pendekatan perencanaan desa

34
PENDEKATAN PERENCANAAN PARTISIPATIF SEKTOR AIR BERSIH DAN SANITASI DESA BENDOSARI Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perencanaan Desa Terpadu DISUSUN OLEH: DISUSUN OLEH: GITANANDYA KARTIKASARI 0910660008 KELAS B JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Upload: gitanandya-kartikasari

Post on 30-Jun-2015

751 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pendekatan perencanaan desa

PENDEKATAN PERENCANAAN PARTISIPATIFSEKTOR AIR BERSIH DAN SANITASI DESA BENDOSARI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perencanaan Desa Terpadu

DISUSUN OLEH:

DISUSUN OLEH:

GITANANDYA KARTIKASARI 0910660008KELAS B

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTAFAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2011

Page 2: Pendekatan perencanaan desa

Pendekatan Perencanaan Partisipatif Air Bersih & Sanitasi Desa Bendosari 2011

PENDAHULUAN

Pembangunan bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, dan

sejahtera. Dalam penyelenggaraaannya pembangunan tahapan yang paling awal dan merupakan

tahapan paling vital adalah tahap perencanaan. Perencanaan merupakan suatu hal yang sangat

menentukan keberhasilan pembangunan yang dilaksanankan dalam suatu Negara. Oleh sebab itu

dalam perencanaan pembangunan pemerintah perlu melibatkan segenap kemauan dan

kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat dalam melaksanakan pembangunan (partisipatif).

Pembangunan hanya akan menghasilkan produk perencanaan yang kurang berarti bagi

masyarakanya jika tidak sesuai dengan kebutuhan mereka.

Di Indonesia selama masa pemerintahan orde baru, pembangunan yang dilaksanakan di

seluruh wilayah Indonesia mulai dari pusat sampai ke tingkat provinsi, kabupaten/kota, dan desa

dijalankan dengan sistem perencanaan yang sentralistik (terpusat). Campur tangan pemerintah

pusat terhadap pembangunan dan kehidupan masyarakat di daerah sangat dominan. Sistem

perencanaan yang digunakan adalah sistem perencanaan top-down dimana semua program

pembangunan ditentukan oleh pemerintah pusat dan masyarakat hanya menerima saja (Nugroho,

2006 dalam Sayumitra, 2009).

Setiap tahapan proses pembangunan ditentukan oleh Negara, sementara partisipasi

masyarakat tidak pernah diperhatikan. Masyarakat hanya menjadi pelengkap dalam setiap

rancangan pembangunan. Akibat dari perencanaan yang bersifat sentralistik tersebut, berbagai

masalah timbul ke hadapan masyarakat antara lai pembangunan yang dilaksanakan tidak sesuai

dengan kebutuhan masyarakat sehingga hasilnya tidak dapat meningkatkan taraf hidup menjdai

lebih baik. Konsep partisipasi dalam pemabanguan di Indonesia mempunyai tantangan yang

sangat besar. Model pembangunan dan perencanaan yang telah ada selama ini tidak memberikan

kesempatan pada partisipasi masyarakat. Oleh karena itu diperlukan upaya membangkitkan

partisipasi masyarakat tersebut. Solusi yang bisa dilakukan adalah dengan memberdayakan

masyarakat sehingga masyarakat akan berpartisipasi secara langsung terhadap pembangunan.

Masyarakat sebagai subyek pembangunan mutlak diperlukan sehingga masyarakat akan

dapat berperan secara aktif mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga monitoring dan evaluasi

pembangunan. Masyarakat lokal dengan pengetahuan serta pengalamannya menjadi modal yang

sangat besar dalam melaksanakan pembangunan, karena masyarakat lokal-lah yang mengetahui

apa permasalahan yang dihadapi serta potensi yang dimiliki oleh daerahnya.

Perencanaan Desa Terpadu 1

Page 3: Pendekatan perencanaan desa

Pendekatan Perencanaan Partisipatif Air Bersih & Sanitasi Desa Bendosari 2011

Bagi masyarakat di pedesaan, perencanaan partisipatif merupakan sebuah instrument

yang sangat penting karena merupakan salah satu dari serangkaian perjalanan pembangunan

tersebut merupakan langkah awal yang akan menentukan keberhasilan pembangunan di

pedesaan. Desa memiliki pengaruh yang besar dalam pembangunan serta politik pemerintahan di

tanah air. Dari sisi sumber daya alam, desa merupakan pensuplai utama sumber bahan makanan

penduduk kota-kota besar. Oleh karena itu sudah seharusnya perencanaan pembangunan di desa

merupakan sebuah hasil proses musyawarah yang senantiasa memperhatikan aspirasi masyarakat

secara utuh. Dengan demikian pelaksanaan pembangunan di desa benar-benar dapat dirasakan

oleh masyarakat serta berjalan secara efektif dan efisien.

Menurut Sayumitra (2009), di era desentralisasi dan keterbukaan ini sudah saatnya

masyarakat desa diberi kesempatan dan kewenangan luas dalam mengelola pembangunan yang

ada di wilayahnya. Kewenangan tersebut baik dimulai sejak tahapan perencanaan, pelaksanaan

hingga evaluasinya. Pendekatan seperti itu memungkinkan semua aktivitas pembangunan di desa

sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat desa dan sesuai dengan

konteks setempat (baik kondisi sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan fisiknya).

Dalam pengembangan air bersih dan sanitasi di Desa Bendosari saat ini sudah mengarah

ke pendekatan perencanaan yang berbasis partisipasi masyarakat. Proyek-proyek pengembangan

air bersih dan sanitasi yang melalui pelatihan-pelatihan kepada masyarakat dapat meningkatkan

kualitas penyediaan air bersih dan sanitasi di Desa Bendosari tersebut. Program pemberdayaan

masyarakat serta perencanaan yang melibatkan masyarakat diharapkan merupakan sebuah proses

yang berkelanjutan dan dapat berjalan dengan baik sampai seterusnya.

PEMBAHASAN

A. Pendekatan Perencanaan Partisipatif di Pedesaan

Desa memegang peranan penting dalam proses implementasi kebijakan pembangunan

karena desa merupakan struktur pemerintah terendah dari sistem pemerintahan di Indonesia.

Segala kebijakan nasional pasti bermuara pada pembangunan desa. Masyarakat harus diberikan

ruang untuk turut berperan dalam perencanaa desa. Sebab disadari atau tidak, pembangunan desa

telah banyak dilakukan sejak dahulu tapi sampai sekarang hasilnya masih belum memuaskan

terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan.

Perencanaan Desa Terpadu 2

Page 4: Pendekatan perencanaan desa

Pendekatan Perencanaan Partisipatif Air Bersih & Sanitasi Desa Bendosari 2011

Menurut Adisasmita (2006), agar pembangunan pedesaan dapat menyentuh seluruh

lapisan masyarakat maka harus diterapkan:

1. Pembangunan pedesaan seharusnya menerapkan prinsip transparansi (keterbukaan),

partisipatif, dapat dinikmati masyarakat, dapat dipertanggungjawabkan (akuntabilitas),

dan berkelanjutan.

2. Sasaran pembangunan pedesaan, yaitu untuk terciptanya peningkatan produksi dan

produktivitas, percepatan pertumbuhan desa, peningkatan keterampilan dalam

berproduksi dan pengembangan lapangan kerja dan lapangan usaha produktif, penigkatan

prakarsa dan partisipasi masyarakat dan perkuatan kelembagaan.

3. Pengembangan pedesaan yang mempunyai ruang lingkup pembangunan sarana dan

prasarana pedesaan, pemberdayaan masyarakat, pengelolaan sumber daya alam dan

sumber daya manusia, penciptaan lapangan kerja, kesempatan berusaha, peningkatan

pendapatan (khususnya terhadap kawasan-kawasan miskin) dan penataan keterkaitan

antar kawasan pedesaan dengan kawasan perkotaan

Akan tetapi dalam melakukan pembangunan pedesaan, banyak sekali hambatan yang

ditemui. Menurut Buuterfield dalam Sayumitra (2009) hambatan tersebut adalah:

1. Perbedaan persepsi. Perencanaan pembangunan sering tidak tepat dalam menanggapi

antara apa yang pemerintah programkan dengan apa yang benar-benar dibutuhkan

masyarakat pedesaan. Sehingga terjadi permasalahan dalam pembangunan desa, karena

masyarakat desa memiliki persepsi yang buruk terhadap pembangunan yang dilakukan di

desanya.

2. Kesukaran memilih model pembangunan yang tepat. Mungkin sekali kesulitan ini

muncul karena masyarakat pedesaan itu pada umumnya tertutup dan masaih bingung

dalam menerima hal-hal baru, sehingga pemerintah pun menjadi bingung pula dalam

menentukan model pembangunan apa yang sebaiknya diterapkan bagi masyarakat

pedesaan.

3. Batasan waktu. Program pembangunan pedesaan lambat untuk terlihat hasilnya sehingga

pemerintah sering merasa kurang sabar dalam menangani usaha pembangunan pedesaan.

4. Persoalan praktis. Hambatan ini muncul bila hal-hal dalam tahap pelaksanaannya

membuat pembangunan desa terhambat, misalnya saja kurangnya teknologi, kurangnya

pengelola yang terlatih dan sebagainya.

Perencanaan Desa Terpadu 3

Page 5: Pendekatan perencanaan desa

Pendekatan Perencanaan Partisipatif Air Bersih & Sanitasi Desa Bendosari 2011

Memperhatikan kekurangan dan kegagalan pembangunan perancanaan di pedesaan, maka

perlu dilakukan penyempurnaan terhadap pendekatan pembangunan desa yang sesuai dengan

kompleksitas pembangunan serta aspirasi masyarakat. Pendekatan perencanaan partisipatif

adalah model yang paling tepat untuk diterapkan dalam proses perencanaan di pedesaan.

Istilah partisipasi sekarang ini menjadi kata kunci dalam setiap program pengembangan.

Dalam perkembangannya seringkali diucapkan dan ditulis berulang-ulang tetapi kurang

dipraktekkan, sehingga cenderung kehilangan makna. Partisipasi sepadan dengan arti peranserta,

ikutserta, keterlibatan, atau proses belajar bersama saling memahami, menganalisis,

merencanakan dan melakukan tindakan oleh sejumlah anggota masyarakat.

Menurut Suzetta (2007), sebagai cerminan lebih lanjut dari demokratisasi dan partisipasi

sebagai bagian dari good governance maka proses perencanaan pembangunan juga melalui

proses partisipatif. Pemikiran perencanaan partisipatif diawali dari kesadaran bahwa kinerja

sebuah prakarsa pembangunan masyarakat sangat ditentukan oleh semua pihak yang terkait

dengan prakarsa tersebut. Sejak dikenalkannya model perencanaan partisipatif, istilah

“stakeholders” menjadi sangat meluas dan akhirnya dianggap sebagai idiom model ini.

Pembangunan melalui partisipasi masyarakat merupakan salah satu upaya untuk

memberdayakan potensi masyarakat dalam merencanakan pembangunan yang berkaitan dengan

potensi sumber daya lokal berdasarkan kajian musyawarah, yaitu peningkatan aspirasi berupa

keinginan dan kebutuhan nyata yang ada dalam masyarakat, peningkatan motivasi dan peran-

serta kelompok masyarakat dalam proses pembangunan, dan peningkatan rasa-memiliki pada

kelompok masyarakat terhadap program kegiatan yang telah disusun.

Prinsip kerja dari pembangunan melalui partisipasi masyarakat adalah sebagai berikut:

1. Program kerja disampaikan secara terbuka kepada masyarakat dengan melakukan

komunikasi partisipatif agar mendapat dukungan masyarakat,

2. Program kerja dilaksanakan melalui kerjasama dan kerja bersama kelompok antara

masyarakat, pejabat desa dan segenap warga dalam rangka memperkecil hambatan dalam

program,

3. Program kerja tidak mengarah pada golongan tertentu di masyarakat atau kelompok agar

tidak menimbulkan perpecahan,

4. Selama program berjalan, koordinasi selalu dilakukan secara vertikal maupun horizontal,

Perencanaan Desa Terpadu 4

Page 6: Pendekatan perencanaan desa

Pendekatan Perencanaan Partisipatif Air Bersih & Sanitasi Desa Bendosari 2011

5. Tidak perlu bersikap superior atau “merasa paling tahu” dalam setiap kesempatan

pelaksanaan program kerja,

6. Tidak perlu memberikan janji kepada siapapun tetapi kesungguhan kerja dalam konteks

program kerja yang sudah ditentukan.

Menurut Tampubolon (2006), community development dengan segala kegiatannya dalam

pembangunan sebaiknya menghindari metode kerja "doing for the community", tetapi

mengadopsi metode kerja "doing with the community". Metode kerja doing for, akan menjadikan

masyarakat menjadi pasif, kurang kreatif dan tidak berdaya, bahkan mendidik masyarakat untuk

bergantung pada bantuan pemerintah atau organisasi-organisasi sukarela pemberi bantuan.

Sebaliknya, metode kerja doing with, merangsang masyarakat menjadi aktif dan dinamis serta

mampu mengidentifikasi mana kebutuhan yang sifatnya - real needs, felt needs dan expected

need.

Berdasarkan berbagai pejelasan di atas, maka berbagai metode yang digunakan dalam

proses perencanaan partisipasi pembangunan masyarakat adalah sebagai berikut:

1. Participatory Rural Appraisal (PRA)

Menurut NN (2002), pendekatan, metode dan teknik PRA (Participatory Rural Appraisal)

berkembang pada periode 199O-an. Participatory Rural Appraisal (PRA) adalah sebuah

metode pemahaman lokasi dengan cara belajar dari, untuk dan bersama dengan masyarakat

untuk mengetahui, menganalisa dan mengevaluasi hambatan dan kesempatan melalui multi-

disiplin dan keahlian untuk menyusun informasi dan pengambilan keputusan sesuai dengan

kebutuhan. PRA mempunyai sejumlah teknik untuk mengumpulkan dan membahas data.

Teknik ini berguna untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat. Teknik-teknik PRA antara

lain :

a. Secondary Data Review (SDR) – Review Data Sekunder. Merupakan cara

mengumpulkan sumber-sumber informasi yang telah diterbitkan maupun yang belum

disebarkan. Tujuan dari usaha ini adalah untuk mengetahui data manakah yang telah ada

sehingga tidak perlu lagi dikumpulkan.

b. Direct Observation – Observasi Langsung. Direct Observation adalah kegiatan observasi

langsung pada obyek-obyek tertentu, kejadian, proses, hubungan-hubungan masyarakat

dan mencatatnya. Tujuan dari teknik ini adalah untuk melakukan cross-check terhadap

jawaban-jawaban masyarakat.

Perencanaan Desa Terpadu 5

Page 7: Pendekatan perencanaan desa

Pendekatan Perencanaan Partisipatif Air Bersih & Sanitasi Desa Bendosari 2011

c. Semi-Structured Interviewing (SSI) – Wawancara Semi Terstruktur. Teknik ini adalah

wawancara yang mempergunakan panduan pertanyaan sistematis yang hanya merupakan

panduan terbuka dan masih mungkin untuk berkembang selama interview dilaksanakan.

SSI dapat dilakukan bersama individu yang dianggap mewakili informasi, misalnya

wanita, pria, anak-anak, pemuda, petani, pejabat lokal.

d. Focus Group Discussion – Diskusi Kelompok Terfokus. Teknik ini berupa diskusi antara

beberapa orang untuk membicarakan hal-hal bersifat khusus secara mendalam.

Tujuannya untuk memperoleh gambaran terhadap suatu masalah tertentu dengan lebih

rinci.

e. Preference Ranking and Scoring. Adalah teknik untuk menentukan secara tepat problem-

problem utama dan pilihan-pilihan masyarakat. Tujuan dari teknik ini adalah untuk

memahami prioritas-prioritas kehidupan masyarakat sehingga mudah untuk

diperbandingkan.

f. Direct Matrix Ranking. Adalah sebuah bentuk ranking yang mengidentifikasi daftar

criteria obyek tertentu. Tujuannya untuk memahami alasan terhadap pilihan-pilihan

masyarakat, misalnya mengapa mereka lebih suka menanam pohon rambutan

dibandingkan dengan pohon yang lain. Kriteria ini mungkin berbeda dari satu orang

dengan orang lain, misalnya menurut wanita dan pria tentang tanaman sayur.

g. Peringkat Kesejahteraan. Rangking Kesejahteraan Masyarakat di suatu tempat tertentu.

Tujuannya untuk memperoleh gambaran profil kondisi sosio-ekonomis dengan cara

menggali persepsi perbedaan-perbedaan kesejahteraan antara satu keluarga dan keluarga

yang lainnya dan ketidak seimbangan di masyarakat, menemukan indicator-indikator

lokal mengenai kesejahteraan.

h. Pemetaan Sosial. Teknik ini adalah suatu cara untuk membuat gambaran kondisi sosial-

ekonomi masyarakat, misalnya gambar posisi pemukiman, sumber-sumber mata

pencaharian, peternakan, jalan, dan sarana-sarana umum. Hasil gambaran ini merupakan

peta umum sebuah lokasi yang menggambarkan keadaan masyarakat maupun lingkungan

fisik.

i. Transek (Penelusuran). Transek merupakan teknik penggalian informasi dan media

pemahaman daerah melalui penelusuran dengan berjalan mengikuti garis yang membujur

dari suatu sudut ke sudut lain di wilayah tertentu.

Perencanaan Desa Terpadu 6

Page 8: Pendekatan perencanaan desa

Pendekatan Perencanaan Partisipatif Air Bersih & Sanitasi Desa Bendosari 2011

j. Kalender Musim. Adalah penelusuran kegiatan musiman tentang keadaan-keadaan dan

permasalahan yang berulang-ulang dalam kurun waktu tertentu (musiman) di masyarakat.

Tujuan teknik ini untuk memfasilitasi kegiatan penggalian informasi dalam memahami

pola kehidupan masyarakat, kegiatan, masalah-masalah, fokus masyarakat terhadap suatu

tema tertentu, mengkaji pola pemanfaatan waktu, sehingga diketahui kapan saat-saat

sibuk dan saat-saat waktu luang.

k. Alur Sejarah. Alur sejarah adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengetahui

kejadian-kejadian dari suatu waktu sampai keadaan sekarang dengan persepsi orang

setempat. Tujuan dari teknik ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai topik-

topik penting di masyarakat.

l. Analisa Mata Pencaharian. Masyarakat akan terpandu untuk mendiskusikan kehidupan

mereka dari aspek mata pencaharian. Tujuan dari teknik ini yaitu memfasilitasi

pengenalan dan analisa terhadap jenis pekerjaan, pembagian kerja pria dan wanita,

potensi dan kesempatan, hambatan.

m. Diagram Venn. Teknik ini adalah untuk mengetahui hubungan institusional dengan

masyarakat. Tujuannya untuk mengetahui pengaruh masing-masing institusi dalam

kehidupan masyarakat serta untuk mengetahui harapan-harapan apa dari masyarakat

terhadap institusi-institusi tersebut.

n. Kecenderungan dan Perubahan. Adalah teknik untuk mengungkapkan kecenderungan dan

perubahan yang terjadi di masyarakat dan daerahnya dalam jangka waktu tertentu.

Tujuannya untuk memahami perkembangan bidang-bidang tertentu dan perubahan-

perubahan apa yang terjadi di masyarakat dan daerahnya.

2. Kaji-Tindak Partisipatif (KTP)

Kaji-Tindak Partisipatif (KTP) adalah istilah program sedangkan esensinya menunjuk

pada metodologi Participatory Learning and Action (PLA) atau belajar dari bertindak secara

partisipatif; belajar dan bertindak bersama, aksi-refleksi partisipatif. Penggunaan istilah PLA

dimaksudkan untuk menekankan pengertian partisipatif pada proses belajar bersama

masyarakat untuk pengembangan. Kaji-Tindak Partisipatif, dan nama kegiatan

mencerminkan suatu dialektika yang dinamis antara kajian dan tindakan secara tak

terpisahkan. Kajian partisipatif menjadi dasar bagi tindakan partisipatif. Jika dari suatu

tindakan terkaji masih ditemui hambatan dan masalah, maka kajian partisipatif diulang

Perencanaan Desa Terpadu 7

Page 9: Pendekatan perencanaan desa

Pendekatan Perencanaan Partisipatif Air Bersih & Sanitasi Desa Bendosari 2011

kembali untuk menemukan jalan keluar, demikian seterusnya. Sebuah kajian partisipatif

dalam masyarakat meletakkan semua pihak yang berpartisipasi apakah sebagai petani,

nelayan, pedagang, aparat desa, atau petugas pelayan masyarakat dalam posisi yang setara

fungsional, dan menghindar dari adanya pihak yang memiliki posisi istimewa dalam

menggali dan merumuskan proses dan hasil kajian.

3. Participatory Research and Development (PRD)

Penelitian mengenai partisipasi dan pembangunan masyarakat memiliki fokus terhadap

upaya menolong anggota masyarakat yang memiliki kesamaan minat untuk bekerja sama,

mengidentifikasi kebutuhan bersama dan kemudian melakukan kegiatan bersama untuk

memenuhi kebutuhan tersebut. PRD yang merupakan wujud nyata dari pengembangan

masyarakat seringkali diimplementasikan dalam bentuk (a) proyek-proyek pembangunan

yang memungkinkan anggota masyarakat memperoleh dukungan dalam memenuhi

kebutuhannya, dan (b) melalui kampanye dan aksi sosial yang memungkinkan kebutuhan-

kebutuhan tersebut dapat dipenuhi oleh pihak-pihak lain yang bertanggungjawab (Suharto,

2002).

4. Metode Rapid Rural Appraisal (RRA)

Teknik RRA mulai berkembang pada akhir 1970-an dan diterima secara akademis pada

akhir tahun 1980-an. Teknik RRA berkembang karena adanya ketidak puasan penggunaan

kuisioner pada metode penelitian konvensional. Kuisioner seringkali menghasilkan suatu

hasil yang tidak tuntas dan informasi yang diperoleh seringkali tidak meyakinkan. Selain itu,

adanya bias dalam melihat kaum miskin, pada metode penelitian konvensional. Sebagai

contoh, kuisioner hanya melihat masyarakat kelas atas, orang berpendidikan tinggi dan

kurang menjangkau masyarakat yang tinggal di daerah terpencil. Pendekatan dalam RRA

hampir sama dengan PRA antara lain : secondary data review, direct observation, semi-

strucuted interview, workshop dan brainstorming, transect, mapping, ranking and scoring,

developing chronologies of local events, dan case studies (NN, 2002).

Perbedaan yang menonjol dari kedua pendekatan ini adalah dari segi partisipasi

masyarakat. Dalam RRA, informasi dikumpulkan oleh pihak luar (outsiders), kemudian data

dibawa pergi, dianalisa dan peneliti tersebut membuat perencanaan tanpa menyertakan

masyarakat. RRA lebih bersifat penggalian informasi, sedangkan PRA dilaksanakan

Perencanaan Desa Terpadu 8

Page 10: Pendekatan perencanaan desa

Pendekatan Perencanaan Partisipatif Air Bersih & Sanitasi Desa Bendosari 2011

bersama-sama masyarakat (let them do it), mulai dari pengumpulan informasi, analisa sampai

pada perencanaan program.

5. Metode Participatory Action Research (PAR)

Teoritisasi dalam PAR dimulai dengan pengungkapan-pengungkapan dan penguraian

secara rasional dan kritis terhadap praktek-praktek sosial mereka. Dari kesemua prinsip-

prinsip PAR yang ada, yang terpenting adalah dalam PAR tidak mengharuskan membuat dan

mengelola catatan rekaman yang menjelaskan apa yang sedang terjadi se-akurat mungkin,

akan tetapi merupakan analisa kritis terhadap situasi yang secara kelembagaan diciptakan

(seperti melalui proyek-proyek, program-program tertentu atau sistem. Salah satu prinsip

dalam PAR yang paling unique adalah menjadikan pengalaman-pengalaman mereka sendiri

sebagai sasaran pengkajian (objectifying their own experience).

Beberapa prinsip-prinsip PAR yang yang harus dipahami terlebih dahulu. Antara lain:

a. PAR harus diletekkan sebagai suatu pendekatan untuk memperbaiki praktek-praktek

sosial dengan cara merubahnya dan belajar dari akibat-akibat dari perubahan tersebut.

b. Secara keseluruhan merupakan partisipasi yang murni (autentik) dimana akan

membentuk sebuah spiral yang berkesinambungan sejak dari perencanaan (planing),

tindakan (pelaksanaan atas rencana), observasi (evaluasi atas pelaksanaan rencana),

refleksi (teoritisi pengalaman).

c. PAR merupakan kerjasama (kolaborasi), semua yang memiliki tanggungjawab atas

tindakan perubahan dilibatkan dalam upaya-upaya meningkatkan kemampuan mereka.

d. PAR merupakan suatu proses membangun pemahaman yang sistematis (systematic

learning process), merupakan proses penggunaan kecerdasan kritis saling mendiskusikan

tindakan mereka dan mengembangkannya, sehingga tindakan sosial mereka akan dapat

benar-benar berpengaruh terhadap perubahan sosial.

e. PAR suatu proses yang melibatkan semua orang dalam teoritisasi atas pengalaman-

pengalaman mereka sendiri.

6. Metode PPKP (Pemahaman Partisipatif Kondisi Pedesaan)

Menurut Saharia (2003), metode PPKP adalah salah satu metode perencanaan partisipatif

yang bertujuan untuk menggali permasalahan yang ada di masyarakat, penyebab terjadinya

masalah, dan cara mengatasinya dengan menggunakan sumberdaya lokal atas prinsip

pemberdayaan masyarakat yang acuannya sebagai berikut :

Perencanaan Desa Terpadu 9

Page 11: Pendekatan perencanaan desa

Pendekatan Perencanaan Partisipatif Air Bersih & Sanitasi Desa Bendosari 2011

a. Mengumpulkan informasi yang dilakukan oleh petani sendiri. Bahan informasi ini dapat

digunakan oleh orang lain atau suatu lembaga yang akan membantu petani.

b. Mempelajari kondisi dan kehidupan pedesaan dari dan oleh masyarakat desa untuk saling

berbagi, berperan aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian serta tidak

lanjutnya.

c. Informasi yang diperoleh dengan Metode PPKP dapat digunakan sebagai bahan

perencanaan kegiatan dalam pemberdayaan masyarakat desa (petani).

d. Metode PPKP ini dilaksanakan oleh pengambil kebijakan bersama petani, kelompok

pendamping lapangan, dan dari unsur pemerintah desa. Dalam Metode PPKP ini

kelompok pendamping lapangan hanya sebatas fasilitator.

7. Metode Participatory Learning Methods (PLM)

Thoyib (2007), model pembelajaran partisipatif sebenarnya menekankan pada proses

pembelajaran, di mana kegiatan belajar dalam pelatihan dibangun atas dasar partisipatif

(keikutsertaan) peserta pelatihan dalam semua aspek kegiatan pelatihan, mulai dari kegiatan

merencanakan, melaksanakan, sampai pada tahap menilai kegiatan pembelajaran dalam

pelatihan. Upaya yang dilakukan pelatih pada prinsipnya lebih ditekankan pada motivasi dan

melibatkan kegiatan peserta.

Pada awal kegiatan pelatihan, intensitas peranan pelatih adalah tinggi. Peranan ini

ditampilkan dalam membantu peserta dengan menyajikan informasi mengenai bahan ajar

(bahan latihan) dan dengan melakukan motivasi dan bimbingan kepada peserta. Intensitas

kegiatan pelatih (sumber) makin lama makin menurun, sehingga perannya lebih diarahkan

untuk memantau dan memberikan umpan balik terhadap kegiatan pelatihan dan sebaliknya

kegiatan peserta pada awal kegiatan rendah, kegiatan awal ini digunakan hanya untuk

menerima bahan pelatihan, informasi, petunjuk, bahan-bahan, langkah-langkah kegiatan.

Kemudian partisipasi warga makin lama makin meningkat tinggi dan aktif membangun

suasana pelatihan yang lebih bermakna.

B. Kondisi Sistem Air Bersih dan Sanitasi Desa Bendosari

Pemenuhan kebutuhan air bersih oleh penduduk Desa Bendosari bersumber dari beberapa

mata air yang terdapat di desa tersebut. Penyaluran atau pendistribusian air dari mata air tersebut

menuju ke tiap rumah warga dengan menggunakan sistem PAM. Sistem PAM pada prinsipnya

sama dengan PDAM, menggunakan meteran air dan jaringan perpipaan, namun jaringan

Perencanaan Desa Terpadu 10

Page 12: Pendekatan perencanaan desa

Pendekatan Perencanaan Partisipatif Air Bersih & Sanitasi Desa Bendosari 2011

perpipaannya lebih sederhana. Air dari mata air disalurkan menggunakan pipa berukuran 2-3

dim ke bangunan penangkap air (bound chaptering), kemudian menuju tandon dan setelah itu

disalurkan ke tiap rumah warga. Setiap dusun di Desa Bendosari mempunyai sebuah organisasi

yang bertugas untuk mengelola dan merawat jaringan perpipaan di Desa Bendosari. Organisasi

tersebut disebut dengan HIPAM.

Jumlah prasarana air bersih yang terdapat di Desa Bendosari terbatas. Berikut merupakan

jumlah prasarana air bersih di Desa Bendosari yang disajikan dalam tabel.

Tabel Prasarana Air Bersih Desa Bendosari

No Jenis PrasaranaKeterangan

Jumlah Kondisi1 Sumur Pompa - -2 Sumur Gali - -3 Perpipaan 1 Baik 4 Penampungan Air Hujan (PAH) - -5 PAM 5 Baik 6 Mata Air 5 Baik

Sumber: Profil Desa Bendosari Tahun 2009

Karakteristik sistem sanitasi di Desa Bendosari sebagian telah memiliki MCK pribadi

dengan septic tank yang langsung dibuang menuju sungai. Hal ini dikarenakan Desa Bendosari

dilalui sungai sehingga warga yang berada di sekitar sungai dan tidak memiliki septictank

pribadi langsung membuang limbahnya ke sungai.

Desa Bendosari merupakan desa yang memiliki jumlah ternak sangat banyak, yaitu

dengan jumlah sapi di Desa Bendosari sebesar 2216 ekor. Dengan jumlah sebanyak itu, maka

Desa Bendosari memiliki potensi yang besar dari segi peternakan. Namun sayangnya

pembuangan kotoran sapi belum dikelola secara benar oleh warga Desa Bendosari. Warga yang

tidak memiliki biogas langsung membuang kotoran sapi ke saluran drainase di depan rumah

mereka.

Potensi dan Masalah

No. Dusun Potensi Masalah

1. Cukal

Sistem distribusi air bersih telah menggunakan PAM.

Seluruh rumah telah memiliki MCK pribadi.

Sebanyak 25% dari perumahan di Cukal belum memiliki septic tank pribadi.

Pembuangannya langsung ke sungai, yang mana akan menimbulkan pencemaran terhadap air sungai.

2. Tretes Pengembangan PAM dapat meningkatkan kesejahteraan dari penduduk di dusun tersebut.

Seluruh rumah telah memiliki MCK

Sebanyak 50% dari perumahan di Tretes belum memiliki septic tank pribadi.

Pembuangannya langsung ke sungai,

Perencanaan Desa Terpadu 11

Page 13: Pendekatan perencanaan desa

Pendekatan Perencanaan Partisipatif Air Bersih & Sanitasi Desa Bendosari 2011

pribadi. yang mana akan menimbulkan pencemaran terhadap air sungai.

3. Ngeprih

Terdapat MCK umum di RT 01 RW 05 Dusun Ngeprih sebanyak 2 unit.

Sistem pendistribusian air bersih yang tidak menggunakan PAM maupun PDAM.

Seluruh rumah di Dusun Ngeprih tidak ada yang memiliki MCK pribadi.

Sebanyak 50% dari perumahan di Ngeprih belum memiliki septic tank pribadi.

Pembuangannya langsung ke sungai, yang mana akan menimbulkan pencemaran terhadap air sungai.

Kondisi MCK umum yang kurang terawat.

4. Dadapan Kulon

Pengembangan PAM dapat meningkatkan kesejahteraan dari penduduk di dusun tersebut.

Seluruh rumah telah memiliki MCK pribadi.

Sebanyak 25% dari perumahan di Dadapan Kulon tidak memiliki septic tank prbadi dan menggunakan septic tank komunal.

Pembuangannya langsung ke sungai, yang mana akan menimbulkan pencemaran terhadap air sungai.

5. Dadapan Wetan

Pengembangan PAM dapat meningkatkan kesejahteraan dari penduduk di dusun tersebut.

Seluruh rumah telah memiliki MCK pribadi.

Sebanyak 30% dari perumahan di Dadapan Wetan tidak memiliki septic tank prbadi dan menggunakan septic tank komunal.

Pembuangannya langsung ke sungai, yang mana akan menimbulkan pencemaran terhadap air sungai.

Sumber : Survey Primer, (2010)

Sistem air bersih dan sanitasi memiliki kaitan erat dengan kondisi drainase serta sistem

persampahan. Sistem persampahan di Desa Bendosari dapat dikatakan masih sangat terbelakang

atau dapat dikatakan kumuh, hal ini dikarenakan tidak terdapatnya sistem pengangkutan atau

pelayanan sampah yang terkoordinir. Sehingga mayoritas masyarakat di Desa Bendosari

membuang sampah langsung ke sungai yang berada di dekat rumah mereka. Desa Bendosari

memiliki 5 dusun yaitu, Dusun Dadap Kulon, Dusun Cukal, Dusun Tretes, Dusun Ngeprih dan

Dusun Dadap Wetan. Kelima dusun tersebut memiliki karakteristik dari sistem persampahan

yang sama.

Sistem drainase di Desa Bendosari terbilang cukup baik, hal ini dapat dilihat dari tidak

ditemuinya genangan meski tidak pernah ada program biopori ataupun sumur resapan. Hampir

semua jalan memiliki saluran kolektor yang berada di kanan kiri jalan hingga jalan lingkungan

pun memiliki saluran kolektor di tiap sisinya. Banyaknya lahan yang masih difungsikan sebagai

ruang terbuka hijau menurunkan resiko terjadinya banjir maupun genangan di Desa Bendosari.

Perencanaan Desa Terpadu 12

Page 14: Pendekatan perencanaan desa

Pendekatan Perencanaan Partisipatif Air Bersih & Sanitasi Desa Bendosari 2011

Banyaknya vegetasi hijau yang masih terjaga di Desa Bendosari dapat menyerap limpasan air

hujan sehingga tidak mengalir di atas permukaan tanah dan menyebabkan nencana banjir.

Permasalahan yang berkaitan sistem drainase di Desa Bendosari terkait dengan sistem

persampahan dan sanitasi. Saluran kolektor yang awalnya difungsikan sebagai saluran yang

mengalirkan limpasan air hujan, oleh warga juga dimanfaatkan sebagai saluran pembuangan

kotoran ternak, hal ini tentu sangat mengganggu dari kebersihan desa serta dapat menimbulkan

pencemaran udara maupun tanah apabila saluran ini adalah saluran alami. Kotoran ternak yang

mengaliur di saluran kolektor maupun konveyor alami sebagian besar akan terserap ke tanah dan

berpotensi terkontaminasi dengan air tanah yang dimanfaatkan warga untuk mandi ataupun

memasak. Kotoran sapi yang dibuang di saluran drainase menyebabkan saluran drainase

mengalami pendangkalan sehingga air hujan tidak dapat tertampung seluruhnya dan akhirnya

menimbulkan genangan.

C. Perencanaan Partisipatif Dalam Pengembangan Air Bersih Dan Sanitasi Desa

Bendosari

Dalam pengembangan sistem air bersih dan sanitasi Desa Bendosari difasilitasi oleh

adanya program WSLIC-2 (Water Supply and Sanitation Project for Low Income Communities).

Program tersebut melakukan penyuluhan dan pelatihan pada beberapa masyarakat atau pemuda

desa dari tiap dusun tentang penyediaan air bersih dan sanitasi. Program tersebut secara otomatis

dapat meningkatkan kapabilitas warga Desa Bendosari sehingga diharapkan mereka dapat

mengembangkan serta memajukan desanya terkait dengan penyediaan air bersih dan sistem

sanitasi.

Perencanaan Desa Terpadu 13

Page 15: Pendekatan perencanaan desa

Pendekatan Perencanaan Partisipatif Air Bersih & Sanitasi Desa Bendosari 2011

Gambar Tandon Air proyek WSLIC 2 Desa Bendosari

Proyek Air Bersih dan Sanitasi untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (Water Supply

and Sanitation Project for Low Income Communities) atau biasa disebut sebagai WSLIC-2,

merupakan proyek yang ditujukan pada peningkatan derajad kesehatan masyarakat, khususnya

masyarakat berpenghasilan rendah di perdesaan. Salah satu komponen kegiatan dalam proyek ini

adalah pengadaan prasarana dan sarana air bersih.

WSLIC adalah Kegiatan Air Bersih dan Sanitasi untuk Masyarakat Berpenghasilan

Rendah (Water Sanitation for Low Income Communities) merupakan sebuah proyek yang

didesain untuk memfasilitasi peningkatan status kesehatan, produktifitas, dan kualitas hidup dari

sejumlah komunitas miskin di desa tertinggal.

Proyek ini bertujuan untuk memperbaiki perilaku dan layanan kesehatan yang

berhubungan dengan penyakit penularan melalui air di lingkungan masyarakat; menyediakan

layanan ketersediaan air bersih dan sanitasi yang aman, murah, memadai, dan mudah didapat;

serta mengembangkan kesinambungan dan efektivitas melalui partisipasi masyarakat.

Departemen Kesehatan Indonesia bertanggung jawab atas implementasi proyek. Kontribusi

Australia digunakan untuk memberi bantuan teknis, kontrak-kontrak pelayanan termasuk

penyediaan materi kesehatan bagi sekolah dan masyarakat, serta paket-paket media propinsi dan

kabupaten, dan melaksanakan penelitian khusus menyangkut hal-hal seperti penelitian dampak

proyek, pelatihan fasilitasi masyarakat tim, dan audit teknis serta penelitian kebijakan

Perencanaan Desa Terpadu 14

Page 16: Pendekatan perencanaan desa

Pendekatan Perencanaan Partisipatif Air Bersih & Sanitasi Desa Bendosari 2011

Pendekatan yang digunakan dalam pembangunan prasarana dan sarana air bersih ini

adalah Demand Responsive Approach (DRA), artinya masyarakat secara aktif terlibat dalam

keseluruhan proses pembangunan, mulai dari perencanaan,pelaksanaan pembangunan,sampai

dengan operasi dan pemeliharaannya. Masyarakat menentukan sendiri pilihan prasarana dan

sarana yang akan dibangun, sesuai dengan kebutuhan serta kemampuan mereka. Penyediaan air

bersih ini diharapkan dapat mengurangi berbagai penyakit yang disebabkan oleh air yang kurang

baik kualitas dan kuantitasnya.

Latar belakang dilaksanakannya program WSLIC-2 diantaranya adalah:

1. pemanfaatan air bersih oleh masyarakat masih rendah,

2. cakupan sanitasi dasar masih rendah, dan

3. penyakit berbasis lingkungan seperti diare dan ISPA di masyarakat masih cukup tinggi

sedangkan tujuan proyek WSLIC-2 adalah meningkatkan derajat kesehatan, produktivitas

dan kualitas hidup masyarakat yang berpenghasilan rendah melalui perubahan prilaku, pelayanan

kesehatan berbasis lingkungan, penyediaan air bersih dan sanitasi yang aman, cukup

Pemilihan sasaran daerah miskin, KriteriaProgram WSLIC-2: indeks kemiskinan (bobot

= 30), cakupan layanan air bersih (bobot = 30), cakupan layanan sanitasi (bobot = 10), jumlah

penduduk desa (bobot = 10) dan kasus penyakit diare (bobot = 20). Selain itu harus juga

dipertimbangkan hal-hal berikut, yaitu adanya potensi sumber air, tidak adanya proyek

sejenisnya serta kesanggupan masyarakat untuk berkontribusi.

Aliran pendanaan program WSLIC-2 secara umum yaitu:

Pinjaman bank dunia : USD 77.400.000

Hibah (AusAID) : USD 6.500.000

Pendamping (APBN & APBD) : USD 12.200.000

Kontribusi masyarakat : USD 10.600.000

Total : USD 106.700.000

Opsi organisasi yang dapat dipakai untuk program WSLIC-2 adalah;

1. Kelompok Pemakai Air;Tipe organisasi ini dapat dipakai untuk opsi sarana air bersih

sumur gali dan pompa tangan dengan jumlah pengguna terdiri dari beberapa orang,

pengurusnya terdiri dari Ketua dan pengumpul iuran. Pemeliharaan dapat dilakukan

sendiri atau bergantian karena teknologinya sederhana, perempuan sebagai pengguna

Perencanaan Desa Terpadu 15

Page 17: Pendekatan perencanaan desa

Pendekatan Perencanaan Partisipatif Air Bersih & Sanitasi Desa Bendosari 2011

dapat memelihara yang sifatnya ringan Iuran digunakan untuk biaya operasional dan

pemeliharaan rutin.

2. Organisasi Pemakai Air;Tipe organisasi ini dapat dipakai untuk opsi sarana air bersih

perpipaan dengan melayani banyak orang, sarananya merupakan milik masyarakat.

Pengurusnya terdiri dari Ketua, adminitrasi keuangan dan unit Teknis. Perempuan

sebagai pengguna dapat memelihara yang sifatnya ringan, pemeliharaan rutinda dan yang

sulit dilakukan oleh unit teknis. Iuran digunakan untuk biaya operasional dan

pemeliharaan rutin.

Secara umum pemilihan sasaran daerah miskin Proyek WSLIC-2 yaitu:

1. Mayoritas penduduknya miskin (berpenghasilan rendah).

2. Tingginya penyakit yang disebabkan oleh air (waterborne diseases).

3. Ada potensi air bersih yang mudah untuk dikembangkan.

4. Kesediaan masyarakat desa untuk berpartisipasi.

Dalam proyek WSLIC-2 dilakukan juga pelatihan-pelatihan terhadap masyarakat desa. Tujuan

dari pelatihan tersebut adalah untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di desa

tersebut. Peningkatan kapasitas SDM tersebut dalam bentuk:

1. Keterampilan teknis pembangunan sarana air bersih.

2. Kemampuan teknis operasi dan pemelirahaan sarana air bersih.

3. Kemampuan pengelolaan prasana air bersih.

4. Perilaku hidup sehat di masyarakat.

Terdapat sebuah program perencanaan partisipatif terkait sistem penyediaan air bersih

dan sanitasi yang dapat juga diterapkan di Desa Bendosari, yaitu program PAMSIMAS (Program

Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat). Program PAMSIMAS bertujuan

untuk meningkatkan jumlah warga misikin pedesaan dan pinggiran kota (peri urban) yang dapat

mengakses perbaikan pelayanan serta fasilitas air minum dan sanitasi serta meningkatkan nilai

dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam rangka usaha pencapaian target MDG sector

air minum dan sanitasi melalui upaya-upaya pengarus-utamakan (mainstreaming) dan perluasan

(scaling-up) pendekatan berbasis masyarakat (community driven approach).

Secara khusus kegiatan Promosi Kesehatan dan Sanitasi dalam Pamsimas bertujuan untuk

menurunkan angka penyakit berbasis air dan lingkungan melalui peningkatan kapasitas dan

kemampuan masyarakat untuk merencanakan dan melaksanakan program pengembangan

Perencanaan Desa Terpadu 16

Page 18: Pendekatan perencanaan desa

Pendekatan Perencanaan Partisipatif Air Bersih & Sanitasi Desa Bendosari 2011

cakupan sanitasi melalui pengembangan jamban keluarga dan pembangunan sarana sanitasi di

masyarakat, dan sekolah, melalui pengembangan SAB/S dan Program PHBS.

Promosi Kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat

melalui proses pembelajaran dari-oleh-untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat

menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat,

sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang

berwawasan kesehatan. Menolong diri sendiri artinya bahwa masyarakat mampu berperilaku

mencegah timbulnya masalah-masalah dan gangguan kesehatan, memelihara dan meningkatkan

derajat kesehatan serta mampu pula berperilaku mengatasi apabila masalah gangguan kesehatan

tersebut terlanjur terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

Strategi promosi kesehatan program PAMSIMAS pembangunan sarana air bersih, sarana

sanitasi dan program promosi kesehatan dapat dilaksanakan secara terpadu dan

berkesinambungan apabila :

1. Program tersebut direncanakan sendiri oleh masyarakat berdasarkan atas identifikasi dan

analisis situasi yang dihadapi oleh masyarakat, dilaksanakan, dikelola dan dimonitor

sendiri oleh masyarakat.

2. Ada pembinaan teknis terhadap pelaksanaan program tersebut oleh tim teknis pada

tingkat Kecamatan.

3. Ada dukungan dan kemudahan pelaksanaan oleh tim lintas sektoral dan tim lintas

program di tingkat Kabupaten dan Propinsi.

KESIMPULAN

Bagi masyarakat di pedesaan, perencanaan partisipatif merupakan sebuah instrument

yang sangat penting karena merupakan salah satu dari serangkaian perjalanan pembangunan

tersebut merupakan langkah awal yang akan menentukan keberhasilan pembangunan di

pedesaan. Desa memiliki pengaruh yang besar dalam pembangunan serta politik pemerintahan di

tanah air. Dari sisi sumber daya alam, desa merupakan pensuplai utama sumber bahan makanan

penduduk kota-kota besar. Oleh karena itu sudah seharusnya perencanaan pembangunan di desa

merupakan sebuah hasil proses musyawarah yang senantiasa memperhatikan aspirasi masyarakat

secara utuh. Dengan demikian pelaksanaan pembangunan di desa benar-benar dapat dirasakan

oleh masyarakat serta berjalan secara efektif dan efisien.

Perencanaan Desa Terpadu 17

Page 19: Pendekatan perencanaan desa

Pendekatan Perencanaan Partisipatif Air Bersih & Sanitasi Desa Bendosari 2011

Terdapat berbagai metode pembangunan partisipasi yang dapat dijadikan dasar dalam

pembangunan masyarakat seperti, metode PRA (participatory rural appraisal), KTP (kaji-tindak

partisipatif), PRD (participatory research development), RRA (rapid rural appraisal), PAR

(participatory action research), PPKP (Pemahaman Partisipatif Kondisi Pedesaan), PLM

(Participatory Learning Methods), dan MPA (Metodologi Participatory Assessment). Berbagai

metode tersebut dapat dilaksanakan sesuai tujuan pelaksanaan pembangunan yang diharapkan

oleh masyarakat yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat secara keseluruhan.

Partisipasi masyarakat dalam manajemen pembangunan akan membuat masyarakat untuk

dapat memahami masalah-masalah yang dihadapi, menganalisa akar-akar masalah tersebut,

mendesain kegiatan-kegiatan terpilih, serta memberikan kerangka untuk pemantauan dan

evaluasi pelaksanaan pembangunan.

Dalam pengembangan air bersih dan sanitasi di Desa Bendosari saat ini sudah mengarah

ke pendekatan perencanaan yang berbasis partisipasi masyarakat. Proyek-proyek pengembangan

air bersih dan sanitasi yang melalui pelatihan-pelatihan kepada masyarakat dapat meningkatkan

kualitas penyediaan air bersih dan sanitasi di Desa Bendosari tersebut. Program pemberdayaan

masyarakat serta perencanaan yang melibatkan masyarakat diharapkan merupakan sebuah proses

yang berkelanjutan dan dapat berjalan dengan baik sampai seterusnya.

Dalam pengembangan sistem air bersih dan sanitasi Desa Bendosari difasilitasi oleh

adanya program WSLIC-2 (Water Supply and Sanitation Project for Low Income Communities).

WSLIC adalah Kegiatan Air Bersih dan Sanitasi untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah

(Water Sanitation for Low Income Communities) merupakan sebuah proyek yang didesain untuk

memfasilitasi peningkatan status kesehatan, produktifitas, dan kualitas hidup dari sejumlah

komunitas miskin di desa tertinggal.

Pendekatan yang digunakan dalam pembangunan prasarana dan sarana air bersih ini

adalah Demand Responsive Approach (DRA), artinya masyarakat secara aktif terlibat dalam

keseluruhan proses pembangunan, mulai dari perencanaan,pelaksanaan pembangunan,sampai

dengan operasi dan pemeliharaannya. Masyarakat menentukan sendiri pilihan prasarana dan

sarana yang akan dibangun, sesuai dengan kebutuhan serta kemampuan mereka. Penyediaan air

bersih ini diharapkan dapat mengurangi berbagai penyakit yang disebabkan oleh air yang kurang

baik kualitas dan kuantitasnya.

Perencanaan Desa Terpadu 18

Page 20: Pendekatan perencanaan desa

Pendekatan Perencanaan Partisipatif Air Bersih & Sanitasi Desa Bendosari 2011

Program perencanaan partisipatif terkait sistem penyediaan air bersih dan sanitasi yang

dapat juga diterapkan di Desa Bendosari, yaitu program PAMSIMAS (Program Penyediaan Air

Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat). Secara khusus kegiatan Promosi Kesehatan dan

Sanitasi dalam Pamsimas bertujuan untuk menurunkan angka penyakit berbasis air dan

lingkungan melalui peningkatan kapasitas dan kemampuan masyarakat untuk merencanakan dan

melaksanakan program pengembangan cakupan sanitasi melalui pengembangan jamban keluarga

dan pembangunan sarana sanitasi di masyarakat

Perencanaan Desa Terpadu 19

Page 21: Pendekatan perencanaan desa

Pendekatan Perencanaan Partisipatif Air Bersih & Sanitasi Desa Bendosari 2011

DAFTAR PUSTAKA

Suzetta, P. 2007. Perencanaan Pembangunan Indonesia. Menteri Negara Perencanaan

Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS. www.bappenas.go.id. (Diakses tanggal 8

Januari 2011).

Thoyib, M. 2007. Model pembelajaran partisipatif. Departemen Sosial RI.

http://www.mirror.depsos.go.id/ (Diakses tanggal 8 Januari 2011).

Saharia. 2003. Pemberdayaan Masayarakat Di Pedesaan Sebagai Salah Satu Upaya

Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Manusia Secara Optimal. Makalah Individu Pengantar

Falsafah Sains (PPS702). Sekolah Pascasarjana / S3 Institut Pertanian Bogor. E-mail:

[email protected]. (Diakses tanggal 8 Januari 2011).

NN. 2002. Participatory Rural Appraisal (PRA). http://pmpbencana.org. (Diakses tanggal 8

Januari 2011).

Tampobulon, M. 2006. Pendidikan Pola Pemberdayaan Masyarakat Dan Pemberdayaan

Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Sesuai Tuntutan Otonomi Daerah. Fakultas

Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Medan. Sumatera Utara. http://repository.usu.ac.id

(Diakses tanggal 8 Januari 2011).

Sayumitra, A. 2009. Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan

di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Fakultas Ilmu Sosial

dan Politik. Universitas Negeri Medan Sumatera Utara. http://repository.usu.ac.id (Diakses

tanggal 8 Januari 2011).

Bahua, M I. 2007. Metode Perencanaan Partisipatif dalam Pembangunan Masyarakat.

http://eeqbal.blogspot.com (Diakses tanggal 8 Januari 2011).

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2007. Evaluasi Independen Program Wslic-2 Dan

Pamsimas. http://www.pnpm-mandiri.org (Diakses tanggal 8 Januari 2011).

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Promosi Kesehatan Masyarakat Dalam Program

Pamsimas. http://www.pamsimas.org (Diakses tanggal 8 Januari 2011).

Perencanaan Desa Terpadu 20