qur’an tidak menyelisihi berita tersebut, sebab al-Qur’an adalah

firman Allah Azza wa Jalla yang ilmuNya meliputi segala sesuatu.

Allah mengetahui perkara-perkara yang lampau, maupun perkara-perkara yang sedang

terjadi, dan perkara-perkata yang akan datang, baik yang dilakukan oleh Allah sendiri

maupun yang dilakukan oleh makhlukNya. Maka setiap yang telah terjadi atau akan

terjadi, di langit atau di bumi, dari perkara yang kecil sampai perkara yang besar,

yang nampak atau pun yang tidak nampak, sesungguhnya Allah mengetahui segalanya, dan

perkara itu tidak akan tejadi kecuali dengan kehendak dan perintahNya, tidak lagi

perdebatan dalam masalah itu.

Apabila demikian, sedangkan al-Qur’an adalah kalam Allah, dan Allah yang paling benar

perkataanNya, dan siapakah perkataannya yang lebih benar dari perkataan Allah? Dan

perkataanNya adalah sebaik-baik perkataan, dan paling nyata penjelasannya, dan

siapakah perkataannya yang lebih baik dari perkataanNya? Maka tidaklah mungkin

selamanya firmanNya yang berasal dari ilmuNya, yang merupakan puncak kebenaran dan

penjelasan, bertentangan dengan kenyataan yang bisa dibuktikan. Demikian juga tidak

mungkin selamanya ada kenyataan yang bisa dibuktikan bertentangan dengan nash al-

Qur’an yang nyata.

Maka barang siapa yang memahami bahwa di dalam al-Qur’an ada sesuatu hal yang

meyelisihi kenyataan, atau bahwa ada kenyataan yang bisa dibuktikan menyelisihi al-

Qur’an, maka pemahamannya itu salah fatal.

Sedangkan ayat-ayat yang dianggap oleh sebagian orang menunjukkan keberadaan bulan di

langit, maka pada ayat-ayat itu tidak ada penjelasan nyata yang menunjukkan bahwa

bulan menempel dengan langit, yang langit itu sebagai atap bumi yang dijaga.

Memang, zhahir perkataan menunjukkan bahwa bulan berada di langit, akan tetapi jika

telah nyata sampainya pesawat ruang angkasa di daratan bulan, maka hal tersebut

sebagai bukti bahwa bulan tidak berada di langit bumi, yang merupakan atap bumi yang

dijaga, akan tetapi bulan itu berada di orbit (garis edar) nya, yang terletak di

antara langit dan bumi. Sebagaimana firman Allah:

>9; ا�ي وه%� (��@%ن 9�? �� آ = وا�"�� وا�'�) ا����رو ا�

Page 3: RISALAH SEKITAR BERITA MANUSIA SINGGAH DI BULAN

"Dan Dialah yang menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan, masing-masing dari

keduanya itu beredar di dalam garis edarnya”. [Al-Anbiya’ 33]

Pada ayat lain Allah berfirman :

ا�"�� B�رك أن ��� )�7(� �A�ا�'� (��@%ن 9�? �� وآ = ا����ر ���; و7ا�

"Tidaklah mungkin bagi matahari untuk mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat

mendahului siang, dan masing-masing beredar pada garis edarannya" [Yasin:40]

Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu berkata: “Semua itu beputar sebagaimana alat tenun

berputar pada tempat berputarnya.”

Ats-Tsa’laby dan Al-Mawardi menyebutkan dari Hasan al-Basry bahwa ia pernah berkata:

“Matahari, bulan dan bintang berada pada orbitnya masing-masing yang terletak di

antara langit dan bumi, tidak menempel pada langit, kalaulah menempel dengannya maka

tidak mungkin bisa berputar”. Al-Qurthubi menyebutkan dari keduanya pada tafsir surat

Yasin.

Perkataan bahwa matahari dan bulan berada orbitnya yang terletak antara langit dan

bumi, hal ini tidak bertentangan dengan apa yang dikahabarkan oleh Allah bahwa

keduanya berada di langit. Karena perkataan langit terkadang berarti setiap sesuatu

yang tinggi. Ibnu Qutaibah berkata: “Setiap yang ada di atasmu disebut langit”. Jadi

arti matahari dan bulan berada di langit, yaitu berada di ketinggian, atau di arah

langit. Dan ada juga kata “langit” di dalam al-Qur’an dengan arti ketinggian.

Sebagaimana di dalam firman Allah Azza wa Jalla:

�C&و����ء !$ !��رآ� !�ء ا��

"Dan Kami turunkan air yang membawa berkah dari langit (ketinggian)". [Qaf: 9]

Yang dimaksudkan adalah hujan, dimana hujan turun bukan dari awan yang dijalankan di

antara langit dan bumi.

Apabila memang benar apa yang mereka sebutkan tentang mendaratnya (pesawat ruang

angkasa di) bulan, maka hal itu menambahkan ilmu kepada kita tentang ayat-ayat (tanda-

tanda kekuasaan) Allah yang agung ini. Yaitu bahwa planet bulan yang besar ini, juga

planet lain yang lebih besar, berputar pada orbitnya yang terletak antara langit dan

bumi sampai waktu yang Allah tentukan, dimana ia tidak berubah, tidak maju dan tidak

mundur dari perjalanan yang telah ditetapkan padanya oleh yang Maha Perkasa lagi Maha

Mengetahui.

Dan bersamaan dengan itu, kadang-kadang bulan menyinari dengan sempurna sehingga

menjadi bulan purnama, dan kadang-kadang sebagiannya saja yang bersinar sehingga

menjadi bulan biasa atau bulan sabit, yang demikian itu merupakan ketetapan yang Maha

Kuasa lagi Maha Mengetahui.

Page 4: RISALAH SEKITAR BERITA MANUSIA SINGGAH DI BULAN

Sedangkan perkara yang tersebar bahwa bulan berada di langit bumi, bintang merkuri

berada di langit ke dua, venus berada di langit ketiga, matahari berada di langit ke

empat, planet Mars berada di langit ke lima, Yupiter berada di langit ke enam, dan

Saturnus berada di langit ke tujuh, maka sesungguhnya hal ini diambil dari para

ilmuwan astronomi, yang tidak ada hadits yang shahih dari Rasul n . Yang hal itu

ditunjukkan oleh perkataan Ibnu Katsir –yang beliau mempunyai wawasan yang luas-

ketika mengomentari masalah matahari berada pada langit ke empat, beliau berkata:

“Tidak ada di dalam syari’at yang menafikan hal itu, bahkan penglihatan –yaitu di

waktu terjadi gerhana- menunjukkan tentang hal itu.”

Perkataan beliau: “Tidak ada di dalam syari’at yang menafikan”, dan pengambilan dalil

yang beliau lakukan tentang kebenaran hal di atas berdasarkan penglihatan menunjukkan

bahwa tidak ada di dalam syari’at sesuatu yang menetapkan bahwa matahari berada pada

langit ke empat. Wallah a’lam.

B). Adapun keadaan al-Qur’an yang tidak menunjukkan sampainya pesawat antariksa ke

bulan, karena orang-orang yang menyangka hal itu berdalil dengan firman Allah:

�19��ن إ7 7��3ون ا��&3و وا6رض ا����وات أ��1ر !$ ��3وا أن ا�0�10/ إن وا,&) ا�+$* (�!�'�

"Wahai Jin dan manusia jika kamu sanggup menembus penjuru langit dan bumi maka

lintasilah, kamu tidak akan dapat melintasinya melainkan dengan sulthan (kekuatan)".

[ar-Rahman: 33]

Mmereka menafsirkan kata sulthan (kekuatan) pada ayat tersebut dengan ilmu.

Pengambilan dalil ini tertolak dari berbagai segi:

1. Bahwa rangkaian ayat di atas menunjukkan bahwa tantangan ini akan terjadi pada hari

kiamat nanti. Dan hal itu akan nampak jelas bagi siapa saja yang membaca surat

tersebut dari awal. Karena pada awal surat ini Allah menyebutkan permulaan penciptaan

jin dan manusia dan apa-apa yang ada di penjuru langit dan bumi yang Allah tundukkan

terhadap para hambaNya. Kemudian Allah menceritakan akan binasanya apa saja yang ada

padanya. Kemudian Allah berfirman:

��3�غ /E� F )ن أG"H�ا

"Kami akan memperhatikan sepenuhnya kepadamu hai manusia dan jin". [Ar-Rahman : 31]

Makna dari ayat di atas adalah perhitungan Allah terhadap makhlukNya (jin dan

manusia), kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala menantang makhlukNya dari golongan jin

bahwa tidak ada tempat pelarian buat mereka, baik dari penjuru langit maupun dari

penjuru bumi. Maka mereka tidak akan bisa lari, dan mereka tidak memiliki kekuatan

untuk saling menolong sehingga selamat dari hukuman Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dan

kemudian Allah mengiringinya dengan menyebutkan balasan untuk orang yang berbuat jelek

dengan balasan yang setimpal, dan untuk orang yang berbuat kebaikan dengan apa yang

mereka harapkan.

Page 5: RISALAH SEKITAR BERITA MANUSIA SINGGAH DI BULAN

Tidak ada keraguan bahwa susunan (rangkaian) perkataan itu menjelaskan dan menentukan

arti. Mungkin ada kalimat yang sesuai pada satu tempat akan tetapi tidak sesuai

(maknanya) pada tempat yang lain.

Anda mungkin kadang melihat satu kalimat yang mempunyai dua makna yang saling

bertentangan, tetapi maksudnya dapat ditentukan dari keduanya berdasarkan

rangkaian/susunan perkataan. Sebagaimana hal itu dikenal pada kata-kata yang memiliki

arti yang bertentangan di dalam bahasa (Arab).

Kalau dimungkinkan ayat yang mulia tersebut merupakan berita tentang apa yang akan

terjadi di dunia, tetapi sesungguhnya ayat tersebut pada posisi ini tidak sesuai

sebagai berita tentang apa yang terjadi di dunia, bahkan telah pasti -berdasarkan

rangkaian yang mendahului dan menyusul ayat tersebut- bahwa ayat tersebut merupakan

ancaman dan pernyataan tidak mampu yang akan terjadi pada hari kiamat.

2. Sesungguhnya seluruh ahli tafsir menyebutkan bahwa ayat tersebut merupakan ancaman

dan pernyataan tidak mampu (terhadap para jama’ah jin dan manusia), dan mayorits ahli

tafsir menyatakan bahwa hal itu akan terjadi pada hari kiamat.

Syaikh Muhammad al-Amin as-Syanqity berkomentar tentang ayat ini di dalam surat al-

Hijr pada firman Allah:

B"�و ����ء �� 9�� ��و�� ا����J�($ �ه�وز(�9�

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang (di langit) dan Kami

telah menghiasi langit bagi orang-orang yang memandanginya". [Al Hijr:16-17]

Syaikh Muhammad al-Amin as-Syanqity mensifati orang yang menganggap bahwa ayat itu

mengisyaratkan (manusia) dapat mencapai ke langit sebagai orang yang tidak mempunyai

ilmu terhadap kitab Allah Subhanahu wa Ta'ala.

3. Sesungguhnya jikalau ayat tersebut merupakan berita tentang apa yang akan terjadi,

maka makna ayat itu adalah: “Wahai jama’ah jin dan manusia sesungguhnya kamu tidak

akan sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi kecuali dengan ilmu”. Kalau

demikian, maka itu merupakan sesuatu yang sudah nyata (tidak perlu diberitakan).

Karena sesungguhnya segala sesuatu tidaklah bisa dicapai kecuali dengan mengilmui

sebab-sebab untuk mencapainya dan mampu untuk melaksanakannya.

Maka arti tersebut menghilangkan keindahan dari makna dan posisi ayat. Karena ayat itu

dimulai dengan peringatan yang keras, yaitu dengan firman Allah:

��3�غ /E� F )ن أG"H�ا

"Kami akan memperhatikan sepenuhnya kepadamu hai manusia dan jin". [ar-Rahman :31]

Kemudian diiringi dengan ancaman yang keras di dalam firmanNya:

Page 6: RISALAH SEKITAR BERITA MANUSIA SINGGAH DI BULAN

��) ��E�9K اظ%N $*! ر� ��P0�ان G� و&@�س &

"Kepadamu (jin dan manusia) dilepaskan nyala api dan cairan tembaga, maka kamu tidak

dapat menyelamatkan diri(daripadanya)". [Ar-Rahman : 35]

4. Nampak sekali bahwa ayat ini menunjukkan tentang tantangan ( Allah Subhanahu wa

Ta'ala terhadap jin dan manusia). Karena:

a). Rangkaian ayat, baik sebelum ataupun sesudahnya.

b). Bahwa disebutkannya jama’ah jin dan manusia bersama-sama sebagai satu jama’ah, hal

itu semisal firman Allah Subhanhu wa Ta'ala :

� $Q� R��0�ا (&,+ ا�وا $ S9K ا أن%�T) H�� ا"�ءان ه�ن ا%�T)7 F9H�� %آ�ن�و /�U�� V��� �ا��J

"Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa

al-Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia,

sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain". [Al-Israa:88]

c). Bahwa firman Allah Subhanahu wa Ta'ala : 0�10/ إن� (Jika kamu sanggup), nyata اsebagai tantangan (Allah Subhanahu wa Ta'ala terhadap/kepada jin dan manusia ),

apalagi ayat itu menggunakan kata (إن), bukan dengan kata اذإ karena اذإ menunjukkan kemungkinan terjadinya syarat, berbeda dengan kata إن

5. Sesungguhnya jika arti dari ayat tersebut sebagai berita, maka menngandung pujian

bagi mereka, dimana mereka bisa mengerjakan dan menyelidiki apa yang Allah Subhanahu

wa Ta'ala cemoohkan mereka, sehingga mereka dapat singgah di bulan. Sedangkan Nabi

Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para shahabatnya tidak bisa menggapainya, padahal

mereka adalah orang-orang yang paling cepat mengerjakan perintah yang diserukan oleh

Qur’an.

6. Sesungguhnya hukum di dalam ayat yang mulia mencakup jin dan manusia, padahal telah

maklum bahwa ketika turunnya al-Qur’an jin mampu melintasi dari penjuru bumi menuju ke

penjuru langit, sebagaimana Allah l menceritakan tentang mereka:

��� !B�%� RQ9&�ه� ا����ء ����� وأ&�X اB)BN ���Nو ��9! BK�"! Y��B�"& �� آ�� وأ&� $�� Y�0�) ا6ن B+) F� ����N BZ ار

"Dan sesungguhnya kami (para jin) telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami

mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api yang mengintai (

untuk membakarnya)" [Al-Jin: 8-9]

Kalau demikian, maka bagaimana Allah menyatakan mereka lemah terhadap sesuatu yang

mereka mampu melakukannya (melintasi penjuru bumi dan langit). Apabila ada yang

berkata: “Sesungguhnya mereka tidak bisa (melintasi penjuru langit dan bumi) setelah

diutusnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, maka kami katakan bahwa ini menunjukkan

bahwa maksud ayat itu untuk menyatakan mereka lemah, bukan sebagai berita.

7. Bahwa ayat yang mulia tersebut diiringi dengan firman Allah:

Page 7: RISALAH SEKITAR BERITA MANUSIA SINGGAH DI BULAN

��) ��E�9K اظ%N $*! ر� ��P0�ان G� و&@�س &

"Kepada kamu (jin dan manusia) akan dilepaskan nyala api dan cairan tembaga, maka kamu

tidak dapat menyelamatkan diri dari padanya". [Ar-Rahman: 35]

Dan makna ayat tersebut adalah–Wallahu A’lam-: “Sesungguhnya kamu wahai jama’ah jin

dan manusia, jika kamu berusaha melintasi langit maka Allah benar-benar akan

melepaskan kepadamu nyala api dan cairan tembaga”. Padahal sudah diketahui bahwa

roket-roket (pesawat-pesawat antariksa) itu tidak dikejar oleh nyala api dan cairan

tembaga, maka bagaimana mungkin hal itu adalah yang dimaksudkan oleh ayat tersebut.

8. Penafsiran mereka arti dari kata “sulthan” dalam ayat tersebut dengan ilmu perlu

dilihat kembali. Karena kata “sulthan” itu berarti sesuatu yang mempunyai kekuasaan

yang dimiliki oleh seseorang terhadap apa yang ingin dia kuasai atau dia kalahkan,

sehingga maknanya berbeda sesuai dengan kedudukan/posisi. Jika berada pada posisi

perbuatan dan yang semacamnya, maka yang dimaksudkan adalah kekuatan dan kekuasaan.

Allah berfirman:

F�) إ&� F� �19ن� S9K �F&�19 إ&�� (0%آ9%ن ر�*�/ وS9K ءا!�%ا ($ا� S9K $)%&F ا��%0) $) !'�آ%ن F� ه/ وا�

"Sesungguhnya syaitan itu tidak memiliki sulthan (kekuasaan) atas orang-orang yang

beriman dan bertawakkal kepada Rabbnya. Sesungguhnya kekuasaannya (syaithan) hanyalah

atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimin dan atas orang-orang yang

mempersekutukannya dengan Allah" [An-Nahl : 99-100]

Kata “sulthan” pada ayat ini artinya adalah kekuasaan, tidak sesuai jika diartikan

dengan “ilmu”. Demikian pula kata “sulthan” pada ayat yang sedang kita bahas, karena

“melintasi” (penjuru langit dan bumi) merupakan perbuatan/pekerjaan yang membutuhkan

kekuatan dan kemampuan, dengan ilmu saja tidaklah cukup. Mereka tidak akan sampai

singgah ke bulan hanya dengan ilmu saja, akan tetapi dengan ilmu dan

kekuatan/kemampuan serta sebab-sebab/jalan-jalan yang Allah tundukkan untuk mereka.

Dan apabila kata “sulthan” digunakan di saat perdebatan, maka maksud kata itu adalah

bukti dan alasan yang bisa mengalahkan musuhnya.

Allah berfirman:

��19ن !*$ K�Bآ/ إن [��

"Kamu tidak mempunyai sulthan (hujjah) tentang ini". [Yunus ; 68]

Sulthan di sini berarti alasan dan bukti. Dan tidak ada di dalam al-Qur’an kata

sulthan dengan arti ilmu semata-mata. Bahkan akar kata sulthan menunjukkan bahwa yang

dimaksudkan sesuatu yang memiliki kekuasaan, kemampuan dan kemenangan bagi seorang.

Jelas sudah bahwa ayat yang mulia tersebut tidak mengisyaratkan tentang peristiwa

mendaratnyan pesawat ruang angkasa di bulan. Dan berbagai sisi yang telah kita

sebutkan tadi ada yang nampak jelas, dan ada pula yang membutuhkan perenungan. Kami

Page 8: RISALAH SEKITAR BERITA MANUSIA SINGGAH DI BULAN

memperingatkan hal itu hanyalah karena khawatir dari menafsirkan kalam Allah dengan

apa yang tidak dikehendaki oleh kalam Allah tersebut. Karena yang demikian itu

mengandung dua bahaya:

a. Menyelewengkan kalimat-kalimat dari tempat-tempatnya, yaitu dengan mengeluarkan

dari maksud arti yang sebenarnya.

b. Berkata atas Allah tanpa ilmu. Karena dia menganggap bahwa Allah menginginkan arti

ini, padahal itu menyelisihi susunan ayat. Sesungguhnya Allah telah mengharamkan atas

hamba-hambaNya dari berkata atas Allah dengan apa yang ia tidak mereka ketahui.

Masalah terakhir adalah : Apabila memang benar berita tentang turunnya pesawat

antariksa di daratan bulan, yang dipertanyakan adalah, apakah mungkin manusia juga

dapat menetap di daratannya (hidup di bulan-red)?

Jawab:

Yang nampak dari keterangan al-Qur’an, hal semacam ini tidak mungkin terjadi,

dikarenakan manusia tidaklah mungkin bisa hidup kecuali di bumi. Allah berfirman:

����%ن �@� ��� �\��%ن و!��� ��%�%ن و�

"Allah berfirman: "Di bumi itu kamu hidup dan di di bumi itu kamu mati, dan dari bumi

itu (pula) kamu akan dibangkitkan". [Al-A’raf: 25]

Dalam ayat di atas Allah membatasi kehidupan, kematian dan kebangkitan adalah di bumi.

Bentuk pembatasan dalam ayat ini adalah mendahulukan sesuatu yang pada dasarnya harus

diakhirkan. [1] Semacam ayat ini adalah firman Allah:

أ>�ى ��رة &\E��/ و!��� &��Bآ/ او��F >9"��آ/ !���

"Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu, dan kepadanya Kami akan mengembalikan

kamu, dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain". [Thaha: 55]

Yaitu Allah membatasi permulaan ciptaan dari bumi, dan bahwa ke bumi-lah kita akan

dikembalikan setelah kematian, dan dari bumi pula kita akan dibangkitkan dari kematian

di hari kiamat. Sebagaimana juga ada ayat-ayat lain yang menunjukkan bahwa bumi adalah

sebagai tempat kehidupan manusia. Allah berfirman:

0�/ و!$ !��(_ ���� �E/ و9����� F� $�� ��از

"Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami

menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezeki

kepadanya". [Al Hijr:20]

Zhahir al-Qur’an -tanpa keraguan lagi- menjelaskan bahwa tidak ada kehidupan buat

manusia kecuali di bumi ini, yang dari bumi ini manusia diciptakan, dan kepadanya ia

akan dikembalikan, dan darinya ia akan di bangkitkan.

Page 9: RISALAH SEKITAR BERITA MANUSIA SINGGAH DI BULAN

Maka kita wajib meyakini zhahir al-Qur’an tersebut, dan jangan sampai persangkaan kita

di dalam mengagungkan kreasi makhluk menjauhkan kita sehingga menyelisihi zhahir al-

Qur’an dengan perkiraan.

Kalau seandainya ada seorang manusia mampu turun (hidup) di daratan bulan, dan hal itu

nyata dan pasti, maka dimungkinkan untuk membawa pengertian kehidupan dalam ayat

tersebut ialah kehidupan yang tetap secara jama’ah seperti layaknya kehidupan manusia

di bumi, sedangkan hal ini mustahil. Allah a’lam

Dan selanjutnya, bahwa pembahasan dalam masalah ini bisa jadi termasuk ilmu yang tidak

diperlukan, seandainya tidak adanya pembahasan dan diskusi sehingga sebagian orang

berlebih-lebihan menolak dan mengingkarinya sedangkan sebagian yang lain berlebih-

lebihan di dalam menerima dan menetapkannya.

Golongan pertama menjadikan berita itu bertentangan dengan al-Qur’an, sedankan

golongan lain menguatkannya dengan al-Qur’an. Maka aku ingin menulis apa yang sudah

tercantum di sini dengan sebatas pemahamanku yang dangkal dan ilmuku yang terbatas.

Dan aku memohon kepada Allah supaya Ia Subhanahu wa Ta'ala menjadikannya ikhlas karena

mengharap wajahNya, bermanfaat untuk hamba-hambaNya. Segala puji hanya bagi Allah

Subhanahu wa Ta'ala Rabb semesta alam, sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada

baginda Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, keluarganya dan para sahabat-

shahabatnya.

[Diterjemahkan oleh Mahrus dari Risalah Haula Ash-Shu’ud Ilal Qamar, di dalam kitab

Majmu’ Fatawa Wa Rasail Fadhilatus Syeikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, V/319-327]

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 05//Tahun V/1422H/2001M. Penerbit Yayasan Lajnah

Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp.

0271-761016]

_______

Footnote

[1]. Yaitu semestinya adalah: “Kamu hidup di bumi itu dan kamu akan mati di di bumi

itu, dan (pula) kamu akan dibangkitkan dari bumi itu, tetapi pada ayat itu kata “di

bumi” diletakkan di depan, menurut kaedah bahasa Arab hal ini menunjukkan sebagai

pembatas -red