perbandingan keadaan saturasi oksigen …/per... · dengan pendekatan cross-sectional. penelitian...

46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN PADA INHALASI HALOTAN DAN ISOFLURAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran DAVID KURNIAWAN SUGIJANTO G0009050 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2012

Upload: lymien

Post on 15-Jul-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN …/Per... · dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral ... 10 menit setelah insisi dan 15 menit setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN PADA

INHALASI HALOTAN DAN ISOFLURAN

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

DAVID KURNIAWAN SUGIJANTO

G0009050

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

2012

Page 2: PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN …/Per... · dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral ... 10 menit setelah insisi dan 15 menit setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Perbandingan Keadaan Saturasi Oksigen pada

Inhalasi Halotan dan Isofluran

David Kurniawan Sugijanto, NIM : G.0009050, Tahun : 2012

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari Kamis, Tanggal 3 Januari 2013

Pembimbing Utama Nama : R. Th. Supraptomo, dr., Sp. An.

NIP : 19570308 198603 1 006 (...................................) Pembimbing Pendamping Nama : Sri Hartati H., Dra., Apt., S. U NIP : 19490709 197903 2 001 (...................................) Penguji Utama Nama : H. Marthunus Judin, dr., Sp. An. NIP : 19510221 198211 1 001 (...................................) Anggota Penguji Nama : Enny Ratna Setyawati, drg NIP : 19521103 198003 2 001 (...................................)

Surakarta,

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., SpPD-KR-FINASIM NIP 19660702 199802 2 001 NIP 19510601 197903 1 002

Page 3: PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN …/Per... · dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral ... 10 menit setelah insisi dan 15 menit setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 13 Desember 2012

David Kurniawan Sugijanto NIM. G0009050

Page 4: PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN …/Per... · dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral ... 10 menit setelah insisi dan 15 menit setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

ABSTRAK David Kurniawan S, G.0009050, 2012. Perbandingan Keadaan Saturasi Oksigen Pada Inhalasi Halotan dan Isofluran. Skripsi. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Latar Belakang: Anestesi inhalasi dengan halotan dan isofluran diketahui dapat mempengaruhi keadaan saturasi oksigen pada pasien. Ini disebabkan karena kedua agen tersebut menekan pusat pernapasan dan menurunkan respon ventilasi pasien melalui cara yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan keadaan saturasi oksigen pada pemberian halotan dan isofluran sebagai obat anestesi inhalasi. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral RSUD dr. Moewardi. Sampel diambil dengan cara consecutive sampling. Terdapat dua kelompok dalam penelitian ini, yaitu kelompok yang mendapat anestesi halotan dan yang mendapat anestesi isofluran. Masing-masing kelompok diamati keadaan saturasi oksigennya selama proses operasi berlangsung melalui bed side monitor. Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis menggunakan Uji Mann Whitney. Hasil Penelitian: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedua kelompok, halotan dan isofluran, mengalami penurunan saturasi oksigen pada fase induksi (halotan = 96,55 ± 1,23; isofluran = 97,05 ± 0,75; p = 0,213). Hasil analisis selanjutnya menunjukkan tidak ada perbedaan saturasi oksigen yang signifikan secara statistik antara kelompok halotan dan isofluran (p = 0,213). Simpulan Penelitian: Tidak ada perbedaan keadaan saturasi oksigen yang signifikan antara kelompok anestesi halotan dan isofluran pada fase induksi, intubasi, 5 menit setelah insisi, 10 menit setelah insisi dan 15 menit setelah insisi. Agen anestesi halotan dan isofluran sama-sama dapat menurunkan saturasi oksigen pada fase induksi. Kata Kunci: anestesi inhalasi, halotan, isofluran, saturasi oksigen.

Page 5: PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN …/Per... · dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral ... 10 menit setelah insisi dan 15 menit setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRACT

David Kurniawan Sugijanto, G.0009050, 2012. Comparison of Oxygen Saturation between Halothane and Isoflurane Inhalation. Mini Thesis, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta. Background: Inhalative anesthesia with halothane and isoflurane are known to influence the oxygen saturation in patients. Both of these agents depress the respiration center and reduce the ventilation response in different way. This study aimeds to compare the state of oxygen saturation by giving halothane and isoflurane as inhaled anesthetics drug. Methods: This study was an observational analytic study with cross-sectional approach. The study was conducted at the Central Installation of Surgery dr. Moewardi Hospital. Samples were taken by consecutive sampling. There were two groups in this study, the first group received halothane anesthesia, the other group received isoflurane anesthesia.. The state of oxygen saturation during operation was observed for two groups used bedside monitor. The data which have been collected then be analyzed using the Mann Whitney test. Results: This study revealed a decrease in oxygen saturation for both groups, halothane and isoflurane in the induction phase (halothane = 96,55 ± 1,23; isoflurane = 97,05 ± 0,75; p = 0,213). The further analysis showed no statistically significant difference in oxygen saturation between halothane and isoflurane groups (p = 0,213). Conclusion: There are no significant differences in changes of oxygen saturation between the halothane and isoflurane anesthesia on the induction phase, intubation, 5 minutes after incision, 10 minutes after incision and 15 minutes after incision. Both of these agent anesthesia, halothane and isoflurane, can degrade oxygen saturation at induction phase. Keywords: inhalation anesthesia, halothane, isoflurane, oxygen saturation

Page 6: PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN …/Per... · dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral ... 10 menit setelah insisi dan 15 menit setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas anugerah dan berkat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbandingan Keadaan Saturasi Oksigen Pada Inhalasi Halotan dan Isofluran”.

Penulisan skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam proses penulisan skripsi ini tentunya banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik moral maupun material. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan FK

Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Muthmainah, dr., M.Kes., selaku Ketua Tim Skripsi beserta Mbak Enny dan

Mas Nardi sebagai Staf Bagian Skripsi FK UNS Surakarta. 3. R.Th. Supraptomo, dr.,Sp.An., selaku Pembimbing Utama yang dengan sabar

telah memberikan arahan, bimbingan, dan nasihat dalam penyusunan skripsi ini.

4. Sri Hartati H., Dra., Apt., S. U, selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan semangat, bimbingan, dan nasihat dalam penyusunan skripsi ini.

5. H. Marthunus Judin, dr., Sp.An., selaku Penguji Utama yang telah memberikan bimbingan, kritik, dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.

6. drg. Enny Ratna Setyawati selaku Penguji Pendamping yang telah memberikan masukan, kritik, dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.

7. Seluruh residen anestesi yang telah memberikan bimbingan selama pengambilan data di Instalasi Bedah Sentral RSUD dr. Moewardi Surakarta.

8. Papa, mama, kakakku grace, dan ko harry yang telah memberikan doa, semangat, dukungan, dan segalanya untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Prabu, dympna, hima, dan santi yang telah sangat banyak memberikan saran dan bantuan pengetahuan, tenaga, semangat serta dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Seluruh teman dan rekan sejawat pendidikan dokter 2009 FK UNS atas segala kebersamaan dan bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini.

11. Pihak-pihak yang tidak dapat penulisan sebutkan satu-persatu atas bantuan dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di masa datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, 13 Desember 2012

Penulis

Page 7: PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN …/Per... · dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral ... 10 menit setelah insisi dan 15 menit setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

DAFTAR ISI

PRAKATA ....................................................................................................... vii

DAFTAR ISI.................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x

BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian .................................................................... 3

D. Manfaat Penelitian .................................................................. 4

BAB II. LANDASAN TEORI ..................................................................... 5

A. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 5

1. Anestesi Umum .................................................................. 5

2. Anestesi Inhalasi ................................................................ 6

a. Halotan ........................................................................... 7

b. Isofluran ......................................................................... 8

3. Saturasi Oksigen................................................................. 9

B. Kerangka Pemikiran ............................................................... 15

C. Hipotesis .................................................................................. 16

BAB III. METODE PENELITIAN............................................................... 17

A. Rancangan Penelitian ................................................................ 17

B. Lokasi Penelitian ....................................................................... 17

C. Subjek Penelitian. ...................................................................... 17

D. Besar Sampel ............................................................................. 19

E. Teknik Sampling ....................................................................... 20

F. Identifikasi Variabel Penelitian ................................................ 20

G. Definisi Operasional Variabel .................................................. 20

H. Sumber Data .............................................................................. 23

I. Instrument Penelitian ................................................................ 23

J. Jalannya Penelitian .................................................................... 24

Page 8: PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN …/Per... · dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral ... 10 menit setelah insisi dan 15 menit setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

K. Teknik Analisis Data Statistik .................................................. 25

BAB IV. HASIL PENELITIAN.................................................................... 26

A. Deskripsi Sampel ....................................................................... 26

B. Perbedaan Nilai Saturasi Oksigen Kelompok Halotan dan

Isofluran .................................................................................... 27

BAB V. PEMBAHASAN............................................................................. 33

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 36

A. Simpulan .................................................................................... 36

B. Saran ........................................................................................... 36

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 37

LAMPIRAN..................................................................................................... 40

Page 9: PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN …/Per... · dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral ... 10 menit setelah insisi dan 15 menit setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Tabel Distribusi Frekuensi Sampel........................................ 17

Tabel 4.2 Nilai Perbandingan Saturasi Oksigen (%) Kelompok

Halotan dan Isofluran Berdasarkan Fase Pengukuran

Anestesi ................................................................................... 28

Tabel 4.3 Hasil Uji Korelasi Berat Badan dengan Variabel Lain......... 31

Tabel 4.4 Hasil Uji Korelasi Pearson Saturasi Oksigen Awal dengan

Variabel Lain ........................................................................... 32

Page 10: PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN …/Per... · dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral ... 10 menit setelah insisi dan 15 menit setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kurva Disosiasi Oksigen-Hemoglobin ............................... 14

Gambar 4.1 Grafik Rata-Rata Kestabilan Saturasi Oksigen Pada

Kelompok Halotan dan Isofluran ........................................ 29

Page 11: PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN …/Per... · dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral ... 10 menit setelah insisi dan 15 menit setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu Anestesiologi mempunyai peranan penting dalam bidang kedokteran.

Tidak hanya untuk menghilangkan rasa sakit waktu pembedahan, tapi juga

mendasari berbagai tindakan lainnya seperti bantuan resusitasi, pemberian terapi

inhalasi, dan penanggulangan nyeri menahun (Mansjoer, 2000).

Salah satu metode anestesi yang dikenal saat ini adalah melalui inhalasi.

Keunggulan dari metode inhalasi ini terletak pada jalur masuk obat yang melalui

paru-paru sehingga memiliki konsentrasi yang tinggi bila dibandingkan dengan

metode anestesi lainnya. Selain itu, potensinya yang tinggi dan konsentrasinya

yang dapat dikendalikan melalui mesin, memungkinkan titrasi dosis untuk

menghasilkan respon yang diinginkan (Stoelting dan Miller, 2007).

Obat-obat anestesia inhalasi adalah obat-obat anestesia yang berupa gas

atau cairan mudah menguap, yang diberikan melalui pernafasan pasien.

Campuran gas atau uap obat anestesia dan oksigen masuk mengikuti aliran udara

inspirasi, mengisi seluruh rongga paru, selanjutnya mengalami difusi dari alveoli

ke kapiler paru sesuai dengan sifat fisik masing-masing gas. Konsentrasi minimal

fraksi gas atau uap obat anestesia dalam alveoli yang sudah menimbulkan

1

Page 12: PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN …/Per... · dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral ... 10 menit setelah insisi dan 15 menit setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

analgesia pada pasien, dipakai sebagai satuan obat potensi dari obat anestesia

inhalasi tersebut yang populer disebut dengan “MAC” (minimal alveolar

consentration) (Mangku dan Senapathi, 2010), beberapa contoh anestesi

inhalasi adalah halotan dan isofluran.

Halotan merupakan cairan yang tidak berwarna, berbau enak serta tidak

merangsang/mengiritasi, mudah menguap (volatile), tidak mudah meledak atau

terbakar meskipun dicampur dengan oksigen (Sjamsuhidajat dan de jong, 2005).

Efek analgesi halotan lemah tetapi relaksasi otot yang ditimbulkannya baik.

Depresi napas terjadi pada semua konsentrasi halotan yang menimbulkan

anestesia. Halotan secara langsung menghambat otot jantung dan otot pembuluh

darah serta menurunkan aktivitas saraf simpatis yang berefek pada penurunan

kekuatan kontraksi otot jantung, curah jantung dan tekanan darah. (Zunilda dan

Elysabeth, 2008).

Isofluran merupakan halogenasi eter berbentuk cairan, tidak berwarna, tidak

mudah terbakar atau meledak, tidak mengandung zat pengawet dan relatif tidak

larut dalam darah tetapi cukup iritatif terhadap jalan nafas sehingga pada saat

induksi inhalasi sering menimbulkan batuk dan tahan nafas pada pasien (Mangku

dan Senapathi, 2010). Tendensi timbulnya aritmia amat kecil, sebab isofluran

tidak menyebabkan sensitasi jantung terhadap katekolamin. Isofluran

menyebabkan depresi napas dan menekan respon ventilasi terhadap hipoksia,

sehingga ventilasi perlu dikendalikan untuk mendapatkan normokapnia (Zunilda

Page 13: PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN …/Per... · dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral ... 10 menit setelah insisi dan 15 menit setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

dan Elysabeth, 2008). Proses induksi dan pemulihannya relatif cepat

dibandingkan dengan obat-obat anestesia yang ada pada saat ini tapi masih lebih

lambat dibandingkan dengan sevofluran (Mangku dan Senapathi, 2010).

Saturasi oksigen merupakan salah satu parameter hemodinamik yang perlu

diperhatikan kestabilannya selama tindakan induksi anestesi berlangsung. Dengan

memperhatikan bahwa kedua obat anestesi inhalasi, isofluran dan halotan dapat

menyebabkan depresi napas, serta terdapatnya perbedaan kecepatan dalam proses

induksi dimana isofluran lebih cepat dari halotan, maka perlu dilakukan penelitian

untuk mengetahui keadaan saturasi oksigen dalam darah yang disebabkan oleh

kedua obat tersebut.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar balakang penelitian yang telah diuraikan, maka

didapatkan rumusan masalah yaitu: apakah terdapat perbedaan yang berarti pada

penggunaan anestesi inhalasi halotan dan isofluran terhadap keadaan saturasi

oksigen?

C. Tujuan Penulisan

Untuk membandingkan keadaan saturasi oksigen pada penggunaan halotan

dan isofluran sebagai obat anestesi inhalasi.

Page 14: PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN …/Per... · dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral ... 10 menit setelah insisi dan 15 menit setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritik:

Sebagai pembuktian teori bahwa pemberian anestesi inhalasi dengan

isofluran dan halotan dapat mempengaruhi keadaan saturasi oksigen.

2. Manfaat Aplikatif:

Penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam mempertimbangkan

pemberian obat anestesi inhalasi.

Page 15: PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN …/Per... · dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral ... 10 menit setelah insisi dan 15 menit setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Anestesi Umum

Anestesi umum adalah tindakan menghilangkan nyeri secara sentral

yang disertai hilangnya kesadaran dan dapat pulih kembali (justafli dan said,

1989; mansjoer, 2000). Komponen anestesia yang ideal terdiri dari hipnotik,

analgesia, dan relaksasi otot, yang dikenal dengan “Trias Anestesia”

(Muhiman, dkk, 1989).

Trias anestesi dapat dicapai dengan menggunakan obat tunggal atau

dengan menggunakan beberapa macam obat karena tidak semua obat

memiliki sifat-sifat tersebut. Dengan mengkombinasikan beberapa obat,

mungkin terjadi interaksi antar obat sehingga bersama memberikan efek yang

diharapkan (Katzung, 1997).

Sebelum anestesi diberikan, perlu adanya persiapan-persiapan yang

meliputi: anamnesis pasien, pemeriksaan fisik dan laboratorium jika ada

indikasi, kebugaran pasien klasifikasi status fisik, makan dan minum terakhir,

serta premedikasi (Said, 2010). Berdasarkan klasifikasi dari American Society

of Anesthesiology (ASA), status fisik pasien pra-anestesi dibagi menjadi:

5

Page 16: PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN …/Per... · dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral ... 10 menit setelah insisi dan 15 menit setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

ASA I : Pasien sehat yang memerlukan operasi

ASA II : Pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik

karena penyakit bedah atau penyakit lain

ASA III : Pasien dengan gangguan atau kelainan sistemik berat

dengan berbagai sebab

ASA IV : Pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara

langsung mengancam kehidupannya

ASA V : Pasien yang tidak diharapkan hidup setelah 24 jam baik

dioperasi maupun tidak.

2. Anestesi Inhalasi

Anestesi inhalasi merupakan bentuk dasar anestesi umum yang paling

sering digunakan (Dobson, 1994). Anestesi inhalasi diserap dan

didistribusikan sebagai akibat dari tekanan gradien dan keseimbangan ketika

tegangan udara inspirasi sama dengan tegangan udara inhalasi di alveoli,

darah, dan jaringan.

Ketika penggunaan anestesi inhalasi dihentikan, tegangan alveolar

menurun dan terjadi proses keseimbangan dari jaringan ke vena dan ke alveoli

untuk dilakukan ekspirasi. Oleh karena itu, anestesi inhalasi yang memiliki

koefisien tegang terendah menunjukkan permulaan dan pemutusan efek yang

paling cepat (Becker, 2008).

Page 17: PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN …/Per... · dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral ... 10 menit setelah insisi dan 15 menit setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Keamanan dari semua obat anestesi inhalasi yang terpenting adalah

berapapun obat yang masuk pada pasien melalui paru-paru dapat keluar

dengan cara yang sama. Oleh karenanya, selama pasien masih bernapas, efek

obat anestesi bersifat reversibel. Di samping itu, melalui pernapasan spontan,

pasien dapat menyesuaikan sendiri dosisnya dan depresi respirasi akan

mengurangi jumlah gas yang terhirup sehingga membantu mencegah

overdosis (Fenton, 2000).

a. Halotan

Halotan merupakan derivat halogen hidrokarbon dengan nama kimia

2,bromo-2-khloro-1.1.1. trifluoroetan, mempunyai MAC 0,75% dan

koefisien partisi gas darah 2,5. Halotan secara khas menyebabkan

pernapasan yang dangkal dan cepat, peningkatan frekuensi napas tidak

cukup untuk mengimbangi penurunan volume tidal, sehingga ventilasi

alveolar menurun dan tekanan CO2 istirahat ( resting PaCO2) meningkat

(Morgan, 2006).

Efek halotan terhadap ventilasi berkaitan dengan mekanisme pusat

(depresi medulla spinalis) dan perifer (disfungsi otot intercosta) (Morgan,

2006). Halotan secara langsung menghambat otot jantung dan otot

pembuluh darah serta menurunkan aktivitas saraf simpatis. Makin dalam

anestesia, makin jelas turunnya kekuatan kontraksi otot jantung, curah

jantung, tekanan darah dan retensi perifer (Zunilda dan Elysabeth, 2008).

Page 18: PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN …/Per... · dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral ... 10 menit setelah insisi dan 15 menit setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Dengan adanya penurunan curah jantung, maka akan mempengaruhi

transport O2 dan juga menyebabkan penurunan saturasi O2 (Morgan,

2006).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Phillips et al. (1988) pada

anak-anak yang diinduksi anestesi dengan halotan tanpa premedikasi

terjadi penurunan SpO2 berkisar sampai 85% dari 95,70% sebelum

induksi, sedangkan isofluran terjadi penurunan sampai dibawah 75%, hal

ini terjadi pada 1 menit setelah induksi

b. Isofluran

Isofluran merupakan halogenasi eter dengan nama kimia 1-chloro-

2,2,2-trifluoroethyl difluoromethyl ether. Efek depresi pada otot jantung

dan pembuluh darah yang ditimbulkannya lebih ringan dibanding obat

anestesia volatil yang lain. Isofluran mempunyai MAC 1,15% dan

koefisien partisi gas/darah 1,4 (Muhiman, dkk, 1989). Jika dibandingkan

dengan halotan, isofluran memiliki koefisien partisi gas/darah yang lebih

rendah, sehingga dalam hal kecepatan induksi dan eliminasi isofluran

lebih cepat dari halotan.

Isofluran menyebabkan depresi napas dan menekan respon ventilasi

terhadap hipoksia. Isofluran dapat memicu reflek saluran napas yang

menyebabkan hipersekresi, batuk, dan spasme laring. Ditambah dengan

terganggunya fungsi silia di saluran napas, anestesia yang lama dapat

Page 19: PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN …/Per... · dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral ... 10 menit setelah insisi dan 15 menit setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

menyebabkan menumpuknya mukus di saluran napas. Hal ini dapat

menyebabkan penurunan pasokan O2 yang menyebabkan penurunan

saturasi O2 (Zunilda dan Elysabeth, 2008).

3. Saturasi Oksigen

Oksigen diperlukan oleh tubuh untuk menghasilkan energi melalui

proses metabolisme di mitokondria, untuk itu diperlukan sistim transportasi

yang meliputi paru dan kardiovaskuler (Rogers dan Kreit, 1995). Oksigen

dibawa oleh darah dari paru ke jaringan seluruh tubuh melalui 2 mekanisme

yaitu, secara fisika larut dalam plasma dan secara kimia terikat dengan

hemoglobin sebagai oksihemoglobin (HbO2). Dalam keadaan normal oksigen

yang terikat oleh hemoglobin lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan

yang terlarut dalam plasma. Kebutuhan jaringan akan oksigen dan

pengambilannya oleh paru sangat tergantung pada hubungan afiniti oksigen

terhadap hemoglobin, hubungan tersebut dapat dilihat pada kurva disossiasi

oksihemoglobin (KDO).

KDO ialah suatu kurva yang menggambarkan hubungan antara saturasi

oksigen atau kejenuhan hemoglobin terhadap oksigen dengan tekanan parsial

oksigen pada ekuilibrium yaitu pada keadaan suhu 370 C, pH 7,40 dan Pco2

40 mmHg. Sedangkan saturasi oksigen adalah jumlah oksigen yang diikat

Page 20: PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN …/Per... · dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral ... 10 menit setelah insisi dan 15 menit setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

hemoglobin dalam darah yang menunjukkan sebagai sebuah prosentase dari

“Maximal Binding Capacity” (Dorland, 2002).

Satu molekul hemoglobin dapat mengikat maksimal empat molekul

oksigen. 100 molekul hemoglobian dapat bersama-sama mengikat 400 (100 x

4) molekul oksigen, jika keseratus molekul hemoglobin ini hanya mengikat

380 molekul oksigen,itu berarti bahwa molekul hemoglobain tersebut hanya

mengikat ( ) x 100 = 95% dari jumlah maksimal molekul oksigen yang

seharusnya dapat diikat, sehingga nilai saturasi oksigennya adalah 95% (Hill.

2009).Saturasi oksigen normal pada individu yang sehat menunjukkan nilai

antara 97% sampai 99%.

Afiniti oksigen terhadap hemoglobin dipengaruhi oleh suhu, pH darah,

tekanan parsial karbondioksida dan 2,3 difosfogliserat, serta beberapa keadaan

klinis seperti keracunan karbonmonoksida ,anemia, hipoksia dan berada di

tempat ketinggian.

a. Suhu

KDO normal ditentukan secara fisiologis pada suhu 370C jika terjadi

peningkatan suhu akan menyebabkan tekanan parsial oksigen

meningkat,sehingga afiniti oksigen terhadap hemoglobin akan menurun

akibatnya semakin mudah penglepasan oksigen (Guyton, 2007). Pada

keadaan ini KDO akan bergeser ke kanan atau sebaliknya jika terjadi

penurunan suhu KDO akan bergeser ke kiri. Pada aktivitas terjadi

Page 21: PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN …/Per... · dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral ... 10 menit setelah insisi dan 15 menit setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

peningkatan suhu tubuh dan kebutuhan oksigen di jaringan, ini dapat

dikompensasi oleh KDO yang bergeser ke kanan.

b. pH

Peningkatan ion hidrogen (H+) atau karbondioksida akan menurunkan

afiniti oksigen terhadap hemoglobin. Ini dikenal dengan efek Bohr. Dan

sebaliknya oksigenisasi dari hemoglobin akan menurunkan afiniti

karbondioksida ini yang dikenal dengan efek Haldane. Kedua efek

tersebut muncul karena interaksi antara oksigen, ion hidrogen dan

karbondioksida dengan hemoglobin. Pada jaringan kapiler karbondioksida

akan berdifusi sebagai gas terlarut dan berikatan dengan rantai

hemoglobin membentuk karbominohemoglobin atau berikatan dengan air

(H2O) membentuk garam (bikarbonat) dengan bantuan enzim karbonik

anhidrase. Ion hidrogen yang dihasilkan oleh kedua reaksi di atas akan

menstabilkan bentuk konformasi T pada hemoglobin yang mengakibatkan

oksigen dilepas ke jaringan (Hsia, 1998).

c. PO2

Apabila PO2 darah menintkat, misalnya seperti pada kapiler paru, Hb

berikatan dengan sejumlah besar O2 mendekati 100% jenuh, PO2 60-100

mmHg : Hb ≥ 90% jenuh (afinitas Hb terhadap O2 bertambah) dan KDO

bergeser ke kiri. Dan apabila PO2 menurun, seperti pada kapiler sistemik,

PO2 antara 40 & 20 mmHg (75-35% jenuh), sejumlah besar O2 dilepas

Page 22: PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN …/Per... · dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral ... 10 menit setelah insisi dan 15 menit setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

dari Hb setiap penurunan PO2, afinitas Hb tehadap O2 berkurang dan KDO

bergeser kekanan.

d. PCO2

PCO2 darah meningkat seperti pada kapiler sistemik sehingga CO2

berdifusi dari sel ke darah mengikuti gradiennya menyebabkan penurunan

afinitas Hb terhadap O2 (Hb lebuh banyak membebaskan O2), KDO

bergeser ke kanan.

Apabila PCO2 darah menurun seperti pada kapiler paru sehingga

CO2berdifusi dari darah ke alveoli menyebabkan peningkatan afinitas Hb

terhadap O2 (Hb lebih banyak mengikat O2) KDO bergeser ke kiri. CO2

juga dapat mempengaruhi pH intraseluler sehingga terjadi penurunan pH

intraseluler yang akan meningkatkan efek Bohr (Brandis, 2006).

e. 2,3 DIFOSFOGLSERAT (2,3 DPG)

Metabolisme sel darah merah tergantung oleh glikolisis dan 2,3 DPG. 2,3

DPG dibentuk melalui jalan pintas tanpa menghasilkan ATP dengan

bantuan enzim DPG sintesis. Pada keadaan normal 1,3 DPG akan diubah

menjadi 3 fosfogliserat dengan bantuan enzim fosfogliserat kinase dengan

menghasilkan ATP dan selanjutnya akan menjadi fosfoenolpiruvat,

piruvat, dan laktat.

2,3 DPG mempunyai afiniti terhadap hemoglobin yang lebih kuat

dibandingkan dengan oksigen. Selain menurunkan afiniti terhadap oksigen

Page 23: PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN …/Per... · dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral ... 10 menit setelah insisi dan 15 menit setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

ikatan tersebut juga akan menurunkan pH intraseluler sehingga akan

meningkatkan efek Bohr.

Pada keadaan hipoksia kronik, anemia dan berada di tempat yang tinggi

dari permukaan air laut akan meningkatkan kadar 2,3 DPG sehingga

kemampuan hemoglobin untuk mengikat oksigen menurun namun

kemampuan untuk melepaskan oksigen di jaringan lebih mudah karena

itu, pergeseran KDO ke kanan merupakan proses kompensasi pada

keadaan klinis tersebut di atas.

f. KARBON MONOKSIDA (CO)

Karbonmonoksida dapat berikatan dengan hemoglobin menjadi

karbosihemoglobin (HbCO). Dalam keadaan normal karbonmonoksida

dihasilkan pada proses penghancuran sel darah merah namun jumlahnya

kecil dan kurang dari 1% yang berikatan dengan hemoglobin. Jumlah

karbonmonoksida akan meningkat pada perokok sekitar 5% (Wearer, dkk,

2000). Ikatan karbonmonoksida dengan hemoglobin lebih kuat 200-250

kali dibandingkan ikatan oksigen dengan hemoglobin. Peningkatan jumlah

karbonmonoksida akan menyebabkan KDO bergeser ke kiri. Pada keadaan

kadar karboksihemoglobin lebih dari 30% akan terjadi asidosis metabolik

dengan hiperlaktamia yang akan meningkatkan risiko kematian.

Page 24: PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN …/Per... · dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral ... 10 menit setelah insisi dan 15 menit setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Gambar 2.1: Kurva Disosiasi Oksigen-Hemoglobin (Sumber: Sherwood, 2001)

Page 25: PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN …/Per... · dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral ... 10 menit setelah insisi dan 15 menit setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 2: Kerangka Pemikiran

Variabel luar yang dapat dikendalikan Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan

Halotan Isofluran

Depresi napas dan Depresi

langsung miokardium

Curah jantung dan tekanan darah ↓,retensi perifer ↑

Menekan pusat pernapasan

Menekan respon ventilasi terhadap

hipoksia

PO2 menurun, PCO2 meningkat

PO2 menurun, PCO2 meningkat

Hipoksia -usia -jenis kelamin -jenis operasi -suhu tubuh -penyakit lain -obat-obatan

-hormonal -psikologis -pH darah -volume darah -sensitivitas

individu

Page 26: PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN …/Per... · dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral ... 10 menit setelah insisi dan 15 menit setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

C. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah, landasan teori dan kerangka berpikir

diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berkut: “Terdapat

perbedaan keadaan saturasi oksigen pada pemberian anestesi inhalasi halotan dan

isofluran.”

Page 27: PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN …/Per... · dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral ... 10 menit setelah insisi dan 15 menit setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

pendekatan studi cross sectional. Dalam pendekatan cross sectional digunakan

pendekatan transversal, dimana observasi terhadap variabel bebas (faktor risiko)

dan variable terikat (efek) dilakukan hanya sekali pada saat yang bersamaan

(Arief, 2008).

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Moewardi.

C. Subjek Penelitian

1. Populasi

Pasien yang dilakukan tindakan operasi di RSUD Dr. Moewardi selama

bulan April sampai Juli 2012.

17

Page 28: PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN …/Per... · dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral ... 10 menit setelah insisi dan 15 menit setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

2. Sampel

Pasien operasi dengan anestesi inhalasi selama tanggal 1 April sampai

31 Juli 2012. Pasien yang akan melakukan pembedahan dengan kriteria

sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi : - Laki-laki atau perempuan

- Usia 15-54 tahun

- ASA I atau II

- Suhu tubuh normal

- Akan dilakukan operasi dengan anestesi umum

dengan anestesi inhalasi

b. Kriteria eksklusi : - Mempunyai riwayat merokok

- Mempunyai riwayat penyakit pernapasan

- Mempunyai riwayat penyakit jantung

Page 29: PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN …/Per... · dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral ... 10 menit setelah insisi dan 15 menit setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

D. Besar Sampel

(Murti, 2010)

= variasi populasi yang tidak diketahui nilainya, dapat

diperkiakan dengan menggunakan . Dimana S1 = 0,6

dan S 2 = 0,3

= beda mean yang diperkirakan, pada penelitian ini digunakan

untuk mengetahui beda saturasi oksigen dalam darah pada

kelompok, yaitu halotan (98,2 mmHg) dan isofluran (98,9

mmHg)

= tingkat kemaknaan, pada penelitian ini tingkat kemaknaan

sebesar 95%. α berarti 0,05, berarti = 1.96

Dari perhitungan di atas didapatkan hasil , yang merupakan besar

sampel minimal untuk penelitian ini,sehingga jumlah yang akan dipakai

sebanyak 20 sampel.

Page 30: PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN …/Per... · dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral ... 10 menit setelah insisi dan 15 menit setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

E. Teknik Sampling

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik consecutive sampling,

dimana semua subyek yang datang secara berurutan dan memenuhi kriteria

pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang

diperlukan terpenuhi. Hal ini dilakukan demi mempertimbangkan waktu

untuk penelitian, karena dalam satu hari penelitian hanya bisa didapatkan 1-2

sampel saja (Sastroasmoro, 2011).

F. Identifikasi Variabel Peneltian

1. Variabel bebas : obat anestesi inhalasi (halotan dan isofluran).

2. Variable terikat : saturasi oksigen.

3. Variable luar :

a. Variabel luar yang dapat dikendalikan: usia, jenis kelamin, status fisik,

suhu tubuh, jenis operasi, penyakit lain, dan obat-obatan.

b. Variable luar yang tidak dapat dikendalikan: psikis, hormonal, pH

darah, volume darah, nutrisi, dan sensitivitas individu.

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Variable bebas: obat anestesi inhalasi.

Obat anestesi inhalasi yang digunakan, yaitu halotan atau isofluran

yang diberikan melalui vaporizer. Halotan yang digunakan adalah dosis

induksi 1vol%, dan isofluran menggunakan dosis induksi 1vol%.

Page 31: PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN …/Per... · dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral ... 10 menit setelah insisi dan 15 menit setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Alat : vaporizer

Satuan : halotan dan isofluran

Skala pengukuran : skala nominal

2. Variable terikat: saturasi oksigen.

Saturasi oksigen adalah ukuran derajat pengikatan oksigen pada

hemoglobin, biasa diukur menggunakan oksimeter, yang dinyatakan

dalam persentase pembagian kandungan oksigen sebenarnya dengan

kapasitas oksigen maksimum dan dikalikan 100 (Dorland, 2002).

Alat ukur : bed side monitor

Satuan : persen (%)

Skala pengukuran : skala rasio

3. Variable luar terkontrol

a. Usia

Usia mempengaruhi dosis dan efek dari obat anestesi. Pada penelitian

digunakan subjek usia 15-54 tahun.

b. Status fisik

Subjek penelitian ini adalah pasien dengan status fisik ASA I dan II,

yaitu pasien tanpa penyakit sistemik atau dengan kelainan ringan

sampai sedang.

Page 32: PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN …/Per... · dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral ... 10 menit setelah insisi dan 15 menit setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

c. Suhu tubuh

Suhu tubuh mempengaruhi kelarutan obat anestesi. Kenaikan suhu

menurunkan kelarutan obat anestesi, sebaliknya penurunan suhu akan

meningkatkan kelarutan obat anestesi. Dalam penelitian digunakan

subjek dengan suhu tubuh normal.

d. Jenis operasi

Jenis operasi tertentu yang dapat mempengaruhi keadaan saturasi

oksigen.

e. Penyakit lain

Subjek penelitian adalah pasien tanpa riwayat penyakit pernapasan

perancu dari keadaan saturasi oksigen.

f. Konsumsi obat-obatan

Obat-obatan yang dikonsumsi sebelum pemberian anestesi, termasuk

obat premedikasi dan induksi, dapat mempengaruhi penelitian. Oleh

karena itu, obat premedikasi dan induksi yang digunakan dibuat

homogen atau yang memiliki efek seminimal mungkin terhadap

keadaan saturasi oksigen.

Page 33: PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN …/Per... · dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral ... 10 menit setelah insisi dan 15 menit setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

H. Sumber Data

Data yang diambil adalah data primer dari pengamatan langsung di

Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Moewardi pada tanggal 1 April 2012

sampai dengan 31 Juli 2012.

I. Instrument Penelitian

1. Halotan.

2. Isofluran.

3. Vaporizer.

4. Alat monitor saturasi oksigen (bed side monitor).

Page 34: PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN …/Per... · dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral ... 10 menit setelah insisi dan 15 menit setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

J. Jalannya Penelitian

Setiap 5 menit hingga minimal 1 jam

INTUBASI INTUBASI

Sampel untuk isofluran

Induksi anestesi: Propofol 2mg/kgBB

HALOTAN

Keadaan saturasi oksigen

Ukur saturasi oksigen

Informed concent

Ukur saturasi oksigen

Premedikasi anestesi: SA 0,01mg/kgBB

Midazolam 0,1mg/kgBB Fentanil 1µ/kgBB

Induksi anestesi: Propofol 2mg/kgBB

ISOFLURAN

Ukur saturasi oksigen

Keadaan saturasi oksigen

Uji Mann Whitney

Sampel untuk halotan

Premedikasi anestesi: SA 0,01mg/kgBB

Midazolam 0,1mg/kgBB Fentanil 1µ/kgBB

Informed concent

Ukur saturasi oksigen

Page 35: PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN …/Per... · dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral ... 10 menit setelah insisi dan 15 menit setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

K. Teknik Analisis Data Statistik

Data dalam penelitian ini akan diolah dengan teknik analisis statistik,

yaitu menggunakan uji Mann-Whitney. Uji Mann-Whitney adalah uji hipotesis

yang digunakan untuk menganalisis data dengan variabel bebas nominal

dengan variabel terikat berskala numerik dengan data yang memiliki distribusi

tidak normal (Sastroamoro dan Ismael, 2001). Pada penelitian ini variabel

bebas diklasifikasikan dengan dua cara, yaitu halotan dan isofluran.

Page 36: PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN …/Per... · dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral ... 10 menit setelah insisi dan 15 menit setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Sampel

Penelitian dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap pasien di

Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Moewardi, pada tanggal 1 April sampai 31 Juli

2012. Jumlah total sampel yang digunakan adalah 40 orang, dimana 20 orang

berasal dari kelompok halotan dan 20 sisanya berasal dari kelompok isofluran.

Sampel dari kelompok halotan terdiri atas 6 orang pria dan 14 orang wanita,

dengan usia 18-53 tahun. Sedangkan sampel untuk kelompok isofluran terdiri atas

8 orang pria dan 12 orang wanita, dengan usia 16-45 tahun. Masing-masing

ditunjukkan dalam tabel 4.1

26

Page 37: PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN …/Per... · dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral ... 10 menit setelah insisi dan 15 menit setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Tabel 4.1 Tabel Distribusi Frekuensi Sampel Halotan Isofluran

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%) Jenis Kelamin

Pria 6 30 8 40 Wanita 14 70 12 60 Jumlah 20 100 20 100

Usia 16-25 6 30 8 40 26-35 5 25 5 25 36-45 6 30 7 35 46-55 3 15 0 0 Jumlah 20 100 20 100

Berat Badan 45-55 8 40 4 20 56-65 12 60 12 60 66-75 0 0 4 20 Jumlah 20 100 20 100

B. Perbedaan Nilai Saturasi Oksigen Kelompok Halotan dan Isofluran

Berdasarkan pengamatan dari masing-masing kelompok sampel halotan dan

isofluran mulai pada saat sebelum dianestesi hingga pada fase 15 menit setelah

insisi, didapatkan nilai hasil saturasi oksigen yang ditunjukkan pada tabel 4.2

Page 38: PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN …/Per... · dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral ... 10 menit setelah insisi dan 15 menit setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Tabel 4.2 Perbandingan Nilai Saturasi Oksigen (%) Kelompok Halotan dan

Isofluran Berdasarkan Fase Pengukuran Anestesi

Fase Pengukuran Anestesi

Halotan

(Mean ± SD)

Isofluran

(Mean ± SD)

P

Awal 98,45 ± 0,89 98,35 ± 1,04 0,723

Induksi 96,55 ± 1,23 97,05 ± 0,75 0,213

Intubasi 98,85 ± 0,74 98,50 ± 0,89 0,151

Insisi 5’ 98,30 ± 1,03 98,55 ± 1,28 0,538

Insisi 10’ 98,95 ± 0,94 98,60 ± 1,14 0,325

Insisi 15’ 98,80 ±1,05 99,10 ± 0,79 0,425

Nilai saturasi oksigen kelompok halotan (mean ± SD) pada fase awal

sebelum dianestesi adalah 98,45 ± 0,887; fase induksi 96,55 ± 1,234; fase intubasi

98,85 ± 0,745; fase 5 menit setelah insisi 98,30 ± 1,031; fase 10 menit setelah

insisi 98,95 ± 0,945; fase 15 menit setelah insisi 98,80 ±1,056. Ini berarti rerata

nilai saturasi oksigen pada fase setelah diinduksi lebih rendah daripada fase

sebelum diinduksi. Sementara pada fase setelah diintubasi, nilai rerata saturasi

oksigen menjadi lebih tinggi dibandingkan fase sebelum diinduksi.

Sementara itu nilai saturasi oksigen kelompok isofluran (mean ± SD) pada

fase awal sebelum dianestesi adalah 98,35 ± 1,040; fase induksi 97,05 ± 0,759;

fase intubasi 98,50 ± 0,889; fase 5 menit setelah insisi 98,55 ± 1,276;

fase 10 menit setelah insisi 98.60 ± 1,142 dan fase 15 menit setelah insisi 99,10 ±

Page 39: PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN …/Per... · dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral ... 10 menit setelah insisi dan 15 menit setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

0,788. Ini berarti rerata nilai saturasi oksigen pada fase setelah diinduksi lebih

rendah daripada fase sebelum diinduksi. Sementara pada fase setelah diintubasi,

nilai rerata saturasi oksigen menjadi lebih tinggi dibandingkan fase sebelum

diinduksi.

Gambar 4.1 Grafik Kestbilan Rata-Rata Saturasi Oksigen Pada Kelompok

Halotan dan Isofluran

Untuk menilai kenormalan distribusi dari data yang telah diperoleh, maka

digunakan uji normalitas dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan uji

tersebut, didapatkan hasil p = 0,059 pada fase awal; p = 0,013 pada fase induksi; p

= 0,012 pada fase intubasi; p = 0,099 pada fase 5 menit setelah insisi; p = 0,059

pada fase 10 menit setelah insisi; dan p = 0,040 pada fase 15 menit setelah insisi.

Page 40: PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN …/Per... · dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral ... 10 menit setelah insisi dan 15 menit setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Karena nilai p < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data tersebut tidak

normal sehingga perlu dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney.

Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney (Tabel 4.2), didapatkan nilai p untuk

fase awal adalah 0,723; fase induksi adalah 0,213; fase intubasi adalah 0,151; fase

5 menit setelah insisi adalah 0,538; fase 10 menit setelah insisi adalah 0,325 dan

fase 15 menit setelah insisi adalah 0,425. Dengan nilai p > 0,05 menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan saturasi oksigen yang tidak signifikan anatara

kelompok halotan dan kelompok isofluran.

Dalam prnrlitian ini dianalisis pula kemungkinan adanya korelasi antara

berat badan dengan keadaan saturasi oksigen serta korelasi antara saturasi oksigen

awal sebelum anestesi berlangsung dengan saturasi oksigen pada setiap fase.

Analisis terseut dilakukan dengan menggunakan uji korelasi bivariat Pearson.

Hasil dari masing-masing analisis dapat dilihat pada tabel 4.3 dan tabel 4.4.

Page 41: PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN …/Per... · dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral ... 10 menit setelah insisi dan 15 menit setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Tabel 4.3 Hasil Uji Korelasi Berat Badan dengan Variabel Lain

Variabel Berat Badan

R P

Saturasi Awal -0,037 0,821

Saturasi Induksi 0,041 0,801

Saturasi Intubasi -0,200 0,215

Saturasi Insisi menit ke- 5 -0,043 0,794

Saturasi Insisi menit ke- 10 0,166 0,305

Saturasi Insisi menit ke- 15 -0,273 0,088

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa tidak ada korelasi yang kuat antara berat

badan dengan saturasi oksigen di semua fase anestesi. Hal ini dapat ditunjukkan

dengan nilai r yang kecil. Namun nilai p pada semua fase anestesi yang lebih

besar daripada 0,05 dapat menandakan bahwa hasil penghitungan r pada

penelitian ini tidak signifikan secara statistik, artinya hasil tersebut dapat terjadi

karena faktor kebetulan (probabilitas karena by chance cukup besar).

Page 42: PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN …/Per... · dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral ... 10 menit setelah insisi dan 15 menit setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Tabel 4.4 Hasil Uji Korelasi Pearson Saturasi Oksigen Awal dengan Variabel Lain

Variabel Saturasi Oksigen Awal

R p

Saturasi Induksi 0,417 0,007

Saturasi Intubasi 0,492 0,001

Saturasi Insisi menit ke- 5 -0,042 0,797

Saturasi Insisi menit ke- 10 -0,010 0,950

Saturasi Insisi menit ke- 15 -0,063 0,698

Tabel 4.4 menunjukkan adanya korelasi yang tidak kuat antara saturasi

oksigen awal dengan saturasi oksigen pada fase induksi. Dimana korelasi tersebut

signifikan secara statistik. Analisis menunjukkan tidak ada korelasi antar saturasi

oksigen awal dan saturasi pada fase menit ke-5, ke-10 dan ke-15.

Page 43: PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN …/Per... · dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral ... 10 menit setelah insisi dan 15 menit setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

BAB V

PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada kedua kelompok, halotan dan

isofluran, terjadi penurunan saturasi oksigen pada fase induksi. Hasil analisis

menggunakan uji Mann Whitney menunjukkan bahwa hipotesis nol

diterima/hipotesis altenatif ditloak dimana tidak terdapat perbedaan saturasi oksigen

yang signifikan secara statistik antara kelompok halotan dan isofluran. Hal ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Phillips, et al (1988) yang menyimpulkan

bahwa halotan dan isofluran dapat menimbulkan penurunan saturasi oksigen pada

anak-anak selama fase induksi.

Dari penelitian juga didapatkan hasil berat badan tidak ada kaitannya dengan

saturasi oksigen. Hal ini berarti berat badan bukan menjadi variabel pengganggu yang

mempengaruhi perbedaan saturasi oksigen antara kelompok halotan dan isofluran.

Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Kopelman (2000) bahwa semakin berat

massa tubuh maka konsumsi oksigen tubuh pun ikut meningkat. Namun ini akan

dikompensasi oleh cardiac output yang juga meningkat sehingga tidak akan

mempengaruhi saturasi oksigen.

Demikian pula dengan saturasi oksigen awal sebelum anestesi. Sesuai dengan

hasil yang tampak pada tabel 4.4. menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi yang

33

Page 44: PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN …/Per... · dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral ... 10 menit setelah insisi dan 15 menit setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

kuat (korelasi lemah) antara saturasi oksigen awal dengan saturasi oksgen setelah

induksi.

Disamping kemempuannya dalam mendepresi pusat pengaturan hipoksia,

halotan secara langsung menghambat kontraktilitas otot jantung dan otot pembuluh

darah serta menurunkan aktivtas saraf simpatis, sehingga terjadi penurunan curah

jantung yang akan mempengaruhi transport O2 dan juga menyebabkan penurunan

saturasi O2.

Pada penelitian ini terdapat beberapa kelemahan, yaitu: (1) kurang tepatnya

peneliti dalam mencatat nilai saturasi oksigen pada setiap fase anestesi, (2) sebagian

besar teknik anestesi yang digunakan pada sampel adalah anestesi umum inhalasi

dengan menggunakan nafas kontrol, (3) alat ukur untuk mengukur, yaitu bed side

monitor yang digunakan tidaklah sama di setiap kamar operasi, (4) perbedaan dosis

anestesi inhalasi yang diberikan pada pasien berbeda tergantung dari kondisi masing-

masing pasien sehingga mempengaruhi efek hipoksia yang ditimbulkan, (5)

rancangan penelitian yang dilakukan secara cross-sectional sehingga penelitian hanya

dilakukan pada satu waktu, serta (6) tidak semua variabel dianalisis dalam penelitian

ini, sehingga tidak diketahui pengaruhnya terhadap saturasi oksigen.

Untuk meminimalisasi pengaruh dari luar, peneliti sudah mengantisipasi melalui

kriteria inklusi: (1) usia 15-54 tahun, (2) ASA I atau II, (3) suhu tubuh normal serta

kriteria eksklusi: (1) memiliki riwayat penyakit pernapasan, (2) memiliki riwayat

merokok dan (3) mempunyai riwayat penyakit jantung.

Page 45: PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN …/Per... · dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral ... 10 menit setelah insisi dan 15 menit setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Dengan mempertimbangkan keterbatasan waktu dan kemampuan peneliti, maka

dalam penelitian ini kriteria restriksi yang digunakan untuk memilih sampel, baik dari

segi pemilihan pasien maupun penggunaan obat masih sangat luas. Masih banyak

variabel-variabel luar yang belum dikendalikan karena faktor keterbatasan waktu dan

kemampuan. Hanya beberapa variabel yang dapat dikendalikan yang dipilih

sedemikian rupa sehingga hasil penelitian dapat mempresentasikan keadaan yang

sesungguhnya.

Page 46: PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN …/Per... · dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral ... 10 menit setelah insisi dan 15 menit setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian mengenai perbandingan efek

halotan dan isofluran terhadap saturasi oksigen ini adalah:

1. Tidak ada perbedaan keadaan saturasi oksigen yang signifikan antara

kelompok anestesi halotan dan isofluran.

2. Agen anestesi halotan dan isofluran sama-sama dapat menurunkan saturasi

oksigen pada fase induksi.

B. Saran

1. Anestesi kepada pasien dengan isofluran lebih dianjurkan daripada dengan

halotan karena efek samping dan kontraindikasi penggunaan isofluran yang

lebih sedikit daripada halotan.

2. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh obat anestesi inhalasi

halotan dan isofluran terhadap saturasi oksigen dengan metode yang lain serta

efeknya terhadap keadaan hemodiamik lainnya, seperti: perubahan nadi dan

tekanan arteri rerata.

36