proposal disertasi tafsir al-qur’an al-adzim karya raden pengulu tafsir anom intertekstualitas,...

Upload: i2b

Post on 05-Apr-2018

349 views

Category:

Documents


30 download

TRANSCRIPT

  • 7/31/2019 PROPOSAL DISERTASI TAFSIR AL-QURAN AL-ADZIM KARYA RADEN PENGULU TAFSIR ANOM INTERTEKSTUALITAS, ORT

    1/10

    PROPOSAL DISERTASITAFSIR AL-QURAN AL-ADZIM KARYA RADEN PENGULU TAFSIR ANOM:

    INTERTEKSTUALITAS, ORTODOKSI DAN RELASI KUASA PENAFSIRANAWAL ABAD KE-20 M

    Oleh: Akhmad Arif Junaidi

    A. Latar Belakang MasalahDalam tradisi pemikiran Islam, menafsirkan al-Quran sebagai upaya

    memahami pesan-pesan Tuhan sering dipahami sebagai tugas yang takpernah mengenal kata berhenti. 1 Tugas tersebut senantiasa mesti dilakukan,kapanpun dan di manapun, selaras dengan perkembangan situasi dan kondisisocial yang ada. Artinya, al-Quran harus senantiasa ditafsirkan untuk menjadilandasan teologis bagi setiap pemecahan persoalan actual yang muncul kepermukaan. Al-Quran juga harus senantiasa ditafsirkan untuk mengesahkanberbagai perilaku, menyemangati berbagai perjuangan, melandasi berbagaiaspirasi, memenuhi berbagai harapan, melestarikan berbagai kepercayaan danmemperteguh jati diri penganutnya. 2

    Tampaknya cara pandang inilah yang menjadikan Al-Quran telahmelahirkan sederetan teks turunan yang demikian luas dan mengagumkan.

    Teks-teks turunan itu merupakan teks keduabila al-Quran dipandangsebagai teks pertamayang menjadi pengungkap dan penjelas makna-maknayang terkandung di dalamnya. Teks kedua ini lalu dikenal sebagai literaturtafsir al-Quran, ditulis oleh para ulama dengan kecenderungan dankarakteristik masing-masing, dalam berjilid-jilid kitab tafsir.

    Dibandingkan dengan kitab suci agama lain, tentu hal tersebutmerupakan fenomena yang unik. Sebab, kitab-kitab tafsir sebagai teks keduaitu, sebagaimana dapat dilihat dalam khazanah literature Islam, tidak sekedar

    jumlahnya yang banyak, melainkan juga corak, metode dan pendekatan yangdipergunakannya sangat beragam. 3 Dalam khazanah literature Islam dikenal,misalnya, kitab tafsir Al-Durr al-Mantsur fi Al-Tafsir bi al-Matsur karya

    Jalaluddin al-Suyuthy (849-911 H), Jami Al-Bayan an Tawil Ayat al-Qurankarya Abu Jafar Muhammad Ibn Jarir al-Thabary (224-310 H), Tafsir al-Quranal-Adzim karya Imaduddin Abu al-Fida al-Quraysy al-Dimasyqy Ibn Katsir (700-774 H), Ruh al-Maani fi Tafsir al-Quran al-Adzim wa al-Sabu al-Matsani karyaal-Alusi, al-Kasysyaf an Haqaiq al-Tanzil wa Uyun al-Aqawil fi Wujuh al-Tawilkarya Abu al-Qasim ibn Muhammad al-Zamakhsyary (476-538 H), al-Jawahir fiTafsir al-Quran al-Karim karya Thanthawi Jauhary (w. 876 H), Ahkam al-Qurankarya Abu Bakr al-Jashash (w. 981 H), al-Jami li Ahkam al-Quran karya AbuAbdillah al-Qurthuby (w. 1272) dan lain-lain.

    Sebagai teks turunan yang memiliki dimensi-dimensi lokalitas, karya-karya tafsir al-Quran tidak hanya ditulis oleh para penulis yang berasal darikawasan yang memiliki tradisi besar ( great tradition ), yakni kawasan Timur

    Tengah tempat di mana Islam lahir dan berkembang. Karya-karya tafsir al-

    1M. Nur Kholis Setiawan, Al-Quran Kitab Sastra Terbesar , Yogyakarta: eLSAQPress, 2005, hal. 1

    2Mohammed Arkoun, Kajian Kontemporer Al-Quran , terj. Hidayatullah,Bandung: Pustaka, 1988, hal. 1

    3M. Amin Abdullah, Arah Baru Metode Penelitian Tafsir di Indonesia, KataPengantar untuk Islah Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesia: Dari Hermeneutika hinggaIdeologi , Jakarta: Teraju, 2003, hlm. 17-18

    1

  • 7/31/2019 PROPOSAL DISERTASI TAFSIR AL-QURAN AL-ADZIM KARYA RADEN PENGULU TAFSIR ANOM INTERTEKSTUALITAS, ORT

    2/10

    Quran juga ditulis oleh para penulis yang berasal dari kawasan yang saratdengan tradisi kecil ( little tradition ), termasuk di antaranya adalah Indonesia.Dinamika intelektual yang berkembang di negara kepulauan ini telah banyakmenghasilkan khazanah pemikiran tafsir al-Quran.

    Tradisi penulisan tafsir di Indonesia sebenarnya telah bergerak cukuplama, dengan keragaman teknis penulisan, corak dan dan bahasa yangdipergunakannya. Dalam hal ini, cukup menarik bila kita melihat manuskriptafsir al-Quran 15 juz berbahasa Arab yang tersimpan di Musium Masjid AgungDemak. Sumber-sumber lokal menjelaskan bahwa manuskrip tafsir tersebutditulis oleh Sunan Bonang, salah seorang anak dari Sunan Ampel yang dikenalproduktif dalam menulis karya-karya keagamaan. 4 Bila informasi sumber lokaltersebut benar maka tampaknya bisa disimpulkan bahwa tradisi penulisantafsir al-Quran di Indonesia telah muncul pada abad ke-15 M. Sementara MochNur Ichwan menjelaskan bahwa tradisi penulisan tafsir mulai muncul padaabad ke-16 M. Setidaknya hal ini dapat dilihat dari naskah Tafsir Surah al-Kahfi(18): 9, sebuah naskah yang tidak diketahui siapa penulisnya. Manuskripnyadibawa dari Aceh ke Belanda oleh Erpinus, seorang ahli bahasa Arab dariBelanda yang meninggal pada tahun 1624 M. Manuskrip yang sekarangmenjadi koleksi Cambridge University Library dengan catalog MS Li.6.45tersebut diduga dibuat pada masa awal masa pemerintahan Sultan IskandarMuda (1607-1636 M), di mana mufti kesultanannya adalah Syams al-Din al-Sumatrani, atau bahkan sebelumnya, Sultan Ala al-Din Riayat Syah Sayyidal-Mukammil, di mana mufti kesultanannya adalah Hamzah al-Fansuri. 5

    Kurang lebih satu abad kemudian Abdul Rauf al-Sinkili (1615-1693 M)menulis sebuah kitab tafsir yang berjudul Tarjuman al-Mustafid . Menurut PeterRiddel, sebagaimana dirujuk oleh Ichwan, kitab tafsir lengkap 30 juz yangmerupakan terjemahan langsung dari Tafsir al-Jalalain tersebut ditulis padatahun 1675 M. Pada abad ke-19 M, muncul sebuah karya tafsir anonym yangberjudul Kitab Faraidz al-Quran . Karya tafsir yang tersimpan di PerpustakaanAmsterdam University tersebut ditulis dalam bentuk yang sangat sederhana,dan tampak lebih merupakan artikel tafsir karena hanya terdiri dari duahalaman. Pada abad yang sama, seorang ulama asal Nusantara yang bernamaSyaikh Muhammad Nawawy al-Bantany (1813-1879 M) menulis sebuah karyatafsir lengkap 30 juz dengan judul Tafsir al-Munir li Maalim al-Tanzil . Hanyasaja, kitab tafsir tersebut berbahasa Arab tersebut tidak ditulis di Indonesia,melainkan di Makkah .6 Pada akhir abad ke-19 M, muncul karya tafsir berjudulFaidl al-Rahman fi Tarjamah Kalam al-Dayyan yang ditulis oleh KH MuhammadSholih al-Samarany, seorang ulama kenamaan dari Kampung Darat, Semarang.Pada awal abad ke-20 M, muncullah beragam karya tafsir yang ditulis paraulama Nusantara yang disajikan dalam model, tema dan bahasa yangberagam.

    Dari perspektif latar belakang akademik penulisnya, karya-karya tafsir

    4Schrike menjelaskan bahwa sebuah naskah kuno berisi petuah-petuahkeagamaan yang tersimpan di Musium Ferrara Italia juga ditulis oleh Sunan Bonang,yang kemudian diberi judul Hetboek van Bonang . Prof. Dr. H. Abdul Djamil, MA, MateriKuliah Umum Program Doktor IAIN Walisongo, tanggal 12 Agustus 2005

    5Lihat Moch. Nur Ichwan, Literatur Tafsir Quran MelayuJawi di Indonesia:Relasi Kuasa, Pergeseran dan Kematian, dalam Viai Islam Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman,Volume 1, Nomor 1, Januari 2002, hal. 15

    6Islah Gusmian, Op. Cit , hal. 53-55

    2

  • 7/31/2019 PROPOSAL DISERTASI TAFSIR AL-QURAN AL-ADZIM KARYA RADEN PENGULU TAFSIR ANOM INTERTEKSTUALITAS, ORT

    3/10

    al-Quran Nusantara dapat dibedakan menjadi dua. Pertama , karya-karyakesarjanaan al-Quran yang ditulis oleh sarjana Indonesia yang memiliki kaitanlangsung dengan dinamika intelektual Timur Tengah, seperti Tafsir al-Munir karya Syaikh Nawawi al-Bantany, Tarjuman al-Mustafidz karya Abdul Rauf Singkel dan lain-lain. Kedua , karya-karya kesarjanaan al-Quran yang ditulisoleh para penulis lokal yang tidak memiliki kaitan langsung dengan dinamikaintelektual Timur Tengah.

    Dalam hal ini, diakui atau tidak, kajian-kajian tafsir selama ini lebihbanyak dilakukan terhadap kitab-kitab tafsir karya kesarjanaan Timur Tengah,atau karya kesarjanaan lokal yang memiliki kaitan langsung dengan dinamikaintelektual di Timur Tengah. Tidak banyak kajian tafsir yang dilakukanterhadap karya-karya kesarjanaan lokal. Minimnya studi atas karya-karya tafsirlokal tersebut berimplikasi pada penghilangan ruang-ruang sejarah intelektualdalam suatu lokus dan tempos tertentu, yang memberikan gambaran bahwaseolah-olah tidak pernah terjadi sesuatu pun yang penting dalam ruang sejarahtersebut.

    Padahal penulusuran terhadap karya-karya intelektual yang ada justerumenunjukkan hal sebaliknya. Penelusuran terhadap karya-karya kesarjanaanIslam lokal menunjukkan bahwa terdapat dinamika intelektual yang intensif dalam kajian-kajian tafsir al-Quran. Di Surakarta, kawasan yang selama iniseringkali tidak mendapatkan perhatian dalam wacana penafsiran al-Quranmisalnya, ditemukan beberapa kitab tafsir yang menunjukkan adanyadinamika penafsiran al-Quran yang intensif di kawasan tersebut. Beberapakitab tafsir yang bisa disebutkan di sini adalah Tafsir Al-Quran al-Adzim karyaKiai Bagus Ngarfah, seorang guru dari Madrasah Manbaul Ulum, Surakartayang meninggal pada tahun 1913 sebelum penulisan kitab tersebut selesai,Tafsir Surat Wal Ngashri karya Siti Chayati yang dipopulerkan oleh Suparmini,Tafsir Quran Djawen karya Doro Masyitoh, Kuran Winedhar Juz I, Tafsir al-Quran al-Adzim karya Raden Pengulu Tafsir Anom dan lain-lain.

    Bila diletakkan dalam konteks Surakarta pada awal abad ke-20, kitabtafsir yang disebut terakhir, yaitu Tafsir al-Quran al-Adzim karya RadenPengulu Tafsir Anom tersebut sangat menarik untuk disimak. Hal ini bukan sajakarena sang penulis adalah pengulu ageng , pejabat keagamaan tertinggi diKraton Kasunanan Surakarta, melainkan juga karena isi kitab tafsir tersebutyang mengarah pada ortodoksi pemikiran Islam, sesuatu yang tidak lazimdalam konteks wacana pemikiran keislaman di Surakarta yang kental dengansinkretisme Jawa.

    Sisi menarik kitab tersebut juga terkait dengan ditemukannya palingtidak dua naskah yang berbeda dari kitab yang sama, tentu saja dengan isiyang sama. Naskah yang pertama berjudul Al-Juzu al-Awwal min Tafsir al-Quran al-Adzim , ditulis dengan menggunakan bahasa Jawa dengan huruf ArabPegon dan diterbitkan oleh Penerbit Al-Maktabah al-Nabhaniyyah Surabaya.

    Tulisan Raden Pengulu Tafsir Anom yang ditulis pada bagian atas halamansampul tentu tidak bisa tidak harus dipahami sebagai nama pengarangnya,meski pada bagian bawah judul bertuliskan Ditulis dan dikumpulkan olehanak-anak Pengulu yang ada di Mahkamah Syariyyah di Solo, Ibukota Jawa(Katabahu wa Jamaahu Abna al-qadhy bi al-Mahkamah al-Syariyyah bi Sholo

    Ashimat al-Jawi ). Sedangkan naskah yang kedua berjudul Tafsir Al-Quran SuciBasa Jawi , yang dibukukan secara baik ( kahimpun ) oleh Prof. KHR MuhammadAdnan, salah seorang anak dari Reden Pengulu Tafsir Anom. Naskah yang

    3

  • 7/31/2019 PROPOSAL DISERTASI TAFSIR AL-QURAN AL-ADZIM KARYA RADEN PENGULU TAFSIR ANOM INTERTEKSTUALITAS, ORT

    4/10

    diterbitkan oleh PT Al-Maarif tersebut ditulis dalam bahasa Jawa denganmenggunakan huruf Latin

    Sisi menarik kitab tafsir tersebut juga tampak dalam hal bagaimanakitab tersebut berinteraksi dengan teks-teks lain yang muncul sebelumnya.Bagaimanapun, dalam sebuah teks selalu ada teks-teks lain. Karenanya, setiapteks niscaya merupakan sebuah interteks, yang biasanya akan selalumengacu pada teks-teks yang sejenis. Hanya saja, kitab tafsir yang ditulis olehPengulu Ageng Kraton Kasunanan Surakarta tersebut memiliki karakteristiktersendiri. Bila karya-karya tafsir yang lain biasanya berinteraksi dengan karya-karya tafsir lain yang muncul sebelumnya, tidak demikian halnya dengan karyatafsir tersebut. Di samping berinteraksi dengan kitab-kitab tafsir sebelumnya,kitab tafsir tersebut juga berinteraksi dengan kitab-kitab fiqh, khususnya ketikasedang memberikan penafsiran terhadap ayat-ayat hukum. Hal ini tampakdalam, misalnya, penafsiran yang dikemukakannya terhadap ayat-ayat yangberbicara tentang ila dan thalaq (QS. al-Baqarah: 226-228). Dalammemberikan penjelasan tentang maksud ayat-ayat tersebut, Sang PenguluAgeng merujuk kitab-kitab fiqh seperti Mizan Syarony, Fath al-Qarib, Ianah al-

    Thalibin dan lain-lain. 7

    Dari segi isi, tampak bahwa kitab tersebut mengarah pada ortodoksipemikiran penulisnya, sebuah warna yang berbeda untuk kajian keislaman diSurakarta dalam rentang waktu tersebut. Dari sisi isi penafsiran, ortodoksipenafsiran al-Quran yang dikemukakan oleh Pengulu Ageng tersebutsebenarnya biasa-biasa saja karena tidak banyak berbeda dengan karya-karyatafsir para sarjana muslim Timur Tengah. Namun dilihat dari sisi konteks lokusdan tempus penafsiran, karya tafsir tersebut sangat menarik. Surakarta padaawal abad ke-20 M masih merupakan kawasan yang subur bagi upayapenyebaran paham sinkretisme, namun Tafsir Anom memunculkan ortodoksipemikiran Islam lewat karya tafsirnya, khususnya ketika memberikanpenafsiran ayat-ayat hukum. Hal ini tentu sangat berbeda dengan corakpenafsiran KH Muhammad Shaleh Darat, guru yang sangat dihormatinya, yanglebih banyak mengacu pada perspektif Sufism (tafsir isyary), bahkan dalammemberikan penafsiran ayat-ayat hokum sekalipun. Ortodoksi penafsiran ayat-ayat hokum yang dikemukakan oleh sang pengulu ini sangat mungkin terkaitdengan otoritas jabatan yang disandangnya sebagai pejabat peradilantertinggi di Kraton Surakarta. Sangat mungkin ada relasi kuasa antara otoritaskekuasaan yang lebih menekankan stabilitas politik, ekonomi dan hokumdengan penafsiran-penafsiran al-Quran yang dikemukakannya.

    Berangkat dari latar belakang pemikiran inilah penulis melihat bahwakarya tafsir tersebut, dengan segala aspek problematic yang melingkupinya,sangat menarik untuk diteliti dan dikaji lebih lanjut.

    B. Fokus KajianFokus kajian penelitian ini adalah Tafsir al-Quran al-Adzim karya Raden

    Pengulu Tafsir Anom: Intertekstualitas, ortodoksi, relasi kuasa penafsiran awalabad ke-20 M. Intertekstualitas yang dimaksudkan dalam kajian ini terkaitdengan dua hal, yaitu bagaimana teks kitab tersebut diperbandingkan denganteks kitab tafsir yang sama dalam edisi yang berbeda, dan bagaimana tekskitab tersebut berhubungan dengan teks-teks kitab lain yang ditulis

    7Lihat Raden Pengulu Tafsir Anom, Al-Juz al-Awwal min Tafsir al-Quran al-Adzim , Surabaya:Maktabah Nabhaniyyah, tt, hal. 92-93

    4

  • 7/31/2019 PROPOSAL DISERTASI TAFSIR AL-QURAN AL-ADZIM KARYA RADEN PENGULU TAFSIR ANOM INTERTEKSTUALITAS, ORT

    5/10

    sebelumnya. Sementara ortodoksi yang dikaji dalam penelitian ini terkaitdengan pertanyaan bagaimana sebuah karya tafsir yang lahir dalamlingkungan sinkretisme Jawa justeru melahirkan ortodoksi pemikiran Islam.

    Sedangkan relasi kuasa yang dimaksudkan di sini terkait denganpertanyaan bagaimana hubungan kekuasaan yang dimiliki dan melingkupipenulisnya berhubungan dengan isi-isi penafsirannya, bagaimana ortodoksipemikiran Islam yang termaktub dalam kitab tafsir tersebut didiseminasikanmelalui perangkat-perangkat kekuasaan.

    C. Kajian PustakaKajian mengenai dinamika studi al-Quran di Indonesia sebenarnya

    bukan merupakan hal baru. Howard M. Federspiel, seorang professor ilmupolitik di Universitas Negara Bagian Ohio Amerika Serikat, telah mengawalinyadengan kajian yang lebih umum dan komprehensif dalam bukunya yangberjudul Popular Indonesian Literature of the Quran . Hanya saja, Federspieltidak hanya melakukan pengkajian terhadap karya tafsir yang ditulis olehpenulis Indonesia, melainkan juga meliputi keseluruhan literature yang terkaitdengan al-Quran secara umum, mulai dari tafsir, ilmu tafsir, terjemah al-Quran, indeks al-Quran dan lain-lain. Kajian Federspiel tersebut meliputi 58

    judul buku yang terbit pada dekade 1950-an hingga 1980-an. Karena memangberlatar belakang akademik ilmu politik, Federspiel membangun kerangkaanalisisnya dalam ranah politik, di mana pijakannya lebih bertumpu padapopularitas karya-karya kesarjanaan al-Quran Indonesia atas dasar jangkauandistribusinya .8 Karena cakupan literature yang dikajinya sangat luas, kajianFederspiel ini tentu jauh dari detail.

    Kajian dalam perspektif yang berbeda mengenai karya-karya tafsirNusantara dilakukan oleh M. Nur Ichwan, dosen mata kuliah hermenetika al-Quran UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dalam paper singkat berjudul Literatur Tafsir Quran Melayu-Jwi di Indonesia: Relasi Kuasa, Pergeseran dan Kematian ,Ichwan mengkritisi sejarah perkembangan literature tafsir al-Quran yangmenggunakan bahasa Melayu beraksara Jawi (Melayu- Jawi) dalam perspektif relasi kuasaantara penulis, kekuasaan (state), penerbit atau pengkopi padaperkembangan awal), dan masyarakat pembacadengan memperhatikanfactor-faktor social, politik dan ekonomi di mana sebuah karya tafsir al-Quranditulis. Karya-karya tafsir yang dikaji oleh Ichwan adalah karya-karya tafirNusantara yang ditulis dalam rentang waktu antara 1600-1928 M. Tahun 1600adalah tahun estimasi ditulisnya manuskrip karya tafsir tertua yang ditemukandi Aceh, sedangkan tahun 1928 adalah tahun di mana sumpah pemuda yangmenyatakan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa nasional, yang padakenyataannya merubah arah system penulisan literature tafsir al-Quran diIndonesia .9

    Sedangkan kajian mengenai karya-karya tafsir al-Quran Nusantarasecara umum dilakukan dalam sebuah reportase Republika Online bertanggal23 Februari 2008 atas Simposium Pernaskahan Nusantara di Universitas IslamNegeri (UIN) Jakarta. Ervan Nurtawab, Ketua Pusat Pengkajian NaskahKeislaman Nusantara (PUSNIRA) yang menjadi salah seorang narasumber

    8Lihat Howard M. Federspiel, Popular Indonesian Literarure of the Quran , terj.Drs. Tajul Arifin, MA, Bandung: Mizan, 1996

    9Moch. Nur Ichwan, Literatur Tafsir Quran Melayu Jawi di Indonesia: Relasi Kuasa, Pergeserandan Kematian, dalam Visi Islam, Vol. 1, No. 1, Januari 2002, hal. 13-29

    5

  • 7/31/2019 PROPOSAL DISERTASI TAFSIR AL-QURAN AL-ADZIM KARYA RADEN PENGULU TAFSIR ANOM INTERTEKSTUALITAS, ORT

    6/10

    dalam symposium tersebut, menjelaskan bahwa karya tafsir al-Quran yangberkembang di Indonesia terdiri dari tiga versi, yaitu Melayu, Sunda dan Jawa.Menurutnya, karya tafsir Melayu telah muncul semenjak 300 tahun setelahmasuknya Islam di Indonesia yang ditandai dengan adanya ditulisnya tafsiranonym berjudul Naskah Tafsir Sepotong Ayat dan Tarjuman al-Mustafid karyaAbdul Rauf al-Sinkili. Dua naskah tafsir yang sekarang tersimpan diPerpustakaan Cambridge Australia tersebut diidentifikasi selesai ditulis padaabad ke-17 M, atau bahkan abad 16 M. Sedangkan naskah-naskah tafsir Sundakurang terdokumentasi dengan baik, meski ada beberapa karya tafsir yangdianggap menarik, di antaranya adalah tafsir berjudul Jamalain li ak-Jalalainkarya Nur al-Din Ali bin Muhammad al-Qary. Naskah tafsir berbahasa Sundatersebut kini menjadi koleksi Perpustakaan Nasional. Sementara naskah tafsirberbahasa Jawa terdokumentasi dengan cukup baik. Beberapa karya tafsirberbahasa Jawa yang dikemukakan oleh Ervan adalah Kuran Winedhar Juz Iyang tersimpan di Perpustakaan Kraton Surakarta, Tafsir Quran Jawen karyaDoro Masyitoh dan Tafsir Surat Wal Ngasri karya Siti Chayati Tulungagungyang dipopulerkan oleh Suparmini. 10 Sayangnya, meski memberikan ruanguntuk membahas karya-karya tafsir yang berkembang di Surakarta, namunsedikitpun reportase tersebut tidak menyinggung Tafsir al-Quran al-Adzimkarya Raden Pengulu Tafsir Anom, pejabat keagamaan tertinggi di wilayahKasunanan Surakarta tersebut.

    Sementara itu, kecenderungan untuk melakukan pemetaan karya-karyatafsir al-Quran Indonesia dilakukan oleh Islah Gusmian. Dalam bukunya yangberjudul Khazanah Tafsir Indonesia: Dari Hermeneutika hingga Ideologi ,Gusmian menjelaskan bahwa tradisi penulisan tafsir al-Quran di Indonesiadasawarsa 1990-an telah melahirkan berbagai wacana yang beragam. Dengankerangka teori yang diarahkan pada pembacaan terhadap karya tafsirIndonesia aspek tehnis penulisan dan aspek hermeneutiknya, kajian Gusmianmenghasilkan beberapa temuan. Pertama , model penyajian tafsir secaratematik tampaknya lebih banyak diminati oleh para penulis karya tafsir diIndonesia. Dalam hal ini Gusmian mencontohkan 20 karya tafsir dari 24 karyatafsir yang dikoleksinya. Kedua , gaya bahasa penulisan yang ada dalambanyak karya tafsir Indonesia pada dasawarsa 1990-an banyak menggunakanbahasa kolom, reportase, ilmiah dan popular. Hal ini karena karya-karya tafsirpada decade tersebut pada awalnya merupakan bahan ceramah atau tulisan-tulisan di media massa. Sementara karya-karya tafsir yang semula merupakantugas-tugas akademik di kampus dalam rangka memperoleh gelar akademiktertentu lebih banyak menggunakan gaya bahasa ilmiah.

    Gusmian juga melihat bahwa dari segi tema yang diangkat karya-karyatafsir Indonesia dasawarsa 1990-an sangat terkait dengan wacana danproblem-problem pemikiran yang sedang berkembang di tengah masyarakat.

    Tema teologi kebebasan manusia, hubungan social antar umat beragama,kesetaraan gender dan tasawuf yang diangkat oleh beberapa karya tafsirperiode tersebut merupakan tema-tema yang sedang marak dalam wacanakeislaman Indonesia. Sementara dengan menggunakan analisis wacana kritis,kajian Gusmian menyingkap pelbagai kepentingan yang diusung para ahlitafsir tersebut seperti hermeneutika feminis dan lain-lain. 11 Dalam kajiannya,

    10Republika Online, Beragam Kitab Tafsir Nusantara, dalam RepublikaOnline , tanggal 23 Februari 2008: http://www.republika.co.id

    11Islah Gusmian, Op. Cit , hal. 345-347

    6

  • 7/31/2019 PROPOSAL DISERTASI TAFSIR AL-QURAN AL-ADZIM KARYA RADEN PENGULU TAFSIR ANOM INTERTEKSTUALITAS, ORT

    7/10

    Gusmian sedikit menyinggung Tafsir al-Quran Suci Basa Jawi , nama atau judullain dari Tafsir al-Quran al-Adzim yang dibahas dalam penelitian ini, karya KHRMuhammad Adnan. Dalam bukunya tersebut, Gusmian menjelaskan bahwakarya tafsir tersebut dirujuk oleh dua karya tafsir lain yang ditulis setelahnya,yaitu Dalam Cahaya Al-Quran: Tafsir Ayat-Ayat Sosial Politik karya SyubahAsa dan Ensiklopedi Al-Quran: Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-Konsep Kuncikarya M. Dawam Rahardjo. 12

    Kecenderungan untuk mengkaji sebuah karya tafsir Nusantara secaradetail dan mendalam dilakukan oleh beberapa sarjana. M. Muchoyyar dalamdisertasinya yang berjudul Tafsir Faidl Al-Rahman Fi Tarjamah Tafsir KalamMalik al-Dayyan Karya KH. Muhammad Shaleh Al-Samarani (Suntingan Teks,Terjemahan dan Analisis Metodologi menjelaskan beberapa hal yang terkaitmetode, corak pemikiran tafsir ulama abad ke-19 M dari kampong Darat,Semarang dan relevansinya dengan situasi keagamaan masyarakat muslimpada abad tersebut. Muchoyyar juga mengkaji sejauh mana kontribusipenafsiran KH Muhammad Shaleh al-Samarani dalam menjawab masalah-masalah keagamaan yang muncul pada masanya, serta bagaimanaperwujudan dan pandangan ulama kelahiran Jepara tersebut sebagai tokohintelektual muslim Jawa dalam menghadapi masyarakat muslim awam Jawa.

    Dengan merujuk Abd al-Hayy al-Farmawy yang membagi metodepenafsiran menjadi empat, yaitu tafsir tahlily, maudluiy, muqarin dan ijmaly ,Muchoyyar menjelaskan bahwa tafsir karya KH Muhammad Shaleh al-Samaranidapat digolongkan sebagai tafsir tahlily, yaitu jenis tafsir yang berusahamenafsirkan al-Quran berdasarkan urutan ayat dan surat sebagaimana yangada dalam mushaf al-Quran. Sementara dari segi corak penafsirannya, tafsirkarya ulama dari Kampung Darat, Semarang tersebut bisa dikategorikan tafsiryang bercorak sufi amaly atau sufi isyary . Dalam hal ini Muchoyyarmencontohkan bagaimana KH Muhammad Shaleh menafsirkan QS al-Nisa: 7,di mana kata al-rijal ditawilkan dengan dengan murid-murid sufi dan para ahlisuluk yang akan mendapatkan tingkatan berdasarkan ketentuan dalammencapai nilai-nilai ruhani dan kesanggupan dalam berijtihad. Ulama kelahiran

    Jepara tersebut kemudian mentawilkan kata al-walidain wa al-aqrabin dengansyaikh-syaikh, mursyid serta ikhwan-ikhwan fi Allah yang mewariskankeberkahan, perjalanan hidup spiritual ( sirah diniyyah ), cahaya tinggi ( nur aliyah ) serta pemberian kekuasaan ( mauhibah al-wilayah ). Muchoyyar melihatbahwa kecenderungan penggunaan tafsir isyary KH Muhammad Shalehtersebut bukanlah suatu kebetulan, melainkan merupakan pilihan sadarnyayang memiliki relevansi dengan situasi social keagamaan dan kecenderunganpemikiran umat Islam pada jamanyya. Patut dicatat di sini bahwa secarasepintas Muchoyyar menyinggung nama Raden Pengulu Tafsir Anom, penguluageng yang karya tafsirnya dikaji dalam penelitian ini, sebagai salah seorangmurid dari KH Muhammad Shaleh.

    Kajian atas karya-karya tafsir Nusantara juga dilakukan oleh beberapasarjana jebolan Program Doktor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada tahun1988 Salman Harun, sebagaimana ditulis oleh Muchoyyar, merampungkandisertasinya mengenai corak pemikiran tafsir Tarjuman al-Mustafid karya AbdulRauf Singkel. Kajian yang dilakukan oleh Salman menghasilkan sebuah temuanbahwa karya tafsir tersebut menggunakan metode penafsiran global ( ijmaly )yang memang dimaksudkan untuk memudahkan pembacanya. Sementara

    12 Ibid , hal 194

    7

  • 7/31/2019 PROPOSAL DISERTASI TAFSIR AL-QURAN AL-ADZIM KARYA RADEN PENGULU TAFSIR ANOM INTERTEKSTUALITAS, ORT

    8/10

    Didin Hafiduddin melakukan kajian mengenai corak penafsiran Tafsir al-Munirkarya karya Syaikh Muhammad Nawawi al-Bantany. Kajian yang dilakukanDidin menghasilkan temuan bahwa tafsir karya al-Bantany memiliki kekayaanmetodologis ketimbang karya Abdul Rauf al-Sinkili. Al-Nawawi lebih banyakmemberikan penekanan pada penjelasan ayat demi ayat berdasarkan analisisbahasa, di samping mengaitkannya dengan hadits-hadits dan sebab turunnyaayat. 13

    Sementara studi tentang kepenghuluan telah dilakukan secara baik olehMuhammad Hisyam, peneliti utama pada Lembaga Ilmu PengetahuanIndonesia (LIPI). Dalam karyanya yang berjudul Caught Between Three Fires:The Javanese Pengulu Under the Dutch Colonial Administration 1882-1942 ,Hisyam menjelaskan tentang sejarah kepenguluan, struktur administrasi dalampemerintahan, pola rekruitmen, peran yang dilakukan dan dialektika dengangerakan-gerakan kelompok modernis muslim. Dalam buku yang semulamerupakan disertasi yang dipertahankannya di Leiden University, theNetherlands tersebut diulas sedikit tentang biografi Raden Pengulu Tafsir Anomdan KHR Muhammad Adnan. Meski cukup banyak melakukan kajian tentangsisi kehidupan ayah dan anak tersebut, Hisyam sedikitpun tidak menyinggungkarya tafsir yang akan dikaji dalam penelitian ini.

    Berbeda dengan kajian dn penelitian yang telah ada, penelitian ini akanfocus pada upaya memahami karya tafsir yang ditulis oleh Raden Pengulu

    Tafsir Anom, dengan sub kajian intertekstualitas, ortodoksi, dan relasi kuasapenafsiran pada awal abad ke-20 M.

    D. Metodologi PenelitianD. 1. Jenis Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan ( library research ),karena data utama yang terkait dengan permasalahan pokok yang dikaji dalampenelitian ini sepenuhnya bertumpu pada data-data kepustakaan. Paradigmayang digunakannya adalah paradigma kulaitatif, karena yang dicari dalampenelitian ini bukanlah angka atau pengukuran ( measurement ), melainkanmakna ( meaning ).

    D. 2. Sumber Data dan Tehnik Pengumpulan Data Sumber data primer ( primary sources ) penelitian ini adalah dua buku

    tafsir, yaitu Tafsir al-Quran al-Adzim karya Raden Pengulu Tafsir Anom danTafsir Quran Suci Basa Jawi yang dihimpun Prof. KHR. Muhammad Adnan yangtidak lain adalah anak dari Raden Pengulu Tafsir Anom sendiri. Sementarasumber data skunder ( secondary sources ) penelitian ini bisa berupa buku,makalah, laporan hasil penelitian, jurnal dan sumber-sumber tertulis lainnyayang terkait dengan penelitian ini.

    Adapun tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitianterdiri dari dua model. Pertama , dokumentasi, yaitu tehnik pengumpulan datadengan melihat sumber-sumber tertulis yang terkait dengan penelitian ini.Dalam konteks menjawab permasalahan pokok dari penelitian ini, tehnikdokumentasi akan diarahkan untuk melihat penafsiran sang pengulu terhadapayat-ayat hokum, khususnya ayat-ayat hokum perdata Islam yang menjadikewenangan absolute institusi kepenguluan di Kasunanan Surakarta pada saatitu. Kedua , interview, yaitu tehnik pengumpulan data dengan mewawancarai

    13M. Muchoyyar, Op. Cit , hal. 16

    8

  • 7/31/2019 PROPOSAL DISERTASI TAFSIR AL-QURAN AL-ADZIM KARYA RADEN PENGULU TAFSIR ANOM INTERTEKSTUALITAS, ORT

    9/10

    pihak-pihak yang terkait dengan data yang diperlukan. Tehnik pengumpulandata yang kedua ini digunakan untuk menggali informasi tentang riwayat hidupRaden Pengulu Tafsir Anom dari keturunan-keturunannya yang dapat ditemui.Dalam hal ini, dapat diidentifikasi bahwa wawancara akan diarahkan padaketurunan Raden Pengulu Tafsir Anom dari jalur Prof. KHR. Muhammad Adnan.

    D. 3. Metode Analisis DataSedangkan metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ada

    dua. Pertama , metode hermeneutika yang digunakan untuk mengungkapparadigma dan episteme yang digunakan Raden Pengulu Tafsir Anom dalammembangun kerangka metodologi tafsir. Metode ini juga dimaksudkan untukmelihat relasi-relasi antara penafsir, pembaca dan teks tafsir, serta situasi-kondisi sosio histories yang membentuk penafsiran sang penafsir dalammemahami ayat-ayat hokum perdata Islam.

    Kedua , analisis wacana kritis, yang digunakan menyingkap ideology dankepentingan yang ada di balik bahasa yang digunakan sang penafsir. Modelanalisis ini menggunakan bahasa dalam teks untuk dianalisis, namun bahasayang dianalisis ini berbeda dengan studi bahasa dalam lingistik tradisionalyang biasanya yang semata-mata hanya menjelaskan dari aspek kebahasaan.Analisis bahasa yang digunakan dalam studi ini adalah analisis bahasa denganmenghubungkannya dengan konteks yang biasanya digunakan untuk tujuan-tujuan tertentu. Teun van Dijk, sebagaimana dikutip Eriyanto, menyatakanbahwa analisis wacana kritis ini memandang bahwa teks muncul bukansebagai sesuatu yang alamiah, tetapi merupakan bentuk pertarungankekuasaan, dan teks adalah bentuk dari praktek ideology atau cerminan dariideology tertentu. 14 Analisis ini ini juga menekankan pentingnya metodesejarah sebagai upaya mengungkap proses interaksi antara tekstualitas tafsirdengan budaya dan sejarah di mana mufassir hidup. Ia tidak hanyamemaparkan fakta-fakta sejarah, melainkan juga menjelaskan hokumketerpengaruhan dari suatu peristiwa bersejarah. Pertanyaan yangdimunculkannya adalah mengapa dan bagaimana, analisis yang dibangunnyatidak hanya dalam bentuk vertical ( al-manhajiyyah al-amudiyyah ), melainkan

    juga melihat secara horizontal suatu obyek untuk mengetahui keterkaitan danketerpengaruhan dengan struktur pemikiran dan sejarah yang dihadapi dalamsuatu ruang social tertentu. 15

    14Lihat Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media , Yogyakarta: LKiS, 2001, hal.8

    15Mohammed Arkoun, Metode Kritik Akal Islam, wawancara Hashem Shalehdengan Mohammed Arkoun dalam Al-Fikr al-Islam: Naqd wa Ijtihad , terj. Ulil AbsharAbdalla, dalam Ulumul Quran , No. 5 dan 6 Vol. 6 V Th. 1994, hal. 163

    9

  • 7/31/2019 PROPOSAL DISERTASI TAFSIR AL-QURAN AL-ADZIM KARYA RADEN PENGULU TAFSIR ANOM INTERTEKSTUALITAS, ORT

    10/10

    10