prosedur pelaksanaan pkl 1

29
BAB II KESESUAIAN PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN 2.1 Latar belakang Pembangunan Konstruksi 2.2 Sistem/cara kerja maupun alat yang dipakai Prosedur pelaksanaan pembuatan benda uji marshall / bricket AC-BC 1. Penyiapan material yang akan dipakai yaitu Hotbin 1 sampai dengan hotbin 4 di timbang sesuai Job Mix Formula (JMF) dan ditambah dengan perekat. 2. Material yang sudah di timbang dipanaskan hingga mencapai suhu 150º C.

Upload: nunuwawa

Post on 27-Sep-2015

234 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Bidang Teknik Sipil dan Praktek Kerja Lapangan

TRANSCRIPT

BAB II

KESESUAIAN PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN

2.1Latar belakang Pembangunan Konstruksi

2.2Sistem/cara kerja maupun alat yang dipakai

Prosedur pelaksanaan pembuatan benda uji marshall / bricket AC-BC

1. Penyiapan material yang akan dipakai yaitu Hotbin 1 sampai dengan hotbin 4 di timbang sesuai Job Mix Formula (JMF) dan ditambah dengan perekat.

2. Material yang sudah di timbang dipanaskan hingga mencapai suhu 150 C.

3. Aspal dipanaskan hingga mencair tetapi jangan terlalu lama agar tidak terjadi gelembung udara.

4. Sementara aspal dipanaskan, cawan ditimbang dan dicatat beratnya.

5. Material yang sudah mencapai suhu 150 C dimasukkan kedalam cawan kosong kemudian ditimbang dalam keadaan panas.

6. Untuk menentukan berat aspal cair yang dibutuhkan perlu dilakukan perhitungan

7. Aspal cair yang telah ditentukan beratnya dicampur ke dalam material panas yang telah di timbang.

8. Pencampuran zat adiktif dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan.

9. Material dan aspal cair di aduk hingga merata diatas kompor dan menutupi seluruh permukaan material sampai suhu 140C.

10. Campuran dimasukkan ke dalam cetakan silinder dan dirojok dalam 3 lapis yaitu lapis paling bawah halus, lapis tengah kasar, dan lapis paling atas halus dan di cek kembali suhu nya.

11. Campuran ditumbuk sebanyak 75 kali tumbukan persisi

12. Benda uji yang telah ditumbuk didinginkan dan dikeluarkan dari cetakan.

13. Pemberian tanda pada sampel.

Catatan:

Job Mix Formula (JMF) berbeda dengan Job Mix Design (JMD). Material JMF diambil dari Hotbin, sedangkan JMD dari Coldbin.

Penambahan zat adiktif dilakukan sesuai dengan kebutuhan , pada pekerjaan ini zat adiktif hanya dipakai sebanyak 3 ml yang bertujuan mempercepat pengikatan antara aspal dan material dari hotbin.

Persen (%) kadar aspal untuk pekerjaan ini yaitu 4,5 % sampai dengan 6 % dan tiap kadar terdiri dari 3 contoh yaitu :

Hotbin 1 merupakan pasir

Hotbin 2 merupakan abu batu

Hotbin 3 merupakan medium coarse

Hotbin 4 merupakan batu coarse

Kertas saring dimasukkan ke dalam cetakan sebelum campuran dimasukkan

Pemakaian timbangan harus sama mulai dari awal sampai akhir

Contoh perhitungan

Berat cawan= 204,8 gram

Berat agregat= 1129,6 gram

% aspal= 5,5 %

=

= 0,945

= = 1195,34 gram

Berat aspal + agregat + cawan = 1195,34 + 204,8 = 1400,1 gram.

Perbedaan pekerjaan di Asphalt Mix Plan (AMP) dan Laboratorium Perkerasan Jalan Raya Polmed

AMP

Laboratorium Polmed

Cetakan silinder tidak dipanaskan

Cetakan silinder dipanaskan

Pengukuran suhu setelah campuran dimasukkan kedalam cetakan silinder

Tidak dilakukan pengukuran suhu setelah campuran dimasukkan kedalam cetakan silinder

Material berasal dari Hotbin

Material berasal dari Coldbin

Job Mix Formula

Job Mix Design

Metode Pelaksanaan Trial Segment

1. Tepi perkerasan dibersihkan dari tanah yang melekat

2. Asphalt Sprayer disiramkan merata pada permukaan perkerasan.

3. Jalan yang akan digunakan diukur sepanjang 100 meter dan di beri patok dengan dibagi menjadi 3 segment.

4. Material dimasukkan ke dalam Asphalt Finisher dengan suhu mencapai 145C.

5. Material dihampar dan diratakan dengan Asphalt Finisher tetapi tebal saat penghamparan bertambah 20% dari tebal yang diinginkan (keadaan gembur).

6. Ketebalan hamparan material keadaan gembur diukur dan di cek suhunya. Bagian perkerasan yang akan di coredrill ditandai dengan pilox/cat.

7. Material yang sudah dihampar dipadatkan dengan alat Tandem Roller sebanyak 2 kali gilasan (passing) per segment setelah suhu turun menjadi 120 C.

8. Pemadatan selanjutnya dilakukan dengan memakai alat Pneumatic Tire Roller (PTR) dengan jumlah passing yang berbeda tiap segment, yaitu:

Segment 1 sebanyak 20 passing

Segment 2 sebanyak 22 passing

Segment 3 sebanyak 24 passing

Catatan:

Emulsi dari Asphalt Sprayer berguna sebagai perekat antara perkerasan lama dengan material yang akan dihampar disebut juga dengan Tack Coat.

Patok atau marking bertujuan agar pembagian lajur seimbang.

Setelah penghamparan dengan Asphalt Finisher , material harus dihampar secara manual dengan menyingkirkan material yang kasar.

Ketebalan yang diinginkan sebesar 6 cm sehingga saat dihampar tebalnya 7,2 cm karena faktor kehilangan dianggap sebesar 20% dari ketebalan rencana.

Pekerjaan Coredrill pada Trial Segment bergantung pada kesepakatan owner, kontraktor pelaksana dan konsultan supervisi.

Tandem Roller memadatkan dengan ban belakang terlebih dahulu karena jika ban depan yang terlebih dahulu bekerja dapat menyebabkan alur yang jika dipadatkan terus-menerus tidak akan hilang.

Perbedaan jumlah passing tiap segment saat dipadatkan dengan PTR bertujuan mencari jumlah passing yang tepat untuk pemadatan selanjutnya.

Alat yang digunakan

1. Asphalt Compressor

2. Asphalt Sprayer

3. Asphalt Finisher

4. Tandem Roller

5. Pneumatic Tired Roller (PTR)

6. Dump Truck

7. Thermometer

8. Sekop

9. Meteran

10. Cat atau pilox

11. Alat pengukur ketebalan penghamparan (stick)

12. Alat perata (rick)

13. Angkong atau beko

Kendala saat pekerjaan

1. Keterlambatan datangnya material.

2. Jumlah material yang datang tidak sesuai dengan permintaan.

3. Akibat material yang jumlahnya tidak sesuai, panjang trial berkurang menjadi 75 meter.

Metode Pelaksanaan Overlay

1. Tepi perkerasan dibersihkan dari tanah yang melekat dan seluruh permukaan perkerasan di compressor

2. Asphalt Sparyer disiramkan merata pada permukaan perkerasan.

3. Jalan yang akan digunakan diukur lebarnya yaitu 3,5 m dan diberi tanda agar hamparan material tetap pada posisinya

4. Material dimasukkan ke dalam Asphalt Finisher dengan suhu mencapai 145C.

5. Material dihampar dan diratakan dengan Asphalt Finisher tetapi tebal saat penghamparan bertambah 20% dari tebal yang diinginkan (keadaan gembur).

6. Ketebalan hamparan material keadaan gembur diukur dan di cek suhunya. Bagian perkerasan yang akan di coredrill ditandai dengan pilox/cat.

7. Material yang sudah dihampar dipadatkan dengan alat Tandem Roller sebanyak 2 kali gilasan (passing) per segment setelah suhu turun menjadi 120 C.

8. Pemadatan selanjutnya dilakukan dengan memakai alat Pneumatic Tire Roller (PTR) dengan jumlah 22 passing.

Catatan:

Emulsi dari Asphalt Sprayer berguna sebagai perekat antara perkerasan lama dengan material yang akan dihampar disebut juga dengan Tack Coat.

Patok atau marking bertujuan agar pembagian lajur seimbang.

Setelah penghamparan dengan Asphalt Finisher , material harus dihampar secara manual dengan menyingkirkan material yang kasar.

Ketebalan yang diinginkan sebesar 6 cm sehingga saat dihampar tebalnya 7,2 cm karena faktor kehilangan dianggap sebesar 20% dari ketebalan rencana.

Pekerjaan Coredrill pada Overlay dilakukan sebanyak 6 titik secara acak sepanjang 200 meter.

Tandem Roller memadatkan dengan ban belakang terlebih dahulu karena jika ban depan yang terlebih dahulu bekerja dapat menyebabkan alur yang jika dipadatkan terus-menerus tidak akan hilang.

Setelah hasil Trial Segment di Core Drill, semua segment dengan jumlah passing yang berbeda masuk dalam ketentuan, tetapi diambil ketentuan passing dengan jumlah 22 yaitu karena jika diambil passing dengan jumlah 24 akan berdampak boros tetapi jika passing dengan jumlah 20 di khawatirkan tebal jalan tidak sesuai dengan yang di harapkan.

Alat yang digunakan

1. Asphalt Compressor

2. Asphalt Sprayer

3. Asphalt Finisher

4. Tandem Roller

5. Pneumatic Tire Roller (PTR)

6. Dump Truck

7. Thermometer

8. Sekop

9. Meteran

10. Cat atau pilox

11. Alat pengukur ketebalan penghamparan (stick)

12. Alat perata (rick)

13. Angkong atau beko

Metode Pengujian Core Drill

1. Penyiapan alat yang akan dipakai seperti alat core, pompa air, kompor gas dan semacamnya di titik yang sudah di tentukan.

2. Alat core dan pompa air dihubungkan dengan selang sehingga saat alat core berjalan, air dapat ikut mengalir membasahi mata bor sehingga mata bor tidak rusak.

3. Material campuran aspal dimasak hingga campuran tidak menggumpal.

4. Alat core dihidupkan maka perlahan-lahan mata bor turun tepat pada titik yang telah ditentukan sampai kedalaman tertentu.

5. Alat core yang telah mencapai kedalaman tertentu dimatikan dan mata bor dinaikkan.

6. Titik yang telah di core diambil sampelnya dan dibersihkan.

7. Sampel dari titik pertama diukur dengan jangka sorong dan dicatat hasilnya.

8. Lubang yang masih penuh dengan air, dibersihkan sampai kering.

9. Material yang telah panas dimasukkan kedalam lubang dengan cara lapis bawah halus, lapis tengah kasar dan lapis atas halus.

10. Lubang yang terisi material dipadatkan dengan alat penumbuk sebanyak 15 tumbukan.

Alat yang digunakan

1. Alat core

2. Pompa air

3. Alat penumbuk

4. Kuali dan kompor gas

5. Kain lap

6. Jangka sorong

Catatan:

Dilakukan pemblokiran jalan dan disiapkan satu orang navigator untuk mengarahkan lalu lintas di jalan yang akan di core. Sebelum dilakukan pengujian core sebaiknya dilakukan pemantauan lalu lintas dahulu agar tidak menimbulkan kemacetan.

Pengujian core dilakukan 50 cm dari tepi perkerasan.

Pemadatan dengan alat penumbuk bisa dilakukan lebih dari 15 kali tumbukan sampai material padat.