plagiat merupakan tindakan tidak terpuji · iv persembahan skripsi ini kupersembahkan kepada para...
TRANSCRIPT
DEBA
Progr
HUBUENGAN MAGI KAUM
Di
ram Studi Il
PRKEKHU
FAKULT
UNGAN PEINAT TER
M MUDA DPRINGWU
iajukan untu
Memperole
lmu Pendid
E
ROGRAM USUSAN P
JURUSATAS KEGUUNIVERS
Y
ENGHAYARHADAP PDI PAROKIULUNG - Y
S K R I P
uk Memenu
eh Gelar Sa
dikan Kekhu
Oleh
Emeliana T
NIM: 1111
STUDI ILMENDIDIKA
AN ILMU PURUAN DASITAS SANYOGYAKA
2015
ATAN HIDPANGGILAI SANTO YYOGYAKA
P S I
uhi Salah Sa
arjana Pendi
ususan Pend
:
Takndar
24004
MU PENDAN AGAMPENDIDIKAN ILMU
NATA DHAARTA
5
DUP BAKTAN HIDUPYOHANESARTA
atu Syarat
idikan
didikan Aga
IDIKAN MA KATOLKAN PENDIDIK
ARMA
TI P BAKTI S RASUL
ama Katolik
LIK
KAN
k
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada
Para suster Putri Bunda Hati Kudus Provinsi Indonesia,
Para suster PBHK komunitas Deresan Yogyakarta, bapak dan ibuku yang setia
mendoakanku, dan saudara-saudari yang telah mendukungku dengan caranya
masing-masing dan Prodi IPPAK Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
Sebab kamu tahu bahwa, ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.
Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang,
supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun.
(Yakobus 1: 3 - 4)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul HUBUNGAN PENGHAYATAN HIDUP BAKTI DENGAN MINAT TERHADAP PANGGILAN HIDUP BAKTI BAGI KAUM MUDA DI PAROKI SANTO YOHANES RASUL PRINGWULUNG YOGYAKARTA. Penulis memilih judul ini berdasarkan fakta bahwa tarekat Putri Bunda Hati Kudus, dan tarekat lain akhir-akhir ini mengalami berkurangnya jumlah calon yang masuk biara. Ada juga keprihatinan yang dialami orang tua murid dan anak-anak mengeluh bahwa di sekolah-sekolah milik suster dan bruder mereka kurang melihat para suster dan bruder menampilkan kegembiraan itu pada saat menyapa siswa. Oleh karena itu skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan penghayatan hidup bakti biarawan-biarawati dengan minat kaum muda terhadap panggilan hidup bakti.
Penghayatan hidup bakti biarawan-biarawati meliputi kaul kemurnian, kaul kemiskinan, dan kaul ketaatan dihayati secara konkret dalam hidup berkomunitas dan dalam melaksanakan tugas perutusan. Minat terhadap panggilan hidup bakti timbul dari hasil pengenalan dan belajar dalam keluarga, sekolah yang menimbulkan rasa ingin tahu, rasa senang, rasa tertarik dan menjadi sumber motivasi. Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini yakni terdapat hubungan antara penghayatan hidup bakti dengan minat kaum muda terhadap panggilan hidup bakti.
Untuk membuktikan kebenaran hipotesis secara empirik maka peneliti dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif berbentuk korelasi. Cara pengambilan sampel dari populasi dilakukan dengan teknik populatif. Teknik populatif adalah seluruh jumlah populasi yaitu semua kaum muda di Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta yang berjumlah 108 orang sebagai responden dalam penelitian. Semua kaum muda yang berjumlah 108 ini yang mengisi kuesioner dan sebagian diwawancarai.
Adapun hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang cukup nyata antara penghayatan hidup bakti dengan minat kaum muda terhadap panggilan hidup bakti yang ditunjukkan dengan nilai pearson correlation 0,630 pada taraf signifikansi 0,000. Sedangkan hasil analisis deskriptif statistik variabel penghayatan hidup bakti dengan nilai persentase 51 % (55 orang) lebih banyak masuk kategori setuju dan variabel minat terhadap panngilan hidup bakti dengan nilai persentase 44 % (48 orang) cukup banyak masuk kategori setuju. Berdasarkan hasil penelitian tersebut memberi gambaran bahwa semakin baik biarawan-biarawati memberi kesaksian mengenai penghayatan hidup bakti maka semakin meningkat jumlah kaum muda yang berminat dengan panggilan hidup bakti. Minat seseorang dapat ditunjukkan melalui sikap dan ekspresinya terhadap hasil pengenalan dan pengalaman yang diterima dari lingkungannya. Merujuk pada hasil penelitian ini, maka para suster Putri Bunda Hati Kudus Provinsi Indonesia perlu meningkatkan semangat penghayatan hidup bakti dalam kesaksian hidup setiap hari, mengadakan kunjungan keluarga, kerjasama dengan pihak paroki, serta pihak sekolah untuk menggalakan program aksi panggilan secara rutin dengan kaum muda dalam bentuk apa saja sehingga kehadirannya dapat menginspirasi kaum muda dalam menjawab panggilan Tuhan sebagai biarawan-biarawati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
The title of this thesis namely CORRELATION BETWEEN THE EMBODYING OF RELIGIOUS LIFE WITH THE INTEREST TO THE CALLING OF RELIGIOUS LIFE FOR YOUTHS AT PARISH OF ST JOHN THE APPOSTLE OF PRINGWULUNG YOGYAKARTA. This title was chosen base on the fact that the convent of SISTERS OF THE SACRED HEART OF MOTHER, and other convents in now days have experienced of the less of number of candidates who want to enter in a convent. There was a concern that experienced by parents and the youths who complain that at some schools which owned by sisters and brothers, they saw the sisters and brothers had not performed a happiness when greeting and welcome the students. Therefore this thesis aimed to comprehend how the relation of the embodying of religious life of the monks and nuns and the interest of the youths to the special calling.
The embodying of religious life of monks and nuns involved the vows of celibate, poor and obedience which is embodied concretely in the community life and in performing the mission. The interest to the calling of religious life arouse from the introducing and learning in families, schools, which gave rise of the feel to know, happy, and interest and becomes source of motivation. The hypothetic which would be tested in this study as followed, there was a correlation between the embodying of religious life and the interest of youths to the calling of the life.
In this study, it was used the quantitative method in correlation form to prove the righteousness of the empirical hypothetic. The method of choosing the sample from the population used the population technique. The technique stated that population of all youths at Parish of St John the Apostle of Pringwulung Yogyakarta amount of 108 became the sample. All the 108 youths had filled the questionnaires and part of them had been interviewed.
The result of the study pointed that it had the real correlation between the embodying of religious life and the interest of the youths to the calling of religious life which it was pointed by the value of pearson correlation 0,630 by the significant rate at 0,000. While the result of descriptive statistic analyses to the variable of embodying life by the percentage value 51% (55 persons) more of those included in the agree category and the interest variable to the calling of religious life by the percentage of 44% (48 persons) and more included in agree category. Based on the result, it gave the description that better the monks and nuns give the witnessing of embodying of religious life then it more increase the number of youths who interested to the special calling. The interesting of someone could be pointed through the attitudes and expressions of the results of introduction and experiencing which had been received from the environment. By referring to the result, then the Sisters of the Sacred Heart Of Mother of Indinesia Province should increase the spirit for embodying religious life by conducting families visiting, in cooperating whit parishes and schools to perform the program of calling action routinely with the youths in various kinds of action so that their presence would become an inspiration to the youths in responding to the calling of God as monks and nuns.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan karena kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul HUBUNGAN PENGHAYATAN HIDUP BAKTI
DENGAN MINAT TERHADAP PANGGILAN HIDUP BAKTI BAGI
KAUM MUDA DI PAROKI SANTO YOHANES RASUL PRINGWULUNG
YOGYAKARTA.
Skripsi ini disusun berdasarkan keprihatinan penulis mengenai
berkurangnya jumlah calon yang masuk biara. Kenyataan berkurangnya jumlah
calon yang memilih untuk hidup membiara tidak hanya dialami oleh tarekat Putri
Bunda Hati Kudus tetapi dialami juga oleh tarekat lainnya. Minat terhadap
panggilan hidup bakti perlu didukung dengan kesaksian hidup biarawan-biarawati
yang mengikrarkan kaul-kaul membiara. Dengan mengikrarkan kaul diharapkan
biarawan-biarawati bertanggung jawab menaati nasihat Injil dalam seluruh hidup
dan perutusannya sebagaimana telah diteladankan Olah Yesus Kristus.
Oleh karena itu penulis menyusun skripsi ini dimaksudkan untuk
membantu biarawan-biarawati agar semakin meningkatkan kesaksian hidup yang
makin berkualitas dalam seluruh hidup dan tugas pelayanannya dan juga kepada
keluarga, lingkungan sekolah dan paroki agar dengan berbagai caranya masing-
masing dapat membantu kaum muda dalam mengenali benih panggilan Tuhan
sebagai biarawan-biarawati sehingga dapat bertumbuh subur serta kelak bisa
terwujud sesuai kehendak Tuhan yang bekerja melalui usaha semua pihak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Skripsi ini selesai disusun dengan baik berkat bantuan dari berbagai
pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis dengan sepenuh hati dan syukur mengucapkan terima
kasih kepada:
1. F.X. Dapiyanta, SFK., M.Pd., selaku dosen pembimbing I sekaligus dosen
pembimbing akademik yang selalu siap sedia memberikan dukungannya
dengan penuh kesabaran dalam memberikan koreksi saat bimbingan skripsi
sehingga penulis termotivasi, dan selalu mendapat wawasan baru dalam
menyempurnakan skripsi ini sampai selesai.
2. Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ, selaku dosen penguji II yang bersedia
meluangkan waktu bagi penulis untuk mengadakan bimbingan dalam rangka
meminta pendapat dan saran pada penulisan bab II, sehingga penulis sedikit
mempunyai gambaran dalam melanjutkan penulisan skripsi ini hingga selesai.
3. P. Banyu Dewa HS. S.Ag., M.Si., selaku dosen penguji III, yang siap sedia
mendengarkan dan memberi masukan pada penulis mengenai hal praktis
sebagai dosen penguji III. Tentu dukungan yang diberikan sangat bermanfaat
bagi penulis dalam proses penulisan skripsi ini.
4. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, SJ, M.Ed, selaku Ketua Program Studi
Prodi IPPAK yang telah memberikan persetujuan pada penulis dalam proses
awal penulisan skripsi hingga selesai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
5. Segenap Staf Dosen Prodi IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma yang telah membimbing, mendukung dan
mendidik penulis selama belajar hingga menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.
6. Sr. M. Immaculae PBHK, beserta Staf Dewan Provinsi PBHK Indonesia yang
telah memberikan kepercayaan pada penulis dalam tugas perutusan studi
Prodi IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta. Penulis beryukur atas perutusan studi yang diberikan
konggregasi ini yang tentunya menjadi bekal dalam tugas perutusan
mendatang.
7. Para suster PBHK komunitas Deresan Yogyakarta yang telah mendukung
dengan berbagai macam cara sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi dengan baik.
8. Romo Bonifasius Dwi Yuniarto Nugroho, PR yang mewakili romo paroki di
paroki Santo Yohanes Pringwulung Yogyakarta dan Bapak Yustinus Raharjo
sebagai penanggung jawab sekretariat paroki Santo Yohanes Rasul
Pringwulung Yogyakarta yang telah menerima dan membantu penulis dalam
mengadakan penelitian dengan kaum muda.
9. Al. Agung Priyatno selaku penanggung jawab kepemudaan di paroki Santo
Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta, yang telah membantu
menghubungkan penulis dengan para ketua OMK yang berada dalam
paguyuban lektor, misdinar dan kaum muda lainnya yang tidak termasuk
dalam paguyuban di paroki sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian
dengan lancar dan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL .......................................................................................................... i
PESRSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. ii
PENGESAHAN ............................................................................................ iii
PERSEMBAHAN ......................................................................................... iv
MOTTO ........................................................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ........ vii
ABSTRAK .................................................................................................... viii
ABSTRACT .................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................. x
DAFTAR ISI ................................................................................................. xiv
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xxi
DAFTAR SINGKATAN .............................................................................. xxii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ......................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ........................................................................ 5
D. Rumusan Permasalahan ................................................................... 6
E. Tujuan Penulisan .............................................................................. 6
F. Manfaat Penulisan ............................................................................ 6
G. Metode Penulisan ............................................................................. 7
H. Sistematika Penulisan ...................................................................... 7
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ...................................................................... 9
A. Penghayatan Hidup Bakti ................................................................ 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
1. Hidup Bakti ............................................................................... 9
a. Pengertian Hidup Bakti ......................................................... 9
b. Tujuan Hidup Bakti ............................................................... 14
2. Penghayatan Hidup Bakti dalam Konteks Profesi Religius ....... 16
a) Tahap Pra-Novisiat dan Novisiat ........................................... 17
b) Tahap Novisiat ....................................................................... 17
c) Tahap Profesi Sementara ....................................................... 18
d) Tahap Profesi Kekal .............................................................. 19
3. Penghayatan Hidup Bakti dalam Konteks Hidup Komunitas .... 23
4. Penghayatan Hidup Bakti dalam Konteks Tugas Perutusan ...... 24
B. Minat Kaum Muda terhadap Panggilan Hidup Bakti ........................ 26
1. Pengertian Minat ........................................................................ 26
2. Ciri-Ciri Minat ........................................................................... 29
a. Minat Tumbuh Bersamaan dengan Perkembangan Fisik dan Mental .................................................................................... 29
b. Minat Bergantung pada Kesiapan Belajar ............................. 29
c. Minat Bergantung pada Kesempatan Belajar ........................ 30
d. Perkembangan Minat mungkin Terbatas ............................... 30
e. Minat dipengaruhi Budaya .................................................... 30
f. Minat berbobot Emosional .................................................... 30
g. Minat itu Egosentris .............................................................. 31
3. Aspek-Aspek Minat ................................................................... 31
a. Aspek Kognitif ...................................................................... 31
b. Aspek Afektif ....................................................................... 32
4. Bentuk-Bentuk Minat ................................................................. 32
a. Minat Pribadi dan Sosial ....................................................... 33
b. Minat terhadap Rekreasi ........................................................ 33
c. Minat pada Agama ................................................................ 34
d. Minat terhadap Sekolah dan Jabatan ..................................... 36
5. Minat dan Motivasi .................................................................... 37
C. Penelitian yang Relevan ................................................................... 39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
D. Kerangka Pikir ................................................................................. 40
E. Hipotesis .......................................................................................... 43
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 44
A. Jenis Penelitian ................................................................................ 44
B. Desain Penelitian ............................................................................ 44
C. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 45
D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ....................... 45
E. Variabel Penelitian .......................................................................... 46
1. Identifikasi Variabel ................................................................... 46
2. Definisi Konseptual Variabel ..................................................... 47
a) Penghayatan Hidup Bakti ...................................................... 47
b) Minat terhadap Panggilan Hidup Bakti ................................. 47
3. Definisi Operasional Variabel .................................................... 48
a) Penghayatan Hidup Bakti ...................................................... 48
b) Minat terhadap Panggilan Hidup Bakti ................................. 49
4. Teknik dan Alat Instrumen Penelitian ....................................... 49
a) Angket ................................................................................... 49
b) Wawancara ............................................................................ 50
5. Kisi-Kisi Penelitian .................................................................... 51
F. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 54
G. Pengembangan Instrumen ............................................................... 54
1. Analisis Intrumen ....................................................................... 54
a) Uji coba terpakai .................................................................... 54
b) Uji coba Validitas .................................................................. 54
c) Uji coba Reliabilitas .............................................................. 55
2. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis ..................................... 57
a) Uji Normalitas Data ............................................................... 57
b) Uji Linearitas .......................................................................... 57
c) Analisis Deskriptif Statistik ................................................... 57
d) Uji Hipotesis .......................................................................... 59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 60
A. Hasil Penelitian ............................................................................. 60
1. Uji Persyaratan ......................................................................... 60
a. Uji Normalitas .................................................................... 60
b. Uji Linearitas ..................................................................... 61
2. Analisis Deskriptif Statistik ..................................................... 62
a. Rangkuman Deskriptif Statistik Variabel Penghayatan Hidup Bakti ........................................................................ 62
1) Deskriptif Statistik Aspek Kaul Kemurnian ............... 64
2) Deskriptif Statistik Aspek Kaul Kemiskinan .............. 66
3) Deskriptif Statistik Aspek Kaul Ketaatan ................... 68
b. Rangkuman Deskripsif Statistik Variabel Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti ....................................................... 70
1) Deskriptif Statistik Aspek Rasa Ingin Tahu ................ 73
2) Deskriptif Statistik Aspek Sumber Motivasi ............. 75
3) Deskriptif Statistik Aspek Rasa Senang ...................... 77
4) Deskriptif Statistik Aspek Rasa Tertarik .................... 79
3. Analisis Korelasi ...................................................................... 81
B. Hasil Wawancara dengan Kaum Muda ......................................... 82
C. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................ 86
1. Uji Normalitas dan Uji Linearitas .......................................... 86
2. Variabel Penghayatan Hidup Bakti ........................................ 87
a. Aspek Kaul Kemurnian .................................................... 87
b. Aspek Kaul Kemiskinan ................................................... 87
c. Aspek Kaul Ketaatan ....................................................... 88
3. Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti ................................. 89
a. Aspek Rasa Ingin Tahu ..................................................... 89
b. Aspek Sumber Motivasi ................................................... 89
c. Aspek Rasa Senang .......................................................... 90
d. Aspek Rasa Tertarik ......................................................... 90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
4. Korelasi Penghayatan Hidup Bakti dengan Minat Kaum Muda Terhadap Panggilan Hidup Bakti ........................................... 91
D. Refleksi Kateketis ......................................................................... 93
1. Pengertian Katekese ............................................................... 93
2. Biarawan-Biarawati sebagai Katekis ...................................... 94
3. Aspek Katekis dalam Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti 95
E. Keterbatasan Penelitian ................................................................ 98
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 100
A. Kesimpulan ..................................................................................... 100
B. Saran ............................................................................................... 101
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 103
LAMPIRAN ........................................................................................ 105
Lampiran 1: Kuesioner Penelitian ....................................................... (1)
Lampiran 2: Data Hasil Penelitian ....................................................... (7)
Lampiran 3: Data Hasil Wawancara .................................................... (10)
Lampiran 4: Data Hasil Uji Validitas .................................................. (14)
Lampiran 5: Data Out Put Korelasi Keseluruhan ................................ (15)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Skor Alternatif Jawaban Variabel X dan Y 50
Tabel 2. Variabel Penghayatan Hidup Bakti 51
Tabel 3. Variabel Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti 52
Tabel 4. Hasil Uji Reliability Statistik Variabel Penghayatan Hidup
Bakti 56
Tabel 5. Hasil Uji Reliabilitas Statistik Variabel Minat Terhadap
Panggilan Hidup Bakti 56
Tabel 6. Kriteria Klasifikasi Variabel Penghayatan Hidup Bakti 58
Tabel 7. Kriteria Klasifikasi Variabel Minat Terhadap Panggilan Hidup
Bakti 58
Tabel 8. Test Of Normality 60
Tabel 9. Anova Table ( Uji Linearitas) 61
Tabel 10. Rangkuman Deskriptif Statistik Variabel Penghayatan Hidup
Bakti 62
Tabel 11. Rangkuman Analisis Frekuensi Variabel Penghayatan Hidup
Bakti 63
Tabel 12. Deskriptif Statistik Aspek Kaul Kemurnian 64
Tabel 13. Analisis Frekuensi Aspek Kaul Kemurnian 65
Tabel 14. Deskriptif Statistik Aspek Kaul Kemurnian 66
Tabel 15. Analisis Frekuensi Aspek Kaul Kemiskinan 67
Tabel 16. Deskriptif Statistik Aspek Kaul Ketaatan 68
Tabel 17. Analisis Frekuensi Aspek Kaul Ketaatan 69
Tabel 18. Rangkuman Deskriptif Statistik Variabel Minat Terhdap
Panggilan Hidup Bakti 70
Tabel 19. Analisis Frekuensi Variabel Minat Terhadap Panggilan
Hidup Bakti 71
Tabel 20. Deskriptif Statistik Aspek Rasa Ingin Tahu 73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
Tabel 21. Analisis Frekuensi Aspek Rasa Ingin Tahu 74
Tabel 22. Deskriptif Statistik Aspek Sumber Motivasi 75
Tabel 23. Analisis Frekuensi Aspek Sumber Motivasi 76
Tabel 24. Deskriptif Statistik Aspek Rasa Senang 77
Tabel 25. Analisis Frekuensi Aspek Rasa Senang 78
Tabel 26. Deskriptif Statistik Aspek Rasa Tertarik 79
Tabel 27. Analisis Frekuensi Aspek Rasa Tertarik 80
Tabel 28. Analisis Korelasi 81
Tabel 29. Hasil Wawancara dengan Kaum Muda 82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Diagram Penghayatan Hidup Bakti secara Keseluruhan 64
Gambar 2. Diagram Aspek Kaul Kemurnian 66
Gambar 3. Diagram Aspek Kaul Kemiskinan 68
Gambar 4. Diagram Aspek Kaul Ketaatan 70
Gambar 5. Diagram Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti secara
Keseluruhan 72
Gambar 6. Diagram Aspek Rasa Ingin Tahu 75
Gambar 7. Diagram Aspek Sumber Motivasi 77
Gambar 8. Diagram Aspek Rasa Senang 79
Gambar 9. Diagram Aspek Rasa Tertarik 81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxii
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
EG : Evangelii Gaudium, Seruan Apostolik Paus Fransiskus,
23 November 2013.
VC : Vita Cosecrata, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II
tentang Hidup Bakti bagi para Religius, 23 Maret 1996.
LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Tentang Gereja, Dokumen Konsili
Vatikan II. Diterjemahkan dari naskah resmi bahasa Latin Oleh R.
Hardawiryana SJ, 12 Juli 2013.
CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes
Paulus II kepada para Uskup, klerus dan segenap umat beriman, tentang
katekese masa kini, 16 Oktober 1979.
KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Caninici), diundangkan oleh Paus
Yohanes Paulus II tanggal 25 Januari 1983.
B. Singkatan Lain
WKC : Warta Keluarga Chevalier (Majalah Keluarga Chevalier: Tarekat MSC,
PBHK, TMM, dan Asosiasi Awam Chevalier).
KWI : Konferensi Waligereja Indonesia.
Art : Artikel.
Jlh : Jumlah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hidup bakti adalah suatu cara hidup khusus bagi mereka yang mengalami
sapaan pribadi dengan Allah dan menanggapinya secara khas. Sapaan ini pada
hakekatnya adalah sapaan kasih, yang menjadikan biarawan-biarawati menjadi
teguh, bersemangat dan senantiasa bergembira dalam menghayati hidup baktinya.
Karena cinta yang diperoleh dari perjumpaan pribadi dengan Yesus itulah
biarawan-biarawati hidup bakti digerakkan oleh kasih-Nya untuk menjadi nabi
yang siap menjadi pendengar dan pelaku sabda seperti orang Samaria yang baik
hati terdapat dalam Luk 10 : 25 – 37. Melalui perjumpaan pribadi dengan Tuhan
menjadi kekuatan yang mendorongnya untuk menghayati panggilan hidup mistik,
yang nyata dalam hidup doa yang mendalam, serta peka terhadap kehadiran
Tuhan dalam setiap pengalaman hidup.
Biarawan-biarawati hidup bakti menghayati ketiga kaul yang meliputi
kaul kemurnian, kemiskinan dan ketaatan. Inti berkaul adalah menyatuhkan diri
dengan Tuhan sendiri secara penuh. Dengan kaul kemurnian, biarawan-biarawati
hidup bakti tidak terikat pada keluarga sehingga dapat mengikuti Tuhan secara
total. Dengan kaul kemiskinan, biarawan-biarawati hidup bakti tidak mau diikat
oleh harta benda dunia ini, tetapi lebih mau bebas melekatkan diri pada Tuhan.
Dengan kaul ketaatan, biarawan-biarawati hidup bakti tidak mau terikat pada
kedudukan dan kekuasaan, tetapi justru ingin taat kepada perintah Tuhan sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Oleh karena itu jelas bahwa ketiga kaul secara umum menjadikan
biawawan-biarawati hidup bakti tidak terikat atau lepas bebas pada berbagai hal
seperti: keluarga, harta, kedudukan dan hanya terikat pada Tuhan sendiri.
Semangat lepas bebas dimaksudkan agar biarawan-biarawati hidup bakti lebih
mengutamakan Tuhan, ingin menyatu dengan Tuhan, dan semua hal yang lain
dianggap sebagai sarana. Harapannya jika biarawan-biarawati mengembangkan
sikap dan semangat lepas bebas, sehingga dapat membantu setiap pribadi untuk
menerima dengan sepenuh hati perutusan apapun yang diberikan oleh para
pemimpin dalam tarekat dan bisa hidup bersama dengan penuh sukacita dan
damai. Semua harapan yang telah dipaparkan oleh penulis pada kenyataanya
kadang kurang sesuai dengan harapan.
Berdasarkan pengalaman, dan pengamatan penulis, terkadang biarawan-
biarawati kurang setia menaati kaul ketaatan jika mendapat perutusan baru dengan
alasan karena sudah pensiun, atau pun di tempat lain sangat membutuhkan
kehadiran biarawan-biarawati yang diutus. Kenyataan ini jelas tidak sesuai dengan
janji kaul yang telah diikrarkan pada Tuhan yang disaksikan oleh para pemimpin
konggregasi dan juga disaksikan oleh umat dalam perayaan prasetya pertama dan
prasetya kekal. Penulis melihat persoalan lain lagi yang diangkat oleh romo Paul
Suparno dalam bukunya yang berjudul saat jubah bikin gerah (2007:69):
Dari pengalaman, banyak orang tua murid dan anak-anak yang di sekolah-sekolah katolik milik suster atau bruder, mengeluh karena para suster dan bruder kurang menampilkan kegembiraan itu. Kadang mereka tidak melihat suster kepala sekolah tersenyum jika disapa murid, mereka tidak melihat bagaimana suster itu menyapa dengan hati gembira kepada siswa.
Persoalan ini cukup jelas bahwa biarawan-biarawati tidak memberikan
kesaksian yang baik kepada sesama yang dijumpai dan tidak membantu orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
melihat sisi lain dari dimensi eskatologis hidup bakti dan membuat orang tidak
merasakan keindahan panggilan Allah dalam diri biarawan-biarawati tersebut.
Dalam Konstitusi para suster Putri Bunda Hati Kudus bab III no. 37,
berbicara mengenai asal mulanya panggilan itu yaitu sebagaimana Yesus
memanggil para murid-Nya demikian juga ia telah memanggil kita untuk
mengambil bagian dalam cara hidup dan tugas perutusan-Nya dari Bapa.
Panggilan sebagai biarawan-biarawati merupakan karunia dari Allah. Jadi jelas
bahwa Allah yang berinisiatif memanggil setiap orang untuk mengikuti-Nya
dengan sukarela sebagai suster, romo, frater dan bruder.
Panggilan menjadi biarawan-biarawati biasanya datang melalui hal-hal
yang sederhana. Ada yang merasa terpanggil untuk menjadi suster, romo dan
bruder karena sering mendapat kunjungan keluarga dari biarawan-biarawati secara
rutin, bertemu dengan suster yang setia mengantar komuni kudus kepada orang
sakit, orang tua sering melatih anaknya untuk mencintai Tuhan dengan cara rajin
mengikuti kegitan di Gereja seperti perayaan Ekaristi, ibadat di lingkungan,
mengikuti sekolah minggu dan bertugas sebagai misdinar.
Sejauh pengalaman penulis dan juga membaca tulisan pengalaman
biarawan-biarawati yang lain, bahwa awal mula merasa tertarik dengan panggilan
hidup bakti karena sering mendapat kunjungan dari para suster, dan juga melalui
perjumpaan dengan para suster, bruder, romo dan frater pada saat misa di Gereja,
kegiatan sekolah minggu, mengikuti upacara kaul para suster dan peringatan
berdirinya konggregasi yang membuat kaum muda tertarik untuk
mempersembahkan hidupnya pada Tuhan sebagai biarawan biarawati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Penghayatan hidup bakti biarawan-biarawati menurut romo Paul Suparno
(2007:69) yaitu hidup membiara biarawan-biarawati sudah jelas menjadi tanda
heran dan pertanyaan yang dapat membantu orang berpikir alternatif tentang
hidup mendatang, namun tanda tersebut baru efektif, bermakna dan mempunyai
pengaruh jika biarawan-biarawati hidup bakti sungguh hidup dalam kegembiraan
dan kebahagiaan sejati karena persatuannya dengan Tuhan.
Panggilan yang sudah diterima oleh biarawan-biarawati itu unik dan tiap
orang yang menerima panggilan itu dan menjawabnya pun berbeda-beda. Namun
menjadi persoalan yang perlu dicermati lebih jauh lagi, apakah benih panggilan
itu masih dialami kaum muda di tengah arus zaman ini. Yang menjadi pertanyaan
penulis, apakah biarawan-biarawati masih terus hadir bersama umat dalam
kegiatan di Gereja, lingkungan, mengadakan kunjungan keluarga secara rutin dan
menyediakan waktu dan tenaga bagi umat.
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis ada keprihatinan
mengenai jumlah calon yang semakin berkurang mendaftar menjadi biarawan-
biarawati. Keprihatinan ini bisa dilihat dari adanya kesenjangan antara jumlah
calon yang masuk dalam tarekat PBHK tahun 2000 dalam jumlah yang cukup
banyak yaitu 25 orang, dan pada tahun 2001 jumlah calon yang masuk, makin
berkurang dengan jumlah yang paling banyak 5 dan paling sedikit adalah 2 orang.
Kenyataan ini sungguh memprihatinkan bagi penulis maupun para suster.
Keprihatinan akan merosotnya jumlah calon yang masuk bergabung dalam biara,
tidak hanya dialami oleh para suster PBHK, tetapi juga dialami para suster
Carolus Boromeus, para suster OSF Semarang juga konggregasi lainnya
mengalami hal yang sama. Penulis memaparkan permasalahan ini berdasarkan
pengalaman dan pengamatan penulis selama ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Dengan adanya berbagai persoalan ini, muncul berbagai pertanyaan
mendasar bagi penulis apakah kehadiran biarawan-biarawati hidup bakti masih
mempunyai arti bagi kaum muda sekarang ini atau tidak. Oleh karena itu penulis
ingin meneliti lebih lanjut mengenai “Hubungan Penghayatan Hidup Bakti
Dengan Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti bagi Kaum Muda di Paroki Santo
Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan penelitian
ini diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Bagaimana penghayatan hidup bakti biarawan-biarawati dialami oleh kaum
muda di paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta?
2. Bagaimana minat kaum muda di paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung
Yogyakarta terhadap panggilan hidup bakti?
3. Bagaimana Hubungan Penghayatan Hidup Bakti dengan Minat Terhadap
Panggilan Hidup Bakti bagi Kaum Muda di Paroki Santo Yohanes Rasul
Pringwulung Yogyakarta?
4. Mengapa jumlah panggilan hidup bakti menurun?
5. Mengapa biarawan-biarawati kurang bahagia?
C. PEMBATASAN MASALAH
Mengingat luasnya topik penelitian dan keterbatasan yang ada, maka
peneliti membatasi penelitian pada Hubungan Penghayatan Hidup Bakti dengan
Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti Bagi Kaum Muda di Paroki Santo
Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
D. RUMUSAN PERMASALAHAN
Berdasarkan pemaparan permasalahan di atas, maka penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut: Bagaimana hubungan penghayatan hidup bakti
biarawan-biarawati dengan minat terhadap panggilan hidup bakti bagi kaum muda
di paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta.
E. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan skripsi adalah untuk mengetahui bagaimana
hubungan penghayatan hidup bakti dengan minat terhadap panggilan hidup bakti
bagi kaum muda di paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta.
F. MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan skripsi tentang, hubungan
penghayatan hidup bakti dengan minat terhadap panggilan hidup bakti sebagai
berikut:
1. Bagi Penulis, agar menambah pemahaman dan wawasan mengenai
penghayatan hidup bakti sehingga dapat meningkatkan kesaksian yang baik
dalam tugas perutusan sehingga mampu membantu kaum muda yang berminat
memilih untuk hidup bakti.
2. Bagi semua biarawan-biarawati, khususnya biarawan-biarawati di Paroki
Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta dan para suster Putri Bunda
Hati Kudus agar semakin memperkaya pengetahuan dan pemahamannya
mengenai hidup bakti dengan minat terhadap panggilan hidup bakti sehingga
melalui kesaksian hidupnya dapat memberi inspirasi bagi kaum muda
mengenai indahnya panggilan Tuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
3. Bagi tim promosi panggilan semua konggregasi, agar terus menerus
mengadakan aksi panggilan dalam bentuk apa pun, agar bisa membantu kaum
muda mengenali panggilan Tuhan sebagai biarawan-biarawati.
4. Bagi mahasiswa-mahasiswi dan kepentingan perpustakaan Prodi IPPAK USD
Sanata Dharma Yogyakarta, untuk menambah wawasan mengenai
penghayatan hidup bakti biarawan-biarawati dan minat kaum muda terhadap
panggilan hidup.
G. METODE PENULISAN
Penulisan ini menggunakan metode deskripritif analisis yaitu penulis
memaparkan pokok-pokok Penghayatan Hidup Bakti dalam Hubungannya dengan
Minat terhadap Panggilan Hidup Bakti bagi Kaum Muda di paroki Santo Yohanes
Rasul Pringwulung Yogyakarta. Kemudian penulis memahami dan menjelaskan
kenyataan yang terjadi melalui penelitian mengenai penghayatan Hidup Bakti
biarawan-biarawati dan menghubungkannya dengan berkurangnya jumlah calon
yang masuk dalam biara yang dialami oleh konggregasi lain, khususnya para
suster Putri Bunda Hati Kudus Provinsi Indonesia.
H. SISTEMATIKA PENULISAN
Bab I, menguraikan latar belakang permasalahan, rumusan masalah,
tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan
mengenai penghayatan hidup bakti dengan minat terhadap panggilan hidup bakti
bagi kaum muda di paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Bab II berisi kajian teori mengenai hidup bakti dan penghayatannya
dalam konteks profesi religius yang dimulai dari tahap-tahap pembinaan, hidup
bersama dalam komunitas, tugas perutusan dan pengertian minat serta
menghubungkannya dengan minat terhadap panggilan hidup bakti, penelitian
yang relevan, kerangka pikir dan hipotesa.
Bab III berisi mengenai metodologi penelitian yang meliputi jenis
penelitian, desain penelitian, tempat dan waktu penelitan, populasi dan sampel,
teknik dan alat pengumpulan data serta teknik analisis data.
Bab IV berisi tentang hasil penelitian yang terdiri dari uji normalitas
data, uji linearitas, analisis deskriptif statistik, pembahasan dan refleksi kateketis
mengenai variabel penghayatan hidup bakti dengan minat terhadap panggilan
hidup bakti bagi kaum muda di paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung
Yogyakarta.
Bab V berisi mengenai kesimpulan dan saran agar penulisan ini dapat
bermanfaat dan bisa diterapkan oleh biarawan-biarawati dan sebagai acuan dalam
membantu biarawan-biarawati, orang tua, pihak sekolah dan paroki agar saling
mendukung dalam berbagai cara masing-masing sehingga dapat membantu kaum
muda dalam mengenali dan menumbuhkan benih panggilan yang telah
ditanamkan dalam diri mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini akan membahas tentang: A. Hidup bakti dan penghayatannya
dalam konteks profesi religius, hidup bersama dalam komunitas dan tugas
perutusan di tengah masyarakat, bagian B. mengenai minat yang meliputi unsur-
unsur yang mempengaruhi minat, aspek-aspek minat, bagian C. Penelitian yang
relevan, bagian D. Mengenai kerangka pikir dan bagian E. Mengenai Hipotesa.
A. Penghayatan Hidup Bakti
1. Hidup Bakti
a. Pengertian Hidup Bakti
Hidup bakti adalah karunia dari Allah, dimana Yesus memanggil siapa
saja untuk mengikuti-Nya secara lebih dekat sebagai romo, suster, frater dan
bruder. Karunia panggilan hidup bakti diberikan pada manusia dan dari pihak
manusia diberi kebebasan untuk menanggapinya. Menurut Darminta, (2007:17)
manusia merasa adanya panggilan itu:
Melalui salah satu kekuatan terdalam manusia, yaitu hati. Hati yang berpikir merupakan rahmat eksternal sebagai bantuan untuk menghayati panggilan dan sapaan Tuhan dalam dimensi mistik intelektual. Hati yang merasa merupakan rahmat eksternal sebagai bantuan untuk menghayati panggilan dan sapaan Tuhan dalam dimensi afektif. Hati yang berkehendak merupakan rahmat eksternal sebagai bantuan untuk menghayati panggilan dan sapaan Tuhan untuk menghayati dimensi mistik volutif. Hati manusia dipahami sebagai rahmat eksternal yang dapat membantu manusia untuk menghayati panggilan Tuhan. Dari pengertian ini, dapat dipahami bahwa Allah mencurahkan rahmat
panggilan itu ke dalam hati manusia. Melalui hati inilah manusia dapat merasakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
daya kekuatan Allah yang mendorong serta menginspirasinya kepada panggilan
sebagai biarawan-biarawati, panggilan untuk hidup berkeluarga dan sebagainya.
Dalam hal ini hati manusia dipandang penting dalam membantu manusia untuk
mengenali kehadiran Allah serta memampukan manusia untuk menghayati
panggilannya dengan tekun dan setia.
Kenyataan bahwa hati yang berpikir, merasa dan berkehendak secara
nyata dibentuk melalui lingkungan, pengalaman, serta perjumpaan dengan sesama
manusia dan sebagai pintu masuk sapaan dan panggilan Allah (Darminta,
2010:18).
Manusia adalah pribadi yang tidak lepas dari kelebihan dan
kekurangannya dalam menghayati hidupnya, begitu pula dengan biarawan-
biarawati yang menerima rahmat panggilan itu juga membutuhkan usaha terus-
menerus untuk menanggapinya. Panggilan hidup bakti biarawan-biarawati
merupakan salah satu cara yang memiliki karakter khas dan khusus untuk
berpartisipasi menuju ke kepenuhan dalam Allah.
Panggilan hidup bakti menurut Paus Yohanes Paulus II dalam Anjuran
Apostoliknya mengenai hidup bakti yaitu:
Hidup bakti yang berakar mendalam pada teladan dan ajaran Kristus Tuhan, merupakan karunia Allah Bapa kepada Gereja-Nya melalui Roh Kudus. Melalui pengikraran nasihat-nasihat Injili ciri-ciri khas Yesus-Dia murni, miskin dan taat, tiada hentinya “ditampilkan” di tengah dunia, dan pandangan umat beriman diarahkan kepada misteri Kerajaan Allah yang sudah berkarya dalam sejarah, meskipun masih mendambakan perwujudan sepenuhnya di surga. (VC.1).
Dari pengertian ini dapat disimpulkan bahwa biarawan-biarawati dalam
seluruh hidupnya mengikuti Kristus yang murni, miskin dan taat. Mengikrarkan
ketiga nasihat Injil berarti biarawan-biarawati menyatakan kesanggupannya untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
bertanggung jawab menaati kaul-kaul dalam seluruh hidup dan perutusannya.
Dalam (LG.44) dikatakan bahwa dengan mengikrarkan kaul-kaul atau nasihat Injil
biarawan-biarawati terikat untuk mengabdi Allah saja serta meluhurkan-Nya
karena alasan yang baru dan istimewa.
Menurut Mardi Prasetya. (2001:9) hidup bakti dan hidup imamat adalah
anugerah khusus dan berdasar pada anugerah iman yang dimulai dalam
pembaptisan. Yang dimaksud dengan anugerah iman dalam pembaptisan yaitu
dengan dibaptis manusia mati dan dikuburkan serta dibangkitkan bersama Kristus.
Melalui baptis manusia menerima Roh pengangkatan menjadi anak (Iman Katolik,
KWI, 1996:425). Prinsip-prinsip hidup Kristiani yang diterima dalam
pembaptisan ini juga menjadi dasar untuk panggilan dan penghayatan hidup bakti
biarawan-biarawati. Yang menjadi ciri khas hidup bakti biarawan-biarawati yaitu
secara khusus mau menjadikan semangat Injili sebagai pilihan hidup dan dihayati
secara total, radikal, dan konsekuen dengan hati yang tidak terbagi dan terpusat
pada Tuhan, maka ditandai dengan pengikraran triprasetya (Mardi Prasetya,
2001:9).
Menurut romo Johanes Mangkey MSC dalam majalah warta keluarga
Chevalier, (2014:4), para pemeluk hidup bakti adalah orang-orang yang
dikuduskan atau yang disendirikan untuk maksud suci. Mereka adalah orang-
orang yang dipanggil untuk secara khusus memberi diri ditransformasikan oleh
cinta Allah agar mereka memiliki hati yang dibaktikan kepada Allah dan sesama
manusia.
Biarawan-biarawati hidup bakti yang memilih untuk hidup tidak
menikah, miskin, dan taat mempunyai dimensi eklesial. Menurut Paul Suparno,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
(2011:136) ketiga kaul yang diikrarkan adalah bentuk nyata sebagai perlawanan
terhadap budaya gila harta, kehormatan, dan kekuasaan. Dengan ketiga kaul ini,
biarawan-biarawati hidup bakti belajar untuk tidak mencari kenikmatan dunia ini,
tetapi lebih mau meyerahkan diri kepada Tuhan sendiri lewat tugas perutusan
yang diberikan tarekat. Selain itu dengan mengikrarkan ketiga kaul berarti
biarawan-biarawati diharapkan semakin mampu menghayati semangat lepas bebas
hanya untuk Tuhan.
Penghayatan hidup bakti biarawan-biarawati dan perwujudannya
menurut Paul Suparno, (2011:136) yaitu:
Hidup membiara yang diwujudkan dengan penghayatan tiga kaul menunjukkan bahwa pendewaan terhadap gelar, pangkat dan derajat duniawi, tidak ada nilainya. Dalam hidup membiara, yang diutamakan adalah Tuhan dan kemuliaan Allah bukan kehormatan diri sendiri. Oleh karena itu pendewaan gelar demi gengsi diri sendiri tidak pada tempatnya dan bertentangan dengan semangat berkaul. Panggilan Hidup bakti biarawan-biarawati yang meliputi pengikraran
nasihat Injil pun mempunyai dimensi eklesial. Dasar dan ajarannya adalah cinta
kasih kepada Allah, maka dinamika cinta kasih ini membawa biarawan-biarawati
ke kesatuan yang lebih mendalam dengan Kristus dan mempersatukannya secara
khusus pada Gereja dan misterinya. Oleh karena itu hidup bakti mesti dihayati
demi kebaikan seluruh umat Allah (Mardi Prasetya, 1992:190).
Hidup bakti dibedakan dari status dan cara hidup lain dalam Gereja
karena kemurnian (keprawanan) yang menuntut bentuk khusus dari cinta kasih
yaitu penyerahan diri total kepada Allah dengan hati tidak terbagi. Penyerahan diri
total biarawan-biarawati diibaratkan sebagaimana kemartiran tidak dianugerahkan
pada semua orang, begitu pula kemurnian (keprawanan) tidak dianugerakan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
semua orang, sehingga termasuk anugerah khusus, yaitu suatu cara khas dalam
mencintai Allah.
Cinta dengan hati yang tidak terbagi ini menyertakan pribadi secara
menyeluruh dalam seluruh kemampuannya untuk mencinta. Inilah sebabnya
biarawan-biarawati, melalui persembahan hidup kemurnian (keprawanan)
dipersatukan secara intim dengan Kristus, dan digerakkan oleh dinamika cinta
tersebut untuk mengikuti jejak Kristus, juga dalam kemiskinan dan ketaatannya.
Cintanya yang total pada Kristus mendorongnya untuk ikut ambil bagian dalam
kemiskinan dan ketaatan Kristus dengan sukarela.
Yang pokok dalam hidup bakti biarawan-biarawati adalah penyerahan
total pada Kristus, yang dinyatakan dengan meninggalkan segala-galanya demi
Kristus dan juga terus menerus semakin mengarahkan diri pada Kristus,
khususnya dalam hidup doa (Iman Katolik, 1996:376).
Dari beberapa pengertian ini, dapat disimpulkan bahwa hidup bakti
adalah karunia Allah Bapa kepada Gereja-Nya melalui Roh Kudus yang ditandai
dengan pengikraran nasehat-nasehat Injili. Dengan caranya yang khas biarawan-
biarawati hidup bakti mewajibkan diri untuk hidup menurut tiga nasihat Injili
tersebut dengan mengabdikan diri seutuhnya kepada Allah. Maksud dari karunia
Allah atau anugerah khusus hidup bakti berdasar pada anugerah iman yang
dimulai dalam pembaptisan. Dasar kepercayaan itu yaitu pada Kristus. Dengan
iman yang kokoh pada Kristus yang sudah diterima dalam baptisan, biarawan-
biarawati mampu menghayati hidupnya dan menjadikan semangat Injili sebagai
pilihan hidup dan dihayati secara total, radikal, serta konsekuen dengan hati yang
tidak terbagi dan hanya terpusat pada Tuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Hidup bakti secara khusus dibedakan dari status dan cara hidup lain
seperti hidup berkeluarga dalam Gereja karena kemurnian (keprawanan) yang
menuntut bentuk khusus dari cinta kasih yaitu penyerahan diri total kepada Allah
dengan hati tidak terbagi. Dengan demikian biarawan-biarawati yang telah
dikuduskan atau yang disendirikan untuk maksud suci itu khusus dibaktikan
kepada Allah dan sesama manusia. Kehidupan biarawan-biarawati dengan segala
karya kerasulannya tidak bisa dipisahkan dari perutusan Gereja yaitu mewartakan
kabar gembira Kristus kepada semua orang. Bentuk keterlibatan biarawan-
biarawati dalam perutusan Gereja yaitu melalui karya kerasulan dibidang
pendidikan, karya kesehatan, karya sosial dan karya pastoral.
b. Tujuan Hidup Bakti
Dalam Dokumen Konsili Vatikan II Dekrit tentang Pembaruan dan
Penyesuaian Hidup Religius art. , dikatakan demikian:
Sejak awal mula Gereja terdapat pria dan wanita, yang mengamalkan nasihat-nasihat Injil bermaksud mengikuti Kristus secara lebih bebas, dan meneladan- Nya dengan lebih setia. Dengan cara mereka masing-masing, mereka menghayati hidup yang dibaktikan pada Allah.
Hidup bakti biarawan-biarawati yang dibaktikan dengan pengikraran
nasihat Injili adalah bentuk hidup yang tetap, dan berkat dorongan Roh Kudus
mengikuti Kristus secara lebih dekat, dipersembahkan secara utuh pada Allah,
demi kehormatan bagi-Nya dan juga demi pembangunan Gereja serta keselamatan
dunia (KHK, 2006:573 § 1).
Hidup bakti dan kepentingannya dalam Gereja berkat kaul dan ikatan
suci lainnya, kaum religius atau hidup bakti mewajibkan diri untuk menaati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
nasehat-nasehat Injil dan seluruh hidupnya dibaktikan kepada kesejahteraan
seluruh Gereja (LG. 44). Oleh karena itu unsur kewajiban ini membedakannya
dari orang-orang lain yang menaati nasehat Injil dengan sukarela. Demikian
biarawan-biarawati menjadikan nasihat sebagai suatu perintah, sehingga
kegagalan di sini berarti mengingkari keputusan yang telah diambil sendiri dengan
bebas. Meski tidak terkena sanksi dosa, tetapi menurunkan kesetiaan terhadap
cinta Allah yang menjadi inspirasi dalam pengikraran nasihat Injil atau undangan
Tuhan (Mardi Prasetya, 2000:319).
Penghayatan hidup bakti biarawan-biarawati melalui kesaksian hidupnya
begitu penting di dalam melaksanakan tugas perutusan, lebih-lebih pada mereka
yang dilayani dan bekerjasama dalam karya kerasulan tarekat seperti: di sekolah,
rumah sakit, karya pastoral di paroki, dan karya sosial. Dalam hal ini Mardi
Prasetya, (1992:195) mengemukakan bahwa:
Mutu kerohanian biarawan-biarawati sangatlah ditentukan oleh mutu penghayatan hidup kaul menurut ketiga nasehat Injil. Ketiga kaul ini merupakan kenyataan organis yang saling kait-mengkait dan membentuk seluruh hidup orang yang mengucapkan kaul. Maka hidup bakti biarawan-biarawati perlu dihayati dengan seluruh pribadi dan dalam lingkup hidup manusia. Dalam arti ini, ditekankan adanya unsur kesatuan seluruh pribadi yang
meliputi pikiran, tenaga dan dengan sepenuh hati dalam melayani dan dalam
melaksanakan tugas perutusan. Semua orang Kristiani yang dipanggil mengikuti
Kristus, terutama biarawan-biarawati hidup bakti yang mengikrarkan nasihat-
nasihat Injil diharapkan sungguh-sungguh berusaha, supaya bertahan dan semakin
maju dalam panggilan yang diterimanya dari Allah, demi kesuburan Gereja, serta
kemuliaan Allah Tritunggal (Iman Katolik, 1996:377).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Dari berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan hidup
bakti tidak lain adalah mengikuti Kristus secara khusus dan dipersatukan dengan
Allah melalui pengikraran kaul atau nasehat-nasehat Injil. Berkat kaul dan ikatan
suci, biarawan-biarawati mau bertanggung jawab dan menaati nasehat-nasehat
Injil serta melaksanakannya dengan setia. Artinya bahwa di sini ada unsur
kewajiban yang membedakannya dari orang-orang lain. Oleh karena itu
diandaikan ada rasa tanggung jawab, dan kesetiaan dari setiap pribadi untuk
menaatinya dengan sukarela. Maksud dari ketiga kaul yang saling kait mengait
artinya ketiga kaul ini haruslah dihayati dengan baik. Jika pada kenyataan bahwa
ada biarawan-biarawati lalai dalam memberi kesaksian yang kurang baik
mengenai salah satu kaul tersebut maka akan mempengaruhi kaul-kaul yang lain.
2. Penghayatan Hidup Bakti dalam Konteks Profesi Religius
Istilah profesi dan religius menurut Mardi Prasetya, (2000:316) yaitu
profesi menunjuk pada tindakan pengucapan kaul atau ikatan suci lainnya yang
mewajibkan diri untuk hidup sesuai dengan nasehat-nasehat Injil. Sedangkan
religius merangkum semua persembahan hidup lewat kaul.
Dalam profesi religius biarawan-biarawati menerima dengan kaul publik
tiga nasihat Injili untuk ditepati. Mereka dibaktikan kepada Allah lewat pelayanan
Gereja dan digabungkan ke dalam tarekat dengan hak serta kewajiban yang
ditetapkan oleh hukum (KHK, 2006:654). Di dalam tindakan profesi religius,
merupakan tindakan Gereja melalui wewenang orang yang menerima kaul-kaul
itu, tindakan Allah dan jawaban pribadi digabungkan. Yang dimaksud dengan
tindakan dalam profesi religius adalah para imam yang mewakili Gereja
menerima pengikraran kaul dari biarawan-biarawati. Ketika biarawan-biarawati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
menyatakan kesanggupannya dalam menaati kaul-kaul maka ia dianggap mampu
dan diterima untuk bergabung dalam lembaga dan para anggota di dalam lembaga
itu serta menghayati suatu hidup persaudaraan dalam kebersamaan dan lembaga
itu menjamin mereka, bantuan untuk cara hidup Kristiani yang lebih mantap dan
teguh. Dengan demikian biarawan-biarawati mampu untuk hidup dengan aman
dan mengamalkan hidup religius yang sudah dijanjikan dengan setia (Konggregasi
untuk Lembaga Hidup Bakti, 1992:16).
Sebelum profesi religius, ada tahap-tahap pembinaan yang harus dilalui
oleh biarawan-biarawati hidup bakti maupun calon hidup bakti. Tahap-tahap
pembinaan profesi religius menurut Lembaga Hidup Religius, (1992:4-45) sebagai
berikut:
a. Tahap Pra-Novisiat dan Novisiat
Tahap persiapan sebelum memasuki novisiat memang tidak dituntut
bahwa seorang calon religius harus mampu secara langsung memikul semua
kewajiban hidup religius, namun dia harus dipandang mampu melakukannya
tahap demi tahap. Inilah tujuan tahap persiapan untuk pra-novisiat atau postulat.
Demikian ditekankan oleh Mardi Prasetya, (2001:42-43) mengenai masa postulat
atau masa pra-novisiat yaitu selama masa ini, calon hidup bakti menyesuaikan
diri, dari segi rohani dan psikologis dengan gaya hidup membiara yang masih baru
baginya.
b. Tahap Novisiat
Hidup dalam lembaga hidup bakti dimulai dalam novisiat. Tujuannya
ialah agar para novis lebih memahami panggilan ilahi, khususnya yang khas dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
lembaga yang bersangkutan, mengalami cara hidup lembaga, serta membentuk
budi dan hati dengan semangatnya, agar terbukti niat serta kecakapan mereka.
Novisiat merupakan masa untuk masuk ke dalam hidup membiara sebagaimana
dihayati dalam tarekat. Pada masa ini, para novis melibatkan diri untuk
menjalankan hidup berkomunitas, hidup menurut Injil dan dituntut untuk mulai
melaksanakan nasehat-nasehat Injili.
Tahap novisiat diharapkan agar pembinaan harus mengantar para novis
ke dalam hidup berkomunitas sebagai unsur hakiki hidup bakti atau hidup religius.
Seluruh pembinaan selama novisiat harus terjadi dalam suasana persaudaraan,
sehingga para novis dapat menghargai hidup berkomunitas dan
menumbuhkannya.
Masa novisiat menurut Mardi Prasetya, (2001:44-45) yaitu pembinaan
dalam novisiat mencakup inisiasi untuk hidup menurut nasihat-nasihat Injili, yaitu
kemurnian, kemiskinan dan ketaatan sebagai ungkapan pembaktian diri kepada
Allah dan sebagai sarana untuk mencapai cinta kasih yang sempurna demi
datangnya dunia dan manusia baru dalam Yesus Kristus. Dalam novisiat dipelajari
riwayat hidup santo santa atau riwayat pendiri konggregasi, pembinaan mengenai
kepribadian, tulisan-tulisan pendiri, sejarah tarekat, kharisma tarekat dan nilai-
nilai yang tercantum di dalamnya, pedoman hidup dan direktorium tarekat.
Pendidikan novisiat mencakup juga pendidikan pastoral tertentu dapat
membantu supaya dibangkitkan dan dimatangkan kepekaan yang sungguh-
sungguh akan perutusan tarekat dan akan kebutuhan umat dan rakyat.
c. Tahap Profesi Sementara
Tahap profesi sementara atau pengikraran kaul pertama dilangsungkan
dalam perayaan liturgis Gereja, melalui pemimpin yang berwewenang, menerima
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
kaul mereka yang mengucapkan profesinya, dan mempersatukan persembahan
mereka dengan kurban Ekaristi. Tindakan liturgis ini memperlihatkan bahwa
profesi itu berakar dalam Gereja. Dengan berangkat dari misteri yang dirayakan
sedemikian itu, akan menjadi mungkinlah mengembangkan penghargaan yang
lebih hidup dan mendalam terhadap pembaktian diri.
Tahap profesi sementara terdapat dalam Dokumen Gerejani mengenai
Pedoman-Pedoman Pembinaan dalam Lembaga-Lembaga Religius art. 54, yaitu
profesi kaul-kaul pertama menyebabkan orang yang baru berprofesi ambil bagian
dalam pembaktian diri sesuai dengan status hidup religiusnya. Masa profesi
sementara secara liturgi Gereja, upacara pengikraran kaul dilangsungkan sebelum
penerimaan Tubuh dan Darah Kristus. Dalam perayaan liturgi prasetya pertama
dan prasetya kekal biarawan-biarawati mengucapkan janji kaul pada Tuhan di
hadapan para saksi yaitu para pemimpin konggregasi, imam dan umat yang hadir
dengan sebuah pernyataan sebagai berikut: sambil berlutut di hadapan Sakramen
Maha Kudus, dan disaksikan oleh para pemimpin tarekat, saya (masing-masing
pribadi) berjanji untuk hidup miskin, murni dan taat di dalam tarekat.
d. Tahap Profesi Kekal
Profesi kekal memerlukan persiapan yang panjang dan pemagangan yang
tekun. Hal itu membenarkan tuntutan Gereja bahwa profesi kekal harus didahului
oleh masa profesi sementara. Dengan tetap mempertahankan ciri khasnya yang
bersifat percobaan berdasarkan kenyataan bahwa profesi itu sementara.
Berprasetya atau berkaul adalah kehendak pribadi yang ingin memautkan hati
secara tidak terbagi pada Allah. Kaul-kaul dihayati secara pribadi tetapi sekaligus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
dihayati dan dihidupi secara bersama dengan anggota komunitas secara nyata
(Mintara Sufiyadi, 2010:64-65).
Pengikraran kaul atau profesi religius biarawan-biarawati hidup bakti
mempunyai tiga dimensi yaitu: dimensi Eklesial, dimensi Paska dan dimensi
Eskatologis. Dimensi-dimensi hidup bakti tersebut diuraikan sebagai berikut:
• Dimensi Eklesial Profesi Religius
Dasar dan nasihat Injil adalah cinta kasih kepada Allah dan sesama, maka
pertumbuhan dalam cinta kasih dan dinamikanya membawa religius ke kesatuan
yang lebih mendalam dengan Kristus, dan mempersatukannya secara khusus pada
Gereja dan misterinya. Biarawan-biarawati itu mengikrarkan nasihat Injil dalam
hidup religius, harus tetap bertumbuh dalam kesucian pribadinya, hubungan
kesatuannya dengan Tuhan lewat proses penyempurnaan diri, tetapi sekaligus ia
juga anggota tubuh mistik Kristus, yaitu Gereja dan membaktikan diri di
dalamnya. Keduanya merupakan dimensi yang tak terpisahkan (Mardi Prasetya,
2000:20).
Penekanan pada kesatuan dan dimensi di atas, juga dimaksudkan untuk
menghindari pembatasan dimensi Eklesial semata-mata pada kerasulan eksternal.
Berhubungan dengan tugas atau kewajiban biarawan-biarawati. Konsili secara
eksplisit mengatakan bahwa itu sesuai dengan kekuatan dan panggilan khusus
seseorang. Ciri khas masing-masing institut dijaga serta didukung oleh Gereja. Ini
ditegaskan untuk menghindari penafsiran, bahwa tujuan apostoliknya hanyalah
aktif, melupakan hidup kontemplatif, serta eremit. Hal ini juga dimaksudkan
untuk melindungi kharisma khusus serta kekhasan macam-macam institut, yang
semuanya merupakan anugerah Tuhan yang memperkaya Gereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
• Dimensi Paska Profesi Religius
Dimensi paska dalam (VC.24) dikemukakan bahwa hidup bakti
memantulkan cemerlangnya cinta kasih, sebab karena kesetiaannya terhadap
misteri salib mengakui, bahwa beriman dan hidup berkat cinta kasih Bapa, Putera
dan Roh Kudus. Hidup bakti membantu Gereja untuk tetap menyadari, bahwa
salib merupakan kelimpahan cinta kasih Allah yang dicurahkan atas dunia, dan
bahwa salib itu merupakan tanda agung kehadiran Kristus yang menyelamatkan,
khususnya di tengah aneka kesukaran dan cobaan. Itulah kesaksian yang tiada
hentinya dan dengan keberanian yang amat mengaggumkan diberikan oleh banyak
anggota hidup bakti, pada hal banyak di antara mereka hidup dalam situasi-situasi
yang sukar, bahkan menderita penganiayaan dan menjadi martir.
• Dimensi Eskatologis Profesi Religius
Peranan hidup bakti sebagai lambang Eskatologis (akhir zaman). Hidup
bakti merupakan antisipasi di masa mendatang. Konsili Vatikan II menyatakan
bahwa, pentakdisan secara lebih jelas mewartakan kebangkitan yang akan datang
serta kemuliaan Kerajaan surgawi. Terutama itu dijalankannya melalui kaul
kemurnian, yang oleh tradisi selalu dimengerti sebagai antisipasi dunia yang akan
datang, yang sekarang sudah mulai mewujudkan transformasi manusia seutuhnya.
Biarawan-biarawati yang telah membaktikan hidup mereka kepada
Kristus sudah semestinya hidup dalam kerinduan akan menjumpai-Nya, untuk
menyatu dengan Dia selamanya. Oleh karena itu harapan penuh semangat dan
keinginan untuk diceburkan ke dalam api cinta kasih, yang berkobar dalam diri
mereka dan tidak lain ialah Roh Kudus. Penantian itu seperti diungkapkan oleh
Rasul Paulus kepada umat di Kolose 3:1 karena itu, kalau kamu dibangkitkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk
di sebelah kanan Allah. Artinya bahwa penantian dan keinginan yang dihidupkan
oleh karunia-karunia, yang oleh Tuhan dengan murah hati dilimpahkan atas
mereka yang mendambakan perkara-perkara yang di atas.
Dimensi Eskatologis mempunyai unsur penantian aktif yaitu komitmen
dan sikap berjaga (Wahyu, 22:20). Jelas dalam sejarah hidup bakti, selalu
menghasilkan buah berlimpah juga bagi dunia ini terutama dalam Gereja, melalui
kharisma-kharisma tiap institut, para anggota hidup bakti menjadi isyarat-isyarat
Roh Kudus, yang menunjuk ke arah masa depan baru yang diterangi oleh iman
dan harapan Kristiani. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
dengan mengikrarkan kaul di hadapan Tuhan dan disaksikan oleh para pimpinan
tarekat dan umat, biarawan-biarawati secara sadar, sukarela dan penuh kebebasan
menanggapi panggilan Allah dengan memberikan diri seutuhnya kepada Allah
yang dicintainya untuk kepentingan banyak orang. Semangat lepas bebas
memampukan biarawan-biarawati tidak ingin terikat oleh keluarga, harta
kekayaan, kedudukan, tempat tinggal dan apa pun yang menghalanginya
sebagaimana Yesus yang telah memberikan diri, waktu, dan seluruh hidup-Nya,
bahkan sampai wafat dan bangkit demi keselamatan banyak orang.
Biarawan-biarawati yang menerima panggilan itu ikut terlibat dalam
perutusan Gereja dan menghayati sifat kekudusan itu dalam seluruh kesaksian
hidupnya di tengah masyarakat. Kesaksian hidup biarawan-biarawati mempunyai
dimensi Eklesial, dimensi Paska dan dimensi Eskatologis. Artinya bahwa seluruh
hidup dan pelayanannya melulu demi kemuliaan Tuhan semata dan demi sesama
umat yang dilayani. Dalam seluruh hidup dan pelayanannya menjadikan misteri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
hidup Yesus melalui sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya yang selalu menjadi
sumber kekuatan, penghiburan dan harapan dalam memaknai suka duka hidup
sehingga kehadirannya dapat menginspirasi orang lain.
3. Penghayatan Hidup Bakti dalam Konteks Hidup Komunitas
Menurut Darminta, (1982:7) penghayatan kaul dalam konteks hidup
bersama atau hidup berkomunitas merupakan salah satu ciri pokok hidup religius.
Penghayatan konkret sehari-hari terlaksana dalam suatu komunitas. Dalam
komunitas ini, hidup bersama mendapatkan bentuk konkret dan pengaturan yang
menunjang tumbuh dan berkembanganya hidup rohani maupun terlaksana dalam
tugas perutusan. Hidup berkomunitas biarawan-biarawati ada syarat yang menjadi
patokan dalam hidup bersama. Salah satu syarat untuk dapat bergabung dan
diterima dalam satu tarekat hidup bakti ialah tidak adanya hambatan yang berat
untuk membangun dan menghayati hidup bersama. Dituntut adanya kemampuan
untuk hidup bersama. Dalam hal ini Darminta, (1982:7) mengatakan bahwa:
Dalam hidup bersama terjadilah suatu pertemuan dalam iman dimana orang menghayati spiritualitas dan kharisma tarekat yang sama, mengikuti Kristus bersama-sama, merasul dalam kebersamaan, berdoa bersama, berbagi rasa hidup dan pengalaman, berbagi milik harta benda, berbagi kesedihan dan kemauan untuk mengabdi Kristus. Dalam kebersamaan itu setiap pribadi diharapkan, sanggup dan rela untuk saling membantu, menopang, menghibur dan memberi semangat maupun saling memberi koreksi. Dasar dari hidup berkomunitas biarawan-biarawati itu adalah cinta.
Hidup bersama dalam komunitas merupakan panggilan kepada kesuciaan
sendiri hanya terlaksana dalam hidup bersama. Oleh karena itu berhasil atau
tidaknya seorang religius menghayati kharisma dan panggilannya tergantung pula
dari berhasil dan tidaknya dalam membangun hidup bersama dalam suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
komunitas (Darminta, 1982:7). Dari sini tampak jelas bahwa hidup bersama dalam
komunitas itu sedemikian rumit dan konkret karena masing-masing pribadi datang
dari berbagai latar belakang keluarga, budaya, bahasa, watak dan pendidikan yang
berbeda-beda, sehingga tiap-tiap orang diharapkan cukup kreatif untuk
membangun hidup bersama dalam suatu komunitas. Di lain pihak orang juga
semakin sadar dan mengalami bahwa dirinya tidak dapat hidup dan berkembang
secara penuh tanpa orang lain.
Penghayatan hidup bakti biarawan-biarawati yang meliputi nasehat-
nasehat Injili memperoleh bentuk dan ungkapan yang lebih konkret, lebih
menantang dan lebih tetap, bila dihayati dalam satu persekutuan rohani dan
latihan dengan orang lain dalam satu kelompok yang dipersatukan dalam Kristus.
Oleh karena itu masa yuniorat sangat penting bagi biarawan-biarawati karena
merupakan kelanjutan eksperimen, pendalaman semangat serta hidup tarekat
secara mendalam sehingga pihak tarekat mempunyai dasar untuk menerimanya
secara defenitif sebagai anggota tarekat dalam profesi pertama dan profesi kekal.
4. Penghayatan Hidup Bakti dalam Konteks Tugas Perutusan
Selama hidup-Nya Yesus selalu mendahulukan Kerajaan Allah. Kerajaan
Allah yang dimaksud adalah, kerajaan dimana ada pengampunan, belarasa,
kedamaian, keadilan, penghargaan dialami oleh semua manusia. Tugas misioner
pertama anggota hidup bakti ialah terhadap diri mereka sendiri dan
menjalankannya dengan membuka hati bagi bimbingan Roh Kudus.
Melalui kesaksian hidupnya para religius membantu seluruh Gereja
mengingat bahwa yang paling penting yakni mengabdi Allah dengan sukarela,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
berkat rahmat Kristus, yang dikaruniakan kepada umat beriman melalui karunia
Roh. Demikian para religius mewartakan kepada dunia damai yang berasal dari
Bapa, dedikasi yang nampak pada kesaksian Putera, dan kegembiraan yang
merupakan buah Roh Kudus. Biarawan-biarawati hidup bakti diutus menjadi
misionaris, terutama dengan tiada hentinya memperdalam kesadarannya dipanggil
dan dipilih oleh Allah. Oleh karena itu hendaklah mengarahkan dan
mempersembahkan seluruh hidup dan apa yang ada padanya kepada Allah, dan
membebaskan diri dari hambatan-hambatan yang dapat menghalangi keutuhan
jawabannya. Pola hidup biarawan-biarawati hendaklah menunjukkan dengan jelas
cita-cita yang diikrarkannya, dan dengan demikian tampil sebagai tanda hidup
Allah serta sebagai pewartaan Injil yang menyentuh hati, kendati pun sering
secara diam-diam.
Tugas khusus hidup bakti ialah mengingatkan umat yang dibaptis akan
nilai mendasar Injil, dengan memberi kesaksian yang cemerlang dan luhur bahwa
dunia tidak dapat diubah dan dipersembahkan kepada Allah tanpa semangat Sabda
bahagia. Hidup bakti tiada hentinya memupuk pada umat Allah kesadaran akan
perlunya menanggapi dengan kekudusan cinta kasih Allah yang dicurahkan ke
dalam hati mereka oleh Roh Kudus (VC.33). Kehadiran biarawan-biarawati di
dalam tugas kerasulan konggregasi, baik dalam bidang pendidikan, kesehatan dan
karya sosial, mencerminkan sifat khas Gereja yang selalu mengutamakan cinta
kasih kepada siapa saja tanpa melihat latar belakang umat yang dilayani. Selain itu
selalu siap sedia bergerak menjumpai siapa pun melalui kujungan-kunjungan
pastoral di tengah keluarga, kaum muda, anak-anak dan partisipasi aktif dalam
kegiatan apa pun di masyarakat dan di lingkungan Gereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
B. Minat Kaum Muda Terhadap Panggilan Hidup Bakti
1. Pengertian Minat
Menurut Winkel (1996:188), minat diartikan sebagai kecenderungan
subjek yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan
tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu. Antara minat dan berperasaan
senang terdapat hubungan timbal balik, sehingga tidak mengherankan kalau siswa
yang berperasaan tidak senang, juga akan kurang berminat, dan sebaliknya.
Minat, besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Siswa yang
berminat terhadap biologi akan mempelajari biologi dengan sungguh-sungguh
seperti rajin belajar, merasa senang mengikuti penyajian pelajaran biologi, dan
bahkan dapat menemukan kesulitan-kesulitan dalam belajar menyelesaikan soal-
soal latihan dan praktikum karena adanya daya tarik yang diperoleh dengan
mempelajari biologi.
Andi Mappiare (1982:62) mengemukakan bahwa minat adalah suatu
perangkat mental yang terdiri dari dua campuran dari perasaan, harapan,
pendirian, prasangka, rasa takut atau kecenderungan-kecenderungan lain yang
mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu. Sehubungan dengan
jangkauan masa depan dalam mana seseorang merencanakan, dan menentukan
pilihan terhadap pendidikan, jabatan, teman hidup, dan sebagainya. Minat dalam
konteks hidup manusia terutama dalam masa remaja, minat dan cita-cita
berkembang, dan hal itu bersifat pemilihan dan berarah tujuan. Pilihan remaja
pada suatu minat tertentu atau cita-cita tertentu dalam suatu jangka waktu, maka
perasaan dan pikiran mereka tertuju atau terarahkan pada objek tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Tim Pustaka Familia, (2006:134) berpendapat lain lagi yaitu minat atau
interest adalah kecenderungan anak menyukai sesuatu dalam bidang tertentu.
Minat ini biasanya berhubungan dengan trend yang sangat bergantung pada
kondisi saat itu. Minat bisa ditumbuhkan. Sebagai contoh bagaimana
menumbuhkan minat baca. Jika lingkungan mendukung tercipatanya iklim baca,
seperti bapak ibu senang membaca maka anak pun akan mempunyai minat yang
tinggi terhadap bacaan. Jadi minat adalah sesuatu yang berharga. Jika ada minat
maka rasa ingin tahu terhadap sesuatu terpupuk terus.
Menurut Elisabeth Hurlock, (1978:114) mengemukakan bahwa minat
merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang
mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila mereka melihat bahwa sesuatu
yang akan menguntungkan, mereka merasa berminat. Ini kemudian mendatangkan
kepuasan. Bila kepuasan berkurang, minat pun berkurang. Sebaliknya kesenangan
merupakan minat yang sementara. Jadi kesenangan berbeda dari minat bukan
dalam kualitas melainkan dalam ketetapan (persistence). Artinya bahwa selama
kesenangan itu ada, mungkin intensitas dan motivasi yang menyertainya sama
tinggi dengan minat. Namun kesenangan mulai berkurang karena kegiatan yang
ditimbulkannya hanya memberi kepuasan yang sementara (Hurlock, 1978:114).
Jadi minat lebih tetap (persistence) karena minat memuaskan kebutuhan yang
penting dalam kehidupan seseorang.
Pada semua usia, minat memainkan peranan penting dalam kehidupan
seseorang dan mempunyai dampak yang besar atas perilaku dan sikap. Hal ini
terutama selama masa kanak-kanak. Jenis pribadi anak sebagian besar ditentukan
oleh minat yang berkembang selama masa kanak-kanak. Sepanjang masa kanak-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
kanak, minat menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar (Hurlock,
1978:114).
Minat cukup berpengaruh terhadap aspirasi anak. Menurut Elisabeth
Hurlock, (1978:116) minat mempengaruhi bentuk dan intensitas aspirasi anak.
Ketika anak mulai berpikir tentang pekerjaan mereka di masa mendatang
misalnya, mereka menentukan apa yang ingin mereka lakukan bila mereka
dewasa. Semakin yakin mereka mengenai pekerjaan yang diidamkan, semakin
besar minat mereka terhadap kegiatan, di kelas atau di luar kelas yang mendukung
tercapainya aspirasi itu.
Dari berbagai pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa setiap pribadi pasti memiliki minat. Minat yang dimiliki seseorang bisa
dilihat lewat ungkapan ekspresinya dengan rasa tertarik, senang, penuh perhatian
pada satu objek yang dilihat, didengar, dialami dan diketahui. Dikatakan bahwa
minat merupakan suatu kecenderungan yang menetap. Setiap pribadi dapat
mengenali minatnya sesuai apa yang dirasa menguntungkan dan berguna bagi
masa depannya entah itu pekerjaan di masa depan yang menguntungkan bagi
dirinya. Sebagai pendidik baik orang tua, guru di sekolah, para biarawan-biarawati
yang mendampingi anak, di sekolah dan di rumah perlu mengenali minat anak dan
kaum muda sehingga dapat membantu menumbuhkan minat mereka.
Minat timbul dari hasil pengenalan dengan lingkungan, atau hasil
berinteraksi dan belajar dengan lingkungannya. Bila minat terhadap sesuatu sudah
dimiliki seseorang, maka ia akan menjadi potensi bagi orang yang bersangkutan
untuk dapat meraih sukses di bidang itu. Sebab minat akan melahirkan energi
yang luar biasa untuk berjuang mendapatkan apa yang diminatinya. Jadi minat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
dapat dimengerti sebagai bagian dari campuran perasaan senang, tertarik, yang
mendorong individu untuk nenetukan pilihan berdasarkan rasa suka, senang atau
sebaliknya tidak suka jika hal itu mengungtungan atau kurang menguntungkan
baginya dan merasa senang dan tertarik menyelaminya lebih jauh lagi. Minat juga
bisa menjadi sumber motivasi untuk melakukan apa yang diinginkan.
2. Ciri-Ciri Minat
Menurut Elisabeth Hurlock (1978:115), untuk mengetahui dan mengerti
peran minat yang penting dalam kehidupan anak perlu diketahui ciri-ciri minat
sebagai berikut:
a. Minat Tumbuh Bersamaan dengan Perkembangan Fisik dan Mental
Minat disemua bidang berubah selama terjadi perubahan fisik dan
mental. Pada waktu pertumbuhan terlambat dan kematangan dicapai, minat
menjadi lebih stabil. Anak berkembang lebih cepat atau lebih lambat dari pada
teman sebayanya. Mereka yang lambat matang, sebagaimana dikemukakan
terlebih dahulu, menghadapi masalah sosial karena minat mereka minat anak,
sedangkan minat teman sebaya mereka minat remaja.
b. Minat Bergantung pada Kesiapan Belajar
Anak-anak tidak dapat mempunyai minat sebelum mereka siap secara
fisik dan mental. Sebagai contoh, mereka tidak dapat mempunyai minat yang
sungguh-sungguh untuk permainan bola sampai mereka memiliki kekuatan dan
koordinasi otot yang diperlukan untuk permainan bola tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
c. Minat Bergantung pada Kesempatan Belajar
Kesempatan untuk belajar bergantung pada lingkungan dan minat anak-
anak maupun dewasa, yang menjadi bagian dari lingkungan anak. Karena
lingkungan anak kecil sebagian besar terbatas pada rumah, minat mereka tumbuh
dari rumah. Dengan bertambah luasnya lingkup sosial, mereka menjadi tertarik
pada minat orang di luar rumah yang mulai mereka kenal.
d. Perkembangan Minat mungkin Terbatas
Ketidak mampuan fisik dan mental serta pengalaman sosial yang terbatas
membatasi minat anak. Anak yang cacat fisik misalnya, tidak mungkin
mempunyai minat yang sama pada olah raga seperti teman sebayanya yang
perkembangan fisiknya normal.
e. Minat dipengaruhi Budaya
Anak-anak mendapat kesempatan dari orang tua, guru, dan orang dewasa
lain untuk belajar mengenai apa saja yang oleh kelompok budaya mereka
dianggap minat yang sesuai dan mereka tidak diberi kesempatan untuk menekuni
minat yang dianggap tidak sesuai bagi mereka oleh kelompok budaya mereka.
f. Minat berbobot Emosional
Bobot emosional aspek afektif dari minat menentukan kekuatannya.
Bobot emosional yang tidak menyenangkan melemahkan minat, dan bobot
emosional yang menyenangkan memperkuatnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
g. Minat itu Egosentris
Sepanjang masa kanak-kanak, minat itu egosentris. Misalnya minat anak
laki-laki pada matematika, sering berlandaskan keyakinan bahwa kepandaian di
bidang matematika di sekolah akan merupakan langkah penting menuju
kedudukan yang menguntungkan dan bergengsi di dunia usaha.
3. Aspek-Aspek Minat
Menurut Elisabeth Hurlock (1978:116), semua minat mempunyai dua
aspek yaitu:
a. Aspek Kognitif
Aspek kognitif didasarkan atas konsep yang dikembangkan anak
mengenai bidang yang berkaitan dengan minat, misalnya aspek kognitif dari minat
anak terhadap sekolah. Bila mereka menganggap sekolah sebagai tempat mereka
dapat belajar tentang hal-hal yang telah menimbulkan rasa ingin tahu, mereka
akan mendapat kesempatan untuk bergaul dengan teman sebaya yang tidak
didapat pada masa prasekolah. Minat mereka terhadap sekolah akan sangat
berbeda dibandingkan bila minat itu didasarkan atas konsep sekolah dan kerja
keras untuk menekankan frustrasi dan pengekangan oleh peraturan sekolah dan
kerja keras untuk menghafal pelajaran.
Konsep yang membangun aspek kognitif minat didasarkan atas
pengalaman pribadi dan apa yang dipelajari di rumah, di sekolah, dan di
masyarakat, serta dari berbagai jenis media masa. Dari sumber tersebut anak
belajar apa saja yang akan memuaskan kebutuhan mereka dan yang tidak. Yang
pertama kemudian akan berkembang menjadi minat dan yang kedua tidak.
Misalnya anak-anak melihat bahwa rasa ingin tahu mereka tentang apa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
terjadi di dalam tubuh mereka, dapat dipuaskan dengan pertanyaan dan dengan
membaca. Selama kegiatan ini memberi mereka kepuasan, minat mereka akan
menetap. Sebaliknya minat pada kesehatan tidak memuaskan kebutuhan pribadi
selama anak itu sehat atau tidak mempunyai keluhan.
b. Aspek Afektif
Aspek afektif atau bobot emosional konsep yang membangun aspek
kognitif minat dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan-kegiatan yang
ditimbulkan minat. Aspek afektif berkembang dari pengalaman pribadi, dari sikap
orang yang penting yaitu orang tua, guru dan teman-teman sebaya terhadap
kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut, dan dari sikap yang dinyatakan
atau tersirat dalam berbagai bentuk media masa terhadap kegiatan itu. Sebagai
contoh, anak yang mempunyai hubungan yang menyenangkan dengan para guru,
biasanya mengembangkan sikap yang yang positif terhadap sekolah. Karena
pengalaman sekolahnya menyenangkan, minat mereka pada sekolah diperkuat.
Sebaliknya, pengalaman yang tidak menyenangkan dengan guru dapat dan sering
mengarah ke sikap tidak positif yang mungkin kelak akan memperlemah minat
anak terhadap sekolah.
Kedua aspek ini penting peranannya namun aspek afektif lebih penting
dari pada aspek kognitif. Alasannya pertama aspek afektif mempunyai peran yang
lebih besar dalam memotivasi tindakan (Hurlock, 1978:118).
4. Bentuk-Bentuk Minat
Bentuk-bentuk minat menurut Andi Mappiare (1982:63-67) sebagai
berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
a. Minat Pribadi dan Sosial
Minat pribadi dan sosial merupakan kelompok minat yang paling kuat
dimiliki oleh banyak remaja awal. Minat pribadi timbul karena remaja menyadari
bahwa penerimaan sosial sangat dipengaruhi oleh keseluruhan yang dinampakan
oleh si remaja itu kepada sekitarnya, karena adanya kesadaran remaja awal bahwa
lingkungan sosial menilai dirinya dengan melihat kesan miliknya, sekolahnya,
keuangannya, benda-benda lain yang dimilikinya, teman-teman sepergaulannya.
Sebagai contoh minat ini ditunjukkan dengan bersolek, merawat tubuh, pakaian
atau perhiasan yang sesuai dengan nilai kelompoknya. Perbedaan bentuk minat
dipengaruhi oleh perbedaan latar belakang daerah (kota atau desa), tingkat
ekonomi dan status sosial lain, juga jenis kelamin.
b. Minat terhadap Rekreasi
Minat terhadap rekreasi pada masa remaja umumnya kuat. Namun bagi
beberapa remaja, karena adanya keterbatasan dari segi waktu, tugas-tugas rumah,
sekolah, sehingga mereka sangat selekif. Mereka memiliki apa yang disenangi dan
merupakan hobby. Kegiatan-kegiatan olah raga yang banyak membutuhkan energi
fisik seperti sepak bola, badminton, basket ball, dan semacamnya diminati oleh
banyak remaja pria.
Bagi wanita olah raga renang, senam, dan semacamnya umumnya lebih
digandrungi. Bagi pria maupun wanita olah raga lebih merupakan kegiatan
rekreatif dibanding menganggapnya sebagai kegiatan sport. Cerita-cerita film,
buku (novel dan komik), sandiwara radio juga diminati oleh remaja awal pada
umumnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
c. Minat pada Agama
Minat pada agama dipupuk oleh pendidikan anak di rumah, sekolah
minggu, gereja, dalam rangka diberikan untuk mengajarkan anak agar patuh
terhadap peraturan agama dalam kehidupan sehari-hari, anak belajar patuh pada
kehidupan beragama dari linkungan keluarga. Menurut Elisabeth Hurlock,
(1978:131) jika anak dibesarkan dengan kebiasaan berdoa sebelum makan, tidur,
dan dibiasakan dengan membacakan atau menceritakan cerita-cerita Alkitab,
maka anak cenderung mempunyai minat yang lebih besar pada agama
dibandingkan mereka yang kehidupan beragamanya terbatas pada kunjungan ke
sekolah minggu seminggu sekali.
Minat anak terhadap agama dipengaruhi juga oleh lingkungan sosial
dalam hal ini adalah kebanyakan anak menghabiskan waktu dengan teman sebaya.
sebagai contoh: dalam pergaulan dengan teman-teman sebaya yang sering
berbincang-bincang mengenai agama, dan mematuhi aturan agama akan
mempunyai minat yang lebih besar pada agama. Justru sebaliknya jika anak tidak
pernah atau jarang menemukan hal yang sama jarang berbincang mengenai agama
dan peraturan agama akan mempunyai sikap negatif pada agamanya (Hurlock,
1978:132). Oleh karena itu sangat penting bagaimana cara orang tua, para
pendamping sekolah minggu, guru dan katekis diharapkan memberikan
pemahaman yang benar kepada anak dalam setiap kegiatan di sekolah minggu, di
rumah dan di sekolah.
Minat merupakan gabungan rasa hormat dan rasa ingin tahu. Dalam
hubungannya dengan kegiatan agama, ada unsur-unsur agama yang diminati anak
yaitu kepatuhan pada agama. Anak mempunyai minat besar terhadap agama maka
ia akan menghabiskan banyak waktu untuk kegiatan agama seperti ibadat atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
misa di Gereja, menarik bagi anak kecil, karena kesemarakan tata caranya.
Upacara keagamaan mempesona mereka dan mereka senang ikut serta bernyanyi.
Mereka juga senang melihat orang sekeliling mereka selama misa, dan melihat
apa yang sedang mereka lakukan. Anak lebih besar menyukai perkumpulan anak
muda di Gereja misalnya untuk olah raga dan pertemuan ramah tama dalam
kelompok kecil, piknik, perayaan hari besar wisata. Minat mereka seperti ini
bersifat sosial dan bukan keagamaan. Usia 8 tahun minat anak memahami bahwa
berdoa merupakan cara berbicara dengan Tuhan. Mereka yakin bahwa Tuhan
menjawab doa mereka.
Dengan bertambahnya usia, minat pada doa biasanya berkurang. Mereka
merasa bahwa doa mereka untuk meminta sesuatu, bantuan atau bimbingan tidak
terjawab dan tidak membawa keutungan baginya. Sebagai contoh peralihan yang
khas dalam doa anak: pada usia pra sekolah “saya tidak tahu mengapa saya harus
berdoa” pada usia enam tahun “bantulah aku dalam membuat pekerjaan rumahku”
pada usia sepuluh tahun “Tuhan tidak perna menjawab doaku”. Sebaliknya
perayaan keluarga pada hari besar keagamaan, tetap menarik baginya karena
perayaan-perayaan ini lebih bersifat sosial dari pada keagamaan. Misalnya
perayaan hari natal dan paska karena di sini berkumpul seluruh keluarga dan
kerabat, dilengkapi dengan persiapan makanan, dan hiasan meriah natal dan
sebagainya. Minat terhadap ibadat keluarga, misalnya doa sebelum makan,
membaca Alkitab dan berdoa cepat berkurang. Kebiasaan ini hanya diteruskan
karena tekanan orang tua. Oleh karena itu keyakinan-keyakinan religius anak
mencerminkan ajaran yang diterima di rumah, di sekolah minggu dan di Gereja.
Cara anak menunjukkan minat pada agama ialah dengan bertanya dan
membaca antara usia 3 sampai 4 tahun, kebanyakan anak mulai bertanya tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
agama, misalnya “siapakah Tuhan? di mana Surga itu?, apakah malikat itu? dan
sebagainya. Ketika anak mampu memahami arti cerita yang dibacakan atau
diceritakan dan mereka akan mampu bertanya (Hurlock, 1978:134).
d. Minat terhadap Sekolah dan Jabatan
Menurut Andi Mappiare, (1982:65) minat atau cita-cita terhadap sekolah
dan jabatan remaja awal banyak dipegaruhi oleh minat orang tua dan minat
kelompoknya. Jika orang tua dan kelompoknya “work-oriented” maka seringkali
remaja meminati sekolah yang mengarah pada pekerjaan (sekolah kejuruan). Jika
orang tua atau kelompoknya “college-oriented” maka remaja terpengaruhi
meminati sekolah-sekolah yang dapat mengantarkannya ke perguruan tinggi,
menuju cita-cita jabatannya. Persoalan sering muncul manakala ada perbedaan
yang tajam antara orientasi sekolah atau jabatan orang tuanya dengan orientasi
sekolah atau jabatan kelompok teman sebayanya.
Sebagai suatu proses, pengembangan minat cita-cita jabatan seseorang
mengalami perubahan sepanjang garis perkembangannya. Khusus dalam masa
remaja, dapat dikatakan bahwa dalam masa remaja awal minat atau cita-cita
terhadap sekolah dan jabatan seseorang berubah-rubah. Terutama parohan
pertama masa remaja awal. Setelah mendekati masa remaja akhir, minat cita-cita
tersebut dapat lebih jelas, dan beberapa remaja telah dapat menentukan dan
mengarahkan minat dan cita-cita pendidikan atau jabatan pekerjaannya.
Setiap orang pasti mempunyai keinginan, cita-cita dan tujuan hidup yang
ingin dicapai. Begitu pula minat kaum muda terhadap panggilan hidup bakti bisa
dialami oleh setiap orang terutama kaum muda. Oleh karena itu minat dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
konteks ini berhubungan dengan motivasi. Cita-cita atau tujuan hidup ini hanya
bisa diraih jika setiap pribadi memiliki motivasi yang kuat dalam dirinya.
5. Minat dan Motivasi
Menurut Winkel (1986:166), mengartikakan bahwa motivasi adalah
motor penggerak yang mengaktifkan seseorang untuk melibatkan diri. Motivasi
sebagai keadaan mental sesaat dan melalui keterlibatan yang berkesinambungan
dan secara berangsur-angsur menumbuhkan dorongan tetap untuk
mengembangkan diri sehingga motivasi bisa disebut juga sebagai ciri kepribadian.
Motif (motive) berasal dari bahasa latin “movere”, yang kemudian
menjadi “motion” yang artinya gerak atau dorongan untuk bergerak. Jadi motif
merupakan daya dorong, daya gerak, atau penyebab seseorang untuk melakukan
berbagai kegiatan dan dengan tujuan tertentu. Sedangkan motivasi berarti
pemberian atau penimbulan motiv atau hal yang menjadi motiv
(Rachman,1993:114).
Pengertian lain lagi seperti dikemukakan oleh Atkison yang dikutif oleh
Rachman, (1994:114) yaitu motivasi mengacu pada faktor-faktor yang
menggerakkan dan menggerakkan tingkah laku. Jadi motivasi yaitu dorongan dari
dalam diri sendiri untuk melakukan sesuatu. Dorongam bisa disebut sebagai
keseluruhan daya penggerak di dalam diri individu yang menimbulkan kegiatan
belajar, yang menjamin keberlangsungan dari kegiatan belajar dan memberi arah
pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu
dapat tercapai. Arti lain dari motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri
seseorang entah disadari atau tidak untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
tertentu. Secara psikologi motivasi merupakan usaha yang dapat menyebabkan
seseorang atau suatu kelompok tertentu, tergerak hatinya untuk melakukan
sesuatu karena ingin mendapatkan kepuasan dengan apa yang dilakukannya atau
mencapai tujuan yang diinginkannya (Nini Subini, 2012:88). Motivasi dibagi
menjadi dua yaitu: motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Semua faktor yang
berasal dari dalam diri individu memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu.
Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh
untuk membaca, karena membaca tidak hanya menjadi aktivitas kesenangan tetapi
bisa jadi telah menjadi kebutuhannya. Motivasi intrinsik relatif lebih lama dan
tidak tergantung pada motivasi luar (ekstrinsik).
Pendapat lain lagi mengenai motivasi intrinsik yang dikutip oleh Nini
Subini, (2012:89) yang termasuk dalam motivasi intrinsik adalah: dorongan ingin
tahu, dan menyelidiki dunia yang lebih luas, adanya sifat positif dan kreatif yang
ada pada manusia dan keinginan untuk maju, adanya keinginan untuk mencapai
prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting, seperti orang tua,
saudara, guru atau teman-teman dan sebagainya, adanya kebutuhan untuk
menguasai ilmu yang berguna baginya.
Faktor yang datang dari luar diri individu motivasi (ekstrinsik) tetapi
memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata
tertib, teladan guru, orang tua dan sebagainya. Kurangnya respon dari lingkungan
secara positif akan membuat semangat belajar seseorang menjadi lemah. Selain itu
motivasi erat hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Motivasi yang tinggi
tercermin ketekunan yang tidak mudah patah semangat untuk mencapai
kesuksesan. Ia akan tetap belajar meskipun sulit demi meraih apa yang menjadi
tujuan dari cita-citanya selama ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa
motivasi dipahami sebagai suatu daya penggerak yang mendorong individu untuk
melakukan suatu tindakan karena ada satu tujuan atau cita-cita yang ingin
dicapainya. Selain itu motivasi juga diartikan sebagai dorongan ingin tahu,
membuat orang kreatif, adanya keinginan yang kuat untuk maju dan berprestasi.
Jadi motivasi mempunyai peranan penting dalam diri seseorang demi mencapai
tujuan atau cita-cita yang ingin dicapainya begitu pula dengan minat terhadap
panggilan hidup bakti dan cita-cita terhadap hidup bakti biarawan-biarawati,
meskipun berbagai rintangan dan kesulitan yang menghadang ia tidak mudah
menyerah untuk mencapainya.
C. Penelitian yang Relevan
Penghayatan hidup bakti merupakan bagian dari kegiatan karya misioner
Gereja yang dirintis oleh lembaga-lembaga hidup bakti pada masa sekarang dan
masa yang mendatang. Sehubungan dengan penghayatan kaul, dan minat, para
peneliti terdahulu yang sudah mencoba meneliti tentang pengaruh penghayatan
kaul kemiskinan terhadap persaudaraan yang dilakukan oleh Margaretha Bulan
Lejiu dan dilaksanakan di biara suster-suster MASF Indonesia pada bulan
Desember 2013. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh signifikan sebesar 0,783 dari variabel (X) penghayatan kaul kemiskinan
terhadap perasaudaraan sebesar 78, 3 % variabel (Y), sedangkan 48, 7 %
dipengaruhi oleh faktor lain.
Peneliti yang kedua oleh Fransisca Wayana Meila Candraningsih dengan
NIM 091124039, Program Studi IPPAK Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
judul: Pengaruh Sosok Katekis terhadap minat umat dalam mengikuti katekese
orang dewasa di Lingkungan St. Yosef Benediktus Sagan Paroki St. Antonius
Kota Baru Yogyakarta.
D. Kerangka Pikir
Biarawan-biarawati hidup bakti dipilih oleh Allah dan menghayati
seluruh hidupnya secara khusus hanya untuk memuliakan Allah melalui sesama
yang dilayani dalam tugas perutusan yang diterimanya. Ciri khas hidup bakti
biarawan-biarawati yaitu penyerahan diri secara total kepada Kristus, yang
dinyatakan dengan meninggalkan segala-galanya demi Dia, ingin membuka diri
bagi Roh Kudus sehingga semakin memampukannya dalam menghayati hidupnya
setiap saat. Kesediaan dalam mengikuti-Nya serta mengarahkan diri kepada-Nya,
terus menerus dipupuk melalui hidup doa dan diwujudkan dalam kehidupan
bersama dan dalam melaksanakan karya kerasulan. Hidup bakti biarawan-
biarawati meliputi penghayatan tiga kaul atau nasihat Injil yaitu:
• Kaul kemiskinan berarti gaya hidup yang sederhana, pengosongan diri dari
harta benda, agar orang dipenuhi Roh Tuhan untuk mengabdi sesama dengan
gembira tanpa pamrih serta dengan kerelahan hati menyumbangkan tenaga,
waktu, keahlian dan ketrampilan, segala kemampuan dan seluruh kehidupan
demi kemuliaan Tuhan dan sesama tanpa membeda-bedakan.
• Menghayati kaul ketaatan berarti pengosongan diri dari kehendak dan
keinginan pribadi agar siap melaksanakan kehendak Tuhan dengan gembira
dalam hidup bersama, dan dalam melaksanakan kerasulan bersama sesuai
dengan ciri khas masing-masing tarekat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
• Menghayati kaul kemurnian berarti pengosongan diri dari cinta yang terpusat
pada diri atau orang tertentu saja, agar mencintai Tuhan dan sesama dengan
cinta yang dermawan dan terbuka kepada siapa pun.
Dengan menghayati ketiga kaul tersebut secara publik, secara kelihatan
sebagai kesaksian bagi setiap pribadi dan dalam kebersamaan menjadi tanda
Kerajaan Allah di tengah dunia. Sebab melalui penghayatan ketiga kaul
ditekankan bahwa apa yang paling dasariah dan paling bernilai di dunia ini hanya
bersifat sementara dan belum kekal.
Minat merupakan suatu kondisi afektif seseorang yang berintesitas tinggi
dan terorganisir melalui pengalaman. Kesaksian hidup bakti biarawan-biarawati
yang ditunjukkan dengan sikap gembira dalam melaksanakan tugas kerasulan dan
dalam perjumpaan maupun keterlibatannya di tengah umat menjadi daya
penggerak yang membangkitakan rasa tertarik, rasa ingin tahu, merasa senang dan
menjadi sumber motivasi bagi orang lain khususnya bagi kaum muda. Oleh
karena itu ketika kaum muda mengalami suasana yang membawa kegembiraan,
penerimaan, dan pengertian, maka pengalaman itu dialami sebagai pengalaman
yang berharga, mengesan, bermakna dan menguntungkan serta terbuka
kemungkinan baginya untuk berusaha melakukan semua kegiatan apapun untuk
memperoleh yang diminatinya.
Minat merupakan suatu kondisi jiwa seseorang yang sangat bergairah
untuk memperoleh sesuatu. Ini merupakan suatu kondisi yang amat penting bagi
kaum muda dalam mempelajari sesuatu. Adanya keinginan yang sangat tinggi ini
melahirkan suatu tindakan yang diperlukan untuk mendapatkan sesuatu yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
menarik baginya. Maka antara penghayatan hidup bakti biarawan-biarawati yang
ditunjukkan melalui kesaksian hidup sehari-hari, merupakan suatu model dan
daya tarik yang diharapkan mampu membangkitkan minat kaum muda terhadap
panggilan hidup bakti. Kesaksian hidup biarawan-biarawati perlu dilakukan
dengan berbagai kegiatan yang dapat dilihat, dialami oleh kaum muda yaitu secara
rutin terlibat aktif dalam kegiatan kepemudaan di paroki, lingkungan, dan dalam
kesempatan kunjungan keluarga. Melalui kehadiran dalam berbagai kegiatan dan
kesempatan ini sedikit demi sedikit memberi inspirasi bagi kaum muda mengenai
panggilan hidup bakti. Dengan demikian kerangka pikir mengenai hubungan dari
variabel bebas (X) Penghayatan Hidup Bakti dengan variabel terikat (Y) Minat
Terhadap Panggilan Hidup Bakti bagi Kaum Muda di Paroki Santo Yohanes
Rasul Pringwulung Yogyakarta dapat digambarkan sebagai berikut:
Dalam penelitian ini peneliti akan mencoba untuk meneliti lebih jauh
mengenai hubungan penghayatan hidup bakti dengan minat terhadap panggilan
hidup bakti bagi kaum muda di paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung
Yogyakarta.
Variabel X
Pengahayatan Hidup Bakti
Variabel Y
Minat Terhadap PanggilanHidup Bakti Bagi
Kaum Muda di Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
E. Hipotesis
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir, dapat dirumuskan
hipotesis penelitian yang akan diuji pada taraf signifikansi sebesar 5 % :
1. Hipotesis alternatif (Ha) : ada Hubungan antara Penghayatan Hidup Bakti
dengan Minat terhadap Panggilan Hidup Bakti bagi Kaum Muda di Paroki
Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta.
2. Hipotesis nihil (Ho) : tidak ada Hubungan antara Penghayatan Hidup Bakti
dengan Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti bagi Kaum Muda di Paroki
Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini membahas tentang jenis penelitian, desain penelitian, tempat
dan waktu penelitan, populasi dan sampel, teknik dan alat pengumpulan data dan
teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif berbentuk
korelasi. Menurut Sugiyono, (2013:35) penelitian kuantitatif adalah penelitian
yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu, bertujuan untuk memperoleh suatu kebenaran
pengetahuan yang nyata, yang harus didasarkan pada hal-hal yang positivisme.
Penelitian korelasi betujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan
antara dua variabel yaitu variabel penghayatan hidup bakti dan variabel minat
terhadap panggilan hidup bakti bagi kaum muda di paroki Santo Yohanes Rasul
Pringwulung Yogyakarta.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian ini berbentuk korelasi yang bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan antara kedua variabel (Zuriah, 2005:207).
Variabel (X) dalam penelitian ini adalah penghayatan hidup bakti dan variabel (Y)
minat terhadap panggilan hidup bakti bagi kaum muda di paroki Santo Yohanes
Rasul Pringwulung Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Dalam perhitungan korelasi akan didapat koefisien korelasi yang
menunjukkan keeratan hubungan antar dua variabel tersebut. Nilai koefisien
korelasi berkisar antara -1 sampai 0 atau 0 sampai 1. Jika nilai koefisien
korelasinya semakin mendekati 1, atau -1, maka hubungan dari dua variabel
tersebut akan semakin erat. Tetapi jika mendekati 0, maka hubungannya semakin
lemah. Menurut Priyatno, (2012:59), macam koefisien korelasi yang digunakan
adalah Pearson Product Moment dengan bantuan SPSS 20.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan
penghayatan hidup bakti dengan minat terhadap panggilan hidup bakti bagi kaum
muda di paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta periode 2015.
Adapun hubungan variabelnya digambarkan dalam bentuk gambar di bawah ini:
Keterangan Gambar:
1. (X) Variabel Bebas yaitu Hubungan Penghayatan Hidup Bakti.
2. (Y) Variabel Terikat yaitu Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti Bagi
Kaum Muda di Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung
Yogyakarta pada tanggal 23 Agustus 2015.
D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang menjadi kuantitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
Y X
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013:148). Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh kaum muda di paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung
Yogyakarta. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakeristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2013:149).
Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel dari populasi dengan
menggunakan teknik populatif. Teknik populatif berarti peneliti dalam peneltian
menggunakan seluruh jumlah populasi yang ada sebagai sampel dalam penelitian.
Seluruh jumlah populasi adalah seluruh kaum muda di paroki Santo Yohanes
Rasul Pringwulung Yogyakarta yang berjumlah 108. Jumlah perincian kaum
muda di Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta sebagai berikut:
ada 17 kaum muda yang tergabung dalam paguyuban lektor, kaum muda yang
tinggal di asrama Santa Angela milik para suster Ursulin yang berjumlah 21 dan
70 kaum muda yang tidak tergabung dalam paguyuban lektor dan misdinar.
E. Variabel Penelitian
1. Identifikasi Variabel
Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel penghayatan hidup
bakti (X) disebut sebagai variabel independen dan variabel minat terhadap
pannggilan hidup bakti kaum muda di Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung
Yogyakarta, (Y) disebut variabel dependen (Sogiyono, 2013:263).
Kedua variabel tersebut diukur dengan menggunakan skala likert dalam
bentuk Checlist. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tertentu tentang fenomena sosial
melalui instrumen berdasarkan masing-masing variabel (Sugiyono, 2013:168-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
169). Hasil data yang diperoleh dari kedua variabel dianalisis untuk menguji
hipotesis melalui penelitian kuantitatif berbentuk korelasi dengan bantuan SPSS
versi 20.0 for windows 2007.
2. Defenisi Konseptual Variabel
Berdasarkan kajian pustaka pada bab II, dapat dirumuskan defenisi
konseptual dari kedua variabel sebagai berikut:
a) Penghayatan Hidup Bakti
Variabel (X) hidup bakti dipahami sebagai anugerah dari Allah kepada
Gereja secara khusus diberikan kepada setiap pribadi yang memilih untuk
mempersembahkan seluruh hidup kepada Allah dan sesama dan dalam kesetiaan
mengikuti dan melaksanakan nasihat-nasihat Injil yang meliputi kaul ketaatan,
kemurnian, dan kaul kemiskinan. Penghayatan hidup bakti biarawan-biarawati
secara konkret diwujudkan dalam hidup berkomunitas dan dalam melaksanakan
tugas perutusan di tengah masyarakat.
b) Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti
Minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari dua campuran dari
perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut atau kecenderngan-
kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu.
Sehubungan dengan prospek (jangkauan masa depan) dalam mana seseorang
merencanakan, dan menentukan pilihan terhadap pendidikan, jabatan, teman
hidup, panggilan sebagai biarawan-biarawati hidup bakti dan sebagainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
3. Defenisi Operasional Variabel
Rumusan defenisi operasional variabel bebas (X) penghayatan hidup
bakti dan variabel terikat (Y) minat terhadap panggilan hidup bakti bagi kaum
muda di paroki Santo Yohanes Pringwulung Yogyakarta sebagai berikut:
a) Penghayatan Hidup Bakti
Hidup bakti merupakan karunia dari Allah kepada biarawan-biarawati
yang secara khusus menghayati seluruh hidupnya dengan menaati nasihat-nasihat
Injil. Nasihat-nasihat Injil tersebut antara lain:
Kaul Kemurnian
Dengan kaul kemurnian membuat biarawan-biarawati menghayati
hidupnya dengan penuh kegembiran, menguasai diri, mengendalikan diri, dewasa
dalam bertutur kata, serta memberikan diri tanpa menghitung untung rugi demi
kemuliaan Tuhan yang hadir dalam diri sesama.
Kaul Kemiskinan
Biarawan-biarawati menghayati kaul kemiskinan dengan hidup apa
adanya, hemat dan bertanggung jawab dalam menggunakan fasilitas yang
disediakan oleh institut atau kongregasi, mampu mengendalikan diri dari
keinginan yang tidak teratur dan mau menjadikan semangat hidup Yesus yang
peka dan peduli terhadap kesulitan dan penderitaan orang lain terutama mereka
yang miskin dan tertindas serta membantu sesama tanpa membeda-bedakan.
Kaul Ketaatan
Menerima sesama dalam hidup berkomunitas, siap sedia menerima tugas
perutusan serta siap sedia ditempatkan di mana saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
b) Minat terhadap Panggilan Hidup Bakti
Minat merupakan bagian dari rasa ingin tahu, sumber motivasi, perasaan
senang dan merasa tertarik terhadap kesaksian hidup biarawan-biarawati hidup
bakti yang membuat individu ingin menyelaminya lebih jauh lagi tentang
panggilan hidup bakti. Panggilan hidup bakti merurupakan karunia Allah yang
menjiwai setiap biarawan-biarawati dalam menghayati dan mengamalkan kaulnya
dalam hidup bersama dan dalam melakukan tugas kerasulannya. Melalui
kesaksian hidup inilah yang dapat dilihat serta dialami oleh orang lain terutama
kaum muda di paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta.
4. Teknik dan alat Instrumen Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian lapangan (field
researc), yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke objek
penelitian. Untuk memperoleh data-data lapangan ini penulis menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
a) Angket (kuesioner)
Angket adalah suatu alat pengumpul informasi dengan cara
menyampaikan sejumlah pernyataan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula
oleh responden. Oleh karena itu penulis menggunakan kuesioner yang didasarkan
pada skala likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenemena sosial (Sugiyono,
2013:168).
Skala likert yang akan diukur dalam penelitian ini adalah penghayatan
hidup bakti variabel (X) yang meliputi pernyataan tertulis mengenai penghayatan
hidup bakti biarawan-biarawati yang meliputi aspek kaul kemurnian, kaul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
kemiskinan dan kaul ketaatan dan variabel (Y) yaitu minat terhadap panggilan
hidup bakti bagi kaum muda di paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung
Yogyakarta.
Adapun rincian pernyataan variabel X dan Y sebanyak 25. Pada variabel
X dan variabel Y terdapat 47 alternatif jawaban sangat setuju-sangat tidak setuju
dengan bobot nilai berjenjang 5,4,3,2,1 kecuali 3 pernyataan negatif yaitu sangat
setuju-sangat tidak setuju dengan bobot nilai 1,2,3,4,5 yaitu pernyataan
no12,21,23 dari variabel X. Setiap item pernyataan terdapat nilai dengan skor
maksimum adalah 5 dan nilai skor minimum adalah 1. Pada tabel-1 di bawah ini
memuat keterangan tentang skor alternatif jawaban variabel penghayatan hidup
bakti dan variabel minat terhadap panggilan hidup bakti sebagai berikut:
Tabel-1:
Skor Alternatif
Jawaban Variabel X dan Y
Alternatif Jawaban Skor
Pernyataan Negatif 1 – 5
Sangat Setuju - Sangat Tidak Setuju
Pernyataan Positif 5 – 1
Sangat Setuju - Sangat Tidak Setuju
b) Wawancara
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara. Menurut
Sugiyono, (2013:384) mengatakan bahwa wawancara adalah pertemuan dua orang
untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstrusikan makna dalam suatu topik tertentu. Untuk mengetahui secara detail
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
dan mendalam mengenai topik yang akan diapakai dalam wawancara tersebut,
maka peneliti menggunakan jenis wawancara tak berstruktur. Wawancara tak
berstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan data. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis
besar permasalahan yang akan ditanyakan.
Wawancara merupakan teknik atau metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara dialog dengan sumber data (Wina Sanjaya, 2013:267).
Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa dialog dengan responden yang
berjumlah 7 orang kaum muda di paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung
Yogyakarta yang telah mengisi kuesioner penelitian.
5. Kisi-Kisi Penelitian
Tabel 2. Variabel Penghayatan Hidup Bakti
Variabel Aspek Indikator Item Jlh
Soal
Penghayatan
Hidup Bakti
Kaul
Kemurnian:
Bergembira dan
bersyukur,
dewasa dalam
membina relasi
dan komunikasi
dengan sesama,
total dalam
pelayanan.
- Mampu bersyukur atas
pengalaman suka duka
sebagai hidup bakti.
- Mampu menjalin relasi
dengan siapa pun.
- Menguasai diri serta
bijaksana dan dewasa
dalam bertutur kata dan
bersikap.
1, 2, 3,
4, 5
6, 7, 8,
9
10,
11,12
5
4
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
- Memberi diri tanpa
menghitung untung
rugi.
13 1
Kaul
Kemiskinan:
Hidup apa
adanya, mampu
mengendalikan
diri, peka dan
peduli pada
orang lain tanpa
membeda-
bedakan orang.
Kaul Ketaatan:
Bersikap gembira
dalam hidup
berkomunitas dan
tugas perutusan,
tarekat, serta siap
sedia
ditempatkan di
manapun.
- Totalitas dalam bekerja
- Mampu untuk hidup
sederhana apa adanya.
- Menggunakan sarana
dan prasarana dengan
bijaksana dan
bertanggung jawab.
- Membantu sesama
tanpa membeda-
bedakan.
- Mampu menerima
perbedaan satu sama
lain dalam hidup
bersama.
- Siap sedia di utus
- Terlibat dalam kegiatan
menggereja
14
15, 16
17
18, 19,
20
21
22, 23
24, 25
1
2
1
3
1
2
2
Tabel 3. Variabel Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti.
Variabel Aspek Indikator Item Jlh
Soal
Minat
Terhadap
Panggilan
Hidup Bakti
Rasa
Ingin
Tahu:
- Bertanya mengenai
bagaimana kehidupan
membiara biarawan-
biarawati.
26, 27,
28, 29
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Sumber
Motivasi
Rasa
Senang
- Rajin berkunjung ke biara.
- Berpartisipasi dalam
mengikuti kegiatan aksi
panggilan.
- Mengikuti kegiatan rekoleksi
dan kegiatan aksi panggilan.
- Senang melihat biarawan-
biarawati rajin.
- Senang melihat jubah
biarawan-biarawati
- Senang melihat hidup
disiplin biarawan biarawati.
- Senang melihat kegiatan
kerasulan dan cara kerja
biarawan-biarawati.
- Senang mengikuti renungan
dan homili yang dipimpin
oleh biarawan-biarawati.
- Senang melihat biarawan-
biarawati mengadakan
kunjungan keluarga.
30
31, 32
33, 34
35
36
37
38, 39,
40
41
42
1
2
2
1
1
1
3
1
1
Rasa
Teratrik
- Senang melihat jubah yang
digunakan oleh kaum hidup
bakti.
- Mencari informasi mengenai
panggilan hidup bakti dari
orang tua maupun majalah
dan internet
- Mengikuti kegitan acara
konggregasi.
43
44, 45,
46, 47,
48, 49,
50
1
2
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran angket atau
kuesioner. Pelaksanaanya dengan cara menyebarkan angket kepada kaum muda
yang berjumlah 150 orang yang ada di paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung
Yogyakarta pada tanggal 23 Agustus 2015, dengan maksud untuk memperoleh
informasi mengenai penghayatan hidup bakti biarawan-biarawati berdasarkan
pengalaman dan persepsi mereka. Instrumen yang kembali sebanyak 108. Peneliti
menggunakan istrumen yang kembali sebanyak 108 yang telah diisi oleh
responden sebanyak 108 orang dipakai oleh peneliti sebagai sampel dan populasi
penelitian.
G. Pengembangan Instrumen
1. Analisis Instrumen
a) Uji coba Terpakai
Pengembangan intrumen ini adalah penghayatan hidup bakti dan minat
kaum muda terhadap panggilan hidup bakti dengan menggunakan uji coba
terpakai. Artinya data yang diterima dari responden melalui kuesioner yang
diberikan peneliti langsung dipakai untuk menganalisis intrumen. Jika ada data
yang tidak valid dibuang dan sebaliknya data yang valid dipakai untuk menguji
hipotesis.
b) Uji coba Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keadaan atau
kesihihan suatu alat ukur. Jika intrumen dikatakan valid berarti menujukkan alat
ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid sehingga valid berarti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya di ukur
(Riduwan, 2004:97). Jumlah responden dalam penelitian adalah 108 orang kaum
muda di paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta yang telah mengisi
kuesioner. Pengolahan data dengan menggunakan bantuan SPSS 20.0 for windows
2007. Hasil validitas intrumen pada setiap variabel penghayatan hidup bakti dan
variabel minat terhadap panggilan hidup bakti sebanyak 25. Setelah diuji
validitasnya terdapat 1 butir pernyataan yang tidak valid dari variabel (X) yaitu
pernyataan no 23, dinyatakan tidak valid karena tidak memenuhi kriteria
signifikan 0,037 dan variabel (Y) pernyataan no 33 dengan nilai signifikansi
0,690. Data yang tidak valid tidak dipakai karena tidak memiliki koofisien
korelasi. Sedangkan data yang valid dari variabel (X) peghayatan hidup bakti
yang berjumlah 24 dan variabel (Y) minat kaum muda terhadap panggilan hidup
bakti berjumlah 24 dipakai dalam penelitian ini karena terdapat koofisien korelasi
lebih kecil dari 0,05.
c) Uji coba Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur yang
biasanya menggunakan kuesioner artinya apakah alat ukur tersebut akan
mendapatkan pengukuran yang tetap konsisten jika pengukuran diulang kembali.
Uji reliabilitas merupakan kelanjutan dari uji validitas dimana item yang masuk
pengujian adalah item yang valid dengan menggunakan batasan 0,6 apakah
intrumen reliabel atau tidak. Reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik,
sedangkan 0,7 dapat diterima dan di atas 0,8 adalah baik. Uji reliabilitas dengan
teknik Cronbach Alpha untuk mengetahui alat ukur dengan program SPSS 20.0.
for windows 2007. Tabel di bawah ini adalah hasil uji reliabilitas variabel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
penghayatan hidup bakti dengan variabel minat terhadap panggilan hidup bakti
berdasarkan hasil pengolahan dengan bantuan SPSS, 20.0
Tabel-4
Hasil Uji Reliability Statistik
Variabel Penghayatan Hidup Bakti
Cronbach's Alpha N of Items
.923 24
Dari hasil analisis, memberikan nilai Alpha Cronbach untuk keseluruhan
pengukuran variabel (X) Penghayatan Hidup Bakti sebesar 0,923 nilai Alpha
Cronbach ini berada pada batas 0,9 sehingga dapat disimpulkan untuk variabel
Penghayatan Hidup Bakti (X) mempunyai reliabilitas baik atau sangat tinggi. N
adalah jumlah no item menunjukkan bahwa 24 item yang teruji.
Tabel-5
Hasil Uji Reliability Statistik
Variabel Minat Terhadap Panggilan
Hidup Bakti
Cronbach's Alpha N of Items
.910 24
Hasil analisis alpha Cronbach untuk keseluruhan pengukuran variabel
(X) Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti sebesar 0,910 nilai Alpha Cronbach
ini berada pada batas 0,9 sehingga dapat disimpulkan untuk variabel Penghayatan
Hidup Bakti (Y) mempunyai reliabilitas baik atau sangat tinggi. N adalah jumlah
no item menunjukkan bahwa 24 item yang teruji.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
2. Teknik Analisis Data dan uji Hipotesis
a) Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dengan tujuan untuk mengetahui apakah data tersebut
berdistribusi normal atau tidak. Dalam pembahasan ini peneliti menggunakan uji
normalitas dengan metode Lilliefors dengan taraf signifikansi 0,05. Data
dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih dari 5 % atau 0,05
(Priyatno, 2012:34).
b) Uji Linearitas
Uji linearitas dengan tujuan untuk mencari ada tidaknya hubungan linear
dari dua variabel tersebut secara signifikan. Dua variabel tersebut adalah
penghayatan hidup bakti (X) dengan minat terhadap panggilan hidup bakti (Y)
dengan taraf signifikansi 0,05, dengan bantuan SPSS 20.0 for windows 2007.
c) Analisis Deskriptif Statistik
Penelti dalam penilitian ini menggunakan analisis stastik deskriptif.
Menurut Sugiyono, (2011:29) analisis statistik deskriptif berfungsi untuk
mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui
data sampel atau pupulasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Objek yang dimaksud adalah
hubungan penghayatan hidup bakti biarawan-biarawati dengan minat kaum muda
terhadap panggilan hidup bakti melalui data sampel atau populasi yang berjumlah
108 kaum muda di Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Analisis statistik deskriptif yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian
ini untuk melihat serta mengemukakan apakah data berdistribusi dengan normal
atau tidak, dengan mengetahui mean (rata-rata), standar deviasi persentase data
interval dan membuat klasifikasi data dalam lima tingkatan. Kriteria klasifikasi
didapatkan dengan cara sebagai berikut:
Rentang sakala 5 X 24 (jumlah item) = 120 (skor maksimal). Jadi skor
maksimum (120 – 24) skor minimum : (dibagi) 5 (rentang skala) = 19,2. Hasil
klasifikasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel-6 Kriteria Klasifikasi
Variabel Penghayatan Hidup Bakti.
Variabel dan
Aspek
Skor
Max
Skor
Min Skala STS TS N S SS
Penghayatan
Hidup Bakti
secara
Keseluruhan
120 24 5 24-43 44-62 63-81 82-100 101-120
Kaul Kemurnian 65 13 5 13-23 24-33 34-44 45-54 55-65
Kaul
Kemiskinan
35 7 5 7-12 13-18 19-23 24-29 30-35
Kaul Ketaatan 20 4 5 4-7 8-10 11-13 14-16 17-20
Tabel-7. Kriteria Klasifikasi
Variabel Minat Terhadap Panggilan Hidup Bkti.
Variabel dan
Aspek
Skor
Max
Skor
Min Skala STS TS N S SS
Minat Terhadap
Panggilan
Hidup Bakti
secara
Keseluruhan
120 24 5 24-43 44-62 63-81 82-100 101-120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Rasa Ingin Tahu 35 7 5 7 - 13 14-19 20-25 26 – 31 32 – 35
Sumber
Motivasi
20 4 5 4 – 7 8-10 11-13 14 – 16 17 – 20
Rasa Senang 25 5 5 5 – 9 10 -13 14-17 18 – 21 22 – 25
Rasa Tertarik 40 8 5 8 - 14 15-20 21-27 28 - 33 34 – 40
d) Uji Hipotesis
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penghayatan hidup
bakti dengan minat terhadap panggilan hidup bakti. Berdasarkan tujuan ini, maka
peneliti menggunakan teknik korelasi Product Moment Pearson dengan bantuan
SPSS 20.0 untuk pengujian hipotesis (Priyatno, 2012:59).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi tentang uji persyaratan, uji normalitas data, uji
linearitas, analisis deskriptif statistik, uji korelasi, hasil penelitian dan pembahasan
serta refelksi kateketis.
A. Hasil Penelitian
1. Uji Persyaratan
a. Uji Normalitas
Uji data merupakan syarat pokok yang harus dipenuhi dalam analisis
korelasi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi
normal atau tidak. Normalitas suatu data penting karena dengan data yang
berdistribusi normal, maka data tersebut dianggap dapat mewakili populasi.
(Priyatno:2012:3). Hasil uji normalitas data dapat dilihat pada table-8 di bawah
ini.
Tabel-8 Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Penghayatan Hidup
Bakti
.060 108 .200* .984 108 .212
Minat Terhadap
Panggilan Hidup
Bakti
.048 108 .200* .992 108 .762
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Hasil uji test of Normality pada tabel-8 di atas menunjukkan nilai
signifikansi untuk nilai data variabel (X) Penghayatan Hidup Bakti mempunyai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
nilai signifikansi di atas 0,05 dan variabel (Y) Minat terhadap Panggilan Hidup
Bakti mempunyai nilai signifikansi di atas 0,00,) maka dapat disimpulkan bahwa
keduanya berdistribusi normal.
b. Uji Linearitas
Uji Linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel bebas yaitu
(Penghayatan Hidup Bakti) dan variabel terikat (Minat Terhadap Panggilan Hidup
Bakti bagi Kaum Muda di Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta)
mempunyai hubungan yang Linear atau tidak. Hasil tersebut dapat dilihat pada
tabel-9 di bawah ini:
Tabel-9 ANOVA Table
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
Penghayatan
Hidup Bakti *
Minat
Terhadap
Panggilan
Hidup Bakti
Between
Groups
(Combined) 11436.784 41 278.946 2.705 .000
Linearity 7249.598 1 7249.598 70.311 .000
Deviation
from
Linearity
4187.186 40 104.680 1.015 .470
Within Groups 6805.095 66 103.108
Total 18241.880 107
Dari hasil output di atas dapat diketahui nilai signifikansi pada Lineritas
sebesar 0,000. Karena signifikansi kurang dari 0.05, sehingga dapat disimpulkan
bahwa antara variabel Penghayatan Hidup Bakti dan variabel Minat Terhadap
Panggilan Hidup Bakti bagi Kaum Muda di Paroki Santo Yohanes Rasul
Pringwulung Yogyakarta terdapat hubungan yang Linear.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
2. Analisis Deskriptif Statistik
Analisis deskriptif statistik digunakan dengan maksud untuk
menggambarkan statistik data, seperti mean, sum, standar deviasi, variance,
range serta untuk mengukur distribusi data dengan skweness dan kurtosis.
Sedangkan analisis frekuensi dugunakan untuk menghitung frekuensi data pada
variabel penghayatan hidup bakti dengan minat terhadap panggilan hidup bakti
bagi kaum muda di paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta.
a. Rangkuman Deskriptif Statistik Variabel Penghayatan Hidup Bakti
Tabel-10 Deskripsi Statistik
Penghayatan Hidup Bakti
N Valid 108
Missing 0
Mean 91.8981
Std. Error of Mean 1.25641
Median 93.0000
Mode 84.00
Std. Deviation 13.05698
Variance 170.485
Skewness -.303
Std. Error of Skewness .233
Kurtosis -.346
Std. Error of Kurtosis .461
Range 62.00
Minimum 55.00
Maximum 117.00
Sum 9925.00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Tabel-10 menjelaskan tentang deskriptif statistik untuk data penghayatan
hidup bakti secara keseluruhan yaitu N adalah jumlah data. Data valid 108 dan
tidak ada yang hilang (missing). Nilai rata-rata (mean) 91,8981, standar deviasi
13,5698. Untuk range 62,00 dengan skor minimum 55,00 dan skor maksimum
117,00 Nilai tengah (median) adalah 93,0000, nilai yang sering muncul (mode)
84,00 dan sum adalah 9925,00. Untuk menentukan frekuensi dan persentase data
variabel penghayatan hidup bakti secara keseluruhan bisa dilihat pada lampiran
analisis frekuensi dengan bantuan SPSS. 20.0 dan hasilnya pada tabel-11 di bawah
ini.
Tabel-11 Analisis Frekuensi
Penghayatan Hidup Bakti Secara Keseluruhan
Kriteria Interval Jumlah Kaum Muda Persentase
Sangat Setuju 100,9 – 120 31 29 %
Setuju 81,7 – 100,8 55 51 %
Netral 62,5 – 81,6 21 19 %
Tidak Setuju 43,3 – 62,4 1 1 %
Sangat Tidak Setuju 24 – 43,2 0 0 %
Jumlah 108 100 %
Pada tabel-11 menunjukkan bahwa penghayatan hidup bakti biarawan-
biarawati terdapat skor maksimal 120, skor minimal 24. Hasilnya sebagai berikut
29 % (31 orang) menyatakan biarawan biarawati menghayati hidup bakti dengan
baik dan masuk dalam kategori sangat setuju, 51 % (55 orang) dengan kategori
setuju, 19 % (21 orang) menyatakan biarawan-biarawati kadang kurang
menghayati hidup bakti dengan baik masuk kategori netral, 1 % (1 orang)
menyatakan biarawan-biarawati tidak menghayati hidup bakti dengan baik masuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
dalam kategori tidak setuju, dan tidak ada orang yang menyatakan sangat tidak
setuju. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa penghayatan dan
kesaksian hidup bakti biarawan-biarawati yang meliputi kaul kemurnian, kaul
kemiskinan dan kaul ketaatan termasuk baik dan tergolong dalam kategori setuju.
Diagram- 1
Penghayatan Hidup Bakti secara Keseluruhan
1) Deskriptitif Statistik Aspek Kaul Kemurnian
Tabel-12 Deskriptif Statistik
Aspek Kaul Kemurnian
N Valid 108
Missing 0
Mean 50.7870
Std. Error of Mean .71647
Median 51.0000
Mode 47.00
Std. Deviation 7.44582
Variance 55.440
Skewness -.379
Std. Error of Skewness .233
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Kurtosis -.030
Std. Error of Kurtosis .461
Range 37.00
Minimum 28.00
Maximum 65.00
Sum 5485.00
Pada tabel 12 aspek kaul kemurnian diketahui N jumlah data valid 108
dengan jumlah instrumen 13. Jumlah mean sebesar 50,7870, median sebesar
51,0000, standar deviasi sebesar 7,44582, range sebesar 37,00 serta mode sebesar
47,00 skor minimum 28,00 skor maksimum 65,00 dan sum sebesar 5485,00. Pada
tabel 13 dan tabel lainnya di bawah ini adalah deskriptif statistik frekuensi, dan
diagram pie mengenai ketiga aspek dari variabel penghayatan hidup bakti dan
variabel minat terhadap panggilan hidup bakti, berdasarkan skor nilai tertinggi
dan nilai terendah.
Tabel-13 Analisis Frekuensi Aspek Kaul Kemurnian
Kriteria Interval Jumlah Kaum Muda Persentase
Sangat Setuju 54,7 - 65 33 30 %
Setuju 44,3 – 54,6 54 50 %
Netral 33,9 – 44,2 19 18 %
Tidak Setuju 23,5 – 33,8 2 2 %
Sangat Tidak Setuju 13 - 23,4 0 0 %
Jumlah 108 100 %
Pada tabel 13 deskripsi frekuensi data aspek kaul kemurnian dengan skor
maksimal 65 dan skor minimal 13. Hasil yang diperoleh sebagai berikut: 30 % (33
orang) menyatakan biarawan-biarawati menghayati dan memberikan kesaksian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
tentang kaul kemurnian dengan sangat baik masuk kategori sangat setuju, 50 %
(54 orang) menyatakan biarawan-biarawati menghayati kaul kemurnian dengan
baik masuk dalam kategori setuju, 18 % (19 orang) menyatakan bahwa kadang
biarawan-biarawati kurang menghayati kaul kemurnian dengan baik dan masuk
kategori netral, 2 % (2 orang) menyatakan biarawan-biarawati tidak menghayati
kaul kemurnian dengan baik masuk kategori tidak setuju dan tidak ada orang yang
menyatakan sangat tidak setuju. Berdasarkan hasil penelitian ini, diketahui bahwa
biarawan-biarawati memberi kesaksian tentang kaul kemurnian dengan baik
masuk kategori setuju.
Diagram-2: Aspek Kaul Kemurnian
2) Deskriptif Statistik Aspek Kaul Kemiskinan
Tabel-14 Deskritif Statistik
Aspek Kaul Kemiskinan
N Valid 108
Missing 0
Mean 26.4167
Std. Error of Mean .49103
Median 27.0000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Mode 32.00
Std. Deviation 5.10291
Variance 26.040
Skewness -.527
Std. Error of Skewness .233
Kurtosis -.120
Std. Error of Kurtosis .461
Range 22.00
Minimum 13.00
Maximum 35.00
Sum 2853.00
Pada tabel 14 aspek kaul kemiskinan diketahui N jumlah data 108 valid
dengan jumlah instrumen 7 butir soal. Jumlah mean sebesar 26,4167, median
sebesar 27,0000, standar deviasi sebesar 5,10291, range sebesar 22,00 serta mode
sebesar 32,00 skor minimum 13,00 skor maksimum 35,00 dan sum sebesar
2853,00.
Tabel-15
Analisis Frekuensi Aspek Kaul Kemiskinan
Kriteria Interval Jumlah Kaum Muda Persentase
Sangat Setuju 29,5 – 35 31 29 %
Setuju 23,9 – 29,4 49 45 %
Netral 18,3 – 23,8 20 19 %
Tidak Setuju 12,7 – 18,2 8 7 %
Sangat Tidak Setuju 7 – 12,6 0 0 %
Jumlah 108 100 %
Pada tabel deskriptif frekuensi aspek kaul kemiskinan terdapat skor
maksimal 35 dan skor minimal 7. Hasil yang diperoleh sebagai berikut: 29 % (31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
orang) menyatakan bahwa biarawan-biarawati menghayati kaul kemiskinan
dengan sangat baik masuk kategori sangat setuju, 45 % (49 orang) menyatakan
biarawan-biarawati menghayati kaul kemiskinan dengan baik masuk dalam
kategori setuju, 19 % (20 orang) menyatakan bahwa kadang biarawan-biarawati
kurang menghayati kaul kemiskinan dengan baik kategori netral, 7 % (8 orang)
menyatakan biarawan-biarawati tidak memberi kesaksian yang baik mengenai
kaul kemiskinan dan termasuk dalam kategori tidak setuju dan tidak ada yang
menyatakan sangat tidak setuju. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
biarawan-biarawati menunjukkan kesaksian yang baik tentang kaul kemiskinan
dengan kategori setuju.
Diagram- 3: Aspek Kaul Kemiskinan
3) Deskriptif Statistik Aspek Kaul Ketaatan
Tabel-16 Deskriptif Statistik
Aspek Kaul Ketaatan
N Valid 108
Missing 0
Mean 14.6944
Std. Error of Mean .18811
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Median 15.0000
Mode 16.00
Std. Deviation 1.95490
Variance 3.822
Skewness .073
Std. Error of Skewness .233
Kurtosis -.101
Std. Error of Kurtosis .461
Range 10.00
Minimum 10.00
Maximum 20.00
Sum 1587.00
Pada tabel 16 aspek kaul ketaatan diketahui bahwa jumlah data (N) 108
valid dengan jumlah instrumen 4. Jumlah mean sebesar 14,6944, median sebesar
15,0000, standar deviasi sebesar 1,95490, range sebesar 10,00 serta mode sebesar
16,00 skor minimum 10,00 skor maksimum 20,00 dan sum sebesar 1587,00.
Tabel-17 Analisis Frekuensi Aspek Kaul Ketaatan
Kriteria Interval Jumlah Kaum Muda Persentase
Sangat Setuju 16,9 – 20 17 16 %
Setuju 13,7 – 16,8 60 55 %
Netral 10,5 – 13,6 29 27 %
Tidak Setuju 7,3 – 10,4 2 2 %
Sangat Tidak Setuju 4 – 7,2 0 0 %
Jumlah 108 100 %
Pada tabel deskripsi frekuensi aspek kaul ketaatan terdapat skor
maksimal 20 dan skor minimal 4. Hasil yang diperoleh sebagai berikut: 16 % (17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
orang) menyatakan bahwa biarawan-biarawati menghayati kaul ketaatan dengan
sangat baik masuk kategori sangat setuju, 55 % (60 orang) menyatakan biarawan-
biarawati menghayati kaul ketaatan dengan baik masuk kategori setuju, 27 % (29
orang) menyatakan bahwa kadang-kadang biarawan-biarawati kurang menghayati
kaul ketaatan dengan baik masuk kategori netral, 2% (2 orang) menyatakan
biarawan-biarawati tidak menghayati kaul ketaatan dengan baik masuk kategori
tidak setuju. Pada kategori sangat tidak setuju tidak ada orang yang memberikan
pendapatnya. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dilihat bahwa rata-rata
biarawan-biarawati menghayati dan memberi kesaksian tentang kaul ketaatan
dengan baik dan tergolong dalam kategori setuju. Keterangan tersebut bisa dilihat
pada diagram 4 aspek kaul ketaatan.
Diagram- 4: Aspek Kaul Ketaatan
b. Rangkuman Deskriptif Statistik Variabel Minat Terhadap Panggilan
Hidup Bakti
Tabel-18 Deskriptif Statistik
Variabel Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti
N Valid 108
Missing 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Mean 83.1574
Std. Error of Mean 1.23706
Median 84.0000
Mode 81.00
Std. Deviation 12.85590
Variance 165.274
Skewness -.014
Std. Error of Skewness .233
Kurtosis .343
Std. Error of Kurtosis .461
Range 71.00
Minimum 43.00
Maximum 114.00
Sum 8981.00
Berdasarkan kriteria klasifikasi deskripsi statistik variabel minat terhadap
panggilan hidup bakti yaitu N (jumlah data) 108 dan jumlah intrumen 24.
Diketahui nilai rata-rata mean 83,1574, standar deviasi 13,1285590, range 71,00
dengan skor minimum 43.00 dan skor maksimum 114.00 Nilai tengah (median)
adalah 84,0000, nilai yang sering muncul (mode) adalah 81,00 dan sum adalah
8981,00.
Tabel-19 Analisis Frekuensi
Variabel Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti
Secara Keseluruhan
Kriteria Interval Jumlah Kaum Muda Persentase
Sangat Setuju 100,9 – 120 10 9 %
Setuju 81,7 – 100,8 48 44 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Netral 62,5 – 81,6 43 40 %
Tidak Setuju 43,3 – 62,4 6 6 %
Sangat Tidak Setuju 24 – 43,2 1 1 %
Jumlah 108 100 %
Pada tabel dekriptif frekuensi variabel minat terhadap panggilan hidup
bakti secara keseluruhan dengan skor maksimal 120, skor minimal 24. Hasilnya
sebagai berikut 9 % (10 orang) menyatakan kaum muda mempunyai minat
terhadap panggilan hidup bakti masuk dalam kategori sangat setuju, 44 % (48
orang) mempunyai minat terhadap panggilan hidup bakti dengan kategori setuju,
40 % (43 orang) menyatakan kadang-kadang mereka kurang berminat dengan
panggilan hidup bakti, masuk kategori netral, 6 % (6 orang) menyatakan tidak
mempunyai minat terhadap panggilan hidup bakti dengan kategori tidak setuju,
dan 1 % (1 orang) menyatakan sama sekali tidak berminat dengan panggilan
hidup bakti masuk dalam kategori sangat tidak setuju.
Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa kaum muda mempunyai minat
terhadap panggilan hidup bakti karena termasuk dalam kategori setuju dan sangat
setuju. Keterangan berikutnya bisa dilihat pada diagram 5 variabel minat terhadap
panggilan hidup bakti.
Diagram-5
Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti secara Keseluruhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
1) Deskriptif Statistik Aspek Rasa Ingin Tahu
Tabel-20 Deskriptif Statistik
Aspek Rasa Ingin Tahu
N Valid 108
Missing 0
Mean 22.8611
Std. Error of Mean .43062
Median 22.5000
Mode 21.00
Std. Deviation 4.47518
Variance 20.027
Skewness .116
Std. Error of Skewness .233
Kurtosis .076
Std. Error of Kurtosis .461
Range 25.00
Minimum 10.00
Maximum 35.00
Sum 2469.00
Pada tabel 20 aspek rasa ingin tahu diketahui bahwa N jumlah data valid
108 dengan jumlah instrumen 7. Jumlah mean sebesar 22,8611, median sebesar
22,5000, standar deviasi sebesar 4,47518, range sebesar 25,00 serta mode sebesar
21,00 skor minimum 10,00 skor maksimum 35,00 dan sum sebesar 2569,00.
Tabel di bawah ini adalah hasil analisis frekuensi aspek rasa ingin tahu
berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan per aspek dari variabel minat terhadap
panggilan hidup bakti, dengan kalsifikasi sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Tabel-21
Analisis Frekuensi Aspek Rasa Ingin Tahu
Kriteria Interval
Jumlah Kaum
Muda Persentase
Sangat Setuju 32 - 35 5 5 %
Setuju 26 – 31 26 24 %
Netral 20 – 25 51 47 %
Tidak Setuju 14 – 19 25 23 %
Sangat Tidak Setuju 7 – 13 1 1 %
Jumlah 108 100 %
Pada tabel deskriptif frekuensi aspek rasa ingin tahu terdapat skor
maksimal 35 dan skor minimal 7. Hasil yang diperoleh sebagai berikut: 5 % (5
orang) menyatakan bahwa ingin mengetahui tentang kehidupan membiara atau
hidup bakti tergolong dalam kategori sangat setuju, 24 % (26 orang) menyatakan
ingin tahu mengenai panggilan hidup bakti dengan kategori setuju, 47 % (51
orang) kadang-kadang kurang ingin mengetahui panggilan hidup bakti biarawan-
biarawati dan masuk kategori netral, 23 % (25 orang) tidak ingin mengetahui
panggilan hidup bakti dengan kategori tidak setuju dan 1 % (1 orang) sama sekali
tidak ingin mengetahui panggilan hidup bakti masuk kategori sangat tidak setuju.
Hasil deskripsi frekuensi tersebut menujukkan bahwa kaum muda dalam
aspek rasa ingin tahu tentang panggilan hidup bakti merasa kadang-kadang kurang
ingin mengetahuinya. Pada tabel 6 diagram pie di bawah ini mengenai hasil
persentase frekuensi aspek rasa ingin tahu dari variabel minat terhadap panggilan
hidup bakti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Diagran- 6: Aspek Rasa Ingin Tahu
2) Deskriptif Satistik Aspek Sumber Motivasi
Tabel-22 Deskriptif Statistik
Aspek Sumber Motivasi
N Valid 108
Missing 0
Mean 14.7870
Std. Error of Mean .19954
Median 15.0000
Mode 15.00
Std. Deviation 2.07365
Variance 4.300
Skewness -.581
Std. Error of Skewness .233
Kurtosis .363
Std. Error of Kurtosis .461
Range 11.00
Minimum 8.00
Maximum 19.00
Sum 1597.00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Pada tabel 22 deskriptif aspek sumber motivasi menunjukkan bahwa
jumlah data (N) 108 dengan jumlah instrumen 4. Diketahui rata-rata nilai mean
14,7870, standar deviasi 2,07365. Untuk range adalah 11,00 dengan skor
minimum 8,00 dan skor maksimum 19,00 Nilai tengah (median) 15,00 nilai yang
sering muncul (mode) adalah 15,00 dan sum 1597,00. Pada tabel 23 di bawah ini
adalah hasil analisis frekuensi aspek sumber motivasi.
Tabel-23 Analisis Frekuensi Aspek Sumber Motivasi
Kriteria Interval Jumlah Kaum Muda Persentase
Sangat Setuju 16,9- 20 22 20 %
Setuju 13,7 – 16,8 60 56 %
Netral 10,5 – 13,6 23 21 %
Tidak Setuju 7,3 – 10,4 3 3 %
Sangat Tidak Setuju 4 – 7,2 0 0 %
Jumlah 108 100 %
Pada tabel deskriptif frekuensi aspek sumber motivasi terdapat skor
maksimal 20 dan skor minimal 4. Hasil yang diperoleh sebagai berikut: 20 % (22
orang) menyatakan bahwa kesaksian hidup biarawan-biarawati menjadi sumber
motivasi bagi kaum muda termasuk kategori sangat setuju, 56 % (60 orang)
menyatakan bahwa kesaksian hidup bakti biarawan-biarawati memberi sumber
motivasi bagi kaum muda dan masuk kategori setuju, 21 % (23 orang) kaum muda
menyatakan bahwa kesaksian hidup biarawan-biarawati kadang kurang memberi
sumber motivasi bagi mereka dengan kategori nertal, 3 % (3 orang) kaum muda
menyatakan bahwa kesaksian hidup biarawan-biarawati tidak menjadi sumber
motivasi bagi hidup mereka dan masuk dalam kategori tidak setuju dan tidak ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
kaum muda yang menyatakan kesaksian hidup biarawan-biarawati sama sekali
tidak memberi sumber motivasi bagi hidup mereka dan juga untuk panggilan
hidup bakti.
Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa rata-rata kesaksian hidup
biarawan-biarawati memberi sumber motivasi bagi hidup mereka. Keterangan
berikutnya bisa dilihat pada diagram 7 aspek sumber motivasi.
Diagram-7 Aspek Sumber Motivasi
3) Deskriptif Statistik Aspek Rasa Senang
Tabel-24 Deskriptif Statistik
Aspek Rasa Senang
N Valid 108
Missing 0
Mean 19.0370
Std. Error of Mean .30823
Median 19.0000
Mode 17.00
Std. Deviation 3.20317
Variance 10.260
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Skewness -.119
Std. Error of Skewness .233
Kurtosis .032
Std. Error of Kurtosis .461
Range 16.00
Minimum 9.00
Maximum 25.00
Sum 2056.00
Pada tabel 24 deskriptif statistik aspek rasa senang menunjukkan bahwa
N jumlah data 108 dan 5 butir soal diketahui nilai rata-rata aspek rasa senang
(mean) sebesar 19,0370, standar deviasi 3,20317. Untuk range adalah 16,00
dengan skor minimum adalah 9,00 dan skor maksimum adalah 25,00 Sedangkan
nilai tengah (median) adalah 19,0000, nilai yang sering muncul (mode) adalah
17,00 dan sum adalah 2056,00. Pada tabel 18 dan diagram 25 di bawah ini adalah
hasil analisis frekuensi aspek rasa senang.
Tabel-25 Analisis Frekuensi Aspek Rasa Senang
Kriteria Interval Jumlah Kaum Muda Persentase
Sangat Setuju 22 – 25 20 18 %
Setuju 18 – 21 52 48 %
Netral 14 - 17 31 29 %
Tidak Setuju 10 - 13 4 4%
Sangat Tidak Setuju 5 – 9 1 1 %
Jumlah 108 100 %
Pada aspek rasa senang terdapat skor maksimal 25 dan skor minimal 9.
Hasilnya sebagai berikut: 18 % (20 orang) menyatakan sangat senang dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
panggilan hidup bakti dengan kategori sangat setuju, 48 % (52 orang) menyatakan
senang dengan panggilan hidup bakti masuk kategori setuju, 29 % (31 orang)
menyatakan kadang-kadang merasa kurang senang dengan panggilan hidup bakti
masuk kategori netral, 4 % (4 orang) menyatakan tidak senang dengan panggilan
hidup bakti masuk kategori tidak setuju, 1 % (1 orang) menyatakan sangat tidak
senang dengan panggilan hidup bakti dengan kategori sangat tidak setuju.
Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan kaum muda merasa senang
dengan panggilan hidup bakti dan termasuk dalam kategori setuju dan sangat
setuju. Keterangan berikutnya bisa dilihat pada diagram 8 aspek rasa senang.
Diagram-8 Aspek Rasa Senang
4) Deskriptif Statistik Aspek Rasa Tertarik
Tabel-26 Deskriptif Statistik
Aspek Rasa Tertarik
N Valid 108
Missing 0
Mean 26.4722
Std. Error of Mean .52001
Median 27.0000
Mode 27.00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Std. Deviation 5.40415
Variance 29.205
Skewness -.154
Std. Error of Skewness .233
Kurtosis .572
Std. Error of Kurtosis .461
Range 29.00
Minimum 11.00
Maximum 40.00
Sum 2859.00
Pada tabel 26 deskripsi aspek rasa tertarik menunjukkan bahwa N jumlah
data 108 dan 8 butir soal diketahui nilai rata-rata aspek rasa tertarik sebesar
(mean) 26,4722, standar deviasi 5,40415. Untuk range adalah 29,00 dengan skor
minimum 11,00 dan skor maksimum 40,00 Sedangkan nilai tengah (median)
adalah 27,0000, nilai yang sering muncul (mode) adalah 27,00 dan sum adalah
2859,00. Pada tabel 27 di bawah ini hasil anasis frekuensi aspek rasa tertarik.
Tabel-27 Analisis Frekuensi Aspek Rasa Tertarik
Kriteria Interval Jumlah Kaum Muda Persentase
Sangat Setuju 33,7 - 40 8 8 %
Setuju 27,3 – 33,6 37 34 %
Netral 20,5 – 27,2 52 48 %
Tidak Setuju 14,5 – 20,8 9 8 %
Sangat Tidak Setuju 8 – 14,4 2 2 %
Jumlah 108 100 %
Pada aspek rasa tertarik diperoleh skor maksimal 40 dan skor minimal 8.
Hasilnya sebagai berikut: 8 % (8 orang) menyatakan sangat tertarik dengan
panggilan hidup bakti dengan kategori sangat setuju, 34 % (37 orang) menyatakan
merasa tertarik dengan panggilan hidup bakti dengan kategori setuju, 48 % (52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
orang) menyatakan kadang kurang tertarik dengan panggilan hidup bakti dengan
kategori netral, 8 % (9 orang) menyatakan tidak tertarik dengan panggilan hidup
bakti termasuk kategori tidak setuju dan 2 % (2 orang) menyatakan sangat tidak
tertarik dengan panggilan hidup bakti dengan kategori sangat tidak setuju.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat dikatakan kaum muda
merasa kadang-kadang kurang tertarik dengan panggilan hidup bakti masuk
kategori netral dengan jumlah persentase cukup banyak yaitu 48 % (52 orang).
Keterangan mengenai persentase tersebut dapat dilihat pada diagram 9 aspek rasa
tertarik.
Diagram-9 Aspek Rasa Tertarik
3. Analisis Korelasi
Tabel-28 Analisis Correlations
Variabel Penghayatan Hidup Bakti dan Variabel Minat terhadap
Panggilan Hidup Bakti
Penghayatan
Hidup Bakti
Minat Terhadap
Panggilan Hidup
Bakti
Penghayatan Hidup
Bakti
Pearson
Correlation
1 .630**
Sig. (2-tailed) .000
N 108 108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Minat Terhadap
Panggilan Hidup Bakti
Pearson
Correlation
.630**
1
Sig. (2-tailed) .000
N 108 108
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Pada tabel di atas terdapat korelasi antara penghayatan hidup bakti dan
minat kaum muda terhadap panggilan hidup bakti sebesar 0,630 dengan nilai
signifikansi 0,000. Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang cukup
nyata dan signifikan antara penghayatan hidup bakti dengan minat kaum muda
terhadap panggilan hidup bakti.
B. Hasil Wawancara dengan Kaum Muda
Peneliti dalam penelitian ini mewawancarai 7 orang kaum muda di
paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta untuk melengkapi hasil
kuesioner yang sudah diisi oleh responden. Hasil wawancara dapat dilihat pada
tabel di bawah ini dan lampiran.
Tabel. 29
Hasil Wawancara dengan Kaum Muda
Pertanyaan Jawaban Responden
1. Bagaimana
pengalamanmu
mengenai
penghayatan hidup
bakti biarawan-
biarawati?
Responden A
Sejak SD sampai SMA saya sudah kenal dengan
suster, romo dan beruder. Waktu SD suster-suster
yang mengajar kami. Suster-suster yang mengajar
kami itu ramah, dan mengayomi anak-anak. Pada jam
istirahat kalau susternya lewat depan kelas pasti
menyapa kami. Ketika SMA ada bruder yang
mengajar kami. Saya malah kenal dengan biarawan-
biarawati karena ada bruder ikut mendampingi kami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
pada saat mengikuti kegiatan camping maupun
kegiatan lain seperti pada waktu itu disebut
kelompok ikatan siswa-siswi katolik antar sekolah-
sekolah di tempat saya sekolah dulu. Saya melihat
bruder enjoy, asyik dan menyenangkan saat berada
diantara teman-teman.
Responden B
Saya mengenal biarawan biarawati itu pada saat saya
mengikuti sekolah minggu. Saya senang melihat
suster, frater saat mengajar. Saya melihat biarawan-
biarwati itu hidupnya tenang mungkin karena sudah
niat mempersembahkan diri pada Tuhan. Ketika saya
bertemu di asrama milik suster saya disambut baik
sekali oleh suster, ditanya bagaimana kabar saya dan
sebagainya. Saya merasa senang karena susternya
masih kenal dan ingat nama saya. Sejak kecil saya
sudah mengenal biarawan-biarawati karena orang tua
saya aktif di lingkungan dan di gereja sehingga saya
tidak merasa asing jika ada kegiatan yang melibatkan
romo dalam mendampingi kami di EKM maupun
pendampingan di kampus.
Responden C
Kagum, salut, senang dengan suster, bruder, romo,
frater, yang memberi pelajaran agama, yang benar-
benar menguatkan iman, terutama pelajaran agama.
Saya kagum dengan biarawan-biarawati yang berani
hidup membiara dengan meninggalkan kelurga.
Bahkan ketika masih sekolah, saya pernah tertaik,
pengin sekali untuk hidup sebagai romo dan bahkan
sudah sampe nginap di biara selama tiga hari. Sejauh
pengalamanku biarawan-biarawati itu ramah dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
suka menyapa saat bertemu entah di pasar atau pun di
lingkungan.
2. Bagaimana
kesaksian hidup
bakti biarawan-
biarawati dalam
menghayati kaul
kemurnian, kaul
kemiskinan dan
kaul ketaatan dalam
melaksanakan
tugas-tugas mereka?
Responden A
Saya melihat biarawan-biarawati hidupnya sederhana
apa adanya dan bisa dilihat secara langsung yaitu
pakaiannya. Meskipun pakaian hanya itu-itu saja
namun bahagia dalam hidup. Ada juga biarawan-
biarawati yang tidak bisa hidup sederhana seperti
saya lihat ada romo, kalau ke rumah makan pasti beli
makanan yang terbilang mahal, punya mobil yang
bagus dan handphone yang tidak kalah saing dengan
umat. Pikiran saya mungkin saja agar tidak kalah
saing dengan umat. Kalau soal kaul kemurnian, saya
melihat ada bairawan-biarwati bisa bertahan dengan
hidup menyendiri dan bisa berkarya dengan gembira.
Tetapi ada juga biarawan-biarawati yang melanggar
kaul kemurnian itu, dengan punya relasi yang khusus
dengan orang tertentu dan bisa membahayakan
panggilan.
Responden B
Kalau selama ini saya melihat biarawan-biarawati itu
menghayati hidup bakti dengan mudah. Mereka
sangat menikmati hidupnya meskipun itu tidak
mudah. Kadang-kadang dengan melihat mereka
sangat menikmati hidupnya itu yang membuat saya
jadi berangan-angan, mereka saja bisa kok kenapa
kadang saya tidak bisa menikmati hidup saya dengan
enjoy. Paling tidak saya bisa berkaca dari biarawan-
biarawati ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Responden C
Sejauh pengalaman saya biarawan-biarawati hidup
apa adanya, mereka memiliki barang-barang duniawi
seperti handphone, laptop tetapi itu mereka
pergunakan dengan baik dan saya belum pernah
melihat suster bruder, frater dan romo memiliki
barang-barang mewah seperti mobil handphone dan
lainnya seperti istilah orang zaman sekarang hidup
glamor dengan tampilan dari luar. Justru saya malah
merasa sah-sah saja kalau mereka punya sarana
seperti handphone dan mobil kan untuk membantu
tugas pelayanan, saya melihat biarawan-biarawati
bijaksana kok dalam menggunakannya.
3. Apakah kamu
mempunyai minat
terhadap panggilan
hidup bakti?
Mengapa? Faktor
apa saja yang
membuat kamu
berminat dengan
panggilan hidup
bakti?
Responden A
Ya, saya pernah tertarik dengan panggilan hidup
bakti karena melihat biarawan-biarawati yang
hidupnya disiplin, ramah dan momen yang membuat
saya merasa tersentuh pada saat menjadi misdinar,
saya melihat romo memimpin misa saat berada di
depan altar. Dari situ saya merasa tertarik. Tetapi
ketika saya mau memutuskan untuk mendaftar masuk
biara, saya merasa ada ketakutan dalam diri saya,
apakah nanti saya bisa menjalani hidup sendiri atau
tidak. Kadang-kadang saya berpikir sendiri dan harus
memantapkan diri atau menata hati dulu.
Responden B
Pernah tertarik menjadi romo, karena mendapat
inspirasi dari kehidupan suster-suster yang hidupnya
tenang dan menikmati hidupnya itu. Alasan lain lagi
karena orang tua saya aktif dan rajin terlibat dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
kegiatan di Gereja dan lingkungan. Hanya saja pada
waktu itu saya belum berani menyampaikan itu
kepada orang tua dan itu menjadi pertimbangan saya
sendiri.
Responden C
Dulu ketika SMA saya tertarik ingin menjadi romo.
Ketika lulus SMA saya mendaftar ke biara Xaverian.
Tiga hari saya menginap di biara bersama para romo.
Namun tidak lama saya memutuskan untuk keluar.
Untuk saat ini saya belum punya minat lagi untuk
jadi pastor. Entah kenapa saya tidak berminat,
mungkin bukan panggilan saja atau memang belum.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Uji Normalitas dan Uji Linearitas
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti lewat penyebaran kuesioner
kepada kaum muda di paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta,
setelah dianalisis, membuktikan bahwa uji normalitas dan uji linearitas terpenuhi.
Hasil uji normalitas dengan menggunakan mentode Lilliefors diketahui data
berdistribusi normal karena nilai signifikansinya ˃ 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
Uji linearitas menggunakan Test Of Linearity untuk melihat hubungan
secara linear antara variabel penghayatan hidup bakti dan variabel minat kaum
muda terhadap panggilan hidup bakti mempunyai hubungan yang linear atau
tidak. Hasil yang diperoleh adalah terdapat hubungan yang linear antara variabel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
penghayatan hidup bakti dan minat terhadap panggilan hidup bakti dengan nilai
signifikansi ˂ 0,05.
2. Variabel Penghayatan Hidup Bakti
Hasil analisis deskriptif variabel penghayatan hidup bakti secara
keseluruhan menunjukkan bahwa rata-rata kaum muda mengalami biarawan-
biarawati menghayati hidup bakti dengan baik dan masuk dalam kategori setuju.
Hal tersebut diperkuat dengan deskripsi setiap aspek dari variabel penghayatan
hidup bakti biarawan-biarawati yang meliputi aspek kaul kemurnian, kemiskinan
dan kaul ketaatan.
a. Aspek Kaul Kemurnian
Pada asepek kaul kemurnian biarawan-biarawati menghayati kaul dengan
baik terdapat persentase 50 % (54 orang) masuk dalam kategori setuju. Artinya
bahwa biarawan-biarawati menghayati dan memberi kesaksian akan kaul
kemurnian dengan baik yaitu dengan menujukkan sikap gembira, dewasa dalam
menjalin relasi dengan sesama dan total dalam pelayanan di tengah masyarakat
terutama kepada mereka yang miskin, menderita, difabel dengan tidak membeda-
bedakan orang. Kesaksian hidup biarawan-biarawati ini bagi kaum muda sangat
baik dan berharga bagi hidup mereka di zaman ini yang penuh dengan kemajuan
teknologi komunikasi yang semakin mendunia.
b. Aspek Kaul Kemiskinan
Pada aspek kaul kemiskinan kaum muda melihat biarawan-biarawati
memberi kesaksian yang baik dengan persentase 45 % (49 orang) masuk kategori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
setuju. Hasil ini menjukkan bahwa biarawan-biarawati dalam padangan kaum
muda berdasarkan pengalaman mereka, biarawan-biarawati mampu meneladan
hidup Yesus yang miskin, sederhana dan penuh totalitas dalam pelayanan
terutama kepada mereka yang miskin, tertindas, dan menderita lewat karya
kerasulan tarekat.
c. Aspek Kaul Ketaatan
Pada aspek kaul ketaatan terdapat persentase yang cukup banyak yaitu
55% (60 orang) masuk kategori setuju. Hasil ini menunjukkan bahwa biarawan-
biarawati mendapat tanggapan yang baik dari kaum muda bahwa melalui
kesaksian hidupnya, dapat melaksanakan dengan setia tugas perutusan yang
dipercayakan padanya dengan sukacita dan menunjukkan rasa tanggung jawab
dalam menjalaninya.
Biarawan-biarawati hidup bakti secara khusus menjadikan semangat
Injili sebagai pilihan hidup yang dihayati secara total, radikal, dan konsekuen
dengan hati yang tidak terbagi dan terpusat pada Tuhan, dan ditandai dengan
pengikraran kaul-kaul. Ketiga kaul ini adalah bentuk nyata sebagai perlawanan
terhadap budaya gila harta, kehormatan, dan kekuasaan. Dengan ketiga kaul ini,
biarawan-biarawati hidup bakti belajar untuk tidak mencari kenikmatan dunia ini,
tetapi lebih mau meyerahkan diri kepada Tuhan lewat tugas perutusan yang
diberikan tarekat.
Kesaksian hidup biarawan-biarawati dalam melaksanakan tugas
perutusan ditunjukkan dengan sikap gembira, totalitas, menjalin relasi yang baik
tanpa membeda-bedakan, menerima tugas apa pun yang diberikan sebagai wujud
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
cintanya pada Tuhan yang tentunya sangat menentukan mutu penghayatan hidup
kaul menurut nasihat Injil. Kesaksian hidup biarawan-biarawati itu terbukti bahwa
hidupnya sesuai dengan janji kaul yang telah diikrarkan kepada Tuhan dan
disaksikan oleh pihak gereja dan para penanggung jawab konggregasi serta umat
yang hadir dalam perayaan liturgi prasetya pertama dan prasetya kekal.
3. Variabel Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti
a. Aspek Rasa Ingin Tahu
Pada aspek rasa ingin tahu, kaum muda kadang-kadang merasa ingin
mengetahui panggilan hidup bakti dan kadang tidak ingin mengetahui panggilan
hidup bakti melalui media kumunikasi seperti: internet, majalah serta proaktif
ikut terlibat dalam kegiatan aksi panggilan, rekoleksi kaum muda serta proaktif
bertanya pada biarawan-biarawati. Hal ini diperkuat dengan hasil analisis data
terdapat presentase 47 (51 orang) masuk dalam kategori netral. Faktor lain yang
mempengaruhi rasa ingin tahu kaum muda mengenai panggilan hidup bakti telah
dipaparkan pada kajian pustaka bab dua bahwa minat dinyatakan dalam sikap
terhadap kegiatan-kegiatan yang ditimbulkan minat. Dalam hal ini aspek afektif
minat berkembang dari pengalaman pribadi, dari sikap orang yang penting yaitu
orang tua, guru dan teman-teman terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat
tersebut, dan dari sikap yang dinyatakan atau tersirat dalam berbagai bentuk
media massa dan lainnya. Jika kaum muda mempunyai pengalaman atau
hubungan yang menyenangkan dengan biarawan-biarawati maka ia
mengembangkan sikap yang positif terhadap kehidupan membiara biarawan-
biarawati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
b. Aspek Sumber Motivasi
Pada aspek sumber motivasi kaum muda menemukan dalam diri
biarawan-biarawati sikap disiplin, rajin yang menjadi sumber inpirasi dan
motivasi bagi hidup mereka. Data deskripsi yang memperkuat pernyataan ini
terdapat persentase 56 % (60 orang) masuk kategori setuju.
c. Aspek Rasa Senang
Pada aspek rasa senang kaum muda merasa senang dengan melihat jubah
yang digunakan oleh biarawan-biarawati, rajin mengunjungi umat, mengadakan
kegiatan rekoleksi. Hasil analisis deskriptif aspek sumber motivasi tersebut
terdapat persentase 48 % (52 orang ) masuk kategori setuju.
d. Aspek Rasa Tertarik
Pada aspek rasa tertarik terdapat persentase 48 % (52 orang) masuk
kategori netral. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kaum muda kadang-kadang
teratrik dan kadang-kadang kurang tertarik dengan panggilan hidup bakti. Jika
kaum muda merasa senang dengan panggilan hidup bakti maka ia akan berusaha
untuk mencari tahu tentang panggilan hidup bakti, namun sebaliknya jika ia tidak
senang maka ia tidak tertarik untuk mengetahui tentang panggilan hidup bakti.
Minat kaum muda terhadap panggilan hidup bakti juga tergantung pada kesiapan
belajar dan kesempatan untuk belajar pada lingkungan. Jika individu mempunyai
minat sebelum mereka siap secara fisik dan mental dan dengan bertambah luasnya
lingkup sosial, mereka menjadi tertarik pada minat orang di luar rumah yang
mulai mereka kenal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Berdasarkan hasil deskripsi analisis variabel minat terhadap panggilan
hidup bakti secara keseluruhan rata-rata kaum muda mempunyai minat terhadap
panggilan hidup bakti. Melalui kesaksian hidup yang makin baik maka semakin
banyak kaum muda yang berminat dengan panggilan hidup bakti.
Minat merupakan suatu perangakat mental atau kecenderungan dari
dalam diri setiap orang untuk mengetahui apa yang dirasakan mengesan,
menyenangkan, menguntungkan, bermakna, dan bernilai, memberi sumber
motivasi untuk melakukan apa yang mereka inginkan, terdorong untuk melakukan
apa pun untuk mencapainya. Kesaksian hidup biarawan-biarawati secara
keseluruhan dalam bertutur kata, dalam membangun relasi kerjasama yang baik
dengan siapa pun, tidak membuat perbedaan terhadap sesama yang dilayani, ikut
serta dalam kegiatan paroki dan lingkungan yang merupakan model yang tidak
secara langsung menjadi objek yang menarik, menjadi sumber motivasi, membuat
kaum muda merasa senang dan tertarik untuk mengetahui dan mencari informasi
serta mendalaminya lebih jauh tentang panggilan hidup bakti.
4. Korelasi Penghayatan Hidup Bakti dengan Minat Kaum Muda Terhadap
Panggilan Hidup Bakti
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat hubungan nyata antara
Penghayatan Hidup Bakti variabel (X) teruji kebenaran hipotesis alternatif (Ha)
dengan variabel (Y) Minat terhadap Panggilan Hidup Bakti bagi Kaum Muda di
Paroki Santo Yohanes Rasul Prinwulung Yogyakarta dengan nilai signifikansi
sebesar 0,000 ˂ 0,005. Maka Hipotesis nihil (Ho) dalam kajian pustaka bab II
ditolak yaitu tidak ada Hubungan antara Penghayatan Hidup Bakti dengan Minat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Terhadap Panggilan Hidup Bakti bagi Kaum Muda di Paroki Santo Yohanes
Rasul Pringwulung Yogyakarta. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
antara penghayatan hidup bakti dengan minat kaum muda terhadap panggilan
hidup bakti.
Hasil penelitian melalui analisis korelasi membuktikan bahwa besar
hubungan antara Penghayatan Hidup Bakti dengan Minat terhadap Panggilan
Hidup Bakti Kaum Muda di Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung
Yogyakarta adalah 0,630. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang cukup erat
antara penghayatan hidup bakti dengan minat terhadap panggilan hidup bakti.
Data hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin baik penghayatan hidup bakti
maka semakin meningkat jumlah kaum muda yang berminat terhadap panggilan
hidup bakti. Dari data tersubut terjadi hubungan yang positif antara variabel
penghayatan hidup bakti dengan variabel minat terhadap panggilan hidup bakti.
Hasil yang diperoleh memberi gambaran mengenai keeratan hubungan
antara variabel penghayatan hidup bakti dengan variabel minat terhadap panggilan
hidup bakti bagi kaum muda di paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung
Yogyakarta. Data hasil wawancara dengan kaum muda, menunjukkan bahwa
biarawan-biarawati menghayati hidup baktinya dengan baik melalui kehadirannya
dalam karya perutusan serta kesaksian hidupnya yang dapat memberi motivasi,
inspirasi bagi mereka. Selain hasil penelitian yang menunjukkan hubungan antara
kedua variabel tersebut, ada faktor lain dari minat kaum muda yang berhubungan
dengan panggilan hidup bakti yaitu minat terhadap panggilan hidup bakti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
merupakan anugerah cuma-cuma dari Allah. Allah-lah yang berinisiatif
memanggil setiap orang dan kepada setiap pribadi untuk mengikuti-Nya sebagai
biarawan-biarawati. Oleh karena itu dibutuhkan kepekaan hati untuk melihatnya,
memahami dan menanggapinya.
D. Refleksi Kateketis.
1. Pengertian Katekese
Anjuran Apostolik Yohanes Paulus II tentang katekese masa kini yaitu
dalam art. 18 tentang katekese adalah pembinaan anak-anak, kaum muda dan
orang-orang dewasa dalam iman, dan penyampaian ajaran Kristen, yang diberikan
secara organis dan sistematis dengan maksud mengantar peserta memasuki
kepenuhan hidup Kristen. Dari pengertian tersebut katekese adalah usaha-usaha
dari pihak Gereja untuk menolong umat agar semakin memahami, menghayati
dan mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-hari. Katekese dipahami
sebagai bagian utuh pastoral Gereja dan memiliki hubungan erat dengan
evangelisasi baru. Arah utama seluruh kegiatan pastoral Gereja adalah demi
pembangunan hidup umat. Tujuan utama katekese adalah pengembangan hidup
beriman umat agar secara bersama-sama ikut berjuang mewujudkan nilai-nilai
Kerajaan Allah di tengah-tengah hidup manusia.
Dalam semua karya pastoral yang diusahakan oleh Gereja diarahkan agar
semua umat makin mengasihi dan mengimani Yesus Kristus sebagai jantung dan
hati umat beriman Kristiani. Karena itu, arah evangelisasi dan katekese adalah
membantu umat supaya menjadikan Yesus Kristus sebagai acuan hidup baik
secara pribadi maupun komuniter (CT. 5). Arah evangelisasi adalah membantu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
umat supaya lebih mengenal, mengasihi dan mengikuti Yesus Kristus dari hari ke
hari, seperti Kristus lebih dulu telah menjukkan kasih-Nya itu kepada manusia
melalui sengsara wafat dan bangkit demi keselamatan semua umat manusia.
Evangelisasi bukan membawa umat untuk masuk ke dalam Gereja tetapi lebih-
lebih mendorong umat supaya berdasar imannya memberikan kesaksian konkret
di tengah-tengah hidup masyarakat agar kehadiran umat sungguh mendatangkan
berkat bagi sesama di sekitarnya.
Seluruh umat pada prinsipnya secara bersama-sama ikut memiliki
katekese dan sungguh-sungguh secara aktif bertanggung jawab terhadap
perkembangan katekese. Di samping itu, seluruh segi hidup dan kegiatan umat
dapat bernilai kateketis. Komunitas umat beriman mejadi asal, tempat dan tujuan
katekese. Komunitas mencakup keluarga, lingkungan, sekolah, dan gerakan umat
lainnya bekerjasama dalam membangun iman umat.
2. Biarawan-Biarawati Hidup Bakti sebagai Ketekis
Seperti Kristus melaksanakan karya penebusan dalam kemiskinan dan
penganiayaan, begitu pula Gereja dipanggil untuk menyalurkan buah-buah
keselamatan kepada manusia (LG. 8, 9). Dalam hal ini terdapat dalam (Luk 19:10;
18), Kristus diutus oleh Allah untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-
orang miskin, menyembuhkan mereka yang putus asa, mencari dan
menyelamatkan yang hilang.
Dalam Injil Matius 28:19 berbicara mengenai semua umat yang telah
dibaptis menjadi murid-murid yang dipanggil dan diutus. Artinya semua orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
yang telah dibaptis apapun kedudukannya dalam Gereja atau tingkat pendidikan
adalah pelaku-pelaku evangelisasi.
Di dalam konteks ini, setiap pribadi perlu menyadari bahwa semua
kegiatan karya kerasulan dan bentuk keterlibatan di paroki dapat bernilai
kateketis. Karena itu, setiap anggota yang dengan sepenuh hati menghayati
imannya dan mengambil bagian secara aktif di dalam kegiatan beriman umat
dapat berperan sebagai “katekis”. Kesaksian iman umat tersebut meneguhkan,
memberi ilham, memperkaya dan mendorong sesama umat untuk juga
berkembang di dalam iman. Seluruh kehidupan dan pelayanan bernilai katekis. Ini
cocok dengan katekese umat yang Kristosentris. Artinya katekese benar-benar
dari, oleh dan untuk umat.
3. Aspek Katekis dalam Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti
Kaum muda pada zaman ini, hidup dalam konteks budaya globalisasi.
Kehadiran globalisasi membawa banyak kemudahan. Salah satu contoh dampak
dari kehadiran globalisasi seperti kemajuan teknologi komunikasi dapat
membantu orang dalam membangun relasi dan berkomonikasi, serta memberi
banyak informasi mengenai pengetahuan dalam hidup. Kehadiran dan kesaksian
hidup biarawan-biarawati berjalan seiring dengan budaya globalisasi tersebut.
Sangat menarik bahwa di tengah maraknya budaya globalisasi ini, kesaksian
hidup biarawan-biarawati tidak terlepas dari tugasnya sebagai ketekis sekaligus
sebagai pewarta dapat membantu kaum muda zaman ini dengan berbagai kegiatan
pastoral baik di sekolah, di Gereja, dan di mana pun serta didukung pula dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
kesaksian hidup yang baik sehingga kehadirannya bermakna dan bisa
menginspirasi hidup orang lain.
Kesaksian hidup yang baik merupakan tindakan awal pewartaan Injil.
Kehadiran semua umat, lebih-lebih biarawan-biarawati hidup bakti yang
menunjukkan sikap saling berbagi, kesetiakawanan, juga merupakan unsur hakiki
dan pada umumnya itu yang pertama ditunjukan dalam pewartaan Injil. Semua
orang Kristiani dipanggil untuk memberi kesaksian itu, dan dengan demikian
mereka dapat menjadi pewarta Injil yang sejati. Kerygma atau pewartaan adalah
salah satu dari tugas Gereja bagi semua umat yang sudah dibaptis. Kerygma,
dalam konteks yang lebih luas dapat juga berarti kemampuan untuk melihat setiap
persoalan dalam perspektif iman. Hanya iman yang tanggap yang akan mampu
mewujudkan bukti nyata membantu di dalam memaknai permasalahan hidup.
Begitu pula dengan minat terhadap panggilan hidup bakti terjadi karena
pengalaman pribadi sesorang terhadap apa yang dilihat dan dialami. Pengalaman
pribadi itu dialami dalam lingkup keluarga, sekolah dan sebaginya. Jika kesaksian
hidup yang makin baik dari keluarga, lingkungan sosial, dan sekolah, akan
menguntungkan bagi mereka yang menyaksikan, khususnya kaum muda yang
cenderung merasa terdorong untuk mengikutinya. Justru sebaliknya tidak maka ia
akan melupakan karena tidak menguntungkan bagi dirinya.
Minat mulai tumbuh karena pengalaman pribadi seseorang dengan objek
yang mempengaruhinya. Objek yang dimaksudkan adalah kesaksian hidup
biarawan-biarawati yang ramah, gembira, rajin, disiplin, jujur dan membantu
orang tanpa membeda-bedakan. Minat terhadap panggilan hidup bakti terjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
karena dukungan dari keluarga. Dalam hal ini orang tua juga ikut berperan serta
dalam memberikan kesaksian hidup yang baik dan ada relasi kerjasama yang baik
antara biarawan-biarawati hidup bakti dengan keluarga. Jika orang tua
mempunyai perhatian terhadap kehidupan membiara maka anak pun akan
meneladan orang tuanya.
Kesaksian hidup bakti biarawan-biarawati dan keluarga serta pihak
sekolah mempunyai peranan penting dalam menumbuhkan minat terhadap
panggilan hidup bakti dalam diri kaum muda. Mutu keberhasilan seseorang atau
komunitas baik keluraga dan komunitas biara dalam suatu karya perutusan, dan
bertambahnya minat terhadap panggilan hidup bakti terletak dalam mutu hidup
rohani setiap pribadi dalam menghayati hidupnya baik sesebagai biarawan-
biarawati dan sebagai orang tua dan anak-anak. Pengalaman penulis selama ini,
sebagai calon katekis dan sekaligus sebagai biarawati menyadari bahwa kehadiran
dan perjumpaan dengan sesama serta dalam kegiatan apa pun, ada unsur kesaksian
hidup yang didukung pula dengan pendekatan secara rutin dengan simpatisan
kaum muda yang berminat dengan panggilan hidup bakti. Pendekatan secara
personal dengan kaum muda, bagi penulis sebagai pintu masuk untuk mengenal
mereka secara mendalam tentang keprihatianan dan pergulatan mereka, sehingga
dapat membuka wawasan mereka mengenai kehidupan membiara diperkaya.
Pengalaman penulis mengenai minat terhadap panggilan hidup bakti, mulai
tumbuh melalui hal-hal yang sederhana seperti dukungan dari orang tua dengan
cara bertanya mengenai apa cita-citamu. Bentuk dukungan ini diperkuat dengan
kunjungan keluarga dari biarawan-biarawati ke rumah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Maka sangat tepatlah penulis mengutip kata-kata Paus Frasiskus dalam
Evangelii Gaudium art. 46 berbicara mengenai Gereja dipanggil untuk menjadi
rumah Bapa, dengan pintu-pintu yang selalu terbuka lebar sehingga jika seseorang
digerahkan oleh dorongan Roh, datang ke sana untuk mencari Allah dan tidak
mendapati sebuah pintu tertutup. Dengan demikian setiap orang dengan cara
tertentu dapat mengambil bagian dalam kehidupan menggereja. Gereja merupakan
rumah Bapa dimana ada tempat untuk setiap orang dengan permasalahan hidup
mereka.
Gereja seluruhnya harus keluar menjumpai setiap orang tanpa kecuali,
namun terutama pada mereka yang miskin, sakit, mereka yang dihina dan
diabaikan dan mereka yang tidak bisa membalasmu (EG. 48). Paus menegaskan
sekali lagi bahwa marilah kita bergerak keluar, marilah kita bergerak keluar
mewartakan kepada setiap orang hidup Yesus Kristus. Paus Fransiskus
mengimbau kepada seluruh umat, para imam dan umat awam dan juga biarawan-
biarawati hidup bakti dengan mengatakan bahwa saya lebih menyukai Gereja
yang memar, terluka dan kotor karena telah keluar ke jalan-jalan dari pada Gereja
yang sakit karena menutup diri dan nyaman melekat pada rasa aman sendiri (EG.
49). Kehadiran biarawan-biarawati hidup bakti mempunyai aspek katekis dan itu
diwujudkan melalui berbagai karya kerasulan tarekat. Kesaksian yang dimaksud
tidak lain adalah menghadirkan Tuhan yang penuh sukacita dan belaskasih seperti
pengalaman nabi Zefannya yang menghadirkan Tuhan dengan umatnya di tengah
perayaan yang berlagsung dengan sukacita keselamatan (Zef 3:17-18), dan inilah
sukacita yang kita alami sehari-hari, di tengah berbagai hal kecil dalam hidup,
sebagai tanggapan atas undangan kasih Allah kepada kita. (GE.4).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
E. Keterbatasan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini penulis mengalami beberapa kesulitan,
tantangan dan keterbatasan sebagai berikut:
1. Penulis menyadari bahwa ada instrumen yang tidak bisa mengungkap maksud
dari aspek variabel dalam penelitian ini.
2. Dalam membuat kisi-kisi dan instrumen variabel penghayatan hidup bakti,
penulis merasa tertantang karena tidak semua kaum muda yang mengetahui
kehidupan membiara.
3. Pada pelaksanaan penelitian, peneliti mengalami kesulitan dalam mengatur
waktu dengan kaum muda sehingga pada saat pengisian angket peneliti tidak
bisa hadir mengawasi responden sehingga petunjuk yang ada dalam angket
bisa kurang dimengerti oleh responden atau bisa terjadi kekeliruan dalam
mengisi setiap pernyataan dari variabel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pendahuluan pada bab satu pemaparan permasalahan, dan
pada kajian pustaka bab dua sehubungan dengan penghayatan hidup bakti dan
minat terhadap panggilan hidup bakti, maka peneliti dapat menarik kesimpulan
sebagai berikut:
Penghayatan hidup bakti biarawan-biarawati meliputi kaul kemurnian,
kaul kemiskinan dan kaul ketaatan. Hasil analisis statistik penghayatan hidup
bakti diketahui jumlah persentase 51 % (55 orang). Artinya biarawan-biarawati
menghayati hidup bakti dengan baik dan masuk kategori setuju dan minat
terhadap panggilan hidup bakti 44 % (48 orang) dengan jumlah persentase
menunjukkan bahwa ada minat kaum muda terhadap panggilan hidup bakti.
Hasil analisis data terdapat hubungan yang cukup erat dan signifikan
antara penghayatan hidup bakti dengan minat kaum muda terhadap panggilan
hidup bakti yang ditunjukkan dengan nilai Analisis correlations 0,630 pada taraf
signifikansi 0,000. Penemuan ini memberi gambaran pada peneliti bahwa semakin
baik penghayatan hidup bakti maka semakin banyak minat kaum muda terhadap
panggilan hidup bakti. Populasi penelitian ini adalah kaum muda di paroki Santo
Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta sebanyak 108 orang. Penulis
memperoleh data tersebut melalui penyebaran kuesioner kepada kaum muda di
paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta pada tanggal 23 Agustus
2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Sedangkan minat merupakan sumber motivasi, rasa ingin tahu, rasa
senang dan rasa tertarik terhadap sebuah kegiatan, baik permainan maupun
pekerjaaan. Oleh karena itu sebagai biarawan biarawati, guru di sekolah, terutama
orang tua, yang mendampingi anak di rumah, di sekolah, dan kegiatan apapun di
Gereja dan lingkungan, agar dapat menngkatkan kesaksian hidup yang baik dalam
bertutur kata, bertindak terhadap anak-anak. Kesaksian hidup yang baik bisa
menjadi media pembelajaran yang baik untuk menumbuhkan minat anak,
terutama kaum muda. Minat timbul dari hasil pengenalan dengan lingkungan,
atau hasil interaksi belajar dengan lingkungannya.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis melihat hal-hal yang perlu
perhatikan oleh biarawan-biarawati, orang tua, penanggung jawab kepemudaan di
paroki. Oleh karena itu penulis memberikan usulan sebagai upaya meningkatkan
pendekatan dengan kaum muda agar dapat membatu mereka dalam menumbuhkan
benih panggilan yang sudah Tuhan taburkan dalam diri mereka sehingga tetap
terpelihara dan berbuah sebagaimana Tuhan kehendaki.
1. Adanya kerjasama biarawan-biarawati dengan penanggung jawab kepemudaan
di paroki sehingga ada program secara rutin mengadakan kegiatan rekoleksi
dengan kaum muda.
2. Biarawan-biarawati mengadakan kerjasama dengan pihak paroki, agar
mengadakan program aksi panggilan dengan kaum muda dan dilakukan dalam
bentuk apa saja seperti: open house dan Liv-in di tengah keluarga sehingga bisa
mensosialisasikan kepada umat terutama orang tua dan kaum muda mengenai
hidup bakti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
3. Para Suster Putri Bunda Hati Kudus (PBHK) Provinsi Indonesia, agar semakin
meningkatkan semangat pelayanan pastoral dengan cara mengadakan
kunjungan keluarga sehingga kehadirannya bisa menjadi sumber inspirasi bagi
kaum muda yang tergerak hatinya mau mengikuti panggilan Tuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Andi Mappiare. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional
Darminta. J. (1982). Berbagai Segi Penghayatan Hidup Religius Sehari-hari.
Yogyakarta: Kanisius.
______________. (2010). Penegasan Panggilan. Yogyakarta: Kanisius.
Duwi Priyatno. (2012). Yogyakrta: CV. Andi OFFSET.
Elizabeth B. Hurlock. (1978). Perkembangan Anak jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Fransiskus. (Paus). (2013). Evangelii Gaudium. (F.X Adisusanto, & Bernadeta
Hariani Tri Prasasti). Jakarta: Dokpen KWI (Dokumen asli diterbitkan
tahun 2013).
Kongregasi Untuk Lembaga Hidup Bakti. (1992). Pedoman-Pedoman Pembinaan
dalam Lembaga-Lembaga Religius. (Marcel Beding, Penerjemah).
Jakarta: Dokpen KWI (Dokumen asli diterbitkan tahun 1992).
Konferensi Waligereja Indonesia. (1996). Iman Katolik: Buku Informasi dan
Referensi. Yogyakarta: Kanisius.
Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II (R. Hardawiryana,
Penerjemah). Jakarta: Obor. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1966).
Konverensi Waligereja Indonesia. (2006). Kitab Hukum Kanonik: Edisi Resmi
Bahasa Indonesia. Jakarta: KWI.
Mardi Prasetya. F. (1992). Psikologi Hidup Rohani. Yogyakarta: Kanisius
______________. (2000). Unsur-Unsur Hakiki dalam Pembinaan. Yogyakarta :
Kanisius.
______________. (2001). Tugas Pembinaan Demi Mutu Hidup Bakti.
Yogyakarta: Kanisius.
Mintara Sufiyanta. A. (2010). Kisah – Kisah Dibalik Jubah. Jakarta: Obor
Nini Subini. (2012). Psikologi Pembelajaran. Yogyakarta: Mentari Pustaka.
Nurul Zuriah. A. (2007). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Panut Panuju. H. & Ida Umami. (1999). Psikologi Remaja. Yogyakarta: Tiara
Wacana.
Paul Suparno. (2007). Saat Jubah Bikin Gerah. Yogyakarta: Kanisius
______________. (2011). Hidup Membiara di Zaman Moderen. Malang: DIOMA
Putri-Putri Bunda Hati Kudus (2013). Konstitusi dan Direktorium.
Rachman Abror. Abd. (1993). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Riduwan. (2004). Belajar Mudah Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
______________. (2013). Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta.
Singgih Santoso. (2014). Panduan Lengkap SPSS Versi 20. Jakarta: PT. Alex
Media Komputindo.
Tim Pustaka Familia. (2006). Warna-warni Kecerdasan Anak dan
Pendampingnya.Yogyakarta: Kanisius.
Wina Sanjaya. H. (2013). Penelitian Pendidikan: jenis, metode dan prosedur.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Winkel, W.S. (1996). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.
Yohanes, Paulus II (Paus). (1979). Catechesi Tradendae. (R. Hardawirjana,
Penerjemah). Jakarta: Dokpen KWI.
______________. (1996). Vita Consecrata. (R. Hardawirjana, Penerjemah).
Jakarta: Dokpen KWI (Dokumen asli diterbitkan tahun 1996).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(1)
Lampiran 1: Kuesioner Penelitian
Petunjuk pengisian angket:
1. Bacalah secara cermat dan teliti sebelum mengerjakan soal-soal di bawah ini
2. Pilihlah salah satu kolom di bawah ini yang sesuai dengan pengalaman Anda:
dengan memberi tanda cek list ( )
3. Keterangan alternatif jawaban
SS = Sangat setuju /Selalu
S = Setuju/Sering
N = Ragu-Ragu/Kadang-Kadang/Netral
TS = Tidak Setuju/hampir tidak pernah
STS = Sangat Tidak Setuju/Tidak pernah
4. Contoh cara menjawab:
No. PERNYATAAN SS
5
S
4
N
3
TS
2
STS
1
X Keluarga saya dikunjungi oleh kelompok
Legio Maria
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
Nama : _____________________________________
Paroki : _____________________________________
No Pernyataan SS S N TS STS
1. Saya melihat biarawan biarawati bergembira
dalam melaksanakan tugas perutusannya.
2. Biarawan – biarawati menunjukkan ekspresi
wajah gembira saat bertemu dengan umat.
3 Biarawan biarawati tidak mudah mengeluh jika
mengalami kesulitan dan tantangan.
4. Tugas dan pelayanan biarawan biarawati
memberi inpirasi hidup bagi saya.
5. Menurut saya biarawan biarawati setia pada
panggilannya karena mampu menerima segala
tantangan hidup tidak menikah.
6. Biarawan biarawati bersikap sabar terhadap
semua orang.
7 Saya melihat biarawan biarawati bersikap tegas
terhadap siapapun tanpa membeda bedakan.
8. Biarawan biarawati mudah bersosialisasi
dengan siapapun.
9. Biarawan biarawati tidak membedakan dalam
persahabatan.
10. Biarawan biarawati mudah mengendalikan
emosinya.
11. Biarawan biarawati dipercaya umat karena
bijaksana dalam memberikan nasehat, kritik,
saran, dan sulusi pada semua orang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(3)
12. Biarawan biarawati sulit bekerjasama dengan
orang lain.
13. Biarawan biarawati mengutamakan orang yang
tersingkir, kecil, miskin dalam pelayanannya.
14. Biarawan biarawati totalitas dalam bekerja.
15. Biarawan biarawati tidak memiliki fasilitas
berlebihan seperti: pakaian, Handphone,
laptop, uang dan lainnya.
16. Biarawan biarawati tidak mudah mengeluh
dengan berbagai kesulitan hidup.
17. Biarawan biarawati menunjukkan sikap hemat
dalam menggunakan uang.
18. Biarawan biarawati meneladani kehihidup
Yesus yang miskin apa adanya.
19. Biarawan biarawati tidak membeda-bedakan
orang yang membutuhkan pertolongan.
20. Biarawan biarawati murah hati kepada
siapapun dalam pelayanannya.
21. Biarawan biarawati sulit menerima perbedaan
satu sama lain di tempat tugas dan di biara.
22. Biarawan biarawati, siap sedia jika dipindahkan
ke tempat tugas yang baru.
23. Saya melihat biarawan biarawati bersedih hati
jika dipindahkan ke tempat tugas yang baru.
24. Biarawan biarawati terlibat dalam
kepengurusan dewan pastoral paroki.
25. Biarawan biarawati rajin mengunjungi umat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
26 Sejak kecil saya sudah mengenal biarawan
biarawati
27. Saya sudah terbiasa dengan kehidupan
biarawan biarawati.
28. Saya merasa senang bila berada diantara
biarawan biarawati.
29. Jika bertemu, saya suka bertanya pada
biarawan biarawati mengenai kehidupan
membiara atau hidup bakti.
30. Saya rajin bersama teman-teman berkunjung ke
biara
31. Saya merasa tergerak menjadi romo, suster,
bruder jika melihat biarawan biarawati.
32. Saya rajin mengikuti kegiatan rekoleksi dan
aksi panggilan.
33. Saya senang mengikuti kegiatan rekoleksi dan
aksi panggilan tetapi orang tua tidak
mendukung.
34. Saya tahu bahwa panggilan hidup bakti indah
namun saya tidak menemukan keindahan itu
yang mendorongku menjadi suster, romo, frater
dan bruder.
35. Saya terkesan dengan biarawan biarawati yang
rajin mengikuti misa dan doa lingkungan.
36. Dalam setiap perjumpaan dengan biarawan
biarawati saya melihat ada rahmat terselubung
dibalik jubah yang dipakai.
37. Saya senang dengan hidup disiplin para
biarawan biarawati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
38. Saya tergerak meneladan biarawan biarawati
karena jujur, adil dan baik hati kepada siapaun.
39. Saya merasa kagum melihat cara kerja
biarawan biarawati
40. Saya merasa terkesan dengan kegiatan aksi
panggilan dan rekoleksi karena berfariasi dan
menyenangkan
41. Saya terkesan dengan renungan dan homili
biarawan biarawati.
42. Saya senang melihat biarawan biarawati yang
secara rutin mengunjungi orang sakit.
43. Saya terkesan dengan jubah biarawan
biarawati.
44. Saya tertarik dengan panggilan hidup bakti
karena keluraga saya dekat dengan biarawan
biarawati.
45. Saya tertarik dengan panggilan hidup bakti dan
mencari informasi di majalah, internet, dan
buku – buku rohani.
46. Saya senang dengan panggilan hidup bakti
karena melihat biarawan biarawati dalam
kegiatan PIA, OMK, kegiatan doa di paroki dan
lingkungan.
47. Saya tertarik menjadi biarawan biarawati
karena mereka ramah dan tidak sombong.
48. Saya tertarik dengan kehidupan disipilin
biarawan biarawati.
49. Saya tertarik dengan kehidupan biarawan
biarawati karena dalam pelayanannya
mendahulukan orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
50. Saya tertarik menjadi biarawan biarawati
karena bertanggung jawab dalam melaksanakan
tugas dan pelayanannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(7)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(8)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(9)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(10)
Lampiran 3 : Data Hasil Wawancara
Pertanyaan Jawaban Responden
1. Bagaimana
pengalamanmu
mengenai penghayatan
hidup bakti biarawan-
biarawati?
Responden D
Biarawan biarawati merupakan teladan hidup serta
dapat menjadi inspirasi melalui karya nyata
misalnya pelayanan terhdap kaum miskin, anak-
anak terlantar dan difabel serta sangat peduli
terhadap sesama manusia.
Responden E
Pengalaman saya, waktu kecil ikut sekolah minggu,
kagum karena biarwan-biarwati rela meningglkan
kesenangan dunia untuk melayani Tuhan, dari situ
memberi motivasi bagi saya untuk rajin berdoa.
Saya kenal dengan biarawan biarawati sejak kecil
karena rumah saya dulu banyak suster romo datang
ke rumah kalau acara ibadat bahkan kami sudah
anggap keluarga. Sejauh pengalaman saya
komunikasi dengan suster bagus, kalau ketemu
dengan saya atau mama pasti ajak bercerita dan
memberi nasehat yang memotivasi saya agar nurut
sama orang tua. Kalau melas ke gereja dan ketemu
suster pasti ditanya kenapa tidak ke gereja. Saya
merasa termotivasi agar tidak malas dan harus rajin.
Responden G
Dari kecil saya sudah dekat dengan lingkungan
biara, pastoran, susteran. Orang tua dekat dengan
suster dan romo. Waktu SMP saya di asrama. Suster
suster lebih membantu aku untuk berkembang baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(11)
seperti misalkan rajin dan displin. Menurut aku
hidup membiara seperti suster, romo, walaupun
tidak bisa bebas seperti kami namun mereka juga
menikmati sekali hidupnya. Waktu misa di gereja
melihat romo memberkati anak rasanya senang
nampak dari wajahnya bahagia.
2. Bagaimana kesaksian
biarawan-biarwati
dalam menghayati
kaul ketaatan, kaul
kemiskinan dan kaul
ketaatan dalam
menjalani tugas-tugas
mereka?
Responden D
Pengalamanku, biarawan biarwati selalu taat dan
melaksanakan kaul kaulnya dengan baik. Mereka
selalu hidup sederhana dalam berpakain, bersikap
ramah terhadap siapa saja. Saya melihat itu dari
kaka saya sendiri yang selalu mengedepankan
kehidupan rohani, seperti rajin dalam mengikuti
misa meskipun kadang gerejanya jauh dari rumah,
juga setiap hari sebelum berkativitas diawali dengan
berdoa dulu.
Responden E
Kalau menurut pengalamanku kesaksian biarawan
biarawati dengan kaul kaulnya, baik. Mereka itu
bisa hidup apa adanya. Punya pakaian sederhana,
makan seadanya, bergaul baik dengan siapa saja
tanpa membedakan orang dan saya salut mereka
rela kalau pindah tugas ke ke tempat lain dan sering
saya lihat suster suster yang ada di lingkungan kami
kadang selalu berganti anggota yang lain dan selalu
tidak sama.
Responden F
Pengalaman saya suster yang sudah dipanggil hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(12)
mebiara tidak mewa. Dalam hidup sering memilih
hidup sederhana, netral dalam bertegaul, tidak
memilih orang, merangkul orang susah. Mereka
menjalankan hidup dengan serius maksudnya taat
pada panggilan dan aturan biara. Kalau ada
kegiatan membaur. Kehidupan mereka itu sering
memberi semacam motivasi bagi saya untuk bisa
hidup baik.
Responden G
Pengalamanku biarawan-biarawati menhghayati
kaul ketaatan emang sesuai dengan panggilan
mereka dengan baik. Aku lihat biarawan-biarawati
itu sederhana, merangkul orang lain yang susah,
mengunjungi orang sakit juga.
3. Apakah kamu
mempunyai minat
terhadap panggilan
hidup bakti?
Mengapa? Faktor apa
saja yang membuat
kamu berminat dengan
panggilan hidup bakti?
Responden D
Saya tertarik dengan panggilan membiara karena
bagi saya bekerja di ladang Tuhan itu sangat mulia
dan mendalami kehidupan rohani, seperti berdoa,
membaca kitab suci dan berkarya melayani orang
miskin, tersingkir seperti Tuhan Yesus sediri. Saya
tertarik ingin menjadi suster karena melihat sendiri
kesaksian kaka saya sampai saat ini berkarya
meskipun kadang 4 tahun sekali baru berlibur ke
rumah.
Responden E
Kalau saya secara jujur saya belum tertarik atau
berminat dengan panggilan hidup membiara, karena
saya berpikir selama ini bahwa kalau mau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(13)
menjalani panggilan membiara harus benar-benar
siap.
Responden F
Dulu masih SMP ingin jadi suster. Kalau jadi suter
bagus, karena tidak keluarga, hidup kita cuman satu
saja yaitu ke Tuhan saja. Melakukan apa pun
dengan sederhana termasuk memilih pakaian. Dan
tidak memiliki pakaian yang mewah seperti awam
pilih pakaian mewa mewa. Faktor-faktor yang
membuat saya ingin jadi susterr karena biara dekat
dengan rumah saya, jadi sering saya curhat dengan
suster dan merasa suster dan pastor seperti keluarga
sendiri.
Responden G
Dulu waktu SD, pernah pingin jadi sr gak tau
setelah itu hilang. Faktor-faktor yang membuat saya
ingin menjadi suster karena menurut aku panggilan
hidup membiara itu cantik dan indah, pingin pake
krudung dan baju biara, seiring berrjalannya waktu
hilang. saya perna bilang ke orang tua juga dan
orang tua tidak mengatakan apa apa. Namun waktu
SMP dapat nilai bagus dalam satu pelajaran tertentu
misalnya mata pelajaran IPA terus pengin masuk ke
jurusan itu karena pengaruh melihat teman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(14)
Lampiran 4: Datal Hasil Uji Validitas
Variabel X
Variabel Y
No
Item Hasil
No
Item Hasil
No
Item Hasil
No
Item Hasil
1
0,000 16
0,000
26 0,000 41 0,000
2 0,000 17
0,000
27 0,003 42 0,000
3 0,000 18
0,000
28 0,000 43 0,000
4 0,000 19
0,000
29 0,000 44 0,000
5 0,000 20
0,000
30 0, 000 45 0, 000
6 0,000 21 0,001
31 0,000 46 0, 000
7 0,000 22
0,000
32 0,000 47 0, 000
8 0,000 23 0,037
33 0,690 48 0,000
9 0,000 24 0,003
34 0,007 49 0, 000
10 0,000 25
0,000
35 0,000 50 0,000
11 0,000
36 0,000
12 0,000
37 0,000
13 0,000
38 0,000
14 0,000
39 0,000
15 0,000
40 0,000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(15)
Lampiran 5: Data Out Put Korelasi Keseluruhan
Correlations
Penghayatan
Hidup Bakti
Minat Terhadap
Panggilan Hidup
Bakti
Penghayatan Hidup Bakti
Pearson Correlation 1 .630**
Sig. (2-tailed) .000
N 108 108
Minat Terhadap Panggilan Hidup
Bakti
Pearson Correlation .630** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 108 108
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(16)
ANOVA Table
Sum of
Square
s
df Mean
Squar
e
F Sig.
Penghayatan Hidup Bakti
* Minat Terhadap
Panggilan Hidup Bakti
Between
Groups
(Combined) 11436.
784
41 278.94
6
2.705 .000
Linearity 7249.5
98
1 7249.5
98
70.311 .000
Deviation
from
Linearity
4187.1
86
40 104.68
0
1.015 .470
Within Groups 6805.0
95
66 103.10
8
Total 18241.
880
107
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Penghayatan Hidup Bakti .060 108 .200* .984 108 .212
Minat Terhadap
Panggilan Hidup Bakti
.048 108 .200* .992 108 .762
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(17)
Penghayatan Hidup Bakti Secara Keseluruhan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
55.00 1 .9 .9 .9
64.00 1 .9 .9 1.9
65.00 1 .9 .9 2.8
69.00 2 1.9 1.9 4.6
70.00 2 1.9 1.9 6.5
71.00 3 2.8 2.8 9.3
72.00 2 1.9 1.9 11.1
74.00 1 .9 .9 12.0
76.00 2 1.9 1.9 13.9
77.00 1 .9 .9 14.8
78.00 2 1.9 1.9 16.7
81.00 4 3.7 3.7 20.4
83.00 1 .9 .9 21.3
84.00 7 6.5 6.5 27.8
85.00 4 3.7 3.7 31.5
86.00 5 4.6 4.6 36.1
87.00 3 2.8 2.8 38.9
88.00 1 .9 .9 39.8
89.00 2 1.9 1.9 41.7
90.00 4 3.7 3.7 45.4
91.00 2 1.9 1.9 47.2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(18)
92.00 2 1.9 1.9 49.1
93.00 3 2.8 2.8 51.9
94.00 5 4.6 4.6 56.5
95.00 2 1.9 1.9 58.3
96.00 3 2.8 2.8 61.1
97.00 1 .9 .9 62.0
98.00 5 4.6 4.6 66.7
99.00 3 2.8 2.8 69.4
100.00 2 1.9 1.9 71.3
101.00 4 3.7 3.7 75.0
102.00 1 .9 .9 75.9
103.00 3 2.8 2.8 78.7
104.00 4 3.7 3.7 82.4
105.00 1 .9 .9 83.3
106.00 2 1.9 1.9 85.2
107.00 4 3.7 3.7 88.9
108.00 4 3.7 3.7 92.6
109.00 1 .9 .9 93.5
113.00 3 2.8 2.8 96.3
114.00 1 .9 .9 97.2
115.00 1 .9 .9 98.1
116.00 1 .9 .9 99.1
117.00 1 .9 .9 100.0
Total 108 100.0 100.0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(19)
Penghayatan Hidup Bakti Stem-and-Leaf Plot
Frequency Stem & Leaf
1.00 Extremes (=<55)
1.00 6 . 4
3.00 6 . 599
8.00 7 . 00111224
5.00 7 . 66788
12.00 8 . 111134444444
15.00 8 . 555566666777899
16.00 9 . 0000112233344444
14.00 9 . 55666788888999
14.00 10 . 00111123334444
12.00 10 . 566777788889
4.00 11 . 3334
3.00 11 . 567
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(20)
Stem width: 10.00
Each leaf: 1 case(s)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(21)
Analisis Frekuensi Aspek Kaul Kemurnian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(22)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
28.00 1 .9 .9 .9
32.00 1 .9 .9 1.9
36.00 1 .9 .9 2.8
38.00 1 .9 .9 3.7
39.00 6 5.6 5.6 9.3
40.00 2 1.9 1.9 11.1
41.00 1 .9 .9 12.0
42.00 3 2.8 2.8 14.8
43.00 4 3.7 3.7 18.5
44.00 1 .9 .9 19.4
45.00 3 2.8 2.8 22.2
46.00 3 2.8 2.8 25.0
47.00 9 8.3 8.3 33.3
48.00 1 .9 .9 34.3
49.00 6 5.6 5.6 39.8
50.00 7 6.5 6.5 46.3
51.00 7 6.5 6.5 52.8
52.00 3 2.8 2.8 55.6
53.00 7 6.5 6.5 62.0
54.00 8 7.4 7.4 69.4
55.00 3 2.8 2.8 72.2
56.00 4 3.7 3.7 75.9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(23)
57.00 3 2.8 2.8 78.7
58.00 7 6.5 6.5 85.2
59.00 3 2.8 2.8 88.0
60.00 3 2.8 2.8 90.7
61.00 4 3.7 3.7 94.4
62.00 1 .9 .9 95.4
63.00 1 .9 .9 96.3
64.00 2 1.9 1.9 98.1
65.00 2 1.9 1.9 100.0
Total 108 100.0 100.0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(24)
Analisis Frekuensi Aspek Kaul Kemiskinan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
13.00 2 1.9 1.9 1.9
14.00 1 .9 .9 2.8
15.00 1 .9 .9 3.7
17.00 3 2.8 2.8 6.5
18.00 1 .9 .9 7.4
19.00 2 1.9 1.9 9.3
20.00 5 4.6 4.6 13.9
21.00 2 1.9 1.9 15.7
22.00 8 7.4 7.4 23.1
23.00 3 2.8 2.8 25.9
24.00 6 5.6 5.6 31.5
25.00 8 7.4 7.4 38.9
26.00 10 9.3 9.3 48.1
27.00 7 6.5 6.5 54.6
28.00 9 8.3 8.3 63.0
29.00 9 8.3 8.3 71.3
30.00 5 4.6 4.6 75.9
31.00 4 3.7 3.7 79.6
32.00 11 10.2 10.2 89.8
33.00 5 4.6 4.6 94.4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(25)
34.00 3 2.8 2.8 97.2
35.00 3 2.8 2.8 100.0
Total 108 100.0 100.0
Kaul Ketaatan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
10.00 2 1.9 1.9 1.9
11.00 2 1.9 1.9 3.7
12.00 10 9.3 9.3 13.0
13.00 17 15.7 15.7 28.7
14.00 19 17.6 17.6 46.3
15.00 19 17.6 17.6 63.9
16.00 22 20.4 20.4 84.3
17.00 9 8.3 8.3 92.6
18.00 5 4.6 4.6 97.2
19.00 2 1.9 1.9 99.1
20.00 1 .9 .9 100.0
Total 108 100.0 100.0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(26)
Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
43.00 1 .9 .9 .9
57.00 1 .9 .9 1.9
58.00 1 .9 .9 2.8
61.00 2 1.9 1.9 4.6
62.00 2 1.9 1.9 6.5
65.00 1 .9 .9 7.4
66.00 1 .9 .9 8.3
68.00 1 .9 .9 9.3
69.00 3 2.8 2.8 12.0
70.00 3 2.8 2.8 14.8
71.00 4 3.7 3.7 18.5
72.00 2 1.9 1.9 20.4
73.00 5 4.6 4.6 25.0
74.00 1 .9 .9 25.9
75.00 3 2.8 2.8 28.7
76.00 2 1.9 1.9 30.6
77.00 3 2.8 2.8 33.3
78.00 4 3.7 3.7 37.0
80.00 3 2.8 2.8 39.8
81.00 7 6.5 6.5 46.3
83.00 2 1.9 1.9 48.1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(27)
84.00 6 5.6 5.6 53.7
85.00 3 2.8 2.8 56.5
86.00 4 3.7 3.7 60.2
87.00 6 5.6 5.6 65.7
88.00 4 3.7 3.7 69.4
89.00 3 2.8 2.8 72.2
91.00 4 3.7 3.7 75.9
92.00 4 3.7 3.7 79.6
94.00 2 1.9 1.9 81.5
95.00 2 1.9 1.9 83.3
96.00 4 3.7 3.7 87.0
97.00 1 .9 .9 88.0
98.00 1 .9 .9 88.9
99.00 2 1.9 1.9 90.7
102.00 1 .9 .9 91.7
103.00 2 1.9 1.9 93.5
104.00 2 1.9 1.9 95.4
105.00 1 .9 .9 96.3
108.00 1 .9 .9 97.2
113.00 1 .9 .9 98.1
114.00 2 1.9 1.9 100.0
Total 108 100.0 100.0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(28)
Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti Stem-and-Leaf Plot
Frequency Stem & Leaf
1.00 Extremes (=<43)
2.00 5 . 78
4.00 6 . 1122
6.00 6 . 568999
15.00 7 . 000111122333334
12.00 7 . 555667778888
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(29)
18.00 8 . 000111111133444444
20.00 8 . 55566667777778888999
10.00 9 . 1111222244
10.00 9 . 5566667899
5.00 10 . 23344
2.00 10 . 58
3.00 11 . 344
Stem width: 10.00
Each leaf: 1 case(s)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(30)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(31)
Rasa Ingin Tahu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
10.00 1 .9 .9 .9
14.00 1 .9 .9 1.9
15.00 3 2.8 2.8 4.6
16.00 2 1.9 1.9 6.5
17.00 3 2.8 2.8 9.3
18.00 7 6.5 6.5 15.7
19.00 9 8.3 8.3 24.1
20.00 5 4.6 4.6 28.7
21.00 15 13.9 13.9 42.6
22.00 8 7.4 7.4 50.0
23.00 6 5.6 5.6 55.6
24.00 9 8.3 8.3 63.9
25.00 8 7.4 7.4 71.3
26.00 11 10.2 10.2 81.5
27.00 4 3.7 3.7 85.2
28.00 4 3.7 3.7 88.9
29.00 5 4.6 4.6 93.5
30.00 1 .9 .9 94.4
31.00 1 .9 .9 95.4
32.00 4 3.7 3.7 99.1
35.00 1 .9 .9 100.0
Total 108 100.0 100.0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(32)
Sumber Motivasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
8.00 1 .9 .9 .9
10.00 2 1.9 1.9 2.8
11.00 6 5.6 5.6 8.3
12.00 6 5.6 5.6 13.9
13.00 11 10.2 10.2 24.1
14.00 15 13.9 13.9 38.0
15.00 25 23.1 23.1 61.1
16.00 20 18.5 18.5 79.6
17.00 15 13.9 13.9 93.5
18.00 5 4.6 4.6 98.1
19.00 2 1.9 1.9 100.0
Total 108 100.0 100.0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(33)
Rasa Senang
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
9.00 1 .9 .9 .9
13.00 4 3.7 3.7 4.6
14.00 3 2.8 2.8 7.4
15.00 6 5.6 5.6 13.0
16.00 6 5.6 5.6 18.5
17.00 16 14.8 14.8 33.3
18.00 13 12.0 12.0 45.4
19.00 9 8.3 8.3 53.7
20.00 15 13.9 13.9 67.6
21.00 15 13.9 13.9 81.5
22.00 4 3.7 3.7 85.2
23.00 4 3.7 3.7 88.9
24.00 5 4.6 4.6 93.5
25.00 7 6.5 6.5 100.0
Total 108 100.0 100.0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(34)
Rasa Tertarik
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
11.00 2 1.9 1.9 1.9
16.00 1 .9 .9 2.8
17.00 4 3.7 3.7 6.5
18.00 1 .9 .9 7.4
19.00 3 2.8 2.8 10.2
21.00 6 5.6 5.6 15.7
22.00 6 5.6 5.6 21.3
23.00 5 4.6 4.6 25.9
24.00 9 8.3 8.3 34.3
25.00 7 6.5 6.5 40.7
26.00 8 7.4 7.4 48.1
27.00 11 10.2 10.2 58.3
28.00 9 8.3 8.3 66.7
29.00 8 7.4 7.4 74.1
30.00 7 6.5 6.5 80.6
31.00 1 .9 .9 81.5
32.00 6 5.6 5.6 87.0
33.00 6 5.6 5.6 92.6
34.00 2 1.9 1.9 94.4
35.00 1 .9 .9 95.4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(35)
36.00 1 .9 .9 96.3
37.00 1 .9 .9 97.2
39.00 2 1.9 1.9 99.1
40.00 1 .9 .9 100.0
Total 108 100.0 100.0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI