plagiat merupakan tindakan tidak terpuji - core.ac.uk fileterhadap situasi pelaksanaan doa bersama...
TRANSCRIPT
DOPEM
PARO
OA BERSAMBINAAN OKI ST YO
Di
MAR
PR
KEKHU
FAKULT
AMA DALIMAN US
OHANES R
iajukan untu
Memperol
Program
Kekhususan
RGARETH
N
ROGRAM
USUSAN P
JURUSA
TAS KEGU
UNIVERS
Y
LAM KELUIA DINI D
RASUL KELAMPU
S K R I P
uk Memenu
eh Gelar Sa
m Studi Ilm
n Pendidika
Oleh
HA DESY C
NIM : 111
STUDI ILM
ENDIDIKA
AN ILMU P
URUAN DA
SITAS SAN
YOGTAKA
2016
UARGA SEDI LINGKUEDATON BUNG
P S I
uhi Salah Sa
arjana Pendi
mu Pendidik
an Agama K
:
CHRISTIK
1124013
MU PEND
AN AGAM
PENDIDIK
AN ILMU
NATA DHA
ARTA
6
EBAGAI SAUNGAN STBANDAR L
atu Syarat
idikan
kan
Katolik
KARATNA
IDIKAN
MA KATOL
KAN
PENDIDIK
ARMA
ARANA T PETRUS LAMPUNG
A
LIK
KAN
G,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada
Keluarga, Sahabat,
dan
Umat katolik di Lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul Kedaton
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
Hidup ini berat, penuh perjuangan untuk setiap detik yang kita lalui.
Untuk itu kita harus terus bergerak dari setiap detiknya supaya hidup ini lebih
seimbang.
Syukurilah apa yang telah terjadi, dan hadapilah masa depan dengan penuh
kebahagiaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Judul skripsi ini adalah “DOA BERSAMA DALAM KELUARGA SEBAGAI SARANA PEMBINAAN IMAN USIA DINI DI LINGKUNGAN ST PETRUS PAROKI ST YOHANES RASUL KEDATON BANDAR LAMPUNG, LAMPUNG”. Judul ini dipilih oleh penulis berdasarkan wawancara kepada keluarga di Lingkungan St. Petrus Paroki St. Yohanes Rasul Kedaton Bandar Lampung, Lampung dan bertitik tolak dari keprihatinan penulis terhadap situasi pelaksanaan doa bersama dalam keluarga Katolik di lingkungan St Petrus Paroki St. Yohanes Rasul Kedaton terhadap perkembangan iman anak. Adanya hambatan yang dirasakan oleh keluarga Katolik bahwa kurang ada waktu untuk saling berdialog dan berdoa bersama karena masing-masing anggota keluarga sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.
Kegiatan doa bersama merupakan suatu usaha untuk membangun relasi dengan Tuhan maupun dengan sesama. Selain itu juga dalam doa bersama menjalin persatuan dan persekutuan antar anggota keluarga. Doa keluarga merupakan doa yang dilakukan secara bersama-sama yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Sedangkan pembinaan iman usia dini merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak-anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan iman anak.
Berdasarkan hasil penelitian di Lingkungan St Petrus Paroki St. Yohanes Rasul Kedaton Bandar Lampung, Lampung orang tua telah memahami dirinya sebagai pendidik iman yang utama dan pertama dalam keluarga. Secara umum, doa bersama dipahami sebagai relasi yang intim antara manusia dan Tuhan. Selain itu juga orang tua telah mengupayakan terlaksananya doa bersama dalam keluarga dengan berusaha membuat jadwal rutin dan menyempatkan diri untuk berdoa bersama.
Penulis mengusulkan katekese keluarga untuk membantu orangtua khususnya dalam membina iman anak-anaknya. Katekese keluarga ini disusun dengan kreativitas penulis ke dalam bentuk Share Christian Praxis yaitu katekese yang lebih menekankan proses berkatekese yang bersifat dialog partisipatif bagi keluarga di lingkungan St. Petrus Paroki St. Yohanes Rasul Kedaton.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
The title of this thesis is "FAMILY PRAYER AS A MEANS OF EARLY AGE FAITH EDUCATION IN ST PETER NEIGHBORHOOD, ST JOHN PARISH IN KEDATON, BANDAR LAMPUNG, PROVINCE OF LAMPUNG”. This title was chosen based on the interviews with families in the neighborhood of St. Peter Parish of Kedaton Apostle St. John, Bandar Lampung , Lampung and the starting point concerns the situation of the practice of prayer in a Catholic were family in the neighborhood of St. Peter parish of Kedaton Apostle St. John to the development of children faith. The obstacles perceived by the Catholic family that there was less time for mutual dialogue and prayer together became each of the family members is busy with her own activities. Prayer activity is an effort to build a relationship with God and with others. It addition to the prayer also promote the unity and communion between family members. Family prayer is a prayer done together consisting of father, mother and children. The faith formation of early childhood is a development effort aimed at children from birth up to the age of six years accomplished by providing educational stimulant to help the growth and development of the child's faith.
Based on the investigation results in the neighborhood of St. Peter Parish of Kedaton Apostle St. John, Bandar Lampung, Lampung, parents have understood themselves as the main and primary faith educators in the family. In general, family prayer was understood as an intimate relationship between man and God. In addition, parents have made an effort to the implement of prayer in the family by attempting to make it a regular schedule and taking the time to pray together.
The author proposed family catechesis to help parents, especially in fostering the their children’s faith. Family catechesis was organized by the author’s creativity in the form of Share Christian Praxis namely catechesis that emphasizes a process which is participatory dialogue for the family in the neighboorhood of St. Peter Parish of Kedaton Apostle St. John.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah karena kasih karunia dan bimbingan-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun dalam
rangka memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Program Studi Ilmu
Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik.
Adapun judul skripsi ini adalah DOA BERSAMA DALAM KELUARGA
SEBAGAI SARANA PEMBINAAN IMAN USIA DINI DI LINGKUNGAN
ST PETRUS PAROKI ST YOHANES RASUL KEDATON, BANDAR
LAMPUNG, LAMPUNG. Diwarnai dengan perasaan putus asa dan bahagia
karena berbagai hambatan dan kesulitan yang turut menyertai dalam penulisan
skirpsi ini, serta berkat perhatian dan dorongan dari berbagai pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
Oleh karena itu, atas kerja sama yang baik hingga terselesaikannya
penulisan skripsi ini, dengan rendah hati penulis menghaturkan terima kasih
kepada :
1. Segenap Staf Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan IPPAK-USD,
yang telah mendidik selama berlajar, khususnya dalam menyusun skripsi ini.
2. Dr. C. Putranto, SJ sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
membimbing dengan penuh kesabaran dan ketekunan dalam penulisan Skripsi
ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
3. Drs. FX. Heryatno Wonowulung SJ,. M.Ed., sebagai penguji II yang telah
memberikan perhatian, dukungan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini,
sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan
dukungan, semangat, masukan yang membangun selama belajar di IPPAK-
USD, serta dalam pergulatan hidup penulis untuk mencari arah hidup.
4. Y. Kristianto, SFK, M.Pd sebagai penguji III yang telah memberi perhatian,
dukungan dan bimbingan penelitian selama penulisan skripsi ini.
5. Bapak, ibu, kakak, dan adikku yang telah setia dan penuh cinta mendampingi
serta memberikan semangat dalam menyelesaikan studi di IPPAK-USD.
6. Pastor paroki St Yohanes Rasul Kedaton, Romo Yohanes Tendens Tana Pr
yang telah memberi ijin dalam penelitian di lingkungan St Petrus dan telah
membantu demi kelancaran penulisan skripsi ini, secara langsung maupun
tidak langsung.
7. Keluarga-keluarga katolik di lingkungan St Petrus yang telah meluangkan
waktu untuk mensharingkan pengalaman imannya melalui kuesioner dan telah
membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.
8. Bernadeta Wahyu Widhi Hapsary yang telah memberikan banyak pelajaran
dalam hidup.
9. Priska Veria Kusuma, Agnes Garlosi K dan Kartika Putri Dinanti yang telah
setia mendukung dan memberikan dorongan semangat dalam proses serta
kelancaran studi
10. Teman-teman angkatan 2011 yang telah menjadi keluarga penulis dan
memberikan semangat penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... iv
MOTTO ......................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
ABSTRACT ...................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ..................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xviii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Penulisan ................................................................ 1
B. Rumusan Permasalahan ................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan ............................................................................. 5
D. Manfaat Penulisan ........................................................................... 6
E. Metode Penulisan ............................................................................ 6
F. Sistematika Penulisan ...................................................................... 7
BAB II. DOA BERSAMA SEBAGAI SARANA PEMBINAAN IMAN USIA DINI ....................................................................................... 9
A. Doa .................................................................................................... 10
1. Pengertian Doa ............................................................................. 10
2. Cara Berdoa .................................................................................. 14
3. Sumber Doa .................................................................................. 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
4. Isi Doa .......................................................................................... 16
5. Bentuk Doa ................................................................................... 19
6. Doa bersama ................................................................................. 21
B. Keluarga Katolik .............................................................................. 23
1. Pengertian Keluarga Katolik ........................................................ 25
2. Keluarga adalah Gereja Rumah Tangga ..................................... 26
3. Tugas dan Peranan Keluarga Kristiani ......................................... 29
4. Peranan Doa ditinjau dari Dokumen Familiaris Consortio ......... 37
C. Pembinaan Iman Usia Dini .............................................................. 39
1. Arti Pembinaan ............................................................................. 40
2. Pengertian Iman .......................................................................... 42
3. Pengertian Pembinaan Iman Usia Dini ........................................ 44
D. Kebutuhan Rohani Anak ................................................................. 45
1. Kedisiplinan ................................................................................. 47
2. Pendampingan ............................................................................. 48
3. Persahabatan ................................................................................ 48
4. Tahapan Perkembangan Iman ..................................................... 49
E. Fokus Penelitian .............................................................................. 50
BAB III PENELITIAN TENTANG PERANAN DOA BERSAMA DALAM KELUARGA SEBAGAI SARANA PEMBINAAN IMAN USIA DINI DI LINGKUNGAN ST PETRUS PAROKI ST YOHANES RASUL KEDATON, BANDAR LAMPUNG, LAMPUNG ..................................................................................... 52
A. Gambaran Umum Paroki St Yohanes Rasul Kedaton ..................... 52
1. Sejarah Berdirinya Paroki St Yohanes Rasul Kedaton .............. 52
2. Letak Geografis Paroki .............................................................. 55
3. Jumlah Umat Paroki St Yohanes Rasul Kedaton ...................... 56
4. Perkembangan Umat Katolik di Paroki St Yohanes Rasul Kedaton ...................................................................................... 56
B. Metode Penelitian ............................................................................ 58
1. Latar Belakang Penelitian .......................................................... 58
2. Permasalahan Penelitian ............................................................ 59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
3. Tujuan penelitian ....................................................................... 60
4. Variabel Penelitian .................................................................... 60
5. Manfaat Penelitian ..................................................................... 61
6. Jenis Penelitian .......................................................................... 61
7. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 62
8. Responden Penelitian ................................................................ 62
9. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ................................ 63
10. Teknik Analisis Data ................................................................. 65
C. Laporan Hasil Penelitian ................................................................. 66
1. Identitas Responden ................................................................... 66
2. Pembinaan Iman Usia Dini di dalam Keluarga .......................... 68
3. Pengertian dan Peranan Doa dalam Rangka Pembinaan Iman dalam Keluarga .......................................................................... 71
4. Bentuk-bentuk Doa Bersama yang Berlangsung dalam Keluarga 76
5. Faktor pendukung dan Penghambat Kebiasaan Doa Bersama dalam Keluarga .......................................................................... 82
6. Usaha-usaha untuk meningkatkan penghayatan hidup doa dalam keluarga ........................................................................... 85
D. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................... 90
1. Indentitas Responden ................................................................. 91
2. Pembinaan Iman Usia Dini di dalam Keluarga ......................... 92
3. Pengertian dan peranan doa dalam Rangka Pembinaan Iman dalam Keluarga .......................................................................... 93
4. Bentuk-bentuk doa Bersama yang berlangsung dalam Keluarga 97
5. Faktor pendukung dan penghambat kebiasaan doa bersama dalam Keluarga .......................................................................... 99
6. Usaha-usaha yang Dilakukan untuk Meningkatkan Penghayatan Hidup Doa dalam Keluarga ................................... 101
E. Rangkuman Hasil Penelitian ........................................................... 103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
BAB IV USULAN PROGRAM MENINGKATKAN PERANAN DOA BERSAMA DALAM KELUARGA SEBAGAI SARANA PEMBINAAN IMAN DINI MELALUI KATEKESE KELUARGA DI LINGKUNGAN ST PETRUS PAROKI ST YOHANES RASUL KEDATON ................................................. 107
A. Peranan Doa Bersama dalam Keluarga sebagai Sarana Pembinaan Iman Dini ......................................................................................... 107
B. Gambaran Umum Katekese ............................................................. 111
1. Pengertian Katekese .................................................................. 111
2. Tujuan Katekese ....................................................................... 112
3. Katekese Keluarga .................................................................... 113
C. Usulan Program dan Contoh Doa Bersama dalam Keluarga melalui Katekese Keluarga ............................................................. 115 1. Arti Program ............................................................................. 116
2. Tujuan Program ......................................................................... 116
3. Matriks Memupuk Doa Bersama dalam Keluarga sebagai Sarana Pembinaan Iman Dini di Lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul Kedaton Bandar Lampung, Lampung ......... 117
4. Contoh doa Bersama dalam keluarga sebagai Sarana Pembinaan Iman Dini melalui Katekese Keluarga ................... 122
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 126
A. Kesimpulan ..................................................................................... 126
B. Saran ............................................................................................... 128
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 130
LAMPIRAN .................................................................................................... 132
Lampiran 1: Surat Permohonan Ijin Penelitian untuk Paroki ................ (1)
Lampiran 2: Surat Permohonan Ijin Penelitian untuk Lingkungan ....... (2)
Lampiran 3: Surat Pengantar Penelitian ................................................ (3)
Lampiran 4: Surat Rekomendasi Penelitian .......................................... (4)
Lampiran 5: Kuesioner ........................................................................... (5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
Lampiran 6 : contoh Kuesioner yang diisi responden ........................... (11)
Lampiran 7: Perikop Kitab Suci ............................................................ (23)
Lampiran 8: Gambar-gambar Keluarga ................................................. (24)
Lampiran 9: Teks Doa Penyerahan Keluarga Kepada Tuhan Yesus ..... (26)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR SINGKATAN
A. Daftar Singkatan Kitab Suci
Dalam skripsi ini daftar singkatan Kitab Suci mengikuti Lembaga
Alkitab Indonesia (2010).
B. Daftar Singkatan Dokumen Resmi Gereja
AA : Apostolicam Actuositatem, Dekrit Konsili Vatikan II tentang
Kerasulan Awam, 7 Desember 1965.
CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II
kepada para uskup, klerus dan segenap umat beriman tentang
katekese masa kini, 16 Oktober 1979.
DV : Dei Verbum, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Wahyu Ilahi, 18
November 1965.
DH : Dignitatis Humanae, Konstitusi Konsili Vatikan II tentang
kebebasan beragama, tahun 7 Desember 1965.
GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang
Gereja di Dunia Dewasa ini, 7 Desember 1965.
KGK : Katekismus Gereja Katolik, (P. Herman Embuiru, SVD,
Penerjemah). Ende: Percetakan Arnoldus.
SC : Sacrosantum Consilium, Konstitusi Konsili Vatikan II tentang
Liturgi Suci, 4 Desember 1963.
LtF : Letter of the Family, Paus Yohanes Paulus II. Surat kepada
Keluarga-keluarga, 2 Februari 1994.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
C. Singkatan Lain
Art : Artikel
KAS : Keuskupan Agung Semarang
KOMKAT : Komisi Kateketik
KOMKEL : Media Komunikasi Keluarga Kristiani
KWI : Konferensi Wali Gereja Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PENULISAN
Keluarga merupakan lingkungan kecil dalam masyarakat yang menempati
bagian yang paling dasar. Pada hakikatnya, keluarga adalah tempat pembentukan
masing-masing pribadi. Keluarga merupakan tempat pembentukan masing-masing
pribadi menjadi pribadi yang utuh dan mengimani Yesus Kristus. Yang berperan
dalam memimpin keluarga adalah orang tua, sebab tugas dan peran orang tua
adalah mendidik anak-anak yang berakar pada panggilan Allah sebagai suami
isteri untuk ikut melancarkan karya penciptaan Allah dengan memberdayakan dan
mengembangkan sosok pribadi anak agar menjadi sosok pribadi yang sempurna
baik jasmani maupun rohani. Oleh karena itu, orang tua sangat berperan dalam
pembinaan iman anak demi perkembangan iman anak. Keluarga merupakan
tempat yang sangat baik untuk memperkembangkan iman dan kedewasaan anak.
Di dalam keluargalah anak dibentuk dan dibina untuk mencapai kematangan
iman. Keluarga merupakan tempat yang sempurna untuk memperkembangkan
iman. Oleh sebab itulah keluarga sering disebut sebagai sekolah pertama dan
utama sebagai tempat pendidikan pertama anak dari lahir sampai dewasa.
Kewajiban dan tanggung jawab mendidik anak merupakan suatu kenyataan
alamiah yang tidak bisa dipungkiri dan dihindari oleh setiap pribadi sebagai orang
tua. Orang tua adalah pribadi pertama yang mempunyai kesempatan
memperkenalkan realitas hidup duniawi kepada anak-anak, dan sekaligus sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
pendidik pertama dan utama yang mengajarkan kebenaran. Konsekuensinya,
mereka juga harus memperkenalkan Tuhan dan membimbing untuk
mengimaninya. Orang tua merupakan pewarta iman yang pertama bagi anak-
anaknya melalui perkataan dan teladan hidup iman. Dalam melaksanakan tugas
dan kewajiban mendidik anak, orang tua diminta mendidik dengan sekuat tenaga
tanpa paksaan dan kekerasan yang dapat mengganggu kebahagiaan dan
keharmonisan hidup berkeluarga. Paus Paulus VI dalam surat apostoliknya yang
berjudul Matrimonia Mixta, menegaskan bahwa orang tua sebagai orang yang
sudah dibaptis secara otomatis mempunyai tanggung jawab dan kewajiban untuk
membaptis dan mendidik anak-anak sebagai anugerah Tuhan yang harus
didampingi dan dibimbing selama masa pertumbuhan mereka dengan memberikan
pengajaran iman dan nilai-nilai Injili. Oleh karena itu, dalam melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya, orang tua diminta untuk memberikan teladan dan
kesaksian hidup yang baik (Agung Prihartana, 2008:21).
Untuk pembinaan iman anak dalam keluarga ada beraneka macam hambatan
yang kompleks. Tentunya hambatan itu berasal dari orang tua sendiri yang sering
mengeluhkan kurangnya waktu untuk memperhatikan perkembangan anak-
anaknya dengan dialog dan berdoa bersama karena orang tua sibuk bekerja
dengan tugasnya di tempat mereka bekerja. Dalam keluarga orang tua kurang
memperhatikan hidup imannya dengan baik sehingga hidup dalam rumah tangga
mengalami kemerosotan. Tuntutan perkembangan jaman yang mengakibatkan
orang lebih senang berhadapan dengan layar televisi membuat anak-anak kurang
diperhatikan dan dibimbing. Akibatnya banyak anak yang melarikan diri ke arah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
pergaulan yang negatif, tidak kerasan di rumah dan terhambat perkembangan
imannya karena kurangnya perhatian orang tua.
Salah satu saran yang dianjurkan oleh Gereja agar keluarga bertumbuh dan
berkembang dalam hidup rohaninya adalah menciptakan kebiasaan berdoa
bersama dalam keluarga. Berhubungan dengan hal ini Paus Yohanes Paulus II
dalam amanat Apostoliknya “Familiaris Consortio”, no 59 menegaskan:
Aku berkata kepadamu, jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka. (FC art 59: 90)
Doa bersama merupakan hal pokok yang harus dilakukan oleh setiap
keluarga Katolik sebagai makanan rohani bagi keluarga. Orang tua sebagai
panutan dalam keluarga harus dapat memberikan contoh hidup doa serta terbuka
dengan memberikan pengertian dalam keluarga. Dengan demikian keluarga
sebagai tempat untuk tumbuh kembangnya iman yang memungkinkan setiap
anggotanya berkembang ke arah yang lebih baik sehingga orang tua menyadari
pentingnya kebiasaan doa bersama sebagai dasar pembinaan iman rohani anak.
Oleh karena itu, melalui skripsi ini penulis bermaksud ingin memberikan
sumbangan pemikiran bagi keluarga Katolik di Lingkungan St Petrus Paroki
Yohanes Rasul Kedaton dengan judul “DOA BERSAMA DALAM
KELUARGA SEBAGAI SARANA PEMBINAAN IMAN USIA DINI DI
LINGKUNGAN ST PETRUS PAROKI ST YOHANES RASUL KEDATON
BANDAR LAMPUNG, LAMPUNG”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
B. RUMUSAN PERMASALAHAN
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penulisan ini dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Bagaimana pemahaman keluarga katolik mengenai doa bersama dalam
keluarga katolik dalam rangka mendidik iman anak di Lingkungan St Petrus
Paroki Yohanes Rasul Kedaton Bandar Lampung, Lampung?
2. Wujud-wujud apa saja yang kini berlangsung dari doa bersama dalam
keluarga katolik di Lingkungan St Petrus Paroki Yohanes Rasul Kedaton
Bandar Lampung, Lampung?
3. Hambatan apa yang dihadapi keluarga dalam pelaksanaan doa bersama dalam
keluarga katolik di Lingkungan St Petrus Paroki Yohanes Rasul Kedaton
Bandar Lampung, Lampung?
4. Usaha apa yang dapat dilakukan untuk membantu keluarga katolik dalam doa
bersama sebagai sarana pembinaan iman dalam kehidupan sehari-hari,
khususnya di Lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul Kedaton Bandar
Lampung, Lampung?
5. Harapan apa yang diinginkan oleh keluarga Katolik untuk meningkatkan
kegiatan doa bersama dalam keluarga demi sarana pembinaan iman usia dini
di lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul Kedaton Bandar Lampung,
Lampung?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan ini adalah:
1. Mengetahui pemahaman keluarga katolik mengenai doa bersama dalam
keluarga katolik dalam rangka mendidik iman anak di Lingkungan St Petrus
Paroki Yohanes Rasul Kedaton Bandar Lampung, Lampung.
2. Mengetahui wujud-wujud apa saja yang kini berlangsung dari doa bersama
dalam keluarga katolik di Lingkungan St Petrus Paroki Yohanes Rasul
Kedaton Bandar Lampung, Lampung.
3. Mengetahui hambatan apa yang dihadapi keluarga dalam pelaksanaan doa
bersama dalam keluarga katolik di Lingkungan St Petrus Paroki Yohanes
Rasul Kedaton Bandar Lampung, Lampung.
4. Mengetahui sejauh mana usaha yang sudah dilakukan oleh keluarga katolik
dalam menerapkan kebiasaan doa bersama dalam keluarga di Lingkungan St
Petrus Paroki Yohanes Rasul Kedaton Bandar Lampung, Lampung.
5. Mengetahui harapan apa yang diinginkan oleh keluarga Katolik untuk
meningkatkan kegiatan doa bersama dalam keluarga demi sarana pembinaan
iman usia dini di lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul Kedaton
Bandar Lampung, Lampung?
6. Memenuhi persyaratan ujian kelulusan Sarjana Strata 1 pada Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Agama Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
D. MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini:
1. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis tentang doa bersama
sebagai pembinaan iman anak.
2. Memperkaya atau memberi sumbangan bentuk – bentuk doa dalam keluarga
untuk meningkatkan kebiasaan doa bersama dalam keluarga sebagai sarana
pembinaan iman dini.
3. Membantu keluarga-keluarga katolik untuk mengatasi hambatan yang
dihadapi keluarga dalam menerapkan kebiasaan doa bersama dalam keluarga
sebagai sarana pembinaan iman bagi anak-anaknya.
4. Memberikan sumbangan mengenai berbagai bentuk dan model doa bersama
dalam keluarga.
E. METODE PENULISAN
Dalam tugas akhir ini, penulis menggunakan metode studi kepustakaan dan
penelitian lapangan. Penelitian studi kepustakaan untuk mempelajari ajaran dan
dokumen gereja. Sedangkan penelitian kuantitatif dan kualitatif untuk
mempelajari situasi yang terjadi di lapangan sejauh mana keluarga-keluarga
mengalami hambatan dalam mendidik iman anak dengan penyebaran kuesioner,
dan penelitian doa bersama dalam keluarga sebagai sarana pembinaan iman usia
dini di Lingkungan St Petrus Paroki Yohanes Rasul Kedaton Bandar Lampung,
Lampung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memperoleh gambaran yang jelas, penulis menyampaikan pokok-
pokok sebagai berikut:
BAB I:
Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan,
manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II:
Bab ini membahas tentang refleksi kritis tentang doa bersama sebagai
sarana pembinaan iman dini, yang dijelaskan dalam dua pokok yaitu doa bersama
dalam keluarga katolik dan pembinaan iman.
BAB III:
Bab ini membahas tentang laporan penelitian doa bersama dalam keluarga
sebagai sarana pembinaan iman dini yang meliputi: latar belakang Gereja (sejarah
paroki, profil paroki, situasi umat paroki), gambaran umum Lingkungan St Petrus
terkhusus kehidupan doa bersama dalam keluarga, situasi ekonomi keluarga di
Lingkungan St Petrus, laporan penelitian (latar belakang penelitian, tujuan
penelitian, jenis penelitian, instrumen penelitian, responden penelitian, waktu,
tempat, dan pelaksanaan penelitian, variabel penelitian) dan pembahasan hasil
penelitian, kesimpulan dan hasil penelitian.
BAB IV:
Bab ini berisi tentang usaha meningkatkan kesadaran akan peran penting
orang tua sebagai pendidik yang pertama dan utama dalam bentuk doa bersama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
sebagai sarana pembinaan iman dini di Lingkungan St Petrus Paroki Yohanes
Rasul Kedaton.
BAB V:
Bab ini berisi kesimpulan dari seluruh rangkaian bab yang sudah diuraikan
serta saran dari penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
DOA BERSAMA SEBAGAI SARANA PEMBINAAN IMAN DINI
Bab II ini akan membahas tentang doa bersama dalam Keluarga dan
pembinaan iman. Bab ini akan dibagi menjadi dua bagian yang pertama dijelaskan
tentang pengertian doa bersama dalam keluarga katolik, yang kedua dijelaskan
tentang pembinaan iman.
Berhubungan dengan hal doa Lydia Simons menuliskan dalam bukunya
Bagaimana Aku Harus Berdoa (1995: 9) menegaskan bahwa “Bagi umat Kristen,
doa merupakan suatu perintah yang diberikan oleh Tuhan. Memanglah bukan
suatu perintah yang datang dari luar seperti sebuah komando kepada kita,
melainkan suatu tugas semacam perintah untuk melaksanakan cinta kasih yang
telah dibebankan kepada kita semua”. Dalam Injil Lukas juga tertulis “Yesus
mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa
mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu” (Luk 18:1)
Ajakan Yesus dalam kutipan Lukas 18:1 kiranya jelas bahwa kita harus
terus berdoa. Namun demikian seperti melaksanakan perintah berat tentang cinta
kasih, maka demikianlah terasa sangat sulit untuk menunaikan tugas tentang hal
berdoa. Melihat situasi di zaman sekarang yang tidak menentu ini, banyak
keluarga mengalami pasang surut, tantangan maupun hambatan dalam membina
iman keluarganya. Salah satu tantangan itu adalah membina kebiasaan doa
bersama dalam keluarganya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
A. Doa
Sebelum dijelaskan mengenai pengertian doa bersama sebagai pembinaan
iman dini, terlebih dahulu dijelaskan tentang beberapa pengertian doa yang
menjadi dasar kehidupan umat Kristiani. Dalam bagian ini juga akan dijelaskan
beberapa pengertian dan bentuk-bentuk doa Kristiani.
1. Pengertian Doa
a. Menurut Thomas H. Green SJ
Doa itu mengangkat hati dan budi kepada Tuhan. Itu suatu definisi yang
mudah dihafal yakni jelas dan singkat. Definisi itu baik, karena mengajarkan
kepada kita bahwa Tuhan itu jauh ada di luar pengalaman kita, doa itu
mengandaikan usaha dari pihak kita dan doa itu melibatkan budi dan hati yakni
pengertian, perasaan dan kemauan manusia. Jika kita menyelidiki tiga unsur itu
lebih lanjut, kita mungkin dapat menemukan gambaran lebih jelas tentang apa doa
itu. Unsur terakhir doa muncul dari dalam hati itu merupakan sesuatu yang sangat
penting dan tidak selalu ditekankan dengan jelas. Doa itu mengangkat masalah
pengertian dan pengetahuan sehingga menyerupai teologi yang ingin
menggunakan budi dalam melayani iman. Memanfaatkan pemikiran untuk
menjelaskan pewahyuan Tuhan (Green, 1988:28).
Doa itu membuka hati dan pikiran kepada Tuhan sebab membuka itu
menekankan mau terbuka dan menanggapi. Membuka diri berarti juga mau
bertindak sedemikian rupa sehingga yang lain tetap kuasa yang menentukan.
Membuka diri berarti mau mendengarkan. Mendengarkan adalah inti dari doa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
yang sejati. Kalau kita sudah belajar mendengarkan dengan penuh perhatian dan
kepekaan, semua peristiwa dalam hidup menjadi sebuah perjumpaan dengan
Tuhan (Green, 1988:31). Mendengar dan mendengarkan itu suatu metafora yang
baik untuk diterapkan pada doa. Hal ini cukup membantu menjelaskan bahwa doa
itu tidak hanya sekedar meminta, tetapi menggali lebih dalam untuk bertindak
mencapai arti doa yang sesungguhnya. Doa itu hakikatnya perjumpaan dialogis
antara Allah dan manusia. Dan karena Allah itu Tuhan, maka hanya Dialah yang
dapat memprakarsai perjumpaan itu. Maka, apa yang dibuat dan dikatakan
manusia di dalam doa tergantung pada apa yang telah di katakan Tuhan lebih
dulu. Doa sendiri mengandaikan usaha dari pihak manusia, meskipun Tuhanlah
yang selalu memulai lebih dulu untuk membuka hati manusia karena Tuhanlah
yang telah memilih manusia (Yoh 15:16).
b. Menurut J. Darminta, SJ
Berbicara tentang doa, berarti mendalami doa murid Yesus Kristus. Bagi
Gereja, hal itu berarti bahwa manusia berdoa bersama melalui dan dalam nama
Yesus Kristus. Oleh karena itu dalam buku yang berjudul Tuhan Ajarlah Kami
Berdoa (Darminta 1983:12) menyatakan bahwa:
Dengan perantaraan Kristus bersama Dia serta bersatu dalam Roh Kudus kami menyampaikan kepada-Mu, Allah Bapa yang Mahakuasa, segala hormat dan pujian kini dan sepanjang masa. Untuk mengungkapkan kenyataan doa kristen tersebut, Gereja merumuskan penutup doa ada dua macam: pertama bila doa ditujukan kepada Allah Bapa, penutup doa berbunyi: “Demi Yesus Kristus, Putera-Mu, Tuhan dan pengantara kami yang bersatu dengan Dikau dan Roh Kudus hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa”. Kedua bila doa itu ditujukan kepada Tuhan Yesus, penutup doa berbunyi: “Sebab Engkau-lah Tuhan dan pengantara kami yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
bersatu dengan Bapa dan Roh Kudus hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa”.
Dari rumusan-rumusan doa di atas dapat dikatakan, bahwa meski alamat
doa itu ditujukan untuk Yesus Kristus, doa tetap dihayati sebagai kelanjutan doa
Yesus Kristus kepada Bapa-Nya. Doa Kristus menjadi dasar doa kristen. Setiap
orang berdoa, kita berdoa tidaklah sendirian, tetapi kita berdoa bersama-sama
dengan Kristus. Kebersamaan dengan Kristus itulah yang membuat doa kita
didengar oleh Allah Bapa (Yoh 16:24). Untuk mengetahui bagaimana orang
Kristen berdoa, orang dapat melihat bagaimana Yesus Kristus sendiri berdoa. Doa
Yesus Kristus mengungkapkan dan menyingkapkan makna dan arti doa Kristen.
Secara singkat dapat dikatakan, bahwa dalam doa-doa-Nya terungkaplah misteri
hidup Yesus Kristus sebagai Putera Allah dan sebagai Penyelamat. Berdasarkan
kenyataan itu dapatlah didekati ciri-ciri pokok doa Yesus Kristus yang memang
tetap merupakan doa yang khas (Darminta, 1983:13).
Berdasarkan ciri-ciri pokok doa Yesus yang sering Ia lakukan adalah saat
Yesus memberi makan lima ribu orang (Mat 26:23). Sesudah Yesus memberi
makan lima ribu orang, Yesus menyuruh semua orang yang mengikuti-Nya untuk
pulang dan sesudah itu Ia naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Yesus
memiliki ciri berdoa seorang diri, seperti berdoa di taman (Mat 26:36). Dengan
berdoa sendirian itu Yesus dapat merasakan secara mendalam dan diri-Nya
sebagai Putera Allah di hadapan Bapa di surga. Ciri yang lainnya adalah
persekutuan Yesus dengan Bapa (Luk 2:49) bagi Yesus, persekutuan dengan
Allah Bapa merupakan dasar dalam doa-Nya. Kesatuan intim dengan Allah Bapa
merupakan titik tolak hidup dan tindakan-tindakan Yesus. Dan dalam segala hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
untuk meminta berkat Tuhan (Luk 3:21) peristiwa pembabtisan Yesus di sungai
Yordan, (Luk:6:12) saat Yesus memanggil kedua belas rasul. Ciri-ciri doa Yesus
yang lainnya adalah hubungan antara Yesus dengan Allah Bapa yang dilukiskan
dalam Kitab Suci sebagai hubungan Putera dan Bapa. Doa Yesus bercirikan
menyerahkan diri seutuhnya kepada kehendak Bapa-Nya di surga.
c. Menurut Al. Wahjasudibja Pr
Dalam bukunya yang berjudul Hidup Sejati (Al. Wahjasudibja) menegaskan
bahwa:
Orang yang sudah dibaptis menerima hidup ilahi, ikut serta dalam hidup Allah, maka juga ikut serta dalam imamat Kristus meski secara umum. Maka ia diperkenankan menghadap dan berbicara secara langsung kepada Bapa di surga. Keakraban persatuan itu dinyatakan dalam doa dan ibadat bersama, yang menjadi sumber melimpahnya hidup dan keselamatan. Oleh karena itu hidup mengikuti Kristus harus didasari doa dan ibadat. Bila tidak akan mudah sekali kegiatannya sesat. (Al. Wahjasudibja 1987:90)
Berdoa itu menyatakan iman kepada Allah dengan maksud untuk memuji
Allah dengan penuh rasa syukur. Mencurahkan isi hati kepada Tuhan sebagai sang
pemberi kehidupan. Mendengarkan sabda Tuhan agar selalu melaksanakan
panggilannya dengan setia. Sudah selayaknyalah kita sebagai manusia memuji
dan memuliakan Allah yang telah menciptakan dan memberikan kehidupan
kepada umat manusia. Allah menciptakan manusia tidak serta merta membiarkan
hambanya hidup dalam kekosongan iman dan hingar bingar duniawi, tetapi Allah
mengajak umatnya untuk setia dengan panggilan dan imannya untuk selalu
mengingat dan memuliakan Allah yang telah menciptakannya. Mencurahkan isi
hati, apa yang dialami dan dihayati selama perziarahan hidup kepada Allah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
merupakan bukti bahwa manusia mengakui Allah sebagai yang kuasa dengan
menguji hambanya dengan berbagai macam persoalan (Wahjasudibja Pr, 1987:91)
d. Menurut St. Darmawijaya, Pr
Dalam bukunya St Darmawijaya Pr yang berjudul Mutiara Iman Keluarga
Kristiani (1994:25) menerangkan bahwa “Doa, bukanlah sebuah mantra ataupun
rumusan untuk dihafal, dan dinyatakan pada saat dibutuhkan. Doa adalah sikap
beriman manusia menanggapi tawaran kasih Allah dalam situasi hidup,
membutuhkan sarana”. Dalam doa, manusia menyapa Allah. Sapaan Allah ini
merupakan inisiatif Allah sendiri untuk mengetuk hati manusia. Inisiatif Allah ini
merupakan rahmat yang disampaikan lewat Sabda, artinya melalui peristiwa-
peristiwa kehidupan yang konkret seperti yang dikisahkan Yesus dalam Perjanjian
Baru untuk mewartakan Kerajaan Allah, melalui ciptaan Allah, melalui perbuatan
dan tindakan Allah, melalui sesama, melalui Yesus Kristus, melalui Kitab Suci,
melalui Gereja, melalui sakramen-sakramen. Melalui peristiwa tersebut Allah
berkehendak untuk menyampaikan kehendak-Nya dengan tujuan agar manusia
dapat mengalamai, memahami, menerima, mencintai dan ikut ambil bagian dalam
rencana keselamatan Allah melalui doa.
2. Cara Berdoa
Berdoa merupakan komunikasi dengan Allah maka diperlukan persiapan
ketika hendak berdoa. St Ignasius menganjurkan, agar kita berdiri beberapa
langkah dari tempat kita akan berdoa, dan mengambil waktu sejenak untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
mengingat peristiwa atau kejadian yang telah terjadi. Selain itu perlunya
menyadari betapa agungnya karya ciptaan Allah serta syukur atas anugerah yang
diberikan dalam hidup (Green, 1988:87)
Berdoa itu sebaiknya dengan mantap, percaya kepada Tuhan bahwa
permohonan kita akan dikabulkan. Berdoa sebaiknya juga penuh dengan
ketekunan, terus menerus tanpa merasa pesimis takut kalau doa tersebut tidak
dikabulkan. Berdoa juga sebaiknya dengan hati yang tulus tanpa mengharapkan
pamrih. Berdoa itu mengandaikan kepasrahan dan ketulusan manusia memohon
dan mensyukuri apa yang sudah diberikan kepada hidupnya dengan berserah
kepada Allah, memberikan seluruh hidupnya kepada Allah sebagai tenda
penyerahan diri seutuhnya dan membiarkan Allah yang berkuasa atas dirinya.
(Mat 6:5-8). Rendah hati karena kita ini orang-orang yang berdosa. Sikap rendah
hati ini menunjukkan bahwa manusia itu lemah, tak berdaya dihadapan Allah.
Penuh dengan dosa dan meminta belas kasih kepada Allah yang maha murah (Luk
18:9-14) (Wahjasudibja, 1987:91).
3. Sumber Doa
Sumber doa bagi umat katolik yang utama adalah Sabda Allah. Gereja
menasihati agar semua umat beriman sungguh-sungguh membaca Kitab Suci, dan
sampai kepada suatu pengetahuan yang unggul mengenai Kristus. Kita harus
selalu ingat bahwa doa harus menyertai pembacaan Kitab Suci, supaya terwujud
wawancara antara Allah dan manusia. Sebab kita berbicara dengan-Nya bila
berdoa dan mendengarkan-Nya bila membaca Kitab Suci (KGK 2653).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Menurut agama Kristen, sebetulnya yang berdoa bukanlah manusia,
melainkan roh Allah sendiri. “Kita sendiri tidak tahu bagaimana sebenarnya harus
berdoa, tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita” (Rm 8:2). Itu berarti bahwa kita
berdoa bukan berdasarkan jasa-jasa kita, tetapi berdasarkan kasih sayang Allah
yang berlimpah-limpah. Doa merupakan pernyataan kepercayaan akan kasih
sayang Allah. Maka hanyalah doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan
manusia. Doa adalah ungkapan iman dan tidak dapat dilepaskan dari ungkapan
serta perwujudan iman yang lain (KWI, 1996:194-196).
4. Isi Doa
Dalam kebiasaan Gereja dibedakan dua bentuk doa yang pokok yaitu doa
syukur dan doa permohonan. Doa syukur sebagai ungkapan syukur atas kebaikan
Tuhan. Selain itu bentuk doa syukur juga menyatakan kegembiraan atas kebaikan
manusia kepada manusia atas anugerah-Nya. Hal ini ditegaskan Katekismus
Gereja Katolik no 2637:224 menyatakan bahwa:
Ucapan syukur merupakan ciri khas doa di dalam Gereja, yang dalam perayaan Ekaristi [= ucapan syukur] menyatakan hakikatnya dan terbentuk menurut apa yang dinyatakan itu. Sesungguhnya melalui karya penyelamatan-Nya, Kristus membebaskan ciptaan dari dosa dan kematian, menahbiskannya secara baru dan mengembalikannya kepada Bapa, demi kemuliaan-Nya. Ucapan terima kasih anggota-anggota tubuh mengambil bagian dalam ucapan terima kasih Kepalanya.
Doa permohonan bukan hanya mengajukan suatu permohonan, melainkan
meminta belas kasihan Tuhan supaya memberikan kekuatan untuk terus berjuang
di dunia dengan sebuah pengharapan (KWI, 1996: 197-199). Hal ini ditegaskan
Katekismus Gereja Katolik no 2629:396 menyatakan bahwa:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Dalam Perjanjian Baru kita temukan pelbagai kata untuk permohonan: memohon, meminta, meminta dengan sangat, menyeru, menjerit, berteriak, malahan juga "bergumul dalam doa. Tetapi ungkapan yang paling biasa dan paling cocok adalah "memohon". Dalam doa permohonan terungkap kesadaran akan hubungan kita dengan Allah. Kita adalah makhluk, dan karena itu, bukan asal-usul kita sendiri, bukan tuan atas keberadaan kita, dan juga bukan tujuan kita yang terakhir. Sebagai orang berdosa, kita orang Kristen pun tahu bahwa kita selalu saja memalingkan diri dari Bapa kita. Permohonan itu sendiri sudah merupakan langkah berbalik kepada Allah.
a. Doa Syukur
Puji Syukur dalam bahasa kuno disebut eukharistia, yang merupakan
tanggapan manusia atas anugerah Tuhan atas dirinya. Puji Syukur tidak selalu
mengucap terimakasih atas anugerah yang telah diberikan Tuhan kepada manusia
tetapi mengungkapkan rasa kagum atas kebaikan Tuhan. Tidak heran bahwa
dalam madah Kemuliaan, Gereja juga berdoa: “Kami bersyukur kepada-Mu,
karena kemuliaan-Mu yang besar”. Gereja bersyukur karena kemuliaan Tuhan,
bukan karena anugerah yang telah diterimanya. Puji syukur merupakan
kegembiraan bahwa ada Tuhan. Tentu saja atas kebaikan Tuhan karena anugerah-
anugerah yang telah diberikan-Nya. Mulai dari kisah penciptaan, dan kemudian
bermuara pada sejarah keselamatan melalui Putera-Nya Yesus Kristus, serta Roh
Kudus yang diutus Bapa. Atas anugerah itu orang Kristiani memuji dan
memuliakan Tuhan. Bersyukur berarti memuliakan kebaikan dan keluhuran Allah.
(KWI, 1996:197)
Hidup dirasa memiliki kekuatan bila orang merasakan bahwa Tuhan yang
mencintai sungguh hadir dan dekat dalam dirinaya. Sesungguhnya Allah selalu
dekat dan terlibat dalam hidup manusia. Rasa dekat dengan Allah sendiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
memberikan kekuatan kepada Manusia untuk selalu bersyukur dan menghadapi
konflik dalam hidupnya. Karena pada kenyataannya, manusia diperlemah dan
dihambat untuk tumbuh dan berkembang karena tidak dapat berdamai dengan
pengalaman-pengalaman tertentu. Bersyukur, berarti mampu melihat Allah yang
tetap menyertai dan membuat orang mampu melihat iman dalam dirinya sekaligus
menerima kenyataan dalam peristiwa yang terjadi dalam hidupnya (Darminta,
1997:51).
Doa puji syukur lahir dari ingatan atas kebaikan-kebaikan Allah yang telah
dilakukan-Nya bagi umat-Nya dan dilakukan demi keselamatan orang-orang yang
dicintai-Nya. Dalam doa puji syukur itu, manusia berterimakasih atas rahmat
penciptaan (Mzm 67) ataupun atas peristiwa penyelamatan yang telah dialaminya
(Darminta, 1983:15).
b. Doa Permohonan
Doa permohonan adalah doa yang diajarkan oleh Yesus sendiri kepada
murid-murid-Nya. Doa permohonan yang ajarkan oleh Yesus adalah sebagai
berikut:
Pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya: "Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya." Jawab Yesus kepada mereka: "Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu. Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kami pun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan." (Luk 11:1-4)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Semua ajaran doa akan terus berkaitan erat dengan soal doa permohonan
dan bagaimana kita memohon kepada Allah. Tentunya dalam memohon sesuatu
kepada Allah, manusia memohon dengan penuh belas kasih dan kerendahan hati.
Bukan semata-mata agar permohonan kita dikabulkan, tetapi lebih menyadari
bahwa manusia adalah makhluk yang lemah dihadapan Tuhan. Maka, yang
pertama-tama dimohon adalah pengampunan dan belas kasihan Tuhan karena
dosa manusia merupakan sumber kemalangan yang terbesar. (KWI, 1996:197-
198)
Doa permohonan memiliki kekuatan tertentu untuk membangun hidup kita
di dalam Tuhan. Doa permohonan, kalau dilihat dari segi dinamika manusia dan
kebutuhannya untuk membangun hidup, yaitu perlunya memiliki pengalaman
dicintai dan berharga. Pada dasarnya merupakan ungkapan kerinduan untuk
mengalami dan meyakini bahwa dirinya sungguh berharga dan dicintai. Yang
utama bukanlah soal meminta-minta melainkan Allah yang mencintai (Darminta,
1997:47-48).
5. Bentuk Doa
Berdoa berarti berkata jujur menyatakan isi hati di hadapan Tuhan. Dalam
Tradisi katolik mengenal tiga cara utama mengungkapkan doa, antara lain doa
lisan, doa renung, dan doa batin. Ketiga bentuk doa tersebut menuntut ketenangan
hati. Katekismus Gereja Katolik art 7 mengungkapkan bahwa bentuk doa antara
lain:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
a. Doa lisan
Doa ini berbentuk kata-kata, baik yang dipikirkan maupun yang diucapkan.
Tetapi yang terpenting ialah bahwa hati selalu hadir di depan Dia. Kebutuhan
untuk mengikutsertakan pancaindera lahiriah yang sejalan dengan tuntunan kodrat
manusiawi. Kita adalah tubuh dan roh, dan merasakan kebutuhan untuk
menyatakan perasaan kita. kita harus berdoa dengan seluruh diri kita, supaya
sebanyak mungkin memberikan kekuatan kepada permohonan kita.
b. Doa renung
Doa renung atau meditasi, pada dasarnya adalah suatu pencarian. Tuhan
mengajak kita untuk menemukan Dia dalam keheningan dan mengajarkan kita
untuk memiliki sikap kerendahan hati dan iman untuk menemukan dan menilai di
dalam meditasi gerakan-gerakan hati. Metode-metode meditasi sangat beragam
tetapi satu metode hanyalah merupakan satu penuntun. Yang terpenting adalah
ialah maju bersama Roh Kudus menuju Yesus Kristus, jalan doa satu-satunya.
Meditasi memakai pikiran, daya khayal, gerak perasaan dan kerinduan. Usaha
penting ini untuk menggerakkan pertobatan hati dan memperkuat kehendak guna
mengikuti Yesus Kristus.
c. Doa batin
Doa batin adalah ungkapan sederhana misteri doa. Doa batin merupakan
anugerah yang hanya dapat diterima dalam kerendahan hati dan kemiskinan. Doa
batin adalah puncak doa karena di dalam doa batin kita merasakan kekuatan Allah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
melalui Roh-Nya. Kontemplasi ialah memandang Yesus dengan penuh iman,
kontemplasi memandang misteri kehidupan Kristus dan dengan demikian
memperoleh pengertian batin mengenai Tuhan untuk mencintai-Nya lebih
sungguh dan mengikuti-Nya dengan lebih baik lagi.
d. Doa pribadi
Doa pribadi terarah pada Allah dengan menyerahkan diri kepada-Nya. Doa
merupakan hubungan pribadi dengan Tuhan maka doa pribadi dilakukan seorang
pribadi kepada Allah seperti yang diungkapkan dalam Mat 7:7 “Mintalah maka
akan diberikan kepadamu, carilah maka kamu akan mendapat, ketoklah maka
pintu akan dibukakan bagimu”. Ketika melaksanakan doa pribadi janganlah doa
permohonan dipusatkan pada keinginan, tetap kepada kebaikan Tuhan dan
memohon belas kasih Tuhan atas segala dosa-dosa yang telah dilakukan (Jacobs,
2004:39).
6. Doa bersama
Doa bersama adalah doa yang dilakukan secara bersama-sama, seperti yang
telah Tuhan Yesus ungkapkan kepada para murid-Nya:
“Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka." (Mat 18:19-20)
Doa bersama menampakkan bentuk persatuan dan persekutuan para warga
dalam Gereja Kristus. Semua bentuk doa tersebut baik, karena merupakan hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
perjuangan manusia menanggapi panggilan Allah sekaligus komunikasi kepada
Tuhan. Doa merupakan bagian pengalaman hidup rohani seseorang yang terjadi
karena rahmat Allah kepada manusia. Di dalam doa bersama, orang merasakan
kehadiran Allah di tengah-tengah mereka dan bersatu dalam doa tersebut.
Doa bersama merupakan sarana dalam membangun kebersamaan antara
manusia dengan Allah dan memampukan manusia untuk membangun kehidupan
cinta dan relasi dengan orang lain dalam cinta kasih. Doa bersama juga berarti
mengangkat hati secara bersama-sama, mengarahkan hati kepada Tuhan dan
menyatakan diri dengan rendah hati sebagai anak Allah dan mengakui-Nya
sebagai Bapa. Dari pengertian mengenai doa bersama di atas maka, pengertian
doa bersama merupakan salah satu bagian dari pendidikan iman yaitu adanya
suatu gerak hati umat beriman yang rindu untuk berkumpul dan berhimpun
bersama dalam suasana persaudaraan dan cinta kasih untuk bersama-sama
mengarahkan hati dan pikirannya kepada Tuhan melalui madah, pujian, doa-doa
dan ungkapan hati.
a. Doa bersama dalam Keluarga Katolik
Keluarga merupakan Gereja Kecil di mana setiap anggota keluarga
berkumpul dalam satu iman dan melakukan doa bersama. Keluarga melakukan
doa bersama sebagai bentuk persatuan dan kesatuannya dengan Allah dan dengan
Gereja dalam bentuk doa bersama. Yesus Kristus telah mengajarkan kepada kita
tentang doa yang baik, yaitu pertobatan hati, berdoa dalam iman dan dalam
keberanian memohon anak kepada Bapa-Nya (KGK. 2606-2610). Di dalam doa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
bersama dalam keluarga dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk seperti doa
rosario bersama seluruh anggota keluarga, doa sebelum dan sesudah makan, doa
malaikat Tuhan, doa bersama dengan intensi khusus keluarga seperti saat anak
akan ujian kelulusan maupun ulangtahun. Doa bersama dalam keluarga
merupakan sebuah dinamika bersama keluarga yang terjalin di antara semua
anggota keluarga dengan tujuan untuk saling menguatkan dan meneguhkan dalam
hal iman.
b. Doa bersama di Lingkungan
Sebagai seorang yang beriman, tentu saja manusia memiliki relasi dengan
orang-orang disekitarnya, khususnya dengan orang yang seiman untuk melakukan
doa bersama di lingkungan maupun di Gereja. Salah satu kegiatan pokok yang
pasti terjadi dalam lingkungan adalah kegiatan doa bersama yang merupakan
suatu agenda khusus yang dilaksanakan bersama keluarga-keluarga di lingkungan
untuk melaksanakan doa bersama. Seperti doa rosario bersama, perayaan Ekaristi
di lingkungan, ibadat pemberkatan rumah, dan doa arwah (Nambo, 1980:4-5).
Keluarga bersama-sama dengan lingkungan berdoa bersama dalam satu ujud
yang sama, misalnya doa arwah untuk mendoakan arwah yang sudah meninggal.
Meskipun berbeda corak dan bentuk doa bersama di lingkungan, namun akan
selalu ada bentuk persatuan dan persekutuan di tengah umat beriman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
B. Keluarga Katolik
Keluarga Katolik harus berjuang pada masa kini, tetap diwarnai ciri-ciri
perjuangan Yesus Kristus dan kemudian dicerna dalam tradisi kehidupan iman
kristiani. Perjuangan hidup orang katolik bukan perjuangan yang mudah, namun
sesuatu yang indah. Perjuangan dan semangat besar itulah yang hendaknya
diwariskan kepada generasi muda.
Pewarisan nilai-nilai perjuangan tersebut pada awalnya terlaksana di dalam
keluarga. Keluarga sebagai “persemaian” nilai-nilai perjuangan iman Kristiani
tersebut hendaknya merupakan lahan subur, penuh daya kehidupan yang
mengembangkan untuk mencapai lahan subur itulah, harus dicari, dilengkapi, dari
segala penjuru. Keluarga Kristiani yang peka akan panggilannya, tentu akan
mengusahakan semua itu dengan kebesaran hati (St. Darmawijaya 1994:21).
Keluarga juga merupakan persekutuan pribadi-pribadi (FC 1981:29).
Dalam pernikahan dan keluarga dibentuk suatu kompleks hubungan-hubungan
antar pribadi yang hidup menjadi suami istri, bapak, ibu, hubungan anak dan
persaudaraan. Melalui relasi-relasi itu setiap keluarga diintegrasikan ke dalam
“keluarga manusia” dan “keluarga Allah”, yakni Gereja. Pernikahan dan keluarga
kristiani membangun gereja sebab keluarga manusia tidak hanya menerima
kehidupan dan secara berangsur-angsur memasuki persekutuan manusiawi.
Melalui pembabtisan dan pembinaan iman anak juga diajak untuk memasuki
keluarga Allah, yakni Gereja. Perintah untuk berkembang biak dan berlipat ganda,
yang pada awal mula diberikan kepada pria maupun wanita dengan demikian
mencapai seluruh kebenarannya dan realisasi sepenuhnya. Begitulah Gereja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
menemukan keluarga yang tumbuh dari sakramen, tempat kelahiran serta
lingkungannya untuk memasuki generasi-generasi manusia untuk memasuki
gereja (Familiaris Consortio art 15).
1. Pengertian Keluarga Katolik
Keluarga merupakan anugerah Allah yang pantas untuk diterima,
dihormati, disyukuri, dipertahankan dan diperkembangkan dalam hal iman.
Pengertian keluarga secara lebih luas dapat dibedakan menjadi keluarga inti yaitu
terdiri dari ayah, ibu dan anak. sedangkan keluarga dekat adalah saudara
sekandung dari ayah dan ibu yang seketurunan dalam garis kakek dan nenek.
Keluarga merupakan sel pertama dan terpenting dalam masyarakat, oleh karena itu, keluarga merupakan tempat asal dan sarana untuk mewujudkan masyarakat yang semakin manusiawi, yang di dalamnya terdapat nilai-nilai kebajikan, dipelihara, dilaksanakan dan diteruskan ke generasi berikutnya (Familiaris Consortio art 45-46)
Dalam kutipan dari Dokumen Familiaris Consortio tersebut jelas bahwa
keluarga merupakan tempat yang pertama dan utama dimana sebuah keluarga
tumbuh dan berkembang. Hubungan erat antara keluarga dan masyarakat meminta
agar keluarga bersikap terbuka dan membawakan sumbangannya bagi masyarakat
serta pengembangannya. Begitu pula supaya masyarakat jangan pernah
mengabaikan tugas fundamentalnya menghormati dan mendukung keluarga-
keluarga. Keluarga dan masyarakat berperanan saling melengkapi dalam membela
serta mengembangkan kesejahteraan setiap orang. masyarakat dan negara harus
mengakui bahwa keluarga ialah rukun hidup yang mempunyai hak aslinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
tersendiri. Negara dan masyarakat mendukung peranan dan prakarsa yang diambil
oleh keluarga-keluarga secara bertanggung jawab.
Hidup berkeluarga adalah suatu hal yang dikehendaki Allah dengan
bersatunya pria dan wanita dalam sebuah sakramen perkawinan. Manusia
pertama-tama diciptakan pria dan wanita yang saling dipertemukan dalam satu
ikatan cinta. Keluarga pertama itu menerima tugas hidup saling mencinta dalam
keluarga dan menjamin kelangsungan umat manusia, dengan ikut serta
menciptakan manusia baru yang lahir berkat cinta kasih dan tumbuh menjadi
manusia utuh dewasa berkat pembinaan dengan cinta kasih pula. Keluarga
dikuduskan oleh teladan keluarga kudus dan sakramen perkawinan. Mau
menerima sakramen perkawinan berarti mau menerimanya, mau menguduskan
keluarganya. Inilah yang menjadi tugas panggilannya, namun juga daya
kekuatannya. (Al. Wahjasudibja Pr, 1987:109-110).
2. Keluarga adalah Gereja Rumah Tangga
Dalam 1 Kor 13:4-7 dijelaskan bahwa persekutuan cinta kasih dalam
keluarga yang terdiri dari orang tua dan anak yang dibabtis menjadi perwujudan
ideal yang sering diistilahkan dengan ecclesia domestica (Gereja Rumah Tangga).
Persekutuan yang dibentuk oleh semangat cinta kasih dari sang suami kepada
isteri dan anak-anak, begitu juga sebaliknya. Cinta kasih dalam keluarga tidak
mementingkan dirinya sendiri, melainkan mau berkorban untuk keluarganya dan
bertindak secara adil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Sakramen babtis menjadikan suami istri dan anak-anak menerima dan
memiliki tiga martabat Kristus sekaligus yaitu martabat kenabian, imamat dan
rajawi. Dengan martabat kenabian, mereka mendapat rahmat mewartakan Injil,
dengan martabat imamat mereka mendapat tugas untuk menguduskan hidup
terutama dalam menghayati sakramen-sakramen dan hidup doa, dan dengan
martabat rajawi, mereka memiliki tugas untuk melayani sesama (KWI, Pedoman
Pastoral Keluarga, 2011: 15). Keluarga menjadi anggota Gereja dan terlibat
dalam membangun Gereja karena keluarga merupakan komunitas basis gerejawi
yang ikut ambil bagian dalam pengembangan Gereja dengan kesaksian iman
sekaligus mengambil karya penyelamatan Allah. Keluarga adalah sungguh-
sungguh Gereja Rumah Tangga karena mengambil bagian dalam lima tugas
Gereja yakni seperti yang diungkapkan dalam KWI (2011:15-17) sebagai berikut:
a. Persekutuan (Koinonia)
Keluarga adalah persekutan seluruh hidup antara seorang laki-laki dan
seorang perempuan berdasarkan perjanjian yang telah diungkapkan dalam
sakramen perkawinan dan diperluas dengan hadirnya seorang anak dan keluarga
besar. Ciri pokok persekutuan tersebut adalah hidup bersama berlandaskan cinta
dan kasih sayang serta kesediaan untuk saling mengembangkan pribadi satu sama
lain. Persekutuan dalam keluarga diwujudkan dengan menciptakan kebersamaan
yaitu melalui doa bersama, kesetiaan saat suka maupun duka, sehat maupun sakit,
untuk maupun malang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
b. Liturgi (Leiturgia)
Kepenuhan keluarga katolik tercapai dalam sakramen dan hidup doa karena
keluarga dapat bertemu dan berdialog dengan Allah. Bersama-sama dengan Allah,
keluarga menguduskan dan dikuduskan oleh Allah bersama jemaat gerejawi dan
dunia. Melalui sakramen perkawinan sepasang suami isteri menjadi dasar
panggilan dan tugas perutusan dunia. Melalui perjanjian dalam sakramen
perkawinan, sepasang suami isteri mempunyai tanggung jawab membangun
kesejahteraan rohani dan jasmani keluarganya dengan doa dan karya. Doa dalam
keluarga yang dilakukan akan memberikan kekuatan iman dalam hidu p mereka
terutama ketika mereka sedang menghadapi kesukaran dan membuahkan berkat
rohani yaitu relasi mesra dengan Allah.
c. Pewartaan Injil (Kerygma)
Keluarga merupakan Gereja Rumah Tangga sehingga ikut ambil bagian
dalam pewartaan Injil di tengah masyarakat. Mewartakan Injil tersebut hendaklah
dengan mendengarkan, penghayatan, pelaksanaan dan mewartakan Sabda melalui
kesaksian dalam keluarga. Keluarga seperti Gereja, harus menjadi wadah Injil
untuk diwartakan dan menyadari tugas perutusan sehingga bukan hanya orang tua
saja yang mewartakan Injil kepada anak-anaknya, tetapi anak-anak juga ikut ambil
bagian dalam mewartakan Injil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
d. Pelayanan (Diakonia)
Keluarga merupakan persekutuan cinta kasih, maka keluarga dipanggil
untuk mengamalkan cinta kasih itu melalui pengabdian kepada masyarakat dan
Gereja terutama kepada mereka yang miskin, lemah, dan terlantar. Dengan
semangat pelayanan yang tinggi, keluarga katolik menyediakan diri untuk
melayani setiap orang sebagai pribadi dan anak Allah. Pelayanan keluarga ini
hendaknya memberdayakan mereka yang dilayani dengan tujuan untuk
memandirikan manusia yang dilayani.
e. Kesaksian iman (Martyria)
Setiap keluarga hendaknya berani untuk memberikan kesaksian iman di
tengah masyarakat melalui perkataan maupun tindakannya dan siap menanggung
resiko yang muncul dari imannya tersebut. Kesaksian iman itu dilakukan dengan
berani menyuarakan kebenaran, bersikap kritis terhadap berbagai tindakan
ketidakadilan dan tindak kekerasan yang merendahkan martabat manusia serta
merugikan masyarakat umum.
3. Tugas dan peranan Keluarga Kristiani
Rencana Allah tidak hanya menyerukan makna keluarga tetapi juga
peranannya, yaitu dengan melakukan apa yang harusnya di lakukan. Suami istri
adalah sepasang pria dan wanita yang telah disatukan oleh Allah, sehingga mereka
tidak lagi dua melainkan satu (Mat 19). Kepada mereka berdua itulah Allah
menyerahkan anak, sebagai sebuah “titipan” dari-Nya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Sebagai komunitas hidup yang penuh cinta, menurut sinode Para Uskup
Gereja mempunyai empat tugas yakni:
a. Membentuk Komunitas Pribadi-Pribadi
Cinta merupakan dasar dan tujuan keluarga. Keluarga harus
memperkembangkan cinta, agar ia bertumbuh menjadi komunitas antarpribadi
yang saling mencintai (FC 18). Unsur pemersatu yang utama adalah cinta kasih
seorang ayah dan ibu kepada anak-anaknya tanpa cinta kasih itu, keluarga
bukanlah rukun hidup antar pribadi dan keluarga tidak dapat hidup serta menjadi
persekutuan pribadi-pribadi. Orang tua mencurahkan cinta kasihnya kepada anak-
anak seperti cinta yang menghubungkan Kristus dengan Gereja. Cinta orang tua
juga berciri tidak pernah putus, karena penuhnya cinta itu untuk kesejahteraan
anak dan karena dikehendaki oleh Allah menjadi lambang cinta Allah bagi
umatnya. Sejak di dalam rahim, anak harus dicintai martabatnya sebagai pribadi
diakui dan diperhatikan pertumbuhan serta hak-hak yang ada dalam dirinya
seperti dalam FC art 26 yang mengatakan bahwa:
Dalam keluarga, yakni persekutuan pribadi-pribadi, perhatian khusus perlu diberikan kepada anak-anak, dengan mengembangkan penghargaan yang mendalam terhadap martabat pribadi mereka, serta sikap sungguh menghormati dan memperhatikan sepenuhnya hak-hak mereka. Itu berlaku bagi setiap anak, tetapi menjadi semakin mendesak, semakin anak masih kecil dan semakin ia memerlukan segalanya bila ia sakit, menderita atau menyandang cacat.
Sudah sepantasnyalah, orang tua sebagai pendidik utama memperhatikan
anak-anaknya dengan memupuk rasa percaya diantara anggota keluarga dan
menjalin komunikasi yang baik antar anggotanya. Dengan memupuk rasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
kepedulian serta perhatian kepada anak-anaknya berarti Gereja telah
melaksanakan perutusannya yang mendasar. Sebab Gereja dipanggil untuk
memberikan teladan terhadap keluarga-keluarga seperti yang telah diperintahkan
Kristus Tuhan. Demikianlah cinta yang luas antara orang tua dan anak-anak,
kakak dan adik serta dengan anggota keluarga lainnya yang dapat membimbing
keluarga kepada suatu persekutuan yang lebih mendalam. Hal ini menjadi dasar
dan jiwa dari persekutuan keluarga. (Al Purwa Hardiwardoyo, 2013:95-96).
Sikap-sikap menerima, kasih, penghargaan dan kepedulian dibidang
jasmani, emosional, pendidikan dan rohani kepada anak-anak yang telah
dilahirkan harus memiliki ciri khusus dan hakiki terkhusus untuk keluarga
Katolik. Dengan demikian anak-anak akan bertambah iman dan kedewasaannya,
semakin dikasihi Allah dan manusia di sekelilingnya sehingga nantinya mereka
dapat memberikan sumbangan yang berharga untuk lingkungannya maupun untuk
orang tuanya (Widyamartaya, 1994:55).
Keluarga adalah komunitas pertama dan asal mula keberadaan seriap
manusia dan merupakan persekutuan pribadi-pribadi (communio personarum)
yang kehidupannya berdasarkan cinta kasih. Kasih sejati yang ada dalam keluarga
akan membuahkan kebaikan bagi semua anggota keluarga. Maka setiap pribadi
dalam keluarga semestinya mewujudkan cinta kasih yang sejati melalui tindakan
konkret untuk kebahagiaan dan kesejahteraan setiap anggota keluarganya.
Persekutuan pribadi-pribadi itu terjadi atas dasar pilihan dan keputusan sadar dan
bebas antara seorang laki-laki dan seorang perempuan dan diungkapkan dalam
sebuah sakramen perkawinan. Mereka bersedia meninggalkan segalanya termasuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
orang tuanya dan bersatu menjadi sepasang suami dan isteri, “sebab itu seorang
laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya,
sehingga keduanya menjadi satu daging” (Kej. 2:24; Mat 19:5-6a). Suami isteri
dipanggil untuk menjadi persekutuan pribadi-pribadi dan melahirkan anak-anak
yang akan memperluas persekutuan pribadi tersebut. Kehadiran anak-anak dalam
keluarga merupakan anugerah nyata yang sangat berharga dan sekaligus
memahkotai cinta kasih dalam perkawinan. Maka selayaknyalah anak-anak
dicintai dihargai, diterima sepenuhnya dan dikembangkan sebaik mungkin oleh
orang tuanya. Cinta kasih dalam keluarga merupakan kekuatan keluarga yang
utama, karena tanpa cinta kasih keluarga tidak akan mengalami dan merasakan
kerukunan dan kesejahteraan dalam keluarga serta tidak dapat menyempurnakan
hidup sebagai persekutuan pribadi-pribadi (KWI, 2011:11-12).
b. Mengabdi Kehidupan
Cinta suami istri bersifat subur, baik dalam arti menurunkan anak, maupun
dalam arti membuahkan kekayaan moral dan spiritual. Dengan menciptakan pria
maupun wanita menurut gambar dan rupa-Nya. Allah menyempurnakan manusia
dengan mengambil bagian istimewa dalam kasih dan kuasa-Nya sebagai pencipta
dan Bapa, dengan bekerja sama secara bebas dan bertanggung jawab dalam
meneruskan anugerah hidup manusiawi melalui sakramen perkawinan dan
berkembang biak (Prokreasi). Maka tugas utama keluarga adalah melayani hidup,
mewujudkan dalam sejarah berkat sejati Allah yakni meneruskan citra ilahi Allah
ke orang-orang dengan menurunkan anak. (Widyamartaya, 1994:57)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Tugas untuk memberikan pendidikan yang berakar dari panggilan utama
orang-orang yang menikah untuk mengambil bagian dalam karya penciptaan
Allah. Prokreasi juga meliputi pendidikan anak-anak. tugas dan kewajiban orang
tua untuk mendidik anak-anak mereka merupakan hak yang esensial, orisinal dan
primer dalam Familiaris Consortio art 36 menguraikan bahwa:
Hak maupun kewajiban orang tua untuk mendidik bersifat hakiki, karena berkaitan dengan penyaluran hidup manusiawi. Selain itu bersifat asali dan utama terhadap peran serta orang-orang lain dalam pendidikan, karena keistimewaan hubungan cintakasih antara orang tua dan anak-anak. lagi pula tidak tergantikan dan tidak dapat diambil alih, dan karena itu dapat diserahkan sepenuhnya kepada orang-orang lain atau direbut oleh mereka.
Anak-anak perlu dididik dalam nilai-nilai dasar, yakni dalam hal iman.
Pendidikan iman ini jangan dilupakan karena iman adalah unsur yang paling
mendasar. Begitu mendasar sehingga merupakan ciri khas peranan orang tua
selaku pendidik yang utama. Dengan cinta kasih mereka sebagai orang tua yang
mewujudkan sepenuhnya dalam tugas mendidik. Karena tugas itulah yang
menyempurnakan dan melengkapi pengabdian kehidupan dalam keluarga. Cinta
kasih orang tua merupakan prinsip yang menjiwai dan karena itu norma yang
mengilhami serta mengarahkan segala kegiatan pendidikan dalam keluarga.
Karena sakramentalitas perkawinan mereka, suami isteri merupakan guru dan ibu
dalam bidang iman, merupakan pelayan gereja dalam bidang iman. Orang tua
merupakan pewarta Injil bagi anak-anaknya yang membantu mereka sampai
kepada Kristus dengan bantuan Roh Kudus. Namun keluarga bukanlah pendidik
satu-satunya. Keluarga harus terbuka untuk bekerja sama dengan Gereja dan
Negara, yang membantu keluarga itu. Orang tua juga perlu bekerja sama dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
para guru dan pengelola sekolah-sekolah (Dr. Al Purwa Hardiwardoyo, MSF
2013:97).
c. Ikut serta dalam Pembangunan Masyarakat
Keluarga merupakan sel masyarakat yang pertama, yang menjadi dasar dan
faktor penumbuh masyarakat terutama melalui pelayanan yang berdasarkan cinta
kehidupan. Pengalaman hidup bersatu dan berbagi yang semestinya mencirikan
hidup keluarga sehari-hari merupakan sumbangan keluarga yang pertama dan
mendasar bagi masyarakat. Keluarga mempunyai peran yang penting dalam
masyarakat karena keluarga merupakan landasan masyarakat dan selalu
menghidupi masyarakat melalui peranannya sebagai pelayan kehidupan (A.
Widyamartaya, 1994:82).
Keluarga menjadi dasar dari pembangunan masyarakat karena ikut ambil
bagian dalam mengembangkan peranan pengabdian kepada kehidupan. Konsili
Vatikan II dalam Dekrit Apostolicum Actuositatem tentang Kerasulan Awam art
11 menyatakan bahwa:
Karena pencipta alam semesta telah menetapkan persekutuan suami isteri menjadi asal mula dan dasar masyarakat manusia, maka keluarga merupakan sel pertama dan sangat penting bagi masyarakat.
Dalam rangka pembangunan hidup bermasyarakat keluarga katolik
hendaknya mempunyai keterbukaan, toleran, dan menghargai pluralitas yang ada.
Pluralitas ini tidak hanya terjadi pada masyarakat luas, namun juga dialami dalam
keluarga. Selain itu juga perlu dikembangkan prinsip solidaritas yang dapat
terwujud dalam semangat gotong-royong. Dalam semangat gotong royong itulah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
keluarga secara konkret menyumbangkan keutamaan hidup dan nilai-nilai
kemanusiaan yang luhur (KWI, 2011:18-19).
Keluarga begitu penting dalam kehidupan dan kesejahteraan masyarakat,
maka masyarakatpun berkewajiban untuk membantu dan menguatkan keluarga-
keluarga lain. Keluarga dan masyarakat mempunyai fungsi yang saling
melengkapi dalam membela dan mengembangkan kebaikan setiap dan semua
orang. Hal ini ditegaskan dalam FC 48 bahwa:
Persekutuan rohani antara keluarga-keluarga kristen yang berakar dalam iman serta harapan bersama dan dijiwai oleh cinta kasih, merupakan daya kekuatan batin yang menimbulkan, menyebarkan dan mengembangkan keadilan, rekonsiliasi, persaudaraan serta damai antar manusia. Selaku Gereja mini, keluarga kristen diharapkan seperti Gereja semesta menjadi lambang kesatuan bagi dunia dan dengan demikian menunaikan peranan kenabiannya dengan memberi kesaksian tentang Kerajaan Allah serta damai Kristus, tujuan peziarahan seluruh dunia.
d. Turut serta dalam Hidup dan Perutusan Gereja
Keluarga Kristen wajib ikut membangun Gereja dengan membentuk dirinya
menjadi “Gereja kecil”. Keluarga dibantu gereja lewat pewartaan Injil dan
peneguhan iman. Keluarga dipanggil untuk pengabdian demi kemajuan Kerajaan
Allah dengan ikut menghayati visi dan misi Gereja dengan mewartakan Injil lebih
lanjut. Gereja mendengar dan menerima sabda Tuhan serta mewartakannya
kepada orang lain. Sebagai persekutuan yang penuh dengan cinta dan kasih sejati,
orang tua secara khusus menerima kabar baik bahwa kehidupaan keluarga dan
perkawinan diberkati oleh Kristus sendiri. Hanya didalam iman, keluarga
menyadari bahwa keluarga adalah perjanjian cinta antara Tuhan dengan umat
manusia dan antara Yesus Kristus dengan Gereja sekaligus tempat untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
memperbaharui iman dan sakramen-sakramen. Maka, keluarga Kristiani
hendaklah bersama-sama dengan Kristus menghayati pengabdian kepada
masyarakat, Gereja dan dunia. Dengan diberkati oleh Roh Kudus dan semangat
cinta kasih dalam iman keluarga mengabdikan diri untuk merasul dan
menjalankan kegiatan-kegiatan pengabdian dalam Gereja maupun dalam
masyarakat. Dalam FC 50 ditegaskan bahwa:
Selain itu keluarga Kristen membangun Kerajaan Allah dalam sejarah melalui kenyataan sehari-hari, yang berkaitan dengan status hidupnya serta termasuk kekhasannya. Dengan kata lain, dalam cintakasih antara suami isteri, serta para anggota keluargalah, cinta kasih yang dihayati beserta seluruh kekayaan yang luar biasa berupa nilai-nilai dan tuntutan-tuntutannya: sifatnya sebagai keseluruhan, kesatuan, kesetiaan serta kesuburannya, disitulah diungkapkan dan diwujudkan partisipasi keluarga Kristen dalam misi kenabian, keimanan dan rajawi Yesus Kristus beserta Gereja-Nya. Oleh karena itu cintakasih dan kehidupan merupakan intipati perutusan penyelamatan keluarga Kristen dalam Gereja dan bagi Gereja.
Orang tua sebagai pendidik dalam keluarga tidak hanya sekedar
mengkomunikasikan iman kepada anak-anak. keluarga turut ambil bagian dalam
menghayati tugas kenabian dengan menyambut dan mewartakan sabda, terutama
untuk anak-anak mereka dengan pengahayatan mereka yang mendalam. Begitulah
tanggapan keluarga dalam menanggapi panggilan hidup berkeluarga dengan
menjalankan tugas kenabiannya setulus hati dan keluarga akan semakin
berkembang dan bertumbuh sebagai persekutuan yang beriman dan mewartakan
Injil di tengah masyarakat (FC 51).
Pewartaan Injil dari orang tua kepada anaknya, tidak hanya berlangsung saat
anak-anak masih kecil tetapi tetap mewartakan Injil kepada anak-anak pada usia
remaja dan usia muda mereka sekalipun anak-anak menolak iman Kristiani yang
diterimanya. Seperti Gereja mewartakan Injil ke seluruh dunia, tidak selalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
berjalan dengan mulus. Tetapi menemukan banyak luka dan derita, banyak
penolakan-penolakan dan protes keras. Keluarga juga mengalami hal yang sama
dalam mewartakan Injil kepada anak-anaknya dan keluarga dituntut untuk berani
menghadapi dengan keheningan hati yang penuh dengan kesukaran-kesukaran
yang ada dalam diri anak-anak mereka sendiri dalam pelayanan mewartakan Injil.
(FC 54).
Melihat kesukaran-kesukaran pewartaan iman dalam keluarga, orang tua
haruslah bijaksana dalam menyikapi segala tantangan dengan membantu anak-
anak dalam memilih panggilan hidup. Keluarga-keluarga Kristiani
mempersembahkan sumbangan istimewanya untuk kepentingan misioner Gereja
dengan memupuk panggilan-panggilan misioner diantara anak-anak mereka
dengan mewartakan Injil dan memberikan pelayanan kepada sesama dengan kasih
Yesus Kristus (Widyamartaya, 1994:100).
4. Peranan doa ditinjau dari dokumen Familiaris Consortio
Gereja mendoakan keluarga Kristen untuk membina keluarga, supaya hidup
sesuai kepenuhannya dengan rahmat yang telah Tuhan berikan melalui sakramen
Perkawinan. Hendaknya juga keluarga kristiani bersatu dalam doa, baik sebagai
suami isteri sebagai orang tua dan anak-anak, karena hal ini merupakan tanggung
jawab dari orang tua. Banyak kesempatan untuk bersatu dalam doa dan semua itu
merupakan saat-saat Tuhan menyentuh kehidupan keluarga secara khusus. Tuhan
memanggil keluarga untuk berdoa bersama dengan caranya tersendiri, melalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
kesukaran-kesukaran hidup yang dilalui oleh keluarga dan membawa kesukaran
tersebut dalam doa.
Doa dalam keluarga mempunyai ciri-cirinya sendiri yaitu doa yang
dipanjatkan bersama-sama yang terdiri dari suami, isteri, dan anak-anak. Doa
bersama ini dilakukan bukan hanya semata-mata karena mendapat kesukaran-
kesukaran dalam hidup, tetapi lebih menyadari bahwa keluarga terikat kepada
persekutuan yang telah dipersatukan Allah dalam sakramen perkawinan yang
diterimakan oleh suami dan isteri, sedangkan sakramen babtis diterima oleh anak-
anak (FC 59).
Ada ikatan yang mendalam dan penting antara Gereja dengan orang
beriman seperti yang dinyatakan dalam Sacrosantum Consilium mengenai Liturgi
Suci yang menegaskan bahwa:
Akan tetapi hidup rohani tidak tercakup seluruhnya dengan hanya ikut serta dalam liturgi. Sebab semua manusia Kristiani yang memang dipanggil untuk berdoa bersama, toh harus memasuki biliknya juga untuk berdoa kepada Bapa di tempat yang tersembunyi. Bahkan menurut amanat Rasul Paulus ia harus berkajang dalam doa. Dan Rasul itu juga mengajar, supaya kita selalu membawa kematian Yesus dalam tubuh kita, supaya hidup Yesus pun menjadi nyata dalam daging kita yang fana. Maka dari itu dalam kurban Misa kita memohon kepada Tuhan, supaya dengan menerima persembahan kurban rohani, Ia menyempurnakan kita sendiri menjadi kurban abadi bagi diri-Nya.
Hal ini merupakan suatu tujuan yang penting bagi keluarga untuk
menghantarkan anak-anaknya pada kebiasaan doa bersama. Maka dibutuhkan
partisipasi selangkah demi selangkah untuk membantu anak kepada kebiasaan doa
dengan mengajarkannya doa sebelum dan sesudah makan, sebelum dan setelah
bangun tidur, saat anggota keluarga dalam keadaan sakit, ulang tahun, dan saat
dalam perjalanan jauh. Terutama mengajarkan anak pada kebiasaan mengikuti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
perayaan ekaristi di gereja pada hari minggu dan pesta, dan perayaan sakramen-
sakramen, khususnya sakramen-sakramen inisiasi Kristiani untuk anak-anak (FC
61). Dengan tetap menghormati kebebasan anak-anak Allah, Gereja selalu
menganjurkan praktik kesalehan tertentu kepada umat beriman dengan perhatian
khusus. Antara lain dengan mengajarkan anak-anak doa-doa dasar seperti yang
diajarkan oleh Bapa dan tradisi Gereja. Doa rosario merupakan doa yang paling
banyak digemari dan dipakai oleh keluarga-keluarga Kristiani (Widyamartaya,
1994:108).
Kesatuan dalam doa jangan sampai terlupakan, karena doa merupakan unsur
pokok kehidupan manusia beriman dipandang dari kepenuhan dan keutamaannya
karena doa merupakan bagian terpenting dalam keluarga sebagai sarana
pembinaan iman anak dan pemersatu anggota keluarga. Dan doa merupakan
ungkapan iman batin setiap manusia dan syarat utama pembebasan roh. Ungkapan
ini ditegaskan dalam FC art 62 yang menyatakan bahwa:
Doa sama sekali bukan semacam pelarian dari kesanggupan-kesanggupan sehari-hari, melainkan merupakan dorongan yang paling kuat bagi keluarga Kristen untuk seutuhnya memikul dan memenuhi segala tanggung jawabnya sebagai sel utama dan mendasar bagi masyarakat manusia. Begitulah partisipasi nyata keluarga Kristen dalam kehidupan serta misi Gereja berada dalam proporsi langsung dengan kesetiaan serta intensifnya doa, ikatan persatuan keluarga dengan poko anggur yang subur, yakni Yesus Kristus Tuhan.
Doa merupakan bentuk penyerahan diri seorang manusia kepada Tuhannya
dengan memohon belas kasihan dan mengucap syukur atas anugerah yang
diberikannya. Maka dari itu, manusia selalu berdoa kepada Bapanya untuk
memikul salib Kristus dari masalah-masalah yang terjadi dalam hidupnya.
Kelebatan buah keluarga Kristiani dalam pelayanan tertuju untuk kemajuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
manusia dengan mengusahakan perubahan dunia, dan berasal dari persekutuan
yang hidup dengan Kristus, yang disuburkan oleh Liturgi, persembahan diri dan
doa (Widyamartaya, 1994:110).
C. Pembinaan Iman Usia Dini
Menjadi murid Kristus menyertakan dinamika untuk membentuk hidup atas
dasar nilai-nilai yang ditawarkan oleh Kristus, kemudian kita diubah oleh nilai-
nilai tersebut dan menjadi serupa dengan Kristus. Proses inilah yang disebut
dengan transformasi diri dalam Kristus. Seseorang yang ingin menjadi pengikut
Kristus hendaknya berani meninggalkan kehidupannya yang lama agar dengan
demikian ia menemukan hidup (Mat 10:37-39; 16:24-25). Ini berarti bahwa kita
memeluk transendensi diri dalam cinta pada Kristus. Hal ini mengandaikan bahwa
kita menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah dan kepada sesama. Hal ini harus
diwartakan dengan jelas dalam tiap tujuan pembinaan agar pembinaan tidak salah
arah. Konsekuensinya adalah Allah menjadi pusat dan arah pembinaan dan ini
terlaksana dalam memeluk nilai-nilai adikodrati seperti sosial, budaya, ekonomi,
politik dan seni. Sebagaimana diungkapkan dalam GS 22. Bila sejak awal
pembinaan dalam keluarga sudah mewartakan dan memusatkan perhatian pada
nilai-nilai rohani agar anak tahu apa yang mereka imani dan mereka hayati. Walau
begitu, tidak cukup dengan hanya mewartakan nilai-nilai rohani saja, tetapi juga
nilai-nilai itu perlu dihayati, diikuti, diwujudkan, dibatinkan dan diitegrasikan
sehingga ia berubah dalam Kristus. Karena pewartaan hanya menyajikan isi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
pengertian nilai, namun belum menyentuh fungsi nilai dalam pertumbuhan
pribadi. (F. Mardi Prasetyo 2000:98).
1. Arti Pembinaan
Mangunhardjana (1986:11-12) dalam bukunya Pembinaan; Arti dan
Metodenya menyatakan pengertian pembinaan sebagai berikut:
Kata pembinaan merupakan terjemahan dari kata Inggris, training yang berarti latihan, pendidikan, dan pembinaan. Pembinaan merupakan bagian dari pendidikan sejauh hal tersebut berhubungan dengan pengembangan manusia. Pembinaan merupakan suatu proses belajar dengan melepaskan hal-hal yang sudah dimiliki dan mempelajari hal yang baru yang belum dimilki sebelumnya, dengan tujuan membantu orang yang menjalaninya sehingga semakin mampu mengembangkan diri secara lebih baik.
Melalui pembinaan terjadi proses belajar mengajar dan peran serta tidak
hanya sekedar mempelajari ilmu baru, tetapi juga mempraktikan ilmu baru yang
didapatnya. Dalam pembinaan, orang dilatih untuk mengenal kemampuannya dan
mengembangkannya dengan tujuan untuk melatih mendapatkan sikap, attitude,
dan keterampilan. Dewasa ini, pembinaan menekankan pengembangan manusia
pada segi praktis yaitu dengan mengembangkan sikap, kemampuan serta
keterampilan. Dalam pembinaan terutama dilatih untuk mengenal lebih jauh
kepribadiannya dan mengembangkannya agar menjadi sosok manusia yang dapat
diandalkan.
“Kalau dirumuskan dalam bentuk definisi, pembinaan adalah suatu proses belajar dengan melepaskan hal-hal yang sudah dimiliki dan mempelajari hal-hal baru yang belum dimiliki, dengan tujuan membantu orang yang menjalaninya, untuk membetulkan dan mengembangkan pengetahuan dan kecakapan yang sudah ada serta mendapatkan pengetahuan dan kecakapan baru untuk mencapai tujuan hidup dan kerja yang sedang dijalani secara efektif” (Mangunharjana 1986:12)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Dalam pembinaan ini berarti melepas apa yang dimiliki (delearning),
berupa pengetahuan dan praktik-praktik dan mempelajari hal-hal baru (learning).
Tujuannya agar orang yang menjalani pembinaan mampu mencapai tujuan hidup
secara lebih efisien dan efektif daripada sebelumnya. Tentu saja, orang yang
membina harus lebih berpengalaman dan diharapkan dapat memberikan efek
positif bagi yang dibina dengan harapan dapat membantu orang yang dibina
menjadi lebih baik dan dapat diandalkan.
2. Pengertian Iman
Iman adalah jawaban atas panggilan Allah, penyerahan secara total antara
pribadi kepada Allah yang menyatakan diri tidak karena terpaksa, melainkan
dengan sukarela. Iman merupakan hubungan pribadi dengan Allah yang hanya
terjadi karena Rahmat Allah. Dalam iman, manusia mengakui bahwa Allah yang
tak terbatas berkenan memasuki dan menuntun hidup manusia yang serba
terbatas. Pengalaman iman merupakan pengalaman yang mendasar dalam hidup
manusia. Dalam pengalaman yang mendasar itulah iman dibangun, penyerahan
diri manusia kepada Allah dan pertemuan antara manusia dengan Allah. (KWI,
1996: 128-129).
Penyerahan diri terhadap iman ini dipertegas oleh Dokumen Dignitatis
Humanae art 10 yang berbunyi:
Salah satu pokok amat penting ajaran katolik, yang tercantum dalam sabda Allah dan terus-menerus diwartakan oleh para Bapa Gereja, yakni: manusia wajib secara sukarela menjawab Allah dengan beriman; maka dari itu tak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
seorang pun boleh dipaksa melawan kemauannya sendiri untuk memeluk iman. Sebab pada hakekatnya kita menyatakan iman kita dengan kehendak yang bebas, karena manusia yang ditebus oleh Kristus Sang Penyelamat, dan dengan perantaraan Yesus Kristus dipanggil untuk diangkat menjadi anak Allah, tidak dapat mematuhi Allah yang mewahyukan Diri, seandainya Bapa tidak menariknya, dan ia tidak dengan bebas menyatakan kepada Allah ketaatan imannya yang menurut nalar dapat dipertanggungjawabkan.
Kebebasan itu tidak hanya berarti kebebasan fisik, tanpa paksaan dari luar.
Bukan merupakan kebebasan berpikir dan kemerdekaan mengambil keputusan
berdasarkan keyakinan mereka sendiri. Melainkan kebebasan untuk mengikuti
suara hati dan menentukan arah hidupnya sendiri. Dengan bebas, manusia
memasuki kemerdekaan menjadi anak-anak Allah (Rm 8:21). Yang dimaksud
kemerdekaan ialah kemerdekaan untuk menang atas dirinya sendiri,
memenangkan rasa takut dan merasa aman di tangan Tuhan. Kebebasan iman
dalam arti ini ialah keyakinan bahwa menjadi jauh lebih baik untuk menyerahkan
diri kepada kebaikan Allah daripada memusatkan segala keprihatinan hidup pada
diri sendiri. Iman membebaskan karena memecahkan belenggu ketakutan dan
kecurigaan.
Iman juga berarti menerima kehadiran Allah dalam hidupnya. Dalam
Konstitusi Dogmatis tentang Wahyu Ilahi dikatakan: “Demikianlah manusia
dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah, dengan
mempersembahkan “kepatuhan akalbudi serta kehendak yang sepenuhnya kepada
Allah yang mewahyukan” dan dengan secara sukarela menerima sebagai
kebenaran wahyu yang dikurniakan oleh-Nya (DV. Art 5). Melalui pengungkapan
iman itu, berarti manusia menyatakan kesanggupan dan menaati imannya kepada
Allah. Maka beriman berarti sanggup untuk melaksanakan semua perintah-Nya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
dan hidup seturut kehendak Allah. Iman sebagai sikap dasar itu tidak boleh
sembarangan melainkan berisikan kebenaran-kebenaran tentang Tuhan melalui
kesaksian-kesaksian manusia di tengah-tengah dunia. Oleh karena itu iman
merupakan anugerah Ilahi dan bukan karya manusia yang menyelamatkan.
Namun iman bukan hanya sikap batin tetapi harus dijiwai kasih dan diwujudkan
dalam karya nyata (Komkel Malang 1998:3).
3. Pengertian Pembinaan Iman Usia Dini
Pembinaan iman dini merupakan suatu pengembangan pendidikan anak usia
dini yang diarahkan demi mewujudkan perkembangan iman anak. Pembinaan
iman dini merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak
lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih
lanjut. Usia dini adalah masa perkembangan fisik, mental dan spiritual seorang
anak sudah mulai terbentuk. Pada usia dini inilah, karakter anak akan terbentuk
dari hasil belajar dan menyerap perilaku orang tua serta lingkungannya. Pada
tahapan ini, perkembangan mental anak berlangsung sangat cepat. Anak menjadi
mudah sensitif dan peka dalam mempelajari dan berlatih sesuatu yang dilihatnya,
dirasakan dan didengarnya dari lingkungan (Kana, 2012:7).
Anak sebagai pribadi yang berharga dan unik adalah subyek pembinaan,
maka anak harus menjadi fokus keluarga dan gereja. Seperti yang sudah kita
ketahui, keluarga merupakan lingkungan pertama untuk mendidik anak-anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
dalam hal iman. Pembinaan iman bukan pertama-tama proses pengajaran,
melainkan proses internalisasi nilai-nilai lewat suasana dan keteladanan, maka
keluarga merupakan tempat yang sesuai untuk mendidik anak-anak. Penanaman
sikap baik yang penuh kasih sedini mungkin akan menciptakan manusia utuh
yang berpikiran positif. Untuk itu, menumbuhkan pemahaman yang positif sangat
penting untuk pertumbuhan iman anak. Untuk menumbuhkan pemahaman positif
pada diri anak sejak usia dini dengan memberikan kepercayaan pada diri anak
untuk mengambil keputusan dalam dirinya sendiri membantu anak mengarahkan
potensinya dengan begitu mereka lebih mampu untuk bereksplorasi dan
berkembang dalam hal iman.
Pembinaan iman bertujuan untuk mengarahkan dan mengantar anak kepada
taraf insani yang utuh dan dapat mensinergikan kemampuan-kemampuan
manusiawi yang dimilikinya, yaitu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional,
kecerdasan moral dan kemampuan mencari, menemukan dan memberi makna
kehidupan. Melalui proses pembinaan iman dalam keluarga, orang tua menjadi
teladan iman anak. Orang tua berperan sebagai katekis bagi anak-anaknya salah
satunya dengan menjadi katekis yang siap mewartakan Sabda Allah.
Oleh karena itu, untuk dapat mengembangkan anak menjadi pribadi yang
beriman diperlukan usaha dari orang tua sebagai pendidik utama anak dalam
hidupnya. Disinilah peran orang tua sangat penting dalam membina iman anak,
karena anak-anak belum sepenuhnya dapat hidup mandiri dan masih
membutuhkan orang lain untuk mencapai kematangan dan kedewasaan iman
Kristiani baik secara individu maupun kelompok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
D. Kebutuhan Rohani Anak
Melahirkan anak-anak itu tidaklah sulit. Memberikan kebutuhan jasmani,
seperti tempat tinggal, makan, minum, kebutuhan-kebutuhan hidup sehari-hari
untuk sekolah, bermain, dan belajar memang sudah menjadi kewajiban orang tua
untuk merawat anak-anaknya dengan memberikan kehidupan yang layak. Namun,
banyak pula dari keluarga-keluarga terlalu berfokus pada hal moril saja. Sehingga
anak-anak kurang mendapat pendidikan rohani. Karena dengan gizi yang
cukuppun, tidak menjamin kebutuhan rohani anak akan terpenuhi. Yang baik itu
bukan materi, dan kepusan psikis, melainkan juga iman, harapan, dan kasih.
Kebutuhan rohani anak mutlak harus diberikan kepada anak untuk perkembangan
imannya. Anak-anak harus dibimbing demi perkembangan imannya.
Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya kerajaan sorga (Mat 19:14).
Dalam kutipan tersebut jelas bahwa anak-anak sangat tertarik dengan Yesus.
Anak-anak memiliki tempat istimewa dalam hati Allah. Di sini, orang dewasa
mempunyai tanggungjawab yang besar untuk memelihara serta memperhatikan
pertumbuhan anak-anak Allah. Pertama, adanya suatu perintah yang positif untuk
menyambut anak-anak dalam nama-Nya. Kedua, adanya suatu peringatan yang
negatif agar jangan menyesatkan mereka sehingga menyebabkan mereka jatuh ke
dalam dosa.
Kebutuhan rohani anak ini pertama-tama tentunya haruslah dipenuhi oleh
kedua orang tua dan keluarga. Karena itulah orang tua harus memberikan teladan
kepada anak-anaknya dengan memberikan contoh yang baik. Jika orang tua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
menginginkan anaknya menjadi orang yang rajin, ramah, dan saleh, mereka harus
memberikan teladan kerajinan, keramahan, kesalehan. Orang tua yang
menginginkan anaknya menghargai sesama haruslah terlebih dahulu
membuktikan bahwa mereka berdua saling menghargai dan juga menghargai
anak-anaknya.
Dalam keluarga yang sehat, sebagai pemberi teladan bagi anak-anaknya,
orang tua bukanlah orang-orang yang sempurna. Karena itu orang tua tidak perlu
berpura-pura dapat hidup sempurna. Mereka sebaiknya bersedia mengakui
kesalahan, tidak malu meminta maaf bila berbuat salah dan tidak enggan
memberikan maaf kepada anak-anak mereka. Dengan memberikan kesempatan
yang bagus bagi anak-anak untuk melihat kerendahan hati mereka (Komisi
Pendampingan Keluarga KAS. 2006:8).
1. Kedisiplinan
Salah satu penghasil keberhasilan adalah kedispilan. Orang yang hidup
dengan disiplin lebih berpeluang meraik keberhasilan daripada orang yang hanya
hidup seenaknya. Kedisplinan itu merupakan hasil dari berbagai latihan yang
dilakukan secara teratur dan dalam waktu yang lama. Sayangnya banyak orang tua
mungkin karena rasa sayangnya tidak menumbuhkan kedisiplinan pada anak-anak
mereka. Akibatnya anak-anak itu hidup tidak teratur dan sulit mencapai
keberhasilan. Disiplin pada hakekatnya tidak berupa hukuman, tapi untuk koreksi
dan latihan membimbing ke tindakan masa depan. Dengan demikian untuk
mengarahkan kepada tujuan yang sebenarnya, disiplin harus lebih kompleks dan
lebih luas daripada hukuman saja. Dalam usaha menanamkan disiplin pada anak,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
satu hal sangat menentukan. Orang tua harus dapat membedakan antara keinginan
dan perbuatan. Dalam hal perbuatan, orang tua turun tangan dan membatasi bila
itu diperlukan. Tetapi jika dalam hal keinginan dan harapan-harapan, orang tua
memberi kebebasan yang tentunya harus bertanggung jawab. Penanaman disiplin
ini untuk mengatur perilaku anak, agar menjadi anak yang baik (Alex Sobur.
1985:43).
2. Pendampingan
Yang dibutuhkan oleh anak-anak bukanlah sekedar pedoman, nasehat dan
pengarahan atau “dogma” melainkan juga kehadiran pendamping yang baik, yakni
pendamping yang memahami perkembangan zaman maupun jiwa anak-anak.
Teladan utama bagi semua pendamping kristiani adalah Tuhan Yesus sendiri.
Dialah gembala yang baik, gembala yang mengenal dan dikenal semua domba-
Nya.
3. Persahabatan
Orang tua sebaiknya berusaha menjalin persahabatan dengan anak-anaknya.
Menurut Larry Grabb, persahabatan semacam itu akan terjalin bila anak-anak tahu
bahwa orang tua sungguh-sungguh mencintai dan menyukai mereka. Anak-anak
tahu bahwa orang tua mau menerima segala kekurangan mereka. Anak-anak
mengalami bahwa orang tua menghargai mereka. Anak-anak cenderung
mempercayai orang tua yang sungguh-sungguh mempercayai orang tua yang
sungguh-sungguh mempercayai mereka. Anak-anak yang didengarkan cenderung
mau mendengarkan. Anak-anak yang mengalami bahwa mereka dipahami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
biasanya mau memahami. Anak-anak yang dianggap baik oleh orang tuanya
cenderung menganggap orang tua mereka sebagai orang tua yang baik. (Komisi
Pendampingan Keluarga KAS. 2006:7-8).
4. Tahapan Perkembangan Iman
Seperti segi-segi lain dari kepribadian anak, iman anak juga berkembang
dalam beberapa tahapan. Menurut buku Pendidikan Anak dalam Keluarga
(Komisi Pendampingan KAS 2006: 12-13), tahapan-tahapan tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Tahapan usia 0-3 tahun.
Tahapan ini disebut tahapan primal. Benih iman pada kurun hidup paling
dini ini terbentuk oleh rasa percaya si anak pada orang-orang yang mengasuhnya
dan oleh rasa aman yang dialaminya di tengah lingkungannya. Seluruh interaksi
timbal balik antara si anak dan orang-orang di sekitarnya merupakan titik tolak
bagi perkembangan imannya. Interaksi yang mendukung perkembangan iman
adalah interaksi yang menumbuhkan keyakinan pada dirinya, bahwa ia adalah
insan yang dicintai dan dihargai.
b. Tahapan usia 3 -7 tahun.
Tahapan ini disebut tahapan intuitif proyektif. Unsur terpenting pada
tahapanini ialah intuisi si anak, yang sifatnya belum rasional. Intuisi tersebut
dipakainya untuk memaknai dunia di sekitarnya. Intuisi itu memungkinkannya
menangkap nilai-nilai religius yang dipantulkan oleh para tokoh kunci yakni ayah,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
ibu, pengasuh, paman, bibi, kakek, nenek, pastor, suster dan sebagainya. Maka,
pada tahapan ini si anak memahami atau membayangkan Tuhan sebagai sang
tokoh yang mirip dengan ayah, ibu, pengasuh, paman, bibi, kakek, nenek, pastor,
suster atau tokoh yang berpengaruh lain. Pada tahap ini, iman seorang anak
diwarnai oleh rasa takut dan hormat pada tokoh-tokoh kunci tersebut. Usaha-
usaha untuk mengembangkan iman seorang anak pada tahapan usia ini
seyogyanya dilaksanakan dnegan cara yang sederhana, tidak terlalu mengandalkan
penalaran dan menghindari ucapan-ucapan yang tidak sesuai dengan sikap-sikap
dan tindakan-tindakan yang nyata. Usaha-usaha pembinaan iman pada tahapan ini
hendaknya lebih mengandalkan keteladanan, melalui perilaku yang nyata dari
tokoh kunci.
c. Tahapan usia 7-12 tahun.
Tahapan ini disebut tahapan mitis literal. Pada tahapan ini yang paling
berperan dalam perkembangan iman anak adalah kelompok atau institusi
kemasyarakatan yang paling dekat dengannya, misalnya bina iman, sekolah, atau
kelompok sekolah minggu. Kelompok atau institusi tersebut berfungsi sebagai
sumber pengajaran iman. Pengajaran itu paling mengena kalau disampaikan
dalam bentuk kisah-kisah yang bernuansa rekaan. Tuturan pengajaran lewat kisah
rekaan cenderung diterima olehnya secara harfiah. Usaha-usaha pengembangan
iman pada tahapan ini seyogyanya tetap dilaksanakan dengan cara sederhana,
tidak terlalu mengandalkan penalaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
E. Fokus Penelitian
Penelitian difokuskan mengenai doa bersama yang dilaksanakan dalam
setiap keluarga di lingkungan St Petrus, mengenai pembinaan iman dini di dalam
keluarga, pengertian dan peranan doa dalam rangka pembinaan iman dalam
keluarga, bentuk-bentuk doa bersama yang berlangsung dalam keluarga, faktor
pendukung dan penghambat kebiasaan doa bersama dalam doa bersama di tengah
keluarga, dan usaha apa yang dilakukan untuk meningkatkan penghayatan hidup
doa dalam keluarga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
BAB III
PENELITIAN TENTANG PERANAN DOA BERSAMA DALAM KELUARGA SEBAGAI SARANA PEMBINAAN IMAN USIA DINI DI LINGKUNGAN ST PETRUS PAROKI ST YOHANES RASUL
KEDATON, BANDAR LAMPUNG, LAMPUNG
Setelah melihat doa bersama dalam keluarga dan pembinaan iman dini pada
bab terdahulu, dalam bab ini dipaparkan gambaran umum Paroki St Yohanes
Rasul Kedaton, penelitian doa bersama dalam keluarga sebagai sarana pembinaan
iman dini, hasil penelitian dan pembahasan.
A. Gambaran Umum Paroki St Yohanes Rasul Kedaton.
Dalam bagian ini dipaparkan mengenai sejarah berdirinya Paroki St
Yohanes Rasul kedaton dan lingkungan St Petrus, keadaan dan perkembangan
umatnya, serta kehidupan keluarga katolik di Lingkungan St Petrus Paroki St
Yohanes Rasul.
1. Sejarah Berdirinya Paroki St Yohanes Rasul Kedaton
Berdasarkan buku kenangan dinamika umat 25 tahun Paroki St Yohanes
Rasul Kedaton, Gedung gereja Santo Yohanes merupakan salah satu dari lima
gedung gereja yang terdapat di Kotamadya Bandar Lampung. Yang lainnya
terdapat di Tanjungkarang, dua di Telukbetung, dan satu di Panjang. Dalam
rangkaian sejarah Keuskupan Tanjungkarang, paroki Kedaton merupakan paroki
yang ke- 10. Lahir langsung berdiri dan jalan pada 1971. Sebelum berdiri menjadi
sebuah Paroki, pada awalnya hanya ada dua gedung gereja katolik di kota kembar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Tanjungkarang-Telukbetung, ibukota kabupaten Lampung Selatan. Satu di
Tanjungkarang dan satu di Telukbetung. Pada masa itu umat hanya mempunyai
dua pilihan untuk beribadat. Mereka yang bertempat tinggal di Wilayah
Kecamatan Kedaton, Negeri Balau, Kabupaten Lampung Selatan tentu wajar bila
“bergereja” di Tanjungkarang. Artinya secara administrasi umat di Wilayah
Kecamatan Kedaton, Negeri Balau, Kabupaten Lampung Selatan masih tergabung
dalam warga paroki Tanjungkarang.
Akhirnya sampailah pada sebuah kesimpulan atas prakarsa sejumlah orang
termasuk pastor paroki Tanjungkarang, Wilhelminus Lorentius Cornelius Boeren
SCJ. Karena perkembangan umat yang terus meningkat, menjelang tahun 1970
gedung gereja Christi Regis terasa penuh sesak dan hampir tidak dapat
menampung umat. Pasalnya selain dari Kedaton dan Tanjungkarang sendiri, para
umat yang berdomisili di seputar Karanganyar, Bergen, Natar juga “nebeng” misa
secara rutin di gereja ini. Maka pastor Boeren, pastor Jan Emil Vranken SCJ, dan
beberapa tokoh umat dari Kedaton khususnya mulai berunding membuat satu
gedung gereja baru untuk wilayah Kedaton. Ada peluang di gang PU (kini Jalan
Pagar Alam). tetapi kemudian dibatalkan setelah ada kepastian yang lebih baik,
yakni di gang Bhakti (kini jalan Tupai).
Tanah ex Perkebunan Kedaton inipun segera dibeli, seluas ±1500 m²
kemudian segeralah dibuat tim kerja yang dipelopori oleh HY Tuwuh Sunyoto,
Bapak Yohanes Sarwono DP, dan Bapak Agus Suharno. Pastor Yohanes A. Vaan
Kaam SCJ bertindak sebagai konsultan. Pada 8 april 1970 panitia pendiri Gereja
Katolik Kedaton mulai ditetapkan. Terdiri dari Ketua I Tuwuh Sunyoto, Ketua II
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Agus Suharno, sekretaris Yohanes Sarwono, bendahara Celsus Sudjas
Tjiptosudiro, dan pembantu umum Suharto.
Rupanya bukan mendirikan Gereja namanya kalau tidak ada halangan. Hal
itulah yang sempat dialami oleh gereja pertama ini. Wujudnya berupa surat unjuk
rasa dengan surat pernyataan tidak setuju pada 5 Agustus 1970. Sementara pihak
panitia sendiri sudah mendapatkan sejumlah izin dan persetujuan resmi. Ada surat
izin lingkungan tertanggal 9 April 1970. Untuk menjaga kemungkinan yang tidak
diinginkan, terpaksa pembangunan gedung gereja yang sudah hampir jadi itu
ditunda. Pada 24 Agustus 1970 Camat Kedaton, lewat surat meminta kepada
panitia pembangunan agar tidak dilanjutkan. Pada 29 September 1970 bapak FX
Soedar Adowasito menghubungi Bupati Lampung. Karena belum juga ada
tanggapan, Monseignur Hermelink berkirim surat kepada Gubernur, pada 2
Nopember 1970. Pada 19 Januari ijin mendirikan bangunan diterbitkan oleh
Bupati. Dengan demikian pembangunan gedung gereja dilanjutkan kembali.
Sekitar dua minggu kemudian datanglah hal yang tidak diinginkan.
Tepatnya pada 31 Januari, hari minggu sekitar pukul 10.00 WIB unjuk rasa.
Seorang ABRI yang beragama katolik, Serda Latman yang jauh hari telah
bersedia membantu Panitia khususnya di bidang keamanan berhasil menghentikan
kerusuhan. Panitiapun segera melaporkan kerusuhan kepada pihak berwajib.
Setelah situasi kembali tenang, barulah pekerjaan dimulai kembali sampai
akhirnya pembangunan selesai dan terwujud sesuai harapan. Perayaan Kamis
Putih 7 April 1971 menjadi begitu istimewa bagi para umat Kedaton karena pada
hari itulah Gereja diberkati. Umat Kedaton sudah memiliki gedung gereja sendiri,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
dan namanya ditetapkan sebagai Santo Yohanes Rasul. Pada akhir 1971 Pastor
Andreas Hendrisoesanta SCJ ditempatkan di pastoran Kedaton sekaligus menjadi
Pastor paroki yang pertama. Dengan demikian Kedaton menjadi sebuah Paroki
yang kesepuluh dalam jajaran paroki se Keuskupan Tanjungkarang.
Pada 1972 pastoran mulai sedikit diperluas, dengan dibelinya sebidang
tanah berikut rumah di sebelah kiri pastoran. Sampai dengan 1973 luas tanah
kompleks gereja ini baru sekitar 1.200 m². Terasa masih sempit, sekalipun jumlah
umat pada saat itu barulah 1.071 orang. Itupun sudah termasuk para umat di Way
Kandis dan Margo Agung, Natar dan sebagainya. Maret 1975 Pastor
Henrisoesanta bersama Pastor Boeren membeli tanah berikut rumahnya yang
letaknya kebetulan berhadapan langsung dengan gereja. Luasnya sekitar 450 m².
Dua tahun kemudian dibeli pula sebidang tanah di samping kiri pastoran, luasnya
sekitar 250 m² . Dalam tahun yang sama bagian belakang gereja mendapat
perluasan sekitar 390 m². Pada Mei 1989 dibeli tanah sekaligus rumah di samping
kanan gereja, seluas kurang lebih 1.300 m². Terakhir pada Nopember 1994, dibeli
pula tanah beserta rumah di Gang Delima/Gang Salak. Luasnya sekitar 250 m².
2. Letak Geografis Paroki
Stasi pusat Gereja St Yohanes Kedaton terletak di wilayah Kelurahan
Sidodadi Kecamatan Kedaton Kotamadya Bandar Lampung, membawahi 17
Lingkungan yang berada pada wilayah-wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara, Kecamatan Kedaton meliputi: kelurahan Kedaton, kelurahan
Labuhan Ratu, kelurahan Gedongmeneng, kelurahan Kampung Baru,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
kelurahan Sukamenanti, kelurahan Sidodadi, kelurahan Surabaya, kelurahan
Perumnas Way Halim, kelurahan Rajabasa, kelurahan Tanjung Senang
b. Sebelah Timur, Kecamatan Sukarame meliputi: kelurahan Sukarame,
kelurahan Gunung Sulah, kelurahan Way Halim Permai
c. Sebelah Barat, Kecamatan Tanjungkarang Barat meliputi: kelurahan
Segalamider, kelurahan Gunung Terang.
3. Jumlah Umat Paroki St Yohanes Rasul Kedaton
Paroki St Yohanes Kedaton mengalami perkembangan dalam hal jumlah
Umat. umat tidak hanya beeibadah di Paroki St Yohanes Rasul Kedaton tetapi
juga di Paroki Lain misalnya Paroki Ratu Damai Telukbetung dan Paroki
Kristusraja Tanjungkarang. Berdasarkan data yang diperoleh pertumbuhan umat
pada tahun 1995 mencapai 3244 umat. dengan jumlah 17 lingkungan.
Berkembang pesat dari 11 lingkungan pada tahun 1995 menjadi 17 lingkungan
(Dinamika Umat Paroki: 2.5)
4. Perkembangan Umat Katolik di Paroki St Yohanes Rasul Kedaton
a. Sejarah Lingkungan St Petrus
Berdasarkan buku Dinamika Umat Gereja St Yohanes Rasul Kedaton
(1997:41) Sebelum bernama St Petrus, lingkungan ini bernama Kring Labuhan
Ratu. Berdiri pada tanggal 29 Juni 1971 diprakarsai oleh Alm. Bapak M. Reso
Dinomo dan Alm Bapak PC. Sukamto. Pada 1975 sudah terjadi perubahan
komposisi Lingkungan yang tadinya bernama Labuhan Ratu diganti menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
nama santo dan santa. Nama St Petrus sendiri diambil karena Lingkungan ini
berdiri pada tanggal 29 Juni bertepatan dengan pesta kudus St Petrus. Pada 12
september 1996, lingkungan ini terpecah menjadi dua dan sekarang bernama St
Paulus.
Jumlah umat di lingkungan St Petrus ini 78 KK atau sekitar 348 jiwa yang
terdiri dari 178 orang laki-laki dan 170 orang perempuan. Lingkungan St Petrus
ini mencakup wilayah kecamatan Tanjungkarang Barat dan Kedaton, dan
mencakup wilayah kelurahan Gunung Terang, Rajabasa, Labuhan Ratu,
Gedongmeneng dan Kampung Baru.
b. Situasi Sosial Ekonomi Umat Lingkungan St Petrus
Sebagian besar umat di lingkungan St Petrus ini bermata pencaharian
sebagai pegawai dan guru swasta maupun negeri. Situasi sosial ekonomi umat di
lingkungan St Petrus menengah ke atas dan saling membantu satu sama lain.
Kehidupan umat terjalin dengan sangat baik, hal ini terbukti dengan berbagai
kegiatan kerohanian seperti retret, ziarah bersama lingkungan dan turut
menyertakan keluarga masing-masing, kunjungan keluarga terutama saat hari
besar, kegiatan-kegiatan doa bersama di lingkungan, kegiatan omk yang diikuti
oleh orang muda dan remaja di lingkungan St Petrus. Terjalinnya kerja sama yang
baik antar umat hal ini terlihat ketika memperingati hari jadi lingkungan setiap
tahunnya dan mengadakan sebuah acara yang meriah dan melibatkan seluruh
umat dari berbagai kalangan mulai dari anak-anak, remaja, orang muda, orang
dewasa hingga sesepuh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
c. Kehidupan Doa Umat Lingkungan St Petrus
Kehidupan doa bersama di lingkungan terjadi saat bulan Maria atau bulan
Rosario. Umat bersama-sama berdoa Rosario di rumah-rumah umat secara
bergantian yang diselenggarakan setiap hari senin – sabtu. Pertemuan adven pada
masa pra-paskah yang diselenggarakan seminggu sekali. Doa-doa bersama jika
ada ujub khusus dari salah satu keluarga. Katekese bagi calon Krisma dilakukan
setiap hari minggu sore di rumah umat yang bersedia rumahnya ditempati untuk
pertemuan Krisma.
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peranan doa
bersama dalam keluarga sebagai sarana pembinaan iman usia dini di Lingkungan
St Petrus yang meliputi permasalahan penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, jenis penelitian, instrumen penelitian, responden penelitian, waktu dan
tempat penelitian dan variabel penelitian.
1. Latar Belakang Penelitian
Doa bersama dalam keluarga merupakan hal yang penting yang harus
dilakukan oleh keluarga tersebut demi terciptanya pembinaan anak sejak usia dini.
Iman setiap anggota keluarga dapat tumbuh subur dan berkembang, serta terbina
dengan baik dalam keluarganya terus menerus sehingga terjadi persekutuan dalam
doa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Oleh karena itu, penulis melihat bahwa pemahaman, peranan doa bersama,
hambatan dan pendukung doa bersama dalam keluarga perlu dikaji untuk
menangani permasalahan pembinaan iman anak sejak usia dini dalam keluarga.
Untuk mengkaji beberapa permasalahan tersebut, penulis mengadakan penelitian
dengan menyebarkan kuesioner yang berupa pertanyaan dan memberikan
langsung kepada keluarga. Penelitian ini memberikan suatu gambaran tentang
sejauh mana keluarga Katolik di Lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul
Kedaton Bandar Lampung, Lampung melaksanakan doa bersama dalam keluarga
sebagai sarana pembinaan iman usia dini.
2. Permasalahan Penelitian
a. Wujud-wujud apa saja yang kini berlangsung dari doa bersama dalam
keluarga katolik di lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul Kedaton
Bandar Lampung, Lampung ?
b. Sejauh mana keluarga melakukan doa bersama sebagai sarana pembinaan
iman usia dini di lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul Kedaton
Bandar Lampung, Lampung?
c. Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat kebiasaan doa
bersama dalam keluarga?
d. Harapan-harapan apa yang diinginkan oleh keluarga Katolik untuk
meningkatkan kegiatan doa bersama dalam keluarga demi sarana pembinaan
iman usia dini di lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul Kedaton
Bandar Lampung, Lampung?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk menemukan jawaban dari permasalahan yang
telah dirumuskan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana
keluarga melakukan doa bersama dalam keluarga sebagai sarana pembinaan iman
dini di lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul Kedaton. Rumusan tujuan
ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui wujud-wujud apa saja yang kini berlangsung dari doa bersama
dalam keluarga katolik di lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul
Kedaton Bandar Lampung, Lampung.
b. Mengetahui sejauh mana keluarga melakukan doa bersama sebagai sarana
pembinaan iman usia dini di lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul
Kedaton Bandar Lampung, Lampung.
c. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat kebiasaan doa bersama dalam
keluarga.
d. Mengetahui harapan apa yang diinginkan oleh keluarga Katolik untuk
meningkatkan kegiatan doa bersama dalam keluarga demi sarana pembinaan
iman usia dini di lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul Kedaton
Bandar Lampung, Lampung?
4. Variabel Penelitian
a. Identitas responden yang meliputi: Nama, Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan
terakhir, Pekerjaan, Status perkawinan, Usia perkawinan.
b. Pembinaan iman usia dini di dalam keluarga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
c. Pengertian dan peranan doa dalam rangka pembinaan iman dalam keluarga.
d. Bentuk-bentuk doa bersama yang berlangsung dalam keluarga.
e. Faktor pendukung dan penghambat kebiasaan doa bersama dalam doa
bersama di tengah keluarga.
f. Usaha –usaha yang dilakukan untuk meningkatkan penghayatan hidup doa
dalam keluarga.
5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:
a. Memberi gambaran dinamika kegiatan doa bersama dalam keluarga bagi
lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul Kedaton Bandar Lampung,
Lampung menyangkut frekuensi kegiatan doa dan bentuk-bentuk doa.
b. Memberikan masukan berbagai macam kendala terhadap kegiatan doa
bersama dalam keluarga.
c. Memberi peneguhan, dan semangat dalam meningkatkan kegiatan doa
bersama dalam keluarga.
6. Jenis Penelitian
Jenis penelitan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian
deskriptif ex-post-facto artinya penelitian sesudah fakta. Pendekatan yang dipakai
dalam penelitian ini yakni kualitatif, dan sarana yang dipakai dengan
menggunakan kuesioner. Kuesioner ini untuk mengetahui sejauh mana doa
bersama dalam keluarga berperanan sebagai sarana pembinaan iman usia dini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
7. Tempat dan Waktu Penelitian
Penulis melaksanakan penelitian di Lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes
Rasul Kedaton Bandar Lampung, Lampung dan waktu pelaksanaannya selama
bulan November 2015.
8. Responden Penelitian
Responden dalam penelitian ini adalah keluarga-keluarga katolik khususnya
para orang tua katolik di lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul Kedaton
Bandar Lampung, Lampung. Untuk menentukan responden tersebut, maka harus
dibedakan antara populasi dan sampel. Populasi adalah suatu kelompok orang
yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target
kesimpulan. Sedangkan sampel adalah sebagian kecil dari populasi (Sukardi,
2003: 53-54).
Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga dari lingkungan St Petrus
Paroki St Yohanes Kedaton Bandar Lampung, Lampung yang terdiri dari 102 KK.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling
purposive. Teknik sampling purposive ini menentukan sampel dengan
pertimbangan tertentu (Sugiono, 2012:85). Pemilihan teknik sampling purposive
ini berdasarkan data kepala keluarga yang ada di lingkungan St Petrus Paroki St
Yohanes Rasul Kedaton Bandar Lampung, Lampung yang terdiri dari berbagai
macam usia perkawinan. Dalam penelitian ini akan diambil sampel dengan usia
perkawinan 5 - 25 tahun karena sudah berpengalaman dalam kehidupan
berkeluarga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Dalam penelitian ini, penulis mengambil sampel sebanyak 25 kk yang
terdiri dari salah satu pasangan suami isteri. Responden tersebut dipilih dengan
pertimbangan bahwa mereka merupakan pihak-pihak yang dapat memberikan
informasi secara obyektif dan terperinci mengenai kegiatan doa bersama dalam
keluarga sebagai sarana pembinaan iman usia dini. Segala aspek informasi yang
diharapkan dan didapat dari pribadi responden adalah pelaksanaan pembinaan
iman usia dini dalam keluarga dalam bentuk doa bersama, pengertian doa bersama
dalam keluarga, bentuk-bentuk doa bersama yang berlangsung dalam keluarga,
faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan doa bersama dalam
keluarga, usaha-usaha yang dilakukan untuk meningkatkan penghayatan hidup
doa bersama dalam keluarga.
9. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data penulis menggunakan teknik pengumpulan data
dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis yang harus dijawab oleh responden (Sugiyono 2012:142). Jenis kuesioner
yang digunakan bersifat tertutup dan terbuka. Tertutup artinya angket yang
diajukan menyediakan tempat kosong untuk memberikan kebebasan kepada
responden jika alternative jawaban yang diberikan tidak sesuai. Bersifat terbuka
artinya angket yang tidak menyediakan kemungkinan jawaban sehingga
responden menuliskan jawabannya sendiri sesuai dengan pendapatnya (Sanapiah
Faisal, 1982:178-180).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Tabel
Variabel Penelitian
No Variabel Penelitian No Item Jumlah
1 Identitas Responden 1,2,3,4,5,6 6
2 Pembinaan iman usia dini di
dalam keluarga
7,8,9,10,11 5
3 Pengertian dan peranan doa
dalam rangka pembinaan iman
dalam keluarga.
12, 13, 14,15 4
4 Bentuk-bentuk doa bersama
yang berlangsung dalam
keluarga
16, 17, 18,19,20,21 6
5 Faktor pendukung dan
penghambat kebiasaan doa
bersama dalam keluarga.
22, 23, 24, 25 4
6 Usaha –usaha yang dilakukan
untuk meningkatkan
penghayatan hidup doa dalam
keluarga.
26, 27, 28, 29 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
10. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan secara kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan
prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik. Data yang
diperoleh dari kuesioner kemudian dianalisis, dideskripsikan secara kualitatif.
Keterbatasan dalam penelitian ini yakni berkenaan dengan validitas, reliabilitas,
dan obyektivitas yang tidak diujicobakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
C. LAPORAN HASIL PENELITIAN
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan membagikan
kuesioner kepada responden orang tua sebanyak 25 keluarga di lingkungan St
Petrus Paroki St Yohanes Rasul Kedaton. Kuesioner yang masuk sebanyak 25 dan
tidak semua pertanyaan diisi oleh responden. Berikut ini merupakan hasil
penelitian yang disajikan menurut urutan variabel dalam bentuk tabel.
1. Identitas Responden
Identitas responden dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia
responden, pendidikan terakhir, pekerjaan, status perkawinan dan usia pernikahan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.
Tabel I
Identitas Responden
(N=25)
No Aspek Yang Terungkap Jumlah %
1 Jenis Kelamin
a. Pria
b. Wanita
16
9
64%
36%
2 Usia
a. 16-20 tahun
b. 21-25 tahun
c. 26-30 tahun
d. 31 tahun keatas
25
100%
3 Pendidikan Terakhir
a. SD
1
4%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
b. SMP
c. SMA
d. Sarjana
14
10
56%
40%
4 Pekerjaan
a. Pegawai
b. Petani
c. Wiraswasta
d. Lain-lain.......
Ibu Rumah Tangga
Pensiunan swasta
10
6
4
4
1
40%
24%
16%
16%
4%
5 Status Perkawinan
a. Masih lengkap, kawin seagama
b. Masih lengkap, kawin campur
c. Sudah janda/duda, kawin seagama
d. Sudah janda/duda kawin campur
23
1
1
92%
4%
4%
6 Usia Pernikahan
a. ≤ 5 tahun
b. 5 – 10 tahun
c. 10 – 15 tahun
d. 15 – 25 tahun
1
2
3
19
4%
8%
12%
76%
Pada tabel I, aspek yang terungkap adalah identitas responden yang terdiri
dari jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan usia
pernikahan. Responden yang berjenis kelamin pria berjumlah 64% dan wanita
berjumlah 36%. Dari keseluruhan responden berusia di atas 31 tahun 100%.
Sedangkan pendidikan tertinggi responden Sarjana sebanyak 40%, sebagian besar
responden berpendidikan SMA sebanyak 56% dan pendidikan SD sebanyak 4%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Dilihat dari jenis pekerjaan orangtua di lingkungan St Petrus Paroki St
Yohanes Rasuk Kedaton yang menyatakan bekerja sebagai pegawai sebanyak
40%, wiraswasta sebanyak 24%, ibu rumah tangga sebanyak 16%, pensiunan
sebanyak 4%, dan sebanyak 16% menjawab lain-lain tanpa memberikan
keterangan. Status perkawinan orangtua di lingkungan St Petrus pada saat ini
menunjukkan bahwa status perkawinan masih lengkap dan kawin seagama
sebanyak 92%, masih lengkap tetapi kawin campur sebanyak 4%, dan sudah janda
kawin seagama sebanyak 4%. Sebagian besar usia perkawinan responden 15-25
tahun sebanyak 76%.
2. Pembinaan Iman Usia Dini di dalam Keluarga
Pembinaan iman dini di dalam keluarga meliputi pernah atau tidaknya
mengajarkan anak-anak membaca Kitab Suci, kemandirian anak membaca dan
merenungkan Kitab Suci, kesempatan anak-anak membaca dan merenungkan
Kitab Suci, intensitas orang tua menceritakan kisah santo/santa dan keaktifan
anak-anak mengikuti kegiatan sekolah minggu di rumah maupun di lingkungan.
Tabel II
Pembinaan iman usia dini di dalam keluarga
(N=25)
No Aspek Yang Terungkap Jumlah %
7 Apakah bapak/ibu pernah mengajarkan anak-anak
membaca Kitab Suci?
a. Pernah
b. Tidak pernah
23
2
92%
8%
8 Apakah anak-anak bapak/ibu secara mandiri dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
membaca dan merenungkan Kitab Suci?
a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang
d. Lain-lain...............
Hanya membaca, merenungkan tidak bisa
Abstain
13
6
3
1
1
1
52%
24%
12%
4%
4%
4%
9 Bila jawaban nomor 8 ya, kapan atau dalam kesempatan
apa saja anak-anak bapak/ibu membaca dan
merenungkan Kitab Suci?
a. Di pagi hari
b. Sebelum tidur
c. Jika ada tugas sekolah minggu
d. Lain-lain....
Saat sore hari
Jika ada tugas dari sekolah
Bulan Kitab Suci
Abstain
1
4
11
1
2
1
5
4%
16%
44%
4%
8%
4%
20%
10 Apakah bapak/ibu di rumah memberikan cerita/kisah
santo dan santa pada anak-anak?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Selalu
d. Lain-lain..........
Sewaktu anak-anak masih kecil
4
18
2
1
1
16%
72%
8%
4%
4%
11 Apakah anak-anak bapak/ibu mengikuti kegiatan sekolah
minggu di Gereja atau di lingkungan?
a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang
17
2
3
68%
8%
12%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
d. Lain-lain.................
Pernah
Sewaktu anak-anak masih kecil.
Belum
1
1
1
4%
4%
4%
Pada tabel II, berkaitan dengan aktivitas orang tua mengajarkan membaca
kitab suci kepada anak-anak sebagian besar responden mengatakan pernah
mengajarkan anak-anaknya membaca Kitab Suci sebanyak 92%, sedangkan tidak
pernah sebanyak 8%. Secara mandiri anak-anak dapat membaca dan merenungkan
Kitab Suci sebanyak 52%, sebanyak 24% anak-anak tidak dapat membaca dan
merenungkan Kitab Suci, sebanyak 12% anak-anak kadang-kadang dapat
membaca dan merenungkan Kitab Suci secara mandiri, sedangkan sebanyak 4%
abstain.
Waktu anak-anak membaca dan merenungkan Kitab Suci rata-rata
responden jika ada tugas sekolah minggu sebanyak 44%, pada saat sebelum tidur
sebanyak 16%, jika ada tugas dari sekolah sebanyak 8%, pada saat pagi hari
sebanyak 4% dan abstain sebanyak 20%. Jumlah responden yang kadang-kadang
memberikan kisah santo/santa kepada anak-anak sebanyak 72%, tidak pernah
sebanyak 16%, selalu sebanyak 8% dan sewaktu anak-anak masih kecil sebanyak
4%. Jumlah responden yang menyatakan bahwa anak-anak mengikuti kegiatan
sekolah minggu di Gereja atau lingkungan sebanyak 68%, kadang-kadang
mengikuti sebanyak 12%, tidak mengikuti sebanyak 8%, mengikuti sekolah
minggu sewaktu anak-anak masih kecil sebanyak 4% dan belum mengikuti karena
anak masih balita sebanyak 4%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
3. Pengertian dan Peranan Doa dalam Rangka Pembinaan Iman Dalam Keluarga.
Pada tabel III ini, berisi tentang pemahaman orang tua mengenai pengertian
dan peranan doa bersama dalam keluarga, waktu melaksanakan doa bersama
dalam keluarga, sudah atau belum terlaksananya kegiatan doa bersama seluruh
anggota keluarga, dan tujuan doa bersama dalam keluarga. Dalam tabel di bawah
ini akan diuraikan secara lebih terperinci tentang pengertian dan peranan doa
bersama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel III
Pengertian dan peranan doa dalam rangka pembinaan iman dalam keluarga
(N=25)
No Aspek Yang Terungkap Jumlah %
12 Menurut bapak/ibu apa pengertian dan peranan doa
bersama bagi keluarga?
Pengertian doa bersama
• Doa yang dilakukan secara rutin bersama-sama
dengan keluarga untuk menyatukan permohonan dan
kedekatan dengan Tuhan
• Bersyukur, berserah kepada Tuhan bersama anggota
keluarga
• Hubungan persatuan dengan Allah
• Doa adalah relasi dengan Tuhan dan sesama.
• Doa merupakan kebutuhan pokok rohani dalam setiap
individu
Peranan doa bersama
• Doa bersama dalam keluarga dapat menambah
hubungan antar anggota keluarga, sehingga
3
2
3
4
1
3
12%
8%
12%
16%
4%
12%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
komunikasi dalam keluarga akan bertambah
• Supaya Tuhan menuntun dan membimbing keluarga
dalam setiap tugas dan karya yang telah Tuhan
percayakan kepada keluarga serta mendapat
kedamaian dalam keluarga.
• Agar selalu dekat dengan Allah. Dan mengajarkan
anak-anak untuk bertekun dalam doa dan
membiasakan anak hidup dalam doa.
• Menciptakan komunikasi antar anggota keluarga dan
Tuhan
• Sangat penting, karena lewat doa bersama itu menjalin
keakraban, kebersamaan dan salah satunya
menumbuhkan iman, kepercayaan terhadap Yesus
Kristus.
• Membawa keluarga dalam Tuhan, keluarga semakin
dipererat baik dalam hubungan dengan Tuhan maupun
dalam relasi keluarga itu sendiri.
• Doa bersama memberikan kekuatan iman keluarga
untuk mengimani bahwa Tuhan itu memang
senantiasa ada diantara kita dan memperkuat iman
dalam hubungan keluarga.
• Untuk membangkitkan semangat kami, agar keluarga
kami tetap hidup rukun, damai, dan bahagia untuk
selama-lamanya dan tetap ingat dengan sang pencipta
yaitu Tuhan Yesus Kristus yang selalu melindungi
kami siang dan malam.
Abstain
4
2
2
4
2
1
1
1
16%
8%
8%
16%
8%
4%
4%
4%
13 Pada saat apa bapak dan ibu berdua melakukan doa
bersama dalam rumah?
a. Pada saat ulang tahun kelahiran/perkawinan
6
24%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
b. Pada saat sebelum tidur
c. Pada saat pagi hari
d. Lain-lain
Sore hari
Pada saat ulang tahun dan sebelum tidur
Sebelum tidur, pagi hari, dan setiap makan bersama
Saat rosario
Setiap hari pada pukul 19.00
Jam 6 pagi dan sore, dan pada saat ulang tahun
salah satu anggota keluarga
Abstain
9
2
2
1
1
1
1
1
1
36%
8%
8%
4%
4%
4%
4%
4%
4%
14 Apakah selama ini sudah terlaksana kegiatan doa bersama
seluruh anggota keluarga?
a. Pernah
b. Tidak
c. Keterangan pernah/tidak pernah
Pernah
• Doa menjelang tidur dan sebelum belajar
• Pada saat menjelang ujian
• Pada bulan rosario, Kitab Suci seluruh anggota iku
melaksanakan doa bersama di lingkungan.
• Pada saat anggota keluarga sedang sakit atau
berbahagia sebagai ucapan syukur
• Pada pukul 21.00 selalu berdoa bersama seluruh
anggota keluarga
• Pada saat-saat tertentu, saat anak mau komuni
pertama, ulang tahun dan peristiwa penting lainnya.
• Sudah terlaksana meskipun banyak hambatan
• Pada saat doa malaikat Tuhan pukul 06.00 dan
18.00
5
1
6
1
1
1
1
4
2 1
20%
4%
24%
4%
4%
4%
4%
16% 8%
4%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
• Sudah terlaksana kegiatan doa bersama keluarga
setiap malam
Tidak pernah
• Tidak adanya motivasi untuk melakukan doa
bersama dalam keluarga.
1
1
4%
4%
15 Menurut bapak/ibu apakah tujuan doa bersama dalam
keluarga itu?
• Mempererat tali kasih antar anggota keluarga, iman
keluarga semakin berkembang dan keluarga senantiasa
mendapat berkat dan damai sejahtera
• Menjalin kerukunan dan menghormati antar anggota
keluarga, sehingga keluarga dapat menemukan hidup
sejati. Doa adalah pegangan hidup keluarga, jadi hidup
tanpa doa adalah mati.
• Supaya Tuhan menuntun dan membimbing dalam
setiap langkah hidup berkeluarga.
• Bersyukur dan berterimakasih serta menanamkan
semangat penyerahan anak-anak kepada Tuhan
• Untuk kedamaian sejati dalam hidup manusia, maka
dari itu manusia harus berdoa dan berserah kepada
sang mahakuasa agar diselamatkan.
• Untuk menambah cinta kasih satu sama lain, membina
kebersamaan, keterbukaan, mendekatkan diri kepada
Tuhan, mengajarkan kepada anak-anak pentingnya
kebersamaan.
• Membawa keluarga semakin dekat dengan Tuhan
• Supaya perjalanan hidup berkeluarga selalu dalam
naungan dan dijalan Tuhan serta relasi keluarga
menjadi harmonis.
• Mengenalkan doa-doa kepada anak dan melatih anak
7
2
1
3
1
6
2
1
2
28%
8%
4%
12%
4%
24%
8%
4%
8%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
berdoa dengan baik
• Melatih anak untuk belajar memimpin doa
• Untuk berkomunikasi dengan Tuhan
1
1
4%
4%
Pada tabel III, hendak dipaparkan pengertian dan peranan doa bagi orang
tua dalam rangka pembinaan iman dalam keluarga. Jumlah responden yang
menyatakan pengertian doa bersama adalah relasi dengan Tuhan dan sesama
sebanyak 16%, hubungan persatuan dengan Allah sebanyak 12%, doa yang
dilakukan secara rutin bersama-sama dengan keluarga untuk menyatukan
permohonan dan kedekatan dengan Tuhan sebanyak 12%, bersyukur berserah
kepada Tuhan bersama anggota keluarga sebanyak 8%, dan doa merupakan
kebutuhan pokok rohani dalam setiap individu sebanyak 4%. Sementara jumlah
responden yang menyatakan peranan doa bersama adalah untuk menuntun dan
membimbing keluarga dalam setiap tugas dan karya sebanyak 16%, melalui doa
bersama menjalin keakraban, kebersamaan dan menumbuhkan iman kepada Yesus
sebanyak 16%, doa bersama membantu hubungan antar anggota keluarga
sebanyak 12%, mengajarkan anak-anak untuk bertekun dalam doa sebanyak 8%,
membawa keluarga untuk dekat dengan Tuhan sebanyak 8%, dan abstain yaitu
tidak menjawab pengertian dan peranan doa bersama sebanyak 4%. Waktu
orangtua melaksanakan doa bersama dalam keluarga pada saat sebelum tidur
sebanyak 36%, pada saat ulangtahun kelahiran/perkawinan sebanyak 24%, pada
saat sore hari sebanyak 8%, dan abstain sebanyak 4%.
Jumlah responden yang menyatakan pernah melaksanakan kegiatan doa
bersama seluruh anggota sebanyak 72% dengan keterangan paling banyak doa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
bersama sebelum tidur dan sebelum belajar sebanyak 24%, pada saat-saat tertentu
sebanyak 16%. Sedangkan tidak terlaksana kegiatan doa bersama dalam keluarga
sebanyak 4% dengan alasan tidak memiliki motivasi untuk melakukan doa
bersama dalam keluarga. Sementara yang menyatakan pernah melaksanakan tanpa
memberikan keterangan sebanyak 20% dan tidak melaksanakan doa bersama
dalam keluarga tanpa memberikan keterangan sebanyak 4%. Jumlah responden
yang menyatakan bahwa tujuan doa bersama dalam keluarga adalah mempererat
tali kasih dan persaudaraan antar anggota keluarga sebanyak 28%, untuk
menambah cinta kasih satu sama lain, membina kebersamaan, kererbukaan dan
mendekatkan diri kepada Tuhan sebanyak 24%, mengenalkan doa kepada anak-
anak sebanyak 8%, untuk bersyukur dan menanamkan semangat penyerahan
anak-anak kepada Tuhan sebanyak 12%.
4. Bentuk-bentuk Doa Bersama yang Berlangsung dalam Keluarga
Dalam tabel berikut akan dipaparkan tentang bentuk-bentuk doa yang telah
dilaksanakan dalam keluarga, doa bersama untuk membentuk iman anak, upaya
untuk mewujudkan kebiasaan doa bersama, macam-macam doa yang sering
dilakukan bersama dalam keluarga, dan usulan kegiatan rohani yang diharapkan
untuk membantu proses pembinaan iman dini dalam keluarga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Tabel IV
Bentuk-bentuk doa bersama yang berlangsung dalam keluarga
(N=25)
No Aspek Yang Terungkap Jumlah %
16 Apakah dalam melaksanakan doa bersama dalam
keluarga hanya sebatas doa rosario bersama ataukah ada
ujub lain?
a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang
d. Lain-lain.....
Ada ujub lain.
Doa harian
Doa rosario, novena dan 3 kali Salam Maria
Abstain
7
6
6
1
2
1
1
1
28%
24%
24%
4%
8%
4%
4%
4%
17 Apakah doa bersama dalam keluarga dapat membentuk
iman anak-anak?
a. Ya
• Dengan berdoa kita semakin dekat dengan Tuhan dan
memperkuat iman anak yang semakin dewasa,
bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan orang lain.
• Doa adalah sarana komunikasi dengan Tuhan,
semakin banyak anak berdoa maka iman anak akan
bertambah.
• Iman terbentuk melalui doa bersama keluarga.
• Anak akan terbiasa untuk berdoa dalam situasi apapun
dalam hidupnya.
• Untuk mengajarkan ajaran yang diajarkan Tuhan
Yesus kepada anak-anak dengan bersyukur atas
kebaikan yang telah diberikan Tuhan setiap hari.
2
5
2
5
2
4
8%
20%
8%
20%
8%
16%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
• Dalam doa anak ditanamkan sejak dini bahwa manusia
harus mempunyai relasi yang harmonis dengan Tuhan.
• Anak akan mengenal Allah dan mengetahui apa yang
diberikan Allah kepada mereka.
• Dengan berdoa bersama keluarga, anak dibimbing
Tuhan melalui kedua orangtuanya, serta mendapat
kasih dari Tuhan melalui kedua orangtuanya dengan
diperhatikan, maka dengan berdoa keluarga akan
merasa senang dan bahagia
a. Tidak
Karena
2 1
2
8%
4%
8%
18 Upaya apa yang perlu diwujudkan untuk memupuk
kebiasaan doa bersama demi pembinaan iman anak dalam
keluarga?
• menyediakan waktu yang cukup untuk anak-anak
• memberikan contoh, membiasakan dan mengajak anak
untuk berdoa bersama dengan memberikan sarana
seperti buku-buku pedoman doa
• membaca Kitab Suci dan merenungkan Sabda Allah.
• Melatih anak untuk berdoa bersama dengan
membiasakan mengajak keluarga untuk berdoa
bersama, meskipun dalam berdoa bersama anak-anak
sering ribut sendiri
• diawali dengan berdoa bersama saat makan, mau tidur,
mau pergi, dan selalu bersyukur kepada Tuhan, yang
harus ditanamkan kepada anak-anak untuk
mewujudkan kehendak-Nya.
• Memberi pengertian kepada anak bahwa doa bersama
itu penting dan orang tua memberikan teladan kepada
anak tentang kebiasaan doa dalam keluarga.
2
10
1
1
3
3
8%
40%
4%
4%
12%
12%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
• Doa bersama, membaca Kitab Suci, mengunjungi
orang sakit, peduli terhadap sesama dan latihan koor
• Melibatkan anak untuk ikut aktif dalam kegiatan doa
bersama supaya anak lebih mengerti makna doa
sebagai orang beriman.
• Mengajak anak untuk ziarah rohani dan mengunjungi
rumah biara
• Abstain
1
2
1 2
4%
8%
4%
8%
19 Bentuk doa seperti apa yang sering bapak/ibu lakukan
ketika berdoa bersama anak-anak?
a. Doa lisan
b. Doa renungan
c. Doa pribadi
d. Lain-lain............
Doa malaikat Tuhan
Doa lisan dan pribadi
18
3
1
2
1
72%
12%
4%
8%
4%
20 Macam-macam doa yang seperti apa yang sering
bapak/ibu lakukan dalam keluarga?
a. Doa mendaras, yaitu dengan mengulang-ulang sambil
meresapkan Sabda Tuhan
b. Berdoa dengan membaca dan merenungkan Sabda
Allah
c. Doa Rosario dan memeriksa batin seluruh pengalaman
selama satu hari.
d. Lain-lain.......
Doa lisan
Doa spontan
Doa pribadi
A,b dan c
1
8
7
4
2
1
1
1
4%
32%
28%
16%
8%
4%
4%
4%
21 Kegiatan-kegiatan rohani apa saja yang diharapkan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
bisa membantu proses pembinaan iman bagi anak?
a. Mengadakan rekoleksi keluarga bersama anak-anak di
Lingkungan St Petrus.
b. Mengadakan retret bagi keluarga bersama anak-anak
di Lingkungan St Petrus.
c. Mengadakan pendalaman iman secara rutin bagi
keluarga bersama anak-anak di Lingkungan St Petrus.
d. Lain-lain.......
Refleksi keluarga
Ziarah bersama anak
Latihan koor anak-anak
• Abstain
7
1
10
2
1
1
1
2
28%
4%
40%
8%
4%
4%
4%
8%
Pada tabel IV ini terungkap aktivitas doa bersama dalam keluarga bukan
hanya sebatas doa rosario melainkan ada ujub lain sebanyak 28%, yang
menyatakan tidak hanya doa rosario sebanyak 24%, yang menyatakan kadang-
kadang doa rosario dan ujub lain sebanyak 24%, yang menyatakan ada ujub lain
sebanyak 8%, yang menyatakan melaksanakan doa harian sebanyak 4%, dan
abstain sebanyak 4%. Pada umumnya responden menyatakan bahwa doa bersama
dalam keluarga dapat membentuk iman anak-anak 92%, dengan keterangan paling
banyak doa membuat keluarga semakin dekat dengan Tuhan dan memperkuat
iman anak sebanyak 20%, iman anak terbentuk melalui doa bersama sebanyak
20%, untuk mengajarkan ajaran yang diajarkan Yesus kepada anak-anak dengan
bersyukur sebanyak 16%, sedangkan 8% responden menyatakan ya tanpa
memberikan alasannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Jumlah responden yang menyatakan upaya yang perlu diwujudkan untuk
memupuk kebiasaan doa bersama demi pembinaan iman dini dengan memberikan
contoh dan mengajak anak-anak untuk berdoa bersama sebanyak 40%,
menanamkan kebiasaan berdoa kepada anak-anak sebanyak 12%, memberikan
pengertian serta memberikan teladan kepada anak-anak sebanyak 12%,
melibatkan anak-anak untuk ikut aktif dalam kegiatan doa bersama sebanyak 8%,
dan abstain sebanyak 8%. Berkaitan dengan bentuk doa yang dilaksanakan orang
tua bersama anak-anak, jumlah responden yang menyatakan doa lisan sebanyak
72%, doa pribadi sebanyak 12%, doa malaikat Tuhan sebanyak 8%, doa lisan dan
doa pribadi sebanyak 4% dan jumlah responden yang menjawab lain-lain tanpa
memberian keterangan sebanyak 4%. Berdasarkan macam-macam doa yang
sering dilakukan oleh keluarga adalah berdoa dengan membaca Kitab Suci dan
merenungkan Sabda Allah sebanyak 32%, doa rosario dan memeriksa batin
seluruh pengalaman selama satu hari sebanyak 28%, dan doa mendaras dengan
membaca dan merenungkan Kitab Suci beserta doa rosario sebanyak 4%.
Berdasarkan kegiatan-kegiatan rohani yang diharapkan umat di lingkungan St
Petrus untuk membantu proses pembinaan iman bagi anak adalah mengadakan
pendalaman iman secara rutin sebanyak 40%, mengadakan rekoleksi bersama
keluarga sebanyak 28%, dan abstain sebanyak 8%.
5. Faktor Pendukung dan Penghambat Kebiasaan Doa Bersama dalam Keluarga.
Dalam tabel ini berisi faktor pendukung dan penghambat kebiasaan doa
bersama dalam keluarga, hal-hal yang mendukung pelaksanaan doa bersama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
dalam keluarga, kebahagiaan anak-anak ketika berdoa bersama, kebanggaan orang
tua melihat anaknya berdoa bersama keluarga, hal-hal yang menghambat keluarga
melaksanakan doa bersama, dan hambatan yang paling berpengaruh untuk
kegiatan doa bersama dalam keluarga, untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel V
Faktor pendukung dan penghambat kebiasaan doa bersama dalam keluarga.
(N=25)
No Aspek Yang Terungkap Jumlah %
22 Hal-hal apa yang mendukung pelaksaan doa bersama
dalam keluarga?
a. Kebiasaan praktik doa bersama dalam keluarga
b. Tersedianya sarana untuk berdoa, misalnya: Kitab
Suci, Rosario dll
c. Kebutuhan/intensi khusus keluarga
d. Lain-lain...............
Semua mendukung
10
6
8
1
40%
24%
32%
4%
23 Apakah anak-anak merasa senang ketika berdoa bersama
anggota keluarganya?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
d. Lain-lain..........
Lebih tenang setelah berdoa
23
1
1
92%
4%
4%
24 Apakah bapak/ibu merasa bangga melihat anak-anak rajin
berdoa bersama keluarga? Mengapa?
• Ya. Karena senang melihat anak-anak dekat dengan
3
12%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Tuhan dan membuka hubungan yang baik dengan
anggota keluarga yang lain.
• Ya. Iman sudah terbentuk sejak kecil yang menjadikan
bekal untuk kehidupan mereka.
• Ya. Karena dengan berdoa bersama, iman anak-anak
semakin berkembang.
• Ya. Karena doa merupakan perwujudan dari iman
anak ketika berdoa Tuhan hadir di tengah keluarga dan
memberikan berkat, sukacita yang melimpah.
• Ya. Karena anak-anak masih mau diajak berdoa
bersama walaupun diserta dengan kesibukan masing-
masing anggota.
• Bangga karena timbul rasa kebersamaan dan dekat
dengan Tuhan. sehingga anak dapat mengolah
pengalaman-pengalaman dalam hidupnya.
• Ya, berarti anak sudah menyadari bahwa doa dalam
keluarga itu penting.
• Bangga karena anak-anak memiliki rasa syukur telah
didampingi dan dituntun oleh orang tua
• Ya.
• Bangga karena anak-anak belajar untuk mengenal
secara jelas tentang Yesus dan Bunda Maria.
• Abstain
4
2
2
1 3
5 1 2 1
1
16%
8%
8%
4%
12%
20%
4%
8%
4%
4%
25 Hal-hal apa yang menghambat keluarga sehingga sulit
melakukan kegiatan doa bersama?
a. Waktu
b. Semangat
c. Motivasi
d. Lain-lain...............
Waktu dan semangat
17
1
4
2
68%
4%
16%
8%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Waktu dan motivasi 1 4%
26 Di antara hambatan-hambatan yang dialami bapak/ibu
diatas (nomor 25), hambatan mana yang sangat
berpengaruh bagi kegiatan doa bersama? Berikan
alasannya!
• Waktu, karena anggota keluarga sibuk dengan
kegiatan masing-masing
• Tanpa motivasi dari orang tua, anak tidak mempunyai
kemauan dan kesadaran untuk berdoa bersama.
• Waktu dan semangat, karena terkadang tidak adanya
waktu yang pas antara satu dengan yang lain,
semangat yang kendur karena faktor kelelahan dan
capek.
• Abstain
17
4
3
1
68%
16%
12%
4%
Jumlah responden yang menyatakan kebiasaan doa bersama dalam keluarga
mendukung pelaksanaan doa bersama sebanyak 40%, adanya intensi atau
kebutuan khusus keluarga sebanyak 32%, tersedianya sarana untuk berdoa
sebanyak 24%, dan kebiasaan praktik doa bersama dengan tersedianya sarana doa
yang dilengkapi dengan kebutuhan intensi keluarga mendukung pelaksanaan
kegiatan doa bersama sebanyak 4%. Berdasarkan kegiatan doa bersama yang
dilakukan bersama keluarga 92% responden menyatakan anak-anak merasa
senang ketika berdoa bersama keluarga, 4% responden menyatakan anak-anak
lebih tenang setelah berdoa dan 4% tidak tahu apakah anak-anak merasa senang
atau tidak setelah berdoa bersama keluarganya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Jumlah responden yang menyatakan bangga melihat anak-anak rajin berdoa
sebanyak 20% karena anak menyadari dalam keluarga itu penting, 16%
menyatakan iman anak terbentuk sejak dini dan menjadikan bekal untuk
kehidupan anak-anak, 12% menyatakan bangga karena timbul rasa kebersamaan
dan dekat dengan Tuhan. Berdasarkan hal-hal yang menghambat keluarga untuk
melakukan doa bersama sebagian besar responden menyatakan waktu sebanyak
68% karena anggota keluarga sibuk dengan kegiatan masing-masing, 16%
menyatakan motivasi karena tanpa motivasi dari orangtua anak tidak mempunyai
kemauan dan kesadaran untuk berdoa bersama, 12% menyatakan waktu dan
semangat karena tidak adanya waktu yang tepat untuk melaksanakan doa bersama
dan semangat yang kendur karena kelelahan, sedangkan abstain sebanyak 4%.
6. Usaha-usaha untuk meningkatkan penghayatan hidup doa dalam keluarga.
Dalam tabel ini berisi usaha yang dilakukan untuk meningkatkan
penghayatan hidup doa dalam keluarga, usaha untuk membangkitkan minat anak
untuk berdoa, dan niat yang perlu ditingkatkan untuk memupuk kebiasaan doa
bersama dalam keluarga sebagai sarana pembinaan iman dini. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel VI
Usaha –usaha yang dilakukan untuk meningkatkan penghayatan hidup doa dalam keluarga.
(N=25)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
No Aspek Yang Terungkap Jumlah %
27 Jika anak-anak sulit untuk diajak doa bersama dalam
keluarga, bagaimana sikap bapak/ibu?
a. Mendoakan dia
b. Dengan sabar menasihati dia
c. Membiarkan saja
d. Lain-lain................
Mendoakan dan mencari waktu, sesibuk apapun
tetap melakukan kegiatan doa bersama.
Mendoakan dan menasihati
3
18
1
3
12%
72%
4%
12%
28 Cara-cara apa saja yang bisa membangkitkan minat anak
untuk mengikuti dan berperan dalam doa bersama di
tengah keluarga?
• Memberikan pujian dan pengertian bahwa doa
merupakan hal yang sangat penting.
• Menciptakan suasana yang menarik dan menceritakan
kisah santo dan santa
• Membiasakan membaca Kitab Suci
• Memberikan contoh kepada anak-anak.
• Memberikan kesempatan kepada anak untuk
memimpin doa, mengungkapkan doa spontan, dan
memberikan kesempatan kepada anak untuk membaca
Kitab Suci.
• Dengan sabar mengajak anak untuk mengikuti doa
bersama.
• Menekankan betapa pentingnya berdoa dan
mendalami Kitab Suci, pentingnya saling terbuka dan
sharing pengalaman
• Dengan menasihati anak-anak untuk berdoa terus
menerus sehingga kelak dapat menjadi anak yang
6
2
1
2
4
4
1 2
24%
8%
4%
8%
16%
16%
4%
8%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
bertanggung jawab dalam situasi apapun dalam
hidupnya.
• Mencari waktu yang tepat supaya seluruh anggota
keluarga dapat berdoa bersama.
• Memberikan hadiah sebagai bentuk apresiasi kepada
anak karena mau berdoa.
• Mengajarkan anak untuk disiplin dalam hidup doa,
dan berusaha mengorek apa yang dibutuhkan anak
untuk disampaikan kepada Tuhan melalui doa
• Melibatkan anak-anak untuk ikut dalam doa dalam
keluarga maupun di Lingkungan.
Abstain
1
1 1 1 2
4%
4%
4%
4%
8% 29 Mengapa usaha tersebut (nomor 28) perlu ditingkatkan?
Jelaskan kepentingannya!
• Supaya anak-anak tidak meninggalkan doa dan tidak
malas berdoa
• Menumbuhkan iman anak harus sejak dini
• Supaya anak-anak lebih memahami Kitab Suci
• Memberi contoh dan mengajak anak berdoa bersama
menjadikan anak lebih dekat dengan Allah dan
bertingkah laku sesuai dengan kehendak Allah.
• Dengan memberikan kesempatan serta kepercayaan
untuk memimpin doa, anak-anak semakin
bersemangat untuk senantiasa mau berdoa bersama di
tengah keluarga
• Doa bersama akan membangun hubungan semua
anggota keluarga semakin harmonis, rukun, semakin
terciptanya cinta kasih yang terjalin antar anggota
keluarga dan semakin dekat dengan sang Mahakuasa
• Menekankan betapa pentingnya berdoa dan
3
2
2
5
2
2
2
12%
8%
8%
20%
8%
8%
8%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
mendalami Kitab Suci, pentingnya saling terbuka dan
sharing pengalaman untuk mengolah diri dalam doa,
bahwa doa adalah pegangan hidup yang harus dijalani.
• Penting bahwa sejak dini anak dilatih untuk disiplin
dalam doa, baik dalam doa pribadi maupun doa
bersama
• Agar iman anak dapat berkembang dengan baik dan
selalu berdoa sebagai suatu kebutuhan bukan lagi
hanya sebagai rutinitas semata.
Abstain
2
1
4
8%
4%
16% 30 Niat atau usaha-usaha apa yang perlu ditingkatkan
sehubungan dengan doa bersama dalam keluarga sebagai
sarana pembinaan iman dini?
• Meluangkan waktu untuk melaksanakan doa bersama
dalam berbagai kesempatan yang telah disediakan.
• Menyadarkan pentingnya doa bersama dan manfaat
doa untuk anak-anak.
• Selalu sadar bahwa doa bersama dalam keluarga
mempunyai peranan yang sangat penting dalam hidup
mereka.
• Membuat jadwal rutin doa bersama dan anak-anak
diberi tugas untuk memimpin doa bergiliran
• Menciptakan semangat dan motivasi kepada keluarga
untuk selalu melaksanakan doa bersama, membina
anak-anak supaya hidup dalam iman Kristiani sampai
akhir hidupnya.
• Terus mengajak anak untuk berdoa bersama keluarga
dengan melibatkan anak-anak untuk membaca Kitab
Suci dan merenungkannya secara bersama-sama
anggota keluarga sehingga anak terlibat aktif dalam
7
2
2
7 1
4
28%
8%
8%
28%
4%
16%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
doa bersama keluarga sebagai pemimpin doa,
pembaca Kitab Suci atau mengungkapkan doa
spontan.
Abstain
4
16%
Berdasarkan tabel VI hendak dipaparkan mengenai usaha yang dilakukan
orangtua untuk mengajak anak-anak berdoa bersama. Sebanyak 72% responden
menyatakan dengan sabar menasihatinya, 12% responden menyatakan
mendoakannya, 12% responden mendoakan dan menasihati, 4% responden
mendoakan dan mencari waktu untuk melaksanakan doa bersama. Sedangkan
sebanyak 24% responden menyatakan bahwa cara-cara yang dapat
membangkitkan minat anak untuk berdoa adalah memberikan pujian dan
pengertian bahwa doa merupakan hal yang sangat penting, 16% responden
menyatakan memberikan kesempatan kepada anak untuk memimpin doa, 16%
responden mengajak anak-anak untuk mengikuti doa bersama, 8% responden
menyatakan memberikan contoh kepada anak-anak, 8% responden menyatakan
memberikan contoh kepada anak-anak, dan 8% responden abstain.
Dari usaha-usaha yang telah dilakukan orangtua untuk membangkitkan
minat anak perlu ditingkatkan, sebanyak 20% responden menyatakan supaya
anak-anak lebih memahami Kitab Suci, 16% responden menyatakan agar iman
anak dapat berkembang dengan baik dan selalu berdoa sebagai suatu kebutuhan
bukan lagi sebagai rutinitas, sebanyak 12% responden menyatakan supaya anak-
anak tidak meninggalkan doa dan tidak malas berdoa. Berkaitan dengan usaha-
usaha yang perlu ditingkatkan sehubungan dengan doa bersama dalam keluarga
sebagai sarana pembinaan iman dini, jumlah responden yang menyatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
meluangkan waktu untuk melaksanakan doa bersama dalam berbagai kesempatan
yang telah disediakan sebanyak 28%, membuat jadwal rutin doa bersama dan
anak-anak diberi tugas untuk memimpin doa bergiliran sebanyak 28%, terus
mengajak anak untuk berdoa bersama keluarga dengan melibatkan anak-anak
membaca Kitab Suci dan merenungkannya secara bersama-sama anggota keluarga
sehingga anak terlibat aktif dalam doa bersama keluarga sebanyak 16%,
sedangkan abstain sebanyak 16%.
D. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Bagian ini membahas hasil penelitian dari responden yang telah dilaporkan
pada bagian sebelumnya, adapun pembahasan hasil penelitian ini meliputi,
identitas responden, pembinaan iman dini di dalam keluarga, pengertian dan
peranan doa dalam rangka pembinaan iman dalam keluarga, bentuk-bentuk doa
bersama yang berlangsung dalam keluarga, faktor pendukung dan penghambat
kebiasaan doa bersama dalam keluarga, dan usaha-usaha untuk meningkatkan
penghayatan hidup doa dalam keluarga. Pembahasan ini bertujuan untuk
memahami lebih jauh hasil dari penelitian yang menggambarkan situasi
sebenarnya dari permasalahan keluarga katolik di lingkungan St Petrus Paroki St
Yohanes Rasul Kedaton tentang doa bersama dalam keluarga sebagai sarana
pembinaan iman dini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
1. Identitas Responden
Dari hasil penelitian usia responden di lingkungan St Petrus Paroki St
Yohanes Rasul Kedaton semuanya berusia diatas 31 tahun (100%). Data ini
menunjukkan bahwa responden mengisi kuesioner bervarisi usianya. Dilihat dari
usia, responden sudah sangat berpengalaman dalam hidup perkawinan dan hidup
rohani, sehingga mereka mampu mendidik dan memikirkan perkembangan iman
anak-anaknya, serta berpeluang untuk mendidik iman anak. Tingkat pendidikan
responden di lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul Kedaton sebagian
besar (56%) sudah menyelesaikan tingkat SMA, sedangkan (40%) responden
lulusan S1 dan sebesar (4%) tamat SD. Bila dilihat dari segi pendidikan, mereka
mempunyai latar belakang pengetahuan, penghayatan nilai-nilai Kristiani yang
baik. Hal ini menunjukkan bahwa orangtua mempunyai kepedulian dan perhatian
terhadap pembinaan iman anak dalam keluarga, selain itu orang tua baik bapak
atau ibu berperan penting dalam pembinaan iman anak-anaknya.
Dari segi mata pencaharian, sebagian besar responden bermatapencaharian
sebagai pegawai (40%), dan sebagian kecil bekerja sebagai ibu rumah tangga
(16%). Berdasarkan aspek yang terungkap dari hasil penelitian ini, penulis
berpendapat bahwa orangtua Kristiani di lingkungan St Petrus sudah hidup layak.
Meskipun kesibukan pekerjaan banyak menyita waktu, sehingga kurang ada
kesempatan untuk berkumpul bersama keluarga.
Dilihat dari data hasil penelitian menunjukkan bahwa status perkawinan di
lingkungan St Petrus bervariasi. Sebagian besar responden menyatakan status
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
perkawinan mereka masih lengkap dan kawin seagama yaitu sebanyak (92%). Hal
inilah yang sangat mendukung dalam hal pendidikan iman anak dalam keluarga.
Dilihat dari usia perkawinan responden sebagian besar berusia 19-25 tahun
sebanyak (76%).
2. Pembinaan Iman Usia Dini Di Dalam Keluarga
Dari tabel II, responden di lingkungan St Petrus paroki St Yohanes Rasul
Kedaton, (92%) pernah mengajarkan anak-anak membaca Kitab Suci. Hal ini
menunjukkan bahwa orang tua memperhatikan anak-anaknya dengan
mengajarkan anak untuk membaca Kitab Suci. Meskipun tidak semua orangtua
mengajarkan anak-anaknya membaca Kitab Suci, namun sebagian besar anak-
anak secara mandiri dapat membaca dan merenungkan Kitab suci sebanyak
(52%). Hal ini menunjukkan bahwa anak-anak mandiri dalam hal iman, dengan
tuntutan dan bimbingan orangtua yang selalu mengingatkan mereka.
Kebanyakan anak-anak melakukan aktivitas membaca dan merenungkan
Kitab Suci jika ada tugas sekolah minggu (44%), dan paling sedikit pada pagi hari
dan pada bulan Kitab Suci sebanyak (4%). Dalam rangka pendidikan iman anak
perlu adanya kebiasaan membaca Kitab Suci, hal ini perlu karena dapat membantu
anak-anak untuk semakin mengenal Allah terutama lewat kisah dan tokoh-tokoh
dalam Kitab Suci. Dengan demikian anak dapat menemukan Allah melalui Yesus
Kristus. Dengan rajin membaca Kitab Suci anak dapat memahami karya Allah
melalui peristiwa hidup mereka sehari-hari. Data memperlihatkan orang tua tidak
terlalu akrab dengan kisah santo/santa dan menceritakannya kepada anak-anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
(72%). Hal ini menunjukkan orangtua belum terlalu akrab dengan kisah
santo/santa sebagai tokoh yang nyata untuk contoh hidup beriman kepada Kristus.
Dari data diatas, memperlihatkan anak-anak ikut aktif dalam kegiatan
menggereja dan membina iman di sekolah minggu yang diadakan oleh Gereja dan
lingkungan. Hal ini menunjukkan kesadaran orangtua untuk membina anak-anak
dalam lingkungan sekolah maupun Gereja dengan mengikutsertakan anak-anak
bina iman sekolah minggu di gereja. Jika melihat data diatas, orangtua lebih
cenderung membina anak-anak melalui kegiatan-kegiatan sekolah minggu
ataupun di lingkungan daripada membina iman anak-anak dalam keluarga, dalam
kehidupan sehari-hari keluarga.
3. Pengertian dan Peranan Doa dalam rangka Pembinaan Iman dalam Keluarga.
Pengertian doa bersama menurut responden, sebagian besar mengartikan
bahwa doa adalah relasi dengan Tuhan dan sesama (16%), pengertian ini diartikan
sebagai suatu relasi yang intim antara seorang manusia dengan Allah. Melalui
Kristus manusia dapat menjalin komunikasi yang hidup dengan Allah dengan
menjalin komunikasi yang hidup dengan Allah serta menekankan segi komunikasi
hati dengan Allah melalui Putera-Nya Yesus Kristus. Doa itu pada hakikatnya
berjumpa dengan Allah secara dialogis antara Allah dengan manusia (Green SJ,
1988:32).
Doa merupakan hubungan persatuan dengan Allah (12%), pengertian ini
merupakan bentuk inisiatif manusia untuk mengalami perjumpaan dengan Allah
melalui dialog yang dimulai dari manusia menanggapi setiap peristiwa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
terjadi dalam hidupnya. Dengan berdialog, manusia bersatu dengan Allah lewat
doa. Bersatu berarti mengandaikan manusia berserah kepada Tuhan untuk setiap
perkara dalam hidupnya untuk mencapai keselamatan (Darminta 1984:24).
Penekanannya terjadi pada refleksi manusia terhadap kasih Allah dan bersatu
dengan-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa orangtua memahami dengan baik arti
doa yang sesungguhnya, sehingga dalam melaksanakan doa bersama keluarga,
orangtua mampu memberikan pengertian yang baik dan benar kepada anak-anak.
Pengertian doa bersama dalam keluarga dilakukan secara rutin bersama-
sama dengan keluarga untuk menyatukan permohonan dan kedekatan dengan
Tuhan (12%), bersyukur dan berserah kepada Tuhan bersama anggota keluarga
(8%). Kedua sikap tersebut memperlihatkan bahwa orangtua menyadari
pentingnya kebersamaan, keterbukaan hati keluarga pada setiap rencana Allah
dengan “berserah” dan mengucap syukur untuk sebuah kebersamaan yang terjalin
dalam keluarga melalui doa bersama. Doa menjadikan sarana untuk keluarga
berkumpul, memohon, bersyukur kepada Tuhan sekaligus memberikan kekuatan
kepada keluarga. Orangtua memahami doa bersama dalam keluarga sebagai usaha
pembinaan iman untuk menciptakan komunikasi iman pada anak-anak. Melalui
kebersamaan, anak-anak akan mengerti, memahami dan bersyukur telah diberikan
kehidupan dan keluarga yang baik serta menjadikan iman anak berkembang
melalui perjumpaan dan dialog bersama keluarga untuk berjumpa dengan Allah
melalui doa bersama dalam keluarga.
Orangtua (16%) berpendapat bahwa doa bersama berperan untuk menjalin
keakraban dan menumbuhkan iman kepada Yesus Kristus serta menambah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
hubungan antar anggota keluarga, sehingga komunikasi dalam keluarga akan
bertambah (12%). Maka dapat disumpulkan bahwa peran doa bersama dalam
keluarga dipandang orangtua sangat bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari
keluarga, khususnya kehidupan iman. Dalam hal ini komunikasi iman akan
bertambah melalui sharing pengalaman antar anggota keluarga. Anak-anak akan
semakin dekat dengan orangtuanya dan dekat dengan Yesus melalui sharing
pengalaman, anak-anak mengungkapkan pengalaman baik suka maupun duka
yang dialaminya selama satu hari. Peranan doa bersama dalam keluarga dapat
membentuk iman anak dengan mau mengungkapkan apa yang terjadi dalam
hidupnya, mengungkapkan isi hatinya kepada Tuhan. Dengan bersyukur dan
berserah kepada Tuhan, melalui kebiasaan-kebiasaan positif keluarga dengan
berdoa bersama menjadikan anak terbiasa untuk berdoa dan mengandalkan Yesus
sebagai satu-satunya pegangan hidupnya.
Dengan melihat begitu pentingnya doa bersama dalam keluarga, adapun
waktu yang digunakan keluarga untuk berdoa bersama pada saat ulang tahun
kelahiran/perkawinan sebanyak (24%). Hal ini terjadi untuk mengucapkan syukur
kepada Tuhan atas kasih yang berlimpah yang boleh diterima oleh keluarga
melalui peristiwa kelahiran dan peringatan hari bersejarah orangtua. Pada saat
sebelum tidur sebanyak 36%. Hal ini ingin mengungkapkan syukur kepada Tuhan
telah diberikan hari yang baik, serta diberikan pelajaran yang berharga melalui
pengalaman-pengalaman yang terjadi selama satu hari.
Tabel 3 nomor 14 para orangtua mengungkapkan bahwa sudah terlaksana
kegiatan doa bersama dalam keluarga (96%). Sebagai ucapan syukur dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
permohonan untuk diberi kelancaran dalam belajar dan sebelum tidur sebanyak
24%. Dengan memohon Allah memberikan kekuatan untuk membangun semangat
di dalam Tuhan (Darminta, 1997:46). Sementara sebanyak 8% sudah
melaksanakan meskipun banyak hambatan. Hal ini ingin mengungkapkan bahwa,
semangat persatuan dengan Allah terjadi dalam keluarga meskipun banyak
halangan yang menghadang namun dengan semangat dan cinta kepada Yesus
Kristus keluarga tetap meluangkan waktu untuk bersyukur.
Orangtua (28%) mengungkapkan tujuan doa bersama dalam keluarga untuk
mempererat tali kasih antar keluarga sehingga iman semakin berkembang dan
mendapat berkat dari Allah. Menanamkan semangat penyerahan anak-anak
kepada Tuhan untuk bersyukur dan berterimakasih (12%). Dapat disimpulkan
bahwa tujuan terlaksananya doa bersama dalam keluarga untuk menambah tali
kasih antar anggota keluarga dengan saling tolong menolong ketika salah satu
anggota keluarga sedang berada dalam masalah, memberikan kekuatan serta
peneguhan untuk saling menguatkan anggota keluarga. Melalui doa bersama,
seorang anak akan mengerti betapa berharganya dirinya untuk keluarga dan anak
akan merasa dicintai oleh keluarganya. Cinta membri keutuhan, memberi rasa
harga diri dan percaya diri (Darminta 1997:48).
4. Bentuk-bentuk Doa Bersama yang Berlangsung dalam Keluarga.
Berdasarkan data-data yang diperoleh pada tabel IV, diperoleh gambaran
berkaitan dengan bentuk-bentuk doa yang berlangsung dalam keluarga sebagai
berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Dari 25 responden di lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul
Kedaton, sebanyak 28% melaksanakan doa bersama dalam bentuk doa rosario dan
diselipkan beberapa ujub doa sesuai dengan kebutuhan keluarga. Selain itu (24%)
tidak hanya berdoa rosario bersama keluarga. Responden di lingkungan St Petrus
Paroki St Yohanes Rasul Kedaton tidak pada kesempatan berdoa bersama berdoa
penyerahan keluarga kepada Keluarga Kudus, doa harian, dan doa novena 3 kali
salam maria. Hal ini dilakukan karena keluarga menyadari bahwa keluarga harus
senantiasa berdoa kepada Bunda Maria, ibu Yesus dan meneladani hidup serta
penyerahan secara total diri-Nya kepada Allah melalui peristiwa-peristiwa
gembira, terang, sedih, dan mulia.
Dalam doa bersama, anak-anak akan semakin dekat dengan Tuhan dan
memperkuat iman anak yang semakin dewasa, bertanggung jawab atas dirinya
sendiri dan orang lain (20%). Hal ini menunjukkan bahwa doa bersama dalam
keluarga merupakan sarana untuk menumbuhkan dan menguatkan iman anak.
Melalui doa, anak akan memohon dan berserah kepada Tuhan untuk membentuk
pribadinya. Anak akan berdoa dalam situasi apapun (8%). Hal ini menunjukkan
bahwa penyerahan dan percaya kepada Tuhan itu penting. Setiap manusia harus
selalu bersyukur dan percaya bahwa rencana Allah itu indah melebihi rencananya
sendiri.
Berkaitan dengan upaya untuk membina iman anak sejak dini, responden
memberikan contoh dan membiasakan mengajak anak-anak untuk berdoa bersama
dengan memberikan sarana seperti buku-buku pedoman doa, Puji Syukur dan
Kitab Suci (40%) dan melibatkan anak untuk terlibat aktif dalam kegiatan doa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
bersama (8%). Hal ini menunjukkan peran orangtua sangat dominan untuk
mengarahkan dan menjadi teladan anak. Melalui teladan dan sarana yang telah
diberikan orangtua, anak-anak belajar untuk memimpin doa bersama dalam
keluarga. Iman anak terbentuk melalui kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan
keluarga dengan melakukan doa bersama. Anak-anak akan menyadari bahwa doa
bersama dalam keluarga itu penting. Karena sudah terbiasa berdoa bersama
keluarga, anak-anak akan terbiasa berdoa sendiri dimanapun, kapanpun dan dalam
situasi apapun yang terjadi dalam hidupnya.
Didalam keluarga, bentuk doa yang sering dilakukan oleh orangtua yakni
doa lisan (72%) dengan memusatkan hati dan pikiran hanya kepada-Nya untuk
mengungkapkan apa yang dirasakan manusia (KGK art 7). Keluarga katolik di
lingkungan St Petrus ini berdoa dengan membaca dan merenungkan Sabda Allah
(32%), doa rosario dan memeriksa batin seluruh pengalaman selama satu hari
(28%). Hal ini menunjukkan kesadaran orangtua bahwa berdoa itu tidak selalu
harus memohon, melainkan mendengarkan apa yang dibicarakan dalam Kitab
Suci kemudian merenungkannya untuk diresapi dan dihayati dalam hidup sehari-
hari. Merenungkan Sabda Allah bersamaan dengan merenungkan peristiwa yang
dialami membuat anak belajar untuk hidup secara benar seturut dengan Allah.
Dengan melihat begitu pentingnya doa bersama dalam keluarga untuk
membantu membentuk iman anak sejak dini keluarga mengusulkan mengadakan
pendalaman iman keluarga bersama anak-anak (40%), mengadakan rekoleksi
keluarga bersama anak-anak (28%). Hal ini dirasa tepat yaitu dengan melibatkan
anak-anak dalam setiap kegiatan kerohanian untuk membantu anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
memperkembangkan imannya. Pendalaman iman bersama anak-anak membantu
anak untuk mengungkapkan pengalamannya bersama keluarga maupun bersama
orang lain. Melalui sharing pengalaman pula anak-anak dapat mengambil
pelajaran berharga dari pengalaman orang lain dan menjadikannya pengalaman
iman yang membantu anak untuk semakin beriman kepada Yesus Kristus. Sharing
pengalaman bukan hanya sekedar berbincang-bincang tetapi menemukan
pengalaman iman melalui sharing tersebut. Hal ini berkaitan dengan variabel
nomor 8 yaitu tentang membaca dan merenungkan Kitab Suci. Melalui
pengalaman yang dialami, anak dapat mengaitkan kisah dalam Kitab Suci dengan
pengalaman yang dialaminya.
5. Faktor Pendukung dan Penghambat Kebiasaan Doa Bersama dalam Keluarga.
Berdasarkan data-data yang diperoleh pada tabel V, diperoleh gambaran
yang berkaitan dengan faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan doa
bersama dalam keluarga sebagai berikut:
Dari 25 responden hal yang mendukung pelaksanaan doa bersama dalam
keluarga yaitu adanya kebiasaan praktik doa bersama dalam keluarga (40%).
Tersedianya sarana yang mendukung untuk melakukan doa bersama (24%). Hal
ini menandakan bahwa keluarga memiliki kesadaran dan tanggung jawab untuk
melaksanakan doa bersama. Tersedianya sarana untuk berdoa mendukung
terlaksananya kegiatan doa bersama dalam keluarga. Sarana ini membantu
keluarga bersama anak-anak untuk mendekatkan diri kepada Allah, melalui sarana
anak belajar bahwa doa itu tidak hanya sekedar memohon dan bersyukur, tetapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
belajar dari pengalaman, peristiwa yang terdapat dalam Kitab Suci dan
menghormati benda-benda Kudus seperti patung dan salib sebagai simbol umat
Kristiani.
Kebiasaan doa bersama ini membuat anak-anak merasa senang berdoa
bersama keluarganya (92%). Berdoa bersama keluarga memberikan kekuatan dan
peneguhan bagi anak-anak. Melalui doa bersama anak-anak merasa dirinya
berharga untuk dirinya dan keluarganya. Berdasarkan variabel nomor 23, orang
tua merasa bangga melihat anak-anaknya rajin berdoa bersama karena dengan
berdoa anak-anak menyadari bahwa doa dalam keluarga itu penting (20%). Doa
merupakan bagian hidup manusia, dalam doa seseorang menyerahkan segala
situasi yang dihadapinya. Bersyukur atas situasi yang terjadi dalam hidupnya baik
peristiwa menyenangkan maupun peristiwa yang menyedihkan.
Selain hal-hal yang mendukung terlaksananya doa bersama, keluarga juga
mengalami berbagai hambatan untuk berdoa bersama keluarga. Waktu (68%)
menjadi penghambat yang paling dominan karena anggota keluarga memiliki
kesibukan masing-masing. Tak dapat dipungkiri bahwa setiap anggota keluarga
memiliki aktivitas yang tidak dapat ditinggalkan. Mengingat dizaman yang sudah
maju seperti ini, aktivitas sehari-hari setiap pribadi sangat beragam. Namun,
meskipun waktu menjadi penghambat dengan usaha dan konsisten terhadap waktu
keluarga mengusahakan untuk tetap berdoa bersama sebagai bentuk rasa syukur
dan kebersamaan dalam keluarga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
6. Usaha-usaha yang Dilakukan untuk Meningkatkan Penghayatan Hidup Doa dalam Keluarga.
Berdasarkan tabel VI di atas, diperoleh gambaran mengenai usaha yang
dilakukan keluarga untuk meningkatkan penghayatan hidup doa dalam keluarga
sebagai berikut:
Dari 25 responden, usaha yang dilakukan orangtua untuk mengajak anak-
anaknya yang sulit berdoa yaitu dengan menasihatinya (72%). Memang sudah
menjadi tugas orangtua untuk selalu mengingatkan dan mengajak anak untuk
berdoa. Namun tak dapat dipungkiri juga, orangtua pasti menghadapi anak yang
malas berdoa ditengah aktivitas yang melelahkan. Orangtua lebih memilih untuk
menasihatinya, dengan sabar memberikan pengertian bahwa doa itu merupakan
salah satu bagian dari hidup yang tidak dapat ditinggalkan begitu saja. Dalam hal
ini, orangtua memegang peranan penting untuk membangkitkan minat anak dalam
hal doa bersama.
Dari kesulitan-kesulitan yang dihadapi orangtua dalam mengajak anak
untuk berdoa, orangtua selalu memiliki cara untuk membangkitkan minat anak
dalam hal doa. Memberikan pujian dan pengertian bahwa doa bersama merupakan
hal yang penting (24%). Doa merupakan bagian yang tak dapat terpisahkan dari
hidup manusia. Oleh karena itu, orangtua memberikan pengertian yang baik
kepada anak-anak bahwa doa merupakan hal dasar yang harus dilakukan oleh
umat beriman.
Memberikan hadiah sebagai bentuk apresiasi kepada anak (4%). Dengan
memberikan apresiasi kepada anak, anak akan merasa dirinya berharga bagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
keluarga. Anak akan merasa senang karena usahanya untuk berdoa diberikan
penghargaan. Bukan perkara mudah untuk membangkitkan minat anak dalam hal
doa, oleh karena itu memberikan penghargaan kepada anak akan membuat ia
semakin percaya diri dan terbiasa untuk melakukan doa bersama dalam keluarga
untuk menumbuhkan iman kepada Yesus Kristus.
Berkaitan dengan variabel nomor 28, usaha tersebut perlu ditingkatkan
supaya anak-anak tidak meninggalkan dan malas berdoa (12%). Semakin
memahami kisah dalam Kitab Suci (20%). Pendampingan orangtua diharapkan
dapat membantu anak-anak dalam memperkembangkan imannya menjadi
semakin dewasa, dengan memberikan pengertian dan apresiasi bahwa doa
merupakan hal yang penting dan mendasar dalam hidupnya bukan hanya sekedar
rutinitas belaka. Membiasakan doa bersama keluarga akan menjadikan keluarga
semakin dekat dan hidup sejalan dengan kehendak-Nya melalui kisah dan
pengalaman dalam Kitab Suci.
Kenyataan ini mengajak orangtua untuk lebih meningkatkan kesadaran dan
tanggungjawab sebagai orangtua untuk mengajak serta membimbing anak-
anaknya semakin beriman kepada Yesus dan mengabdi kepada hidup (Purwa
Hardiwardoyo 2013:96). Responden berniat meluangkan waktu untuk
melaksanakan doa bersama dalam berbagai kesempatan yang telah disediakan
(28%). Tidak dapat dipungkiri bahwa, waktu untuk berkumpul bersama menjadi
penghambat utama dalam melaksanakan doa bersama dalam keluarga. Kesibukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
masing-masing anggota keluarga bukan menjadi persoalan untuk berdoa bersama
jika keluarga bijak dalam mengelola waktu yang tersedia. Dengan membuat
jadwal rutin doa bersama (28%), dapat membantu keluarga dalam melaksanakan
doa bersama. Meskipun ditengah-tengah aktivitas dan kesibukan masing-masing
anggota keluarga yang padat, berkat adanya jadwal doa bersama keluarga dapat
melaksanakan doa bersama secara rutin.
E. Rangkuman Hasil Penelitian dan Permasalahan yang Ditemukan
Hasil penelitian tentang doa bersama dalam keluarga sebagai sarana
pembinaan iman dini dapat dirangkum sebagai berikut:
1. Orang tua telah memahami dirinya sebagai pendidik iman yang pertama dan
utama dalam keluarga dengan mengajarkan anak-anak membaca dan
merenungkan Kitab Suci. Meskipun tidak semua orang tua mengajarkan anak-
anaknya untuk membaca Kitab Suci, dengan mandiri anak-anak dapat
membaca dan merenungkan Kitab Suci. Tindakan mandiri anak-anak membaca
dan merenungkan Kitab Suci menunjukkan bahwa anak-anak mandiri dalam
hal iman. Orang tua juga telah menyadari pentingnya perkembangan iman
anak-anak dengan mendukung anak-anak untuk ikut terlibat aktif dalam
kegiatan rohani di lingkungan maupun di Gereja. Namun demikian,
perkembangan iman tidak semata-mata didapat dari kegiatan-kegiatan rohani di
lingkungan maupun di gereja, namun juga dari kegiatan doa bersama dalam
keluarga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
2. Secara umum doa bersama dipahami orang tua sebagai relasi dengan Tuhan
dan sesama sebagai suatu relasi yang intim antara seorang manusia dengan
Allah. Dari segi peranan doa bersama, orang tua memahami peran doa bersama
sebagai sarana berkumpulnya seluruh anggota keluarga untuk menjalin
keakraban dan menumbuhkan iman kepada Yesus Kristus. Orang tua juga
memahami peran doa bersama dapat membentuk iman anak dengan mau
mengungkapkan peristiwa yang terjadi dalam hidupnya. Melalui doa bersama
dalam keluarga menjadikan anak terbiasa untuk berdoa dan mengandalkan
Yesus sebagai satu-satunya pegangan hidup. Dari segi tujuan doa bersama
sendiri, orang tua berpendapat bahwa doa bersama dapat mempererat tali kasih
antar anggota keluarga dengan saling tolong menolong, memberikan kekuatan
serta peneguhan untuk saling menguatkan anggota keluarga.
3. Selama proses doa bersama berlangsung dalam keluarga, secara umum bentuk
doa yang digunakan oleh keluarga yaitu doa rosario. Doa penyerahan kepada
Bunda Maria untuk meneladani hidup serta penyerahan secara total diri-Nya
kepada Allah melalui peristiwa gembira, sedih, terang dan mulia. Selain doa
rosario, orang tua juga mengajak anak-anaknya untuk memeriksa batin seluruh
pengalaman selama satu hari. Selain itu juga, orang tua memiliki kesadaran
untuk memberikan pengertian kepada anak-anak bahwa doa bukan hanya
memohon berkat melainkan mendengarkan dan menerima kehendak Tuhan
atas peristiwa suka maupun duka dalam hidupnya.
4. Selama proses doa bersama berlangsung terdapat faktor pendukung dan faktor
penghambat untuk melaksanakan doa bersama dalam keluarga. Faktor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
pendukung dan faktor penghambat selama proses berdoa bersama dalam
keluarga bisa datang dari dalam diri maupun dari luar diri para anggota
keluarga. Beberapa hal yang dapat dilihat dari dalam diri seseorang tentu
memiliki dua sisi yang mendukung dan menghambat, begitu sebaliknya pada
hal-hal yang datang dari luar dirinya. Dari hasil penelitian, faktor pendukung
yang datang dari dalam diri adalah adanya kesadaran dan tanggungjawab untuk
melaksanakan kegiatan doa bersama dalam keluarga, niat dan motivasi untuk
melaksanakan doa bersama dengan sepenuh hati. Faktor pendukung dari luar
diri yaitu adanya kebiasaan untuk melaksanakan doa bersama dalam keluarga.
Adapun faktor penghambat yang muncul dari dalam diri adalah tidak memiliki
niat dan motivasi untuk melaksanakan doa bersama dalam keluarga. Faktor
penghambat dari luar diri yaitu kurangnya waktu untuk berkumpul bersama
karena aktivitas anggota keluarga yang beragam. Usaha yang dilakukan orang
tua untuk meningkatkan doa bersama dalam keluarga yaitu dengan
memberikan pengertian kepada anak bahwa doa bersama dalam keluarga
merupakan hal yang penting sebagai umat beriman, karena doa tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan umat beriman.
5. Untuk meningkatkan hidup rohani keluarga, sebagian besar orang tua
memberikan usulan untuk mengadakan pendalaman iman bersama keluarga
yang diikuti bersama seluruh anggota keluarga agar semakin mempererat tali
kasih antar anggota keluarga, saling memberikan peneguhan dan kekuatan
ketika salah satu anggota keluarga mengalami kesulitan-kesulitan. Melalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
sharing bersama anggota keluarga, anak-anak mampu mengambil pengalaman
berharga dari orang lain dan menjadikannya sebagai pengalaman iman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
BAB IV
USULAN PROGRAM MENINGKATKAN PERANAN DOA BERSAMA DALAM KELUARGA
SEBAGAI SARANA PEMBINAAN IMAN USIA DINI MELALUI KATEKESE KELUARGA DI LINGKUNGAN ST PETRUS
PAROKI ST YOHANES RASUL KEDATON, BANDAR LAMPUNG, LAMPUNG
Dalam bab III telah dipaparkan mengenai gambaran umum paroki, sejarah
umat katolik di lingkungan, situasi sosial ekonomi umat di lingkungan, kehidupan
doa umat di lingkungan dan penelitian tentang doa bersama dalam keluarga di
lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul Kedaton. Dengan mengetahui
sejauh mana keluarga katolik menghadapi permasalahan doa bersama maka dalam
bab ini akan dipaparkan tentang refleksi atas penelitian doa bersama dalam
keluarga sebagai sarana pembinaan iman dini di Lingkungan St Petrus Paroki St
Yohanes Rasul Kedaton dan katekese keluarga.
Katekese merupakan salah satu usaha untuk pembinaan iman jemaat, maka
untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi keluarga katolik di Lingkungan St
Petrus Paroki St Yohanes Rasul Kedaton, penulis memilih katekese keluarga
sebagai salah satu alternatif usaha untuk mendialogkan iman dalam keluarga.
Sebelum dijelaskan apa itu katekese keluarga, terlebih dahulu dijelaskan
mengenai katekese secara umum, baik itu pengertian, tujuan maupun tugas
katekese. Setelah itu dijelaskan mengenai katekese keluarga.
A. PERANAN DOA BERSAMA DALAM KELUARGA SEBAGAI SARANA PEMBINAAN IMAN USIA DINI
Melaksanakan doa bersama dalam keluarga memang bukanlah yang mudah
mengingat kesibukan yang terjadi pada masing-masing anggota keluarga. Setiap
keluarga katolik hendaknya menyadari akan pentingnya peranan doa bersama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
dalam keluarga sebagai pembinaan iman usia dini. Paus Yohanes Paulus II dalam
surat kepada keluarga-keluarga mengungkapkan bahwa induividu hadir ada
karena keluarganya. Bila seorang manusia tidak memiliki keluarga, maka orang
tersebut tumbuh dalam hidup yang penuh dengan kegelisahan, sedih dan merasa
kehilangan dan hal ini akan menjadi beban dalam hidupnya (LtF, art 2).
Doa berfungsi untuk mengalami Allah dalam kehidupan sehari-hari manusia
melalui pengalaman-pengalaman. Selain itu, doa mengarahkan hidup manusia
menuju Allah untuk semakin mengenal Allah dan bersatu dengan Allah sehingga
manusia mengalami transformasi (perubahan rohani) dalam hidupnya. Doa juga
mempunyai fungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan hidup rohani yang
membentuk kesadaran yang mendalam atas inti dan makna hidup doa (Darminta,
1983:62).
Dalam surat kepada keluarga yang dituliskan oleh Paus Yohanes Paulus II
art 4 mengatakan bahwa doa kepada Kristus mengajak manusia untuk tetap
tinggal dalam setiap keluarga, dan melalui keluarga kecil yang terdiri dari bapak,
ibu, dan anak-anak. Doa harus menjadi unsur yang pokok bagi keluarga dalam
Gereja karena doa keluarga dilakukan oleh keluarga, untuk keluarga dan bersama
keluarga. Doa keluarga meningkatkan kesatuan rohani keluarga, karena doa
membantu keluarga untuk ikut ambil bagian dalam karya Allah sendiri. Doa
sangat penting dalam kehidupan manusia karena di dalam doa dan melalui doa,
manusia dapat menemukan kesederhanaan mendalami kesubjektivitasnya (ke-aku-
annya) sendiri yang unik. Dengan subjektivitasnya, setiap individu menangkap
makna menjadi seorang pribadi. Hal ini dapat berlaku bagi keluarga sebagai sel
terkecil dalam masyatakat tetapi memiliki subjektivitasnya yang khusus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Hidup berkeluarga dikehendaki oleh Allah, manusia pertama diciptakan
laki-laki dan perempuan (Kej 1:27). Laki-laki dan perempuan itu dipertemukan
dan membentuk keluarga, menerima tugas hidup saling mencintai dan
melangsungkan kehidupan anak-anaknya. Melalui sakramen perkawinan, berarti
dua orang manusia siap dan mau untuk menerima segala konsekuensinya. Inilah
yang menjadi tugas panggilan keluarga (Wahjasudibja 1987:109-110). Tugas dan
kewajiban orang tua adalah merawat dan membimbing anak-anak menuju
kehidupan rohani dan jasmani yang lebih baik, untuk dapat menghadapi
kehidupan masa depan anak-anak hingga anak itu meninggalkan rumah orang
tuanya dan membentuk keluarganya sendiri (Alex 1985:279-280).
Keluarga sangat berperan bagi kehidupan rohani anak-anak. Keluarga
mengajarkan cara berdoa kepada anak-anak. Membantu menghafal doa-doa harian
yang sederhana, membuat tanda salib, dan menjadi contoh berdoa yang baik
bagaimana semangat berdoa bertumbuh dalam keluarga khususnya pada anak usia
dini. Doa mendekatkan hati kepada Allah. Doa mengungkapkan kepasrahan
manusia kepada Allah sebab keselamatan hanya datang daripada Allah. Semakin
anak-anak mengenal Yesus, anak-anak akan semakin senang berdoa dan berbuat
seperti Yesus (Goretti 1999:15).
Pendidikan dalam keluarga sangatlah penting, karena didalam keluarga
anak-anak dididik dan dibina bersama dengan orang tuanya. Didalam keluarga
pula pendidikan seumur hidup dilaksanakan. Sejak ibu mengandung hingga
melahirkan, proses pendidikan sudah berlangsung dengan memberikan makanan
dan perlindungan kepada anak. Seorang ibu yang bahkan belum melahirkan, tidak
hanya memberikan bentuk kepada tubuh sang anak, tetapi juga secara tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
langsung membentuk kepribadian anak melalui kebiasaan-kebiasaan hidup
kerohaniannya (LtF, art 16).
Keluarga sangat berperan dalam pendidikan anak, karena keluarga
merupakan sekolah utama dan pertama yang dialami anak. Sejak ia dalam
kandungan hingga ia tumbuh menjadi dewasa. Kepribadian anak dibentuk melalui
keluarga melalui kebiasaan-kebiasaan hidup rohani dan jasmani yang baik.
Pendidikan anak dalam keluarga dilakukan sejak anak dalam kandungan dengan
memberikan asupan-asupan yang baik, serta memberikan contoh-contoh yang
baik kepada anak terutama dalam hal kebiasaan doa. Pendidikan iman dalam
keluarga sangat penting dilakukan sejak anak masih berusia dini karena anak-anak
mudah dibentuk hingga akhirnya menuju ke tahap pendidikan diri sendiri yang
terjadi bila seorang individu sudah mencapai kematangan rohaniah dan jasmaniah
(LtF art 16).
Hal ini tegaskan oleh surat kepada keluarga-keluarga yang ditulis oleh Paus
Yohanes Paulus II art 5 yang berbunyi:
Betapa mendesaknya bagi keluarga-keluarga untuk berdoa dan agar doa tadi berkembang dan tersebar luas di seluruh dunia, yang mengungkapkan syukur karena kasih dalam kebenaran, disebabkan oleh pencurahan Roh Kudus, karena hadirnya Kristus Sang Penebus dan Sang mempelai di antara para orang tua dan para anak-anak, yang mengasihi kita sampai kesudahannya. Dari artikel tersebut diatas jelas sekali diutarakan bahwa orang tua
memegang peranan pokok dalam membina iman anak dalam hal doa. Doa
merupakan hal yang mendasar sekaligus penting dalam kehidupan rohani
keluarga. Bunda Perawan Maria mengajak keluarga-keluarga untuk
mempersatukan diri lewat doa dengan menghadirkan perasaan-perasaan Putera-
Nya yakni Yesus Kristus, yang mengasihi keluarga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
B. GAMBARAN UMUM KATEKESE
Sejauh ini katekese telah mengalami banyak perkembangan serta
pembaharuan seiring dengan berjalannya zaman. Namun katekese disadari Gereja
sebagai salah satu bentuk pewartaan yang menghantarkan orang untuk menjadi
murid Kristus. Tanda dan karya keselamatan Allah diwartakan dalam bentuk
katekese sebagai tanda cinta kasih Allah terhadap umat-Nya.
Oleh karena pengertian dan maksud katekese yang begitu luas dan beragam,
maka pemaparan katekese terbatas sebagai gambaran umum dengan maksud
untuk lebih mengkhususkan pada katekese keluarga.
1. Pengertian Katekese
Katekese merupakan salah satu tugas kenabian Gereja yaitu mewartakan
misteri keselamatan kepada seluruh dunia dan mengajak semua umat Kristiani
menjawab panggilan Allah dan menyambut keselamatan Allah. Dalam Kitab Suci,
katekese berarti bergema, menyebabkan sesuatu bergaung. Dalam Luk 1:4
(diajarkan); Kis 18:25 (Pengajaran dalam jalan Tuhan); Kis 21:21 (mengajar);
Rom 2:18 (diajar); 1Kor 14:19 (mengajar); Gal 6:6 (pengajaran). Dalam konteks
ini, katekese dimengerti sebagai pengajaran, pendalaman dan pendidikan iman
agar orang Kristiani semakin dewasa dalam hal iman. Katekese diperuntukkan
untuk orang-orang Kristiani yang sudah dibaptis ditengah-tengah umat yang
sudah Kristen (Telambanua 1999:4).
Dalam anjuran Apostolik Catechesi Tradendae, Sri Paus Yohanes Paulus II
menegaskan:
Katekese ialah pembinaan anak-anak, kaum muda, dan orang-orang dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
pada umunya diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud mengantar para pendengar memasui kepenuhan hidup Kristen (CT art 18). Katekese adalah usaha Gereja untuk menolong umat agar semakin
memahami, menghayati dan mewujudkan iman dalam kehidupan sehari-hari. Di
dalam katekese terdapat unsur pewartaan, pengajaran, pendidikan, pendalaman,
pembinaan, pengukuhan serta pendewasaan. Melalui katekese, umat Kristiani
memperoleh pengetahuan yang mendalam tentang Allah dan keselamatan-Nya
bagi manusia. Maka katekese merupakan sarana yang baik untuk memahami
rencana Allah dalam dirinya dan menghantar umat kepada iman yang semakin
dewasa.
2. Tujuan Katekese
Sesuai dengan pengertian katekese, katekese bertujuan untuk
mengembangkan iman umat dengan memberitakan Sabda Allah, mewartakan
Kristus tentang penyelamatan umat manusia dari pihak Allah yang memuncak
pada diri Yesus Kristus. Selain itu katekese juga menolong umat agar semakin
memahami, menghayati dan mewujudkan iman dalam kehidupan sehari-hari (CT
art 20).
Dengan demikian iman dapat berbuah kesaksian akan Kristus baik ditengah
keluarga, lingkungan maupun masyarakat yang lebih luas. Melalui kesaksian umat
dapat saling membantu sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati
secara semakin sempurna. Dalam berkatekese kita bersaksi tentang iman kita akan
Yesus Kristus, pengantara Allah yang bersabda dan pengantara kita menanggapi
Sabda Allah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Dalam Katekese ada tiga hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan
pokok tujuan katekese. Yang pertama, Katekese itu mewartakan Sabda Allah,
mewartakan Yesus Kristus. Sabda Allah terungkap dalam perjanjian Lama yang
terungkap dalam Perjanjian Lama dan memuncak dalam diri Yesus Kristus. Yang
kedua yaitu mendidik untuk beriman. Katekese berupaya untuk meneruskan dan
mendidik iman. Roh Kudus yang berkarya melalui orang-orang yang menerima
tugas perutusan Yesus Kristus. Katekese mengambil inspirasi dari cara paedagogi
Yesus sang Guru yang dilanjutkan oleh Gereja-Nya. Yang ketiga yaitu, katekese
mengembangkan Gereja. Katekese mendorong Gereja untuk mengembangkan
dirinya, baik secara kualitas maupun kuantitas. Katekese mendorong supaya
Tritugas Yesus Kristus yaitu sebagai Nabi, Imam dan Raja dapat dilaksanakan
umat Allah dalam berbagai aspek hidup gereja baik dalam bidang liturgi,
kerygma, koinonia, diakonia maupun martyria (Telambanua, 1999:10).
3. Katekese Keluarga
Katekese keluarga adalah usaha untuk membantu keluarga Kristiani dalam
menghayati imannya dengan menekankan aspek komunikasi iman antara keluarga
atau orang tua. Pada dasarnya katekese keluarga mengajak orang tua untuk
menyadari tanggung jawabnya berhubungan dengan iman anak-anak. Bersama
Gereja, keluarga berperan serta, dipanggil untuk mengabdi kepada dunia demi
pembangunan kerajaan Allah dengan ikut mewartakan Injil (FC art 49).
Melalui katekese keluarga, keluarga diajak untuk mengamati kehidupan
iman keluarganya dan mengolahnya berdasarkan terang Sabda Allah yang
selanjutnya masing-masing anggota keluarga terdorong untuk terlibat dalam usaha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
pembinaan iman dini demi terwujudnya Kerajaan Allah. Dengan kata lain,
katekese keluarga dapat dirumuskan sebagai salah satu bentuk pelayanan Sabda
yang dilaksanakan oleh keluarga untuk saling membina iman yang terlibat dalam
keluarga (FC art 51). Maka melalui katekese keluarga, orang tua diharapkan dapat
menciptakan komunikasi iman dalam keluarganya dan menyadari iman sebagai
dimensi hidup berkeluarga sehingga dapat menumbuhkan dan mewariskan iman
Kristen yang baik dan hidup, serta menjadi bekal hidup anak-anaknya.
a. Pengertian Katekese Keluarga
Albertine Egong sebagaimana dikutip dalam (Dewi Indah Setiawati: 121)
berpendapat bahwa katekese keluarga dimengerti sebagai salah satu bagian dari
katekese umat yang memiliki pengertian paling khas yang segala sesuatunya
terjadi di dalam rumah antara anak-anak dan orang tua dalam komunikasi satu
sama lain antar anggota keluarga. Orang tua hendaknya memberikan contoh dan
kesaksian iman dalam hidup anak-anaknya seperti menimbulkan rasa syukur, rasa
terlindungi dan percaya yang mendalam terhadap hidupnya dan hidup yang ada di
sekitar mereka.
Oleh karena itu, katekese diharapkan dapat menjadi pewartaan kabar
gembira ditengah keluarga. Komunikasi atau sharing pengalaman iman sangat
penting dalam proses katekese yang kemudian direfleksikan bersama. Adanya
keterbukaan antar anggota keluarga menjadikan keluarga semakin berkembang
dalam iman. Katekese keluarga dilakukan dalam keluarga, bersama keluarga dan
untuk keluarga. Sesuai dengan hakikat katekese, katekese keluarga bertujuan
untuk mengembangkan iman anggota keluarga secara utuh, smakin dewasa dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
mendalam sehingga akhirnya mereka mampu dan mau terlibat dalam dinamika
hidup bersama dengan segala kegembiraan dan keprihatinannya serta mampu
menjadi saksi Kristus dalam hidup bermasyarakat.
b. Pelaku dan Peserta Katekese Keluarga
1) Pelaku Katekese dalam keluarga
Melalui sakramen perkawinan, orang tua berjanji untuk mendidik anak-
anaknya dalam iman. Dengan janji itu, orang tua menjadi pendidikan iman anak-
anak mereka. Orang tua bertugas meneruskan dan mewariskan iman Katolik
melalui seluruh kegiatan dan kebiasaan hidup rohani dalam rumah tangga. Orang
tua berperan sebagai katekis pertama bagi anak-anak mereka bagi perkembangan
kedewasaan iman anak (Komkat Bogor 2012:11).
Dalam katekese keluarga, orang tua bertindak terutama sebagai pengarah
dan pemudah (fasilitator). Ia adalah pelayan yang menciptakan suasana yang
komunikatif. Ia membangkitkan gairah supaya para peserta berani berbicara
secara terbuka.
2) Peserta katekese dalam keluarga
Anak-anak sebagai peserta katekese terdiri dari berbagai usia. Meskipun
setiap individu memiliki keunikannya masing-masing. Orang tua hendaknya
memperhatikan kebutuhan anak-anak menurut karakteristiknya, karena masing-
masing anak memiliki kebutuhan yang berbeda-beda menurut usianya. Menurut
teori psikologi, pengelompokan usia terdiri dari tahapan paranatal (dalam
kandungan), bayi (lahir-18 bulan), kanak-kanak awal (18bulan-6 tahun), kanak-
kanak akhir (6-13 tahun), remaja (13-20 tahun), dewasa muda (20-30 tahun),
dewasa madya (30-60 tahun), lansia (di atas 65 tahun).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
C. USULAN PROGRAM DAN CONTOH DOA BERSAMA DALAM KELUARGA MELALUI KATEKESE KELUARGA
Dalam bagian ini dijelaskan arti dan tujuan program serta contoh katekese
keluarga, sebelumnya akan dijelaskan program doa bersama dalam keluarga
melalui tabel yang telah disusun sesuai dengan situasi hidup keluarga, khususnya
keluarga di Lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul Kedaton.
1. Arti Program
Menurut Mangunhardjana (1986:16) program adalah prosedur yang
dijadikan landasan untuk menentukan isi dan urutan acara pembinaan yang akan
dilaksanakan. Maka dalam penulisan skripsi ini, program dimaksudkan untuk
memberikan arah berkenaan dengan peranan doa bersama dalam keluarga yang
kurang jelas dan kurang sesuai dengan apa yang sudah direncanakan keluarga
sebelum melaksanakan kegiatan doa bersama.
2. Tujuan Program
Katekese keluarga sebagai usaha untuk orang tua dengan membina iman
keluarganya dengan cara doa bersama dalam keluarga, dan perlu dirancang
dengan baik melalui penyusunan program yang baik. Penyusunan program yang
terencana dengan baik diharapkan dapat memperoleh hasil yang baik pula. Maka
tujuan dari program dalam rangka doa bersama dalam keluarga sebagai sarana
pembinaan iman dini di Lingkungan St Petrus Paroki Yohanes Rasul Kedaton
adalah membantu keluarga-keluarga katolik dalam membina iman anak melalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
doa bersama dengan arah yang jelas, sesuai dengan program yang telah
direncanakan dan disusun agar pembinaan iman dini dapat sesuai sasaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
3. Matriks Memupuk Doa Bersama dalam Keluarga Sebagai Sarana Pembinaan Iman Usia Dini melalui Katekese Keluarga
di Lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul Kedaton
Tema : Doa bersama sebagai sarana komunikasi dan wujud pelayanan sesama anggota keluarga.
Tujuan : Membantu orang tua membimbing anak-anak melalui kegiatan doa bersama, sehingga anak mampu melayani
sesamanya dengan penuh cinta di tengah-tengah masyarakat.
NO SUB TEMA TUJUAN MATERI SARANA METODE SUMBER BAHAN
KETERANGAN
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1
Keluarga merupakan anugerah Allah
Menyadari kehadiran anggota keluarga melalui doa bersama merupakan anugrah Allah yang harus selalu disyukuri.
• Doa pembukaan.
• Menyadari anugrah Allah melalui kehadiran keluarga.
• Mat 18:19-20.
• Doa penutup
• Gambar-gambar keluarga.
• Puji syukur• Lilin dan
salib. • Kitab Suci • Patung
keluarga kudus.
• Renungan • Sharing
pengalaman keluarga
• Pendalaman Kitab Suci
• Peneguhan dengan mendoakan doa-doa penyerahan
• Mat 18:19-20 • Gambar-
gambar keluarga.
• Doa pembukaan dipimpin oleh ibu.
• Renungan dipimpin oleh Bapak
• Kitab Suci dibacakan oleh salah satu anak 118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
mendoakan doa Penyerahan keluarga kepada Tuhan Yesus dari buku Madah Bakti h. 42-43.
kepada Tuhan Yesus.
• Doa penutup didoakan bersama-sama.
2 Keluargaku, sumber kebahagiaan sejati.
Bersama-sama bersama seluruh anggota keluarga menyadari pentingnya peran masing-masing anggota untuk saling melengkapi dengan saling memberi suka
• Doa pembukaan
• Bacaan Kitab Suci 1Kor 12:12-31.
• Doa spontan dengan saling men-doakan anggota keluarga masing-masing
• Puji Syukur
• Lilin dan salib
• Kitab Suci • Foto
keluarga
• Renungan • Sharing
pengalaman • Pendalaman
Kitab Suci • Doa Bapa
Kami dan Salam Maria
• Kitab Suci 1Kor 12:12-31
• Foto-foto keluarga.
• Doa pembukaan dipimpin oleh anak tertua
• Renungan dipimpin oleh ibu
• Bacaan Kitab Suci dibacakan oleh salah satu anak
• Peneguhan diberikan oleh 119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
maupun duka. • Penerapan dalam hidup sehari-hari dengan saling berbagi cerita, berbagi kisah yang dialami selama satu hari.
• Doa penutup
Bapak. • Doa penutup
dipimpin oleh Bapak
3 Cinta kasih Allah melalui keluarga.
Melalui doa bersama dalam keluarga, anggota keluarga menyadari cinta Tuhan melalui peran masing-masing anggota
• Doa pem-bukaan
• Bacaan Kitab Suci Mrk 1:39-45
• Menggali pengalaman melalui kisah Maria mengunjungi Elisabet.
• Doa penutup
• Kitab Suci • Lilin dan
salib
• Renungan • Sharing
pengalaman keluarga
• Informasi
• teks Kitab Suci Mrk 1:39-45
• Doa pembukaan dipimpin oleh anak kedua
• Bacaan kitab suci dibacakan oleh salah satu anak.
• Renungan dipimpin oleh bapak 120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
keluarga. • Informasi diberikan oleh ibu
• doa penutup didoakan bersama-sama.
4 Mengandalkan Tuhan dalam segala situasi keluarga
Membantu keluarga bahwa dalam situasi apapun Tuhan selalu hadir dan menyertai setiap umat-Nya.
• Doa pembukaan
• Menyadari tuhan adalah gembala yang baik bagi umat-nya.
• Doa spontan dan diakhiri dengan Salam Maria dan Bapa Kami
• Doa penutup
• Puji syukur• Kitab Suci • Lilin dan
Salib
• Renungan • Nyanyian • Pendalaman
Kitab Suci
• Mzm 23:1-6 • PS (Tuhanlah
Gembalaku)
• Doa pembukaan dipimpin oleh salah satu anak
• Bacaan Kitab Suci dibacakan oleh salah satu anak
• Renungan dipimpin oleh ibu
• Pendalaman Kitab Suci dipimpin oleh ibu 121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
• Doa Spontan dipandu oleh bapak.
• Doa penutup didoakan bersama-sama.
122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Contoh Doa Bersama dalam Keluarga sebagai Sarana Pembinaan Iman Dini melalui Katekese Keluarga
Tema : Keluarga merupakan anugerah Allah
Tujuan : Menyadari kehadiran anggota keluarga melalui doa bersama
merupakan anugrah Allah yang harus selalu disyukuri.
Langkah 1
Doa pembukaan:
Tuhan, kami sekeluarga berkumpul untuk mengucap syukur dan
berterimakasih kepada-Mu atas rahmat yang telah Engkau berikan kepada kami
sampai saat ini. Kami berkumpul untuk memperbarui hidup beriman keluarga
kami. Kami menyadari bahwa seringkali kami lebih senang tenggelam dalam
kesibukan kami sehari-hari, tanpa menyadari anugerah-Mu yang berlimpah pada
kami. Maka, ya Tuhan curahkanlah rahmat-Mu supaya kami menyadari bahwa
kasih-Mu selalu menyertai kami setiap waktu dalam seluruh peristiwa hidup
sehari-hari.
Langkah 2
Pengantar untuk masuk dalam sharing dengan menyajikan beberapa gambar.
Keluarga merupakan suatu persekutuan antar pribadi dalam satu rumah
dengan ikatan darah dan daging yang dipersatukan oleh Tuhan dalam pembaptisan
dan perkawinan. Keluarga terdiri dari suami, isteri, orang tua dan anak-anak.
keluarga merupakan anugerah dari Tuhan yang harus dijaga, dicintai dan
disyukuri. Di dalam keluarga, kita diajarkan untuk saling mencintai, saling
memperhatikan, saling mengampuni, saling menghargai dan saling menjaga satu
sama lain. Karena keluarga merupakan anugerah Allah, kita pantas untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
berterimaksih dan mengucap syukur pada Tuhan karena telah diberi keluarga yang
utuh. Banyak orang yang tidak memiliki keluarga atau sanak saudara. Maka,
kesempatan ini kita gambarkan untuk mensyukuri segala rahmat dari Tuhan yang
berlimpah pada keluarga kita.
Peristiwa-peristiwa konkrit dalam keluarga merupakan pengalaman hidup
bersama baik suka maupun duka. Pengalaman hidup tersebut dapat
dikomunikasikan atau disharingkan dalam bentuk doa bersama keluarga. Doa
bersama dalam keluarga ini penting bagi pembinaan iman anak-anak, karena
apabila kita terbiasa melakukan doa bersama, akan membantu anak belajar
berdoa, semakin mencintai keluarga dan mengembangkan iman dengan segala
potensi yang ada. Maka doa bersama dalam keluarga dapat menjadi salah satu
bentuk ungkapan syukur kepada Tuhan yang telah memberikan kehidupan yang
layak dan keluarga yang baik.
Langkah 3
Menggali pengalaman hidup melalui doa bersama dalam keluarga
Dihadapan kita, terdapat beberapa gambar keluarga dengan berbagai situasi
dan suasana. Diantara gambar tersebut ada keluarga yang sedang melaksanakan
doa bersama. Sekarang perhatikan baik-baik gambar tersebut. Apa saja yang
mereka lakukan? Bagaimana suasana dalam keluarga itu? Apa kesan kalian
dengan memperhatikan gambar tersebut?
Diberi waktu antara 5-10 menit untuk mengamati beberapa gambar yang
terlampir dalam lampiran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Setelah kita mengamati gambar-gambar keluarga tersebut, marilah kita
saling mensharingkan pengalaman hidup kita dalam keluarga kita ini:
a) Pernahkah kita mengalami suasana gembira dan akrab dalam keluarga seperti
dalam gambar tersebut?
b) Pernahkah kita berdoa bersama seperti yang dilakukan oleh keluarga dalam
gambar tersebut?
c) Coba ceritakan pengalaman kalian selama ini dalam keluarga kita baik dalam
suka maupun dalam duka.
Langkah 4
Pembacaan dan pendalaman Kitab Suci dari Injil Mat 18:19-20
Renungan singkat:
Tuhan selalu hadir ditengah-tengah kita dalam situasi apapun kehadiran
Yesus membawa pengharapan dan ketenangan hati. Janji Tuhan selalu tepat pada
waktunya, tidak pernah terlambat maupun terlalu cepat. Tuhan Yesus sendiri
mengajarkan kepada kita untuk tetap setia kepada Bapa-Nya yang di sorga.
Letakkanlah segala perkara hidup hanya kepada-Nya, memohonlah hanya kepada-
Nya maka segala perkara yang terjadi dalam hidup kita akan ditopang-Nya. Dia
selalu menyertai hidup kita dan senantiasa mendampingi dalam setiap persoalah
hidup keluarga sehingga keluarga Kristiani tidak perlu takut ditinggalkan oleh-
Nya.
Tuhan Yesus juga selalu hadir dalam setiap doa bersama ditengah keluarga.
Sebab, Tuhan Yesus akan mengabulkan doa-doa yang menjadi satu dalam doa
bersama keluarga. Tuhan melihat kesungguhan umat-Nya melalui doa-doa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
dipanjatkan bersama-sama. Oleh sebab itu sangatlah penting untuk kita tetap
melakukan doa bersama dalam keluarga untuk memohon dan mengucap syukur
atas anugerah yang telah diberikan kepada kita.
Dalam suasana apapun, hendaknya kita selalu ingat bahwa Tuhan Yesus
selalu hadir di tengah kita. Maka, dimanapun dan kapanpun kita berkumpul untuk
memohon berkat perlindungan karena Tuhan selalu mendampingi kita. Sudah
selayaknyalah kita bersyukur dan memuji nama-Nya.
Langkah 5
Doa penutup yaitu mendoakan doa Penyerahan keluarga kepada Tuhan Yesus
dari buku Madah Bakti h. 42-43.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
BAB V
PENUTUP
Dalam bagian akhir penulisan ini, akan disampaikan kesimpulan dari
seluruh penulisan dalam skripsi ini. Selain itu juga akan disampaikan beberapa
saran yang diharapkan dapat berguna bagi keluarga Katolik berkenaan dengan
peranan doa bersama dan pembinaan iman dini, khususnya bagi keluarga Katolik
di Lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul Kedaton yang mengemban
tugas sebagai sekolah iman yang pertama dan terutama bagi anak-anak dan
terciptanya komunikasi iman antar anggota keluarga dalam kehidupan sehari-hari.
A. Kesimpulan
Keluarga Kristiani adalah Gereja kecil yang terwujud jika para anggotanya
berhimpun dalam nama Tuhan. Didalam keluarga terjalin ikatan cinta yang
menjadi dasar kehidupan keluarga, maka keluarga harus mengembangkan cinta
kasih agar tumbuh menjadi komunitas yang membangun. Suami isteri yang sudah
dipersatukan oleh Allah dalam sakramen perkawinan bersifat tak terceraikan
karena Allah sendirilah yang telah menyatukan dua manusia menjadi satu tubuh.
Keluarga Kristiani mengemban tugas dari Gereja dalam pendidikan anak-
anak. Tugas dan kewajiban orangtua sangatlah besar dalam mendidik anak-
anaknya supaya menjadi pribadi yang dewasa, seturut dengan kehendak Allah.
Selain itu, keluarga juga turut ikut ambil bagian dalam tugas perutusan Gereja
untuk mewartakan Injil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Melaksanakan doa bersama dalam keluarga memang bukanlah hal yang
mudah apalagi dengan kesibukan masing-masing anggota keluarga, tetapi
hendaknya keluarga katolik menyadari akan peranan doa bersama dalam keluarga
sebagai sarana pembinaan iman usia dini. Berdasarkan hasil penelitian, orangtua
menyadari bahwa peran doa bersama dalam keluarga sangatlah penting untuk
membina iman anak sejak dini yaitu dengan menciptakan kebersamaan untuk
berkumpul dan memohon berkat kepada Tuhan. Orangtua memberikan pengertian
kepada anak-anak bahwa doa merupakan hal dasar yang harus dilakukan semua
makhluk ciptaan-Nya sebagai ucapan syukur dan terimakasih atas kehidupan.
Keluarga merupakan lingkungan yang utama dan pertama bagi anak-anak, oleh
karena itu peran keluarga dalam pembinaan iman anak sangatlah dominan.
Anak-anak berusia dini membutuhkan bimbingan dan arahan bagaimana ia
harus hidup. Orangtua sangat berperan dalam hal ini untuk membimbing dan
mengarahkan anak untuk mengenal pencipta-Nya dan menjadikan anak beriman
kepada Yesus. Berdasarkan penelitian yang ditujukan kepada orangtua tampak
bahwa doa bersama dalam keluarga dapat menumbuhkan persaudaraan antar
anggota keluarga dan dekat dengan Tuhan. Selain itu, anak-anak juga terbantu
untuk mengenal dan mengimani Yesus Kristus.
Berdasarkan kenyataan tersebut, keluarga sangat berperan bagi pembinaan
iman anak karena keluarga menjadi tempat pendidikan yang utama dan pertama
bagi anak. Melihat pentingnya peranan doa bersama dalam keluarga, penulis
menyumbangkan suatu program katekese keluarga bagi keluarga yang bertujuan
untuk lebih meningkatkan kesadaran orangtua akan pembinaan iman anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
B. Saran
Tiada manusia yang sempurna di dunia ini tapi ada manusia yang berusaha
untuk menjadi lebih baik. Oleh karena itu, manusia perlu memberi masukan
kepada orang lain dan bersedia menerima masukan dari orang lain.
Pada akhir penulisan ini perkenankanlah penulis memberikan beberapa
saran yang kiranya dapat membantu meningkatkan kegiatan doa bersama dalam
keluarga sebagai berikut:
1. Melaksanakan doa bersama dalam keluarga perlu dipahami bukan sebagai
suatu tugas tetapi hendaknya dihayati sebagai konsekuensi iman. Berawal dari
tugas orangtua untuk mendidik anak-anaknya sesuai dengan janji perkawinan,
maka doa bersama dalam keluarga dimengerti sebagai sekolah iman yang
pertama dan tepat untuk saling mengkomunikasikan pengalaman iman akan
Yesus Kristus sebab keluarga adalah Gereja Kecil dimana mereka dipersatukan
dalam sakramen Baptis dan Perkawinan.
2. Proses doa bersama dalam keluarga hendaknya mengacu pada pengalaman
konkrit yang dialami oleh keluarga dan mampu menyisihkan waktu untuk
melaksanakan doa bersama demi pembinaan iman keluarga.
3. Katekese keluarga akan lebih bermanfaat bila dilaksanakan dalam bentuk doa-
doa keluarga yang menarik dengan didukung beberapa sarana seperti Kitab
Suci, dan salib sebagai simbol kehadiran Allah melalui kisah-kisah inspiratif
dalam Kitab Suci.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
Akhirnya, semoga segala sesuatu yang telah dikembangkan akan semakin
memberi sumbangan bagi keluarga Katolik, sebab Tuhan selalu menghendaki
yang terbaik bagi umat-Nya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
DAFTAR PUSTAKA
Boyer, Ernest. (1994). Bertemu Tuhan di Tengah Keluarga. (A. Supratiknya.
Penerjemah) Darmawijaya, Pr. (1994). Mutiara Iman Keluarga Kristiani. Yogyakarta:
Kanisius. Darminta. (1983). Tuhan Ajarilah Kami Berdoa. Yogyakarta: Kanisius.
(1997). Doa dan Pengolahan Hidup. Yogyakarta: Kanisius. (2001). Yesus sang Pendoa. Yogyakarta: Kanisius. Dinamika Umat .(1997). Buku Kenangan 25 Tahun Stasi Pusat dan Pemberkatan
Gereja St Yohanes Rasul Kedaton Bandar Lampung. Dewi Indah Setiawati, Ludovica. (2001). Memupuk Doa Bersama dalam
Keluarga Demi Pembinaan Iman Melalui Katekese Keluarga Di Paroki St Petrus Dan Paulus Minomartani Yogyakarta. Skripsi Mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik.
Heuken, A. (1979). Bangunkanlah Kebahagiaan Keluargamu. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka.
Gorreti, M., AK. (1999). Pendampingan Iman Anak. (PIA). Yogyakarta: FIPA-USD.
Green, Thomas (1988). Bimbingan Doa: Hati Terbuka Bagi Allah Yogyakarta: Kanisius.
Hadiwardoyo, Purwa., MSF. (2013). Ringkasan Ajaran Gereja Tentang Keluarga dan Masyarakat. Yogyakarta: Bajawa Press.
Hurlock, EB. (1991). Perkembangan Anak. (Ed. VI). Jakarta: Erlangga. Jacobs, Tom. (2004). Teologi Doa. Yogyakarta: Kanisius. Kana. (2012). Majakah Pendidikan Anak Usia Dini. Katekismus Gereja Katolik. (1995). (P. Herman Emburu, SVD, Penerjemah).
Ende: Arnoldus. Komisi Keluarga Keuskupan Malang. (1988). Pedoman Bina Iman Usia Dini
dalam Keluarga. Malang: Dioma. Komisi Pendampingan Keluarga KAS. (2006). Pendidikan Anak dalam Keluarga. KOMKAT. (2012). Bunga Rampai Katekese. Bogor. Grafika Mardi Yuana. Konferensi Waligereja Indonesia. (1996). Iman Katolik: Buku Informasi dan
Referensi. Yogyakarta: Kanisius. _________(2011). Pedoman Pastoral Keluarga. Jakarta: Obor Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II. Apostolicam
Actuositatem. Tentang Kerasulan Awam (R. Hardiwiryana, Penerjemah). Jakarta: Obor. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1966).
_________(1993). Dokumen Konsili Vatikan II. Konstitusi Pastoral “Gaudium et Spes” tentang Kerasulan Awam (R. Hardiwiryana, Penerjemah). Jakarta: Obor. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1966).
Mangunhardjana, A.M., (1986). Pembinaan Arti dan Metodenya. Yogyakarta: Kanisius
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
Mardi, Prasetyo. (2000). Unsur-unsur hakiki dalam pembinaan 1. Yogyakarta: Kanisius.
Nambo, MSC. (1980). Bersatu dalam Doa. Ende: Nusa Indah. Paus Yohanes Paulus II. (1981). Keluarga Kristiani dalam Dunia Modern. (Seri
Bina Keluarga). Amanat Apostolik Familiaris Consortio Paus Yohanes Paulus II kepada para Uskup, Kaum Klerus dan umat beriman seluruh Gereja Katolik tentang Peranan Keluarga Kristiani dalam Dunia Modern. (A. Widyamartaya. Penerjemah). Yogyakarta: Kanisius.
___________(1994). Surat Kepada Keluarga. (J. Hardiwikarta, Pr. Penerjemah). Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI.
___________(1992). Catechesi Tradendae. (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Dokpen KWI (Dokumen asli diterbitkan tahun (1979).
___________(1993). Familiaris Consortio. Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II kepada para Uskup, Imam-iman dan Umat beriman seluruh Gereja Katolik tentang Peranan Keluarga Kristen dalam Dunia Modern. (R. Hardawiryana, SJ. Penerjemah). Jakarta: Dokpen KWI. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1981).
Prihartana. B.R. Agung. 2008. Pendidikan Iman Anak dalam Keluarga Kawin Campur Beda Agama. Yogyakarta: Kanisius.
Pusat Musik Liturgi (1994). Madah Bakti. Yogyakarta: PML. Sanapiah, Faisal. (1982). Metode Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional. Simons, Lydia (1995). Bagaimana aku harus berdoa? (Seri Puskat 81).
Yogyakarta: STKat. Sobur, Alex. (1985). Butir-butir Mutiara Rumah Tangga. Jakarta: Kanisius. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung:
Alfabeta. Telambanua, Marianus, OFM Cap. (1999). Ilmu Kateketik. Jakarta: Obor. Wahjasudibja, Al. Pr (1987). Hidup Sejati. Yogyakarta: Kanisius.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI