pengukuran (measurement)

12
Nama : I Made Agus Kurniawan NIM : 1491662042 PENGUKURAN A. Sifat Pengukuran Dalam penggunaan sehari –hari pengukuran terjadi ketika indeks yang ditetapkan digunakan untuk memeriksa tinggi, berat, atau fitur lain dari objek fisik. Mengukur adalah menemukan luas, dimensi, kuantitas, atau kepastian dari sesuatu, terutama dengan membandingkannya dengan sebuah standar. Pengukuran dalam riset merupakan penetapan bilangan-bilangan pada kejadian-kejadian empiris, objek atau sifat-sifat, atau aktivitas dalam memenuhi serangkaian aturan. Pengukuran merupakan sebuah proses yang mencakup tiga bagian : 1. Memilih kejadian empiris yang dapat diamati 2. Mengembangkan serangkaian aturan pemetaan 3. Menerapkan aturan pemetaan untuk setiap observasi dari kejadian tersebut. Para ahli teori pengukuran beralasan bahwa pengukuran harus melibatkan kuantifikasi, yakni penetapan bilangan- bilangan terhadap objek-objek yang mewakili jumlah atau derajat dari sebuah sifat yang dimiliki oleh semua objek. Tujuan pengukuran dalam penetapan bilangan-bilangan pada kejadian-kejadian empiris dalam rangka memenuhi serangkaian aturan adalah memberikan data dengan kualitas tertinggi,

Upload: agus-kurniawan

Post on 27-Sep-2015

216 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

metodelogi penelitian bisnis

TRANSCRIPT

Nama: I Made Agus KurniawanNIM: 1491662042

PENGUKURAN

A. Sifat PengukuranDalam penggunaan sehari hari pengukuran terjadi ketika indeks yang ditetapkan digunakan untuk memeriksa tinggi, berat, atau fitur lain dari objek fisik. Mengukur adalah menemukan luas, dimensi, kuantitas, atau kepastian dari sesuatu, terutama dengan membandingkannya dengan sebuah standar. Pengukuran dalam riset merupakan penetapan bilangan-bilangan pada kejadian-kejadian empiris, objek atau sifat-sifat, atau aktivitas dalam memenuhi serangkaian aturan. Pengukuran merupakan sebuah proses yang mencakup tiga bagian : 1. Memilih kejadian empiris yang dapat diamati2. Mengembangkan serangkaian aturan pemetaan3. Menerapkan aturan pemetaan untuk setiap observasi dari kejadian tersebut.Para ahli teori pengukuran beralasan bahwa pengukuran harus melibatkan kuantifikasi, yakni penetapan bilangan-bilangan terhadap objek-objek yang mewakili jumlah atau derajat dari sebuah sifat yang dimiliki oleh semua objek.Tujuan pengukuran dalam penetapan bilangan-bilangan pada kejadian-kejadian empiris dalam rangka memenuhi serangkaian aturan adalah memberikan data dengan kualitas tertinggi, error terendah bagi pengujian hipotesis, estimasi atau prediksi, atau deskripsi.Objek pengukuran adalah sebuah konsep adalah sebuah konsep, simbol-simbol yang kita lekatkan kedalam sekumpulan makna yang kita yakini dan kita bagi dengan pihak lain. Konsep dengan tingkatan lebih tinggi (konstruk) bertujuan untuk menjelaskan secara ilmiah sesuatu yang tidak dapat diamati secara langsung, untuk mengkomunikasikan sesuatu yang abstrak. Variabel menerima bilangan atau nilai-nilai untuk tujuan pengujian dan pengukuran. Definisi operasional merupakan openjelasan sebuah variabel dalam kaitannya dengan pengukuran spesifik dan kriteria pengujian.Variabel-variabel yang diteliti dalam riset dapat dikelompokan sebagai objek atau siifat. Objek meliputi konsep pengalaman biasa, seperti sesuatu yang nyata,misalnya perabotan, mobil, dll. Objek juga meliputi sesuatu yang tidak terlalu nyata, seperti gen, sikap, dll. Sifat merupakan karakteristik dari objek. sifat dibagi menjadi : sifat fisik (berat, tinggi dan postur), sifat fisiologis (kecerdasan dan sikap), dan sifat sosial (kemampuan memimpin, hubungan dengan masyarakat, dan status).

B. Skala PengukuranDalam pengukuran , kita menggunakan aturan pemetaan dan kemudian menerjemahkan observasi indikasi-indikasi sifat menggunakan peraturan ini. Aturan pemetaan mempunyai 4 karakteristik :1. Klasifikasi (bilangan-bilangan digunakan untuk mengelompokkan atau memilah tanggapan. Tidak ada urutan).2. Urutan (bilangan-bilangan diurutkan).3. Jarak (perbedaan antara bilangan-bilangan yang diurutkan)4. Asal mula (barisan bilangan mempunyai asal mula yang unik yang diindikasikan oleh bilangan nol. SKALA NOMINALSkala nominal adalah skala pengukuran yang menyatakan katagori, kelompok atau klasifikasi dari contruct yang diukur dalam bentuk variabel, misalnya jenis kelamin merupakan variabel yang terdiri atas dua kategori: pria dan wanita. Skala pengukuran jenis kelamin dapat dinyatakan dengan angka: 1 (pria) dan 2 (wanita).Sifat skala nominal yaitu: Bersifat Saling Meniadakan (mutually exclusive)Merupakan kategori yang bersifat meniadakan artinya bahwa seorang responden hanya memiliki satu kategori, misalnya jenis kelamin: pria atau wanita. Bersifat collectively exhaustiveYaitu tidak ada katagori lain, kecuali yang dinyatakan dalam skala nominal, contoh: agama yang dianut oleh responden. SKALA ORDINALSkala ordinal adalah skala pengukuran yang tidak hanya menyatakan kategori, tetapi juga menyatakan peringkat construct yang diukur. Peringkat nilai menunjukkan suatu urutan penilaian atau tingkat preferensi, misalnya peneliti ingin mengetahui prefernsi calon mahasiswa terhadap lima perguruan tinggi unggulan. Responden diminta untuk menyusun urutan pilihan terhadap masing-masing perguruan tinggi dengan menyatakan dalam bentuk angka 1 sampai dengan 5. Angka 1 menunjukkan tingkat pilihan responden yang pertama terhadap perguruan tinggi tersebut, demikian seterusnya sampai angka 5 menunjukkan tingkat pilihan yang terakhir.

SKALA INTERVALSkala interval merupakan skala pengukuran yang menyatakan kategori, peringkat, dan jarak construct yang diukur. Skala interval dapat dinyatakan dengan angka 1 sampai dengan 5 atau angka 1 sampai dengan 7. Skala pengukuran ini menggunakan konsep jarak atau interval yang sama (equality interval) karena skala ini tidak menggunakan angka 0 (nol) sebagai titik awal perhitungan. Nilai skala interval bukan angka absolut, misalnya jarak antara 1 dan 2 sama dengan jarak antara 3 dan 4. Contohnya: ukuran suhu (temperatur). SKALA RASIOSkala rasio merupakan skala pengukuran yang menunjukkan kategori, peringkat, jarak dan perbandingan construct yang diukur. Skala rasio menggunakan nilai yang absolut, sehingga memperbaiki kelemahan skala interval yang menggunakan nilai relatif. Nilai uang atau ukuran berat merupakan contoh pengukuran dengan skala rasio.

C. Sumber Perbedaan PengukuranPenelitian yang ideal seharusnya didesain dan dikendalikan sedemikian rupa sehingga pengukuran variabel-variabel adalah tepat dan tidak meragukan, karena sasaran ideal ini sulit dicapai, maka kita harus mengenali sumber-sumber kesalahan potensial dan berusaha untuk menghilangkan, menetralisir, atau mengendalikannya dengan cara-cara lain. Kebanyakan kesalahan potensial bersifat sistematis (sebagai akibat dari bias) sementara sisanya bersifat acak (terjadi secara tidak teratur).Sumber-Sumber Kesalahan :1. Responden Sebagai Sumber KesalahanPerbedaan-perbedaan dalam pendapat akan muncul dari ciri-ciri responden yang relatif stabil yang berpengaruh kepada skor. Ciri-ciri ini adalah status pekerja, keanggotaan dalam kelompok etnik, kelompok sosial, dan jarak lokasi terhadap pabrik. Responden mungkin juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersifat sementara seperti lelah, rasa bosan, khawatir, atau hal-hal lain yang mengalihkan perhatiannya, faktor-faktor demikian membatasi kemampuannya untuk merespon secara tepat dan dengan sepenuh hati.2. Faktor-Faktor SituasiSetiap kondisi yang memberikan beban kepada wawancara bisa mempunyai dampak serius terhadap respon antara pewawancara dengan responden. Jika ada orang lain ikut hadir, maka orang tersebut bisa mengganggu respon dengan ikut campur, dengan mengalihkan perhatian, atau sekedar hadir saja. Jika responden merasa status personalnya tidak terjamin, maka ia mungkin enggan menyatakan perasaan yang sebenarnya.3. Pengukuran Sebagai Sumber KesalahanPewawancara dapat mengganggu respon dengan mengulas, atau mengubah urutan pertanyaan-pertanyaan. Dalam tahap analisis data, kesalahan-kesalahan lain mungkin dibuat dengan pemberian kode yang tidak tepat, tabulasi yang tidak hati-hati, dan perhitungan statistik yang salah.4. Instrumen Penelitian Sebagai Sumber KesalahanSuatu instrumen yang tidak baik dapat mengganggu. Pertama, mungkin instrumen tersebut membingungkan dan tidak jelas. Pemakaian kata-kata dan sintaksis yang rumit yang tidak dapat dimengerti responden sering terjadi. Pertanyaan-pertanyaan yang terlalu menggiring ke jawaban-jawaban tertentu, pengertian-pengertian yang meragukan, kekurangan-kekurangan teknis (tidak cukup ruang yang tersedia untuk menulis jawaban, pilihan jawaban yang tertinggal, dan hasil cetakan yang tidak baik) merupakan bagian dari masalah-masalah ini. Kekurangan lain dari instrumen yang tidak jelas nampak pada pengambilan sampel yang kurang tepat dari populasi yang bersangkutan. Jarang terjadi bahwa instrumen penelitian menjajaki semua isu potensial yang penting.

D. Karakteristik Pengukuran yang BaikAlat pengukuran yang baik adalah bahwa alat tersebut harus merupakan indikator yang tepat mengenai apa yang menjadi kepentingan kita untuk diukur. Disamping itu alat tersebut harus mudah dan efisien untuk dipakai. Ada tiga kriteria utama untuk menilai suatu alat pengukuran yaitu validitas, keandalan (reliability) dan kepraktisan.1. ValiditasValiditas merujuk kepada sejauh mana suatu uji dapat mengukur apa yang sebenarnya ingin kita ukur. Validitas dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:

a. Validitas IsiValiditas isi suatu instrumen pengukuran adalah sejauh mana instrumen ini mencakup topik penelitian. Jika instrumennya mengandung suatu sampel yang dapat mewakili populasi dari subjek yang diteliti, maka validitas isinya baik. Suatu contoh mengenai bagaimana suatu instrumen dinilai validitas isinya adalah dari lingkungan pekerjaan. Suatu panel secara independen menilai butir-butir tes dari suatu tes kinerja. Mereka menilai apakah setiap butir adalah penting, berguna tetapi tidak penting, atau tidak perlu dalam menilai kinerja dari perilaku yang relevan.b. Validitas Berkaitan dengan KriteriaBentuk validitas ini mencerminkan keberhasilan ukuran-ukuran yang dipakai untuk prediksi atau estimasi. Peneliti harus menjamin bahwa validitas yang berkaitan dengan kriteria itu sendiri adalah valid. Setiap ukuran kriteria harus dinilai menurut 4 (empat) kualitas yaitu: RelevansiSuatu kriteria adalah relevan jika dirumuskan dan diberi skor dalam pengertian-pengertian yang kita nilai merupakan ukuran-ukuran yang tepat mengenai keberhasilan seseorang penjual. Bebas BiasTercapai bilamana kriterianya memberikan kesempatan yang sama untuk membuat skor yang baik pada setiap penjual. Kriteria mengenai penjualan akan bias jika tidak memperlihatkan penyesuaian-penyesuaian dalam perbedaan-perbedaan pada potensi wilayah dan keadaan persaingan. AndalKriteria yang andal adalah stabil dan dapat diulang. Kriteria yang berubah-ubah (kinerja penjualan yang sangat bervariasi dari bulan ke bulan) tidak dianggap suatu standar yang andal dalam penilaian kinerja pada tes pekerjaan penjualan. TersediaInformasi yang dirinci oleh kriteria harus tersedia. Jika tidak tersedia, maka informasi yang diperlukan akan sulit untuk diperoleh.

c. Validitas KonstrukDalam usaha untuk menilai validitas konstruk, kita akan mempertimbangkan baik teori maupun instrumen pengukuran itu sendiri. Jika kita ingin mengukur dampak upacara terhadap kebudayaan organisasi, maka cara bagaimana upacara dirumuskan harus berkaitan dengan suatu teori yang mendasar secara empiris. Kalau sudah yakin bahwa konstruk yang bersangkutan mempunyai arti secara teoritis, maka selanjutnya kita harus menyelidiki apakah instrumennya memadai. Jika telah tersedia suatu ukuran mengenai upacara dalam kebudayaan organisasi, maka kita dapat mengkorelasikan hasil-hasil dari pemakaian ukuran ini dengan hasil-hasil yang memakai ukuran-ukuran menurut instrumen.2. KeandalanKeandalan berkaitan dengan ketepatan dari prosedur pengukuran. Suatu pengukur adalah andal sepanjang pengukur tersebut menghasilkan hasil-hasil yang konsisten. Perbedaan dalam waktu dan kondisi merupakan dasar bagi perspektif yang sering dipakai mengenai keandalan yang meliputi:a. StabilitasSuatu pengukuran dikatakan stabil jika dapat menghasilkan hasil-hasil yang konsisten dengan pengukuran yang berulang-ulang oleh orang yang sama dan dengan instrumen yang sama.b. Ekuivalensi (kesamaan)Cara yang baik untuk menguji kesamaan pengukuran oleh pengamat yang berbeda-beda adalah dengan membandingkan cara mereka menskor peristiwa yang sama. Kita menguji kesamaan sampel dengan memakai bentuk-bentuk alternatif atau paralel dari tes yang sama yang diterapkan pada orang-orang yang sama pada waktu yang bersamaan. Hasil-hasil kedua tes kemudian dikorelasikan.c. Konsistensi InternalPendekatan ketiga pada keandalan hanya memakai instrumen atau tes satu kali untuk menilai konsistensi atau homogenitas di antara butir-butir. Teknik bagi dua (split-half) dapat dipakai bilamana alat pengukur mempunyai banyak pertanyaan atau pernyataan yang serupa yang akan dijawab oleh responden. Instrumennya dipakai dan hasil-hasilnya dipisahkan menurut butir-butir pertanyaan ke dalam nomor ganjil dan genap atau dalam dua bagian yang dipilih secara acak. Jika hasil korelasinya tinggi, maka instrumennya dikatakan mempunyai keandalan yang tinggi dalam pengertian konsistensi internal, akan tetapi semakin panjang tes yang dilakukan semakin tinggi pula keandalannya. Suatu masalah dengan pendekatan ini adalah bahwa cara pembagian tes mungkin mempengaruhi koefisien konsistensi internal, untuk mengatasi hal ini dipakai indeks-indeks lain untuk menjamin keandalan estimasi tanpa membagi butir-butir tes.d. Meningkatkan KeandalanKita dapat meningkatkan keandalan jika sumber-sumber variasi eksternal diminimumkan dan kondisi-kondisi dimana pengukuran berlangsung dibakukan. Kita dapat mencapai kesamaan yang lebih baik melalui konsistensi peneliti yang lebih baik yaitu dengan hanya memakai orang-orang yang terlatih, di bawah supervisi, dan yang mempunyai motivasi untuk melaksanakan penelitian yang bersangkutan.3. KepraktisanPersyaratan ilmiah suatu proyek mensyaratkan proses pengukuran yang andal dan valid, sementara persyaratan operasional mengharuskan pengukuran ini praktis untuk dilaksanakan. Kepraktisan berkaitan dengan serangkaian faktor hemat, mudah dipakai, dan dapat dimengerti.a. HematHarus ada imbalan antara proyek penelitian yang ideal dan anggarannya. Panjangnya instrumen merupakan salah satu bidang dimana dirasakan tekanan untuk berhemat.b. KemudahanSuatu alat pengukur dinyatakan lulus tes kemudahan jika alat tersebut mudah dalam pelaksanaannya. Sebuah kuesioner dengan instruksi-instruksi yang rinci dan jelas, disertai contoh-contoh lebih mudah untuk diisi dengan benar dibandingkan kuesioner yang tidak dilengkapi dengan ciri-ciri tersebut.c. Dapat DimengertiAspek kepraktisan ini dikatakan relevan bilamana orang-orang lain selain orang yang mendesain tes ini harus mengartikan hasil-hasil tes.

6