plagiat merupakan tindakan tidak terpuji · dan membantuku dengan doa, semangat dan usaha yang...
TRANSCRIPT
i
MAKNA CERITA
DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan
Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Christina Jeany Ardilla
NIM: 091124017
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan dengan tulus kepada:
Tuhan Yesus yang selalu setia menemani dan mendampingiku,
Mama dan Papa serta seluruh keluargaku tercinta,
para Dosen yang telah setia mendampingi dan membimbingku,
kampus IPPAK-USD yang telah memberikan banyak ilmu dan pengalaman,
dan kepada siapa saja yang telah mendukung
dan membantuku dengan doa, semangat
dan usaha yang begitu tulus dalam penyusunan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Kehidupan adalah perjuangan yang tidak boleh kita hindari
tapi harus kita menangkan”
(St. Padre Pio)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebut dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 15 Januari 2016
Penulis,
Christina Jeany Ardilla
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata
Dharma:
Nama : Christina Jeany Ardilla
No. Mahasiswa : 091124017
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
MAKNA CERITA DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI
SEKOLAH. Berdasarkan perangkat yang diperlukan (bila ada).
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas
Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu izin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian penyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 15 Januari 2016
Yang menyatakan,
Christina Jeany Ardilla
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Skripsi dengan judul “MAKNA CERITA DALAM PENDIDIKAN
AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH” disusun berdasarkan pengalaman
melaksanakan praktek mengajar Pendidikan Agama Katolik di SD Kanisius
Kalasan Yogyakarta. Selama menjalankan praktek mengajar, penulis merasa
bahwa siswa kurang tertarik dengan mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik.
Hal tersebut terjadi karena selama pembelajaran di kelas penulis lebih banyak
menerangkan dan meminta siswa untuk mencatat dan menghafal yang diajarkan.
Sebenarnya ada bermacam-macam model, metode dan fasilitas pembelajaran,
akan tetapi ini tidak dimanfaatkan secara memadai. Salah satu metode tersebut
adalah penggunaan cerita.
Selama ini, para siswa menganggap cerita hanya sebagai hiburan atau
selingan pembelajaran di kelas. Sebenarnya, penggunaan cerita di dalam mata
pelajaran agama Katolik dapat membantu siswa untuk memperdalam pemahaman
dan menggali makna dari materi pembelajaran. Selama ini, pemaknaan cerita di
dalam pembelajaran agama Katolik di kelas másih kurang mendapat perhatian
dari guru.
Karya tulis ini akan membahas persoalan tersebut dengan menggunakan
pendekatan studi pustaka. Sebagian besar teori, pendapat para ahli dan buku
referensi mengatakan bahwa cerita memiliki peranan yang besar dalam proses
pembelajaran karena cerita dapat membantu untuk mengungkap makna dan
memperdalam pemahaman. Cerita di dalam mata pelajaran Pendidikan Agama
Katolik dapat berfungsi sebagai media komunikasi pewartaan iman karena cerita
mempermudah siswa di dalam memahami materi dan menemukan nilai-nilai
Kristiani dari pelajaran agama di kelas. Yesus juga menggunakan cerita untuk
mewartakan karya keselamatan Allah agar orang-orang dapat memahami tanda-
tanda karya keselamatan Allah. Cerita juga dapat menyentuh sisi afektif para
siswa sehingga mereka terdorong untuk mewujudkan nilai-nilai yang ditemukan
di dalam cerita-cerita yang digunakan.
Berdasarkan kajian teori dan refleksi dapat ditarik kesimpulan bahwa
penggunaan cerita di dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik memiliki
manfaat yang lebih besar, tidak hanya sekedar hanya sebagai hiburan.
Pemaknaan cerita yang tepat akan sangat membantu siswa dalam
mengembangkan imanya dan juga dapat membangun suasana pembelajaran yang
lebih efektif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
The thesis entitled THE MAKING SENSE OF STORIES IN THE
CATHOLIC RELIGION CLASS is based on the author’s personal experience
in doing the macro teaching in SD Kanisius Kalasan Yogyakarta. During the
macro teaching, the author felt that the students were not interested in the Catholic
Religion class. It was so because during the class, the author mostly employed
lecturing model and asked the student to note down and to learn the teaching
materials by heart. Anyway, there are various learning models, methods and
facilities, but they are not used adequately. One of the methods is the usage of
stories.
The students think that the usage of stories during the lesson is only for
amusement or intermezzo. Actually, the usage of stories during the lesson
purports to deepen the understanding and to make sense of the learning materials.
However, the making sense of stories in the Catholic Religion class gets less
attention from the teacher.
The thesis deals with this problem and employs the literature review
approach. Most of the theories, experts’ opinions and the literature references state
that the stories play a significant role in the learning process because the stories
facilitate the students to discover the meaning and to deepen the understanding.
The usage of stories in the Catholic Religion class are the medium of
communication to announce the faith and further the stories make ease the
understanding and the meaning discovery of the Christian values from the lesson.
Jesus also uses the stories to announce the God’s salvation in order to enable the
people to understand the signs of God’s salvation. The stories also touch the
affective side of the students so that the students are motivated to implement the
values which are found in the story.
Basing on the theoretical study and reflection, it is concluded that the
usage of stories in the Catholic Religion class serves for more benefit, not only for
amusement. A correct making sense of the stories facilitates the students to
develop their faith and creates more and more effective learning environment.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
MAKNA CERITA DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI
SEKOLAH.
Skripsi ini ditulis berdasarkan pengalaman penulis sendiri dalam
pelaksanaan praktek mengajar Pendidikan Agama Katolik di sekolah. Pendidikan
Agama Katolik adalah salah satu pendidikan iman yang membantu siswa
memperkembangkan imannya dan menjadi hal penting bagi perkembangan iman
anak, namun Pendidikan Agama Katolik kurang diminati para siswa. Oleh karena
itu skripsi ini disusun untuk membantu siswa mengungkap makna dalam
Pendidikan Agama Katolik di sekolah dengan menggunakan cerita serta sebagai
syarat dalam memperoleh gelar sarjana Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari
bantuan, dorongan dan doa dari berbagai pihak baik secara langsung maupun
tidak langsung. Pada kesempatan ini, dengan tulus hati penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Romo Drs. F.X. Heryatno W.W.,S.J.,M.Ed selaku Kaprodi IPPAK Universitas
Sanata Dharma yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam
penyelesaian skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
2. Bapak F.X. Dapiyanta, SFK, M.Pd selaku dosen pembimbing akademik
sekaligus sebagai dosen pembimbing utama yang telah dengan tulus hati
meluangkan waktu penuh kesabaran mendampingi, membimbing,
memotivasi, memberikan perhatian dan sumbangan pemikiran serta
mengarahkan penulis dalam menuangkan gagasan-gagasan sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
3. Romo Dr. C. Putranta, SJ yang telah membimbing, memotivasi, membertikan
perhatian dan memberikan dukungan bagi penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
4. Bapak P. Banyu Dewa HS, S.Ag, M.Si. yang selalu mendukung, membantu
dan meluangkan waktunya serta berkenan menguji skripsi ini.
5. Mama dan Papa yang sangat penulis cintai dan kedua adik-adik penulis
Christiana Grace dan Christian S. Putra yang sangat penulis banggakan yang
selalu mendoakan, menyemangati, mendukung dan memberikan inspirasi
untuk penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
6. Sahabat-sahabat: Monalissa Essy, Fransisca Chandra, Maria Susana, Adriana,
Faola Sulistiana, Caroline Natasia, Emilia Kuswardani, Vesveranda Seruni,
Cynthia Tampi, Olivia Larasati, Rosalia Yuli yang selalu setia menemani,
memberikan semangat, dukungan, bantuan, motivasi yang tiada henti untuk
penulis dalam berjuang mennyelesaikan skripsi ini.
7. Antonius Yogi yang telah bersedia meluangkan waktu dan tulus memberikan
perhatian dalam membantu, mengarahkan dan menyemangati penulis dalam
mengerjakan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
8. Teman-teman seperjuangan angkatan 2009 dan teman-teman mahasiswa
IPPAK-USD yang telah dengan tulus mendoakan, memotivasi, berbagi
pengalaman dan mendukung penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan
skripsi ini.
9. Segenap Staf Dosen, Staf Sekretariat dan Perpustakaan Prodi IPPAK-USD
serta seluruh karyawan yang telah memberi dukungan, membimbing penulis
dalam studi dan dalam menyelesaikan skripsi ini..
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu baik langsung maupun
tidak langsung telah mendoakan, menyemangati dan mendukung penulis
sehingga selesainya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan masukan berupa saran
dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata ,
semoga skripsi ini dapat berguna dan memberikan manfaat bagi pihak yang
berkepentingan.
Yogyakarta, 15 Januar i 2016
Penulis,
Christina Jeany Ardilla
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .. ..................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................... iv
MOTTO . ................................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..................................................... vii
ABSTRAK ................................................................................................................ viii
ABSTRACT ................................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR .............................................................................................. x
DAFTAR ISI ............................................................................................................. xiii
DAFTAR SINGKATAN .......................................................................................... xvi
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 7
C. Pembatasan Masalah .................................................................................. 8
D. Perumusan Masalah .................................................................................. 8
E. Tujuan Penulisan ........................................................................................ 8
F. Manfaat Penulisan ...................................................................................... 9
BAB II. PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH ................................ 10
A. PAK di Sekolah .............................................................................................. 10
1. PAK di Sekolah bagian dari Katekese ................................................... 11
a. Katekese sebagai Pendidikan Iman ................................................. 12
b. Katekese sebagai Pelayanan Sabda .................................................. 14
c. Katekese sebagai Ilmu ..................................................................... 15
2. Hakikat PAK di Sekolah ......................................................................... 20
a. PAK di Sekolah bagian dari Pendidikan Iman ............................... 20
b. PAK di Sekolah bagian dari Pelayanan Sabda ............................... 21
c. PAK di Sekolah bagian dari Ilmu Katekese ..................................... 22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
3. PAK di Sekolah bagian dari Pendidikan Nasional ................................. 23
B. Konteks PAK di Sekolah ............................................................................... 26
1. Sosialisasi menjadi Manusia yang Matang ........................................... 26
2. Sosialisasi menuju Manusia yang Beriman dan Dewasa ...................... 26
3. Pendekatan Dialektis dalam Proses Sosialisasi .................................... 27
C. Tujuan PAK di Sekolah ................................................................................. 28
D. Pendekatan PAK di Sekolah .......................................................................... 35
1. Tiga unsur Pokok PAK di Sekolah ....................................................... 35
a. Pengalaman hidup peserta didik....................................................... 35
b. Visi dan Kisah Kristiani ................................................................... 36
c. Komunikasi hidup konkrit peserta ................................................... 36
2. Gaya Pendidikan Agama Katolik di sekolah ........................................ 37
BAB III. CERITA ...................................................................................................... 39
A. Cerita dalam Kehidupan Manusia .............................................................. 39
1. Pengertian Cerita ................................................................................... 39
2. Jenis Cerita ............................................................................................ 40
3. Fungsi Cerita ......................................................................................... 49
4. Alasan Cerita Digemari Orang ............................................................. 53
B. Cerita dalam Tradisi Kristiani ....................................................................... 54
1. Cerita dalam Kitab Suci ........................................................................ 55
a. Cerita dalam Perjanjian Lama .......................................................... 57
b. Cerita dalam Perjanjian Baru ........................................................... 60
1) Yesus mengajar dengan cerita ................................................... 62
2) Pandangan menurut pengarang Injil ......................................... 65
a) Markus ............................................................................... 65
b) Matius ................................................................................ 66
2. Cerita dalam Teologi ........................................................................... 68
BAB IV. PERANAN CERITA DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI
SEKOLAH ............................................................................................... 70
A. Cerita Sebagai Media Komunikasi Iman dalam Pendidikan Agama
Katolik di Sekolah ..................................................................................... 70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
B. Cerita Menantang Kreatifitas Belajar PAK dan Membantu
Memperkembangkan Iman ....................................................................... 73
C. Cerita dalam Kaitan dengan Bercerita Sebagai Metode Pembelajaran
PAK yang Memungkinkan Peserta Didik Memperkembangkan
Imannya ..................................................................................................... 74
D. Cerita dalam PAK Relevan dengan Tujuan Afeksi Untuk Pendidikan
Agama Di Sekolah ..................................................................................... 75
E. Pesan Cerita dalam PAK di Sekolah Membantu Siswa Memperdalam
Imannya .................................................................................................... 76 BAB V. PENUTUP .................................................................................................... 78
A. Kesimpulan ............................................................................................... 78
B. Saran ......................................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR SINGKATAN
Seluruh singkatan yang terdapat di bawah ini merupakan singkatan yang
digunakan dalam penulisan skripsi ini.
A. Singkatan Kitab Suci
Ef : Efesus
Kor : Korintus
Mat : Matius
Luk : Lukas
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
GE : Gravissimum Educationis, Pernyataan Konsili Vatikan II tentang
Pendidikan Kristen, 28 Oktober 1965.
CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II
kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang
katekese masa kini, 16 Oktober 1979.
C. Singkatan Lain
Art : Artikel
IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
KBK : Kurikulum Berbasis Kompetensi
Komkat KWI : Komisi Kateketik Konferensi Wali Gereja Indonesia
KTSP : Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
No : Nomor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
PAK : Pendidikan Agama Katolik
PUK : Petunjuk Umum Katekese
SD : Sekolah Dasar
SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
USD : Universitas Sanata Dharma
UUD : Undang-undang Dasar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bagian pendahuluan ini, penulis akan menguraikan hal-hal yang
berkaitan dengan judul skripsi tersebut, yaitu: latar belakang, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan dan manfaat penulisan.
Untuk lebih jelasnya akan diuraikan satu per satu di bawah ini.
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi yang semakin maju pada saat ini merupakan
anugerah bagi kehidupan manusia karena dengan berkembangnya teknologi
manusia semakin dipermudah dalam menjalani setiap aktivitas kehidupan. Namun
di sisi lain teknologi juga bisa menjadi bencana yaitu ketika manusia tidak dapat
mempergunakannya dengan bijak. Teknologi memiliki banyak manfaat juga
termasuk bagi bidang pendidikan. Berkat teknologi model-model dan metode
pembelajaran semakin berkembang lebih menarik dan menyenangkan. Selain itu
teknologi juga menuntut siswa dan guru untuk semakin kreatif dan inovatif
khususnya dalam bidang pendidikan.
Di dalam Undang-undang no 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan
Nasional menjelaskan bahwa pendidikan dilakukan agar mendapatkan tujuan yang
diharapkan bersama yaitu: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Pasal 3 UU
RI No 20/ 2003). Jadi jelaslah pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan
dengan sengaja agar anak didik memiliki sikap dan kepribadian yang baik.
Pendidikan sangat luas cakupannya dalam kehidupan, baik di masyarakat,
keluarga, politik, rohani maupun lembaga-lembaga sosial yang tentunya memiliki
banyak bidang yang salah satunya adalah Pendidikan Agama Katolik. Pendidikan
Agama Katolik adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan
berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik
untuk memperteguh iman dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai
dengan ajaran Gereja Katolik, dengan tetap memperhatikan penghormatan
terhadap agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam
masyarakat untuk mewujudkan kesatuan Nasional. Pendidikan Agama Katolik
khususnya yang dilakukan di sekolah bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan dalam mewujudkan nilai-nilai kerajaan Allah untuk membangun
hidup yang semakin beriman (Heryatno, 2008: 23). Membangun hidup beriman
kristiani berarti membangun kesetiaan pada Injil Yesus Kristus yang memiliki
keprihatinan tunggal yakni Kerajaan Allah.
Pendidikan Agama khususnya Pendidikan Agama Katolik di sekolah
sangat penting dan dibutuhkan untuk meneguhkan iman, menanamkan akhlak dan
budi dalam diri setiap orang. Dalam kenyataannya Pendidikan Agama Katolik
merupakam tuntutan dalam mencapai keberhasilan siswa di sekolah sehingga
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dapat diserap dan diterima siswa serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
mampu diterapkan dalam hidup sehari-hari, akan tetapi yang diupayakan bagi para
siswa akan sia-sia jika kenyataannya para siswa kurang menangkap materi pada
Pendidikan Agama Katolik.
Pengajar memberikan ilmu Pendidikan Agama Katolik dengan
mewartakan kabar gembira. Pada Pendidikan Agama Katolik guru seharusnya
memberikan pengajaran dengan santai, gembira dan menyenangkan karena itu hal
yang efektif dilaksanakan dalam Pendidikan Agama Katolik di sekolah. Melalui
pengalaman mengajar baik di Sekolah Dasar maupun di Sekolah Menengah
Kejuruan, penulis mendapatkan situasi yang terjadi dalam Pendidikan Agama
Katolik di sekolah ketika guru menyampaikan materi dengan rangkuman dan
uraian mengenai pokok-pokok pembelajaran Pendidikan Agama Katolik
mengakibatkan siswa kurang memperhatikan pelajaran. Dalam Pendidikan Agama
Katolik guru tidak hanya memberikan penjelasan mengenai ajaran-ajaran dan
aturan-aturan namun perlu memperhatikan perkembangan kondisi siswa yang
senang dengan hiburan, kebebasan bukan aturan dan ajaran ajaran.
Dalam situasi yang penulis temukan dan hadapi pada saat praktek
mengajar PAK di sekolah penulis mengubah cara belajar yang berbeda yaitu
dengan memberikan unsur cerita dalam pelajaran bukan saja mendikte. Karena
pada umumnya anak senang dengan unsur hiburan dan hal yang menyenangkan.
Cara yang dilakukan dengan menyampaikan materi dengan bercerita, bercerita
kejadian yang benar terjadi sehingga dengan cerita dapat menghantar siswa pada
imaginasi pemahaman masing-masing. Seperti salah satu contoh tema mengenai
percaya pada Allah dengan kesimpulan yaitu bila sungguh percaya pada Allah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
maka segala hal yang sulit terjadi dan sulit dilakukan akan menjadi mudah dan
ringan untuk dihadapi. Dengan memberikan unsur cerita pengalaman kejadian
nyata mengenai kekuatan percaya pada Allah siswa mendengarkan dan mudah
memahami apa yang disampaikan sehingga proses pembelajaran menjadi lebih
aktif dengan sharing dari masing-masing siswa yang pada akhirnya menemukan
masalah pada masing-masing siswa, berbagai masalah ditemukan seperti masalah
keluarga, persahabatan, ekonomi, maupun pelajaran. Cerita mampu menghantar
pada pemahaman yang lebih mendalalm khususnya pada pendidikan agama
Katolik di sekolah siswa dihantar menjadi lebih beriman dan merasakan kasih
karunia Allah yang menyelamatkan
Dalam Pendidikan Agama Katolik di sekolah penggunaan berbagai sarana,
metode, dan model pembelajaran sangat dianjurkan untuk menciptakan proses
pembelajaran yang menyenangkan, relevan, dan bermakna. Guru Pendidikan
Agama Katolik cenderung mengajar dengan menjelaskan atau memberikan
rangkuman yang membuat siswa kurang menarik pada pelajaran padahal anak
pada umumnya senang dengan sesuatu yang menghibur dan menyenangkan.
Untuk itu guru Pendidikan Agama Katolik harus pandai dalam mengolah dan
mempersiapkan media atau sarana dalam Pendidikan Agama Katolik sehingga
proses pembelajaran menjadi menyenangkan dan efektif.
Pendidikan menurut Johannes Muller dalam buku Pendidikan Kegelisahan
Sepanjang Zaman (Sindhunata, 115:2001) adalah segala upaya masyarakat serta
hasil-hasilnya yang bertujuan meneruskan dan menyediakan pengetahuan dan
keterampilan, sikap dan pola tingkah laku yang perlu demi kelangsungan ataupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
kelangsungan masyarakat itu dengan menawarkan kesempatan yang sebaik
mungkin kepada semua orang demi perkembangan manusia seutuhnya maka
diperlukan berbagai sarana, model, dan metode yang dapat mendukung untuk
mencapai tujuan pendidikan tersebut.
Pendidikan dalam arti umum memiliki tujuan. Begitu pula PAK memiliki
tujuan yaitu PAK di Sekolah pada dasarnya bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan untuk membangun hidup yang semakin beriman. Membangun hidup
beriman berarti membangun kesetiaan pada Injil Yesus Kristus, yang memiliki
keprihatinan tunggal, yakni Kerajaan Allah. Kerajaan Allah merupakan situasi
dan peristiwa penyelamatan dan perjuangan untuk perdamaian dan keadilan,
kebahagiaan dan kesejahteraan, persaudaraan dan kesetiaan, kelestarian
lingkungan hidup yang dirindukan oleh setiap orang dari berbagai agama dan
kepercayaan (Komkat KWI,2007: 7). Untuk mencapai tujuan pembelajaran PAK
bisa didukung dengan sarana, metode, atau model pembelajaran yang sesuai.
Salah satu proses pembelajaran PAK yang menyenangkan dapat dibangun
dengan memasukan cerita-cerita di dalamnya. Cerita dalam pendidikan agama
Katolik sangat dekat dan tak dapat dilepaskan karena dalam PAK berisi cerita-
cerita terlebih dalam Kitab Suci berisi sejarah dan kenangan mengenai Allah,
alam semesta, para nabi, kisah-kisah mengenai Yesus yang disampaikan dalam
pelajaran pendidikan agama Katolik segala yang terangkum dalam PAK tidak
lepas dari unsur cerita.
Akan tetapi cerita dalam PAK kurang diperhatikan maknanya, kurang
diperhatikan karena pendidikan agama Katolik hanya dianggap sebagai kewajiban
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
saja sehingga cerita hanya dianggap sebagai selingan atau hiburan dalam proses
pembelajaran. Melihat kenyataan yang terjadi, pengajar bertanggung jawab
memberikan pembelajaran yang menarik dan kreatif seperti yang dilakukan oleh
Yesus mengajar dengan bercerita. Cerita memiliki peranan penting dan dapat
digunakan dengan kreatif agar lebih menarik yaitu dengan memanfaatkan
teknologi saat ini seperti film, tayangan video maupun drama. Cerita mampu
menghantar dan membawa pemahaman yang lebih mendalaman dan berkesan
sehingga dapat lebih mudah diterima dan dipahami untuk diterapkan dalam
kehidupan.
Cerita adalah hasil pengalaman yang dikreasikan dengan imajinasi dan
disampaikan dengan media bahasa yang sesuai dengan dunia anak-anak.
Cerita anak bukan cerita yang ditulis anak-anak tetapi dengan
menggunakan sudut pandang anak-anak karena pada hakikatnya cerita
anak adalah cerita yang ditulis untuk anak-anak sehingga anak bisa
memahami cerita (Heru Kurniawan, 2013: 17-18).
Pendidikan Agama Katolik di sekolah adalah proses pendidikan iman yang
diselenggarakan oleh gereja, sekolah ataupun dalam keluarga untuk membantu
peserta didik agar semakin beriman pada Tuhan Yesus sehingga nilai-nilai dapat
terwujud (Heryatno Wono Wulung, 2008:22). Dalam pendidikan Agama Katolik
perkembangan, peneguhan, pendewasaan iman sangat ditekankan. Cerita memiliki
pengaruh terhadap suatu hal yang dilakukan dalam segala kegiatan. Seperti
kegiatan belajar mengajar yang berbeda akan menumbuhkan ketertarikan siswa
dalam belajar sehingga mudah memahami pelajaran serta dapat mempengaruhi
sikap dan perilaku siswa. Cerita akan mudah dipelajari karena ada unsur
ketertarikan pada suatu hal yang menghibur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Cerita memiliki peranan penting dalam Pendidikan Agama Katolik
sehingga guru Pendidikan Agama Katolik perlu memperhatikan metode atau
sarana yang mendukung untuk pembelajaran yang efektif dan mudah ditangkap
siswa yaitu dengan menggunakan cerita dalam proses Pendidikan Agama
Katolik. Dengan memanfaatkan cerita proses belajar Pendidikan Agama Katolik
di sekolah menjadi lebih bermakna dan menarik. Dengan cerita mendukung
proses belajar mengajar untuk mudah dimengerti dan disatukan dengan
pengalaman nyata yang memudahkan memori untuk mengingat berbagai suasana
dalam cerita yang diwarnai kejadian nyata, kesan dan keindahan karena cerita
melibatkan seluruh panca indera, perasaan, kesan dan akhirnya seluruh kehidupan.
Mengingat siswa lebih senang dengan hal yang gembira, hiburan, bebas
dibandingkan dengan teori dan suatu ajaran saja.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk
memaparkan peranan dan makna cerita dalam pendidikan agama katolik di
sekolah. Oleh karena itu tulisan ini diberi judul “MAKNA CERITA DALAM
PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, dapat
diidentifikasikan beberapa permasalahan dalam skripsi ini yaitu:
1. Banyak siswa tidak tertarik pada pelajaran PAK.
2. Model atau metode belajar yang digunakan oleh guru kurang menarik
perhatian siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
3. Guru kurang memanfaatkan sarana dan media yang tersedia pada zaman ini.
4. Cerita-cerita mengenai Kitab Suci dan cerita-cerita yang relevan untuk
pengajaran iman kurang diperhatikan.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan pemaparan materi di atas, penulis akan membatasi dan
memfokuskan masalah pada pemanfaatan cerita dalam proses pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik di sekolah.
D. Perumusan Masalah
1. Apa peranan cerita dalam Pendidikan Agama Katolik di sekolah?
2. Apa saja cerita yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran Pendidikan
Agama Katolik di sekolah?
3. Bagaimana memaknai cerita dalam Pendidikan Agama Katolik di sekolah?
E. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan peranan cerita dalam Pendidikan Agama Katolik di sekolah.
2. Memaparkan cerita-cerita apa saja yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di sekolah.
3. Menjelaskan tentang cara memaknai cerita dalam Pendidikan Agama Katolik
di sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
F. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diperoleh dari penulisan ini adalah:
Dengan adanya penulisan karya tulis ini akan ditemukan metode atau
sarana yang menarik dalam Pendidikan Agama Katolik di sekolah. Dengan
pembelajaran yang menarik siswa akan terbantu dalam perkembangan iman dan
membantu menemukan nilai-nilai iman Kristiani akan karya keselamatan Allah.
Dengan skripsi ini para guru Pendidikan Agama Katolik menemukan metode atau
sarana untuk menggunakan cerita dalam Pendidikan Agama Katolik di sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH
Pada bab ini penulis akan menjabarkan hal-hal yang berkaitan dengan
Pendidikan Agama Katolik (PAK) di sekolah dan PAK di sekolah sebagai bagian
dari Pendidikan Nasional.
A. Pendidikan Agama Katolik di Sekolah
Pada hakekatnya PAK di sekolah adalah sebagai proses komunikasi iman.
Sebagai komunikasi iman pendidikan agama Katolik perlu menekankan sifatnya
yang praktis. Bersifat praktis berarti Pendidikan Agama Katolik lebih
menekankan tindakan dari pada konsep atau teori. Oleh sebab itu Pendidikan
Agama Katolik lebih menekankan proses perkembangan, pendewasaan iman,
serta peneguhan pengharapan, dan perwujudan kasih terhadap sesama (Heryatno
Wono Wulung, 2008: 15-16).
Pendidikan Agama Katolik dipahami sebagai proses pendidikan iman yang
diselenggarakan oleh Gereja, sekolah, keluarga dan kelompok jemaat lainnya
untuk membantu peserta didik agar semakin beriman kepada Tuhan Yesus
sehingga nilai-nilai Kerajaan Allah sungguh terwujud di tengah-tengah hidup
mereka. Dengan demikian yang menjadi tujuan PAK ialah demi terwujudnya
nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah-tenggah hidup mereka, demi kedewasaan
iman, dan demi kebebasan manusia (Heryatno Wono Wulung, 2008: 22). Romo
Van Lith menegaskan bahwa tujuan pendidikan katolik adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
memperkembangkan humanisme Katolik yaitu harus membantu peserta didik
untuk menjadi pelaku-pelaku perubahan sosial. Pendidikan dipahami sebagai
jalan, tempat atau pewarta menuju transformasi sosial (Heryatno Wono Wulung,
2008: 13-14).
Demi tujuan tersebut, pendidikan agama Katolik diusahakan oleh Gereja,
dan terlaksana dalam keluarga katolik, dalam jemaat dan dalam sekolah terutama
sekolah katolik. Pendidikan Agama Katolik pada dasarnya dilaksanakan oleh
jemaat sebagai paguyuban umat beriman Kristiani terutama untuk para
anggotanya demi pendewasaan dan pengembangan penghayatan dan pengalaman
iman akan Allah Bapa dalam Yesus Kristus oleh kekuatan Roh Kudus.
1. PAK di Sekolah bagian dari Katekese
Paus Yohanes Paulus II memberikan ajakan tentang katekse yaitu dalam
hubungannya dengan keluarga, sekolah perlu menyelenggarakan katekese dengan
kemungkinan-kemungkinan yang tidak boleh diabaikan. Katekese tersebut berupa
pendidikan agama yang diintegrasikan dengan hidup. Pendidikan hidup beriman
dalam lingkup sekolah merupakan tugas Gereja dalam memperkembangkan iman.
Katekese adalah pendidikan iman yang terus-menerus selama manusia
hidup di dunia. Pendidikan iman tersebut meliputi pengenalan akan kebenaran-
kebenaran yang diwahyukan untuk membawa manusia pada perubahan sikap yang
kemudian diwujudkan dalam tindakan sebagai usaha semakin mendekatkan diri
kepada Kristus (Telambuana, 2005: 48). Selain itu katekese adalah suatu bagian
integral, pemakluman Injil yang pertama disusul dengan hubungan erat antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
katekese dengan sakramen inisiasi Kristen. Hal ini kemudian dipahami sebagai
hidup menggereja yang terus menerus dalam iman teristimewa pada pelajaran
agama di sekolah bersama dengan pendidikan keluarga Kristen yang membina
kaum muda (PUK, Art. 60). Dengan demikian Pendidikan Agama Katolik di
sekolah merupakan bagian dari katekese karena PAK bertujuan untuk membantu
siswa agar beriman semakin mendalam dan memiliki kesadaran untuk terlibat
dalam kehidupan menggereja juga kehidupan di masyarakat.
a. Katekese sebagai Pendidikan Iman
Berdasarkan arti kata, katekese berasal dari bahasa Yunani Katechein,
bentukan dari kata „Kat‟ yang berarti meluas atau pergi, dan „echo‟ yang berarti
menggemakan atau menyuarakan. Dengan demikian katechein berarti perwartaan
secara meluas tentang suatu berita.
Pewarta Kabar Gembira yang utama dan pertama adalah Yesus Kristus.
Dia mewartakan Kerajaan Allah, dan pewartaannya sebagai Kabar Gembira
dirumusakan di dalam Injil (PUK, Art. 34). Pewartaan kabar Gembira yang telah
dimulai oleh Yesus kemudian dilanjutkan oleh murid-murid-Nya. Melalui
katekese umat beriman menyampaikan kata-kata dan perbuatan Wahyu,
memaklumkan dan menceritakan sekaligus memperjelas misteri yang ada di
dalamnya (PUK, Art. 39).
Komkat KWI memberikan tekanan pada katekese yaitu sebagai
komunikasi iman dari pengalaman iman dalam kehidupan sehari-hari dan dapat
meneguhkan iman para peserta. Untuk itu katekese adalah pendidikan yang di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
dalamnya terdapat pewartaan iman yang dapat saling meneguhkan iman masing-
masing peserta dengan pengalaman iman yang dapat mendekatkan diri dengan
Kristus yang terungkap dalam peristiwa hidup sehari-hari.
Katekese sebagai pendidikan iman merupakan salah satu bentuk karya
pewartaan Gereja yang bertujuan untuk membantu umat beriman agar imannya
semakin mendalam dan supaya mereka semakin terlibat dalam kehidupan
menggereja dan masyarakat baik sebagai pribadi maupun kelompok (Adisusanto,
1995:3). Dengan demikian katekese membuat setiap orang diundang untuk
bertobat, lebih mendekatkan diri dan mengimani Yesus. Pendidikan iman ini
diharapkan berlangsung terus-menerus sepanjang hidup manusia di dunia.
b. Katekese sebagai Pelayanan Sabda
Pelayanan sabda adalah salah satu bentuk dari katekese. Tidak ada
katekese yang benar kalau nama, ajaran, janji-janji, Kerajaan Allah, Putra Allah,
Yesus dari Nasaret tidak diwartakan. Mereka yang sudah menjadi murid Kristus
juga harus disuburkan dengan sabda Allah agar mereka dapat bertumbuh dalam
hidup Kristiani mereka (PUK, Art. 50). Katekese sebagai pelayanan sabda
memiliki fungsi yaitu:
1) Dikumpulkan dan dipanggil kepada iman
Fungsi ini merupakan perintah misioner Yesus yang ditujukan kepada
orang-orang yang tidak beriman yaitu mereka yang memilih untuk tidak
percaya, orang-orang Kristen yang ada di ambang batas hidup Kristiani dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
mereka yang memeluk agama-agama lain. Selain itu fungsi ini juga ditujukan
kepada anak-anak dari keluarga Kristiani.
2) Inisiasi
Mereka yang karena rahmat memilih untuk mengikuti Yesus kemudian
diperkenalkan dengan hidup iman, liturgi dan cinta kasih Umat Allah. Untuk
mencapai pada fungsi ini katekese memiliki peranan penting terutama
katekese mengenai sakramen-sakramen inisiasi yang akan atau sudah
diterima. Pendidikan Kristen dalam keluarga dan pelajaran agama di sekolah
juga memiliki fungsi mengawali.
3) Pendidikan iman
Katekese ini ditujukan bagi orang-orang Kristen yang sudah
diperkenalkan oleh unsur dasar iman Kristen namun masih perlu memupuk
dan memperdalam iman selama hidup. Fungsi ini dilaksanakan melalui
banyak bentuk antara lain: sistematis atau kadang-kadang, individual atau
komunal, diatur atau spontan.
4) Fungi Liturgis
Pelayanan sabda juga mempunyai fungsi liturgis karena pelayanan
sabda merupakan bagian utuh dari suatu tindakan sakral. Homili adalah
bentuk pelayanan sabda yang paling penting dalam suatu liturgi. Pelayanan
sabda menjadi persiapan langsung bagi penerimaan sakramen-sakramen yang
berbeda, perayaan sakramental dan yang terpenting partisipasi umat beriman
dalam Ekaristi, dan sebagai sarana pendidikan iman yang pertama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Katekese sebagai pelayanan sabda memiliki banyak fungsi yaitu untuk
pertobatan, pendidikan iman baik dalam keluarga maupun dalam lembaga-
lembaga pendidikan, selain itu pelayanan sabda diberikan secara
berkesinambungan guna memupuk iman dan mendewasakan iman.
c. Katekese sebagai Ilmu
Kateketik adalah teori tentang katekese, refleksi atas karya Gereja, ilmu
yang mengajarkan bagaimana mewartakan ajaran Kristus kepada kaum muda dan
dewasa. Kateketik adalah ilmu pendidikan agama atau ilmu bina iman, yang
mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan pembinaan iman
(Telaumbanua, 2005: 6). Kateketik sebagai ilmu pendidikan agama atau ilmu bina
iman telah cukup lama ditekuni, khususnya dalam hal praksis bina iman yang
dinamai katekese (Telambuana, 2005: 13). Sedangkan menurut Purwatma (2012:
155) ilmu kateketik adalah sebuah studi ilmiah perihal katekese dengan
menggunakan metode dan sistem yang spesifik. Perkembangan paham, tujuan,
model, sarana dan kedudukan katekese dalam Gereja serta hubungan katekese
dengan ilmu pendidikan ikut membantu memperkembangkan ilmu kateketik
sehingga umat semakin berkembang dalam iman dan penghayatan hidup akan
Yesus Kristus yang menyelamatkan.
1) Objek Formal
Objek formal dalam ilmu kateketik memiliki tiga aspek penting yaitu
komunikasi iman, pewartaan dan pendidikan iman.
a) Komunikasi iman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Dalam PPKI II yang berlangsung di Klender Jakarta menjelaskan bahwa
katekese umat adalah komunikasi iman atau tukar pengalaman iman (penghayatan
iman) antara anggota jemaat beriman. Dalam katekese, umat dituntut untuk
mampu bersaksi tentang imannya akan Yesus Kristus sebagai pola hidup umat
beriman dalam Kitab Suci khususnya dalam Perjanjian Baru sebagai dasar
penghayatan iman umat kristiani sepanjang hidupnya. Telambuana (2005: 86)
juga mengungkapkan bahwa katekese yang menjemaat, yang berdasarkan pada
situasi konkret setempat dan berpola pada Yesus Kristus adalah sumber iman
yang utama menuju pada hidup Kristiani yang utuh.
Katekese umat merupakan komunikasi iman dari peserta sebagai sesama
dalam iman yang sederajat tanpa pandang bulu untuk terus bersaksi tentang iman
mereka secara terbuka ditandai sikap saling menghargai dan mendengarkan satu
sama lain (Telambuana, 2005: 87-88). Komunikasi iman juga diharapkan mampu
membantu peserta agar menghayati imannya di dalam kenyataan hidupnya atau
kebudayaan dan cara berpikirnya sendiri. Perjumpaan antara kenyataan hidup
peserta dengan kekayaan iman Kristiani, membantu mereka supaya sampai pada
penghayatan iman yang menyeluruh, yang membawa mereka pada kematangan
atau kedewasaan iman (Heryatno Wono Wulung, 2008: 50).
b) Pewartaan Sabda
Pewartaan yang menyampaikan Wahyu kepada dunia, dilaksanakan dalam
perkataan-perkataan dan perbuatan. Pelayanan sabda adalah unsur pewartaan yang
fundamental. Tidak ada pewartaan yang benar kalau nama, ajaran, janji-janji,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Kerajaan Allah, Putra Allah tidak diwartakan. Mereka yang sudah menjadi murid
Kristus juga harus disuburkan dengan sabda Allah agar mereka dapat bertumbuh
dalam hidup Kristiani mereka (PUK, art. 50).
Katekese bukan hanya membuat orang saling berkontak satu sama lain,
namun ada kemesraan dengan Yesus kristus. Mewartakan Kabar Gembira
merupakan kesatuan dengan Yesus Kristus. Persatuan dengan Yesus Kristus
membawa murid-murid menyatukan diri dengan segala sesuatu yang
mempersatukan Yesus Kristus secara mendalam dengan Allah Bapa dan dengan
Roh Kudus (PUK, Art. 80)..
c) Pendidikan Iman
Pendidikan Agama Katolik dipahami sebagai proses pendidikan dalam
iman yang diselenggarakan oleh Gereja, sekolah, keluarga dan kelompok jemaat
lainnya untuk membantu peserta agar semakin beriman kepada Tuhan Yesus
sehingga nilai-nilai Kerajaan Allah sungguh terwujud di tengah-tengah hidup
mereka, sehingga yang menjadi tujuan PAK ialah demi terwujudnya nilai-nilai
Kerajaan Allah di tengah-tenggah hidup mereka, demi kedewasaan iman dan demi
kebebasan manusia (Heryatno Wono Wulung, 2008: 22). Adapun titik tolak dari
pendidikan iman itu sendiri yaitu proses perkembangan iman yang nampak dalam
pertobatan kita sebagai umat beriman. Pertobatan merupakan kesediaan sikap dan
tindakan manusia untuk mendalami hidup. Orang yang bertobat menanggalkan
manusia lamanya dan mengenakan manusia baru dengan berbalik kepada Kristus
(Adisusanto, 1995: 11).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
2) Objek Material
Objek material ilmu kateketik adalah iman (Tradisi Gereja) dalam
pengalaman hidup. Iman dalam Tradisi Gereja dan dalam pengalaman hidup akan
diuraikan sebagai berikut:
a) Iman
Iman merupakan tanggapan manusia terhadap sabda Allah, manusia tidak
bisa bersifat pasif atau menutup diri tetapi harus memberi tanggapan dengan
memutuskan sikap yang tepat dalam keseluruhan rencana keselamatan Allah
(Adisusanto, 1995: 3). Iman mencakup perubahan hidup, suatu pertobatan yakni
perubahan budi dan hati yang mendalam, iman yang membuat seorang beriman
menghayati pertobatan itu. Iman dan pertobatan muncul dari hati yakni muncul
dari kedalaman pribadi manusia dan melibatkan seluruh keberadaannya melalui
perjumpaan dengan Yesus Kristus dan kesetiaan kepada-Nya (PUK, art.55).
Telaumbanua (2005: 52) juga mengatakan “pertobatan lebih pada usaha
pembaharuan diri yang terus-menerus yang dilakukan dalam seluruh proses
pembangunan iman secara pribadi.”
Katekese merupakan bentuk khusus yang mematangkan pertobatan awal
untuk menjadikan suatu pengakuan iman yang nyata hidup dan berbuah.
Permandian erat dengan pengakuan iman bersifat Tritunggal. Gereja
mempermandikan “dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Orang-orang
Kristen menyerahkan hidup kepada Allah Tritunggal. Katekese membantu
mematangkan pengakuan iman dan pemaklumannya terdapat di dalam Ekaristi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
menjadi penting untuk menyatukan pengakuan iman kepada Kristus akan cinta
Allah dan sesama menyatakan keberadaan dan tindakan-Nya (PUK, Art 82).
Iman dengan mana manusia menanggapi pewartaan Injil menuntut
permandian, yang didasarkan pada kehendak Kristus sendiri yang memerintahkan
murid-Nya untuk menjadikan segala bangsa murid-Nya dan mempermandikan
mereka, misi ini merupakan misi untuk mewartakan Kabar Gembira. Mereka yang
sudah bertobat kepada Yesus Kristus dan telah dididik dalam iman melalui
katekese, dengan menerima sakramen-sakramen inisiasi Kristen (Permandian,
Krisma dan Ekaristi) dibebaskan dari kekuasaan kejahatan melalui sakramen-
sakramen inisiasi Kristen (PUK, Art. 65).
b) Pengalaman Hidup
Pengalaman membangkitkan dalam diri manusia, minat, pertanyaan-
pertanyaan, harapan-harapan, Kecemasan-kecemasan, perenungan dan penilaian-
penilaian semuanya bertemu untuk membentuk suatu hasrat untuk mengubah
eksistensinya. Adalah tugas katekese membuat orang sadar akan pengalamannya
yang paling dasar, membantu mereka menilai dalam terang injil pertanyaan dan
kebutuhan yang muncul dari pengalaman itu, serta mendidik hingga sampai pada
suatu cara hidup yang baru yang membuat setiap pribadi sanggup bertindak
dengan aktif dan penuh tanggung jawab di hadapan karunia Allah (PUK, Art.
152).
Pengalaman hidup peserta meliputi segala kegiatan hidup sehari-hari
termasuk kegiatan rohani seperti hidup doa, perayaan iman dan devosi-devosi
termasuk juga permasalah serta kesulitan, keprihatinan dan persoalan hidup yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
menekan seperti kekuatiran, ketakutan dan kebingungan tetapi juga kegembiraan,
kebahagian, cita-cita serta pengharapan. Dengan bertitik tolak dari pengalaman
hidup peserta, kegiatan pendidikan iman menjadi relevan dan sungguh
menanggapi kenyataan hidup dan kebutuhan peserta karena setiap peserta
memiliki pengalamannya sendiri yang diyakini maknanya dan dipahami sebagai
suatu bagian penting dari rangkaian perjalanan hidup (Heryatno Wono Wulung,
2008: 50).
2. Hakikat PAK di Sekolah
a. PAK di sekolah bagian dari Pendidikan Iman
Iman adalah pemberian Allah yang anugerah-Nya menyentuh inti batin
seseorang dan membimbing seseorang ke arah hubungan yang hidup dengan
Allah di dalam Yesus Kristus. Iman adalah “pemberian Allah” (Ef. 2:8) dan
“Allah yang memberi pertumbuhan” (1 Kor. 3:7). Secara kognitif iman
merupakan kegiatan percaya. Para pendidik khususnya para pengajar PAK
bertugas untuk mengajarkan iman yang mampu memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk memperdalam dan memperluas pemahaman mengenai iman.
Secara afektif iman adalah kegiatan mempercayakan yaitu mempercayakan semua
pada kehendak Kristus dan mampu menanggapi undangan dengan rasa percaya
bahwa Allah yang setia yang menyelamatkan oleh kuasa Roh Kudus.
Pendidikan agama di sekolah harus membantu pertumbuhan spiritual
yaitu membantu mendekatkan diri dengan Allah seperti memberi kegiatan doa,
dengan doa membuat peserta didik merasakan kehadiran Allah memiliki rasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
hormat dan rasa kagum pada kebaikan yang Allah berikan (Thomas Groome,
2010:109).
Pendidikan iman di sekolah berlangsung secara struktur sesuai dengan
perkembangan anak dan tingkatannya dengan sengaja memperkembangkan iman
peserta didik secara menyeluruh sebagai tujuan utama. Dengan begitu pendidikan
agama Katolik di sekolah salah satunya bertujuan memperkembangkan iman
peserta didik untuk lebih mengenal Allah lewat pendidikan agama di sekolah
berupa cerita ataupun kutipan kitab suci yang membawa peserta didik lebih
mengenal Yesus selain membantu memperkembangkan iman membuat peserta
didik memiliki nilai moral juga sikap seperti yang diteladankan Yesus sehingga
dapat diterapkan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
b. PAK di sekolah bagian dari Pelayanan Sabda
Pendidikan agama katolik di sekolah diberikan para pendidik yaitu guru
yang memiliki peran penting dalam melayani dan mengajar peserta didik di
sekolah. Secara khusus pendidikan agama harus mempresentasi Yesus ketika
melayani peserta didik dengan pelayanan sabda yang berkenaan dengan inkarnasi
(Thomas Groome, 2010:390). Merepresentasikan Yesus karena “ Dia yang
memberikan rasul-rasul, nabi-nabi, pemberita Injil, gembala-gembala dan
pengajar-pengajar untuk melengkapi orang beriman bagi pekerjaan pelayanan
dalam membangun Tubuh Kristus” (Ef. 4:11-12).
Para pendidik atau guru memiliki jabatan mengajar yaitu memberikan
pelayanan sabda dengan memberitakan Injil, dari Injil diharapkan tidak berhenti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
disitu saja namun para pendidik perlu membawa peserta menuju perwujudan
nyata yang konkrit dalam hidup. Misalnya pelayanan sabda memberitakan Injil
mengenai sikap saling mengasihi tidak hanya diwartakan saja namun perlu
diwujudnyatakan dalam kehidupan sehari-hari seperti saling mengasihi dengan
teman, tetangga atau toleransi antar umat beragama. Pelayanan sabda dalam
pendidikan agama di sekolah tidak hanya berkotbah menyampaikan firman akan
tetapi membentuk peserta didik hidup sesuai dengan ajaran Kristus yang mampu
mewujudkan tindakan konkrit dalam hidup sehari-hari. Selain itu para pendidik
harus mampu membuat peserta didik mengenal Allah dan menghadirkan Allah
yang menyelamatkan dalam diri peserta didik.
Oleh karena itu pendidik dan peserta didik memiliki peran penting yang
saling membutuhkan dan meneguhkan dalam pendidikan agama katolik di sekolah
khususnya seorang pendidik yang memiliki kewajiban memberikan pelayanan
sabda kepada peserta didik, pendidik juga berperan sebagai seorang fasilitator
yang menuntun peserta didik dalam pembentukan iman yag terus menerus dalam
hidup sesuai sabda.
c. PAK di Sekolah bagian dari Ilmu Katekese
Pendidikan Agama Katolik bila dilihat dalam arti sempit adalah
pendidikan agama yang bertujuan agar peserta didik memiliki pandangan
Kristiani dalam kehidupa sehari-hari dan berkembang terus menerus menjadi
pribadi yang beriman .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Dalam sidang PKKI di Klender mengatakan tentang katekese sebagai
komunikasi iman yaitu proses tukar menukar pengalaman iman dari satu peserta
kepada yang lainnya. Dari proses tersebut peserta mendapatkan ilmu dan
pengetahuan berupa pengalaman yang berguna bagi pengetahuan imannya.
Dengan sharing pengalaman iman kita mendapat ilmu yang bisa meneguhkan
iman dan meneguhkan iman sebagai seorang Kristiani.
Dengan demikian pendidikan agama Katolik di sekolah adalah bagian dari
ilmu katekese yang baik karena didalamnya terdapat praktek keagamaan
pendidikan agama Katolik secara khusus. Jadi Pendidikan agama katolik di
sekolah sebagai ilmu yang mampu menghantar peserta didik memahami
pendidikan Kristiani lewat komunikasi iman. Dari proses komunikasi iman
peserta didik menunjukan dirinya sebagai seorang Kristiani yang sejati karena
dorongan timbul dari dalam diri bukan dari luar, dorongan untuk semakin beriman
kepada Kristus dan bertindak sesuai ajaran Kristiani. Pendidikan agama Katolik di
sekolah adalah tujuan yang sesungguhnya dari proses belajar mengajar yang
mampu membentuk kepribadian peserta didik yang menyeluruh menuju sosok
pribadi yang berkembang dan semakin beriman.
3. PAK di Sekolah bagian dari Pendidikan Nasional
Pancasila pada sila pertama menegaskan tentang Ketuhanan Yang Maha
Esa yaitu negara menghormati Tuhan sebagai Yang Maha Esa sebagai pencipta
alam semesta. Maka dalam pendidikan hidup beriman dalam konteks sekolah
sangat penting diberikan karena memperkembangkan iman dan kepercayaan anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
pada Tuhan. Dengan diberikan pendidikan agama di sekolah dapat memberikan
pendekatan pada anak sekaligus mendekatkan diri anak dengan Tuhan selain itu
menjadi bekal budi pekerti dan akhlak ana-anak.
Pendidikan merupakan sarana yang paling utama dan penting dalam hidup,
karena dengan pendidikan dapat menjadikan masyarakat memiliki kualitas dalam
menjalani kehidupan. Karena pentingnya pendidikan maka negara membuat
Undang-undang Dasar 1945 yang berisi berbagai hal mengenai peraturan negara
salah satunya menyelenggarakan sistem pendidikan nasional. Sebagaimana
tercantum dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pemerintah telah menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional. Tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan bakat peserta didik
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara demokratis, serta bertanggung jawab.
Di dalam Undang-undang no 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan
Nasional yang menjelaskan bahwa pendidikan dilakukan agar mendapatkan tujuan
yang diharapkan bersama yaitu: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Pasal 3 UU
RI No 20/ 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Jadi jelaslah pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan
sengaja agar anak didik memiliki sikap dan kepribadian yang baik, sehingga
penerapan pendidikan harus diselenggarakan sesuai dengan Sistem Pendidikan
Nasional berdasarkan UU No 20/ 2003. Menurut UU RI no 20/ 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional jenis pendidikan dilaksanakan dalam rangka
memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik serta mempersiapkan
peserta didik untuk mengikuti pendidikan ke perguruan tinggi.
Untuk itu agama memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan
karena sebagai pegangan dlam mewujudkan hidup yang memiliki nilai yang
bermakna. Sehingga pendidikan agama sangat penting diberikan pada anak baik
itu dalam lingkungan keluarga maupun di sekolah. Dengan pendidikan agama di
sekolah membuat peserta didik beriman memiliki spiritual dan akhlak yang sesuai
dengan ajaran agama. Pendidikan dilakukan secara berkesinambungan sesuai
dengan ajaran Gereja Katolik dengan tetap memiliki toleransi dengan umat
beragama lain sehingga tercipta persaudaraan dan persatuan nasional.
Dengan begitu Pendidikan Agama Katolik di sekolah meruoakan salah
satu bentuk usaha untuk memampukan peserta agar dapt menghayati kehadiran
Allah, menanggapi panggilan Allah dan mendekatkan diri dengan Allah sehingga
dapat diterapkan dalam hidup sehari-hari. Dengan PAK di sekolah membuat
peserta semakin menghayati imannya dan mendewasakan iman peserta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
B. Konteks PAK di Sekolah
Dalam konteks PAK di Sekolah terdapat beberapa elemen penting yaitu
keluarga, masyarakat, Gereja dan sekolah, keempat hal tersebut menjadi penting
karena memiliki hubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Dalam
konteks sosial membantu memperkembangkan kepribadian dan hati nurani,
memberikan rasa aman, memberi semangat dan arah yang jelas dalam hidup
pribadi masing-masing peserta. Bila satu sama lain saling bersinergi dan
bekerjasama dengan baik akan membentuk pendidikan yang utuh dan kontekstual
(Heryatno Wono Wulung, 2008: 39).
1. Sosialisasi Menjadi Manusia yang Matang
Sosialisasi merupakan proses yang panjang dan membutukan waktu lama
dimana seseorang memasukan diri dan dimasukan dalam etos hidup bersama.
Dalam proses tersebut manusia menghadapi pengaruh konteks sosial yang berupa
tatanan hidup, nilai yang dianut, corak tingkah laku yang diharapkan dan lain
sebagainya (Heryatno Wono wulung, 2008:41).
Sosialisasi memerlukan waktu yang lama karena didalamnya manusia
harus berinteraksi dalam berbagai hal dalam lingkungan, masyarakat, budaya dan
dengan sesama. Dalam komponen yang bersamaan tersebut saling mempengaruhi
dan memperkembangkan. Dalam lingkungan sekolah anak belajar besosialisasi
dengan teman, guru, adik kelas, kakak kelas maupun lingkungan sekolahnya. Jika
anak tersebut dapat bersosialisasi dengan baik maka akan mempengaruhi hal baik
dalam dirinya dan membawa dampak yang baik juga dalam hidup pribadinya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
pendidikan, pergaulan maupun dengan teman di seolahnya. Sosialisasi memiliki
dampak besar dalam hidup karena memberikan hasil yang positif dan
memperkembangkan manusia menjadi pribadi yang dewasa dan matang.
2. Sosialisasi Menuju Manusia yang Beriman dan dewasa
Menjadi manusia Kristiani yang mantap dan dewasa sejajar dengan
sosialisasi menuju manusia yang matang, kita perlu berinteraksi dengan sesama
dan jemaat lainnya (Heryatno Wono Wulung, 2008:46). Iman kita dibentuk dan
dilkembangkan melalui interaksi tersebut. Pendidikan Agama Katolik di sekolah
bertitik tolak pada kebutuhan peserta didik dengan memperhatikan peserta didik
mampu menuntun dan mengarahkan untuk menjadi manusia Kristiani yang
beriman.
3. Pendekatan Dialektis dalam Proses Sosialisai
Proses sosialisasi dlam Pendidikan agama Katolik membutuhkan proses
edukasi yang kritis yang memiliki hubungan dialektis antara jemaat satu dan
lainnya. Yang diperlukan tidak saja hanya perubahan namun mampu
menyesuaikan diri, menginternalisasi nilai, pandangan hidup yang sudah lama
dimiliki. Maka dari itu pendidikan Agama Katolik adalah proses sosialisasi dan
edukasi yang kritis dan bernilai emansipatif. Dialektika mendorong Gereja untuk
bersikap kritis pada dirinya dan tatanan hidup masyarakat.
Pendidikan Agama Katolik di sekolah membutuhkan komunitas iman yang
kritis yang dapat membantu peserta didik tidak hanya memperkebangkan dirinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
sendiri namun memperkembangkan seluruh segi sosial yang bertolak dari
kenyataan hidup peserta sehingga membantu mendewasakan dan
memperkembangkan imannya bukan hanya segi kognitif namun sikap dan
tindakan bagi masyarakat dan sesama.
C. Tujuan PAK di Sekolah
PAK di Sekolah pada dasarnya bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan untuk membangun hidup yang semakin beriman. Membangun hidup
beriman berarti membangun kesetiaan pada Injil Yesus Kristus, yang memiliki
keprihatinan tunggal, yakni Kerajaan Allah. Kerajaan Allah merupakan situasi
dan peristiwa penyelamatan dan perjuangan untuk perdamaian dan keadilan,
kebahagiaan dan kesejahteraan, persaudaraan dan kesetiaan, kelestarian
lingkungan hidup yang dirindukan oleh setiap orang dari berbagai agama dan
kepercayaan (Komkat KWI,2007: 7).
Heryatno (2008:25) mengatakan bahwa pada hakekatnya tujuan PAK yaitu,
demi terwujudnya Kerajaan Allah, iman yang selalu berkembang.
1. Demi Terwujudnya Kerajaan Allah
Tujuan orang memeluk agama adalah untuk mendapatkan kebahagian
dunia dan akhirat. Agama Katolik juga menawarkan kebahagian di dunia dan di
surga. Terciptanya kebahagian di dunia dan di surga ini dalam bahasa Katolik di
istilahkan terciptanya Kerajaan Allah yaitu jika Allah sudah meraja maka di situ
akan tercipta suatu kebahagian. Tujuan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
adalah untuk menyelamatkan jiwa. Jika Allah sudah meraja maka tentu kita akan
selamat dan bahagia karena kita adalah Anak-anakNya.
Oleh sebab itu Pendidikan Agama Katolik di Sekolah harusnya mampu
menggerakkan siswa untuk ikut mengambil bagian demi terciptanya Kerajaan
Allah. Artinya Pendidikan Agama Katolik harus mampu membuat siswa merasa
bahagia dan berbagi kebahagian dengan orang-orang di sekitar lewat sikap dan
tindakan sehari-hari yang sesuai dengan ajaran Katolik. Dengan demikian
Kerajaan Allah di surga akan hadir secara nyata lewat sikap dan tindakan yang
memberi kebahagian bagi orang di sekitar.
Terwujudnya Kerajaan Allah menjadi tujuan utama dalam PAK di
Sekolah, karena Kepercayaan kita kepada Allah memimpin kita untuk menyadari
dan mengingat bahwa Kerajaan Allah adalah pemberian. Dalam arti yang definitif
Kerajaan telah datang dalam Yesus Kristus. Keselamatan telah dimenangkan bagi
kita. Karena Kerajaan Allah telah hadir dan kedatangannya yang terakhir
dijanjikan dapat dipercaya, kita dapat menjalani masa kini dengan suka cita,
damai dan bahagia.
2. Iman Yang Selalu Berkembang
Iman Katolik sebagai realitas yang hidup memiliki tiga dimensi yang
esensial, yaitu keyakinan, hubungan yang penuh kepercayaan dan kehidupan
agape yang hidup. Maksud dari agape di sini adalah iman tumbuh karena ada rasa
keyakinan, kepastian dan kepercayaan yang penuh. Tidak berhenti di situ, iman
yang tumbuh karena keyakinan dan kepercayaan akan Yesus Kristus harus
dihayati secara penuh dan dilaksanakan secara penuh juga dalam hidup sehari-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
hari. Iman adalah sebuah realitas yang hidup, maka tiga dimensi tersebut
diekspresikan ke dalam tiga kegiatan, yaitu iman sebagai keyakinan (faith as
believing), iman sebagai kegiatan mempercayakan (faith as trusting) dan iman
sebagai kegiatan melakukan (faith as doing). Ketiga dimensi dan kegiatan ini
harus ada dalam pendidikan agama (Groome, 2010: 81).
Menurut Gravissimum Educationis yaitu pernyataan Konsili Vatikan II
tentang Pendidikan Kristen tujuan PAK, tampak dalam artikel yang ada (art 1-9).
Dalam Artikel 2 mengatakan bahwa semua orang Kristen berhak atas pendidikan
kristen. Alasannya karena telah dilahirkan kembali dalam air dan Roh Kudus
(dibaptis). Pendidikan tidak hanya bertujuan mematangkan pribadi manusia saja
(bdk. art. 1), melainkan juga bertujuan utama agar orang yang telah dibaptis
perlahan-lahan memahami misteri penyelamatan Allah, menyadari anugrah-
anugrah iman yang diperolehnya, belajar menyembah Allah dalam Roh dan
kebenaran (Yoh 4:33) terutama dalam karya Liturgi, dan kekudusan yang benar
(Ef 4:22-24). Konsili mengingatkan para gembala jiwa akan tugas tersebut, agar
semua orang beriman menikmati pendidikan Kristen, terutama angkatan muda
yang adalah harapan gereja.
Pada artikel 4 mengatakan tentang menunaikan tugas pendidikan gereja
mengusahakan semua sarana yang tepat, terutama sarana yang khas yaitu,
katekese, yang menerangi dan meneguhkan iman, yang mengasuh kehidupan
menurut semangat Kristus, yang mengantar kepada peran serta yang aktif dan
sadar dalam misteri liturgi dan yang merangsang kegiatan kerasulan. Sarana-
sarana lain (yang dijiwai dengan semangat Gereja) yakni warisan umum umat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
manusia, alat-alat komunikasi sosial, bermacam-macam serikat untuk melatih jiwa
dan raga, organisasi kaum muda, dan terutama sekolah-sekolah.
Selain itu dalam artikel 7 menjelaskan mengenai Gereja yang
menyelenggarakan dengan tekun pendidikan moral dan agama bagi semua putra-
putrinya. Gereja harus hadir dengan perhatian dan bantuan khusus bagi sekian
banyak orang yang dididik di sekolah-sekolah bukan katolik, baik melalui
kesaksian hidup maupun karya kerasulan, terutama melalui pelayanan imam dan
awam yang memberikan ajaran keselamatan, sesuai dengan usia dan keadaan serta
menymbangkan bantuan rohani melalui kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan
keadaan, waktu, tempat. Gereja mengingatkan para orang tua akan tugas mereka
yang berat untuk mengatur malah menuntut agar para putra-putrinya dapat
menikmati bantuan-bantuan itu dan maju dalam pendidikan kristen dengan
langkah-langkah yang seimbang dengan pendidikan profan. Gereja memuji
negara-negara yang memperhatikan kemajemukan masyarakat dewasa ini lalu
memperhitungkan kebebasan agama, serta membantu keluarga-keluarga agar
pendidikan anak di semua sekolah dapat diberikan seuai dengan azas-azas moral
dan agama masing-masing.
Kehadiran gereja di bidang persekolahan nampak dalam artikel 8 terutama
melalui sekolah katolik seperti sekolah-sekolah lainnya, sekolah katolik
mengusahakan tujuan-tujuan budaya dan pendidikan manusiawi angkatan muda.
Tugas sekolah katolik yang khas, yaitu: menciptakan lingkungan paguyuban
sekolah, yang dijiwai semangat kebebasan dan cinta kasih injili, membantu tunas
muda agar perkembangan pribadinya bertumbuh sejalan dengan keadaan mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
berdasarkan permandian (ciptaan baru) dan mengarahkan seluruh kebudayaan
manusiawi kepada warta keselamatan sedemikian, sehingga pengetahuan yang
diperoleh oleh murid tentang dunia, kehidupan dan manusia diterangi oleh iman.
Konsili mengingatkan para orang tua Katolik akan kewajiban mereka untuk
mempercayakan anak-anaknya kepada sekolah-sekolah Katolik sekuat tenaga
serta bekerja sama dengannya demi kepentingan putra-putrinya.
Menurut kurikulum 1984, PAK di sekolah memiliki beberapa tujuan yaitu
agar murid mampu memahami diri sendiri, sesama dan lingkungannya serta
mencari dan membangun hidup yang mendalam seperti yang diwartakan oleh
Yesus Kristus dan diwujudkan serta diwartakan terus oleh umat beriman Kristiani.
Dalam PAK Iman Kristiani menjadi inti pokok dan Yesus Kristus sendiri adalah
pusatnya.
Dalam kurikulum 1994, kurikulum ini memperhatikan keadaan lingkungan
dan kebutuhan pembangunan Nasional dan daerah. Kurikulum ini dijiwai oleh
pasal 38 no.2 Th 1989 yang menjelaskan bahwa satuan pendidikan melaksanakan
kurikulum yang disusun secara nasional dan kurikulum yang disusun sesuai
dengan keadaan serta kebutuhan lingkungan dan ciri khas satuan pendidikan yang
bersangkutan. Kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan
lingkungan itulah yang disebut “Kurikulum Muatan Lokal”. Kurikulum 1994
bidang studi agama Katolik amat kuat menekankan komunukasi iman, peranan
guru agama di sekolah bukan lagi suatu perkara yang mudah dan enteng.
Pengetahuan di bidang agama melalui bacaan bermutu yang khusus membahas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
tentang agama, ajaran-ajaran Gereja sangat perlu bagi seorang agama Katolik.
Tujuannya adalah agar peserta didik akrab dan terhindar dari keterasingan dari
lingkungan sendiri serta dapat menolong orang tua dan dirinya sendiri dalam
memperbaiki kehidupannya.
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004 adalah kompetensi yang
berupa serangkaian keterampilan atau kemampuan dasar serta sikap dan nilai
penting yang dimiliki seorang individu setelah dididik dan dilatih melalui
pengalaman belajar yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan.
Sasaran utama proses pendidikan umumnya serta proses belajar mengajar
khususnya pada suatu jenjang sekolah SD, SLTP, dan SLTA, bukan semata-mata
menghasilkan lulusan yang memiliki pengetahuan sebanyak-banyaknya namun
lulusan yang memiliki serangkaian keterampilan atau kemampuan serta berbagai
sikap dan nilai penting yang tidak hanya berguna untuk melanjutkan pendidikan
tetapi juga untuk hidup dan bekerja di masyarakat
Berdasarka pernyataan tentang kompetensi di atas maka Pendidikan
Agama Katolik tidak lagi terlalu berorientasi pada materi tetapi lebih pada
kompetensi, oleh karena itu seseorang dianggap kompeten apabila:
a. Mampu menguasai ajaran imannya, menginterpretasikan, menganalisis dan
membuat sintesis-sintesis dari padanya secara bertanggung jawab (know
how, know why).
b. Mampu bertindak, berbuat sesuai dengan ajaran imannya (know to do)
c. Mampu berprilaku dan berkembang dalam berkepribadian sesuai dengan
ajaran imannya (to be).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
d. Dapat hidup mengumat dan memasyarakat sesuai dengan ajaran imannya (to
live together).
Kurikulum 2006 hadir dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) yang dikembangkan untuk mencapai tujuan yang jelas dalam materi
standar belajar siswa dan pembelajaran yang berkesinambungan dalam PAK yang
menjadi sentral yaitu anak atau siswa sebagai pribadi dan pembelajar yang
dikondisikan secara aktif menjadi subjek yang membangun kesadaran dan
pembelajarannya sendiri dalam interaksi antar siswa, interaksi dengan
pendamping dan refleksi serta aksi yang mengikutinya atas kondisi real
lingkungan pembelajaran. Siswa-siswi didorong, diasuh dan diasah untuk aktif
berkomunikasi, bereksplorasi, terampil berefleksi dan berani menyatakan sikap
dan pendaptnya. Yang diharapkan bukan sekedar pengetahuan tentang Kitab Suci,
agama dan ajaran Katolik melainkan kompetensi dan keterampilan yang konkret
real berhadapan dengan situasi dan kondisi real lingkungan dengan begitu proses
belajar mengajar dikembangkan.
Setiap perubahan kurikulm memiliki kekhasan dalam tujuan dan proses
pembelajarannya. Meskipun kurikulum dan tujuan pendidikan selalu berubah-
ubah tujuan khas dari PAK tetaplah sama yaitu memperkembangkan iman siswa
secara utuh dan mendalam bukan semata-mata menerima pendidikan di sekolah
namun siswa dapat memaknai dan menerapkan dalam diri pribadi, lingkungan,
keluarga dan masyarakat.
Tujuan PAK di sekolah senada dengan Konsili Vatikan II yang
menegaskan bahwa sekolah Katolik merupakan suatu lembaga pendidikan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
mengembangkan bakat, minat dan kemampuan peserta didik yang tumbuh dan
berkembang untuk jadi pribadi yang matang. Tujuan Pendidikan Agama Katolik
sendiri yaitu mengembangkan diri yang utuh, bertanggung jawab, membentuk
kesadaran sosial dan menyiapkan para peserta ddik untuk mampu menerima
kehidupan dan memaknai hidup.
D. Pendekatan PAK di Sekolah
Pendidikan Agama Katolik dalam pembelajaran di sekolah memiliki
beberapa model dalam menyelenggarakan pendidikan iman. Heryatno (2008:49)
mengatakan bahwa istilah model perlu dimengerti sebagai suatu pendekatan yang
memiliki suatu kerangka tertentu untuk proses penyelenggaraan pendidikan iman
dengan langkah yang kurang lebih tetap. Dalam Pendidikan Agama Katolik di
Sekolah guru sebagai fasilitator dan siswa sebagi subyek. Dengan model PAK di
Sekolah guru bisa mengetahui cara dalam membantu siswa untuk berkembang
dengan pendekatan yang dilakukan guru untuk siswanya dalam bertindak.
1. Tiga unsur Pokok PAK di Sekolah
a. Pengalaman hidup peserta didik
Pengalaman hidup meliputi segala bentuk kenyataan hidup. Kehidupan
konkrit menjadi titik tolak peserta menghayati imannya. Dengan refleksi terhadap
pengalaman hidupnya peserta melihat kehadiran Allah dan mampu
menanggapinya dalam limpahan rahmat-Nya (Heryatno, 2008:50). Pengalaman
hidup sehari-hari dan refleksi adalah hal yang akan selalu dijumpai dalam hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
karena dalam hidup kita mendapat banyak pengalaman baik hal yang
menyenangkan maupun sebaliknya yang bisa membuat kita berfikir dan
merefleksikan pengalaman menjadi sesuatu pelajaran dan hikmah dalam hidup
sehingga melatih siswa untuk memperbaiki diri, mampu mendekatkan diri dengan
Allah dan menanggapi kehadiran Allah. Pengalaman hidup membawa orang untuk
berkembang menjadi lebih baik baik itu sikap, pola fikir, tindakan dan perkataan
dan semakin dekat dengan Allah.
b. Visi dan Kisah Kristiani
Visi dan kisah hidup Kristiani menjadi kerangka untuk menafsirkan
pengalaman hidup konkret peserta, agar peserta menyadari makna pengalamannya
dan dihantar sampai pada pengakuan iman Katolik yang lebih personal dan
otentik (Heryatno, 2008:51). Visi dan kisah menjadi pengalaman hidup karena
dari pengalaman seseorang mampu merasakan dan menyadari hidupnya dengan
pengalaman iman mampu mengubah manusia menjadi pribadi yang lebih baik.
Umat Kristiani berarti sebagai anak Allah anak yang dipilih Allah. Allah
memberikan tanda dengan sakramen dan nyata nampak dalam sakramen inisiasi
ketika manusia dibaptis dalam nama Roh Kudus. Allah nampak dan hadir menjadi
penyelamat kita dan itu adalah ciri otentik umat Kristiani dan dari pengalaman
kita dihantar untuk mendekatkan diri dengan Tuhan dan diteguhkan iman sebagai
pengikut Kristus.
c. Komunikasi hidup konkrit peserta dengan visi dan Kisah/ tradisi Kristiani
Tugas utama PAK di sekolah adalah mendialogkan atau mempertemukan
pengalaman hidup dengan kekayaan iman Katolik (Heryatno, 2008:51).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Pengalaman hidup konkret yang didialogkan dengan visi dan kisah Tradisi
Kristiani menghasilkan pendidikan iman yang bernilai edukatif dan transformatif.
Dialog membantu siswa untuk semakin menghayati imannya sebagai pribadi yang
beriman pada Kristus. Dalam pendidikan Agama Katolik di sekolah dalam
menginterpretasikan pengalaman konkrit adalah visi dan kisah hidup kristiani.
Dengan hal tersebut sungguh merupakan iman Katolik karena sungguh membantu
siswa memaknai hidupnyasebagai anggota Gereja yang diwujudkan dalam hidup
sehari-hari yang selalu menjunjung nilai Kerajaan Allah dan semangat injili.
2. Gaya Pendidikan Agama Katolik di Sekolah
a. Berpusat pada hidup peserta
Model pendidikan yang berpusat pada hidup peserta merupakan reaksi
yang ekstrem terhadap model pendidikan yang bersifat dogmatis (Heryatno
2008:57). Dalam proses pendidikan bukan saja hanya memberikan materi dan
informasi tetapi memperkembangkan manusia dan kepribadiannya. Pendidikan
Agama Katolik di sekolah saat ini kisah bhidup peserta didik menjadi pusat dalam
menghayati dan memperkembangkan imannya. Dengan model tersebut siswa
menjadi terlibat aktif sehingga mampu memperkembangkan iman secara utuh
karena siswa di kelas tidak hanya melakukan tanya jawab dan memberi informasi
namun sharing pengalaman dan merefleksikan pengalaman hidup konkrit dengan
apa yang dipelajari di kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
b. Praxis
Dalam model ini istilah praxis berarti menekankan metode yang berpusat
pada hidup peserta dengan menggarisbawahi pengalaman peserta dan menemukan
inti disiplin ilmu dengan mengembangkan model interpretatif dari suatu
pengetahuan. Untuk itu pendidikan harus membantu peserta berfikir secara kritis
dengan berbagai informasi dan sikap kedewasan iman (Heryatno, 2008: 60).
Dalam hal ini yang diharapkan adalah hubungan antara pendidik dan
peserta didik saling terarah dan melengkapi dan membutuhkan satu sama lain jadi
tidak hanya monoton seorang guru memberikan informasi atau ceramah saja
namun ada timbal balik dari peserta sehingga keduanya saling belajar menemukan
dan mengembangkan. Misalnya dalam mendalami misteri kebangkitan Yesus
guru tidak hanya menjelaskan dengan materi namun mengajak siswa untuk
mengenal memaknai misteri kebangkitan kristus melali pengalaman dalam hidup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
CERITA
Pada bab ini penulis akan menjabarkan mengenai cerita yang di dalamnya
terdapat beberapa hal tentang pengertian cerita, jenis cerita, fungsi cerita juga
beberapa alasan cerita digemari orang.
A. Cerita dalam Kehidupan Manusia
1. Pengertian cerita
Cerita adalah laporan mengenai suatu peristiwa di mana terjadi suatu
ketegangan dan juga kelegaan. Dalam cerita selalu terdapat tokoh-tokohyan saling
berhubungan. Peristiwa yang diceritakan dapat sungguh-sungguh terjadi (historis)
tetapi juga dapat merupakan khayalan (fiktif).
Heru Kurniawan (2013: 17-18) berpendapat bahwa dalam konteks cerita
merupakan gambaran kejadian-kejadian atau fenomena yang dialami manusia
yang dituangkan dengan menggunakan bahasa. Sedangkan menurut Burhan
Nurgiyantoro (1995:76) cerita merupakan sarana penyampaian tema, makna,
maupun tujuan penulisan cerita. Cerita diibaratkan sebagai alat angkut yang
membawa muatan berisi tema dan makna menuju alamat yang dituju yaitu orang
yang menerimanya. Berbeda dengan Forster dalam buku Teori Pengkajian Fiksi
karangan burhan Nurgiyantoro (1995:91) cerita merupakan narasi yang memuat
berbagai kejadian yang dengan sengaja disusun berdasarkan urutan waktu, seperti
menguap karena mengantuk kemudian tertidur dan terbangun ketika mendengar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
suara keras. Cerita dikategorikan ke dalam tiga kelompok pembaca yaitu bagi
anak-anak, kaum remaja, orang dewasa/tua. Dengan adanya kategori tersebut
maka muncul cerita anak, cerita remaja dan cerita dewasa/orang tua. Cerita anak-
anak adalah cerita yang ditujukan pada anak-anak dan bukan cerita tentang anak.
Begitupun untuk kaum remaja dan dewasa adalah cerita yang ditujukan bagi kaum
remaja dan dewasa (Hardjana; 1996: 2)
Dari beberapa uraian para ahli mengatakan cerita berisi peristiwa-peristiwa
kejadian, tema, tempat, waktu dan makna dalam suatu kejadian. Cerita merupakan
penyampaian kejadian yang dapat diambil dari pengalaman dapat dikembangkan
dengan imajinasi dan karangan yang menarik disesuaikan dengan kebutuhan dan
tujuan.
2. Jenis cerita
Dalam kehidupan manusia yang beraneka ragam suku, bahasa, budaya dan
adat istiadat memiliki cerita masing-masing. Begitupun dalam berkomunikasi
dengan orang lain kita tidak dapat lepas dari cerita selain itu dalam setiap daerah
memiliki kekhasan dengan dibuat cerita atau banyak ditemukan asal usul cerita
dari setiap daerah maupun kejadian ataupun sejarah penting yang dirangkum
dalam sebuah cerita. Maka ada beberapa orang dalam karyanya yang dirangkum
dalam sebuah buku menyebutkan tentang jenis cerita.
a. Fantasi/ karangan khayal
Menurut Marion Van Horne dalam buku Cerita anak-anak karangan
Hardjana fantasi dalam kelompok ini termasuk dongeng, legenda, fabel dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
mitos. Dalam cerita ini semuanya benar-benar dongeng khayal yang tidak
berdasar kenyataan.
Selanjutnya Heru Kurniawan (2013: 45-51) berpendapat cerita fantasi
adalah cerita yang mengisahkan kejadian yang sulit untuk diterima akal sehat.
Cerita fantasi akan menghadirkan dunia: negeri, tokoh dan nama-nama lain yang
benar-benar tidak ada dalam kehidupan sehari-hari. Cerita fantasi menarik bagi
pembaca maupun pendengar karena kisahnya merupakan hasil imajinasi yang
tinggi dan menghadirkan kisah petualangan fantasi. Cerita fantasi diceritakan
dalam bentuk kisah yang panjang sehingga masuk dalam novel fantasi.
b. Realistic Fiction/ fiksi (cerita khayal)
Menurut Marion Van Horne dalam buku Cerita anak-anak karangan
Hardjana, Realistic fiction, fiksi atau cerita khayal tapi mengandung unsur
kenyataan. Sedangkan menurut Heru Kurniawan (2013: 45-51)cerita realisme
adalah cerita yang mengisahkan peristiwa yang terjadi dalam kehidupan yang
sebenarnya. Peristiwa dalam cerita kejadiannya terjadi dan dialami oleh anak-anak
atau dewasa selain itu akan menghadirkan tokoh-tokoh yang menghadapi berbagai
persoalan seperti yang dialami oleh anak-anak atau orang dewasa dalam
kehidupan sebenarnya. Biasanya cerita realisme ditulis oleh media massa atau
buku fiksi bacaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
c. Biografi
Menurut Marion Van Horne dalam buku Cerita anak-anak karangan
Hardjana, biografi atau riwayat hidup, banyak orang-orang terkenal yang dibuat
menjadi cerita untuk diperkenalkan kepada anak-anak dengan bahasa sederhana
dan isinya gamblang sebagaimana adanya, mudah dimengerti sebagai suri
tauladan.
d. Folk tales (cerita rakyat)
Menurut Marion Van Horne dalam buku Cerita anak-anak karangan
Hardjana,Folk tales atau cerita rakyat, hampir semua suku bangsa memiliki cerita
rakyat yang hidup di masyarakat. Sedangkan menurut Ruedi Hofmann (1994:1)
cerita rakyat yaitu cerita yang kita peroleh dari warisan nenek moyang kita
diambil dari kisah-kisah yang dimiliki oleh suku-suku atau daerah-daerah yang
ada di Indonesia, misalnya terjadinya Candi Borobudur, tangkuban perahu dan
sebagainya. Cerita rakyat bersifat dongeng yang menarik, di dalam dongeng itu
tidak banyak kita menemukan makna luhur.
e. Religius
Menurut Marion Van Horne dalam buku Cerita anak-anak karangan
Hardjana,Religius atau cerita-cerita agama, banyak cerita tentang nabi, orang-
orang suci atau ajaran keagamaan yang digubah dalam bentuk cerita yang
menarik, motivasinya untuk membentuk anak berbudi luhur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
f. Formula
Heru Kurniawan (2013: 45-51) mengatakan cerita formula adalah cerita
yang memiliki pola-pola penceritaan tertentu, pola ini yang membedakan cerita
formula dengan cerita lainnya. Cerita formula jalan ceritanya bisa ditebak, cerita
formula menjadi menarik untuk pembaca mauoun pendengar karena memiliki
keterkejutan dalam setiap pola Cerita yang berjenis formula antara lain: cerita
misterius, cerita detektif dan cerita lain yang memiliki pola penceritaan.
g. Sains
Heru Kurniawan (2013: 45-51) mengatakan cerita sains adalah cerita yang
mengambil persoalan dari dunia sains yang diceritakan dalam bentuk cerita.
Cerita sains biasanya menceritakan inovasi-inovasi ilmu pengetahuan, teknologi
dan sains yang dibuat dalam rangkaian peristiwa yang fiksi. Cerita sains biasanya
bercerita tentang kehidupan masa depan yang telah dipostulasikan sesuai dengan
data-data ilmu pengetahuan, maka dalam cerita sains akan melihat kejadian
menembus waktu, keadaan umat masa depan, kehidupan manusia dengan robot-
robot dan sebagainya.
h. Cerita Kehidupan
Menurut Ruedi Hofmann (1994:1) cerita kehidupan adalah cerita yang
berasal dari pengalaman, yaitu cerita yang diambil dari kehidupan manusia atau
binatang atau tumbuhan atau yang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
i. Cerita Tradisional
Heru Kurniawan (2013: 45-51) mengatakan cerita tradisional sering
disebut cerita rakyat yaitu cerita yang mentradisi yang sering didengar dalam
kehidupan sehari-hari tanpa diketahui kapan cerita ditulis, tidak diketahui
penulisnya dan diceritakan secara turun temurun.
Menurut Burhan Nurgiantoro (2005: 171) cerita tradisional memiliki
berbagai jenis seperti mitos, legenda, fabel, cerita rakyat. Cerita tradisional
memiliki karakteristik yang tidak pasti tetapi memiliki kandungan makna, pesan,
dan moral yang ditawarkan.
Cerita tradisional biasa berwujud:
1) Fabel (cerita binatang)
Heru Kurniaan(2013: 46) mengatakan cerita fabel yaitu cerita yang tokoh-
tokohnya binatang seperti perumpamaan karakter dan watak manusia. Sedangkan
Burhan Nurgiantoro (2005: 190) cerita binatang adalah bentuk cerita yang
menampilkan binatang sebagai tokoh cerita yang dapat berfikir dan berinteraksi
layaknya manusia. Cerita binatang hadir sebagai personifikasi manusia yaitu
manusia dan persoalan hidup manusia diungkap lewat binatang.
2) Dongeng
Heru Kurniawan (2013: 47) mengatakan dongeng yaitu dongeng yang
ceritanya beredar dan dikenal akrab oleh masyarakat. Sedangkan menurutBurhan
Nurgiantoro (2005: 198) dongeng adalah cerita rakyat yang tidak benar-benar
terjadi dan tidak masuk akal, tidak terikat waktu dan tempat . dongeng merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
cerita yang beredar dimasyarakat yang bersifat universal yang berfungsi
memberikan hiburan juga menampilkan nilai-nilai yang diyakini kebenarannya.
3) Mitos
Heru Kurniawan (2013: 47) dalam buku Sastra anak mitos yaitu cerita
masa lampau yang dimiliki oleh bangsa dan daerah tertentu. Burhan Nurgiantoro
(2005: 172) mengatakan mitos merupakan salah satu cerita lama yang dikaitkan
dengan dewa-dewa atau kekuatan supranatural yang melebihi batas-batas
kemampuan manusia. Selain itu Lukens dalam buku Sastra Anak (2005:172)
mengatakan mitos adalah suatu yang diyakini bangsa dan masyarakat tertentu
yang pada intinya menghadirkan kekuatan supranatural. Mitos juga sering
dikaitkan dengan cerita tentang berbagai peristiwa dan kekuatan, asal-usul tempat,
tingkah laku manusia yang hadir dengan menampilkan cerita menarik yang
mengandung aksi peristiwa dan berisi konflik kehidupan. Dengan berbagai
pengertian mitos adalah suatu kebenara yang diyakini masyarakat yang memiliki
nilai dan dibutuhkan untuk memenuhi psikologis.
Adapun jenis-jenis mitos:
a) Mitos penciptaan
Mitos penciptaan atau disebut mitos asli adalah mitos yang menceritakan
atau menjelaskan awal mula kejadian sesuatu seperti dalam masyarakat jawa
dikisahkan cerita Gunung Merapi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
b) Mitos alam
Mitos alam adalah cerita yang menjelaskan hal yang bersifat alami seperti
perubahan alam, karateristik binatang, perbintangan, daln lain sebagainya. Dalam
masyarakat jawa cerita wayang menampilkan mitos alam karena dewa-dewa
dalam cerita wayang menampilkan tokoh masing-masing sesuai peran dan
kewibawaannya.
c) Mitos kepahlawanan
Mitos kepahlawanan adalah mitos yang menceritakan tokoh yang menjadi
pahlawan yang memiliki kemampuan tertentu di luar batas nalar manusia, cerita
yang ditampilkan adalah cerita dengan tokoh yang memiliki kekuatan
supranatural dan keajaiban atau memiliki kekuatan dewa yang dikisahkan dalam
perjalanan hidup yang luar biasa.
4) Legenda
Heru Kurniawan (2013: 46) legenda merupakan cerita tentang kejadian
suatu daerah tertentu dan sering kali dipercaya keberadaaannya oleh masyarakat.
Burhan Nurgiyantoro (2005: 190) mengatakan legenda hampir sama dengan mitos
yaitu sama-sama menampilkan cerita yang menarik dengan tokoh yang hebat di
luar batas kemampuan manusia, hal yang membedakannya mitos selalu dikaitkan
dengan dewa atau kekuatan supranatural namun legenda tidak mengaitkan tokoh-
tokoh yang berkekuatan melainkan tokoh, peristiwa atau tempat yang mempunyai
kebenaran sejarah. Legenda dibedakan dalam legenda tokoh, tempat dan
peristiwa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
a) Legenda tokoh
Legenda tokoh adalah cerita Legenda yang mengisahkan ketokohan
seorang tokoh hampir mirip dengan mitos kepahlawanan yang juga mengisahkan
perjalanan hidup para pahlawan. Di Indonesia memiliki banyak tokoh legenda
apalagi Indonesia memiliki keanekaragaman suku, budaya, bahasa, adat istiadat
banyak ditemukan tokoh yang memiliki kehebatan dan menjadi Legenda. Seperti
contoh cerita Jaka tingkir yang bertempur melawan buaya ketika hendak pergi ke
Demak, buaya yang dikalahkan kemudian menjadi penyangga getek yang dinaiki
Jaka Tingkir.
b) Legenda tempat peninggalan
Legenda tempat peninggalan disebut juga dengan cerita asal usul yaitu
cerita yang berkaitan dengan adanya peninggalan-peninggalan atau asal-usul
terjadinya suatu tempat peninggalan yang sampai saat ini masih dilestarikan dan
dirawat. Contoh legenda suatu tempat misalnya asal usul terjadinya Gunung
Tangkuban Perahu di Jawa Barat menceritakan seorang anak laki-laki yang diberi
perintah oleh Ibunya untuk pergi berburu ditemani seekor anjing yang akhirnya
anjing tersebut dibunuh karena tidak patuh pada perintahnya. Ketika Ibunya
mengetahui bahwa anjingnya dibunuh kemudian Ibunya mengusir anaknya karena
anjing yang dibunuh adalah ayah kandungnya. Pada akhirnya sang anak tumbuh
menjadi sosok dewasa dan jatuh cinta dengan seorang perempuan yang ternyata
adalah Ibunya sendiri. Ketika perempuan itu mengetahui bahwa yang jatuh cinta
padanya adalah anaknya sendiri maka untuk menggagalkan rencananya diajukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
permohonan yang sulit dilakukan sehingga pada saat mengerjakan permintaan dan
fajar mulai menyingsing karena kemarahannya perahu yang dibuatnya ditendang
dan kemudian perahu itu berubah menjadi sebuah gunung yang diberi nama
Gunung Tangkuban perahu. Dari cerita legenda ini ditarik pesan moral bahwa
sesuatu yang tidak boleh dikerjakan harus tetap diindahkan walau cobaan berat
sekalipun.
c) Legenda Peristiwa
Legenda peristiwa adalah adanya peristiwa besar yang menjadi legenda.
Legenda dengan peristiwa besar tidak dapat dipisahkan dengan tokoh besar yang
dilegendakan. Yang menjadi pelaku peristiwa besar adalah tokoh besar tersebut.
Misalnya legenda Titanic yaitu tenggelamnya kapal pesiar mewahabad ke 20
merupakan kecelakaan dan bukan karena kesengajaan manusia kecelakaan kapal
yang tenggelam karena menabrak gunung es. Cerita tersebut dikarenakan terdapat
peristiwa hebat yang terjadi dan menjadi legenda sampai sekarang. Dalam setiap
legenda selalu memiliki pesan dan ajaran moral bagi kehidupan.
5) Cerita Wayang
Burhan Nurgiyantoro (2005:208) mengatakan cerita wayang merupakan
warisan seni budaya yang memiliki nilai luhur yang berupa cerita wayang dan
pewayangan warisan budaya nenek moyang yang telah ada pada masa prasejarah.
Wayang adalah sebuah wiracarita yang berpusat pada Ramayana dan Mahabharata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
dengan ditulis dalam bahasa asli Sansekerta disadur kedalam bahasa Jawa kuno
disesuaikan dengan cerita dan legenda yang merakyat.
Cerita wayang diceritakan secara lisan turun temurun dengan
mengkreasikan bahasa penyampaiannya. Cerita wayang memiliki ciri estetika
yang memiliki prinsip keseimbangan, kesatuan, fokus, variasi, keteraturan, pola
karakterisasi, menekankan keindahan rasa.
3. Fungsi cerita
Cerita merupakan salah satu sarana dalam berkomunikasi dan
menyampaikan informasi atau pesan. Berikut beberapa fungsi cerita
a. Cerita Rakyat
Cerita rakyat adalah cerita warisan nenek moyang yang ada di masyarakat
diambil dari kisah setiap daerah atau suku. Menurut Roedi Hoftman cerita rakyat
adalah sarana berkomunikasi yang bersifat dongeng yang menarik sehingga lebih
mudah dimengerti dan seirama dengan filsafat yang diperoleh nenek moyang
selain itu memiliki fungsi psikologis dan sosial bagi kehidupan nyata dan
bermanfaat untuk kehidupan sosial masyarakat. Hamidy (2003:28) berpendapat
fungsi sosial cerita rakyat adalah sebagai sarana pendidikan, hiburan dan sebagai
pelipur lara.
b. Cerita Kanonis
Menurut Roedi Hoftman (1994:37) cerita kanonis adalah cerita kitab suci
yang berisi peristiwa-peristiwa sejarah tentang Allah mewartakan injil berupa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
perumpamaan secara lisan sehingga dituangkan dalam kitab suci secara tertulis.
Fungsi cerita kitab suci seperti contoh perumpamaan tentang domba yang hilang
dalam injil Matius 18:12-14 menjelaskan Yesus memberikan perumpamaan agar
membuat orang mampu mendengar, meresapi, menanggapi dengan hati dan
merefleksikannya dalam hidup juga mengambil nilai yang terkandung di
dalamnya dan menerapkan dalam kehidupan.
c. Cerita kehidupan
Cerita kehidupan merupakan cerita yang berasal dari kehidupan nyata
dalam hidup sehari-hari. Fungsi dari cerita kehidupan agar mampu menyadari
pengalaman hidupnya baik kehidupan pribadi, kehidupan keluarga, lingkungan
dan masyarakat. Cerita kehidupan berfungsi melihat dan merasakan peran dan
kasih Allah dalam diri dan kehidupan.
d. Cerita Binatang
Cerita binatang (fables) adalah bentuk cerita (tradisional) yang
menampilkan binatang sebagai tokoh cerita. Binatang yang dapat berfikir,
berinteraksi dan berkomunikasi seperti manusia dengan permasalahan hidup
seperti manusia. Burhan Nurgiyantoro (2005:191) mengatakan fungsi cerita
binatang adalah untuk memberikan pesan-pesan moral, para tokoh binatang hanya
dijadikan sarana, personifikasi untuk memberikan pelajaran moral. Pemberian
ajaran moral tidak hanya terdapat pada tokoh binatang namun pada alur cerita
yang berisi gagasan abstrak yang berkaitan dengan kehidupan manusia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
e. Cerita Wayang
Nurgiyantoro Burhan (2005:208) mengatakan cerita wayang merupakan
sebuah warisan budaya nenek moyang yang telah bereksistensi sejak zaman
prasejarah memiliki nilai yang tinggi dan berarti bagi kehidupan masyarakat.
Fungsi cerita wayang adalah memberikan ajaran moral karena dalam cerita
wayang memiliki nilai, simbolisasi dan filosofi terhadap kehidupan manusia. Inti
dari ajaran moral adalah tokoh yang memiliki karakter dan kepribadian baik
menghadapi dan menumpas tokoh yang berkarakter jahat, kebaikan melawan
kejahatan selalu dimenangkan oleh kebaikan. Melalui cerita wayang orang diajak
secara langsung dan tidak langsung belajar bagaimana harus bertingkah laku baik
sehingga dapat membentuk kepribadian yang lebih baik.
f. Mitos
Nurgiyantoro Burhan (2005: 172) mengatakan mitos merupakan hal yang
diyakini masyarakat yang mendatangkan kekuatan supranatural karena mitos
berhubungan antara manusia dengan para dewa yang dikaitkan dengan berbagai
peristiwa dan kekuatan asal-usul tempat atau tingkah laku manusia yang
menghadirkan cerita yang bernilai tinggi berisi konflik kehidupan. Mitos menjadi
sesuatu yang keramat yang diwariskan secara turun temurun maka itu mitos
menjadi sebuah model tingkah laku yang berfungsi memberi makna dan nilai
dalam kehidupan.
Hamilton (via Mitchell 2003:246) mengatakan mitos merupakan sebuah
kebenaran dalam masyarakat yang diyakini memberikan tuntunan dan kekuatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
spiritual sebagai pemahaman keagungan dan keajaiban semesta. Selain itu Ford
(via Mitchell 2003: 246) mengatakan mitos tetap adamemandang realitas seperti
mimpi yang berbicara tentang realitas kehidupan kita. Dengan demikian mitos
bukan saja memenuhi kebutuhan budaya yang berkaitan dengan historis, kultural
dan spiritual namun ada dan dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan psikoligis.
g. Legenda
Nurgiyantoro Burhan (2005:181) mengatakan legenda merupakan bagian
dari cerita rakyat. Legenda dipahami sebagai cerita magis yang dikaitkan dengan
tokoh, tempat dan peristiwa nyata. Legenda dibedakan dari tokoh, peristiwa dan
tempat yang ketiganya memberikan pengetahuan mengenai suatu kejadian dan
nilai moral yang terkandung dalam cerita yang dapat diterapkan dalam kehidupan.
Pesan moral yang terkandung memberi pemahaman bagi pembaca mengenai hal
baik dan kurang baik untuk dilakukan ataupun hal yang patut ditiru dan tidak.
Dengan begitu legenda tidak saja merupakan suatu alur cerita namun bermanfaat
bagi pembaca mempermudah dalam memahami suatu kejadian yang telah terjadi
sehingga mampu mengkaji diri dan menerapkan nilai pesan moral di dalam
kehidupan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
4. Alasan cerita digemari orang
Anak lebih terbuka jika terhadap informasi yang disampaikan dalam
bentuk cerita, karena melalui cerita anak bisa lebih relaks dan memudahkan
menjalin relasi dengan lebih dekat.
Wahjudi Linda (2008: 26) mengemukakan bahwa bercerita menggugah manusia
untuk memakai otak kanan dan kiri sekaligus dengan cerita dapat menggerakan
jiwa untuk bertindak, memudahkan dan menangkap informasi, serta mampu
menghadirkan kehangatan dan keakraban, berikut tabel otak manusia:
Hal yang dikenal oleh otak kanan dan otak kiri
Otak kiri Otak kanan
- Kata-kata
- Angka-angka
- Struktur/ susunan
- Matematis dan ilmiah
- Bersifat linear
- Pertimbangan secara
analisis
- Seni
- Gambar
- Bentuk dan warna
- Kreativitas
- Irama/ musik
- Orisinalitas dan daya cipta
- Cerita/ imajinatif
- Pikiran secara menyeluruh
Jika kedua hal diatas digabungkan maka akan menggerakan seluruh yang ada
dalam diri. Tipe-tipe komunikasi otak:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
a. Tipe visual: dimiliki oleh orang yang memiliki sinyal kuat bila melihat sesuatu.
Untuk anak-anak hampir semua kuat dalam visualisai.
b. Tipe auditif: dimiliki oleh yang memiliki sinyal kuat dalam mendengar sesuatu,
adapun yang mempengaruhinya yaitu kata kata hanya 7%, kualitas suara 38%,
psikologi gerakan 55%. Cerita kepada anak diperlukan intonasi dan gerakan
yang menarik.
c. Tipe kinestetik: dimiliki oleh yang memiliki sinyal kuat ke otak jika bergerak
atau melihat sebuah gerak. Anak akan merespon dengan kuat saat bercerita jika
mengajak anak ikut bergerak seperti menggerakkan jari atau anggota tubuh.
B. Cerita dalam Tradisi Kristiani
Sumber utama iman Kristiani adalah Kitab Suci dan Tradisi. Tradisi
adalah proses komunikasi iman dari satu angkatan ke angkatan berikut dan
diantara orang sezaman. Tradisi berarti penyerahan, penerusan, komunikasi terus
menerus (KWI, 1996:213). Tradisi berpusat pada Perjanjian Baru yang
merupakan rumusan pengalaman iman Gereja Perdana(KWI, 1996:214).Tradisi
menjadi penting karena iman Kristiani diteruskan turun temurun.
Dalam Tradisi Kristiani ajaran menjadi penting dan memiliki berbagai
beberapa bidang seperti ajaran keselamatan, ajaran moral dan ajaran ibadat.
Ajaran moral adalah yang menyangkut mengenai Allah dan hubungan dengan
manusia, mengenai sejarah dan mengenai agama sendiri. Tradisi diteruskan tidak
hanya secara lisan namun dalam buku yang mengandung arti dan nilai. Ada
banyak ciri khas dalam Tradisi Kristiani seperti Doa Syahadat Para Rasul,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Ekaristi, Doa Bapa Kami dan Sakramen-Sakramen. Dalam Tradisi terdapat suatu
hal yang menjadi ciri khas seperti Syahadat yang berbicara mengenai awal hidup
Yesus yang menjadi manusia oleh Roh Kudus dari perawan Maria, Yesus yang
lahir bukan seperti anak biasa lainnya namun sebagai anak Allah yang dimasuki
Firman Allah.
Tradisi sebagai proses penerusan iman didukung oleh cerita karena
melalui cerita orang mudah memahami, mengenal nilai-nilai iman Kristiani.
Tradisi hadir untuk mengembangkan iman umat sehingga melalui cerita Iman
Kristiani tersampaikan.
1. Cerita dalam Kitab Suci
Cerita dalam Alkitab dan Tradisi selalu menjadi perbincangan orang
Kristiani. Sejak zaman dahulu cerita telah hadir disusun dan dijabarkan dalam
Alkitab. Narasi adalah bagian dari cerita dan cerita jauh lebih luas dari narasi.
Thomas Groome (2010:280) mengatakan Cerita Kristen adalah seluruh tradisi
iman Kristiani yang diekspresikan atau diwujudkan karena Allah sendiri telah
hadir dalam kehidupan manusia. Cerita menjadi sebuah metafora bagi orang
kristiani karena dari cerita anugrah Allah menghadirkan iman Kristiani dengan
adanya cerita dapat mengalami perbuatan-perbuatan Allah yang menyelamatkan
dalam hidup kita.
Cerita menjadi hal penting dalam mengenal Allah orang Kristen Yahudi
dan menjadi pengingat dalam mewujudkan kehidupan iman. Cerita nampak dalam
perayaan ibadah atau ekaristi kita membawa dan menyerahkan secara penuh diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
kita melalui persembahan dan diingatkan lewat perbuatan-perbuatan Allah yang
menyelamatkan. Cerita mengingatkan diri kita pada Allah melalui memori akan
peristiwa penyelamatan. Alkitab adalah cerita yang berisi peristiwa-peristiwa
historis yang memiliki titik puncak orang kristiani lewat kehadiran Allah dalam
sejarah kehidupan, kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.
Ruedi Hofmann (1994:1) mengatakan dalam Kristiani cerita digunakan
karena berapa hal yaitu Yesus sendiri sangat mempergunakan cerita untuk
pewartaanNya mengenai Kerajaan Allah. Cerita yang diambil berasal dari Yesus
sendiri, ada yang diambil dari buku-buku Perjanjian Lama tetapi ada juga yang
berasal dari nenek moyangNya dan hanya diturunkan secara lisan. Cara Yesus
berkomunikasi adalah melalui cerita yang mudah dimengerti dan seirama dengan
agama dan filsafat yang diperoleh dari Nenek Moyang. Dalam seluruh Kitab Suci
Kebijaksanaan dari Nenek moyang, khususnya dari ibu-ibu dan bapak-bapak
bangsa sangat dihormati .Tidak pernah dituntut untuk menolak kebijaksanaan
yang berasal dari nenek moyang, kecuali kalau kebijaksanaan itu bertentangan
dengan kemanusiaan.
Beberapa alasan teologis dan historis dalam cerita dan visi sebagai
ideologi yang diterapkan saat ini adalah pertama sampai kedatangan Allah yang
terakhir cerita belum selesai dan tidak akan berakhir. Pada zaman sekarang kita
harus memaknai cerita secara kritis tentang pengalaman dalam kehidupan sehari
hari kemudian dengan kreatif diperbaiki dan ditambahkan sehingga ada perubahan
yang secara teologis memerlukan pemahaman mengenai tradisi yang berkembang.
Kedua, cerita direfleksikan secara kritis dan aktif tidak hanya diterima secara pasif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
karena memiliki elemen-elemen tentang pernyataan Allah yang datang dalam
konteks sejarah yang memiliki nilai, etos sosial budaya dan ideologi.
Maka dikatakan cerita jauh lebih luas daripada teori dengan hadirnya
Alkitab dan perumpamaan memungkinkan cerita menjadi direduksi menjadi
theoria daripada mengutarakan bahasa filsafat, namun dalam konteks pedagogis
makna cerita diperoleh dari luar pengalaman hidup sehingga orang masih
terperangkap oleh tujuan praktis yaitu dari teori ke praktik. Cerita dan praksis
harus dipertahankan satu sama lain guna mendasari pendidikan agama kristen.
a. Cerita dalam Perjanjian Lama
Dalam Kitab Suci perjanjian Lama berisi suatu kejadian dan peringatan
tentang masa lampau sehingga menjadi kejadian bersejarah. Dalam mengenang
setiap kejadian tak luput dari cerita yang dalam setiap kejadiannya memiliki nilai
keselamatan yang aktual. Antara peristiwa keselamatan masa lampau dengan
peristiwa yang dirayakan saat ini memiliki hubungan linear yang sekarang kita
rayakan ekaristi. Dalam Perjanjian Lama memiliki banyak cerita mengenai
identitas Allah Israel sebagai penyelamat yang nampak dengan berbagai macam
simbol berupa barang. Banyak macam cerita yang dituang dalam Perjanjian Lama
berawal dari Tuhan menciptakan segala sesuatu, awal kesedihan manusia dari
dosa Adam dan Hawa, Nuh dan air bah, Janji Tuhan untuk Abraham, Allah
menguji kasih Abraham, Yakub sebagai penipu, anak laki-laki kesayangan
menjadi budak, Allah memberkati Yusuf si budak, tentang Firaun, tanggung
jawab yang diambil Yosua, Simson orang kuat Tuhan, Tentara kecil Gideon,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
tentang Ruth, Daud anak gembala, Raja daud, Raja Salomo, Elisa, Yehezkiel dan
Ratu Ester.
Edward Hughes dalam Bukunya Bible for Children, yang diterjemahkan
oleh Widi Astuti tahun 2007 menceritakan tentang Kisah penciptaan langit, bumi
mengenai yang menciptakan kita dan Alkitab yang berisi firman Tuhan
mengatakan tentang bagaimana keturunan manusia dimulai. Isi ceritanya bertahun
lalu Tuhan menciptakan manusia pertama yaitu Adam, Tuhan menciptakan Adam
dari debu tanah. Saat Tuhan menghembuskan nafas hidup kepada Adam dia hidup
kemudian Adam menemukan dirinya berada dalam sebuah taman indah bernama
Eden. Sebelum Tuhan menciptakan Adam, dia menciptakan dunia dan segala
isinya dengan hal yang luar biasa seperti bukit, padang rumput yang luas, bunga
yang harum dan pepohonan, selain itu hewan yang terbang di udara dan hidup di
darat. Sebelum Tuhan menciptakan segala sesuatu tidak ada apapun selain Tuhan
ataupun manusia dan tempat lainnya. Tidak ada terang tidak ada gelap, tidak ada
atas tidak ada bawah, tidak ada kemarin tidak ada besok. Hanya Tuhan sendiri
yang ada tidak berawal kemudian Tuhan bertindak. Pada mulanya Tuhan
menciptakan langit dan bumi yang tidak teratur dan kosong yang diselimuti
kegelapan, kemudian Tuhan berkata “Jadilah terang.” Dan terang itupun jadi,
Tuhan menamai terang itu siang dan kegelapan itu malam maka jadilah malam
dan jadilah pagi pada hari pertama. Pada hari kedua, Tuhan membawa air
samudera, laut dan danau-danau di bawah langit. Pada hari ketiga, Tuhan berkata,
“Biarlah tanah kering muncul.” Dan hal itu terjadi. Kemudian Tuhan
memerintahkan rumput, bunga, semak dan pohon muncul itulah hari ketiga. Lalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Tuhan menciptakan Bulan, matahari dan bintang serta berbagai jenis ikan yang
memenuhi lautan, jadilah malam dan pagi itulah hari kelima. Sesudah itu
berfirman kembali dan pada hari keenam segala yang istimewa terjadi yaitu segala
hewan besar kecil baik yang melata atau serangga. Dan segala sesuatu siap bagi
manusia ada makanan di ladang dan binatang maka jadilah manusia menurut
gambar dan rupa kita menurut gambar Allah agar berkuasa atas apa yang ada di
seluruh bumi. Adam diperintahkan agar semua buah boleh dimakan namun pohon
yang dilarang jangan dimakan. Tuhan mengambil sebuah tulang rusuk Adam dan
diciptakan perempuan sebagai penolong untuk Adam. Semuanya diciptakan
Tuhan dalam enam hari dan pada hari ketujuh sebagai hari untuk istirahat. Dalam
taman Eden Adam dan Hawa istrinya hidup bahagia mentaati Tuhan dengan
sempurna Tuhan sebagai Allah penyedia mereka dan sahabat mereka (Kej 1-2).
Dari cerita ini mengatakan bahwa manusia diciptakan oleh gambar dan
rupaNya.”Baiklah kita menjadi gambar dan rupa kita”(Kej 1:26), lalu manusia
diberikan kuasa untuk menguasai alam, menguasai alam berarti secara tanggung
jawab, memelihara, melestarikan dan menjaganya maka dibutuhkan kehendak dan
akal yang bertanggungjawab. John Wijngaards dalam bukunya Persaudaraan
bersama Yesus (1993:21) mengatakan Kitab Suci memiliki amanat yang unik dan
pertama-tama Allah diakui lebih tinggi dari semua kekuatan alam yang menguasai
alam sebagai raja yang paling tinggi. Dia sebagai Tuhan sejarah tidak ada Allah
lain selain Dia. Seperti yang telah dimaklumkan dalam Perjanjian Lama yaitu:
Allah yang sekarang diberitakan kepada kita semua adalah Allah yang
menjadikan bumi dan segala isinya. Ia adalah Tuhan atas langit dan bumi,
dan ia tidak diam dalam kuil buatan tangan manusia. Ia juga tidak
membutuhkan apa-apa yang dapat kita sediakan dengan kerja tangan kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
sebab Dialah yang memberikan hidup dan nafas dan segala sesuatu pada
semua orang.
Perjanjian Lama memiliki hal yang penting mengenai kesaksian dan
kepercayaan pada Allah yaitu Allah yang Maha Kuasa, Allah yang satu, Allah
yang Tunggal, Allah yang kudus dan kekal yang lain daripada manusia dan dunia
namun sangat dekat dan penuh cinta kasih. Dalam Perjanjiannya nampak berbagai
hal konkrit mengenai perjanjian sejarah Israel di Sinai dan kepenuhan akan janji
Tuhan pada manusia. Dalam penciptaanNya Allah memiliki rencana dan
semuanya yang dikerjakan adalah berkat kuasa Bapa yang penuh kasih dalam
menciptakan segala yang baik di muka bumi ini bagi kita. Allah menunjukan
kuasaNya yang besar agar manusia sadar akan kasih Allah yang begitu mencintai
manusia dengan segala kebutuhan yang diperlukan manusia Tuhan
menciptakannya sehingga semuanya menjadi sempurna dan baik yang dapat
dipergunakan manusia dalam kelangsungan hidupnya.
b. Cerita dalam Perjanjian Baru
Dr. T. Jacobs dalam bukunya Siapa Yesus dalam Perjanjian baru
(1982:18) mengatakan buku Perjanjian Baru merupakan sebuah buku berisi
kumpulan karangan yang merupakan rumusan kesatuan iman. Dilihat dari
bentuknya atau dari segi sastra memiliki jenis karangan yang bersifat surat dan
karangan yang berupa Injil atau karangan historis. Kitab suci (Injil) merupakan
jenis kesusastraan yang khas kristiani yang bersifat pewartaan namun ada pula
yang menekankan ajaran atau anjuran. Dalam Perjanjian Baru Kitab Suci
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
(Injil)memiliki arti yang sama dengan Perjanjian Lama yaitu berasal dari kata
“euangelion” yang berarti pewartaan kabar gembira khususnya mengenai
kemuliaan Allah sebagai Raja yang mengungkap perkembangan iman umat dalam
kesadaran iman .
Dalam Perjanjian Baru sejarah memiliki makna dari pengalaman yaitu
pengalaman akan Allah mengenai hidup Yesus melalui Sabda. Kelahiran Yesus
dari Maria mengingatkan tentang nabi Yesaya juga cerita mengenai sengsara
Yesus mengingatkan tentang Tuhan yang menderita. Sebelum kematian Yesus
para rasul berkumpul memperbincangkan cerita mengenai Yesus dan Kitab Suci,
saling bercerita antara satu dengan yang lainnya adalah sebagai pengibur
mengenang Sabda dan yang diperbuat Yesus. Dalam peristiwa tradisi menjadi
kata dan sabda. Dalam perjanjian Baru menceritakan kisah setelah Yesus lahir dan
berbagai mujizat yang membuat orang semakin dihantarkan pada kenangan akan
Allah dari Yesus lahir, menderita disalib dan bangkit beroleh keselamatan. Cerita
mengenai kisah Yesus memiliki makna bagi kehidupan sehari-hari sebagai contoh
dan teladan bahwa Yesus pun mati dan menderita sampai rela disalib bagi kita
jadi cerita dalam Perjanjian Baru menghantar kita pada apa yang harus dilakukan
dan sebagai patokan kita dalam menjalani kehidupan.
Bagi Croatto proses sebelum dan sesudah munculnya Kitab Suci cerita
menjadi tradisi lisan dan tertulis dan ada yang berkembang yaitu bahasa dan
praksis. Kitab Suci bukanlah awal dan akhir dari sebuah tradisi dan tetap
berkembang. Dengan demikian cerita selalu bersifat progresif berkembang
menuju masa depan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
1) Yesus mengajar dengan cerita
Cerita sudah hadir sejak zaman sejarah Yesus yang pada masa pewartaan
Yesus menggunakan cerita melalui perumpamaan dalam mengajar banyak orang
agar orang mudah menangkap apa yang disampaikan Yesus melalui cerita dan
perumpamaan. Darmawijawa (1988:11) dalam buku Injil Yohanes mengatakan
Yesus adalah manusia yang dilahirkan dari seorang tukang kayu tanpa pendidikan
yang istimewa namun memiliki kemampuan yang lebih mengesankan disbanding
para ahli taurat yang mampu memahami hokum Taurat dan memahami kehendak
Allah secara otentik. Yesus mampu berkata-kata dan bercerita sehingga dapat
diterima oleh semua orang bukan hanya para ahli namun semua orang termasuk
orang miskin dan orang biasa dapat mengerti apa yang disampaikan Yesus karena
bahasa yang disampaikan tidak baku dan mudah dimengerti orang yang
mendengarnya karena Yesus berusaha melihat situasi dan menyesuaikan diri
dengan kondisi lingkungan yang ditemui. Dalam Injil Yesus disebut Rabi dalam
bahasa Aram atau Ibrani yang artinya Guru karena ia mampu mengajar khususnya
bagi para murid memandang Yesus seorang yang mampu mengajar sebagai orang
yang memiliki kemampuan berbahasa lebih tidak seperti para ahli Taurat. Yesus
mewartakan tidak bercerita mengenai diri sendiri namun mengenai Allah
khususnya Kerajaan Allah. Ia mewartakan dengan bercerita bukan sekedar
memberikan keterangan namun member penjelasan yang menantang dan
mengejutkan orang yang mendengarnnya selain itu didukung oleh gaya
penampilan Yesus yang sederhana dan apa adanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Dalam ajaran Yesus nampak kekhususan Injil Yohanes, Yesus berbicara
kepada orang Farisi, Saduki dan ahli taurat dengan bahasa yang penuh variasi dan
hidup sehingga mudah dimengerti banyak orang berbeda dengan Yohanes yang
menggunakan uraian panjang dalam suatu tema tertentu seperti lahir dari Roh dan
roti surgawi sehingga bahasa yang dipakai tidak jelas, monolog dan bersifat ajaran
kemudian pengarang injil menguraikan ide-ide Yesus.
Sejak abad ke II Tradisi Gereja dengan kesaksian Clemens dari Iskandaria
menganggap pengarang Injil sebagai teolog dan injil sebagai Injil Rohani. Injil
menunjukan dimensi teologis yaitu menurut Yohanes tandanya adalah karya-
karya Yesus mampu membangkitkan iman dengan menunjukan suatu
penghayatan yang tinggi. Seperti saat membangkitkan Lazarus menyembuhkan
orang buta selain itu kata-kata dan ucapan Yesus disusun agar membuat
pendengar mengerti secara rohani. Hal tersebut nampak melalui ajaran Yesus
melalui perumpamaan sebagai sarana dan metode Yesus untuk orang Yahudi yang
tidak mau mengerti dalam menyatakan keselamatanNya.
Bila bicara mengenai perumpamaan I. Suharyo Pr dalam buku pengantar
Injil Sinoptik (1989:28) mengatakan perumpamaan adalah hal yang biasa Yesus
pergunakan dalam mengajar sehingga dalam Injil terdapat sekitar tiga puluh
perumpamaan. Ada tiga bagian pengelompokan dalam perumpamaan:
perumpamaan yang pertama adalah perumpamaan yang menggambarkan sikap
Allah terhadap orang yang kembali kepadaNya dengan hati yang menyesal (bdk
Luk 15:1-10) perumpamaan ini dipakai untuk mengecam ajaran dan sikap hidup
orang Farisi. Kedua, pada kelompok ini pesan Yesus lebih mudah diterima oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
orang-orang sederhana kelompok yang memiliki pendidikan dalam hal hukum
tidak menerima pesan yang disampaikan Yesus karena mereka tidak memahami
perumpamaan yang diceritakan Yesus. Perumpamaan yang sesungguhnya
menekankan kesabaran Allah dan yang melakukan kejahatan akan dimasukan ke
dalam dapur api. Pada kelompok ketiga perumpamaan tidak hanya membuahkan
keterangan-keterangan melainkan membuahkan perubahan. Jadi perumpamaan
adalah suatu perbandingan yang dikembangkan menjadi cerita yang bertujuan
bukan hanya untuk mengajar melainkan ajakan agar para pendengar merenungkan
kehidupan atau tingkah laku, menilainya dan membuat orang merubah tingkah
laku dalam kehidupan.
John Wijngaards dalam bukunya persaudaraan bersama Yesus (1993:59)
mengatakan Yesus hadir dan orang Kristen merasakan kehadiran Yesus sebagai
daya kekuatan. Apa yang disampaikan dari Injil melalui cerita merupakan sebuah
pengajaran tidak hanya berupa kata-kata saja namun dalam kuasa Roh kudus yang
mampu membuat orang yang mendengarnya sadar akan kelemahan mereka sendiri
dan merasakan kekuatan berlimpah-limpah yang berasal dari Allah. Mengenai
cara Yesus mengajar Yesus tidak mempergunakan materi yang sistematis seperti
menyiapkan RPP atau silabus namun seperti anak kuliahan namun Ia
menyampaikan dengan menyesuaikan tempat, waktu dan kesempatan diambil dari
kehidupan sehari-hari.Yesus bercerita dengan menerangkan, mempertanyakan
atau memperdebatkan dari keadaan yang timbul. Dari ucapan-ucapan Yesus
menimbulkan ketertarikan tersendiri bagi para pendengarnya karena Yesus
memiliki ciri dalam mengajar seperti bahasa yang Yesus pergunakan dan mahir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
membentuk frase yang ritmis dan puitis sehingga akan mudah diingat bagi yang
mendengarnya, kemudian ajaran Yesus menggunakan perumpamaan yang diambil
dari kehidupan sehari-hari dan bercerita menggunakan kiasan atau perumpamaan
merupakan ciri unik ajaran Yesus.
Maka dari itu cerita menjadi sarana yang baik dalam pewartaan seperti
Yesus yang mengajar dengan cerita dengan menggunakan perumpamaan atau
kiasan dengan gaya bahasa yang indah dan tidak baku agar apa yang disampaikan
mudah ditangkap dan dimengerti para pendengar sehingga dapat diresapi dan
diterima dengan mudah dan mengembangkan iman rohani orang yang
mendengarnya.
2) Pandangan menurut Pengarang Injil
a) Markus
Markus merupakan murid dan juru bicara Petrus, Markus mengumpulkan
pengajaran sebagai bahan pendukung bagi katekese. Menurut Markus inti
pewartaan Yesus adalah Kerajaan Allah. Karya Yesus yang ditunjukan adalah
penyembuhan orang lumpuh, kuasaNya ditunjukan saat mengampuni dosa,
sebagai penyelamat dan apa yang diceritakan Yesus memiliki peranan dan arti
dari setiap peristiwa yang diceritakan. Karya dan sabda yang disampaikan Yesus
nampak pada saat Yesus mengajar di rumah ibadat dan semua yang
mendengarnya takjub akan apa yang diceritakan di depan umum dan yang jelas
adalah penampilan Yesus dalam bercerita. Markus bercerita mengenai Yesus
seorang anak dari Nasaret memiliki murid yang menyebutnya dengan rabi atau
Guru sebagi gelar kehormatan bagi Yesus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Yesus memiliki kemampuan yang tidak biasa meskipun sebagai seorang
manusia dan hanya seorang anak tukang kayu namun ia mampu berkata-kata
dengan wibawa yang dimiliki-Nya. T. Jacobs (1984:91) mengatakan bahwa Yesus
tampil dengan penuh kekuatan. Jadi dalam karya nya Yesus mengajar dengan
cerita memiliki peran besar agar para pendengar mampu menangkap apa yang
disampaikan Yesus meskipun hanya sebagai tukang kayu namun metode dalam
penyampaian dapat membuat orang yang mendengar merasa takjub dan terkagum-
kagum dan menurut Markus Yesus adalah sungguh manusia dan sungguh anak
Allah dan mampu bersabda menawarkan nilai-nilai keselamatan dalam kehidupan
manusia.
b) Matius
Suharyo (1989:91) mengatakan Matius menampilkan Yesus sebagai guru
yang memberikan perhatian pada pengajaran dan pengetahuan pada ajaran
tersebut para murid dibuat agar mengerti dan paham akan apa yang disampaikan
Yesus. secara lahiriah Yesus sama dengan guru-guru lain namun ia bukan hanya
guru yang mengajarkan pengajaran yang istimewa. Istimewa karena yesus
mengajar tidak seperti ahli Taurat yang pandai berbicara membicarakan
pengetahuan namun Yesus istimewa karena memiliki kuasa bukan karena
pengetahuanNya namun karena pribadinya sebagai Mesias.
Matius mengatakan bahwa Yesus adalah Musa yang baru yaitu sebagai
guru kebenaran yang mengajar bagaimana hidup di dalam Kerajaan Surga,
perbedaannya adalah Musa seorang pelayan namun Yesus adalah anak Allah.
Yesus adalah anak Allah dalam diri Yesus memiliki misteri pewahyuan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
dalam. Secara hukum Yesus adalah seorang anak tukang kayu bernama Yusuf
namun bukan saja anak Yusuf yang istimewa adalah anak Allah sehingga kata-
kata yang dipakai memiliki makna yang dalam sehingga orang yang mendengar
tersentuh hati dan imannya dari yang disampaikan Yesus. Matius menjelaskan
tentang cerita orang kafir yang datang ke perjamuan dan Yesus bercerita agar ada
pertobatan mengenai orang kafir dan orang yang mendengar dapat tersentuh
hatinya. Maka menjadi penting yang dikatakan Matius bahwa Yesus hadir dengan
wibawanya dan orang yang percaya akan tersapa dan mengingat apa yang
dikatakan Yesus seperti dikatakan tentang perumpamaan domba yang hilang
Yesus hendak menunjukan asihnya bagi para pendosa dan kegembiraan dengan
pertobatan selain itu Yesus hendak menyampaikan pesan bahwa gembala harus
memperhatikan yang kecil dan membutuhkan.
Dengan khotbah Yesus seperti khotbah di bukit memiliki makna
eskatologis yang membawa keselamatkan Yesus bercerita mengenai orang yang
baik dan jahat pada akhirnya dibawa pada pengadilan terakhir. Matius
menerangkan secara konkret karya dan sabda Yesus dari perjalanan hidup orang
beriman. Dengan bercerita menggunakan kehidupan konkret maka para pendengar
lebih dapat masuk pada ruang hatinya yang tentunya memerlukan masukan akan
berbagai persoalan hidup sehingga jika sabda yang disampaikan sesuai dengan
keadaan konkrit dapat membawa peserta pada keselamatan hidup dan pertobatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
2. Cerita dalam Teologi
Teologi adalah ilmu tentang ketuhanan bahwa kita bisa merasakan Allah,
menghadirkan Allah dan menggambarkan Allah. Dalam teologi cerita bukan hal
yang baru karena dalam kitab suci terdapat banyak cerita. Cerita pada zaman
dahulu bukan hal yang penting karena dianggap kurang ilmiah bagi orang
terpelajar sehingga cerita menjadi kurang diperhatikan. Maka gaya bahasa teologi
yang ilmiah berbeda dengan Kitab Suci seperti dokumen Gereja bercorak teoritis
dan ajaran kateketik di perguruan tinggi bercorak teoritis dan kurang
memperhatikan cerita. Cerita dalam Kitab Suci jauh lebih penting karena bukan
berisi tema abstrak melainkan berisi tokoh, percakapan, peristiwa dan perbuatan
konkrit.
Maka cerita sebagai sarana dalam menjelaskan atau mendeskripsikan
tentang Tuhan yang sulit ditangkap oleh nalar manusia. Setiap cerita memiliki arti
teologi sendiri-sendiri seperti cerita tentang anak yang hilang mau menjelaskan
tentang kasih Allah begitupun dengan cerita orang yang menabur benih teologinya
adalah iman yang tumbuh di dalam hati manusia, ada iman yang tumbuh tapi
menghilang namun ada pula iman yang tumbuh dan berkembang.
Cerita tentang orang Samaria yang murah hati adalah saat Yesus dicobai
oleh para Ahli Taurat dengan berbagai pertanyaan namun Yesus menjawab
menggunakan cerita yang membuat ahli taurat terjebak dengan cerita mengenai
orang samaria yang murah hati dengan kesimpulan agar kita yang mendengarnya
menolong yang lemah dan mendorong sikap untuk berubah melakukan perbuatan
sesuai yang diajarkan Yesus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Dengan demikian teologi berbicara cerita sebagai sarana untuk
menjelaskan,menyentuh hati manusia supaya lebih mengenal Allah. Dalam cerita
teologi berbicara yaitu dalam masing-masing cerita memiliki maksud teologinya
masing-masing tergantung ceritanya, tergantung nilai iman yang ingin ditekankan
misalnya cerita tentang anak yang hilang menekankan nilai iman Allah yang
Maha Kasih pada orang-orang yang berdosa ataupun cerita tentang orang Samaria
yang murah hati menekankan nilai iman tentang mengasihi semua orang tanpa
memandang latar belakang orang itu maka kitapun diajak untuk mengasihi semua
orang tanpa memandang perbedaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
MAKNA CERITA
DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH
A. Cerita Sebagai Media Komunikasi Iman Dalam Pendidikan Agama
Katolik di Sekolah
Cerita merupakan suatu kejadian yang disampaikan dari suatu peristiwa
atau kejadian yang pernah berlangsung yang dituangkan dalam bentuk bahasa
verbal atau non verbal yang dapat dikembangkan menjadi lebih menarik.
Pendidikan Agama Katolik di sekolah adalah suatu bentuk komunikasi iman
untuk membantu peserta didik dalam memperkembangkan iman, mendewasakan
iman dan memperteguh iman Kristiani sehingga dapat diwujudkan dengan
tindakan nyata kasih pada sesama.
Dalam PAK di sekolah cerita menjadi suatu hal yang penting karena dalam
pelajaran agama di sekolah memiliki suatu bentuk komunikasi iman yang
menekankan sharing mengenai pengalaman hidup seseorang yang menceritakan
apa yang dialami dari suatu kejadian nyata dalam kehidupan yang berkesan
sehingga dapat meneguhkan iman. Seperti contoh seorang siswa yang mendapat
masalah dalam kehidupan dalam keluarga karena keluarga yang tidak harmonis
dan bercerita tentang cara bertahan dalam mengatasi kesulitan tersebut. Maka
dengan bercerita orang yang mendengar akan merasa tersapa dan meneguhkan
imannya terlebih dalam menjalani hidup dalam permasalahan.
Cerita merupakan salah satu media komunikasi yang sangat dekat dengan
kehidupan manusia. Sebagai media media komunikasi, cerita memudahkan orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
untuk memahami suatu pesan yang ingin disampaikan, memberi penghiburan, dan
juga pengajaran. Karena media sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari
manusia, maka cerita juga dapat sebagai media komunikasi iman di mana cerita-
cerita yang memuat ajaran iman membantu proses refleksi iman seseorang.
Pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan bagian dari katekese
umat beriman yang menyampaikan kata-kata dan perbuatan Wahyu
memaklumkan dan menceritakan sekaligus memperjelas cerita yang ada di
dalamnya (PUK, Art.39). Dengan demikian cerita merupakan media komunikasi
iman yang relevan karena membuat pembelajaran PAK di sekolah menjadi
menarik juga sebagai sarana mencapai sasaran dari PAK yaitu memperteguh iman
Kristiani.
B. Cerita Menantang Kreatifitas Belajar PAK dan Membantu
Memperkembangkan Iman
Pada umumnya cerita digemari banyak orang terlebih oleh anak-anak
karena cerita mampu menghantar kita pada pemahaman yang lebih mendalam.
Khususnya dalam pelajaran PAK yang memiliki tujuan untuk membangun hidup
yang semakin beriman dengan terwujudnya Kerajaan Allah yaitu dalam
pendidikan agama Katolik membuat siswa merasa bahagia dan berbagi bahagia
melalui sikap dan tindakan (Heryatno, 2008:25).
Cerita dalam pelajaran agama katolik di sekolah dapat menantang
kreatifitas anak dan menjadi pelajaran yang menarik. Menantang karena murid
maupun guru ditanntang dalam berkreasi melahirkan ide-ide seperti dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
dramatisasi bukan saja hanya menyampaikan sebuah cerita namun menantang
kreatifitas guru ataupun siswa dalam membuat alat peraga seperti contoh cerita
mengenai kelahiran Yesus dengan dibuat dramatisasi siswa ditantang berkreasi
menyiapkan tempat, latar yang sesuai tema mengenai kelahiran Yesus, dekorasi,
kostum dan perlengkapan yang membuat cerita menjadi lebih menarik. Dengan
proses yang berlangsung dapat mempererat hubungan antar siswa dengan yang
lainnya dan dengan kreatifitas membuat siswa merasa bahagia menyammpaikan
ide masing-masing. Selain itu membantu para siswa memperkembangkan
imannya dari makna yang disampaikan lewat cerita juga dalam proses
persiapannya. Sehingga dengan cerita siswa mampu mengembangkan kreatifitas
juga mengembangkan imannya.
Seperti yang diuraikan Munandar (2004:25) “kreativitas adalah
kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru yang dapat diterapkan
sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur
yang sudah ada sebelumnya.” Dengan demikian cerita sebagai bahan yang mampu
menantang siswa dalam kreatifitas juga menghantar siswa memperkembangkan
iman kristiani dengan menciptakan sesuatu yang baru pada siswa dalam
melahirkan kreasi dari masing-masing pribadi dalam melahirkan ide-ide dengan
menghubungkan unsur-unsur yang ada dalam pendidikan agama katolik di
sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
C. Cerita dalam kaitan dengan Bercerita sebagai metode pembelajaran PAK
yang memungkinkan peserta didik memperkembangkan imannya
Dalam Pendidikan Agama Katolik di sekolah membutuhkan metode yang
tepat dalam mengajar agar dapat diterima dengan baik dan diterima dengan mudah
oleh siswa. Dengan metode belajar yang tepat siswa dapat dengan mudah
menangkap apa yang disampaikan. Guru sebagai fasilitator yang berperan dalam
membantu memperkembangkan iman anak harus mampu memberikan informasi
yang tidak monoton namun menarik sehingga membuat siswa tertarik dengan apa
yang disampaikan. Cerita memiliki implikasi pada metode bercerita sehingga
metode bercerita memiliki kekuatan yang menarik nampak pada cerita bergambar
atau film yang relevam dengan kondisi saat ini yaitu zaman digital.
Metode bercerita adalah metode yang tak dapat lepas dalam Pendidikan
Agama Katolik di sekolah karena dengan menggunakan cerita bukan hanya cerita
pengalaman saja namun cerita kanonis atau kitab suci yang berisi sejarah
mengenai Allah dalam mewartakan Injil dapat menjadi metode yang tepat
sehingga dengan bercerita dapat membantu siswa dalam mendengar, meresapi,
menanggapi dengan hati dan merefleksikannya (Roedi Hoftman, 194:37) dalam
hidup juga mengambil nilai yang terkandung didalamnya dan mampu
memperkembangkan iman peserta didik.
Yesus yang mengajar dengan bercerita menggunakan perumpamaan agar
dapat dimengerti semua kalangan karena bahasa yang mudah dan cerita yang
menarik akan membuat orang yang mendengarnya merasa tersentuh imannya dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
berkembang. Seperti yang dikatakan oleh Darmawijaya ( 1988:11) Yesus adalah
manusia yang lahir dari seorang tukang kayu tanpa pendidikan istimewa namun
memiliki kemampuan yang mengesankan di banding para ahli taurat yang ahli
mengenai hukum taurat namun Yesus mampu bercerita sehingga diterima oleh
semua orang bukan hanya para ahli namun orang biasa pun mudah menangkap
apa yang disampaikan Yesus. Cara Yesus dengan bercerita menjadi metode
belajar yang tepat dalam memperkembangkan iman karena peserta dapat
menghayati, menemukan inti dan merefleksikan dalam hati masing-masing.
D. Cerita dalam PAK Relevan dengan Tujuan Afeksi untuk Pendidikan
Agama di Sekolah
Cerita dalam Pendidikan Agama Katolik di sekolah memiliki tujuan salah
satunya untuk menyampaikan pengajaran dan memudahkan siswa dalam
memahami nilai-nilai iman Kristiani yang diajarkan. Cerita mendapat banyak
penekanan dan perhatian di dalam pendidikan iman Katolik karena memiliki
beberapa keunggulan yaitu bersifat merangsang imaginasi siswa, menyapa siswa
secara menyeluruh baik segi afektif maupun kognitif, bersifat menawarkan,
membebaskan dan tidak menjejali (Seri Murid-murid Yesus, 2004:8).
Cerita-cerita yang digunakan dalam pendidikan iman antara lain cerita
rakyat yang mengandung makna filosofis bahkan teologis, cerita sufi yang
memiliki banyak makna, peristiwa kehidupan yaitu peristiwa menarik yang terjadi
dalam kehidupan sehari-hari dan cerita kanonik yaitu cerita yang diambil dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
kitab suci. Cerita membantu guru PAK dalam melaksanakan tugasnya
mengajarkan iman yaitu memudahkan siswa memahami ajaran iman yang
diajarkan oleh guru, misalnya: cerita mengenai Nabi Nuh yang dikemas dengan
cerita yang menarik dapat membuat peserta merasakan kasih Allah yang agung
dengan cerita yang disampaikan juga mengundang rasa percaya pada Allah dan
dapat menyentuh bathin seseorang.
Dengan demikian dalam pendidikan agama Katolik memiliki tujuan utama
yaitu afeksi sehingga orang bisa merasakan apa yang disampaikan dari cerita
bukan mengenai konsep namun kisah. Dalam cerita terdapat berbagai tokoh
dengan tokoh yang berbeda-beda memiliki karakter yang berbeda-beda ada yang
baik ada yang jahat seperti contoh cerita mengenai domba yang hilang
menceritakan seorang anak sulung yang meninggalkan ayahnya meminta harta
pada ayahnya dan pergi untuk kesenanganya dengan hidup berfoya-foya namun
ketika semua harta yang dimilikinya habis anak sulung itu kembali pada ayahnya
dan sang ayah menyambutnya dengan gembira tanpa marah karena anak yang
hilang telah kembali. Dari sepenggal cerita tentang anak yang hilang terdapat
tujuan afeksi yang menyentuh hati dan perasaan yang mendengarnya dan dapat
menimbulkan emosi sehingga orang dapat merasakan sesuatu perasaan dalam
hatinya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa cerita dalam
Pendidikan agama Katolik di sekolah dapat mencapai tujuan afeksi yang mampu
membawa orang pada perasaan dan emosi masing-masing sesuai apa yang
diterima dari cerita yang disampaikan sehingga berpengaruh untuk pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
iman Kristiani dalam memahami nilai-nilai yang diajarkan selain itu tergerak
untuk melakukan suatu aksi dalam kehidupan sehari-hari seperti tidakan
melakukan hal yang baik dan benar juga dalam membantu sesama dan saling
mengasihi antar umat beragama.
E. Pesan Cerita dalam PAK di Sekolah membantu siswa memperdalam
imannya
Tidak hanya di rumah saja cerita yang biasa diterapkan orang tua pada
anak-anak sebelum tidur, namun dalam dunia pendidikan di sekolah cerita sangat
penting dan bermanfaat dalam memperdalam iman karena dengan bercerita
mampu menambah banyak perbendaharaan kata atau ungkapan selain itu cerita
mempermudah menjelaskan hal seperti watak-watak yang dimiliki setiap orang
sehinga dapat menangkap pesan yang terkandung di dalamnya. Apa yang
disampaikan melalui cerita membuat orang yang mendengarnya menjadi paham
khususnya mengenai watak yang baik ataupun yang buruk. Menjadi penting
dalam pelajaran agama katolik di sekolah karena dalam PAK di sekolah bukan
hanya mengenai sejarah saja yang dipelajari namun moral, nilai dan
perkembangan iman sangat penting dalam mendidik siswa karena hal yang utama
adalah menanamkan nilai kebaikan sesuai yang diajarkan oleh Yesus Kristus.
Dalam PAK di sekolah cerita banyak dihadirkan dalam Kitab Suci yang
berisi ayat-ayat yang menunjukan nilai-nilai dan watak untuk perkembangan iman
peserta. Cerita yang baik akan tertanam moral yang baik pula maka dengan
adanya cerita dalam memperdalam iman dijelaskan baik buruknya mana yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
patut ditiru atau tidak. Seperti pada Markus ayat 11 dan 15 diceritakan ketika
Yesus marah di Bait Allah, siswa akan belajar mengapa Yesus marah? Karena
Yesus pun adalah seorang manusia yang memiliki emosi bila ada sesuatu yang
tidak baik terjadi. Dari cerita mengenai Yesus ketika marah di Bait Allah anak
akan belajar mengembangkan imannya dan bagaimana cara mengelola emosi saat
marah selain itu membuat siswa belajar dalam mengekspresikan marah agar tidak
merugikan diri sendiri, orang lain atau yang berada di sekitarnya. Unsur cerita
dalam pendidikan khususnya PAK di sekolah tidak hanya belajar memahami
cerita dari Kitab Suci yang diajarkan namun memperkembangkan iman siswa.
Selain perasaan marah banyak watak dan nilai lain yang nampak dalam penjelasan
melalui cerita seperti perasaan sedih, takut, iri hati, senang, maupun kasih sayang.
Menurut Indra Sanjaya (2008:47) ayat-ayat dalam Kitab Suci perlu
diekspresikan secara tepat karena emosi anak-anak masi sulit terkontrol. Maka
kesulitan yang dimiliki anak dalam mengelola emosi dan menangkap apa yang
disampaikan dalam pelajaran dapat dibantu dengan memberikan unsur cerita yang
memudahkan siswa mengerti akan nilai yang terkandung di dalamnya dan
membantu memperkembangkan iman dari apa disampaikan melalui cerita dalam
pendidikan agama Katolik di sekolah .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
BAB V
PENUTUP
Pada bagian ini akan disampaikan dua bagian pokok yaitu kesimpulan dan
saran berkaitan dengan “Makna Cerita dalam Pendidikan Agama Katolik di
Sekolah”
A. Kesimpulan
Pendidikan Agama Katolik adalah pendidikan iman yang penting dan
tidak dapat dilepaskan dari perkembangan iman setiap manusia karena Pendidikan
Agama Katolik di sekolah merupakan salah satu bentuk pewartaan pendidikan
iman yang diselenggarakan oleh sekolah dalam membantu siswa
memperkembangkan imannya untuk semakin beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yesus.
Dalam proses Pendidikan Agama Katolik di sekolah perlu didukung oleh
berbagai pemilihan model, metode, dan sarana yang tepat agar dapat menciptakan
suasana pembelajaran yang efektif dan bermakna. Salah satu sarana sekaligus
metode yang perlu dimanfaatkan dengan sungguh-sungguh adalah cerita. Cerita
pada umumnya merupakan media komunikasi dari hasil pengalaman yang
dikemas dan dikreasikan dengan imajinasi.
Cerita dalam pendidikan Agama Katolik memiliki peranan yang sangat
penting karena cerita merupakan media komunikasi iman dalam Pendidikan
Agama Katolik di sekolah mampu menyampaikan pesan sehingga mampu
memperdalam iman siswa, selain itu cerita dalam Pendidikan Agama Katolik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
yang relevan juga memiliki tujuan afektif yang menyentuh hati siswa dan
terdorong untuk melakukan nilai-nilai yang diajarkan dalam cerita tersebut
khususnya dalam Pendidikan Agama Katolik.
Oleh karena cerita memiliki peranan yang sangat penting maka guru perlu
memanfaatkan cerita yang dapat menyentuh hati siswa dengan mengemasnya
menjadi menarik sesuai kebutuhan siswa. Pemanfaatan cerita yang dimaksud
adalah memberi pemaknaan pada cerita atau mengajak siswa untuk mengungkap
makna, pesan-pesan dan nilai-nilai Kristiani yang terkandung dalam cerita
tersebut dalam Pendidikan Agama Katolik di sekolah.
B. Saran
1. Saran bagi Gereja
Dalam pendidikan agama Katolik di sekolah dengan cerita penulis
menyarankan agar gereja sebagai lembaga perlu membuat suatu bank cerita atau
perkumpulan cerita bermakna yang dapat digunakan oleh guru agama dalam
mengajar juga dapat membantu siswa dalam membaca buku sendiri sehingga
perlu ada kumpulan kumpulan cerita agar tidak tercecer. Jika cerita Kitab suci
dibuat cerita Kitab Suci yang menarik, cerita lisan dibuat cerita tertulis dan jika
cerita tertulis dibuat cerita dalam bentuk audio visual. Dengan demikian bank
cerita dapat dimanfaatkan oleh guru dalam mengajar atau siswa untuk dipelajari
sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
2. Saran bagi Guru
Pembelajaran yang dilakukan oleh guru di sekolah khususnya dalam
pendidikan agama Katolik merupakan kegiatan yang penting bagi perkembangan
siswa tidak hanya perkembangan pengetahuan namun iman siswa. Oleh karena itu
penulis menyarankan kepada guru agar kreatif dalam menyampaikan
pembelajaran agar pesan dapat mudah ditangkap dan memnyesuaikan dengan
kebutuhan siswa juga perkembangan zaman. Penulis menyarankan guru dapat
menggunakan sarana media audiovisual yang saat ini semakin canggih agar cerita
yang disampaikan dalam pembelajaran lebih menarik dan mudah ditangkap siswa
membuat suasana belajar PAK di sekolah menjadi menyenangkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Adisusanto, F. X. (1995). Katekese sebagai Pendidikan Iman. Dalam Sumarno Ds.,
M (Ed.). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Dapiyanta, F. X. (2011). Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik. Diktat
Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Semester IV, Fakultas Ilmu
Pendidikan dan Keguruan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Darmawijaya. (1988). Pesan Injil Yohanes. Yogyakarta: Kanisius.
Groome, Thomas. (2010). Pendidikan Agama Kristen. Jakarta:Gunung Mulia
Hardjana. H.P. (2006). Cara Mudah Mengarang Cerita Anak-anak. Jakarta:
Grasindo.
HeryatnoWono Wulung, F.X. . (2008). Pokok-Pokok PAK Di Sekolah. Diktat Mata
Kuliah Pengantar Pendidikan Agama Katolik di Sekolah Semester II,
Fakultas Ilmu Pendidikan dan Keguruan, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Hofmann, Ruedi. (1994). Pola Naratif Eksperiensial dalam Pendidikan Agama.
Ekawarta.
Indra Sanjaya, Priyo dan EdilburgaSaptandari. (2008). Dongeng: Mendekatkan Kitab
Suci pada Anak. Yogyakarta: Kanisius.
Jacobs, T. (1984). Siapa Yesus Menurut Perjanjian Baru.Yogyakarta:Kanisius.
Komkat KWI. (2004). Perutusan Murid-murid Yesus: Pendidikan Agama Katolik
Untuk SMP, Buku Guru 1. Yogyakarta: Kanisius
___________. (2007). Persekutuan Murid-murid Yesus: Pendidikan Agama Katolik
Untuk SMP, Buku Guru 1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Yogyakarta: Kanisius.
Konsili Vatikan II. (1993). Gravissimum Educationis. (Terj R. Hardawiryana. SJ).
Jakarta: Obor.
Kurniawan, Heru. (2009). Sastra Anak: dalam kajian Strukturalisme, Sosiologi,
Semiotika hingga Penulisan Kreatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Lembaga Alkitab Indonesia. (2009). Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Jakarta.
Nurgiyantoro, Burhan. (2005). Sastra Anak: Pengantar Pemahaman DuniaAnak.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada (UGM).
Pedoman untuk Katekis. (1997). (Komkat KWI, Penerjemah). Yogyakarta: Kanisius.
Petunjuk Umum Katekese. (2000). (Komkat KWI, Penerjemah). Jakarta: Departemen
Dokumentasi dan Penerangan KWI.
Suharyo, I. (1989). Pengantar Injil Sinoptik. Yogyakarta: Kanisius.
Telaumbanua, Marinus. (2005).Ilmu Kateketik: Hakikat, Metode dan Peserta
Katekese Gerejawi. Jakarta: Obor.
Wijngaards, John. (1993). Persaudaraan Bersama Yesus. Yogyakarta: Kanisius.
Yohanes Paulus II. (2006). Catechesi Tradendae. (R. Hardawiryana, Penerjemah).
Jakarta: Dokpen KWI. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1992).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI