ppk-1205/2 sks/acara 1 9prodi1.stpn.ac.id/wp-content/uploads/2016/12/modul... · dari pengenalan...
TRANSCRIPT
i
MODUL PRAKTIKUM PPK-1205/2 SKS/ACARA 1–9
FOTOGRAMETRI
EKO BUDI WAHYONO NURAINI AISIYAH
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/ BADAN PERTANAHAN NASIONAL
SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL
2019
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji kepada Allah SWT Tuhan yang maha Kuasa, atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Modul Praktikum
Fotogrametri ini. Modul ini dikhususkan untuk menunjang kegiatan akademik memudahkan
pemahaman di bidang Fotogrametri bagi Taruna Prodi Diploma I Pengukuran Pemetaan
Kadastral .
Materi yang tercakup dalam modul ini meliputi materi praktikum fotogrametri dasar
dari pengenalan foto udara, pembuatan model stereoskopis sampai pada aplikasinya di bidang
pengukuran dan pendaftaran tanah. Modul ini disusun secara sederhana dengan harapan,
Taruna dapat memahami dan melaksanakan kegiatan praktikum fotogrametri dengan mudah.
Penyusun menyadari modul ini perlu disempurnakan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan bagi mahasiswa dan berharap semoga modul praktikum ini dapat bermanfaat bagi
Taruna khususnya dan semua pihak yang yang terkait untuk pengembangan akademik di
STPN.
Yogyakarta, Agustus 2019
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………. iii
PETUNJUK PELAKSANAAN PRAKTIKUM
ACARA 1 : Pengenalan dan Pembacaan Foto Udara …………………………. 1
ACARA 2 : Penentuan Skala Foto Udara ……………………………………… 3
ACARA 3 : Penghitungan Luas Bidang-Bidang Tanah/Blok dari FotoUdara
Tunggal ……………………………………………………………..
5
ACARA 4 : Pengenalan Stereoskop Saku dan Latihan Pengamatan Stereoskopis 7
ACARA 5 : Pengenalan Alat Stereoskop Cermin dan Menentukan Basis Alat … 16
ACARA 6 : Orientasi Sepasang Foto Udara dengan Stereoskop Cermin ......... 19
ACARA 7 : Pengukuran Tinggi dengan Paralaks Bar …………………………... 23
ACARA 8 : Pengukuran Bidang Tanah dengan Media Peta Foto/Blow up Foto
Udara ……………………………………………………………...
26
ACARA 9 : Pengenalan Pemetaan Menggunakan UAV ……………………. 28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
ACARA 1. PENGENALAN DAN PEMBACAAN FOTO UDARA
Pelaksanaan Praktikum
Hari/tanggal :
Waktu :
Tempat :
1. Tujuan :
- Mahasiswa mengetahui jenis foto Udara yang digunakan
- Mahasiswa mengetahui format standart Foto Udara
- Mahasiswa mengetahui informasi tepi yang terdapat pada Foto Udara
2. Alat dan bahan :
- Foto Udara Ukuran Standart
- Penggaris, Pensil dan alat tulis lainnya.
3. Dasar Teori :
Foto udara adalah gambar sebagian permukaan bumi yang diperoleh dari kamera yang
dipasang pada pesawat udara atau wahana lain pada ketinggian tertentu yang menunjukan
gambaran yang sesuai dengan kenampakan sebagian permukaan bumi pada waktu diadakan
pemotretan, sehingga obyek yang nampak pada foto udara mempunyai letak dan ujud yang
mirip dengan keadaan di lapangan. Pada Foto Udara ukuran standart umumnya dilengkapi
dengan 8 tanda fidusial ( Fiducial Mark ) dan informasi tepi yang menunjukan informasi
tentang daerah yang dipotret, tingkat kedataran pesawat, waktu perekaman, ketinggian
pesawat, dan jenis kamera dan panjang fokus kamera yang digunakan, jalur terbang, nomor
foto, serta informasi lain yang menunjukan lokasi, dan institusi yang melakukan pemotretan.
Informasi tepi sangat penting dalam kegiatan fotogrametri terutama fotogrametri
metrik yang mencakup dimensi-dimensi linear seperti jarak, sudut, koordinat, ketinggian,
bentuk dan sebagainya. Informasi tepi juga membantu untuk memperoleh informasi semantik
( fotogrametri interpretatif ) tentang daerah yang bersangkutan dengan cara interpretasi
visual. Cara interpretasi foto udara dilakukan dengan mengenali obyek yang terdapat pada
2
foto udara berdasarkan karakteristiknya menggunakan unsur penunjuk interpretasi yaitu :
Rona/warna, Ukuran, Bentuk, Tekstur, Pola, Bayangan, Situs dan Asosiasi.
4. Langkah Kerja :
a. Gambarkan foto udara ukuran standart dengan format diperkecil.
b. Lengkapi gambar tersebut dengan tanda fidusial dan informasi tepi.
c. Cari titik pusat foto udara atau titik utama (principal point) dengan cara menentukan
titik potong garis yang menghubungkan tanda fidusial yang saling berhadapan.
d. Baca semua informasi tepi seperti : Nivo, jam penunjuk pemotretan, tanggal
pemotretan, altimeter, jalur terbang, nomor foto, panjang fokus kamera dan jelaskan
kegunaannya.
e. Identifikasi kenampakan sebagian obyek yang tampak, buat sketsa dan keterangannya
menggunakan unsur penunjuk interpretasi.
f. Buat pembahsan hasil praktikum dan berikan kesimpulan.
5. Pendalaman Materi :
a. Bagaimanakah cara menentukan arah (orientasi) foto udara, informasi tepi mana yang
digunakan untuk keperluan tersebut.
b. Apakah perbedaan pokok antara foto udara, peta, dan peta foto dilihat dari sistem
proyeksinya dan cara penyajiannya
3
ACARA 2. PENENTUAN SKALA FOTO UDARA
Pelaksanaan Praktikum
Hari/tanggal :
Waktu :
Tempat :
1. Tujuan : Mahasiswa dapat mencari skala foto udara dengan beberapa metode.
2. Alat dan bahan :
- Foto udara
- Penggaris dan Meteran panjang
- Peta standart berskala
- Kalkulator dan alat tulis lainnya
3. Dasar Teori
Skala foto udara adalah perbandingan jarak pada foto udara dengan jarak sebenarnya
di lapangan. Ada 3 cara untuk menentukan skala pada foto udara yaitu :
a. Membandingkan panjang focus kamera dengan tinggi terbang saat pemotretan.
b. Membandingkan jarak pada foto udara dengan jarak sebenarnya di lapangan.
c. Membandingkan jarak pada foto udara dengan jarak obyek yang sama pada peta
berskala.
4. Langkah Kerja.
Cara Pertama :
a. Baca informasi tepi yang berkaitan dengan skala, yaitu panjang focus kamera dan
tinggi terbang pesawat.
b. Panjang focus kamera dalam satuan millimeter (umumnya 152,4 mm).
c. Tinggi terbang pesawat dibaca pada altimeter
d. Skala foto udara ditentukan dengan rumus S = f / H
e. Dalam hal skala foto telah diketahui (tercatat pada informasi tepi), dan pembacaan
tinggi terbang sulit terdeteksi pada altimeter, maka instruktur dapat mengambil
4
kebijakan kepada mahasiswa untuk menghitung tinggi terbang pesawat ( H )
berdasarkan rumus tersebut.
Cara Kedua :
a. Ambil foto udara daerah tertentu.
b. Identifikasi obyek di foto dan di lapangan.
c. Tentukan jarak obyek di foto ( df ), dan ukur jarak sebenarnya kedua obyek tersebut di
lapngan ( dl ).
d. Skala foto dapat ditentukan dengan rumus S = df / dl
Cara Ketiga :
a. Ambil selembar foto udara dan peta berskala pada daerah yang sama.
b. Tentukan jarak obyek di foto ( df ), dan ukur jarak kedua obyek tersebut pada peta (
dp ).
c. Skala foto udara dapat ditentukan dengan rumus S = df / (dp x skala peta).
Bandingkan skala yang didapat dengan ketiga cara tersebut, lakukan pembahasan dan
buat kesimpulan.
5. Pendalaman Materi :
a. Apakah skala yang didapat dengan cara kedua dan ketiga berlaku sama untuk seluruh
area yang terliput pada foto udara.
b. Bagaimana menurut anda apakah ada perbedaan skala pada daerah pusat foto (principal
point) dan skala yang menjauhi pusat foto secara radial, mengapa ?
5
ACARA 3. PERHITUNGAN LUAS BIDANG-BIDANG TANAH /
BLOK DARI FOTO UDARA TUNGGAL
Pelaksanaan Praktikum
Hari/tanggal :
Waktu :
Tempat :
1. Tujuan :
- Mahasiswa dapat mengidentifikasi dan menarik garis batas bidang-bidang
tanah atau blok bidang tanah dari foto udara
- Mahasiswa dapat menghitung luas bidang tanah tersebut berdasarkan skala
foto yang didapat pada acara II.
2. Alat dan bahan :
- Foto udara
- Plastik transparan
- Kertas kalkir
- OHP Marker ukuran F
- Isolasi transparan (celulotape)
- Kalkulator
- Penggaris dan alat tulis lainnya
3. Dasar Teori
Perhitungan luas dari media foto udara dilakukan dengan cara yang sama ketika
menghitung luas bidang-bidang tanah pada media peta konvensional. Perhitungan luas dari
foto udara dapat dilakukan apabila diketahui koordinat titik-titik batas bidang tanah, bentuk
bidang tanah, dan panjang garis batas bidang tanah. Sistem koordinat pada foto udara secara
manual dapat dicari, dan secara otomatis dapat ditemukan pada foto udara atau peta digital.
Perhitungan luas berdasarkan bentuk bidang tanah dapat dilakukan secara mekanik
menggunakan planimeter terutama untuk foto udara skala besar. Perhitungan luas
berdasarkan panjang garis bidang tanah dapat dilakukan dengan cara membagi bidang tanah
6
tersebut sedemikian rupa menjadi segitiga-segitiga yang dapat dihitung panjang sisi-sinya
berdasarkan skala foto udara, dan perhitungan luas dicari dengan rumus S.
4. Langkah Kerja
a. Siapkan selembar foto udara dan plastik transparan atau kertas kalkir
b. Letakan foto udara dan tutupi dengan plastik transparan dan lekatkan dengan isolasi ke
meja. INGAT, yang dilekatkan dengan isolasi adalah plastik tranparannya pada meja
sedemikian rupa sehingga plastik dan foto udara tidak bergerak. JANGAN
menempelkan isolasi pada foto udara secara langsung.
c. Lakukan ploting bidang tanah atau blok yang dibatasi jalan atau obyek lainnya yang
dapat mahasiswa identifikasi dan sertakan dalam laporan
d. Tentukan minimal 5 bidang tanah secara proporsional pada area foto udara.
e. Buatlah suatu bidang tanah tersebut menjadi bentuk segitiga-segitiga.
f. Hitung luas bidang-bidang tanah tersebut berdasarkan skala yang didapat pada cara II,
instruktur dapat menentukan penggunaan salah satu skala atau hasil ketiga metode
penentuan skala secara bersama.
g. Hitung luas masing-masing bidang dengan rumus S, dimana S adalah ½ panjang sisi-
sisi segitiga. Luas = S (S – a)(S – b)(S – c)
h. Lakukan pembahasan hasil yang diperoleh dan buat kesimpulan.
6. Pendalaman Materi :
a. Seperti pada acara II bagaimana menurut anda hasil perhitungan luas pada bidang
tanah yang terletak di sekitar principal point dibandingkan apabila menjauhi daerah
tersebut secara radial.
b. Menurut anda mana yang lebih akurat, perhitungan luas dengan sistem koordinat,
menggunakan planimeter atau dengan metode segitiga. Mengapa ?
7
ACARA 4. PENGENALAN STEREOSKOP SAKU DAN LATIHAN
PENGAMATAN STEREOSKOPIS
Pelaksanaan Praktikum
Hari/tanggal :
Waktu :
Tempat :
1. Tujuan :
- Mahasiswa dilatih untuk dapat melakukan pengamatan stereoskopis pada
stereogram dan foto udara bertampalan format kecil.
- Mahasiswa dapat melakukan pengamatan kesan kedalaman.
- Memperkenalkan alat stereoskop saku dan cara penggunaannya.
- Menentukan basis mata dan basis alat
2. Alat dan bahan :
- Stereoskop Saku Merk SOKHISHA PS 4A
- Stereogram (template)
- Penggaris dan alat tulis lainnya.
3. Dasar Teori :
Pengamatan stereokopis pada dasarnya dimaksudkan untuk melihat kesan kedalaman.
Hal ini hanya dapat dilakukan dengan sepasang mata yang kurang lebih sama kekuatannya.
Pelaksanaannya memerlukan proses akomodasi dan konvergensi mata, dimana akomodasi
adalah penyesuaian focus mata pada jarak yang berbeda-beda, sedangkan konvergensi mata
adalah pengarahan garis pandang ke obyek. Proses ini secara natural oleh mata disampaikan
ke otak dan melelahkan bagi mata, untuk itu berhentilah sejenak bila terasa capai.
Bentuk tiruan dari kenampakan obyek yang direkam dengan kedudukan kamera yang
berbeda dinamakan stereogram. Stereogram dapat dibuat sedemikian rupa dengan
menyesuaikan basis mata (60 - 65 mm), sehingga dapat memberikan kesan kedalaman.
Stereoskop saku adalah salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengamati
kenampakan stereoskopis. Alat ini memiliki kerangka lensa optik dengan jarak lensa yang
dapat digerakan disesuaikan dengan basis mata. Selain itu alat ini juga meiliki kaki
8
penyangga kerangka lensa yang dapat dilipat sehiongga memudahkan untuk
penyimpanannya.
Gambar : Stereoskop Saku
4. Langkah Kerja :
a. Sebelum menggunakan stereoskop saku, ukurlah terlebih dahulu basis mata anda yang
meruipakan jarak dua titik pusat dua pupil mata anda dengan bantuan cermin atau
teman anda
b. Gambarlah alat stereoskop saku yang digunakan dan sebutkan bagian-bagian alat serta
fungsinya.
c. Sesuaikan jarak dua lensa optik dengan basis mata anda dan dapat diatur kembali
ketika mengamati stereogram maupun foro udara bertampalan format kecil.
d. Amatilah stereogram 1 yang ada dengan stereoskop saku sehingga terjadi fusi pada dua
gambar dan muncul kesan kedalaman. Gambarkan kesan yang terlihat.
e. Amatilah stereogram ke 2 dan tuangkan kesan kedalaman yang anda peroleh dengan
mengurutkan nomor-nomor lingkaran kecil dimulai dari yang tertinggi yaitu yang
dekat dengan mata kita, berturut-turut sampai yang terjauh dari mata kita.
f. Amati foto udara bertampalan format kecil (stereogram) no 3 s/d no 13 yang ada dan
tuliskan kesan kedalaman yang anda peroleh.
g. Pada stereogram no 13 tuliskan obyek yang bernomor dan urutkan dari ketinggian
terendah nomor 1 yaitu Danau.
h. Lakukan pembahasan dan buatlah kesimpulan pada laporan anda.
9
STEREOGRAM NO.1
STEREOGRAM NO 2
10
STEREOGRAM NO 3.
STEREOGRAM NO 4.
11
STEREOGRAM NO 5.
STEREOGRAM NO 6.
12
STEREOGRAM NO 7.
STEREOGRAM NO 8.
13
STEREOGRAM NO 9.
STEREOGRAM NO 10.
14
STEREOGRAM NO 11.
STEREOGRAM NO 12.
15
STEREOGRAM NO 13.
5. Pendalaman Materi :
a. Dapatkah anda membuat stereogram sendiri, coba lakukan dengan
mempertimbangkan jarak basis mata dan amati dengan stereoskop saku.
b. Dapatkah anda mengamati kenampakan stereoskopis atau kesan kedalaman tanpa
menggunakan alat stereoskop saku ? Bagaimana caranya..
16
ACARA 5. PENGENALAN ALAT STEREOSKOP CERMIN DAN
MENENTUKAN BASIS ALAT
Pelaksanaan Praktikum
Hari/tanggal :
Waktu :
Tempat :
1. Tujuan :
- Memperkenalkan alat stereoskop cermin dan cara penggunaannya.
- Menentukan basis alat stereoskop cermin.
2. Alat dan bahan :
- Stereoskop Cermin (mirror stereoscope)
- Kertas HVS ukuran folio
- Penggaris dan alat tulis lainnya.
3. Dasar Teori :
Selain stereoskop saku, stereoskop cermin juga merupakan salah satu alat yang dapat
digunakan untuk mengamati kenampakan stereoskopis (tiga dimensi), dimana kelebihan alat
ini adalah ukurannya yang lebih besar, sehingga dapat digunakan untuk mengamati foto
udara ukuran standart, Komponen utama alat ini terdiri dari :
- Kerangka utama yang dilengkapi dengan dua buah cermin dan dua buah prisma, dua
pasang kaki yang dapat dilipat, dan dilengkapi dengan sekrup pada salah satu kakinya
untuk mengatur kestabilan alat.
- Lensa pembesar menyatu dengan kerangka utama dan dapat digerakan menghadap atau
menjauhi prisma.
- Binokuler, terpisah dari kerangka utama yaitu sepasang lensa yang dapat membantu
pengamatan dengan perbesaran 3x, dan dilengkapi dengan sekrup pengatur lensa.
- Paralaks meter, yaitu alat yang terpisah dari kerangka utama dan digunakan untuk
pembacaan paralaks yang selanjutnya untuk menghitung beda paralaks dua obyek dan
menentukan beda tinggi obyek.
Liputan pengamatan stereoskop cermin secara langsung melalui prisma, dapat
mengamati seluruh daerah yang bertampalan tanpa pembesaran. Pengamatan dengan prisma
17
dan lensa pembesar, dapat mengamati sebagian daerah bertampalan yaitu dengan garis tengah
kurang lebih 170 mm (perbesaran 1,8 x). Pengamatan dengan prisma dan binokuler hanya
dapat mengamati daerah yang sempit yaitu dengan garis tengah 70 mm (perbesaran 3 x).
Gambar 1. Stereoskop cermin dan bagian-bagiannya
18
4. Langkah Kerja :
a. Gambarkan alat yang digunakan dan sebutkan komponen-komponennya serta
fungsinya.
b. Menentukan basis alat :
1). Gambar sebuah garis sepanjang kurang lebih 30 cm pada selembar kertas putih
dan lekatkan pada meja.
2). Pasanglah binokuler pada tempatnya dengan tepat.
3). Fokuskan binokuler dan sesuaikan dengan dioptri mata anda sehingga mata
memperoleh pandangan yang tajam.
4). Letakan stereoskop cermin diatas garis tersebut dan amati dengan kedua belah
mata melalui binokuler, kemudian gerak-gerakan stereoskop sehingga garis yang
dibuat nampak satu garis di tengah-tengah okuler.
5). Pejamkan sebelah mata (kiri atau kanan) dan beri tanda (+) pada garis pada salah
satu pusat pengamatan, demikian sebaliknya sehingga diperoleh dua buah tanda
kiri dan kanan.
6). Amati tanda (+) yang anda buat dengan kedua mata, apabila kedua tanda telah
menjadi satu, ukurlah jarak kedua tanda tersebut.
7). Jarak kedua tanda tersebut merupakan basis alat stereoskop cermin yang disetel
menurut basis mata anda
8). Lakukan pembahasan terhadap alat ini dan beri kesimpulan
7. Pendalaman Materi :
a. Mengapa dalam memandang stereoskopis diperlukan alat bantu stereoskop cermin?
b. Bandingkan kelebihan stereoskop cermin dibanding stereoskop saku!
19
ACARA 6. ORIENTASI SEPASANG FOTO UDARA
DENGAN STEREOSKOP CERMIN
(2 kali pertemuan)
Pelaksanaan Praktikum
Hari/tanggal :
Waktu :
Tempat :
1. Tujuan :
- Melatih mahasiswa untuk dapat melakukan pengamatan stereoskopis pada foto
udara ukuran standart.
- Melatih mahasiswa untuk dapat mengorientasikan sepasang foto udara bertampalan.
- Mahasiswa dapat menghitung Base Height Ratio (BHR) dan sudut bukaan lensa
2. Alat dan bahan :
- Stereoskop cermin
- Sepasang foto udara ukuran standart bertampalan
- Plastik transparan
- OHP Marker ukuran F berwarna
- Isolasi
- Penggaris dan alat tulis lainnya
3. Dasar Teori
Dalam bidang fotogrametri model tiga dimensi dapat diukur, dikaji dan dipetakan.
Dengan dasar ini maka melaluimedia foto udara dapat digunakan untuk membuat peta baik
dalam dua dimensi maupun tiga dimensi. Bayangan stereoskopik dari fotoudara hanya dapat
dilihat dengan beberapa syarat sebagai berikut ;
a. Tersedia dua buah foto udara yang berpasangan (bertampalan).
b. Kedua foto harus terorientasi satu terhadap yang lain.
c. Satu mata hanya melihat satu foto.
Bagian a dan b dapat dilatih tetapi bagian c teramat sulit untuk dilakukan walaupun
sebagian kecil orang dapat melakukannya. Untuk mengatasi hal tersebut digunakan
20
instrument berupa stereoskop. Stereoskop cermin merupakan peralatan untuk membantu
dalam pembuatan model tiga dimensi dari sepasang foto udara.
Pengamatan stereoskopik yang tepat dan baik harus memenuhi beberapa syarat yaitu basis
mata, garis penghubung pusat lensa dan jalur terbang harus saling sejajar.
Dalam praktikum ini selain membentuk model tiga dimensi juga sekaligus
untukmenentukan arah jalur terbang,basis foto udara, harga base height ratio(BHR) dan sudut
bukaan lensa/sudut pandang medan dari kamera udara yang digunakan.
4. Langkah Kerja
4.1. Cara Pertama
1. Amati kedua foto udara, tentukan letak daerah pertampalan untuk menentukan
foto kiri dan foto kanan.
2. Ukur plastik transparan sebesar foto udara dan tempelkan ke bidang foto dengan
celotape.
3. Tentukan titik utama foto kiri dan kanan dengan menghubungkan tanda fidusial
diperoleh TU1 dan TU2.
4. Tentukan obyek TU1 di foto kanan akan dipoeroleh TU1’ dan obyek TU2 di foto
kiri akan diperoleh TU2’. Penentuan letak obyek ini dengan mengamati obyek-
obyek pada foto udara (lihat gambar)
TU2TU1 TU1'TU2'
5. Buat garis lurus pada kertas sebagai arah jalur terbang dari kiri ke kanan.
6. Foto udara kemudian diletakkan di atas alas dengan bagian foto yang bertampalan
terletak di dalam. Orientasikan kedua foto agar titik TU1, TU2’, TU1’ dan TU2
terletak pada garis yang telah dibuat (lihat gambar di atas, anak panah sebagai arah
jalar terbang).
21
7. Stereoskop cermin selanjutnya di letakkan di atas kedua foto tersebut dan diatur
agar garis hubung pusat lensa sejajar denan garis arah terbang.
8. Dengan mengamati melalui stereoskop cermin agar diperoleh gambaran yang baik
geser foto disepanjang garis arah terbang sehingga didapatkan keterpaduan
bayangan, demikian juga bagian tepi atas maupun bawah foto. Bilabelum dengan
sedikit rotasifoto akan diperoleh keterpaduan bayangan.
9. Apabila telah diperoleh bayangan tiga dimensi lekatkan foto dengan celotape agar
tidak bergeser.
4.2. Cara Kedua
1. Pasang dan letakkan stereoskop cermin di atas meja’
2. Letakkan kedua foto di bawah stereoskop cermin dengan bagian yang
bertampalan terletak di dalam.
3. Cari obyek yang sama di bidang foto dan letakkan telunjuk tangan kiri pada
obyek foto kiri dan telunjuk kanan pada obyek foto kanan.
4. Sambil mengamati melalui stereoskop cermin telunjuk beserta foto digeser
sedemikian sehingga kedua telunjuk berhimpit. Dalam keadaan ini satu detil
telah mendekati berhimpit kemudian telunjuk diangkat.
5. Dengan cara yang sama tentukan untuk tiga obyek yang berjauhan dan tersebar
pada bidang foto.Dengan gerakan translasidan rotasi kecil model terusdiamati
sehingga diperoleh model tiga dimensi yang nyaman untuk dilihat.
6. Lekatkan celotape setelah model terbentuk dengan benar.
4.3. Mencari arah jalur terbang dan basis foto
1. Langkah ini hanya untuk cara yang kedua karena cara pertama arah jalur terbang
sudah dibuat sebelumnya.
2. Tentukan TU1 dan TU2 masing-masing pada foto kiri dan kanan.
3. Dengan melihat melalui lensa stereoskop proyeksikan TU1 pada foto kanan dan
tandai TU1’ selanjutnya proyeksikan TU2 ke foto kiri dan tandai dengan TU2’.
4. Hubungkan ke empat titik tersebut. Penentuan titik-titik TU1, TU2’, TU1’ dan
TU2 yang telita akan terbentuk garis yang lupus. Garis ini sebagai arah jalar
terbang.
5. Ukur jarak TU1-TU2’ dan TU1’-TU2, jarak ini merupakan basis foto kiri dan
kanan kemudian ambil harga rata-ratanya.
22
4.4. Mencari harga BHR
Harga BHR dapat ditentukan dengan membandingkan besaran basis udara dengan
tinggi terbang. Sebagai pembanding dapat dijelaskan bahwa untuk pertampalan foto udara
sebesar 60% yang diambil dengan panjang fokus kamera 150 mm dengan ukuran film standar
23cmx 23 cm maka perbandingan B/H = 0,60.
4.5. Mencari sudut bukaan lensa/sudut pandang medan
Sudut bukaan lensa dapat ditentukan dengan mengetahui panjang fokus kamera (f)
dan format foto udara.
Sudut bukaan lensa ß = 2 arctg (d/2f),dengan d adalah panjang diagonalformat foto udara.
Klasifikasi sudut bukaan lensa :
- Sempit = 10° - 20°
- Normal = 50° - 75°
- Lebar = 75° - 100°
- Sangat lebar = > 100°
8. Pendalaman Materi :
a. Jelaskan dan evaluasilah pembuatan model dengan cara 1 dan cara 2 diatas!
b. Jelaskan aspek-aspek ketelitian dalam pembuatan model stereoskopis !
23
ACARA 7. PENGUKURAN TINGGI DENGAN PARALAKS BAR
Pelaksanaan Praktikum
Hari/tanggal :
Waktu :
Tempat :
1. Tujuan :
- Melatih mahasiswa untuk dapat mengedentifikasi obyek dan membuat titik
pindahannya dalam pengamatan stereoskopis.
- Melatih mahasiswa untuk dapat menggunakan paralaks bar
- Melatih mahasiswa untuk dapat meletakan titik apung pada obyek yang akan
diukur.
- Melatih mahasiswa untuk dapat membaca hasil ukuran
2. Alat dan Bahan
- Stereoskop cermin
- Paralaks Bar
- Foto udara yang bertampalan
- Plastik transparan
- Formulir pengukuran dan hitungan
- Spidol transparan
- Penggaris, cutter, lem, celotape dsb.
3. Dasar Teori
Paralaks adalah kenampakan perubahan posisi suatu obyek terhadap suatu obyek
rujukan yang disebabkan oleh perpindahan posisi pengamat. Paralaks terjadi pada semua
gambar yang tampak pada tampalan foto yang berturutan. Ada dua hal mendasar yang perlu
untuk diketahui yaitu ;
a. Paralaks pada titik yang tinggi lebih besar daripada titik yang lebih rendah.
b. Paralaks sembarang titik berbanding lurus terhadap ketinggian titik tersebut.
24
Perubahan paralaks sesuai dengan ketinggian tempat menyajikan dasar fundamental
untuk menentukan ketinggian titik-titik berdasar pengukuran fotografik.
Jika ada dua titik yang sama tingginya akan mempunyai ”displacement” yang
sama.Jadi dengan mengukur besarnya displacement anatara dua titik,beda tinggi antara titik-
titik tersebut bisa ditentukan. Untuk mengukur dispalacement dipakai alat ”paralaks bar”.
5. Langkah Kerja
a. Pasang stereoskop cermin di atas meja.
b. Orientasikan foto udara sehingga model stereoskop terbentuk, kemudian kedua foto
dicelotape agar tidak bergerak.
c. Letakkan plastik transparan di kedua foto agar fotoudara tetap bersih dan lekatkan
dengan celotape.
d. Tentukan titik utama foto kiri dan foto kanan dengan menghubungkan garis fidusial
yang berhadapan.
e. Proyeksikan TU1 ke foto kanan dan beri tanda TU1’ kemudian TU2 ke foto kiri
dengan dan beri tanda TU2’.
f. Pada kondisi tersebut tentukan harga parealaks titik-titik yang dikehendaki dengan
menggunakan paralaks bar. Tentukan dahulu untuk titik utama foto TU1 dan TU2.
Selama pengamatan harus digunakan stereoskop cermin.
g. Kemudian tentukan 10 (sepuluh) detil lainnya seperti perempatan jalan,puncak
gedung,menara, dasar lembah dan lain sebagainya. Tandai titik-titik tersebut dengan
spidol.
h. Lakukan pengukuran paralaks terhadap titik-titk tersebut dan lakukan sebanyak tiga
kali putaran.
25
6. Langkah Hitungan
Hitungan dilakukan dalam formulir terlampir. Sedangkan langkah hitungan
dilakukansebagau berikut :
a. Hitung basis foto (b)
b = (b1 + b2)/ 2 dengan :
b1=basis foto kiri
b2=basis foto kanan
b. Hitung basis lapangan (B)
B= b/s, dengan s adalah skala foto udara.
c. Hitung konstanta paralaks (C)
C=(C1+C2)/2 dengan :
C1=b1-rTU1
C2=b2-rTU2
R =hasilpembacaan paralaksbar
d. Hitung paralaks tiap titik
Pi=C+ri
e. Hitung beda paralaks (ΔP) terhadap titik reeferensi, misal TU1 sebagai referensi
dengan tinggi titik 100m/msl.
ΔP=Pi-P referensi
f. Hitung tinggi terbang (H)
g. Hitung tinggi tiap titik (hi);
hi= h ref + ((H-href)x ΔP)/ Pi.
h. Hitung variasi skala (VS)
VS = (ST-SR)/S rerata x 100%
ST =skala di titik tertinggi
SR =skala di titik terendah
S rerata= skala foto rata-rata
9. Pendalaman Materi :
a. Mengapa dalam setiap pembacaan paralaks bar harus selalu digunakan stereoskop
cermin?
b. Jelaskan pula mengapa titik apung harus tepat berada di atas obyek yang diukur!
26
ACARA 8. PENGUKURAN BIDANG TANAH
DENGAN MEDIA PETA FOTO/ BLOW UP FOTO UDARA
Pelaksanaan Praktikum
Hari/tanggal :
Waktu :
Tempat :
1. Tujuan : Melatih mahasiswa agar dapat mengidentifikasi bidang-bidang tanah dari
media foto udara / blow up dan memasukannya sebagai lampiran gambar
ukur yang akan digunakan sebagai referensi orientasi.
2. Alat dan Bahan
- Blow up foto udara
- Meteran
- Jalon
- Formulir Gambar Ukur, jarum prik, pulpen warna merah dan biru dan alat tulis
lainnya.
3. Dasar Teori
Hasil-hasil pemetaan fotogrametri dapat berupa citra foto udara, blow up foto udara,
peta foto dan peta garis. Dalam pekerjaan pengukuran dan pemetaan bidang tanah hasil-hasil
ini digunakan sebagai media identifikasi bidang-bidang tanah dan biasanya dilaksanakan
untuk daerah terbuka (mudah diidentifikasikan).
Dari beberapa media tersebut pada praktikum ini akan dilakukan hanya pada
penggunaan blow up foto udara.
4. Langkah Kerja
a. Siapkan lembar blow up foto udara dan amati obyek-obyek bidang tanah yang
yang terletak di daerah terbuka..
27
b. Identifikasi ke lapangan dengan melihat obyek-obyek yang terdapat di lembar
blow up dengan bidang-bidang tanah yang ada dilapangan.
c. Tentukan letak setiap tanda batas bidang dan tandai dengan jarum prik di blow up
(pematang sawah, batas jalan dsb dapat dianggap sebagai batas bidang).
d. Hubungkan setiap tanda batas sehingga sisi-sisi bidang tanah terlihat jelas dan
gunakan tinta warna merah.
e. Ukur sisi-sisi bidang tanah dengan meteran dan tuliskan angka-angka ukur pada
blow up dengan tinta biru.
f. Ukur sebanyak lima bidang yang mengelompok dan tuliskan NIB di tengah-
tengah bidang tanah tersebut.
g. Isi formulir GU dan copy blow up pada ukuran A4 sebagai lampiran GU.
h. Blow up ini hanya sebagai referensi orientasi dan dalam pengeplotan di peta
pendaftaran tetap digunakan data-data ukuran.
6. Pendalaman Materi :
a. Jelaskan apa karakteristik daerah terbuka sehingga pengukuran dengan media blow up
foto dapat dilakukan!
b. Uraikan sejauh mana blow up foto dapat digunakan dalam pekerjaan pengukuran dan
pemetaan kadastral!
28
ACARA 9. PENGENALAN PEMETAAN MENGGUNAKAN UAV
Pelaksanaan Praktikum
Hari/tanggal :
Waktu :
Tempat :
1. Tujuan : Melatih mahasiswa agar dapat mengetahui dan mengenal salah satu metode
pemetaan fotogrametri menggunakan wahan Unmanned Aerial Vehicle.
2. Alat dan Bahan
- Pesawat UAV
- Komputer/Lap Top
- Rover GNSS CORS.
- Bahan Membuat GCP dan IP.
- Soft ware pengolahan data fotogrametri
3. Dasar Teori
Unmanned Aerial Vehicles adalah pesawat terbang yang dilengkapi dengan
seperangkat kamera, cara menerbangkannya dapat dilakukan secara otomatis penuh
dilakukan oleh aplikasi atau menggunakan radio kontrol.
Produk yang dihasilkan pemotretan suatu wilayah dengan moda UAV, harus diolah
secara fotogrametri menggunakan aplikasi atau soft ware pengolahan data fotogrametri
seperti Arcgis Soft terlebih dahulu sebelum digunakan untuk kepentingan pembuatan peta.
Platform atau moda UAV dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu : Chopter, Fixed
Wing dan Hybrid. Semua platform mempunya kelebihan dan kekurangan masing – masing
untuk digunakan sebagai wahana kegiatan pemetaan secara fotogrametri.
4. Langkah Kerja
a. Keluarkan pesawat UAV beserta kelengkapannya dari box, dan lakukan
instalasi.
29
b. Pada Controler pasang gadged yang telah berisi aplikasi controler dan aplikasi
pengaturan perencanaan penerbangan dan perencanaan wilayah yang akan di
potret.
c. Kemudian lakukan inisialisai antara Pesawat UAV, Controler dan Gadged jika
sudah terkoneksi maka pesawat siap untuk diterbangkan.
d. Atur tinggi terbang, besarnya Overlap dan side lap, atur Area of Interset (AoI)
wilayah yang akan dipetakan. Dalam wilayah yang dipetakan sudah terpasang
Ground Control Point (GCP) dan Independent Point (IP) yang tersebar merata
diwilayah AoI.
e. Berdiri diatas tanah lapang, operasikan controler dan pesawat UAV akan
terbang sesuai perencanaan penerbangan.
f. Selama penerbangan berlangsung, lakukan control penerbangan pada gadged
cek apakah jalur terbang pesawat UAV sudah sesuai dengan perencanaan, jika
melenceng maka dilakukan pengulangan pemetaan.
g. Setelah pemotretan seluruh wilayah AoI, pesawat UAV akan kembali ke
tempat semula. Lakukan pendaratan pesawat dengan lembut.
h. Buka kartu MMC pada kamera pesawat, lakukan down load foto-foto hasil
pemotretan.
i. Lakukan pengolahan data hasil pemotretan dengan soft ware fotogrametri,
setelah pemotretan diperoleh peta foto.
j. Buat bingkai peta foto dengan menggunakan aplikasi Auto Cad, maka dengan
demikian Peta Dasar Pendaftaran dengan menggunakan peta foto hasil
pemotretan menggunakan UAV dapat dibuat.
5. Pendalaman Materi :
a. Apa kelebihan dan kekurangan mengunakan pesawat UAV tipe Chopter,
Fixed Wing dan Hybrid ?
b. Apa fungsi Ground Control Point yang terpasang diwilayah AoI ?
30
DAFTAR PUSTAKA
.Howard, J. A. (1996). Penginderaan Jauh Untuk Sumber Daya Hutan. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta
Lillesand / Kiefer (1993). Penginderaan Jauh Dan Interpretasi Citra. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta
Prijono (2001) Dasar Pemetaan Fotogrametri Digital, Teknik Geodesi, Yogyakarta.
Sutanto (1986) Penginderaan Jauh Jilid I dan II, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Suharsana (1997) Fotogrametri Dasar, Teknik Geodesi UGM, Yogyakarta
Wolf, Paul, R. (1983) Element of Photogrammetry (2nd
Edition), International Student
Edition, McGraw Hill International Book Company.
______Petunjuk Teknis PMNA/KBPN 3/1997 Materi Pengukuran dan Pemetaan Pendaftaran
Tanah..
31
PETUNJUK PELAKSANAAN
PRAKTIKUM FOTOGRAMETRI PRODI DIPLOMA I PPK
SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL
=======================================================
A. PETUNJUK UMUM
Materi : Sesuai dengan acara modul praktikum.
Waktu : Tiap acara dilaksanakan selama 90 menit.
Tempat : Laboratorium Fotogrametri dan Lingkungan Sekitar
Kampus STPN
Instruktur : Instruktur dan pembagian regu pembimbingan akan
disampaikan kemudian.
Peserta : Taruna yang mengambil mata kuliah Fotogrametri
Regu : Satu regu terdiri 5(lima) praktikan.
Pelaporan : Lihat petunjuk khusus praktikum.
Ketentuan : Praktikum wajib diikuti oleh setiap taruna.
Peralatan/bahan : 1. Foto Udara/ Peta Foto/ Blow Up Foto/ Peta Topografi/
Peta Dasar Pendaftaran
2. Stereoskop saku dan stereoskop cermin yang
dilengkapi paralaks bar.
3. Formulir pengukuran dan hitungan.
4. Plastik transparan 4 lbr, spidol transparan minimal 2
warna kode (F), selotip, lem, pensil, pulpen dan alat
tulis lainnya (disediakan oleh tiap regu praktikum).
Responsi : Merupakan penilaian penguasaan materi dan kemampuan
praktikan dan dilaksanakan oleh instruktur masing-masing.
Penilaian Responsi :
1. Meliputi materi praktikum dan hasil laporan yang
telah dibuat praktikan.
2. Penilaian digunakan standar nilai dari 0 s/d 100
(dalam angka dan huruf).
3. Hasil penilaian diserahkan kepada Koordinator
Praktikum sebagai bahan penilaian akhir taruna
B. PETUNJUK KHUSUS
1. Laporan dibuat sesuai urutan acara yang telah ditentukan.
2. Laporan dikonsultasikan kepada Instruktur masing-masing paling lambat 1 (satu)
minggu setelah pelaksanaan praktikum.
3. Laporan dibuat tiap kelompok dan ditulis tangan.
4. Laporan akhir merupakan kumpulan laporan sementara yang sudah disetujui
instruktur dengan dijilid sesuai petunjuk yang diberikan.
5. Sistematika Laporan Akhir
32
1) Halaman Sampul
2) Halaman Pengesahan
3) Kata Pengantar
4) Daftar Isi
5) Daftar Gambar
6) Daftar Tabel
7) Daftar Lampiran
8) Acara I, II, III dst. (sesuai MATERI praktikum)
9) Daftar Pustaka
10) Lampiran
6. Laporan dijilid lem dengan warna biru tua.
7. Laporan akhir dikumpulkan paling lambat 1 (satu) hari sebelum pelaksanaan
Responsi.
C. PEMBAGIAN REGU DAN INSTRUKTUR
Untuk kelancaran dan efektifitas kegiatan dibentuk regu dan dibimbing instruktur
dengan pembagian regu dan instruktur menyesuaikan dengan kalender akademik
berjalan.
Yogyakarta, Agustus 2019
Koordinator Praktikum Fotogrametri
33
LAPORAN PRAKTIKUM
FOTOGRAMETRI
Oleh
Regu ____
1. ______________________ NIM. __________
2. ______________________ NIM. __________
3. ______________________ NIM. __________
PROGRAM DIPLOMA I PENGUKURAN PEMETAAN KADASTRAL
SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL
KEMENTERIAN ATR/BADAN PERTANAHAN NASIONAL
YOGYAKARTA
2019
LAPORAN PRAKTIKUM
34
FOTOGRAMETRI
Oleh
_____________________
NIM. ………….
Telah diperiksa dan disetujui,
Yogyakarta, ___ Agustus 2019
Mengetahui
Koordinator Praktikum
________________
NIP………………
Instruktur
_________________
NIP………………