keabsahan nasab berdasarkan akta...

91
KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA KELAHIRAN MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh : Fikri Iswanto NIM: 11140430000039 PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020M/ 1441H

Upload: others

Post on 13-Nov-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA

KELAHIRAN MENURUT HUKUM ISLAM DAN

HUKUM POSITIF

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :

Fikri Iswanto

NIM: 11140430000039

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020M/ 1441H

Page 2: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah
Page 3: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah
Page 4: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah
Page 5: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

iv

ABSTRAK

Fikri Iswanto. NIM. 11140430000039. “Keabsahan Nasab

Berdasarkan Akta Kelahiran Menurut Hukum Islam Dan Hukum Positif”.

Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum,

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 1441 H/ 2020 M.

Akta Kelahiran merupakan salah satu cara untuk membuktikan bahwa

seseorang memiliki nasab kepada orang tuanya sesuai yang tercantum didalamnya.

Namun didalam pelaksanaannya, Akta Kelahiran masih terdapat celah untuk

disalahgunakan pemakaiannya oleh masyarakat maupun para oknum pegawai itu

sendiri. Dengan memalsukan Akta Kelahiran, merubah status anak angkat menjadi

anak kandung, atau memasukkan anak luar nikah kedalam kartu Keluarga orang

Lain. Skripsi ini bertujuan menganalisis keabsahan nasab seseorang yang

didasarkan kepada Akta Kelahiran sebagaimana pandangan Hukum Islam dan

Hukum Positif.

Penelitian dalam skripsi ini menggunakan pendekatan dengan metode

Statuting Aproach (Perundang-undangan) yang dimasukkan pada jenis penelitian

hukum bersifat normatif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui pengkajian

terhadap putusan majelis hakim, buku-buku, dan kitab-kitab fikih yang berkaitan

dengan judul skripsi ini.

Kesimpulan dari penelitian ini ialah Akta Kelahiran dapat dijadikan

landasan untuk menetapkan nasab karena secara umum prosedur dalam

pelaksanaan pencatatan sipil sudah sesuai dengan hukum islam dan hukum positif.

Namun Akta Kelahiran ini tidak dapat dijadikan dasar secara penuh karena masih

harus dibuktikan ke otentikannnya secara hukum dan kebenarannya dimasyarakat

sebagaimana hukum islam menjelaskan, yaitu dengan memberikan kesaksian yang

baik serta utuh. Sehingga bisa dipastikan penekanannya pada aspek kemaslahatan

anak. Nasab yang sesuai dengan ketentuan syarat dan perolehannya meskipun tidak

dicatatkan pernikahannya adalah yang dilahirkan didalam pernikahan yang sah

sesuai dengan agamanya (Islam). Akan tetapi lebih baik juga diakui dan dilindungi

oleh negara.

Kata Kunci : Nasab Anak, Akta Kelahiran, Pencatatan Sipil.

Pembimbing : Dr. Ahmad Sudirman Abbas, M.Ag

Daftar Pustaka : Tahun 1969 s.d Tahun 2019

Page 6: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

v

حيم حمن الره الره بسم الله

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sesungguhnya hanya dengan pertolongan-

Nya lah akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

“ KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA KELAHIRAN MENURUT

HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF ” dengan baik. Salawat seiring salam

selalu terlimpah curahkan kepada junjungan kita Nabi akhir zaman Muhammad

SAW, beserta para keluarga, sahabat dan umatnya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan.

Banyak hal yang tidak dapat dihadirkan oleh penulis karena keterbatasan

pengetahuan. Patut disyukuri karena dari proses penulisan ini dapat diperoleh

banyak pengalaman sehingga bisa menjadi bahan evaluasi dan pembelajaran untuk

penulis.

Selama penelitan ini penulis menyadari bahwa skripsi ini tersusun bukan

semata-mata hasil usaha sendiri dan banyak kesulitan yang harus di hadapi. Namun

berkat bantuan dan motivasi dari berbagai pihak, akhirnya kesulitan itu dapat

diselesaikan. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada

semuanya dan yang terkhusus kepada:

1. Bapak Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.A, selaku Dekan Fakultas

Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta;

2. Ibu Hj. Siti Hanna, M.A Selaku Ketua Program Studi Perbandingan

Mazhab dan Bapak Hidayatulloh, M.H Selaku Sekretaris Program

Studi Perbandingan Mazhab;

3. Bapak Dr. Muhammad Taufiki, S.Ag., M.Ag., selaku Dosen Penasihat

Akademik Penulis

4. Bapak Dr. Ahmad Sudirman Abbas, M.Ag., Selaku dosen pembimbing

skripsi yang telah memberikan arahan, saran dan ilmunya hingga

penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik;

5. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Satar Lahamado dan Ibunda Kesty

Purwani, yang telah bersabar dan mencintai saya dengan segenap jiwa

dan raga, baik doa maupun dukungan sehingga dengan ridha mereka

saya bisa sampai seperti ini;

Page 7: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

vi

6. Kepada Adik-Adik ku tercinta, Zahra Azhari dan Hadi Kurniawan

yang selalu memberikan semangat yang luar biasa dalam

menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepada Entih, Bu’le, dan Mamah yang telah memfasilitasi dan

merawat selama penulis mengerjakan skirpsi ini;

8. Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat

Ababil dan Bunda yang telah banyak memberikan pembelajaran yang

begitu banyak. Serta Bang Rendy dan teman-teman semua yang ada di

sana;

9. Kepada Rahma Dina Damanik yang telah membantu memeriksa dan

memperbaiki penulisan dalam skripsi ini serta memotivasi untuk

menyelesaikan skripsi ini.

10. Kepada Teman-teman dan para Senior Alumni UKM Menwa “Wira

Dharma” UIN Jakarta yang memberikan tempat untuk belajar;

11. Kepada teman-teman seperjuangan mahasiswa PMH (Perbandingan

Mazhab dan Hukum) angkatan 2014 yang telah membantu mengajak

untuk bersama-sama.

12. Seluruh pihak yang terkait dengan penyusunan skripsi ini yang mana

penulis tidak bisa disebutkan satu-persatu.

Semoga skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan manfaat bagi para

pembaca. Sebagai akhir kata semoga Allah SWT memberikan balasan atas bantuan

dan semangat yang telah diberikan kepada penulis serta menjadi berkah dan amal

kebajikan untuk semua yang membantu dalam proses penulisan ini. Aamiin.

Jakarta, 17 Februari 2020

Penulis

Fikri Iswanto

Page 8: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

vii

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ i

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iii

ABSTRAK ...................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1

B. Identifikasi Masalah .......................................................... 5

C. Pembatasan Masalah ......................................................... 6

D. Rumusan Masalah ............................................................. 6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 6

F. Tinjauan Studi Terdahulu .................................................. 7

G. Metode Penetilian .............................................................. 8

H. Sistematika Penulisan ........................................................ 9

BAB II LANDASAN TEORI

A. Nasab ................................................................................. 11

1. Pengertian Nasab .......................................................... 11

2. Dasar-Dasar Menetapkan Nasab................................... 16

B. Pencacatan Kelahiran ........................................................ 21

1. Pengertian Pencatatan Kelahiran .................................. 21

2. Prosedur Pencatatan Kelahiran ..................................... 24

3. Sejarah Pencacatan Kelahiran ....................................... 28

C. Rekayasa Identitas ............................................................. 31

1. Pengertian Perekayasaan .............................................. 31

2. Pengertian Kesengajaan ................................................ 34

3. Pengertian Kealpaan ..................................................... 37

Page 9: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

viii

BAB III REALITAS PENCATATAN KELAHIRAN

A. Pelaksanaan Pencatatan Kelahiran .................................... 41

B. Kasus Pencatatan Kelahiran Bukan Kepada Orang Tua

Kandung ............................................................................ 45

1. Putusan Pengadilan Negeri Wonosari Nomor:

49/Pdt.P/2018/PN.Wno ................................................ 46

2. Putusan Pengadilan Negeri Garut Nomor:

115/Pdt.P/2019/PN.Grt ................................................. 49

3. Putusan Pengadilan Negeri Kepanjen nomor:

76/Pdt.P/2010/PN.Kpj .................................................. 51

C. Kewajiban Dalam Penetapan Nasab .................................. 52

BAB IV KEKUATAN HUKUM AKTA KELAHIRAN DALAM

MENENTUKAN NASAB

A. Pandangan Hukum Islam Terhadap Keabsahan Akta

Kelahiran Dalam Menentukan Nasab ................................ 61

B. Pandangan Hukum Positif Terhadap Keabsahan Akta

Kelahiran Dalam Menentukan Nasab ................................ 69

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................ 77

B. Rekomendasi ..................................................................... 78

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 10: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan sebuah negara hukum yang segala aktivitas harus

berlandaskan dengan hukum. Setiap aktivitas hukum sudah sepatutnya akan

memberikan akibat hukum dikemudian harinya. Dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata menyebutkan bahwa setiap aktivitas hukum maupun peristiwa

hukum harus memiliki alat bukti yang sah sebagai tanda bahwa peristiwa itu

benar-benar terjadi. Salah satu alat bukti yang bisa dijadikan dasar adalah akta

otentik. Akta otentik merupakan suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang

ditentukan undang-undang oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang

untuk itu di tempat akta itu dibuat.1

Peristiwa Hukum adalah semua peristiwa atau kejadian yang dapat

menimbulkan akibat hukum, antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan

hukum. Seperti misalnya perkawinan antara pria dan wanita, akan membawa

bersama dari peristiwa hukum itu hak-hak dan kewajiban-kewajiban baik untuk

pihak laki-laki yang kemudian bernama suami dengan serangkaian hak-hak dan

kewajiban-kewajibannya. Pokoknya peristiwa hukum ini dapat mengenai

berbagai segi hukum, baik Hukum Publik ataupun Hukum Privat, Hukum Tata

Negara, Hukum Tata Usaha Negara, Hukum Internasional Publik dan Perdata

Internasional, Hukum Pidana, Niaga, Sipil dan sebagainya.2

Sebagaimana disebutkan dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri

Nomor 54 Tahun 1999 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendaftaran

Penduduk pada Pasal 3 dan Pasal 5 yang intinya setiap penduduk dan penduduk

sementara wajib mendaftarkan dan mencatatkan setiap peristiwa kelahiran,

perkawinan, perceraian dan kematian yang tercantum di dalam akta pencatatan

penduduk.

Perkawinan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 telah

dijelaskan dengan baik sebagai “ikatan lahir batin antara seorang pria dan

1Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata 2Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), Cet. 16,

h. 130-131

Page 11: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

2

seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga

(rumah tangga) yang bahagia kekal berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa”3

Perkawinan merupakan suatu cara yang sah untuk memperoleh

keturunan agar “Tiap-tiap anak yang dilahirkan atau ditumbuhkan sepanjang

perkawinan memperoleh si suami sebagai bapaknya” dan dengan itu hak-hak

si anak dapat terjaga dengan baik.4

Perkawinan yang dilangsungkan dengan baik dan benar adalah sesuai

dengan aturan yang berlaku, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan yaitu :

“Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing

agamanya dan kepercayaannya itu” (Ayat 1)

“Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang

berlaku” (Ayat 2)

Maka berdasarkan hal inilah seorang dilahirkan dapat diakui oleh

hukum sebagai anak yang sah bukan anak luar kawin atau anak zina.

Anak merupakan amanah sekaligus karunia Tuhan yang Esa, bahkan

anak dianggap sebagai harta kekayaan yang paling berharga dibandingkan

kekayaan harta benda lainnya. Karenanya, anak sebagai amanah Tuhan harus

senantiasa dijaga dan dilindungi karena dalam diri anak melekat harkat,

martabat, dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Dilihat

dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah pewaris dan

sekaligus potret masa depan bangsa dimasa mendatang, generasi penerus cita-

cita bangsa, sehingga setiap anak harus diberikan haknya sebagaimana

disebutkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 Ayat 2 yaitu : “Setiap

anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak

atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi” termasuk hak sipil dan

kebebasan.

Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat

dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa

Tentang Hak-Hak Anak. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak

3Pasal 1 UU Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan 4Pasal 250 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: dengan tambahan UU Pokok Agraria

dan UU Perkawinan, penerjemah R. Subekti dan R. Tjicrosudibio, h. 62

Page 12: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

3

Asasi Manusia telah mencantumkan tentang hak anak, pelaksanaan kewajiban

dan tanggungjawab orang tua, keluarga masyarakat, pemerintah dan negara

untuk memberikan perlindungan terhadap anak.5

Administrasi kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan

penertiban dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui

pendaftaran penduduk. Pencatatan sipil dan pengelolaan informasi penduduk

serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik, pemerintahan dan

pembangunan. Salah satu perlindungan terhadap anak adalah dengan

mencatatkan kelahirannya pada lembaga catatan sipil. Catatan sipil adalah

suatu lembaga yang bertujuan mengadakan pendaftaran, pencatatan serta

pembukuan selengkap-lengkapnya dan sejelas-jelasnya serta memberi

kepastian hukum yang sebesar-besarnya atas peristiwa kelahiran, pengakuan,

perkawinan dan kematian.6

Islam menjelaskan bahwa pencatatan dalam bermuamalah penting

dilakukan agar tidak terjadi permasalahan dikemudian hari. Ketentuan ini

diungkap dalam surat yang dikenal oleh para ulama dengan ayat Al-

Mudayanah (ayat hutang piutang) :

ى فاكتبوه وليكتب بينكم كاتب بالعدل ول يأب كاتب أن يا أيها الذين آمنوا إذا تداينتم بدين إلى أجل مسم

ربه ول يبخس منه شيئا فليكتب وليمل ل الذي عليه الحق وليتق الل يكتب كما علمه الل

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara

tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan

Hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan

janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya,

maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu

mendektekan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada

Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun dari hutangnya.”

(QS. Al-Baqarah: 282)

Secara garis besar, ayat ini berbicara tentang anjuran, bahkan menurut

sebagian ulama bersifat kewajiban untuk mencatat hutang piutang dan

5Ahmad Kamil dan M. Fauzan, Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di Indonesia,

(Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h. vii 6Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata Dalam Sistem Hukum Nasional, (Jakarta: Kencana,

2008), Cet. 1, h. 65

Page 13: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

4

mempersaksikannya dihadapan pihak ketiga yang dipercaya. Selain itu, ayat

ini juga menekankan perlunya menulis hutang walaupun hanya sedikit, disertai

dengan jumlah dan ketetapan waktunya.7

Memang Ayat ini tidak menyebutkan secara jelas untuk mencatat

peristiwa hukum seperti kelahiran, perkawinan, percerian, dan kematian.

Tetapi para ulama menjadikan ayat ini sebagai dasar hukum pencatatan

perkawinan agar pelaksanaan perkawinan dapat menjadi lebih baik. Seiring

perkembangan zaman, keberadaan bukti otentik terhadap sebuah peristiwa

hukum menjadi suatu yang diperlukan. Salah satunya adalah kelahiran, dimana

kelahiran harus mempunyai bukti otentik berupa akta untuk memberikan

perlindungan terhadap anak yang lahir kedunia. Bahkan, anak yang masih

dalam kandungan pun sudah mendapat perlindungan hukum yang pasti.

Pasal 51 Ayat 1 Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2008

menyebutkan bahwa “Setiap peristiwa kelahiran dicatatkan pada instansi

pelaksana ditempat terjadinya kelahiran”. Melihat pentingnya pencatatan

kelahiran bagi anak maka setiap anak harus memilliki akta kelahiran, akta

kelahiran ini dapat diperoleh menurut perundang-undangan yaitu di kantor

catatan sipil.

Belakangan ini sering ditemukan kasus bayi terlantar yang ditinggalkan

orang tuanya atau menyerahkan bayi yang dilahirkannya kepada orang lain

disebabkan ketidakmampuannya untuk merawat karena desakan ekonomi

maupun hal lainnya sehingga orang yang melihatnya merasa kasihan dan

berniat menolong bayi tersebut. Namun, karena pencatatan kelahiran harus

tetap dilaksanakan dan pencatatan kelahiran berdasarkan peristiwa itu

dianggap sangat rumit karena harus berhubungan dengan kepolisian sedangkan

pengakuan anak tidak dapat dilakukan secara diam-diam maka beberapa

masyarakat melakukan perekayasaan identitas yang berupa pengubahan nama

orang tua kandung yang melahirkan di instansi kesehatan agar dapat dengan

mudah membantu menolong anak yang baru dilahirkan tersebut.

Seperti yang terjadi pada Putusan Pengadilan Negeri Kepanjen Nomor

76/Pdt.P/2010/PN.Kpj, pemohon melakukan perubahan indentitas dengan cara

memasukan nama anaknya tersebut ke dalam Kartu Keluarga kakaknya untuk

7M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Vol. 1, (Jakarta: Lentera Hati, 2004), h. 602

Page 14: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

5

keperluan sekolah karena suami pemohon meninggal dan pemohon harus

bekerja diluar kota. Atau, sebagaimana Putusan Pengadilan Negeri Garut

Nomor 115/Pdt.P/2019/PN.Grt yang menasabkan anaknya sendiri kepada

Kakak kandungnya karena keperluan administrasi dikantor tempat pemohon

bekerja karena pemohon melamar kerja ditempat tersebut meggunakan

identitas kakak pemohon.

Dengan demikian pencatatan kelahiran berhasil dilakukan dan

mendapatkan bukti otentik berupa akta kelahiran yang berakibat hukum si anak

bukan bernasab kepada orang tua kandungnya Tetapi orang tua yang bukan

melahirkannya.

Pencatatan kelahiran bukan kepada orang tua kandung terkadang bisa

terjadi karena kekeliruan sebagaimana Putusan Pengadilan Negeri Wonosari

Nomor 49/Pdt.P/2018/PN.Wno. Pemohon I dengan Pemohon II tersebut, telah

di karuniai anak perempuan bernama Sifa Prihananti. Pemohon II mempunyai

saudara kandung yaitu Sumini, selama kurang lebih dua puluh tahun

pernikahan dengan Paino sampai saat ini belum dikaruniai anak. Oleh karena

itu, Sumini dengan Paino menyampaikan berniat untuk mengasuh anak

tersebut. Setelah disetujui, kemudian Sumini dan Paino mengsasuhnya serta

membantu mengurus pembuatan Akta Kelahiran bagi anak tersebut karena ada

Program Pemutihan Akta Kelahiran. Tetapi setelah Akta Kelahiran itu terbit

terdapat kesalahan nama orang tua didalamnya yaitu atas nama Sumini dengan

Paino.

Bagaimana hukum Islam melihatnya pada sisi keabsahan nasab anak,

padahal pengakuan tersebut bukan pada posisi pengadopsian. Oleh sebab itu

penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai keabsahan nasab

seorang anak berdasarkan akta kelahiran yang penulisan kelahiran anak

didalamnya bukan kepada orang tua kandungnya, dengan judul:

“Keabsahan Nasab Berdasarkan Akta Kelahiran Menurut Hukum Islam

dan Hukum Positif”

B. Identifikasi Masalah

Masalah tentang akta kelahiran anak yang tidak sesuai dengan orang

tua kandungnya menyebabkan pertanyaan terhadap keabsahan nasab tersebut.

Oleh karena itu akan dikumpulkan berbagai masalah yang akan timbul dalam

Page 15: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

6

penelitian ini. Dari penjelasan latar belakang dapat di identifikasi masalah yang

ada didalamnya, yaitu:

1. Bagaimana pandangan Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap

keabsahan akta kelahiran dalam menentukan nasab?

2. Apakah dapat dilakukan pembatalan terhadap akta kelahiran yang tidak

sesuai ketentuan jika telah berlangsung lama?

3. Bagaimana mekanisme perbaikan akta kelahiran tersebut?

4. Bagaimana kedudukan nasab jika akta kelahiran berstatus batal demi hukum?

5. Apakah dampak dan resiko akta kelahiran yang penulisan kelahiran anak

didalamnya bukan kepada orang tua kandung menurut pandangan Hukum

Islam dan Hukum Positif?

6. Apa hukuman bagi pelaku pemalsuan menurut Hukum Pidana dan Pidana

Islam?

C. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan dalam skripsi ini, penulis akan

membatasi masalah yang akan dibahas sehingga lebih jelas dan terarah yang

sesuai dengan yang diharapkan penulis. Dalam hal ini penulis akan membahas

bagaimana pandangan Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap keabsahan

nasab berdasarkan akta kelahiran yang penulisan kelahiran anak didalamnya

bukan kepada orang tua kandungnya dan kekuatannya untuk mengubah hukum.

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pandangan Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap

keabsahan akta kelahiran dalam menentukan nasab ?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dengan mengacu pada permasalahan di atas, maka hasil penelitian

bertujuan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui pandangan Hukum Islam terhadap keabsahan nasab

anak berdasarkan akta kelahiran.

b. Untuk mengetahui pandangan Hukum Positif terhadap keabsahan nasab

anak berdasarkan akta kelahiran.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang didapati dari hasil penelitian ini, yaitu bisa

memberikan manfaat sebagai berikut:

Page 16: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

7

a. Bagi Akademisi, menambah wawasan terkait kekuatan hukum akta

kelahiran dalam menentukan keabsahan nasab seorang anak yang

penulisan kelahiran anak didalamnya bukan kepada orang tua

kandungnya. Menurut hukum islam dan hukum positif.

b. Bagi Pemerintah, penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan dalam

pengambilan keputusan terkait pencatatan kelahiran.

F. Tinjauan Studi Terdahulu

1. Skripsi

Judul : Hukum Memberikan Nama Nasab Kepada Anak Angkat

Menurut Fatwa Majelis Ulama Indonesia Tahun 1984

( Studi Kasus Desa Lengau Seprang Kecamatan Tanjung

Morawa

Nama : Muhammad Basri Sitorus (NIM. 21134072)

Jurusan : Al-Ahwal Al-Syakhsiyah, Fakultas Syariah dan Hukum,

Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Tahun : 2017

Skripsi ini menjelaskan tentang praktek memberikan nama nasab

kepada anak angkat dan alasannya yang terjadi di Desa Lengau Seprang serta

pandangannya menurut fatwa MUI tahun 1984. Berdasarkan hasil penelitian

penulis, praktek pemberian nama nasab tersebut sudah terjadi sejak lama tetapi

tidak ada yang mengetahui sejak kapan dimulainya. Masyarakat beralasan agar

statusnya sama seperti anak kandung dan hanya bersifat administratif saja. Dan

Menurut Fatwa MUI adalah suatu yang bertentangan dengan Syariat Islam.

2. Skripsi

Judul : Urgensitas Istilhaq dalam Menjamin Status Anak Luar

Nikah dan Penerapannya di Pengadilan Agama Sleman

Nama : Muhamad Tambusai Ad Dauly (NIM. 108044100003)

Jurusan : Hukum Keluarga, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun : 2012

Skripsi ini memaparkan mengenai urgensitas Istilhaq (pengakuan anak)

yang dilakukan laki-laki terhadap anak luar nikah yaitu anak yang memiliki

Page 17: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

8

hubungan biologis dengannya dan belum mendapatkan status nasab secara

hukum serta dalam kasus penerapannya di pengadilan agama sleman. Namun

dengan pertimbangan kemaslahatan anak dan hak anak maka bisa dilakukan

penasaban anak kepada ayah biologisnya, penulis juga melampirkan surat bukti

salinan putusan pengadilan agama sleman dan putusan MK No. 46/PUU-

VII/2010. Skripsi ini belum menjelaskan tentang pencatatan kelahiran yang

bukan kepada orang tua biologisnya.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang dipakai dalam skripsi ini adalah Berkaitan dengan

penelitian hukum maka dalam hal ini dilakukan beberapa pendekatan

didalamnya yaitu pendekatan konseptual (conceptual approach),

pendekatan perundangan-undangan (statue approach), dan pendekatan

kasus (case approach). 8

Pendekatan konseptual (conceptual approach) adalah pendekatan

yang beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang

berkembang didalam ilmu hukum, pendekatan perundangan-undangan

(statue approach) dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi

yang bersangkut paut dengan isu hukum yang ditangani, dan pendekatan

kasus (case approach) yaitu dengan cara melakukan pendekatan kasus yang

berkaitan dengan penelitian ini.

Pendekatan Positivistik Rasionalistik. Pendekatan yang ditampilkan

dari konsep abstrak umum yang samar dikembangkan spesifikasinya lewat

proses berfikir sistematik-hierarkik-heterarkik menjadi konsep spesifik

yang lebih jelas dan mampu memberi eksplanasi, prediksi, atau rambu

operasionalisasi.9

2. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah

penelitian hukum normatif. Penelitian yang mencakup asas-asas hukum,

penelitian terhadap sistematika hukum, sinkronisasi hukum dan penelitian

perbandingan hukum. Mengacu pada peraturan perundang-undangan dan

8Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 142 9Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi IV, (Yogyakarta : Rake Sarasin,

2000) cet.1, h. 107

Page 18: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

9

keputusan pengadilan yang mengatur tentang kewarganegaraan atau

permasalahan tentang status kewarganegaraan di dalamnya. Serta dampak

hukum yang terjadi dari kasus-kasus tersebut.10

Metode lain yang digunakan penulis dalam proses pengumpulan data

adalah metode Studi Pustaka. Metode ini dilakukan untuk mencapai

pemahaman yang komprehensif tentang konsep-konsep yang akan dikaji.

Studi Pustaka merentang dari studi disiplin ilmu-ilmu kemanusiaan tertentu,

dan lebih memerlukan olahan filosofik dan teoritik daripada uji empirik.11

3. Sumber Data Penelitian

Sumber data adalah segala sesuatu yang menjadi sumber dan rujukan

dalam penelitian. adapun sumber data dalam penelitian ini penulis bagi

kedalam dua jenis data, yaitu :

a. Data Primer, data primer yang digunakan merupakan bahan hukum

yang bersifat autoritatif yang artinya memiliki otoritas. Bahan-bahan

hukum primer meliputi perundang-undangan, catatan-catatan resmi

atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan atau putusaan-

putusan hukum.12

b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen

resmi, buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian, hasil

penelitian dalam bentuk laporan, skripsi, tesis, disertasi dan peraturan

perundang-undangan.13 Serta diambil dari litelatur yang berasal dari

sumber non hukum yang mempunyai relevansi dengan topik

penelitian berupa kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), kamus

hukum, majalah, koran, internet, dan lainnya.14

J. Sistematika Penulilsan

Untuk memudahkan dalam memahami dan memperjelas arah

pembahasan mengenai penelitian maka penulis menyusun dengan sistematika

penulisan sebagai berikut :

10Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1983), h.51 11Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi IV, (Yogyakarta : Rake Sarasin,

2000) cet.1, h. 296 12Mukti Fajar Nur Dewata dan Yulianto Ahmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan

Empiris, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 156 13Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), h.106 14Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 143

Page 19: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

10

Bab I Membahas tentang latar belakang penulis dalam menentukan tema

dan metode penelitian yang digunakan, mengidentifikasi masalah-

masalah yang dapat terjadi, membatasi masalah yang muncul dan

merumuskan masalah yang akan dikaji secara khusus, menjelaskan

tujuan dan manfaat penelitian, Tinjauan studi terdahulu, serta

sistematika penulisan dalam skripsi.

Bab II Membahas landasan teori yang meliputi pembahasan mengenai

Pengertian Nasab, Macam-macam dan Syarat-syarat Pencatatan

Kelahiran, Rekayasa Identitas.

Bab III Membahas tentang realitas pencatatan kelahiran dimasyarakat,

kemudian kasus pencatatan kelahiran yang didalamnya terdapat

perekayasaan, dan kewajiban dalam menerapkan nasab.

Bab IV Membahas permasalahan utama yaitu pandangan Hukum Islam

maupun Hukum Positif terkait keabsahan nasab anak berdasarkan

akta kelahiran

Bab V Merupakan bab penutup yang memuat tentang kesimpulan dan

saran.

Page 20: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Nasab

1. Pengertian Nasab

Kata nasab secara etimologi berasal dari bahasa Arab, yaitu

نسبا-ينسب - نسب , apabila terdapat kalimat الرجل نسبه berarti نسب وصفه وذكر

memberikan ciri-ciri dan menyebutkan keturunannya. Kata nasab adalah

bentuk tunggal yang berbentuk jamaknya bisa nisab, seperti kata سدرة

menjadi سدر dan bisa juga menjadi nusab, seperti kata غرفة menjadi

Disamping itu bentuk jamak dari nasab adalah ansab sebagaimana .غرف

firman Allah:

فل أنساب بينهم يومئذ ول يتساءلون لصور ٱفإذا نفخ في

“Apabila sangkala-kala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab

pada hari itu, dan tidak ada pula saling bertanya.” (QS. Al-

Mu’minun( 23):101)

Selain ayat di atas kana nasab dalam bentuk tunggalnya dipakai

dua kali dalam Al-Qur’an, pertama dalam surah Allah berfirman:

إنهم لمحضرون لجنة ٱنسبا ولقد علمت لجنة ٱوبين ۥوجعلوا بينه

“Dan mereka adakan (hubungan) nasab antara Allah dan antara jin.

Sesungguhnya jin mengetahui bahwa mereka benar-bernar akan diseret

(ke neraka).” (Q.S. Ash-Shaffat: 158)

Ayat di atas sedang membicarakan sifat-sifat kaum musyrik.

Mereka yang diantara anggapan mereka adalah bahwa jin mempunyai

hubungan nasab dengan Allah. Kedua, kata nasab dusebutkan juga dalam

surat sebagai berikut:

انسبا وصهرا وكان ربك قدير ۥبشرا فجعله لماء ٱخلق من لذيٱوهو

“Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu Dia jadikan

manusia itu (punya) keturunan dan musaharah (hubungan kekeluargaan

Page 21: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

12

yang berasal dari perkawinan) dan adalah Tuhanmu MahaKuasa.” (Q.S.

Al-Furqon: 54)

Al-Qurthubi ketika menafsirkan ayat di atas, mengatakan bahwa

kata النسب dan الصهر keduanya bersifat umum yang mencakup hubungan

kerabat di antara manusia.15

Nasab adalah keturunan, ikatan keluarga karena hubungan darah;

baik karena hubungan darah ke atas (bapak, kakek, ibu, nenek dan

seterusnya), ke bawah (anak, cucu, dan seterusnya), maupun ke samping

(saudara, paman, bibi, dan lain-lain), yang juga menimbulkan hubungan-

hubungan hukum yang bertalian dengan: nafkah, waris, dan larangan-

larangan menikah.16

Jumni Nelli mendefinisikan nasab dengan pertalian

kekeluargaan berdasarkan hubungan darah sebagai salah satu akibat

perkawinan yang sah dan merupakan salah satu pondasi yang kokoh

dalam membina suatu kehidupan rumah tangga yang dapat mengikat

pribadi berdasarkan kesatuan darah.17 .

Baik secara bahasa maupun secara istilah, sepertinya belum ada

suatu definisi yang sesuai dengan arah dan maksud. Oleh sebab itu, ada

baiknya dimunculkan di sini sebuah definisi yang dikemukakan oleh

Yasir bin Yasir, menurutnya pengertian nasab secara syara’ adalah

sebagai berikut:

ية حكمية إضافية بين شخص واخر من حيث أن الشخص انفصل عن رحم امرأة حالة حكم

ين الشابت للذى يكون الحبلى هي فى عصمة زواج شرعي أو ملك صحيح ثا بتين أو مشتبح

من ما ئه

15Nurul Irfan, Nasab & Status Anak Dalam Hukum Islam, (Jakarta: Amzah, 2012), h. 27-28 16Hassan Shadily, Ensiklopedi Indonesia Jilid 4, (Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve, 1990), h.

2337 17Jumni Nelli, Nasab Anak Luar Nikah Prespektif hukum Islam dan Hukum Perkawinan

Nasional (Pekanbaru: Fakultas Syari’ah dan Ilmu Hukum UIN Suska, 2010), h. 6 https://adoc.tips/nasab-anak-luar-nikah-perspektif-hukum-islam-dan-hukum-perka.html diakses 8 Januari 2020

Page 22: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

13

“Keadaan hukum yang disandarkan antara seseorang dengan orang lain

yang mana orang tersebut terlepas dari rahim seorang wanita yang

terikat dalam ikatan suami istri maupun ikatan kepemilikan yang sah di

mana, baik ikatan suami istri maupun akad kepemilikan itu diakui

kebenarannya atau mirip dengan yang diakui kebenarannya. Ketetapan

ini dihubungkan kepada seseorang yang melalui air spermanya

kehamilan itu terjadi.” 18

Maka dari itu seorang anak dapat dikatakan sah memiliki

hubungan nasab dengan ayahnya jika terlahir dari perkawinan yang sah.

Sebaliknya anak yang lahir di luar perkawinan yang sah, tidak dapat

disebut dengan anak yang sah, biasa disebut dengan anak zina atau anak

di luar perkawinan yang sah dan ia hanya memiliki hubungan nasab

dengan ibunya. Dengan demikian membicarakan asal usul anak

sebenarnya membicarakan anak yang sah.19

Pasal 42 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 menyebutkan

anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat

perkawinan yang sah, dan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Pasal 250 menyebutkan anak yang dilahirkan atau dibesarkan selama

perkawinan, memperoleh suami sebagai bapaknya.

Dalam perpektif Hukum Islam nasab anak terhadap ayahnya

bisa terjadi karena tiga hal. (1) melalui perkawinan yang sah, (2) melalaui

pernikahan yang fasid, dan (3) melalui hubungan senggama karena

adanya syubhah an-nikah (nikah syubhat), dengan penjelasan sebagai

berikut:20

a. Melalui perkawinan sah

Para ulama fiqh sepakat bahwa anak yang lahir dari seorang

wanita dalam suatu perkawinan yang sah, dapat dinasabkan kepada

18Nurul Irfan, Nasab & Status Anak Dalam Hukum Islam, (Jakarta: Amzah, 2012), h. 31 19Amiur Nuruddin & Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta:

Kencana, 2016), Cet. 6, h. 276 20Andi Syamsu Alam & M. Fauzan, Hukum Pengangkatan Anak Perspektif Islam, (Jakarta:

Prenata Media Group, 2008), h. 179

Page 23: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

14

suami wanita tersebut. Hal ini sejalan dengan sabda Nabi SAW dalam

sebuah hadis:

صلى الله عليه وسلم قال الولد للفراش وللعاهر الحجر عن ابي هريرة أن رسول الله

“Dari Abu Hurairah sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Anak

itu bagi yang memiliki tempat tidur (bagi yang meniduri istri) dan

bagi pezina hanya berhak mendapatkan batu hukuman.” (HR.

Muslim)

Maksud dari hadis di atas adalah penegasan bahwa nasab

anak yang lahir dalam perkawinan yang sah atau fasid, dapat

ditetapkan dan dihubungkan kepada ayah kandungnya. Akan tetapi,

ketetapan ini tidak berlaku bagi pezina sebab nasab merupakan nikmat

dan karunia besar dari Allah SWT.21

b. Melalui perkawinan yang fasid atau batil

Pernikahan fasid adalah pernikahan yang dilangsungkan

dalam keadaan kekurangan syarat, seperti tidak ada wali, (bagi

mazhab Hanafi wali tidak menjadi syarat sahnya pernikahan). Akan

tetapi, ulama fiqh mengemukakan tiga syarat dalam penetapan nasab

anak dalam pernikahan fasid tersebut, yaitu:22

1) Suami mempunyai kemampuan menjadikan istrinya hamil, yaitu

seorang yang baligh dan tidak mempunyai penyakit yang dapat

menyebabkan istrinya tidak bisa hamil.

2) Hubungan badan benar-benar terjadi dan dilakukan oleh pasangan

yang bersangkutan.

3) Anak dilahirkan dalam waktu enam bulan atau lebih setelah

terjadinya akad nikah fasid tersebut (menurut jumhur ulama) dan

sejak hubungan badan (menurut ulama mazhab Hanafi).jika anak

itu lahir dalam waktu sebelum enam bulan setelah akad nikah atau

21Nurul Irfan, Nasab & Status Anak Dalam Hukum Islam, (Jakarta: Amzah, 2012), h. 79-80 22Andi Syamsu Alam & M. Fauzan, Hukum Pengangkatan Anak Perspektif Islam, (Jakarta:

Prenata Media Group, 2008), h. 180

Page 24: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

15

melakukan hubungan badan, maka anak itu tidak bisa dinasabkan

kepada suami wanita tersebut, karena bisa dipastikan anak yang

lahir itu akibat hubungan dengan lelaki yang lain sebelumnya.

c. Melalui hubungan senggama secara syubhat

Hubungan badan atau senggama secara syubhat terdiri dari

dua kata, yaitu hubungan badan dan syubhat yang antara keduanya

dipisahkan oleh kata tambahan “secara”. Hubungan badan juga

disebut seks, bersanggama, bergaul suami istri, atau bersetubuh yang

semuanya merupakan padanan arti bahasa arab al-wath’i. Sedangkan

kata as-Syubhat berarti kemiripan, keserupaan, persamaan dan

ketidakjelasan. 23

Berkaitan dengan kajian hukum, istilah syubhat dapat di

interpretasikan sebagai suatu situasi dan kondisi adanya

ketidakjelasan dalam sebuah peristiwa hukum, karena ketentuan

hukumnya tidak dapat diketahui secara pasti, apakah dalam wilayah

halal atau haram. Dengan pengertian lain, syubhat adalah sesuatu yang

tidak jelas apakah benar atau tidak, atau masih mengandung

probabilitas antara benar dan salah, sekaligus tidak bisa ditarjihkan

mana yang validitas hukumnya lebih kuat. Dalam konteks hubungan

senggama secara syabhat, maka yang dimaksud dengan senggama

syubhat (wath’i al-syubhat) adalah hubungan yang terjadi bukan

dalam perkawinan yang sah atau fasid dan bukan pula dari perbuatan

zina.24

Namun demikian karena permasalahan nasab ini dapat

ditetapkan bukan hanya melalui perkawinan dan hubungan badan secara

syubhat, maka dalam pembahasannya membutuhkan berbagai macam

aspek yang ada kaitannya dengan masalah ini termasuk dalam hal cara

menetapkan nasab melalui pengakuan dan bahkan dengan cara lain.25

23Nurul Irfan, Nasab & Status Anak Dalam Hukum Islam, (Jakarta: Amzah, 2012), h. 95-96 24Andi Syamsu Alam & M. Fauzan, Hukum Pengangkatan Anak Perspektif Islam, (Jakarta:

Prenata Media Group, 2008), h. 185 25Nurul Irfan, Nasab & Status Anak Dalam Hukum Islam, (Jakarta: Amzah, 2012), h. 32

Page 25: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

16

2. Dasar-Dasar Menetapkan Nasab

Penetapan nasab mempunyai dampak yang sangat besar

terhadap individu, keluarga dan masyarakat sengginga setiap individu

berkewajiban merefleksikannya dalam masyarakat, dengan demikian

diharapkan nasab (asal usul)nya menjadi jelas. Di samping itu, dengn

ketidakjelasan nasab dikhawatirkan akan terjadi perkawinan dengan

mahram. Untuk itulah Islam mengharamkan untuk menisbahkan nasab

seseorang kepada orang lain yang bukan ayah kandungnya, dan

sebaliknya. 26

Penetapan asal usul anak dalam perspektif hukum Islam

memiliki arti yang sangat penting, karena dengan penetapan itulah dapat

diketahui hubungan nasab antara anak dengan ayahnya. Kendatipun pada

hakikatnya setiap anak yang lahir berasal dari sperma seorang laki-laki

dan sejatinya harus menjadi ayahnya, namun hukum Islam memberikan

ketentuan lain.27

Ada beberapa cara menetapkan nasab yang oleh para ulama dari

berbagai kalangan mazhab dikemukakan secara detail. Setidaknya ada

empat cara dalam menetapkan nasab anak kepada orangtuanya.

Khususnya kepada ayah kandungnya, yaitu melalui pernikahan yang sah

atau fasid, melalui pengakuan atau gugatan atas nasab anak, melaui

pembuktian, dan melalui cara qifayah, yaitu penelusuran nasab oleh

seorang ahli pada zamannya atau dengan cara undian atau qur’ah.

Dengan penjelasan :28

a. Melalui pernikahan sah atau fasid

Ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa pernikahan yang sah

atau fasid merupakan salah satu cara atau dasar yang sangat kuat dan

dianggap sah untuk menetapkan nasab seorang anak kepada kedua

26Andi Syamsu Alam & M. Fauzan, Hukum Pengangkatan Anak Perspektif Islam, (Jakarta:

Prenata Media Group, 2008), h. 178 27Amiur Nuruddin & Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta:

Kencana, 2016), Cet. 6, h. 276 28Nurul Irfan, Nasab & Status Anak Dalam Hukum Islam, (Jakarta: Amzah, 2012), h. 123

Page 26: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

17

orangtuanya, sekalipun pernikahan dan kelahiran anak itu tidak

didaftarkan secara resmi pada instansi terkait. 29 Sebagaimana

pernyataan Wahbah Az-Zuhaili sebagai berikut.

“Pernikahan yang sah atau pernikahan yang fasid sebagai

sebuah cara untuk menetapkan nasab, cara menetapkannya secara

konkret adalah manakala telah terjadi pernikahan, walaupun berupa

nikah fasid atau berupa nikah secara adat masyarakat tertentu, yaitu

pernikahan yang telah dianggap terlaksana dengan akad-akad khusus,

(seperti nikah di bawah tangan), tanpa didaftarkan pada lembaga

pernikahan resmi (seperti KUA), hubungan nasab anak-anak yang

dilahirkan oleh seorang wanita sebagai istri itu tetap bisa diakui dan

ditetapkan.”30

b. Melalui pengakuan atau gugatan terhadap anak

Ulama fiqh membedakan antara pengakuan terhadap anak

dan pengakuan terhadap selain anak, seperti pengakuan terhadap

saudara, paman atau kakek. Jika seorang lelaki mengakui bahwa

seorang anak kecil adalah anaknya atau sebaliknya seorang anak yang

telah baligh (menurut jumhur ulama) atau mumayiz (menurut ulama

mazhab Hanafi) mengakui seorang lelaki adalah ayahnya, maka

pengakuan itu dapat dibenarkan dan anak itu dapat dinasabkan kepada

lelaki tersebut, apabila telah memenuhi syarat-syarat yang cukup ketat,

yaitu sebagai berikut: 31

1) Anak yang menyampaikan pengakuan itu tidak jelas nasabnya.

Apabila ayahnya diketahui, maka pengakuan ini batal

ulama fiqh sepakat bahwa apabila anak itu adalah anak yang

dinafikan oleh ayahnya melalui li’an, maka tidak boleh seseorang

mengakui nasab-nya, selain suami yang me-li’an ibunya.

29Andi Syamsu Alam & M. Fauzan, Hukum Pengangkatan Anak Perspektif Islam, (Jakarta:

Prenata Media Group, 2008), h. 186 30Nurul Irfan, Nasab & Status Anak Dalam Hukum Islam, (Jakarta: Amzah, 2012), h. 124 31Andi Syamsu Alam & M. Fauzan, Hukum Pengangkatan Anak Perspektif Islam, (Jakarta:

Prenata Media Group, 2008), h. 187

Page 27: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

18

2) Pengakuan itu logis

3) Apabila anak itu telah baligh dan berakal (menurut jumhur ulama)

atau telah mumayiz (menurut ulama mazhab Hanafi) maka anak

tersebut membenarkan pengakuan laki-laki tersebut.

4) Lelaki yang mengakui nasab anak tersebut harus menegaskan

bahwa ia bukan anak dari hasil perzinaan, karena perzinaan tidak

bisa menjadi dasar penetapan nasab anak.

Apabila syarat-syarat di atas benar-benar telah terpenuhi,

maka pengakuan nasab oleh seorang ayah adalah sah dan anak

tersebut berhak mendapatkan nafkah, pendidikan selayaknya tersebut.

Ketika ayah telah mengakui anak tersebut sebagai anaknya, tidak

bolehmencabut pengakuannya, karena nasab tidak bisa dibatalkan. 32

c. Melalui Pembuktian

Dalam konteks ini, ulama fiqh sepakat bahwa saksi harus

benar-benar mengetahui keadaan dan sejarah anak yang di-nasab-kan.

Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah SAW. ketika itu mengatakan:

“Apakah engkau melihat matahari?” Lelaki itu menjawab: “Benar,

saya lihat”. Kemudian Rassulullah SAW bersabda: “apabila sejelas

matahari itu, maka silahkan kemukakan kesaksianmu. Tetapi apabila

tidak (demikian), maka jangan menjadi saksi” (HR. al-Baihaki dan al-

Hakim).33

Alat bukti dalam hal menentukan nasab adalah berupa

kesaksian, di mana status kesaksian ini lebih kuat daripada sekadar

pengakuan, sebab kesaksian sebagai alat bukti selalu melibatkan

orang lain, sebagai penguat. Sedangkan dalam pengakuan belum tentu

didukung oleh orang lain, yang akibatnya pengakuan tersebut tidak

kuat dan masih mungkin dibatalkan oleh adanya alat bukti berupa

saksi yang benar.

32Nurul Irfan, Nasab & Status Anak Dalam Hukum Islam, (Jakarta: Amzah, 2012), h. 127 33Andi Syamsu Alam & M. Fauzan, Hukum Pengangkatan Anak Perspektif Islam, (Jakarta:

Prenata Media Group, 2008), h. 189

Page 28: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

19

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa alat bukti ini

merupakan kesaksian, maka para ulama fiqh tidak sepakat tentang

jumlah saksi dalam perkara ini. Menurut Imam Abu Hanifah dan

Muhammad bin Hasan, saksi harus berjumlah empat orang terdiri dari

dua laki-laki dan dua perempuan. Menurut mazhab Maliki kesaksian

dua orang laki-laki dianggap cukup, sementara menurut ulama dari

kalangan mazhab Syafi’i dan Hanbali serta Abu Yusuf bahwa semua

ahli waris harus mengungkapkan kesaksian.34

d. Melalui perkiraan (Qiyafah) atau undian (Qur’ah)

Penetapan nasab melalui perkiraan (qiyafah) ini masih

diperselisihkan oleh para ulama. Pengertian qiyafah secara etimologi

berarti menelusuri jejak, adapun secara terminologi upaya

menghubungkan nasab seseorang atas dasar kemiripan sifat, rupa atau

warna kulit, dengan menggunakan ilmu atau cara-cara tertentu. Cara

penetapan nasab ini dibenarkan berdasarkan hadis riwayat Al-Bukhari

dan Muslim sebagai berikut.

ضي الله عنها قالت إن رسول الله صلى الله عليه وسلم دخل علي مسرورا عن عائشة ر

زا نظر آنفا إلى زي د بن حارثة وأسامة بن زيد تبرق أسارير وجهه فقال ألم تري أن مجز

هذه القدام بعضها من بعض فقال إن

“Dari Aisyah berkata, suatu hari Rasulullah SAW masuk ke rumahku

dalam keadaan gembira seraya berkata wahai Aisyah apakah kamu

tahu Mujazziz Al-Mudallaji yang masuk dan melihat Usamah serta

Zaid (anak dan bapak), keduanya menutup kepalanya dengan kain

beludru, tetapi kaki keduanya kelihatan, maka Nabi berkata,

sesungguhnya kaki-kaki ini sebagiannya merupakan bagian dari yang

lain.” (HR. Muttafaq Alaih)

Sejalan dengan perkembangan zaman ilmu pengetahuan dan

teknologi yang ada termasuk ilmu kedokteran dikenal adanya tes

34Nurul Irfan, Nasab & Status Anak Dalam Hukum Islam, (Jakarta: Amzah, 2012), h. 130

Page 29: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

20

DNA (Deoxyribo Nucleic Acid), tes DNA merupakan tes yang

dilakukan terhadap sebagai salah satu upaya untuk memperoleh

kejelasan identitas yakni sifat keturunan atau genetik dari generasi ke

generasi berikutnya. Praktik tes DNA seperti ini telah banyak

dilakukan oleh beberapa kalangan keluarga biasanya yang

mempunyai masalah dalam keluarganya.35

Untuk akurasi kebenaran dari tes DNA hampir mencapai 100

persen akurat. Adanya kesalahan bahwa kemiripan pola DNA bisa

terjadi secara random (kebetulan) sangat kecil kemungkinannya,

mungkin satu diantara satu juta. Jikapun terdapat kesalahan itu

disebabkan oleh faktor human error terutama pada kesalahan

interprestasi fragmen-fragmen DNA oleh operator (manusia). Tetapi

dengan menerapkan standard of procedur yang tepat kesalahan human

error dapat diminimalisir atau bahkan ditiadakan.36

Ada syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seorang penyidik

DNA, antara lain; ia harus seorang muslim yang adil, sudah baligh,

merdeka. ia bisa melihat, mendengar, berbicara secara normal. Ia

memiliki pengetahuan tentang DNA, memiliki kavabelitas dalam

melakukan uji DNA. Ia tidak memiliki kepentingan dengan DNA

seseorang yang ia uji dan ia disyaratkan dua orang atau lebih menurut

jumhur.37

Oleh karena itu, dalam penetapan nasab/keturunan, hasil tes

DNA dapat dijadikan sebagai bagian yang akan mendukung boleh

tidaknya seseorang itu diakui sebagai nasab. Tes DNA itu hanya

merupakan salah satu alat untuk bisa mengetahui bahwa yang

35 Iftitah Utami, “Eksistensi Tes Deoxyribo Nucleic Acid dalam Menentukan Nasab”,

Medina-Te: Jurnal Studi Islam, Vol. 14, Nomor 2, (Palembang: Program Pasca Sarjana UIN Raden Fatah, 2016), h. 143

36Wahyu P.P, Apakah DNA ?, (Bandung: Puri Delco, 2013), h. 67 37Kedudukan DNA Dalam Menetapkan Nasab, http://www.annursolo.com/kedudukan-

dna-dalam-menetapkan-nasab/, Diakses pada tanggal 17 Juli 2020, Pukul 17.30 WIB

Page 30: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

21

bersangkutan itu me miliki hubungan atau tidak memiliki hubungan

dengan yang lain atau tidak (menafikan).38

Disamping metode perkiraan atau qiyafah sebagaimana

uraian di atas, dalam persoalan persengketaan nasab ini juga dikenal

metode undian atau qur’ah. Akan tetapi, Ibnu Al-Qayyim mengatakan

bahwa undian ini dinilai sebagai cara dan upaya paling terakhir, ketika

tidak bisa di tempuh melalui pengakuan, pembuktian, atau perkiraan,

jadi selama masih bisa ditembuh dengan cara lain, metode

penyelesaian persengketaan nasab dengan undian ini harus dihindari,

sebab cara ini sangat bersifat spekulatif yang jauh dari indikasi ke arah

kebenaran, apalagi keilmiahan.39

B. Pencatatan Kelahiran

1. Pengertian Pencatatan Kelahiran

Pencatatan Sipil adalah pencatatan peristiwa penting yang

dialami oleh seseorang dalam register Pencatatan Sipil pada Instansi

Pelaksana.40 Peristiwa penting yang harus dicatatkan adalah peristiwa

yang di alami oleh penduduk yang membawa akibat terjadinya

perubahan hak-hak keperdataan, maupun lahirnya hak keperdaataan atau

hapusnya hak keperdataan. Sebagai mana yang disebutkan dalam

undang-undang, Peristiwa Penting adalah kejadian yang dialami oleh

seseorang meliputi kelahiran, kematian, lahir mati, perkawinan,

perceraian, pengakuan anak, pengesahan anak, pengangkatan anak,

perubahan nama dan perubahan status kewarganegaraan.41

Pencatatan kelahiran merupakan salah satu bentuk upaya untuk

memberikan perlindungan hukum bagi seorang anak yang dilahirkan

agar segala hak-hak anak tersebut dapat dipenuhi. Setiap kelahiran yang

38M. Jamil, “Nasab Dalam Perspektif Tafsir Ahkam”, Jurnal Ahkam: Vol. XVI, Nomor 1,

(Medan, UIN Sumatera Utara, 2016), h. 129 39Nurul Irfan, Nasab & Status Anak Dalam Hukum Islam, (Jakarta: Amzah, 2012), h. 139 40UU No. 24 Tahun 2013 Pasal 1 Ayat 15, Undang-Undang Administrasi Pemerintahan dan

Kependudukan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2017), h. 92 41UU No. 24 Tahun 2013 Pasal 1 Ayat 17, Undang-Undang Administrasi Pemerintahan dan

Kependudukan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2017), h. 93

Page 31: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

22

terjadi wajib dilaporkan oleh penduduk kepada Instansi Pelaksana

setempat paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak kelahiran.42 Pelaporan

harus dilakukan sesegera mungkin agar anak tersebut mendapat

pelayanan langsung berupa pemberian akta yaitu surat sebagai alat bukti

yang diberi tanda tangan, yang memuat peristiwa yang menjadi dasar

suatu hak atau perikatan, yang dibuat sejak semula dengan sengaja untuk

pembuktian.43

Kelahiran yang sudah dilaporkan kepada Dinas Kependudukan

dan Pencatatan Sipil setempat maka berdasarkan pelaporan tersebut

pejabat pencatatan sipil mencatat pada Register Akta Kelahiran dan

menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran.44Akta Kelahiran yang dikeluarkan

oleh pejabat yang berwenang yang berkaitan dengan adanya kelahiran,45

Merupakan Akta autentik yang dibuat menurut ketentuan-ketentuan yang

telah ditetapkan, baik dengan atau tanpa bantuan yang berkepentingan

untuk dicatat di dalamnya.46

Akta kelahiran itu sendiri terdiri dari: akta kelahiran umum;

akta kelahiran istimewa; akta kelahiran luar biasa; dan akta kelahiran

tambahan, dengan penjelasan:47

a. Akta kelahiran umum

Akta kelahiran umum adalah akta kelahiran yang diterbitkan

berdasarkan laporan kelahiran yang disampaikan dalam waktu yang

ditentukan oleh perundang-undangan, yakni 60 hari kerja sejak

peristiwa untuk semua golongan, kelcuali golongan Eropa selama 10

42UU No. 24 Tahun 2013 Pasal 27 Ayat 1, Undang-Undang Administrasi Pemerintahan dan

Kependudukan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2017), h. 98 43 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia Edisi Ketujuh, (Yogyakarta:

Liberty Yogyakarta, 2006) Cet. 1, h. 149 44UU No. 24 Tahun 2013 Pasal 27 Ayat 2, Undang-Undang Administrasi Pemerintahan dan

Kependudukan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2017), h. 98 45Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata Dalam Sistem Hukum Nasional, (Jakarta: Kencana,

2011), Cet. 3, h. 65 46Rocky Marbun, dkk, Kamus Hukum Lengkap, (Jakarta: Visimedia, 2012) h.12 47Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata Dalam Sistem Hukum Nasional, (Jakarta: Kencana,

2011), Cet. 3, h. 66

Page 32: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

23

hari kerja. Esensi dari akta kelahiran umum adalah disampaikan dalam

60 hari kerja sejak kelahiran.

b. Akta kelahiran istimewa

Akta kelahiran istimewa adalah akta kelahiran yang

diterbitkan berdasarkan laporan kelahiran yang disampaikan setelah

melewati batas waktu yang ditentukan oleh perundang-undangan.

Batas waktu lewat yakni melebihi 60 hari.

c. Akta kelahiran luar biasa

Akta kelahiran luar biasa adalah akta kelahiran yang

diterbitkan oleh Kantor Catatan Sipil pada zaman Revolusi antara 1

Mei 1940 sampai 31 Desember 1949 dan kelahiran tersebut tidak di

wilayah hukum kantor catatan sipil setempat.

d. Akta kelahiran tambahan

Akta kelahiran tambahan adalah akta kelahiran yang

diterbitkan oleh pejabat yang berwenang terhadap orang yang lahir

pada tanggal 1 Januari 1967 sampai 31 Maret 1983, yang tunduk pada

Stb. 1920 No. 751 jo. Stb. 1927 No. 564 dan Stb. 1933 No. 75 jo. Stb.

1936 No. 607.

Sebagai salah satu surat kependudukan, akta kelahiran yang

dikeluarkan oleh kantor catatan sipil mempunyai beberapa fungsi,

sebagai berikut: 48

a. Menunjukan hubungan hukum antara anak dan orangtuanya secara

sah di depan hukum, karena di dalam akta disebutkan nama bapak dan

ibu dari si anak.

b. Merupakan bukti kewarganegaraan dan identitas diri awal anak yang

dilahirkan dan diakui oleh negara.

Dengan adanya akta kelahiran ini, anak secara yuridis berhak

mendapatkan perlindungan hak-hak kewarganegaraannya, seperti hak

atas pendidikan, hak atas kesehatan, hak atas pemukiman dan hak atas

48Henry S. Siswosoediro, Mengurus Surat-Surat Kependudukan (Identitas Diri), (Jakarta:

Visimedia, 2008) h. 15

Page 33: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

24

sistem perlindungan sosial. Dalam hal ini, masyarakat berarti sudah

membantu mewujudkan kepastian hukum dan menghendaki adanya

ketentraman, ketertiban, keteraturan, dan keamanan terhadap peristiwa

hukum yang terjadi.

2. Prosedur Pencatatan Kelahiran

Peristiwa kelahiran dicatatkan pada Instansi Pelaksana di tempat

terjadinya kelahiran. dalam melaksanakan pencatatan peristiwa kelahiran

perlu diperhatikan hal-hal berikut ini:49

a. Tempat domisili ibunya bagi penduduk Warga Negara Indonesia.

b. Di luar tempat domisili ibunya bagi penduduk warga Negara

Indonesia.

c. Tempat domisili ibunya bagi penduduk Orang Asing.

d. Di luar tempat domisili ibunya bagi penduduk Orang Asing.

e. Orang Asing pemegang Izin Kunjungan; dan

f. Anak yang tidak diketahui asal usulnya atau keberadaan orang tuanya.

Untuk anak yang dilahirkan bertempat di domisili ibunya maka

ada tata cara yang harus dilakukan yaitu:50

a. Penduduk Warga Negara Indonesia mengisi Formulir Surat

Keterangan Kelahiran dengan menunjukan persyaratan administrasi

dalam pengurusan akta kelahiran kepada Petugas Registrasi di kantor

desa/kelurahan.

b. Formulir Surat Keterangan Kelahiran ditandatangani oleh pemohon

dan diketahui oleh Kepala Desa/Lurah

c. Kepala Desa/Lurah berkewajiban meneruskan Formulir Surat

Keterangan Kelahiran kepada UPTD Instansi Pelaksana untuk

diterbitkan Kutipan Akta Kelahiran.

49Perpres No. 25 Tahun 2008 Pasal 51 Ayat 1 dan 2, Himpunan Peraturan Presiden Republik

Indonesia Tahun 2008, (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2009), h. 188 50Perpres No. 25 Tahun 2008 Pasal 53, Himpunan Peraturan Presiden Republik Indonesia

Tahun 2008, (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2009), h. 189

Page 34: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

25

d. Dalam hal UPTD Instansi Pelaksana tidak ada, Kepala Desa/Lurah

menyampaikan ke kecamatan untuk meneruskan Formulir Surat

Keterangan Kelahiran kepada Instansi Pelaksana.

e. Pejabat Pencatatan Sipil pada Instansi Pelaksana/UPTD Instansi

Pelaksana mencatat dalam Register Akta Kelahiran dan menerbitkan

Kutipan Akta Kelahiran dan menyampaikan kepada Kepala

Desa/Lurah atau kepada pemohon.

Adapun Persyaratan Administrasi yang harus dipenuhi oleh

pemohon dalam pengurusan akta kelahiran meliputi: (1) surat keterangan

kelahiran dari yang berwenang, misalnya dokter, bidan, dukun anak,

nahkoda, dan pilot pesawat; (2) surat dari lurah/kepala desa; (3) surat

nikah; (4) surat bukti kewarganegaraan [SBK] bagi WNA yang telah

menjadi WNI dan ganti nama; (5) Kartu Susunan Keluarga; (6)

melampirkan dokumen-dokumen asing bagi WNA; dan (7) Dua orang

saksi yang memenuhi persyaratan, yaitu: dewasa, sehat jasmani dan

rohani, tidak buta huruf, dan berdomisili di kantor catatan sipil yang

bersangkutan.51

Apabila anak yang dilahirkan bertempat diluar domisili ibunya

maka pencatatan kelahiran Pendudukan Warga Negara Indonesia harus

dilakukan dengan tata cara:52

a. Penduduk Warga Negara Indonesia mengisi Formulir Surat

Keterangan Kelahiran dengan menyerahkan surat kelahiran dari

dokter/bidan/penolong kelahiran dan menunjukan KTP ibu atau

bapaknya kepada Instansi Pelaksana.

b. Pejabat Pencatatan Sipil pada Instansi Pelaksana mencatat dalam

Register Akta Kelahiran dan menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran.

Pelaporan kelahiran yang melampaui batas waktu 60 (enam

puluh) hari sejak tanggal kelahiran, pencatatan dan penerbitan akta

51Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata Dalam Sistem Hukum Nasional, (Jakarta: Kencana,

2011), Cet. 3, h. 67 52Perpres No. 25 Tahun 2008 Pasal 54, Himpunan Peraturan Presiden Republik Indonesia

Tahun 2008, (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2009), h. 189

Page 35: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

26

kelahiran dilaksanakan setelah mendapatkan keputusan Kepala Instansi

Pelaksana setempat.53

Dalam hal pelaporan kelahiran tidak disertai kutipan akta

nikah/akta perkawinan orang tua sebagaimana persyaratan administrasi

dalam pengurusan akta kelahiran maka pencatatan kelahiran tetap

dilaksanakan.54

Terkait peristiwa anak yang tidak diketahui asal-usulnya atau

anak temuan (istilhaq), maka prosedur pengurusan administrasi

penerbitan Akta Kelahiran harus menyertakan Berita Acara dari

kepolisian sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan Presiden Nomor 96

Tahun 2018 Tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk

dan Pencatatan Sipil :

“Pencatatan kelahiran WNI bagi anak yang baru lahir atau baru

ditemukan dan tidak diketahui asal usulnya atau keberadaan orang

tuanya harus memenuhi persyaratan berita acara dari kepolisian.”

(Pasal 33 Ayat 2)

Pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang

Administrasi Kependudukan khususnya Pasal 28 juga dijelaskan bahwa :

“Pencatatan kelahiran dalam Register Akta kelahiran dan penerbitan

Kutipan Akte Kelahiran terhadap peristiwa kelahiran seseorang yang

tidak diketahui asal-usulnya atau keberadaan orang tuanya, didasarkan

pada laporan orang yang menemukan dilengkapi Berita Acara

Pemeriksaan dari Kepolisian.” (Ayat 1)

53UU No. 24 Tahun 2013 Pasal 32 Ayat 1, Undang-Undang Administrasi Pemerintahan dan

Kependudukan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2017), h. 98 54Perpres No. 25 Tahun 2008 Pasal 52 Ayat 2, Himpunan Peraturan Presiden Republik

Indonesia Tahun 2008, (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2009), h. 188

Page 36: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

27

“Kutipan Akta Kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat 1

diterbitkan oleh Pejabat Pencatatan Sipil dan disimpan oleh Instansi

Pelaksana” (Ayat 2)

Kutipan akta kelahiran seorang anak yang tidak diketahui asal-

usulnya atau keberadaan orang tuanya yang telah terbit akan diserahkan

kepada yang bersangkutan setelah dewasa.

Sesuai dengan Pasal 58 pada Peraturan Presiden Republik

Indonesia Nomor 96 Tahun 2018 Tentang Persyaratan dan Tata Cara

Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil, Pencatatan kelahiran untuk

anak yang tidak diketahui asal-usulnya dan keberadaan orang tuanya

termasuk ke dalam Pencatatan Peristiwa Penting Lainnya yakni dengan

ketentuan sebagai berikut:

“Pencatatan Peristiwa Penting lainnya bagi Penduduk harus memenuhi

persyaratan:

a. salinan penetapan pengadilan negeri tentang Peristiwa Penting

lainnya;

b. kutipan akta Pencatatan Sipil;

c. KK; dan

d. KTP-el.” (Ayat 1)

“Pencatatan atas Peristiwa Penting lainnya sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilakukan dengan membuat catatan pinggir pada register

akta kelahiran maupun pada kutipan akta kelahiran.” (Ayat 2)

Maka untuk anak yang tidak diketahui asal-usulnya, orang tua

yang akan mengurusnya hanya berstatus sebagai wali, dimana untuk

menentukan perwalian ini harus berdasarkan ketetapan pengadilan,

sehingga untuk di akta kelahiran juga nantinya tidak sebagai anak dari

suami-isteri tetapi anak dari perwalian orang tua yang mengangkatnya.

merupakan pengakuan anak yang terbatas, sebagai hukum yang khusus.55

55Enty Lafina Nasution, “Perlindungan Hukum Melalui Akta Kelahiran Terhadap Anak Yang

Tidak Diketahui Asal-Usulnya”, Jurnal Hukum Samudra Keadilan, Vol. 12, Nomor 2, (Desember, 2017), h. 326

Page 37: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

28

3. Sejarah Pencatatan Kelahiran

Lembaga Catatan Sipil itu bukanlah lembaga asli bangsa

Indonesia, akan tetapi diambil dari negeri Belanda, lembaga ini baru

dikenal di Indonesia pada masa pemerintahan Kolonial Belanda, yaitu

sebagai akibat dari asas Konkordansi, sedang dasar hukumnya adalah

Pasal II Aturan Peralihan UUD ’45 yang menyatakan bahwa: segala

Badan Negara dan Peraturan yang ada masih langsung berlaku, selama

belum diadakan yang baru.56

Catatan Sipil itu telah ada semenjak revolusi Perancis. Sebelum

itu hanya kita dapati register untuk kelahiran, perkwainan, kematian dan

sebagainya, yang itu diselenggarakan oleh pihak gereja. Keterangan yang

dicatat oleh pihak gereja itu sangat tidak lengkap, sering kali sukar dapat

ditemukan kembali dan lagi tidak senantiasa dapat diminta oleh orang-

orang yang berkepentingan. Code Civil dan kemudian juga (diteladan

oleh) B.W. Nederland mengadakan pengaturan tentang Burgelijk Stand

umum didasarkan atas sebuah undang-undang tahun 1887 dan keputusan

tentang pembukuan penduduk.57

Mengenai pembuatan akta-akta, pada mulanya kantor/lembaga

Catatan Sipil hanya melayani pembuatan akta-akta bagi golongan-

golongan penduduk yaitu golongan Eropa, golongan timur asing dan

golongan Indonesia, di mana golongan Indonesia ini terbatas pula bagi

orang yang beragama nasrani dan orang-orang yang berdarah bangsawan,

yang berada di Jawa dan Maluku, sehingga lembaga Catatan Sipil itu

hanya dikenal oleh golongan-golongan teretentu saja, hal ini dapat kita

lihat dari segi peraturan-peraturan mengenai Catatan Sipil yang berlaku

atau diberlakukan.58

56Victor M. Situmorang dan Cormentyna Sitanggang, Aspek Hukum Akta Catatan Sipil Di

Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 1991), h. 5 57H.F.A. Vollmar, Inleiding Tot De Studie Van Het Nederlands Bugerlijk Recht. Penerjamah

I.S. Adiwimarta, Pengantar Studi Hukum Perdata, (Jakarta: Rajawali Pers, 1992) Cet. 3, h. 36 58Victor M. Situmorang dan Cormentyna Sitanggang, Aspek Hukum Akta Catatan Sipil Di

Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 1991), h. 6

Page 38: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

29

Di Batavia pelaksanaan Catatan Sipil telah ada sejak tahun 1820.

Hal ini terbukti dari arsip yang tersimpan di Kantor Catatan Sipil Propinsi

Daerah Khusus Ibukota Jakarta, meskipun secara resmi kelembagaan

catatan sipil baru ada secara de jure tahun 1850 yang kedudukannya

disesuaikan dengan wilayah kota Jakarta itu sendiri. Akan tetapi, dalam

pelaksanaannya untuk beberapa golongan penduduk saja terutama

bangsa Eropa.59

Lembaga ini diperuntukan pertama-tama bagi golongan eropa di

Indonesia, melalui Stb. 1849 No. 25. Bagi golongan Timur Asing

Tionghoa diterbitkan Reglement Catatan Sipil yang dimuat dalam Stb.

1917 No. 130 jo. Stb. 1919 No. 81 tentang Peraturan Catatan Sipil untuk

Golongan Tionghoa, yang berlaku untuk Jawa dan Madura serta

beberapa daerah lain pada tanggal 1 Mei 1919. Sementara bagi golongan

Bumi Putra diterbitkan Reglement yang dimuat dalam Stb. 1920 No. 751

jo. Stb. 1927 No. 564 yang mulai berlaku 1 Januari 1928. Sedangkan

dengan Ordonantie 1923 No. 75 jo. Stb. 1936 No. 607, diberlakukan

Reglement Catatan Sipil bagi Golongan Bumi Putra Kristen di Jawa dan

Madura, bekas residen Menado (yang lebih dikenal dengan nama

Minahasa) serta di daerah-daerah Ambonia, Saparua, dan Banda.60

Lembaga Catatan Sipil yang ada di Indonesia sekarang ini

sebenarnya merupakan kelanjutan peralihan, pengambiloperan dari

Negeri Belanda yang dinamakan dengan Burgerlijk Stand (BS), pada

zaman Belanda. Sedangkan Burgerlijk Stand yang ada di Negeri Belanda

ini berasal dari Perancis, hal ini terbukti dari sejarah yang diketahui pada

abad ke-18, Belanda pernah pula menjadi negara jajahan Perancis.61

59Victor M. Situmorang dan Cormentyna Sitanggang, Aspek Hukum Akta Catatan Sipil Di

Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 1991), h. 16 60Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata Dalam Sistem Hukum Nasional, (Jakarta: Kencana,

2011), Cet. 3, h. 65 61Victor M. Situmorang dan Cormentyna Sitanggang, Aspek Hukum Akta Catatan Sipil Di

Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 1991), h. 15

Page 39: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

30

Ketentuan-ketentuan tentang catatan sipil tersebut yang pada

dasarnya merupakan produk pemerintahan Hindia Belanda digunakan

dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kekosongan hukum di bidang

catatan sipil. Setelah Indonesia merdeka, ditetapkan berbagai peraturan

dibawah undang-undang yang mengatur tentang catatan sipil, antara lain:

(1) Instruksi Presidium Kabinet Ampera Nomor 31/U/IN/12/1966, yang

di keluarkan pada tanggal 27 Desember 1966 dan mulai berlaku tanggal

1 Januari 1967; (2) Keputusan Presidan Nomor 12 Tahun 1983 tentang

Penataan dan Peningkatan Pembinaan Penyelenggaraan Catatan Sipil; (3)

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 1983 tentang

Oraganisasi dan Tata Kerja Kantor Catatan Sipil; (4) Keputusan Menteri

Dalam Negeri Nomor 477-752 Tahun 1983 tentang Penetapan Besarnya

Biaya Catatan Sipil.62

Kemudian di Indonesia pada tanggal 25 Agustus 1990 telah

meratifikasi Konvensi tentang Hak-Hak Anak (Convention on the Right

of the Child) sebagai hasil Sidang Majelis Umum PBB yang diterima

pada tanggal 20 November 1989 berdasarkan Keputusan Presiden

Nomor 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Convention on the Right of

the Child (Konvensi tentang Hak-Hak Anak). Salah satu hak anak

berdasarkan Konvensi Hak-Hak Anak PBB Tahun 1989 tersebut adalah

hak setiap anak untuk mendapatkan nama (identitas) yang diwujudkan

dalam akta kelahiran. Hal ini diamanatkan dalam Pasal 7 Konvensi Hak

Anak tersebut, yang menyatakan bahwa setiap anak harus didaftarkan

segera sesudah kelahiran dan harus mempunyai hak sejak lahir atas suatu

nama, hak untuk memperoleh kewarganegaraan, dan sejauh mungkin,

hak untuk mengetahui dan dirawat oleh orang tuanya.63

Jaminan setiap anak harus mempunyai Akta Kelahiran

ditegaskan lagi dalam Pasal 53 Ayat (2) Undang-Undang No. 39 Tahun

62Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata Dalam Sistem Hukum Nasional, (Jakarta: Kencana,

2011), Cet. 3, h. 64 63Rachmadi Usman, Hukum Pencatatan Sipil, (Jakarta : Sinar Grafika, 2019), h. 124-125

Page 40: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

31

1999 tentang Hak Asasi Manusia, dipertegas lagi dalam Pasal 27 Ayat (1)

dan Ayat (2) Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 tentang

Perlindungan Anak. Semula pelaporan dan penerbitan akta kelahiran

dilaksanakan di tempat terjadinya peristiwa kelahiran, seperti yang

diamanatkan dalam Pasal 27 Ayat (1) Undang-Undang No. 23 Tahun

2006. Namun ketentuan ini kemudian dirubah melalui Undang-Undang

No. 24 Tahun 2013 Tentang Administrasi Kependudukan bahwa

pelaporan dan penerbitan akta kelahiran dilaksanakan di tempat domisili

penduduk yang bersangkutan. Kemudian berdasarkan Peraturan Presiden

No. 25 Tahun 2008 maupun SEMA No. 6 Tahun 2012, ternyata

pencatatan kelahiran juga dimungkinkan dilakukan di tempat kediaman

atau domisili orang tua anak yang bersangkutan.64

C. Rekayasa Indentitas

1. Pengertian Perekayasaan

Perekayasaan identitas merupakan suatu perbuatan yang

termasuk ke dalam tindak pidana pemalsuan. Kejahatan pemalsuan

adalah kejahatan yang didalamnya mengandung sistem ketidakbenaran

atau palsuatas suatu hal (objek) yang sesuatunya itu tampak dari luar

seolah-olah benar adanya, padahal sesungguhnya bertentangan dengan

yang sebenarnya. Perbuatan pemalsuan merupakan suatu jenis

pelanggaran terhadap dua norma dasar:

a. Kebenaran (kepercayaan) yang pelanggarannya dapat tergolong

dalam kelompok kejahatan penipuan.

b. Ketertiban masyarakat, yang pelanggarannya tergolong dalam

kelompok kejahatan terhadap negara/ketertiban masyarakat.

Dalam ketentuan hukum pidana, dikenal beberapa bentuk

kejahatan pemalsuan, antara lain sumpah palsu, pemalsuan uang,

64Rachmadi Usman, Hukum Pencatatan Sipil, (Jakarta : Sinar Grafika, 2019), h. 139

Page 41: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

32

pemalsuan merek dan materai, dan pemalsuan surat.65 Membuat surat

palsu yaitu membuat surat yang isinya tidak benar, atau membuat

sedemikian rupa sehingga menunjukan asal surat itu yang tidak benar.

Sedangkan memalsu surat yaitu mengubah surat sedemikian rupa

sehingga isinya menjadi lain dari yang asli atau surat itu menjadi lain dari

yang asli. Surat yang dipalsu itu harus suatu surat yang:

a. Dapat menerbitkan suatu hak. Misalnya: ijazah, karcis tanda masuk,

dan lain-lain.

b. Dapat menerbitkan suatu perjanjian. Misalnya: surat penjanjian

piutang, perjanjian jual beli dan sewa.

c. Dapat menerbitkan suatu pembebasan utang (kuitansi dan

semacamnya).

d. Suatu surat yang digunakan sebagai suatu keterangan bagi suatu

perbuatan atau peristiwa. Misalnya: surat tanda kelahiran, buku

tabungan pos, buku kas, obligasi , dan lain. (R. Soesilo, 1991: 195).66

Oleh R. Soesilo, pemalsuan surat hanya bisa terjadi jika suatu

surat telah termasuk dalam kategori suatu surat yang dapat dipalsukan

seperti syarat yang telah di sampaikan. karena dari penggunaan surat itu

dapat dibayangkan suatu kemungkinan yang merugikan terhadap salah

satu pihak atau dapat menimbulkan kerugian dikemudian hari.

Jenis-jenis pemalsuan terhadap kebenaran dapat dikategorikan

sebagai berikut:67

a. Pemalsuan Intelektual

Pernyataan atau pemberitahuan yang diletakkan dalam suatu

tulisan atau surat, pernyataan atau pemberitahuan mana sejak semula

adalah tidak benar dengan perkataan lain orang yang memberikan

65Ismu Gunadi & Jonaedi Efendi, Cepat dan Mudah Memahami Hukum Pidana, (Jakarta:

Kencana, 2014), h. 173-174 66 Ismu Gunadi & Jonaedi Efendi, Cepat dan Mudah Memahami Hukum Pidana, (Jakarta:

Kencana, 2014), h. 180 67Moch Anwar, Hukum Pidana Bagian Khusus (KUHP BUKU II) Jilid I, (Bandung: Alumni,

1986) h. 157-158

Page 42: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

33

pernyataan atau pemberitahuan itu mengetahui atau memahami,

bahwa hal itu tidak benar atau tidak sesuai dengan kebenaran, hingga

tulisan atau surat itu mempunyai isi tidak benar.

b. Pemalsuan Materiil

Perbuatan mengubah suatu benda, tanda, merk, mata uang,

tulisan atau surat itu menunjukan atau menyatakan sesuatu hal yang

lain daripada aslinya. Benda, tanda, merk, mata uang, tulisan atau

surat itu secara material dipalsukan, tetapi karena isinya juga menjadi

palsu atau tidak benar.

Perbuatan membuat benda, tanda, merk, mata uang, tulisan atau

surat hingga serupa dengan yang aslinya tetapi bukan asli. termasuk juga

kedalam pengertian ‘Pemalsuan Materiil’. karena perbuatan itu bekaitan

dengan benda, tanda, merk, mata uang, tulisan atau surat yang secara

material dipalsukan tetapi digolongankan kepada pemalsuan materiil dan

pemalsuan intelektual. Karena keterangan didalam benda tersebut

dipengaruhi oleh wujud benda itu sendiri yang dibuat sedemikian rupa

hingga mirip dengan aslinya tetapi bukan yang asli. maka pernyataan

atau pemberitahuan yang disampaikan didalamnya ikut menjadi tidak

asli (paslu).

Pemalsuan intelektual yang murni hanya dapat dilakukan

terhadap tulisan atau surat bukan kepada benda, tanda, merk, mata uang.

karena pemalsuan keterangan atau pemberitahuan terjadi pada catatan

tulisan atau surat yang keseluruhannya merupakan asli tidak diubah,

tetapi penyataan yang termuat didalamnya adalah tidak asli atau tidak

benar. Tetapi penyampaian atau pernyataan didalamnya dapat berupa

informasi tentang benda, tanda, merk, mata uang.

Terkait pemalsuan surat, KUHP mengatur hukuman yang di

dapatkan pelaku yang melakukannya. Sebagaimana mana disebutkan:

(1) Barang siapa menyuruh memasukkan keterangan palsu ke dalam

suatu akta otentik mengenai sesuatu hal yang kebenarannya harus

dinyatakan oleh akta itu, dengan maksud untuk memakai atau menyuruh

orang lain memakai akta itu seolah-olah keterangannya sesuai dengan

Page 43: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

34

kebenaran, diancam, jika pemakaian itu dapat menimbulkan kerugian,

dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun. (Pasal 266)

(2) Diancam dengan pidana yang sama barang siapa dengan sengaja

memakai surat tersebut dalam ayat pertama, yang isinya tidak sejati atau

yang dipalsukan seolah-olah benar dan tidak dipalsu, jika pemalsuan

surat itu dapat menimbulkan kerugian. (Pasal 266)

Perbuatan penggunaan surat palsu tidak diperlukan untuk

kejahatan pemalsuan surat itu, tetapi dengan sendirinya dapat

menimbulkan kejahatan yang kedua. Jadi sama sekali tidak dipersoalkan,

penggunaan mana yang dikehendaki oleh pelaku tetapi perbuatan

pengguna itu ditentukan oleh Undang-Undang, bahwa penggunaan yang

dikehendaki oleh pelaku dapat menimbulkan kerugian.

Mengenai pemalsuan surat, pada hukum islam belum

diterangkan secara jelas dan khusus di dalamnya. Maka tindak pidana

pemalsuan surat ini dapat dikategotrikan kedalam jarimah ta’zir

mengingat tindak pidana pemalsuan surat ini baik jenis maupun

hukumannya tidak disebutkan di dalam nash syara secara jelas.

2. Pengertian Kesengajaan

Sebagian besar tindak pidana mempunyai unsaur

kesengajaanatau opzet, bukan unsur culpa. ini layak karena biasanya

yang pantas mendapat hukuman pidana itu adalah orang yang melakukan

sesuatu dengan sengaja.

Kesengajaan ini harus mengenai ketiga unsur dari tindak pidana,

yaitu ke-1: perbuatan yang dilarang; ke-2: akibat yang menjadi pokok

alasan diadakan larangan itu, dan ke-3: bahwa perbuatan itu melanggar

hukum.

Dalam pergaulan hidup kemasyarakatan sehari-hari, seorang

dengan suatu perbuatan sering mengakibatkan sekedar kerusakan, kalau

ia akan menghindarkan diri dari suatu celaan, hampir selalu berkata,

“saya tidak sengaja.” biasanya, apabila kerusakan itu tidak begitu berarti,

Page 44: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

35

perbuatan yang tidak sengaja itu dimaafkan oleh pihak yang menderita

kerugian. Artinya, tidak dikenai hukuman apapun.68

Menurut , kata “dengan sengaja” (opzettelijk) adalah sama

dengan “willens en weten” (dikehendaki dan diketahui). Ini berarti pada

waktu melakukan perbuatan, pelaku menghendaki (willen) perbuatan dan

atau akibat perbuatannya, juga mengetahui atau mengerti (weten) hal-hal

tersebut.69

Dalam Crimineel Wetboek (Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana) tahun 1809 dicantumkan: “Kesengajaan adalah kemauan untuk

melakukan atau tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang atau

diperintahkan oleh undang-undang” 70

Secara umum para pakar hukum pidana telah menerima adanya

3 (tiga) bentuk kesengajaan (opzet), yakni: 71

a. Kesengajaan sebagai maksud (opzet als oogmerk)

Sengaja sebagai maksud adalah bentuk kesengajaan yang

paling mudah dipahami. Dalam bentuk ini yang bersangkutan benar-

benar menghendaki (willens) dan mengetahui (wetens) perbuatan dan

akibatnya. Hal menghendaki dan mengetahui/mengerti ini harus

dilihat dari sudut kesalahan dalam arti normatif, yaitu berdasarkan

peristiwa konkret orang-orang menilai apakah pada umumnya orang

dalam situasi seperti itu seharusnya menghendaki perbuatannya dan

mengertahui/mengerti akan akibatnya.

Ada yang mengatakan bahwa yang dapat dikehendaki adalah

hanya perbuatannya, bukan akibatnya. akibat ini oleh si pelaku hanya

dapat dibayangkan atau digambarkan akan terjadi (voorstellen).

68Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, (Bandung: Refika Aditama,

2014) Cet. 6, h. 66 69 Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pres,

2012), h. 119 70 Leden Marpaung , Asas-Teori-Praktek Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006) Cet.

6, h. 13 71 Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pres,

2012), h. 121-123

Page 45: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

36

dengan demikian, secara dialektik timbul dua teori yang bertentangan

satu sama lain, yaitu (a) teori kehendak (wilstheorie) dan (b) teori

bayangan (voorstellings-theorie). teori kehendak menganggap

kesengajaan (opzet) ada apabila perbuatan dan akibat suatu tindak

pidana dikehendaki oleh si pelaku. Teori bayangan menganggap

kesengajaan dan apabila si pelaku pada waktu mulai melakukan

perbuatan ada bayangan yang terang bahwa akibat yang bersangkutan

akan tercapai, dan maka dari itu ia menyesuaikan perbuatannya

dengan akibat itu.72

b. Kesengajaan dengan keinsafan pasti (opzet als zekerheidsbewustzijn)

Sengaja dengan keinsafan pasti, yang bersangkutan

sebenarnya tidak sepenuhnya menghendaki apa yang terjadi, tetapi ia

melakukan perbuatan itu sebagai keharusan demi untuk mencapai

tujuan yang lain.

Kalau ini terjadi, maka teori kehendak (wilstheorie)

menganggap akibat tersebut juga dikehendaki oleh pelaku, maka kini

juga ada kesenjangan. menurut teori bayangan (voorstelling-theorie),

keadaan ini sama dengan kesengajaan berupa tujuan atau maksud

(oogmerk) karena dalam keduanya tentang akibat tidak dapat

dikatakan ada kehendak si pelaku, bahwa akibat itu pasti akan terjadi.

Maka, juga kini ada kesenjangan. Menurut Van Hattum (halaman 246),

“Kepastian” dalam kesengajaan semacam ini harus diartikan secara

relatif oleh karena secara ilmu pasti tidak mungkin ada kepastian

mutlak. maka, maksud “Kepastian” adalah suatu kemungkinan yang

sangat besar sedemikian rupa bahwa seorang manusia biasa

menganggap ada kepastian, tidak ada kemungkinan besar saja. Dalam

hukum tidak perlu diperhatikan kemungkian yang sangat kecil ini.

disamping itu, pengertian “Kepastian” dalam masyarakat dengan

sendirinya tidak mungkin berarti mutlak, tetapi selalu relatif. Bisa

72Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, (Bandung: Refika Aditama,

2014) Cet. 6, h. 67

Page 46: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

37

dikatakan, hampir tidak ada perbedaan antara kesengajaan secara

tujuan atau maksud dan kesengajaan secara keinsyafan kepastian.73

c. Kesengajaan dengan keinsafan kemungkinan (dolus eventualis)

Sengaja dengan keinsafan kemungkinan, derajat

“menghendaki” sudah makin menurun. Pelaku sebenarnya tidak

menghendaki terjadinya akibat itu, tapi ia sudah mengetahui adanya

kemungkinan tersebut tapi ia tetap melakukan perbuatannya dengan

mengambil resiko itu.

3. Pengertian Kealpaan

Menurut doktrin, schuld yang sering diterjemahkan dengan

“kesalahan” terdiri atas:

a. Kesengajaan, dan

b. Kealpaan

Kedua hal tersebut dibedakan, “kesengajaan” adalah

dikehendaki, sdang “kealpaan” adalah tidak dikehendaki. Umumnya para

pakar sependapat bahwa “kealpaan” adalah bentuk kesalahan yang lebih

ringan dari “kesengajaan”. Itulah sebabnya, sanksi atau ancaman

hukuman terhadap pelanggaran norma pidana yang dilakukan dengan

“kealpaan”, lebih ringan. Pada umumnya kealpaan (culpa) dibedakan

atas:

a. Kealpaan dengan kesadaran (bewuste schuld). Dalam hal ini, si pelaku

telah membayangkan atau menduga akan timbulnya suatu akibat,

tetapi walaupun ia berusaha untuk mencegah, toh timbul juga akibat

tersebut.

b. Kealpaan tanpa kesadaran (onbewuste schuld). Dalam hal ini, si

pelaku tidak membayangkan atau menduga akan timbulnya suatu

akibat, yang dilarang dan diancam hukuman oleh undang-undang,

73Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, (Bandung: Refika Aditama,

2014) Cet. 6, h. 69

Page 47: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

38

sedang ia seharusnya memperhitungkan akan timbulnya suatu

akibat.74

Mengenai pengertian kealpaan (culpa) dan dasar pikiran

dipandang perlunya mengenakan pidana terhadap orang yang dengan

culpa tersebut, dijelaskan dalam Risalah penjelasan Rancangan KUHPid

Belanda sebagai berikut:

Pada umumnya bagi kejahatan-kejahatan wet mengharuskan

bahwa kehendak terdakwa ditujukan pada perbuatan yang dilarang dan

diancam dengan pidana. Kecuali keadaan yang dilarang itu mungkin

sedemikian besar berbahayanya terhadap keamanan umum mengenai

orang atau barang dan jika terjadi menimbulkan banyak kerugian,

sehingga wet harus bertindak pula terhadap mereka yang tidak berhati-

hati, yang teledor. Dengan pendek: yang menimbulkan keadan itu karena

kealpaannya. Disini sikap batin orang yang menimbulkan keadaan yang

dilarang itu bukanlah menentang larangan-larangan tersebut; dia tidak

menghendaki atau menyetujui timbulnya hal yang terlarang, tetapi

kesalahannya, kekeliruannya dalam batin sewaktu ia berbuat sehingga

menumbulkan hal yang dilarang itu ialah bahwa ia kurang mengindahkan

larangan itu.

Jadi, bukanlah semata-mata menentang larangan tersebut denga

justru melakukan yang dilarang itu. tetapi dia tidak begitu mengindahkan

larangan. ini ternyata dari perbuataannya. Dia alpa, lalai teledor dalam

melakakukan perbuatan tersebut, sebab jikalau dia cukup mengindahkan

adanya larangan waktu melakukan perbuatan yang secara objektif kausal

menimbulkan hal yang dilarang dia tentu tidak alpa atau kurang berhati-

hati agar jangan sampai mengakibatkan hal yang dilarang tadi.75

74 Leden Marpaung , Asas-Teori-Praktek Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006) Cet.

6, h. 25-26

75 Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pres,

2012), h.124-125

Page 48: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

39

Prof. Mr. D. Simons menerangkan “kealpaan” tersebut sebagai

berikut. “umumnya kealpaan itu terdiri atas dua bagian, yaitu tidak

berhati-hati melakukan suatu perbuatan, disamping dapat menduga

akibat perbuatan itu. Namun, meskipun suatu perbuatan dilakukan

dengan hati-hati, masih mugkin juga terjadi kealpaan jika yang berbuat

itu telah mengetahui bahwa dari perbuatan itu mungkin akan timbul suatu

akibat yang dilarang undang-undang.76 Kedua unsur ini dapat dijelaskan

sebagai berikut:

a. Pembuat dapat menduga (voorzienbaarheid) akan akibat

Penilaian yang dilakukan berdasarkan apakah pembuat

seharusnya dapat menduga akan akibat atau tidak. oleh karenanya,

Moeljatno menyebut unsur ini sebagai “tidak melakukan penduga-

duga yang perlu menurut hukum”.

Menurut pendapat Moeljatno, mengenai “tidak melakukan

penduga-duga yang perlu menurut hukum” ini ada dua kemungkinan,

yaitu:

1) Atau terdakwa berpikir bahwa akibat tidak akan terjadi karena

perbuatannya, padahal pandangan itu kemudian ternyata benar;

2) Atau terdakwa sama sekali tidak mempunyai pikiran bahwa akibat

yang dilarang mungkin timbul karena perbuatannya.

b. Pembuat tidak berhati-hati (onvoorzichtigheid)

Ukuran untuk menentukan apakah seseorang telah berhati-hati

atau tidak, yaitu apakah rata-rata orang dari lingkungan terdakwa atau

sekemampuan dengan terdakwa dalam keadaan yang sama akan

berbuat yang sama atau tidak; dan jika mereka itu akan berbuat yang

tidak sama berarti terdakwa telah tidak berhati-hati.

H.B. Vos merinci dua sikap tidak berhati-hati, yaitu:

76Leden Marpaung , Asas-Teori-Praktek Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006) Cet.

6, h. 29

Page 49: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

40

1) Pembuat tidak berhati-hati menurut semestinya (menurut normal),

misalnya tukang cat yang membersihkan pakaian kerjanya dengan

bensin dekat api;

2) Pembuat memang telah berhati-hati tetapi perbuatannya pada

pokoknya tidak boleh dilakukan, misalnya seorang membuat

mercon di rumahnya dengan sangat berhati-hati tetapi terjadi juga

ledakan dan kebakaran.

unsur atau syarat yang kedua ini merupakan syarat yang dalam

praktik guna menentukan adanya kealpaan.

Dalam ilmu hukum pidana dikenal istilah culpa lata (kealpaan

berat) dan culva levis (kealpaan ringan). Dalam dakwaan karena

kealpaan mengakibatkan matinya orang lain (Pasal 359 KUHPid),

Hoge Raad, 14-11-1887, memberikan pertimbangan bahwa kealpaan

(culpa) yang pembuatnya dapat dipidana tidak mencakup seluruh

sikap kurang hati-hati, kealpaan yang sedikit atau tidak mencoba

bersikap hati-hati, akan tetapi hanya mengenai tidak mengindahkan

sikap berhati-hati yang dapat dituntut setiap orang untuk perbuatan

yang dapat dipidana yang bisa dipertanggungjawabkan.77Disebut juga

asas culpa in causa, artinya orang yang tidak berhati-hati melakukan

suatu perbuatan yang beresiko, maka dia harus bertanggungjawab atas

akibat dari perbuatannya itu.78

77Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pres,

2012), h. 129-130 78Alfitra, Hapusnya Hak & Menuntut Menjalankan Pidana, (Jakarta: Raih Asa Sukses,

2014), Cet. 2, h. 61

Page 50: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

41

BAB III

REALITAS PENCATATAN KELAHIRAN

A. Pelaksanaan Pencatatan Kelahiran

Anak sangatlah membutuhkan perlindungan hukum dan kasih

sayang dari orang dewasa disekitarnya, dimana anak mempunyai berbagai

macam hak yang harus di implementasikan dalam kehidupan dan

penghidupan mereka.79 Pencatatan kelahiran yang merupakan salah satu

bentuk implementasi dari perlindungan hukum yang harus diperhatikan oleh

orang tua, keluarga, masyarakat dan negara.

Perlindungan hukum bagi anak dapat diartikan sebagai upaya

perlindungan hukum terhadap berbagai kebebasan dan hak asasi anak

(fundamental right and freedoms of children) serta berbagai kepentingan

yang berhubungan dengan kesejahteraan anak. Jadi masalah perlindungan

hukum bagi anak mencakup lingkungan hidup yang sangat luas.80

Diantara hak-hak anak yang mendasar yang diatur dalam Undang–

Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yaitu

hak memperoleh suatu nama dan status kewarganegaraan sebagaimana

termuat dalam Pasal 5. Identitas diri berupa nama dan status

kewarganegaraan merupakan hak yang harus diperoleh bagi anak yang

harus dijalan pemerintah. Identitas dimaksud, sebagaimana dinyatakan

dalam Pasal 27 dan Pasal 28 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014

tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak adalah identitas yang dituangkan dalam bentuk akta

kelahiran.

Di Indonesia saat ini masih ditemui anak yang indentitasnya tidak

atau belum tercatat dalam akta kelahiran, sehingga secara de jure

keberadaannya dianggap tidak ada oleh negara. Dengan tidak tercatatnya

79Nashrian, Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2011), h. 13 80Waluyadi, Hukum Perlindungan Anak, (Bandung: Mandar Maju, 2009), h. 1

Page 51: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

42

indentitas seorang anak menyebabkan resiko eksploitasi anak semkin tinggi.

Data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS tahun 2016

menunjukan masih rendahnya kepemilikan akte kelahiran anak usia 0-17

tahun.81

Penyebab masih banyaknya pencatatan kelahiran yang belum

dilakukan oleh masyarakat bisa datang dari berbagai hal. Soal kasus ini,

Deputi Bidang Perlindungan Anak Kementerian Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak mengungkapkan beberapa hambatan

yang mengakibatkan masih banyak anak yang tidak memiliki akta

kelahiran. "Ada hambatan mahalnya biaya, persyaratan banyak, dan

kurangnya pengetahuan mengenai pentingnya akta," ucapnya.82

Dilansir dari hukumonline.com, permasalahan administrasi lah

yang menjadi kendala atas pembuatan akta kelahiran anak. Misalnya, karena

tidak ada perkawinan resmi yang diakui oleh negara sehingga orang tua

tidak memiliki surat nikah yang sah. Akibatnya, orang tua tidak bisa

membuat akta kelahiran anak.83 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan membedakan mengenai anak sah dan anak tidak sah dimana

anak yang tidak sah hanya memiliki hubungan keperdataan dengan ibunya.

hal ini yang menyebabkan Orang tua dari anak hasil perzinaan itu kesulitan

dalam memberikan perlindungan hukum.

Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2018 tentang Persyaratan dan

Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil yang merupakan

tindak lanjut dari Pasal 32 Ayat 3 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013

Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang

Administrasi Kependudukan menjelaskan, prosedur pencatatan kelahiran di

81Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia,

Pentingnya Keabsahan Anak “https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/31/1875/ pentingnya-keabsahan-anak“, Diakses pada tanggal 14 Februari 2020, Pukul 17.50 WIB

82 https://nasional.tempo.co/read/700408/ini-alasan-53-persen-anak-tak-punya-akta-kel ahiran/full&view=ok, Diakses pada tanggal 14 Februari 2020, pukul 18.10 WIB

83 https://www.fimela.com/parenting/read/3771863/50-juta-anak-indonesia-belum-pun ya-akta-kelahiran-kenapa, Diakses pada tanggal 14 Februari 2020, Pukul 19.25 WIB

Page 52: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

43

dalam Pasal 33 Ayat 1 Pencatatan Kelahiran WNI harus memenuhi

persyaratan :

1. Surat Keterangan Kelahiran

2. Buku Nikah/Kutipan Akta Perkawinan atau bukti lain yang sah

3. Kartu Keluarga

4. KTP-el

Prosedur Pencatatan Kelahiran yang telah sebutkan dalam

Peraturan Presiden masih sulit untuk masyarakat lakukan. Ketiadaan syarat-

syarat untuk mengurus akta lahir terkadang menjadi penyebab

ketidakadaannya akta kelahiran pada seorang anak. Akhirnya keabsahan

nasab anak tersebut belum tertulis secara jelas secara hukum positif.

Dengan demikian anak-anak yang tidak tercatatkan kelahirannya

dalam dokumen negara dan tidak memiliki akta kelahiran dapat diartikan

sebagai non existent individual yang tidak memperoleh hak-hak

perlindungan yang sangat diperlukan sebagai anggota masyarakat.84 serta

asal usul dari seorang anak tersebut menjadi tidak jelas keabsahannya. oleh

karena itu, akta kelahiran haruslah diupayakan agar seorang anak dapat

memilikinya.

Salah satu bentuk upaya mendapatkan akta kelahiran disebutkan

pada ketentuan Pasal 55 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan di atur bahwa “bila akta kelahiran tidak ada, maka pengadilan

dapat mengeluarkan penetapan tentang asal-usul seorang anak setelah

diadakan pemeriksaan yang teliti berdasarkan bukti-bukti yang memenuhi

syarat dan atas dasar ketentuan tersebut, maka Instansi Pencatatan kelahiran

dapat mengeluarkan akte kelahiran bagi anak yang bersangkutan” dan Pasal

103 Ayat 2 Kompilasi Hukum Islam, dalam Buku I tentang perkawinan,

menyatakan “bila akta kelahiran atau alat bukti lainnya tidak ada maka

pengadilan agama dapat mengeluarkan penetapan tentang asal-usul seorang

anak”

84 Triyuni Soemartono dan Sri Hendrastuti, Administrasi Kependudukan Berbasis

Registrasi, (Jakarta: Yayasan Bina Profesi Mandiri, 2011), h. 113

Page 53: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

44

Dikatakan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

(Disdukcapil), tugas Disdukcapil adalah mencatat dan tidak dapat

membuktikan siapa orang tua dari anak luar kawin. Oleh karena itu, untuk

membuktikan kebenaran tersebut dan kepentingan penerbitan akta kelahiran

maka diperlukan penetapan pengadilan guna perlindungan hukum anak itu

sendiri.

Perihal pengadilan yang berwenang mengaluarkan penetapan atas

pengesahan anak luar kawin, bagi yang beragama Islam, permohonan

penetapan pengadilan diajukan ke pengadilan agama. Pengadilan agama

bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara

di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang

perkawinan. Termasuk salah satunya dalam bidang perkawinan adalah

penetapan asal-usul seorang anak dan penetapan pengangkatan anak

berdasarkan Hukum Islam. Sedangkan bagi yang beragama Non Islam,

permohonan penetapan pengadilan soal pengesahan anak luar kawin

diajukan ke pengadilan negeri. 85

Penetapan Pengadilan inilah yang kemudian menjadi masalah

karena harus mengeluarkan biaya, prosesnya sulit, dan butuh waktu lama,

sehingga akhirnya banyak orang yang tidak mempu dan tidak punya waktu

untuk mengurus akta kelahiran.

Dalam Pasal 27 ayat 1 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013

Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang

Administrasi Kependudukan menyebutkan, setiap kelahiran wajib

dilaporkan oleh penduduk kepada instansi pelaksana setempat paling lambat

60 (enam puluh) hari sejak kelahiran. Apabila pelaporan kelahiran melewati

batas waktu yang telah ditentukan maka penduduk tersebut akan dikenai

sanksi administratif berupa denda. Sebagaimana Pasal 73 Ayat 1 Peraturan

Presiden Nomor 96 Tahun 2018 tentang Persyaratan Tata Cara Pendaftaran

85Penetapan Pengadilan Terkait Penerbitan Akta Kelahiran Anak Luar Kawin, “https://

www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt552efb3eaaca4/penetapan-pengadilan-terkait-pen erbitan-akta-kelahiran-anak-luar-kawin/”, Diakses pada tanggal 4 Maret 2020, Pukul 07.37 WIB

Page 54: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

45

Penduduk Pencatatan Sipil yang berbunyi “Pelaporan peristiwa

kependudukan dan peristiwa penting yang melampaui batas waktu dikenai

denda administratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Keketentuan tentang pengenaan denda administratif diatur

berdasarkan Pasal 89 dan Pasal 90 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006,

Bahwa setiap penduduk yang terlambat pelaporan peristiwa kependudukan

dan Peristiwa Penting dikenai sanksi administratif berupa denda paling

banyak Rp. 1.000.000,- (Satu Juta Rupiah) bagi WNI, sedangkan bagi

Orang Asing paling banyak Rp. 2.000.000,- (Dua Juta Rupiah).86

Karena kendala tersebut, akibatnya orang tua berusaha mengubah

keterangan dalam melakukan pencatatan kelahiran bagi mereka yang

terlambat menikah karena anak dalam kandungan tersebut sudah terlanjur

dilahirkan atau menikah dengan orang lain yang bukan menghamili si

wanita. Banyak juga orang tua yang mencoba menitipkan anak luar nikah

tersebut ke dalam Kartu Keluarga orang lain dengan mengubah status orang

tua si anak agar anak tersebut mendapatkan perlindungan secara hukum.

Sehingga terkait dengan hal ini, banyak bermunculan pemalsuan akta

kelahiran oleh ibu kandungnya sendiri agar anaknya tetap dapat

memperoleh hak-hak konstitusionalnya dengan berbagai cara.

B. Kasus Pencatatan Kelahiran Bukan Kepada Orang Tua Kandung

Penduduk hampir di semua negara berkembang termasuk

indonesia selama berabad-abad, hidupnya telah dipengaruhi oleh nilai,

norma dan adat- istiadat yang bersifat positif terhadap perilaku yang

menginginkan banyak anak. Struktur kehidupan politik, ekonomi, sosial,

dan budaya (agama) telah memantapkan dan melembagakan sikap dan

tingkah laku tersebut, baik dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat,

maupun dalam kehidupan bernegara. Untuk dapat merubah sikap dan

tingkah laku tersebut menjadi sikap dan tingkah laku menyenangi dan

menginginkan anak sedikit sehingga dapat memenuhi hak-hak dan

86 Triyuni Soemartono dan Sri Hendrastuti, Administrasi Kependudukan Berbasis

Registrasi, (Jakarta: Yayasan Bina Profesi Mandiri, 2011), h. 173

Page 55: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

46

kewajiban terhadap anak tersebut. Kebijakan kependudukan secara

menyeluruh harus diperhitungkan berbagai faktor yang berpengaruh dan

hambatan-hambatan dari segi politik, ekonomi, sosial budaya, agama dan

juga dari segi psikologis perorangan dan masyarakat untuk kebaikan

kehidupan masyarakat.

Disebutkan dalam qaidah fiqh bahwa kebaikan harus di utamakan

dengan menghilangkan mudarat, yaitu:

ال ز ي ر ر الض

“Madlarat (bahaya) dapat dihilangkan.”

Islam mencegah adanya madlarat, baik kepada diri sendiri maupun

orang lain. Oleh karena itu Nabi memeberi peringatan keras agar tidak

melakukan tindakan sembarangan tanpa memepertimbangkan akibat yang

akan timbul dari perbuatan cerobohnya itu.87

Kelahiran yang dicatatkan secara resmi pada instansi berwenang

adalah sebagai langkah preventif untuk menolak dampak negatif/mudlarat

dikemudian hari. Dengan adanya pencatatan ini, maka kelahiran ini baik

secara hukum agama maupun hukum negara menjadi sah dan Ini penting

bagi pemenuhan hak-hak anak terutama soal status anak. Tetapi dalam

pelaksanaannya masih ada beberapa orang yang mencatatkan kelahirannya

secara tidak sesuai dengan aturan Undang-Undang yang mengakibatkan

kekaburan hukum.

1. Putusan Pengadilan Negeri Wonosari Nomor 49/Pdt.P/2018/PN.Wno88

Dalam penetapan yang terjadi pada Pengadilan Negeri

Wonosari yang memeriksa dan mengadili perkara permohonan nomor:

49/Pdt.P/2018/PN.Wno. dijelaskan bahwa telah terlaksana pernikahan

antara Pemohon I dan Pemohon II di Daerah Istimewa Yogyakarta yang

87M. Maftuhin Ar-Raudli, Kaidah Fiqih Menjawab Problematika Sepanjang Jaman: Uraian

Lengkap Al-Qawaid Al-Fiqhiyah Disertai Dengan Contoh-Contoh Yang Aktual, (Yogyakarta: Penerbit Gava Media, 2015), h. 159

88https://putusan3.mahkamahagung.go.id/direktori/periode/jenis/putus/pengadilan/pn-wonosari/tahun/2018/bulan/6.html, Diakses pada tanggal 22 Maret 2020, Pukul 19.02 WIB

Page 56: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

47

dilangsungkan secara sah menurut hukum dan dicatat pada Kantor

Urusan Agama (KUA) Ngawen, Kabupaten Gunung Kidul pertanggal 11

Juli 1996.

Dari pernikahan antara Pemohon I dengan Pemohon II tersebut,

telah di karuniai anak perempuan bernama Sifa Prihananti, lahir pada

tanggal 8 Januari 2006 di Blora yang merupakan anak kandung keempat

dari lima anak kandung yang dilahirkan oleh Pemohon II.

Sifa Prihananti, sebelumnya sudah diasuh oleh Pemohon I dan

Pemohon II hingga menginjak usia 3 bulan. Setelah berusia 3 bulan, Sifa

Prihananti kemudian diijinkan dan diperbolehkan untuk diasuh oleh

Sumini dengan Paino. Sumini adalah saudara kandung Pemohon II yang

sudah melakukan pernikahan secara sah dengan Paino pada tanggal 14

Juni 1997 dan tercatat pada Kantor Urusan Agama (KUA) yang sama

dengan Pemohon II.

Selama kurang lebih dua puluh tahun pernikahan Sumini dengan

Paino sampai saat ini belum dikaruniai anak. Oleh karena itu, Sumini

dengan Paino menyampaikan berniat untuk mengasuh anak tersebut

kepada Pemohon I dengan Pemohon II selaku orang tua kandung anak

tersebut.

Pada akhir tahun 2007 Pemerintah melalui Pemerintah Desa

mengadakan program Pemutihan Akta Kelahiran/ Pembuatan Akta

Masal, dan pasangan Sumini dan Paino selaku wali yang mengasuh dari

anak atas nama Sifa Prihananti bermaksud untuk membuatkan Akta

Kelahiran anak tersebut melalui Kepada Dusun selaku perangkat desa

dengan memenuhi persyaratannya termasuk Surat Keterangan Lahir.

Selang beberapa waktu, Akta Kelahiran anak atas nama Sifa

Prihananti jadi dan diantar Kepala Dusun kepada pasangan Sumini

dengan Paino. Tetapi setelah beberapa waktu pada saat diperiksa oleh

pasangan tersebut, didalam akta dicantumkan Sifa Prihananti lahir dari

pasangan suami istri Sumini dengan Paino.

Page 57: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

48

Setelah mengetahui kesalahan tersebut, Sumini dan Paino

menanyakan kepada Kepala Dusun dan Kepala Dusun telah menghadap

Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Gunung

Kidul untuk mengajukan permohonan pembatalan Akta Kelahiran atas

nama Sifa Prihananti tetapi tidak dikabulkan karena harus ada

penetapan/putusan dari Pengadilan Negeri.

Dalam persidangan, Pemohon I dan Pemohon II mengakui

sepenuhnya bahwa Sifa Prihananti benar-benar anak dari permohon I dan

Pemohon II yang dilahirkan dari rahim Pemohon II berdasarkan bukti

yang telah diberikan, dan hingga saat ini tidak ada orang/pihak manapun

yang menyangkal atau berkeberatan/menolak serta didukung keterangan

lima orang saksi, termasuk pengakuan pasangan Sumini dan Paino.

Untuk memberikan kepastian hukum dan hak serta kepentingan masa

depan anak Pemohon I dengan Pemohon II memerlukan penetapan

pembatalan akta kelahiran atas nama Sifa Prihananti, menyatakan secara

hukum bahwa akta kelahiran tersebut adalah tidak benar , tidak sah, cacat

hukum, dan batal demi hukum atau setidak-tidaknya tidak mempunyai

kekuatan hukum. Serta menuntut agar menghukum Kepala Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Gunung Kidul untuk

menarik, mencoret dan mencatat pembatalan akta kelahiran Sifa

Prihananti.

Pada amar di Pengadilan Negeri Wonosari adalah menetapkan

permohonan Pemohon dinyatakan tidak dapat diterima (Niet

Ontvankelijk Verklaard). Hakim berpendapat permohonan pemohon

yang dibuat oleh Pemohon/Kuasa Hukumnya, dalam posita memuat

mengenai dasar peristiwa diajukannya pembatalan akta kelahiran

sedangkan dalam petitumnya memohon untuk menghukum pihak Kepala

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Gunung Kidul, dengan demikian

formalitas permohonan Pemohon ada pihak yang dituntut untuk dihukum

oleh karenanya sesuai dengan ketentuan Pasal 72 Ayat (1) Undang-

Undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan Hakim

Page 58: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

49

berpendapat berkaitan tentang pembatalan akta kelahiran harus dengan

Putusan Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap, sehingga

berdasarkan penjelasan diatas Hakim berpendapat Permohonan

Pemohon adalah obscuur libel karena dalil posita dan tuntutan petitum

tidak sesuai sehingga menimbulkan ketidakjelasan/kabur maka dengan

demikian permohonan Pemohon tidak dapat diterima.

2. Putusan Pengadilan Negeri Garut Nomor 115/Pdt.P/2019/PN.Grt89

Bahwa pada tanggal 06 Januari 2008 Para Pemohon telah

melangsungkan pernikahan secara Agama Islam dan telah tercatat di

Kantor Urusan Agama Kecamatan Cibuk Kabupaten Garut sebagaimana

Kutipan Akta Nikah yang dikeluarkan tanggal 18 Juli 2019. Dari hasil

pernikahan tersebut lahir satu orang anak laki-laki yang bernama Diaz

Revan Nugraha pada tanggal 3 Desember 2008.

Bahwa pada kutipan akta kelahiran anak para pemohon yang

dikeluarkan oleh Kantor Dinas Kependudukan pada tanggal 21 Januari

2009 atas nama Diaz Revan Nugraha terdapat kesalahan nama ibu yaitu

seharusnya adalah Linda Arizona tetapi tertulis Risa Rismayanti yang

tidak lain adalah kakak kandung Linda Arizona.

Kesalahan tersebut terjadi, sewaktu menikah Pemohon (Linda

Arizona) meminta kepada Kantor Urusan Agama untuk menuliskan di

dalam buku nikah tersebut dengan nama kakak Pemohon yaitu Risa

Rismayanti. Karena sewaktu kakak kandung Pemohon melamar

pekerjaan di Pabrik Tekstil daerah Bandung, dikarenakan kakak kandung

pemohon tinggi badannya tidak memenuhi syarat maka oleh pengurus

pabrik Pemohon disuruh untuk menggantikannya, dengan cara Pemohon

menggunakan identitas dan ijazah atas nama kakak kandung pemohon.

Pada saat memenuhi kepentingan administrasi dan dokumen lamaran

kerja Pemohon melakukan juga hal penggantian keterangan pada

Kutipan Akta Pernikahan-nya agar sesuai dengan nama yang terdaftar

89 https://putusan3.mahkamahagung.go.id/pengadilan/direktori/pengadilan/pn-garut/

jenis/perdata-1/page/13.html, Diakses pada tanggal 29 Maret 2020, Pukul 05.54 WIB

Page 59: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

50

dan tercatat ditempat Pemohon melamar pekerjaan yaitu kakak kandung

Pemohon.

Begitupun juga dalam kutipan Akta Kelahiran anak para

Pemohon, nama ibu yang tercatat/tertulis adalah Risa Rismayanti (kakak

kandung Pemohon) dengan tujuan agar sesuai dengan identitas Pemohon

yang terdaftar/tercatat di perusahaan tersebut.

Disamping itu Para Pemohon juga memberikan bukti-bukti dan

setelah diperiksa menunjukkan kecocokan dan sesuai dengan aslinya

namun tidak pada bukti P.10 (Kartu Pengenal Karyawan An. Risa

Rismayanti) Serta berdasarkan penjelasan dari tiga orang saksi,

menerangkan bahwa Diaz Revan Nugraha adalah anak kandung Para

Pemohon.

Oleh karena itu, bahwa untuk kepastian hukum sehubungan

dengan perbaikan Akta Kelahiran anak Para Pemohon, perlu adanya

penetapan dari Pengadilan Negeri Garut. Yaitu menyatakan sah menurut

hukum bahwa nama ibu dalam akta kelahiran yang semula tertulis dan

terbaca Risa Rismayanti dirubah/diperbaiki menjadi tertulis dan terbaca

Linda Arizona.

Pada amar di Pengadilan Negeri Garut adalah menyatakan

permohonan Para Pemohon tidak dapat diterima. Hakim

mempertimbangkan bahwasanya Akta Kelahiran atas nama Diaz Revan

Nugraha terbit karena berdasarkan bukti Kutipan Akta Nikah antara Didi

Nugraha dan Risa Rismayanti, yang mana sesuai dengan keterangan

saksi Risa Rismayanti dan Para Pemohon bahwa Para Pemohon menikah

pada tahun 2008 meminta kepada KUA Cibiuk agar dalam Kutipan Akta

Nikah Indentitas Pemohon ditulis dengan menggunakan identitas kakak

kandung Pemohon (Linda Arizona) yaitu Risa Rismayanti.

Dengan demikian kesalahan nama ibu kandung yang terdapat

dalam Akta Kelahiran atas nama Diaz Revan Nugraha yang tertulis Risa

Rismayanti menurut Hakim bukan merupakan kesalahan tulis

redaksional. Tetapi Para Pemohon telah memasukkan keterangan yang

Page 60: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

51

tidak benar yaitu mengenai identitas ibu kandung, sehingga Kutipan Akta

Kelahiran yang dikeluarkan Kantor Pencatatan Sipil Kabupaten Garut

tersebut harus tetap dianggap benar kebenaran isinya, sampai ada putusan

pengadilan yang telah inkrah membuktikan sebaliknya.

Dipertimbangkan juga bahwa permohonan Para Pemohon

sebenarnya bukan hanya mengajukan Perbaikan/Pembetulan Kutipan

Akta Kelahiran seperti yang diajukan tetapi harus ada Putusan

Pengadilan yang membatalkannya, maka permohonan yang diajukan

oleh Para Pemohon haruslah dinyatakan tidak dapat diterima.

3. Putusan Pengadilan Negeri Kepanjen Nomor 76/Pdt.P/2010/PN.Kpj90

Pada tanggal 3 Juli 1991 bahwa Pemohon telah melaksanakan

pernikahan dengan seorang laki-laki bernama Ahmad Aziz sebagaimana

tercatat dalam Kutipan Akta Nikah yang dibuat oleh Kantor Urusan

Agama Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Barat. Didalam

pernikahannya Pemohon dikaruniai dua orang anak Eko Yudo Prayogo

dan Avisca Setyaning Putri. Pada bulan September 1994 suami Pemohon

yaitu Ahmad Aziz meninggal dunia.

Semenjak suaminya meninggal dunia pemohon bekerja diluar

kota dan kedua anak Pemohon dititipkan serta dirawat oleh kakak

Pemohon yang bernama Yayuk Suhartiningsih dan Isyanto. Untuk

kepentingan sekolah anak tersebut yang bernama Eko Yudo Prayogo,

waktu mengurus Akta Kelahirannya kakak Pemohon memberi

keterangan bahwa anak tersebut adalah anak kandungnya. Maka terbitlah

Akta Kelahiran atas nama Eko Yudo Prayogo sebagai anak laki-laki dari

suami isteri Isyanto dan Yayuk Suhartiningsih yang sebenarnya adalah

anak kandung dari suami isteri Ahmad Aziz dan Wahyunungsih.

Dari bukti-bukti yang telah diajukan oleh pemohon dimuka

sidang dan keterangan dua orang saksi bahwa benar Pemohon telah

90https://putusan3.mahkamahagung.go.id/direktori/periode/jenis/putus/pengadilan/pn-

kepanjen/tahun/2010/page/3.html, Diakses pada tanggal 29 Maret 2020, Pukul 05.54 WIB

Page 61: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

52

mempunyai anak laki-laki bernama Eko Yudo Prayogo, lahir di malang

tanggal 10 Juli 1992

Bahwa untuk kepentingan pembetulan Kutipan Akta Kelahiran

anak Pemohon tersebut menurut Undang-undang yang berlaku

diperlukan penetapan dari Pengadilan Negeri yang berwenang.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka Pemohon mohon kepada

Ketua Pengadilan Negeri Kepanjen untuk mengabulkan Permohonan

Pemohon dan menetapkan Kutipan Akta Kelahiran anak Pemohon yang

tertulis Eko Yudo Prayogo merupakan anak laki-laki dari suami isteri

Isyanto dan Yayuk Suhartiningsih dibatalkan dan dibetulkan dengan

menerbitkan Akta Kelahiran yang baru bahwa Eko Yudo Prayogo adalah

anak laki-laki dari suami isteri Ahmad Aziz dan Wahyuningsih yang

berkekuatan hukum tetap.

Pada Amar Pengadilan Negeri Kepanjen, menyatakan bahwa

Permohonan Pemohon dikabulkan dan menetapkan bahwa Akta

Kelahiran anak Pemohon yang tertulis Eko Yudo Prayogo anak laki-laki

dari suami isteri Isyanto dan Yayuk Suhartiningsih dinyatakan tidak

mempunyai kekuatan hukum yang sah dan perlu diadakan perbaikan

dengan menerbitkan Akta Kelahiran baru sehingga keterangan didalam

Akta Kelahiran tertulis Eko Yudo Prayogo adalah anak dari suami isteri

Ahmad Aziz dan Wahyuningsih dengan pertimbangan bahwa

pembatalan/pembetulan adalah hak setiap Warga Negara dan harus

mendapat penetapan dari Pengadilan untuk pembatalan/pembetulan pada

Akta Kelahiran anak Pemohon. Maka Pengadilan berpendapat bahwa

permohonan Pemohon (Wahyuningsih) dikabulkan.

C. Kewajiban Dalam Penetapan Nasab

Di antara disyariatkan ajaran hukum Islam adalah untuk

memelihara dan menjaga keturunan atau nasab. Nasab merupakan salah satu

fondasi dasar yang kokoh dalam membina suatu kehidupan rumah tangga

yang bersifat mengikat antarpribadi berdasarkan kesatuan darah. Berkaitan

dengan status nasab yang merupakan hak pertama bagi seorang anak, nasab

Page 62: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

53

merupakan nikmat dan karunia yang paling besar. Nasab juga merupakan

hak paling pertama yang harus diterima oleh seorang bayi agar terhindar

dari kehinaan dan keterlantaran.91

Persoalan nasab sangat diperhatikan sekali oleh syariat Islam

sehingga persoalan ini dimasukkan dalam prinsip-prinsip yang harus dijaga

dan dipelihara serta termasuk dalam salah satu dari lima tujuan utama dalam

agama yang disebut dengan Al-Maqashid Asy-syar’iyyah Al-Kulliyyat Al-

Khams. Dengan demikian, dalam rangka menjaga nasab atau keturunan

inilah ajaran syariat Islam mensyariatkan pernikahan sebagai cara yang

dipandang sah untuk menjaga dan memelihara kemurnian nasab, dan

sekaligus melarang perzinaan (prostitusi) karena dapat mengaburkan

kemurnian nasab seorang anak manusia. Karena nasab dalam Islam erat

kaitannya dengan struktur keluarga, baik dalam hukum perkawinan maupun

hukum kewarisan, juga dalam soal hak keperdataan seseorang, baik

menyangkut hak nasab, hak perwalian, hak memperoleh nafkah, dan hak

memperoleh harta warisan, bahkan sampai konsep mahram antara manusia

sebagai akibat dari hubungan persemendaan atau perkawinan.92

Mengingat betapa pentingnya permasalahan nasab ini, maka ajaran

Islam sangat menekankan untuk selalu menjaga dan memelihara kemurnian

nasab. Di samping itu Islam Juga tidak membenarkan adopsi dengan segala

kemutlakannya, sampai memutuskan hubungan nasab anak yang diadopsi

dengan orang tua kandungnya. Bahkan dalam kaitan ini pula seorang ayah

tidak dibenarkan mengingkari keturunannya, kecuali bisa dibuktikan secara

yuridis.

Berkenaan dengan masalah pengingkaran terhadap keturunannya

sendiri, dalam hukum Islam, seorang wanita diharamkan menisbahkan

91Nurul Irfan, Nasab & Status Anak Dalam Hukum Islam, (Jakarta: Amzah, 2012), h. 13 92Saiful Millah dan Asep Saepudin Jahar, Dualisme Hukum Perkawinan Islam di

Indonesia, (Jakarta: Amzah, 2019), h. 7

Page 63: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

54

(menghubungkan) seorang anak kepada orang lain yang bukan ayah

kandungnya sebagai mana sabda Nabi SAW:93

نة أيما امرأة عن أبي هريرة أنه سمع رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول حين نزلت آية الملع

في شيء ول يدخلها الله جنته وأيما رجل جحد أدخلت على قوم رجل ليس منهم فليست من الله

لين واللآخري ن يوم ولده وهو ينظر إليه احتجب الله عز وجل منه وفضحه على رءوس الو

القيامة

“Dari Abu Hurairah, sesungguhnya ia mendengar Rasulullah SAW

bersabda ketika ayat li’an turun, wanita mana saja yang melahirkan anak

melalui perzinaan, Allah mengabaikannya dan sekali-kali Allah tidak akan

memasukannya ke dalam surga. Dan lelaki mana saja yang mengingkari

nasab anaknya, sedangkan ia mengetahuinya, maka Allah akan

menghalanginya masuk ke surga dan aib yang menimpanya akan dibukakan

kepada pembesar orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang

belakangan di hari kiamat.” (HR. An-Nasa’i)

Selain dilarang, Penetapan nasab hanya bisa dilakukan oleh orang

tua kepada anak kandungnya sendiri. Karena jika bukan kepada anak

kandung maka tidak ada hubungan darah diantaranya. Dalam sistem

kenasaban Islam, seorang anak yang bukan anak kandung hanya bisa

dilakukan pengangkatan sebagai seorang anak yaitu perubahan status

menjadi anak angkat atau anak adopsi.

Adopsi menurut istilah dalam Ensiklopedia Hukum Islam. Tabbani

atau disebut dengan “adopsi” adalah pengangkatan anak orang lain sebagai

anak sendiri. Anak yang diadopsi itu disebut “anak angkat”. Istilah adopsi

dijumpai dalam lapangan hukum keperdataan, khususnya dalam lapangan

hukum keluarga. 94 Sedangkan menurut KHI dalam Pasal 171 huruf h,

bahwa anak angkat adalah anak yang dalam hal pemeliharaan untuk

hidupnya sehari-hari, biaya pendidikan dan sebagainya beralih

93Nurul Irfan, Nasab & Status Anak Dalam Hukum Islam, (Jakarta: Amzah, 2012), h. 24-25 94Abd. Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), h.

27

Page 64: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

55

tanggungjawabnya dari orang tua asal kepada orang tua angkatnya

berdasarkan putusan pengadilan.95

Larangan pengangkatan anak dalam arti benar-benar dijadikan

anak kandung ditegaskan berdasarkan firman Allah SWT dalam surat Al-

Ahzab ayat 4 dan 5 yang berbunyi:

يقول ٱلحق وهو يهدي هكم وٱلل لكم قولكم بأفوٱلسبيل وما جعل أدعياءكم أبناءكم ذ

”Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu

(sendiri). Yang demikian itu hanyalah perkataanmu di mulutmu saja. Dan

Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang

benar)” (QS. Al-Ahzab: 4)

فإن لم تعلموا ءاباءهم ليكم وليس ٱدعوهم لبائهم هو أقسط عند ٱلل ين ومو نكم في ٱلد فإخو

حيما عليكم جناح فيما أخطأتم به غفورا ر دت قلوبكم وكان ٱلل ا تعم كن مۦ ول

“Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-

bapak mereka; itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak

mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggilah mereka sebagai)

saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. Dan tidak ada dosa

atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya)

apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi

Maha Penyayang.”(QS. Al-Ahzab: 5)

Ayat diatas menegaskan Islam melarang praktek pengangkatan

anak yang memiliki implikasi yuridis seperti pengangkatan anak oleh

lembaga pengangkatan anak yang dikenal dengan hukum barat atau hukum

sekuler seperti yang dipraktekkan pada masa jahiliyah yang menjadikan

anak angkat tersebut menjadi anak kandungnya untuk saling mewarisi

sehingga anak angkat memutuskan hubungan hukum dengan orang tua

kandungnya sehingga orang tua angkat menjadi wali mutlak terhadap anak

angkat tersebut dalam pernikahan nantinya.

95Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: Akademika Presindo, 1995), h. 170

Page 65: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

56

Bahwasanya anak yang tadinya tidak ada hubungan sama sekali

dari pasangan suami istri kepada seorang anak yang bukan anak kandung

menjadi anak angkat dari pasangan suami istri tersebut hanya berakibat pada

tanggungjawab untuk mengurus kebutuhannya dan tidak ada yang

menjadikannya putus hubungan nasab kepada orang tua kandungnya.

Dalam perkawinan yang sah, para ulama sepakat bahwa anak yang

lahir dari seorang wanita dalam suatu perkawinan yang sah dapat

dinasabkan kepada suami si wanita tersebut, sesuai dengan hadis Nabi SAW

dalam riwayat Al-Bukhari:

د بن زياد قال: سمعت ثنا شعبة: حدثنا محم أبا هريرة: قال النبي صلى الله عليه و حدثنا آدم: حد

سلم: الولد للفراش و للعاهر الحجر

“Telah berkata kepada kami Adam, telah bekata keapda kami Syu’bah,

telah berkata kepada kami Muhammad bin Ziyad berkata: “Aku mendengar

Abu Hurairah bahwa Nabi SAW bersabda: ‘Anak itu bagi yang meniduri

istri (secara sah) yaitu suami, sedangkan bagi pezina ia hanya berhak

mendapatkan batu (hukuman).’” (HR. Al-Bukhari)

Hadis tersebut di atas menjadi penegasan bahwa nasab anak yang

lahir dari perkawinan yang sah dapat ditetapkan dan dihubungkan kepada

ayah kandungnya (suami ibunya). Akan tetapi para ulama juga memberikan

syarat-syarat yang wajib dipenuhi dalam menetapkan nasab melalui

perkawinan yang sah, yaitu sebagai berikut:96

1. Suami dalam perkawinan tersebut adalah suami yang dimungkinkan

dapat memberikan keturunan, yaitu sudah baligh (dewasa), sehat alat

kelaminnya, dan tidak mandul (menurut keterangan dokter ahli) sehingga

dari ketiga sifat ini nasab seorang anak dapat ditetapkan.

2. Hendaknya anak yang dihasilkan dari perkawinan yang sah itu terlahir

tidak kurang dari waktu enam bulan setelah akad nikah orangtuanya.

(menurut kalangan hanafiyah) dan juga enam bulan setelah terjadinya

96Saiful Millah dan Asep Saepudin Jahar, Dualisme Hukum Perkawinan Islam di Indonesia,

(Jakarta: Amzah, 2019), h. 136-137

Page 66: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

57

hubungan badan (menurut jumhur ulama) sehingga jika seorang anak

terlahir kurang dari waktu enam bulan tersebut, maka kesepakatan para

ulama mengatakan bahwa ia tidak dapat dihubungkan nasabnya kepada

suami (yang menikahi) ibunya, kecuali jika si suami mengakui anak itu

sebagai anak hasil dari benihnya, dan pengakuan ini bukanlah pengakuan

atas perbuatan zina yang dilakukannya sebelum akad nikah yang sah

sehingga menghasilkan anak tersebut karena bagaimanapun juga

perzinaan tidak akan pernah membentuk adanya hubungan nasab.

3. Suami-istri itu minimal bertemu satu kali secara fisik yang

memungkinkan terjadinya hubungan badan antara mereka setelah sahnya

akad nikah mereka.

Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa ketiga syarat di atas

tidak terpenuhi semuanya, maka seorang anak yang dilahirkan tidak dapat

dinasabkan kepada suami (dari ibunya) meskipun telah terjadi akad nikah

(perkawinan) yang sah dan nasab seorang anak dapat terbentuk dan

dihubungkan kepada ayah kandungnya, (yaitu suami ibunya yang

menuangkan benih ke rahim ibunya si anak) melalui perkawinan yang sah

bukan melalui hubungan zina.

Menurut Fadhel Ilahi, zina dalam makna menurut syara’ dan

bahasa, adalah seorang laki-laki yang menyetubuhi perempuan melalui

qubul (vagina atau kemaluan), yang bukan dengan istrinya, tanpa melalui

perkawinan atau syubhatun nikah (perkawinan yang syubhat). Serta

menurut Abdul Qader ‘Oudah, hubungan seksual yang diharamkan itu,

adalah memasukan penis laki-laki ke vagina perempuan yang bukan istrinya,

baik seluruhnya atau sebagian (itliqaa’ khitaanain).97

Hubungan seksual antara laki-laki dan wanita yang tidak atau

belum diikat oleh suatu perkawinan Seringkali menyebabkan terjadi

kehamilan yang mengakibatkan wanita tersebut hamil karena zina. Karena

seorang wanita sudah terlanjur hamil sebagai akibat lelaki yang

97 Neng Djubaedah, Perzinaan Dalam Peraturan Perundang-Undangan Di Indonesia

Ditinjau Dari Hukum Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 119

Page 67: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

58

menghamilinya. Kemudian karena kehamilannya semakin membesar maka

mau tidak mau lelaki yang menghamilinya harus segera menikahinya.

Tujuannya supaya si bayi yang dalam kandungan mempunyai ayah pada

saat ia dilahirkan.

Dalam masalah nasab anak yang dilahirkan dari perkawinan wanita

hamil karena zina, terdapat perbedaan yang mendasar antara fiqh dengan

KHI. Fiqh mazhab memberikan batasan waktu kelahiran anak minimal

enam bulan setalah akad nikah orangtuanya, barulah anak bisa dinasabkan

kepada “ayah”nya. Sementara KHI tidak memberikan batasan waktu sama

sekali.

Waktu enam bulan setelah akad nikah yang sah atau setelah

terjadinya hubungan badan adalah waktu minimal terjadinya kehamilan

sampai dengan kelahiran anak menurut kesepakatan ulama fiqh. Dalilnya

adalah ijma’ ulama yang menggabungkan pemahaman terhadap QS. Al-

Ahqaf ayat 15 yang menyebutkan tentang keseluruhan masa kehamilan

sampai disapihnya seorang anak adalah 30 bulan; dan pemahaman terhadap

QS. Luqman ayat 14 yang menyebutkan tentang masa disapihnya seorang

anak adalah dalam usia 2 tahun (24 bulan). masa enam bulam diperoleh

setelah mengurangi masa keseluruhan kehamilan sampai disapihnya

seorang bayi itu yaitu 30 bulan (QS. Al-Ahqaf: 15) dan waktu menyapih

seorang anak adalah dalam usia 24 bulan (QS. Luqman: 14). Kalau dari

waktu 30 bulan dikurangi 24 usia sapih, maka diperoleh waktu 6 bulan yang

disepakati merupakan waktu minimalnya kehamilan seorang wanita sampai

ia melahirkan .98

Para ulama sepakat menyatakan bahwa perzinaan bukan penyebab

timbulnya hubungan nasab. Alasan kuatnya adalah sabda Nabi SAW dalam

sebuah hadis:

عن ابي هريرة أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال الولد للفراش وللعاهر الحجر

98Saiful Millah dan Asep Saepudin Jahar, Dualisme Hukum Perkawinan Islam di Indonesia,

(Jakarta: Amzah, 2019), h. 138

Page 68: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

59

“Dari Abu Hurairah sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Anak itu

bagi yang memiliki tempat tidur (bagi yang meniduri istri) dan bagi pezina

hanya berhak mendapatkan batu hukuman.” (HR. Muslim)

Hadis ini telah disepakati oleh para ulama dari berbagai kalangan

mazhab sebagai alasan bahwa perzinaan itu sama sekali tidak akan

berpengaruh terhadap sebab-sebab ketetapan nasab antara anak dengan ayah

biologisnya yang menzinai ibunya. Implikasi dari tidak adanya hubungan

nasab antara anak dengan ayah akan sangat kelihatan dalam beberapa aspek

yuridis, dimana lelaki yang secara biologis adalah ayah kandungnya itu

berkedudukan sebagai orang lain sehingga tidak wajib memberi nafkah,

karena tidak ada hubungan waris mewarisi.99

Bahkan jika seorang wanita hamil karena zina sudah memasuki

masa hamil tua sembilan bulan, maka orangtuanya berusaha untuk

menikahkannya agar ketika anak hasil perbuatan zina itu dilahirkan ia tetap

dianggap sah karena dilahirkan dalam ikatan perkawinan yang sah. Hal ini

tentu bertentangan dengan prinsip dasar hukum Islam dalam hal

pemeliharaan nasab anak, dan berpotensi mengembalikan cara penetapan

nasab menurut adat kebiasaan zaman Jahiliyah dahulu.100

KHI tidak memberikan batasan waktu sama sekali, sebagaimana

ketentuan kawin hamil dalam Pasal 53 yang berbunyi “(a) seorang wanita

hamil diluar nikah, dapat dikawinkan dengan pria yang menghamilinya;

(b) perkawinan dengan wanita hamil yang disebut pada poin ‘a’ dapat

dilangsungkan tanpa menunggu lebih dahulu kelahiran anaknya”,101 dan

penjelasan tentang anak sah tertuang dalam Pasal 99 yang menyatakan

bahwa “Anak sah adalah: (a) anak yang dilahirkan dalam atau akibat

99M. Nurul Irfan, Unsur Jarimah Qadhaf dalam Penetapan Status Hukum Anak Luar Kawin,

(Jurnal Ahkam: Vol. XIII, No. 2, Juli 2013). h. 227 100Saiful Millah dan Asep Saepudin Jahar, Dualisme Hukum Perkawinan Islam di Indonesia,

(Jakarta: Amzah, 2019), h. 144 101Mardani, Hukum Keluarga Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2016), h. 91

Page 69: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

60

perkwinan yang sah; (b) hasil pembuahan suami-Istri sah di luar rahim dan

dilahirkan oleh istri tersebut”102,

Karena suatu hal yang perlu dicatat sehubungan dengan kawin

hamil dalam KHI sengaja dirumuskan secara singkat dan agak bersifat

umum. Maksudnya untuk memberi keleluasaan bagi Pengadilan untuk

mencatat dan menemukan asas-asas baru melalui terobosan dan dan

konstruksi yang lebih aktual dan rasional.

Kompromi nilai ini perlu, sebab salah satu tujuan utama asas

kebolehan kawin hamil bermaskud untuk memberi perlindungan hukum

yang pasti kepada anak dalam kandungan. Kompromi ini, ditinjau dari

kenyataan terjadinya ikhtilaf dalam ajaran fikih dihubungkan pula denga

faktor sosiologis dan psikologis. Dari berbagai faktor yang dikemukakan

ditarik suatu kesimpulan berdasarkan asas Istishlah, sehingga dari

penggabungan faktor ikhtilaf dan ‘urf perumus KHI berpendapat: lebih

besar mashlahah membolehkan kawin hamil dari pada melarangnya.103

Kemudian karena tenggang waktu enam bulan yang dijadikan

dasar oleh para ulama mazhab dalam penentuan hubungan nasab itu

bukanlah berdasarkan dalil yang qath’i, baik dari Al-Qur’an maupun hadis,

tetapi semata-mata hanyalah merupakan pemahaman para ulama mazhab

terhadap dua ayat dalam Al-Qur’an tersebut.

KHI memahami kedua ayat tersebut bukan untuk dijadikan sebagai

dasar dalam penentuan nasab, melainkan hanyalah sebagai dasar dalam

menentukan batas minimal kehamilan, maksudnya adalah bahwa Allah

SWT menjadikan kedua ayat tersebut sebagai penjelasan mengenai seorang

perempuan dalam mengandung anaknya membutuhkan waktu minimal

enam bulan sejak terbentuknya nuthfah sampai ia melahirkan

kandungannya.104

102Saiful Millah dan Asep Saepudin Jahar, Dualisme Hukum Perkawinan Islam di Indonesia,

(Jakarta: Amzah, 2019), h. 9 103Mardani, Hukum Keluarga Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2016), h. 92 104Saiful Millah dan Asep Saepudin Jahar, Dualisme Hukum Perkawinan Islam di Indonesia,

(Jakarta: Amzah, 2019), h. 147

Page 70: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

61

BAB IV

KEKUATAN HUKUM AKTA KELAHIRAN

DALAM MENENTUKAN NASAB

A. PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP KEABSAHAN AKTA

KELAHIRAN DALAM MENENTUKAN NASAB

Dalam Hukum Islam, Akta Kelahiran bukanlah sesutau hal yang

dilarang dan tidak ada larangan atasnya karena itu merupakan suatu

pencatatan dengan maksud untuk memberikan pembuktian atas suatu

peristiwa. Akta Kelahiran membuktikan bahwa seorang anak yang namanya

disebut di sana adalah keturunan dari orang atau orang-orang yang

disebutkan didalamnya.105 Sejatinya tidak ada nash Al-Qur’an yang secara

langsung mengatur pencatatan kelahiran seorang anak. masalah ini

termasuk kepada ruang lingkup muamalah, yaitu hubungan antar sesama

manusia. Karena dalam bermuamalah sebuah kaidah fikih menyebutkan

bahwa:

ا ه م ي ر ح ى ت ل ع يل ل د ن أ ل , إ ة اح ب ال ت ل ام ع ي الم ف ل ص ال

“Pada dasarnya pada segala sesuatu itu hukumnya mubah, kecuali jika ada

dalil yang menunjukan atas makna lainnya”106

Selain itu, Hukum Islam mengenal pula ucapan hukum yang

bernama “Ikrar”, yaitu suatu pengakuan oleh seseorang anak yang telah

baligh bahwa bapak A adalah orang tua saya atau bapak A dan istrinya

mengakui bahwa si B adalah anak kandungnya. Kecuali jika tidak

memungkinkan oleh Si bapak A dan istrinya untuk membenarkan itu, sebab

sakit atau hilang ingatan. Maka ditanyakan ke beberapa saksi yang

mengetahui hal tersebut.

105J. Satrio, Hukum Keluarga Tentang Kedudukan Anak dalam Undang-Undang, (Bandung:

Citra Aditya Bakti, 2005), h. 87 106 Fathurrahman Azhari, Qawaid Fiqhiyyah Muamalah, (Banjarmasin: Lembaga

Pemberdayaan Kualitas Ummat, 2015), h. 135

Page 71: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

62

Ketentuan hukum Akta Kelahiran sebagai bukti autentik asal usul

anak, secara metodologis merupakan inovasi Hukum Positif terhadap

ketentuan hukum dalam Hukum Islam. Jika dalam hukum Islam asal-usul

anak dapat diketahui dengan adanya ikatan perkawinan sah dan lain-lain,

dipertegas dengan batasan minimal atau maksimal yang lazim pada usia

janin dalam kandungan, maka pembuktian secara formal yang bersifat

administratif tentang asal-usul anak adalah dengan menggunakan Akta

Kelahiran atau Surat Keterangan Lahir.

Penentuan perlunya Akta Kelahiran tersebut didasarkan atas

prinsip mashlahat mursalat (kemaslahatan yang terlepas dari syariat atau

dengan kata lain kebaikan yang tidak disinggung-singgung benar tidaknya

dalam syariat, baik secara umum maupun secara khusus) 107 yaitu

merealisasikan kemaslahatan bagi anak yang semua itu dilakukan atas dasar

pertimbangan untuk mendatangkan manfaat dan menghindari mudharat

dalam bermasyarakat.108 Seperti yang dijelaskan Rasulullah SAW :

ار ر ض ل و ر ر ض ل ن ى أ ض ق م ل س و ه ي ل ع الله ل و س ر ن أ ت ام ص ن اب ة اد ب ع ن ع

“Dari Ubadah bin Shamit; bahwasanya Rasulullah SAW menetapkan tidak

boleh berbuat kemudharatan dan tidak boleh pula membalas

kemudharatan.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)109

Pencatatan itu berguna menjaga status dan asal-usul anak serta

mengingat manfaat akta kelahiran adalah sebagai bukti otentik ketika terjadi

sengketa waris, sengketa wasiat atau hibah. Maka pencatatan kelahiran

menjadi penting karena akan membawa mashlahat bagi setiap orang yang

mencatatkannya dan tidak ada halangan sedikit pun dari Islam untuk

mencatatkan kelahiran.

107 Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggaraan

Penerjemah dan Penafsiran al-Qur’an, 1973), h. 219 108Munawar Kholil, Kembali Kepada al-Quran dan as-Sunnah, (Semarang: Bulan Bintang,

1955), h. 43 109Muchlis Usman, Kaidah-Kaidah Ushuliyyah dan Fiqhiyyah, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2002), h. 132

Page 72: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

63

Namun lain halnya dengan sahnya keterangan nasab yang tertera

pada pencatatan kelahiran. Dijelaskan bahwa nasab seseorang hanya bisa

terjadi jika anak tersebut merupakan hasil dari pernikahan yang sah oleh

kedua orang tuanya. Sebagaimana firman Allah SWT dan Hadist Rasulullah

SAW:

وهو ٱلذي خلق من ٱلماء بشرا فجعلهۥ نسبا وصهرا وكان ربك قديرا

“Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu Dia jadikan

manusia itu (punya) keturunan dan musaharah (hubungan kekeluargaan

yang berasal dari perkawinan) dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa.”(Q.S.

Al-Furqan: 54)

عن ابي هريرة أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال الولد للفراش وللعاهر الحجر

Dari Abu Hurairah sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Anak itu bagi

yang memiliki tempat tidur (bagi yang meniduri istri) dan bagi pezina hanya

berhak mendapatkan batu hukuman. (HR. Muslim)110

Nama seorang anak dan orang tua yang tertera didalam Akta

Kelahiran tidak bisa sepenuhnya menjadi dasar keabsahan suatu nasab

antara keduanya. Karena Akta Kelahiran merupakan tanda bukti pernyataan

tentang keterangan kelahiran seorang bayi dalam bentuk kertas selembar

kertas yang dibuat untuk dipakai atau digunakan sebagai bukti perbuatan

hukum. Masih ada kemungkinan untuk memalsukan keterangan didalam

suatu Akta Kelahiran.

Mencatatkan kelahiran bukan kepada orang tua kandungnya

merupakan suatu perbuatan yang menyalahi aturan agama dan juga karena

melakukan sebuah pembohongan dengan mengubah status nasab yang

seharusnya dimiliki. Rasulullah SAW bersabda:

ل ج الر ي ع د ى ي ر ف ال م ظ ع أ ن م ن : إ م ل س و ه ي ل ع ى الله ل ص الله ل و س ر ال : ق ال ق ع ق س ال ن ب ة ل اث و ن ع

ل ق ي م ا ل م م ل س و ه ي ل ع ى الله ل ص الله ل و س ى ر ل ع ل و ق ي و , أ ر ت م ا ل م ه ن ي ع ي ر ي و أ , ه ي ب أ ر ي ى غ ل إ

110Nurul Irfan, Nasab & Status Anak Dalam Hukum Islam, (Jakarta: Amzah, 2012), h. 79

Page 73: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

64

“Diriwayatkan dari Watsilah bin Asqo’ berkata, Rasulullah SAW bersabda:

sesungguhnya diantara kebohongan paling besar adalah seseorang

mengakukan diri kepada selain ayahnya, mengaku matanya melihat apa

yang tidak dilihatnya dan berbicara mencatut nama Rasulullah SAW apa

yang tidak beliau ucapkan.”(HR. Bukhari)111

Dr. H. Satria Effendi M. Zein yang menulis Bab IV buku Analisis

Hukum Islam Tentang Anak Luar Nikah (1998/1999: 63) menjelaskan

bahwa:

1. Upaya seseorang mengangkat seorang anak dan menisbahkan kepada

dirinya, tidak dapat merubah hakikat dari anak itu sendiri sehingga tetap

saja bukan anaknya. Untuk menghindarkan penipuan dan

penyalahgunaan nasab, Qur’an menyarankan agar memanggil anak

angkat dengan panggilan nama ayahnya yang sebenarnya.

2. pengalihan nasab adalah sebuah pemalsuan yang harus diwaspadai dalam

kehidupan keluarga.112

Pemalsuan sebagaimana yang telah dijelaskan merupakan suatu

kebohongan. Pengalihan nasab pada dasarnya adalah perbuatan dusta yakni

dengan memberikan keterangan yang seharusnya benar di dalam pembuatan

surat kelahiran/akta kelahiran, tetapi mengingkarinya dengan memberikan

keterangan palsu. Di dalam Al-Qur’an terdapat sejumlah ayat yang

melarang dengan tegas untuk tidak berbuat dusta (al-kidzb), yaitu:

الكذب ذا حرام لتفتروا على الل ذا حلل وه الذين إن ول تقولوا لما تصف ألسنتكم الكذب ه

الكذب ل يفلحون يفترون على الل

“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh

lidahmu secara dusta "ini halal dan ini haram", untuk mengada-adakan

kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-

111Abu Nabil, Terjemah Syarah Shohih Bukhori, (Solo: Zam-Zam, 2014), h. 619 112 A. Mukhsin Asyrof, Mengupas Permasalahan Istilhaq Dalam Hukum Islam, h. 8

http://blog.umy.ac.id/ghea/files/2012/01/MENGUPAS-PERMASALAHAN-ISTILHAQ-1.pdf, diakses pada tanggal 18 April 2020.

Page 74: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

65

adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung.” (Q.S. An-Nahl:

166)

Islam melarang segala macam bentuk pembohongan atau penipuan,

termasuk perbuatan pemalsuan surat, karena hal tersebut adalah perbuatan

zalim. Adapun dari segi bahasa pengertian zalim ialah meletakan sesuatu

bukan pada tempatnya. Ia adalah perbuatan yang melampaui batas atau

bertindak terhadap hak manusia dengan cara yang tidak benar. Allah

mengharamkan manusia berlaku zhalim terhadap sesamanya.

Dalam hukum, dijelaskan bahwa tindak pidana pemalsuan surat

digolongkan kedalam jarimah ta’zir, oleh karenanya terhadap tindak pidana

pemalsuan surat ini dijatuhkan hukuman ta’zir kepada pelakunya. hal itu

didasarkan pada kesesuaian dengan jarimah pemalsuan tanda tangan,

pemalsuan stempel dan pemalsuan Al-Qur’an yang terjadi pada masa ke

Khalifahan Umar bin Khattab. Karena pemberian hukuman terhadap Ma’an

Bin Zaidah yang melakukan jarimah pemalsuan stempel Bait Al-Maal

cukup untuk dijadikan landasan hukum larangan terhadap tindak pidana

pemalsuan surat tersebut.113

Hukuman ta’zir adalah hukuman yang belum ditetapkan syara dan

diserahkan sepenuhnya kepada Ulil Amri untuk menetapkannya. Sedangkan

para ulama fiqih mendefinisikannya sebagai hukuman yang wajib menjadi

hak Allah atau bani adam pada tiap-tiap kemaksiatan yang tidak mempunyai

batasan tertentu dan tidak pula ada kafarahnya. 114 Hukuman ta’zir ini

jenisnya beragam namun secara garis besar dapat dibagi dalam empat

kelompok, yaitu:

1. Hukuman ta’zir yang berkaitan dengan badan, seperti hukuman mati dan

hukuman jilid.

2. Hukuman ta’zir yang berkaitan dengan kemerdekaan seseorang, seperti

hukuman penjara dan hukuman pengasingan.

113Ali Muhammad Ash-Shalabi, Biografi Umar bin Al-Khathab Edisi Indonesia, terjemah:

Khoirul Amru Harahap dan Akhmad Faozan, (Jakarta: Al-Kautsar, 2008), h. 438 114Ruway’i Ar-Ruhaly, Fiqh Umar, terjemah: A.M. Basalamah, (Jakarta: Pustaka Al-Kausar,

1994), h. 110

Page 75: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

66

3. Hukuman ta’zir yangberkaitan dengan harta, seperti denda, penyitaan,

perampasan harta dan penghancuran barang.

4. Hukuman lain yang ditentukan oleh Ulil Amri demi kemaslahatan

umum.115

Berdasarkan jenis-jenis hukuman ta’zir tersebut diatas, maka

hukuman yang diberikan kepada pelaku tindak pidana pemalsuan surat

adalah hukuman jilid dan hukuman pengasingan.

Wahbah Az- Zuhayly menyebutkan bahwa syariat islam melarang

orang laki-laki mengingkari nasab anaknya sendiri, melarang ibu-ibu

menisbahkan nasab anaknya kepada orang lain selain ayah hakikinya serta

melarang anak menisbahkan nasabnya kepada selain ayahnya sendiri dan

telah membatalkan hukum tabany/pengangkatan anak yang menghilangkan

nasab kepada orang tua kandungnya seperti yang terjadi dijaman

jahilyah/sebelum islam.116

Dalam perspektif Hukum Islam, sangatlah penting untuk menjaga

hubungan nasab. menjaga nasab (hifzul nasab) adalah salah satu dari lima

tujuan syariat Islam dalam menjalankan kehidupan. Menisbahkan nasab

seseorang anak di Akta Kelahiranya kepada selain orang tua yang

melahirkannya akan memberikan dampak yang sangat besar terhadap

kehidupannya di masyarakat. Karena Akta Kelahiran merupakan bukti

otentik ketika terjadi sengketa waris, sengketa wasiat atau hibah dan

pernikahan, syarat serta rukun yang harus dipenuhi dalam perbuatannya

menjadi tidak sesuai dengan seharusnya jika terjadi pemalsuan pada Akta

Kelahiran dan itu akan mempengaruhi pada hasil keputusannya. Untuk

itulah islam tidak menisbahkan nasab seseorang kepada orang lain yang

bukan orang tua kandungnya. Rasulullah SAW bersabda:

ة ام ي الق م و ى ي ل إ ه ع ب ت ت الم الله ة ن ع ل ه ي ل ع ف ه ي ال و م ر ي ى غ ل ى إ م ت ان و أ ه ي ب أ ر ي ى غ ل ى إ ع اد ن م

115A. Rahaman I. Doi, Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah (Syari’ah), (Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2002), h. 292-293 116Wahbah Az-Zuhayly, Al-Fiqhu Al-Islamiyyu wa Adillatuhu Jilid VII, (Damaskus: Darr Al-

Fikri, 1989) cet. 3, h. 673-674

Page 76: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

67

“Siapa saja mengaku ayah pada selain ayahnya sendiri dan ber-intima’

pada selain tuannya maka laknat Allah akan terus mengikutinya hingga hari

kiamat.”(HR. Muslim)117

ام ر ح ه ي ل ع ة ن ج ال ف ه ي ب أ ر ي غ ه ن أ م ل ع ي و ه و ه ي ب أ ر ي ى غ ل ى إ ع اد ن م

“Siapa yang mengaku-aku bernasab kepada selain ayahnya dalam keadaan

ia tahu orang itu bukan ayah kandungnya maka surga haram baginya.”

(HR. Bukhari No. 6766) 118

Dalam hadis ini dijelaskan peringatan yang keras dan ancaman

berat bagi orang yang melakukan perubahan nasab orang lain menjadi anak

kandung. Dengan hal tersebut maka larangan juga terkandung didalamnya.

Asaf A.A. Fyzee dalam bukunya ‘Outline of Muhammadan Law’

yang diterjemahkan dengan judul ‘Pokok-Pokok Hukum Islam’ Dia

membedakan antara legitimacy dan legitimation. Legitimacy adalah suatu

status yang dihasilkan oleh fakta-fakta tertentu. Sedangkan legitimation

adalah suatu prosedur yang harus dipenuhi untuk mendapatkan status yang

tidak dipunyai sebelumnya. Dengan demikian berkaitan dengan masalah

nasab Asaf A.A. Fyzee menyatakan bahwa Hukum Islam tidak ada

legitimation. 119 Sebagaimana firman Allah SWT berikut ini:

ه ئي تظاهرون منهن أم لرجل من قلبين في جوفه وما جعل أزواجكم الل اتكم وما ما جعل الل

لكم قولكم بأف جعل أدعياءكم أ يقول الحق وهو يهدي السبيل بناءكم ذ واهكم والل

Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam

rongganya; dan Dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu zhihar itu

sebagai ibumu, dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai

anak kandungmu (sendiri). Yang demikian itu hanyalah perkataanmu di

mulutmu saja. Dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia

menunjukkan jalan (yang benar). (Q.S. Al-Ahzab: 4)

117Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali, Syarah Riyadhush Shalihin Jilid V, Terj: M. Abdul Ghoffar,

(Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2005), h. 483 118Solihin, Riyadhus Shalihin Edisi Indonesia, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2015), h. 995 119Arifin Bey, Pokok-Pokok Hukum Islam Jilid I, (Jakarta: Tintamas, 1995), cet. 2, h. 247-248

Page 77: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

68

ين وموا فإن لم تعلموا آباءهم فإخوانكم في الد ليكم وليس ادعوهم لبائهم هو أقسط عند الل

غفورا رح دت قلوبكم وكان الل كن ما تعميما عليكم جناح فيما أخطأتم به ول

Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-

bapak mereka; itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak

mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggilah mereka sebagai)

saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. Dan tidak ada dosa

atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya)

apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi

Maha Penyayang. (Q.S. Al-Ahzab: 5)

Di dalam potongan ayat keempat surat Al-Ahzab yang telah tertulis

di atas, Allah SWT berfirman “yang demikian itu hanyalah perkataan di

mulutmu saja.” Panggilanmu atas mereka sebagai anak tidak memastikan

keberadaannya sebagai anak yang hakiki sebab anak itu diciptakan dari

sulbi orang lain. Seperti halnya keberadaan dua kalbu dalam tubuh

seseorang sebagai hal yang mustahil, demikian pula seorang anak mustahil

memiliki dua ayah.120 Maka hubungan orang tua dan anak yang terdapat

dalam sebuah Akta Kelahiran hanyalah sebuah pernyataan saja.

Hubungan orang tua dan anak yang diatur dalam Islam menunjukan

bahwa nasab suatu hal yang harus di utamakan. Janganlah sebagai

masyarakat memanfaatkan celah dalam proses pembuatan Akta Kelahiran

untuk memalsukan atau merubah ketentuan nasab didalamnya. karena

keterangan nasab didalam Akta Kelahiran tidak mengakibatkan perubahan

hubungan keturuan (nasab) yang sebenarnya. Islam adalah rahmatan lil

alamin, dan semua yang telah diatur didalamnya adalah demi kemashlatan

bersama. Serta merupakan agama yang benar dan adil, oleh karena itu

penisbatan anak juga harus didasarkan pada keadilan dan kebenaran

didalam perbuatannya.

120Muhammad Nasib Rifa’i, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir ‘Surah Al-Isra – Yasin’ Jilid III,

(Jakarta: Gema Insani, 2012), h. 601

Page 78: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

69

Dimaafkan perbuatannya apabila dilakukan karena khilaf olehnya

Seperti yang terjadi pada Putusan Pengadilan Negeri Wonosari Nomor

49/Pdt.P/2018/PN.Wno. Pemohon I dengan Pemohon II tersebut, telah di

karuniai anak perempuan bernama Sifa Prihananti. Pemohon II mempunyai

saudara kandung yaitu Sumini, selama kurang lebih dua puluh tahun

pernikahan dengan Paino sampai saat ini belum dikaruniai anak. Oleh

karena itu, Sumini dengan Paino menyampaikan berniat untuk mengasuh

anak tersebut. Setelah disetujui, kemudian Sumini dan Paino mengsasuhnya

serta membantu mengurus pembuatan Akta Kelahiran bagi anak tersebut

karena ada Program Pemutihan Akta Kelahiran. Tetapi setelah Akta

Kelahiran itu terbit terdapat kesalahan nama orang tua didalamnya yaitu atas

nama Sumini dengan Paino.

Maka dari itu, berdasarkan penyebab terjadinya perubahan nasab

tersebut tidak ada hukuman atas kekeliruan yang terjadi. Karena tidak ada

niat untuk memalsukan keterangan didalamnya atau merubah nasab anak

angkat menjadi anak kandung orang tua angkatnya.

B. PANDANGAN HUKUM POSITIF TERHADAP KEABSAHAN

AKTA KELAHIRAN DALAM MENENTUKAN NASAB

Penerbitan Akta Kelahiran setiap warga, secara formil dilakukan

dengan prosedur-prosedur tertentu dalam proses Pencatatan Kelahiran.

Dengan tanpa adanya penambahan, pengurangan atau perubahan sesuatu

pun pada saat prosedur pelaporan peristiwa hukum tersebut.

Penanganan penerbitan akta kelahiran pada Dinas Kependudukan

dan Pencatatan Sipil diklasifikasikan menjadi dua yaitu pencatatan

kelahiran bagi anak yang lahir dari pernikahan sah dengan bukti dan anak

yang lahir dari pernikahan sah yang tidak memiliki bukti. Secara umum,

persyaratan yang harus dilengkapi dalam membuat Akta Kelahiran adalah

sebagai berikut: 1) Mengisi formulir yang disediakan oleh Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil; 2) Surat Keterangan Kelahiran atau

Surat Tanda Lahir/Kenal Lahir dari Dokter/Bidan/Rumah Sakit/ tempat

Page 79: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

70

melahirkan; 3) Fotokopi KK bagi penduduk tetap sebanyak 2 lembar; 4)

Fotokopi KTP orang tua sebanyak 2 lembar. 5) Fotokopi buku nikah KUA

atau Akta Pernikahan dari Catatan Sipil sebanyak 2 lembar, Isbat dari PA,

putusan atau penetapan PN.

Proses penerbitan Akta Kelahiran anak dari pernikahan yang tidak

memiliki bukti yang sah dalam suatu tahapan dirubah dengan

mencantumkan Surat Tanggung Jawab Mutlak atas kebenaran data dengan

diketahui dua orang saksi untuk membuktikan tentang kelahiran di Dinas

Pencatatan Sipil berikut fotokopi KTP yang bersangkutan, dengan syarat

status hubungan dalam KK menunjukan suami istri.121

Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan, hubungan nasab hanya bisa terjadi karena pernikahan sah.

Pernikahan sah sebagaimana dituliskan dalam Undang-Undang tersebut

yaitu:

“Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing

agama dan kepercayaannya itu”(Pasal 2)

Mengenai keabsahan nasab seorang anak dengan orang tuanya

maupun ketentuan nasab bagi anak luar kawin telah dijelaskan pada Pasal

42 dan Pasal 43:122

“Anak sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat

perkawinan yang sah.” (Pasal 42)

“Anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan

perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya.” (Pasal 43)

121Pasal 33 dan 34, Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2018 Tentang Pencatatan Sipil. 122R. Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: Pradya Paramitha, 1996),

h. 550

Page 80: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

71

Serta dijelaskan juga pada Kompilasi Hukum Islam dalam Pasal 99

dan Pasal 100, Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang

Kompilasi Hukum Islam. yaitu:123

“Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau akibat

perkawinan yang sah, serta hasil perbuatan suami istri yang sah di luar

rahim dan dilahirkan oleh istri tersebut.” (Pasal 99)

“Anak yang lahir diluar perkawinan hanya mempunyai nasab dengan

ibunya dan keluarga ibunya.” (Pasal 100)

Berdasarkan penjelasan diatas, keabsahan sebuah hubungan darah

(keturunan) antara seorang anak dengan kedua orang tuanya, terkhusus pada

ayahnya karena adanya akibat dari akad nikah yang sah. Serta anak yang

dilahirkan dalam atau akibat perkawinan yang sah merupakan anak sah dari

kedua orang tuanya, meskipun anak tersebut lahir dari perkawinan wanita

hamil yang usia kandungannya kurang dari 6 (enam) bulan lamanya sejak

ia menikah resmi.

Kemudian anak yang lahir sebagai akibat dari perkawinan yang sah

adalah dengan contoh, istri hamil kemudian suaminya meninggal maka anak

yang dikandung istrinya adalah anak sah sebagai akibat adanya perkawinan

yang sah. 124 Oleh karena itu anak berhak mendapatkan Akta Kelahiran

secara penuh yaitu bernasab dengan kedua orang tuanya.

Selain dari hal sahnya anak dalam pernikahan yang sudah

disebutkan diatas, Bagi anak yang lahir diluar pernikahan yang sah dan/atau

anak yang lahir dari pernikahan bukan dengan laki-laki yang

menghamilinya, anak hanya bisa mendapatkan Akta Kelahiran yang

bernasab kepada ibunya dan keluarga ibunya. Hal ini diberlakukan

berdasarkan jenis catatan peristiwa penting yang disebutkan dalam

123Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: Akademika Presindo, 1995), h. 138 124 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti,

1993), h. 95

Page 81: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

72

Peraturan Pemerintah (PP) tentang Pelaksanaan Undang Undang Nomor 23

Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan, yaitu:

“anak lahir di luar kawin, yang dicatat adalah mengenai nama anak, hari

dan tanggal kelahiran, urutan kelahiran, nama ibu dan tanggal kelahiran

ibu;” (Pasal 55 Ayat 2 Point a)

Seperti yang terjadi di Desa Palesanggar, Kecamatan Pegantenan,

Pamekasan. Banyak ditemukan akta kelahiran anak hanya tertulis nama

ibunya saja. Sementara nama ayahnya tidak dicantumkan. Sehingga

menimbulkan kesan, anak yang dilahirkan itu anak zina. Temuan ini

diungkapkan Mohammad Hari, salah seorang guru SD di Desa Palesanggar,

di hadapan Bupati Pamekasan, Achmad Syafii, saat berdialog dengan warga

pada acara bupati ajak bangun desa (Bunga Bangsa), di Desa Palesanggar,

Kecamatan Pegantenan, Pamekasan. Menurut Hari, selama ia mengajar di

SD itu setiap tahun ajaran baru sebagian besar anak yang mendaftar ke

sekolah dalam aktanya, hanya tertulis nama ibu anak yang bersangkutan

tanpa nama ayahnya.125

Perihal Pengangkatan Anak, dalam Undang-Undang disebutkan

anak angkat tidak akan mendapatkan hubungan nasab dengan kedua orang

tua angkatnya maupun Akta Kelahirannya. Karena anak angkat bukan anak

yang dilahirkan oleh orang tua angkatnya dalam pernikahan yang sah. Hal

ini merupakan salah satu alasan terjadinya kasus perubahan identitas anak

di luar nikah oleh ibu kandungnya dan anak angkat oleh orang tua angkatnya

yang tidak memiliki anak.

Beberapa contoh Kasus tentang Pemalsuan Keterangan, ialah

seperti pada Putusan Pengadilan Negeri Kepanjen Nomor

76/Pdt.P/2010/PN.Kpj, pemohon melakukan perubahan indentitas dengan

cara memasukan nama anaknya tersebut ke dalam Kartu Keluarga kakaknya

untuk keperluan sekolah karena suami pemohon meninggal dan pemohon

125 https://surabaya.tribunnews.com/2013/12/23/banyak-akta-kelahiran-tanpa-nama-

ayah, Diakses Pada Tanggal 18 Juli 2020, Pukul 21.52 WIB

Page 82: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

73

harus bekerja diluar kota. Atau, sebagaimana Putusan Pengadilan Negeri

Garut Nomor 115/Pdt.P/2019/PN.Grt yang menasabkan anaknya sendiri

kepada Kakak kandungnya karena keperluan administrasi dikantor tempat

pemohon bekerja karena pemohon melamar kerja ditempat tersebut

meggunakan identitas kakak pemohon. Bahwa untuk mengurus surat-surat

diperusahaan seperti cuti menikah dan cuti melahirkan maka semua surat-

surat Linda Arizona dibuat nama/identitas saksi yaitu Risa Rismayanti

antara lain Kutipan Akta Nikah dan Kutipan Akta Kelahiran anak Para

Pemohon. Yaitu dengan meminta kepada Kantor Urusan Agama untuk

menuliskan di dalam Kutipan Akta Nikah pemohon dengan menggunakan

nama kakak Pemohon dan buku Akta tersebut digunakan untuk penerbitan

Akta Kelahiran anak pemohon.

Ini menyebabkan dikemudian hari dapat menimbulkan

permasalahan hak-hak anak dalam keluarga tersebut, termasuk akibat

hukum dari segi sosiologis anak hasil hubungan diluar nikah dan anak

angkat yang menjadi anak kandung. Oleh karena itu, pelaku dapat dijerat

dengan tindak pidana pemalsuan akta jika dikemudian hari dari akta tersebut

timbul kerugian dari pihak lain.

Perbuatan seseorang yang mengubah suatu keadaan atas peristiwa

seakan-akan asli untuk membuat akta kelahiran seperti memalsukan status

seorang anak atau keterangan didalamnya, sebagaimana diatur pada

Undang-Undang No. 24 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Undang-

Undang No. 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan

menegaskan:

“Setiap Penduduk yang dengan sengaja memalsukan surat dan/atau

dokumen kepada Instansi Pelaksana dalam melaporkan Peristiwa

Kependudukan dan Peristiwa Penting dipidana dengan pidana penjara

paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak

Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).”(Pasal 93)

Page 83: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

74

Terkait dengan permasalahan ini, apabila dalam pembuatan Akta

Kelahiran dan KK dari anak tersebut pelaku memang sudah tahu sama tahu

dengan pegawai yang membuatkannya dan diusahakan agar prosesnya bisa

berjalan sesuai prosedur. Karena pegawai tersebut telah terbukti turut

memfasilitasi serta dengan sengaja melakukan kerjasama yang mewujudkan

tidak pidana dan ikut berperan aktif mengurus pembuatan Akta Kelahiran

tersebut padahal pegawai catatan sipil itu telah mengetahui bahwa

memasukan keterangan palsu itu merupakan pelanggaran hukum. Maka

pegawai pencatatan tersebut ikut terjerat dalam pelaku tindak pidana seperti

yang disebutkan dalam Undang-Undang No. 24 Tahun 2013:

“Setiap orang yang memerintahkan dan/atau memfasilitasi dan/atau

melakukan manipulasi Data Kependudukan dan/atau elemen data

Penduduk sebagai mana dimaksud Pasal 77 dipidana dengan pidana

penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak

Rp.75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah).” (Pasal 94)

Memang terkadang praktek-praktek seperti itu telah dilakukan

dengan maksud saling pengertian dan dengan tujuan membantu satu sama

lain. Namun jika dari Akta Kelahiran yang dibuat dipergunakan untuk suatu

kepentingan sendiri, maka hal tersebut termasuk melanggar hukum karena

perbuatan hukum yang harusnya dilandaskan berdasarkan kebenaran tetapi

dilakukan dengan suatu kebohongan. Sebab hukum positif di Indonesia

dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana telah mengatur demikian.

Akta Kelahiran sebagai bukti bahwa seseorang bernasab kepada

orang tuanya masih harus ditanyakan kebenarannya berdasarkan hukum.

Keabsahan nasab yang sesuai dengan orang tuanya pada keterangan Akta

Kelahiran didapat apabila dalam pelaksanaannya dilakukan pelaporan

dengan jujur berdasarkan prosedur yang sudah ditentukan. Jika tidak

dilakukan sebagaimana mestinya maka keterangan nasab didalam Akta

Kelahiran masih diragukan keabsahannya dimuka hukum. Karena dalam

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyebutkan:

Page 84: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

75

“Asal usul seorang anak hanya dapat dibuktikan dengan Akta Kelahiran

yang otentik, yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang” (Pasal 55)

Keotentikan sebuah Akta Kelahiran sebagai bukti akan terjadi

apabila akta tersebut telah memenuhi syarat dalam pembentukkannya

sebagai akta otentik. Dalam Buku Keempat Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata tentang Bukti dan Daluwarsa menyebutkan:

“Suatu Akta yang tidak dapat diperlakukan sebagai Akta Otentik, baik

karena tidak berwenang atau tidak cakapnya pejabat umum yang

bersangkutan maupun karena cacat dalam bentuknya, mempunyai kekuatan

sebagai tulisan di bawah tangan bila ditandatangani oleh para

pihak.”(Pasal 1869)

“Jika suatu akta otentik, dalam bentuk apa pun, diduga palsu, maka

pelaksanaannya dapat ditangguhkan menurut ketentuan-ketentuan

Reglemen Acara Perdata.” (Pasal 1872)

Tidak hanya itu, sebuah ketetapan atau keputusan yang berupa

dokumen hukum yang dibuat oleh suatu Badan Administrasi Negara

berbentuk Akta, perjanjian atau kontrak bisa dibuat dengan tidak sah.

Sebuah ketetapan yang tidak sah menurut Utrecht, mengenal tiga macam

yakni 1) batal (nietig/absolute nietig), 2). Batal demi hukum (nietigheid van

rechtswege), 3). Dapat dibatalkan (verniegbaar). Ketetapan yang batal

(neitig/absolute nietig) berarti hukum perbuatan yang dilakukan dianggap

tidak ada. Bagi hukum, akibat perbuatan hukum itu tidak ada sejak semula.

Sedangkan batal karena hukum atau batal demi hukum (nietigheid

van rechtswege) berakibat suatu perbuatan untuk sebagian atau keseluruhan

bagi hukum dianggap tidak pernah ada (dihapuskan) tanpa diperlukan suatu

keputusan hakim atau keputusan suatu badan pemerintahan akan batalnya

sebagian atau seluruh akibat ketetapan itu.

Untuk dapat dibatalkan (verniegbaar) berarti bagi hukum bahwa

perbuatan yang dilakukan dan akibatnya dianggap ada sampai waktu

Page 85: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

76

pembatalan oleh hakim atau oleh suatu badan pemerintah lain yang

berkompeten (pembatalan itu diadakan karena perbuatan tersebut

mengandung sesuatu kekurangan). Bagi hukum perbuatan tersebut ada

sampai waktu pembatalnnya dan oleh sebab itu itu segal akibat yang

ditimbulkan antara waktu mengadakannya, sampai waktu pembatalnnya,

menjadi sah (terkeculi dalam hal undang-undang menyebutkan beberapa

bagian akibat itu tidak sah). Setelah pembatalan maka perbuatan itu tidak

ada dan bila mungkin diusahakan supaya akibat yang telah terjadi itu

semuanya atau sebagiannya hapus.126

Dengan demikian, meskipun Akta Kelahiran dibuat oleh pejabat

yang berwenang keabsahan nasab seseorang tidak dapat dijelaskan secara

pasti oleh Akta Kelahiran karena masih harus dibuktikan keotentikannya

oleh Pegawai Pencatatan Sipil dan pelapor peristiwa hukum yang

menyampaikan pernyataannya berdasarkan hukum yang berlaku di

Indonesia.

126 Putusan Batal Demi Hukum, Majalah Konstitusi Edisi Juni 2013 No. 76, (Jakarta:

Mahkamah Konstitusi RI, 2013), h. 85. https://www.mkri.id/public/content/infoumum/majalah konstitusi/pdf/Majalah_66_6.%20BMK%20Edisi%20Juni%202013%20.pdf, Di akses pada tanggal 24 April 2020.

Page 86: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

77

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian hukum dari uraian pembahasan

sebelumnya, yakni pada beberapa kasus. seperti pada Putusan Pengadilan

Negeri Kepanjen Nomor 76/Pdt.P/2010/PN.Kpj Atau sebagaimana Putusan

Pengadilan Negeri Garut Nomor 115/Pdt.P/2019/PN.Grt yang melakukan

perubahan identitas oleh pemohon dan kekeliruan yang terjadi pada Putusan

Pengadilan Negeri Wonosari Nomor 49/Pdt.P/2018/PN.Wno. Maka penulis

memberikan kesimpulan yang sesuai dengan masalah keabsahan nasab yang

didasarkan pada Akta Kelahiran, yaitu:

1. Hukum Islam memberikan pandangan berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits

bahwa sebuah Akta Kelahiran bisa dijadikan dasar sebagai keabsahan

nasab seorang anak. karena persyaratan yang telah ditentukan dalam

melakukan pencatatan kelahiran sudah sesuai dengan ketentuan nasab

yang sebagaimana mestinya. Oleh dari itu, hukum Islam juga mengenal

penetapan nasab yang dilakukan dengan cara pengikraran yang harus

disertai saksi dan menerima penggunaan Tes DNA yang hampir 100%

persen akurat sebagai alat bukti menetapkan nasab, bila dalam Pencatatan

kelahiran yang pada pelaksanaannya juga harus menyertakan bukti

berupa saksi ataupun keterangan harus diberikan secara benar dan

sebagaimana adanya. Jadi, nasab yang ditetapkan berdasarkan Akta

Kelahiran menjadi sah. Apabila Akta Kelahiran tidak didasarkan kepada

kebenaran maka akta tidak bisa digunakan sebagai dasar keabsahan

nasab seseorang.

2. Hukum Positif memberikan pandangan yuridis bahwa terhadap

keabsahan nasab bisa ditetapkan dan dibuktikan dengan dasar Akta

Kelahiran yang Otentik yaitu Akta yang dibuat oleh lembaga yang

berwenang dan dibuat dalam bentuk yang ditentukan undang-undang.

Apabila dalam pemenuhuan prosedurnya masih terdapat kecacatan

Page 87: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

78

hukum dalam bentuknya ataupun pegawai yang tidak cakap dalam

menjalankan peraturannya, maka Akta Kelahiran tersebut tidak dapat

diperlakukan sebagai akta otentik dan tidak bisa dijadikan sebagai dasar

hukum keabsahan nasab seorang anak. karena keabsahan nasab itu terjadi

berdasarkan kebenaran peristiwa hukum itu sendiri dan saksi yang jujur

bukan berasal dari laporan yang tidak sesuai sebagaiman yang terjadi

pada masyarakat.

B. Saran

Dari penelitian yang dilakukan, peneliti ingin memberi saran kepada

lembaga-lembaga yang terkait dalam penelitian ini, para akademisi, dan

pihak masyarakat. Diantaranya sebagai berikut:

1. Hendaknya kepada masyarakat yang akan melakukan pencatatan

kelahiran, baik itu sudah memiliki anak atau belum, supaya menjalankan

prosedur yang sudah ditentukan dengan cara jujur sebagaimana adanya.

Agar tercipta kemaslahatan bagi anak tersebut. Karena hal itu sangat

berpengaruh untuk masa depan anak itu sendiri yang nantinya akan

meneruskan bangsa ini maupun keberadaan bahwa sebuah keluarga telah

mendidik anaknya dengan baik.

2. Untuk pemerintah khususnya lembaga Catatan Sipil, sebaiknya lebih

memfokuskan prosedur pencatatan kepada keabsahan penyampaian dan

otentiknya bukti bahwa anak tersebut benar anak kandungnya. Serta bagi

pewagai Catatan Sipil tidak diperbolehkan melakukan rekayasa identitas

meskipun diminta oleh pelapor, Agar sistem pencatatan sipil

menghasilkan sesuatu yang dapat selaras dengan hukum islam. yaitu

mengenai hifzul nasal dan ketentuan hukum positif bahwa nasab

seseorang bisa dibuktikan dengan Akta Kelahiran.

3. Selanjutnya kepada para akademisi termasuk penulis sendiri, hendaknya

dapat memberikan masukan yang lebih kepada sistem hukum dan aturan-

aturannya. Dengan menghadirkan inovasi yang menunjang integritas

hukum dan kredibilitas hukum itu sendiri untuk pengaplikasiannya di

masyarakat.

Page 88: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

79

DAFTAR PUSTAKA

A. Mukhsin Asyrof, Mengupas Permasalahan Istilhaq Dalam Hukum Islam,

http://blog.umy.ac.id/ghea/files/2012/01/MENGUPAS-PERMASALA

HAN-ISTILHAQ-1.pdf,

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam, Jakarta: Akademika Presindo, 1995

Alam, Andi Syamsu dan M. Fauzan. Hukum Pengangkatan Anak Perspektif Islam,

Jakarta: Prenata Media Group, 2008

Alfitra, Hapusnya Hak & Menuntut Menjalankan Pidana, Jakarta: Raih Asa

Sukses, 2014. Cet. 2

Al-Hilali, Syaikh Salim bin ‘Ied, Syarah Riyadhush Shalihin Jilid V, Terj: M. Abdul

Ghoffar, Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2005

Ali, Zainudin. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, 2009.

Ar-Raudli, M. Maftuhin, Kaidah Fiqih Menjawab Problematika Sepanjang

Jaman: Uraian Lengkap Al-Qawaid Al-Fiqhiyah Disertai Dengan

Contoh-Contoh Yang Aktual, Yogyakarta: Penerbit Gava Media, 2015

Ar-Ruhaly, Ruway’i, Fiqh Umar, terjemah A.M. Basalamah, Jakarta: Pustaka Al-

Kausar, 1994

Azhari, Fathurrahman, Qawaid Fiqhiyyah Muamalah, Banjarmasin: Lembaga

Pemberdayaan Kualitas Ummat, 2015

Az-Zuhayly, Wahbah, Al-Fiqhu Al-Islamiyyu wa Adillatuhu Jilid VII, Damaskus:

Darr Al-Fikri, 1989

Bey, Arifin, Pokok-Pokok Hukum Islam Jilid I, Jakarta: Tintamas, 1995

Dahlan, Abd. Aziz, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,

1996

Dirdjosisworo, Soedjono, Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Rajawali Pers, 2013.

Djubaedah, Neng, Perzinaan Dalam Peraturan Perundang-Undangan Di

Indonesia Ditinjau Dari Hukum Islam, Jakarta: Kencana, 2010

Doi, A. Rahaman I., Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah (Syari’ah), Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada, 2002

Gunadi, Ismu dan Jonaedi Efendi. Cepat dan Mudah Memahami Hukum Pidana,

Jakarta: Kencana, 2014

Page 89: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

80

Irfan, Nurul. Nasab & Status Anak Dalam Hukum Islam, Jakarta: Amzah, 2012.

Kamil, Ahmad dan M. Fauzan. Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di

Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers, 2008.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik

Indonesia, Pentingnya Keabsahan Anak, “https://www.kemenpppa.go.

id/index.php/page/read/31/1875/pentingnya-keabsahan-anak“

Kholil, Munawar. Kembali Kepada al-Quran dan as-Sunnah, Semarang: Bulan

Bintang, 1955

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

M. Nurul Irfan, Unsur Jarimah Qadhaf dalam Penetapan Status Hukum Anak Luar

Kawin, Jurnal Ahkam: Vol. XIII, No. 2, Juli 2013

M. Situmorang, Victor dan Cormentyna Sitanggang. Aspek Hukum Akta Catatan

Sipil Di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 1991

Maramis, Frans. Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, Jakarta: Rajawali

Pres, 2012

Marbun, Rocky, dkk. Kamus Hukum Lengkap, Jakarta: Visimedia, 2012

Mardani, Hukum Keluarga Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2016

Marpaung, Leden. Asas-Teori-Praktek Hukum Pidana, Jakarta: Sinar Grafika,

2006. Cet. 6

Mertokusumo, Sudikno. Hukum Acara Perdata Indonesia Edisi Ketujuh,

Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2006. Cet. 1

Millah, Saiful dan Asep Saepudin Jahar, Dualisme Hukum Perkawinan Islam di

Indonesia, Jakarta: Amzah, 2019

Muhadjir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi IV. Yogyakarta: Rake

Sarasin, 2000.

Muhammad, Abdul Kadir, Hukum Perdata Indonesia, Bandung: Citra Aditya

Bakti, 1993

Nabil, Abu, Terjemah Syarah Shohih Bukhori, (Solo: Zam-Zam, 2014

Nashrian, Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak Indonesia, Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2011

Page 90: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

81

Nelli, Jumni. Nasab Anak Luar Nikah Prespektif hukum Islam dan Hukum

Perkawinan Nasional, Pekanbaru: Fakultas Syari’ah dan Ilmu Hukum

UIN Suska, 2010. https://adoc.tips/nasab-anak-luar-nikah-perspektif-

hukum-islam-dan-hukum-perka.html

Nuruddin, Amiur dan Azhari Akmal Tarigan. Hukum Perdata Islam di Indonesia,

Jakarta: Kencana, 2016

Penetapan Pengadilan Terkait Penerbitan Akta Kelahiran Anak Luar Kawin,

https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt552efb3eaaca4/pe

netapan-pengadilan-terkait-penerbitan-akta-kelahiran-anak-luar-kawin/

Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2018 Tentang Pencatatan Sipil

Perpres No. 25 Tahun 2008. Himpunan Peraturan Presiden Republik Indonesia

Tahun 2008, Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2009

Prodjodikoro, Wirjono. Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, Bandung: Refika

Aditama, 2014. Cet. 6

Putusan Batal Demi Hukum, Majalah Konstitusi Edisi Juni 2013 No. 76, Jakarta:

Mahkamah Konstitusi RI, 2013, https://www.mkri.id/public

/content/infoumum/majalahkonstitusi/pdf/Majalah_66_6.%20BMK%20

Edisi%20Juni%202013%20.pdf,

Putusan Pengadilan Negeri Garut Nomor 115/Pdt.P/2019/PN.Grt,

https://putusan3.mahkamahagung.go.id/pengadilan/direktori/pengadilan

/pn-garut/ jenis/perdata-1/page/13.html,

Putusan Pengadilan Negeri Kepanjen Nomor 76/Pdt.P/2010/PN.Kpj,

https://putusan3.mahkamahagung.go.id/direktori/periode/jenis/putus/pe

ngadilan/pn-kepanjen/tahun/2010/page/3.html

Putusan Pengadilan Negeri Wonosari Nomor 49/Pdt.P/2018/PN.Wno,

https://putusan3.mahkamahagung.go.id/direktori/periode/jenis/putus/pe

ngadilan/pn-wonosari/tahun/2018/bulan/6.html,

Rifa’i, Muhammad Nasib, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir ‘Surah Al-Isra – Yasin’

Jilid III, Jakarta: Gema Insani, 2012

S. Siswosoediro, Henry. Mengurus Surat-Surat Kependudukan (Identitas Diri),

Jakarta: Visimedia, 2008

Satrio, J., Hukum Keluarga Tentang Kedudukan Anak dalam Undang-Undang,

Bandung: Citra Aditya Bakti, 2005

Shadily, Hassan. Ensiklopedi Indonesia Jilid 4, Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve,

1990)

Page 91: KEABSAHAN NASAB BERDASARKAN AKTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51675...Kepada Ayah Sukarlan selaku Guru Besar Perguruan Pencak Silat Ababil dan Bunda yang telah

82

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah Vol. 1. Jakarta: Lentera Hati, 2004.

Soemartono, Triyuni dan Sri Hendrastuti, Administrasi Kependudukan Berbasis

Registrasi, Jakarta: Yayasan Bina Profesi Mandiri, 2011

Solihin, Riyadhus Shalihin Edisi Indonesia, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2015

Subekti, R., Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta: Pradya Paramitha,

1996

Sumiarni, Endang dan Chandera Halim, Perlindungan Hukum Terhadap Anak

Dalam Hukum Keluarga, Yogyakerta: Penerbit Universitas Atmajaya,

2000

Suwartono, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Penerbit ANDI,

2014.

Tutik, Titik Triwulan. Hukum Perdata Dalam Sistem Hukum Nasional, Jakarta:

Kencana, 2011. Cet. 3

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Usman, Muchlis, Kaidah-Kaidah Ushuliyyah dan Fiqhiyyah, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2002

Usman, Rachmadi. Hukum Pencatatan Sipil, Jakarta : Sinar Grafika, 2019

UU No. 24 Tahun 2013. Undang-Undang Administrasi Pemerintahan dan

Kependudukan, Jakarta: Sinar Grafika, 2017

Vollmar, H.F.A. Inleiding Tot De Studie Van Het Nederlands Bugerlijk Recht.

Penerjamah I.S. Adiwimarta. Pengantar Studi Hukum Perdata, Jakarta:

Rajawali Pers, 1992. Cet. 3

Waluyadi, Hukum Perlindungan Anak, Bandung: Mandar Maju, 2009

Yunus, Mahmud. Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Yayasan Penyelenggaraan

Penerjemah dan Penafsiran al-Qur’an, 1973