perilaku kekerasan

2
Kasus Resiko perilaku kekerasan Pengertian Prilaku Kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Sering juga di sebut gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol ( Yosep, 2010 ). Pengertian marah adalah perasaan jengkel yang timbul karena adanya kecemasan seseorang yang dianggapnya sebagai ancaman yang akan datang (Stuart & Sundeen, 2005). sedangkan menurut Patricia (dalam Yosep, 2010) perilaku kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan frustasi dan benci atau marah. Proses terjadinya masalah Menurut Fitria, (2006), tanda dan gejala dari perilaku kekerasan, adalah sebagai berikut: 1. Fisik: pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah, serta postur tubuh kaku. 2. Verbal: mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, bicara dengan nada keras dan kasar, sikap ketus. 3. Perilaku: menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan, sikap menentang, dan amuk/agresif. 4. Emosi: jengkel, selalu menyalahkan, menuntut, perasaan terganggu, dan ingin berkelahi. 5. Intelektual: mendominasi, cerewet atau bawel, meremehkan, suka berdebat, dan mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme. 6. Sosial: penolakan untuk didekati, mengasingkan diri, melakukan kekerasan, suka mengejek, dan mengkritik. 7. Spiritual: merasa diri berkuasa, tidak realistik, kreatifitas terlambat, ingin orang lain memenuhi keinginannya, dan merasa diri tidak berdosa. Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi Faktor Predisposisi

Upload: afidahcantik

Post on 08-Jul-2016

13 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

pk

TRANSCRIPT

Page 1: perilaku kekerasan

KasusResiko perilaku kekerasan

PengertianPrilaku Kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Sering juga di sebut gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol ( Yosep, 2010 ).

Pengertian marah adalah perasaan jengkel yang timbul karena adanya kecemasan seseorang yang dianggapnya sebagai ancaman yang akan datang (Stuart & Sundeen, 2005). sedangkan menurut Patricia (dalam Yosep, 2010) perilaku kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan frustasi dan benci atau marah.

Proses terjadinya masalah

Menurut Fitria,  (2006), tanda dan gejala dari perilaku kekerasan, adalah sebagai berikut:

1.    Fisik: pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah, serta postur tubuh kaku.

2.    Verbal: mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, bicara dengan nada keras dan kasar, sikap ketus.

3.    Perilaku: menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan, sikap menentang, dan amuk/agresif.

4.    Emosi: jengkel, selalu menyalahkan, menuntut, perasaan terganggu, dan ingin berkelahi.

5.    Intelektual: mendominasi, cerewet atau bawel, meremehkan, suka berdebat, dan mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.

6.    Sosial: penolakan untuk didekati, mengasingkan diri, melakukan kekerasan, suka mengejek, dan mengkritik.

7.    Spiritual: merasa diri berkuasa, tidak realistik, kreatifitas terlambat, ingin orang lain memenuhi keinginannya, dan merasa diri tidak berdosa.  

Faktor Predisposisi dan Faktor PresipitasiFaktor PredisposisiBerbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan factor predisposisi, artinya mungkin terjadi perilaku kekerasan jika factor berikut di alami oleh individu :

Page 2: perilaku kekerasan

  Psikologis : kegagalan yang dialami dapat mnimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan di tolak, di hina, di aniyaya atau saksi penganiayaan.

  Perilaku : reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.

  Sosial budaya : budaya tertutup dan membalas secara alam (positif agresif) dan control social yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan diterima (permissive)

  Bioneurologis : banyak pendapat bahwa kerusakan sisitem limbic, lobus frontal, lobus temporal dan ketidak seimbangan neurotransmiter turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan.

Faktor PresipitasiFactor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain.

Kondisi klien seperti ini kelemahan fisik (penyakit fisik), keputus asaan,  ketidak berdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintainya / pekerjaan dan kekerasan merupakan factor penyebab yang lain. Interaksi yang profokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan

DAFTAR PUSTAKA