pendekatan ekspresif

Upload: cecep-mughni-labib

Post on 09-Mar-2016

302 views

Category:

Documents


51 download

DESCRIPTION

Makaklah Pendekatan Ekspresif Dalam Sastra

TRANSCRIPT

  • NADHARIYAT AL-ADAB I

    PENDEKATAN EKSPRESIF DALAM SASTRA

    Dosen pengampu:

    Dr. H. Helmi Syaifuddin, M,.Fil.I

    Oleh :

    Utari Dwi Mayasari 13310062

    Ahmad Qusyairi 13310109

    Ahmad Cecep Mughnillabib 13310107

    JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB

    FAKULTAS HUMANIORA DAN BUDAYA

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

    MALANG

    2015

  • i

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan

    Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga Kami dapat menyelesaikan

    penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.

    Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk

    maupun pedoman bagi pembaca dalam meningkatkan kemampuan sastra pada

    umumnya, dan pendalaman kajian teori kritik sastra secara khusus.

    Hanya ungkapan terima kasih dan salam penghormatan yang dapat kami

    berikan kepada Dr.H.Helmi Syaifuddin, M,.Fil.I selaku Dosen pengampu yang

    sangat membantu dalam proses perbaikan makalah, juga kepada seluruh teman

    sejawat yang secara tidak langsung menjadi semangat dan motivasi besar kami

    dalam merampungkan makalah ini. Karenanya, kami berharap semoga makalah ini

    benar-benar dapat membantu menambah ilmu, pengetahuan, dan pengalaman bagi

    anda semua juga seluruh pembaca.

    Makalah ini kami sadari masih memiliki banyak kekurangan dikarenakan

    pengalaman dan kemampuan yang kami miliki masih jauh dari sempurna. Oleh

    karena itu, kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-

    masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

    Penyusun

  • ii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR i

    DAFTAR ISI ii

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang 1

    B. Rumusan Masalah 3

    C. Tujuan 3

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Hakikat Pendekatan Ekspresif 4

    B. Langkah Penerapan Pendekatan Ekspresif 5

    C. Contoh Penerapan Pendekatan Ekspresif 6

    BAB III

    PENUTUP

    A. Kesimpulan 21

    B. Saran 21

    DAFTAR PUSTAKA 22

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Karya sastra merupakan hasil dari daya cipta dan karsa manusia dengan

    kandungan nilai seni tinggi. Dalam penciptaan karya sastra, seorang seniman atau

    penyair tidak menciptakannya secara asal-asalan. Melainkan membutuhkan usaha

    yang keras hingga menghasilkan sebuah karya yang baik. Lebih dari itu, terdapat

    pelbagai aspek yang dipertimbangkan dalam pembuatan karya sastra. Misalnya

    aspek keindahan, nilai guna/manfaat. Untuk itu memerlukan waktu yang tidak

    sedikit bagi penyair/pengarang dalam membuat sebuah karya sastra1.

    Karya sastra selalu sarat dengan nilai seni, hal ini menjadi daya tarik tersendiri

    bagi para penikmat sastra untuk mengkaji berbagai hal yang berkaitan dengan

    sebuah Karya sastra. Dalam perkembangannya kegiatan pengkajian ini tumbuh

    berkembang pesat hingga di dalamnya muncul berbagai metode penelitian. Karena

    sebuah karya sastra mengandung banyak nilai seni dan bahkan berbagai aspek

    internal dan eksternal yang mempengaruhi atau terkait dengan karya sastra tersebut,

    maka dalam melakukan analisis dan pengkajian sebuah karya sastra membutuhkan

    metode/cara yang tepat. Dengan penggunaan metode yang sesuai, diharapkan para

    pembaca atau penikmat karya sastra dapat menangkap ide (apapun itu) yang ingin

    disampaikan penulis atau pencipta karya sastra tersebut dengan tepat. Salah satu

    metode yang digunakan dalam melakukan pengkajian karya sastra disebut dengan

    Pendekatan Ekspresif.

    Penekanan aspek ekspresif karya sastra telah lama dimulai. Pada masa Yunani

    dan Romawi penonjolan aspek ekspresif karya sastra telah dimulai seorang ahli

    sastra Yunani Kuno, Dionysius Casius Longius, dalam bukunya On the Sublime

    1 Pelajar Bahasa, Pendekatan Ekspresif,

    http://ssgpelajarbahasa.blogspot.co.id/2011/11/pendekatan-ekspresif.html, Senin, 26 Okt 2015, pkl

    18:52 WIB.

  • 2

    (Mana Sikana, dalam Atmazaki, 1990: 32-33). Bila kemudian Plato

    mengungkapkan bahwa karya sastra adalah meniru dan meneladani ciptaan Tuhan,

    cukupkah sampai di situ peran seorang pengarang?. Ternyata Aristoteles menolak

    pendapat yang menyatakan bahwa posisi pengarang hanya berada di bawah Tuhan.

    Menurutnya, ciptaan Tuhan hanyalah sebagai tempat bertolak. Pengarang dalam

    penciptaan karyanya, dengan daya khayal dan kreativitas yang dimilikinya, justru

    mampu menciptakan kenyataan yang lebih kurang terlepas dari kenyataan alami.

    Dalam hal ini secara lancang menurut Aristoteles (Atmazaki, 1990: 33) seorang

    pengarang dengan sombongnya sebagai pencipta telah menyamai Tuhan.

    Aspek ekspresif sebagai salah satu pendekatan dalam sastra barangkali lebih

    cocok dipakai dalam melihat kebimbangan pengarang dalam berkarya. Para kritikus

    ekspresif meyakini bahwa sastrawan (pengarang) karya sastra merupakan unsur

    pokok yang melahirkan pikiran-pikiran, persepsi-persepsi dan perasaan yang

    dikombinasikan dalam karya sastra. Kritikus cenderung menimba karya sastra

    berdasarkan kemulusan, kesejatian, kecocokan penglihatan mata batin

    pengarang/keadaan pikirannya.

    Atmazaki(1990: 34-35) mengatakan bahwa pementingan aspek ekspresif ini

    disebabkan oleh alasan-alasan berikut:

    1. Pengarang adalah orang pandai. Ia adalah filsuf yang ajarannya dianggap

    sebagai filsafat yang menguasai cara berpikir manusia.

    2. Kata author berarti pengarang, yang bila ditambah akhiran ity berarti

    berwenang atau berkuasa. Dalam hal ini yang dimaksudkan sudah tentu

    penguasaan bahasa, namun menciptakan kenyataan lewat bahasa yang tidak

    sama dengan kenyataan alami. Akan tetapi, walaupun tidak sama kenyataan

    itu adalah hakiki, kenyataan yang tinggi nilainya, sehingga orang dapat

    bercermin dengan kenyataan tersebut.

    3. Pengarang adalah orang yang mempunyai kepekaan terhadap persoalan,

    punya wawasan kemanusiaan yang tinggi dan dalam. Pengarang punya

    pemikiran dan perasaan yang selalu lebih maju, walau dalam masyarakat

    hal ini sering kali dianggap membingungkan lantaran rumitnya.

  • 3

    B. Rumusan Masalah

    Sesuai dengan latar belakang di atas, berikut ini adalah beberapa rumusan masalah

    yang dapat kami himpun :

    1. Apakah hakikat Pendekatan Ekspresif?

    2. Bagaimanakah langkah penerapan Pendekatan Ekspresif?

    3. Di mana letak penerapan Pendekatan Ekspresif dapat diterapkan?

    C. Tujuan

    1. Mendapatkan pemahaman dasar tentang hakikat Pendekatan Ekspresif.

    2. Memahami bagaimana langkah penerapan Pendekatan Ekspresif.

    3. Menjelaskan tentang penerapan Pendekatan Ekspresif dapat diterapkan.

  • 4

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Hakikat Pendekatan Ekspresif

    Kritik ekspresif berusaha mendefinisikan karya sastra sebagai sebuah ekspresi

    atau curahan, atau ucapan perasaan, atau sebagai produk imajinasi penyair yang

    beroperasi/bekerja dengan pikiran-pikiran, perasaan; kritik itu cenderung

    menimbang karya sastra dengan kemulusan, kesejatian, atau kecocokan visi pribadi

    penyair atau keadaan pikiran; dan sering kritik ini mencari dalam karya sastra fakta-

    fakta tentang watak khusus dan pengalaman-pengalaman penulis, yang secara sadar

    ataupun tidak, telah membukakan dirinya dalam karyanya tersebut (Pradopo,

    1997:193). Pendapat lain menyatakan, Pendekatan Ekspresif merupakan

    pendekatan yang mengkaji ekspresi perasaan atau temperamen penulis (Abrams,

    1981:189). Menurut Semi (1984), Pendekatan Ekspresif adalah pendekatan yang

    menitikberatkan perhatian kepada upaya pengarang atau penyair mengekspresikan

    ide-idenya ke dalam karya sastra.

    Pendekatan Ekspresif ini tidak semata-mata memberikan perhatian terhadap

    bagaimana karya itu diciptakan tetapi bentuk-bentuk apa yang terjadi dalam karya

    sastra yang dihasilkan2. Pendekatan kritik ekspresif ini menekankan kepada penyair

    dalam mengungkapkan atau mencurahkan segala pikiran, perasaan, dan

    pengalaman pengarang ketika melakukan proses penciptaan karya sastra.

    Pengarang menciptakannya berdasarkan subjektifitasnya saja, bahkan ada yang

    beranggapan arbitrer. Padahal, ekspresif yang dimaksud berkenaan dengan daya

    kontemplasi pengarang dalam proses kreatifnya, sehingga menghasilkan sebuah

    karya yang baik dan sarat makna.

    Para kritikus ekspresif meyakini bahwa sastrawan (pengarang) karya sastra

    merupakan unsur pokok yang melahirkan pikiran-pikiran, persepsi-persepsi dan

    2Alfian Rokhmansyah, Studi Dan Pengkajian Sastra, (Graha Ilmu, Yogyakarta), 2014.

  • 5

    perasaan yang dikombinasikan dalam karya sastra. Kritikus cenderung menimba

    karya sastra berdasarkan kemulusan, kesejatian, kecocokan penglihatan mata batin

    pengarang/keadaan pikirannya.

    Setiap aspek karya sastra dalam penelitian atau dalam sejarah sastra dapat diberi

    perhatian yang khas atau utama. Di dunia Barat, pada masa-masa tertentu salah satu

    pendekatan itu sering dominan. Pada masa Romantik Pendekatan Ekspresif menjadi

    dominan. Pada masa lain, karya mendapat minat utama, misalnya dalam aliran

    strukturalisme3.

    B. Langkah Penerapan Pendekatan Ekspresif

    Karena pendekatan ini merupakan pendekatan yang mengaitkan sebuah karya

    sastra dengan pengarangnya. Maka, terdapat beberapa langkah dalam menerapkan

    Pendekatan Ekspresif4.

    Langkah pertama, seorang kritikus harus mengenal biografi pengarang karya

    sastra yang akan dikaji

    Langkah kedua, melakukan penafsiran pemahaman terhadap unsur-unsur yang

    terdapat dalam karya sastra, seperti tema, gaya bahasa/ diksi, citraan, dan

    sebagainya. Menurut Todorov dalam menafsirkan unsur-unsur karya sastra bisa

    dengan cara berspekulasi, sambil juga meraba-raba, tetapi sepenuhnya memiliki

    kesadaran diri, dari pada merasa memiliki pemahaman tetapi masih buta. Artinya,

    seorang kritikus boleh bebas melakukan penfasiran pemahaman terhadap unsur-

    unsur yang membangun sebuah karya sastra.

    Langkah ketiga, mengaitkan hasil penafsiran dengan berdasarkan tinjauan

    psikologis kejiwaan pengarang. Asumsi dasar penelitian psikologi sastra antara lain

    dipengaruhi oleh anggapan bahwa karya sastra merupakan produk dari suatu

    kondisi kejiwaan dan pemikiran pengarang yang berada pada situasi setengah sadar

    3 Yudiono KS, Pengkajian Kritik Sastra Indonesia, (Grasindo, Jakarta) 2009. 4 MJ Brigaseli, Makalah Pendekatan Ekspresif, http://mjbrigaseli.blogspot.co.id/2014/07/makalah-

    pendekatan-ekspresif_25.html, Minggu, 25 Okt 2015, 13:00 WIB

  • 6

    (subconscious) setelah jelas baru dituangkan ke dalam bentuk secara sadar

    (conscious). Kekuatan karya sastra dapat dilihat dari seberapa jauh pengarang

    mampu mengungkapkan ekspresi kejiwaan yang tak sadar itu ke dalam sebuah cipta

    sastra.

    C. Contoh Penerapan Pendekatan Ekspresif

    Contoh Penerapan Pendekatan Ekspresif Kaitannya dengan makalah ini,

    penulis akan mencoba membahas beberapa puisi dari Subagio Sastrowardoyo

    berdasarkan Pendekatan Ekspresif.

    1. Puisi Doa di Medan laga5

    Judul : Doa di Medan Laga

    Karya : Subagio Sastrowardoyo

    Berikan kekuatan sekeras baja

    Untuk menghadapi dunia ini, untuk melayani zaman ini

    Berilah kesabaran seluas angkasa

    Untuk mengatasi siksaan ini, untuk melupakan derita ini

    Berilah kemauan sekuat garuda

    Untuk melawan kekejaman ini, untuk menolak penindasan ini

    Berilah perasaan selembut sutera

    Untuk menjaga peradaban ini, untuk mempertahankan kemanusiaan ini.

    (Daerah Perbatasan, 1970)

    5 Pengalaman Sahabat, Puisi Doa di Medan Laga,

    https://www.facebook.com/permalink.php?id=403335983079479&story_fbid=40375924637

    0486, Minggu, 25 Okt 2015, Pukul 13:30 WIB

  • 7

    a. Biografi Penyair

    Subagio Sastrowardoyo (lahir di Madiun, Jawa Timur, 1 Februari 1924

    meninggal di Jakarta, 18 Juli 1995 pada umur 71 tahun) adalah seorang dosen,

    penyair, penulis cerita pendek dan esai, serta kritikus sastra asal Indonesia.

    Selama bertahun-tahun, ia adalah direktur perusahaan penerbitan Balai Pustaka.

    Puisi-puisi Subagio umumnya dipandang mempunyai bobot filosofis yang

    tinggi dan mendalam, dan tidak dapat ditafsirkan secara harfiah. Perumpamaan

    dan lambang digunakannya secara dewasa dan matang.

    Subagio berpendidikan HIS di Bandung dan Jakarta, HBS, SMP, dan SMA

    di Yogyakarta, Fakultas Sastra UGM selesai tahun1958, Universitas Yale tahun

    1961-1966. Pernah menjabat Ketua Jurusan Bahasa Indonesia Kursus B-I di

    Yogyakarta (1954-1958), dosen Kesustraan Indonesia di Fakultas Sastra dan

    Kebudayaan UGM (1658-1961), dosen UNPAD, dosen SESKOAD keduanya

    di Bandung, dosen bahasa dan Kesusastraan Indonesia di Universitas Flinders,

    Adelaide, dan terakhir bekerja di Penerbit Balai Pustaka. Pada musim panas

    1984, ia juga pernah menjadi seorang instruktur tamu di Universitas Ohio, dan

    mengajarkan bahasa Indonesia.

    1) Penafsiran Pemahaman Puisi

    a) Pemilihan kata

    Diksi

    Diksi yang digunakan Subagio Sastrowardoyo dalam puisi Doa

    di Medan Laga sudah mewakili perasaan dan pengalaman pengarang.

    Selain itu, juga mewakili perasaan semua rakyat yang sedang

    mempertahankan kehidupan di jagat raya ini.

    Berilah kekuatan sekeras baja.

    Larik tersebut memiliki makna konotasi yang dapat diartikan

    sesuai situasi dan kondisi, yakni ingin mempunyai kekuatan yang

    keras sehingga mampu menghadapi segalanya dengan kesabaran dan

  • 8

    ketabahan lahir dan batin. Secara denotatif memiliki makna yang

    sesungguhnya yakni sekeras baja (baja yang keras dan kuat).

    Untuk menghadapi dunia ini, untuk melayani zaman ini.

    Makna yang terkandung pada larik tersebut adalah menjalani

    kehidupan di dunia ini dengan penuh kesungguhan.

    Berilah kesabaran seluas angkasa.

    Secara denotatif, angkasa memiliki luas yang tak terhingga, tetapi

    secara konotatif seluas angkasa maksudnya adalah ingin diberikan

    kelapangan hati (sabar).

    Untuk mengatasi siksaan ini, untuk melupakan derita ini.

    Maksudnya adalah segala tantangan dan rintangan mampu diatasi

    dan yang sudah berlalu biarlah berlalu.

    Berilah kemauan sekuat garuda.

    Secara denotatif, garuda memiliki kekuatan yang luar biasa, tetapi

    secara konotatif maksudnya ingin diberikan suatu kemauan/

    keinginan yang kuat sekuat garuda untuk mengatasi segala problema

    kehidupan.

    Untuk melawan kekejaman ini, untuk menolak penindasan ini.

    Kekejaman dan penindasan mampu untuk dihadang,

    kemauan/keinginan yang kuat mampu mengatasinya.

    Berilah perasaan selembut sutra.

    Secara denotatif sutra melambangkan kehalusan dan kelembutan.

    Secara konotatif, memiliki arti ingin diberi perasaan dan kelembutan

    hati bagai sutra.

    Untuk menjaga peradaban ini, untuk mempertahankan

    kemanusiaan ini.

  • 9

    Untuk menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia di muka

    bumi di negara yang tercinta ini dan juga mempertahankan segalanya

    yang ada di dunia ini.

    b) Kata Konkret

    Kata konkret merupakan kata-kata yang memiliki makna dan arti

    sama bila dilihat secara denotatif. Secara konotatif memiliki makna

    dan arti berbeda yang sesuai dengan situasi dan kondisi pemakainya.

    Kata-kata konkret pada puisi ini seperti terdapat pada kata:

    Kekuatan sekeras baja.

    Secara denotatif memiliki makna kekuatan seperti baja yang

    sangat keras. Secara konotatif memiliki makna mempunyai kekuatan

    yang keras sehingga mampu dalam menghadapi segalanya dengan

    penuh kesabaran dan ketabahan lahir dan batin.

    Kesabaran seluas angkasa.

    Secara denotatif, angkasa memiliki luas yang tak terbatas, tetapi

    secara konotatif seluas angkasa maksudnya adalah kelapangan hati

    (sabar).

    Kemauan sekuat garuda.

    Secara denotatif, garuda memiliki kekuatan yang luar biasa, tetapi

    secara konotatif maksudnya suatu kemauan/ keinginan yang kuat

    sekuat garuda untuk mengatasi segala problema kehidupan.

    Perasaan selembut sutra.

    Secara denotatif sutra melambangkan kehalusan dan kelembutan.

    Secara konotatif, memiliki makna perasaan dan kelembutan hati

    bagai sutra.

  • 10

    c) Pengimajian

    1) Imaji perabaan terdapat pada larik ketujuh, berilah perasaan

    selembut sutera.

    2) Imaji penglihatan terdapat pada larik sekeras baja, seluas angkasa,

    sekuat garuda, dan selembut sutra.

    3) Imaji perasaan terdapat pada larik berilah kesabaran seluas

    angkasa, untuk mengatasi siksaan ini, untuk melupakan derita ini,

    untuk melawan kekejaman ini, untuk menolak penindasan ini, dan

    berilah perasaan selembut sutera.

    d) Bahasa Figuratif

    Pada puisi ini terdapat majas perbandingan, merupakan majas

    yang membandingkan sesuatu dengan menggunakan kata-kata

    perbandingan. Seperti bagai, bagaikan, bak, seperti, laksana, se-, dan

    lain-lain.

    Berilah kekuatan sekeras baja

    Berilah kesabaran seluas angkasa

    Berilah kemauan sekuat garuda

    Berilah perasaan selembut sutra

    e) Verifikasi

    Rima dalam puisi ini termasuk dalam rima berselang yakni

    pengulangan bunyi sajak a-b-a-b.

    f) Tipografi

    Puisi ini mempunyai tata wajah yang konvensional seperti pada

    umumnya, dan berdasarkan bentuknya, puisi ini termasuk ke dalam

    Oktaf/Stanza yaitu sajak yang terdiri dari 8 baris.

  • 11

    g) Tema

    Tema yang diangkat pada puisi Doa di Medan Laga adalah tema

    patriotisme. Tentang perjuangan dan pertahanan hidup. Tema ini

    sesuai dengan isi tiap larik yang selalu berharap diberi kemudahan

    dalam segala hal6.

    h) Nada dan Suasana

    Nada dan suasana dalam puisi ini tentang semangat juang yang

    optimis dalam berbagai bidang kehidupan, tidak hanya berjuang

    melawan musuh tetapi juga melawan berbagai hal tidak baik yang

    ada dalam masyarakat dan bangsa kita.

    i) Perasaan

    Semangat dan optimis menjadi rasa dari tiap-tiap larik dalam

    puisi Doa di Medan Laga.

    j) Amanat

    Amanat yang dapat diambil dari puisi Subagio Sastrowardoyo

    yang berjudul Doa di Medan Laga ini adalah kehidupan dunia yang

    sangat keras dan penuh dengan tantangan harus tetap dijalani dengan

    penuh perjuangan. Semua yang dihadapi pasti mendapatkan

    kemudahan untuk mengatasi tantangan tersebut. Berdoa dan selalu

    berusaha dengan optimis, pasti Yang Maha Kuasa selalu berada dekat

    kita dan akan menolong kita.

    6 CompoShare, Analisis Puisi Doa di Medan Laga Karya Subagio Sastrowardhoyo,

    http://composhare.blogspot.com/2015/06/Analisis-Puisi-Doa-di-Medan-Laga-Karya-

    Subagio-Sastrowardhoyo.html, Minggu, 25 Okt 2015, Pukul 12:30 WIB

  • 12

    c. Kajian Berdasarkan Tinjauan Psikologis/Kejiwaan Pengarang

    Berdasarkan tinjauan psikologis pengarang, Subagio Sastrowardoyo

    adalah seorang penyair, dosen, dan kritikus. Kaitannya dengan pembuatan

    puisi Doa di Medan Laga ini merupakan bentuk dari pengalamannya dari

    suatu kejadian pada zaman dulu. Pada saat itu rakyat Indonesia meskipun

    sudah dikatakan merdeka, tetapi masih harus semangat dan terus berjuang

    dalam menghadapi kehidupan dunia yang sangat keras dan penuh dengan

    tantangan itu.

    Pada puisi ini tidak hanya mewakili perasaan dan pengalaman

    pengarang saja, tetapi juga mewakili perasaan semua rakyat yang sedang

    mempertahankan kehidupan di jagat raya ini. Pengarang berusaha ingin

    menggambarkan pesan apa yang bisa diambil dari setiap karya sastra yang

    dibuatnya. Puisi ini merupakan bentuk ekspresinya terhadap keadaan pada

    saat itu.

  • 13

    2. Berdiri Aku

    Judul : Berdiri Aku

    Karya : Amir Hamzah

    Berdiri aku di senja senyap

    Camar melayang menepis buih

    Melayah bakau mengurai puncak

    Berjulang datang ubur terkembang.

    Angin pulang menyejuk bumi

    Menepuk teluk mengempas emas

    Lari ke gunung memuncak sunyi

    Berayun alun di atas alas.

    Benang raja mencelup ujung

    Naik marak menyerak corak

    Elang leka sayap tergulung

    Dimabuk warna berarak-arak.

    Dalam rupa maha sempurna

    Rindu sendu mengharu kalbu

    Ingin datang merasa sentosa

    Menyecap hidup bertentu tuju.

  • 14

    a. Biografi Penyair

    Amir Hamzah lahir di Tanjung Pura pada tanggal 28 Pebruari 1911, dan

    wafat pada tahun 1946. beliau belajar di H.I.S, A.M.S dan belajar di

    Sekolah Hukum Tinggi. Ia dibesarkan dalam lingkungan yang taat

    beragama Islam, dan banyak mempelajari kesusastraan Melayu Lama,

    sehingga dalam karyanya banyak menggunakan bahasa Melayu Lama dan

    bahasa daerahnya, contohnya pada puisi Berdiri Aku. Amir Hamzah

    termasuk salah seorang pendiri dan pemimpin Pujangga Baru.

    1) Penafsiran Pemahaman Puisi

    a) Tema

    Tema Puisi Berdiri Aku pencarian makna hidup dan tentang sesuatu

    yang menjadi tujuan utama manusia dalam kehidupan ini.

    b) Diksi/Gaya Bahasa

    1. Bait ke 1

    Baris pertama mengandung majas Inversi/Anastrof (susunan

    kalimat terbalik ) Berdiri aku di senja senyap.

    Baris pertama mengandung majas aliterasi (perulangan

    konsonan awal) Berdiri aku di senja senyap.

    Baris kedua mengandung majas hiperbola (melebihi sifat

    dan kenyataan yang sesungguhnya) Camar melayang

    menepis buih.

    Baris keempat mengandung majas metonimia

    (menggunakan sesuatu nama tetapi yang dimaksud benda

    lain) Berjulung datang ubur terkembang.

  • 15

    2. Bait ke 2

    Pada bait ini mengandung majas personifikasi (benda mati

    dianggap benda hidup), misalnya angin pulang, menepuk

    teluk , lari ke gunung , berayun.

    Mengandung majas asonansi (pengulangan bunyi vokal),

    misalnya atas alas.

    3. Bait ke 3

    Baris pertama dan kedua mengandung majas metonimia

    (menggunakan suatu nama tetapi yang dimaksud benda

    lain). Misalnya Benag raja (pelangi), Elang leka ( manusia).

    Baris ketiga mengandung majas epitet (acuan untuk

    menunjukkan sifat khusus seseorang atau hal lain) Elang

    leka sayang tergulung.

    Baris keempat mengandung majas asonansi, yaitu Dimabuk

    warna berarak-arak.

    4. Bait ke 4

    Pada bait ini mengandung majas asonansi (perulangan bunyi

    vokal), misalnya rupa maha sempurna, rindu sendu

    mengharu kalbu, merasa sentosa, bertentu tuju.

    2) Amanat

    Puisi ini mengandung amanat agar manusia jangan terlalu terlena

    dengan kehidupan dunia dan berambisi untuk menguasainya.

  • 16

    3) Latar

    Latar atau tempat yang terdapat di puisi ini yaitu senja, bakau, angin,

    bumi, gunung, sunyi, alas, raja, ujung, corak, elang leka, warna, rindu,

    hidup.

    4) Verifikasi

    Rima dalam puisi ini tidak memperhatikan kesamaan bunyi. Rima puisi

    ini campuran, namun terdapat beberapa kesamaan seperti berikut ini:

    Ketika gerombolan memukul muk/a/ Dan mendopak dadany/a/

    Ketika gerombolan membakar rumahny/a/ Dan menembak

    kepalany/a/

    5) Tipografi

    Puisi Pidato di Kubur Orang ini menggunakan tata wajah yang

    konvensional seperti pada umumnya dan berdasarkan bentuknya, puisi

    ini termasuk ke dalam Soneta yaitu sajak yang terdiri dari 14 baris.

    6) Tema

    Puisi di atas mengandung tema kesabaran seorang tokoh.

    7) Nada dan Suasana

    Sikap penyair lembut dan halus karena menceritakan sebuah kesabaran

    tokoh ia yang mendapatkan berbagai cobaan.

  • 17

    8) Perasaan

    Penyair merasa tokoh ia tidak berdaya dan mempunyai perasaan yang

    sangat sabar dalam menghadapi berbagai cobaan yang harus

    dihadapinya.

    9) Amanat

    Amanat pada puisi ini adalah tentang bagaimana sikap kita menjalani

    proses kehidupan yang kita alami. Dalam menjalani sebuah cobaan

    kehidupan, kita harus menjalaninya dengan sabar dan tabah serta tidak

    menyesali atas cobaan yang telah diberikan kepada kita.

    2. Kajian Berdasarkan Tinjauan Psikologis/Kejiwaan Pengarang

    Asumsi dasar penelitian psikologi sastra antara lain dipengaruhi oleh

    anggapan bahwa karya sastra merupakan produk dari suatu kejiwaan dan

    pemikiran pengarang yang berada pada situasi setengah sadar

    (subconscious) setelah jelas baru dituangkan ke dalam bentuk secara sadar

    (conscious). Dan kekuatan karya sastra dapat dilihat dari seberapa jauh

    pengarang mampu mengungkapkan ekspresi kejiwaan yang tak sadar itu ke

    dalam sebuah cipta sastra.

    Pada puisi Berdiri Aku ini, Amir Hamzah mampu

    mengungkapkan ekspresi kejiwaannya tentang sesuatu yang merasuk dalam

    imajinasi dan pemikirannya tentang pencarian makna hidup dan tentang

    sesuatu yang menjadi tujuan utama manusia dalam kehidupan ini. Lalu

    pengalamannya tersebut menjadi imajinasi yang melahirkan produk

    kreativitas yang berupa karya sastra dalam puisinya yang berjudul Berdiri

    Aku ini.

  • 18

    Seperti yang dapat kita temukan pada bait ke satu:

    Berdiri aku di senja senyap

    Camar melayang menepis buih

    Melayah bakau mengurai puncak

    Berjulang datang ubur terkembang.

    Penulis mengungkapkan rasa emosionalnya tentang apa yang

    dirasakannya pada apa yang dilihatnya. Penantian dan perenungan diri

    terhadap apa yang dilihatnya tentang peristiwa/kejadian di suatu pantai/laut

    menjadi pengalaman yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu.

    Begitu juga pada bait ke dua:

    Angin pulang menyejuk bumi

    Menepuk teluk mengempas emas

    Lari ke gunung memuncak sunyi

    Berayun alun di atas alas.

    Pada bait ini, penulis mengungkapkan hubungan antara kehidupan

    manusia dengan peristiwa alam. Terlihat pada baris Angin pulang

    menyejuk bumi Menepuk teluk mengempas emas bahwa angin laut

    (peristiwa alami) dapat dimanfaatkan oleh nelayan (kegiatan manusia)

    untuk membawa perahunya ke daratan dengan membawa hasil lautnya.

    Selain itu perwatakan tokoh yang ditampilkan Amir Hamzah

    mampu menggambarkan perwatakan tokoh yang semakin hidup. Dimana

    tokoh aku pada puisinya ini tiada lain adalah dirinya sendiri. Namun

    selain itu tokoh aku juga bisa mewakili manusia secara umum. Dimana

    terlihat dalam setiap baitnya, tokoh aku menjadi subjek sekaligus objek

    dari setiap makna yang dimaksudnya.

  • 19

    Sentuhan-sentuhan emosi yang ditampilkan tokoh aku dalam puisi

    Amir Hamzah ini sebetulnya gambaran kekalutan dan kejernihan batin

    pencipta karya sastranya sendiri. Hal ini menjadikan keaslian karya sastra

    ini. Kekalutan ini terlihat pada penggambarannya tentang proses alam

    sebagai bagian dari yang mewarnai kehidupan, dan yang menggambarkan

    peristiwa-peristiwa/kejadian-kejadian dari kehidupan manusia.

    Hal ini nampak pada bait ke 3 :

    Benang raja mencelup ujung

    Naik marak menyerak corak

    Elang leka sayap tergulung

    Dimabuk warna berarak-arak.

    Bait ini bermakna, pelangi yang membentang dari satu ujung, naik

    ke langit dan turun di satu ujung lainnya dengan keindahan warna-warni

    yang dapat membuat lupa siapa pun yang melihatnya, yang padahal pelangi

    itu hanyalah sesuatu yang semu, tidak dapat disentuh, namun hanya dapat

    dilihat saja. Hal ini juga merupakan gambaran pengarang tentang kehidupan

    ini. menggambarkan tentang ambisi manusia, nafsu manusia, dalam

    berusaha dan melihat sesuatu tentang duniawi.

    Amir Hamzah dalam mencipta puisi ini, menggunakan cipta, rasa,

    dan karyanya. Ia, mengungkapkan gejolak jiwanya tentang kehidupan dan

    tujuan kehidupan ini. Dimana pada bait terakhir, penulis mengungkapkan

    gagasan dari puncak kegelisahan jiwaannya dengan ungkapannya bahwa

    dalam semua peristiwa yang terjadi baik yang terjadi oleh sebab manusia

    ataupun alamiah merupakan gambaran dari kehidupan yang dapat ditafakuri

    manusia sebagai sesuatu yang sangat sempurna, dari kegelisahan rasa rindu

    yang menggugah rasa haru di hati dan perasaan untuk mencapai keinginan

    yang didambakan yaitu merasakan kebahagiaan, kesejahteraan dalam tujuan

    yang jelas dalam kehidupan ini.

  • 20

    Dalam bait tersebut berbunyi:

    Dalam rupa maha sempurna

    Rindu sendu mengharu kalbu

    Ingin datang merasa sentosa

    Menyecap hidup bertentu tuju.

    Ungkapan penulis tentang hidup dan kehidupan serta makna

    kehidupan pada puisinya yang berjudul Berdiri Aku ini, juga

    dilatarbelakangi kehidupan penulis. Yaitu bahwa penulis dibesarkan dalam

    lingkungan terpelajar baik pendidikan duniawi ataupun pendidikan agamis.

  • 21

    BAB III

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Pendekatan Ekspresif adalah pendekatan yang menitikberatkan perhatian

    kepada upaya pengarang atau penyair mengekspresikan ide-idenya ke dalam karya

    sastra.

    Terdapat tiga langkah dalam Pendekatan Ekspresif, langkah pertama dalam

    menerapkan Pendekatan Ekspresif, seorang kritikus harus mengenal biografi

    pengarang karya sastra yang akan dikaji. Langkah kedua, melakukan penafsiran

    pemahaman terhadap unsur-unsur yang terdapat dalam karya sastra, seperti tema,

    gaya bahasa/ diksi, citraan, dan lain-lain. Langkah ketiga, mengaitkan hasil

    penafsiran dengan berdasarkan tinjauan psikologis kejiwaan pengarang.

    Dari keempat analisis puisi tersebut dalam Pendekatan Ekspresif adalah bahwa

    hampir seluruh dari keempat pengarang tersebut dalam membuat karya sastranya

    berdasarkan tanggapan atau ekspresi dari suatu pengalaman yang dialami dan dari

    beberapa peristiwa yang terjadi di sekitarnya sehingga menarik perhatian pengarang

    untuk dikaji dan semuanya itu dituliskan dalam sebuah karya sastra.

    B. Saran

    Dalam membuat suatu karya sastra, kita harus mempunyai banyak pengalaman

    dan pengetahuan supaya dalam mengekspresikan sebuah pengalaman atau sebuah

    peristiwa yang terjadi di sekitar kita, kita bisa menggambarkan atau

    mengekspresikan dalam bentuk karya sastra.

  • 22

    DAFTAR PUSTAKA

    KS, Yudiono, 2009, Pengkajian Kritik Sastra Indonesia, (Grasindo, Jakarta).

    Rokhmansyah, Alfian,2014, Studi Dan Pengkajian Sastra, (Graha Ilmu,

    Yogyakarta).

    Bahasa Pelajar, 2015, Pendekatan Ekspresif,

    http://ssgpelajarbahasa.blogspot.co.id/2011/11/pendekatan-ekspresif.html

    Brigaseli MJ, 2015, Makalah Pendekatan Ekspresif,

    http://mjbrigaseli.blogspot.co.id/2014/07/makalah-pendekatan-

    ekspresif_25.html

    CompoShare, 2015, Analisis Puisi Doa di Medan Laga Karya Subagio

    Sastrowardhoyo, http://composhare.blogspot.com/2015/06/Analisis-Puisi-

    Doa-di-Medan-Laga-Karya-Subagio-Sastrowardhoyo.html

    Pengalaman Sahabat, 2015, Puisi Doa di Medan Laga,

    https://www.facebook.com/permalink.php?id=403335983079479&story_fbi

    d=403759246370486