reaksi peradangan.docx
TRANSCRIPT
-
7/30/2019 reaksi peradangan.docx
1/18
REAKSI PERADANGAN DAN KESEIMBANGAN
CAIRAN ELEKTROLIT DAN ASAM BASA
TUGAS TERSRUKTUR ILMU DASAR
KEPERAWATAN 1A
disusun guna melaksanakan tugas mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan 1A
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember
oleh:
Sofiatul Ma`fuah (122310101042)
KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2011
-
7/30/2019 reaksi peradangan.docx
2/18
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar BelakangDalam tubuh manusia terdapat berbagai macam sistem. Setiap sistem tersebut memiliki
organ masing-masing yang berperan dalam melakukan reaksi atau kontrol untuk menjaga
keseimbangan tubuh. Salah satu reaksi yang terjadi dalam tubuh manusia adalah reaksi
peradangan. Reaksi peradangan merupakan reaksi pertahanan (defensif) yang dilakukan oleh
sistem imun untuk mempoliferasi sel-sel luka (nekrosis). Sedangkan kontrol yang dilakukantubuh adalah adanya sistem homeostatis/ keseimbangan cairan (elektrolit) dan asam basa.
Kedua sistem tersebut merupakan pokok bahasan dalam Ilmu Dasar Keperawatan 1 A, yang
merupakan salah satu mata kuliah di Program Studi Universitas Jember. Oleh karena itulah,
kami menyusun makalah ini.
1.2Rumusan Masalah1. Apakah yang dimaksud reaksi peradangan?2. Apa saja jenis-jenis peradangan?3. Bagaimana gejala peradangan?4. Apa saja macam-macam perangan5. Apa peran dan fungsi reaksi peradangan?6. Bagaimana pengaturan keseimbangan elektrolit dan asam basa?7. Gangguan apa saja yang dapat terjadi akibat ketidakseimbangan asam basa?
1.3Tujuan1. Mengetahuai definisi reaksi peradangan2. Mengetahui jenis- jenis peradangan3. Mengetahui gejala peradangan4. Mengetahui macam-macam peradangan5. Mengetahui peran dan fungsi reksi peradangan6. Mengetahui pengaturan keseimbangan elektrolit dan asam basa dalam tubuh7. Mengetahui gangguan yang mungkin terjadi karena ketidakseimbangan elektrolit dan
asam basa dalam tubuh
-
7/30/2019 reaksi peradangan.docx
3/18
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Definisi Reaksi Peradangan
Peradangan adalah respon dari pertama sistem imun terhadap infeksi. Gejala yang
paling umum adalah adanya kemerahan dan bengkak yang diakibatkan oleh peningkatan
aliran darah ke jaringan, peradangan diproduksi oleh eikosanoid dan sitokin, yang
dikeluarkan oleh sel yang terinfeksi atau terluka.
1.2 Jenis-jenis Peradangan
a. Radang Akut
Radang akut adalah respon yang cepat dan segera terhadap cedera yang didesain
untuk mengirimkan leukosit ke daerah cedera. Leukosit membersihkan berbagai mikroba
yang menginvasi dan memulai proses pembongkaran jaringan nekrotik. Terdapat 2
komponen utama dalam proses radang akut, yaitu perubahan penampang dan struktural dari
pembuluh darah serta emigrasi dari leukosit. Perubahan penampang pembuluh darah akan
mengakibatkan meningkatnya aliran darah dan terjadinya perubahan struktural pada
pembuluh darah mikro akan memungkinkan protein plasma dan leukosit meninggalkan
sirkulasi darah. Leukosit yang berasal dari mikrosirkulasi akan melakukan emigrasi dan
selanjutnya berakumulasi di lokasi cedera.
b. Radang Kronis
Radang kronis dapat diartikan sebagai inflamasi yang berdurasi panjang (berminggu-
minggu hingga bertahun-tahun) dan terjadi proses secara simultan dari inflamasi aktif, cedera
jaringan, dan penyembuhan. Perbedaannya dengan radang akut, radang akut ditandai dengan
perubahan vaskuler, edema, dan infiltrasi neutrofil dalam jumlah besar. Sedangkan radang
kronik ditandai oleh infiltrasi sel mononuklir (seperti makrofag, limfosit, dan sel plasma),
destruksi jaringan, dan perbaikan.
-
7/30/2019 reaksi peradangan.docx
4/18
Radang kronik dapat timbul melalui satu atau dua jalan. Dapat timbul menyusul
radang akut, atau responnya sejak awal bersifat kronik. Perubahan radang akut menjadi
radang kronik berlangsung bila respon radang akut tidak dapat reda, disebabkan agen
penyebab jejas yang menetap atau terdapat gangguan pada proses penyembuhan normal. Ada
kalanya radang kronik sejak awal merupakan proses primer. Sering penyebab jejas memiliki
toksisitas rendah dibandingkan dengan penyebab yang menimbulkan radang akut. Terdapat 3
kelompok besar yang menjadi penyebabnya, yaitu infeksi persisten oleh mikroorganisme
intrasel tertentu (seperti basil tuberkel, Treponema palidum, dan jamur-jamur tertentu),
kontak lama dengan bahan yang tidak dapat hancur (misalnya silika), penyakit autoimun. Bila
suatu radang berlangsung lebih lama dari 4 atau 6 minggu disebut kronik. Tetapi karena
banyak kebergantungan respon efektif tuan rumah dan sifat alami jejas, maka batasan waktu
tidak banyak artinya. Pembedaan antara radang akut dan kronik sebaiknya berdasarkan pola
morfologi reaksi.
c. Radang Kronis Eksaserbasi Akut
Radang kronis eksaserbasi akut adalah radang yang merupakan peningkatan
keparahan dari suatu gejala penyakit. Tanda-tanda klinis radang akut kembali timbul pada
radang ini, seperti rubor, kalor, tumor, dolor, functio laesa.
1.3 Gejala Radang
Rubor : Warna merahRubor atau kemerahan merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yangmengalami
peradangan. Saat reaksi peradangan timbul, terjadi pelebaran arteriola yang mensuplai
darah ke daerah peradangan. Sehingga lebih banyak darah mengalirke mikrosirkulasi
lokal dan kapiler meregang dengan cepat terisi penuh dengandarah. Keadaan inidisebut hiperemia atau kongesti, menyebabkan warna merah lokal karena peradangan
akut.
Kalor : PanasKalor terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan akut. Kalor
disebabkan pula oleh sirkulasi darah yang meningkat. Sebab darah yang memilikisuhu
37oC disalurkan ke permukaan tubuh yang mengalami radang lebih banyakdaripada
ke daerah normal.
Tumor : Pembengkakan
-
7/30/2019 reaksi peradangan.docx
5/18
Pembengkakan sebagian disebabkan hiperemi dan sebagian besar ditimbulkan
olehpengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan
interstitial.Campuran dari cairan dan sel yang tertimbun di daerah peradangan disebut
eksudat meradang.
Dolor : Rasa nyeriPerubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsangujung-
ujung saraf. Pengeluaran zat seperti histamin atau zat bioaktif lainnya
dapatmerangsang saraf. Rasa sakit disebabkan pula oleh tekanan yang meninggi
akibatpembengkakan jaringan yang meradang.
Functiolaesa : Gangguan fungsiBerdasarkan asal katanya, functio laesa adalah fungsi yang hilang (Dorland,
2002).Functio laesa merupakan reaksi peradangan yang telah dikenal. Akan tetapi
belumdiketahui secara mendalam mekanisme terganggunya fungsi jaringan yang
meradang.
Fever/DemamYang merupakan akibat dari pelepasan zat pirogen endogen yang berasal dari
neutrofil dan makrofag. Selanjutnya zat tersebut akan memacu pusat pengendali suhu tubuh
yang ada dihypothalamus, disebabkan : bacteriamia, efek prostaglandin E 2, karena lepasnya
endotoksin bakteri yang disebut interleukin-1 ( IL-1).
Perubahan hematologis.Rangsangan yang berasal dari pusat peradangan mempengaruhi proses maturasi dan
pengeluaran leukosit dari sumsum tulang yang mengakibatkan kenaikan suatu jenis leukosit,
kenaikan ini disebut leukositosis. Perubahan protein darah tertentu juga terjadi bersamaan
dengan perubahan apa yang dinamakan laju endap darah.
Gejala konstitusional.Pada cedera yang hebat, terjadi perubahan metabolisme dan endokrin yang menyolok.
Akhirnya reaksi peradangan local sering diiringi oleh berbagai gejala konstitusional yang
berupa malaise, anoreksia atau tidak ada nafsu makan dan ketidakmampuan melakukan
sesuatu yang beratnya berbeda-beda bahkan sampai tidak berdaya melakukan apapun.
Leukositosis
-
7/30/2019 reaksi peradangan.docx
6/18
Jumlah leukosit dalam darah bertambah, kadang-kadang sangat banyak bisa 50.000
per mm3
. tidak semua radang member leukositosis, misalnya : lymkphositosis (infections
mononucleosis, batuk rejan, mumps), eosinofilia (terutama penyakit alergi seperti : asthma,
bronchiale, hay-fever, infeksi parasit), leucopenia : jumlah lekosit , dari pada normal. missal :
infeksi karena virus atau salmonella dan lain-lain seperti : pusing, malise, tidak nafsu makan,
berat badan berkurang.
1.6. Macam-macam Radang
Radang TenggorokanPenyakit ini ditandai dengan rasa nyeri di tenggorokan sehingga si penderita susah
sekali saat menelan makanan. Radang tenggorokan atau faringitis akut sering diikuti dengan
gejala flu seperti demam, sakit kepala, pilek, dan batuk. Disebarkan oleh virus EBV atau
kuman Strep.
Pyogenes, radang tenggorokan mudah dikenali dengan memeriksakannya ke dokter
THT. Jika daerah faring ditemukan peradangan dengan tanda berupa kemerahan serta terjadi
pembesaran pada kelenjar limfe regional di sekitarnya, bisa dikatakan orang tersebut
menderita radang tenggorokan. Pada kasus yang sudah berat, di tenggorokan akan dijumpai
nanah atau eksudat.
Dalam beberapa kejadian, penyakit radang tenggorokan tidak bersifat serius. Sebagian
besar penderita akan sembuh setelah tiga sampai dengan sepuluh hari tanpa terapi yang
biasanya menimbulkan rasa sakit yang luar biasa. Memang masalah utama seorang penderita
radang tenggorokan adalah rasa tidak nyaman dan tidak bisa bernapas secara wajar.
Untuk radang tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri streptococcal, antibiotik bisa
diberikan kepada si pasien agar komplikasi seperti demam rematik bisa dihindari. Jika hal ini
tidak segera ditangani, ancaman diptheria mengintai kesehatan si penderita. Gejala-gejala
seorang penderita radang tenggorokan: bengkak, berwarna merah pada tenggorokan, susah
(berbicara, menelan, dan bernapas), biasanya terjadi benjolan di sekitar leher, demam tinggi,
sakit kepala yang luar biasa,telinga pekak.
Radang Usus BuntuRadang usus buntu merupakan peradangan pada usus buntu, yaitu sebuah usus kecil
yang berbentuk jari yang melekat pada usus besar di sebelah kanan bawah rongga perut. Usus
-
7/30/2019 reaksi peradangan.docx
7/18
buntu yang mengalami peradangan kadang-kadang pecah terbuka, yang menyebabkan
peradangan selaput perut(peritonitis).
Peradangan selaput perut adalah peradangan yang gawat dan mendadak pada selaput
yang melapisi dinding dalam rongga perut atau pada kantong yang membungkus usus.
Peradangan ini terjadi kalau usus lainnya pecah atau robek.Penyebab umum adalah adanya
benda kecil atau keras (faecaliths) yang berada di appendix dan tidak bisa keluar.
Tanda-tanda appendicitis:Tanda yang utama ialah keluha nyeri yang menetap pada
perut dan semakin lama semakin memburu, rasa nyeri mulai terjadi di sekitar pusar, tetapi
segera nyeri tersebut berpindah kesisi kanan bawah, mungkin selera makan menghilang,
muntah, sembelit atau terdapat panas yang ringan.
Radang KulitRadang kulit, dermatitis, merupakan suatu gejala pada kulit saat jaringan terinfeksi
oleh bakteri atau virus.
Ada beberapa tipe radang kulit, yaitu:
1.sebhorrheic dermatitits
2.atopic dermatitis (eczema)
Kedua tipe tersebut sangat bervariasi tergantung dari penyebab dan gejala yang terjadi.
Sesungguhnya penyakit ini tidak merupakan penyakit seumur hidup. Ia hanya akan
menimbulkan rasa yang tidak nyaman dan mengurangi penampilan diri. Kombinasi antara
perawatan kesehatan mandiri dan pengobatan medis akan menghilangkan radang kulit.
1.5 Fungsi dan Peran Reaksi Peradangan
Fungsi reaksi peradangan antara lain:
a. Melokalisasi dan mengisolasi jaringan yang mengalami jejas melindungi jaringan sekitar
yang sehat
b. Menetralisasi dan inaktifasi zat-zat toksis yang dihasilkan oleh faktor humoral dan enzim
c. Merusak dan membatasi pertumbuhan mikroorganisme yang menginfeksi
-
7/30/2019 reaksi peradangan.docx
8/18
d. Mempersiapkan daerah yang sakit untuk penyembuhan dan perbaikan.
Peran Reaksi Peradangan:
Radang mempunyai tiga peran penting dalam perlawanan terhadap infeksi, yaitu:
a. memungkinkan penambahan molekul dan sel efektor ke lokasi infeksi untuk
meningkatkan performa makrofaga
b. menyediakan rintangan untuk mencegah penyebaran infeksi
c. mencetuskan proses perbaikan untuk jaringan yang rusak.
b. Pengaturan Keseimbangan Elektrolit dan Keseimbangan Asam Basa
Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar (milieu
exterior) dan sel-selnya pun hidup dalam milieu interior yang berupa darah dan cairan tubuh
lainnya. Cairan dalam tubuh, termasuk darah, meliputi lebih kurang 60% dari total berat
badan laki-laki dewasa. Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat makanan dan ion-ion yang
diperlukan oleh sel untuk hidup, berkembang dan menjalankan tugasnya. Untuk dapat
menjalankan fungsinya dengan baik sangat dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Semua
pengaturan fisiologis untuk mempertahankan keadaan normal disebut homeostasis.
Homeostasis ini bergantung pada kemampuan tubuh mempertahankan keseimbangan antara
subtansi-subtansi yang ada di milieu interior.
a. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu
volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan
ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan
ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan
keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan
untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.
1. Pengaturan volume cairan ekstrasel.
Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah arteri
dengan menurunkan volume plasma. Sebaliknya, peningkatan volume cairan ekstrasel dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan memperbanyak volume plasma.
-
7/30/2019 reaksi peradangan.docx
9/18
Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk pengaturan tekanan darah jangka
panjang.
Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake dan output) air. Untukmempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap, maka harus ada
keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh. hal ini terjadi
karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen dan antara tubuh dengan
lingkungan luarnya. Water turnoverdibagi dalam: 1. eksternal fluid
exchange, pertukaran antara tubuh dengan lingkungan luar; dan 2. Internal fluid
exchange, pertukaran cairan antar pelbagai kompartmen, seperti proses filtrasi dan
reabsorpsi di kapiler ginjal.
Memperhatikan keseimbangan garam. Seperti halnya keseimbangan air,keseimbangan garam juga perlu dipertahankan sehingga asupan garam sama dengan
keluarannya. Permasalahannya adalah seseorang hampir tidak pernah
memeperhatikan jumlah garam yang ia konsumsi agar sesuai dengan kebutuhannya.
Tetapi, seseorang mengkonsumsi garam sesuai dengan seleranya dan cenderung lebih
dari kebutuhan. Kelebihan garam yang dikonsumsi harus diekskresikan dalam urine
untuk mempertahankan keseimbangan garam. ginjal mengontrol jumlah garam yang
dieksresi dengan cara: mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan
pengaturan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate (GFR),
mengontrol jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjal.
Jumlah Na+
yang direasorbsi juga bergantung pada sistem yang berperan mengontrol
tekanan darah. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur reabsorbsi Na+
dan retensi
Na+
di tubulus distal dan collecting. Retensi Na+meningkatkan retensi air sehingga
meningkatkan volume plasma dan menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri.Selain
sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron,Atrial Natriuretic Peptide (ANP) atau hormon
atriopeptin menurunkan reabsorbsi natrium dan air. Hormon ini disekresi leh sel atrium
jantung jika mengalami distensi peningkatan volume plasma. Penurunan reabsorbsi natrium
dan air di tubulus ginjal meningkatkan eksresi urine sehingga mengembalikan volume darah
kembali normal.
2. Pengaturan Osmolaritas cairan ekstrasel.
-
7/30/2019 reaksi peradangan.docx
10/18
Osmolaritas cairan adalah ukuran konsentrasi partikel solut (zat terlarut) dalam suatu
larutan. semakin tinggi osmolaritas, semakin tinggi konsentrasi solute atau semakin rendah
konsentrasi solutnya lebih rendah (konsentrasi air lebih tinggi) ke area yang konsentrasi
solutnya lebih tinggi (konsentrasi air lebih rendah).
Osmosis hanya terjadi jika terjadi perbedaan konsentrasi solut yang tidak dapat menmbus
membran plasma di intrasel dan ekstrasel. Ion natrium menrupakan solut yang banyak
ditemukan di cairan ekstrasel, dan ion utama yang berperan penting dalam menentukan
aktivitas osmotik cairan ekstrasel. sedangkan di dalam cairan intrasel, ion kalium
bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik cairan intrasel. Distribusi yang tidak
merata dari ion natrium dan kalium ini menyebabkan perubahan kadar kedua ion ini
bertanggung jawab dalam menetukan aktivitas osmotik di kedua kompartmen ini. Pengaturan
osmolaritas cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan dilakukan melalui:
Perubahan osmolaritas di nefron
Di sepanjang tubulus yang membentuk nefron ginjal, terjadi perubahan osmolaritas
yang pada akhirnya akan membentuk urine yang sesuai dengan keadaan cairan tubuh secara
keseluruhan di dukstus koligen. Glomerulus menghasilkan cairan yang isoosmotik di tubulus
proksimal (300 mOsm). Dinding tubulus ansa Henle pars decending sangat permeable
terhadap air, sehingga di bagian ini terjadi reabsorbsi cairan ke kapiler peritubular atau vasa
recta. Hal ini menyebabkan cairan di dalam lumen tubulus menjadi hiperosmotik.
Dinding tubulus ansa henle pars acenden tidak permeable terhadap air dan secara aktif
memindahkan NaCl keluar tubulus. Hal ini menyebabkan reabsobsi garam tanpa osmosis air.
Sehingga cairan yang sampai ke tubulus distal dan duktus koligen menjadi
hipoosmotik. Permeabilitas dinding tubulus distal dan duktus koligen bervariasi bergantungpada ada tidaknya vasopresin (ADH). Sehingga urine yang dibentuk di duktus koligen dan
akhirnya di keluarkan ke pelvis ginjal dan ureter juga bergantung pada ada tidaknya
vasopresis (ADH).
Mekanisme haus dan peranan vasopresin (antidiuretic hormone/ADH)
Peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (>280 mOsm) akan merangsang
osmoreseptor di hypotalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron hypotalamus yang
-
7/30/2019 reaksi peradangan.docx
11/18
mensintesis vasopresin. Vasopresin akan dilepaskan oleh hipofisis posterior ke dalam darah
dan akan berikatan dengan reseptornya di duktus koligen. Ikatan vasopresin dengan
reseptornya di duktus koligen memicu terbentuknya aquaporin, yaitu kanal air di membran
bagian apeks duktus koligen. Pembentukkan aquaporin ini memungkinkan terjadinya
reabsorbsi cairan ke vasa recta. Hal ini menyebabkan urine yang terbentuk di duktus koligen
menjadi sedikit dan hiperosmotik atau pekat, sehingga cairan di dalam tubuh tetap
dipertahankan. Selain itu, rangsangan pada osmoreseptor di hypotalamus akibat peningkatan
osmolaritas cairan ekstrasel juga akan dihantarkan ke pusat haus di hypotalamus sehingga
terbentuk perilaku untuk membatasi haus, dan cairan di dalam tubuh kembali normal.
Pengaturan Neuroendokrin dalam Keseimbangan Cairan dan ElektrolitPengaturan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit diperankan oleh system
sarafdan sistem endokrin. Sistem saraf mendapat informasi adanya perubahan keseimbangan
cairan dan elektrolit melalui baroreseptor di arkus aorta dan sinus karotikus, osmoreseptor di
hypotalamus, dan volume reseptor atau reseptor regang di atrium. Sedangkan dalam sistem
endokrin, hormon-hormon yang berperan saat tubuh mengalami kekurangan cairan adalah
Angiotensin II, Aldosteron, dan Vasopresin/ADH dengan meningkatkan reabsorbsi natrium
dan air. Sementara, jika terjadi peningkatan volume cairan tubuh, maka hormon atriopeptin
(ANP) akan meningkatkan eksresi volume natrium dan air. Perubahan volume dan
osmolaritas cairan juga dapat terjadi karena beberapa faktor yang antara lain: umur, suhu
lingkungan, diet, stres, dan penyakit.
b. Keseimbangan Asam-Basa
Keseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan konsentrasi ion H bebas dalam
cairan tubuh. pH rata-rata darah adalah 7,4; pH darah arteri 7,45 dan darah vena 7,35. Jika pH7,45 dikatakan alkalosis. Ion H terutama
diperoleh dari aktivitas metabolik dalam tubuh. Ion H secara normal dan kontinyu akan
ditambahkan ke cairan tubuh dari 3 sumber, yaitu:
1. pembentukkan asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi menjadi ion H danbikarbonat.
2. katabolisme zat organik
-
7/30/2019 reaksi peradangan.docx
12/18
3. disosiasi asam organik pada metabolisme intermedia, misalnya pada metabolismelemak terbentuk asam lemak dan asam laktat, sebagian asam ini akan berdisosiasi
melepaskan ion H.
Fluktuasi konsentrasi ion H dalam tubuh akan mempengaruhi fungsi normal sel, antara lain:
1. perubahan eksitabilitas saraf dan otot; pada asidosis terjadi depresi susunan sarafpusat, sebaliknya pada alkalosis terjadi hipereksitabilitas.
2. mempengaruhi enzim-enzim dalam tubuh3. mempengaruhi konsentrasi ion K
Bila terjadi perubahan konsentrasi ion H, maka tubuh berusaha mempertahankan ion H
seperti nilai semula dengan cara:
1. mengaktifkan sistem dapar kimia2. mekanisme pengontrolan pH oleh sistem pernafasan3. mekasnisme pengontrolan pH oleh sistem perkemihan
Ada 4 sistem dapar:
1. Dapar bikarbonat: sistem dapar di cairan ekstrasel terutama untuk perubahan yangdisebabkan oleh non-bikarbonat;
2. Dapar protein: sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel3. Dapar hemoglobin: sistem dapar di dalam eritrosit untuk perubahan asam karbonat4. Dapar fosfat: sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel.
Sistem dapar kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementara. Jika
dengan dapar kimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka pengontrolan pH
akan dilanjutkan oleh paru-paru yang berespon secara cepat terhadap perubahan kadar ion H
dalam darah akinat rangsangan pada kemoreseptor dan pusat pernafasan, kemudian
mempertahankan kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan tersebut. Ginjal
-
7/30/2019 reaksi peradangan.docx
13/18
mampu meregulasi ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan menskresikan ion H dan
menambahkan bikarbonat baru ke dalam darah karena memiliki dapar fosfat dan amonia.
1.7Gangguan Karena Ketidakseimbangan Elektrolit dan Asam Basa
a.Gangguan Ketidakseimbangan Elektrolit
1. Ketidakseimbangan Natrium.
Kelebihan dan kekurangan natrium mempunyai banyak karakteristik yang sama dengangangguan cairan osmolar. Hiponatremia adalah suatu kondisi dengan nilai konsentrasi
natrium di dalam darah rendah dari normal, yang dapat terjadi saat kehilangan total natrium
atau kelebihan air.
Hiponatremia menyebabkan penurunan osmolalitas plasma dan cairan ekstrasel.
Ketika terjadi kehilangan natrium, tubuh mula-mula beradaptasi dengan menurunkan ekskresi
air untuk mempertahankan osmolalitas serum berada didalam kadar yang mendekati normal,
jika kehilangan berlanjut, maka tubuh akan berupaya untuk mempertahankan volume darah.
Akibatnya, proporsi natrium didalam cairan ekstrasel berkurang. Namun, hiponatremia yang
disebabkan oleh kehilangan natrium dapat menyebabkan kolaps pada pembuluh darah dan
shock.
Apabila kekurangan cairan yang terjadi hanya kekurangan natrium, maka kehilangan
volume cairan ekstrsel akan bermakna. Suatu kondisi yang berbeda dari hiponatremia, yaitu
berhubungan dengan peningkatan atau normalnya volume cairan ekstrasel.
Hiponatremai berat pada kadar natrium serum 120 mEq/L dapat menyebabkan perubahan
neorulogis dan pada kadar natrium serum 110 mEq/L akan menyebabkan perubahan
neorulogis yang tidak dapat pulih kembali bahkan dapat menyebabkan kematian.
Hipernatremia adalah suatu kondisi dengan nilai konsentrasi natrium lebih tinggi dari
konsentrasi normal di dalam cairan ekstrasel yang dapat disebabkan oleh kehilangan air yang
ekstrem atau kelebihan natrium total. Jika penyebab hipernatremia adalah peningkatan
sekresi aldosteron, maka natrium dipertahankan dan kalium diekskresi.
Ketika terjadi hipernatremia, tubuh berupaya mempertahankan air sebanyak mungkin
melalui reabsorbsi air di ginjal. Tekanan osmotik intertisial meningkat dan cairan berpindah
-
7/30/2019 reaksi peradangan.docx
14/18
dari sel ke dalam cairan ekstrasel sehingga menyebabkan sel-sel menyusut (krenasi) dan
mengganggu sebagian besar proses fisiologis selular.
2. Ketidakseimbangan Kalium.
Hipokalemia merupakan kondisi ketika jumlah kalium yang bersirkulasi didalam cairan
ekstrasel tidak adekuat/ memadai. Apabila parah, hipokalemia dapat mempengaruhi kondoksi
jantung dengan meyebabkan ketidakteraturan yang berbahaya bagi jantung. Karena rentang
normal kalium terlalu pendek, maka toleransi terhadap terjadinya fluktuasi dalam kadar
kalium serum juga kecil.
Hipokalemia dapat diakibatkan dari beberapa kondisi seperti penggunaan diuretik yang
membuang kalium, seperti tiazed dan loop diuretic. Hal ini menjadi masalah khusus jika
klien juga menggunakan preparat digitalis karena hipokalemia merupakan penyebab utama
terjadinya keracunan digitalis ( pencernaan ).
Hiperkalemia merupakan kondisi tentang lebih besarnya jumlah kalium daripada nilai
normal kalium didalam darah. Penyebab utama hiperkalemia adalah gagal ginjal, tetapi
penyakit lain juga dapat menyebabkan peningkatan kalium. Adanya penurunan fungsi ginjal
akan mengurangi jumlah ekskresi kalium oleh ginjal.
3. Ketidakseimbangan Kalsium.
Hipokalsemia mencerminkan penurunan kadar kalsium dalam serum dan penurunan
kalsium yang terionisasi serta dapat menyebabkan beberapa penyakit, dan mempengaruhi
kelenjar tiroid dan paratiroid. Tanda dan gejala hipokalsemia berhubungan secara langsung
dengan peran fisiologis kalsium serum pada fungsi neoromuskolar.
Hiperkalsemia adalah peningkatan konsentrasi total kalsium dalam serum dan
peningkatan kalsium yang terionisasi. Seringkali, hiperkalsemia merupakan suatu gejala dari
penyakit pokok yang menyebabkan resobsi tulang berlebihan disertai pelepasan kalsium.
4. Ketidakseimbangan Magnesium.
Hipomagnesemia terjadi ketika kadar konsentrasi serum turun sampai dibawah 1,5
mEq/L. Penyebabnya adalah asupan yang tidak adekuat seperti pada malnutrisi dan
alkoholisme, absorbsi yang tidak adekuat seperti diare, muntah, hipoparatiroidisme,
kelebihan aldosteron dan poliuri menyebabkan gejala yang mirip dengan hipokalsemia.
Magnesium bekerja langsung pada sambungan neoromuskular.
-
7/30/2019 reaksi peradangan.docx
15/18
Hipermagnesimia terjadi ketika konsentrasi magnesium serum meningkat sampai
diatas 2,5 mEq/L, penyebabnya adalah gagal ginjal dan pemberian asupan magnesium
parentral yang berlebihan. Hipermagnesiemia menurunkan eksitabilitas sel-sel otot.
4. Ketidakseimbangan Klorida.
Hipokloremiaterjadi jika kadar klorida serum turun sampai dibawah 100 mEq/L.
Penyebab adalah muntah atau drainase nasogastrik. Bayi baru lahir yang menderita diare
dapat mengalami hipokalemia dengan cepat, beberapa oabat-obatan diurteik juga
menyebabkan peningkatan ekskrsi klorida. Ketika kadar klorida serum menurun, tubuh
beradaptasi dengan meningkatkan reabsorbsi ion bikarbonat sehingga mempengaruhi
keseimbangan asam basa.Hiperkloremia terjadi jika kadar klorida serum meningkat sampai diatas 106 mEq/L ,
menyebabkan penurunan nilai bikarbonat serum. Hipokloremia dan hiperkloremia jarang
terjadi sebagai proses penyakit yang tunggal, tetapi berhubungan dengan ketidakseimbangan
asam-basa.
B. Ketidakseimbangan AsamBasa.
1. Asidosis Respiratorik.
Asidosis Respiratorik ditandai dengan peningkatan konsentrasi karbon dioksida,
kelebihan asam karbonat, dan peningkatan konsentrasi ion hydrogen (penurunan pH).
Penyebabnya adalah hipoventilasi atau suatu kondisi yang menekan ventilasi. Penurunan
ventilasi dapat dimulai pada sistem pernafasan ( gagal nafas ) atau diluar sistem pernafasan
(overdosis obat).
Pada klien yang mengalami asidosis respiratorik, cairan serebrospinal dan sel-sel otaknya
menjadi asam, menyebabkan perubahan neorologis. Hipoksemia ( penurunan kadar oksigen )terjadi karena depresi pernafasan , menyebabkan kerusakan neorologisyang lebih jauh.
Perubahan elektrolit seperti hiperkalemia dapat menyertai asidosis.
2. Alkalosis Respiratorik.
Gangguan ini ditandai dengan penurunan PACO2 dan penurunan konsentrasi ion
hydrogen (peningkatan pH). Alkalosis Respiratorik diakibatkan oleh penghembusan CO2
yang berlebihan (pada waktu mengeluarkan nafas) atau hiperventilasi. Seperti halnya asidosis
-
7/30/2019 reaksi peradangan.docx
16/18
respiratorik, alkalosisi respiratorik dapat dimulai dari luar sistem pernafasan (ansietas) atau
dari dalam sistem pernafasan seperti fase awal serangan asma.
3. Asidosis Metabolik.
Asidosis Metabolik diakibatkan oleh peningkatan konsentrasi ion hidrogen (
penurunan pH ) didalam cairan ekstrasel, yang disebabkan oleh banyak kondisi.
Tipe asidosis metabolik, normokloremik dan hiperkloremik, diklasifikasikan menurut
konsentrasi klorida plasma yang dimilki klien.
4. Alkalosis Metabolik.
Gangguan ini ditandai dengan banyaknya kehilangan asam dari tubuh atau dengan
meningkatnya kadar bikarbonat. Penyebab umumnya adalah muntah pada klien yang
mengalami gangguan asam lambung atau menelan bikarbonat dalam jumlah besar.
-
7/30/2019 reaksi peradangan.docx
17/18
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan:
Reaksi peradangan merupakan reaksi defensif terhadap bekteri yang menyerangbagian yang luka (nekrosis)
Ketidakseimbangan cairan elektrolit dan asam basa menyebabkan gangguan/ penyakitpada tubuh.
-
7/30/2019 reaksi peradangan.docx
18/18
DAFTAR PUSTAKA
A.Potter, Anne Griffin Perry, 2005. Fundamental Keperawatan Vol.2. Jakarta:EGC
http://muel-muel.blogspot.com/2008/12/reaksi-peradangan-lokal-dan-
sistemik.htmlhttps://sites.google.com/site/asidosis/Home/keseimbangan-cairan-elektrolit
http://muel-muel.blogspot.com/2008/12/reaksi-peradangan-lokal-dan-sistemik.htmlhttp://muel-muel.blogspot.com/2008/12/reaksi-peradangan-lokal-dan-sistemik.htmlhttps://sites.google.com/site/asidosis/Home/keseimbangan-cairan-elektrolithttps://sites.google.com/site/asidosis/Home/keseimbangan-cairan-elektrolithttp://muel-muel.blogspot.com/2008/12/reaksi-peradangan-lokal-dan-sistemik.htmlhttp://muel-muel.blogspot.com/2008/12/reaksi-peradangan-lokal-dan-sistemik.html