pendidikan islam dan multikulturalisme

23
KATA PENGANTAR Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, hanya dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan karya ilmiah dengan judul “Pendidikan Islam dan Multikulturalisme” Tahun Pelajaran 2013/2014, penulisan karya ilmiah ini kami susun dalam rangka memenuhi tugas yang telah diberikan kepada saya guna memenuhi syarat kenaikan pangkat dan semoga nantinya, karya ini dapat dipakai dalam bacaan di perpustakaan sekolah dan dapat dipakai sebagai perbandingan dalam pembuatan karya ilmiah bagi teman sejawat juga anak didik pada latihan diskusi ilmiah dalam rangka pembinaan karya ilmiah remaja. Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu terima kasih ucapkan dengan tulus dan sedalam-dalamnya kepada: 1. Yth. Kepala Madrasah MTs Al-Khoiriyah Menanti 2. Yth. Kepala Perpustakaan MTs Al-Khoiriyah Menanti 3. Yth. Rekan-rekan Guru di MTs Al-Khoiriyah Menanti 1

Upload: finn1995

Post on 29-Oct-2015

43 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

jkhkjhkjhkjhkjhk

TRANSCRIPT

Page 1: Pendidikan Islam Dan Multikulturalisme

KATA PENGANTAR

 

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, hanya dengan limpahan rahmat

dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan karya ilmiah dengan judul

“Pendidikan Islam dan Multikulturalisme” Tahun Pelajaran 2013/2014, penulisan karya ilmiah ini

kami susun dalam rangka memenuhi tugas yang telah diberikan kepada saya guna memenuhi

syarat kenaikan pangkat dan semoga nantinya, karya ini dapat dipakai dalam bacaan di

perpustakaan sekolah dan dapat dipakai sebagai perbandingan dalam pembuatan karya ilmiah

bagi teman sejawat juga anak didik pada latihan diskusi ilmiah dalam rangka pembinaan karya

ilmiah remaja.

Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk

itu terima kasih ucapkan dengan tulus dan sedalam-dalamnya kepada:

1. Yth. Kepala Madrasah MTs Al-Khoiriyah Menanti

2. Yth. Kepala Perpustakaan MTs Al-Khoiriyah Menanti

3. Yth. Rekan-rekan Guru di MTs Al-Khoiriyah Menanti

Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini jauh dari sempurna untuk itu segala kritik

dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak selalu penulis harapkan.

1

Page 2: Pendidikan Islam Dan Multikulturalisme

Daftar Isi

Halaman Pengesahan........................................................................................................... i

Halaman Publikasi............................................................................................................... ii

Kata Pengantar.................................................................................................................... 1

Daftar Isi............................................................................................................................... 2

BAB I Pendahuluan............................................................................................................. 3

A. Latar Belakang........................................................................................................... 3

B. Tujuan......................................................................................................................... 5

BAB II Pembahasan............................................................................................................ 6

A. Mulitikulturalisme..................................................................................................... 6

B. Pendidikan Islam....................................................................................................... 7

C. Pendidikan Islam Dengan Pendekatan Filsafat...................................................... 10

D. Pendidikan Multikulturalisme.................................................................................. 11

BAB III Penutup.................................................................................................................. 13

A. Kesimpulan................................................................................................................. 13

Daftar Pustaka..................................................................................................................... 14

2

Page 3: Pendidikan Islam Dan Multikulturalisme

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

            Mempelajari filsafat pendidikan Islam berarti memasuki wilayah yang membahas suatu

bentuk pemikiran yang mendasar, sistematis, logis, dan universal tentang pendidikan yang tidak

hanya dilatarbelakangi oleh ilmu pengetahuan agama Islam, melainkan kita dituntut untuk mampu

mempelajari ilmu-ilmu yang relevan dengan ilmu tersebut. Melakukan pemikiran filosof pada

hakikatnya adalah usaha untuk menggerakkan semua potensi psikologis manusia, seperti ; pikiran,

kecerdasan, kemauan, perasaan, ingatan serta pengamatan panca indera tentang gejala kehidupan,

terutama manusia dan alam sekitarnya (lingkungan pendidikan).

Filsafat pendidikan pada umumnya dan filsafat pendidikan Islam pada khususnya, adalah

bagian dari ilmu filsafat. Maka dalam mempelajari filsafat, perlu memahami terlebih dahulu

tentang pengertian filsafat terutama dalam hubungannya dengan masalah pendidikan (pendidikan

Islam). Secara harfiah, filsafat berarti “cinta kepada ilmu” yang berasal dari kataphilo (cinta)

dan sophos (ilmu/hikmah). Secara historis, filsafat menjadi induk segala ilmu pengetahuan yang

berkembang sejak zaman Yunani kuno sampai zaman modern sekarang. Huzayyin Arifin (2010 :

3)

Bila dilihat dari fungsinya, filasafat pendidikan Islam merupakan pemikiran mendasar

yang melandasi dan mengarahkan proses pelaksanaan pendidikan Islam itu sendiri. Oleh karena

itu, filsafat juga memberikan gambaran tentang sampai dimana proses tersebut dapat

direncanakan dan dalam ruang lingkup serta dimensi bagaimana proses tersebut bisa

dilaksanakan.

Dalam era keberagaman (multicultural) seperti sekarang ini, sangat diperlukan sekali

adanya kebijakan re-orientasi (konsepsi masyarakat madani) dalam pembelajaran agama

(pendidikan Islam). Karena dengan konsepsi semacam itu, terutama melalui proses pembelajaran

yang berlangsung dalam institusi formal, apa yang dipandang mutlak dalam agama akan

dibakukan atau diobjektivitasikan yang akan mampu mempertahankan keaslian doktrin yang

berkaitan dengan kemutlakan, dan mampu untuk memperkaya khazanah epistemologi keagamaan,

yakni lahirnya ilmu-ilmu keagamaan yang secara sosiologisnya mempermudah dan memperkokoh

ikatan primordial komunitas beragama.

3

Page 4: Pendidikan Islam Dan Multikulturalisme

Sesuai dengan fungsinya tersebut, filsafat pendidikan Islam juga bertugas melakukan

kritik-kritik tentang medote-metode yang digunakan dalam proses pendidikan Islam serta

memberikan pengarahan mendasar tentang bagaimana metode tersebut harus didayagunakan agar

tercipta lingkungan sekolah yang kondusif dan sadar akan keberagaman, serta mampu melahirkan

peserta didik yang betul-betul mempraktikkan nilai-nilai Islam.

Akhir-akhir ini, kekerasan antar kelompok yang terjadi secara sporadis diberbagai

kawasan di Indonesia menunjukkan betapa rentannya rasa kebersamaan yang dibangun, betapa

kentalnya prasangka antar kelompok dan betapa rendahnya sikap saling pengertian

mengakibatkan bertambahnya kompleksitas persoalan keragaman dan hubungan antar kelompok

dan tidak menutup kemungkinan, persoalan-persoalan ini akan berimbas kepada peserta didik

(yang mengambil contoh) bisa memicu terjadinya konflik-konflik kecil seperti percekcokan

sampai pada perkelahian antar pelajar (homogen) yang bisa berimbas kepada masyarakat luas.

Dalam konteks itulah wacana multikulturalisme melalui pendekatan filsafat dijadikan

sebagai sarana untuk membangun toleransi atas keragaman yang ada. Karena telah diketahui

bersama, asas filsafat adalah membimbing dan memberi arah kesemua asas pendidikan lainnya

dan menyelaraskannya. Hal ini terjadi karena filsafat memiliki karakter ; (1) memiliki

sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara

kritis, (2) filsafat merupakan sebuah proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap

yang dijunjung tinggi, (3) filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran

keseluruhan, (4) filsafat ialah analisis logis dari bahasan dan penjelaan tentang arti

konsep, (5)filsafat berisi sekumpulan problema-problema yang langsung mendapat perhatian

manusia dan dicarikan jawabannya oleh ahli filsafat. Abuddin Nata (2009 : 99).

Dalam hubungannya dengan pendidikan, filsafat bukan hanya memberikan sumbangan

berupa prinsip-prinsip berpikir filosofis dalam memecahkan berbagai masalah pendidikan,

melainkan juga terdapat aspek-aspek filsafat lainnya yang dapat digunakan dalam membantu

merumuskan masalah pendidikan, terutama pada aspek yang menjadi pokok bahasan filsafat itu

sendiri, yakni logika, estetika, etika, politik, metafisika, realitas, pengetahuan, nilai, Tuhan,

manusia, alam, dan sebagainya. Hasil pemikiran filsafat tentang berbagai masalah, dengan

karakteristiknya sangat dibutuhkan oleh dunia pendidikan (pendidikan Islam).

4

Page 5: Pendidikan Islam Dan Multikulturalisme

B. Tujuan

Melalui multikulturalisme dengan pendekatan filsafat dijadikan sebagai sarana untuk

membangun toleransi atas keragaman yang ada. Karena telah diketahui bersama, asas filsafat

adalah membimbing dan memberi arah kesemua asas pendidikan lainnya dan menyelaraskannya.

5

Page 6: Pendidikan Islam Dan Multikulturalisme

BAB II

Pembahasan

A. Multikulturalisme

            Istilah multikulturalisme diambil dari kata “multicultural” menjadi “multiculturalisme”,

sebuah istilah yang digunakan oleh masyarakat Kanada pada sektar tahun 1950-an. Kata

“multicultural” juga menurut Kymlicka yang dikutip Fahri Hamzah (2011 : 117), seringkali

digunakan dalam arti yang lebih luas. Namun istilah tersebut tetap menekankan pada konsep

tentang sejumlah kelompok sosial nonetnis, yang karena berbagai alasan, dikucilkan atau

dikesampingkan dalam aliran utama masyarakat. Kymlicka menekankan pengucilan dan

pengesampingan itu sebagai fenomena yang tampak dalam masyarakat modern, dimana

multikulturlisme yang direpresentasikan dengan adanya kelompok budaya minoritas yang

menuntut pengakuan atas identitas mereka serta diterima perbedaan budaya mereka, hadir sebagai

tantangan bagi masyarakat modern.

            Multikulturalisme menurut Donny Gahral Adian yang dikutip Fahri, pada dasarnya dapat

dipahami ke dalam pelbagai pemahaman. Antara lainnya ; pertama, pemahaman politis. Kalangan

politisi memahami multikulturaisme sebagai majemuknya masyarakat secara cultural yang

menimbulkan pelbagai persoalan sosial yang menuntut kebijakan-kebijakan tertentu (pengetatan

imigrasi, pendataan, sampai program asimilasi). Kedua, pemahaman akademis. Pemahaman

akademis multikulturalisme mendasarkan diri pada filsafat postmodernisme dancultural

studies yang menekankan prinsip paralogisme di atas monologisme, kemajuan diatas kesatuan.

Selain itu, isu-isu multikulturalisme yang menjadi perbincangan akademis antara lain : konsep

budaya, relasi budaya dan politik, hak minoritas, kritik liberalisme, toleransi, dan solidaritas.

            Berdasarkan pada pemahaman tersebut  sangat jelas sekali, bahwa masyarakat

multikultural adalah masyarakat yang mampu mengedepankan adanya berbagai keragaman

budaya dalam lingkungan masyarakat luas dan meyakini bahwa keragaman tersebut merupakan

suatu keniscayaan yang telah menjadi sunatullah yang tidak bisa diingkari dan perlu adanya

sebuah konsensus untuk bisa melayani aspirasi dan hak-hak dari masing-masing anggota

masyarakat. Karena justru dalam keragaman itulah tekandung nilai-nilai yang penting bagi

pembangunan eksistensi manusia, sesuai dengan  apa yang telah disuratkan oleh Allah SWT.

Dalam Q.S. Al-Nisa’ : 1 dan Q.S. Al-Rum : 22.

6

Page 7: Pendidikan Islam Dan Multikulturalisme

            Senada dengan hal tersebut, Yasraf Amir Pialang menafikkan adanya masyarakat yang

multicultural pluralis, karena menurutnya masyarakat yang demikian dapat menjerumuskan

kepada sifat balkanisasi kebudayaan. Dan menawarkan paradigma baru yaitu multicultural

transformatif. Karena menurutnya, dengan multikultural transformatif sebuah masyarakat

diarahkan untuk menemukan ruang hidupnya lewat pekembangan berbagai subkultur, sehingga

tidak lagi berlandaskan pada sebuah sentiment kesukuan, kedaerahan, atau keagamaan

(primordialisme) secara kaku. (Fahri Hamzah : 2011 : 120).

            Dalam konteks keragaman , keberagamaan seorang multikulturalis dalam keragaman

menjadi sangat penting. Karena apapun organisasi keberagamaannya maupun afiliasi organisasi

manapun yang menjadi pendiriannya, cenderung tidak melihat dan mengedepankan masalah

keagamaan dan nonkeagamaan secara hitam putih, benar atau salah, murni atau tidak murni,

melainkan memandang dan memaknai suatu masyarakat sebagai bentuk adanya relativisme

budaya. Hal ini, memakai istilah Fahri Hamzah, bahwa seorang multikulturalis tidak beragama

secara mutlak-mutlakan, atau paling tidak seorang multikulturalis tidak mengklaim kebenaran

yang dianutnya sebagai relatively absolute.

            Senada dengan hal itu, Marc Howard Ross yang dikutip Fahri Hamzah menyatakan

masyarakat multikulturalime sering kali juga dimaknai sebagai bentuk masyarakat yang meyakini

adanya relativisme budaya, yang pada titik radikalnya (radical status) akan bermakna sebagai

paham atas absolutisme budaya. Keanekaan budaya yang masing-masing duduk sama rendah

berdiri sama tinggi ini merupakan konsistensi yang disodorkan oleh multikulturalisme. Pada

tingkat praktis, masyarakat multikultural juga menunjuk kemungkinan “penyesuaian budaya” atau

“dialog budaya” dalam pengalaman individual maupun kelompok.

           

B. Pendidikan Islam

            Pendidikan Islam adalah studi tentang proses kependidikan yang bertujuan untuk

membentuk pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik berbentuk

jasmaniyah maupun rohaniyah, menumbuhsuburkan hubungan yang harmonis setiap pribadi

manusia dengan Allah, manusia dan alam semesta.

            Lebih lanjut, dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1

ayat (1) dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkanpotensi

7

Page 8: Pendidikan Islam Dan Multikulturalisme

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

Negara.

            Dalam perspektif Islam, potensi diri manusia tersebut diistilahkan dengan fitrah manusia.

Dengan demikian, pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mampu mengembangkan potensi

dirinya.

            Bertolak dari pandangan Islam tentang manusia tersebut, menurut Muhammad Tolchah

Hasan yang dikutip Muhaimin, upaya pendidikan disamping berusaha untuk mengembangkan

potensi-potensi fithrah manusia, juga berusaha menyelamatkan dan melindungi fitrah manusia,

serta menyelaraskan fitrah mukhalafah dan fitrah munazzalah dalam semua aspek kehidupannya.

            Pada umumnya, Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi

manusia tersebut, juga harus dilakukan secara langsung dan bertahap, karena kematangan dan

optimalnya perkembangan dan pertumbuhan peserta didik berlangsung melalui proses demi

proses kearah tujuan secara bertahap dan terus menerus (kontiunitas). Suatu proses yang

diinginkan dalam usaha kependidikan sebagaimana dimaksud adalah proses yang terarah dan

bertujuan, yakni usaha untuk mengarahkan peserta didik kepada arah yang optimal sesuai dengan

kemampuannya, dengan tujuan yang hendak dicapai yaitu terbentuknya kepribadian peserta didik

yang utuh dan mantap  sebagai manusia yang taat.

            Dari kalangan pemikir Islam sebagai pemerhati pendidkan terutama pendidikan Islam,

memberikan definisi pendidikan Islam secara bervariasi. Antara lain: 

1.      Prof. Dr. Omar Muhammad Al-Tauny al-Syaebani memberikan definisi, bahwa pendidikan

Islam diartikan sebagai usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya

atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses

kependidikan… perubahan itu dilandasi dengan nilai-nilai Islam. (Muzayyin Arifin, 2010 :

15). Jadi, kalau kita bawa ke lingkungan institusi formal seperti sekolah, dari devinisi tersebut

dapat dirumuskan, bagaimana kiat dan usaha para pendidik itu sendiri bisa memoles peserta

didik  agar mampu mengenal siapa dirinya, dan bagaimana dia mampu mengaplikasikan

pengetahuan yang didapatnya untuk menyeimbangkan tingkah lakunya dengan lingkungan

masyarakat dan alam sekitarnya dengan nilai-nilai yang baik (Islam).

8

Page 9: Pendidikan Islam Dan Multikulturalisme

2.      Lebih terperinci, Zarkowi Soejoeti yang dikutip Ngainun Naim & Achmad Sauqi (2010 :

32), memberikan beberapa pengertian pendidikan Islam, antara lain; Pertama,  jenis

pendidikan dan penyelenggaraannya didorong oleh hasrat dan semangat cita-cita untuk

mengejawantahkan nilai-nilai Islam, baik yang tercermin dalam nama lembaganya maupun

dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakannya. Kedua, jenis pendidikan yang memberikan

perhatian dan sekaligus menjadikan ajaran Islam sebagai pengetahuan untuk program studi

yang diselenggarakannya. Ketiga, jenis pendidikan yang mencakup kedua pengertian di

atas.  Dalam hal ini, Islam ditempatkan sebagai sumber nilai dan sebagai bidang studi yang

ditawarkan melalui program studi yang diselenggarakan. Dari ketiga pengertian pada poin dua

di atas, dapat dipahami bahwa persoalan pendidikan Islam bukan saja mengenai ciri khas

suatu lembaga maupun memasukan pelajaran agama sebagai bidang studi “baku” dalam

kurikulum, melainkan bagaimana pendidikan Islam yang menyangkut hal fundamental dan

urgensi bagi peserta didik bisa mengarah ketujuan yang diinginkan dan diyakini sebagai

paling ideal. Atau dalam pembahasan filsafatnya dapat diistilahkan sebagai peserta didik yang

“insan kamil”.

            Jadi,  pendidikan  memiliki  kaitan  erat  dengan setiap perubahan peseta didik, baik

menyangkut kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Untuk itu, dalam kerangka fungsional seperti

itu, pendidikan Islam harus diletakkan dalam posisi yang tepat, yakni diposisikan dalam kerangka

pengembangan akal sehat secara kritis dan kreatif. Karena hal ini merupakan bentuk pemahaman

dan pengamalan ajaran Islam itu sendiri. Disinilah nantinya diharapkan muncul seperangkat nilai

dan norma yang terlembagakan dalam hukum obyektif maupun tradisi yang menjadi control

social kearah perkembangan masyarakat yang utuh.

            Lebih lanjut, pendidikan Islam di sekolah pada dasarnya berusaha untuk bagaimana

membina sikap dan perilaku keberagamaan peserta didik itu sendiri, yang tidak hanya difokuskan

pada aspek pemahaman (tentang agama) semata, tetapi bagaimana usaha pendidikan agama

(Islam) mampu menanamkan perilaku khalq dan khuluqnya, dengan mengetahui ajaran agama

(knowing), kemudian mempraktekkan tentang apa yang diketahuinya (doing), dan mampu

beragama atau menjalani hidup atas dasar ajaran dan nilai-nilai agama (being). Muhaimin (2009 :

306)

C. Pendidikan Islam dengan pendekatan filsafat

9

Page 10: Pendidikan Islam Dan Multikulturalisme

Pendidikan merupakan salah satu bentuk ilmu terapan (appliet), tempat bertemunya hasil-

hasil berbagai asas filsafat membimbing dan memberi arah kepada semua asas pendidikan lainnya

dan menyelaraskannya. Hal ini karena filsafat merupakan bidang garapan ilmu yang memiliki

berbagai karakter, seperti menurut  Jalaluddin dan Said dalam Abudin Nata (2009), antara

lain ; (1) filsafat memiliki sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang

biasanya diterima secara kritis, (2) filsafat merupakan sebuah proses kritik atau pemikiran

terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi, (3) filsafat adalah usaha untuk

mendapatkan gambaran keseluruhan, (4) filsafat ialah analisis logis dari bahasan dan penjelaan

tentang arti konsep, (5) filsafat berisi sekumpulan problema-problema yang langsung mendapat

perhatian manusia dan dicarikan jawabannya oleh ahli filsafat.

Lebih lanjut, Imam Barnadib dalam Abuddin Nata (2009) menyatakan bahwa filsafat juga

memiliki karakter-karakter sebagai ciri khasnya. Antara lain ;

(1) bahwa filsafat memiliki pandangan yang menyeluruh dan sistematis. (2) filsafat juga

mengedepankan berpikir secara sadar, teliti, dan teratur sesuai dengan hukum-hukum yang ada.

Dari karakter-karakter filsafat sebagaimana tersebut di atas, maka pendekatan dengan

filsafat sangat tepat kiranya untuk menjawab semua isu-isu keragaman akhir-akhir ini. Sebab,

dengan hal seperti itu manusia (peserta didik) bukan hanya meyakini wahyu yang diturunkan

dengan mendalaminya secara tekstual saja tanpa membarenginya dengan kajian yang kritis dan

pantas berdasarkan fakta-fakta yang ada di lingkungan sekelilingnya.

Dalam hubungannya dengan pendidikan, filsafat bukan hanya sekedar memberikan

sumbangan berupa prinsip berpikir filosofis dalam memecahkan berbagai masalah, melainkan

juga terdapat aspek-aspek filsafat lainnya yang dapat digunakan dalam membantu merumuskan

masalah pendidikan, terutama pada aspek yang menjadi pokok bahasan filsafat itu sendiri, yaitu;

logika, estetika, etika, politik, metafisika, realitas, pengetahuan, nilai, Tuhan, manusia,

masyarakat, alam, dan sebagainya.

Jadi sangatlah jelas, bahwa dengan memahami serta menerapkan  aspek-aspek tersebut,

peserta didik akan mampu mengenal lebih jauh lagi tentang eksistensi dan tujuannya diciptakan,

dan secara sekaligus akan cakap dalam kognitif, afektif serta psikomotor.

 Jalaluddin & Abdullah memberikan penjelasan bahwa hasil pemikiran filsafat tentang

berbagai masalah dengan karakteristiknya sangat dibutuhkan oleh pendidikan, mengingat apa

yang menjadi obyek filsafat juga menjadi obyek pendidikan.

10

Page 11: Pendidikan Islam Dan Multikulturalisme

Dengan demikian, hubungan antara filsafat dan pendidikan sangat erat. Kuatnya hubungan

tersebut disebabkan karena kedua disiplin ilmu tersebut meghadapi problema-problema filsafat

secara bersama-sama. Imam Barnadib sebagaimana dikutip, lebih lanjut mengatakan, bahwa hasil

pemikiran filsafat tentang berbagai hal tersebut dapat digunakan dengan baik. Hal yang penting

lainnya adalah bahwa dalam menyelenggarakan pendidikan perlu diketahui tentang pandangan

dunia (world vieuw) terhadap pendidikan yang diperlukan masyarakat pada masanya.

Pengetahuan tentang pandangan dunia ini termasuk kajian metafisika dalam filsafat. Demikian

pula dengan keberadaan kajian tentang epistemologi, aksiologi, dan logika yang terdapat dalam

filsafat amat diperlukan bagi pengembangan ilmu pendidikan (Abuddin Nata, 2009 : 101).

D. Pendidikan Multikultural

            Pendidikan Islam memang merupakan suatu upaya pendidikan dan ajaran nilai-nilai Islam

menjadi way of life seseorang. Namun demikian. Sebagai pandangan dan sikap hidup, nilai-nilai

tersebut akan bisa berimplikasi positif maupun negatif, sebab penanaman konsep nilai semacam

itu berpotensi mewujudkan pada sikap integrasi atau disintrgrasi, berpotensi mengarah pada sikap

toleran atau intoleran. Fenomena-fenomena tersebut tidak menutup kemungkinan akan banyak

ditentukan setidaknya oleh  pandangan teologi agama dan doktrin ajarannya; sikap dan perilaku

pemeluknya dalam memahami dan menghayatai agama tersebut; lingkungan sosio-kultural yang

mengelilinginya; dan peranan dan pengaruh pemuka agama, termasuk guru agama, dalam

mengarahkan pengikutnya (Muhaimin, 2009 : 46)

Fenomena-fenomena tersebut akan muncul apabila pandangan teologi agama dan ajaran

yang dipegangi bersifat ekstrim, dibarengi dengan model pemahaman dan penghayatan agama

yang simbolik, tekstual dan scriptural,karena penjelasan-penjelasan dan arahan dari para guru

agama yang bersifat doktriner, rigid  dan mengembangkan sikap fanatisme buta serta dukungan

oleh lingkungan sosio-kultural yang eksklusif, maka bisa jadi akan melahirkan sikap-sikap

intoleran dan agama diposisikan sebagai faktor diintegratif atau intoleransi.

Dalam rangka merespons tantangan dunia pendidikan tersebut, maka pengembangan

pendidikan sangatlah tepat apabila bisa diterapkan dalam dunia pendidikan (lembaga sekolah).

Karena pendidikan multicultural sebagaimana disebutkan Ainurrafik Dawam, yakni proses

pengembangan seluruh potensi manusia yang menghadapi pluralitas dan heterogenitanya sebagai

11

Page 12: Pendidikan Islam Dan Multikulturalisme

konsekuensi keragaman budaya, etnis, suku, dan aliran (agama) (Ngainun Naim & Achmad

Sauqi, : 2010 : 50).

Dengan demikian,  pendidikan seperti itu, peserta didik diharapkan memiliki rasa hormat

dan penghargaan setinggi-tingginya terhadap harkat dan martabat manusia tanpa memandang latar

belakang kehidupannya.

Secara terperinci, ada beberapa aspek yang dapat dikembangkan dari konsep pendidikan

Islam pluralis-multikultural tersebut, antara lain : pertama, pendidikan Islam pluralis-

multikultural adalah pendidikan yang menghargai dan merangkul segala bentuk

keragaman. Kedua, pendidikan pluralis-multikultural merupakan sebuah usaha sistematis untuk

membangun pengertian, pemahaman, dan kesadaran anak didik terhadap realita pluralis-

multikultural yang ada. Ketiga, pendidikan pluralis-multikultural memberikan kesempatan untuk

tumbuh dan berkembangnya sense of self  kepada setiap anak didik (Ngainun Naim & Achmad

Sauqi, : 2010 : 54).

 Dengan demikian, pendidikan Islam pluralis-multikultural akan mampu menumbuhkan

kearifan berpikir anak didik dalam melihat segala bentuk perbedaan, dan anak didik dengan

leluasa memposisikan dirinya untuk mengapresiasikan potensi dan karakter yang dimilikinya.

Lebih lanjut, selain ketiga aspek tersebut menurut A. Malik Fadjar pendidikan Islam perlu

untuk dikembangkan lagi ke arah : (1) pendidikan Islam Multikulturalis, yakni pendidikan Islam

dikemas dalam watak multicultural, ramah menyapa pebedaan budaya, social dan agama; (2)

mempertegas misi penyempurnaan akhlak (liutammima makarimalakhlak); dan (3) spiritual watak

kebangsaan, termasuk spiritualisasi berbagai aturan hidup untuk membangun bangsa yang

beradab (Muhaimin, 2009 : 47).

 Untuk mewujudkan upaya-upaya tersebut, diharapkan kepada guru selaku pendidik untuk

mau berusaha meningkatkan, memperkuat serta memperluas wawasan keislaman peserta didik,

karena dengan keluasan wawasan keislaman tentang  keberagaman, akan berimplikasi pada

sikap husnudzan serta akan memiliki akhlakul karimah, baik terhadap sesama agama maupun

kepada orang lain.

BAB III

Penutup

A. Kesimpulan

12

Page 13: Pendidikan Islam Dan Multikulturalisme

1.      masyarakat multikulturalisme merupakan masyarakat yang mampu mengedepankan adanya

berbagai keragaman budaya dalam lingkungan masyarakat luas dan meyakini bahwa

keragaman tersebut merupakan suatu keniscayaan yang telah menjadi sunatullah yang tidak

bisa diingkari.

2.      Paradigma multikultural transformatif merupakan pandangan atau usaha yang bisa

mengarahkan masyarakat untuk menemukan ruang hidupnya lewat pekembangan berbagai

subkultur, sehingga tidak lagi berlandaskan pada sebuah sentiment kesukuan, kedaerahan,

atau keagamaan (primordialisme) secara kaku.

3.      Pada umumnya, Pendidikan merupakan bentuk usaha yang dilakukan untuk membina dan

mengembangkan pribadi manusia (peserta didik) secara langsung dan bertahap, karena

kematangan dan optimalnya perkembangan dan pertumbuhan peserta didik berlangsung

melalui proses pendidikan.

4.      antara filsafat dan pendidikan memiliki hubungan yang sangat erat, karena apapun persoalan

yang dihadapi ilmu pendidikan yang menyangkut kajian  epistemologi, aksiologi, dan logika

terdapat dalam filsafat.

5.      Pendidikan Islam pluralis-multikultural adalah pendidikan yang menghargai dan merangkul

segala bentuk keragaman, dan sebuah bentuk  usaha sistematis untuk membangun pengertian,

pemahaman, dan kesadaran anak didik terhadap realita pluralis-multikultural yang ada. 

6.      Pendidikan Islam pluralis-multikultural merupakan bentuk pendidikan yang bisa

menumbuhkan kearifan berpikir anak didik dalam melihat segala bentuk perbedaan, dan anak

didik dengan leluasa memposisikan dirinya untuk mengapresiasikan potensi dan karakter yang

dimilikinya.

7.      Pendidikan Islam Multikulturalis, merupakan bentuk pendidikan yang  mempertegas adanya

misi penyempurnaan akhlak dalam Islam (liutammima makarimalakhlak) yang telah

dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

Wallahu ‘alam bi shawwab.

13

Page 14: Pendidikan Islam Dan Multikulturalisme

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam (Edisi Revisi), Jakarta : Bumi Aksara, Cetakan

Kelima, 2010.

Hamzah, Fahri, Negara, Pasar dan Rakyat: Pencarian Makna, Relevansi dan Tujuan, __ :

Yayasan Faham Indonesia, Cetakan Kedua, 2011.

Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam: Dari Paradigma Pengembangan, Manajemen

Kelembagaan, Kurikulum hingga Strategi Pembelajaran, Jakarta : Rajawali Pers, 2009.

Naim, Ngainun & Achmad Sauqi, Pendidikan Multikultural : Konsep dan Aplikasi, Jogjakarta :

Ar-Ruzz Media, Cetakan II, 2010.

Nata, Abuddin, Ilmu Pendidikan Islam Dengan : Pendekatan Multidisipliner Normatif Perenialis,

Sejarah, Filsafat, Psikologi, Sosiologi, Manajemen, Teknologi, Informasi, Kebudayaan,

Politik, Hukum, Jakarta : Rajawali Pers, 2009.

14