pemikiran ibnu rusyd

26
PEMIKIRAN IBNU RUSYD KATA PENGANTAR Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Sang pemberi karunia ilmu yang tidak satu ilmupun yang kita miliki melainkan yang telah Ia berikan kepada kita, Ialah Allohu Samiun 'alim. Sholawat serta salam semoga tercurah dan terlimpah kepada sang pemimpin ilmu, pembawa cahaya ilmu, pengangkat derajat para penuntut ilmu ialah Nabi Besar Muhammad SAW juga beserta keluarga, sahabatnya, dan moga kita juga mendapatkan cucuran rahmat dari ilmu beliau. Amien. Dalam makalah ini kami menyajikan berbagai permasalahan dalam ruang lingkup pembahasan FILSAFAT IBNU RUSYD serta sejarah singkat IBNU RUSYD. Dan kami sangat berharap makalah yang kami buat ini dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi pembaca sekalian dan menjadi konstribusi

Upload: zarkasi

Post on 23-Jun-2015

2.835 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMIKIRAN IBNU RUSYD

PEMIKIRAN IBNU RUSYD

KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Sang pemberi karunia

ilmu yang tidak satu ilmupun yang kita miliki melainkan yang telah Ia

berikan kepada kita, Ialah Allohu Samiun 'alim. Sholawat serta salam

semoga tercurah dan terlimpah kepada sang pemimpin ilmu, pembawa

cahaya ilmu, pengangkat derajat para penuntut ilmu ialah Nabi Besar

Muhammad SAW juga beserta keluarga, sahabatnya, dan moga kita juga

mendapatkan cucuran rahmat dari ilmu beliau. Amien.

Dalam makalah ini kami menyajikan berbagai permasalahan dalam

ruang lingkup pembahasan FILSAFAT IBNU RUSYD serta sejarah

singkat IBNU RUSYD. Dan kami sangat berharap makalah yang kami buat

ini dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi pembaca sekalian dan

menjadi konstribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan Islam itu

sendiri.

Kami mengucapkan mohon maaf bila terdapat kesalahan dalam

pengeditan atau salah dalam penggunaan bahasa, semua tidak lepas dari

kodrat kami sebagai manusia yang selalu belajar dari kesalahan-kesalahan

untuk selalu berusaha menjadi yang terbaik.

Demi kesempurnaan makalah yang kami buat, kami mengharapkan

kritik dan saran dari semua pihak.

Page 2: PEMIKIRAN IBNU RUSYD

DAFTAR ISI

Kata pengantar.............................................................................................. I

Daftar isi ..................................................................................................... II

BAB I

Pendahuluan................................................................................................. 1

BAB II

Sejarah Singkat Ibnu Rusyd......................................................................... 2

Pemikiran Ibnu Rusyd.................................................................................. 3

Filsafat Ibnu rusyd ...................................................................................... 5

BAB III

Kesimpulan ................................................................................................. 9

Daftar Pustaka

Page 3: PEMIKIRAN IBNU RUSYD

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ibnu Rusyd adalah seorang jenius yang berasal dari Andalusia dengan

pengetahuan ensiklopedik. Masa hidupnya sebagian besar diberikan untuk

mengabdi sebagai “Qadi” (hakim) dan fisikawan. Beliau adalah seorang

yang sangat cerdas dan menguasai perbagai ilmu pengetahuan. di bidang

Fiqh, Tauhid dan ilmu keislaman lainnya, sehingga beliau menjadi rujukan

bagi orang-orang untuk menanyakan mengkonsultasikan masalah

kedokteran atau masalah-masalah hukum dan permasalahan-permasalahan

lain.

Secara garis besar Ibnu Rusyd diketahui adalah sebagai ahli Kedokteran

dengan karyanya yang masyhur di kalangan cendekiawan maupun pelajar

muslim yaitu “Al-Kulliyatu Fi Al-Thibb”.

Banyak orang belum mengenal siapa itu IBNU RUSYD, bagaimana

pemikiran-pemikiran beliau, filsafat-filsafat beliau. Oleh karena itu, dalam

makalah ini penulis merasa penting membahas tentang IBNU RUSYD dari

perspektif Theologi.

RUMUSAN MASALAH

Dengan mempelajari IBNU RUSYD, kita dapat memahami tentang :

A. Sejarah IBNU RUSYD

B. Pemikirannya

Page 4: PEMIKIRAN IBNU RUSYD

C. Filsafat-filsafatnya

Pemikiran Ibnu Rusyd :

1. Pluralisme dalam ijtihad.

2. Kebebasan dan tradisi kritik

3. Dialog Antar agama

4. Kontrol atas Kebijakan Politik

Adapun filsafat Ibnu Rusyd adalah :

1. Agama dan Filsafat

2. Tingkat Kemampuan Manusia

3. Kebahagiaan

4. Akal dan Jiwa manusia

Page 5: PEMIKIRAN IBNU RUSYD

BAB II

PEMBAHASAN

Sejarah Singkat

Ibnu Rusyd, nama lengkapnya Abu al-Walid Muhammad Ibnu

Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Ahmad Ibnu Rusyd. Lahir di Kordova,

Andalus pada tahun 520 H. bertepatan dengan tahun 1126 M. Ia dibesarkan

dalam lingkungan ahli fiqh (hukum Islam). Ayahnya seorang hakim

(qadhi). sedang kakeknya seorang Hakim Agung (qadhi al-Qudhah) di

Andalus. Kota ini menyimpan banyak kenangan dan kebanggaan. Kejayaan

kota tersebut dapat disejajarkan dengan kota metropolitan lainnya, seperti

Baghdad, Athena, Alexandria dan Roma. Salah satu keistemawaan

Cordoba adalah perhatian yang cukup besar terhadap kebudayan dan ilmu

pengetahuan.

Ibnu khaldun pernah mengungkapkan, al-Muntashir Billah (julukan

ibnu rusyd) merupakan seorang pemimpin yang mempunyai perhatian

besar terhadap kepustakaan. Buktinya, ia mengirimkan dana cukup besar

untuk kepentingan belanja buku, baik dari pengarangnya langsung maupun

melalui para ajudannya. Sedangkan Ibnu Zahar, teman dekat Ibnu Rusyd

mengisahkan, apabila sorang penduduk Sevilla meninggal dunia dan ingin

menjual buku-buku peninggalannya hendaklah pergi ke Cordoba.

Sedangkan jika pemusik asal Cordoba meninggal dunia dan ingin menjual

alat-alat musiknya hendaklah pergi ke Sevilla. Kisah ini hendak hendak

Page 6: PEMIKIRAN IBNU RUSYD

menyatakan bahwa Cordoba merupakan salah satu kota ilmu, sedang

Sevilla adalah kita seni, terutama seni musik yang memang ketika itu

berkembang cukup pesat. Kondisi objektif kota kebudayaan tersebut telah

memacu minat ibnu Rusyd terhadap ilmu pengetahuan. Ayah dan kakek

Ibnu Rusyd adalah hakim-hakim terkenal pada masanya. Ibnu Rusyd kecil

sendiri adalah seorang anak yang mempunyai banyak minat dan talenta.

Dia mendalami banyak ilmu, seperti kedokteran, hukum, matematika, dan

filsafat. Ibnu Rusyd mendalami filsafat dari Abu Ja'far Harun dan Ibnu

Baja.

Ibnu Rusyd adalah seorang jenius yang berasal dari Andalusia dengan

pengetahuan ensiklopedik. Masa hidupnya sebagian besar diberikan untuk

mengabdi sebagai "Kadi" (hakim) dan fisikawan. Di dunia barat, Ibnu

Rusyd dikenal sebagai Averroes dan komentator terbesar atas filsafat

Aristoteles yang mempengaruhi filsafat Kristen di abad pertengahan,

termasuk pemikir semacam St. Thomas Aquinas. Banyak orang

mendatangi Ibnu Rusyd untuk mengkonsultasikan masalah kedokteran dan

masalah hukum.

Pemikiran Ibnu Rusyd

Karya-karya Ibnu Rusyd meliputi bidang filsafat, kedokteran dan fikih

dalam bentuk karangan, ulasan, essai dan resume. Hampir semua karya-

karya Ibnu Rusyd diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Ibrani

Page 7: PEMIKIRAN IBNU RUSYD

(Yahudi) sehingga kemungkinan besar karya-karya aslinya sudah tidak

ada.

Filsafat Ibnu Rusyd ada dua, yaitu filsafat Ibnu Rusyd seperti yang

dipahami oleh orang Eropa pada abad pertengahan dan filsafat Ibnu Rusyd

tentang akidah dan sikap keberagamaannya. Disamping itu, buah

pemikiran Ibnu Rusyd. Sejak delapan abad lalu, Ibnu Rusyd sedah

mengingatkan kita tentang pentingnya filsafat. Sebagai seorang filsuf,

tabib, dan ulama, Ibnu Rusyd sebenarnya telah memberikan jalan kepada

kita untuk menjadi sorang Muslim Progresif. Menurutnya, seorang muslim

yang baik adalah yang bias merepresentasikan zaman, di saat dan dimana

ia hidup. Seorang muslim harus menggunakan akalnya agar tidak

terbelakang. Karena itu tak heran jika pandangan-pandangan Ibnu Rusyd

senantiasa menyegarkan dan mendewasakan wawasan keagamaan kita,

sebagaimana tercermin dalam beberapa hal berikut:

1) Pluralisme dalam ijtihad.

Ibnu Rusyd adalah seorang hakim agama (qadhy) di Sevilla (1169) dan

Kepala Hakim Agama di Cordoba (1182). Dalam kapasitasnya sebagai

pemilik otoritas dalam masalah keagamaan, Ibnu Rusyd tidak serta merta

menggunakan otoritas tersebut sebagai tangan besi untuk menyimpulkan

sebuah hukum secara hitam-putih. Dalam ranah hukum Islam (fiqh), ia

seringkali menekankan pentingnya keragaman ijtihad. Ibnu Rusyd

sebenarnya ingin memberikan pelajaran berharga, bahwa elemen terpenting

Page 8: PEMIKIRAN IBNU RUSYD

dalam fikih ialah menguraikan dimensi moral etik di balik hukum dan

memahami proses ijtihad. Artinya, setiap hukum yang akan difatwakan

sejatinya dapat dipertimbangkan kemaslahatan umum.

2) Kebebasan dan tradisi kritik

Ibnu Rusyd hidup di masa kegelapan dan terpasungnya kebebasan berpikir.

Saat itu, filsafat dikubur hidup-hidup, terutama setelah difatwa sesat

(kafir’) dan rancu (muthafit) oleh Imam al-Ghazali dalam Thahafut al-

Falasifah. Karena itu, langkah Ibnu Rusyd kemudian adalah mengkritisi

sejumlah kitab yang selama ini mengharamkan filsafat dengan menulis

kitab bertajuk Tahafut at-Tahafut seraya mengeluarkan fatwa “pentingnya

berpikir dan berfilsafat”, sebagaimana ditulis secara satir di kitab Fashi al-

Maqal fi ma bayna al-Hikmah wa asy-Syari’ah min al-Ittishal.

Menurutnya. Ibnu Rusyd menambahkan, persoalan kalam (teologi)

semestinya tidak melulu didekati dengan pendekatan tekstual, melainkan

juga dengan filsafat, yaitu melalui mekanisme takwil yang berlandaskan

analogi demonstrative (al-qiyas al-burhany). Atas dasar itu, Ibnu Rusyd

menolak pengkafiran terhadap kaum filsuf, karena filsafat dan pikir

merupakan ajaran Islam yang otentik.

Ibnu Rusyd kerapkali melancarkan kritik terhadap para ulama, baik yang

hidup pada masa sebelumnya maupun yang semasa dengannya. Kritiknya

ini dilancarkan bukan demi menjatuhkan lawan, seperti dilakukan kaum

sofis dalam tradisi yunani atau kaum teolog (mutakallimun) dalam tradisi

Page 9: PEMIKIRAN IBNU RUSYD

Islam. Kritik Ibnu Rusyd ialah dalam rangka meluruskan paradigma

berpikir. Ketika mengkritik kalangan Asy’arinyah misalnya, Ibnu Rusyd

amat meyangkan penggunaan inderawi terhadap sesuatu yang abstrak.

Paradigma seperti ini, bagi Ibnu Rusyd, sama sekali tidak bisa dibenarkan,

karena hal-hal transenden

tidak bisa disentuh dengan indera manusia. Dalam banyak hal kalangan

Asy’ariyah telah terjebak dalam kekeliruan paradigmatic.

3) Dialog Antaragama

Ibnu Rusyd menghendaki agar filsafat dijadikan jembatan untuk menerima

kebenaran dari pihak lain, bahkan yang berbeda sekalipun. Di kitab Fashl

al Maqal fi ma bayna al-Hikmah wa asy-Syariah min al-Ittisal Ibnu Rusyd

menulis, “jika kita menemukan kebenaran dari mereka yang berbeda

agama, kita mesti menerima dan menghormatinya”. Ibnu Rusyd

memandang bahwa perbedaan agama tidaklah menjadi penghalang untuk

membangun jembatan dialog.

Kunci dari keterbukaan Ibnu Rusyd untuk melakukan dialog dengan umat-

umat lain adalah kecenderungannya pada filsafat. Karena filsafat baginya

merupakan salah satu pintu menuju kearifan dan kemuliaan hidup.

4) Kontrol atas kebijakan politik

Hal penting yang mendarah daging dalam karakter Ibnu Rusyd adalah

control terhadap kebijakan peguasa. Menurutnya, otoritarianisme

berpotensi membunuh kepentingan kolektif. Karena itu, ia selalu berbeda

Page 10: PEMIKIRAN IBNU RUSYD

pendapat dengan khalifah, bahkan tak jarang memanggil sang khalifah

dengan “wahai saudaraku”. Dan sikap seperti inilah yang menjadi satu dari

beberapa sebab kenapa ibnu Rusyd mengalami inkuisi (mihnah fikriyah)

dan diasingkan oleh khalifah Lucena, kepulauan Atlantik, 1195. Dari sini,

catatan terpenting adalah perlunya control terhadap penguasa.

Ibnu Rusyd mempunyai harapan agar politik tidak hanya menjadi ajang

perebutan kekuasaan. Perebutan kekuasaan bukanlah fenomena asing pada

waktu itu. System politik umat Islam yang dibangun di atas system klan

telah memunculkan perebutan kekuasaan yang amat dahsyat. Sementara

itu, umat Islam tidak mempunyai filsafat politik yang baik untuk menjawab

masalah-masalah tersebut. Ketika para ulama terseret untuk hanya focus

belajar ilmu-ilmu agama, maka ilmu-ilmu social yang berkaitan dengan

ilmu tata masyarakat cenderung diabaikan.

Filsafat Ibnu Rusyd

Sebagai komentator Aristoteles tidak mengherankan jika pemikiran Ibnu

Rusyd sangat dipengaruhi oleh filosof Yunani kuno. Ibnu Rusyd

menghabiskan waktunya untuk membuat syarah atau komentar atas karya-

karya Aristoteles dan berusaha mengembalikan pemikiran Aristoteles

dalam bentuk aslinya. Di Eropa latin, Ibnu Rusyd terkenal dengan nama

Explainer (asy-Syarih) atau juru tafsir Aristoteles. Sebagai juru tafsir

martabatnya tak lebih rendah dari Alexandre d’Aphrodise (filosof yang

menafsirkan filsafat Aristoteles abad ke-2 Masehi) dan Thamestius.

Page 11: PEMIKIRAN IBNU RUSYD

Dalam beberapa hal Ibnu Rusyd tidak sependapat dengan tokoh-tokoh

filosof muslim sebelumnya, seperti al-Farabi dan Ibnu Sina dalam

memahami filsafat Aristoteles walaupun dalam beberapa persoalan filsafat

ia tidak bisa lepas dari pendapat dari kedua filosof muslim tersebut.

Menurutnya pemikiran Aristoteles telah bercampur baur dengan unsur-

unsur Platonisme yang dibawa komentator-komentator Alexandria. Oleh

karena itu, Ibnu Rusyd dianggap berjasa besar dalam memurnikan kembali

filsafat Aristoteles.

Atas saran gurunya, Ibnu Thufail yang memintanya untuk menerjemahkan

fikiran-fikiran Aristoteles pada masa dinasti Muwahhidun tahun 557-559

H. Namun demikian, walaupun Ibnu Rusyd sangat mengagumi Aristoteles

bukan berarti dalam berfilsafat ia selalu mengekor dan menjiplak filsafat

Aristoteles. Ibnu Rusyd juga memiliki pandangan tersendiri dalam tema-

tema filsafat yang menjadikannya sebagai filosof Muslim besar dan

terkenal pada masa klasik hingga sekarang.

1) Agama dan Filsafat

Ibnu Rusyd adalah tokoh yang ingin mengharmoniskan agama dan filsafat.

Diantaranya tidak terdapat dua kebenaran yang kontradiktif, tetapi sebuah

kebenaran tunggal yang dihadirkan dalam bentuk agama, dan melalui

takwil, menghasilkan pengetahuan filsafat. Agama adalah bagi setiap

orang, sedangkan filsafat hanya bagi mereka yang memiliki kemampuan-

kemampuan intelektual yang memadai. Meskipun demikian, kebenaran

Page 12: PEMIKIRAN IBNU RUSYD

yang dijangkau suatu kelompok tidaklah bertentangan dengan kebenaran

yang ditemukan kelompok lain.

Seperti al-Kindi, Ibnu Rusyd juga berpendapat bahwa tujuan filsafat adalah

memperoleh pengetahuan yang benar dan berbuat benar. Dalam hal ini,

filsafat sesuai dengan agama. Sebab tujuan agama-pun tidak lain adalah

untuk menjamin pengetahuan yang benar bagi umat manusia dan

menunjukkan jalan yang benar bagi kehidupan yang praktis. Agama dan

filsafat adalah sejalan dan memiliki tujuan yang sama yaitu untuk

mencapai pengetahuan yang benar. Dengan demikian, berfilsafat secara

benar dengan menggunakan metode ilmu mantiq yang benar pula, akan

didapat pengetahuan yang tidak bertentangan dengan ajaran agama.

2. Tingkat Kemampuan manusia

Dalam hal ini Ibnu Rusyd membuat perbedaan tingkat kapasitas dan

kemampuan manusia dalam menerima kebenaran menjadi tiga kelompok.

Mereka adalah kelompok yang menggunakan metode retorik (khathabi),

metode dialektik (jadali) dan metode demonstratif (burhani). Metode yang

pertama dan kedua dipakai oleh manusia awam, sedangkan metode yang

ketiga merupakan pengkhususan yang diperuntukkan bagi kelompok

manusia yang tingkat intelektual dan daya kemampuan berfikirnya tinggi.

Tingkat kemampuan manusia ini terkait dengan masalah pembenaran atau

pembuktian atas sesuatu yang dipengaruhi oleh kapasitas intelektualnya.

Ibnu Rusyd menjelaskan, bagi manusia, adanya tingkatan pembuktian

Page 13: PEMIKIRAN IBNU RUSYD

kebenaran secara burhani, jadali dan khatabi, karena kemampuan manusia

dalam menerima kebenaran itu berbedabeda dan beragam. Pengelompokan

ini, menurut Ibnu Rusyd sesuai dengan semangat al- Qur’an yang

mengajarkan umat Islam untuk mengajak manusia kepada kebenaran

dengan jalan hikmah, pelajaran yang baik dan debat yang argumentatif.

Ajaklah mereka ke jalan Tuhanmu dengan cara hikmah, pengajaran yang

baik dan ajak bicaralah (debat) mereka dengan cara yang baik pula.

Sesungguhnya Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang sesat di jalan-Nya

dan Ia juga lebih tahu siapa yang mendapat petunjuk. (al-Nahl: 125)

3. Kebahagiaan

Mengenai konsep kebahagiaan, Ibnu Rusyd sejalan dengan ide al-Farabi

dan Ibnu Sina bahwa ilmu pengetahuan adalah jalan pencapaian dan

kebahagiaan spiritual. Derajat kesempurnaan tertinggi ialah jika seseorang

menembus tabir dan melihat dirinya aspek demi aspek di hadapan realitas-

realitas. Ibnu Rusyd menolak jika kesederhanaan dan kejumudan orang-

orang tasawuf merupakan sarana untuk menyendiri dan berhubungan

dengan Tuhan. Dengan demikian ia tidak bisa menerima anggapan kaum

sufi bahwa kebahagiaan seseorang dapat dicapai tanpa ilmu pengetahuan.

Ibnu Rusyd percaya bahwa konsep kebahagiaan hanya dapat dicapai

melalui akal aktual dan ilmu pengetahuan. Ia berpendapat bahwa sejak bayi

dilahirkan, ia sudah membawa kesiapan untuk menerima pengetahuan-

pengetahuan umum sehingga jika ia mulai belajar, maka kesiapan ini

Page 14: PEMIKIRAN IBNU RUSYD

berubah menjadi akal aktual. Akal ini selalu berkembang dan meningkat

sampai ia bisa berhubungan dengan akal yang tidak ada pada benda dan

daripadanya mengambil pancaran ilham. Akal yang sudah sampai kepada

tahap menerima pancaran ilham merupakan kesempurnaan tertinggi.

Sedangkan jalan yang akan menuntun untuk mencapainya, ialah

perkembangan segala pengetahuan dan peningkatan persepsi manusia.

Karena ilmu pengetahuan semata-mata adalah jalan kebahagiaan dan

hubungan dengan alam akal dan alam ruh.

4. Akal dan Jiwa Manusia

Manusia menurut Ibnu Rusyd, mempunyai dua gambaran yang dalam

bahasa Arab disebut ma’ani . Kedua gambaran itu dinamakan percept

(perasaan) dan concept (pikiran). Perasaan adalah gambaran khusus yang

dapat diperoleh dengan pengalaman yang berasal dari materi. Ibnu Rusyd

memberi perbedaan antara perasaan dan akal. Pemisahan ini

memperlihatkan kecenderungan Ibnu Rusyd dalam memisahkan antara

pengetahuan akali (aqli) dengan pengetahuan inderawi (naqli). Dengan

sendirinya kedua pengetahuan ini berbeda dalam hal cara manusia

memperolehnya. Pengetahuan inderawi diperoleh dengan percept

(perasaan), sedangkan pengetahuan aqli diperoleh lewat akal,

pemahamannnya dilakukan dengan penalaran atau pikiran. Akal sendiri

dibagi menjadi dua jenis, yang pertama disebut akal praktis dan yang kedua

adalah akal teoritis. Akal praktis memiliki fungsi sensasi, di mana akal ini

Page 15: PEMIKIRAN IBNU RUSYD

dimiliki oleh semua manusia. Di samping memiliki fungsi sensasi, akal

praktis juga memiliki pengalaman dan ingatan. Sedangkan akal teoritis

mempunyai tugas untuk memperoleh pemahaman (konsepsi) yang bersifat

universal

Page 16: PEMIKIRAN IBNU RUSYD

BAB 3

KESIMPULAN

Abu Walid Muhammad bin Rusyd lahir di Kordoba (Spanyol) pada tahun

520

Hijriah (1128 Masehi). Ayah dan kakek Ibnu Rusyd adalah hakim-hakim

terkenal pada masanya. Ibnu Rusyd kecil sendiri adalah seorang anak yang

mempunyai banyak minat dan talenta. Dia mendalami banyak ilmu, seperti

kedokteran, hukum, matematika, dan filsafat. Ibnu Rusyd mendalami

filsafat dari Abu Ja'far Harun dan Ibnu Baja.

Ibnu Rusyd adalah seorang jenius yang berasal dari Andalusia dengan

pengetahuan ensiklopedik. Masa hidupnya sebagian besar diberikan untuk

mengabdi sebagai "Kadi" (hakim) dan fisikawan. Di dunia barat, Ibnu

Rusyd dikenal sebagai Averroes dan komentator terbesar atas filsafat

Aristoteles yang mempengaruhi filsafat Kristen di abad pertengahan,

termasuk pemikir semacam St. Thomas Aquinas. Banyak orang

mendatangi Ibnu Rusyd untuk mengkonsultasikan masalah kedokteran dan

masalah hukum.

Pemikiran Ibnu Rusyd :

1. Pluralisme dalam ijtihad.

2. Kebebasan dan tradisi kritik

3. Dialog Antar agama

Page 17: PEMIKIRAN IBNU RUSYD

4. Kontrol atas Kebijakan Politik

Adapun filsafat Ibnu Rusyd adalah :

1. Agama dan Filsafat

2. Tingkat Kemampuan Manusia

3. Kebahagiaan

4. Akal dan Jiwa manusia

Page 18: PEMIKIRAN IBNU RUSYD

DAFTAR PUSTAKA

Zuhairi Misrawi, Ibnu Rusyd “Gerbang Pencerahan Timur dan Barat”,

PPPM : Jakarta,2007

Ibnu Rusyd, Kaitan Filsafat Dengan Syari’at, judul asli, Fashl al-Maqal fi

ma baina al-Hikmah wa al-Syari’ah min al-Ittishal, terj. Ahmad Shodiq

Noor, Pustaka Firdaus,Jakarta, 1996

Ahmad Fuad al-Ahwani, Filsafat Islam, Pustaka Firdaus, cetakan

kedelapan, Jakarta,1997

Seyyed Hossein Nasr, Intelektual Islam, terj. Suharsono & Djamaluddin

M.Z., Pustakapelajar, Yogyakarta, 1996:Oliver Leaman, Pengantar Filsafat

Islam, terj. Amin Abdullah, Rajawali, Jakarta, 1989Miska Muhammad

Amin, Epistemologi Islam, UI-Press, Jakarta, 1983

http://id.wikipedia.org/wiki/b Ibnu_Rusyd

Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1996