puisi jufri

Download puisi jufri

If you can't read please download the document

Upload: fath

Post on 25-Oct-2015

33 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Sajak-sajak Jufri Zaituna Sarang Burung Manyar sampailah aku di sarangmu, yang telah lama kau tinggalkan: arsitektur dingin, buku-buku meratapi dirinya sendiri, foto-foto masa lalu, juga lukisan menggantung sendu, bangku-bangku memanah televisi, lemari bambu menjadi penghuni bagi ruang semu, ranjang-ranjang menggigil, kasur dan bantal selembut hati para penghuni. di kolammu, ikan-ikan mengitari teratai seolah membisikkan ketiandaanmu kini. setiap kali sajakku singgah di rumahmu bersama getirnya hujan, yang menyertai curahan nasib, mengantarkan diriku ke ruang sunyi semestamu; diam-diam kucuri bintang di bibir dedaunan namun tak juga berguguran seperti tangis kanak-kanak yang mengetuk pintu sejarah muasal persetubuhanku dengan buku-buku yang tak juga melahirkan benih-benih peristiwa baru. bagi bayang-banyang memba yang di ladang gersang ingatan. tempat bermula kesetian tertanam bersama terik matahari melebur lelah perjumpaan.Talpaktana pada daun-daunmu yang mendekap tanah merunduk rendah, menaungi akar serabutmu meresap tetes hujan yang jatuh membasuh debu dan batu-batu dungu. ketika kepak angsa mencatat langkah kanak-kanak berlarian sepanjang pematang dengan tubuh telanjang sambil memagut hujan di tengah halaman memeluk dingin di pancuran tawa hanyut di selokan sampai hati membekukan percakapanPengembara Tubuh di keningmu, kukecup permata yang berkilauan cahaya melingkar di jari-jari manismu, gemetar menerangi janji-janji suci dalam kenisbian ilahi antara malam kegaiban dan degup jantung yang terus bersahutan. di bibirmu, aku berkaca wajahku memerah, sukmaku hilang arah dingin membakar darahdi langit mempesona gigil di puncak kekosongan sewaktu kaugigit lidahku, kugigit lidahmu sampai kita sama-sama bisu. di dadamu, aku berjalan kupeluk bayangan bulan berwarna putih melon malam kian licin, kegelapan jatuh di pangkuan namun kita masih tertidur di puncak dingin. di pusarmu, aku penari yang mabuk di atas perahu tak ada suara, selain bisikan hati menggema mengalirkan asmara yang teramat gilanya terhuyung-huyung, tenggelam ke dalam pusaran palung segala muasal. di kelaminmu, aku kelelawar menggantung, berayun-ayun antara malam dan siang saat malam kesepian di ranjang terbakar puisi yang kutulis dengan semerbak melati. 2011Padamu, Aku Akan Kembali aku akan kembali menemukan jejak yang kutinggalkan selama ribuan tahun di bawah kakimu yang menyimpan fosilfosil surga yang kau simpan sebagai jalan bagi kepulanganku kembali pada rahim riwayat luka dan jerit tangis kegelapan. di atas lincak batinmu, batinku merentangkan sebuah cerita persetubuhan dan persekutuan api cinta yang membakar lembaran kelahiran. padamu, aku akan kembali dari arah jarak dan waktu kehadiranku di setiap bayangbayang ingatanmu. sebab tak ada lagi yang mesti difahami sebagai peristirahatan suci dan abadi. dari darahku dan darahmu yang telah diteguk tuhan sebagai firman panjang dan sejarah muasal terciptanya dunia ini. februari, 2012Cikar Gumelar kelak ceritakanlah padaku, Umi tentang kepergiaan yang teramat jauh, yang teramat dekat, tentang roda-roda yang terus memutar nama-nama yang lupa mencatat alamat sampai semuanya tak pernah sampai pada lelah paling sesal; pada lelap paling dekap; pada kepasrahan terseret-seret suara lenguh teramat berat keringat terinjak-injak kaki sendiri tergilas perih ketabahan bumi sebab kau tak kan pernah pulang dan tak pernah pergi untuk menemukan keabadian membawamu ke asal mula keberadaanGajah Mungkur patahan-patahan gading tersusun di bangunan asing. pada dengung waktu yang tak mungkin retak, walau terbentur dengan apa pun. dengan segala yang tak terukur. pada ketinggian bukit-bukit dan dua lengkung ekor gajah mengikat segala yang mengilang. belai belalai menemukan tubuh-tubuh ketiadaan.Purwosari biarkan kereta itu lewat, untuk menjemput sesuatu yang mungkin masih menunggu di ujung harap. sambil menyapa daun-daun gemetar sepanjang bentangan rel yang selalu tabah menunggu gilas. menunggu gumpalan awan yang tak pernah menjadi genangan. bagi pohon-pohon yang berucap salam sepanjang getar hati merontokkan segala yang telah sampai. untuk mengulang kembali bunga-bunga bermekaran di bawah keteduhan. sewaktu gerbong-gerbong menyimpan bisikan kenangan. bagi kelebat hijau rerumputan di kaca yang tak sempat merekam angin.Randu Garutpohon-pohon randu tergeletak kaku tumbang menjadi bongkahan kenangan daun-daun sepi tak lagi melambaikan sunyi pada gemerisik bibir bunga berguguran dari tangkai musim kapas-kapas berhamburan sambil menyenandungkan kicau angin seiring bongkahan pohon randu menanti menjadi bayang-bayang takdir lain menjadi ujud cinta yang teramat asingKrobokan sepasang perahu membawa masa lalu. pada layar terkembang. diterkam asinnya angin. juga deburan ombak menyeret ikanakan dari pantai yang jauh. sebab di sanalah kita akan menemukan aliran harapan. menyeret keramaiaan. sewaktu deras hujan tak bisa dibendung lagi.----------Puisi-Puisi Jufri Zaituna Diterbitkan oleh WAWASANews.com Pada Monday, July 15, 2013 di Rubrik Puisi, Ulang Tahun Sajak tiuplah kata-katanya sampai padam api bahasa sebab makna kian meleleh melumuri potongan-potongan bait untuk kausuapkan pada mulut usia seiring tepuk tangan bersahutan ucapan selamat berhamburan memenuhi setiap sudut pengasingan pelukan demi pelukan semakin mencengkram kepulangan meninggalkan kado kesendirian 2011 Riwayat Borok setiap kali tangis mengecup bibir gemetar menanggung borok mengeram teramat dalam denyut kesakitan merobek doa-doa panjang sampai nyeri menusuk pantat yang hampir menetas melumuri bercak-bercak ingatan tentang darah dan nanah tertelan sungsanglalu kau menanggalkan baju dan celana dalam yang kau pakai sewaktu berenang lalu kau gantung di reranting pepohonan kau hanyutkan segala desah kesakitan sampai aliran sesal larut bersama aroma belerang 2010 Leopardi walau sajakku ringkih: seburuk rupamu yang tak seindah lukisan itu tiada henti kupandangi keterasinganmu, rasa pahitmu, juga perihmu menjadi bayang-bayang muram bagi malammu, bulanmu, mimpimu, matamu, juga mautmu sampai semuanya hadir memenggal irama penyerahan 2010 ----Puisi-Puisi Jufri Zaituna Diterbitkan oleh WAWASANews.com Pada Tuesday, March 05, 2013 di Rubrik Puisi, Kepulangan Lain apakah kepergianku akan membawa kedatanganku juga? sewaktu badai, angin, dan ombak mengantarkan diriku ke dermaga kenyataan yang sebenarnya tak nyata bagi kenyataanku yang hampa kenangan menjadi remang-remang hanya menjadi kata-kata using di mana matahari berulangkali menanam benih cahayanya menumbuhkan kembali senja di bibirnya mengembalikan ingatan tentang pelayaran panjang menuju kepulangan lain, setiap kali sentuhan dingin dan teriakan camar dari seberang menerpa layar perahu mimpiku yang oleng seperti merangkaki bukit-bukit berbatu, terjal penuh liku hutan-hutan liar pikiran harimau, mengaum, menyeret usia yang rumpang antara batas pengasingan dan jejak pengembaraan seketika hadir seperti angin yang mengubur wasiat hidup yang hanya mengulang cerita duka 2010 Ode Yang Tertinggal-ayah kesendirian adalah batu batu-batu menjadi diriku terlempar jauh aku membentur kenakalan menyumbat aliran comberan tetangga sampai genangan tangisan beraroma kebencian ayah yang tak tabah mendengar jeritan dari sobekan gendongan yang telah menancap duri-duri jeruk terlempar jauh aku di pemakaman yang lengang di sanalah malam menjadi teman paling siang -nenek darah yang kau semburkan dari mulut tersumpal sirih, kapur dan sekerat pinang tua yang kau ambil sendiri dari pohon doa suci meski dinding semerah saga memercik pada kaki bergetar yang tak kuat lagi memelukmu walau hanya bayang-bayang saja -kakek tidurmu akan menemukan mimpi yang telah lama menunggu sewaktu siang kembali berharap malam untuk menangkap batu-batu naga yang telah lepas dari tangan rahasia kebisingan kembali tumbang oleh derap langkah para penghamba datang mengadukan bulan padam merangkaki tangga-tangga dalam mendekap tubuh sampai runtuh atap langit terkuak pasrah segerombolan angin meliuk-liuk menyeret asap kegaiban pada matamu yang terbuta lebar melihat arah ketersesatan cahaya lalu kau hidup di pusat kegelapan keteduhan tak pernah kau temui melempar siang menjadi malam sampai tubuh terhempas ke langit menjadi gerimis menusuk padang kata hingga tumbuh benih impian merengkuh jiwa yang telah lama tiada meski batu-batu duka pergi namun selalu kembali -kakak telah kau akhiri dibatas waktu yang telah tiba kau pergi membawa bulan tidur setenang wajah malam melupakan terik matahari menaruh terik abu-abu jasad terbakaroleh peristiwa sisa usia dan nama-nama hari yang berbeda semoga engkau setenang senyu takbir membalut doa-doa cucu ayat-ayat suci meliliti pusara yang terbujur kaku ditengah sepi 2011 Kepulangan terang menghantui lorong panjang menjadi santapan tangisan bagi para pengecut yang takut pada dirinya yang tak ingin pulang sebelum dosa-dosa menjadi benda-benda menjijikkan sebab surga terlampau busuk bagi si miskin yang tak pernah memahami makna kekalahan sebab jalan yang kau lalui bukan langit dan bumi melainkan raungan hati yang terus membuntuti sepanjang kemesraan menguar rasa pahit usia seliar ular bersemayam dalam titik tanya memaksa rasa meresap kedalam pori-pori bahasa impian berkelebatan mencari semak-semak impian ketika bulan remang di sungai-sungai wanita menari-nari seirama hentakan kaki berulang kali menerbangkan debu dari ketulusan padang dada 2011Malam Birahi harum bunga percumbuan semakin merasuki otak bergentayangan bersama segerombolan nafas panjang menarik-narik jantung seperti serigala merangkak mengusung nasib buruk meski berulangkali menelan sepi tubuh menyala-nyala membuka kebisuan tirai asmara kehangatan kembali telanjangmencipta bunga-bunga darah bermekaran menyalakan menara hati di ujung dingin menusuk mata yang begitu nyata memandang kenyataan yang begitu hampa sampai teriakan seperti langkah kabut menyembunyikan rahasia kesenyapan yang begitu runcing menusuk dusta teriakan kembali lenyap dalam ketakutan sampai segalanya menjauh dari tangan-tangan besi kesakitan meloncat-loncat bergegas pergi benda-benda seolah hantu yang semakin nampak dalam kemurungan puisi bergumam tentang kutukan lewat celah jendela yang terus terbuka mengintip kegelapan 2011 Akulah Anjing Itu :ditya manggala kita tak bosan-bosan memaki-maki masa lalu sebab semuanya tak lagi berarti selain hanya menjadi ribuan igauan dalam kamar lembab, bau puntung dan denting rahasia hidup malamkian khusyuk memetik senar-senar rahasia dari segumpal hasrat sepanjang persinggahan yang terus membaca keadaan: betapa sakit mendengar gonggongan anjing melebihi anjing itu sendiri anjing yang lahir dari mulutku sendiri setiap kali keriuhan keakraban mendorongku untuk selalu mengucapkan pada siapa saja juga pada dirimu yang kini melahirkan diriku kembali menjadi manusia seutuhnya 2010 ---Puisi Jufri Zaituna Published On Saturday, August 24, 2013 By admin. Under: Puisi. Lidah kugigit lidahmu kaugigit lidahku agar kita sama-sama bisu2012Durian tercium aroma kemabukan dari balik rekah duri-duri membalut tubuh manismu saat kaubelah ingatan itu 2012Di Kolammu ikan-ikan mengitari teratai aku hanya ingin diam memandang ketiandaan 2009Pasar Daging daging menggelantung berayun-ayun dijerat angan tetes darah mengundang lalat bertandang 2011Sendiri aku butuh sendiri malam ini menunggangi waktu yang tak sendiri sebab kesendirian hanyalah waktu waktu yang terluka di balik buku kusam yang terlupa di rak-rak kusam 2011Istirahatlah istirahatlah di atas mimpimu mimpi tentang rakyat yang tak pernah menulis cerita rakyat hanya pekerja membangun candi di atas kepala penguasatapi jangan lupa mimpikan aku sebagai rakyat biasa yang lupa menulis puisi cinta cinta yang berselimut birahi birahi yang lahir dari tubuh tubuh yang lembut seperti bantal kata-kataselamat malam cinta selamat siang duka tidurlah dengan nyenyak dalam kubur sejarahmu 2012 http://radarseni.com/2013/08/24/puisi-jufri-zaituna/ -----Puisi-Puisi Jufri Zaituna http://www.sastra-indonesia.com/ Perempuan yang Selalu Kuciumi Tangannya di Dapur perempuan yang selalu kuciumi tangannya di dapur setiap kali aku pergi meninggalkannya bau kencur, bawang, merica, serta asin garam dapur yang selalu mengepulkan asap penderitaan dari tungku pembakaran hasrat yang berkobar piring-piring amis ikan, gelas-gelas kotor, sendok juga karatan tapi ia setia mencucinya dengan air matamerapikannya tanpa ada sesal di hatinya 20090rang-Orang Mengira orang-orang mengira namaku namamu namamu yang menenggelamkan namaku orang-orang mengira aku berjalan di jalanmu jalanmu yang tak pernah mempertemukan jalanku orang-orang mengira mataku memandang matamu matamu yang tak pernah memandang mataku 2009Kubacakan Puisimu :alm zainal arifin thoha jam yang masih menetes perlahan pada sebongkah malam yang kian pualam aku tak bisa lagi menyimpan rahasia dingin sampai kesendirian ini lesup kubaca puisimu berulang-ulang mengingatkan aku pada kematian 2009Seusai Kepulanganmu embun tak lagi meneteskan pagi ketika daun-daun lepas dari tangkai matahari 2008Sehabis Memancing walau hanya sepotong kepala ikan perut terasa kenyang karena tubuh ikan kutitipkan pada yang kekal 2009 *) dari buku Antologi Puisi ---Pagi Waktu Sore Mazhab Kutub terbitan PUstaka puJAngga 2010jangan sekali-kali kau tanyakan pagi sebab wajah bugar matahari tak pernah ku lihat sebab aku baru gosok mata dan belum gosok gigi gigiku masih malam, malamku selalu siang pantaskah aku mengucapkan selamat pagi? bila tak ada seorng pun yang mengajakku pulang dalam kamar, dinding pengusir tangisan kekaguman tersesat pada warna-warna cat tembok pudar sepudar usia tumpah sepanjang ibadah yang kian rapuh mata buta tak tau arah jendela seolah jauh. kemana mesti mata berlabuh tak ada suara, selain tetes air mata sendiri yang seolah menjadi kutuk bagi kegilaan yang semakin jauh melangkah menapaki ruang-ruang singgah 2010 Kabar Semalam Bagi Masa Silam 1. semalam puisiku tak selesai-selesai mandi tanpa sehelai makna terurai kebeningan mata air hanya menghadirkan kekeruhan dan lumut-lumut usia kian menjalar di bongkahan kepala bertahun-tahun hanya menjadi tempat pencucian bagi baju-baju hari yang selalu kotor ibu-ibu mencuci kutang, perawan-perawan membasuh isi kutang bapak-bapak mencuci celana dalam, remaja memandikan burung belukar 2. semalam duka itu datang namun makna masih terpendam sedalam derita menggali keriuhan tangis tak sampai-sampai hati kian berdebar dalam kebisuan takdir mengiris dada berkeping-keping seperti petir panjang menyibak langit yang tak mau ada kehilanggan usia menggugurkan putik-putik perasaan menyulut semerbak impian kegamangan jalan tak berujung menyergap keinginan untuk segera sampai pada tujuan namun selalu tertinggal sebab letih dan pedih dalam remah-remah kisah menyisakan peluh kesah bagi pertanyaan yang muncul: apakah masa lalu masih menungguku? 2010 Reportase Kampung 1. perermpuan-perempuan penunggu kaca sapaannya penuh gairah pakaian mencolok di tubuh padatnya mencolok seperti tawanya menebar pesona bibir bergincu mengalir senyum kurang ajar membuah si gila makin gila 2.rumah lelaki itu tampak sepi. seakan sayu menikam-nikam hanya ujung atap dan tonggak bambu yang tampak perempuan berjalan tergopoh-gopoh menuju surau kecil, tempat lelaki itu duduk bersiul mempermainkan burung perkututnya di dalam sangkar tergantung di depan rumahnya yang samar namun tak lama sunyi pecah oleh teriakan seiring asap mengepul dari tubuh lelaki meraung dari kobaran 2010 Membaca Taman ambillah duri-duri itu lalu tusukkan atas nama mawar agar semerbak kesakitan kembali beraroma keabadian lalu ceritakan padaku tentang kumbang agar semua kemungkinan datang mereguk dengung musim mengitari kebimbangan selagi taman tak lagi bermakna pertemuan menerbangkan putik-putik kerinduan dari sisa kata yang kian tumbuh menjalar mengikat erat peristiwa lampau sebab harapan kian layu dihinggapi kupu-kupu yang ingin menjadi kepompong seiring lebah-lebah lupa sarang 2011 ALA ROA DAN DIRINYA lembar demi lembar telah kau habiskan untuk segera sampai di ujung penantian sampai kau tak paham, bahwa gema kata hanyalah ketukan keterasingan dari ruang tubuh tersekap kebencian juga getar rasa memabukkan kesendirian segenggam debu kesakitan berhamburan dari beratus-ratus jalan hati keraguan mengancam pemburuan demi pemburuan tiada akhir berhembus dari arah ketidaksempurnaan kata-kata merangkak mencari makna keabadian dari patahan-patahan tawa berderak cepat seperti kilat yang merobek mulut langit seperti jalan kematian yang tak pernah kau temukan selain kau terus memohon berjuta harapan menjumpai keabadian yang lain adakah kau masih berharap untuk terlahir kembaliseperti cahaya yang memancar dari rahim sepi sebab makna kian tiada untuk menampung kegelisahan berlumut biru otak sekeras batu-batu 2011 Tarian Doa sampai mulut berbusa dusta tersumpal doa-dosa jatuh terhempas menjadi humus menjadi batu tua menganga mengamini batas tangis tandas ditelan kabut permintaan derita semakin lengang menjadi kitab-kitab persembahan telah berulang kali membacanya dengan kekhusyukan tiada tara sampai menyeret pilu pintu tiada sambil mendesah resah sekujur tubuh basah firman setia 2011 Hujan Darah ingatan ini masih basah untuk mengenang tempat berteduh ketika teriakan hujan darah mengguyuri tanah merekah lambaian dendam menyibak wajah sumringah kesedihan berceceran sepanjang kepulangan 2011 ----Selendang :saudaraku sulaiman tak ada yang dapat aku ingat selain selendangmu melilit pucat di leher jenjangmu berkarat karena sudah lama kau puasa mandi demi pengembaraan suci tapi, sempatkah kau bayangkan bila selendangmu berubah menjadi ular menggigit lehermu sampai kepalamu tanggal tanggal kematian menggelinding di jalan-jalan Jogjakarta, 2009----MEMBACA TAMAN ambillah duri-duri itu lalu tusukkan atas nama mawar agar semerbak kesakitan kembali beraroma keabadian lalu ceritakan padaku tentang kumbang agar semua kemungkinan datang mereguk dengung musim mengitari kebimbangan selagi taman tak lagi bermakna pertemuan menerbangkan putik-putik kerinduan dari sisa kata yang kian tumbuh menjalar mengikat erat peristiwa lampau sebab harapan kian layu dihinggapi kupu-kupu yang ingin menjadi kepompong seiring lebah-lebah lupa sarang 2011 ----Puisi-Puisi Jufri ZaitunaTan-Pangantanandi kolong langgar tempat mengintip segala pengharapan:ketika bermain tan-pangantanan, perang-perangan dengan kuda pelepah pisang untuk mencambuki tawa yang riang tangis yang liarkarena daun-daun telah kita bayangkan selembar uang sebagai maskawin bagi pernikahan sepasang keindahan2006Kampung Kesunyian -alm taufiqurrahmanwajahmu teramat sunyi saat kubaca sebuah cerita yang rebah di dadamu kinidada yang terjal dada yang lapang terbentang padang-padang yang mengalirkan darah bagi setiap jalan pulang pada setiap yang datangselalu mengalungkan doa bagi diam rasa sakitmu yang bertalu-talu, meriwayatkan desah batinmu yang perlahan terkubur di setiap denting dinginmenampar pipi malam yang teramat cekungdi malam kepulanganmu menuju kampung kesunyian dimana segalanya bertemu antara masa lalu dan segala yang bernama kepulangandari sebuah cerita-cerita yang kautuliskan dengan diam dengan rasa sakit yang tak juga selesaisampai2012Sumur Tuaterdengar deram hati dari liang sumur tua yang menenggelamkan lumut-lumut rahasiabagi pancaran mata air yang menyembul dari kehangatan bumimengecup pusar usia yang terus kaugali dengan linggis hari-harisebelum kemurnian menggenangi hamparan batu-batu kapur yang lembab menyembul dari dasar kegelapansebelum peristiwa menjulurkan wajah asing di dasar masa lalusampai basah teramat resah membasuh tubuh lelah yang sungguhsungguh-sungguh menggali tanah sampai menembus tebal batu karang tebal ciptaansampai segalanya teramat dalam mencari kisah panjang dari sebuah perjumpaansebelum kemurnian dikandung kesejukan lebat hujan tak lagi kita harapkan2008Pengembara Tubuhdi keningmu, kukecup permata yang berkilauan cahaya melingkar di jari-jari manismu yang gemetar menerangi janji-janji suci dalam kenisbian ilahi antara malam kegaiban dan degup jantung yang terus bersahutandi bibirmu, aku berkaca wajahku memerah sukmaku hilang arah dingin membakar darah di langit mempesona gigil di puncak kekosongan sewaktu kaugigit lidahku kugigit lidahmu sampai kita sama-sama bisudi dadamu, aku berjalan kupeluk bayangan bulan berwarna putih melon malam kian licin kegelapan jatuh di pangkuan namun kita masih tertidur menggigil di puncak dingindi pusarmu, aku penari yang mabuk di atas perahu tak ada suara, selain bisikan hati yang menggema mengalirkan asmara yang teramat gilanya terhuyung-huyung tenggelam ke dalam pusaran palung segala muasaldi kelaminmu, aku kelelawar yang menggantung berayun-ayun antara malam dan siang saat malam kesepian di ranjang terbakar puisi yang kutulis dengan semerbak melati2012Ziarah Hatisepi tinggal tulang hati berjalan melewati bangkai puisi yang tertancap dalam jiwa gelisah maut! seolah gonggongan anjing yang memanggil-manggil peti jenazah jerit hati menyalakan api di batu-batu bertuliskan usia yang kian melapuk di ranjang bertabur bisikan tentang kotamu yang kusinggahi yang tak lagi mendengungkan keindahan bagi hari-hari yang seperti selembar kertas yang bertuliskan: laknat! tentang gelap bersiasatmembuntuti alamat asing juga anasir langit yang murung2010 http://www.harianlahat.com/2013/02/puisi-puisi-jufri-zaituna/ ------KAMIS, 07 APRIL 2011 Jufri Zaituna keburan tuhan kudatangi keburan-kuburan tuhan dalam setiap epitaf perjumpaan. saat malam mati tenggelam dalam conberan bersama anjing-anjing yang menyalak nyaring. taring yan g seanyir alcohol, seruncing dingin di bawah pohon beringin. menyeruak bercampur bau sampah basah kencing pelacur. sepasang kekasih sepasang kekasih saling menutup matanya dengan sapu tangan. mencari hati keabadi an dalam keremangan cinta yang kian berlarian. apa yang mesti kukatakan apa yang mesti kukatakan. selain luka teramat dalam. saat kita tak lagi menukar senyum ranum. yang di petik dari tangkai hati paling ujung. bersama duri-durinya yang seruncing kesendirian. kepada mereka aku tak mengerti pada mereka yang selalu mencemohku karena hanya menulis puisi, bukan yang lain saja. kata mereka: penyair hanya bermain-main dengan kata. penya ir hanya mengulang-ngulang yang telah ada. dan bila suatu saat nanti mereka dita kdirkan merasakan nikmatnya mengecap manisnya madu puisi, mereka akan segila kup u-kupu yang tak lagi mau mengepakkan sayapnya, meninggalkan taman kata-kata yang tumbuh bermacam-macam bunga makna. darah aroma darah para pejuang kembali menyengat kita. mendesir seperti angina yang me ngibarkan bendera di tiang-tiang pinggir jalan. suara merdeka kembali berguguran dari mulut orang-orang yang masih tak tau apa arti kemerdekaan. di negeri yang masih menyajikan sup darah di gedung-gedung dan hotel-hotel. seekor ikan ada seekor ikan menggelepar kesakitan ditengah aspal yang membentang licin. enta h dari mana ia datang. apa ia melompat dari parit yang airnya tak lagi dikatakanair melaikan lumpur atau mungkin ada seseorang yang baru membelinya untuk di ma kan lalu adsa yang melompat. sudak berapa jam ia menahan nafasnya tanpa air? tak adakah seorang pun yang mau mengambilnya walau ia satu ekor. untuk di buatkan k olam kecil? dari pada ia tertindih ban atau termakan anjing-anjing yang lupa jal an arah pulang. burung merak kini burung merak telah pergi meninggalkan belantara kata-katanya. mengepakkan s ayapnya menuju sangkar yang dirangkai dengan bunga kamboja. 2009 ---------Pengembara Tubuh Di keningmu, kukecup Permata yang berkilauan Cahaya melingkar di jari-jari Manismu yang gemetar Menerangi janji-janji suci Dalam kenisbian ilahi Antara malam kegaiban Dan degup jantung Yang terus bersahutan Di bibirmu, aku berkaca Wajahku memerah Sukmaku hilang arah Dingin membakar darah Di langit mempesona Gigil di puncak kekosongan Sewaktu kaugigit lidahku Kugigit lidahmu Sampai kita sama-sama bisu Di dadamu, aku berjalan Sambil kupeluk bayangan Bulan berwarna putih melon Malam kian licin Kegelapan jatuh di pangkuan Namun kita masih tertidur Menggigil di puncak angin Di pusarmu, aku penari Yang mabuk di atas perahu Tak ada suara, selain bisikan Hati yang mengema Mengalirkan asmara Yang teramat gilanya Terhuyung-huyung Tenggelam ke dalam pusaran Palung segala muasal Di kelaminmu, aku kelelawar Yang menggantung Berayun-ayun Antara malam dan siang Saat malam kesepianDi ranjang terbakar puisi Yang kutulis dengan Semerbak bunga melati 2012 --------Pengembara Tubuh Di keningmu, kukecup Permata yang berkilauan Cahaya melingkar di jari-jari Manismu yang gemetar Menerangi janji-janji suci Dalam kenisbian ilahi Antara malam kegaiban Dan degup jantung Yang terus bersahutan Di bibirmu, aku berkaca Wajahku memerah Sukmaku hilang arah Dingin membakar darah Di langit mempesona Gigil di puncak kekosongan Sewaktu kaugigit lidahku Kugigit lidahmu Sampai kita sama-sama bisu Di dadamu, aku berjalan Sambil kupeluk bayangan Bulan berwarna putih melon Malam kian licin Kegelapan jatuh di pangkuan Namun kita masih tertidur Menggigil di puncak angin Di pusarmu, aku penari Yang mabuk di atas perahu Tak ada suara, selain bisikan Hati yang mengema Mengalirkan asmara Yang teramat gilanya Terhuyung-huyung Tenggelam ke dalam pusaran Palung segala muasal Di kelaminmu, aku kelelawar Yang menggantung Berayun-ayun Antara malam dan siang Saat malam kesepian Di ranjang terbakar puisi Yang kutulis dengan Semerbak bunga melati 2012------