kinetika reaksi
DESCRIPTION
kinetika reaksiTRANSCRIPT
BORANG KONTRIBUSI
Makalah : Sifat-Sifat Gas Kelompok : 8
No. Nama NPM Kontribusi
1. Diana Christina 1306370902
- Soal Lapangan
- Teori: Persamaan Keadaan
Van Der Walls
- Membuat borang kontribusi
- Printing + jilid
2. Elisabeth 1306371035 - Problem 1.8
- Teori: Hukum gas ideal
- Compiler makalah
- Kesimpulan
- Printing + jilid
3. Ida Ayu Putu Putri S. 1306370940
4. Seffiani 1306370783 - Problem 1.15
- Teori: Persamaan Keadaan
lainnya
- Cover dan kata pengantar
- Printing + jilid
5. Terry M. Octaryno 1306370770
*Pembagian tugas berdasarkan undian
1
BAB I
DASAR TEORI
Pada gas Ideal, molekul-molekul gas bergerak bebas tanpa adanya interaksi
antar molekul-molekul gas tersebut pada tekanan rendah. Pada gas ideal berlaku
hukum Boyle, Charles, dan Gay-Lussac. Sedangkan pada gas nyata antar molekul gas
terjadi interaksi antar molekul. Hukum-hukum yang berlaku pada gas nyata adalah
hukum Van der Waals, Berthelot, Kamerlingh Onnes dan beberapa hukum lainnya.
Gas nyata merupakan gas yang kita temui sehari-hari dan tidak memenuhi
Hukum Boyle maupun Gay-Lussac sehingga persamaan gas ideal tidak berlaku untuk
gas tersebut. Perbedaan antara gas nyata dan gas ideal terdapat dalam tabel berikut:
Gas Nyata Gas Ideal
Partikel gas di udara sebenarnya
tidak tersebar secara merata (tidak
terdistribusi secara merata), hal ini
dikarenakan adanya pengaruh gaya
tarik menarik antar partikel
Gas terdistribusi merata dalam
ruang apapun bentuk ruangnya,
dan bila dua atau lebih gas
bercampur, gas-gas itu akan
terdistribusi merata.
Dilihat secara mikroskopis faktor
gaya tarik antar partikel-partikel
gas dan gaya tarik antar partikel
gas dengan dinding akan sangat
signifikan sehingga akan
mempengaruhi nilai dari tekanan
dan volume yang tebentuk oleh
partikel-partikel gas itu.
Gaya tarik antar partikel gas
maupun dengan dinding dianggap
tidak ada karena sangat kecil
besarnya.
2
Tak ada tumbukan yang sempurna
antar partikel-partikel gas dan
partikel gas dan dinding, karena
setelah terjadi tumbukan terjadi
juga pembebasan energi oleh
partikel-partikel gas tersebut.
Jika terjadi tumbukan, maka
tumbukan tersebut terjadi secara
lenting sempurna dimana tidak
terjadi perpindahan energi yang
signifikan antar partikel dan juga
dinding batasnya.
Walaupun perbandingan antara
jarak partikel-partikel dan ukuran
partikel itu sendiri sangat besar
namun volume partikel gas tidak
bisa diabaikan, karena tetap akan
memberikan pengaruh yang
signifikan karena setiap partikel
memiliki energi ikat untuk tetap
berikatan satu sama lain.
Jarak antar partikel-partikel gas
ideal relatif jauh lebih besar
dibandingkan dengan ukuran dari
parikel-partikel itu sendiri,
sehinggan volume partikel gas
ideal bisa diabaikan.
Hukum-hukum Gas Ideal :
1. Hukum Boyle
Berdasarkan percobaan yang dilakukannya, Robert Boyle menemukan
bahwa apabila suhu gas dijaga agar selalu konstan, maka ketika tekanan gas
bertambah, volume gas semakin berkurang, demikian juga sebaliknya.
Hubungan ini dikenal dengan julukan Hukum Boyle. Secara matematis
ditulis sebagai berikut :
3
Keterangan :
2. Hukum Charles
Seorang ilmuwan berkebangsaan Perancis yang bernama Jacques
Charles (1746-1823) menyelidiki hubungan antara suhu dan volume gas.
Berdasarkan hasil percobaannya, Charles menemukan bahwa apabila tekanan
gas dijaga agar selalu konstan, maka ketika suhu mutlak gas bertambah,
volume gas pun ikut bertambah. Hubungan ini dikenal dengan julukan
hukum Charles. Secara matematis ditulis sebagai berikut :
3. Hukum Gay-Lussac
Joseph Gay-Lussac berdasarkan percobaan yang dilakukannya,
menemukan bahwa apabila volume gas dijaga agar selalu konstan, maka
ketika tekanan gas bertambah, suhu mutlak gas pun ikut bertambah.
Hubungan ini dikenal dengan julukan Hukum Gay-Lussac. Secara matematis
ditulis sebagai berikut :
Melalui hubungan-hubungan yang ditemukan oleh Boyle, Charles, dan Gay
Lussac, serta hubungan dengan mol suatu gas dan konstanta gas Universal (R)
maka terbentuk Hukum Gas Ideal:
4
PV = nRT
Keterangan :
P = tekanan gas (N/m2)
V = volume gas (m3)
n = jumlah mol (mol)
R = konstanta gas universal (R = 8,315 J/mol.K)
T = suhu mutlak gas (K)
4. Hukum Avogrado
“Gas-gas yang memiliki volum yang sama, pada temperatur dan tekanan
yang sama, memiliki jumlah partikel yang sama pula.”
Artinya, jumlah molekul atau atom dalam suatu volum gas tidak
tergantung kepada ukuran atau massa dari molekul gas. Sebagai contoh, 1 liter
gas hidrogen dan nitrogen akan mengandung jumlah molekul yang sama,
selama suhu dan tekanannya sama. Aspek ini dapat dinyatakan secara
matematis, dengan bilangan Avogrado sebesar: 6.23x1023
Sistem dan Persamaan Keadaannya
Keadaan seimbang mekanis : Sistem berada dalam keadaan seimbang
mekanis, apabila resultan semua gaya (luar maupun dalam) adalah nol.
Keadaan seimbang kimiawi : Sistem berada dalam keadaan seimbang
kimiawi, apabila didalamnya tidak terjadi perpindahan zat dari bagian yang
satu ke bagian yang lain (difusi) dan tidak terjadi reaksi-reaksi kimiawi yang
5
dapat mengubah jumlah partikel semulanya ; tidak terjadi pelarutan atau
kondensasi. Sistem itu tetap komposisi maupun konsentrasnya. Keadaan
seimbang termal : sistem berada dalam keadaan seimabng termal dengan
lingkungannya, apabila koordinat-kooridnatnya tidak berubah, meskipun
system berkontak dengan ingkungannnya melalui dinding diatermik.
Besar/nilai koordinat sisterm tidak berubah dengan perubahan waktu.
Keadaan keseimbangan termodinamika : sistem berada dalam keadaan
seimbang termodinamika, apabila ketiga syarat keseimbangan diatas
terpenuhi. Dalam keadan demikian keadaan keadaan koordinat sistem maupun
lingkungan cenderung tidak berubah sepanjang massa. Termodinamika hanya
mempelajari sistem-sistem dalam keadaan demikian. Dalam keadaan
seimbang termodinamika setiap sistem tertutup (yang mempunyai massa atau
jumlah partikel tetap mis. N mole atau m kg) ternyata dapat digambarkan oleh
tiga koordinat dan : Semua eksperimen menunjukkan bahwa dalam keadaan
seimbang termodinamika, antara ketiga koordinat itu terdapat hubungan
tertentu : f(x,y,z)=0 dengan kata lain : Dalam keadan seimbang termodinamis,
hanya dua diantara ketiga koordinat system merupakan variabel bebas.
Suatu gas disebut gas ideal bila memenuhi hukum gas ideal, yaitu
hukum Boyle, Gay Lussac, dan Charles dengan persamaan P.V = n.R.T. Akan
tetapi, pada kenyataannya gas yang ada tidak dapat benar-benar mengikuti
hukum gas ideal tersebut. Hal ini dikarenakan gas tersebut memiliki deviasi
(penyimpangan) yang berbeda dengan gas ideal. Semakin rendah tekanan gas
pada temperatur tetap, nilai deviasinya akan semakin kecil dari hasil yang
didapat dari eksperimen dan hasilnya akan mendekati kondisi gas ideal.
Namun bila tekanan gas tesebut semakin bertambah dalam temperatur tetap,
maka nilai deviasi semakin besar sehingga hal ini menandakan bahwa hukum
gas ideal kurang sesuai untuk diaplikasikan pada gas secara umum yaitu pada
gas nyata atau gas riil.
6
Gas ideal memiliki deviasi (penyimpangan) yang lebih besar terhadap
hasil eksperimen dibanding gas nyata dkarenakan beberapa perbedaan pada
persamaan yang digunakan sebagai berikut:
Jenis gas
Tekanan gas. Ketika jarak antar molekul menjadi semakin kecil, terjadi
interaksi antar molekul dimana tekanan gas ideal lebih besar dibanding
tekanan gas nyata (Pnyata < Pideal)
Volume gas. Dalam gas ideal, volume gas diasumsikan sama dengan
volume wadah karena gas selalu menempati ruang. Namun dalam
perhitungan gas nyata, volume molekul gas tersebut juga turut
diperhitungkan, yaitu: Vriil = Vwadah – Vmolekul
Maka dari itu, perbedaan persamaan pada gas ideal dengan gas nyata
dinyatakan dalam faktor daya mampat atau faktor kompresibilitas (Z) yang
mana menghasilkan persamaan untuk gas nyata yaitu:
PV =Z . nRT atauZ= PVnRT
Beberapa asumsi dan eksperimen telah dikembangkan untuk membuat
persamaan yang menyatakan hubungan yang lebih akurat antara P, V, dan T
dalam gas nyata. Beberapa persamaan gas nyata yang cukup luas digunakan
yaitu persamaan van der Waals, persamaan Kammerligh Onnes, persamaan
Berthelot, dan persamaan Beattie-Bridgeman.
PERSAMAAN KEADAAN DALAM TERMODINAMIKA
7
1. Persamaan keadaan Van der Waals
Gas yang mengikuti hukum Boyle dan hukum Charles disebut gas
ideal. Namun, didapatkan, bahwa gas yang kita jumpai, yakni gas nyata,
tidak secara ketat mengikuti hukum gas ideal. Semakin rendah tekanan gas
pada temperatur tetap, semakin kecil deviasinya dari perilaku ideal.
Semakin tinggi tekanan gas, atau dengan dengan kata lain, semakin kecil
jarak intermolekulnya, semakin besar deviasinya. Paling tidak, ada dua
alasan yang menjelaskan hal ini. Pertama, definisi temperatur absolut
didasarkan asumsi bahwa volume gas real sangat kecil sehingga bisa
diabaikan.Molekul gas pasti memiliki volume nyata walaupun mungkin
sangat kecil. Selain itu, ketika jarak antarmolekul semakin kecil, beberapa
jenis interaksi antarmolekul akan muncul. Fisikawan Belanda Johannes
Diderik van der Waals (1837-1923) mengusulkan persamaan keadaan gas
nyata, yang dinyatakan sebagai persamaan keadaan van der Waals atau
persamaan van der Waals. Ia memodifikasi persamaan gas ideal dengan
cara sebagai berikut: dengan menambahkan koreksi pada p untuk
mengkompensasi interaksi antarmolekul; mengurangi dari suku V yang
menjelaskan volume real molekul gas.
Persamaan van der Waals didasarkan pada tiga perbedaan yang
telah disebutkan diatas dengan memodifikasi persamaan gas ideal yang
sudah berlaku secara umum. Pertama, van der Waals menambahkan
koreksi pada P dengan mengasumsikan bahwa jika terdapat interaksi
antara molekul gas dalam suatu wadah, maka tekanan riil akan berkurang
dari tekanan ideal (Pi) sebesar nilai P’.
P=Pi−P' ↔ P=Pi+P '
Nilai P’ merupakan hasil kali tetapan besar daya tarik molekul pada suatu
jenis jenis gas (a) dan kuadrat jumlah mol gas yang berbanding terbalik
terhadap volume gas tersebut, yaitu:
8
P'=n2 aV 2
Kedua, van der Waals mengurangi volume total suatu gas dengan volume
molekul gas tersebut, yang mana volume molekul gas dapat diartikan
sebagai perkalian antara jumlah mol gas dengan tetapan volume molar gas
tersebut yang berbeda untuk masing-masing gas (V – nb).
Dalam persamaan gas ideal (PV = nRT), P (tekanan) yang tertera
dalam persamaan tersebut bermakna tekanan gas ideal (Pi), sedangkan V
(volume) merupakan volume gas tersebut sehingga dapat disimpulkan
bahwa persamaan van der Waals untuk gas nyata adalah:
( P+P ' ) (V−nb )=nRT
Dengan mensubtitusikan nilai P’, maka persamaan total van der Waals
akan menjadi:
(P+ n2 aV 2 ) (V−nb )=nRT
Nilai a dan b didapat dari eksperimen dan disebut juga dengan tetapan
van der Waals. Semakin kecil nilai a dan b menunjukkan bahwa kondisi
gas semakin mendekati kondisi gas ideal. Besarnya nilai tetapan ini juga
berhubungan dengan kemampuan gas tersebut untuk dicairkan. Berikut
adalah contoh nilai a dan b pada beberapa gas.
a (L2 atm mol-2) b (10-2 L mol-1)
H2 0.244 2.661
O2 1.36 3.183
9
NH3 4.17 3.707
C6H6 18.24 11.54
Daftar nilai tetapan van der Waals secara lengkap dapat dilihat dalam
buku Fundamentals of Physical Chemistry oleh Samuel Maron dan
Jerome Lando pada tabel 1-2 halaman 20.
Pada persamaan van der Waals, nilai Z (faktor kompresibilitas):
P= nRT(V−nb )
−n2 aV 2
Z= PVnRT
↔PVnRT
= nRT . V(V−nb )nRT
− n2 a .VV 2nRT
Z= V(V −nb )
− anVRT
Untuk memperoleh hubungan antara P dan V dalam bentuk kurva pada
persamaan van der Waals terlebih dahulu persamaan ini diubah menjadi
persamaan derajat tiga (persamaan kubik) dengan menyamakan penyebut
pada ruas kanan dan kalikan dengan V2 (V - nb), kemudian kedua ruas
dibagi dengan P, maka diperoleh:
V 3−(nb+ nRTP )V 2+( n2 a
P )V−( n3 abP )=0
10
Kurva P terhadap V dalam persamaan van der Waals
-0.006
-0.004
-0.002
0
0.002
0.004
0.006
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
V (L/mol)
f(V
)
2. Persamaan keadaan Lain pada Gas Nyata
a. Persamaan Kamerlingh Onnes
Pada persamaan ini, PV didefinisikan sebagai deret geometri penjumlahan
koefisien pada temperature tertentu, yang memiliki rasio “P” (tekanan) dan
“Vm” (volume molar), yaitu sebagai berikut:
P V m=A+BP+C P2+D P3+…
Nilai A, B, C, dan D disebut juga dengan koefisien virial yang nilai dapat
dilihat dalam buku Fundamentals of Physical Chemistry oleh Samuel Maron
dan Jerome Lando Pada tekanan rendah, hanya koefisien A saja yang akurat,
namun semakin tinggi tekanan suatu gas, maka koefisien B, C, D, dan
seterusnya pun akan lebih akurat sehingga dapat disimpulkan bahwa
persamaan Kamerlingh akan memberikan hasil yang semakin akurat bila
tekanan semakin bertambah.
b. Persamaan Berhelot
Persamaan ini berlaku pada gas dengan temperatur rendah (≤ 1 atm), yaitu:
11
PV=nRT [1+ 9 P T c
128 Pc T (1−6T C2
T 2 )]Pc = tekanan kritis (tekanan pada titik kritis) dan Tc = temperatur kritis
(temperatur pada titik kritis). P, V, n, R, T adalah besaran yang sama seperti
pada hukum gas ideal biasa. Persamaan ini bermanfaat untuk menghitung
massa molekul suatu gas.
c. Persamaan Beattie-Bridgeman
Dalam persamaan ini terdapat lima konstanta. Persamaan Beattie-Bridgeman
ini terdiri atas dua persamaan, persamaan pertama untuk mencari nilai
tekanan (P), sedangkan persamaan kedua untuk mencari nilai volume molar
(Vm).
P= RTV m
+ β
V m2+ γ
V m3+ δ
V m4
V m=RTP
+ βRT
+ γ
( RT )2+ δ
(RT )3
Dimana:
β=RT βO−A0−Rc
T 2
γ=−RT Bo b+ A0u−RcBO
T 2
δ=R Bobc
T 2
Nilai Ao, Bo, a, b, dan c merupakan konstanta gas yang nilainya
berbeda pada setiap gas. Daftar nilai Ao, Bo, a, b, dan c dapat dilihat
dalam buku Fundamentals of Physical Chemistry oleh Samuel Maron
dan Jerome Lando pada tabel 1-5 halaman 23. Persamaan ini
memberikan hasil perhitungan yang sangat akurat dengan deviasi yang
sangat kecil terhadap hasil yang didapat melalui eksperimen sehingga
12
persamaan ini mampu diaplikasikan dalam kisaran suhu dan tekanan
yang luas.
d. Persamaan keadaan Redlich-Kwong
Menggunakan faktor kompresibilitas: Persamaan keadaan Van der Waals :
13
BAB II
SOAL DAN PEMBAHASAN
Problems 1.8
Pada pengukuran argon 273 K memberikan B= -21,7 cm3 mol-1 dan C= 1200 cm6
mol-2, dimana B dan C adalah koefisien virtal kedua dan ketiga dalam Z di tekanan
1/Vm. Diasumsikan dengan menggunakan hukum ideal gas pada estimasi kedua dan
ketiga koefisien tersebut, dengan faktor kompresi pada argon adalah 100 atm dan 273
K. Berdasarkan hasilnya, tentukan volum molar dari argon dengan kondisi tersebut.
Jawab :
Persamaan Koefisien virial ( Z ) :
Z=1+B ( 1Vm )+C ( 1
Vm )2
+…
Diketahui bahwa Vm=RT / ρ ( diasumsikan ideal gas ), maka 1/Vm=ρ / RT ,
lalu di substitusikan kedalam persamaan diatas, maka :
Z = 1+B( ρRT )+C ( ρ
RT )2
Z =
1+(−21,7 x 10−3 d m3 mo l−1 ) x ( 100atm
(0.0821d m3atm K−1mo l−1 ) x (273 K ) )+¿
14
(1.200 x10−3 dm6 mol−2) x ( 100atm
(0.0821d m3 K−1 mol−1) x (273K ) )2Z = 1 – (0.0968) + (0.0239) = 0.927
Vm = (0.927 ) x ( RTρ )=(0.927 ) x ( ( 0.0821 dm3 atm K−1 mol−1 ) x (273 K )
100 atm )= 0.208 dm3
15
Problem 1. 15
Ekspresikan persamaan Van Der Walls sebagai ekspansi virial di tekanan 1 /
Vm sehingga memperoleh ekspresi untuk B dan C dalam hal parameter a dan b.
Ekspansi yang Anda butuhkan adalah (1 - x) -1 = 1 + x + x2 + · · ·. Pengukuran pada
argon memberikan B = -21,7 cm3 mol-1 dan C = 1200 cm6 mol-2 untuk koefisien virial
di 273 K. Berapa nilai-nilai a dan b di sesuai persamaan Van Der Walls?
Jawab :
Diketahui persamaan :
ρ=RTVm (1+[b− a
RT ] 1Vm
+ b2
V m2 +…)
Dengan memasukan data sesuai dengan persamaan :
ρ=RTVm (1+
BV m❑ +
C
V m2 +…)Diketahui
B=b− aRT
C=b2
16
Bila C = 1200 cm6 mol-2 , b = C1/2 = 34.6 cm3 mol-1
a = RT (b – B)
= (8.206 x 10-2) x (273 dm3atm mol-1) x (34.6 + 21.7)cm3mol-1
= (22.40 dm3 atm mol-1) x (56.3 x 10-3 dm3 mol-1)
= 1.26 dm6 atm mol-2
Maka, a adalah 1.26 dm6 atm mol-2 dan b adalah 34.6 cm3 mol-1
17
SOAL LAPANGAN
Data-Data Komposisi Senyawa Hasil Reaksi pada Proses Industri Amoniak
(KELOMPOK 8)
NH3 PLANT
WGSR - HTS
ConvertionOUT LET
% mole
N2 21.23 0.2123
H2 58.39 0.5839
NH3 - -
CH4 0.3 0.003
Ar 0.27 0.0027
CO2 16.16 0.1616
CO 3.65 0.0365
O2 - -
C2H6 - -
C3H8 - -
C4'S+ - -
18
TOTAL 100 1
Temperature 438.7°C 711.7 K
Pressure 34.7 kg/cm²
34.7 kg/10-4m2
In Pascal unit : 34.7×104 kg
m2×9.8
m
s2
= 340.06 ×104 kg/ms2
In atm unit: 34.006 atm
19
Grafik Hubungan Antara Nilai Pseudoreduce Pressure Reduce (Pr), Temperature
Reduce (Tc), dan Nilai Z (Compressibility Factor)
Sumber : http://petrowiki.org/images/7/76/Vol1_Page_225_Image_0001.png.
Diakses pada 19 Oktober 2014. Pk 14:20 WIB.
20
Tabel Nilai Z untuk Masing-Masing Komponen Gas
Kompone
nTc (K) Pc (atm) Tr =
TTc
=711.7Tc
Pr¿P
Pc=34.006
Pc
Z
(dari grafik)
CO2 304.2 72.8 2.339579 0.467115 1
CH4 191.1 45.8 3.724228 0.742489 1
Ar 150.7 48 4.722628 0.708458 1
N2 126.2 33.5 5.639461 1.015104 1
CO 132.9 34.5 5.355154 0.985681 1
Cara membaca grafik ialah cari nilai Pr yang terdapat pada grafik, hubungkan dengan
garis lengkung dengan nilai Tr yang bersesuaian, setelah menemukan titik potong,
tarik garis ke arah nilai Z.
Contoh yang ditampilkan pada grafik di atas adalah nilai Z dari gas CO2.
Tabel Pengolahan Data untuk Menghitung Nilai Z dan Volume Molar
Campuran Gas
Komponen Fraksi mol [x] Tc (K) [x]Tc Pc (atm) [x]Pc
N2 0.2123 126.2 26.79226 33.5 7.11205
H2 0.5839 33.3 19.44387 12.8 7.47392
CH4 0.003 191.1 0.5733 45.8 0.1374
Ar 0.0027 150.7 0.40689 48 0.1296
CO2 0.1616 304.2 49.15872 72.8 11.76448
21
CO 0.0365 132.9 4.85085 34.5 1.25925
Σ [ x ]=¿ 1 Σ [ x ] Tc=¿ 101.2259 Σ [ x ] Pc=¿ 27.8767
Nilai Z untuk Campuran Gas :
Pr¿ PΣ [ x ] Pc
= 34,00627,8767
=1,2199
Tr= TΣ [ x ] Tc
= 711,7101,2259
=7,0308
Jadi, nilai Z untuk campuran gas tersebut dapat diperoleh dari grafik yaitu sebesar
1.
Nilai Volume Molar untuk Campuran Gas :
Vm=ZRT
P=
1× 0,082058L atmmol K
×711,7 K
34,006 atm=1,71736
Lmol
Jadi, nilai volume molar untuk campuran gas tersebut adalah sebesar 1,71736
L/mol.
22
BAB III
KESIMPULAN
1. Suatu gas disebut gas ideal bila memenuhi hukum gas ideal, yaitu hukum
Boyle, Gay Lussac, dan Charles dengan persamaan P.V = n.R.T.
2. Pada gas ideal berlaku hukum Boyle, Charles, dan Gay-Lussac.
3. Hukum-hukum yang berlaku pada gas nyata adalah hukum Van der Waals,
Berthelot, Kamerlingh Onnes dan beberapa hukum lainnya.
4. Perbedaan persamaan pada gas ideal dengan gas nyata dinyatakan dalam
faktor daya mampat atau faktor kompresibilitas (Z) yang mana menghasilkan
persamaan untuk gas nyata yaitu:
PV =Z . nRT atauZ= PVnRT
5. Untuk menyelesaikan Problem 1.8 menggunakan persamaan :
Persamaan Koefisien virial ( Z ):
Z=1+B ( 1Vm )+C ( 1
Vm )2
+…
6. Untuk menyelesaikan Problem 1.15 menggunakan persamaan :
23
ρ=RTVm (1+[b− a
RT ] 1Vm
+ b2
V m2 +…)7. Untuk menyelesaikan Soal Lapangan digunakan komponen Pc, Pr dan Tr.
Dimana setelah didapatkan nilai Z dari grafik, dapat menentukan volum molar
untuk campuran gas.
24