plagiat merupakan tindakan tidak terpuji hubungan … · ojo keminter mundak keblinger ojo cidra...

176
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI DI PERGURUAN TINGGI PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun oleh: Nama : Agustinus Bambang Satria Utama NIM : 129114091 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 30-Jan-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN

    PENYESUAIAN DIRI DI PERGURUAN TINGGI

    PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

    Program Studi Psikologi

    Disusun oleh:

    Nama : Agustinus Bambang Satria Utama

    NIM : 129114091

    PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2017

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • i

    HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN

    PENYESUAIAN DIRI DI PERGURUAN TINGGI

    PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

    Program Studi Psikologi

    Disusun oleh:

    Nama : Agustinus Bambang Satria Utama

    NIM : 129114091

    PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2017

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    HALAMAN MOTO

    Marilah kepada-Ku semua yang letih dan berbeban berat, Aku

    akan memberi kelegaan kepada mu (Matius 11 ; 28)

    Suro Diro Jayaningrat

    Lebur Dening Pangastuti

    Detan Sirik Lamun Ketaman

    Detan Susah Lamun Kelangan

    Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso

    Tut Wuri Handayani

    Ojo Keminter Mundak Keblinger

    Ojo Cidra Mundak Ciloko

    Memayu Hayuning Bawana

    Ambrasta Dur Hangkara

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Teruntuk Ayah ku yang luar biasa, Ibu ku terhebat, serta

    Kakak ku yang baik. Terimakasih sudah mendampingi dan

    mendukung ku sampai ditahap ini. Terimakasih untuk setiap peluh

    yang menetes untuk ku. Terimakasih sudah bersabar terhadap ku,

    dan aku persembahkan ini untuk kalian. Sekali lagi terimakasih

    keluarga ku.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN

    PENYESUAIAN DIRI DI PERGURUAN TINGGI PADA MAHASISWA

    TAHUN PERTAMA

    Agustinus Bambang Satria Utama

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosi dan penyesuaian diri di perguruan tinggi pada mahasiswa tahun pertama. Hipotesis dalam penelitian ini

    adalah ada hubungan positif antara kecerdasan emosi dan penyesuaian diri di perguruan tinggi.

    Responden dalam penelitian ini adalah 127 mahasiswa tahun pertama Universitas Sanata Dharma,

    Yogyakarta yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan

    menggunakan skala kecerdasan emosi dan skala penyesuaian diri di perguruan tinggi yang dibuat

    oleh peneliti. Validitas skala yang digunakan pada penelitian ini adalah metode validitas isi yang

    dilakukan oleh professional judgement dan peer judgement dan kemudian dihitung skor IVI-I dan

    IVI-S nya. Reliabilitas untuk skala kecerdasan emosi dengan 20 item adalah 0,894, sedangkan

    untuk skala penyesuaian diri di perkuliahan dengan total item 36 adalah 0,889. Analisis data

    dilakukan dengan teknik Pearson product moment dengan bantuan SPSS 23 for windows. Hasil

    analisis data menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan antara kecerdasan emosi dan

    penyesuaian diri di perguruan tinggi (r=0,630, p=0,000). Hasil tersebut menunjukkan bahwa

    hipotesis dalam penelitian ini diterima.

    Kata Kunci: kecerdasan emosi, penyesuaian diri di perguruan tinggi, mahasiswa tahun pertama

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    THE RELATIONSHIP BETWEEN EMOTIONAL INTELEGENCE AND

    COLLAGE ADJUSTMENT AMONG UNIVERSITY FRESHMAN

    Agustinus Bambang Satria Utama

    ABSTRACT

    This research aimed to examine the relation between emotional intelegence and college

    adjustment among freshman. The hypothesis in this research was a positive relation between

    emotional intelegence and college adjustment. Respondents in this research were 127 Sanata

    Dharma University freshman that selected by using purposive sampling technique. Data collection

    was done by using emotional intelegence scale and college adjustment scale which made by

    researcher. The validity scale used in this study was the content validity by the professional and

    peer judgment then calculated the IVI-I and IVI-S. Reliability of emotional intelegence scale with

    20 item was 0,894, while college adjustment scale was 0,889 for 36 items. The data analyzed by

    using correlation Pearson product moment with SPSS 23 for windows. The data analysis result

    showed there was positive significant correlation between emotional intelegence and college

    adjustment (r=0,630, p=0,000). In other words the research hypothesis was accepted.

    Keyword: emotional intelegence, college adjustment, freshman

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis hanturkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena

    berkat dan penyertaan-Nya penulis boleh menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

    Meskipun dalam proses pengerjaannya, banyak kendala yang penulis alami, tetapi

    penulis yakin ini adalah jalan terbaik yang Tuhan berikan kepada penulis.

    Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada

    banyak pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

    1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi.

    2. Bapak P. Eddy Suhartanto, M. Si., selaku Kepala Program Studi Fakultas

    Psikologi.

    3. Ibu Dr. Y. Titik Kristiyani, M. Psi., selaku dosen pembimbing skripsi.

    Terima kasih karena Ibu telah bersedia menerima penulis sebagai anak

    bimbingan ibu. Terima kasih atas bimbingan, kesabaran, dan keramahan ibu

    kepada penulis dan teman-teman sekelompok penulis.

    4. Suster Lidwina Tri Ariastuti, FCJ S.Pd.,M.A. dan Ibu Ratri Sunar Astuti,

    M.Si, selaku dosen pembimbing akademik.

    5. Segenap dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan banyak ilmu,

    wawasan, dan pengalamannya kepada penulis.

    6. Segenap karyawan Fakulas Psikologi (Mas Muji, Ibu Nanik, dan Mas

    Gandung), yang telah memberikan segenap bantuan kepada penulis selama

    proses kuliah di Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma. Terimakasih

    atas keramahan dan kepeduliannya.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    7. Alm. Ayah dan Ibu yang terkasih. Terimakasih sudah membimbing dan

    mendukung dengan penuh kasih dan kesabaran. Terlebih untuk Ibu,

    terimakasih sudah menjadi orang tua yang sangat kuat.

    8. Terimakasih untuk Kak Vera yang sudah memberi banyak bantuan dalam

    banyak hal.

    9. Terimakasih untuk Seprina Megawati Ester Hutahaean S.Psi yang sudah

    memberikan banyak bantuan dan pengalaman kepada penulis. Terimakasih

    sudah banyak bersabar. Terlebih terimakasih sudah membantu penulis untuk

    berubah menjadi pribadi yang lebih baik dan bertanggung jawab.

    10. Teman-teman kelompok payung skripsi “Kita Bersama”, Clara, Jeje, Nona,

    dan Rere, yang telah banyak membantu dan bekerja sama dengan penulis.

    Terima kasih atas dinamikanya selama ini, mulai dari awal dan selama proses

    pembuatan skripsi.

    11. Teman-teman bimbingan Bu Titik yang lain, Dira, Igan, Indri, Ken, Monic,

    Devita, Anggi, Ivi, Oliv, Riski, Bela, Desi Dewangga. Terimakasih untuk

    semua bantuan dan dukungannya.

    12. Terimakasih banyak untuk mahasiswa angkatan 2016 Universitas Sanata

    Dharma yang telah bersedia menjadi partisipan dalam penelitian ini.

    13. Terimakasih untuk teman teman “Crocodile Drug” Aprek, Grego, Ojek, Efan,

    Gede, Yosua, Anggung, Michael Haha Nugroho, Sakti, Beny. Terimakasih

    untuk segala pengalaman selama masa studi di fakultas kita tercinta.

    14. Terimakasi untuk teman-teman “Has left the clan” Guru dan Uak yang sudah

    memberikan semangat dan hiburan selama proses penulisan skripsi ini.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    DAFTAR ISI

    HALAMA JUDUL .................................................................................................. i

    HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ....................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii

    HALAMAN MOTO .............................................................................................. iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi

    ABSTRAK ............................................................................................................ vii

    ABSTRACT ......................................................................................................... viii

    LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .. ix

    KATA PENGANTAR ............................................................................................ x

    DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii

    DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii

    DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xix

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xxi

    BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

    A. LATAR BELAKANG ................................................................................. 1

    B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................... 10

    C. TUJUAN PENELITIAN ............................................................................ 10

    D. MANFAAT PENELITIAN ........................................................................ 10

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    1. MANFAAT TEORITIS ......................................................................... 10

    2. MANFAAT PRAKTIS ........................................................................... 11

    BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 12

    A. KECERDASAN EMOSI ........................................................................... 12

    1. Pengertian Kecerdasan Emosi ................................................................ 12

    2. Aspek Kecerdasan Emosi ....................................................................... 13

    B. PENYESUAIAN DIRI DI PERGURUAN TINGGI ................................. 17

    1. Pengertian Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi ................................. 17

    2. Aspek Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi ........................................ 18

    3. Faktor yang Memengaruhi Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi ........ 21

    C. MAHASISWA TAHUN PERTAMA ........................................................ 26

    1. Pengertian Mahasiswa Tahun Pertama ................................................... 26

    2. Karakteristik Perkembangan Mahasiswa Tahun Pertama ...................... 27

    D. DINAMIKA KECERDASAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI

    DI PERGURUAN TINGGI PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA ...... 29

    E. SKEMA PENELITIAN ............................................................................. 33

    F. HIPOTESIS ................................................................................................ 34

    BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 35

    A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 35

    B. Variabel Penelitian ..................................................................................... 35

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv

    C. Definisi Operasional................................................................................... 35

    1. Kecerdasan Emosi .................................................................................. 35

    2. Penyesuaian diri mahasiswa di perguruan tinggi ................................... 36

    D. Responden Penelitian ................................................................................. 37

    E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ......................................................... 38

    1. Penyusunan blue print ............................................................................ 38

    2. Focus Grup Discussion (FGD) ............................................................... 41

    3. Penulisan Item ........................................................................................ 43

    4. Review dan Revisi Item ......................................................................... 44

    5. Penghitungan Validitas Isi ...................................................................... 44

    6. Tryout Skala Penelitian .......................................................................... 46

    F. Validitas dan Reliabilitas ........................................................................... 49

    1. Uji Validitas ........................................................................................... 49

    2. Uji Reliabilitas ........................................................................................ 51

    G. ANALISIS DATA ..................................................................................... 51

    1. Uji Asumsi .............................................................................................. 51

    2. Uji Hipotesis ........................................................................................... 52

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 53

    A. Pelaksanaan penelitian. .............................................................................. 53

    B. Deskripsi Subjek Penelitian ....................................................................... 53

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvi

    C. Deskripsi Data Penelitian ........................................................................... 54

    D. Hasil Penelitian. ......................................................................................... 56

    1. Uji Normalitas ....................................................................................... 56

    2. Uji Linearitas .......................................................................................... 57

    3. Uji Hipotesis ........................................................................................... 58

    E. Pembahasan ................................................................................................ 59

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 66

    A. Kesimpulan ................................................................................................ 66

    B. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 66

    C. Saran ........................................................................................................... 66

    1. Bagi Mahasiswa. .................................................................................... 66

    2. Bagi Universitas/Fakultas/Program Studi .............................................. 66

    3. Bagi Peneliti Selajutnya. ........................................................................ 66

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 67

    LAMPIRAN .......................................................................................................... 73

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvii

    DAFTAR TABEL

    1. TABEL 1. Distribusi Item Skala Kecerdasan Emosi………………………..39

    2. TABEL 2. Skor Favorable Skala Kecerdasan Emosi……………………….39

    3. TABEL 3 Skor Unfavorable Skala Kecerdasan Emosi……………………..39

    4. TABEL 4 Distribusi Item Skala Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi……40

    5. TABEL 5 Skor Favorable Skala Penyesuaian Diri…………………………41

    6. TABEL 6 Skor Unfavorable Skala Penyesuaian Diri..………………….....41

    7. TABEL 7 Distribusi item skala Kecerdasan Emosi (setelah uji coba).........47

    8. TABEL 8 Distribusi item skala kecerdasan emosi yang sudah

    Disamaratakan……………………………………………...…….47

    9. TABEL 9 Distribusi item skala kecerdasan emosi dengan nomor baru...….48

    10. TABEL 10. Distribusi Item Skala Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi

    (setelah uji coba)…………………………………………….....48

    11. TABEL 11. Distribusi Item Skala Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi

    (Nomor Baru)………………………………………..…………49

    12. TABEL 12. Deskripsi Subjek Penelitian…………………………..………..53

    13. TABEL 13. Deskripsi Data Variabel Kecerdasan Emosi dan Penyesaian

    Diri di Perkuliahan……………………………….……..……...55

    14. TABEL 14. Uji Normalitas Kecerdasan Emosi dan Penyesuaian Diri di

    Perkuliahan………………………………………………..……56

    15. TABEL 15. Hasil Uji Linearitas Kecerdasan Emosi dan Penyesuaian Diri

    di Perkuliahan……………………………………………..……58

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xviii

    16. TABEL 16. Hasil Uji Hipotesis Variabel Kecerdasan Emosi dan

    Penyesuaian Diri di Perkuliahan……………………………………………58

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xix

    DAFTAR LAMPIRAN

    LAMPIRAN 1. Daftar Pertanyaan FGD Variabel Kecerdasan Emosi………..74

    LAMPIRAN 2. Daftar Pertanyaan FGD Variabel Penyesuaian Diri

    di Perguruan Tinggi…… ………………………………….....76

    LAMPIRAN 3. Form Penilaian dan Inform Consent Validitas Isi

    Kecerdasan Emosi……………………………………………78

    LAMPIRAN 4. Form Penilaian dan Inform Consent Validitas Isi

    Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi…………………….....90

    LAMPIRAN 5. Perhitungan IVI-I dan IVI-S Variabel Kecerdasan Emosi…102

    LAMPIRAN 6. Perhitungan IVI-I dan IVI-S Variabel Penyesuaian Diri

    di Perguruan Tinggi…………………………………………104

    LAMPIRAN 7. Surat Ijin Penelitian…………………………………………106

    LAMPIRAN 8. Skala Kecerdasan Emosi dan Penyesuaian Diri

    di Perguruan Tinggi Sebelum Uji Coba…………………....107

    LAMPIRAN 9. Uji Reliabilitas dan Analisis Item Kecerdasan Emosi……..126

    LAMPIRAN 10. Uji Reliabilitas dan Analisis Item Skala Penyesuaian Diri

    di Perguruan Tinggi………………………………………...131

    LAMPIRAN 11. Skala Kecerdasan Emosi dan Penyesuaian Diri di Perguruan

    Tinggi di Perguruan Tinggi Ambil Data……….…………….139

    LAMPIRAN 12. Uji Normalitas………………………………………………150

    LAMPIRAN 13. Uji Linearitas………………………………………………..151

    LAMPIRAN 14. Uji Hipotesis………………………………………………...152

    LAMPIRAN 15. Uji One Sampel Test………………………………………..153

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xx

    LAMPIRAN 16. Reliabilitas Alat Ukur……………………………………154

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xxi

    DAFTAR GAMBAR

    GAMBAR 1. Skema Penelitian. …………………………………….……...33

    GAMBAR 2. Scatter Plot Kecerdasan Emosi. …………………………….57

    GAMBAR 3. Scatter Plot Penyesuaian Diri di Perkuliahan……………………57

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Jumlah pelajar yang berminat melanjutkan studi ke perguruan tinggi

    mengalami peningkatan setiap tahun. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat

    adanya kenaikan jumlah mahasiswa dari tahun ajaran 2013-2014 ke tahun

    ajaran 2014-2015. Yogyakarta yang terkenal sebagai kota pelajar tentunya

    menjadi salah satu tempat tujuan pagi para calon mahasiswa untuk

    melanjutkan studinya, dan salah satu perguruan tinggi yang mengalami

    peningkatan jumlah peminat adalah Universitas Sanata Dharma. Hal ini

    nampak pada data pendaftaran mahasiswa baru Universitas Sanata Dharma

    yang terus meningkat tiap tahunnya

    Mahasiswa baru tentunya menghadapi masa transisi dari sekolah

    menengah atas menuju perguruan tinggi yang tidak mudah dan penuh

    tantangan (Dayle, Francis, & McDaniel, 1987 dalam Stoever, 2001; Sharma,

    2012). Masa transisi ini berkaitan dengan sistem pembelajaran dan

    lingkungan sosial yang baru. Mahasiswa baru yang menjalani sistem baru

    tentunya akan menemui beberapa masalah seperti, masalah institusional,

    tuntutan akademis yang lebih besar, tuntutan dalam relasi sosial, serta

    perubahan dalam hal peran dan tanggung jawab (Credé & Niehorster, 2012;

    Fischer, 2007).

    Sharma (2012) mendeskripsikan masa transisi sebagai sebuah “culture

    shock” yang melibatkan pembelajaran kembali terhadap masalah sosial dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    psikologis dalam menghadapi hal baru. Hal baru yang memengaruhi culture

    shock tersebut adalah pengajar atau fasilitator selama proses belajar-

    mengajar, teman baru dengan beragam nilai dan berbagai keyakinan,

    kebebasan dan peluang baru yang didapatkan, serta tuntutan akademik,

    personal, dan sosial yang baru.

    Tahun pertama perkuliahan merupakan masa dimana mahasiswa baru

    dituntut untuk segera mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan

    perkuliahan, seperti gaya belajar, budaya, dan kebiasaan yang ada di dunia

    perkuliahan. Hal ini dikarenakan proses penyesuaian diri di tahun pertama

    menjadi dasar bagi kehidupan perkuliahan pada tahun-tahun berikutnya

    (Baker & Siryk, 1986; dalam Salmain, Azar, & Salmani, 2004). Dyson dan

    Renk (2006) mengatakan bahwa mahasiswa baru yang tidak mampu

    menyesuaikan diri dalam sistem perkuliahan nantinya akan cenderung

    mengalami stres dan perasaan tertekan. Tekanan tersebut bisa menjadi

    penghalang bagi mahasiswa baru untuk mencapai hasil yang maksimal dalam

    proses studinya (Baker & Siryk, 1986 dalam Aspelmeier, Love, McGill,

    Elliott, & Pierce, 2012; Buote, Pancer, Pratt, Adams, et al., 2007).

    Sistem perkuliahan membentuk mahasiswa baru untuk memiliki

    kendali penuh atas keputusan yang akan diambil (Credé & Niehorster, 2012;

    Fischer, 2007). Proses ini dianggap sebagai usaha pembuktian kualitas diri

    sebagai orang dewasa yang mandiri dan bertanggung jawab dalam membuat

    keputusan (Santrock, 2005). Kesempatan mengambil keputusan membuat

    mahasiswa baru memiliki kesempatan untuk mengembangkan pribadinya

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    menjadi lebih bertanggung jawab. Akan tetapi, mahasiswa baru juga akan

    mengalami kesulitan dalam beberapa hal. Kesulitan tersebut antara lain,

    perbedaan sifat pendidikan antara sekolah menengah atas dan perguruan

    tinggi, kesulitan mengatur waktu, finansial, dan menjalin relasi dengan orang

    lain di lingkungan perguruan tinggi maupun di lingkungan tempat tinggalnya

    (Gunarsa & Gunarsa, 2001).

    Santrock (2011) menyatakan bahwa American Collage Health

    Assosiation pada tahun 2008 melakukan survey kepada 177 perguruan tinggi,

    dan diketahui bahwa lebih dari 90.000 mahasiswa merasa putus asa,

    kewalahan dengan beban tugas yang ditanggung, merasa lelah secara mental,

    bahkan merasa depresi karena mengalami kesedihan yang berlarut-larut. The

    Association for University and Collage Counseling Center Director Annual

    Survey (2012) juga menyatakan bahwa 41,6% mahasiswa mengalami

    masalah kecemasan, 36,4% mengalami masalah dengan depresi, dan 35,8%

    mengalami permasalahan dalam menjalin relasi sosial (Collage students’

    mental health is a growing concern, survey finds, 2013).

    Permasalahan mengenai penyesuaian diri di perguruan tinggi juga

    terjadi di Indonesia. Data Unit Bimbingan Konseling Mahasiswa (UBKM)

    Universitas Negeri Makassar tahun 2001-2003 mengungkapkan bahwa

    sebagian mahasiswa menceritakan kesulitan yang mereka alami dalam

    menyesuaikan diri. Mahasiswa mengeluhkan mengenai kesulitan dalam

    bergaul, sulit menyesuaikan diri dengan dosen, merasa rendah diri dengan

    kemampuan yang dimiliki, serta tidak percaya diri ketika harus berduskusi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    dan berbicara di depan kelas (Ahkam, 2004). Peneliti juga melakukan

    wawancara pada beberapa mahasiswa angkatan 2015-2016 dari beberapa

    perguruan tinggi di Yogyakarta, dari hasil wawancara diketahui jika sebagian

    besar mahasiswa mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan

    tuntutan akademiknya.

    Hasil Focused Group Discussion (FGD) yang dilakukan pada

    mahasiswa angkatan 2016 Universitas Sanata Dharma pada paruh semester

    kedua menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa sulit menyesuaikan diri

    dengan tuntutan akademik yang disebabkan oleh kurangnya motivasi. Hal

    tersebut membuat para mahasiswa cenderung tidak memperhatikan ketika di

    kelas, hanya belajar ketika ada kuis atau ujian, dan menunda pengerjaan tugas

    yang diberikan dosen. Dalam bidang sosial, beberapa mahasiswa juga

    mengalami kesulitan dalam menjalin relasi dengan lingkungan baru.

    Mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam hal ini cenderung memilih untuk

    bermain dengan teman lamanya saat di SMA dan sebagian juga cenderung

    menarik diri ketika merasa tidak cocok dengan lingkungan dan teman-teman

    di perguruan tinggi.

    Permasalahan mengenai kesulitan mahasiswa dalam menyesuaikan

    diri merupakan masalah serius dan harus segera diatasi. Mahasiswa baru yang

    sulit menyesuaikan diri akan mengalami masalah selama proses studinya, dan

    permasalahan yang menjadi perhatian dalam kasus ini adalah hasil akademik

    yang kurang maksimal dan kesulitan untuk lulus tepat waktu (Baker & Siryk,

    1986; Credé & Niehorster, 2012; Schnuck & Handal, 2011). Dampak lain

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    dari gagalnya proses penyesuaian diri adalah banyaknya mahasiswa baru

    yang akhirnya memilih untuk menarik diri dari proses perkuliahan. Baker dan

    Siryk (1984 dalam Crede & Niehorster, 2012) mengungkapkan bahwa

    penyesuaian diri terhadap perguruan tinggi nantinya dapat memprediksi dua

    hasil penting dalam konteks pendidikan, yaitu performa akademik seperti

    indeks prestasi dan ketahanan mahasiswa dalam menghadapi tantangan, serta

    tekanan selama proses studinya.

    Penyesuaian diri di perguruan tinggi dipengaruhi oleh beberapa faktor,

    antara lain karakteristik demografi (Friedlander, Reid, Shupak, & Cribbie,

    2007; Hertel, 2002; Schneider & Ward, 2003), core self-evaluation (Judge,

    Erez, Bono, & Locke, 2005), trait (Aspinwall & Taylor, 1992; Schnuck &

    Handal, 2011), kecerdasan emosi (Parker, Hogan, Eastabrook, Oke, & Wood,

    2006; Parker, Summerfeldt, Hogan, & Majeski, 2004), persepsi hubungan

    dengan orangtua (Beyers & Goosens, 2003; Mattanah, Hancock, & Brand,

    2004; Orrego & Rodriguez, 2001), dan persepsi dukungan sosial (Friedlander,

    Reid, Shupak, & Cribbie, 2007; Schneider & Ward, 2003).

    Transisi menjadi mahasiswa baru juga bisa dikatakan sebagai akhir

    dari masa remaja dan awal dari tahap perkembangan dewasa awal atau

    emerging adulthood (Arnett, 2000, 2004). Pada tahap ini, individu akan

    dihadapkan pada berbagai perubahan. Banyaknya perubahan dan tekanan

    pada masa dewasa awal cenderung direspon sebagai penyebab stres yang

    pada akhirnya berdampak pada kecemasan dan ketidakstabilan emosi (Arnett,

    2000). Hal ini diketahui dari hasil wawancara kepada beberapa mahasiswa

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    yang menunjukkan bahwa mahasiswa mulai dibebani pikiran mengenai

    rencana untuk masa depan, seperti karir dan percintaan. Para mahasiswa juga

    merasakan adanya perubahan pada pandangan hidup yang dikarenakan

    adanya perubahan-perubahan pada tanggung jawab dan tuntutan yang didapat

    ketika menyandang status mahasiswa (Mahasiswa USD angkatan 2016, 17

    November 2016).

    Tuntutan untuk segera menyesuaiakan diri perguruan tinggi, ditambah

    banyaknya perubahan yang terjadi selama masa transisi ke dewasa awal

    menyebabkan mahasiswa cenderung melihat hal tersebut sebagai penyebab

    stres yang akan berdampak pada kecemasan dan ketidakstabilan emosi

    (Dyson & Renk, 2006; Arnet, 2000). David Barlow (2000) mendefinisikan

    kecemasan sebagai suatu keadaan suasana hati yang berorientasi pada

    kejadian yang akan datang, dimana individu merasa tidak siap untuk

    menghadapi hal tersebut. Kecemasan juga membuat individu cenderung

    memiliki pikiran dan perasaan yang negatif akan apa yang akan terjadi

    dimasa depan.

    Mahasiswa dengan kecemasan tinggi cenderung tidak siap

    menghadapi berbagai tantagan dalamm penyesuaian diri. Hal ini dikarenakan

    kecemasan yang berlebihan akan membawa dampak yang negatif pada

    pikiran dan kesejahteraan fisik (Cutler, 2004). Menurut Savitri Ramaiah

    (2005), kecemasan akan membuat individu sulit untuk mengontrol diri,

    sehingga tidak bisa mengambil keputusan dengan tepat dan sulit

    menyesuaikan diri dengan situasi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    Goleman (1995) berpendapat bahwa individu senantiasa menghadapi

    tantangan dalam hal emosi, sehingga kecerdasan emosi yang baik menjadi

    sangat diperlukan. Mahasiswa baru yang memiliki kecerdasan emosi yang

    baik akan mampu menghadapi tekanan dalam hal akademis, pertemanan,

    organisasi, dan tekanan lain selama masa perkuliahan. Van Rooy dan

    Viswesvaram (2004) memandang kecerdasan emosional sebagai sebuah

    kemampuan alami yang membuat individu mampu untuk merasakan,

    mengakui, menyatakan, mengerti, dan menilai emosi pribadi dan orang lain,

    sehingga mampu mengambil tindakan dan mampu melakukan coping sesuai

    dengan kebutuhan dan tekanan dari lingkungan.

    Kecerdasan emosi merupakan faktor penting dalam penyesuaian diri,

    baik dalam kehidupan sehari-hari maupun performansi kerja (Goleman,

    1995). Kecerdasan emosi berhubungan dengan persepsi, ekspresi, regulasi,

    dan manejemen emosi, sehingga dipercaya memiliki dampak terhadap fungsi

    sosial dan kognitif individu (Schutte, Marlouff, Hall, Cooper, Golden,

    Dorheim, 1998). Individu dengan kecerdasan emosi yang baik cenderung

    menunjukkan dirinya sebagai pribadi yang mudah menyesuaikan diri, hangat,

    tekun, gigih, dan optimis (Salovey dan Mayer, 1990).

    Kecerdasan emosi akan sangat membantu individu dalam menentukan

    sikap ketika menjalin kontak dengan lingkungan maupun dengan orang lain.

    Mayer, Salovey, dan Caruso (2004) mengatakan bahwa individu yang cerdas

    secara emosional memiliki keterampilan dalam 4 area, yaitu: mengenali

    emosi, menggunakan emosi, memahami emosi, dan meregulasi emosi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    Pengembangan kemampuan emosional sangat membantu mahasiswa baru

    dalam keberhasilan studinya. Mahasiswa baru dengan keterampilan

    emosional yang baik cenderung lebih unggul dalam mengatur diri, baik dalam

    proses belajar maupun sosial. Hal ini tentunya membuat mereka menjadi

    lebih cepat dalam penyesuaian di bidang akademis, serta memiliki

    keterampilan dalam berinteraksi dengan orang lain.

    Kemampuan mengelola emosi menjadi hal penting untuk membantu

    individu dalam mencapai kepuasaan hidup dan kesejahteraan psikologis.

    Gohm dan Clore (2002) menjelaskan bahwa kesejahteraan psikologis dan

    kebahagiaan individu sangat ditentukan oleh perubahan atau pengalaman

    emosional yang dialaminya. Ketika individu lebih banyak mengalami dan

    terjebak dalam emosi negatif seperti kecewa, sedih, marah, dan perasaan

    negatif lainnya maka individu cenderung diliputi suasana psikologis yang

    tidak nyaman dan tidak menyenangkan bagi individu tersebut. Hal ini

    menyebabkan individu tersebut menjadi sulit merasakan kepuasaan hidup dan

    kebahagiaan.

    Setelah melihat pemaparan tentang pentingnya kecerdasan emosi

    dalam penyesuaian diri, peneliti ingin melihat bagaimana hubungan antara

    kecerdasan emosi dengan kemampuan penyesuaian diri mahasiswa tahun

    pertama. Peneliti merasa penelitan ini sangat penting dilakukan karena

    pendidikan perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan yang melibatkan

    tuntutan akademik dan tuntutan sosial yang lebih besar, serta melibaautkan

    berbagai proses yang tidak mudah dan penuh tantangan yang akan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    memengaruhi kehidupan perkuliahan mahasiswa tersebut ditahun-tahun

    berikutnya. Selain itu, fakta juga menunjukkan masih ada permasalahan pada

    mahasiswa baru yang disebabkan oleh kesulitan dalam menyesuaikan diri,

    sehingga perlu dilakukan pengkajian terhadap faktor yang dapat membantu

    mahasiswa baru dalam melakukan penyesuaian diri. Selain itu, beberapa

    penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kecerdasan emosi memiliki peran

    yang penting dalam hal performansi dan ketahanan menghadapi tekanan.

    Beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai kecerdasan emosi

    dan penyesuaian diri menunjukkan bahwa, level kecerdasan emosi individu

    memiliki hubungan yang signifikan dengan penyesuaian diri (Adeyemo,

    2004). Senada dengan hal tersebut, penelitian Shulman dan Hemenover

    (2006) menunjukkan bahwa, individu yang mampu mengenali dan meregulasi

    emosinya dengan tepat akan lebih memiliki kontrol terhadap tekanan dari

    lingkungan. Extremera, Duran, dan Rey (2007) dalam penelitiannya juga

    menyatakan bahwa orang yang cenderung bingung dan tidak nyaman dengan

    kemampuannya dalam meregulasi emosi akan merasa tidak memiliki kontrol

    terhadap situasi yang penuh tekanan, sehingga cenderung memiliki tingkat

    kepuasan hidup yang rendah.

    Kendati sudah banyak penelitian tentang kecerdasan emosi dan

    penyesuaian diri yang dilakukan, peneliti melihat adanya perbedaan dari

    beberapa penelitian sebelumnya. Peneliti melihat banyak penelitian

    sebelumnya hanya melihat hubungan antara kecerdasan emosi dengan

    penyesuaian diri dalam konteks pendidikan saja, sehingga kurang bisa

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    mengambarkan hubungan kedua variabel tersebut pada subjek mahasiswa

    tahun pertama. Hal tersebut membuat peneliti ingin melakukan penelitian

    untuk melihat hubungan kecerdasan emosi dengan kemampuan penyesuaian

    diri pada mahasiswa tahun pertama di perguruan tinggi.

    B. RUMUSAN MASALAH

    Berdasarkan paparan latar belakang diatas, maka rumusan masalah

    dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara kecerdasan emosi

    dengan penyesuaian diri di perguruan tinggi pada mahasiswa tahun pertama ?

    C. TUJUAN PENELITIAN

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara

    kecerdasan emosi dengan penyesuaian diri pada mahasiswa baru tahun

    pertama.

    D. MANFAAT PENELITIAN

    1. MANFAAT TEORETIS

    Penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumber literatur dalam

    kajian psikologi pendidikan terkait tema penyesuaian diri di perguruan

    tinggi. Penulis juga berharap agar penelitian ini kelak bisa menjadi

    tambahan informasi jika ada penelitian dengan tema yang serupa.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    2. MANFAAT PRAKTIS

    Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberi manfaat untuk

    beberapa pihak yang terkait, yaitu mahasiswa tahun pertama dan pihak

    universitas, fakultas, atau program studi

    Bagi mahasiswa, penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan

    reflektif untuk terus mengasah kecerdasan emosi yang dimiliki. Hal ini

    bertujuan untuk membentuk individu menjadi pribadi yang mudah

    menyesuaikan diri, hangat, tekun, gigih, dan optimis.

    Bagi pihak universitas, fakultas, atau program studi, penelitian ini

    diharapkan bisa memberi gambaran tentang petingnya masa penyesuaian

    diri mahasiswa pada tahun pertama masa studinya.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. KECERDASAN EMOSI

    1. Pengertian Kecerdasan Emosi

    Perintis penelitian tentang kecerdasan emosi, Salovey dan Mayer

    (1990) menjelaskan kecerdasan emosi sebagai sebuah kemampuan untuk

    mengenali perasaan pribadi dan orang lain. Hal ini bertujuan untuk

    membantu individu dalam memahami perasaan dan maknanya,

    mengendalikan perasaan sehingga membantu dalam perkembangan emosi

    dan intelektual, serta membantu dalam menentukan respon atau perilaku.

    Goleman (1999) memberikan definisi kecerdasan emosi sebagai sebuah

    kemampuan individu untuk memotivasi diri sendiri, bertahan dalam

    menghadapi tekanan, mengendalikan dorongan, menunda kesenangan

    demi mencapai tujuan, serta mengatur suasana hati agar beban stres tidak

    mengganggu proses dan kemampuan kognitif. Kecerdasan emosi juga

    membantu individu dalam mengelola emosi pada diri sendiri dan juga saat

    menjalin hubungan sosial dengan orang lain (Goleman, 1999).

    Kecerdasan emosi juga didefinisikan sebagai kemampuan individu

    dalam menggunakan emosi secara efektif untuk mencapai tujuan,

    membangun hubungan produktif, dan meraih keberhasilan di tempat kerja.

    Kecerdasan emosional bukanlah faktor genetik yang tidak dapat berubah

    melainkan dapat disempurnakan dengan kesungguhan, latihan,

    pengetahuan, dan kemauan (Patton, 1998).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    Berdasarkan beberapa defisini yang telah dijelaskan, maka dapat

    disimpulkan bahwa kecerdasan emosi merupakan kemampuan individu

    dalam memahami diri dan perasaan orang lain, memotivasi diri, mengelola

    emosi dengan baik pada diri sendiri maupun saat berhubungan dengan

    orang lain.

    2. Aspek Kecerdasan Emosi

    Kecerdasan emosi memiliki beberapa aspek yang akhirnya

    membentuk individu menjadi lebih terampil dalam mengenali dan

    mengelola emosinya. Goleman (1997) mengungkapkan aspek dalam

    kecerdasan emosi sebagai berikut:

    2.1 Kesadaran diri

    Kesadaran diri merupakan kemampuan individu untuk

    mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kesadaran diri

    juga membuat individu mampu menyadari dan membedakan emosi

    yang terjadi dalam diri. Individu yang memiliki kesadaran diri

    mampu mengenali kelebihan dan kekurangan dalam dirinya.

    Kemampuan ini digunakan dalam proses pengambilan keputusan.

    Hal ini dikarenakan kesadaran diri akan membuat individu menjadi

    lebih reflektif, mau belajar dari pengalaman, serta terbuka pada

    masukan dan perspektif baru. Individu yang memiliki kesadaran

    diri juga memiliki rasa percaya diri yang besar, namun tetap

    mengetahui batasan dirinya. Ketidakmampuan untuk mencermati

    perasaan membuat individu berada dalam kekuasaan perasaan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    Individu yang berada dalam kuasa perasaan cenderung tidak dapat

    melakukan pertimbangan ketika hendak mengambil keputusan.

    2.2 Pengaturan diri

    Pengaturan diri merupakan kemampuan individu untuk

    mengatasi dan mengungkapkan emosi sehingga memberikan

    dampak positif, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

    Pengaturan diri diperlukan untuk mencegah dan mengatasi suatu

    masalah. Kemampuan ini membuat individu dapat

    menyeimbangkan dengan baik emosi yang muncul dalam dirinya.

    Pengaturan diri juga memungkinkan individu untuk mampu

    bersikap positif dalam menghadapi situasi yang berat. Individu

    dengan kemampuan pengaturan diri yang baik mampu mengatasi

    tekanan emosi yang muncul dalam dirinya. Mereka mampu

    berpikir jernih dan tetap fokus meskipun sedang dalam tekanan.

    Individu dengan kemampuan pengaturan diri yang baik juga akan

    membentuk mereka menjadi pribadi yang memiliki keteraturan dan

    disiplin dalam melakukan pekerjaan.

    2.3 Motivasi diri

    Motivasi diri merupakan suatu bentuk keyakinan pada

    kemampuan yang dimiliki individu, sehingga mampu

    memunculkan dorongan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

    Individu yang baik dalam kemampuan ini mampu melakukan suatu

    perilaku dengan lebih baik, serta mampu mengambil inisiatif dalam

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    bertindak. Motivasi diri juga membuat individu mampu mengatasi

    kecemasan, sikap frustrasi, dan kegagalan yang terjadi pada

    dirinya. Selanjutnya, individu yang memiliki kemampuan

    memotivasi diri akan memiliki dorongan yang kuat untuk mencapai

    target dan standar yang ditentukan. Mereka juga tertarik pada hal-

    hal baru yang menantang, serta berani mengambil resiko. Individu

    dengan motivasi yang tinggi cenderung berorientasi pada

    kemungkinan akan keberhasilan dari pada rasa takut akan

    kegagalan. Hal tersebut membuat mereka menjadi pribadi yang

    mau terus belajar, optimis, dan gigih dalam berusaha meningkatkan

    performa untuk mencapai tujuan.

    2.4 Empati

    Empati merupakan kemampuan untuk melihat suatu

    peristiwa dengan perspektif orang lain, sehingga mampu

    merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Orang yang

    memiliki kecakapan ini akan menunjukkan kepekaan dan

    pemahaman terhadap perspektif orang lain. Kemampuan berempati

    yang baik juga membuat individu menjadi lebih peduli dengan

    tanda-tanda sosial dari orang lain dan mampu menjadi pendengar

    yang baik. Tidak hanya itu, keterampilan ini juga membuat mereka

    menjadi pribadi yang bisa membantu orang lain untuk

    mengembangkan diri. Hal ini ditunjukkan dengan sikap

    menghargai orang lain dan memberi reward pada orang lain atas

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    pencapaiannya. Sikap empati ini bertujuan untuk menumbuhkan

    rasa percaya ketika menjalin hubungan dengan orang lain.

    2.5 Keterampilan sosial

    Keterampilan sosial merupakan kemampuan untuk

    mengendalikan emosi ketika berhubungan dengan orang lain.

    Individu dengan keterampilan ini diharapkan mampu berinteraksi

    dengan baik dan bersikap bijaksana ketika menjalin hubungan

    intrapersonal. Keterampilan sosial juga mencakup kemampuan

    untuk mengatur suatu relasi yang baik dan membentuk jaringan

    sosial dengan lingkungan sekitar. Keterampilan sosial juga

    ditunjukkan dengan kemampuan dalam melakukan persuasi,

    memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik, yaitu mampu

    menyampaikan pesan dengan jelas, memiliki kemampuan

    berorganisasi, dan memiliki kemampuan manajemen konflik yang

    baik. Kecakapan dalam hal ini juga membuat individu memiliki

    kemampuan untuk menjaga dan memelihara hubungan dengan

    orang lain, mereka juga mampu bekerjasama atau bekerja dalam

    kelompok.

    Aspek kecerdasan emosi yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah aspek-aspek yang dikemukakan oleh Goleman (1997), yaitu:

    kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi diri, empati, dan keterampilan

    sosial

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    B. PENYESUAIAN DIRI DI PERGURUAN TINGGI

    1. Pengertian Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi

    Eshun (2006) mendefinisikan penyesuaian diri sebagai sebuah

    respon yang membantu individu dalam mengatasi tantangan dalam

    kehidupan sehari-hari yang disebabkan oleh adanya perubahan yang terjadi

    di lingkungan sekitarnya. Gerungan (2004) mendefiniskan penyesuaian

    diri sebagai suatu usaha dan kemampuan individu dalam mengikuti

    tuntutan perubahan sosial di sekitarnya.

    Baker dan Siryk (1984) mendefinisikan penyesuaian diri di

    perguruan tinggi sebagai sebuah proses psikososial pada mahasiswa yang

    dapat menjadi sumber stres dan memerlukan serangkaian keterampilan

    coping, sehingga mampu menyesuaikan diri di perguruan tinggi dalam

    bidang akademik, sosial, personal-emosional, dan kelekatan dengan

    institusi (dalam Zubir, 2012). Hilgard dan Atkinson (1967) menjelaskan

    bahwa individu bisa dikatakan memiliki kemampuan penyesuaian diri

    yang baik bila individu tersebut mampu memecahkan konflik yang

    dihadapi tanpa bergantung pada mekanisme pertahanan diri, sehingga

    tidak menimbulkan masalah lain yang bisa memengaruhi hidupnya.

    Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

    penyesuaian diri di perguruan tinggi merupakan kemampuan yang disertai

    dengan usaha seorang mahasiswa untuk mengatasi stres dan masalah yang

    ditimbulkan karena adanya perubahan di lingkungan sekitar, sehingga

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    tidak menjadi masalah yang bisa memengaruhi kehidupan sosial dan

    akademis mahasiswa tersebut.

    2. Dimensi Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi

    Baker dan Siryk (1986) membagi penyesuaian diri di perguruan

    tinggi menjadi empat dimensi:

    2.1 Penyesuaian Akademik (Academic Adjustment)

    Penyesuaian diri akademik merupakan kemampuan mahasiswa

    dalam mengatasi berbagai tuntutan akademis di perguruan tinggi yang

    meliputi motivasi dan performansi akademis. Indikator penyesuaian

    diri akademik adalah mampu mengaplikasikan motivasi akademik,

    memiliki prestasi akademik yang baik, dan mampu mengatasi tuntutan

    akademik.

    1.2 Penyesuaian Sosial (Social Adjustment)

    Penyesuaian diri sosial merupakan kemampuan mahasiswa

    dalam mengatasi berbagai tuntutan interpesonal di perguruan tinggi,

    seperti berinteraksi dan membina hubungan sosial dengan orang lain

    di kampus, mengatasi rasa rindu dengan keluarga, serta bagaimana

    perasaan mahasiswa akan pengalaman-pengalaman baru terkait

    kehidupan sosialnya.

    Penyesuaian sosial dapat diartikan sebagai suatu harapan di

    mana mahasiswa memiliki kepuasan dalam menjalani aktivitas sosial,

    menjalin hubungan dengan orang lain di kampus, serta mampu

    mengatasi perubahan lingkungan tempat tinggal (Baker & Siryk,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    1986). Indikator dari penyesuaian diri sosial yaitu terlibat dalam

    kegiatan yang ada di perguruan tinggi, mampu menjalin hubungan

    dengan orang lain di perguruan tinggi serta mampu mengatasi

    perubahan lingkungan sosial.

    2.3 Penyesuaian Personal-Emosional (Personal-Emotional Adjustment)

    Penyesuaian diri personal-emosional berkaitan dengan

    kesejahteraan fisik dan psikologis mahasiswa selama masa transisi ke

    perguruan tinggi (Crede & Nichorster, 2012). Dimensi ini diandai

    dengan mahasiswa mempunyai perasaan positif akan kesejahteraan

    psikologis dan fisiologis, seperti ketenangan, perasaan aman, nafsu

    makan dan pola tidur yang baik (Baker & Siryk, 1984).

    2.4 Kelekatan dengan Institusi (Institutional Attachment)

    Kelekatan dengan institusi menunjukkan sejauh mana

    mahasiswa merasa sebagai bagian dari institusi atau universitas

    dengan melihat kepuasan mahasiswa mengenai keberadaannya di

    perguruan tinggi serta komitmen dan perasaan mahasiswa mengenai

    perguruan tinggi tempatnya menimba ilmu. Indikator kelekatan pada

    institusi meliputi kepuasan terhadap fakultas atau program studi,

    kepuasan terhadap universitas, dan kepuasan terhadap status sebagai

    mahasiswa.

    Penelitian mengenai penyesuaian diri di perguruan tinggi selama

    ini masih menjadi perdebatan. Meskipun penelitian yang dilakukan

    semua menggunakan teori dari Baker dan Siryk (1986) sebagai dasar,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    namun beberapa penelitian menganggap penyesuaian diri di perguruan

    tinggi sebagai multidimensional dan beberapa penelitian lainnya

    menganggap penyesuaian diri di perguruan tinggi sebagai

    unidimensional.

    Penelitian yang menilai penyesuaian diri di perguruan tinggi

    sebagai multidimensional akan mengukur penyesuaian diri di perguruan

    tinggi pada masing-masing dimensi secara terpisah (Aspelmeier, Love,

    McGill, Elliott, & Pierce, 2012; Bernier, Larose, Boivin, & Soucy, 2004;

    Salmain, Azar, & Salmani, 2014). Sementara peneliti yang menganggap

    penyesuaian diri di perkuliahan sebagai unidimensional mengatakan

    bahwa penyesuaian diri di perguruan tinggi terdiri dari empat aspek

    sehingga menghitung keempat aspek tersebut sebagai satu kesatuan

    (Beyers & Goossens, 2003; Choi, 2002; Marmarosh, 2007).

    Pada penelitian ini, peneliti mengukur penyesuaian diri di

    perguruan tinggi sebagai unidimensi karena peneliti berpendapat jika

    keempat dimensi tersebut merupakan satu kesatuan dan tidak bisa

    dipisahkan. Hal ini dikarenakan dalam kehidupan perkuliahan,

    mahasiswa tidak hanya dituntut untuk mampu menyesuaikan diri hanya

    pada satu aspek saja. Mahasiswa harus bisa menyesuiakan diri dalam hal

    akademik, juga harus mampu menjalin relasi dengan orang lain selama

    proses belajar di perguran tinggi. Individu yang dinilai bisa

    meyesuaiakan diri juga akan merasakan kesejahteraan fisik dan psiologis.

    Hal tersebut dikarenakan individu tidak akan mengalami tekanan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    berlebih selama masa penyesuaian diri. Pada akhirnya, mahasiswa yang

    mampu menyesuaikan diri dengan tunntutan akademik, tuntutan sosial

    dan memiliki kesejahteraan fisik dan psikologis yang baik akan merasa

    puas dengan status mahasiswa yang dimiliki. Rasa puas ini juga

    membuat mahasiswa akan memiliki kelekatan dengan institusi di mana ia

    menuntut ilmu, sehingga kemungkinan mahasiswa untuk keluar atau

    pindah ke tempat lain akan semakin kecil.

    3. Faktor yang Memengaruhi Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi

    Berdasarkan hasil ulasan dari berbagai referensi mengenai

    penyesuaian diri di perguruan tinggi, peneliti menyimpulkan beberapa

    faktor yang memengaruhi penyesuaian diri di perguruan tinggi, antara lain

    (Aspelmeier, Love, McGill, Elliott, & Pierce, 2012; Beyers & Goossens,

    2003; Credé & Niehorster, 2012; Friedlander, Reid, &Cribbie, 2007;

    Hertel, 2002; Hickman, Bartholomae, & McKenry, 2000; Marmarosh &

    Markin, 2007; Parker, Summerfeklt, Hogan, & Majeski, 2004; Ramos-

    Sánchez & Nichols, 2007; Rice, Vergara, & Aldea, 2006; Schneider &

    Ward; 2003):

    a. Karakteristik Demografi

    Karakteristik demografi merupakan karakteristik individu yang

    meliputi sebaran geografi, jenis kelamin, usia, etnis, status disabilitas,

    gender, dan status generasi. Individu yang mengidentifikasikan dirinya

    sebagai bagian dari etnis minoritas cenderung merasa kurang mendapat

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    dukungan, sehingga berdampak pada kemampuan penyesuaian diri di

    perguruan tinggi yang kurang baik (Schnider & Ward, 2003).

    Selain itu, status generasi individu (first or second generation)

    juga apat memengaruhi penyesuaian diri di perguruan tinggi (Hertel,

    2002) Mahasiswa dikatakan sebagai generasi pertama jika ia

    merupakan anggota dari sebuah keluarga di mana baru dirinya yang

    menempuh jenjang pendidikan hingga perguruan tinggi, sedangkan

    mahasiswa yang anggota keluarganya telah menempuh jenjang

    pendidikan perguruan tinggi disebut generasi kedua. Mahasiswa

    generasi kedua memiliki kemampuan penyesuaian diri yang baik

    karena mereka lebih memiliki pengetahuan mengenai keidupan

    perkuliahan dari pada mahasiswa generasi pertama. Mahasiswa

    generasi pertama juga tidak terlalu terlibat dalam aktivitas sosial di

    kampus, serta cenderung untuk mencari teman dan pengalaman sosial

    di luar kampus. Mahasiwa generasi pertama akhirnya kurang mampu

    menyesuaikan diri karena teman-teman dari luar kampus tidak mampu

    memberikan dukungan sosial yang memadai (Hertel, 2002)

    b. Core Self-Evaluation

    Core self-evaluation merupakan penilaian mendasar mengenai

    kompetensi dan kemampuan individu yang terdiri dari efikasi diri,

    harga diri, locus of control, dan stabilitas emosi. Feist dan Feist (2010)

    menjelaskan bahwa efikasi diri berdampak pada pemilihan tindakan,

    pengerahan usaha, serta ketekunan dan ketahanan dalam menghadapi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    berbagai situasi sulit. Harga diri menjadi sumber daya psikologis dan

    berfungsi sebagai mekanisme koping yang membantu individu dalam

    menghadapi situasi baru yang tidak pasti, seperti masa penyesuaian

    diri di perguruan tinggi (Hickman, Bartholomae, & McKenry, 2000).

    Mahasiwa yang memiliki locus of control internal akan menyadari

    bahwa dirinya memiliki kontrol terhadap lingkungan. Oleh karena itu,

    ia akan berusaha mencari cara untuk dapat menyesuaikan diri dengan

    lingkungannya (Aspelmeier, Love, McGrill, Elliot, & Pierce. 2012).

    c. Trait

    Trait merupakan dimensi kepribadian yang memengaruhi

    pikiran, perasaan, dan perilaku individu dengan cara tertentu. Faktor

    ini meliputi ekstraversi, keramahan, keterbukaan, ketekunan,

    neurotisme, optimisme, dan perfeksionisme.

    Kepribadian ekstraversi, sikap terbuka, dan ramah akan

    membuat individu memiliki keterampilan sosial yang baik, cenderung

    lebih asertif dan kooperatif sehingga mampu mengatur relasi sosialnya

    dengan baik. Individu dengan kepribadian ektraversi dicirikan dengan

    perasaan optimis, memiliki gairah hidup, rasa humor yang tinggi,

    kepekaan, dan sifat lain yang mengindikasikan penghargaan terhadap

    hubungan interpersonal (Feist & Feist, 2010).

    Individu dengan perfeksionisme maladaptif memiliki

    kecenderungan stres yang lebih tinggi, memiliki pandangan yang kaku

    atau tidak fleksibel terhadap diri sendiri, dan orang lain. Individu

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    dengan perfeksionisme maladiptif juga kurang memiliki solusi yang

    efektif dalam memahami dan mengatasi masalahnya sehingga

    mengakibatkan individu ini sulit menyesuaikan diri dengan baik di

    lingkungannya (Rice, Vergara, & Aldea, 2006).

    d. Kecerdasan Emosi

    Kecerdasan emosi merupakan kemampuan individu untuk

    mengolah emosi yang terjadi dalam diri dan menggunakannya dalam

    penalaran dan aktivitas kognitif lainnya. Kecerdasan emosi

    memfasilitasi transisi ke perguruan tinggi dengan membantu

    mahasiswa dalam mengelola emosi personal yang membawa dampak

    pada hubungan intrapersonal dan manajemen stres mahasiswa

    tersebut. Kecerdasan emosi membuat individu mampu untuk

    membedakan dan melabeli perasaan, serta mampu untuk

    menggunakan informasi tentang perasaan untuk memahami dan

    memandu perilaku. Dimensi penyesuaian diri melibatkan

    keterampilan untuk mengelola perubahan. Mengelola perubahan

    melibatkan kemampuan untuk mengidentifikasi potensi masalah serta

    pemilihan strategi koping yang realistis dan fleksibel. Dimensi

    pengelolan stres melibatkan kemampuan untuk mengelola situasi yang

    penuh tekanan dengan cara yang lebih proaktif. Individu dengan

    kemampuan pengelolaan stres yang baik juga memiliki kemampuan

    untuk bekerja di bawah tekanan dengan baik (Parker, Summerfeklt,

    Hogan, & Majeski. 2004).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    e. Persepsi Hubungan dengan Orangtua

    Persepsi hubungan dengan orangtua merupakan penilaian

    individu mengenai hubungan mereka dengan orangtua. Faktor ini

    meliputi kelekatan, pola asuh, pola komunikasi, dan pemisahan

    psikologis.

    Kelekatan atau kebergantungan dengan orangtua membuat

    mahasiswa kesulitan dalam melakukan penyesuaian diri di perguruan

    tinggi. Mahasiswa yang cenderung bergantung pada orangtua akan

    mengalami hambatan dalam mengembangkan identitas otonom,

    kurang terampil dalam menjalin hubungan sosial, dan takut akan

    penolakan. Hal tersebut dikarenakan orangtua cenderung menanamkan

    perasaan bersalah dan kekurangan diri. Selain itu, keterlibatan

    orangtua yang berlebih juga menyebabkan individu kurang memiliki

    pengalaman pribadi dalam menangani masalah-masalah akademik dan

    sosial (Barnier, Larose, Boivin, & Soucy. 2004)

    Pola asuh autoritatif akan memudahkan mahasiswa dalam

    transisi ke lingkungan perguruan tinggi. Pola asuh autoritatif akan

    membentuk seseorang menjadi pribadi emosional, peduli, serta

    terampil menjalin komunikasi. Pola komunikasi yang terbuka dalam

    keluarga membuat individu memiliki keyakinan diri. Individu yang

    tumbuh dalam pola komunikasi terbuka juga tidak terjebak pada

    perasaan bersalah, sehingga membantu individu dalam penyesuaian

    diri (Orrego & Rodriguez, 2001).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    f. Persepsi dukungan sosial

    Persepsi dukungan sosial merupakan keyakinan individu bahwa

    ia diperhatikan, dicintai, dihargai, dan ditolong oleh jaringan sosial

    yang meliputi keluarga, teman, fakultas, dan institusi dalam mengatasi

    tekanan. Mahasiswa yang mendapat dukungan sosial lebih mampu

    melakukan penyesuaian diri. Hal tersebut dikarenakan individu

    merasa terlibat dan diterima dalam kehidupan di perguruan tinggi,

    memiliki tingkat stres yang rendah, dan memiliki pengetahuan yang

    lebih luas mengenai perguruan tinggi (Hertel, 2002). Persepsi tentang

    dukungan kelompok, fakultas, dan institusi menjadi sumber yang kuat

    dalam penyesuaian diri di perguruan tinggi jika dibandingkan dengan

    persepsi dukungan dari keluarga (Schneiders & Ward, 2003).

    C. MAHASISWA TAHUN PERTAMA

    1. Pengertian Mahasiswa Tahun Pertama

    Mahasiswa merupakan seorang pelajar yang sudah menuntaskan

    jenjang pendidikan menengah atas (SMA/SMK) dan melanjutkan studi ke

    perguruan tinggi. Lebih jelasnya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

    mahasiswa didefinisikan sebagai orang yang belajar di perguruan tinggi.

    Pengertian tentang mahasiswa juga dibahas di Undang-Undang Republik

    Indonesia, nomor 12 tahun 2012 tentang pendidikan. Dalam Bab 1

    ketentuan umum pasal 1, dijelaskan bahwa mahasiswa adalah peserta didik

    pada jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Peraturan dari Universitas Sanata

    Dharma juga menjabarkan mahasiswa sebagai peserta didik yang terdaftar

    dan belajar pada Universitas.

    Berdasarkan beberapa pengertian yang telah disebutkan, maka

    dapat disimpulkan bahwa mahasiswa tahun pertama adalah mereka yang

    sudah menyelesaikan pendidikan tingkat menengah atas kemudian

    melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, sudah terdaftar, dan

    mengikuti kegiatan belajar mengajar di universitas selama minimal satu

    tahun.

    2. Karakteristik Perkembangan Mahasiswa Tahun Pertama

    Menurut Arnet (2000), individu berada dalam tahap perkembangan

    emerging adulthood pada rentan usia 18-25 tahun. Arnet (2000)

    memberikan penjelasan mengenai lima ciri tahapan perkembangan

    emerging adulthood, antara lain:

    2.1 The age of identity exploration

    Pada tahap perkembangan ini, individu melakukan eksplorasi di

    berbagai aspek kehidupan yang akan membentuk identitasnya,

    terutama aspek percintaan dan pekerjaan. Dalam tahap ini individu

    akan melakukan eksporasi tentang siapa dirinya dan apa yang mereka

    inginkan dalam hidupnya. Eksplorasi dalam tahap ini merupakan

    kunci dalam setiap perubahan identitas bagi individu yang

    bersangkutan.

    2.2 The age of instability

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    Tahap ini terjadi ketika individu mulai merasakan perubahan

    yang terjadi secara cepat pada aspek percintaan, karir, dan pandangan

    hidup. Pada tahap ini individu akan mulai menyusun rencana untuk

    langkahnya ke depan, tapi tidak menutup kemungkinan rencana itu

    akan terus berubah-ubah sesuai dengan situasi yang dialaminya.

    Banyaknya perubahan dan tekanan pada masa ini cenderung menjadi

    stresor bagi individu sehingga menimbulkan kecemasan tertentu.

    2.3 The self-focused age

    Pada masa emerging adulthood, individu mulai mengurangi

    kebergantungannya terhadap orang lain. Hal ini terjadi karena

    individu mulai memiliki otonomi atau kemandirian dalam mengambil

    keputusan dan menjalankan tugas-tugas dalam hidupnya.

    2.4 The age of feeling in between

    Keadaan ini terjadi ketika individu tidak lagi merasa bahwa

    dirinya adalah seorang remaja, namun di sisi lain ia merasa belum

    cukup dewasa. Bimbingan dari figur orang dewasa akan membantu

    individu dalam mengatasi rasa bimbang yang dialaminya.

    2.5 The age of possibilities

    Masa age of possibilities merupakan masa di mana individu

    memiliki harapan yang besar karena beberapa mimpinya sudah ia coba

    wujudkan dalam kehidupan yang sebenarnya. Pada masa ini individu

    memiliki kesempatan yang luas untuk melakukan perubahan pada

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    hidupnya. Individu dalam tahap ini akan berorientasi pada

    kebahagiaan, kepuasan kerja, dan kehidupan percintaan.

    D. DINAMIKA KECERDASAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI

    DI PERGURUAN TINGGI PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA

    Salovey dan Mayer (1990) menjelaskan kecerdasan emosi sebagai

    sebuah kemampuan untuk mengenali perasaan pribadi dan orang lain untuk

    membantu individu dalam memahami perasaan dan maknanya,

    mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu dalam

    perkembangan emosi, intelektual, serta menentukan respon atau perilaku.

    Dengan kata lain, kecerdasan emosi merupakan sebuah kemampuan individu

    untuk tidak hanya merasakan pengalaman emosional, tetapi juga mampu

    untuk memaknai dan mengendalikan emosi yang terjadi pada dirinya sehingga

    mampu untuk berpikir dan menentukan perilaku dengan tepat.

    Goleman (1999) menyatakan bahwa kecerdasan emosi yang baik dapat

    menentukan keberhasilan individu dalam prestasi belajar, mengembangkan

    hubungan dengan orang lain, mengemangkan karir, serta mengurani

    agresivitas, khususnya pada kalangan remaja - dewasa awal. Individu dengan

    kecerdasan emosi tinggi akan mampu mengenali emosi pada dirinya.

    Kemampuan mengenali emosi menunjukkan bahwa individu memiliki

    kesadaran diri sehingga mampu mengetahui dan memahami apa yang sedang

    dirasakannya. Hal ini menunjukkan bahwa individu memiliki kewaspadaan

    akan pikiran dan perasaannya sehingga tidak mudah larut dan dikuasai oleh

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    emosi. Kemampuan dalam mengenali emosi diri ini menjadi dasar yang kuat

    bagi individu untuk dapat mengelola dan mengungkapkan emosi yang sedang

    dirasakan secara wajar. Pengelolaan emosi ini meliputi kemampuan untuk

    menghibur diri, menghindari kecemasan, dan bangkit dari perasaan yang

    menekan. Dalam konteks penelitian ini, mahasiswa tahun pertama yang

    mempunyai kemampuan baik dalam mengenali emosi diri dan mengelola

    emosi tidak akan mengalami perasaan tertekan yang berkepanjangan karena

    perubahan kondisi dan psikologis yang dialami selama masa transisi ke

    perguruan tinggi. Mahasiswa tahun pertama yang memiliki kecerdasan emosi

    yang tinggi juga bisa melakukan koping yang lebih konstruktif dan bangkit

    dari keterpurukan.

    Kemampuan dalam memotivasi diri dapat dilihat sebagai respon

    dorongan dari dalam diri untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

    Motivasi diri merupakan bentuk pengungkapan emosi secara positif.

    Kemampuan dalam memotivasi diri akan mendorong individu untuk tetap

    tekun dalam usaha mencapai apa yang sudah ditargetkan. Dalam konteks

    penelitian ini, mahasiswa tahun pertama yang memiliki kemampuan untuk

    memotivasi diri akan membuat mahasiwa memiliki semangat dan antusias

    dalam belajar, sehingga tidak akan menghindari kegiatan dalam perkuliahan

    atau bolos kuliah.

    Goleman (1997) menyatakan bahwa individu yang mempunyai

    kecerdasan emosional yang tinggi akan mampu mengenali emosi orang lain.

    Individu yang mampu mengenali perasaan orang lain tentunya juga memiliki

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    rasa empati terhadap orang lain. Individu dengan kemampuan empati yang

    baik biasanya merupakan orang yang berhasil dalam pergaulannya. Hal ini

    dikarenakan individu yang memiliki rasa empati biasanya lebih mampu

    menangkap sinyal-sinyal sosial yang mengisyaratkan apa yang dibutuhkan

    orang lain.

    Berbeda halnya dengan mahasiswa tahun pertama yang mempunyai

    kecerdasan emosional rendah. Ketidakmampuan mengenali emosi membuat

    individu mengalami kesulitan dalam mengetahui dan memahami perasaan apa

    yang sedang dirasakan. Individu yang sulit dalam memahami perasaan

    cenderung mudah larut dan dikuasai oleh emosi. Individu yang kurang

    memahami emosinya juga akan kesulitan dalam mengelola emosinya,

    sehingga berdampak pada pengungkapan emosi yang kurang tepat. Kesulitan

    mengenali dan mengungkapan emosi akan membuat mahasiswa tahun pertama

    cenderung susah untuk bangkit ketika mengalami kegagalan pada masa

    transisinya.

    Mahasiswa tahun pertama yang memiliki kecerdasan emosional yang

    rendah cenderung kurang memiliki motivasi yang kuat sehingga tidak berani

    memasang target dalam proses belajarnya. Mahasiswa yang kurang memiliki

    motivasi kerap menampilkan perilaku tidak semangat dalam mengikuti

    kegiatan di perkuliahan, sehingga berdampak pada menurunnya rasa antusias

    mahasiswa tersebut dalam mengikuti berbagai kegiatan perkuliahan.

    Mahasiswa yang kurang memiliki motivasi juga cenderung lebih sering absen

    dari perkuliahan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    Mahasiswa tahun pertama yang memiliki kecerdasan emosi rendah

    juga memiliki kemampuan yang rendah dalam memahami perasaan orang lain.

    Hal ini dikarenakan mahasiswa tersebut akan kesulitan mengartikan tanda-

    tanda dari orang lain disekitarnya. Ketidakmampuan mahasiswa tahun pertama

    dalam berempati akan membuat mereka gagal dalam menjalin hubungan

    dengan orang lain di lingkungan pergurunan tinggi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    MAHASISWA TAHUN

    PERTAMA

    KECERDASAN EMOSI TINGGI KECERDASAN EMOSI RENDAH

    Kesadaran diri yang baik Pengaturan diri yag baik Memiliki motivasi tinggi Kemampuan bermpati yang baik Memiliki keterampilan dalam

    menjalin hubungan sosial

    Kesadaran diri yang buruk Pengaturan diri yang buruk Kurang memiliki motivasi Kurang mampu berempati Gagal dalam membina hubungan

    sosial

    Mampu mengenali perasaan saat perasaan itu terjadi

    Mampu bersikap positif dalam keadaan tertekan

    Memiliki semangat dalam belajar Mampu memahami perasaan dan

    tanda-tanda dari orang lain

    Mampu berkomunikasi dan bekerjasama dengan baik

    Kesulitan dalam megenali perasaan yang terjadi

    Mudah larut dan tenggelam dalam emosi

    Kurang memiliki gairah belajar Tidak peka dengan emosi dan

    tanda-tanda dari orang lain

    Kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama yang buruk

    Mampu menyesuaikan diri di perguruan

    tinggi dengan baik

    Tidak mampu menyesuaikan diri di

    perguruan tinggi dengan baik.

    E. SKEMA HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN

    PENYESUAIAN DIRI DI PERGURUAN TINGGI PADA MAHASISWA

    TAHUN PERTAMA

    Gambar 1 Hubungan antara kecerdasan emosi dan penyesuaian diri di

    perguruan tinggi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    F. HIPOTESIS

    Berdasarkan uraian tersebut, peneliti merumuskan hipotesis sebagai

    berikut: “Ada hubungan positif antara kecerdasan emosi dengan penyesuaian

    diri di perkuliahan pada mahasiswa tingkat pertama”. Hubungan positif terjadi

    ketika satu variabel mengalami kenaikan maka variabel yang lain juga

    mengalami kenaikan, dengan kata lain semakin tinggi nilai kecerdasan emosi,

    maka semakin tinggi juga nilai penyesuaian diri yang diperoleh mahasiswa.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif korelasional yang

    bertujuan melihat hubungan antara kecerdasan emosi dengan penyesuaian

    diri di perguruan tinggi pada mahasiswa tahun pertama. Pendekatan

    kuantitatif menggunakan analisis data numerical yang diolah dengan

    metode statistika (Azwar, 2012). Studi korelasional merupakan studi yang

    mempelajari hubungan antara dua variabel atau lebih yang memiliki tujuan

    melihat variasi antara satu variabel dengan variabel lainnya (Azwar, 2012).

    B. Variabel Penelitian

    Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:

    Variabel bebas : kecerdasan emosi

    Variabel tergantung : penyesuaian diri di perguruan tinggi

    C. Definisi Operasional

    Berikut ini definisi operasional dari kecerdasan emosional dan

    penyesuaian diri pada mahasiswa di perguruan tinggi:

    1. Kecerdasan Emosi

    Kecerdasan emosi adalah kemampuan yang dimiliki individu

    dalam memproses informasi mengenai emosi yang terjadi dalam

    dirinya. Kecerdasan emosi membuat individu memiliki kemampuan

    untuk mengawasi dan mengatur emosi dalam diri, memiliki sifat

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    empati, dan memiliki keterampilan dalam menjalin hubungan

    interpersonal.

    Kecerdasan emosi diukur dengan menggunakan skala kecerdasan

    emosi yang dibuat sendiri oleh peneliti yang terdiri dari lima aspek

    kecerdasan emosi menurut Goleman (1997), yaitu: kesadaran diri (self

    awareness), pengaturan diri (self control), motivasi diri (self

    motivation), empati (empathy), dan kemampuan menjalin hubungan

    sosial (social skill). Gambaran tingkat kecerdasan emosional

    ditunjukkan dari perolehaan skor skala kecerdasan emosi. Semakin

    tinggi skornya berarti semakin tinggi juga kecerdasan emosionalnya,

    sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh berarti semakin rendah

    juga kecerdasan emosional yang dimiliki.

    2. Penyesuaian diri mahasiswa di perguruan tinggi

    Penyesuaian diri mahasiswa di perguruan tinggi adalah

    kemampuan yang disertai dengan usaha seorang mahasiswa untuk

    mengatasi stres dan masalah yang ditimbulkan karena adanya

    perubahan di lingkungan sekitar, sehingga tidak menjadi masalah yang

    bisa memengaruhi kehidupan sosial dan akademis mahasiswa tersebut.

    Penyesuaian di perguruan tinggi diukur dengan skala penyesuaian

    diri yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan teori dari Baker &

    Siryk (1986) yang terdiri dari empat dimensi penyesuaian diri di

    perguruan tinggi, antara lain penyesuaian akademik (academic

    adjustment), penyesuaian sosial (social adjustment), penyesuaian

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    personal-emosional (personal-emotional adjustment), dan kelekatan

    dengan instistusi (insitusional attachment). Gambaran tingkat

    keberhasilan penyesuaian diri di perguruan tinggi digambarkan dengan

    perolehan penggabungan skor tiap dimensi pada skala penyesuaian

    diri. Semakin tinggi skor yang didapat berarti semakin tinggi tingkat

    keberhasilan dalam penyesuaian diri, sebaliknya semakin rendah skor

    yang diperoleh berarti semakin rendah juga tingkat keberhasilan dalam

    penyesuaian diri di perkuliahan.

    D. Responden Penelitian

    Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa tahun pertama

    di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Peneliti hanya menggunakan

    beberapa sampel dari keseluruhan jumlah mahasiswa di Univertitas Sanata

    Dharma, Yogyakarta.

    Pemilihan sampel penelitian dilakukan dengan teknik non random

    sampling jenis purposive sample. Teknik non random sampling dipilih

    karena tidak semua elemen yang ada pada populasi mempunyai peluang

    yang sama untuk menjadi sampel penelitian. Purposive sample berarti

    pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas pertimbangan khusus sesuai

    dengan kriteria penelitian (Noor, 2011). Kriteria subjek yang dimaksud

    adalah mahasiswa tahun pertama angkatan 2016 Universitas Sanata

    Dharma, Yogyakarta dalam rentang usia 18-20 tahun. Peneliti memeroleh

    subjek penelitian dengan cara mendatangi calon subjek secara langsung ke

    masing-masing kelas.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    E. Metode dan Alat Pengumpulan Data

    Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah penyebaran skala. Skala adalah seperangkat pertanyaan atau

    pernyataan yang disusun untuk mengungkap atribut-atribut tertentu

    dengan cara memberikan respon terhadap pertanyaan atau pernyataan yang

    diajukan (Azwar, 2012). Skala disusun sendiri oleh peneliti dengan tahap-

    tahap:

    1. Penyusunan blue print

    1.1 Skala Kecerdasan Emosi

    Skala kecerdasan emosi terdiri dari 5 aspek, yaitu aspek kesadaran

    diri, aspek pengaturan diri, aspek motivasi diri, aspek empati, dan

    aspek keterampilan sosial. Skala ini terdiri dari 60 item, dengan 12

    item pada tiap-tiap aspeknya. Pada tiap aspek terdapat 2 bentuk

    penyataan, yaitu pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable.

    Distribusi item skala kecerdasan emosi bisa dilihat di tabel 1.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    Tabel 1.

    Distribusi Item Skala Kecerdasan Emosi

    Nomor Item

    No. Aspek Favorable Unfavorable Jumlah Bobot

    1. Aspek

    Kesadaran diri

    1, 21, 41

    3, 23, 43

    11, 31, 51

    13, 33, 53

    12 20%

    2. Aspek

    pengaturan diri

    52, 32, 12

    56, 36, 16

    42, 22, 2

    46, 26, 6

    12 20%

    3 Aspek Motivasi

    diri

    54, 34,14

    60, 40, 20

    44, 24, 4

    50, 30, 10

    12 20%

    4 Aspek Empati 9, 29, 49 7, 27, 47

    19, 39, 59

    17, 37, 57 12 20%

    5 Aspek

    Keterampilan

    Sosial

    5, 25, 45

    58, 38, 18 15, 35, 55

    48, 28, 8 12 20%

    Total 60 100%

    Skala kecerdasan emosi diukur menggunakan skala Likert yang

    terdiri dari 60 item dengan empat pilihan jawaban, yaitu Sangat Sesuai

    (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Skala

    ini di susun berdasarkan teori kecerdasan emosi yang paparkan oleh

    Goleman (1997). Untuk skor yang akan diberikan pada tiap item bisa

    dilihat di tabel 2 dan tabel 3

    Tabel 2.

    Skor Favorable Skala Kecerdasan Emosi

    Jawaban Skor

    Sangat Sesuai 4

    Sesuai 3

    Tidak Sesuai 2

    Sangat Tidak Sesuai 1

    Tabel 3.

    Skor Unfavorable Skala Kecerdasan Emosi

    Jawaban Skor

    Sangat Sesuai 1

    Sesuai 2

    Tidak Sesuai 3

    Sangat Tidak Sesuai 4

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 40

    1.2 Skala Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi

    Skala penyesuaian diri di perguruan tinggi terdiri dari 4 dimensi,

    yaitu dimensi penyesuaian diri akademik, dimensi penyesuaian diri sosial,

    dimensi penyesuaian personal emosional, dan dimensi kelekatan pada

    institusi. Skala ini terdiri dari 72 item, dengan 18 item pada tiap-tiap

    dimensinya. Pada tiap aspek terdapat 2 bentuk penyataan, yaitu pernyataan

    favorable dan pernyataan unfavorable.

    Tabel 4.

    Distribusi Item Skala Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi.

    Nomor Item

    No. Dimensi Favorable Unfavorable Jumlah Bobot

    1. Penyesuaian

    diri akademik

    1, 16, 39

    2, 26, 7

    20, 38, 67

    21, 29, 66

    37, 55, 59

    3, 13, 69

    18 20%

    2. Penyesuaian

    diri sosial

    28, 54, 60

    5, 14, 46

    22, 30, 47

    4, 18, 44

    23,33, 65

    6, 42, 72

    18 20%

    3 Penyesuaian

    personal-

    emosional

    31, 51, 57

    8, 15, 63

    19, 9, 43

    7, 27, 41

    24, 34, 49

    52, 58, 70

    18 20%

    4 Kelekatan pada

    institusi

    25, 53, 40

    11, 32, 64

    36, 50, 68

    10, 17, 61

    45, 48, 56

    12, 35, 62

    18 20%

    Total 72 100%

    Skala penyesuaian diri diukur menggunakan skala Likert yang

    terdiri dari 72 item dengan empat pilihan jawaban, yaitu Sangat Sesuai

    (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Skala

    ini di susun berdasarkan dimensi penyesuaian diri di perguruan tinggi yang

    disampaikan oleh Baker dan Siryk (1984, 1986). Untuk skor yang akan

    diberikan pada tiap item bisa dilihat di tabel 5 dan tabel 6

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 41

    Tabel 5.

    Skor Favorable Skala Penyesuaian Diri

    Jawaban Skor

    Sangat Sesuai 4

    Sesuai 3

    Tidak Sesuai 2

    Sangat Tidak Sesuai 1

    Tabel 6.

    Skor Unfavorable Skala Penyesuaian Diri

    Jawaban Skor

    Sangat Sesuai 1

    Sesuai 2

    Tidak Sesuai 3

    Sangat Tidak Sesuai 4

    2. Focus Grup Discussion (FGD)

    FGD dilakukan dalam penelitian ini untuk memperoleh gambaran

    awal mengenai variabel penelitian yang hendak diteliti, serta untuk

    memahami konteks dan indikator tiap aspek variabel. FGD dilakukan

    dengan menanyakan beberapa pertanyaan atau pernyataan yang

    merupakan implikasi atau indikator dari variabel penelitian, baik yang

    bersifat favorable maupun unfavorable.

    Data yang diperoleh dari proses FGD digunakan sebagai acuan

    dalam penyusunan butir item yang akan digunakan guna mengukur

    variabel kecerdasan emosi dan penyesuaian diri di perkuliahan. Adapun

    daftar pertanyaan yang dibahas selama proses FGD dapat dilihat pada

    bagian lampiran 1 dan lampiran 2.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 42

    2.1 Hasil FGD variabel kecerdasan emosi

    Kecerdasan emosi pada mahasiswa terlihat dari

    kemampuan mereka untuk mengenali dan melabel emosi yang

    muncul. Kecerdasan emosi juga ditunjukkan dengan kemampuan

    untuk mencari tahu penyebab munculnya suatu emosi yang

    dirasakan. Selain itu dalam konteks sosial, kecerdasan emosi dapat

    terlihat dari kemampuan dalam berempati pada orang lain,

    memahami sudut pandang orang lain, serta memiliki kemampuan

    berkomunikasi dengan baik. Komunikasi yang baik ditunjukkan

    dengan kemampuan menyampaikan pendapat, kemampuan dalam

    berdiskusi untuk menyelesaikan suatu masalah bersama, dan

    kemampuan untuk memersuasi orang lain.

    2.2 Hasil FGD variabel penyesuaian diri di perguruan tinggi

    Berdasarkan hasil FGD yang sudah dilakukan, diketahui

    bentuk penyesuaian diri akademik mahasiswa, antara lain ; rutin

    mengikuti kegiatan perkuliahan, rutin mempelajari materi

    perkuliahan, serta aktif dalam mencari informasi terkait mata

    kuliah yang dipelajari. Dari aspek penyesuaian diri sosial

    ditunjukkan dengan pengetahuan peserta FGD mengenai berbagai

    kegiatan dilingkup Universitas dan Fakultas, mereka juga tidak

    ragu untuk mencoba terlibat dalam setiap kegiatan kepanitian yang

    ada. Peserta juga merasa mampu menjalin relasi dengan orang lain

    yang memiliki latar belakang yang berbeda dengan mereka.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 43

    Penyesuaian diri personal-emosional ditunjukkan dengan

    kemampuan peserta untuk menyesuaikan diri dengan perubahan

    yang terjadi, dalam hal ini antara lain perubahan pola tidur, pola

    makan, dan perubahan tentang kemandirian dan pengambilan

    keputusan. Sementara untuk aspek kelekatan pada institusi, pada

    peserta FGD merasa puas dengan fasilitas dan lingkungan yang ada

    di Universitas. Peserta juga mengeluhkan mengenai letak kampus

    yang cukup jauh. Mereka merasa terhambat dengan letak kampus

    yang berjauhan. Namun secara keseluruhan para peserta

    menyatakan kepuasannya dan tidak memiliki pikiran untuk

    berhenti kuliah atau pindah ke tempat lain.

    3. Penulisan Item

    Penyusunan item untuk skala variabel kecerdasan emosi dilakukan

    berdasarkan hasil FGD dan teori kecerdasan emosi dari Goleman (1997).

    Skala kecerdasan emosi terdiri dari 60 item, dengan sebaran 12 item utuk

    tiap-tiap aspeknya, yang terdiri dari 6 item favorable dan 6 item

    unfavorable. Penyusunan skala penyesuaian diri disusun berdasarkan 4

    dimensi penyesuaian diri di perguruan tinggi dari Baker dan Siryk (1986)

    dan juga hasil FGD yang sudah dilakukan. Total item yang digunakan

    sejumlah 72 item, dengan sebaran 18 item untuk tiap-tiap dimensinya dan

    pada tiap dimensi terdiri dari 9 item yang bersifat favorable dan 9 item

    yang bersifat unfavorable.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 44

    4. Review dan Revisi Item

    Review dan revisi item pada skala penelitian dilakukan bersama

    dengan dosen pembimbing skripsi. Review dilakukan oleh dosen

    pembimbing, sedangkan revisi dilakukan oleh peneliti berdasarkan hasil

    revisi dari dosen pembimbing. Review dan revisi dilakukan guna melihat

    apakah item-item yang peneliti susun sudah sesuai dengan konteks yang

    hendak diukur. Review dan revisi ini juga dilakukan untuk melihat apakah

    tata bahasa dan istilah-istilah yang digunakan dalam item yang hendak

    disajikan sudah komunikatif dan mudah dipahami oleh calon responden

    penelitian. Peneliti melakukan revisi atau perbaikan pada item-item yang

    dirasa kurang sesuai dengan konteks dan juga pada item yang kurang

    komunikatif serta sulit untuk dipahami oleh calon responden.

    5. Penghitungan Validitas Isi

    Pengujian validitas ini skala dilakukan oleh dosen pembimbing

    skripsi dan 4 rekan sesama peneliti yang sedang mengerjakan skripsi,

    dengan melakukan penghitungan skor Indeks Validitas Isi Item (IVI-I) dan

    Indeks Validitas Isi Skala (IVI-S). Prosedur mengenai penilaian IVI-I dan

    IVI-S adalah sebagai berikut:

    a. Indeks Validitas Isi Item (IVI-I)

    Indeks Validitas Isi Item (IVI-I) merupakan indeks validitas isi

    pada taraf item yang disusun. IVI-I menunjukkan taraf relevansi item yang

    disusun dengan atribut psikologis yang hendak diukur. Penilaian taraf

    validitas item ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu relevan dan tidak

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 45

    relevan. Adapun skor yang diberikan dalam range 1 sampai 4. Skor 1

    untuk item yang sangat tidak relevan, skor 2 untuk item yang cukup

    relevan, skor 3 untuk item yang dinyatakan relevan, dan skor 4 untuk item

    yang dinyatakan sangat relevan. Item dikatakan tidak relevan dan harus

    direvisi atau digugurkan jika hanya memperoleh skor relevansi 1 atau 2.

    Sebaliknya, suatu item dinyatakan relevan jika memiliki skor relevansi 3

    atau 4.

    Setelah keseluruhan item sudah diberi skor, maka tahap

    selanjutnya adalah melakukan penghitungan untuk skor IVI-I untuk tiap

    item yang sudah disusun. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan

    rumus sebagai berikut:

    IVI − I = Jumlah penilai yang memberikan nilai atau jumlah penilai Sebuah item dinyatakan relevan jika perolehan skor ≥ 0,78. Jika

    sebuah item memiliki skor kurang dari angka tersebut, maka peneliti perlu

    untuk melakukan revisi atau mengugurkan item tersebut. Setelah melihat

    hasil penghitungan IVI-I, langkah selanjutnya adalah memberi tindakan

    pada item-item yang sudah diberi skor. Tindakan tersebut adalah dipakai,

    dipakai dengan perbaikan, digugurkan, dan diganti dengan item baru

    (Supratiknya, 2016).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 46

    b. Indeks Validitas Isi Skala (IVI-S)

    Indeks Validitas Isi Skala (IVI-S) merupakan rata-rata proporsi

    item-item yang sudah diperiksa dan mendapat skor 3 atau 4. Penghitungan

    IVI-S dilakukan dengan rumus sebagai berikut:

    IVI − S =