pengaruh logam berat barium pada kecacatan embrio dan pembangunan berkelanjutan

18
Pipin Noviati Sadikin Pengaruh Logam Berat Ba (Barium) pada Kecacatan Embrio dan Pembangunan Berkelanjutan

Upload: novi-pipin-sadikin

Post on 22-Jul-2015

672 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Pengaruh Logam Berat Ba (Barium) pada Kecacatan Embrio dan Pembangunan Berkelanjutan

Pipin Noviati Sadikin

Daftar IsiI. A. B. II. A. Pendahuluan ........................................................................................................................................2 Latar Belakang .................................................................................................................................2 Tujuan & Manfaat Makalah ..........................................................................................................3 Definisi dan Pengertian ......................................................................................................................4 Definisi Barium ................................................................................................................................4 A.1 Penggunaan Barium dalam Industri .........................................................................................5 A.2 Barium pada Lingkungan ..........................................................................................................6 III. Pengaruh Barium pada Lingkungan, Ikan dan Manusia...............................................................6 A. B. C. Pengaruh Barium pada Lingkungan ............................................................................................6 Pengaruh Barium Pada Ikan ..........................................................................................................6 Pengaruh Barium Pada Manusia ..................................................................................................9 C.1 Proses Terpapar Barium ............................................................................................................10 C.2 Pengaruh Barium pada Kesehatan Manusia...........................................................................10 C.3 Barium Menyebabkan Kanker ..................................................................................................12 C.4 Barium, Kecacatan Embrio dan Pembangunan Berkelanjutan ............................................13 IV. V. Penanggulangan ............................................................................................................................16 Penutup ...............................................................................................................................................16

1|Page

I. PendahuluanA. Latar BelakangSaat ini sejumlah besar zat kimia dan logam, termasuk logam berat telah dimanfaatkan untuk kepentingan manusia, serta digunakan secara komersial. Kebanyakan sisa zat kimia atau logam berat ini dibuang ke badan air, air tanah atau air laut. Padahal logam berat seperti arsenic, cadmium, chromium, barium, lead dan merkuri tidak bisa dihancurkan, sehingga bisa menjadi bagian dari apapun, atau bersenyawa dalam bentuk air, udara, atau debu. Logam berat ini bisa mencemari udara, air, dan tanah dan akibatnya membahayakan ekosistem dan manusia. Sesungguhnya, istilah logam berat hanya ditujukan kepada logam yang mempunyai berat jenis lebih besar dari 5 g/cm3. Namun, pada kenyataannya, unsur-unsur metaloid yang mempunyai sifat berbahaya juga dimasukkan ke dalam kelompok tersebut. Dengan demikian, yang termasuk ke dalam kriteria logam berat saat ini mencapai lebih kurang 40 jenis unsur. Beberapa contoh logam berat yang beracun bagi manusia adalah: arsen (As), kadmium (Cd), tembaga (Cu), timbal (Pb), merkuri (Hg), barium (Ba), Perak (Ag). Pembuangan logam berat ke dalam ekosistem perairan, melalui limbah domestik dan limbah industri telah memperparah dampak lingkungan dan ekologi (Gagnaire etal, 2004.). Air bersih yang terkontaminasi oleh beberapa zat berbahaya, seperti logam, melalui sumber kegiatan antropogenik yaitu kegiatan industri dan pertanian, limbah domestik, air tanah dan aliran air pertanian telah memberikan efek mematikan pada hewan termasuk ikan (Donohue et al, 2006.) Sungai yang melaluidaerah perkotaanjuga terpapar masalah kualitas air karena beban pembuangan sampah domestik yang tidak dibenahi, limbah kota dan juga limbah cair buangan industry yang semakin meningkatkan

2|Page

toksisitas logam di sungai dan perairan (Venugopal et al, 2009; Sekabiraet al, 2010). Dalam ekosistem perairan, ikan dianggap sebagai indikator penting ketika terjadi penambahan atau pengayaan logam berat dari ekosistem perairan (Gernhofer et al., 2001). Dalam ekosistem air, logam ditransfer kepada ikan melalui rantai makanan yang pada akhirnya dapat

mempengaruhi kesehatan masyarakat yang mengkonsumsikan ini. Logam berat dikenal karena kekuatan toksisitas atau racun dan kecenderungan untukbio-akumulasi diekosistemperairan(Miller et al., 2002). Oleh karena itu, eko-toksisitas logam dalam ekosistem perairan telah menjadi kepedulian kesehatan utama selama bertahun-tahun (Mendil et al, 2010.;Syahdkk, 2010). Pencemaran lingkungan oleh logam berat dapat terjadi jika industri yang menggunakan logam tersebut tidak memperhatikan keselamatan lingkungan, terutama saat membuang limbahnya. Logam-logam tertentu dalam konsentrasi tinggi akan sangat berbahaya bila ditemukan di dalam lingkungan (air, tanah, dan udara). Makalah ini hanya akan membahas tentang pengaruh salah satu jenis logam berat, yaitu Barium terhadap kecacatan Embrio dan kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan di Indonesia.

B. Tujuan & Manfaat MakalahBerdasarkan latar belakang, maka tulisan ini bertujuan untuk mengupas mengenai pengaruh logam berat Barium (Ba) terhadap kecacatan embrio. Secara khusus akan dibahas mengenai sumbernya, dampak dan penanggulangan pencemaran Barium. Selain itu akan dibahas pula pengaruh kecacatan embrio akibat pencemaran oleh Barium ini terkait dengan pembangunan berkelanjutan yang tengah berlangsung di Indonesia. Tulisan ini kiranya dapat bermanfaat memberikan informasi tentang topik yang dibahas dalam makalah ini. Dengan demikian, akan timbul kesadaran para pembaca, sehingga bisa menyikapinya.3|Page

II. Definisi dan PengertianA. Definisi BariumBarium adalah salah satu logam alkali dalam tanah berupa metal berwarna putih keperak-perakan . Barium dapat ditemukan di alam, pada batuan beku dan sedimentasi, bahan bakar fosil, udara, air dan tanah. Warna putih ini terjadi karena biasanya Barium bersenyawa dengan zat kimia lainnya seperti dengan Belerang, Karbon atau Oksigen dan tidak ditemukan bebasdi alam (US EPA, 1985a). Senyawa barium yang paling umum adalah barium sulfat (barit) dan, pada tingkat lebih rendah adalah barium karbonat (witherite). Senyawa Barium juga bisa diproduksi oleh industry dan banyak terdapat di lingkungan. Dalam table periodik kimia, Barium adalah suatu unsur kimia dengan lambang Ba dan nomor atom 56. Contoh kristal yang dihasilkan Barium antara lain Barium Sulfat (BaSO4) dan contoh basa yang mengandung Barium antara lain Barium Hidroksida

(Ba(OH)2). Barium sulfat dalam bentuk mineral lebih dikenal bernama barite adalah senyawa sulfat berbentuk serbuk halus , berwarna putih atau kekuningan, tidak berbau dan tidak berasa. Sifat kimia dan fisika barium sulfat antara lain sedikit sekali larut dalam air, larut dalam campuran asam sulfat dan asam klorida, tidak beracun dan tidak mudah terbakar dengan titik lebur 1.580 o C, bobot jenis 4,48 g/cm3, kekerasan 3 3,5 skala mohs, indeks bias 1,64.

4|Page

A.1 Penggunaan Barium dalam Industri Senyawa Barium termasuk barium sulfat dan barium karbonat, digunakan dalam pembuatan plastik, karet, cat, elektronik, tekstil, glasir dan enamel keramik (ubin), pada pembuatan kaca, batu bata dan kertas, sebagai pelumas aditif, pada industry farmasi dan kosmetik, industry baja dan dalam industry minyak dan gas untuk pembuatan lumpur pengeboran yang mempermudah pengeboran (Miner, 1969; Brooks, 1986). Barium sulfat secara umum diproduksi dari hasil samping industri hidrogen peroksida (H 2 O 2 ), pengolahan tambang barite, proses pengendapan (blanc fixe) dari larutan barium klorida, barium sulfida atau barium karbonat (3,4,5,6). Barium sulfat banyak digunakan dalam industri kimia dan industri farmasi. Dalam industri kimia barium sulfat digunakan pada pembuatan kertas fotografik dan berwarna, fiber dan resin, bahan pengisi karet, cat dan tekstil, penahan radiasi pada bangunan, pemberat pada pengeboran minyak, sebagai fluks untuk meningkatkan titik leleh pada industri gelas dan keramik, sebagai peredam dalam industri karpet . Selain itu, barium sulfat

yang tidak larut dalam cairan tubuh digunakan oleh dokter

dalam melakukan tes medis atau kesehatan dan pengambilan foto sinar-x. Barium sulfat tinggi dengan untuk

kemurnian

penggunaan dalam bidang kimia, farmasi dan kesehatan serta

industri lainnya. Sementara barium yang berbentuk debu dalam senyawa kimia sering digunakan untuk membuat warna-warna dalam kembang api, dan yang paling sering dipakai adalah warna Hijau didapat dari barium untuk membuat warna hijau kekuningan.5|Page

A.2 Barium pada Lingkungan Senyawa Barium masuk ke dalam udara selama proses pertambangan, pemurnian / penyulingan, atau diproduksi dari pembakaran batubara serta

minyak fosil. Beberapa senyawa barium mudah larut dalam air dan ditemukan di danau atau sungai. Barium ditemukan di sebagian besar tanah dan makanan pada tingkat yang rendah. Ikan dan organisme air juga bisa menumpuk barium.

Sumber

Pencemaran

Dampak

Penanggulangan

Pencegahan

Industri Tambang

Air Udara Tanah

Pada Ikan Pada Manusia

Menghindari sumber pencemaran

- Cermat memilih makanan - Menambah pengetahuan - Produksi Bersih

III. Pengaruh Barium pada Lingkungan, Ikan dan ManusiaA. Pengaruh Barium pada LingkunganBarium yang melebihi ambang batas yang diperbolehkan akan

menyebabkan pencemaran. Karena pencemaran dalam air ini, maka kehidupan organisme air dalam ekosistem akuatik menjadi terganggu karena berkurangnya kandungan oksigen.Pencemaran ini bisa juga menyebabkan perubahan ekologi. Misalnya terjadi kematian biota, seperti: plankton, ikan, bahkan burung Dalam jangka panjang adalah bisa terpapar kanker, leukemia, mutasi sel dan kelahiran cacat.

B. Pengaruh Barium Pada IkanLogam berat merupakan polutan akuatik yang membahayakan. Serapan dan akumulasi logam berat pada ekosistem perairan yang6|Page

melampaui batas aman, akan menyebabkan konsekuensi langsung kepada rantai makanan akuatik dan akhirnya kepada manusia (RaufdanJaved, 2007). Logam berat yang terus-menerus ada di permukaan air dalam bentuk koloid, partikel dan larutan, dan sungai merupakan jalur utama untuk mengalirkan logam (Miller et al., 2003). Dalam organ tubuh spesies ikan herbivore dan karnivora, akumulasi logam berat Al, As,Ba, Cr, Ni dan Zn secara signifikan lebih tinggi di dalam hati daripada organ tubuh lainnya. Namun, ginjal dan insang ikan juga telah mengandung bioakumulasi logam berat yang lebih tinggi dalam tubuh ikan daripada organ lainnya. Mekanisme jejak bioakumulasi logam berat pada ikan kompleks dan beragam, serta bervariasi dengan kimia logam berat tersebut, proses bioakumulasi dan spesies logam (Louma, 1983). Bioakumulasi logam

tergantung kepada jumlah logam yang dikonsumsi oleh organisme. Insang ikan merupakan tempat masuk ion logam dapat

meningkatkan luka dan akhirnya menyebabkan kerusakan pada

insang (Bols et al., 2001). Hati ikan dan ginjal mengakumulasi jumlah semua logam berat secara signifikan, sementara akumulasi terendah secara signifikan terjadi dalam otot dan lemak. Ginjal ikan yang berperan untuk mendetoksifikasi logam juga mengandung akumulasi jumlah logam berat yang signifikan (Vinodhini dan Narayanan, 2008). Perbedaan kecenderungan akumulasi logam pada organ berbagai ikan pada dasarnya disebabkan oleh perbedaan fisiologis fungsi dari masing-masing organ dalam tubuh ikan (Karuppasamy, 2004). Fungsi dan kemampuan organ tertentu untuk mengatur logam adalah faktor untuk mempengaruhi perbedaan akumulasi dalam berbagai jaringan (Murugan et al., 2008). Perbedaan dalam berbagai jaringan untuk akumulasi Al,As, Ba, Cr, Ni dan Zn mungkin merupakan hasil dari kapasitas mereka untuk7|Page

menginduksi protein pengikat logam seperti metallothioneins (Canli dan Atli, 2003). Ion-ion logam akan membesar secara biologis ketika diambil oleh ikan dariperairan tercemar dan mulai terakumulasi dalam jaringan organ ikan. Serapan logam tersebut secara signifikan ada dalam hati ikan, insang, lambung, ginjal dan organ lainnya tergantung pada konsentrasi yang terpapar dan jenis logam (Fabris etal, 2006). Semua organ baik spesies ikan herbivore dan ikan karnivora menunjukkan variabel akumulasi logam yang signifikan dengan urutan sebagai berikut:hati tulang otot

ginjal

sirip

lemak

insang

sisik

usus

organ reproduksi

Hati ikan, ginjal dan jaringan insang menunjukkan kemampuan yang signifikan untuk mengakumulasi logam-logam seperti yang diamati pada penelitian selama ini (Ahmad dan Bibi, 2010). Bervoest et al.(2001) melaporkan akumulasi logam tembaga yang lebih tinggi dalam hati pada ikan Gasterosteus aculeatus yang dengan urutan:

hati

ginjal

insang

usus

Lemak ikan secara signifikan menunjukkan konsentrasi paling rendah dari logam Al, As, Ba, Cr, Ni dan Zn konsentrasi ketimbang pada organ tubuh lainnya. Ekmekci et al.(2000) mempelajari tentang akumulasi logam berat di hati dan jaringan lemak ikan, dan menunjukkan bahwa akumulasi

8|Page

logam berat dalam hati ikan lebih tinggi daripada pada jaringan adiposa. Konsentrasi rata-ratalogam pada organ kedua spesies ikan herbivore dan karnivora berada sesuai urutan :

Al

Cr

As

Zn

Ni

Ba

Pemaparan ion logam yang melampaui batas yang diperbolehkan, dalam ekosistem perairan (Jabeen, 2011) telah menghasilkan akumulasi jumlah logam yang lebih tinggi dalam spesies ikan herbivora. Namun, kenaikan logam yang signifikan pada spesies ikan karnivora menunjukkan bahwa perbesaran bio (bio-magnification) dari semua logam ini telah berada lebih jauh hingga ke tingkat trofik (Eimers et al., 2001).

C.

Pengaruh Barium Pada ManusiaToksisitas logam adalah terjadinya keracunan dalam tubuh manusia

yang

diakibatkan oleh bahan

berbahaya

yang

mengandung

logam

beracun.Zat-zat beracun dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernapasan, kulit, dan mulut. Pada umumnya, logam terdapat di alam dalam bentuk batuan, bijih tambang, tanah, air, dan udara. Diantara berbagai macam logam beracun, salah satunya adalah Barium (Ba). Walaupun kadar logam ini dalam tanah, air, dan udara rendah, namun dapat meningkat apabila manusia menggunakan produk-produk yang dan peralatan yang logam,

mengandung

logam,

pabrik-pabrik

menggunakan

pertambangan logam, dan pemurnian logam. Contohnya penggunaan barium per tahun pada berbagai industry dan pabrik. Kelangsungan industry ini selama bertahun-tahun, maka selama itu pula proses penumpukan sisa pembuangan logam terjadi.9|Page

C.1 Proses Terpapar Barium Barium (Ba) umumnya berbentuk serbuk dan mudah terbakar. Barium menjadi beracun bila terhidup dari udara Barium umumnya terdapat di udara sebagai hasil dari emisi industry, terutama dari hasil pembakaran bahan bakar batu bara dan bahan bakar fosil, dan juga limbah industri. Barium bisa masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan. Udara yang dihirup manusia mengandung barium pada konsentrasi yang cukup tinggi, ketika bekerja di industri yang menggunakan dan menghasilkan barium. Berada di area industry yang menggunakan dan menghasilkan barium, bisa menyebabkan kandungan konsentrasi barium yang terakumulasi berada pada tingkat yang lebih tinggi. Beberapa senyawa barium mudah larut dalam air dan ditemukan di danau atau sungai.Air minum dari sumber alam bisa saja mengandung barium dalam kadar yang tinggi. Bahan logam berat memiliki densitas yang lebih dari 5 gr/cm3 dan yang bersifat tahan urai inilah yang menyebabkan bahan ini semakin terakumulasi di dalam perairan. Apabila bahan ini masuk kedalam air yang selanjutnya akan masuk ke dalam tubuh manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung maka akan menimbulkan bahaya pada kesehatan. Masuk ke dalam tubuh manusia secara langsung dan tidak langsung adalah, bila secara langsung, misalnya air tersebut diminum (berupa air minum). Tapi, bila tak langsung misalnya mengkonsumsi atau memakan barang yang sebelumnya sudah terkontaminasi dengan air berpolusi, air di dalam pembuatan kue, dll.

C.2 Pengaruh Barium pada Kesehatan Manusia Dampak yang ditimbulkan senyawa barium berbeda-beda tergantung pada konsentrasi senyawa barium dalam tubuh manusia. Barium yang tidak larut dalam air, berbentuk debu tidak berbahaya dan sering digunakan oleh dokter untuk tujuan medis. Barium bisa masuk ke paru-paru dan10 | P a g e

terakumulasi dalam paru-paru dalam bentuk fibsosis, dalam bentuk baritosis. Barium yang berbentuk cairan serta larut dalam air dan cairan tubuh, seperti Barium khlorida atau sulfida, bisa bersifat racun terhadap tubuh dan dapat menyebabkan efek kesehatan yang berbahaya dan dapat menyebabkan tekanan darah naik dan gangguan sistem saraf. Konsentrasi senyawa barium yang tinggi dalam tubuh manusia akibat menelan barium yang larut dalam cairan tubuh selama jangka pendek mengakibatkan kesulitan bernapas, tekanan darah meningkat, perubahan denyut jantung, iritasi perut, pembengkakan otak, kelemahan otot,

kerusakan pada: hati, ginjal, jantung dan limpa.Bagan Pengaruh Beberapa Jenis Bahan Pencemar terhadap Lingkungan Perairan dan Kesehatan Manusia Sumber Pencemaran Komponen Lingkungan Kesehatan Manusia

Gas-gas Pencemar

Atmosfir

Biota Akuatik Sumber Pencemaran Bahan Pencemar Terlarut

Biota Terestrial

Badan Air

Kesehatan Manusia

Bahan Pencemar Partikulat / Debu

Tanah

Sumber: Effendi (2003) dalam (Warlina, 2004) Barium sebetulnya adalah stimultan bagi jaringan otot, termasuk otot polos. Karenanya, keracunan Barium dapat menghentikan otot-otot jantung

11 | P a g e

dalam waktu satu jam. Pada fase akhir keracunan, biasanya terjadi juga kelumpuhan urat syaraf. Belum diketahui dampak barium pada manusia yang menelan barium dalam konsentrasi rendah, namun berlangsung terus menerus dalam jangka panjang, sehingga barium terakumulasi. Penelitian pada hewan telah menemukan bahwa tekanan darah meningkat dan ada perubahan dalam jantung setelah menelan barium dalam waktu yang lama.

C.3 Barium Menyebabkan Kanker Departemen Kesehatan dan Layanan HAM, Badan Internasional Penelitian Kanker, dan Environmental Protection Agency (EPA) / Badan Perlindungan Lingkungan, mengatakan bahwa barium belum

dikelompokkan kepada senyawa logam berat yang bisa menyebabkan kanker manusia. Hal ini disebabkan karena tidak ada penelitian pada manusia dan penelitian yang sudah dilakukan pada hewan yang tersedia tidak cukup untuk menentukan apakah barium menyebabkan kanker atau tidak menyebabkan kanker. Sementara itu tidak ada tes medis / kesehatan yang rutin untuk menunjukkan apakah seseorang telah terkena pencemaran barium. Akan tetapi selama ini dokter dapat mengukur barium dalam darah, tulang, urin, dan kotoran, dengan menggunakan peralatan yang sangat kompleks. Karena kerumitan dari tes, tes ini biasanya dilakukan hanya untuk kasus-kasus keracunan barium yang parah dan untuk penelitian medis. EPA memungkinkan 2 bagian dari barium per juta bagian air minum (2 ppm). EPA mensyaratkan bahwa pembuangan atau kebocoran barium sianida yang masuk kepada lingkungan dengan berat 10 kilo gram atau lebih harus dilaporkan. Occupational Keselamatan dan Safety and Health Administration National (OSHA) Institute / for

Kesehatan

Administration,

12 | P a g e

Occupational Safety and Health (NIOSH) / Institut Nasional untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dan American Conference of

Governmental Industrial Hygienists (ACGIH)/ Konferensi Pemerintah Amerika dan Industri Hiegenis telah menetapkan batas paparan kerja sebesar 0,5 miligram senyawa barium terlarut per meter kubik udara (0,5 mg/m3) untuk hari kerja 8-jam, 40 jam minggu kerja. Batas paparan OSHA untuk debu barium sulfat di udara adalah 5 sampai 15 miligram barium per meter kubik udara (5-15 mg/m3). NIOSH merekomendasikan bahwa saat ini tingkat 50 mg/m3 dianggap berbahaya bagi kehidupan dan kesehatan. Ini adalah tingkat pemaparan dari barium yang mungkin menyebabkan masalah kesehatan permanen atau kematian.

C.4 Barium, Kecacatan Embrio dan Pembangunan Berkelanjutan Terpaparnya polutan senyawa Barium bisa menyebabkan dampak yang berbahaya bagi kesehatan bahkan bisa mengakibatkan kecacatan janin, baik pada janin ikan, hewan maupun manusia yang terangkai di dalam jaring-jaring makanan. Dalam skema sebagai berikut terlihat bagaimana proses itu bisa terjadi.

Manusia Reproduksi & Janin Ikan Cacat

Reproduksi & Janin Manusia Cacat

Ikan dewasa Limbah di air sungai & laut

13 | P a g e

Ketika proses reproduksi pada ikan, konsentrasi barium di dalam tubuh ikan terakumulasi dengan dosis yang terus meningkat. Sementara selsel yang telah mengandung polutan logam berat barium terus bertumbuh. Akumulasi polutan ini menghambat terpenuhinya zat-zat yang dibutuhkan oleh janin selama masa pertumbuhannya dan mengganggu proses tumbuh sel-sel menjadi janin. Karena itu, bisa saja janin tumbuh dengan tidak sempurna, dan ketika janin ikan menetas, maka terjadi kecacatan. Demikian pula yang terjadi pada manusia.Manusia mengkonsumsi ikan yang telah terpapar akumulasi polutan logam berat barium.Polutan barium dalam ikan masuk ke dalam tubuh manusia melalui cairan tubuhnya dan mengalir dalam tubuh manusia. Ketika proses reproduksi pada manusia, maka sel-sel pun bertumbuh menjadi janin. Akan tetapi proses ini terganggu karena tubuh manusia telah mengandung akumulasi polutan barium, sehingga menghambat terpenuhinya zat-zat yang dibutuhkan oleh janin selama masa pertumbuhannya. Proses pertumbuhan janin pun terganggu dan menjadi tidak sempurna, janin pun menjadi cacat. Akibatnya, ketika bayi lahir, bisa saja kecacatan turut menyertainya. Pembangunan Berkelanjutan

merupakan agenda masyarakat dunia untuk memperbaiki kehidupan

penduduk dunia dan meningkatkan kesejahteraan mereka. Pembangunan berkelanjutan saat ini diukur melalui pencapaian MGDs atau Sasaran

Pembangunan Milenium. Beberapa diantara poin-poin MGDs berkaitan erat dengan isu kesehatan dan kualitas manusia. Poin-poin tersebut adalah menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya, serta memastikan kelestarian lingkungan hidup. Demi tercapainya sasaran di bidang kesehatan tersebut, digunakanlah salah satu indicator yaitu akses terhadap air bersih dan sanitasi. Dengan demikian, asumsinya adalah dengan air minum yang aman,14 | P a g e

dan air untuk kegiatan sehari-hari dan sanitasi yang bersih, maka akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan menurunkan timbulnya berbagai penyakit akibat pencemaran. Berdasarkan proses transformasi paradigma tentang lingkungan dalam lingkup kerja Bank Dunia yang berperan dalam pendanaan untuk pembangunan berkelanjutan tercantum secara jelas dengan menyusun suatu kredo kebijakan Do No Harm. Selain kebijakan untuk tidak membahayakan lingkungan atau manusia, juga terdapat di dalamnya adalah Panduan Operasionalnya. Apabila terjadi pelanggaran maka harus segera dilakukan mitigasi. Selain kredo kebijakan ini, ditetapkan pula tiga tujuan dalam isu lingkungan, salah satunya adalah dengan meningkatkan kualitas hidup manusia, yaitu mengurangi resiko kesehatan lingkungan dan mendorong ke arah yang lebih baik, serta mengurangi kerentanan terhadap perubahan lingkungan hidup. Pada kenyataannya, negara berkembang seperti Indonesia lebih banyak ditolerir keadaan lingkungannya. Banyak orang yang meninggal dan cedera akibat pencemaran air, udara dan tanah; terancamnya keanekaragaman hayati; dan menurunnya perikanan dan kehutanan. Disamping itu, negara berkembang ini kehilangan produktivitas tanahnya dan kehilangan keanekaragaman hayatinya, yang tentunya tidak saja kehilangan keindahannya, tetapi juga manfaat ekologinya, dari manfaat kesehatan hingga batas air berkelanjutan. Di sisi yang lain, menurunnya kualitas dan kuantitas sumberdaya perikanan secara drastic pun tentu saja akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan. Timbulnya berbagai penyakit dan kecacatan janin akibat pencemaran menurunkan kualitas masyarakat sebagai manusia. Padahal yang diharapkan dalam pembangunan berkelanjutan adalah kualitas kesehatan manusia yang baik. Sehingga tercipta suatu generasi bangsa yang sehat, kuat dan tangguh untuk berproses dalam pembangunan berkelanjutan demi kesejahteraan masyarakat Indonesia khususnya, dan masyarakat dunia umumnya.

15 | P a g e

IV. PenanggulanganSampai saat ini, belum banyak usaha yang dilakukan untuk menanggulangi pencemaran logam berat di Indonesia. Hal ini terutama karena sebagian besar industri di Indonesia belum mempunyai sarana pengolahan limbah yang memadai. Yang bisa dilakukan untuk menghindari bahaya logam berat, antara lain: menghindari sumber makanan yang memiliki risiko terpapar logam berat atau barium, seperti ikan dan makanan lainnya, lalu mencuci dan mengolah bahan pangan yang akan dikonsumsi dengan baik dan benar. Kita perlu meningkatkan pengetahuan mengenai logam berat dan pencemarannya agar kita dapat lebih waspada, dan paham bagaimana menyikapi keterpaparan logam berat ini pada ekosistem dan manusia. Kita juga perlu memperhatikan dan peduli terhadap lingkungan, sehingga kita bisa turut menjaganya dari pencemaran dan kerusakan yang membawa kesengsaraan pada manusia dan lingkungannya. Industri yang menggunakan dan memanfaatkan logam berat Barium perlu menerapkan konsep Produksi Bersih yang dirancang untuk

mengurangi dan menghilangkan limbah berbahaya dalam proses industry. Dengan demikian, biaya yang harus keluar dalam jumlah yang tinggi untuk menganggulangi pencemaran bisa diatasi secara jangka panjang.

V.

PenutupLogam berat Barium memiliki banyak sekali manfaat positif, karena itu logam ini banyak digunakan dalam proses industry dan pembangunan. Akan tetapi, ternyata di balik sifat ini terdapat aspek negative pula. Apabila kita sebagai manusia tidak bijaksana memanfaatkannya maka aspek negative tadi akan muncul dan menjadi muara dari berbagai persoalan bangsa, terutama terbentuknya generasi bangsa yang sehat, kuat dan tangguh, serta bisa diandalkan.16 | P a g e

Daftar Pustaka

Dolk, H., & Vrijheid, M. (2003). The Impact of Environmental Pollution on Congenital Anomalies. British Medical Bulletin Volume 68 , 25-45. Fawell, J., Mascarenhas, R., Ohanian, E., Giddings, M., Toft, P., Magara, Y., et al. (2004). Barium in Drinking Water. World Health Organization. Jabeen, G., Javed, M., & Azmat, H. (2011). Assessment of Heavy Metals in the Fish Collected from the River Ravi, Pakistan. Pakistan Veterinary Journal, 1-5. Purdey, M. (2003). Chronic Barium Intoxication Disrupts Sulphates Proteoglycan Synthesis: a Hypothesis for the Origins of Multiple Sclerosis. Medical Hypotheses. Vaidya, R., Kodam, K., Ghole, V., & Rao, K. M. (2010). Validation of An In Situ Solidification/Stabilization Technique for Hazardous Barium and Cyanide Waste for Safe Disposal into a Secured Landfill. Journal of Environmental Management. Warlina, L. (2004). Pencemaran Air: Sumber, Dampak dan Penanggulangannya. Bogor: Institut Pertanian Bogor.http://id.wikipedia.org/wiki/Toksisitas_logam file:///F:/Pencemaran%20Barium/at_bariumchemRI.htm file:///F:/Pencemaran%20Barium/pollution-of-water-by-barium-and-other.html http://ccagroup.wordpress.com/2009/06/21/bahaya-logam-berat-2/ http://taufik-ardiyanto.blogspot.com/2011/07/pencemaran-air.html http://php.med.unsw.edu.au/embryology/index.php?title=Abnormal_Development__Heavy_Metals

17 | P a g e