revisi - paper carpal tunnel syndrome
TRANSCRIPT
I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penekanan terhadap persarafan pergelangan tangan (carpal tunnel syndrome)
merupakan kelainan yang paling sering mengenai N. Medianus sebagai sindrom jebakan
nervus yang paling sering ditemukan. Hal ini berkaitan dengan penggunaan tangan yang
eksesif tak terbatas dan trauma repetitif akibat paparan okupasi berkelanjutan. Ligamentum
carpi transversum yang terinfiltrasi oleh jaringan amyloid (seperti yang timbul pada myeloma
multiple) atau penebalan jaringan ikat pada rheumatoid artritis, acromegaly,
mucopolysaccharidosis, dan hipotiroidisme merupakan penyebab yang mudah diidentifikasi
untuk memicu timbulnya carpal tunnel syndrome. Kehamilan merupakan faktor penyebab
yang bisa memicu timbulnya sindroma ini, namun jarang teridentifikasi dengan jelas. Pada
orang lanjut usia, penyebab timbulnya carpal tunnel syndrome sering menimbulkan
kerancuhan.
Dysesthesias dan nyeri pada jari tangan, mengacu pada “acroparesthesiae” merupakan
tanda klinis awal terjadinya sindrom penekanan N. Medianus pada awal tahun 1950-an.
Tahun 1949, Kremer dkk pertama kali mengemukakan penyebab timbulnya sindrom ini
dikarenakan oleh penekanan terhadap N. Medianus pada pergelangan tangan dan gejalanya
akan berkurang dengan pemisahan fleksor retinaculum yang membentuk dinding ventral
canalis carpi. Paresthesia timbul cukup parah di saat malam hari. Nyeri akibat carpal tunnel
syndrome sering kali menjalar hingga ke lengan dan pundak. Gejala yang timbul secara
esensial berupa sensorik satu, yakni hilangnya sebagian sensibilitas superfisial pada jari
jempol, jari telunjuk dan jari tengah. Kelemahan dan atrofi pada otot abduktor pollicis brevis
dan otot – otot lain yang dipersarafi oleh N. Medianus seringkali ditemukan pada kelainan
yang sudah cukup parah dan tak terobati. Uji elektrofisiologis membantu dalam penegakan
diagnosis dan memberikan kejelasan akan kemungkinan suksesi tindakan operasi.
1
Tindakan pembedahan dengan pemisahan ligamentum carpal dengan dekompresi
pada persarafan merupakan tindakan pengobatan terbaik. Splint pada pergelangan tangan,
untuk menghindari gerakan fleksi, seringkali dapat menimbulkan ketidaknyamanan, namun
bermanfaat agar penderita tidak terlalu sering menggunakan tangan yang mulai terkena
carpal tunnel syndrome. Splint bermanfaat untuk sementara waktu dan terapi yang lebih baik
dari splint berupa injeksi hidrokortison ke dalam canalis carpi.1
Tujuan Penulisan
Penulisan text book reading (TBR) dengan judul “Carpal Tunnel Syndrome” ini
bertujuan untuk menjelaskan definisi, patogenesis & patofisiologis, gejala klinis,
penegakan diagnosis, diagnosis banding, penatalaksanaan dan prognosis mengenai Carpal
Tunnel Syndrome. Diharapkan dalam penulisan referat ini dapat memberikan informasi
yang bermanfaat bagi pembaca, terutama bagi penderita agar bisa memiliki kualitas hidup
yang lebih baik dan lebih layak.
2
II
TINJAUAN PUSTAKA
Carpal Tunnel Syndrome
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan tanda dan gejala klinik yang timbul
akibat tekanan terhadap N. Medianus yang berjalan melalui canalis carpi. Carpal tunnel
syndrome merupakan salah satu bentuk neuropathy pada ekstremitas superior yang
menimbulkan efek nyeri pada tangan berupa gangguan motorik dan sensorik yang dipersarafi
oleh N. Medianus.
Gejala – gejala yang ditimbulkan oleh carpal tunnel syndrome berupa nyeri,
paresthesia, dan kelemahan pada regio yang dipersarafi oleh N. Medianus. Diagnosis carpal
tunnel syndrome berupa adanya nyeri, mati rasa (numbness) dan kesemutan pada tangan yang
dapat menjalar hingga pundak dan leher; gangguan ini sering terjadi di malam hari saat tidur
dengan posisi tidur berbaring ke satu sisi. Untuk mencegah terjadinya carpal tunnel
syndrome akibat aktivitas repetitif yang menimbulkan mati rasa (numbness) dan nyeri, perlu
dilakukan gerakan meregang pergelangan tangan, tangan dan jari tangan. Selain itu,
pengobatan yang efektif bagi penderita carpal tunnel syndrome dengan menggunakan splint
(balut tangan), injeksi kortikosteroid dan pembedahan.
Mayoritas kasus carpal tunnel syndrome didiagnosis tanpa disertai dengan penyebab
yang khusus dan pada beberapa penderita dikarenakan oleh faktor genetik.
3
Latar Belakang Sejarah
Carpal tunnel syndrome mulai dikenal sejak Perang Dunia II. Seseorang yang
menderita gejala – gejala carpal tunnel syndrome akan menjalani terapi pembedahan di
pertengahan abad ke 19. Tahun 1854, Sir James Paget pertama kali melaporkan tekanan pada
N. Medianus di pergelangan tangan akibat fraktur distal radius. Diikuti pada abad ke 20
didapatkan beragam kasus penekanan N. Medianus dalam ligamentum carpal transversum.
Kejadian Carpal tunnel syndrome sering dipublikasikan dalam literasi kedokteran pada awal
abad ke 20 dan mulai digunakan dalam praktek klinis tahun 1939. Dr. George S. Phalen dari
Cleveland Clinic pertama kali mengidentifikasi patologis dari carpal tunnel syndrome pada
sekelompok pasien di tahun 1950-an dan tahun 1960-an dan menyimpulkan carpal tunnel
syndrome merupakan cedera tangan akibat penggunaan dalam aktivitas rutin secara terus –
menerus yang sering didapatkan akibat pekerjaan.
Anatomi
4
Secara anatomis, canalis carpi (carpal tunnel) berada di dalam dasar pergelangan
tangan. Sembilan ruas tendon fleksor dan N. Medianus berjalan di dalam canalis carpi yang
dikelilingi dan dibentuk oleh tiga sisi dari tulang – tulang carpal. Nervus dan tendon
memberikan fungsi, sensibilitas dan pergerakan pada jari – jari tangan. Jari tangan dan otot –
otot fleksor pada pergelangan tangan beserta tendon – tendonnya berorigo pada epicondilus
medial pada regio cubiti dan berinsersi pada tulang – tulang metaphalangeal, interphalangeal
proksimal dan interphalangeal distal yang membentuk jari tangan dan jempol. Canalis carpi
berukuran hampir sebesar ruas jari jempol dan terletak di bagian distal lekukan dalam
pergelangan tangan dan berlanjut ke bagian lengan bawah di regio cubiti sekitar 3 cm.
Tertekannya N. Medianus dapat disebabkan oleh berkurangnya ukuran canalis carpi,
membesarnya ukuran alat yang masuk di dalamnya (pembengkakan jaringan lubrikasi pada
tendon – tendon fleksor) atau keduanya. Gerakan fleksi dengan sudut 90 derajat dapat
mengecilkan ukuran canalis.
5
Penekanan terhadap N. Medianus yang menyebabkannya semakin masuk di dalam
ligamentum carpi transversum dapat menyebabkan atrofi eminensia thenar, kelemahan pada
otot fleksor pollicis brevis, otot opponens pollicis dan otot abductor pollicis brevis yang
diikuti dengan hilangnya kemampuan sensorik ligametum carpi transversum yang dipersarafi
oleh bagian distal N. Medianus.
Cabang sensorik superfisial dari N. Medianus yang mempercabangkan persarafan
proksimal ligamentum carpi transversum yang berlanjut mempersarafi bagian telapak tangan
dan jari jempol.
Gejala Klinik
Carpal Tunnel Syndrome yang tidak diobati
Carpal tunnel syndrom menimbulkan beragam gejala khas dari gejala sakit sedang
hingga gejala sakit yang berat. Gejala – gejala ini akan semakin bertambah berat dan
penderita yang telah didiagnosis dengan carpal tunnel syndrome akan mengeluhkan sensasi
mati rasa (numbness), kesemutan, dan sensasi terbakar pada jari jempol, jari telunjuk dan jari
tengah dimana ketiga jari tersebut diinervasi oleh N. Medianus. Pada beberapa penderita juga
sering mengeluhkan rasa sakit pada tangan atau pergelangan tangan dan hilangnya kekuatan
menggenggam. Rasa nyeri juga timbul pada lengan dan pundak serta benjolan pada tangan;
rasa nyeri ini akan terasa teramat sakit terutama di malam hari saat tidur.
6
Mati rasa (numbness) dan kesemutan (paresthesia) pada area yang dipersarafi oleh N.
Medianus merupakan gejala neuropathy akibat sindrom jebakan canalis carpi (carpal tunnel
entrapment). Kelemahan dan atrofi otot – otot thenar akan timbul selanjutnya jika kondisi ini
semakin tak terobati.
Perempuan tiga kali lebih banyak daripada laki – laki pada penderita carpal tunnel
syndrome, yang diperkirakan karena ukuran canalis carpi pada perempuan lebih kecil
dibandingkan pada laki – laki.
Etiologi
Mayoritas kasus carpal tunnel syndrome tak diketahui etiologinya secara pasti
(idiopatik). Carpal tunnel syndrome dapat dihubungkan dengan beragam keadaan yang
memicu penekanan terhadap N. Medianus pada pergelangan tangan. Beberapa kondisi yang
dapat memicu timbulnya carpal tunnel syndrome, antara lain: obesitas, hipotiroidisme,
arthritis, diabetes dan trauma.
Penyebab lainnya, faktor intrinsik dengan tekanan kuat dari dalam pada canalis dan
faktor ekstrinsik dengan tekanan kuat berasal dari luar canalis, yang dikarenakan oleh tumor
jinak berupa lipoma, ganglioma, dan malformasi vaskuler. Hingga saat ini masih belum
ditemukan hubungan yang jelas antara pekerjaan dan timbulnya carpal tunnel syndrome atau
dikarenakan adanya masalah kesehatan lain yang tak teridentifikasi.
Hubungan dengan Pekerjaan (Okupasi Ergonomik)
Sampai saat ini masih diperdebatkan hubungan antara insidensi carpal tunnel
syndrome dengan gerakan repetitif pergelangan tangan akibat pekerjaan. Occupational Safety
and Health Administration (OSHA) di Amerika Serikat mengeluarkan peraturan dan regulasi
berkaitan dengan trauma karena kelainan kumulatif akibat faktor pekerjaan. Faktor resiko
pekerjaan akibat penggunaan repetitif, pemaksaan, postur pergerakan, dan paparan vibrasi
berulang. Akan tetapi, perkumpulan The American Society for Surgery of the Hand (ASSH)
telah menyatakan literatur yang terkini tidak mendukung adanya hubungan kausal antara
aktivitas pekerjaan dan pengembangan penyakit akibat faktor pekerjaan seperti carpal tunnel
syndrome.
7
Hubungan antara pekerjaan dan carpal tunnel syndrome masih kontroversi; di banyak
tempat para pekerja yang terdiagnosis dengan carpal tunnel syndrome harus mengambil cuti
dan menerima kompensasi. Di Amerika Serikat, dana yang dibutuhkan selama masa
pengobatan carpal tunnel syndrome sebesar US$30,000 yakni biaya pengobatan dan
hilangnya waktu kerja karena cuti.
Beberapa ahli berspekulasi bahwa carpal tunnel syndrome dapat terjadi dikarenakan
gerakan repetitif dan aktivitas manipulatif akibat paparan yang telah berlangsung dalam
waktu yang lama. Hal ini juga ditegaskan gejala yang timbul dikarenakan eksaserbasi dengan
pemaksaan dan penggunaan tangan dan pergelangan tangan secara repetitif karena faktor
pekerjaan, namun tidak dijelaskan jika gejala ini berupa nyeri alih (yang bukan gejala carpal
tunnel syndrome) atau gejala mati rasa yang lebih tipikal.
Sebuah data ilmiah yang dikeluarkan oleh National Institute for Occupational Safety
and Health (NIOSH) menyatakan jenis pekerjaan yang menyebabkan pergelangan tangan
terpostur melakukan pekerjaan secara repetitif berhubungan dengan insidensi carpal tunnel
syndrome, namun penyebabnya tidak dijelaskan secara terperinci dan perbedaan antara gejala
yang ditimbulkan oleh carpal tunnel syndrome dan nyeri pada lengan akibat hubungan kerja
tidak dijelaskan secara spesifik. Telah diketahui bahwa penggunaan lengan secara repetitif
dapat menimbulkan efek biomekanik pada ekstremitas superior atau menyebabkan kerusakan
pada jaringan. Juga telah diketahui assessment postural dan spinal bersamaan dengan
assessment ergonomic seharusnya dimasukkan sebagai kondisi determinasi. Saat ini belum
ada bukti konkrit tentang riwayat timbulnya carpal tunnel syndrome.
Carpal tunnel syndrome sering ditemukan pada populasi pekerja orang dewasa; oleh
karena itu, ada kemungkinan baik dikarenakan oleh faktor pekerjaan atau bukan. Saat sebuah
otot berkonstraksi, sebagai contoh memelintir dan melakukan gerakan fleksi pergelangan
tangan, terjadi penambahan luas otot berlebihan yang dapat memicu timbulnya kelainan
muskuloskeletal. Disamping tingginya hubungan antara faktor pekerjaan dengan insiden
carpal tunnel syndrome, pengetahuan mengenai hal ini masih kurang jika ditinjau dari pola
dan kausalitas dari hubungan kedua hal ini. Penelitian yang lebih luas perlu dilakukan untuk
mengemukakan secara konkrit hubungan ergonomik dan kecelakaan kerja yang di dalamnya
termasuk carpal tunnel syndrome.
8
Hubungan Carpal Tunnel Syndrome dengan Penyakit – Penyakit Lain
Beragam faktor yang dapat memicu timbulnya CTS (carpal tunnel syndrome) yakni faktor
keturunan, ukuran dari ruas canalis carpi, hubungan penyakit secara lokal dan sistemik, dan
kebiasaan hidup. Penyebab non-traumatik secara umum dapat timbul setelah lewat suatu
periode waktu, dan tidak dipicu oleh hal lain. Kebanyakan faktor pemicu ini dikarenakan
manifestasi penuaan secara fisiologi, antara lain:
Rheumatoid arthritis dan penyakit inflamasi lainnya yang dapat menyebabkan
peradangan pada tendon – tendon fleksor.
Kehamilan dan hipotiroidisme, terjadinya retensi cairan dalam jaringan menyebabkan
pembengkakan pada tenosynovium.
Perempuan hamil beresiko tinggi terkena CTS dikarenakan perubahan hormonal dan
retensi cairan yang sering terjadi pada masa kehamilan. CTS biasanya muncul dan
mulai dikeluhkan saat memasuki trimester ketiga dan menghilang setelah persalinan,
biasanya dikarenakan edema akibat retensi cairan.
Cedera di waktu lalu berupa fraktur pada pergelangan tangan.
Kesalahan pengobatan dapat memicu terjadinya retensi cairan atau timbulnya
inflamasi berupa: artritis inflamasi, fraktur Colles, amyloidosis, hipotiroidisme,
diabetes mellitus, acromegaly, dan penggunaan kortikosteroid dan estrogen secara
berlebihan.
Carpal tunnel syndrome berhubungan dengan aktivitas repetitif pada tangan dan
pergelangan tangan, bersamaan dengan adanya pemaksaan dan postur yang kaku.
Acromegaly, kelainan hormon pertumbuhan yang menekan persarafan akibat
pertumbuhan tulang abnormal pada tangan dan pergelangan tangan.
Tumor, biasanya tumor jinak, yakni ganglion atau lipoma, dapat menimbulkan
menekan secara aktif ke dalam canalis carpi dan mengurangi ukuran ruang dalam
canalis carpi. Kejadian ini jarang terjadi (kurang dari 1% dari total insidensi).
Obesitas juga dapat meningkatkan resiko CTS. Individu yang termasuk di dalam
kelompok obese (BMI>29) memiliki resiko 2,5 kali lebih tinggi dibandingkan
individu yang bertubuh kurus (BMI < 20).
Mutasi heterozygot dalam gen dengan kode SH3TC2 berhubungan dengan Charcot-
Marie-Tooth yang menimbulkan neuropathy termasuk CTS.2,3
Diagnosis
9
Secara klinis CTS didiagnosis dengan kriteria yaitu rasa nyeri yang berupa
kesemutan, rasa terbakar dan baal pada jari I, II, III dan setengah bagian lateral jari IV
dengan onset terjadi di waktu malam hari atau dini hari. Pada keadaan yang berat, rasa nyeri
dapat menjalar hingga ke lengan atas dan terdapat atrofi pada otot thenar. Penegakan
diagnosis baru dilakukan jika telah dilakukan tes provokasi berupa Tes Phalen, Tes Tinel dan
Tes Wormser (Reverse Phalen) positif.
Tes Phalen
Manuver ini dilakukan dengan cara memfleksikan secara lembut pergelangan tangan
dengan jarak sejauh mungkin, lalu posisi ini didiamkan dalam beberapa waktu sambil
menunggu timbulnya gejala. Hasil positif jika terdapat mati rasa pada area yang
dipersarafi oleh N. Medianus ketika sedang menahan pergelangan tangan pada posisi
fleksi selama 60 detik. Semakin cepat timbulnya mati rasa, maka kondisi yang ada
sudah semakin parah. Tanda Phalen positif berupa rasa nyeri dan atau paresthesia di
jari – jari yang dipersarafi oleh N. Medianus dalam fleksi pergelangan tangan selama
satu menit. Tes ini diakui paling tepat menggambarkan tingkat keparahan CTS yang
diderita.
Tanda Tinel
Merupakan salah satu jenis tanda pemeriksaan yang klasik dengan tingkat spesifikasi
yang rendah untuk mendeteksi adanya nervus yang teriritasi. Tanda Tinel dilakukan
dengan cara menepuk dengan ringan kulit yang melapisi fleksor retinaculum untuk
menimbulkan sensasi kesemutan pada area yang dipersarafi oleh N. Medianus. Tanda
Tinel (rasa nyeri dan atau paresthesia pada jari – jari tangan yang dipersarafai N.
Medianus dengan perkusi pada N. Medianus) kurang sensitif namun lebih spesifik
dibandingkan dengan Tanda Phalen. 2,4
Prevalensi
10
Carpal tunnel syndrome dapat terjadi pada siapa saja. Di Amerika Serikat didapatkan
sekitar 50 dalam populasi 1000 orang yang menderita carpal tunnel syndrome. Ras kaukasia
memiliki resiko tertinggi terkena CTS jika dibandingkan dengan ras yang lain. Perempuan
beresiko lebih tinggi dibandingkan laki – laki dengan tingkat perbandingan sebesar 3:1 pada
usia antara 45 – 60 tahun. Hanya sebesar 10% kasus CTS yang dilaporkan ditemukan pada
usia yang lebih muda di usia 30-an tahun. Kaum perempuan diduga memiliki ukurang canalis
carpi yang lebih kecil dibandingkan kaum laki – laki.
Pencegahan
Sebuah studi di tahun 2007 dibawah pimpinan Lozano-Calderon dkk dari Department
of Othopaedic Surgery at Massachusetts General Hospital menyatakan carpal tunnel
syndrome terjadi karena faktor genetik dan struktur. Oleh karena itu, carpal tunnel syndrome
berkemungkinan tak dapat dicegah untuk terjadi. Akan tetapi, beberapa pihak menyatakan
pencegahan dapat dilakukan dengan cara menerapkan pola gaya hidup sehat seperti
menghindari stress berulang, melakukan kebiasaan bekerja yang sehat seperti menggunakan
alat bantu kerja berupa wrist rest dan mouse pad, istirahat sejenak dari rutinitas pekerjaan
yang dilakukan oleh tangan dan pergelangan tangan secara berulang, menggunakan papan
ketik alternatif (pena digital, alat pengenal suara dan alat pendikte) dan mengkonsumsi
vitamin B, asam lemak omega-3 dan zat anti-inflamasi seperti turmerik. Individu yang selalu
melakukan aktivitas dan pekerjaan yang dapat memicu timbulnya carpal tunnel syndrome di
kemudian hari perlu memberikan batasan dalam pekerjaan, namun sangat sedikit data yang
mendukung konsep ini dan dianggap remeh akan penggunaan lengan secara berulang dalam
posisi yang kaku dapat menimbulkan sakit.
Kemungkinan Kesalahan Diagnosis
Beberapa pakar, yakni Dr. Janet G. Travell, MD dan Dr. David G. Simons, MD yakin
bahwa carpal tunnel syndrome telah menjadi label universal bagi siapa pun yang mengalami
rasa nyeri, mati rasa, benjolan, dan atau rasa terbakar di sisi radial tangan dan atau
pergelangan tangan. Travell dan Simons menyimpulkan dari penelitian bahwa tautan
kontraksi myofascial (otot skelet) yang disebut dengan titik serangan (trigger points) dapat
menimbulkan beragam gejala seperti gejala – gejala klinik gangguan neuropathy pada tangan.
Sebagai contoh, masih diperdebatkan oleh para terapis tentang titik serangan pada otot – otot
di dalam leher, lengan atas, dada dan lengan bawah yang dapat ditimbulkan oleh penekanan
11
terhadap N. Medianus dalam lengan bawah dan menimbulkan mati rasa dan atau rasa nyeri
terbakar pada tangan. Selanjutnya, titik serangan pada otot scalenus pada leher dapat
memendekkan thoracic outlet dan menekan persarafan dan pembuluh darah dalam lengan
yang mengurangi aliran darah dan cairan limfe yang menyebabkan pembengkakan pada
tangan dan jari – jari tangan. Pembedahan pada canalis carpi dapat mengurangi tegangan
pada N. Medianus dengan memotong ligamentum carpi transversum dan memberikan
perbaikan yang cukup berarti bagi pasien, tetapi hal ini menjadi tidak perlu ketika titik
serangan menjadi akar dari permasalahan. Secara keseluruhan, komunitas medis kurang
menerima teori tentang titik serangan ini.
Terapi
Terdapat beberapa terapi terhadap carpal tunnel syndrome yang masih dipergunakan
hingga saat ini, antara lain:
Peregangan ( Stretching )
Beragam gerakan peregangan dapat membantu pencegahan terhadap CTS, namun
banyak orang yang tidak tahu akan kegunaan peregangan otot – otot pergelangan tangan dan
tangan. Untuk mengurangi insiden terserang CTS, berikut ini adalah gerakan peregangan
yang bisa dilakukan:
Gerakan 1, Gerakan Mengepal dan Membuka
Kepalkan tangan dengan kencang selama 3 – 5 detik, lalu lepaskan dan ratakan
seluruh jari – jari tangan. Ditahan selama 3 – 5 detik juga. Ulangi gerakan ini sebanyak 5 kali
di tiap tangan.
12
Gerakan 2 : Peregangan
Gerakan perengan ini dapat mengurangi rasa sakit dan tekanan yang disebabkan oleh
pergerakan tangan repetitif dalam periode tertentu. Dengan menggunakan salah satu tangan,
jari – jari di tangan lain di lebarkan sebisa mungkin tanpa menimbulkan rasa nyeri. Hasil dari
peregangan dapat dirasakan pada telapak tangan dan pergelangan tangan. Tahan posisi
peregangan ini selama 3 – 5 detik lalu lepaskan. Lakukan gerakan ini sebanyak 5x di tiap
tangan yang telah dilakukan gerak mengepal dan meregang.
Splint (Bidai Immobilisasi)
Splint pergelangan tangan membantu mengurangi mati rasa dengan mengurangi fleksi
pergelangan tangan. Splint di malam hari dapat membantu pasien untuk tidur nyenyak.
Injeksi Kortikosteroid Lokal
Injeksi kortikosteroid cukup efektif sebagai penghilang gejala CTS secara temporer
dalam waktu yang singkat. Pada beberapa pasien, injeksi kortikosteroid dapat bernilai
diagnostik. Pengobatan ini tidak bersifat untuk dilakukan dalam jangka waktu yang panjang.
Pada umumnya, para ahli medis hanya meresepkan penyuntikan steroid lokal hingga
pengobatan jenis lain bisa dilakukan dengan baik. Pada kebanyakan pasien, pembedahan
merupakan satu –satunya pengobatan yang bisa memberikan penyembuhan permanen.
13
Obat – obatan
Penggunaan obat – obatan anti-inflamasi tanpa resep seperti aspirin, ibuprofen atau
naproxen dapat secara efektif mengurangi gejala dengan baik. Penghilang nyeri seperti
paracetamol hanya bersifat sementara dalam menghilangkan nyeri, dan hanya anti-inflamasi
yang bisa mengurangi peradangan CTS. Obat anti-inflamasi non-steroid (AINS) secara
teoritis bisa mengobati pembengkakan dan menghilangkannya dengan baik. Steroid oral
seperti prednisone dapat mengobati pembengkakan dengan baik, namun secara umum tidak
digunakan dalam terapi CTS karena efeks sampingnya yang kurang baik. Penggunaan obat
anti-inflamasi non-steroid dapat memperparah gejala asma pada pasien yang memiliki
riwayat asma, penggunaan steroid berupa prednisone adalah pilihan paling aman bagi pasien
asma yang mengalami CTS. Komplikasi yang paling sering muncul berhubungan dengan
pemakaian jangka lama obat anti-inflamasi adalah iritasi dan perdarahan saluran cerna.
Beberapa jenis obat anti-inflamasi juga memiliki kontraindikasi terhadap beberapa jenis
penyakit jantung. Penggunaan obat anti-inflamasi secara kronik, nyeri jangka lama sebaiknya
dipantau oleh dokter secara saksama.
Pengobatan yang lebih agresif untuk terapi CTS adalah injeksi kortison untuk
mengurangi pembengkakan dan tekanan pada persarafan dalam canalis carpi.
Methylcobalamine (vit.B12) dapat memberikan manfaat yang cukup baik pada beberapa
kasus CTS.
Pembedahan Carpal Tunnel Syndrome
Ini adalah salah satu contoh hasil pembedahan carpal tunnel syndrome. Dua teknik
yang berbeda digunakan di dalamnya. Luka pada tangan kiri adalah bekas pembedahan 6
minggu yang lalu, sedangkan luka pada tangan kanan adalah bekas pembedahan 2 minggu
yang lalu. Dapat dilihat adanya atrofi otot thenar eminensia di tangan kiri yang merupakan
tanda kronik CTS.
14
Salah satu gambar metode pembedahan pada carpal tunnel syndrome. Dapat dilihat
teknik pembukaan ligamentum carpi transversum yang juga dikenal dengan sebutan
pembedahan “pembebasan canalis carpi”. Pembedahan ini sangat direkomendasikan bagi
pasien yang telah mengalami secara konstan dan static mati rasa, kelemahan otot tangan, atau
atrofi, dan penggunaan splint di malam hari sudah tidak bisa lagi mengontrol gejala – gejala
intermiten CTS. Secara umum, pada kasus – kasus dengan derajat sedang dapat dikontrol
gejalanya dengan baik dalam hitungan bulan dan tahun, namun untuk kasus – kasus dengan
derajat berat secara simptomatis sulit dikurangi ataupun dihilangkan sehingga terapi
pembedahan adalah metode pengobatan terbaik.
Terapi Sinar
Terapi sinar radiasi secara ultrasonik terhadap pergelangan tangan pasien CTS
memberikan perbaikan yang cukup signifikan. Satu program terapi sinar terdiri atas 20 sesi
dengan masing – masing sesi selama 15 menit dengan pemaparan ultrasonik pada area canalis
carpi dengan frekuensi 1 MHz dan kekuatan 1.0 W/cm2.
15
Fisioterapi dan Terapi Okupasi
Beragam terapi yang dilakukan oleh penderita carpal tunnels syndrome seperti
pemasangan splint, terapi sinar ultrasonik, gerakan peregangan saraf, mobilisasi tulang
carpal, terapi magnetik dan yoga memberikan keuntungan berupa perbaikan yang cukup
signifikan. Disamping itu, ada juga pengobatan secara fisioterapi atau teknik terapi okupasi
untuk carpal tunnel syndrome. Terapi ini berorientasi secara primer untuk nyeri karena
aktivitas non-spesifik dan kurang memberikan hasil yang baik pada gejala mati rasa karena
CTS.
Terapi okupasi memberikan penyaranan ergonomik untuk mencegah gejala yang
semakin parah. Terapi okupasi memfasilitasi fungsi tangan melalui terapi adaptif tradisional.
Segala bentuk penekanan paksa dan penggunaan berulang tangan dan pergelangan
tangan dapat menimbulkan nyeri pada anggota ekstremitas superior. Dengan istirahat yang
sesering mungkin dapat berguna jika jadwal kerja dapat dikurangi kepadatannya. Sebuah
hasil penelitian baru – baru ini menunjukkan dengan istirahat singkat beberapa kali saat
aktivitas yang cukup menegangkan memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan
istirahat dalam waktu yang lama. Beragam jenis perangkat aksesoris komputer yang dapat
digunakan untuk menopang tangan dari kelelahan karena aktivitas berlebihan.
Olahraga dengan gerakan merelaksasi dan meregangkan otot – otot lengan dan tangan
dapat mengurangi resiko trauma ganda pada N. Medianus.
Massase atau pemijatan merupakan salah satu metode terapi yang sering digunakan
untuk mengobati gejala CTS. Perengangan dan pelepasan myofascial dapat menghilangkan
rasa nyeri, mati rasa, kesemutan dan nyeri terbakar dalam beberapa menit.
16
Penyembuhan Jangka Lama
Kebanyakan orang mendapatkan penyembuhan dan perbaikan akibat gejala CTS
melalui terapi konservatif atau pembedahan dengan resiko kerusakan saraf seminimal
mungkin. Carpal tunnel syndrome kronik jangka lama, biasanya ditemukan pada orang –
orang lanjut usia, dapat menyebabkan kerusakan saraf permanen dengan gejala mati rasa
ireversibel, adanya muscle wasting dan kelemahan otot akibat atrofi otot – otot thenar.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat keparahan carpal tunnel syndrome,
yakni faktor mental yang labil dan pengguna minuman alkohol akan menyebabkan carpal
tunnel syndrome yang diderita semakin parah.
Banyak penderita carpal tunnel syndrome ringan dengan mengubah perilaku
penggunaan tangan saat bekerja dan perbaikan postur serta melakukan terapi konservatif
dengan baik dan rutin, melalui pengobatan tanpa pembedahan dapat memulihkan kondisi
kembali tanpa adanya lagi mati rasa ataupun rasa nyeri, dan tidak ada lagi gangguan saat
tidur. Beberapa orang menemukan perbaikan terhadap gejala CTS dengan merubah pola
pekerjaan dengan penggunaan tangan dan pergelangan tangan secara berulang, yakni waktu
aktivitas dan waktu istirahat disinkronkan. Pada beberapa orang juga menerapkan pola
pengerjaan berdasarkan prioritas sehingga mereka pun bisa menghindari aktivitas
penggunaan tangan berlebihan sehingga rasa nyeri bisa diminimalisir.
Kekambuhan carpal tunnel syndrome setelah pembedahan jarang terjadi. Jika
seseorang mengeluhkan gejala nyeri pada tangan setelah pembedahan, gejala tersebut bukan
karena carpal tunnel syndrome. Ada kemungkinan diagnosis carpal tunnel syndrome yang
tidak tepat pada pasien tersebut serta setelah pembedahan usai tidak ada pengurangan gejala
yang berarti bagi pasien.2
17
III
KESIMPULAN
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan tanda dan gejala klinik yang timbul
akibat tekanan terhadap N. Medianus yang berjalan melalui canalis carpi. Carpal
tunnel syndrome merupakan salah satu bentuk neuropathy pada ekstremitas superior
yang menimbulkan efek nyeri pada tangan berupa gangguan motorik dan sensorik
yang dipersarafi oleh N. Medianus.
Gejala – gejala yang ditimbulkan oleh carpal tunnel syndrome berupa nyeri,
paresthesia, dan kelemahan pada regio yang dipersarafi oleh N. Medianus. Diagnosis
carpal tunnel syndrome berupa adanya nyeri, mati rasa (numbness) dan kesemutan
pada tangan yang dapat menjalar hingga pundak dan leher; gangguan ini sering terjadi
di malam hari saat tidur dengan posisi tidur berbaring ke satu sisi. Untuk mencegah
terjadinya carpal tunnel syndrome akibat aktivitas repetitif yang menimbulkan mati
rasa (numbness) dan nyeri, perlu dilakukan gerakan meregang pergelangan tangan,
tangan dan jari tangan. Selain itu, pengobatan yang efektif bagi penderita carpal
tunnel syndrome dengan menggunakan splint (balut tangan), injeksi kortikosteroid
dan pembedahan.
Carpal tunnel syndrome dapat dihubungkan dengan beragam keadaan yang memicu
penekanan terhadap N. Medianus pada pergelangan tangan. Beberapa kondisi yang
dapat memicu timbulnya carpal tunnel syndrome, antara lain: obesitas, hipotiroidisme,
arthritis, diabetes dan trauma.
Secara klinis CTS didiagnosis dengan kriteria yaitu rasa nyeri yang berupa
kesemutan, rasa terbakar dan baal pada jari I, II, III dan setengah bagian lateral jari IV
dengan onset terjadi di waktu malam hari atau dini hari. Pada keadaan yang berat, rasa
nyeri dapat menjalar hingga ke lengan atas dan terdapat atrofi pada otot thenar.
Penegakan diagnosis baru dilakukan jika telah dilakukan tes provokasi berupa Tes
Phalen, Tes Tinel dan Tes Wormser (Reverse Phalen) positif.
Beragam terapi untuk carpal tunnel syndrome berupa gerakan relaksasi dan
peregangan otot dan persarafan tangan dan pergelangan tangan, penyuntikan
kortikosteroid, penggunaan obat anti-inflamasi, pembedahan, terapi sinar dan
fisioterapi okupasi.
18
IV
REFERENSI ILMIAH
1. Maurice Victor, Allan H. Ropper.“Diseases of Spinal Cord, Peripheral Nerve,
and Muscle”.Adams and Victor’s Principles of Neurology.7th ed. New York:
McGraw-Hill Companies, 2001: 1433 – 1434.
2. NN. 2009. “Carpal Tunnel Syndrome”.
http://en.wikipedia.org/wiki/Carpal_tunnel_syndrome. Diakses tanggal 24
September 2010.
3. Lewis P. Rowland, M.D. “Systemic Diseases and General Medicine”.
Merritt’s Neurology. 11th ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins,
2005 : 1116.
4. H. Jusuf M, Abdul Bar H., Adre M., M. Kurniawan S.”Sindroma Terowongan
Karpal”.Buku Pedoman Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar
Prosedur Operasional (SPO) Neurologi.Jakarta: Perhimpunan Dokter
Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI).2006: 90 – 91.
19