revisi pid klmpk 11
TRANSCRIPT
ONTOLOGI ILMU DAKWAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Dakwah
Dosen Pengampu: Dra.Hj.Jauharotul Farida, M.Ag
Disusun Oleh :
Nis Himayah (131311114)
Sugeng Riyadi (131311107)
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ketika berbicara tentang landasan otologis dakwah, maka kita akan menelaah apa
yang hendak diketahui melalui penelaah itu, karena ontologi dalam tataran filsafat merupakan
sebuah cabang filsafat yang berdiri sendiri dan berusaha mengungkap ciri-ciri segala yang
ada, baik ciri-ciri yang universal maupun yang khas.
Ontologi juga sebagai suatu telaah teoritis, yaitu himpunan terstruktur yang primer
dan basic. Ontologi merupakan akar dari ilmu sains atau dasar dari kehidupan sains, yang
mempelajari hal-hal yang bersifat abstrak. Dasar ontologi dari ilmu berhubungan dengan
materi yang menjadi obyek penelahan ilmu.1
Ontologi menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara fudamental dan cara-cara
yang berbeda dalam entitas dari kategori-kategori logis yang berlainan (seperti obyek-obyek
fisis, hal universal, abstraksi, bilangan, dll) dapat dikatakan ada. Dalam kerangka tradisional,
ontologi dianggap sebagai teori mengenai prinsip-prinsip umum mengenai hal yang ada.
Ontologi berusaha mengungkapkan makna eksistensi, tidak termasuk mengenai persoalan
asal mula, perkembangan dan struktur kosmos (alam semesta) yang merupakan titik perhatian
dari kosmologi.2
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ontologi?
2. Bagaimanakah sejarah perkembangan ontologi itu?
3. Apa yang menjadi obyek kajian ilmu dakwah?
4. Bagaimana perspektif ontologi terhadap ilmu dakwah?
1Enjang dan Aliyudin, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, (Bandung: Widya Padjajaran, 2009), hlm.17.2Muhammad Shulthon, Desain Ilmu Dakwh, (Semarang: Pustaka Pelajar Offset, 2003), hlm.53-54.
1
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ontologi
Ontologi berasal dari dua kata on dan logi artinya ilmu tentang ada. Ontologi
adalah teori tentang ada dan realitas. Meninjau persoalan secara ontologis adalah
mengadakan penyelidikan terhadap sifat dan realitas. Jadi ontologi adalah bagian dari
metafisika yang mempelajari hakikat dan digunakan sebagai dasar untuk memperoleh
pengetahuan atau dengan kata lain menjawab dengan pertanyaan apakah hakekat ilmu itu.
Ontologi meliputi permasalahan apa hakekat ilmu itu, apa hakekat kebenaran dan
kenyataan yang inbern dengan pengetahuan yang tidak terlepas dari persepsi kita tentang
apa dan bagaimana ilmu itu.
Ontologi menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental dan
cara-cara yang berbeda dalam mana entitas dari kategori-kategori logis yang berlainan
( seperti objek-objek fisis, hal universal, abstraksi, bilangan dan lain-lain) dapat dikatakan
ada. Dalam kerangka tradisional, ontologi dianggap sebagai teori mengenai prinsip-
prinsip umum mengenai hal “ada”, sedangkan dalam pemakainya pada akhir-akhir ini
ontologi dipandang sebagai teori mengenai “apa yang ada”. Ontologi berusaha
mengungkapkan makna eksistensi, tidak termasuk mengenai persoalan asal mula
perkembangan dan struktur kosmos (atau alam semesta) yang merupakan titik perhatian
dari kosmologi.
Ontologi dalam Dakwah Islam adalah pemahaman atau pengkajian tentang wujud
hakikat dakwah islam dalam mengkaji problem ontologis dakwah yang juga menjadi
perhatian filsafat dakwah selain ilmu-ilmu lainnya.3
B. Sejarah Perkembangan Ontologi
Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan berasal dari
Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh
Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti Thales, Plato,
dan Aristoteles . Pada masanya, kebanyakan orang belum membedaan antara penampakan
dengan kenyataan. Thales terkenal sebagai filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan
bahwa air merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula segala sesuatu.
3http://suksespend.blogspot.com/2009/06/makalah-landasan-ontologi-epistemologi.html , diakses pada tanggal 02 Juni 2014, pukul: 20:21 WIB.
2
Namun yang lebih penting ialah pendiriannya bahwa mungkin sekali segala sesuatu itu
berasal dari satu substansi belaka (sehingga sesuatu itu tidak bisa dianggap ada berdiri
sendiri). Hakekat kenyataan atau realitas memang bisa didekati ontologi dengan dua
macam sudut pandang: kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu
tunggal atau jamak? Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas)
tersebut memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki warna kehijauan,
bunga mawar yang berbau harum. Secara sederhana ontologi bisa dirumuskan sebagai
ilmu yang mempelajari realitas atau kenyataan konkret secara kritis.
Beberapa aliran dalam bidang ontologi, yakni realisme, naturalisme, empirisme.
Istilah istilah terpenting yang terkait dengan ontologi adalah:
yang-ada (being)
kenyataan/realitas (reality)
eksistensi (existence)
esensi (essence)
substansi (substance)
perubahan (change)
tunggal (one)
jamak (many)
Ontologi ini pantas dipelajari bagi orang yang ingin memahami secara menyeluruh
tentang dunia ini dan berguna bagi studi ilmu-ilmu empiris (misalnya antropologi, sosiologi,
ilmu kedokteran, ilmu budaya, fisika, ilmu teknik dan sebagainya).
C. Obyek Kajian Ilmu Dakwah
Dakwah dalam praktiknya merujuk pada fitrah manusia karena dalam fitrah itulah ada
kebenaran yang dengan begitu kebenaran akan hadir pada diri mad’u dan diterimanya dengan
ketulusan. Hakekat dakwah adalah mengajak manusia kembali kepada hakikat yang fitri yang
tidak lain adalah jalan Allah Swt, serta mengajak manusia untuk kembali kepada fungsi dan
tujuan hakiki keberadaannya dalam bentuk mengimani ajaran kebenaran dan
mentransformasikan iman menjadi amal shaleh.
Ilmu dakwah pada hakikatnya adalah ilmu yang menyadarkan dan mengembalikan
manusia pada fitrahnya, pada fungsi dan tujuan hidup manusia menurut islam. maka, ilmu
dakwah adalah ilmu transformasi untuk mewujudkan ajaran yang bersifat fitri (islam)
menjadi tatanan khairul al-Ummah atau mewujudkan iman menjadi amal saleh kolektif yang
tumbuh dari kesadaran intelektual yang sepenuhnya berpihak kepada kemanusiaan.
3
Obyek material ilmu dakwah, menurut penjelasan Cik Hasan Bisri adalah unsure
substansial ilmu dakwah yang terdiri dari enam komponen, yaitu da’i, mad’u, metode, materi,
media, dan tujuan dakwah. Sedangkan obyek forma ilmu dakwah adalah sudut pandang
tertentu yang dikaji dalam disiplin utama ilmu dakwah, yaitu disiplin tabligh, pengembangan
masyarakat islam dan managemen dakwah.
Amrullah achmad berpendapat4, obyek material ilmu dakwah adalah semua aspek
ajaran islam (Al-Qur’an dan as-sunnah), hasil ijtihad, dan realisasinya dalam system
pengetahuan, tekhnologi, social, hokum, ekonomi, pendidikan dan lainya, khususnya
kelembagan islam. Obyek formanya yaitu kegiatan mengajak umat manusia supaya kembali
dalam seluruh aspek kehidupannya.5
Obyek yang dikaji dalam ilmu dakwah berkaitan dengan obyek kajian ilmu-ilmu
keislaman, ilmu-ilmu social, dan perilaku-perilaku teknologis lainnya.Obyek forma kajian
ilmu dakwah adalah kegiatan manusia yang memihak dan menerapkan ke dalam segi-segi
kehidupan umat manusia, Ajaran Islam sebagaimana dipahami dari sumber-sumber
pokoknya, termasuk nilai-nilai kebenaran, dan kemanusiaan.Upaya yang menjadi obyek
forma ilmu dakwah itu berfungsi untuk mengembalikan manusia dalam garis fitrah
mereka.Secara kategoris, obyek forma ilmu dakwah adalah ruang persentuhan antara perilaku
keagaman, perilaku keislaman, dan perilaku tekhnologis dalam dimensi ruang dan waktu.
Secara terperinci, obyek formal ilmu dakwah itu terdiri dari realitas dakwah berupa proses
interaksi unsur-unsur dakwah.6
D. Perspektif Ontologi terhadap Ilmu Dakwah
Ontologi adalah cabang metafisika mengenai realitas yang berusaha mengungkap ciri-
ciri segala yang ada, baik ciri-ciri yang universal, maupun yang khusus.ontologi suatu telaah
teoritis adalah himpunan terstruktur yang primer dan basic dari jenis-jenis entitas yang
dipakai untuk memberikan penjelasan dalam seperti itu, jadi landasan ontology suatu
pengetahuan mengacu apa yang digarap dalam penelaahannya, dengan kata lain apa yang
hendak diketahui melalui kegiatan penelahan itu.
Seperti disebut di atas yaitu bahwa landasan ontologi adalah menelaah apa yang
hendak diketahui melalui penelahan itu, dengan kata lain apa yang menjadi bidang telaah
4 Amrullah Ahmad, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, (Yogyakarta: PLP2M, 1985).5 Muhammad Sulthon, Desain Ilmu Dakwah, (Semarang: Pustaka Pelajar, 2003), hlm.58-59.6Muhammad Sulthon, Desain Ilmu Dakwah, (Semarang: Pustaka Pelajar, 2003), hlm. 60.
4
ilmu dakwah. Berlainan dengan agama, maka ilmu dakwah mengatasi dirinya kepada bidang-
bidang yang bersifat empirik dan pemikiran objek ini tentunya berkaitan dengan aspek
kehidupan manusia, sosial, kehidupan agama, pemikiran budaya, estetika dan filsafat yang
dapat diuji atai diverifikasi. Ilmu dakwah mempelajari dan memberikan misi yang berkaitan
dengan Islam bagi kehidupan manusia.
Berdasarkan objek yang ditelaah, maka ilmu dakwah dapat disebut sebagai suatu ilmu
pengetahuan yang sifatnya empirik maupun pemikiran.secara garis besar ilmu dakwah
mempunyai tiga asumsi mengenai objeknya. Asumsi pertama bahwa objek-objek tertentu
mempunyai keserupaan satu sama lain, berdasarkan ini maka kita dapat mengelompokan
beberapa objek dalam kegiatan yang serupa kedalam satu golongan. Asumsi kedua bahwa
kegiatan ilmu dakwah disamping menyampaikan misi ajaran islam juga mempelajari tingkah
laku satu objek dalamkegiatan tertentu. Asumsi ketiga bahwa suatu gejala bukan merupakan
suatu kejadian yang bersifat kebetulan, tiap gejala mempunyai pola tertentu yang bersifat
tetap dengan urutan-urutan kejadian yang sama, disamping asumsi-asumsi tersebut dakwah
sebagai ilmu atau ilmu dakwah, mengandung dua aspek yang pokok yaitu aspek fenomental
dan aspek structural.
Aspek fenomental menunjukan ilmu dakwah yang mengewejantahkan dalam bentuk
masyarakat proses dan produk, sebagai masyarakat atau kelompok “elit” yang dalam
kehidupan kesehariannya begitu mematuhi kaidah-kaidah ilmiah ynag menurut paradigma
Mertan disebut universalisme, komunise,disent erestedn ess, dan skepsisme yang teratur dan
terarah sebagai proses ilmu dakwah menampakan diri sebagai aktivitas atau kegiatan
kelompok elit dalam upayanya menggali dan mengembangkan ilmu melalui penelitian,
ekspedisi, seminar, kongres dan lain-lainnya, sedangkan sebagai produk ilmu dakwah dan
menghasilkan berupa teori, ajaran, paradigma, temuan-temuan dan lain sebagainya disebar
luaskan melalui karya-karya publikasi dan kemudian diwariskan kepada madsyarakat dunia.
Aspek struktural menunjukan bahwa ilmu dakwah disebut sebagai ilmu pengetahuan
apabila didalamnya terdapat unsur-unsur sebagai berikut:
1. Sasaran yang dijadikan objek untuk diketahui.
2. Objek sasaran ini terus menerus dipertanyakan dengan suatu cara (metode) tertentu
tanpa mengenal titik henti. Adalah suatu cara paradiks bahwa ilmu pengetahuan yang
akan terus berkembang justru muncul permasalahan-permasalahan baru yang
mendorong terus dipertanyakan.
3. Ada alasan mengapa Geganstand terus dipertanyakan.
4. Jawaban yang diperoleh kemudian dikumpulkan dalam sebuah sistem.
5
Disamping aspek-aspek tersebut, maka berbicara strategi perkembangan ilmu dakwah
dapat dilihat kedalam beberapa hal, bahwa ilmu dan konteks dengansience sehingga
menimbulkan adanya gagasan baru yang actual dan relevan, sedangkan yang berpendapat
bahwa ilmu lebur dalam konteks. Tidak saja merefleksikan tetapi juga memberi dasar
pembaharuan bagi konteks.
Hal itu tidak dapat dipungkiri bahwa kini sangat dirasakan urgensinya
untukmenjelaskan dan mengarahkan perkembangkan ilmu dakwah atas dasar context
ofdiscovery dan tidak hanya berhenti atas dasar context of justification.
Strategi pengembangan ilmu dakwah yang paling tepat, kiranya adalah
sebagaiberikut:
1. Visi orientasi filosofiknya diletakkan pada nilai-nilai islam didalam mengahadapi
masalah-masalah yang harus dipecahkan sebagai data/fakta objektif dalam satu
kesatuan interogrative.
2. Visi dan orientasi oprasionalnya diletakkan pada dimensi sebagai berikut:
a) Tehologis dalam arti bahwa ilmu dakwah hanya sekedar sarana yang memang
harus kita pergunakan untuk mencapai suatu leleos (tujuan), yaitu
sebagaimana ideal kita kita untuk mewujudkan cita-cita masyarakat ilsmai.
b) Etis dalam arti bahwa ilmu dakwah kita harus oprasionalkan untuk
meningkatkan, sebab manusia hidup dalam relasi baik dengan sesama maupun
dengan masyarakat yang menadi ajangnya. Peningkatan kualitas manusia
harus diintegrasikan kedalam msayarakat yang juga harus ditigkatkan kualitas
strukturnya.
Menurut Sukriadi Sambas7, kajian ontologi keilmuan ilmu dakwah yaitu mencakup
haikat/keapaan dakwah, hakikat ilmu dakwah itu dapat dirumuskan sebagai kumpulan
pengetahuan yang berasal dari Allah dan kemudian dikumpulkan oleh umat Islam secara
sistematis dan terorganisir yang membahas interaksi antar unsur dalam sistem melaksanakan
kewajiban dengan maksud mempengaruhi, pemahaman yang tepat mengenai kenyataan
dakwah sehingga akan dapat diperoleh susunan ilmu yang bermanfaat bagi tugas pedakwah
dan khalifah umat Islam.8
PENUTUP
7 Sukriadi Sambas, Sembilan Pasal Pokok-Pokok Filsafat Dakwah, (Bandung: KP HADID, 1999).8http://abar-cule.blogspot.com/2010/12/ilmu-dakwah-dilihat-dari-segi-ontologi.html , diakses pada tanggal 10 Juni 2014, pukul 11:12 WIB.
6
A. Kesimpulan
Ontologi berasal dari dua kata on dan logi artinya ilmu tentang ada. Ontologi adalah
teori tentang ada dan realitas. Jadi ontologi adalah bagian dari metafisika yang mempelajari
hakikat dan digunakan sebagai dasar untuk memperoleh pengetahuan atau dengan kata lain
menjawab dengan pertanyaan apakah hakekat ilmu itu. Ontologi dalam Dakwah Islam adalah
pemahaman atau pengkajian tentang wujud hakikat dakwah islam dalam mengkaji problem
ontologis dakwah yang juga menjadi perhatian filsafat dakwah selain ilmu-ilmu lainnya. .
Amrullah achmad berpendapat, obyek material ilmu dakwah adalah semua aspek
ajaran islam (Al-Qur’an dan as-sunnah), hasil ijtihad, dan realisasinya dalam system
pengetahuan, tekhnologi, social, hukum, ekonomi, pendidikan dan lainya, khususnya
kelembagan islam. Menurut Sukriadi Sambas, kajian ontologi keilmuan ilmu dakwah yaitu
mencakup haikat/keapaan dakwah, hakikat ilmu dakwah itu dapat dirumuskan sebagai
kumpulan pengetahuan yang berasal dari Allah dan kemudian dikumpulkan oleh umat Islam
secara sistematis dan terorganisir yang membahas interaksi antar unsur dalam sistem
melaksanakan kewajiban dengan maksud mempengaruhi, pemahaman yang tepat mengenai
kenyataan dakwah sehingga akan dapat diperoleh susunan ilmu yang bermanfaat bagi tugas
pedakwah dan khalifah umat Islam.
B. Saran
Penulis berharap dengan adanya makalah ini, dapat memenuhi tugas mata kuliah
Pengantar Ilmu Dakwah dengan baik dan benar. Di sisi lain, penulis juga berharap dengan
adanya makalah ini akan bisa menjadi bahan bacaan yang baik. Baik untuk mahasiswa
maupun kalangan akademika pada khususnya. Sebagai motivasi maupun inspirasi dalam
mengembangkan kreativitasnya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tentu tidak luput dari
kesalahan, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Oleh karena itu, kritik dan saran
sangat penulis harapkan untuk lebih menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
7
Ahmad, Amrullah. 1985. Dakwah Islam dan Perubahan Sosial. Yogyakarta: PLP2M.
Enjang dan Aliyudin. 2009. Dasar-dasar Ilmu Dakwah. Bandung: Widya Padjajaran.
Sambas, Sukriadi. 1999. Sembilan Pasal Pokok-Pokok Filsafat Dakwah. Bandung: KP
HADID.
Sulthon, Muhammad. 2003. Desain Ilmu Dakwah. Semarang: Pustaka Pelajar Offset.
http://suksespend.blogspot.com/2009/06/makalah-landasan-ontologi-epistemologi.html,
diakses pada tanggal 02 Juni 2014, pukul: 20:21 WIB.
http://abar-cule.blogspot.com/2010/12/ilmu-dakwah-dilihat-dari-segi-ontologi.html, diakses
pada tanggal 10 Juni 2014, pukul 11:12 WIB.
8