pengaruh komunikasi interpersonal terhadap...
TRANSCRIPT
PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS X MADRASAH
ALIYAH DDI LIL-BANAT KOTA PAREPARE
Oleh
WARDA
NIM: 13.1100.147
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ADAB INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PAREPARE
2018
ii
PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS X MADRASAH
ALIYAH DDI LIL-BANAT KOTA PAREPARE
Oleh
WARDA
NIM: 13.1100.147
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ADAB INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PAREPARE
2018
iii
PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS X MADRASAH
ALIYAH DDI LIL-BANAT KOTA PAREPARE
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Jurusan
Pendidikan Agama islam
Disusun dan diajukan oleh
WARDA NIM: 13.1100.147
Kepada
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS TARBIYAH DAN ADAB
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PAREPARE
2018
iv
v
vi
vii
KATA PENGANTAR
بسم هللا رحمن رحيم
، نحمده ونستعينه ونستغفره ، ونعوذ بالل من شرور أنفسنا وسيئ ماإن الحمد لل أ لنا، من يهد هللا ا
بده ورسوله فل مضل له، ومن يضلل فل هادي له، أشهد دا أن ل إله إل هللا وأشهد أن محم
Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah swt. atas
segala rahmat dan hidayah_Nya sehingga skripsi ini dapat tersusun dan selesai pada
waktu yang direncanakan. Shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad saw.
beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang senantiasa berjuang bersama baginda
Rasulullah dan tetap istiqamah di jalan yang dirahmati Allah swt.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Untuk itu melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan
terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Ayahanda H. Muh. Yunus dan Ibunda
Nurhaedah yang telah memberikan cinta, kasih sayang, pengorbanan, motivasi,
nasehat, serta doa yang tidak ada putus dalam sujudnya. Begitu pula untuk suamiku
tersayang H. Ardianto Wijaya Kusuma atas segala perhatian, cinta , kasih sayang,
motivasi, serta doanya. Dan tak lupa pula penulis ucapkan terimakasih kepada adik-
adikku serta seluruh keluarga yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga pengorbanan kalian selama ini mendapat pahala dari sisi_Nya.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. Hj. Hamdanah,
M.Si. selaku dosen pembimbing I dan Dr. H. Muhaemin, M.Ag. selaku pembimbing
II yang dengan ikhlas meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan
bimbingan kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.
Selanjutnya, penulis haturkan terima kasih dan penghargaan kepada:
viii
1. Dr. Ahmad Sutera Rustam, M. Si. Selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Parepare yang telah mengelolah IAIN Parepare dengan baik.
2. Bahtiar, S. Ag., M.A. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Adab STAIN Parepare
atas pengabdian dan cinta kasihya kepada mahasiswa STAIN Parepare.
3. Drs. Muh. Dahlan, M.A selaku penanggung jawab Jurusan Pendidikan Agama
Islam atas pengabdiannya bagi mahasiswa penulis ucapkan terima kasih.
4. Kepala Perpustakaan IAIN Parepare beserta staf yang telah memberikan
pelayanan dengan baik kepada mahasiswa dan penulis agar dapat menyelesaikan
skripsi ini tepat pada waktunya.
5. Dosen yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan mendidik
penulis hingga dapat menyelesaikan studi.
6. Kepala MA DDI Lil-Banat beserta jajarannya yang memberikan kesempatan dan
pelayanan yang baik kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di sekolah
sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi.
7. Sahabat dan teman-teman angakatan 2013 yang telah memberikan dorongan dan
motivasi dalam penyelesaian penulisan skripsi.
Akhirnya hanya kepada Allah swt kita bermohon, semoga jasa-jasa baik yang
telah diberikan mendapat imbalan, ridha dan berkah disisi_Nya dan kepada_Nya pula
penulis serahkan segalanya, Aamiin.
ix
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca
demi kesempurnaan skripsi ini.
Parepare, 03 Januari 2018
Penulis
Warda NIM: 13.1100.147
x
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Bertanda tangan di bawah ini:
Nama : WARDA
Nim : 13.1100.0147
Jurusan : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Fakultas : TARBIYAH dan ADAB
Judul Skripsi : Pengaruh Komunikasi Interpersonal Terhadap Motivasi
Belajar Peserta Didik Kelas X Madrasah Aliyah DDI Lil-
Banat Kota Parepare
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini benar-benar merupakan
hasil karya saya sendiri. Apabila ditemukan bukti bahwa skripsi ini merupakan tiruan
atau hasil karya orang lain maka skripsi ini batal.
Parepare, 03 Januari 2017
Penulis
WARDA
13.1100.147
xi
ABSTRAK
Warda. Pengaruh Komunikasi Interpersonal Terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas X MA DDI Lil-Banat Kota Parepare.
Komunikasi interpersonal merupakan aspek penting yang harus terjalin antara guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran agar tercipta proses pembelajaran sesuai yang diinginkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh komunikasi interpersonal terhadap motivasi belajar peserta didik kelas X MA DDI Lil-Banat kota Parepare.
Jenis penelitian ini yakni penelitian asosiatif kuantitatif dengan desain kuantitatif korelasional. Sampel penelitian sebanyak 34 orang dengan jumlah 34 populasi. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yakni observasi, angket atau kuesioner dan dokumentasi. Adapun teknik analisis yang digunakan yakni analisis statistik bevariat dengan menggunakan product moment.
Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Intensitas komunikasi interpersonal peserta didik kelas X MA DDI Lil-Banat kota Parepare berada pada kategori rentangan sedang 74.40 %, dengan menganalisis 34 responden. (2) Tingkat motivasi belajar peserta didik kelas X MA DDI Lil-Banat kota Parepare berada pada kategori rentangan sedang 70.80 %, dengan menganalisis 34 responden. (3) Terdapat pengaruh yang singnitifikan antara komunikasi interpersonal terhadap motivasi belajar peserta didik kelas X MA DDI Lil-Banat Parepare, yang dibuktikan dengan nilai rxy = 0.988 ≥ r table = 0.339 dan nilai thit = 2. 698 dengan nilai signifikan 0.001 < 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh komunikasi interpersonal terhadap motivasi belajar peserta didik.
Kata Kunci: Komunikasi Interpersonal, Motivasi Belajar
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ii
HALAMAN PENGAJUAN iii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING iv
KATA PENGANTAR vii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI x
ABSTRAK xi
DAFTAR ISI xii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Rumusan Masalah 6
1.3 Tujuan Penelitian 7
1.4 Kegunaan Penelitian 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Teori 8
2.1.1 Pengertian Komunikasi 8
2.1.2 Konsep Komunikasi Interpersonal 11
2.1.3 Konsep Motivasi Belajar 15
2.1.4 Peserta Didik 29
2.2 Tinjauan Hasil Penelitian Relevan 32
2.3 Kerangka Pikir 33
2.4 Hipotesis Penelitian 34
2.5 Definisi Operasional Variabel 34
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian 36
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 36
xiii
3.3 Populasi dan Sampel 37
3.4 Teknik dan Isntrumen Pengumpulan Data 39
3.5 Teknik Analisis Data 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 42
4.2 Analisis Data 45
4.3 Pengujian Hipotesis 58
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian 61
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan 63
5.2 Saran 63
DAFTAR PUSTAKA 65
LAMPIRAN-LAMPIRAN 68
xiv
DAFTAR TABEL
NO JUDUL TABEL HALAMAN
3.1 Data populasi kelas X MA DDI Lil-Banat Kota
Parepare
38
3.2 Data sampel penelitian kelas X MA DDI Lil-Banat
Kota Parepare
39
4.1 Hasil Analisis Item Instrument Komunikasi
Interpersonal
44
4.2 Hasil Analisis Item Instrument Motivasi Belajar 45
4.3 Reliabilitas Variabel X 46
4.4 Reliabilitas Variabel Y 46
4.5 Rangkuman hasil statistik deskriptif variabel X 48
4.6 Distribusi frekuensi variabel X 49
4.7 Rangkuman hasil statistik deskriptif variabel Y 52
4.8 Distribusi frekuensi variabel Variabel Y 53
4.9 Uji Normalitas Menggunakan Analisis Kolmogrof-
Smirnov Test
57
4.10 Uji Linearitas 57
4.11 Hasil analisis Regresi sederhana 58
4.12 Hasil Anova 60
4.13 Uji Signifikansi Koefesien Regresi 60
4.14 Distribusi variabel X dan Y 61
4.15 Interprestasi terhadap koefisien korelasi 63
xv
DAFTAR GAMBAR
NO JUDUL GAMBAR HALAMAN
4.1 Diagram batang variabel X 50
4.2 Diagram lingkaran variabel X 50
4.3 Histogram variabel X 51
4.4 Diagram batang variabel Y 54
4.5 Diagram lingkaran variabel Y 55
4.6 Histogram variabel Y 55
4.7 Grafik regresi linear 59
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
NO JUDUL LAMPIRAN HALAMAN
1 Angket 72
2 Lembar observasi 76
3 Tabulasi angket variabel X 79
4 Tabulasi angket variabel Y 81
5 Korelasi variabel X 83
6 Korelasi variabel Y 85
7 Surat izin melaksanakan penelitian
8 Surat izin meneliti
9 Surat keterangan meneliti
10 Dokumentasi penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.1 Latar Belakang Masalah
Era globalisasi merupakan era persaingan mutu dan kualitas. Pada era
globalisasi yang dikenal dengan zaman kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) diperlukan sumber daya manusia yang memiliki kualitas untuk menghadapi
setiap tantangan yang muncul. Salah satunya adalah dengan pendidikan, istilah
pendidikan bukan lagi sesuatu yang asing dalam kehidupan manusia khususnya di
era globalisasi ini. Karena itulah setiap tindakan dalam pendidikan tidak terjadi
begitu saja dengan sendirinya, akan tetapi dalam prakteknya kita harus
memperhatikan segala sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan itu agar tercapai
tujuan sesuai dengan yang dinginkan.
Berdasarkan konsepsi Islam, pendidikan merupakan sebuah rangkaian proses
pemberdayaan manusia menuju kedewasaan. Kedewasaan dalam bentuk akal, mental
maupun moral dalam rangka menjalankan fungsi kemanusiaan yang diemban sebagai
seorang hamba.
Dalam sejarah pertumbuhan masyarakat, pendidikan menjadi perhatian utama
dalam rangka memajukan kehidupan generasi selanjutnya sejalan dengan tuntutan
masyrakat. Pentingnya memperoleh pendidikan merupakan hal yang sangat mulia,
dimana orang yang berpendidikan memiliki perbedaan derajat dengan orang yang
tidak berpendidikan. Orang yang berpendidikan termasuk dalam golongan orang-
orang yang diberkahi. Sebagaimana firman Allah SWT. dalam Q.S. Az-Zumar 58: 9.
2
نت ءاناء ٱليل ساجدا وقائما يحذر ٱلخرة ويرجوا رحمة ربهۦ قل هل ن هو ق أم
ب ر أولوا ٱللب ٩يستوي ٱلذين يعلمون وٱلذين ل يعلمون إنما يتذك
Terjemahnya:
(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan menghapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.1
Pendidikan mempunyai peran penting dalam membangun bangsa serta
masyarakat yang berkualitas. Pendidikan juga menjadi solusi bagi masyarakat dalam
meningkatkan sumber daya manusia yang unggul dan berperadaban. Dan dalam
suatu pendidikan, baik itu pendidikan formal maupun pendidikan non-formal sangat
diperlukan adanya komunikasi. Menurut Bilingual dalam buku Methodology in tessol
a book of reading. “Education I mean the use of two languages as mediums of
instruction at some stage in a student’s educational career”.2 (Pendidikan maksud
saya adalah penggunaan dua bahasa sebagai media pengajaran pada tahap tertentu
dalam karir pendidikan seorang siswa).
Komunikasi dilakukan manusia bukan hanya untuk menyampaikan atau
saling bertukar pesan informasi, melainkan ada tujuan untuk membangun dan
memelihara relasi. Pentingnya komunikasi dalam kehidupan manusia tidak dapat
dipungkiri, begitupun juga halnya dalam suatu lembaga organisasi. Yang mana
dalam sebuah organisasi terdapat sekumpulan orang yang mempunyai kepentingan
dan tujuan yang sama, dimana dalam aktifitasnya tentu dibutuhkan komunikasi yang
baik antara anggotanya. Seperti dalam organisasi pendidikan dimana komunikasi
1Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 793.
2Michaeal H. Long, Jack C. Richard, Methodology In Tessol A Book Of Readings (New York:
Newbury House Publisher, 1987), h. 61.
3
yang dilakukan antara guru dan peserta didik yang bukan hanya proses pertukaran
dan penyampaian materi pelajaran, melainkan dimensi relasi antara guru dan peserta
didik.
Komunikasi sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar peserta didik,
apabila seorang guru yang mampu berkomunikasi dengan baik dan benar secara
menyeluruh maka akan mempengaruhi motivasi belajar sehingga akan tercipta
pembelajaran yang bermakna dan penuh inspirasi. Pembelajaran saat ini diharapkan
peserta didik mampu memahami yang diterangkan oleh guru. Salah satu faktor yang
membuat peserta didik tertarik untuk belajar adalah guru yang mampu
berkomunikasi dengan baik dan benar. Komunikasi seperti ini lebih mengarah
kepada komunikasi interpersonal guru. Komunikasi interpersonal biasa juga
dikatakan sebagai komunikasi antara pribadi, yakni komunikasi yang terjadi antara
pribadi seorang guru dengan peserta didiknya. Komunikasi interpersonal bukan
hanya berlangsung diantara dua orang, melainkan bisa saja dalam kelompok kecil
yang memungkinkan semua anggota kelompok kecil itu bisa saling tatap muka dan
memiliki giliran untuk berbicara dan mendengarkan dalam suasana yang
akrab. Suasana relasi diantara mereka yang terlibat dalam komunikasi ini menjadi
ciri komunikasi interpribadi. Suasana informal, penuh persahabatan atau
kekeluargaan merupakan salah satu karakteristik komunikasi interpersonal.
Komunikasi interpersonal akan mempererat hubungan antara guru dan
peserta didik, guru sebagai motivator sangat berperan penting untuk meningkatkan
kegairahan dan mengembangkan kegiatan belajar mengajar dalam kelas. Salah satu
cara pembimbingan tersebut yaitu melalui kemampuan komunikasi interpersonal
guru untuk memotivasi peserta didik.
4
Disisi lain, dengan komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh guru maka
peserta didik akan terdorong untuk belajar manakala mereka memiliki motivasi
untuk belajar. Oleh sebab itu, mengembangkan motivasi belajar peserta didik
merupakan salah satu cara untuk membangkitkan minat belajar peserta didik dengan
menghubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan peserta
didik.
Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi dalam bukunya mengatakan bahwa motivasi
sangatlah berperan penting dalam proses belajar mengajar baik bagi guru maupun
peserta didik. Motivasi merupakan sebuah usaha yang disadari oleh pihak atau
peserta didik yang menunjang kegiatan ke arah tujuan-tujuan belajar.3 Guru perlu
menjelaskan keterkaitan materi pelajaran dengan kebutuhan peserta didik.
Menimbulkan motivasi belajar peserta didik sangatlah mudah yakni hanya
membutuhkan komunikasi interpersonal secara berkala dan terus menerus karena
hakikatnya inti komunikasi interpersonal pada dasarnya adalah bagaimana seorang
guru mampu meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan
maupun respon positif dari peserta didik. Pelajaran sesulit apapun itu jika seorang
guru berkompeten dalam mengkomunikasikan pembelajaran secara efektif maka
peserta didik akan tertarik untuk belajar. Oleh karena itu, dalam hal ini komunikasi
interpersonal guru dalam mengajar menjadi salah satu hal terpenting dalam proses
pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di MA DDI Lil-Banat Parepare,
diperoleh informasi bahwa terkait beberapa hal mengenai komunikasi antara guru
dan peserta didik yang belum maksimal, terutama komunikasi yang berlangsung
3Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
1991), h. 10.
5
pada saat pembelajaran di dalam kelas. Sebagian guru masih kurang dalam
berinteraksi dengan peserta didiknya, seperti ketika peserta didik mengalami
kesulitan dalam belajar. Kurangnya komunikasi yang baik antara guru dan peserta
didik, dapat menyebabkan motivasi peserta didik menurun. Untuk itu sangat
diperlukan terjalinnya komunikasi interpersonal yang efektif antara guru dan peserta
didik.
Terkait dengan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan megangkat judul “Pengaruh Komunikasi Interpersonal Terhadap
Motivasi Belajar Peserta Didik MA DDI Lil-BANAT Kota Parepare”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti dapat merumuskan pokok masalah
sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana intensitas komunikasi interpersonal antara guru dan peserta didik
kelas X MA DDI Lil-Banat Parepare?
1.2.2 Bagaimana tingkat motivasi belajar peserta didik kelas X MA DDI Lil-Banat
Parepare?
1.2.3 Apakah terdapat pengaruh komunikasi interpersonal terhadap motivasi
belajar peserta didik kelas X MA DDI Lil-Banat Parepare?
1.3 Tujuan Penelitian
Segala sesuatu yang dilakukan tentunya mempunyai tujuan yang ingin
dicapai. Tujuan adalah sesuatu yang diharapkan dapat tercapai setelah usaha atau
melakukan kegiatan. Oleh karena itu, penelitian ini merupakan suatu usaha dan
proses yang memiliki tujuan yang ingin dicapai semaksimal mungkin. Penelitian ini
bertujuan untuk:
6
1.3.1 Mengetahui intensitas komunikasi interpersonal antara guru dan peserta didik
kelas X MA DDI Lil-Banat Parepare.
1.3.2 Mengetahui tingkat motivasi belajar peserta didik kelas X MA DDI Lil-Banat
Parepare.
1.3.3 Mengetahui ada tidaknya pengaruh komunikasi interpersonal terhadap
motivasi belajar peserta didik kelas X MA DDI Lil-Banat Parepare.
1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian adalah menjelaskan temuan peneliti yang bersifat
teoritis terhadap pengembangan ilmu pengetahuan maupun yang bersifat praktis
terhadap kehidupan masyarakat. Kegunaan penelitian diperoleh dari hasil analisa
data yang dikumpulkan berkaitan dengan pengembangan ilmu pengetahuan secara
umum.4 Adapun kegunaan penelitian ini diharapkan untuk:
1.4.1 Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsi pemikiran serta dapat
menambah khazanah pengetahuan, pemahaman dan wawasan ilmu pengetahuan
mengenai pengaruh komunikasi interpersonal terhadap motivasi belajar peserta didik,
peneliti maupun bagi pembaca pada umumnya.
1.4.2 Kegunaan Praktis
1.4.2.1 Bagi peserta didik, dapat memberikan informasi tentang pentingnya menjalin
komunikasi interpersonal, serta melatih diri untuk senantiasa menjalin
komunikasi yang baik khususnya dengan guru.
1.4.2.2 Bagi pendidik, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah
satu rujukan dalam menambah wawasan ilmu pengetahuan serta memperkaya
4Saepudin, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Makalah dan skripsi (Edisi Revisi 2013; Stain
Parepare), h. 32.
7
khazanah keilmuan dalam setiap pembelajaran maupun berkomunikasi
dengan masyarakat terutama pada peserta didik.
1.4.2.3 Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsi
seperti kritik dan saran dalam memperbaiki komunikasi antara guru dan
peserta didik untuk kedepannya menjadi lebih baik.
1.4.2.4 Bagi peneliti, diharapkan mampu memberikan wawasan ilmu pengetahuan
yang baru serta dapat mengimplementasikannya kedalam sebuah pengalaman
yang dapat memberikan kesan terhadap orang lain. Serta secara langsung
dapat merubah diri menjadi lebih baik dalam berkomunikasi dengan guru,
orang tua, dan masyarakat.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Teori
2.1.1 Pengertian Komunikasi
Pada hakikatnya semua manusia suka berkomunikasi, karena manusia
merupakan makhluk sosial yang dalam kehidupannya selalu ditandai dengan
pergaulan antara sesama manusia. Diantara manusia yang saling berkomunikasi, ada
yang saling berbagi informasi dan adapula yang berbagi gagasan atau sikap.
Kata “komunikasi” berasal dari bahasa inggris yaitu communion yang berarti
kebersamaan, persatuan, persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan. Untuk ber-
communio, diperlukan usaha dan kerja. Dari kata itu dibuat kata kerja communicare
yang berarti membagi sesuatu dengan seseorang, memberikan sebagian kepada
seseorang, tukar-menukar, membicarakan sesuatu dengan seseorang, bercakap-cakap,
bertukar pikiran, berhubungan, dan berteman. Berdasarkan arti kata communicare
yang menjadi asal kata komunikasi, secara harfiah komunikasi berarti pemberitahuan,
pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran, atau hubungan.5
Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin communis yang artinya
membuat atau membangun kebersamaan antara dua orang atatu lebih. Komunikasi
juga berasal dari akar kata dalam bahasa latin communico yang artinya membagi.
5Ngainun Naim, Dasar-dasar Komunikasi Pendidikan (Cet. I; Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2011), h. 17.
9
Kemunikasi merupakan salah satu alat untuk mewujudkan interaksi antara
sesama manusia dalam rangka saling memberi informasi demi terciptanya saling
memahami dan sebagai bentuk penyatuan persepsi dari berbagai hal yang terjadi
dalam kehidupan.
Selain itu manurut kamus besar bahasa Indonesia, komunikasi adalah
pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga
pesan yang dimaksud dapat dipahami.6
Secara umum komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses penyampaian
pesan dari sumber ke penerima pesan dengan maksud untuk memengaruhi penerima
pesan. Dari konsep di atas paling tidak ada dua hal yang memaknai komunikasi.
Pertama, komunikasi adalah suatu proses, yakni aktivitas untuk mencapai tujuan
komunikasi itu sendiri. Kedua, dalam proses komunikasi selamanya melibatkan tiga
komponen penting, yakni sumber pesan, yaitu orang yang akan menyampaikan atau
mengkomunikasikan sesuatu, pesan itu sendiri atau segala sesuatu yang ingin
disampaikan atau materi komunikasi, dan penerima pesan, yaitu orang yang akan
menerima informasi. Kedua komponen tersebut merupakan komponen dasar dalam
proses komunikasi. 7 Perhaps S.S. Stevens dalam buku Communication
mengemukakan bahwa: “Communication is the discriminatory response of an
organism to a stimulus”8
Proses komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh
seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan
6Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 585.
7Wina Sanjaya, Media Komunikasi Pembelajaran (Cet. II; Jakarta: PT Fajar Interpratama
Mandiri, 2014), h. 79.
8Macmillan Publishing, Communication (Printed In The United States of America, 1983), h.
7.
10
gagasan, informasi, opini yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa
keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian dan lain
sebagainya yang timbul dari lubuk hati.9
Dalam proses komunikasi itu sendiri terdapat lima unsur penting yang harus
diperhatikan, yaitu:
2.1.1.1 Sender, adalah pihak yang mengirim pesan atau berita yang disebut juga
komunikator.
2.1.1.2 Message, adalah pesan atau informasi yang hendak disampaikan kepada
pihak lain.
2.1.1.3 Medium, adalah sarana penyaluran pesan-pesan (media).
2.1.1.4 Receive, adalah pihak penerima pesan atau informasi yang disebut
komunikan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seseorang dapat dikatakan
berkomunikasi apabila isi pesan yang disampaikan dari proses komunikasi itu dapat
dipahami.
Pada dasarnya komunikasi bertujuan untuk memberikan informasi, mendidik
dan menerangkan informasi bahkan untuk menghibur orang lain. Dan dalam
perspektif agama, bahwa komunikasi sangat penting perannya bagi kehidupan
manusia dalam bersosialisasi. Manusia dituntut agar pandai berkomunikasi.
Sebagaimana firman Allah SWT. dalam Q.S. Ar-Rahman/58: 1-4.
ن حم لم ٱلقرءان ١ٱلر ن ٢ نس لمه ٱلبيان ٣خلق ٱل ٤
9Onong Uchjana Efendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik (Bandung: Remadja Karya, 1988),
h. 14.
11
Terjemahnya:
Tuhan yang Maha Pemurah yang telah mengajarkan Al-Qur’an dan menciptakan manusia dan mengajarnya pandai berbicara.10
Dari ayat di atas bahwasanya Allah telah memberikan nikmat kepada
hambanya, salah satunya yaitu diajarkannya pandai membicarakan apa yang tergores
dalam jiwanya dan apa yang terfikir oleh otaknya.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah
suatu proses penyampaian informasi atau pesan dari seseorang kepada orang lain
melalui proses tertentu untuk tercapainya suatu respond an penerima pesan
sebagaimana yang dikehendakinya.
2.1.2 Konsep Komunikasi Interpersonal
2.1.2.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal
Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses komunikasi
interpersonal. Proses komunikasi interpersonal harus diciptakan dan diwujudkan
melalui kegiatan penyampaian dan tukar menukar pesan atau informasi oleh setiap
guru dan peserta didik.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia istilah interpersonal terdiri atas dua
kata yakni “inter” yang berarti bentuk terikat antara dua dan “personal” yang berarti
bersifat pribadi atau perseorangan.11
Komunikasi interpersonal bisa juga dikatakan sebagai komunikasi
antarpribadi. Komunikasi antarpribadi yang dimaksud adalah proses komunikasi
yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka, seperti yang
10Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 793.
11Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet. II; Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), h. 438.
12
dinyatakan R. Wayne Pace dalam buku Hafied Cangara bahwa: “interpersonal
communication is communication involving two or more people in a face to face
setting”.12 (Komunikasi interpersonal adalah komunikasi dua atau beberapa orang
secara tatap muka).
Jadi komunikasi interpersonal menurut pengertian di atas adalah komunikasi
atau interaksi yang terjalin secara langsung antara dua orang atau lebih tanpa ada
yang membatasi.
Komunikasi interpersonal bukan hanya berlangsung di antara dua orang. Bisa
saja dalam kelompok kecil, yang memungkinkan semua anggota kecil itu bias saling
tatap muka, memiliki giliran untuk berbicara dan mendengarkan dalam suasana yang
akrab.13
Komunikasi interpersonal merupakan proses pertukaran informasi dalam
sebuah bentuk interaksi yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan atau kesamaan
pemahaman. Namun Yosal Iriantara dalam bukunya mengatakan bahwa:
Komunikasi interpersonal merupakan satu bentuk komunikasi yang khusus yang terjadi ketika dua orang atau lebih saling berinteraksi secara simultan satu sama lain dan sama-sama saling memengaruhi satu sama lain. Interaksi dan saling memengaruhi tersebut tidak hanya dilakukan melalui kata-kata tetapi juga melalui pesan non verbal seperti kontak mata, senyum atau mimik wajah yang menyertai percakapan yang akrab di antara orang-orang yang terlibat.14
12Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Cet. X; Jakarta: PT Raja Gravindo Persada,
2009), h. 32
13Yosal Iriantara dan Usep Syafrudin, Komunikasi Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2012), h. 21.
14 Yosal Iriantara, Komunikasi Pembelajaran (Cet. I; Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2014), h. 94.
13
Salah satu aspek yang terpengaruh oleh komunikasi adalah relasi diantara
sesama manusia. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang erat
hubungannya dengan kehidupan manusia.15
Komunikasi interpersonal merupakan bentuk interaksi antara manusia yang
satu dengan manusia yang lainnya yang secara sengaja atau tidak sengaja saling
mempengaruhi satu sama lainnya atau dapat juga diartikan sebagai suatu proses
pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Dalam proses
pertukaran tersebut selalu mengalirkan pesan, dan pesan-pesan komunikasi tidak
selamanya menggunakan kata-kata verbal semata-mata melainkan juga
menggunakan kata-kata non verbal.
Komunikasi verbal adalah bentuk komunikasi yang disampaikan komunikator
kepada komunikan dengan cara tertulis dan lisan. Komunikasi verbal menempati
porsi besar. Karena kenyataannya, ide-ide, pemikiran atau keputusan, lebih mudah
disampaikan secara verbal ketimbang non-verbal. Dengan harapan, komunikan (baik
pendengar maupun pembaca) bias lebih mudah memahami pesan-pesan yang
disampaikan.16
Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan-pesan
non verbal, istilah non verbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa
komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis.17 Komunikasi non verbal adalah
komunikasi dengan menggunakan mimik dan bahasa isyarat.
15Yosal Iriantara, Komunikasi Pembelajaran, h. 96.
16Edi Harapan dan Syarwani Ahmad, Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada, 2014), h. 25.
17Edi Harapan dan Syarwani Ahmad, Komunikasi Antarpribadi, h. 30.
14
Komunikasi interpersonal dapat dikatakan efektif apabila jika suatu pesan
tidak mengalami penyimpangan.
Dari beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi
interpersonal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah interaksi dan hubungan
yang terjalin dengan baik antara guru dengan peserta didik melalui sebuah
komunikasi agar tercipta pembelajaran sesuai yang diharapkan.
2.1.2.2 Komponen-komponen Komunikasi Interpersonal
Perspektif komponensial, yaitu melihat komunikasi antar pribadi dari
kompoenen-kompoennya. Yakni “proses pengiriman dan penerimaan pesan antara
dua orang atau diantara sekelompok kecil orang dengan berbagai efek dan umpan
balik”.
Komponen-komponen tersebut harus dijelaskan sebagai bagian-bagian yang
terintegrasi dalam tindakan komunikasi antarpribadi. Diantara komponen-komponen
tersebut adalah:
2.1.2.2.1 Komunikator
Komunikator adalah pihak yang mengirim pesan kepada khalayak.
Komunikator biasa disebut sumber (source) atau pengirim pesan
(encoder) yaitu dimana gagasan, ide atau pikiran berasal yang kemudian
akan disampaikan kepada pihak lainnya, yaitu penerima pesan.
2.1.2.2.2 Encoding
Dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan sumber untuk
menerjemahkan pikiran dan ide-idenya ke dalam suatu bentuk yang dapat
diterima oleh pihak penerima baik berupa kata-kata, symbol dan
sebagainya.
15
2.1.2.2.3 Pesan-pesan
Pesan-pesan dalam komunikasi antarpribadi bisa berbentuk verbal dalam
penggunaannya menggunakan bahasa atau non verbal biasa disebut
bahasa isyarat atau bahasa diam (silent language) atau gabungan antar
keduanya.
2.1.2.2.4 Decoding
Tindakan untuk menginterpretasikan dan memahami pesa-pesan yang
diterima, disebut sebagai encoding. Dalam komunikasi antarpribadi,
karena pengirim sekaligus juga bertindak sebagai penerima, maka fungsi
encoding dilakukan oleh setiap orang yang terlibat dalam komunikasi
antarpribadi.
2.1.2.2.5 Saluran atau channel
Alat yang menghubungkan pengirim dan penerima pesan gelombang
radio membawa kata-kata yang diucapkan penyiar di studio atau membuat
pesan visual yang ditampilkan di layar kaca televisi.
2.1.2.2.6 Gangguan atau noise
Yakni seringkali terjadi pesan-pesan yang dikirim berbeda dengan pesan-
pesan yang diterima. Hal ini disebabkan adanya gangguan pada saat
terjadinya komunikasi. Gangguan tersebut bisa berupa gangguan teknis,
gangguan sematik dan psikologis, gangguan fisik, gangguan status,
gangguan kerangka berfikir, dan gangguan budaya.
2.1.2.2.7 Umpan balik atau feedback
Unsur yang sangat penting dalam proses komunikasi antarpribadi, karena
pengirim dan penerima secara terus menerus dan bergantian memberikan
umpan balik dalam berbagai cara, baik secara verbal maupun non verbal.
16
2.1.2.2.8 Akibat
Proses komunikasi selalu mempunyai berbagai akibat, baik pada salah
satu pelaku atau keduanya. Akibat yang terjadi bisa merupakan akibat
negatif ataupun akibat positif.
2.1.3 Konsep Motivasi Belajar
2.1.3.1 Pengertian Motivasi
Kata motivasi berasala dari bahasa latin “Mevore” yang berarti “bergerak”
yang dimaksudkan sebagai “bergerak untuk maju”. 18 Sedangkan istilah motivasi
berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam
diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat.19
Motivasi biasa juga dikatakan sebagai kekuatan mental untuk melakukan
kegiatan dalam rangka pemenuhan harapan dan dorongan untuk mencapai suatu
tujuan yang dikehendaki.
Menurut defenisi Barron dan Greenberg: “Motivation as the set of processes
that arise, direct, and maintain human behavior toward attaining a goal”. 20
(Motivasi merupakan serangkaian proses yang terdiri atas pendorong, arah, dan
memelihara kelakuan manusia ke raha pencapaian suatu tujuan).
Berdasarakan defenisi diatas dapat diambil kesipulan bahwa motivasi
merupakan serangakain proses yang terdiri atas tiga bagian yang tidak bisa
dipisahkan satu dengan yang lainnya.
18Engkoswara dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan, (Bandung, Alfabeta, 2011), h.
209
19Hamzah B.Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya (Cet. II; Jakarta: PT Bumi Aksara,
2007), h. 3.
20 Barron dan Greenberg, http://kajian pustaka.com/2012/10/ pengertian-defenisi-motivasi.
html (Diakses pada tanggal 22-11-2017).
17
Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan
mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi
terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan
mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar. Ada tiga komponen utama dalam
motivasi yaitu: kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Kebutuhan terjadi bila individu
merasa ada ketidak seimbangan antara yang ia miliki dan ia harapkan. Dorongan
merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi
harapan. Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan
harapan atau pencapaian tujuan.21
Dalam hidup ini, motivasi merupakan salah satu hal yang sangat dibutuhkan
oleh setiap orang, sebab tanpa adanya motivasi seseorang tidak akan mungkin bisa
melaksanakan aktifitasnya dan setidaknya dengan motivasi ini bisa menentukan
intensitas pekerjaan seseorang.
Motivasi juga merupakan kekuatan yang tersembunyi di dalam diri kita yang
mendorong diri untuk berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khas.22
McDonald dalam buku Wasty Soemanto memberikan sebuah defenisi tentang
motivasi sebagai suatu perubahan tenaga di dalam diri/pribadi seseorang yang di
tandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan.
Defenisi ini berisi tiga hal, yaitu:
2.1.3.1.1 Motivasi dimulai dengan suatu perubahan tenaga dalam diri seseorang.
2.1.3.1.2 Motivasi ini ditandai dengan dorongan afektif
2.1.3.1.3 Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi mencapai tujuan23
21Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Cet. IV; Jakarta: PT Asdi Mahsatya,
2009), h. 81.
22Ivor K Devies, Pengelolaan Belajar (Jakarta: CV. Rajawali, 1991), h. 214.
23Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Cet. IV; Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998), h. 203.
18
Faktor yang mendorong manusia untuk melakukan kegiatan dalam mencapai
suatu tujuan adalah salah satunya dipengaruhi oleh adanya motivasi. Motivasi ini
terbentuk oleh tenaga-tenaga yang bersumber dari dalam dan dari luar diri seseorang.
Jadi ketiga komponen yang terdiri atas motivasi, kegiatan dan tujuan merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Kekuatan yang menjadi pendorong kegiatan individu disebut motivasi, yang
menunjukkan suatu kondisi dalam diri individu yang mendorong atau menggerakkan
individu tersebut melakukan kegiatan mencapai suatu tujuan.24
Motivasi memiliki dua komponen, yakni komponen dalam dan komponen
luar. Komponen dalam ialah perubahan dalam diri seseorang, keadaan merasa tidak
puas, dan ketegangan psikologis. Sedangkan komponen luar ialah apa yang
diinginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah kelakuannya. Jadi komponen dalam
ialah kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipuaskan, sedangkan komponen luar ialah
tujuan yang hendak dicapai.25
Berdasarkan pengertian dan analisis tentang motivasi, maka pada pokoknya
motivasi dapat dibagi menjadi dua jenis: motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercakup didalam situasi belajar dan
menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan peserta didik. Motivasi ini sering juga disebut
sebagai motivasi murni. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang hidup dalam diri
peserta didik dan berguna dalam situasi belajar yang fungsional. Motivasi ekstrinsik
adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar, seperti
angka kredit, ijazah, tingkatan hadiah, medali pertentangan, dan hukuman. Motivasi
24Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Cet. IV; Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 61.
25Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Cet. I; Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2001), h.
159.
19
ekstrinsik ini tetap diperlukan di sekolah, sebab pengajaran di sekolah tidak
semuanya menarik minat peserta didik atau sesuai dengan kebutuhan siswa.26
Dalam proses belajar motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak
mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin bisa melakukan aktifitas
belajar. Seseorang yang melakukan aktifitas belajar terus menerus tanpa motivasi
dari luar dirinya merupakan motivasi intrinsic yang sangat sangat penting dalam
aktifitas belajar.27 Sebagaimana firman Allah SWT. dalam Q.S. Ar-Ra’d/13: 11.
ل يغير ما بقوم حتى يغيروا ما ب بقوم سوءا فل مرد لهۥ إن ٱلل أنفسهم وإذا أراد ٱلل
ن دونهۦ من وال ١١وما لهم م Terjemahnya:
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknnya, dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.28
Berdasarkan ayat di atas, menggambarkan betapa pentingnya motivasi untuk
merubah nasib seseorang yang menginginkan dirinya menjadi lebih baik. Karena
sesungguhnya nasib setiap orang tidak akan berubah kecuali dirinya sendirilah yang
mengubahnya.
Dari beberapa penjelasan tentang defenisi motivasi di atas, maka dapat
diketahui bahwa motivasi terjadi apabila seseorang mempunyai keinginan dan
kemauan untuk melakukan suatu kegiatan atau aktifitas dalam rangka mencapai
suatu tujuan.
26Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, h. 163.
27Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta, PT Rineka Cipta, 2011), h. 149.
28Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 793.
20
2.1.3.2 Fungsi Motivasi
Motivasi sangat diperlukan dalam proses pembelajaran, sebab tanpa sebuah
motivasi aktifitas belajar tidak mungkin dapat terlaksa dengan baik. Motivasi
berpengaruh terhadap usaha belajar peserta didik. Terdapat tiga fungsi motivasi,
yaitu:
2.1.3.2.1 Motivasi sebagai pendorong perbuatan. Motivasi berfungsi sebagai
pendorong untuk mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik
ambil dalam rangka belajar.
2.1.3.2.2 Motivasi sebagai penggerak perbuatan. Dorongan psikologis melahirkan
sikap terhadap anak didik itu merupakan suatu kekuatan yang tak
terbendung, yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik.
2.1.3.2.3 Motivasi sesbagai penagrah perbuatan. Anak didik yang mempunyai
motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan
mana perbuatan yang diabaikan.29
2.1.3.3 Jenis Motivasi
Motivasi sebagai kekuatan mental individu memiliki dua jenis tingkat
kekuatan, yaitu:
2.1.3.3.1 Motivasi Primer
Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar,
motif dasar tersebut berasal dari segi biologis atau jasmani manusia.
2.1.3.3.2 Motivasi Sekunder
Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari, motif ini dikaitkan
dengan motif sosial, sikap dan emosi dalam belajar terkait komponen
penting seperti efektif, kognitif dan kurasif, sehingga motivasi sekunder
29Syaiful Bahari Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, h. 123.
21
dan primer sangat penting dikaitkan oleh peserta didik dalam usaha
pencapaian prestasi belajar.30
2.1.3.4 Sifat Motivasi
Dalam menimbulkan motivasi belajar tidak hanya timbul dari dalam diri
peserta didik tetapi juga berasal dari luar peserta didik, yaitu motivasi intrinsik dan
ekstrinsik.
2.1.3.4.1 Motivasi intrinsic
Motivasi yang timbul dari dalam diri pribadi individu itu sendiri tanpa
adanya pengaruh dari luar individu.
2.1.3.4.2 Motivasi ekstrinsik
Dorongan terhadap prilaku seseorang yang ada di luar perbuatan yang
dilakukannya. Ia mendapat pengaruh atau rangsangan dari luar.
Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik sangat penting bagi peserta didik
dalam proses belajar, karena dengan timbulnya motivasi intrinsik dan ekstrinsik
dapat menimbulkan semangat belajar yang tinggi dan termotivasi untuk belajar
dengan sungguh-sungguh tanpa adanya dorongan dari orang lain.31
2.1.3.5 Ciri-ciri Motivasi
Menurut Sardiman motivasi pada diri seseorang memiliki ciri-ciri sebagai
berikut, yaitu:
2.1.2.5.1 Tekun menghadapi tugas
2.1.2.5.1 Ulet menghadapi kesulitan
2.1.2.5.3 Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah
2.1.2.5.4 Lebih senag bekerja mandiri
30Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, h. 86.
31Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, h. 90.
22
2.1.2.5.5 Tidak cepat bosan terhadap tugass-tugas yang rutin
2.1.2.5.6 Dapat mempertahankan pendapatnya
2.1.2.5.7 Tidak cepat menyerah terhadap hal yang diyakini
2.1.2.5.8 Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.32
Apabila seseorang mempunyai ciri-ciri tersebut, berarti peserta didik
mempunyai motivasi yang cukup kuat dalam belajar, sehingga proses pembelajaran
dapat berhasil.
2.1.3.6 Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar
Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan
belajar di sekolah, yaitu memberi angka, hadiah, kompetisi, ego-involvement,
memberi ulangan, mengetahui hasil, pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, minat,
dan tujuan yang diakui.33
2.1.3.6.1 Memberi angka
Angka yang dimaksud adalh symbol atu nilai dari hasil aktivitas belajar
peserta didik. Angka merupakan alat motivasi yang cukup memberikan
rangsangan kepada ank didik untuk mempertahankan atau bahkan lebih
meningkatkan prestasi belajar di masa mendatang.
2.1.3.6.2 Hadiah
Hadiah dapat membuat siswa termotivasi untuk memperoleh nilai yang
baik. Hadiah tersebut juga dapat digunakan orang tua atau guru untuk
memacu belajar siswa.
32Sardiman, Interkasi dan Motivasi Belajar Mengajar, h. 83.
33Syaiful Bahari Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, h. 125
23
2.1.3.6.3 Kompetisi
Kompetisi adalah persaingan. Persaingan dapat meningktkan prestasi
belajar siswa. Dengan saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai
alat untuk mendorong peserta didik belajar.
2.1.3.6.4 Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran siswa agar merasakn pentingnya tugas dan
menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan
mempertaruhkan harga diri adalah sebagai salah stu bentuk motivasi yang
cukup penting.
2.1.3.6.5 Memberi ulangan
Ulangan bisa dijadikan sebagai alat motivasi. siswa akan giat belajar jika
mengetahui akan ada ulangan. Siswa biasanya mempersiapkan diri
dengan belajar jauh-jauh hari untuk menghadapi ulangan. Oleh karena itu,
memberi ulangan merupakan strategi yang cukupu baik untuk memotivasi
siswa agar lebih giat belajar juga merupakan sarana motivasi.
2.1.3.6.6 Mengetahui Hasil
Dengan mengetahui hasil belajarnya, akan mendorong siswa untuk giat
beljar. Dengan mengetahui hasil belajar yang meningkat, siswa
termotivasi untuk beljar dengan harapan hasilnya akan terus meningkat.
2.1.3.6.7 Pujian
Pujian adalah bentuk reinforcement positif sekaligus motivasi yang baik.
Guru bisa memnfaatkan pujian untuk memuji keberhasilan siswa dalam
mengerjakan pekerjaan sekolah. Dengna pujian yang tepat akan memupuk
suasana menyenangkan, mempertinggi gairah belajar.
24
2.1.3.6.8 Hukuman
Hukuman merupakan reinforcement negative, tetapi jika dilakukan
dengan tepat dan bijak akan merupakan alat motivasi yang baik dan
efektif.
2.1.3.6.9 Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk
belajar. Hasrat untuk belajar merupakan potensi yang ada dalam diir
siswa. Motivasi ekstrinsik sangant diperlukan agar hasrat untuk belajar itu
menjelma menjadi perilaku belajar.
2.1.3.6.10 Minat
Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Sisiwa yang berminat
untuk terhadap suatu mata pelajaran akan mempelajarimya dengan
sungguh-sungguh, karena ada daya Tarik baginya. Proses belajar akan
berjalan lancara jika disertai dengan minat.
2.1.3.6.11 Tujuan yang diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima oleh siswa merupakan alat
motivasi yang cukup penting. Dengan memahami tujuan yang hendak
dicapai, akan timbul gairah untuk belajar
2.1.3.7 Pengertian Belajar
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti
“berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Defenisi ini memiliki pengertian
bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Disini
usaha untuk mencapai suatu kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk
memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai
25
sebelumnya. Sehingga dengan belajar itu manusia menjadi tahu, memahami,
mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu.34
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan setiap jenjang Pendidikan. Ini
berarti, berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung
pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di
lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan itu akan
nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefenisikan
sebagai berikut:
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.35
Artinya seorang telah dikatakan belajar ketika terjadi perubahan pada dirinya
yang dapat ditandai dengan perubahan pengetahuan atau sikap.
Menurut Hilgard an Bower belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecendrungan bawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang misalnya kelelahan dan pengaruh obat.36
34Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran (Cet. VII; Jogjakarta
Ar-Ruzz Media, 2012), h. 13.
35Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Cet. IV; Jakarta: PT Asdi
Mahasatya, 2003), h. 2.
36M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Cet. 26; Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2013), h.84.
26
Belajar itu merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi pada seseorang
dalam situasi tertentu yang diakibatkan oleh pengalaman-pengalaman yang telah
dialami dimana perubahan itu tidaka dapat dijelaskan karena merupakan sifat bawaan
seseorang. Sedangkan belajar menurut H. Douglas Brown bahwa: “Learning is
acquiring or getting of knowledge of a subject or a skill by study, experience, or
instruction”.37
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative mantap berkat latihan
dan pengalaman. Belajar sesungguhnya adalah ciri khas manusia dan yang
membedakannya dengan binatang. Belajar yang dilakukan manusia merupakan
bagian dari hidupnya, berlangsung seumur hidup, kapan saja, dan dimana saja, baik
di sekolah, di kelas, di jalan dalam waktu yang tidak dapat ditentukan sebelumnya.38
Belajar itu berlangsung seumur hidup, tempat dan waktu terjadinya pun
kapan dan dimana saja. Belajar merupakan suatu hal atau ciri-ciri yang membedakan
manusia dengan makhluk lain seperti binatang. Serta belajar itu selalu dilandasi
iktikad dan maksud tertentu dimana seseorang mulai memahami sesuatu yang baru
dalam hidupnya yang kemudian hal tersebut dapat mengubah kehidupan pribadi
maupun sosialnya ke arah yang lebuh baik.
Kata atau istilah belajar bukanlah sesuatu yang baru, namun dalam
pembahasan belajar ini masing-masing ahli memiliki pemahaman yang berbeda-beda,
walaupun secara praktis masing-masing kita sudah sangat mamahami apa yang
dimaksud belajar tersebut. Oleh karena itu berikut akan dikemukakan berbagai
defenisi belajar menurut para ahli.
37H. Douglas Brown, Principles of Language Learning and Teaching (Printed In The United
States of America, 1994), h. 7.
38 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem (Cet. I;
Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002), h. 155.
27
2.1.3.7.1 R. Gagne
Belajar dapat didefenisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar dimaknai sebagai proses memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Gagne dalam teorinya yang disebut The Domains of Learning menyimpulkan bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia dapat dibagi menjadi lima kategori: Keterampilan motoris, Informasi verbal, Kemampuan intelektual, Strategi kognitif, dan Sikap.
2.1.3.7.2 Burton
Belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu lain dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya.
2.1.3.7.3 E.R. Hilgard “Belajar adalah suatu perubahan kegiatan reaksi terhadap
lingkungan. Perubahan kegiatan yang dimaksud mencakup pengetahuan,
kecakapan, tingkah laku, dan ini diperoleh melalui latihan
(pengalaman)”.39
Dari defenisi beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan adanya beberapa ciri-
ciri belajar, yaitu:
1. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change behavior).
Ini berarti, bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku,
yaitu adanya perubahan tingkah laku, dari tidak terampil menjadi terampil.
2. Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti, bahwa perubahan tingkah
laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertenttu akan tetap atau tidak
berubah-ubah. Tetapi, perubahan tingkah laku tersebut tidak akan terpancang
seumur hidup.
39Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar (Cet. I; Jakarta: Fajar
Interpratama Mandiri: 2013), h. 1.
28
3. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses
belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial.
4. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman.
5. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu yang
memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah
tingkah laku.40
Terdapat prinsip-prinsip belajar seperti yang dikemukakan oleh Alvin C.
Eurich dari Ford Foundation dalam buku Didi Supriadi dan Deni Darmawan, sebagai
berikut:
1. Hal apapun yang dipelajari oleh peserta didik, maka ia harus mempelajarinya
sendiri, tidak ada seorang pun dapat melakukan kegiatan tersebut untuknya.
2. Setiap peserta didik belajar menurut tempo (kecepatannya) sendiri, dan untuk
setiap kelompok umur, terdapat variasi dalam kegiatan belajar.
3. Seorang peserta didik belajar bilamana setiap langka segera diberikan
penguatan.
4. Penguasaan secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara
keseluruhan lebih berarti.
5. Apabila peserta didik diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri,
maka ia lebih termotivasi untuk belajar, ia akan belajar dan mengingat secara
lebih baik.41
Pada hakikatnya belajar merupakan suatu proses yang dapat ditandai dengan
adanya perubahan sebagai hasil dari belajar yang dapat dinyatakan dalam bentuk
40Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, h. 15.
41 Didi Supriadie dan Deni Darmawan, Komunikasi Pembelajaran (Cet. I; Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2012), h. 30.
29
perubahan pandangan, pengetahuan, keterampilan dan sikap serta berbagai aspek
yang mencakup kehidupan sehari-hari.
Dari beberapa defenisi di atas mengenai belajar dapat disimpulkan bahwa
belajar bukan hanya menambah pengetahuan dan mengubah tingkah laku seseorang,
melainkan Allah juga akan meninggikan derajatnya. Sebagaimana firman Allah SWT.
dalam Q.S. Al-Mujadalah/58: 11.
لكم وإذا ق يل ياأيها الذين آمنوا إذا قيل لكم تفسحوا في المجالس فافسحوا يفسح هللا
بما وهللا الذين آمنوا منكم والذين أوتوا العلم درجا انشزوا فانشزوا يرفع هللا
١١ون خبير تعمل
Terjemahnya:
Wahai orang-orang yang beriman. Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.42
2.1.4 Peserta Didik
2.1.4.1 Pengertian Peserta Didik
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan tertentu. Dalam pendidikan Islam, yang menjadi peserta didik bukan
hanya anak-anak, melainkan juga orang dewasa yang masih berkembang, baik fisik
maupun psikis.43
42Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 793.
43Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam (Cet. I; Jakarta: Amzah, 2010), h. 103.
30
Dapat disimpulkan bahwasanya peserta didik adalah anak yang sedang
tumbuh dan berkembang baik secara fisik dan psikis yang berusaha mengembangkan
potensi dirinya melalui proses pembelajaran.
Adapun defenisi peserta didik dalam pendidik Islam, Dengan berpijak pada
paradigma “belajar sepanjang masa”, maka istilah yang tepat untuk menyebut
individu yang menuntut ilmu adalah peserta didik dan bukan anak didik. Peserta
didik cakupannya lebih luas, yang tidak hanya melibatkan anak-anak, tetapi juga
orang dewasa. Sementara istilah anak didik hanya dikhususkan bagi individu yang
berusia kanak-kanak. Penyebutan peserta didik ini juga mengisyaratkan bahwa
lembaga pendidikan tidak hanya di sekolah (pendidikan formal), tetapi juga lembaga
pendidikan di masyarakat, seperti Majelis dan sebagainya.44
Sebutan untuk peserta didik sangat beragam. Di lingkungan rumah tangga
peserta didik disebut anak. Di sekolah atau madrasah ia disebut siswa. Pada tingkat
tinggi ia disebut mahasiswa. Dalam lingkungan pesantren disebut santri.45
Murid atau anak didik merupakan pribadi yang “unik” yang memiliki potensi
dan mengalami proses berkembang. Dalam proses berkembang itu anak atau murid
membutuhkan bantuan dari guru namun sifat dan coraknya tidak ditentukan oleh
guru tetapi ditentukan oleh anak itu sendiri. Sehingga anak atau murid berkewajiban
menerima pelajaran, bimbingan serta arahan dari guru dan akan menentukan dirinya
sendiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya.46
44Abdul Majid dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam (Cet. I; Jakarta: Prenada Media,
2006), h. 103.
45Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, h. 103. 46Zakiah Drajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h.
268.
31
Berdasarkan beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa peserta didik
adalah status yang di sandang oleh seseorang karena hubungannya dengan dunia
pendidikan yang diharapkan menjadi calon intelektual dan generasi penerus bangsa.
Oleh sebab itu dalam proses belajar mengajar yang diperhatikan pertama kali ialah
murid atau peserta didik, bagaimana keadaan dan kemampuannya, baru setelah itu
menemukan komponen-komponen yang lain.
2.1.4.2 Hakikat Peserta Didik
Peserta didik merupakan unsur manusiawi yang penting dalam proses
pendidikan. Mereka berperan sebagai pokok persoalan dalam segala proses
pembelajaran. Disebabkan merupakan unsur pokok dalam pembelajaran, mereka
juga mempunyai kedudukan yang menentukan dalam suatu interaksi pendidikan.
Dengan kata lain, pendidik tidak mempunyai arti apa-apa jika tidak ada peserta didik
sebagai subjek pendidikan.
Adapun hakikat peserat didik yang perlu diketahui, yaitu:
2.1.4.2.1 Peserta didik bukan miniature orang dewasa.
2.1.4.2.2 Peserta didik adalah manusia yang memiliki perbedaan dalam tahap-tahap
perkembangan dan pertumbuhannya.
2.1.4.2.3 Peserta didik adalah manusia yang memiliki kebutuhan yang harus
dipenuhi, baik yang menyangkut kebutuhan jasmani maupun rohani.
2.1.4.2.4 Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan individual
baik yang disebabkan faktor bawaan maupun lingkungan tempat ia tinggal.
2.1.4.2.5 Peserta didik merupakan makhluk yang teerdiri dari dua unsur utama yaitu
jasmaniah dan rohaniah.
32
2.1.4.2.6 Peserta didik adalah makhluk Allah yang telah dibekali berbagai potensi
(fitrah) yang perlu dikembangkan secara terpadu.47
Jadi dlam proses belajar mengajar, hendaknya seorang pendidik bisa
memahami hakikat peserat didiknya sebagai subjek dan objek pendidikan. Kesalahan
dalam memahami hakikat peserta didik akan menjadikan kegagalan dalam proses
pendidikan.
2.1.4.3 Kedudukan Peserta Didik
Peserta didik merupakan unsur manusiawi yang penting dalam proses
pendidikan. Mereka berperan sebagai pokok persoalan dalam segala proses
pembelajaran. Disebabkan merupakan unsur pokok dalam pembelajaran, mereka
juga mempunyai kedudukan yang menentukan dalam suatu interaksi pendidikan.
Dengan kata lain, pendidik tidak mempunyai arti apa-apa jika tidak ada peserta didik
sebagai subjek pendidikan.
Menurut Sinolungan yang dikutip dalam buku N. Yustisia menjelaskan
bahwa manusia termasuk mahluk totalitas (Homo trieka), termasuk di dalamnya
adalah peserta didik yang memiliki kedudukan sebagai berikut:
1. Sebagai mahluk religius yang menerima dan mengakui kekusaan Tuhan atas dirinya dan alam lingkungan sekitarnya.
2. Sebagai mahluk sosial yang memerlukan agar berkembang sebagai manusia. 3. Sebagai mahluk individual yang mempunyai cirri khas atau keunikan
tersendiri. Hal ini dapat membedakannya dari individu yang lain.48
Dalam berinteraksi pendidik dengan peserta didik hendaknya pendidik tidak
memerlakukan mereka secara terpisah antara yang satu dengan yang lainnya. Karena,
pada dasarnya setiap peserta didik mempunyai kedudukan yang sama.
47Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 120.
48N.Yustisia, Hypno Teaching (Cet. I; Jogjakarta, Ar-Ruzz Media, 2012), h. 43-44.
33
Menurut Imam Barnadib yang dikutip dalam buku N. Yustisia, ada beberapa
ciri-ciri yang dimiliki oleh peserta didik, antara lain:
1. Belum mempunyai pribadi yang dewasa susila. Dengan demikian, peserta didik masih berada di bawah tanggung jawab pendidik.
2. Masih dalam proses menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaannya. 3. Mempunyai sifat-sifat dasar manusia yang sedang berkembang secara terpadu,
meliputi kebutuhan biologis, ruhani, sosial, intelegensi, emosi, kemampuan berbicara, dan berbagai karakteristik lainnya.49
Pendidik dan peserta didik merupakan unsur yang tidak bisa dipisahkan
antara yang satu dengan yang lain. Preoses pendidikan tidak akan berjalan secara
efisien apabilah salah satunya tidak ada.
2.2 Tinjauan Hasil Penelitian Relevan
Tinjauan hasil penelitian relevan digunakan sebagai pendukung terhadap
penelitian yang akan dilakukan. Di satu sisi tinjauan ini juga merupakan bahan
perbandingan terhadap penelitian yang ada, baik yang mengenai kelebihan ataupun
kekurangan yang ada sebelumnya, serta untuk menguatkan argument. Sehingga
dalam hal ini penulis mengambil penelitian yang berkaitan dengan tema yang
diangkat, diantaranya sebagai berikut:
Skripsi yang berjudul “Korelasi Prestasi Belajar Siswa Dengan Kemampuan
Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa MTs DDI Pacongang Pinrang”
oleh Amaliyah Ilyas dengan Nim: 99.091.003 tahun 2004.50 Dalam penelitiannya
tersebut kemampuan guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, melalui
kemampuannya menciptakan suasana proses belajar mengajar yang kondusif.
49N.Yustisia, Hypno Teaching, h. 44-45.
50 Amaliyah Ilyas, “Korelasi Prestasi Belajar Siswa dengan Kemampuan Guru dalam
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa MTS DDI Pacongang Pinrang” (Skripsi sarjana; Jurusan
Tarbiyah: Parepare, 2004).
34
Skripsi yang berjudul “Pengaruh Keakraban Siswa Dengan Guru Agama
Islam Di SMP PGRI I Parepare” oleh St. Rahmah Usman dengan Nim: 07.091.032
tahun 2012.51 Dalam penelitiannya tersebut hubungan keakraban antara siswa dengan
guru sangat berpengaruh dalam segala hal yang menyangkut dengan pembelajaran.
Dari kedua hasil penelitian tersebut tidak ditemukan pembahasan secara
khusus tentang Pengaruh komunikasi interpersonal terhadap motivasi belajar peserta
didik, akan tetapi hubungan dari kedua penelitian tersebut dengan penelitian yang
sekarang yakni sama-sama membahas mengenai kemampuan guru dalam
meningkatkan motivasi belajar peserta didik dan pengaruh hubungan yang terjadi
antara guru dan peserta didik yang sangat berpengaruh terhadap pembelajaran.
2.3 Kerangka Pikir/Konsepsional
Berdasarkan pada pembahasan di atas, maka penulis merasa perlu
memberikan karangka pikir tentang hubungan antara variabel-variabel yang akan
digunakan untuk menjelaskan masalah yang akan diteliti.
Dalam hal ini peneliti menggambarkan hubungan beberapa konsep yang
arahnya adalah untuk menjawab rumusan masalah. Gambaran ini mengenai pengaruh
komunikasi interpersonal terhadap motivasi belajar peserta didik pada Madrasah
Aliyah DDI Lil-Banat Parepare. Agar lebih mudah dipahami maka peneliti
menggambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut:
51 St.Rahmah Usman, “Pengaruh Keakraban Siswa dengan Guru Agama Islam terhadap
Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI 1 Parepare” (Skripsi sarjana; Jurusan
Tarbiyah: Parepare, 2012).
35
2.4 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara yang dijadikan sebagai panduan dalam
mencari jawaban terhadap masalah-masalah yang diteliti dimana kebenarannya
masih diuji.
Dalam penelitian tentang pengaruh komunikasi interpersonal terhadap
motivasi belajar peserta didik kelas X MA DDI Lil-Banat Parepare maka hipotesis
yang penulis ajukan yaitu:
Hi: Terdapat pengaruh komunikasi interpersonal terhadap motivasi belajar peserta
didik kelas X MA DDI Lil-Banat Parepare.
Ho: Tidak terdapat pengaruh komunikasi interpersonal terhadap motivasi belajar
peserta didik kelas X MA DDI Lil-Banat Parepare.
2.5 Defenisi Operasional Variabel
Defenisi operasional variabel adalah pernyataan praktis dan teknis tentang
variabel dan sub variabel yang dapat diukur dan dapat dicarikan datanya. Untuk
mengetahui konsep dasar penulisan yang tidak menutup kemungkinan akan
MA DDI LIL-BANAT
PAREPARE
KOMUNIKASI
INTERPERSONAL
VERBAL NON
VERBAL
GURU PESERTA DIDIK
MOTIVASI BELAJAR
36
menimbulkan penapsiran yang berbeda, maka defenisi operasional ini dimaksudkan
untuk mengetahui dan memahami landasan pokok serta pengembangan pembahasan
selanjutnya.
2.5.1 Komunikasi interpersonal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu
bentuk komunikasi yang terjalin dengan baik antara guru dan peserta didik
kelas X MA DDI Lil-Banat Parepare sehingga dapat tercipta proses
pembelajaran yang bermutu.
2.5.2 Motivasi belajar peserta didik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kekuatan dalam diri peserta didik kelas X MA DDI Lil-Banat Parepare yang
mendorongnya untuk terus belajar, agar tercapai tujuan pembelajaran sesuai
dengan yang diinginkan.
37
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kuantitatif
asosiatif artinya suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna
menentukan apakah ada pengaruh antara dua variabel dengan desain penelitian
korelasional. Penelitian ini akan mengkaji dua variabel, yaitu:
3.1.1 Komunikasi interpersonal sebagai variabel bebas (Independent) yang ditandai
dengan simbol X
3.1.2 Motivasi belajar peserta didik sebagai variabel terikat (Dependent) yang
ditandai dengan simbol Y
Adapun desain dalam penelitian tersebut:
Keterangan:
X : Komunikasi Interpersonal
Y : Motivasi Belajar Peserta Didik
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi
Berdasarkan judul yang diangkat, maka penelitian ini dilaksanakan di kelas X
MA DDI Lil-Banat Parepare Jl. Abu Bakar Lambogo, kelurahan Ujung Lare.
X Y
38
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan setelah proposal diseminarkan dan mendapat surat
izin untuk meneliti. Penelitian ini berlangsung selama kurang lebih dua bulan
lamanya agar dapat memperoleh informasi dalam pengumpulan data.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian apabila seseorang ingin
meneliti semua. Populasi pada umunya berarti keseluruhan objek peneliti yang
mencakup semua elemen atau bagian yang terdapat dalam wilayah penelitian. Dan
lebih jelas dikemukakan oleh Mordalitas sebagaimana yang dikutip Suharsimi
Arikunto bahwa populasi adalah semua individu yang menjadi sumber pengambilan
sampel.52 Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian penulis dalam satu
ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan.
Dari defenisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa populasi merupakan
keseluruhan subjek dan objek yang menjadi perhatian dalam penelitian.
Adapun populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik
kelas X MA DDI Lil-Banat Parepare dengan jumlah peserta didik sebagai berikut:
Tabel 3.1 Populasi peserta didik kelas X MA DDI Lil-Banat Parepare
NO Kelas Perempuan Jumlah
1 X MIPA 17 17
2 X IPS 17 17
Jumlah 34 34
Sumber Data: Bagian Tata Usaha MA DDI Lil-Banat Parepare, 2017.
52 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Cet. IX; Jakarta:
Rineka citra. 1992), h. 92.
39
Berdasarkan data yang ada, maka objek penelitiannya adalah peserta didik
kelas X MA DDI Lil-Banat Parepare, dimana terdapat dua kelas dengan keseluruhan
peserta didik yang berjumlah 34 orang. Maka penulis menggunakan penelitian
dengan menggunakan total sampling.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. 53 Sedangkan menurut Syofian Siregar sampel adalah suatu
prosedur pengambilan data dimana hanya sebagian populasi yang diambil dan
dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari suatu
populasi.54
Jadi dari beberapa defenisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa sampel
merupakan bagian yang mewakili populasi yang merupakan langkah awal dari
keberhasilan penelitian yang akan dilakukan peneliti dalam menghasilkan temuan
yang benar.
Tabel 3.2 Sampel peserta didik MA DDI Lil-Banat Parepare
NO Kelas Populasi Sampel
1 X MIPA 17 17
2 X IPS 17 17
Jumlah 34 34
Sumber Data: Bagian Tata Usaha MA DDI Lil-Banat Parepare, 2017
53Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Cet. VII; Bandung: CV Alfabeta, 2009), h. 118.
54 Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif (Cet. I; Jakarta: Kencana Prenamedia
Group, 2013), h. 30.
40
Dalam pengambilan sampel, peneliti hanya memfokuskan pada kelas X
MIPA dan X IPS. Dimana pada kelas X MIPA berjumlah 17 orang dan kelas X IPS
berjumlah 17 orang. Sehingga jumlah sampel yang akan diteliti yaitu 34 orang.
Oleh karena itu, jenis sampel yang digunakan yaitu teknik total sampling
dimana jumlah sampel sama dengan jumlah populasi.55
3.4 Teknik dan Instrument Pengumpulan Data
3.4.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik dan Instrument penelitian yang dimaksud adalah alat-alat yang
digunakan dalam mendapatkan data di lapangan. Adapun teknik pengumpulan data
yang digunakan sebagai berikut:
3.4.1.1 Observasi
Observasi atau pengamatan adalah suatu teknik atau cara mengumpulkan data
dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.56
Observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang komunikasi
interpersonal dan motivasi belajar peserta didik pada MA DDI Lil-Banat Parepare
dengan teknik observasi partisipan yang menggunakan instrumen pedoman observasi.
3.4.1.2 Angket atau Kuesioner
Angket atau kuesioner merupakan suatu alat pengumpulan inforamasi dengan
cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula
oleh responden.57
Angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang bagaimana pengaruh
komunikasi interpersonal terhadap motivasi belajar peserta didik pada MA DDI Lil-
55Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Cet. VII; Bandung: CV Alfabeta, 2009), h. 118.
56 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008), h.220.
57Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 167.
41
Banat Parepare dengan cara peneliti menyediakan sejumlah pertanyaan secara tertulis
yang kemudian diberikan kepada responden sebagai objek penelitian untuk diisi dan
dikembalikan kepada peneliti.
3.4.1.3 Dokumentasi
Dokumentasi yaitu salah satu teknik yang digunakan untuk mengumpulkan
data melalui pencatatan langsung secara sistem terhadap apa yang sudah tersimpan di
kantor.
3.4.2 Instrument Pengumpulan Data
Agar dapat mengetahui baik atau tidak, berpengaruh atau tidak, berhubungan
atau tidak, meningkat atau tidak. Dibutuhkan alat ukur yang dapat menentukan.
Adapun alat ukur yang dimaksud yaitu instrument penelitian untuk dapat mengetahui
apakah terdapat peranan atau tidak variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y)
dalam penelitian.
Agar memperoleh suatu data yang dibutuhkan dalam penelitian, peneliti
menggunakan instrument berupa ku esioner, agar peneliti dapat mendapatkan data
dengan menggunakan pernyataan yang relevan dengan variabel penelitian yang akan
dilaksanakan.
Angket yang digunakan yaitu instrument kuesioner dengan skala likert,
dengan pernyataan yang menyangkut tentang pengaruh komunikasi interpersonal
terhadap motivasi belajar peserta didik. Setiap pernyataan menggunakan empat
alternative jawaban, yaitu:
42
3.4.2.1 Selalu (SL)
3.4.2.2 Sering (SR)
3.4.2.3 Jarang (JR)
3.4.2.4 Tidak Pernah (TP)
Skoring yang digunakan 4,3,2,1 untuk pernyataan positif sedangkan 1,2,3,4
untuk pernyataan negatif.
3.5 Teknik Analisis Data
Setelah melakukan pengumpulan data dalam penelitian, maka penulis
mengelolah data yang ada dengan menggunakan penelitian kuantitatif dengan teknik
analisis statistic deskriptif dan inferensial dengan menggunakan product momen.
Adapun rumus yang digunakan yaitu sebagai berikut:
Keterangan:
= Koefesien korelasi variabel X dan Y
Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y
= Jumlah seluruh skor X
= Jumlah seluruh skor Y
Selanjutnya digunakan pula teknik analisis regresi dengan rumus sebagai
berikut:
Y’ = a + bX
43
Keterangan:
Y = Variabel komunikasi interpersonal (Independen)
X = Variabel motivasi belajar (Dependen)
a = Konstanta
b = Koefisien regresi
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian
Deskripsi data yang disajikan dalam bagian ini meliputi data variabel
komunikasi interpersonal (X) dan motivasi belajar peserta didik (Y), yang diperoleh
melalui pengujian instrument penelitian yang terdiri dari uji validitas dan reliabilitas.
4.1.1 Uji Validitas
Pengujian validitas setiap butir pernyataan digunakan dengan menganalisis
item, yaitu mengkorelasikan skor setiap butir pernyataan dengan skor total yang
merupakan jumlah skor butir pernyataan. Uji validitas data variabel komunikasi
interpersonal (X) dan variabel motivasi belajar (Y) terlampir. Dimana memiliki
ketentuan jika rxy lebih besar dari rtabel maka item pernyataan yang dinyatakan valid
pada tingkat signifikan α = 5%. Hasil analisis data dari kedua variabel sebagai
berikut:
Tabel 4.1 Hasil Analisis Item Instrument Komunikasi Interpersonal (X)
No. Butir Instrument Koefisien Korelasi Keterangan
1 0.629 Valid
2 0.162 Tidak Valid
3 0.626 Valid
4 0.504 Valid
5 0.648 Valid
6 0.577 Valid
7 0.360 Valid
8 0.428 Valid
45
9 0.755 Valid
10 0.314 Tidak Valid
Sumber Data: SPSS 21. Hasil Uji Korelasi
Setelah melakukan uji validitas variabel komunikasi interpersonal (X) yang
terdiri dari 10 item pernyataan dengan rtabel 0.339, diketahui bahwa hanya 8 item
pernyataan yang memiliki item pernyataan valid karena nilai rxy lebih besar dari rtabel..
Tabel 4.2 Hasil Analisis Item Instrument Motivasi Belajar (Y)
No. Butir Instrument Koefisien Korelasi Keterangan
1 0.642 Valid
2 0.650 Valid
3 0.497 Valid
4 0.397 Valid
5 0.454 Valid
6 0.694 Valid
7 0.660 Valid
8 0.161 Tidak Valid
9 0.268 Tidak Valid
10 0.362 Valid
Sumber Data: SPSS 21. Hasil Uji Korelasi
Setelah melakukan uji validitas variabel motivasi belajar (Y) yang terdiri dari
10 item pernyataan dengan rtabel 0.339, diketahui bahwa hanya 8 item pernyataan
yang memiliki item pernyataan valid karena nilai rxy lebih besar dari rtabel.
46
4.1.2 Uji Reliabilitas
Setelah mengetahui hasil validitas data dari kedua variabel, maka dilanjutkan
dengan uji reliabilitas sebagai berikut:
4.1.2.1 Reliabilitas komunikasi interpersonal
Tabel 4.3 Reliabilitas Variabel X
Berdasarkan tabel reliabilitas variabel komunikasi interpersonal (X) diperoleh
nilai Alpha Cronbach’s sebesar 0.647 ≥ 0.60 pada tingkat signifikan α 5%, maka
instrument pernyataan memiliki reliabel yang tinggi. Jadi, uji instrument data pada
variabel X sudah valid dan reliabel untuk seluruh butir instrumentnya, maka dapat
digunakan untuk pengukuran data dalam rangka pengumpulan data.
4.1.2.2 Reliabilitas mitivasi belajar
Tabel 4.4 Reliabilitas Variabel Y
Berdasarkan tabel reliabilitas variabel motivasi belajar (Y) diperoleh nilai
Alpha Cronbach’s sebesar 0.654 ≥ 0.60 pada tingkat signifikan α 5%, maka
instrument pernyataan memiliki reliabel yang tinggi.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,647 10
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,654 10
47
Jadi, uji instrument data pada variabel Y sudah valid dan reliabel untuk
seluruh butir instrumentnya, maka dapat digunakan untuk pengukuran data dalam
rangka pengumpulan data yang sama dengan apa yang terdapat pada nilai reliabilitas
variabel X.
4.2 Analisis Data
Berdasarkan jenis penelitian Nilai-nilai akan disajikan dari data mentah
dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif untuk mencari nilai rata-rata,
median, dan modus. Untuk memperoleh gambaran tentang hasil yang diperoleh
melalui penelitian ini, dikemukakan pula distribusi frekuensi dan grafik histrogram.
Selain analisis statistik deskriptif digunakan pula analisis statistik inferensial untuk
mencari analisis regresi sederhana.
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif
Hasil perhitungan statistik deskriptif masing-masing variabel disajika n
sebagai berikut:
4.1.1.1 Komunikasi Interpersonal antara Guru dan Peserta Didik
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan terhadap 34 peserta didik kelas X
MA DDI Lil-Banat Parepare, diperoleh data yang menunjukkan bahwa skor variabel
Komunikasi Interpersonal berada antara 18 sampai dengan 30, nilai rata-rata sebesar
23.82, median 24.00, modus 22, varians 11.483 dan standar deviasi 3.389.
Rangkuman hasil statistik deskriptif untuk variabel X dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
48
Tabel 4.5 Rangkuman hasil statistik deskriptif variabel X
Statistics
Komunikk Komunikasi Interpersonal
N Valid
34
Missing 0
Mean 23,82
Std. Error of Mean ,581
Median 24,00
Mode 22a
Std. Deviation 3,389
Variance 11,483
Skewness -,181
Std. Error of Skewness ,403
Kurtosis -,713
Std. Error of Kurtosis ,788
Range 12
Minimum 18
Maximum 30
Sum 810
49
Distribusi frekuensi skor variabel komunikasi interpersonal dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi variabel X
Komunikasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
18 4 11,8 11,8 11,8
19 1 2,9 2,9 14,7
20 1 2,9 2,9 17,6
21 1 2,9 2,9 20,6
22 5 14,7 14,7 35,3
23 4 11,8 11,8 47,1
24 2 5,9 5,9 52,9
25 5 14,7 14,7 67,6
26 3 8,8 8,8 76,5
27 3 8,8 8,8 85,3
28 2 5,9 5,9 91,2
29 2 5,9 5,9 97,1
30 1 2,9 2,9 100,0
Total 34 100,0 100,0
Sesuai distribusi frekuensi, untuk skor total diperoleh dari tiap responden
dengan nilai 19, 20, 21 dan 30 masing-masing memiliki 1 frekuensi (2.9 %), nilai 24,
28 dan 29 memiliki 2 frekuensi (5.9 %), nilai 26 dan 27 memiliki 3 frekuensi (8.8 %),
nilai 18 dan 23 memiliki 4 frekuensi (11.8 %), dan nilai 22 dan 25 memiliki 5
frekuensi (14.7 %). Dengan demikian, skor responden dengan frekuensi terbesar
berada pada nilai 22 dan 25 yang memiliki 5 frekuensi (14.7 %) dan skor responden
50
dengan frekuensi terkecil berada pada nilai 19, 20, 21 dan 30 yang memiliki 1
frekuensi (2.9 %). Hal ini digambarkan dalam diagram batang dan diagram lingkaran
berikut ini:
Gambar 4.1 Diagram batang variabel X
Gambar 4.2 Diagram lingkaran variabel X
51
Berdasarkan diagram batang dan diagram lingkaran di atas dapat disimpulkan
bahwa skor responden dengan frekuensi terbesar berada pada nilai 22 dan 25. Hal ini
dapat dilihat pada grafik diagram batang terbesar yang ditandai pada bagian
berwarna biru dengan nilai 31. Diperjelas juga dengan histrogram variable pada
grafik berikut ini:
Gambar 4.3 Histogram variabel X
52
Berdasarkan data yang diambil pada tabel distribusi frekuensi di atas, bila
dibandingkan dengan nilai rata-rata menunjukkan bahwa skor komunikasi
interpersonal yang berada di bawah kelompok rata-rata sebanyak 12 responden
(41.5 %), sementara yang berada pada skor rata-rata 4 responden (11.8 %), dan yang
berada pada skor kelompok di atas rata-rata 18 (52.9 %). Pembentukan kategori skor
menggunakan ktiteria persentase sebagai berikut:
90% - 100% kategori sangat tinggi
80% - 89% kategori tinggi
70% - 79% kategori sedang
60% - 69% kategori rendah
0% - 59% kategori sangat rendah88
88Suharsimi Arikunto, Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bina Aksara, 1986), h. 54.
53
Skor total variabel komunikasi interpersonal adalah 810, adapun skor
tertinggi pada responden terdiri atas 8 x 4 = 32, karena jumlah responden terdiri atas
34 orang, maka skor kriterium yaitu 32 x 34 = 1088. Jadi, komunikasi interpersonal
antara guru dan peserta didik yaitu 810 : 1088 = 0.744 atau 74.40 % sehingga dapat
disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal antara guru dan peserta didik berada
pada kategori rentangan sedang. Sesuai dengan hasil pengamatan di lapangan.
4.1.1.2 Motivasi Belajar Peserta Didik
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan terhadap 34 peserta didik kelas X
MA DDI Lil-Banat Parepare, diperoleh data yang menunjukkan bahwa skor variabel
motivasi belajar berada antara 16 sampai dengan 31, nilai rata-rata sebesar 22.68,
median 22.50, modus 23, varians 12.044 dan standar deviasi 3.470. Rangkuman hasil
statistik deskriptif untuk variabel Y dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.7 Rangkuman hasil statistik deskriptif variabel Y
Statistics
Komunikk Motivasi Belajar
N Valid
34
Missing 0
Mean 22,68
Std. Error of Mean ,595
Median 22,50
Mode 23
Std. Deviation 3,470
Variance 12,044
Skewness ,345
Std. Error of Skewness ,403
Kurtosis -,067
54
Std. Error of Kurtosis ,788
Range 15
Minimum 16
Maximum 31
Sum 771
Distribusi Frekuensi skor variabel motivasi belajar peserta didik dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.8 Distribusi frekuensi variabel Y
Motivasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
16 1 2,9 2,9 2,9
18 4 11,8 11,8 14,7
19 1 2,9 2,9 17,6
20 3 8,8 8,8 26,5
21 4 11,8 11,8 38,2
22 4 11,8 11,8 50,0
23 5 14,7 14,7 64,7
24 1 2,9 2,9 67,6
25 4 11,8 11,8 79,4
26 4 11,8 11,8 91,2
29 2 5,9 5,9 97,1
31 1 2,9 2,9 100,0
Total 34 100,0 100,0
Sesuai distribusi frekuensi, untuk skor total diperoleh setiap responden
dengan nilai 16, 19, 24 dan 31 masing-masing memiliki 1 frekuensi (2.9 %), nilai 29
memiliki 2 frekuensi (5.9 %), nilai 20 memiliki 3 frekuensi (8.8 %), nilai 18, 21, 22,
55
25 dan 26 memiliki 4 frekuensi (11.8 %), serta nilai 23 memiliki 5 frekuensi
(14.7 %). Dengan demikian skor responden dengan frekuensi terbesar terdapat pada
nilai 23 yang memiliki 5 frekuensi (14.7 %), dan frekuensi terkecil berada pada nilai
16, 19, 24 dan 31 yang memiliki 1 frekuensi (2.9 %). Hal ini digambarkan dalam
diagram batang dan diagram lingkaran berikut ini:
Gambar 4.4 Diagram batang variabel Y
Gambar 4.5 Diagram lingkaran variabel Y
56
Berdasarkan diagram batang dan diagram lingkaran di atas dapat disimpulkan
bahwa skor responden dengan frekuensi terbesar berada pada nilai 23. Hal ini dapat
dilihat pada grafik diagram batang terbesar yang ditandai pada bagian berwarna biru
dengan nilai 23. Diperjelas juga dengan histrogram variable pada grafik berikut ini:
Gambar 4.6 Histogram variabel Y
57
Berdasarkan data pada tabel distribusi frekuensi di atas, bila dibandingkan
dengan nilai rata-rata menunjukkan bahwa skor motivasi belajar di bawah kelompok
rata-rata sebanyak 13 resfonden (38.2 %), yang berada pada nilai rata-rata sebanyak
4 responden (11.8 %), dan yang berada pada nilai di atas rata_rata sebanyak 17
resfonden (50 %). Pembentukan kategori skor menggunakan ktiteria persentase
sebagai berikut:
90% - 100% kategori sangat tinggi
80% - 89% kategori tinggi
70% - 79% kategori sedang
60% - 69% kategori rendah
0% - 59% kategori sangat rendah89
Skor total variabel motivasi belajar yaitu 771, adapun skor tertinggi pada
responden terdiri atas 8 x 4 = 32, karena jumlah responden terdiri atas 34 orang,
maka skor kriterium yaitu 32 x 34 = 1088. Jadi, motivasi belajar peserta didik yaitu
771 : 1088 = 0.708 atau 70.80 % sehingga dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar
peserta didik berada pada kategori rentangan sedang.
4.1.2 Analisis Statistik Inferensial
4.1.2.1 Uji Normalitas
Analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah
menggunakan Teknik analisis korelasi product moment. Sebelum menganalisis data
berdasarkan data yang diperoleh, maka data harus memenuhi persyaratan uji analisis
yang digunakan. Analisis korelasi harus mensyaratkan data harus berdistribusi
normal, sehingga data perlu diuji normalitas dengan rumus One-Sample Kolmogrof-
Smirnov Test sebagai berikut:
89Suharsimi Arikunto, Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bina Aksara, 1986), h. 54.
58
Tabel 4.9 Uji Normalitas Menggunakan Analisis Kolmogrof-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Komunikasi Motivasi
N 34 34
Normal Parametersa,b
Mean 23,82 22,68
Std.
Deviation
3,389 3,470
Most Extreme
Differences
Absolute ,106 ,110
Positive ,075 ,110
Negative -,106 -,072
Kolmogorov-Smirnov Z ,620 ,641
Asymp. Sig. (2-tailed) ,836 ,806
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Berdasarkan uji normalitas dengan menggunakan analisis Kolmogrof-
Smirnov Test di atas, diperoleh nilai sig untuk variabel komunikasi interpersonal
sebesar 0.836 dan untuk variabel motivasi belajar sebesar 0.806. Hal ini berarti
bahwa hasil yang diperoleh lebih besar dari 0.05, maka dapat disimpulkan data
tersebut terdistribusi normal.
4.1.2.2 Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen
memiliki hubungan yang linear dengan dengan variabel dependen. Uji linearitas
dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis varians sebagai berikut:
Tabel 4.10 Uji Linearitas
ANOVA Table
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
Motiva Between (Combined) 247,725 12 20,644 2,896 ,016
59
si *
Komun
ikasi
Groups Linearity
73,649 1 73,649 10,33
0
,004
Deviation
from
Linearity
174,075 11 15,825 2,220 ,056
Within Groups 149,717 21 7,129
Total 397,441 33
Berdasarkan pada tabel di atas, diperoleh hasil uji linearitas komunikasi
interpersonala terhadap motivasi belajar peserta didik dengan nilai Fhitung < Ftabel
(2.220 < 3.28) yang berarti data tersebut linear.
4.1.2.3 Analisis Regresi Sederhana
4.1.2.3.1 Persamaan Regresi Linear
Analisis regresi digunakan untuk melihat pengaruh komunikasi interpersonal
terhadap motivasi belajar peserta didik kelas X MA DDI Lil-Banat Parepare. Hasil
analisis regresi sederhana dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.11 Hasil analisis Regresi sederhana
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 12,174 3,931 3,097 ,004
Komunikasi
Interpersonal
,441 ,163 ,430 2,698 ,001
a. Dependent Variable: Motivasi Belajar
Diketahui nilai konstanta sebesar 12.174, sedangkan nilai Komunikasi
Interpersonal sebesar 0.441. Sehingga persamaan regresi, yaitu:
Y’ = a + bX
Y’ = 12.174 + 0.441 (34)
60
Y’ = 27.168
Persamaan regresi tersebut dapat diterjemahkan sebagai berikut:
4.3.1 Konstanta sebesar 12.174, artinya nilai konsisten variabel motivasi belajar
adalah sebesar 12.174.
4.3.2 Koefesien regresi komunikasi interpersonal sebesar 0.441 menyatakan bahwa
jika komunikasi interpersonal meningkat sebesar 1% maka nilai hasil motivasi
belajar peserta didik bertambah sebesar 0.441. Koefesien regresi tersebut
bernilai positif, sehingga dapat dikatakan bahwa terjadi hubungan positif
antara pengaruh komunikasi interpersonal (X) terhadap motivasi belajar peserta
didik (Y).
Selanjutnya dari analisis diperoleh nilai thit = 2.698 dengan nilai signifikansi =
0.001 < 0.05 maka Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat
pengaruh yang signifikan antara komunikasi interpersonal terhadap motivasi belajar
peserta didik kelas X MA DDI Lil-Banat Parepare.
Gambar 4.7 Grafik Regresi Linear
61
Dari gambar grafik di atas dapat diketahui data yang diperoleh tersebut
merupakan data normal. Hal ini dapat dilihat dari titik-titik yang menyebar sekitar
garis yang mengikuti garis diagonal.
4.1.2.3.2 Anova (Uji F)
Pengujian simultan merupakan pengujian secara bersama-sama. Koefesien
variabel komunikasi interpersonal (X) dan motivasi belajar (Y).
Tabel 4.12 Hasil Anova
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai Fhitung 7,297 < Ftabel 2.49, maka HO
diterima.
Tabel 4.13 Uji Signifikansi Koefesien Regresi
Berdasarkan hasil analisis di atas, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
Hasil analisis diperoleh nilai R sebesar 0.430 atau nilai R tersebut dapat dikuadratkan
yaitu 0.430 x 0.430 = 0.185. Adapun R square yaitu sebesar 18.5%, Hal ini
menunjukkan bahwa presentase sumbangan komunikasi interpersonal terhadap
ANOVAa
Model Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
1
Regression 73,649 1 73,649 7,297 ,011b
Residual 323,792 32 10,119
Total 397,441 33
a. Dependent Variable: Motivasi Belajar
b. Predictors: (Constant), Komunikasi Interpersonal
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,430a ,185 ,160 3,181
a. Predictors: (Constant), Komunikasi Interpersonal
62
motivasi belajar peserta didik sebesar 0.238%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam penelitian ini.
4.3 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis merupakan kebenaran tentang hipotesis berdasarkan data
yang diperoleh dari sampel penelitian. Teknik statistik yang digunakan untuk
mengetahui pengaruh komunikasi interpersonal (X) terhadap motivasi belajar peserta
didik (Y), dengan menggunakan rumus product moment sebagai berikut:
Tabel 4.14 Distribusi variabel X dan Y
NO X Y X.Y X2 Y2
1 19 23 437 361 529
2 25 25 625 625 625
3 21 21 441 441 441
4 25 26 650 625 676
5 22 18 396 484 324
6 24 18 432 576 324
7 22 16 352 484 256
8 25 20 500 625 400
9 28 29 812 784 841
10 23 26 598 529 676
11 29 31 899 841 961
12 28 26 728 784 676
13 22 21 462 484 441
14 26 26 676 676 676
15 26 19 494 676 361
16 20 18 360 400 324
17 22 21 462 484 441
18 27 22 594 729 484
19 26 22 572 676 484
20 23 25 575 529 625
21 27 21 567 729 441
63
22 22 24 528 484 576
23 27 20 540 729 400
24 25 22 550 625 484
25 18 23 414 324 529
26 25 23 575 625 529
27 30 25 750 900 625
28 18 23 414 324 529
29 18 23 414 324 529
30 23 25 575 529 625
31 29 29 841 841 841
32 18 20 360 324 400
33 24 22 528 576 484
34 23 18 414 529 324
∑ 810 771 18535 19676 17881
Rata-
rata
23.67 22.67
Sumber Data: Hasil Tabulasi Data fariabel X dan Y
Keterangan:
Rata-rata ( ∑ ) x¯ = 810 : 34 = 23.82
Rara-rata ( ∑ ) y¯ = 771 : 34 = 22.68
∑ x² = 810
∑ y² = 771
∑ xy = 18535
Selanjutnya di uraikan dalam rumus sebagai berikut:
=
=
=
64
= 0.9881623023
= 0.9881623 0, 988
Jika r hitung lebih besar daripada r table, maka H1 diterima dan H0 ditolak.
Tetapi bila r hitung lebih kecil dari pada r table maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Berdasarkan hasil penghitungan di atas r hitung = 0, 988≥ r table = 0, 339 pada taraf
signitifikan 5%, dapat disimpulkan terdapat pengaruh komunikasi interpersonal
terhadap motivasi belajar peserta didik berdasarkan hasil penghitungan Ho ditolak
dan H1 diterima. Jadi terdapat korelasi positif antara variabel X dan variabel Y.
Adapun koefisien determinasi r2 dari r adalah = 0, 976 yang jika
diinterpretasikan ke dalam tabel interpretasi terletak antara 0,80-1.000 yang berarti
bahwa tingkat hubungan antara komunikasi interpersonal terhadap motivasi belajar
peserta didik berada dalam kategori sangat kuat. Seperti terlihat pada tabel
interpretasi berikut:
Tabel 4.15 Interprestasi terhadap koefisien korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0, 00 – 0, 199
0, 20 – 0, 399
0, 40 – 0, 599
0, 60 – 0, 799
0, 80 – 1, 000
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat kuat
Berdasarkan pedoman koefisien korelasi di atas dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh komunikasi interpersonal yang sangat kuat terhadap motivasi
belajar peserta didik kelas X MA DDI Lil-Banat Parepare. Koefisien ini disebut
65
koefisien penentu, karena varians yang terjadi pada variabel dependen dapat
dijelaskan pada varians yang terjadi pada variabel independen.90
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MA DDI Lil-Banat Parepare dengan jumlah
populasi dan sampel sebanyak 34 peserta didik. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan teknik total sampling, yakni dimana jumlah sampel sama
dengan jumlah populasi.
Teknik dan instrument pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
observasi, angket atau kuesioner, dan dokumentasi. Adapun teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik analisis deskriptif dan
inferensial.
Setelah peneliti melakukan analisis, maka peneliti akan menguraikan
beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan, dimulai dengan melakukan uji
validitas untuk mengetahui valid atau tidaknya suatu data yang diperoleh. Uji
validitas menunjukkan dari sepuluh item instrument komunikasi hanya delapan
instrument yang dinyatakan valid, begitupun dengan instrument motivasi belajar.
Pada analisis deskriptif komunikasi interpersonal diperoleh nilai skor total
variabel komunikasi interpersonal 810, adapun skor tertinggi pada responden terdiri
atas 8 x 4 = 32, karena jumlah responden terdiri atas 34 orang, maka skor kriterium
yaitu 32 x 34 = 1088. Sehingga, komunikasi interpersonal antara guru dan peserta
didik yaitu 810 : 1088 = 0.744 atau 74.40 % dari kriterium yang ditetapkan. Jadi
dapat disimpulkann bahwa komunikasi interpersonal berada pada kategori sedang.
90Sugiono, Metode Penelitian dan Pengembangan (Cet. II; Bandung: Alfabeta, 2016), h.361.
66
Selanjutnya pada analisis deskriptif motivasi belajar diperoleh nilai skor total
variabel motivasi belajar 771, adapun skor tertinggi pada responden terdiri atas 8 x 4
= 32, karena jumlah responden terdiri atas 34 orang, maka skor kriterium yaitu 32 x
34 = 1088. Sehingga, motivasi belajar peserta didik yaitu 771 : 1088 = 0.708 atau
70.80 % dari kriterium yang ditetapkan. Jadi dapat dismpulkan motivasi belajar juga
berada pada kategori sedang.
Pada analisis statistic inferensial, diperoleh nilai signifikan untuk variabel
komunikasi interpersonal 0.836 dan variabel motivasi belajar 0.806 sehingga dapat
disimpulkan bahwa data tersebut telah berdistribusi normal.
Selanjutnya pada bagian uji linearitas diperoleh nilai Fhitung 2.220 < Ftabel 3.28
yang berarti data tersebut linear. Sedangkan pada bagaian analisis regresi sederhana
diperoleh nilai Y’ = 12. 174 + 0. 441. Nilai konstanta sebesar 12. 174. Dari
persamaan regresi menunjukkan bahwa nilai b bernilai positif yang berarti bahwa
apabila nilai komunikasi interpersonal bertambah, maka motivasi belajar peserta
didik akan mengalami pertambahan pula. Sebaliknya, apabila nilai komunikasi
interpersonal berkurang maka nilai motivasi belajar peserta didik akan mengalami
pengurangan pula, hal ini dibuktikan dengan nilai signifikan 0, 001 < 0, 05 maka Ho
ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan
antara komunikasi interpersonal dengan motivasi belajar peserta didik.
Setelah dilakukannya beberapa pengujian dari analisis deskriptif dan
inferensial, maka dalakukan pula pengujian hipotesis berdasarkan rumus product
moment. Berdasarkan pengujian hipotesis diperoleh nilai rxy atau rhitung 0.988 > rtabel
0.399 yang berarti terdapat pengaruh komunikasi interpersonal terhadap motivasi
belajar peserta didik.
67
Dari beberapa analisis yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa komunikasi
merupakan salah satu hal terpenting yang harus terjalin antara guru dan peserta didik
baik itu di luar maupun di dalam kelas agar terdorong semangat peserta didik untuk
terus belajar.
68
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh mulai dari analisis deskriptif,
analisis inferensial, dan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
komunikasi interpersonal terhadap motivasi belajar peserta didik kelas X MA DDI
Lil-Banat Parepare.
5.1.1 Komunikasi interpersonal berada pada kategori rentangan sedang yaitu: 0.744
atau 74.40 % dengan jumlah sampel sebanyak 34 peserta didik.
5.1.2 Motivasi belajar peserta didik berada pada kategori rentangan sedang yaitu:
0.708 atau 70.80 % dengan jumlah sampel sebanyak 34 peserta didik.
5.1.3 Terdapat pengaruh komunikasi interpersonal terhadap motivasi belajar
peserta didik yang dibuktikan dengan nilai rxy = 0.988 ≥ r table = 0.339 dan
nilai thit = 2.698 dengan nilai signifikan 0.001 < 0.05.
5.2 Saran
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menyarankan agar komunikasi
antara guru dan peserta didik dapat terjalin dengan lebih baik, agar proses
pembelajaran dapat berjalan sesuai yang dinginkan. Dan disarankan pula kepada
peserta didik untuk lebih meningkatkan lagi motivasi belajarnya, agar mendapatkan
hasil pembelajaran yang lebih baik.
69
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Syarwani dan Edi Harapan. 2014. Komunikasi Antarpribadi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Cet. IX; Jakarta: Rineka citra.
Barron dan Greenberg. 2012. Pengertian defenisi motivasi. http://kajian pustaka.com/2012/10/ pengertian-defenisi-motivasi.html. (tanggal 22-11-2017).
Brow, H. Douglas. 1994. Priciples of Language Learning and Teaching. Printed In The United States of America
Cangara, Hafied. 2009. Pengantar Ilmu Komunikasi. Cet.X; Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada.
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet. II; Jakarta: Balai Pustaka.
Devies, Ivor K. 1991. Pengelolaan Belajar. Jakarta: CV. Rajawali.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Cet.II; Jakarta: PT Rineka Cipta.
Drajat, Zakiah. 1995. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi
Aksara.
Gunawan, Heri. 2014. Pendidikan Islam, Kajian Teoretis dan Pemikiran Tokoh. Cet.I; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Cet.I; Jakarta: Sinar Grafika Offset.
Iriantara, Yosal. 2014. Komunikaasi Pembelajaran. Cet. I; Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ilyas, Amaliyah. 2004. “Korelasi Prestasi Belajar Siswa dengan Kemampuan Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa MTS DDI Pacongang Pinrang” Skripsi sarjana; Jurusan Tarbiyah: Parepare.
Kementerian Agama RI. 2012. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Cet. PT. Sinergi Pustaka Indonesia.
Komariah, Aan dan Engkoswara. 2011. Administrasi Pendidikan. Bandung,
Alfabeta.
70
Macmillan Publishing. 1983. Communication. Printed In The United States of
America.
Margono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Mudjiono dan Dimyati. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Cet.IV; Jakarta: PT Asdi Mahsatya.
Mulyas. 2008. Menjadi GuruProfesional. Cet.VII; Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Naim, Ngainun. 2011. Dasar-dasar Komunikasi Pendidikan. Cet.I; Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Nurdin, Syafruddin. 2005. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. Jakarta: Quantum Teaching.
Purwanto, M. Ngalim. 2013. Psikologi Pendidikan. Bandung. PT Remaja
Rosdakarya.
Richard, Jack. C dan Michael H. Long. 1987. Methodolgy In Tessol A book Of
Reading. English. First Printing.
Riswandi. 2009. Ilmu Komunikasi. Cet.I; Jogjakarta: Graha Ilmu.
Rohani Ahmad dan Abu Ahmadi. 1991. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Saepudin. 2013. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Makalah dan skripsi. Edisi Revisi; STAIN Parepare.
Sanjaya, Wina. 2014. Media Komunikasi Pembelajaran. Cet.II; Jakarta: PT Fajar Interpratam Mandiri.
Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Cet.19; Jakarta: PT Raja Gravindo Persada.
Siregar, Syofian. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Cet.I; Jakarta: Kencana Prenamedia Group.
Slameto. 2003. Belajardan faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Cet.IV; Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Soemanto, Wasty. 1998. Psikologi Pendidikan. Cet.IV; Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sugiono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Cet.VII; Bandung: CV Alfabeta.
Suharto, Toto. 2011. Filsafat Pendidikan Islam. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
71
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Cet.IV; Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Supriadie, Didi dan Deni Darmawan. 2012. Komunikasi Pembelajaran. Cet.I; Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Umar, Bukhari. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Cet.I; Jakarta: Amzah.
Uno, Hamza B. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Cet.II; Jakarta: PT Bumi Aksara.
Usman, St.Rahmah. 2012. “Pengaruh Keakraban Siswa dengan Guru Agama Islam terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI 1 Parepare” Skripsi sarjana; Jurusan Tarbiyah: Parepare.
Wahyuni, Esa Nur dan Baharuddin. 2012. Teori Belajar dan Pembelajaran. Cet.VII; Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Wijaya, Cece dan Tabrani Rusyan. 1991. Cet.I; Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
72
LAMPIRAN-LAMPIRAN
73
LAMPIRAN I
ANGKET ATAU KUESIONER
NAMA MAHASISWA : WARDA
NIM/PRODI : 13.1100.147/PAI
JURUSAN : TARBIYAH DAN ADAB
JUDUL : PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL
TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MA DDI LIL-
BANAT KOTA PAREPARE
Instrumen penelitian
I. Petunjuk
1.1 Bacalah pernyataan berikut dengan teliti.
1.2 Berilah tanda silang (X) pada salah satu huruf a, b, c, dan d sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya.
1.3 Setiap pernyataan menggunakan lima alternative jawaban, yaitu
1.3.1 Selalu (SL)
1.3.2 Sering (SR)
1.3.3 Jarang (JR)
1.3.4 Tidak Pernah (TP)
Skoring yang digunakan 4,3,2,1 untuk pernyataan positif dan 1,2,3,4 untuk
pernyataan negatif
1.4 Jawaban angket akan dirahasiakan.
74
II. Identitas
1.1 Nama :
1.2 Kelas :
III. Daftar Pernyataan
A. Komunikasi Interpersonal antara Guru dan Peserta Didik
1. Hubungan guru dan peserta didik sangat baik.
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
2. Guru selalu mendampingi dalam setiap pembelajaran di kelas.
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
3. Guru membimbing peserta didik saat peserta didik merasa kesulitan.
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
4. Guru memberikan solusi yang baik ketika peserta didik mengalami kesulitan
saat menyelesaikan tugas.
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
5. Guru turut memberikan pemecahan masalah jika terjadi dialog antara guru dan
peserta didik.
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
6. Guru memberikan penjelasan dengan baik jika ada peserta didik yang kurang
paham.
a. Selalu c. Jarang
75
b. Sering d. Tidak pernah
7. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada peserta didik.
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
8. Guru berupaya menciptakan suasana menyenangkan dalam proses pembelajaran.
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
9. Guru selalu memberikan senyum kepada peserta didik.
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
10. Guru merasa senang dan memberikan hadiah jika peserta didik meraih prestasi
belajar yang baik.
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
B. Tingkat Motivasi Belajar Peserta Didik
1. Peserta didik merasa senang saat mengikuti pelajaran.
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
2. Peserta didik memperhatikan dan menerima dengan baik semua informasi dari
guru selama proses pembelajaran berlangsung.
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
3. Peserta didik mengikuti setiap aktivitas di ruang kelas dengan baik seperti
membaca, menulis, berdiskusi, dan membuat ringkasan pelajaran.
a. Selalu c. Jarang
76
b. Sering d. Tidak pernah
4. Peserta didik mengulangi pelajaran yang akan diajarkan sebelum memasuki
ruang kelas.
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
5. Peserta didik mengungkapkan pendapat dengan baik dalam proses pembelajaran.
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
6. Peserta didik memberikan pertanyaan apabila ada yang tidak dimengerti.
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
7. Peserta didik mengerjakan tugas yang telah diberikan oleh guru dengan tepat
waktu.
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
8. Peserta didik memiliki keinginan untuk meraih hasil belajar dengan terbaik.
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
9. Peserta didik mengikuti proses pembelajaran dalam keadaan terpaksa.
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
10. Peserta didik terkadang merasa bosan ketika proses pembelajaran sedang
berlangsung.
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
77
LAMPIRAN II
LEMBAR OBSERVASI
KOMUNIKASI INTERPERSONAL TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK MA DDI LIL-BANAT KOTA
PAREPARE
Petunjuk Pengisian
1. Ambillah posisi yang mudah bagi Anda untuk mengamati pendidik tanpa
menganggu proses pembelajaran yang sedang berlangsung
2. Berilah tanda check list pada kolom yang disediakan sesuai pengamatan yang anda
lakukan
Komunikasi Interpersonal Terhadap Motivasi Belajar Peserta
Didik
YA
TIDAK
Komunikasi Interpersonal Antara Guru dan Peserta Didik
1. Hubungan guru dan peserta didik sangat baik.
2. Guru selalu mendampingi dalam setiap pembelajaran di kelas.
3. Guru membimbing peserta didik saat peserta didik merasa
kesulitan.
4. Guru memberikan solusi yang baik ketika peserta didik mengalami
kesulitan saat menyelesaikan tugas.
5. Guru turut memberikan pemecahan masalah jika terjadi dialog
antara guru dan peserta didik.
6. Guru memberikan penjelasan dengan baik jika ada peserta didik
yang kurang paham.
78
7. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada peserta didik.
8. Guru berupaya menciptakan suasana menyenangkan dalam proses
pembelajaran.
9. Guru selalu memberikan senyum kepada peserta didik.
10. Guru merasa senang dan memberikan hadiah jika peserta didik
meraih prestasi belajar yang baik.
Tingkat Motivasi Belajar Peserta Didik
11. Peserta didik merasa senang saat mengikuti pelajaran.
12. Peserta didik memperhatikan dan menerima dengan baik semua
informasi dari guru selama proses pembelajaran berlangsung.
13. Peserta didik mengikuti setiap aktivitas di ruang kelas dengan
baik seperti membaca, menulis, berdiskusi, dan membuat
ringkasan pelajaran.
14. Peserta didik mengulangi pelajaran yang akan diajarkan sebelum
memasuki ruang kelas.
15. Peserta didik mengungkapkan pendapat dengan baik dalam proses
pembelajaran.
16. Peserta didik memberikan pertanyaan apabila ada yang tidak
dimengerti.
17. Peserta didik mengerjakan tugas yang telah diberikan oleh guru
dengan tepat waktu.
79
18. Peserta didik memiliki keinginan untuk meraih hasil belajar
dengan terbaik.
19. Peserta didik mengikuti proses pembelajaran dalam keadaan
terpaksa.
20. Peserta didik terkadang merasa bosan ketika proses pembelajaran
sedang berlangsung.
80
LAMPIRAN IV
Tabulasi Angket Variabel X (Komunikasi Interpersonal Antara Guru
dan Peserta Didik)
No ITEM PERNYATAAN
JUMLAH
1 2 3 4 5 6 7 8
1 2 3 2 2 3 3 2 2 19
2 3 3 3 3 3 3 3 4 25
3 2 2 3 3 3 4 2 2 21
4 3 4 3 2 4 4 2 3 25
5 2 4 4 2 4 2 2 2 22
6 4 3 3 3 2 4 2 3 24
7 2 4 2 4 2 4 2 2 22
8 3 3 4 3 3 4 2 3 25
9 4 4 4 3 3 4 2 4 28
10 3 3 3 3 2 3 3 3 23
11 4 4 3 4 3 4 3 4 29
12 3 4 4 4 4 4 2 3 28
13 3 3 3 3 3 3 2 2 22
14 3 3 4 4 3 4 2 3 26
15 3 3 3 4 3 4 2 4 26
16 2 3 2 3 3 3 2 2 20
17 4 3 2 3 3 4 1 2 22
18 2 4 4 3 3 4 4 3 27
19 2 3 3 3 3 4 4 4 26
20 3 3 3 3 3 4 2 2 23
21 4 4 4 4 4 3 2 2 27
22 2 2 4 4 2 4 2 2 22
81
23 2 4 4 3 3 4 4 3 27
24 3 4 3 3 3 4 2 3 25
25 2 2 2 2 2 4 2 2 18
26 3 3 3 3 3 4 2 4 25
27 4 3 3 4 4 4 4 4 30
28 2 2 2 2 2 4 2 2 18
29 2 2 2 2 2 4 2 2 18
30 3 3 3 3 3 3 2 3 23
31 4 4 4 3 3 4 3 4 29
32 2 2 4 2 2 2 2 2 18
33 3 3 3 3 3 4 2 3 24
34 3 3 2 3 3 4 2 3 23
JUMLAH 810
82
LAMPIRAN V
Tabulasi angket variabel Y (Motivasi Belajar)
No ITEM PERNYATAAN
JUMLAH
1 2 3 4 5 6 7 8
1 4 3 3 2 2 2 4 3 23
2 3 3 3 3 3 4 3 3 25
3 2 3 3 3 2 3 4 1 21
4 3 3 4 2 3 4 4 3 26
5 2 2 3 3 3 2 2 1 18
6 2 2 3 2 3 2 2 2 18
7 2 2 2 2 2 2 2 2 16
8 3 3 3 2 2 3 3 1 20
9 4 4 4 3 4 4 4 2 29
10 3 3 4 2 3 4 4 3 26
11 4 4 4 4 4 4 4 3 31
12 3 3 4 2 3 4 4 3 26
13 2 2 2 2 4 4 3 2 21
14 4 3 4 3 3 3 4 2 26
15 2 2 3 2 3 2 3 2 19
16 2 2 3 2 2 2 2 3 18
17 2 2 4 2 4 2 3 2 21
18 2 4 4 2 2 3 2 3 22
19 3 3 3 3 3 3 2 2 22
20 3 4 4 2 3 2 4 3 25
21 2 2 4 2 4 2 2 3 21
22 2 4 3 2 4 4 4 1 24
23 2 4 4 1 2 2 2 3 20
24 3 3 4 2 3 2 2 3 22
83
25 4 3 4 2 4 2 2 2 23
26 4 3 3 2 3 2 2 4 23
27 4 2 4 2 4 4 2 3 25
28 4 3 4 2 4 2 2 2 23
29 4 3 4 2 4 2 2 2 23
30 3 3 3 2 4 3 4 3 25
31 4 4 4 2 4 4 4 3 29
32 2 2 4 2 4 2 2 2 20
33 4 3 4 2 3 2 2 2 22
34 3 2 3 2 2 2 2 2 18
JUMLAH 771
83
LAMPIRAN VI
Correlations
VAR0
0001
VAR0
0002
VAR0
0003
VAR0
0004
VAR0
0005
VAR0
0006
VAR0
0007
VAR0
0008
VAR0
0009
VAR0
0010
Skor_total
VAR0
0001
Pearson
Correlation
1 ,070 ,392* ,187 ,426* ,352* ,208 -,058 ,499** ,088 ,629**
Sig. (2-
tailed)
,695 ,022 ,289 ,012 ,041 ,238 ,743 ,003 ,622 ,000
N 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34
VAR0
0002
Pearson
Correlation
,070 1 -,239 -,165 -,061 -,177 ,374* ,019 ,164 -,160 ,162
Sig. (2-
tailed)
,695 ,174 ,352 ,730 ,315 ,029 ,915 ,353 ,367 ,359
N 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34
VAR0
0003
Pearson
Correlation
,392* -,239 1 ,376* ,311 ,587** ,045 ,260 ,373* ,102 ,626**
Sig. (2-
tailed)
,022 ,174 ,029 ,073 ,000 ,799 ,137 ,030 ,564 ,000
N 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34
VAR0
0004
Pearson
Correlation
,187 -,165 ,376* 1 ,293 ,341* -,139 ,278 ,279 ,057 ,504**
Sig. (2-
tailed)
,289 ,352 ,029 ,092 ,049 ,434 ,111 ,110 ,748 ,002
N 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34
VAR0
0005
Pearson
Correlation
,426* -,061 ,311 ,293 1 ,224 ,330 ,166 ,349* ,248 ,648**
Sig. (2-
tailed)
,012 ,730 ,073 ,092 ,204 ,056 ,349 ,043 ,157 ,000
N 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34
VAR0
0006
Pearson
Correlation
,352* -,177 ,587** ,341* ,224 1 -,080 ,132 ,274 ,275 ,577**
Sig. (2-
tailed)
,041 ,315 ,000 ,049 ,204 ,651 ,456 ,117 ,116 ,000
N 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34
VAR0
0007
Pearson
Correlation
,208 ,374* ,045 -,139 ,330 -,080 1 ,110 ,327 -,165 ,360*
84
Sig. (2-
tailed)
,238 ,029 ,799 ,434 ,056 ,651 ,534 ,059 ,352 ,037
N 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34
VAR0
0008
Pearson
Correlation
-,058 ,019 ,260 ,278 ,166 ,132 ,110 1 ,520** -,203 ,428*
Sig. (2-
tailed)
,743 ,915 ,137 ,111 ,349 ,456 ,534 ,002 ,250 ,012
N 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34
VAR0
0009
Pearson
Correlation
,499** ,164 ,373* ,279 ,349* ,274 ,327 ,520** 1 ,007 ,755**
Sig. (2-
tailed)
,003 ,353 ,030 ,110 ,043 ,117 ,059 ,002 ,970 ,000
N 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34
VAR0
0010
Pearson
Correlation
,088 -,160 ,102 ,057 ,248 ,275 -,165 -,203 ,007 1 ,314
Sig. (2-
tailed)
,622 ,367 ,564 ,748 ,157 ,116 ,352 ,250 ,970 ,070
N 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34
Skor_t
otal
Pearson
Correlation
,629** ,162 ,626** ,504** ,648** ,577** ,360* ,428* ,755** ,314 1
Sig. (2-
tailed)
,000 ,359 ,000 ,002 ,000 ,000 ,037 ,012 ,000 ,070
N 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
85
LAMPIRAN VII
Correlations
VAR0
0001
VAR0
0002
VAR0
0003
VAR0
0004
VAR0
0005
VAR0
0006
VAR0
0007
VAR0
0008
VAR0
0009
VAR0
0010
Skor_total
VAR0
0001
Pearson
Correlation
1 ,379* ,405* ,226 ,286 ,181 ,181 ,063 ,093 ,278 ,642**
Sig. (2-
tailed)
,027 ,017 ,199 ,101 ,305 ,305 ,723 ,602 ,112 ,000
N 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34
VAR0
0002
Pearson
Correlation
,379* 1 ,405* ,141 ,031 ,377* ,468** ,074 ,038 ,199 ,650**
Sig. (2-
tailed)
,027 ,017 ,427 ,861 ,028 ,005 ,679 ,829 ,260 ,000
N 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34
VAR0
0003
Pearson
Correlation
,405* ,405* 1 -,046 ,346* ,055 ,080 ,044 -,070 ,300 ,497**
Sig. (2-
tailed)
,017 ,017 ,797 ,045 ,756 ,654 ,806 ,693 ,085 ,003
N 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34
VAR0
0004
Pearson
Correlation
,226 ,141 -,046 1 ,142 ,357* ,306 ,150 ,009 -,204 ,397*
Sig. (2-
tailed)
,199 ,427 ,797 ,424 ,038 ,078 ,398 ,958 ,247 ,020
N 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34
VAR0
0005
Pearson
Correlation
,286 ,031 ,346* ,142 1 ,268 ,114 -,240 ,162 ,005 ,454**
Sig. (2-
tailed)
,101 ,861 ,045 ,424 ,125 ,520 ,172 ,360 ,979 ,007
N 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34
VAR0
0006
Pearson
Correlation
,181 ,377* ,055 ,357* ,268 1 ,619** ,060 ,160 ,095 ,694**
Sig. (2-
tailed)
,305 ,028 ,756 ,038 ,125 ,000 ,734 ,366 ,594 ,000
N 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34
VAR0
0007
Pearson
Correlation
,181 ,468** ,080 ,306 ,114 ,619** 1 ,145 ,049 ,040 ,660**
86
Sig. (2-
tailed)
,305 ,005 ,654 ,078 ,520 ,000 ,413 ,781 ,821 ,000
N 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34
VAR0
0008
Pearson
Correlation
,063 ,074 ,044 ,150 -,240 ,060 ,145 1 -,230 -,036 ,161
Sig. (2-
tailed)
,723 ,679 ,806 ,398 ,172 ,734 ,413 ,191 ,838 ,363
N 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34
VAR0
0009
Pearson
Correlation
,093 ,038 -,070 ,009 ,162 ,160 ,049 -,230 1 ,038 ,268
Sig. (2-
tailed)
,602 ,829 ,693 ,958 ,360 ,366 ,781 ,191 ,832 ,125
N 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34
VAR0
0010
Pearson
Correlation
,278 ,199 ,300 -,204 ,005 ,095 ,040 -,036 ,038 1 ,362*
Sig. (2-
tailed)
,112 ,260 ,085 ,247 ,979 ,594 ,821 ,838 ,832 ,036
N 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34
VAR0
0011
Pearson
Correlation
,642** ,650** ,497** ,397* ,454** ,694** ,660** ,161 ,268 ,362* 1
Sig. (2-
tailed)
,000 ,000 ,003 ,020 ,007 ,000 ,000 ,363 ,125 ,036
N 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
87
DOKUMENTASI
Pembagian lembar angket
Proses pengisian angket
88
86
BIOGRAFI PENULIS
Nama lengkap Wardah, biasa dipanggil Adda,
tempat tanggal lahir Malaysia, 13 Juli 1995. Merupakan
anak pertama dari pasangan bapak H. Muh. Yunus dan
ibu Nurhaedah. Penulis memulai pendidikan di SD Panca
Rijang Sidrap pada tahun 2001-2002, dan menamatkan
pendidikan SD di SD 197 Data Pinrang. Kemudian
melanjutkan pendidikan SMP pada tahun 2007 sampai
tamat SMA pada tahun 2013 di Pesantren DDI Lil-Banat
Parepare. Selanjutnya menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) Parepare pada tahun 2013, pada jurusan Tarbiyah dan Adab, program studi
Pendidikan Agama Islam.
Pada tanggal 03 Januari 2018, penulis telah selesai mengerjakan skripsi
sebagai tugas akhir sekaligus persyaratan utama dalam meraih gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd) pada program S1 di STAIN Parepare dengan judul skripsi
“PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL TERHADAPA MOTIVASI
BELAJAR PESERTA DIDIK MA DDI LIL-BANAT PAREPARE”.
86
87
88