revisi vi hal 77 80 85 89

21
BAB VI PEMBAHASAN A. Analisis Univariat 1. Gambaran Kecemasan Akibat Hospitalisasi pada Anak Usia Prasekolah Sebelum Diberikan Terapi Bermain Mewarnai Gambar Selama dirawat di ruang anak RSUD Ambarawa Hasil penelitian menunjukkan kecemasan akibat hospitalisasi pada anak usia prasekolah selama dirawat di ruang anak RSUD Ambarawa pada kelompok kontrol yang mengalami cemas ringan sebanyak 2 anak (11,1%), yang mengalami cemas sedang, yaitu 9 anak (50,0%), yang mengalami cemas berat, yaitu 6 anak (33,3%), sedangkan yang mengalami panik, yaitu 1 anak (5,6%). Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar anak usia prasekolah selama dirawat di ruang anak RSUD Ambarawa pada kelompok kontrol mengalami cemas sedang. Cemas sedang memungkinkan seseorang untuk memuaskan pada hal yang penting dan

Upload: doni-septz

Post on 01-Dec-2015

51 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

revisi stikes

TRANSCRIPT

Page 1: Revisi VI Hal 77 80 85 89

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Analisis Univariat

1. Gambaran Kecemasan Akibat Hospitalisasi pada Anak Usia Prasekolah

Sebelum Diberikan Terapi Bermain Mewarnai Gambar Selama dirawat di

ruang anak RSUD Ambarawa

Hasil penelitian menunjukkan kecemasan akibat hospitalisasi pada

anak usia prasekolah selama dirawat di ruang anak RSUD Ambarawa pada

kelompok kontrol yang mengalami cemas ringan sebanyak 2 anak

(11,1%), yang mengalami cemas sedang, yaitu 9 anak (50,0%), yang

mengalami cemas berat, yaitu 6 anak (33,3%), sedangkan yang mengalami

panik, yaitu 1 anak (5,6%). Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian

besar anak usia prasekolah selama dirawat di ruang anak RSUD

Ambarawa pada kelompok kontrol mengalami cemas sedang.

Cemas sedang memungkinkan seseorang untuk memuaskan pada

hal yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang

mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang

lebih terarah (Dalami, et., al., 2009). Respon yang muncul pada cemas

tingkat sedang respon fisiologis seperti sering nafas pendek, nasi (ekstra

systole) dan tekanan darah naik, mulut kering, anoreksia, diare/konstipasi

dan gelisah. Respon kognitif seperti lapangan persepsi menyempit,

rangsang luar tidak mampu diterima, berfokus pada apa yang menjadi

Page 2: Revisi VI Hal 77 80 85 89

perhatian. Respon perilaku dan emosi seperti gerakan bersentak-sentak

(meremas tangan), bicara lebih cepat, susah tidur dan perasaan tertekan.

Kecemasan anak usia prasekolah di ruang anak RSUD Ambarawa

Kabupaten Semarang sebelum diberikan terapi bermain mewarnai gambar

dalam kategori cemas sedang salah satunya disebabkan oleh rasa tidak

nyaman akan perubahan yang terjadi. Bagi anak usia prasekolah, sakit

adalah sesuatu yang menakutkan. Selain itu, perawatan di rumah sakit

dapat menimbulkan cemas karena anak merasa kehilangan lingkungan

yang dirasakannya aman, penuh kasih sayang, dan menyenangkan. Anak

juga harus meninggalkan lingkungan rumah yang dikenalnya, permainan,

dan teman sepermainannya. Beberapa hal tersebut membuat anak menjadi

stres atau tertekan. Sebagai akibatnya, anak merasa gugup dan tidak

tenang, bahkan pada saat menjelang tidur (Supartini, 2004).

Hasil penelitian menunjukkan kecemasan akibat hospitalisasi pada

anak usia prasekolah selama dirawat di ruang anak RSUD Ambarawa pada

kelompok perlakuan yang mengalami cemas ringan sebanyak 3 anak

(18,7%), yang mengalami cemas sedang, yaitu 8 anak (44,4%), yang

mengalami cemas berat, yaitu 6 anak (33,3%), sedangkan yang mengalami

panik, yaitu 1 anak (5,6%). Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian

besar anak usia prasekolah selama dirawat di ruang anak RSUD

Ambarawa sebelum diberikan terapi bermain menggambar pada kelompok

perlakuan mengalami cemas sedang.

78

Page 3: Revisi VI Hal 77 80 85 89

Kecemasan anak usia prasekolah di ruang anak RSUD Ambarawa

Kabupaten Semarang sebelum diberikan terapi bermain mewarnai gambar

dalam kategori cemas sedang salah satunya disebabkan oleh ketakutan

terhadap prosedur yang akan menyakitkan. Sakit dan hospitalisasi

menimbulkan krisis pada kehidupan anak. Di rumah sakit, anak harus

menghadapi lingkungan yang asing, pemberian asuhan yang tidak dikenal,

mereka harus mengalami prosedur yang menimbulkan nyeri, adanya

perubahan gaya hidup, kehilangan kemandirian dan berbagai hal yang

diketahui. Interpretasi mereka terhadap pengalaman dan signifikansi yang

mereka tempatkan pada pengalaman ini secara langsung berhubungan

dengan tingkat perkembangan (Wong, 2000).

Hasil penelitian ini mendukung penelitian dari Elfira (2011) yang

meneliti pengaruh terapi bermain dengan tehnik bercerita terhadap

kecemasan akibat hospitalisasi pada anak prasekolah di ruang perawatan

anak RSUP H Adam Malik Medan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

sebanyak 92,3% responden mengalami kecemasan sedang dan 7,7%

mengalami kecemasan berat dan tidak ada pasien yang mengalami

kecemasan ringan sebelum pelaksanaan treatment (terapi bermain dengan

tehnik bercerita). Setelah pelaksanaan terapi bermain dengan tehnik

bercerita 76,9% responden mengalami kecemasan ringan dan 23,1%

kecemasan sedang. Penelitian ini menunjukkan bahwa terapi bermain

dengan tehnik bercerita mempunyai pengaruh yang signifikan dalam

menurunkan kecemasan anak prasekolah (p=0,001; α=0,05).

79

Page 4: Revisi VI Hal 77 80 85 89

2. Gambaran Kecemasan Akibat Hospitalisasi pada Anak Usia Prasekolah

setelah Diberikan Terapi Bermain Mewarnai Gambar Selama Dirawat di

Ruang Anak RSUD Ambarawa

Hasil penelitian menunjukkan kecemasan akibat hospitalisasi pada

anak usia prasekolah selama dirawat di ruang anak RSUD Ambarawa pada

kelompok kontrol yang mengalami cemas ringan sebanyak 2 anak

(11,1%), yang mengalami cemas sedang, yaitu 8 anak (44,4%), yang

mengalami cemas berat, yaitu 7 anak (38,9%), sedangkan yang mengalami

panik, yaitu 1 anak (5,6%). Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian

besar anak usia prasekolah selama dirawat di ruang anak RSUD

Ambarawa pada kelompok kontrol mengalami cemas sedang.

Kecemasan anak usia prasekolah di ruang anak RSUD Ambarawa

Kabupaten Semarang setelah diberikan terapi bermain mewarnai gambar

dalam kategori cemas sedang salah satunya disebabkan oleh prosedur

invasif pengobatan. Anak usia prasekolah sering merasa terkekang selama

dirawat di rumah sakit. Hal ini disebabkan adanya pembatasan aktivitas

anak sehingga anak merasa kehilangan kekuatan diri. Perawatan di rumah

sakit sering kali dipersepsikan sebagai hukuman sehingga anak akan

merasa malu, bersalah, dan cemas atau takut. Anak yang sangat cemas

dapat bereaksi agresif dengan marah dan berontak (Supartini, 2004).

Hasil penelitian menunjukkan kecemasan akibat hospitalisasi pada

anak usia prasekolah selama dirawat di ruang anak RSUD Ambarawa pada

kelompok perlakuan yang mengalami cemas ringan sebanyak 11 anak

(61,1%), yang mengalami cemas sedang, yaitu 6 anak (33,3%), yang

80

Page 5: Revisi VI Hal 77 80 85 89

mengalami cemas berat, yaitu 1 anak (5,6%) dan tidak ada yang

mengalami panik. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar anak

usia prasekolah selama dirawat di ruang anak RSUD Ambarawa setelah

diberikan terapi bermain menggambar pada kelompok perlakuan

mengalami cemas ringan.

Kecemasan anak usia prasekolah di ruang anak RSUD Ambarawa

Kabupaten Semarang setelah diberikan terapi bermain mewarnai gambar

dalam kategori cemas ringan salah satunya disebabkan oleh sistem

pendukung (support system) yang tersedia akan membantu anak

beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit di mana ia dirawat. Anak akan

mencari dukungan yang ada dari orang lain untuk melepaskan tekanan

akibat penyakit yang dideritanya. Anak biasanya akan minta dukungan

kepada orang terdekat dengannya misalnya orang tua atau saudaranya.

Perilaku ini biasanya ditandai dengan permintaan anak untuk ditunggui

selama dirawat di rumah sakit, didampingi saat dilakukan treatment

padanya, minta dipeluk saat merasa takut dan cemas bahkan saat merasa

kesakitan (Supartini, 2004).

Hasil penelitian ini mendukung penelitian dari Dianawati (2009)

yang menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi bermain terhadap respon

hospitalisasi pada anak usia toddler di Ruang Dahlia RSU Sunan

Kalijaga, Demak. Berdasarkan hasil uji t diperoleh t hitung (63,68) >

t tabel (1,960) dan nilai signifikansi 0,000, artinya ada pengaruh terapi

bermain terhadap respon hospitalisasi pada anak usia toddler di Ruang

Dahlia RSU Sunan Kalijaga, Demak

81

Page 6: Revisi VI Hal 77 80 85 89

B. Analisis Bivariat

1. Perbedaan Kecemasan Akibat Hospitalisasi Anak Usia Prasekolah pada

Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Bermain Mewarnai Gambar

Hasil penelitian menunjukkan dari 18 anak usia prasekolah yang

tidak diberikan terapi bermain mewarnai gambar selama dirawat di ruang

anak RSUD Ambarawa pada kelompok kontrol skor rata-rata kecemasan

akibat hospitalisasi pretest sebesar 2,3333 sedangkan skor rata-rata

kecemasan akibat hospitalisasi postest sebesar 2,2778. Hasil penelitian

menunjukkan pula bahwa nilai t hitung sebesar 1,000 dan nilai p value

sebesar 0,331 (α=0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada

perbedaan kecemasan akibat hospitalisasi pada anak pra sekolah di

Ruang Anak RSUD Ambarawa pada kelompok kontrol.

Reaksi anak terhadap sakit dan rawat inap di rumah sakit bereda-

beda pada masing-masing individu. Hal tersebut dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Perkembangan usia anak merupakan salah satu faktor

utama yang dapat mempengaruhi reaksi anak terhadap sakit dan proses

perawatan. Reaksi anak terhadap sakit berbeda-beda sesuai tingkat

perkembangan anak (Supartini, 2004). Menurut Sacharin (1996),

semakin muda anak semakin sukar baginya untuk menyesuaikan diri

dengan pengalaman dirawat di rumah sakit. Hal ini tidak berlaku

sepenuhnya bagi bayi yang masih sangat muda, walaupun tetap dapat

merasakan adanya pemisahan.

Selain itu, pengalaman anak sebelumnya terhadap proses sakit

dan dirawat juga sangat berpengaruh. Apabila anak pernah mengalami

82

Page 7: Revisi VI Hal 77 80 85 89

pengalaman tidak menyenangkan dirawat di rumah sakit sebelumnya

akan menyebabkan anak takut dan trauma. Sebaliknya apabila anak

dirawat di rumah sakit mendapatkan perawatan yang baik dan

menyenangkan anak akan lebih kooperatif pada perawat dan dokter

(Supartini, 2004).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 18 anak usia prasekolah

yang diberikan terapi bermain mewarnai gambar selama dirawat di

ruang anak RSUD Ambarawa pada kelompok perlakuan skor rata-rata

kecemasan akibat hospitalisasi pretest sebesar 2,3889. Sedangkan skor

rata-rata kecemasan akibat hospitalisasi postest sebesar 1,4444. Hasil

penelitian menunjukkan pula bahwa nilai t hitung sebesar 9,618 dan nilai

p value sebesar 0,000 (α=0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

perbedaan kecemasan akibat hospitalisasi pada anak pra sekolah di

Ruang Anak RSUD Ambarawa sebelum dan sesudah diberikan terapi

bermain mewarnai gambar pada kelompok perlakuan.

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh

Hidayat (2005) bahwa bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang

dan nyaman sehingga adanya stres dan ketegangan dapat dihindari,

karena bermain dapat menghibur diri anak terhadap dirinya. Menurut

Wong (2004) bermain mempunyai fungsi terapeutik karena memberikan

pengurangan kecemasan dan ketegangan, memungkinkan ekspresi emosi

dan pelepasan impuls yang tidak dapat diterima dalam bentuk yang

secara emosional dapat diterima, mendorong percobaan dan pengujian

situasi yang menakutkan dengan cara yang aman, memudahkan

83

Page 8: Revisi VI Hal 77 80 85 89

komunikasi verbal dan non verbal tentang kebutuhan, rasa takut dan

keinginan. Bermain dapat mengurangi tekanan atau stres yang

disebabkan karena lingkungan rumah sakit. Melalui bermain anak dapat

mengekspesikan emosi dan ketidakpuasan atau situasi sosial yang tidak

menyenangkan serta rasa takutnya yang tidak dapat diekspresikan di

dunia nyata (Nursalam, 2005).

Permainan dengan menggunakan mewarnai gambar dapat

menumbuhkan kesabaran dan ketekunan anak dalam merangkainya serta

dapat eksplorasi perasaan anak, sehingga mental anak terbiasa untuk

bersikap tenang, tekun, dan sabar dalam menyelesaikan sesuatu.

Kepuasan yang didapat saat anak menyelesaikan mewarnai gambar

merupakan salah satu pembangkit motivasi untuk mencoba hal-hal yang

baru baginya. Keberhasilannya menyusun mewarnai gambar akan

membangkitkan rasa percaya diri anak yang baru sakit. Rasa percaya diri

dapat menambah rasa aman dan nyaman pada anak. Selain itu bermain

mewarnai gambar tidak membutuhkan banyak energi sehingga mewarnai

gambar dapat dimainkan di dalam ruangan dan juga dapat dimainkan

oleh anak yang sedang sakit.

Terapi bermain dapat membuat anak yang mengalami stres dan

kecemasan akibat sakit dan hospitalisasi, mampu mengekspresikan

pikiran dan perasaan, menerima kenyataan, dan mengurangi konflik

internal. Terapi bermain khususnya mewarnai gambar juga membantu

anak mengekspresikan pikiran dan perasaannya lewat gambar mewarnai

gambar sehingga anak yang awalnya stres dan cemas menjadi lebih

84

Page 9: Revisi VI Hal 77 80 85 89

rileks. Bermain sebagai sebuah praktik dari teori sosialisasi dengan

lingkungan anak, dengan bermain anak bisa merasa bahagia. Rasa

bahagia inilah yang menstimulasi saraf-saraf otak anak untuk saling

terhubung, sehingga membentuk sebuah memori baru. Memori yang

indah akan membuat jiwanya sehat dengan kata lain dapat mengurangi

kecemasan selama anak di rawat di rumah sakit (Hart, 1999).

Hasil penelitian ini mendukung penelitian Saptiningsih (2011)

yang meneliti pengaruh terapi bermain terhadap perilaku anak pra

sekolah masa hospitalisasi di ruang “Y” rumah sakit “X” Bandung. Hasil

uji t dependen, didapatkan p value 0,0001 menunjukkan bahwa ada

perbedaan respon perilaku masa hospitalisasi anak sebelum dan sesudah

aktivitas bermain dengan taraf signifikasi (0,001) yang berarti Ho ditolak.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bermain memberikan pengaruh

selama hospitalisasi, sehingga diharapkan perawat dan orang tua dapat

memberikan dukungan kepada anak selama hospitalisasi dengan cara

bermain bersama selama 20-30 menit.

2. Pengaruh terapi bermain mewarnai gambar terhadap kecemasan akibat

hospitalisasi pada anak prasekolah di ruang anak RSUD Ambarawa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kecemasan akibat

hospitalisasi pada anak usia prasekolah pada kelompok kontrol selama

dirawat di ruang anak RSUD Ambarawa setelah diberikan terapi bermain

mewarnai gambar sebesar 2,2778, sedangkan setelah diberikan terapi

bermain mewarnai gambar sebesar 1,7222. Berdasarkan uji independen

t-test terlihat bahwa nilai t hitung = 2,110 sedangkan nilai p-value

85

Page 10: Revisi VI Hal 77 80 85 89

sebesar 0,042 (α=0,05). Hal tersebut menunjukkan ada pengaruh terapi

bermain mewarnai gambar terhadap kecemasan akibat hospitalisasi pada

anak pra sekolah di Ruang Anak RSUD Ambarawa.

Perawatan anak di rumah sakit merupakan pengalaman yang

penuh dengan stres, baik bagi anak maupun orang tua. Beberapa bukti

ilmiah menunjukkan bahwa lingkungan rumah sakit itu sendiri merupakan

penyebab stres bagi anak dan orang tuanya, baik lingkungan fisik rumah

sakit seperti bangunan/ruang rawat, alat-alat, bau yang khas, pakaian

putih petugas kesehatan maupun lingkungan sosial, seperti sesama pasien

anak, ataupun interaksi dan sikap petugas kesehatan itu sendiri. Perasaan,

seperti takut, cemas, tegang, nyeri, dan perasaan yang tidak

menyenangkan lainnya, sering kali dialami anak (Supartini, 2004).

Untuk itu, anak memerlukan media yang dapat mengekspresikan

perasaan tersebut dan mampu bekerja sama dengan petugas kesehatan

selama dalam perawatan. Media yang paling efektif adalah melalui

kegiatan permainan. Permainan yang terapeutik didasari oleh pandangan

bahwa bermain bagi anak merupakan aktivitas yang sehat dan diperlukan

untuk kelangsungan tumbuh kembang anak dan memungkinkan untuk

dapat menggali dan mengekspresikan perasaan dan pikiran anak,

mengalihkan perasaan nyeri, dan relaksasi. Dengan demikian, kegiatan

bermain harus menjadi bagian integral dari pelayanan kesehatan anak di

rumah sakit (Brennan, 1994; dalam Supartini, 2004).

Menurut Supartini (2004), aktivitas bermain yang dilakukan

perawat pada anak di rumah sakit akan memberikan keuntungan

86

Page 11: Revisi VI Hal 77 80 85 89

meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan perawat

karena dengan melaksanakan kegiatan bermain, perawat mempunyai

kesempatan untuk membina hubungan yang baik dan menyenangkan

dengan anak dan keluarganya. Bermain merupakan alat komunikasi yang

efektif antara perawat dan klien. Perawatan di rumah sakit akan

membatasi kemampuan anak untuk mandiri. Aktivitas bermain yang

terprogram akan memulihkan perasaan mandiri pada anak. Permainan

pada anak di rumah sakit tidak hanya akan memberikan rasa senang pada

anak, tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan perasaan dan

pikiran cemas, takut, sedih, tegang, dan nyeri.

Pada beberapa anak yang belum dapat mengekspresikan perasaan

dan pikiran secara verbal dan atau pada anak yang kurang dapat

mengekspresikannya, permainan menggambar mewarnai, atau melukis

akan membantunya mengekspresikan perasaan tersebut. Permainan yang

terapeutik akan dapat meningkatkan kemampuan anak untuk mempunyai

tingkah laku yang positif. Permainan yang memberi kesempatan pada

beberapa anak untuk berkompetisi secara sehat, akan dapat menurunkan

ketegangan/kecemasan pada anak dan keluarganya (Supartini, 2004).

Bermain merupakan proses alamiah dan naluriah yang berfungsi

sebagai nutrisi dan gizi bagi kesehatan fisik dan psikis anak dalam masa

perkembangannya. Aktivitas bergerak (moving) dan bersuara menjadi

sarana dan proses belajar yang efektif buat anak, proses belajar yang

tidak sama dengan belajar secara formal di sekolah (Kartono, 2007).

87

Page 12: Revisi VI Hal 77 80 85 89

Bermain sebagai sebuah praktik dari teori sosialisasi dengan

lingkungan anak dengan bermain anak bisa merasa bahagia. Rasa

bahagia inilah yang menstimulasi saraf-saraf otak (sinaps) anak

untuk saling terhubung, sehingga membentuk sebuah memori baru.

Memori yang indah akan membuat jiwanya sehat dengan kata lain dapat

mengurangi kecemasan selama anak di rawat di rumah sakit (Kartono,

2007).

Menggambar atau mewarnai gambar juga dapat memberikan rasa

senang karena pada dasarnya anak usia pra sekolah sudah sangat aktif

dan imajinatif selain itu anak masih tetap dapat melanjutkan

perkembangan kemampuan motorik halus dengan menggambar

meskipun masih menjalani perawatan di rumah sakit. Anak usia

prasekolah sedang senang-senangnya mengembangkan daya imajinasinya

(Hartono, 2005).

Menurut Kurniawan (2009), semakin orang bisa bahagia atau

rileks maka terjadi pelepasan endorphin dan enkhefalin yang berfungsi

sebagai endogenous opiat yang berfungsi sebagai pemberi rasa rileks.

Endorfin dan enkefalin ditemukan dalam konsentrasi yang kuat dalam

sistem saraf pusat. Endorfin dan enkefalin adalah zat kimiawi endogen

yang diproduksi oleh tubuh dan berstruktur menyerupai opioid.

Keberadaan enkefalin dan endorfin membantu menjelaskan bagaimana

orang dapat merasakan rileks sehingga dapat mengurangi kecemasan.

Individu dengan endorfin banyak lebih sedikit merasakan rileks yang

dikarenakan nyeri sehingga dapat mengurangi kecemasan dan mereka

88

Page 13: Revisi VI Hal 77 80 85 89

yang memiliki endorfin lebih sedikit merasakan nyeri lebih besar yang

dapat menyebabkan kecemasan, sehingga respon dari terapi menggambar

tersebut dapat terlihat perbedaannya sesaat setelah diberikan terapi

menggambar.

Hasil penelitian dari Marasaoly (2009), menunjukkan bahwa ada

pengaruh terapi bermain puzzle terhadap dampak hospitalisasi pada anak

usia prasekolah di Ruang Anggrek I Rumah Sakit Polpus R.S Sukanto.

Hal ini ditunjukkan dengan nilai nilai p value = 0,020, di mana nilai

tersebut (p < 0,05). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian dari

Yuni Sandra (2009), tentang terapi bermain hospital story dan kecemasan

anak menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi bermain hospital story

terhadap kecemasan anak usia 6-8 tahun yang di rawat di ruang

perawatan anak RSUD Kraton Pekalongan (nilai p = 0,000). Penelitian

Rachmawati (2011), menunjukkan ada pengaruh terapi seni menggambar

berkelompok terhadap penurunan tingkat stres pada Lansia di Panti Sasan

Tresna Hargo Dedali Surabaya (p=0,028).

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini tentunya memiliki keterbatasan-keterbatasan antara lain

tingkat intensitas sakit dari responden tidak dapat diprediksi oleh peneliti

ketika melakukan penelitian. Di sisi lain faktor psikologis anak atau

kecemasan anak berpengaruh terhadap hospitaslisasi. Sehingga baik secara

langsung maupun tidak kondisi ini akan mempengaruhi hasil penelitian yang

diperoleh.

89