peranan kejaksaan melakukan pengaw'asan terhadap …

68
PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP TERPOJANA YANG DIJATUHI PIDANA BERSYARAT SKRIPSI Diajukan sebagai saiah satu syarat Untuk mempcrolch Gelar Sarjana Hukum Program Studi Umu Hukum Oleh: Muhammad Ilham Romadboa 502012025 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM 2016 i

Upload: others

Post on 04-Oct-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

PERANAN KEJAKSAAN M E L A K U K A N PENGAW'ASAN TERHADAP TERPOJANA YANG DIJATUHI PIDANA

BERSYARAT

SKRIPSI

Diajukan sebagai saiah satu syarat Untuk mempcrolch Gelar Sarjana Hukum

Program Studi Umu Hukum

Oleh:

Muhammad Ilham Romadboa 502012025

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM

2016

i

Page 2: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM

PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

\

Judul Skripsi PERANAN KEJAKSAAN M E L A K U K A N PENGAWASAN TERHADAP TERPIDANA YANG DUATUHI PIDANA BERSYARAT

Nama : Muhammad Ilham Romadhon Nim : 50 2012 025 Program Studi : Ilmu Hukum Program Kekhususan : Huknm Pidana

Pembimbing,

Dra. Hj. Lilies Anbah, SIL, MH.

Palembang, April 2016

PERSETUJUAN O L E H T I M PENGUJI:

Ketua : H. Syamsuddin, SH^ MH

Anggota : 1. Mulyadi TanzlU, S I L , MH

2. Rusniati, S E . , S H . , M H

D I S A H K A N O L E H DEKAN FAKULTAS HUKUM

Page 3: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

P E N D A F T A R A N U J I A N S K R I P S I

Pendaftaran Skripsi Sarjana Pakiiltas Hiikum Universitas Muhammadiyah Palembang Strata 1 bagi :

Nama

NIM

Program Studi

Prug. Kekhususan

Judul Skripsi

Muhammad Ilham Romadhon

502012025

Ilmu Hukum

Hukum Pidana

P E R A N A N K E J A K S A A N P E N ( ; A W A S A N I K R H A D A P

M E L A K U K A N TERPIDANA

YAN(; DIJATUHI PIDANA BERSYARA1

Dengan diterinianya skripsi ini. sesudah lulus dari Ujian Komprehensif. penuiis bcrhak memakai gelar

SARJANA HUKUM

Page 4: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Yang bcrtanda tangan di bawah ini :

Nama : Muhammad Ilham Romadhon

NIM :502012025

Program Studi : Ilmu Hukum

Program Kekhususan : Hukum Pidana

Menyatakan bahwa karya ilmiah / skripsi saya yang beijudul:

PERANAN KEJAKSAAN M E L A K U K A N PENGAWASAN T E R H A D A P

TERPIDANA YANG DIJATUHI PIDANA BERSYARAT

Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain, baik sebagian maupun

keseiuruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbernya.

Demikian surat pemyataan ini saya buat dengan sebenar-benamya dan

apabila

pemyataan ini tidak benar, kami bersedia mendapatkan sanksi akademis.

Palembang, ' Maret 2016

Muhammad Ilham Romadhon

iv

Page 5: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

MOTTO:

''Hoi ofmng-orang beriman, taasttah ALLAH dan taoHlah Rasul (Nya), dan UUl Amri diantara kamu, Kemudian Jika kamu berlainan pendapat teniang sesuatu, maka kembaiika/Uak ia (sunndknya), jika kamu benar-benar beriman kepada ALLAH dan kari kemudian, Yang demikian itu lebih baik aldbatnya**,

(QS, An-Nisa'ayai 59}

Kupersembakkan untuk :

> EEDVA ORANG TVAKV yang setaiu memberikan do*a dan dukungan serta do'ayang tutus demi masa depanku,

> Seluruk keluarga besarku yang tidak btsa km sebtOkan satu persaiu, terima kasih untuk dukungannya,

> KEKASIH TERCINTA KHiYAROTVL ANASIH yang telah mendukung dan seialu mendampingtku,

> Aimamaterku,

Page 6: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

A B S T R A K

P E R A N A N K E J A K S A A N M E L A K U K A N P E N G A W A S A N T E R H A D A P T E R P I D A N A Y A N G D I J A T U H I PIDANA

B E R S Y A R A T

Oleh

Muhammad Ilham Romadhon

Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui dan mendapatkan pengetahuan yang jelas tentang peranan Kejaksaan melakukan pengawasan terhadap terpidana yang dijatuhi pidana bersyarat. Permasalahan yang dibahas adalah Bagaimana peranan Kejaksaan melakukan pengawasan terhadap terpidana yang dijatuhi pidana bersyarat dan apakah hambatan pihak Kejaksaan dalam melakukan pengawasan terhadap terpidana yang dijatuiii pidana bersyarat.

Jenis Penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah jenis penelitian hukum yang dipandang dari sudut tujuan penelitian hukum yaitu penelitian hukum sosiologis, yang bersifat deskriptif atau menggambarkan, Setelah dilakukan penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa ; Peran Kejaksaan melakukan pengawasan terhadap terpidana yang dijatuhi pidana bersyarat, setelah hakim menjatuhkan putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang letap (in kracht), kejaksaan mengeluarkan Surat Perintah Pelaksanaan Putusan Pengadilan dan setelah selesai dibuat berita acara pelaksanaan putusan pengadilan, kemudian pemberitahuan pemidanaan bersyarat. Bahwasanya hambatan pihak Kejaksaan dalam melakukan pengawasan terhadap terpidana yang dijatuhi pidana bersyarat, yaitu : Belum melembaganya pola-pola pengawasan yang dilakukan dan sistem kerjasama di dalam pengawasan, Tidak berkembangnya lembaga-lembaga rekiasering swasta, yang justru merupakan sarana yang sangat penting dalam pelaksanaan pengawasan dan pembinaan narapidana bersyarat, Pasal 280 ayat (4) KUHAP yang mengatur peranan hakim pengawas dan pengamat dalam pelaksanaan pidana bersyarat belum berftingsi sebagaimana mestinya, berhubungan belum adanya peraturan peiaksana yang diatur dalam pasal KUHAP tersebut

Kata Kunci: Kejaksaan, Terpidana, Pidana Bersyarat

vi

Page 7: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

KATA PENGANTAR

Assalamu^alaikum Wr.Wb.

Segala puji dan syukur senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah SWT, serta

sholawat dan salam kepada nabi Muhammad Saw., karena atas rahmat dan nikmat

Nya jualah skripsi dengan judul : PERANAN KEJAKSAAN M E L A K U K A N

PENGAWASAN TERHADAP TERPIDANA YANG DIJATUHI PIDANA

BERSYARAT.

Dengan segala kerendahan hati diakui bahwa skripsi ini masih banyak

mengandung kelemahan dan kekurangan. semua itu adalah disebabkan masih

kurangnya pengetahuan dan pengalaman penuiis, karenanya mohon dimaklumi.

Kesempatan yang baik ini penuiis ucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan, khususnya terhadap:

1. Bapak Dr. Abid Djazuli, SE., MM., Rektor Universitas Muhammadiyah

Palembang beserta jajarannya;

2. Ibu Dr. Hj. Sri Suatmiati, SH., M.Hum., Dekan Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Palembang beserta stafhya;

3. Bapak/Ibu Wakil Dekan I , I I , I I I dan IV, Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Palembang;

4. Bapak Mulyadi Tanzili, SH., MH selaku Ketua Prodi Ilmu Hukum Fakultas

Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang;

vii

Page 8: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

5. Ibu Dra. Hj. Lilies Anisah, SH.. MH.. selaku Pembimbing daiam penulisan

skripsi ini;

6. Ibu Hj YuliarKomariah. SH., MH., Pembimbing Akademik Penuiis;

7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah

Palembang;

8. Kedua orang tuaku tercinta dan saudara-saudaraku terkasih.

Semoga segala bantuan materil dan moril yang telah menjadikan skripsi

ini dapat selesai dengan baik sebagai salah satu persyaratan untuk menempuh

ujian skripsi. semoga kiranya Allah Swt., melimpahkan pahaia dan rahmat kepada

mereka.

Wassalamu^alaikum wr.wb.

Palembang, Maret 2016

Penuiis,

Muhammad Ilham Romadhon

viii

Page 9: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

BAB I I I : PEMBAHASAN

A. Peranan Kejaksaan melakukan pengawasan terhadap

terpidana yang dijatuhi pidana bersyarat 34

B. Hambatan pihak Kejaksaan dalam melakukan

pengawasan terhadap terpidana yang dijatuhi pidana

bersyarat 42

BAB I V : PENUTUP

A. Kesimpulan 48

B. Saran-saran 49

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

X

Page 10: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

PENDAFTARAN UJIAN SKRIPSI Hi

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN v

ABSTRAK vi

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI X

BAB I rPENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Permasalahan 6

C. Ruang Lingkup dan Tujuan 6

D. Defenisi Operasional 7

E. Metode Penelitian 7

F. Sistematika Penulisan 10

BAB I I : TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Tindak Pidana I I

B. Pertanggungjawaban Pidana 16

C. Jenis-jenis Putusan Pidana 22

D. Pengertian Pidana Bersyarat 28

E. Kewenangan Kejak.saa.'; 30

ix

Page 11: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pergaulan manusia dalam kehidupan masyarakat tidak selamanya

beijalan dengan yang diharapkan,. manusia selalu dihadapkan pada masalah-

masalah atau pertenlangan antar sesamanya, dalam keadaan demikian ini

hukum diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan ketertiban masyarakat.

Istilah hukum berasal dari kata "straf yang merupakan istilah yang sering digunakan dalam sinonim dari istilah pidana. Istilah hukuman yang merupakan istilah umum dan konvensional, dapat mempunyai arti yang tuas dan berubah-ubah karena istilah itu dapat berkonotasi cukup luas. Oleh karena itu pidana merupakan istilah lebih khusus, maka perlu ada pembatasan pengertian atau makna sentral yang dapat menunjukkan ciri-ciri dan sifatnya yang khas.'

Untuk memberikan gambaran yang lebih luas, berikut ini dikemukakan

pendapat dari beberapa sarjana sebagai berikut ; Menurut Sudarto, "Pidana

adalah nestapa yang diberikan oleh negara kepada seseorang, yang melakukan

pelanggaran terhadap ketentuan Undang-undang Hukum Pidana, sengaja agar

dirasakan sebagai nestapa".'̂

Pemberian nestapa atau penderitaan yang sengaja dikenakan kepada

seorang pelanggar ketentuan Undang-undang tidak lain dimaksudkan agar

orang itu menjadi jera. Hukum pidana sengaja mengenakan penderitaan dalam

mempertahankan norma yang diakui dalam hukum Sanksi yang tajam dalam

' Moelyatno, 2003, Hukum Pidana, Citra Bakti, Bandung, him. 6

^ Sudarto, 2002, Kapital selekta Hukum Pidana, Alunuii, Bandung, him. 109

1

Page 12: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

2

hukun pidana inilah yang memhedakannya dengan bidang hukum lain seperti ;

bidang hukum perdata, maupun bidang administrasi negara.

Suatu pemidanaan pada hakekatnya merupakan sutau pengenaan

penderitaan atau nestapa atau akibat-akibat lain yang tidak menyenangkan.

Oleh karena itu pelaksanaan pidana tidak boleh melebihi keadaan yang secara

limitative dilarang oleh sanksi tertentu. Dengan kata Iain pemidanaan

merupakan suatu sanksi yang bersifat subside yaitu baru dan akan ditetapkan

apabila sanksi lain dapat manangguiangi keadaan.

Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana Indonesia jenis pidana

yang mengancam terhadap pelakunya diatur dalam ketentuan pasal 10 KUH

Pidana yaitu :

a. Pidan Pokok terdiri dari :

a) Pidana Mati

b) Pidana penjara

c) Pidana kurungan'pidana denda

b. pidana tambahan, meliputi :

a) Pencabutan hak-hak tertentu

b) Perampasan barang-barang tertentu

c) Pengumuman putusan hakim

Dari jenis-jenis pidana pokok yang diancamkan terhadap pelaku tindak

pidana, yang paling tidak disukai adalah pidana pencabutan atau perampasan

kemerdekaan yaitu pidana penjara dan pidana kurungan. Banyak kritik yang

ditujukan pada jenis pidana ini, baik dilihat dari keberadaannya maupun akibat-

Page 13: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

3

akibat lain yang menyertainya atau berhubungan dengan dirampasnya

kemerdekaan seseorang. Meskipun demikian banyak kritik yang ditujukan

pada pidana pencabutan kemerdekaan seseorang yang paling banyak

direncanakan.

Tujuan alasan pembenar dari pidana pencabutan kemerdekaan adalah

untuk melindungi masyarakat. Tujuan ini hanya dapat dicapai bila selama masa

hilangnya kemerdekaan itu diarahkan sebanyak mungkin agar terpidana dapat

kembaii kepada masyarakat. Pelaksanaan pembinaan tersebut memakan waktu

yang cukup lama, demikian pula metode dan pembinaan akan tergantung pada

waktu yang tersedia, yang pada akhimya akan mempengaruhi hasil dari

pembinaan. Dengan mengesampingkan keadaan dalam factor-faktor lain,

waktu yang singkat dalam pidana penjara atau pidana kurungan akan

menghambat tercapainya tujuan tersebut.

Pidana penjara atau pidana kurungan yang singkat banyak memiliki

kelemahan yang utama adalah dengan penjatuhan pidana penjara atau pidana

kurungan yang singkat, kesempatan untuk melakukan pembinaan belum

dianggap memadai. Selain itu dengan dijatuhkan pidana penjara atau kurungan

yang singkat hanya akan memberikan kesempatan kepada terpidana selama

dilembaga untuk belajar pada penjahat professional dan setelah menjalani

pidana justru bertambahlah jahat.

Sehubungan dengan kenyataan-kenyataan tersebut diatas, maka

tindakan yang akan diambil adalah mencari serta merumuskan dengan teliti

alternative pidana pencabutan dan perampasan kemerdekaan dan salah satimya

Page 14: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

4

adalah mengefektifkan pidana denda pada pelaku tindak pidana pelanggaran

sebagai alternative dalam memberikan balasan atau memulihkan keadaan,

disamping pidana badan tetap dipertahankan keberadaannya, apabila pelaku

tindak pidana pelanggaran tidak mau atau tidak mampu membayamya.

Pemberian pidana bersyarat adalah merupakan jalan keluar untuk

mengatasi kejahatan ringan agar jangan sampai terpidana bercampur dengan

narapidana berat guna menghindari sifat jahatnya. Jadi pidana bersyarat itu

merupakan altematif pcnghindaran ketularan tersebut karena terpidana berada

di luar lingkungan penjara, walaupun ada altematif pidana lainnya selain

pidana bersyarat. Hal ini didasarkan atas dasar pemikiran bahwa tidaklah

semua penjahat harus dimasukkan ke dalam penjara, akan tetapi khususnya

terhadap pelanggar pertama kali demi mencegah pengamh negatif dari

lingkungan masyarakat penjara. Roeslan Saleh pemah menyatakan bahwa :

"Tujuan pidana bersyarat adalah negatif yaitu meninggalkan pidana penjara

yang pendek waktunya, ini diadakan karena dirasakan bahwa pidana-pidana

demikian lebih banyak jeleknya dari pada baiknya (hilangnya pekerjaan,

ketularan kelakuan jelek, dan lain sebagainya).""*

Di dalam hukum positif, pidana bersyarat diatur pada Pasal 14 a ayat

(1), yang menyatakan bahwa :

Dalam hal dijatuhkan pidana penjara selama-lamanya satu tahun atau pidana kurungan, tidak termasuk pidana kumngan sebagai pengganti denda, hakim dapat memerintahkan agar pidana tersebut tidak perlu dijalankan, kecuali jika kemudian dengan suatu putusan ditentukan lain atas dasar bahwa terpidana sebelum berakhimya masa percobaan yang ditentukan sesuai dengan perintah, telah melakukan suatu tindak pidana

' Roeslan Saleh, 2008, Stelsel Pidana Indonesia, Aksara Baru, Jakarta, him. 28.

Page 15: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

5

atau selama masa percobaan tidak mentaati sesuai syarat khusus yang mungkin telah ditetapkan di dalam perintah.''

Lebih lanjut dikatakan Muladi, bahwa penjatuhan pidana bersyarat

hanya dapat diberikan pada terpidana apabila penjatuhan pidana bersyarat

tersebut memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Dalam putusan yang menjatuhkan pidana penjara asal lamanya tidak

lebih dari satu tahun. Jadi dalam hal ini pidana bersyarat dapat dijatuhkan

dalam hubungan dengan pidana penjara, dengan syarat hakim tidak ingin

menjatuhkan pidana lebih dari satu tahun. Yang menentukan bukaniah

pidana yang diancam atas tindak pidana yang dilakukan, tetapi pidana

yang akan dijatuhkan.

2. Pidana bersyarat dapat dijatuhkan sehubungan dengan pidana kurungan,

dengan ketentuan tidak termasuk pidana kurungan pengganti denda.

Mengenai pidana kurungan ini tidak akan diadakan pembatasan, sebab

maksimum dari pidana kurungan adalah satu tahun.

3. Dalam hal ini menyangkut denda maka pidana bersyarat dapat

dijatuhkan, dengan batasan bahwa hakim harus yakin bahwa pembayaran

denda betul-betul dirasakan berat oleh terdakwa.

Berdasarkan hal di atas dapat dikatakan bahwa pidana bersyarat dapat dijatuhkan kepada si terpidana yang dijatuhi pidana penjara, pidana kurungan, dan pidana denda, walaupun banyak kesimpang siuran pendapat tentang keberadaan pidana bersyarat itu sendiri. Hal ini dikarenakan dalam masyarakat bahwa putusan pidana bersyarat sinonim dengan putusan bebas {vrijspraak) karena terpidana bebas di luar penjara.^

'' Muladi, 2004, Kapita Selekta Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, him . 6

' Andi Hamzah, 2006, Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, him. 66.

Page 16: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

6

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penuiis tertarik untuk

mengkaji dan menganalisis hal yang bersangkut paut dengan peranan

Kejaksaan melakukan pengawasan terhadap terpidana yang dijatuhi pidana

bersyarat, untuk maksud tersebut selanjutnya dirumuskan dalam skripsi ini

yang berjudul PERANAN KEJAKSAAN M E L A K U K A N

PENGAWASAN TERHADAP TERPIDANA YANG DIJATUHI

PIDANA BERSYARAT.

B. Permasalahan

Adapun permasalahan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peranan Kejaksaan melakukan pengawasan terhadap terpidana

yang dijatuhi pidana bersyarat ?

2. Apakah hambatan pihak Kejaksaan dalam melakukan pengawasan

terhadap terpidana yang dijatuhi pidana bersyarat ?

C. Ruang Lingkup dan Tujuan

Untuk memperoleh pembahasan yang sistematis, sehingga sejalan

dengan permasalahan yang dibahas, maka yang menjadi titik berat pembahasan

dalam penelitian ini yang bersangkut paut dengan peranan Kejaksaan

melakukan pengawasan terhadap terpidana yang dijatuhi pidana bersyarat .

Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui dan mendapatkan

pengetahuan yang jelas tentang :

Page 17: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

7

1. Peranan Kejaksaan melakukan pengawasan terhadap terpidana yang

dijatuhi pidana bersyarat

2. Hambatan pihak Kejaksaan dalam melakukan pengawasan terhadap

terpidana yang dijatuhi pidana bersyarat

D. Defenisi Operasional

1. Pengawasan adalah sebagai suatu kegiatan untuk memperoleh kepastian

apakah suatu pelaksanaan pekerjaan/kegiatan itu dilaksanakan sesuai

dengan rencana, aturan-aturan dan tujuan yang telah ditetapkan.

2. Kejaksaan adalah lembaga Negara yang melaksanakan kekuasaan Negara

dibidang penuntutan dan penyidikan pidana khusus berdasarkan KUHP.

3. Terpidana adalah seorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan

yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap

4. Pidana Bersyarat, yaitu menjatuhkan pidana kepada seseorang akan tetapi

pidana itu tidak usah dijalani kecuali dikemudian hari temyata terpidana

sebelum habis masa percobaan melakukan tindak pidana lagi atau

melanggar perjanjian yang diberikan oleh hakim. Jadi putusan pidana tetap

ada hanya pelaksanaan pidana itu ditangguhkan.

E . Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah jenis penelitian

hukum yang dipandang dari sudut tujuan penelitian hukum yaitu penelitian

hukum sosiologis, yang bersifat deskriptif atau uienggamoarkan.

Page 18: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

8

2. Jenis dan Sumber data

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder yang terdapat dalam kepustakaan, yang berupa peraturan

perundang-undangan yang terkait, jumal, hasil penelitian, artikel dan

buku-buku lainnya

Data yang berasal dari bahan-bahan hukum sebagai data utama yang

diperoleh dari pustaka, antara lain :

a. Bahan hukum primer

Bahan hukum yang mempunyai otoritas {authoritatif) yang terdiri dari

peraturan perundang-undangan. antara lain. Undang-undang Nomor 8

tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana dan Undang-Undang No. 16

Tahun 2004 tentang Kejaksaan.

b. Bahan Hukum Sekunder

Yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan

hukum primer, seperti rancangan undang-undang, hasil-hasil

penelitian, hasilnya dari kalangan hukum, dan setemsnya.

c. Bahan Hukum Tersier

Yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelesan

terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus,

ensiklopedia, indeks kumulatif, dan seterusnya

Sedangkan, Data Primer diperoleh melalui wawancara pada pihak

Kejaksaan Tinggi Palembang Palembang.

Page 19: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

9

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian hukum ini teknik pengumpulan data yang digunakan

yaitu melalui studi kepustakaan (library research) yaitu penelitian untuk

mendapatkan data sekunder yang diperoleh dengan mengkaji dan

menelusuri sumber-sumber kepustakaan, seperti literatur, hasil penelitian

serta mempelajari bahan-bahan tertulis yang ada kaitannya dengan

permasalahannya yang akan dibahas, buku-buku ilmiah, surat kabar,

perundang-undangan, serta dokumen-dokumen yang terkait daiam

penulisan skripsi ini.

4. Teknik Analisa Data

Data yang diperoleh dari sumber hukum yang dikumpuikan

diklasitikasikan, baru kemudian dianalisis secara kualitatif, artinya

menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur,

sistematis, logis, tidak tumpang tindih, dan efektif, sehingga memudahkan

interprestasi data dan pemahaman hasil analisis. Selanjutnya hasil dari

sumber hukum tersebut dikonstruksikan berupa kesimpulan dengan

menggunakan logika beipikir induktif, yakni penalaran yang berlaku

khusus pada masalah tertentu dan konkrit yang dihadapi. Oleh karena itu

hal-hal yang dirumuskan secara khusus diterapkan pada keadaan umum,

sehingga hasil analisis tersebut dapat menjawab permasalahan dalam

penelitian.

F . Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari empat bab dengan sistemauka seoagai berikut:

Page 20: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

10

Bab I , merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang,

Permasalahan, Ruang Lingkup dan Tujuan Penelitian, Defenisi Operasional,

Metode Penelitian, serta Sistematika Penulisan.

Bab I I , merupakan linjauan pustaka yang berisikan landasan teori yang

erat kaitannya dengan obyek penelitian, yaitu : Pengertian Pemidanaan,

Pertanggungjawaban Pidana Jenis-jenis Putusan Pidana, Pengertian Pidana

Bersyarat, Kewenangan Kejaksaan

Bab I I I , merupakan pembahasan yang berkaitan dengan Peranan

Kejaksaan melakukan pengawasan terhadap terpidana yang dijatuhi pidana

bersyarat dan Hambatan pihak Kejaksaan dalam melakukan pengawasan

terhadap terpidana yang dijatuhi pidana bersyarat

Bab IV berisikan Kesimpulan dan saran

Page 21: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

BAB TI

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Tindak Pidana

Istilah hukum pidana mengandung beberapa arti atau lebih tepat jika

dikatakan, bahwa Hukum Pidana itu dapat dipandang dari beberapa sudut,

yaitu pertama dari sudut Hukum Pidana dalam arti objektif dan Hukum Pidana

dalam arti subjektif.

Moeljatno menyatakan Hukum Pidana adalah bagian dari keseiuruhan

hukum yang berlaku disuatu negara, yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-

aturan untuk:

a. Menentukan perbuatan-perbuatan yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi berupa pidana tertentu bagi barang siapa, yang melanggar larangan tersebut.

b. Menentukan kapan dan dalam hal apa kepada mereka yang melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang telah diancamkan.

c. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila orang yang disangka telah melanggar larangan tersebut.*

d.

Kata "Tindak Pidana" merupakan terjemahan dari ""Strafbaarfeif\

Moeljatno memakai istilah perbuatan pidana dan beliau tidak setuju dengan

istilah "Tindak pidana" karena menurutnya tindak lebih pendek dari pada

"perbuatan" tapi tindak, tidak menunjukan kepada hal yang abstrak seperti

perbuatan, tapi hanya menyatakan keadaan konkret.^

^ Pipin Syarifin, 2004, //wAwm P/tiflrta/ncfortes/a, Pustaka Setia, Bandung, him. 13

^ Laden Marpaung, 2003, Tindak Pidana Lingkungan Hidup, Sinar Grafika, Jakarta, hlm.8

11

Page 22: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

12

M.H.Tirta Amidjaya memakai istilah "Pelanggaran Pidana". Mr. E.

Litracht memakai istilah "Pristiwa Pidana", umumnya tindak pidana di

sinonimkan dengan Delik yang berasal dari bahasa latin yakni kata Delictum,

dalam kamus besar bahasa Indonesia tercantum sebagai berikut: Delik

pemberatan yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan pelanggaran

terhadap Undang - undang tindak pidana".

Mengenai definisi "Delik" (Strafbaar feit) dapat dibandingkan pendapat

para pakar, antara lain:

VOS :Delik adalah feit yang dinyatakan dapat dihukum oleh

undang - undang

VanHamel :Delik adalah suatu serangan atau suatu ancaman terhadap

hak - hak orang lain.

Simons :Delik adalah suatu tindakan melanggar hukum yang telah

dilakukan dengan sengaja ataupun tidak sengaja oleh

seseorang yang dapat dipertanggung jawabkan atas

tindakannya dan oleh Undang - undang telah dinyatakan

^ sebagai suatu perbuatan atau tindakan yang dapat di hukum.

Berdasarkan rumusan Simons maka delik (Straftbaar feit) memuat

beberapa unsur yakni:

a. Suatu perbuatan manusia b. Perbuatan itu dilarang dan di ancam dengan hukuman oleh undang -

undang, c. Perbuatan itu dilakukan oleh seseorang yang dapat dipertanggung

jawabkan.^

^ Ibid, hlm.9.

^ Loc.Cit

Page 23: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

14

ada dasamya yang mana dasar tersebut lebih dikenal sebagai asas legalitas

(principle of legality) yaitu asas yang menentukan bahwa : "tidak ada

perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana, jika tidak di tentukan

terlebih dahulu dalam perundang-undangan - (pasal 1 ayat 1 KUHPid) yang

lebih di kenal dalam bahasa latin sebagai nullum delictum nula poena sine

provia lege "

Hukum pidana dikenal beberapa kategorisasi tindak pidana atau

macam-macam tindak pidana seperti yang akan dijelaskan dibawah ini.

1. Tindak Pidana Menurut Doktrin

a. Dolus dan Culpa

Dolus yang berarti sengaja; delik dolus adalah merupakan perbuatan

sengaja yang dilarang dan diancam dengan pidana. Contoh : Pasal 338

menghilangkan nyawa orang KUH Pidana. Sedangkan Culpa berarti alpa

atau lalai ''culpose delicten'^ yang artinya perbuatan yang dilarang dan

diancam dengan pidana yang dilakukan dengan tidak sengaja, hanya

karena kealpaan (ketidak hati-hatian) saja. Contoh Pasal 188 KUHP

karena salahnya terjadi kebakaran.

b. Komisionis, Omisionis dan Komisionis Per Omisionis

Tindak pidana Komisionis yaitu tindak pidana yang terjadi dengan cara

berbuat sehingga perbuatan itu melanggar larangan. Seperti mencuri Pasal

362 dan membunuh Pasal 338 KUH Pidana, sedangkan omisionis delik

yang terjadi karena seseorang melaiaikan suruhan (tidak berbuat), biasanya

delik formil seperti Pasal 164 dan 165 KUH Pidana, Komisionis Per

Page 24: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

15

Omisionis yakni delik yang pada umumnya dilakukan dengan perbuatan,

tetapi mungkin terjadi pula bila orang tidak berbuat (berbuat tapi yang

- tampak tidak berbuat) seperti Pasal 338 KUH Pidana seorang ibu yang

hendak membunuh bayinya berbuat dengan tidak memberikan susu kepada

bayinya, jadi tidak berbuat.

c. Materil dan formil

Katagorisasi ini di dasarkan pada perumusan tindak pidana. Delik materil

yaitu delik yang perumusannya menitikberatkan pada akibat yang dilarang

dan diancam dengan pidana dan undang-undang. Sedangkan delik formil

yaitu delik yang perumusannya menitikberatkan pada perbuatan yang

dilarang dan di ancam dengan pidana oleh undang-undang

d. Without Victim dan With Victim

Without Victim delik yang dilakukan dengan tidak ada korban sedangkan

With Victim delik yang dilakukan dengan ada Korbannya beberapa atau

seorang tertentu.

2. Tindak Pidana Menurut KUH Pidana

Di dalam KUH Pidana yang berlaku di Indonesia sebelum tahun 1918 di kenal

tiga jenis tindak pidana yaitu :

a. Kejahatan (Crimes)

b. Perbuatan buruk (Delits)

c. Pelanggaran (contraventions)

Page 25: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

16

Menurut KUH Pidana yang berlaku sekarang, tindak pidana itu ada

dalam dua jenis saja yaitu kejahatan dan pelanggaran. KUH Pidana tidak

memberikan ketentuan atau syarat-syarat untuk membedakan kejahatan dan

pelanggaran. KUH Pidana hanya menentukan semua ketentuan yang di muat

dalam buku I I adalah kejahatan sedangkan semua yang terdapat dalam buku I I I

adalah pelanggaran.

Kedua jenis tindak pidana tersebut bukan berdasarkan perbedaan

prinsipil, melainkan hanya perbedaan graduel saja. Kejahatan pada umumnya

diancam dengan pidana yang lebih berat dari pada pelanggaran. Selain itu

terdapat beberapa ketentuan yang termuat dalam buku I yang membedakan

antara kejahatan dan pelanggaran seperti:

1. Percobaan (poeging) atau membantu (mcdeplictigheid) untuk pelanggaran

tidak dipidana pasal 54 dan 60 KUH Pidana.

2. Daluwarsa (verjaring) bagi kejahatan lebih lama dari pada bagi

• pelanggaran pasal 78 dan 84 KUH Pidana.

3. Pengaduan (klacht) hanya ada terhadap beberapa kejahatan dan tidak ada

pada pelanggaran

4. Peraturan pada perbarengan (samenloop) adalah berlainan untuk kejahatan

dan pelanggaran.

>. Pertanggungjawaban Pidana

AJaran kemampuan bertanggung]awab ini mengenai keadaan jiwa atau

batin seseorang yang normal atau sehat ketika melakukan tindak pidana. Arti

Page 26: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

17

kemampuan bertanggung)awab dalam M.v.T, diterangkan secara negative,

bahwa tidak mampu bertanggung) awab dari pembuat adalah :

1. dalam hal pembuat tidak diberi kebebasan memilih antara berbuat atau tidak berbuat apa yang oleh undang-undang dilarang.

2. dalam hal pembuat ada di dalam keadaan tertentu, sehingga ia tidak dapat mengisyafi bahwa perbuatannya bertentangan dengan hokum dan tidak mengerti akibat perbuatannya.''

Keterangan secara negative kemampuan bertanggung-jawab dalam

M.v.T tersebut, temyatalah bahwa pembentuk undang-imdang mengambil

sebagai pokok pangkal bahwa pada umumnya orang-orang mempunyai

jiwa/batin yang normal/sehat, sehingga mampu bertanggung jawab atas

perbuatannya.

Hanyalah apabila ada keragu-raguan tentang kemampuan bertanggung

jawab ini pada terdakwa, maka kemampuan bertanggung jawab ini harus

dibuktikan.

Menurut Van Hamel, orang mampu bertanggung-jawab itu harus

memenuhi tiga syarat, yaitu;

1. mampu untuk menginsyafi makna dan akibat sungguh-sungguh dari perbuatannya sendiri;

2. mampu untuk menginsyafi bahwa perbuatannya itu bertentangan dengan ketertiban masyarakat;

3. mampu untuk menentukan kehendakanya dalam melakukan perbuatan.'̂ ^"^

" SoQan Sastrawidjaja,2003, Hukum Pidana Asas Pidana sampai dengan Alasan Peniadaan Pidana, Armico, Bandung, him. 181.

^^Ibid., him. 182. lbid.,\i\m. 182.

Page 27: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

18

Menurut Simons, mampu bertanggung-jawab adalah mampu untuk

menginsyafi sifat melawan hukumnya perbuatan dan sesuai dengan keinsyafan

itu mampu untuk menentukan kehendaknya.

Meniuoit Moeljatno, dengan menyimpulkan ucapan-ucapan sarjana

menginsyafi sifat melawan hukumnya perbuatan dan sesuai dengan keinsyafan

itu mampu untuk menentukan kehendaknya.

1. kemampuan untuk membeda-bedakan antara perbuatan yang baik dan yang buruk, yang sesuai dengan hukum dan yang melawan hukum;

2. kemampuan untuk menentukan kehendaknya menurut keinsyafan tentang baik dan buruknya perbuatan tadi.'"*

Yang pertama merupakan faktor akal, yaitu dapat membedakan antara

perbuatan yang diperbolehkan dengan yang tidak. Yang kedua merupakan

faktor perasaan atau kehendak, yaitu dapat menyesuaikan tingkah lakunya

dengan keinsyafan atas mana yang diperbolehkan dan mana yang tidak boleh.

Selanjutnya dapat dikatakan bahwa orang yang tidak mampu I

bertanggung jawab adalah orang yang keadaan jiwa/batin tidak seperti apa

yang dirumuskan di atas. Keadaan jiwa/batin tidak normal/sehat itu, yang

menurut pasal 44 KUHP disebabkan karena jiwanya cacat dalam

pertumbuhannya atau terganggu karena penyakit. Tidak mampu bertanggung

jawab ini dapat dikatakan merupakan alasan peniadaan kesalahan (alasan

pemaaf), yang dapat dibedakan dengan alasan pemaaf-alasan pemaaf yang

lainnya, seperti yang diatur dalam pasal-pasal: 48 KUHP (daya paksa): 49 ayat

(2) KUHP (bela paksa lampau batas); 51 ayat (2) KUHP (perintah jabatan tidak

^^Ibid, him. 183.

Page 28: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

19

sah). Kalau dalam tidak mampu bertanggung jawab fungsi jiwa^ati^^ya itu

disebabkan karena memang organ jiwa/batin tidak normal, sedangkan dalam

pemaaf-alasan pemaaf yang lainnya fungsi jiwa/batinnya tidak normal itu

disebabkan karena keadaan dari luar organ jiwa/batinnya adalah normal.

Cara untuk menentukan ketidak mampuan bertanggung jawab terhadap

seseorang, sehingga ia tidak dapat dipidana ada 3 sistem yaitu:

1. Sistem deskriptif (menyatakan), yaitu dengan cara menentukan dalam perumusannya yaitu sebab-sebabnya tidak mampu bertangung jawab. Menurut sistem ini, jika psikiater telah menyatakan seseorang sakit jiwa, maka dengan sendirinya ia tidak dapat dipidana.

2. Sistem normatif (menilal), yaitu dengan cara hanya menyebutkan akibatknya yakni tidak mampu bertanggung jawab tanpa menentukan sebab-sebabnya, yang penting di sini adalah apakah orang itu mampu bertanggung jwab atau tidak? Jika dipandang tidak mampu bertanggung jawab, maka apa yang menjadi sebabnya tidak perlu dipikirkan lagi.

3. Sistem deskriptif-normatif, yaitu dengan cara gabungan dari cara butir 1 dan 2 tersebut, yakni menyebutkan sebab-sebabnya tidak mampu bertangung jawab. Dan hal ini harus sedemikian rupa akibatnya hingga dipandang atau dinilai sebagai tidak mampu bertanggung jawab.''*

Sistem butir 3 inilah yang dianut oleh KUHP kita. Dengan cara

gabungan ini maka untuk dapat menentukan bahwa terdakwa tidak mampu

bertanggung jawab, dalam praktik diperlukan adanya kerja sama antara

psikiater dengan hakim. Psikiater yang menentukan ada atau tidak adanya

sebab-sebab yang ditentukan dalam undang-undang sedangkan hakim yang

menilai apakah karena sebab-sebab itu terdakwa mampu bertanggung jawab

atau tidak.

''' R. Achmad Soema DiParadja, 2003, Asas-asas Hukum Pidana, Alumni, Bandung, hlra. 14

Page 29: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

20

Daiam hal pasal 44 KUHP, psikiater yang menentukan adanya jiwa

cacat dalam pertumbuhannya atau terganggu karena penyakit, sedangkan

hakim yang menilai bahwa karena sebab-sebab itu terdakwa dapat

dipertanggung jawabkan atas perbuatannya.

Hakim memerlukan pendapat dari seorang psikiater, tetapi pendapat

dari seorang psikiater ini tidak mengikat keputusan hakim. Hakim bebas untuk

menentukan pendapatnya sendiri, meskipun dalam praktik pada umumnya

hakim mengikuti pendapat dari seorang psikiater itu. Mungkin pula daiam hal

ini seorang psikiater memberikan pendapatnya mengenai apakah terdakwa

yang dalam keadaan jiwa sedemikian itu dapat atau tidak dapat dipertanggung

jawabkan terhadap perbuatannya, yang sesungguhnya merupakan tugas hakim

untuk menentukannya. Akan tetapi mungkin juga pendapat tersebut tidak

diberikan oleh seorang psikiater, karena ia merasa tidak berwenang.

Keadaan jiwa yang cacat dalam pertumbuhannya dalam pasal 44 KUHP

itu ialah disebabkan karena dungu atau pandir. Kemabukan tidak termasuk

golongan ini, kecuali apabila kemabukan itu ditimbulkan oleh penyakit jiwa.

Demikian pula kebutaaksaraan tidak termasuk dalam golongan ini, kecuali

kebutaaksaraan itu disebabkan oleh karena pertumbuhan jiwa yang cacat itu.

Seseorang yang membawa dirinya dalam keadaan tidak sadar, dengan

maksud agar ia dalam ketidaksadaran itu menjadi berani melakukan suatu

tindak pidana dengan minum-minuman keras atau memabukkan diri,

menggunakan narkotika, dan sebagainya, kehendak imtuk melakukan tindak

pidana itu telah ada padanya sebelum membawa dirinya dalam keadaan tidak

Page 30: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

21

sadar, sehingga kepadanya dapat dipertanggung jawabkan atas tindak pidana

yang telah dilakukannya itu. Demikian pula seseorang yang membawa dirinya

dalam keadaan tidak sadar, karena minum-minuman keras, menggimakan

narkotika, dan sebagainya, harus dapat mengira bahwa daiam ketidaksadaran

itu besar kemungkinan ia bisa melakukan suatu tindak pidana, sehingga

kepadanya dapat dipertanggung jawabkan atas tindak pidana yang telah

dilakukannya itu.

Di dalam praktik dijumpai bebrapa macam keadaan jiwa yang hanya

sebagian dihinggapi penyakit jiwa, yang disebut dengan tidak dapat

dipertanggung jawabkan sebagaian. Orang yang dihinggapi penyakit jiwa ini

disebut dengan psychopaten. Macam dari penyakit jiwa ini seperti:

1. KJeptomanie, yaitu penyakit jiwa yang berupa kesukaan untuk mengambil sesuatu jenis barang tertentu kepunyaan orang lain tanpa disadarinya atau di luar kehendaknya. Misalnya kesukaan untuk mengambil pulpen, sedangkan jenis barang lainnya tidak. Jadi apabila ia melihat pulpen tanpa disadarinya lalu diambilnya dan terus pergi. Daiam perbuatan-perbuatan lainnyajiwanya normal.

2. Pyromanie, yaitu penyakit yang berupa kesukaan untuk melakukan pembakaran tanpa alasan sama sekali dan di luar kehendaknya. Akan tetapi untuk perbuatan-perbuatan lainnyajiwanya normal.

3. Nymphomanie, yaitu penyakit jiwa pada seorang laki-laki jika bertemu dengan seorang wanita maka berbuat yang tidak senonoh, untuk perbuatan-perbuatannya lainnyajiwanya normal.'^

Pertanggungjawaban dari si pembuat atas perbuatan Pidana yang telah

dilakukan, dan perbuatan itu tercela dan dengan kesalahan itu bisa sengaja

atau kelalaian.'*

.him. 24.

" SoQan Sastrawidjaja, Op.Cil, him. 186.

Bambang Pumomo, 2001, asas-asas Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta,

Page 31: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

22

Subjek Hukum Pidana adalah manusia dalam kualifikasi tertentu, antara

lain :

1. Penanggung jawab peristiwa Pidana; 2. Polisi yang melakukan penyidikan; 3. Jaksa yang melakukan penuntutan; 4. Pengacara; 5. Hakim yang mengadili; 6. Petugas lembaga permasyarakatan yang melaksanakan eksekusi

putusan Hakim.

C. Jenis-jenis Putusan Pidana

Proses peradilan akan berakhir dengan suatu putusan akhir. Dalam

putusan pengadilan, maka hakim akan menyatakan pendapatnya tentang apa

yang telah dipertimbangkannya sebelum menjatuhkan keputusan. Dalam

Undang-undang No. 8 Tahun 1981 Pasal 1 ayat 11 bahwa "Putusan pengadilan

adalah pemyataan hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka

yang dapat bempa pemidanaan atau bebas dari segala tuntutan hukum serta

menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang."

Mengenai putusan hakim di antara sarjana hukum Indonesia tidak

sama dalam pemakaiannya. Ada yang memakai dengan macam keputusan, ada

yang menggunakan unsur keputusan hakim dan ada juga yang menggunakan isi

keputusan hakim. Perbedaan itu bukaniah suatu hal yang mendasar hanya saja

mungkin para sarjana tersebut menggunakan istilahnya hanya karena faktor

kebiasaan belaka. Perbedaan dalam penggunaan istilah tersebut pada dasamya

mempunyai makna yang sama, dan dalam pengertian ini yang digunakan istilah

Mustafa Abdullah dan Ruben Achmad, 1988, Intisari Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, him.30

Page 32: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

23

putusan hakim. Putusan hakim itu diikhtiarkan dari hasii pemeriksaan, yang

didapat dari saksi-saksi, alat bukti terdakwa dipersidangan yang ada

relevansinya dengan dakwaan.

Mengenai jenis-jenis putusan hakim diatur dalam Undang-undang

Nomor 8 Tahun 1981 Pasal 191 KUHAP yang berbunyi:

(1) Jika pengadilan berpendapat bahwa hasil pemeriksaan di sidang, kesalahan

terdakwa atau perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa tidak terbukti

secara sah dan meyakinkan, maka terdakwa diputus bebas.

(2) Jika pengadilan berpendapat bahwa perbuatan yang didakwakan kepada

terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak pidana,

maka terdakwa diputus lepas dari segala tuntutan hukiun.

Dari ketentuan yang terdapat dalam Pasal 191 ayat (1 dan 2) di atas

maka dapat diketahui adanya putusan berupa pembebasan terdakwa, apabila

menurut hasil pemeriksaan pengadilan, temyata kesalahan yang dituduhkan

kepada terdakwa tidak terbukti secara sah dan menyakinkan Pasal 191 ayat (1)

sedangkan pada Pasal 191 ayat (2) putusan lepas dari segala tuntutan hukum,

hal ini Jika menurut hasil pemeriksaan di sidang pengadilan perbuatan

terdakwa terbukti tapi temyata tidak merupakan tindakan pidana, jadi dari

uraian di atas ada dua jenis putusan hakim, yakni: putusan bebas dan putusan

lepas dari segala tuntutan hukum.

Selain dari ketentuan tersebut diatas maka keputusan hakim ini ada

lagi ketentuan yang mengatumya seperti yang terdapat dalam Pasal 193 ayat

(1) KUHAP yang berbunyi sebagai berikut: "Jika pengadilan berpendapat

Page 33: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

24

bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan

kepadanya maka pengadilan menjatuhkan pidana".

Dari pasal tersebut di atas, maka pengadilan akan menjatuhkan pidana

jika berdasarkan hasil pemeriksaan, terdakwa bersalah melakukan tindak

pidana yang dituduhkan kepadanya. Jadi dari dua hal tersebut di atas, yaitu

pasal 191 dan pasal 193 KUHAP maka berarti ada tiga jenis keputusan hakim

dalam arti vonis, yaitu :

1. Putusan bebas

2. Putusan lepas dari segala tuntutan hukum

3. Putusan berupa pidana

Menurut Andi Hamzah, setiap putusan hakim merupakan salah satu di

antara tiga kemungkinan, di atas yaitu :

1. Pemidanaan atau penjatuhan pidana atau tata tertib

2. Putusan bebas

3. Putusan lepas dari segala tuntutan hakim.

Selain itu menurut Hedrastanto Yudowidagdo, ia membedakan jenis

keputusan hakim dengan menemukakan unsur keputusan itu, yakni:

1. Putusan yang mengandung pembebasan terdakwa

2. Putusan yang mengandung pelepasan terdakwa dari segala tuntutan

hukum

3. Putusan yang mengandung penghukuman terdakwa.

Andi Hamzah, Op.CiL. hlm.23.

Page 34: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

25

Dari uraian di atas, maka para sarjana sependapat bahwa ada tiga

keputusan hakim, berikut ini akan dijelaskan mengenai masing-masing putusan

hakim.

1. Putusan Bebas

Putusan bebas akan djatuhkan oleh hakim jika pengadilan berpendapat

bawa dari hasil pemeriksaan di sidang, kesalahan terdakwa atas kesalahan yang

didakwakan kepadanya secara sah dan menyakinkan tidak terbukti, maka

terdakwa diputus bebas.

Dakwaan tidak terbukti bahwa apa yang telah diisyarakatkan oleh

pasal 183 KUHAP tidak terpenuhi, yakni :

a. Bahwa alat bukti yang dianut dalam sistem pembuktian adalah

sistem negatif menurut undang-undang.

b. Bahwa sistem negatif menurut undang-undang menghendakinya

alat-alat bukti yang sah yang dapat menjadi pedoman dalam

mengambil putusan hakim.

Apabilal hakim memutus bebas, maka terdakwa yang berada dalam

tahanan diperintahkan untuk dibebaskan seketika itu juga, kecuali ada alasan

lain yang sah menurut hakim untuk menyatakan bahwa setiap terdakwa tetap

berada dalam tahanan.

Jaksa penuntut umum segera melaksanakan keputusan hakim terhadap

terdakwa untuk segera dibebaskan dari tahanan seketika itu, sedangkan

terhadap barang bukti yang disita dalam perkara di pengadilan menetapkan

Prodjohamidjojo, 2004, Putusan Pengadilan, Ghalia Indonesia, Jakarta, hhm. 13

Page 35: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

26

bahwa barang sitaan diserahkan kepada yang paling berhak yang namanya

tercantum dalam putusan itu kecuali barang bukti itu harus dirampas untuk

kepentingan Negara atau dimusnahkan sehingga tidak dapat dipergunakan lagi.

2. Putusan Lepas Dari Tuntutan Hukum

Menurut pasal 191 ayat (2) KUHAP, dinyatakan bahwa jika

pengadilan berpendapat bahwa perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa

tersebut terbukti secara sah dan tetapi perbuatan itu bukan merupakan tindak

pidana, atau karena adanya hal-hal >'ang dapat menghapus pidana tuntutan

hukum.

^ Keputusan ini dapat terjadi bilamana tuduhan jaksa terhadap terdakwa

terbukti, perbuatan terdakwa itu bukan merupakan kejahatan atau pelanggaran,

atau karena semuanya hal-hal penghapusan pidana seperti keadaan mendesak

atau terpaksa atau dalam melaksanakan tugas.

Dalam kaitannya dengan keputusan lepas dari segala tuntutan hukum

Soedirjo mengemukakan bahwa:

Pelepasan dari segala tuntutan hukum dijatuhkan apabila terdapat hal-hal yang menghapuskan pidana baik yang menyangkut diri perbuatannya sendiri maupun menyangkut diri pelaku perbuatan itu sebagaimana terdapat dalam pasal 44, 48, 49, 50 dan 51 KUH Pidana. Hal-hal yang menghapus pidana dalam pasal-pasal ini bersifat umum, disamping itu terdapat hal-hal yang menghapus pidana secara khusus, misaJ pasal 166 dan 316 KUH Pidana.̂ ^

Kemungkinan-kemungkinan yang Iain diputus lepasnya terdakwa dari

segala tuntutan hukum yakni, berkenaan dengan keadaan terdakwa sendiri,

Soedirjo, 2003, Jaksa dan Hakim dalam Proses Pidana, Jakarta, Akademika Presindo, him. 58.

Page 36: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

27

sebagaimana diatur dalam pasal 44 KUH Pidana yakni: "Barang siapa

melakukan perbuatan yang tidak dapat dipertanggung] awabkan kepadanya,

disebabkan karena jiwanya cacat dalam tubuhnya atau karena penyakit

(Ziekelijke Stroring), tidak dapat dipidana.

Pasal 48 KUH Pidana berbunyi: "Barang siapa melakukan perbuatan

karena pengaruh daya paksa, tidak dipidana". Pasal 49 KUH Pidana berbunyi:

"Barang siapa terpaksa melakukan perbuatan untuk melakukan pembelaan

karena ada serangan atau ancaman seketika itu yang melawan hukum, terhadap

diri sendiri maupun orang lain, terhadap kehormatan kesusilaan (Een baarheid)

atau harta benda sendiri maupun orang lain tidak dipidana". Pasal 50 KUH

Pidana berbunyi: "Barang siapa melakukan perbuatan imtuk melaksanakan

perintah jabatan yang diberikan oleh penguasa yang berwenang tidak

dipidana".

Ketentuan dalam KUH Pidana tersebut dapat diketahui bahwa, jika

seseorang terdakwa yang didakwakan oleh penuntut umum telah melakukan

tindak pidana tertentu, namun pada diri pribadi terdapat unsur-unsur pasal-

pasal tersebut di atas, maka hakim akan memutuskan terdakwa dengan

keputusan lepas dari segala tuntutan hukum hal yang demikian dalam

hukuman pidana disebut alasan pemaaf.

Keputusan yang mengandung pelepasan terdakwa dari segala tuntutan

hukum, maka akan berlangsung seperti peristiwa pada pembebasan, yaitu

mengenai status tahanan orang yang salah tangkap, juga mengenai barang bukti

yang disita. Pada putusan yang mengandung pembebasan terdakwa tidak dapat

Page 37: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

28

dimintakan banding selain dari pada itu juga sebagaimana yang diatur dalam

pasal 67 KUHAP juga tidak dapat dimintakan banding dengan alasan-alasan

"Bebas mumi dan bebas berselubung", namun dalam sistem KUH Pidana hal

tersebut tidak dapat dimintakan lagi.

3. Putusan Berupa Pemidanaan

Pasal 193 ayat (1) KUHAP yang berbunyi :"Jika pengadilan

berpendapat bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak pidana yang

didakwakan kepadanya, maka pengadilan menjatuhkan pidana". Dari ketentuan

tersebut diatas berarti bahwa putusan yang berupa pemidanaan akan dijatuhkan

apabila terdakwa terbukti bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan

kepadanya.

I. Pengertian Pidana Bersyarat

Lembaga yang dimaksudkan di dalam tulisan ini bukaniah lembaga

dimana para tahanan harus menjalankan pidana mereka atau yang dikenal

dengan lembaga pemasyarakatan, melainkan lembaga hukum yang

disebutkan di dalam hukum positif yang secara langsung ada hubungarmya

dengan pemidanaan-pemidanaan yang dilakukan oleh hakim, dan di sini

termasuk pula Lembaga Pemasyarakatan (LP).

Secara umum yang dikatakan bahwa pidana bersyarat adalah suatu

sistem pidana dimana terhadap terpidana dijatuhkan pidana penjara, akan

tetapi pidana penjara tersebut tidak perlu dijalani olehnya, apabila pada

Page 38: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

29

masa percobaan yang telah ditentukan ia tidak melakukan suatu

pelanggaran terhadap syarat-syarat yang telah ditentukan.

Jadi kalau dipandang sepintas lalu, putusan pidana bersyarat tersebut

seolah-olah ringan, namun dalam kenyataannya justru jenis pidana ini

merupakan beban atau psikologis yang dirasakan oleh pelanggar/pelaku

kejahatan itu.

Apabila dipandang dari segi kemasyarakatan (pandangan

masyarakat), maka beban mental tersebut akan bertambah, sebab

masyarakat sering memberi "cap" bahwa seseorang yang pemah

tersangkut dalam suatu perkara dianggap telah mempunyai kesalahan

besar, sehingga sering kali dijauhi dalam pergaulan sehari-hari oleh

masyarakat lingkungannya, seperti yang dikemukakan oleh Djoko

Prakoso, yaitu tindak pidana tidak hanya tidak enak dirasa pada waktu

dijalani tetapi sesudah itu orang yang dikenai pidana masih merasakan

akibatnya berupa "cap" oleh masyarakat bahwa ia pemah berbuat jahat,

"cap" ini disebut stigma.^'

Adapun mengenai syarat-syarat yang dimaksud dalam penjatuhan

pidana bersyarat menurut Pasal 14a ayat (4) KUHP yaitu :

Perintah itu tidak diberikan, melainkan jika hakim dapat berkeyakinan, sesudah dilakukan pemeriksaan yang teliti. bahwa dapat dilakukan pengawasan terhadap orang yang dihukum itu dalam hal memenuhi perjanjian umum, bahwa ia tidak akan melakukan perbuatan yang dapat dihukum dan dalam hal memenuhi perjanjian istimewa, jika sekiranya janji itu diadakan juga.

'̂ Djoko Prakoso, 2004, Masalah Pemberian Pidana Dalam Bentuk Praktek Peradilan, Ghalia, Jakarta, him. 4

Page 39: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

30

Menurut R. Soesilo berdasarkan isi ketentuan Pasal 14a ayat (4) di

atas persyaratan dibagi atas 2 (dua) yaitu : Pertama, syarat umum yaitu di

mana si terpidana tidak melakukan suatu perbuatan pidana lagi, dan syarat

ini mutlak ada dalam menjatuhkan pidana bersyarat.

Kedua, syarat khusus/istimewa yaitu syarat-syarat yang menyertai

syarat umum dan syarat ini dapt ditentukan oleh hakim. Sedangkan

undang-undang sendiri telah tidak memberikan penjelasan tentang syarat-

syarat khusus, keciiali hanya mengatakan bahwa syarat-syarat khusus itu I

tidak boleh membatasi kebebasan terpidana untuk beragama dan tidak

boleh membatasi terpidana untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang sah

menurut ketatanegaraan (Pasal 14c ayat (3) KUHP).

Untuk lebih jelasnya mengenai syarat-syarat khusus dalam

penjatuhan pidana bersyarat ini, maka penuiis mencantumkan contoh

keputusan Mahkamah Agung yaitu : Mahkamah Agung Republik

Indonesia dalam putusan kasasinya tanggal 25 Februari 1975 No.

66.K/Kr/1974 dapat membenarkan syarat khusus yang telah ditetapkan

oleh Pengadilan Negeri yang menyatakan bahwa tertuduh harus

mengembalikan tanah tersebut kepada saksi.

E. Kewenangan Kejaksaan

Kejaksaan sebagai salah satu lembaga pemerintah yang melaksanakan

kekuasaan negara di bidang penuntutan, merupakan salah satu sub sistem

Soesilo, 2009, KUHP Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Politea, Bogor, him. 41.

A.F. Lamintang, 2006, Hukum Penintensicr Indonesia, Armico, Bandung, him. 142

Page 40: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

32

5. melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan

pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam

pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik.

Tugas dan kewenangan kejaksaan juga di pertegas juga di dalam

Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, yang mana

posisi kejaksaan sebagai lembaga penuntutan di dalam sistem peradilan pidana,

mempunyai kewenangan:

1. menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan dari penyidik

pembantu;

2. mengadakan prapenuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan

dengan memperhatikan ketentuan pasal 110 ayat (3) dan ayat (4), dengan

memberi petunjuk dalam rangka penyempumaan penyidikan dari

penyidik;

3. memberikan perpanjangan penahanan, melakukan penahanan atau

penahanan lanjutan dan atau mengubah status tahanan setelah perkaranya

dilimpahkan oleh penyidik;

4. membuat surat dakwaan;

5. melimpahkan perkara ke pengadilan;

6. menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang ketentuan hari

dan waktu perkara disidangkan yang disertai surat panggilan, baik kepada

terdakwa maupim kepada saksi, untuk datang pada sidang yang telah

ditentukan;

7. melakukan penuntutan;

Page 41: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

33

8. menutup perkara demi kepentingan umum;

9. mengadakan tindakan lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawab

sebagai penuntut umum menurut ketentuan undang-undang ini;

10. melaksanakan penetapan hakim.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tugas dan kewenangan

kejaksaan adalah penuntutan umum, penyidikan tindak pidana tertentu,

mewakiii negara atau pemerintah dalam perkara perdata dan tata usaha negara

serta memberikan pertimbangan hukum kepada istansi pemerintah dan

mewakiii kepentingan umum.

Page 42: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Peranan Kejaksaan melakukan pengawasan terhadap terpidana yang

dijatuhi pidana bersyarat

Pemikiran dasar yang melandasi sanksi pidana bersyarat sebenamya

sangat sederhana. Pidana ini secara keseiuruhan bertujuan untuk menghindari

terjadinya tindak pidana lebih lanjut, dengan cara menolong terpidana agar

belajar hidup produktif di dalam masyarakat yang telah dirugikan olehnya.

Cara yang terbaik untuk mencapai tujuan ini adalah dengan cara

mengarahkan sanksi pidana ke dalam masyarakat, daripada menginginkan ke

lingkungan yang bersifat buatan dan tidak normal, dalam bentuk perampasan

kemerdekaan. Hal ini tidak berarti bahwa sanksi pidana bersyarat harus

digunakan untuk kasus, atau akan selalu menghasilkan sesuatu yang lebih

baik daripada sanksi pidana pencabutan kemerdekaan.

Sanksi pidana bersyarat harus dapat menjadi suatu lembaga hukum

yang lebih baik dari pada sekedar merupakan suatu kebijakan atau

kelonggaran atau kemurahan hati sebagaimana dihayati oleh sebagian

masyarakat dewasa ini, dan menjadi sarana koreksi yang bermanfaat bagi

masyarakat."̂ ^

Sampai saat ini ada anggapan bahwa jenis pidana yang paling baik di

dalam sistem peradilan pidana adalah pidana perampasan kemerdekaan,

Wawancara Dengan Bapak Rusidi, Jaksa Fungsional, pada Kejaksaan Tingi Sumatera Selatan, Palembang Tanggal 9 maret 2016

34

Page 43: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

35

kecuali terdapat hal-hal tertentu yang meringankan pemidanaan. Sebaiknya

dirubah menjadi tanggapan bahwa kejahatan yang utama adalah sanksi pidana

bersyarat atau pidana-pidana lainnya yang bersifat non-institusional, kecuali

ada faktor-faktor yang memberatkan di dalam kasus-kasus tertentu.

Di dalam konteks ini pemanfaatan sanksi pidana bersyarat akan

meningkatkan daya pencegahan hukum pidana dengan segala keuntungan-

keuntungan bila dibandingkan dengan pidana perampasan kemerdekaan.

Untuk mencapai kondisi sosial yang baik tidaklah mudah, sebab adanya

faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan pidana bersyarat, diantaranya

adalah :

1. Faktor Perangkat Hukum (Perundang-undangan);

Menyangkut perundang-undangan yang mendasari sanksi pidana

bersyarat, maka yang menjadi permasalahan utama adalah belum adanya

kesatuan pandangan tentang pedoman penerapan pidana bersyarat yang

meliputi hakekat, tujuan yang hendak dicapai, serta ukuran-ukuran di

dalam penjatuhan pidana bersyarat.

Pedoman yang diberikan oleh KUHP (Pasal 14a) sangat sederhana,

kebijaksanaannya adalah untuk menerapkan sanksi pidana bersyarat

diserahkan pada hakim yang mengadili perkara.

Syarat yang tercantum dalam KUHP adalah sebagai berikut:

1. Dalam putusan yang menjatuhkan pidana penjara, asal lamanya tidak

lebih dari 1 (satu) lahim (Pasal 14a ayat 1);

2. Dalam hal hakim menjatuhkan pidana kurungan (Pasal 14 ayat 1).;

Page 44: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

36

3. Dalam hal hakim menjatuhkan pidana denda, pidana bersyarat dapat

dijatuhkan dengan batasan hakim harus yakin bahwa pembayaran denda

betul-betul akan dirasakan berat oleh terpidana (Pasal 14a ayat 2).

Perangkat hukum adalah dasar legalitas dari penerapan pidana,

karena perundang-undangan khususnya KUHP tidak membatasi penerapan

pidana penjara jangka pendek, maka dari itu tidak ada larangan bagi hakim

maupun jaksa untuk menerapkan pidana tersebut."̂ ^̂ ^

Apabila kita mengkaji KUHP yang diberlakukan saat ini dapat

ditemukan sejumlah ketentuan yang memberi peluang bagi diterapkannya

penjara jangka pendek, karena :

t. Sistem perumusan KUHP lebih besar menganut sistem perumusan

tunggal dengan pidana penjara sebagai ancamannya. Sistem ini lebih

cenderung menghasilkan putusan berupa pidana penjara semata.

2. KUHP juga menganut sistem altematif, namun altematif dari pidana

penjara berupa pidana kurungan dan pidana denda atau denda saja.

Sebagaimana diketahui bahwa pidana kurungan pada dasamya juga

tidak berbeda dengan pidana penjara, sehingga bukaniah altematif yang

baik untuk pidana penjara. Sementara itu pidana denda seperti yang

dirumuskan dalam KUHP jumlahnya sangat kecil dan tidak sesuai lagi

dengan nilai uang pada saat sekarang ini. Karena itulah jaksa maupun

hakim pada akhimya memilih pidana penjara walaupun terhadap

perbuatan yang ringan sifatnya.

Muladi, 2003, Lembaga Pidana Bersyarat, Alumni, Bandung, him. 181

Page 45: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

37

3. Dalam KUHP terdapat ketentuan yang meringankan pidana, seperti

dalam Pasal 47 ayat (1) dan Pasal 153 ayat (2) KUHP.

Pasal 47 aya t ( l ) :

Jika hakim menghukum si tersalah, maka maksimum hukuman utama,

yang ditetapkan atas perbuatan yang patut di hukum itu dikurangi

dengan sepertiganya.

Pasal 153 ayat (2) :

Pada waktu menjatuhkan hukuman karena kejahatan yang diterangkan

dengan salah satu pasal-pasal 147 - 152. dapat dijatuhkan hukuman

mencabut hak yang tersebut dalam Pasal 35 No. 3.

4. Dalam batas maksimal minimal ancaman pidana KUHP belum

menganut batas minimal khusus, sementara ini KUHP baru menganut

batas maksimum umum dan batas minimum umum yang lamanya 1

(satu) hari. Dalam sistem hukum pidana kita belum adanya ketentuan

secara khusus pedoman pemberian pidana, oleh karena luasnya limit

waktu batas maksimal dan minimal, maka membuka peluang

dijatuhkannya pidana yang berbeda-beda secara menyolok dari yang

berjangka panjang sampai yang berjangka pendek.

5. Dalam kenyataannya, adanya kebijaksanaan penahanan yang tidak

selektif yang dilakukan oleh penyidik pada tingkat penyidikan,

penahanan dilanjutkan oleh jaksa pada tingkat penuntutan, kemudian

penahanan oleh hakim pada tingkat pemeriksaan pengadilan. Adanya

kebijakan penahanan yang kurang selektif ini mengakibatkan

Page 46: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

38

penjatuhan pidana bersyarat kurang dirasakan manfaatnya oleh

terpidana.

Dengan dilakukannya penahanan yang cukup lama pada tingkat

pemeriksaan terutama pada tahap penyidikan dan penuntutan, bagi

terpidana sudah merupakan suatu hukuman yang dirasakan oleh terpidana.

Untuk mengantisipasi banyaknya penerapan pidana jangka pendek dan

sekaligus mengurangi disparitas pidana diperlukan altematif, baik yang

menyangkut jenis pidana maupun dalam pelaksanaan pidana penjara.

Termasuk yang pertama dapat berupa pidana denda, pidana kerja sosial,

pidana ganti rugi atau reslitusi, dan pelaksanaan kewajiban adat

menyangkut pelaksanaan pidana penjara dapat diwujudkan dalam bentuk

pidana bersyarat, pelepasan bersyarat dan pelaksanaan pidana penjara pada

masa luang sebagaimana pemah direkomendasikan oleh Straffmuster pada

tahun 1991.

2. Faktor Perbuatannya.

a. Tindak pidana yang bersangkutan dengan ancaman pidana kurungan;

b. Terhadap tindak pidana tertentu misalnya penggelapan, ada

kesanggupan si pembuat, dengan itikad baik untuk mengembalikan

uang atau barang yang digelapkan;

c. Tindak pidana terjadi di kalangan keluarga;

d. Tindak pidana terjadi karena kealpaan;

e. Kemgian yang ditimbulkan tidak besar.

Page 47: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

39

3. Faktor Yang Menyangkut Si Pembuat (Dader).

Pelaku tindak pidana merupakan faktor yang sangat mempengaruhi

dan menentukan dalam penerapan pidana bersyarat. Pengaruh tersebut

menyangkut dua hal yaitu perbuatan atau akibat (faktor objektif) dan

melekat pada faktor orangnya (faktor subjektif). Berhubungan dengan

faktor objektif, berat ringannya perbuatan atau akibatnya akan menjadi

pertimbangan hakim dan jaksa dalam menentukan berat ringannya suatu

hukuman pidana bersyarat tersebut, disamping pertimbangan dari faktor-

faktor di bawah i n i :

a. Umiu" yang masih muda;

b. Umiu* yang sangat luas;

c. Pembuat adalah pelajar, mahasiswa atau pegawai negeri;

d. Belum pemah dihukum;

e. Menunjukkan tanda-tanda insyaf, menyesal dan bersikap baik di dalam

persidangan;

f. Keadaan keluarga misalnya anak banyak atau keluarga baik-baik;

g. Cacat badan;

h. Ada harapan untuk diperbaiki;

i . Martabat, misalnya mempunyai kedudukan sosial yang baik di dalam

masyarakat;

J. Khusus untuk pelaku di bawah umur, jaksa atau hakim yakin terhadap

kemampuan orang tua untuk mendidik;

k. Melakukan tindak pidana karena terpaksa.

Page 48: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

40

4. Faktor Korban Tindak Pidana.

Pada setiap tindak pidana pasti ada korban dari tindak pidana

kejahatan tersebut. Secara normatif faktor korban dapat berpengaruh pada

memperberat maupun memperingan hukuman, tergantung bagaimana

hubungan pelaku dan korban setelah terjadinya tindak pidana.

Telah terbukti bahwa apabila suatu perdamaian antara pelaku

dengan korban kejahatan akan menjadi pertimbangan khusus bagi hakim

untuk menjatuhkan pidana, kemungkinan dapat dipertimbangkan

pemberian pidana bersyarat, karena dengan adanya perdamaian tersebut

mencerminkan adanya unsur pemaaf bagi korban terhadap pelaku

kejahatan.

5. Faktor Yang Menyangkut Pandangan Jaksa atau Hakim Terhadap Pidana

Bersyarat.

a. Untuk membimbing atau memberi peringatan;

b. Untuk pendidikan agar sadar;

c. Keyakinan untuk memperbaiki terdakwa.

Dari data tersebut di atas tampak bahwa para penegak hukum (jaksa,

polisi, dan hakim) mengharapkan agar sanksi pidana bersyarat tidak hanya

sekedar dianggap sebagai kemurahan hati, melainkan tindakan positif dalam

pembinaan narapidana. Hal ini terjadi karena sampai saat ini belum ada

pedoman yang jelas bagi penegak hukum, kapan dapat menjatuhkan sanksi

pidana bersyarat. Adanya pedoman ini sangat penting sebab apa yang

Page 49: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

41

dinamakan sanksi pidana bersyarat serta bentuk-bentuk non-institusional yang

lain, hakekatnya merupakan perkembangan atas kemajuan yang besar di

'dalam administrasi peradilan pidana yang membutuhkan ketelitian serta

kepastian di dalam penerapannya.

Dalam rangka ini maka pengaturan yang dibuat-buat dan pembatasan

yang kurang mantap terhadap penentuan kapan seseorang dapat dikenai

sanksi pidana bersyarat. Hambatan yang sungguh-sungguh terhadap realisasi

sepenuhnya daripada pidana bersyarat.

Analisa terhadap keputusan hakim pengadilan mengungkap data yang

memperkuat kesimpulan, bahwa pedoman pemberian pidana bersyarat sangat

dibutuhkan. Pada pertimbangan hakim dalam pemberian pidana bersyarat

sangat bervariatif. Ada yang berorientasi pada faktor-faktor objektif yang

menyangkut perbuatannya, ada pula yang mengacu pada faktor-faktor

subjektif yang menyangkut si pelaku tindak pidana. Ada pula yang tidak

memberikan pertimbangan mengapa dijatuhkan pidana bersyarat.

Yang menarik adalah adanya pertimbangan hakim yang berorientasi

kepada faktor-faktor psikologis, misalnya bersikap sopan di persidangan,

mengaku terus terang, selalu hadir di persidangan, dan sebagainya, yang

sebenamya tidak tepat kalau hanya itu yang dijadikan alasan pemidanaan.

Penjatuhan pidana bersyarat sebaiknya berorientasi kepada hal-hal yang

bersifat normatif objektif.

Persyaratan penjatuhan pidana bersyarat berdasarkan pada Pasal 14a

ayat (4) KUHP yang dijadikan landasan oleh jaksa maupun hakim

Page 50: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

42

berdasarkan pada rasa keadilan yang mereka miliki serta melihat per kasus

maupun terdakwanya sendiri. Jadi di sini penjatuhan pidana bersyarat tidak

mutlak dari undang-undang melainkan penilaian jaksa maupun hakim

terhadap terdakwa dan rasa keadilan yang mereka miliki, kecuali ada

keputusan lain akibat dari tidak terpenuhinya persyaratan oleh terdakwa

yang melanggar persyaratan yang ditentukan dalam keputusan tersebut,

yaitu apabila terpidana melakukan perbuatan melawan hukum kembaii.

maka ia harus menjalani hukuman yang telah dijatuhkan kepadanya, tetapi

pada kenyataannya terpidana yang telah menerima hukuman pidana

bersyarat merasa dirinya bebas dari hukuman.

Dengan demikian, peranan Kejaksaan melakukan pengawasan

terhadap terpidana yang dijatuhi pidana bersyarat, setelah hakim

menjatuhkan putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap

(in kracht), kejaksaan mengeluarkan Surat Perintah Pelaksanaan Putusan

Pengadilan dan setelah selesai dibuat berita acara pelaksanaan putusan

pengadilan, kemudian pemberitahuan pemidanaan bersyarat.

Hambatan pihak Kejaksaan dalam melakukan pengawasan terhadap

terpidana yang dijatuhi pidana bersyarat

Dalam pengawasan terhadap terpidana yang dijatuhi pidana bersyarat

dilakukan oleh lembaga yang berwenang yaitu dilakukan oleh pihak

kejaksaan atau pimpinan lembaga yang berbentuk badan hukum, atau pejabat

tertentu (Pasal 14d KUHP). Pengawasan umum bersifat imperatif (harus

Page 51: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

43

dilakukan), sedangkan pengawasan khusus bersifat fakultatif. Istilah

•pengawasan tidak secara eksplisit disebutkan dalam KUHP, melainkan dalam

bentuk istilah "memberi pertolongan dan bantuan kepada terpidana dalam

memenuhi syarat-syarat khusus".

Menurut Pompe hal ini dimaksudkan untuk mencegah resiko

didasarkan pengawasan yang bukan-bukan. Pasal 5 ayat (2) Ordonansi

pelaksanan pidana bersyarat (S.1926-487) dinyatakan bahwa pelaksanaan

pengawasan terhadap terpidana bersyarat yang disertai syarat-syarat khusus

haruslah dicegah hal-hal yang tidak perlu yang dapat mengurangi kebebasan

terpidana itu atau yang dapat menimbulkan atau mengurangi kebebasan

terpidana yang dapat menimbulkan akibat pada masyarakat.

Pengawasan pidana bersyarat dalam prakteknya dikemukakan bahwa

setelah hakim menjatuhkan putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum

yang tetap (in kracht), kejaksaan mengeluarkan Surat Perintah Pelaksanaan

Putusan Pengadilan dan setelah selesai dibuat berita acara pelaksanaan

putusan pengadilan, kemudian pemberitahuan pemidanaan bersyarat. Dasar

hukum dibuatnya pemberitahuan pemidanaan bersyarat ini adalah ordonansi

tanggal 6 Nopember 1929, Stbl 1926 No. 487 Jo Pasal 14a dan 14c KUHP.

Mengenai mekanisme pengawasan terpidana yang dijatuhi bersyarat

adalah dengan cara wajib lapor yang dilakukan seminggu sekali dan

selanjutnya dapat dilakukan sebulan sekali sampai habis masa percobaan. Hal

ini tidak dilaksanakan oleh terpidana, namun terpidana yang telah diputus

pidana bersyarat merasakan dirinya bebas tanpa kurungan. Tugas pengawasan

Page 52: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

44

terhadap pidana bersyarat dilakukan oleh hakim pengawas dan pengamat

yang memang telah ditunjuk untuk melakukan pengawasan atas terpidana

yang menjalani hukuman pidana bersyarat.

Mengenai hakim pengawas telah diatur dalam Pasal 277 KUHP yang

menyatakan:

1) Pada setiap pengadilan harus ada hakim yang diberi tugas untuk membantu

ketua dalam melakukan pengawasan dan pengamatan terhadap putusan

pengadilan yang menjatuhkan pidana perampasan kemerdekaan;

2) Hakim sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 yang disebut pengawas dan

pengamat, ditunjuk oleh Ketua Pengadilan paling lama 2 (dua) tahun, dan

dihubungkan dengan Pasal 280 ayat 4 KUHP bahwa pengawas, pengamat

sebagaimana telah diatur dalam Pasal 277 KUHP berlaku pula bagi

pemidanaan bersyarat.

Namun kadangkala dalam prakteknya hakim pengawas dan pengamat

belum berfungsi sebagaimana diharapkan. Hakim dan Jaksa sebagai

eksekutor tidak menjalankannya dengan berbagai alasan. Hakim pengawas

dan pengamat hanya memonitor saja dari kejaksaan yang diterima enam

bulan sekali, ini dikarenakan belum berfungsinya hakim pengawas akibat dari

belum adanya aturan pelaksanaan yang mengatur pengawasan tersebut.

Kenyataan bahwa proses pengawasan terhadap terpidana yang

diberikan putusan pidana bersyarat tidak ada sama sekali pengawasan dan

atau pengamatan yang dilakukan baik dari Pengadilan maupun dari Kejaksaan

Page 53: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

45

'.sendiri sebagai penanggung jawab atas pelaksanaan putusan pidana bersyarat

tersebut.

Sehingga terpidana merasakan kebebasan hakiki tanpa beban dan

tidak pemah merasakan adanya panggilan, laporan ke Kejaksaan, atau tidak

pemali adanya hambatan dan merasakan kebebasan atas putusan pidana

bersyarat tersebut.

Menurut Muladi, dari gambaran di atas tercermin bahwa dalam sistem

pengawasan pihak Kejaksaan dan Pengadilan mendapat kesulitan dalam

penerapaimya dikarenakan hal-hal sebagai berikut:

1. Belum melembaganya pola-pola pengawasan yang dilakukan dan sistem

kerjasama di dalam pengawasan.

2. Tidak berkembangnya lembaga-lembaga rekiasering swasta, yang justru

merupakan sarana yang sangat penting dalam pelaksanaan pengawasan

dan pembinaan narapidana bersyarat;

3. Pasal 280 ayat (4) KUHAP yang mengatur peranan hakim pengawas dan

pengamat dalam pelaksanaan pidana bersyarat belum berfungsi

sebagaimana mestinya, berhubungan belum adanya peraturan peiaksana

yang diatur dalam pasal KUHAP tersebut.

Untuk menjamin adanya sistem pengawasan yang memadai maka

beban pengawasan tidak boleh berlebihan, karena beban pengawasan untuk

tiap-tiap kasus ini akan mencakup pemahaman variabel-variabel yang

beraneka ragam tergantung pada tipe-tipe pelaku tindak pidana serta tugas-

Page 54: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

46

tugas yang dibebankan kepada terpidana bersyarat yang diharapkan dapat

meningkatkan manfaat pengawasan.

Di dalam kasus-kasus tertentu, maka sistem pengawasan dan

pembinaan kadang-kadang harus diiengkapi oleh bimbingan-bimbingan yang

bersifat kelompok dan program-program pengobatan.

Untuk menunjang sistem pengawasan yang efektif, seringkali di

dalam kasus-kasus tertentu harus diiengkapi oleh bimbingan-bimbingan yang

bersifat kelompok dan program-program pengobatan.

Untuk menunjang sistem pengawasan yang efektif, seringkali di

dalam kasus-kasus tertentu dibutuhkan fasilitas-fasiiitas jasa yang tersedia di

masyarakat. Petugas pembinaan bilamana perlu harus selalu meiibatkan diri

dalam fasilitas-fasiiitas ini demi kepentingan yang diawasi dan dibina.

Untuk dapat meningkatkan daya guna pengawasan khusus dalam

rangka resosiatisasi terpidana bersyarat secara optimal. Pemerintah harus

memberikan subsidi untuk menunjang perkembangan lembaga-lembaga

rekiasering swasta. Selanjutnya untuk menunjang keberhasilan pengawasan

diperlukan keseragaman baik di dalam pola pengawasan maupun sistem

kerjasama di antara pihak-pihak yang terlibat di dalam pengawasan tersebut,

dalam batas kewenangan masing-masing.

Page 55: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

47

Berdasarkan wawancara penuiis, bahwasanya hambatan pihak

Kejaksaan dalam melakukan pengawasan terhadap terpidana yang dijatuhi

pidana bersyarat, yaitu :

1. Belum melembaganya pola-pola pengawasan yang dilakukan dan sistem

kerjasama di dalam pengawasan.

2. Tidak berkembangnya lembaga-lembaga rekiasering swasta, yang justru

merupakan sarana yang sangat penting dalam pelaksanaan pengawasan

dan pembinaan narapidana bersyarat;

3. Pasal 280 ayat (4) KUHAP yang mengatur peranan hakim pengawas dan

pengamat dalam pelaksanaan pidana bersyarat belum berfungsi

sebagaimana mestinya, berhubungan belum adanya peraturan peiaksana

yang diatur dalam pasal KUHAP tersebut.

Wawancara Dengan Bapak Rusidi, Jaksa Fungsional, pada Kejaksaan Tingi Sumatera Selatan, Palembang Tanggal 9 maret 2016

Page 56: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Peran Kejaksaan melakukan pengawasan terhadap terpidana yang dijatuhi

pidana bersyarat, setelah hakim menjatuhkan putusan yang telah

mempunyai kekuatan hukum yang tetap (in kracht), kejaksaan

mengeluarkan Surat Perintah Pelaksanaan Putusan Pengadilan dan setelah

selesai dibuat berita acara pelaksanaan putusan pengadilan, kemudian

pemberitahuan pemidanaan bersyarat.

2. Bahwasanya hambatan pihak Kejaksaan dalam melakukan pengawasan

terhadap terpidana yang dijatuhi pidana bersyarat, yaitu :

a. Belum melembaganya pola-pola pengawasan yang dilakukan dan

sistem kerjasama di dalam pengawasan.

b. Tidak berkembangnya lembaga-lembaga rekiasering swasta, yang justru

merupakan sarana yang sangat penting dalam pelaksanaan pengawasan

dan pembinaan narapidana bersyarat;

c. Pasal 280 ayat (4) KUHAP yang mengatur peranan hakim pengawas

dan pengamat dalam pelaksanaan pidana bersyarat belum berfungsi

sebagaimana mestinya, berhubungan belum adanya peraturan peiaksana

yang diatur dalam pasal KUHAP tersebut.

48

Page 57: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

49

Saran

1. Daiam rangka menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat serta

menjaga perilaku hakim yang menyimpang, Komisi Yudisial yang

dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 2004 harus proaktif

dalam mengusut tuntas adanya dugaan atau indikasi hakim yang telah

melakukan jual beli perkara, dengan melakukan investigasi langsung dan

menelaah putusan yang dijatuhkan kepada terpidana.

2. Para penegak hukum (Hakim, Jaksa, Polisi) adaiah badan yudisial yang

harus terintegrasi dalam menjalankan tugas dan wewenang masing-masing

secara profesional dan tanpa pamrih (tidak mengharapkan apa-apa) dari

suatu kasus/perkara yang ditugaskan terhadapnya sehingga rasa keadilan

hakiki yang merupakan harapan rakyat dapat terwujud.

Page 58: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

50

DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku:

Achmad Soema DiParadja R, 2003, Asas-asas Hukum Pidana, Alumni, Bandung.

Andi Hamzah, 2006, Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

Bambang Pumomo, 200\, Asas-asas Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Djoko Prakoso, 2004, Masalah Pemberian Pidana Dalam Bentuk Praktek Peradilan, Ghalia, Jakarta.

^ 2005, Asas - Teori - Praktik Hukum Pidana, Sinar Grafika,

Jakarta.

Lamintang, A.F. , 2006, Hukum Penintensier Indonesia, Armico, Bandung

Marpaung Laden, 2003, Tindak Pidana Lingkungan Hidup, Sinar Grafika, Jakarta.

Moelyatno, 2003, Hukum Pidana, Citra Bakti, Bandung.

Muladi, 2003, Lembaga Pidana Bersyarat, Alumni, Bandung.

, 2004, Kapita Selekta Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta. Mustafa Abdullah dan Ruben Achmad, 1988, Intisari Hukum Pidana, Ghalia

Indonesia, Jakarta.

Pipin Syarifin, 2004, Hukum Pidana Indonesia, Pustaka Setia, Bandung.

Prodjohamidjojo, 2004, Putusan Pengadilan, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Roeslan Saleh, 2008, Stelsel Pidana Indonesia, Aksara Baru, Jakarta.

Soedirjo, 2003, Jaksa dan Hakim dalam Proses Pidana, Jakarta, Akademika Presindo.

Soesilo, 2009, KUHP Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Politea, Bogor.

So§an Sastrawidjaja, 2003, Hukum Pidana Asas Pidana sampai dengan Alasan Peniadaan Pidana, Armico, Bandung.

Sudarto, 2002, Kapital Selekta Hukum Pidana, Alumni, Bandung.

Page 59: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

Perundang-UDdangaD:

Kitab Undang-undang Hukum Pidana

Kitab undang-undang Hukum Acara Pidana

Page 60: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG F A K U L T A S HUKUM

Palembang, Nopember 2015

Prihal

Kepada

I

: Mohon Untuk dilaksanakan Seminar Proposal Penelitian Skripsi

: Yth. Ketua Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum UMP Di Palembang

Assalamu'alaikurn wr. wb.

Dengan hormat, dengan ini disampaikan bahwa : Nama : Muhammad Ilham Romadhon

Bahwa yang bersangkutan telah layak untuk mengikuti, seminar proposal rencara penelitian Skripsi, dengan judul:

PERANAN KEJAKSAAN M E L A K U K A N PENGAWASAN TERHADAP TERPIDANA YANG DIJATUHI PIDANA B E R S Y A R A T

Mohon kiranya yang bersangkutan untuk dijadwalkan mengikuti seminar Proposal usul Penelitian Skripsi.

Demikianlah disampaikan untuk dipertimbangkan. Wassalam

NIM :502012025 : Ilmu Hukum : Hukum Pidana

Program Studi Program Kekhususan

Pembimbing SkrifBi

Dra. Hj. Lilies Anisah, SH., MH.

Page 61: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM

HALAMAN PERSETUJUAN UNTUK MENGIKUTI SEMINAR PROPOSAL

Nama : Muhammad Ilham Romadhon

N I M ; 502012025

Program Studi : Ilmu Hukum

Program Kekhususan : Hukum Pidana

Judul Penelitian : PERANAN KEJAKSAAN M E L A K U K A N PENGAWASAN TERHADAP TERPIDANA YANG DIJATUHI PIDANA B E R S Y A R A T

Palembang, Nopember 2015

Disetujui oleh :

Pembimbirig Skripsi, Ketua Prodi I lmu Hukum,

Dra. Hj. Lilies Anisah, SH., MH. Mulyadi' Tanzili, SH., M H .

Page 62: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

UNIVERSITAS MUHAMMADIVAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM

REKOMENDASI DAN PEMBIMBINGAN SKRIPSI

Nama : Muhammad Ilham Romadhon NIM : 502012025 Program Studi ; Ilmu Hukum Program Kekhususan : Hukum Pidana Xudul : PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN

PENGAWASAN TERHADAP TERPTOANA YANG DIJATUHI PIDANA BERSYARAT

I . Rekomendasi Ketua Prodi Ilmu Hukum FH UMP

a. Rekomendasi :

b. Usui Pembimbing : i . M:.#?.-./<//i?(..^ JH-Alt/

Palembang, Nopember 2015 Pit Ketua Prodi Ilmu Hukum,

Mulyadi Tanzili, SH., MH.

I I . Penetapan Pembimbing Skripsi oleh 1 Dekan

f ^ ^ ^ ^ t ^ ^ /) Nopember 2015

uatmiati, SH. , M.Hum.

Page 63: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKLM

Lampiran Prihal Kepada

: Outline Skripsi : Penulisan Skripsi : Yth. Ketua Prodi Ilmu Hukum Fak. Hukum UMP

Di Palembang

Assalamu'alaikum wr. wb.

Saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama : Muhammad Ilham Romadhon

Pada semester ganjil tahun kuliah 2015 - 2016 sudah menyelesaikan beban studi yang meliputi MPK, MKK, MKB, MPB, MBB(145 SKS).

Dengan ini mengajukan permohonan untuk Penulisan Skripsi denganjudul: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAWASAN TERHADAP TERPIDANA YANG DIJATUHI PIDANA BERSYARAT.

Demikianlah atas perkenan Bapak diucapkan terima kasih. Wassalam

NIM :502012025 : Ilmu Hukum : Hukum Pidana

Program Studi Program Kekhususan

Palembang, K Nopember 2015 Pemohon, |

Muhammad ifham Romadhon

Rekomendasi P.A. Ybs:

limbing Akademik

Page 64: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

JUDUL SKRIPSI : PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAWASAN TERHADAP TERPIDANA YANG DIJATUHI PIDANA BERSYARAT

PERMASALAHAN : 1. Bagaimana peranan Kejaksaan melakukan pengawasan terhadap terpidana

yang dijatuhi pidana bersyarat ?

2. Apakah hambatan pihak Kejaksaan dalam melakukan pengawasan terhadap terpidana yang dijatuhi pidana bersyarat ?

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Permasalahan C. Ruang Lingkup dan Tujuan D. Defenisi Operasional E. Metode Penelitian F. Sistematika Penulisan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tindak Pidana B. Pertanggungjawaban Pidana C. Jenis-jenis Putusan Pidana D. Pengertian Pidana Bersyarat E. Kewenangan Kejaksaan

BAB III : PEMBAHASAN A. Peranan Kejaksaan melakukan pengawasan terhadap

terpidana yang dijatuhi pidana bersyarat B. Hambatan pihak Kejaksaan dalam melakukan pengawasan

terhadap terpidana yang dijatuhi pidana bersyarat

BAB IV : PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran-Saran

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Page 65: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

U M V E R S I T A S M U H A M I M A D I V A H P A L E M B A N G F A K U L T A S H U K U M

P K ( K ; R \ M S.I

S T A T l S D I S A M A K A N D! D K P A R I K M E N D I K B l D / T t . R A K R E D I T A S I SK.NO 329 ' DIKTI; KEP 1992TGL 11 AGUSTUS 1992 - NO 20 DIKTI KEP M993 TGL 21 JANUARM993

TERAKREOITAS! BAN SK BAN • PT NC 013 ' BAN-PI AKRED ' S I 2015

Alamat:JI Jenderal A Yam 13 Ulu Telp 0711-512266 Fax 0711-513514 Palembang 30263

Nomor : £-5/ /FH.UMP/II/2016 22 Februari 2016 Lampiran : -Prihal : Izin Mengadakan Penelitian

dan Wawancara.

Kepada : Yth. Ketua Kejaksaan Tinggi Sumatera Selatan Palembang d i -

Tempat

Assalamu'alaikum Wr.Wb. Dengan hormat, bersama ini kami mohon kepada Ketua/Kepala/Pimpinan /Direktur kiranya Berkenan memberikan izin Penelitian dan Wawancara kepada mahasiswa kami atas; Nama ; Muhammad Ilham Romadhon NIM .-502012025 Program Studi : ilmu Hukum Program Kekhususan : Hukum Pidana

Untuk mengadakan Penelitian dan Wawancara di: - Kejaksaan Tinggi Sumatera Selatan Palembang

guna mengumpulkan data dalam rangka penyusunan skripsi yang berjudul: "Peranan Kejaksaan Melakukan Pengawasan Terhadap Terpidana Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat."

Adapun data yang diperoleh semata-mata akan dipergunakan untuk bahan penulisan karya Ilmiah/Skripsi dan tidak untuk dipublikasikan di luar kampus.

Demikianlah atas perhatian dan kerjasamanya yang baik diucapkan terima kasih. Wabillahit taufiq walhidayah. Wassalamu'alaikum Wr.Wb.

Page 66: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

KEJAKSAAN TINGGI SUMATERA SELATAN P A L E M B A N G

Jomor ;ifat >ampiran *erihal

B- % T /N.6.2/Cp.2/03/2016 Segera

Izin Mengadakan Penelitian dan Wawancara

Palembang, os Maret 2016

K E P A D A Y T H .

D E K A N F A K U L T A S H U K U M

U N I V E R S I T A S M U H A M M A D I Y A H

P A L E M B A N G

D I -

P A L E M B A N G

Sehubungan dengan Surat Saudara Nomor : E-5/ 242/ FH.UMP/II/ 2016

tanggal 22 Pebruari 2016 perihal tersebut pada pokok surat di atas, bersama ini

disampaikan bahwa mahasiswa An. M. ILHAM ROMADHON, NIM : 50 2012 025,

Program Studi Ilmu Hukum dan Program Kekhususan Hukum Pidana pada prinsipnya

kami memberikan izin kepada Mahasiswa yang tercantum dalam surat tersebut untuk

mengadakan penelitian dan wawancara dalam rangka penyusunan Skripsi di Kejaksaan

Tinggi Sumatera Selatan, pada Pelaksanaan Penelitian tersebut agar mengikuti

peraturan yang berlaku di Kejaksaan Tinggi Sumatera Selatan

Demikian untuk menjadi maklum.

A N . K E P A L A K E J A K S A A N Y I N G G I Si iMAJERA ^ L A T A I

A ^ f f f c E W i ^ ^ N c Y E M B l V m AFRIN.S.HiM.H

AJiRAT^AMA" iNaR.%959b0723 198703 1 002

TEMBIJSAN : 1. YTH. KEPALA KEJAKSAAN TINGGI SUMATERA SELATAN; 2. YTH. ASISTEN BIDANG PEMBINAAN KEJATI SUMSEL; 3. YTH. ASISTEN BIDANG PENGAWASAN KEJATI SUMSEL;

(1 s/d 3 sebagai laporan) 4. A R S 1 P.

Page 67: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

U N l V t K M I A S M U l t A M M A D I Y A l l I 'Al I MM A FAKULTAS HUKUM

K A R T U A K T I V H AS B I M B I N G A N S K K I P S I

NAMA MAHASISWA Muhammad Ilham Romadhon

PEMBIMBING Dra. Hj. Lilies Anisah, SIL,

NOMOR INDUK MAHASISWA 502012025

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

PROG.KEKHUSUSAN HUKUM PIDANA

JUDUL SKRIPSI : PERANAN KEJAKSAAN M E L A K U K A N PENGAWASAN TERHADAP TERPIDANA VANG DIJATUHI PIDANA BERSYARAT.

NO TANGGAL KONSULTASI

MATERl YANG DIBIMBING TAN DA TANGAN

PEMBIMBING

KET

1.

T

T

% - ' C

if

Page 68: PERANAN KEJAKSAAN MELAKUKAN PENGAW'ASAN TERHADAP …

MA r i :K I \AN(i D IHIMIUNG I ANDA l A N G A N

PrAJBIMBlNG

CATAI'AN MOHON DIBtRl WAKTU MENYHLESAIKAN SKRIPSI BLJLAN SEJAK TANCKJAL DIKELUARKAN Di rETAPKAN

DIKELUARKAN DI PALEMBANG PADA TANGGAL: ^ O ' J - ^ ^ KLTUAPRODl ILMU HUKUM,