penglab laporan

42
BAB I MANAJEMEN UMUM LABORATORIUM 1.1. PENDAHULUAN Ilmu Kimia berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga Kimia bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pembelajaran kimia diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. secara terpadu yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep dan kompetensi bekerja ilmiah misalnya dengan menggunakan metode eksperimen dan demonstrasi, sehingga pelaksanaan pembelajaran Kimia sangat memerlukan laboratorium. Laboatorium kimia adalah suatu bangunan yang di dalamnya diperlengkapi dengan peralatan dan bahan-bahan kimia untuk kepentingan pelaksanaan eksperimen. Hodson mengemukakan bahwa laboratorium memiliki fungsi utama yaitu untuk melaksanakan eksperimen (experiments), kerja

Upload: rina-mirraldhy-oey

Post on 08-Jul-2016

251 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan lapangan

TRANSCRIPT

BAB I

MANAJEMEN UMUM LABORATORIUM

1.1. PENDAHULUAN

Ilmu Kimia berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

sistematis, sehingga Kimia bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang

berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan

suatu proses penemuan. Pembelajaran kimia diharapkan dapat menjadi wahana

bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek

pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk

mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara

ilmiah. secara terpadu yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang

dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep dan kompetensi bekerja

ilmiah misalnya dengan menggunakan metode eksperimen dan demonstrasi,

sehingga pelaksanaan pembelajaran Kimia sangat memerlukan laboratorium.

Laboatorium kimia adalah suatu bangunan yang di dalamnya

diperlengkapi dengan peralatan dan bahan-bahan kimia untuk kepentingan

pelaksanaan eksperimen. Hodson mengemukakan bahwa laboratorium memiliki

fungsi utama yaitu untuk melaksanakan eksperimen (experiments), kerja

lababoratorium (laboratory work), praktikum (practicals), dan pelaksanaan

didaktik pendidikan sains (didactics of science education) dengan hierarki.

Praktikum di sekolah dapat berjalan dengan baik jika didukung oleh

manajemen laboratorium yang baik juga. Manajemen yang dimaksud seperti (1)

tata ruang, (2) peralatan yang baik dan terkalibrasi, (3) infrastruktur, (4)

administrasi laboratorium, (5)organisasi laboratorium, (6) fasilitas pendanaan,(7)

inventarisasi dan keamanan, (8) pengamanan laboratorium, (9)disiplin yang

tinggi, (10) Ketrampilan SDM, (11) Peraturan dasar, (12) Penanganan masalah

umum, (13) jenis – jenis pekerjaan.

Sekolah di Kota Medan pada umumnya sudah memiliki laboratorium

dengan manajemen yang berbeda – beda. Salah satu sekolah yang ada di kota

medan adalah SMA Swasta Parulian 2 yang sudah mempunyai laboratotium

tersendiri dengan manajemen yang tersendiri juga. Dengan alasan tersebut, para

observan ingin melakukan observasi mengenai manajemen laboratorium di

sekolah tersebut.

Manajemen laboratorium (laboratory management) ádalah usaha untuk

mengelola laboratorium berdasarkan konsep managemen baku. Pengelolaan

laboratorium yang baik tergantung beberapa factor yang saling berkaitan satu

dengan yang lainnya. Beberapa peralatan laboraorium yang canggih dengan staf

yang professional dan terampil tidak serta merta dapat beroperasi dengan baik.

Oleh karena itu managemen laboratorium hádala statu bagian yang tidak dapat

dipisahkan dari kegiatan atau aktivitas laboratorium seharí-hari.

1.2 Manajemen Laboratorium

Agar pengelolaan laboratorium berjalan dengan baik maka kita harus

mengenal perangkat-perangkat laboratorium. Perangkat-perangkat laboratorium

yang dimaksud hádala :

1. tata ruang

2. peralatan yang baik dan terkalibrasi

3. infrasttruktur

4. administrasi laboratorium

5. organisasi laboratorium

6. fasilitas pendanaan

7. inventarisasi dan keamanan

8. pengamanan laborotorium

9. disiplin yang tinggi

10. keterampilan SDM

11. peraturan dasar

12. penanganan masalah umum

13. jenis-jenis pekerjaan

Semua perangkat-perangkat di atas jira dikelola secara optimal akan

mendukung implementasi manajemen laboratorium yang baik. Dengan demikian

manajemen laboratorium dapat dipahami sebagai suatu tindakan pengelolaan yang

kompleks dan terarah Sejak dari perencanaan tata ruang sampai dengan

perencanaan semua perangkat penunjang lanilla dengan pusat aktivitasnya hádala

tata ruang.

1.3 Perangkat Laboratorium

1. Tata Ruang

Tata ruang (lay-out) sebaiknya di tata sedemikian rupa (baik) sehingga

laboratorium dapat berfungsi dengan baik. Tata ruang yang bak dimulai Sejas

perencanaan pembangunan gedung yang harus mengikutsertakan pengguna (user).

Tata ruang yang baik dalam laboratorium harus mempunyai :

1. Pintu masuk (in) dan pintu keluar (out)

2. Pintu darurat (emergency-exit)

3. Ruang persiapan (preparation-room)

4. Ruang peralatan (equipment-room)

5. Ruang penangas (fume-hood)

6. Gudang/ruang penyimpanan (storage-room)

7. Ruang staff (staff-room)

8. Ruang teknisi

9. Ruang seminar (seminar-room)

10. Ruang bekerja (activity-room)

11. Ruang istirahat (ibadah)

12. Ruang prasarana kebersihan

13. Ruang perslstsn keselamatan kerja

14. Lemari praktikan (locked)

15. Lemari gelas (glass-rom)

16. Lemari alat optic (opticals-room)

17. Pintu dan jendela diberi kawat kasa agar serangga dan burung tidak

dapat masuk

18. Fan

19. Ruang ver-AC untuk peralatan tertentu seperti IR, GC, AAS dan lain-

lain.

2. Alat yang baik dan Terkalibrasi

Pengenalan dan pengetahuan terhadap peralatan laboratorium merupakan

kewajiban bagi setiap pengelola dan petugas di laboratorium, khususnya pada

petugas operasional peralatan bersangkutan. Alat yang akan dioperasikan mutlak

dalam kondisi :

1. Siap pakai (ready for used)

2. Bersih

3. Terkalibrasi

4. Tidak rusak

5. Beroperasi dengan baik

Peralatan yang tersedia juga harus disertai dengan buku petunjuk

operasional

(manual operation). Buku petunjuk operasional dapat dimanfaatkan

teknisi/laboran untuk memperbaiki alat seperlunya bila terjadi masalah

(kerusakan) pada waktu digunakan. Letak peralatan yang dimiliki sebaiknya

disusun secara teratur pada suatu tempat tertentu, baik berupa rak atau meja yang

tersendiri dan harus stabil.

Peralatan dikelompokkan berdasarkan penggunaannya dan setelah selesai

digunakan harus dibersihkan dan kemudian disusun seperti sediakala. Sebaiknya

peralatabn diberi penutup (covel). Misalnya plastik transparan. Peralatan yang

tidak ditutp akan cepat berdebu yang dapat merusak peralatan tersebut. Peralatan

dan bahan laboratorium sebaiknya disimpan dengan pengelompokkan sebagai

berikut:

a. Peralatan gelas (glassware)

Peralatan dalam keadaan bersih, khususnya peralatan gelas yang sering

digunakan.Beberapa alat ada yang perlu disterililsasi sebelum digunakan.

Peralatan gelas ditempatkan pada lemari khusus.

b. Bahan-bahan Kimia

Bahan kimia yang bersifat asam, alkalis dan bahan yang mudah menguap

(volatil) sebaiknya ditempatkan pada ruang lemari asam (fumehood) untuk

menghindari gas-gas yang timbul. Lemari/ruang asam dilengkapi dengan

fan agar gas tersedot keluar. Bhana kimia yang ditempatkan dalam botol

gelap dan coklat tidak boleh kontak langsung dengan cahaya sebaiknya

ditempatkan pada lemari khusus.

c. Mikroskop

Peralatan mikroskop dan optik disimpan ditempat kering(tidak lembab)

agar kaca/ optiknya tidak rusak (berjamur). Pada waktu penyimpanan

mikroskop dimasukkan dalam kotaknya yang biasanya berisi silika gel

untuk menyerap uap air. Penyimpanan mikroskop sebaiknya disimpan

pada tempat yang kelembabannya dikendalikan yang dilengkapi dengan

lampu 15-20 watt untuk mengurangi kelembaban (dehumidifier – air).

Beberapa perlatan optik yang ukurannya kecil seperti kaca pembesar

(loop) dapat disimpan dalam desikator.

1. 4. Infrastruktur, Administrasi Dan Organisasi Laboratorium

1. Infrastruktur

Infrastrktur Laborstorium meliputi.

a. Laboratory assessment

Mencakup kesepakatan tentang lokasi,kkonstruksi,dan fasilitas lain

termasuk pintu utama, pintu darurat, jenis meja,jenis atap, hjenis dinding,

jenis lantai, pintu, lampu, ruangan penangas, pengaturan pembuangan

limbah, ventilasi, AC, lemari bahan kimia dan sebagainya.

b. Fasilitas umum (General service)

Meliputi tentang kebutuhan listrik, instalasi, panel listrik, sokets, sumber

air dan pendistribusian, jenisw kran, toilet, ruangan preparasi, ruang

perbaikan/workshop, penyediaan teknisi, laboran, dana dan sebagainya.

2. Administrasi Laboratorium

Administrasi laboratorium meliputi semua kegiatan administrasi, di

laboretorium antara lain:

a.Inventarisasi peralatan yang ada. Daftar kebutuhan peralatan baru, alat

tambahan, alat rusak dan alat-alat yang dipinjam/dikembalikan.

b. Surat- menyurat (keluar – masuk)

c. Jadwal pemakaian Laboratorium (praktikum dan penelitian)

d. Daftar Bahan kimia

e. Sistem evaluasi dan lap-oran

Inventarisasi juga harus memuat sumber alat dan bahan diperoleh (tahun

bebebrapa diperoleh). Inventaris bertujuan untuk:

a. Mencegah kehilangan danm penyalahgunaan

b. Mengurangi biaya operasional

c. Meningakatkan proses pekerjaan dan hasilnya

d. Meningkatkan kualitas kerja

e. Mencegah pemakaian berlebihan

f. Meningkatkan kerjasama,.

(Contoh lembar inventaris pada lampiran 2)

3. Organisasi Laboratorium

Organisasi Laboratorium meliputi struktur organisasi, deskripsi pekerjaan

dan susunan personalia yang mengelola Laboratorium tersebut. Penanggungjawab

tertinggi adalah Kepala Laboratorium. Kepala Laboratorium bertanggung jawab

terhadap semua kegiatan di laboratorium, seluruh peralatan dan bahan Personalia

laboratorium bertanggung jawab terhadap tugas yang dibebankan kepada yang

bersangkutan

BAB II

PENANGANAN BAHAN KIMIA DAN PERALATAN GELAS

2.1 Penanganan Bahan Kimia

Aktivitas di laboratorium khususnya laboratorium kimia berupa praktek,

penelitian, pelayanan masyarakat(komersial) selalu menggunakan bahan-bahan

kimia. Dengan demikian hal-hal yang tidak dikehendaki (kecelakaan) dapat saja

terjadi bila kita tidak mengenal secara baik tentang bahan kimia yang kita

gunakan. Banyak kecelakaan yang terjadi karena unsur manusianya (human error)

Dalam bekerja dilabioratorium sebaikknya diasumsikan bahawa semua

bahan kimia yang ada di laboratorium adalah berbahaya. Jenis bahaya yang dapat

diakibatkan oleh bahan kimia adalah: sifat racun, korosif, karsinogenik, mudah

terbakar, eksplosip (mudah meledak) dan bersifat radioaktif. Agar tidak terjadi

hal-hal yang tidak diinginkan pada aktivitas laboratorium, pengetahuan tentang

bahan kimia yang akan digunakan serta penanganannya adalah sesuatu yang

mutlak disamping bekerja dengan penuh tanggung jawab, disiplin dan mengikuti

aturan yang ada (normatif).

2.1.1 Tipe Bahaya Bahan Kimia

Bahan kimia dikemas dalam berbagai wadah: berupa botol kaca, polimer,

dan kemasan logam atau kaleng. Bahan berupa cairan biasanya dikemas dalam

botol kaca (gelap dan transparan), kristal pada umumnya dalam botol polimer, dan

powder biasanya dalam kemasan plastik. Setiap kemasan bahan kimia dilengkapi

dengan kemasan plastik. Setiap kemasan bahan kimia dilengkapi dengan etiket

(label) serta rambu-rambu tentang bahaya yang dpat terjadi (Label dan beberapa

contoh tipe bahaya bahan kimia pada lampiran 3).

Berikut ini adalah beberapa tipe bahaya yang dapat ditimbulkan oleh

berbagai bahan kimia.

1. Bahan yang mudah meledak (eksplosip)

Ledakan dapat terjadi karena adanya gesekan, loncatan api, pemanasan

dan bantingan terhadap bahan kimia bersangkutan seperti amonium karbonat.

Ledakan adalah salah satu kecelakaan yang sering terjadi di laboratorium yang

banyak menimbulkan korban jiwa. Bahan yang mudah meledak disimpan dalam

ruangan kering dan bersih. Hal-hal yang dapat memberikan pemanasan, loncatan

api harus dihindari dan jangan disimpan bersamaan dengan zat lain yang dapat

bereaksi dengan zat yang mudah meledak tersebut.

Peristiwa ledakan biasanya diikuti kebakaran, maka jika melakukan

aktivitas dengan bahan yang mudah meledak harus dilakukan di lemari asam,

menggunakan alat pelindung dari plastik yang transparan dan tebal serta siap

dengan alat pemadam kebakaran.

2. Bahan yang beracun (Toksis).

Pada dasarnya semua bahan kimia berbahaya namun ada yang aksinya

lambat dan ada yang cepat. Bahan kimia di laboratorium pada umumnya aksinya

lebih cepat dibanding dengan yang digunakan dalam industri. Bila memungkinkan

penggunaan bahan kimia beracun diusahakan diganti dengan zat lain yang setara

yang tidak beracun atau sifat toksisnya lebih rendah. Contoh benzena diganti

dengan toulenen,CCl4 atau CHCl3 diganti dengan CH2Cl2.

Bila bekerja dengan bahan kimia beracun maka penanganannya dilakukan

di lemari asam dengan menggunakan masker yang spesifik (tidak universal).

Spesifikasi masker dapat dilihat dari pita yang melekat pada filternya seperti pada

tabel 2.1 berikut ini :

Tabel 2.1 Spesifikasi masker bahan – bahan beracun

Warna pita Bahan beracun yang dicegah

Putih Asam pekat

Hitam Asam sianida

Hijau Amoniak

Biru CO

Putih / kuning Gas klor

Kuning Asam dan uap organic

Coklat Asam uap organic dan amoniak

Mekanik (perban) Debu

Untuk pelindung tangan digunakan sarung tangan tipios dari karet dan untuk

penahan panas digunakan sarung tangan dari kapas atau asbes tergantung tingkat

kepanasannya.

Keracunan dapat terjadi melalui mulut (tertelan), lewat kulit dan

pernapasan. Keracunan dapat terjadi secara akut dan kronis. Akut adalah

keracunan yang terjadi oleh pengaruh doses tertentu dalam waktu relatif pendek,

sedangkan kronis akibatnya baru disarankan pada waktu yang relatif lama.

Untuk keracunan yang disebabkan bahan kimia dapat diidentifikasi

sebagai berikut :

a. Bersifat akut.

ED (effective dosage) 50 : Dosis yang memberikan respon terhadap 50%

hewan percobaan.

LD (lethal Dosage) 50 : Dosis yang memberikan kematian 50% terhadap

percobaan.

LC ( Lethal Concentration) 50 : Konsentrasigas yang dapat memberikan

kematian 50% terhadap binatang percobaan.

b. Bersifat Kronis

TLV (threshold limite value) atau NAB (Nilai ambang batas) adalah

konsntrasi zat di udarab yang dapat dihirup 8jam/hari selama 5 minggu

tanpa gangguan berarti.

Tingkat keracunan dapat dilihat pada nilai ambang batas pada tabel 2.2 berikut :

Tabel 2.2 Tingkat keracunan dan nilai ambang batas (NAB)

Tingkat Keracunan NAB pada LD 50

1. Tidak beracun 15 gr/kg badan

2. Sedikit beracun 5-15 gr/kg badan

3. Keracunan sedang 0,5 – 5 gr/kg badan

4. Beracun 50-500 mg/kg badan

5. Sangat beracun 5- 50 mg/kg badan

6. Super beracun 50 mg/kg badan

3. Bahan yang mudah terbakar

Laboratorium yang banyak menggunakan bahan kimia khususnya bahan

senyawa organik makin rentan terhadap bahaya kebakaran. Sumber-sumber api

dapat dari peralatan yang digunakan untuk pemanasan termasuk dari instalasi

listrik. Sebagai contoh eter dapat terbakar dengan jarak 4 meter dari sumber api.

Beberapa bahan kimia bila kontak dengan air akan menimbulkan api (kebakaran)

seperti logam Natrium (Na) dan butil-Litium. Terjadinya kebakaran dpata

dimengerti bila kita memahami segitiga-api seperti gambar 2.1

A

B C

Gambar 2.1 Segitiga Api

A : Oksigen

B : bahan bakar

C : Sumber Api

Kebakaran akan terjadi bila tiga unsur atas terpenuhi sehingga untuk

mencegah kebakaran adalah dengan hanya men gisolasi salah satu unsur di atas

Bila kebakaran terjadi maka perlu diketahui jenis kebakarannya agar dapat

diambilm langkah yang tepat, karena tidak semua kebakaran dapat dipadamkan

dengan air. Secara umum klasifikasi kebakaran didasarkan pada jenis bahan

bakarnya adalah seperti ditunjukkan tabel 2.3

Tabel 2.3 : Klasifikasi Kebakaran

Kelas Kebakaran

(fire – class)

Bahan mudah terbakar (Burning material)

A Kertas, kayu, tekstil, plastik, dan sejenisnya

B Pelarutv yang mudah terbakar seperti benzene, toulene

dan eter

C Instalasi listrik seperti travo dan peralatan listrik

D Logam alkali seperti logam Na dan Li

Memadamkan kebakaran dilakukan dengan cara disesuaikan dengan kelas

kebakarannya sebagai tindakan pertama sebelum memeanggil pemadam

kebakaran sebagai berikut :

a. Air : Untuk A, B, dan C dengan warna tabung merah

b. Busa (foam) : A dan B dengan warna tabung krem

c. Tepung (powder) : A,B,C dan D dengan warna tabung biru

d. Halon (Halogen) : A,B,C dan D dengan warna tabung hijau

e. Karbon dioksida: A,B,C dan D dengan warna tabungb hitam

f. Pasir : A dan B

Selain menyediakan alat pemadam kebakaran (racun api) maka di laboratorium

sudah harus tersedia selimut api, pasir, dan manual cara pemadam kebakaran.

Sebaiknya ada latihan berupa simulasi memadamkan kebakaran. Pada waktu

kebakaran harus tenang atau tidak panik.

4. Bahan yang dapat menimbulkan bahaya kecil.

Bahan yang dapat menimbulkan bahaya kecil (nocives), adalah bahan

yang bila masuk ke dalam organ tubuh akan menyebabkan gangguan kesehatan

seperti piridin bagi laki-laki dan piperidin untuk perempuan. Untuk

pencegahannya maka perlakuan dilakukan di lemari asam.

5. Bahan yang bersifat korosif (corrosive).

Bahan yang bila kontak dengan tubuh dapat merusak jaringan tubuh

seperti brom. Efek yang terjadi dapat bersifat lokal (primer) maupun sistematik

(sekunder). Contoh : asam sulfat akan mengakibatkan efek lokal (primer)

sedangkan asam sulfide akan menimbulkan efek sistematik (sekunder). Untuk

sifat korosif adalah dalam bentuk gas > cair > padat. Untuk pencegahannya

digunakan sarung tangan dari plastic dan masker. Bila terjadi kontak dengan

bahan korosif tindakan pertama adalah menyiramnya dengan air sebanyak-

banyakny sebelum di bawa ke dokter.

6. Bahan yang dapat menimbulkan iritasi.

Bahan ini bila kontak dengan tubuh dapat menyababkan lecetnya kulit ,

mata dan mengganggu pernapasan seperti fenol. Untuk pencegahannya

digunakan sarung tangan dari plastic.

7. Bahan yang menghasilkan radiasi.

Bahan ini adalah yang bersifat radioaktif yang dapat memancarkan sinar

alfa, beta, dan gamma yang dapat merusak jaringan tubuh (mutasi gen) khususnya

di laboratorium nuklir seperti BATAN. Untuk pencegannya digunakan baju

timbal.

2.1.2 Penyimpanan bahan kimia.

Untuk penyimpanan bahan kimia di gudang bahan (storage) mak perlu

pengetahuan dasar tentang:

1. Sifat bahaya yang ditimbulkan

2. Kemungkinan interaksi antara bahan

3. Kondisi yang mempengaruhi (udara, suhu, dan kelembapan udara)

4. Interaksi bahan dengan wadah penyimpanan (bahan hasil preparasi)

Penyimpanan bahn kimia diberikan label terhadap masing-masing jenisnya

sehingga sifat-sifat bahayanya dapat dikenal dengan cepat dan mudah.

Berikut ini adala penyimpanan bahan sesuai dengan jenis bahaya yang

ditimbulkan.

1. Bahan yang mudah meledak (Explosive).

Contoh : Amonium nitrat, nitrosellulosa, nitrogliserin, dan trinitrotoluene

(TNT).

Disimpan di ruangan yang dingin dan berventilasi. Hindari benturan ,

gesekan dan loncatan api dan panas.

2. Bahan yang mudah terbakar (Flammable).

Contoh : - aluminium alkil fosfor ( zat terbakar langsung)

- Butane, propane (gas mudah terbakar)

- Aseton, benzene ( cairan mudah trbakar )

Disimpan diruangan yang dingin dan berventilasi serta tersedia alat

pemadm kebakaran. Hindari kontak langsung dengan udara dan sumber

api.

3. Bahan yang mudah teroksidasi (oxidizer).

Contoh : Hidrogen Peroksida, kalium perklorat dan kalium permanganate.

Disimpan di rungan yang dingin dan berventilasi. Hindari panas, bahan

mudah terbakar dan reduktor.

4. Bahan Korosif (corrosive).

Contoh : belerang dioksida, asam-asam, anhidrida asam dan alkali.

Disimpan diruangan dingin dan berventilasi.

Hindari kontaminasi dengan udara, pernapasan serta kontak dengan kulit

dana mata, wadah tertutup rapat, berlebel dan dipisahkan dari bahan

beracun (toxid).

5. Bahan beracun (toxid).

Contoh : Arsen triklorida, merkuri klorida dan sianida.

Hindari kontaminasi dengan udara, pernapasan serta kontak dengan kulit

dan mata, terpisah dari bahna yang dapat berinteraksi, sediakan alat

pelindung diri, pakaian kerja, masker dan sarung tangan (gloves), segera

ke dokter bila terjadi keracunan.

6. Bahan yang iritan (harmful or irritant)

Contoh : ammonium dan benzyl klorida.

Disimpan di ruangan yang dingin dan berventilasi. Hindari kontaminasi

dengan udara, pernapasan, kulit dan mata.

7. Bahan radioaktif ( radioactive).

Contoh: Uranium, Radium dan Torium

Ruangan penyimpanan perlu didisain khusus.

8. Bahn teaktif terhadap air.

Contoh : natrium, hidrida, karbit, dan nitride.

Disimpan di ruangan dingin, kering dan berventilasi. Hidari air (ruangan

kedap air), api, panas, dan disdiakan tabung kebakaran dengan bahan

karbondioksida.

9. Bahan reaktif terhadap asam.

Contoh : natrium, sianida, dan hidrida.

Disimpan diruangan dingin, kering dan berventilasi. Hidarai asam,

sumber api dan panas. Ruangan penyimpanan peru didisain khusus, agar

tidak terjadi kantong-kantong hydrogen.

10. Gas bertekanan

Disimpan di ruangan dingin tidak terkena langsung dengan sinar matahari.

Hindari api, panas, bahan korosif yang dapat merusak keran dan katub.

Bila tidak digunakan disimpan dalam eadaan tidur. Bila digunakan

disimpan dalam keadaan berdiri dan terikat ke dinding khususnya untuk

tabung yang tinggi.

11. Bahan-bahan “ incompatible”

Bahan- bahan yang bila berdekatan akan menimbulkan racun, reaksi hebat,

kebakaran atau ledakan.

Contoh : sianida dengan asam, hidrokarbon dengan klor

2.2 Penanganan Peralatan Gelas dan Prasarana laboratorium.

Keselamatan di laboratorium akan terjamin bila pengananan bahan kimia

dilakukan dengan berpedoman pada rambu-rambu yang ada pada atiket kemasan

bahan kimia. Aktivitas di laboratorium yang menggunakan bahan-bahan kimia

tentu juga tidak lepas dari peralatan yang digunakan sehingg bahaya tidak hanya

disebabkan oleh penanganan bahan yang salah, namun juga dapat terjadi bahaya

fisik dari peralatan yang kita gunakan bila kita tidak berpedoman pada aturan

tentang penanganan alat.

Hal lain tidak kalah pentingnya adalah disiplin yang tinggi, kerapian,

kebersihan dan pertolongan pertama pada kecelakaan (PPPK) bila terjadi

kecelakaan, mutlak dipahami paling tidak secara umum. Berikut ini beberapa tip

dalam penganan peralatan khususnya peralatan gelas (glassware).

a. Alat – alat gelas/kaca.

Bekerja dengan peralatan gelas harus hati-hati. Alat gelas seperti beaker,

labu takar, tabung reaksi, erlemeyer dan sebagainya bila memerlukan

pemanasan harus diteliti terlebih dahulu apakah mulus, retak, rusak, atau

sumbing. Bila ada gejala tidak baik sebaiknya tidak dipergunakan.

b. Mematahkan pipa kaca/ batangan kaca bila diperlukan harus dengan

menggunakan sarung tangan. Bekas pecahan dilicinkan dengan

pelumas/silicon, baru kemudian dimasukkan sesuia peruntukannya ke

sumbat gabus, kaca, atau pipet.

c. Mencabut pipa kaca dari gabus dan sumbat harus dilakukan dengan hati-

hati. Bial kesulitan untuk mencabutnya, gabus dapat dipotong atau di

belah. Untuk melonggarkan maka gabus dilubangi dengan pelubang gabus

yang lebih besar dari pipa kemudian waktu memasukkannya diolesi

dengan pelumas.

d. Alat- alat yang sudah cacat perlu disortir apakah ada yang dapat diperbaiki

di bengkel gelas.

e. Botol yang diisi bahan kimia diberi label yang jelas dengan identitas nama

bahan, konsentrasi, tanggal pembuatan dan siapa yang membuatnya.

Label ditulis dengan tinta yang tudak luntur bila kena air.

f. Tabung yang berisi gas disimpan di tempat yang sejuk dan tidak panas.

Kran harus dalam keadaan tertutup bila tidak digunakan. Gas yang

dihubungkan dengan alat seperti GC dan AAS harus dilengkapi dengan

kan regulasi.

g. Penggunaan pipet dengan mengisap sebaiknya dihindari meskipun bahan

tidak berbahaya. Selalu digunakan pompa pengisap (pipet pump) dan

waktu digunakan jangan sampai bahan masuk dalam karet penghisap.

Pelaksanaan aktivitas di laboratorium dilengkapi prasarana listrik, air, gas, alat

penangas, pendingin, dan ventilasi. Prasarana inipun harus ditangani dengan baik

tidak tejadi haln- hal tidak yang diinginkan.

1. Listrik

Listrik merupakan jantung dari aktivitas di laboratorium, karena listrik

merupakan sumber energy. Bahaya utama yang dapat ditimbulkan oleh

listrik adalah kebakaran karena hubungan arus pendek (korseleting) dan

pemakaian arus terlalu banyak (tidak terkendali). Untuk mencegah hal

terbebut di atas maka :

a. Hindari pemakaian kabel yang terlalu panjang dan berelit – belit .

b. Sebelum arus di ON kan untuk suatu alat verifikasi voltase

110/220/240. Jika alat 110 V dan Voltase 220 maka digunakan step

down.

c. Wajib mengetahui letak sekring pemutus arus pada alat diputus.

d. Untuk memudahkan memutus arus kealat sebaiknya menggunakan

stop kontak.

e. Intalasi listrik harus menggunakan grown sedangkan peralatan

sebaiknya menggunakan arde.

2. Air.

Air guna tidak dapat dilepaskan dari aktivitas di Laboratorium termasuk

untuk mencuci peralatan sebelum peralatan digunakan. Air juga perlu

penanganan yang baik agar tidak terjadi hal – hal yang tidak dikehendaki.

Kontak air dengan alat elektornik akan merusak alat. Ledakan disertai

kebakaran dapat terjadi bila air kontak dengan bahn kimia tertentu seperti

logam Na, K, fosfor klorida dan lain-lain.

3. Gas.

Suplai gas biasanya hanya dibutuhkan oleh sebagian laboatorium untuk

sumner bahan bakar dan juga untuk keperluan percobaan/ penelitiaan.

Bagi laboratorium yang memiliki penyaluran pipa gas alam dari Perum

Gas Negara, semua “Bunsen” yang dipasang pada meja laboratorium dapat

langsung dioperasikan. Sedangkan bagi laboratorium yang menggunakan

gas LPG, hendaknya tabung ditempatkan pada suatu ruangan khusus

dengan kelengkapan selang anti bocor dan alat pengaman lainnya.

4. Alat Penangas

Penangas juga merupakan prasarana yang banyak digunkan di

Laboratorium. Beberapa bahan kimia dapat menggunakan penangas

langsung dengan api seperti lampu spiritus. Untuk pengabuan digunakan

furnace, sedangkan untuk bahan – bahan organic penangas yang

digunakan tergantung sifat bahan tersebut sebagai berikut.

- s/d 100 oC : Penangas Air

- s/d 200 oC : Penangas minyak/vaselin.

- s/d 300 oC : Penangas silicon.

- > 300 o C : Penangas timah.

5. Pendingin

Pendingin berupa kulkas/freezer digunakan untuk penyimpanan bahan –

bahan yang mudah menguap atau untuk system pendinginan. Pendingin

yang dibutuhkan tergantung suhu bahan/material yang akan didinginkan

seperti table berikut.

Tabel Jenis Pendingin yang Dapat Digunakan.

Suhu yang diperlukan (oC) Pendingin

15 – 20 Air kran

0 Es

-15 s/d -20 Es : garam (3:1)

-40 s/d –50 Es : CaCl2 (4 : 5)

-72 s/d – 77 CO2 dengan glikol, etanol,

kloroform dan etanol

s/d -196 Nitrogen cair

6. Ventilasi

Ventiasi wajib diperhatikan untuk kelancaran sirkulasi udara di

Laboratorium. Untuk bahan kimia yang menghasilkan gas yang korosif

atau beracun penanganannya dilakukan di lemari asam. Untuk

laboratorium yang bertingkat maka semua sistemm pembuangan gas dari

lemari asam semuanya harus disalurkan ke tingkat paling atas.

2.3 Keselamatan di Laboratorium

Keselamatan kerja dalam melakukan aktivitas di laboratorium adalah

sesuatu hal yang mutlak untuk menghindari kecelakaan yang tidak diinginkan

baik yang disebabkan peralatan (kecelakaan fisik) maupun bahaya yang

ditimbulkan oleh bahan-bahan kimia. Disamping pengetahuan yang baik tentang

sifat bahaya bahan kimia, maka pengetahuan tentang alat-alat keselamatan

laboratorium adalah sesuatu hal yang mutlak.

Bekerja di laboratorium mempunyai resiko yang berbahaya bagi yang

bekerja. Untuk meminimalisir (zero accident) kecelakaan di laboratorium maka

para pekerja laboratorium haruslah mengetahui sumber-sumber bahaya; simbol-

simbol tanda bahaya dan teknik penggunaan peralatan keselamatan kerja yang

harus mempunyai peralatan kerja yang harus disesuaikan dengan kebutuhan

masing-masing sesuai jenis laboratoriumnya (kimia, fisika, biologi, laboratorium

terapan dan lain-lain).

Laboratorium kimia agak spesifik karena banyak menggunakan bahan

kimia dengan bermacam sifat bahaya, maka sebaiknya laboratorium kimia

mempunyai peralatan keselamatan standar berikut.

1. Jas Laboratorium

Setiap orang yang bekerja di laboratorium harus menggunakan

alat ini untuk mencegah bahaya kontaminasi atau menghindari bahaya

yang terjadi akibat percikan bahan-bahan kimia yang berbahaya. Untuk

pekerjaan-pekerjaan tertentu diperlukan pakaian berupa ‘disposable

protective garment’, yaitu pakaian peindung yang dibuang atau

dimusnahkan sesudah digunakan. Misalkan untuk perlindungan dari

mikroorganisme (bakteri, virus, jamur) pada pekerjaan “Bioassay” untuk

anti bakteri, anti virus dan anti jamur serta alelopati (herbisida). Untuk

laboratorium nuklir maka harus tahan terhadap radiasi yang terbuat dari

timbal namun bahan merupakan “disposible protective garment”. Untuk

jas laboratorium yang umum maka digunakan kain yang cukup tebal yang

sebaiknya dari bahan polyester dengan kancing yang baik.

2. Sarung Tangan

Sarung tangan (gloves) sangat penting karena daya tahan tangan

terhadap bahan kimia dan suhu yang tinggi terbatas. Bahan sarung tangan

dapat berupa karet alam, karet neopren, karet nitril, asbes, dan lain-lain

dengan mutu dan ketebalan yang beragam. Untuk menjamin keselamatan

pekerja maka sarung tangan hasus selalu dipakai dengan jenis sarung

tangan sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan. Untuk melindungi tangan

dari bahan yang sangat panas misalny dari api bunsen dan tanur digunakan

inslated gloves yang terbuat dari bahan asbes.

3. Pelindung Mata Dan Muka

Disamping mencegah muka dan mata dari percikan bahan kimia

maka penguunaan pelindung mata dan muka juga untuk mencegah muka

dari kontak dengan cahaya ultra violet (UV), sinar laser dan api

pengelasan. Untuk mencegah muka dari sinar dan pengelasan ini maka

digunakanan kaca mata khusus. Jangan menggunakan kontak lensa bila

bekerja di laboratorium karena asap/ uap dapat menumpuk di bawah

kontak lensa yang dapat menimbulkan keruakan mata.

4. Alat / Kran Pencuci Mata

Mata yang terkena cairan kimia, debu, dan butiran-butiran yang

terbang sebagai pertolongan pertama harus dicuci segera dengan alat

pencuci mata. Bila tubuh memerlukan air yang banyak (jika tubuh terkena

bahan kimia sehingga perlu disiram), maka di laboratorium harus tersedia

kran pencuci mata (eyewash fountain) dan shower.

5. Alat Pernapasan

Alat pernapasan (respirator masker) adalah melindungi saluran

pernapasan dari debu, serat kecil dan uap atau gas dari bahan kimia.

6. Alat Pemadam Kebakaran

Beberapa alat pemadam kebakaran (fire extinguisher) tergantung

jenis bahan bakar yang menyebabkan kebakaran. Bahan pemadam

kebakaran ada berupa air, tepung, karbondioksida, halon, busa, pasir dan

lain-lain.

7. Selimut Api

Selimut api (fire blankets) digunakan saat waktu terjadi

kebakaran khususnya untuk menerobos api kebakaran.

8. Tangga

Tangga (safety ladders) digunakan untuk mengambil alat atau

bahan kimia yang terdapat di tempat yang tinggi, untuk menghindari

bahaya terjadinya bahaya akibat jatuhnya atau tumpahnya bahan kimia.

Tangga ini harus kokoh dan stabil waktu digunakan.

9. Karet Pengisap

Karet pengisap (pipet bulp) digunakan untuk memipet bahan-

bahan kimia dan sebaiknya semua pengambilan bahan kimia dilakukan

dengan karet pengisap. Kita harus beranggapan bahwa semua bahan kimia

yang digunakan di laboratorium adalah berbahaya apalagi bila masuk

dalam tubuh dan mulut. Untuk bahan kimia yang sangat berbahaya

bisanya disertai dengan etiket berupa larangan dihisap dengan mulut.

10. Tanda Peringatan Keselamatan

Tanda ini perlu untuk menghindari kecelakaan dan wajib dipatuhi

setiap orang yang melakukan aktivitas di laboratorium.

BAB III

PENGELOLAAN LIMBAH LABORATORIUM

Berdasarkan defenisi BAPPEDAL, limbah atau bahan beracun dan

berbahaya (B3) didefenisikan sebagai berikut: Bahan Beracun dan Berbahaya (B3)

adalah setiap sisa bahan suatu kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan

beracun karena sifat (toxicity, flammability dan corosivity), konsentrasi atau

jumlahnya baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak,

mencemerkan lingkungan atau membahayakan kesehatan mahluk hidup

khususnya manusia. Jika limbah B3 tidak ditangani secara benar, maka komponen-

komponen yang terdapat pada limbah tersebut yang berpotensi mencemari

lingkungan akan terlepas ke udara, badan air atau laha tertentu (tanah).

Efek pencemaran lahan atau tanah terutama akan terjadi remediasi senyawa-

senyawa organic dan anork=ganik (logam-logam berat) yang dapat meresap jauh

dari sumber pencemar. Penanganan tidak benar tersebut diantaranya adalah

sebagai berikut:

1. Pelepasan lombah tanpah pengolahan terlebih dahulu

2. Penimbunan limbah melewati waktu yang ditentukan (direkomendasi)

3. Kolam lumpur tanpa pengendalian

4. Pembakaran limbah untuk bahan bakar maupun untuk tujuan

memusnahkan tanpa adanya pengendalian polusi udara

5. Penimbunan pad drum-drum yang berkarat dan selanjutnya akan bocor.

Penanganan (pengelolaan limbah) khususnya industry dikelola oleh

Kementerian Negara Lingkungan Hidup lewat BAPPEDAL dengan aturan

tertentu yang ketat dan bila dilanggar akan diberi sanksi sesuai dengan aturan

yang berlaku.

Khusus penanganan limbah Laboratorium memang tidak diatur secara

spesifik, meskipun banyak laboratorium, khususnya laboratorium kimia banyak

menggunakan bahan kimia B3, sehingga seyogianya juga harus mengikuti aturan

pemerintah sesuai dengan yang diberlakukan BAPPEDAL. Sejauh ini limbah

Laboratorium masih dibuang secara langsung ke lingkungan (disposal) melalui

kran penyucian di laboratorium. Seharusnya sebelum dilepas ke lingkungan juga

harus diolah (treatment) seperti berlaku pada industry.

Secara umum limbah laboratorium dapat berupa limbah (sampah) bahan

kimia, sampah biologi (bahan tanaman, binatang dan mikroorganisme), sampah

kertas, plastic, pecahan kaca, dan air buangan. Banyak dari bahan-bahan tersebut

yang merupakan ancaman bahaya bagi pekerja di laboratorium atau lingkunagan

sekitarnya. Oleh karena itu, seharusnya sampah (limbah) laboratorium

mempunyai unit pengolahan limbah sebelum limbah tersebut dilepas kea lam

bebas. Atau, bila tidak mempunyai unit pengolahan limbah maka dapat digunakan

suatu bak sentral pembuangan berupa septim tank yang semua aliran limbah

terpusat pada bak tersebut.

Penanganan limbah secara umum tergantung jenis sampahnya dengan

pedoman penanganan sebagai berikut.

A. Penanganan Sampah Kimia

Setelah menyelesaikan aktivitas dengan berbagai bahan kimia, maka akan

ditinggalkan sisa berupa residu (sisa), slurries (campuran encer dari bahan-bahan

tidak terlarut, endapan-endapan, zat warna dan lain-lain) dan larutan sisaa yang

harus dibuang. Sebelum membuang sampah kimia hendaknya memahami MSDS

(Material Safety Data Sheet) dan bila ragu-ragu berkonsultasilah dengan ahlinya

(pembimbing) sebelum membuang limbah tersebut.

Aturan Pembuangan Sampah Kimia

1. Jangan memuang sampah asam dan basa pekat ke sink, membuang sampah

tertentu ke system saluran air (sink) di laboratorium mungkin diijinka,

tetapi harus megikuti aturan-aturan yang ditetapkan. Sebaiknya bahan-

bahan yang larut dalam air seperti asam dan basa yang diijinkan dibuang

melalui sink itupun sebaiknya diencerkan terlebih dahulu dengan pH 3-11

dan kecepatan pembuangan yang juga harus dibatasi.

2. Ketika membuang sampah asam asam, basa, slurries ke sink maka air

harus dialirkan terus-menerus untuk mengencerkan bahan yang dibuang.

Bila proses pembuangan telah selesai maka bilas sink untuk membuang

bahan-bahan korosif.

3. Sampah-sampah dan bahan pelarut yang tidakbersifat korosif dan tidak

reaktif serta tidakmengandung benda padat biasanya dikumpulkan dalam

wadah gelas atau logam.

4. Sampah kimia berbahaya harus ditrmpatkan dalam wadah yang diberi

lebel. Sampah-sampah yang sangat berbahaya biasanya diubah terlebih

dahulu mejadi bahan yang tidak berbahaya sebelum ditempatkan dalam

wadah pembuangan.

5. Penanganan sampah organic danresidu yang tidak larut dalam air.

6. Tempatkan residu dalam wadah pembuangan aman.

7. Tempatkan semua pelarut yang mudah menguap dalam satu wadah

penampung pelarut yang berisi/ menghasilkan uap air dan tidak terdapat

bahaya api.

8. Sampah natrium dan kalium dihancurkan dengan cara memasukkannya

secara perlahan pada etanol absolute yang akan membentuk alkoksida

yang larut dalam air.

9. Sampah cairan yang mudah terbakar tidak boleh dibuang di sink. Sampah

tersebut harus dikemas dalam botol berlabel untuk dihancurkan di luar

laboratorium dengan cara membakar.

10. Hindari pembuangan sampah kimia yang sembaranagn untuk mencegah

kemungkinan terjadinya reaksi spontan, peledakan dan kebakaran.

11. Untuk pembuangan yang menggunakan wadah bekas maka harus

diperhatikan kemungkinan terjadinya reaksi bahan dengan wadah.

Bahan Kimia Yang Tertumpah

1. Tumpahan bahan kering padat.

Bahan padat dan kering jika tertumpah dapat disapu dan dimasukkan

dalam wadah pembuangan yang sesuai.

2. Tumpahan lartan asam.

Tumpahan disiram dengan air dan disapu dan ditarik ke drainase. Untuk

menetralisir residu dapat digunakan abu soda atau natrium bikarbonat

padatan yang diikuti penyiraman dengan air ke drainase. Tumpahan asam

pekat untuk menghindari percikan dan panas disiram dengan air yang

banyak atau dinetralkan dengan kapur atau basa sebelum dibersihkan.

3. Tumpahan larutan alkali.

Tumpahan disiram dengan air dan disapu dan ditarik ke drainase. Dapat

juga digunakan alat pengepel dan ember. Hindari percikan dan tukar air

pencuci pel beberapa kali. Larutan alkali mengakibatkan lantai menjadi

licin. Pasir bersih bias ditaburkan di atasnya kemudian disapu dan

dikumpulkan pada wadah pembuangan yang sesuai. Tumpahan alkali kuat

harus diencerkan dengan air atau dinetralkan dengan asam encer sebelum

dibersihkan. Perhatikan agar kain yang digunakan untuk melap tidak

mengandung sisa lagi sebelum membuangnya.

4. Tumpahan bahan-bahan yang berminyak.

Tumpahan bahan-bahan yang berminyak harus dibersihkan dengan cara

melapnya secara langsung. Kain pel dibasahi dengan pelarut yang sesuai

tetapi jagan yang mudah terbakar. Kain pel dicuci dengan pelarutnya dan

dilap lagi dengan cara yang sama. Cairan pencuci kain lap ini juga ditukar

beberapa kali. Selanjutnya dibersihkan dengan air dan detergen untuk

menghilangkan minyak sisa.

Cara lain ialah dengan menaburi bahan berminyak denagn serbuk

gergajian/abu kayu, kemudian disapu dan dikumpulkan dalam wadah

logam. Hindarkan kertas, kain lap dan bahan yang terkontaminasi dari

sumber api untuk mencegah kebakaran.

5. Tumpahan pelarut yang mudah menguap.

Hal yang pertama dilakukan adalah menjauhkannya dari sumber api.

Selanjutnya bila tumpahannya tinggal sedikit dapat dilap dengan kain dan

kain lap ditempatkan di wadah pembuangan yang sesuai. Bila

tumpahannya banyak maka dapat dibersihkan dengan kain pel dan air.

6. Tumpahan merkuri

Sifat bahan dari tumpahan merkuri adalah uap merkuri yang sangat

berbahaya dan getaran dapat mempercepat penguapan merkuri. Cara

membersihkan tumpahan merkuri:

- Ditarik dengan lempengan tembaga bentuk lingkaran yang diberi

tangkai (gagang).

- Bila tumpahan masuk ke celah lantai yang etak sehingga tidak

mungkin disedot maka lantai ditutup dengan lilin lantai untuk

mencegah atau mengurangi penguapan merkuri.

- Tepung sulfur dapat juga digunakan untuk mengikat merkuri

- Bila laboratorium mempunyai alat pembersuh merkuri maka pekerjaan

akan lebih mudah. Alat pembersih merkuri tersedia secara komersil di

pasar yang terkenal dengan Mercury clean-up kits.

B. Penanganan Sampah Biologi

Membakar sampah biologi adalah jalan terbaik untuk meyakinkan bahan-

bahan busuk tersebut tidak menyebabkan resiko untuk kesehatan. Perencanaan

alat dan tempat pembakarannya perlu diperhitungkan agar tidak menimbulan

masalah pada lingkungan dan masyarakat. Sampah berupa preparat biologi

sperti stains, fixative dan clering agent yang kemungkinan menyebabkan

bahaya tidak dibuang ke sing. Sampah tersebutt harus dikumpulkan dalam

wadah gelas tertutup dan diberi label.

C. Penanganan Sampah Plastik, Kertas dan Tajam

Secara prinsip penenganan sampah ini relative lebih mudah karena secara

langsung tidak berefek bagi kesehatan.

1. Sampah plastic diusahakan jagan dibakar kecuali alat pembakar yang

dirancang khusus dan juga tidak boleh dikubur karena tidak aa bakteri

pembusuk untuk plastic. Sampah ini dapat dikumpulkan pada wadah

khusus dan dapat dijual ke perusahaan yang mendaur ulang sampah

plastic.

2. Sampah kertas dapat dibakar pada tempat pembakaran khusu dan juga

dapat didaur ulang.

3. Sampah-sampah tajam seperti mata pisau, jarum suntik dan lain-lain

harus ditempatkan pada wadah khusus dan juga dapat didaur ulang.

Untuk lebih menyakinkan kita bahwa limbah tidak bermasalah maka hal-

hal berikut perlu diperhatikan.

- Jangan membuang sampah sembarangan

- Untuk sampah kimia ingat selalu bahwa kemungkinan dapat terjadi

reaksi spontan, ledakan dan api.

- Wadah pembuangan harus spesifik dan diberi label untuk mencegah

terjadinya reaksi spontal, ledakan dan api.

- Sampah-sampah berupa pecahan kaca ditempatkan pada wadah

tertentu, sebaiknya dari logam dan tidak boleh dicampur dengan

sampah apapun.

- Sampah seperti petri dish, tabung, botol, jarum suntik dan lain-lain

yang digunakan untuk kegiatan biologi harus disterilkan dulu dengan

auroclave sebelum ditempatkan dalam wadah pembuangan khusus.

- Sebaiknya semua sampah yang dialirkan melalui sink dikumpulkan

pada suatu septic tank terpusat yang dapat dikosongkan sewaktu-waktu

bila telah penuh dengan menggunakan truk penyedot septic tank.

- Perhatikan bahwa tidak ada limbah B3 yang dibuang ke drainase

umum.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Laboratorium kimia SMA di sekolah SMA swasta Parulian 2 Medan

belum dapat disebutkan sebagai laboratorium kimia SMA standar. Karena,

organisasi laboratorium sekolah ini, manajemen, sarana-prasarana laboratorium di

sekolah ini belum lengkap. Cukup banyak yang harus diperbaiki pada

laboratorium di sekolah ini.

3.2 Saran

Laboratorium sekolah ini sebaiknya lebih dilengkapi dan diperhatikan baik

organisasi laboratorium maupun manajemen laboratoriumnya. Sehingga dengan

adanya organisasi laboratorium, sarana dan prasarana yang lengkap, pembuangan

limbah yang benar, penerangan maupun sirkulasi udara yang baik, bahkan jika

laboratorium tiap jurusan dipisahkan maka laboratorium ini sudah bisa dikatakan

sebagai laboratorium SMA yang standar.