pendahuluan na diklofenak
DESCRIPTION
farmasiTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 TUJUAN PRAKTIKUM
a. Mahasiswa dapat menyusun formula, pembuatan, evaluasi dan kemasan gel serta
karakteristik fisika kimianya.
b. Mahasiswa dapat membuat sediaan gel yang telah dirancang dan mengevaluasi
sediaan yang telah dibuat.
1.2 DASAR TEORI
1.2.1 Inflamasi
Inflamasi adalah reaksi terhadap cedera jaringan akibaat dilepaskannya
mediaror-mediator kimia yang menyebabkan baik respon vaskuler dan cairan serta sel-
sel (leukosit atau SDP) untuk bermigrasi ketempat cedera. Inflamasi dapat dibedakan
atas inflamasi akut dan kronis. Inflamasi akut adalah respon awal tubuh oleh benda
berbahaya dan terus meningkat sejalan dengan meningkatnya pergerakan plasma dan
leukosit dari daarah ke jaringan luka. Respon biokimia berantai yang mempropagasi
dan pematangan respon imun, termasuk sistem vaskuler, sistem imun,dan berbagai sel
yang ada pada jaringan luka. Inflamasi kronik merupakan inflamasi yang
berkepanjangan, memicu peningkatan pergantian tipe sel yang ada pada tempat
inflamasi dan dicirikan dengan kerusakan dan penutupan jaringan dari proses
inflamasi.
Mediator kimia yang dilepas antara lain histamin, kinin, prostaglandin,
serotonin, dan bradikinin. Histamin merupakan mediator pertama dalam proses
inflamasi, menyebabkan dilatasi arteriol dan meningkatkan permeabilitas kapiler,
sehingga cairan dapat meninggalkan kapiler dan mengalir ke daerah cedera. Kinin dan
bradikinin juga meningkatkan permeabilitas kapiler dan rasa nyeri. Prostaglandin
yang dilepaskan menyebabkan bertambahnya vasodilatasi, permebilitas kapiler, nyeri
dan demam.
Lima respon yang terjadi pada saat terjadi inflamasi antara lain kemerahan
(rubor), panas (calor), pembengkakan (tumor), rasa nyeri (dolor), dan hilangnya fungsi
(functio laesa). Rubor terjadi karena adanya peningkatan sirkulasi darah didaerah
radang dan vasodilatasi dari kapiler. Calor terjadi akibat peningkatan sirkulasi darah
didaerah radang. Tumor disebabkan oleh adanya eksudat di daerah radang. Nyeri
disebabkan oleh zat-zat mediator inflamasi seperti histamin dan adanya tekanan
terhadap jaringan oleh eksudat.
1.2.2 NSAID
Prinsip mekanisme AINS adalah memblok sintesa prostaglandin melalui
hambatan siklooksigenase (enzim COX1 dan COX2). Enzim COX1 adalah enzim yang
terlibat dalam produksi prostaglandin gastroprotective untuk mendorong aliran darah
di gastrik dan menghasilkan bikarbonat. COX1 berada secara terus menerus di mukosa
gastrik dan menghasil kan endothelial, platelets, renal collecting tubules, sehingga
prostaglandin hasil dari COX1 juga berpartisipasi dalam hemostatis dan aliran darah di
ginjal. Sebaliknya, enzim COX2 tidak selalu ada dalam jaringan, tetapi akan cepat
muncuk bila dirangsang oleh mediator inflamasi, cedera/luka setempat, sitokin,
interleukin, interferon dan lain- lain.
Berikut adalah penggolongan NSAID :
Salah satu obat AINS adalah Na Diklofenak. Na Diklofenak merupakan obat
antiinflamasi non steroid untuk golongan derivat asam fenil asetat. Obat ini bersifat
non selektif pada proses pemgahambatan siklooksigenase. Natrium diklofenak bukan
hanya penghambat siklooksigenase yang kuat tetapi juga memiliki efek antipiretik dan
analgesik.
1.2.3 Kulit
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta
merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan
peka. Dalam mengobati penyakit pada kulit obat harus menembus dan dipertahankan
dalam kulit untuk sementara waktu. Kulit merupakan lapisan pelindung yang
sempurna terhadap pengaruh luar, baik pengaruh fisik maupun pengaruh kimia dimana
kulit berfungsi sebagai sistem epitel dalam tubuh untuk menjaga substansi-substansi
penting dalam tubuh dan masuknya substansi-substansi asing ke dalam tubuh. Kulit
terdiri dari banyak lapisan jaringan, tetapi pada umumnya kulit dibagi dalam tiga lapis
yaitu epidermis, dermis, dan subkutan.
Secara garis besar kulit tersusun atas 3 lapisan ( Junqueira, 2007) :
a. Lapisan epidermis
Lapisan epidermis yaitu lapisan epitel yang berasal dari ekstoderm.
Berdasarkan ketebalan epidermis, dapat dibedakan kulit tebal dan kulit
tipis. Turunan epidermis meliputi rambut, kuku, kelenjar sebasea dan
kelenjar keringat. Lapisan epidermis terdiri dari stratum korneum, stratu
lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum, stratum basale.
b. Lapisan dermis
Lapisan dermis yaitu suatu lapisan jaringan ikat yang berasal dari
mesoderm, terletak di bawah lapisan epidermis dan jauh lebih tebal dari
epidermis. Lapisan ini terdiri dari lapisan elastik dan fibrosa padat dengan
elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar, lapisan
dermis dibagi menjadi dua bagian yaitu pars papilare dan pars retikulare.
Pada lapisan ini tedapat sel-sel saraf dan pembuluh darah.
c. Lapisan subkutis
Lapisan ini terdiri atas jaringan ikat longgar yang mengikat kulit secara
longgar pada organ-organ di bawahnya, yang memungkinkan kulit di
bagian atas bergeser. Lapisan ini mengandung sel-sel lemak.
1.2.4 Gel
Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel
anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan.
(Departemen Kesehatan RI, 1995). Gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa
suspensi yang dibuat dari zarah kecil senyawa organik atau makromolekul senyawa
organik, masing-masing terbungkus dan saling terserap oleh cairan. (Formularium
Nasional, 1978:315)
Gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu
dispersi yang tersusun baik dalam partikel anorganik yang kecil atau molekul organik
yang besar dan saling menyerap cairan. Gel dalam makromolekulnya disebarkan ke
seluruh cairan sampai tidak terlihat ada batas diantaranya, cairan ini disebut gel satu
fase. Dalam hal, dimana massa gel terdiri dari kelompok-kelompok partikel kecil yang
berbeda, maka gel ini dikelompokkan sebagai sistem dua fase dan sering pula disebut
magma atau susu. Gel dan magma dianggap sebagai dispersi koloid oleh karena
masing-masing mengandung partikel-partikel dengan ukuran koloid. (Ansel, 1989).
Sediaan gel merupakan sediaan yang mengandung air atau pelarut lain yang
mudah menguap seperti etanol, maka pada waktu penyimpanan besar sekali
kemungkinan terjadinya penguapan yang menyebabkan sediaan menjadi lebih padat
dan kering (xerogel). Untuk mencegah hal tersebut maka digunakan wadah bermulut
lebar, tertutup rapat dan ditempat sejuk (Ansel, hal: 511)
Sediaan gel sering mengandung fase sederhana, merupakan sistem semipadat
transparan yang semakin banyak digunakan sebagai formulasi sediaan topikal. Fase
cair dari gel dapat dipertahankan dalam tiga dimensi matriks polimer. Obat dapat
dipenetrasi dalam matriks atau dilarutkan dalam fase cair. (Langley, Chris &
D.Belcher, 2008). Karakteristik gel menurut Lachman, hal. 496 – 499 antara lain :
a. Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi dan kosmetik ialah inert,
aman dan tidak bereaksi dengan komponen lain.
b. Pemilihan bahan pembentuk gel harus dapat memberikan bentuk padatan yang
baik selama penyimpanan tapi dapat rusak segera ketika sediaan diberikan
kekuatan atau daya yang disebabkan oleh pengocokan dalam botol, pemerasan
tube, atau selama penggunaan topikal.
c. Karakteristik gel harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan sediaan yang
diharapkan.
d. Penggunaan bahan pembentuk gel yang konsentrasinya sangat tinggi atau BM
besar dapat menghasilkan gel yang sulit untuk dikeluarkan atau digunakan.
e. Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur, tapi dapat juga pembentukan
gel terjadi satelah pemanasan hingga suhu tertentu. Contoh polimer seperti MC,
HPMC dapat terlarut hanya pada air yang dingin yang akan membentuk larutan
yang kental dan pada peningkatan suhu larutan tersebut akan membentuk gel.
Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan
disebut thermogelation. Dalam hal tertentu gel akan keruh jika :
a. Gelling agent tidak mampu melarutkan seluruh bahan aktif (hanya terdispersi
dalam bentuk koloidal).
b. Gel berasal dari agregat yang terdispersi homogen (biasanya gelling agent dari
golongan anorganik yang tidak larut).
c. Mengandung fase minyak Emulgel
Persyaratan gel yang baik menurut Lieberman, 1989: Martin and Cammarata,
1990 adalah sebagai berikut :
a. Homogen
Bahan obat dan dasar gel harus mudah larut atau terdispersi dalam air atau pelarut
yang cocok atau menjamin homogenitas sehingga pembagian dosis sesuai dengan
tujuan terapi yang diharapkan.
b. Bahan dasar yang cocok dengan zat aktif
Bila ditinjau dari sifat fisika dan kimia bahan dasar yang digunakan harus cocok
dengan bahan obat sehingga dapat memberikan efek terapi yang diinginkan.
c. Konsistensi gel menghasilkan aliran pseudoplastis tiksotropik
Karena sifat aliran ini sangat penting pada penyebaran sediaan jika dioleskan pada
kulit tanpa penekanan yang berarti pada pemencetan dapat keluar dari wadah misalnya
tube.
d. Stabil
Gel harus stabil dari pengaruh lembab dan suhu selama penggunaan maupun
penyimpanan.
Bahan pembentuk gel menurut Anief, 1997 antara lain :
a. Bahan yang dapat digunakan sebagai pembentuk gel biasanya adalah hidrokolid
organik (misalnya tragacant, natrium alginat, turunan selulosa dan turunan
polikarboksilat) dan hidrokoloid anorganik (misalnya bentonit dan veegum).
b. Tragacant
Jumlah tragacant yang dibutuhkan untuk membentuk gel tergantung pada tujuan
penggunaan.Sebagai lubrikan biasanya digunakan dengan konsentrasi 2-3%
sedangkan sebagai pembawa obat topikal digunakan sekitar 5%. Penggunaan
tragacant kurang diminati karena viskositasnya dipengaruhi oleh pH dan film yang
ditinggalkan pada kulit cenderung membentuk flek dan mudah terdegradasi oleh
mikroba.
c. Natrium alginate
Natrium alginat digunakan sebagai lubrikan dengan konsentrasi 1,5-2% sedangkan
pada topikal digunakan 5-10%. Natrium alginat kurang disukai karena warna
kuning tua dan membentuk massa gel yang kurang baik.
d. Derivat selulosa
Derivat selulosa penggunaannya lebih luas sebagai bahan pembentuk gel karena
dapat menghasilkan gel yang netral terhadap alkali dan asam dengan viskositas
yang sangat stabil dan resistensinya sangat baik terhadap mikroba. Kejernihannya
yang tinggi karena bebas dari pengotor yang tidak larut dan memberikan lapisan
film bila mengering pada kulilt. Derivat selulosa yang biasanya digunakan adalah
NaCMC, HPMC, dan lain-lain.
e. Pektin
Pektin dapat digunakan sebagai dasar gel untuk produk asam. Penggunaannya
hampir selalu dengan gliserin sebagai humektan dalam basis gel untuk sediaan
topical. Pektin sangat mudah mengalami degradasi oleh mikroba sehingga faktor
penyimpanan perlu mendapatkan perhatian khusus.
f. Bentonit
Bentonit digunakan sebagai basis gel untuk topical dengan konsentrasi 7-20%. Gel
yang dihasilkan mempunyai pH 9 sehingga kurang cocok untuk kulit dan
viskositasnya tidak stabil.
g. Carbomer
Carbomer merupakan polimer dari asam akrilat dan dapat membentuk gel pada
konsentrasi 0,5%.
1.2.5 Efek Farmakologi Obat
Natrium diklofenak merupakan derivat fenilasetat yang termasuk dalam
NSAID yang terkuat daya antiradangnya dengan efek samping yang kurang kuat
dibandingkan obat yang lainnya. Obat ini sering digunakan untuk segala macam
nyeri, juga pada migrain dan encok. Secara parenteral sangat efektif untuk
menanggulangi nyeri kolik hebat (kandung kemih dan kandung empedu).
Dalam klasifikasi selektivitasnya penghambatan COX, termasuk kelompok
preferential COX-2 inhibitor. Adsorpsi obat ini melalui saluran cerna berlangsung
cepat dan lengkap. Obat ini terikat 99% pada protein plasma dan mengalami efek
metabolisme lintas pertama (first pass) sebesar 40-50%. Walaupun waktu paruh
singkat yakni 1-3 jam, Natrium diklofenak diakumulasi dicairan sinovial yang
menjelaskan efek terapi di sendi jauh lebih panjang dari waktu paruh obat tersebut
(Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2007).
Natrium diklofenak digunakan untuk menghilangkan rasa sakit gejala lokal dan
pergelangan kaki, dan epiconditis. Untuk sediaan topikal digunakan kadar 1%. Dengan
dosis 4 kali sehari dioleskan pada bagian yang sakit (Martindale.2009 hal 45).
Natrium diklofenak mempunyai aktivitas analgetik, antipiretik, dan antiimflamasi.
Natruim diklofenak mempunyai kemampuan melawan COC-2 lebih baik
dibandingkan obat lain (Goodman & Gilman.2010).