pembelajaran deduktif

17
PEMBELAJARAN INOVATIF I MODEL PEMBELAJARAN DEDUKTIF KELOMPOK 3: 1. ARINI DIAH ROSALINA 13030174043 2. ANIS NORAWATI 13030174056 3. RINI KUSUMA A. 13030174062 4. DWI RAHMAWATI 13030174063 5. ALFIANTO RUBY P. 13030174079 6. HERLINA ARI SAFITRI 13030174087 7. MIFTAKHUL IMAMA 13030174088 2013 C 1 | Model Pembelajaran Deduktif

Upload: rosa

Post on 19-Dec-2015

250 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

deduktif

TRANSCRIPT

PEMBELAJARAN INOVATIF I

MODEL PEMBELAJARAN DEDUKTIF

KELOMPOK 3:

1. ARINI DIAH ROSALINA 13030174043

2. ANIS NORAWATI 13030174056

3. RINI KUSUMA A. 13030174062

4. DWI RAHMAWATI 13030174063

5. ALFIANTO RUBY P. 13030174079

6. HERLINA ARI SAFITRI 13030174087

7. MIFTAKHUL IMAMA 13030174088

2013 C

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN MATEMATIKA

1 | M o d e l P e m b e l a j a r a n D e d u k t i f

2015

2 | M o d e l P e m b e l a j a r a n D e d u k t i f

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................................i

BAB I.........................................................................................................................................2

PENDAHULUAN......................................................................................................................2

A. LATAR BELAKANG.................................................................................................2

B. TUJUAN......................................................................................................................3

BAB II........................................................................................................................................4

PEMBAHASAN........................................................................................................................4

A. PENDAHULUAN.......................................................................................................4

B. PERENCANAAN PEMBELAJARAN MODEL DEDUKTIF...................................4

C. PERBANDINGAN MODEL INDUKTIF DENGAN MODEL DEDUKTIF............7

D. PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DENGAN MODEL DEDUKTIF.................7

E. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN MODEL PEMBELAJARAN DEDUKTIF.....8

BAB III.....................................................................................................................................10

PENUTUP................................................................................................................................10

A. KESIMPULAN.........................................................................................................10

B. SARAN......................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11

i | M o d e l P e m b e l a j a r a n D e d u k t i f

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Belajar adalah sesuatu kegiatan yang tidak terpisahkan dalam kehidupan

manusia. Kegiatan belajar dapat mengembangkan potensi-potensi yang dibawa sejak

lahir. Komponen-komponen yang ada dalam kegiatan pembelajaran adalah guru dan

siswa. Seorang guru dituntut mempunyai pengetahuan, keterampilan dan sikap yang

profesional dalam memberikan pembelajajaran terhadap  siswa-siswanya.

Perkembangan pengetahuan saat ini telah melaju dengan pesat dan erat

hubungannya dengan perkembangan teknologi. Maka seharusnya seorang guru harus

mampu menyesuaikan kondisi perkembangan yang telah ada saat ini dengan lebih

mengembangkan sesuatu pembelajaran atau metode yang harus dilakukan ketika

melakukan pembelajaran kepada siswanya.

Ada banyak metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses

pembelajaran. Dalam memilih metode pembelajaran, guru tidak boleh memilih secara

asal-asalan. Metode yang digunakan haruslah metode yang direncanakan berdasarkan

pertimbangan perbedaan individu diantara siswa, yang dapat memberi feedback dan

inisiatif murid untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Dapat dikatakan

berhasil atau tidaknya kegiatan pembelajaran, tergantung pada efektif tidaknya

metode pembelajaran yang dipergunakan oleh guru dalam proses pembelajaran.

Namun berdasarkan hasil pengamatan, dengan metode pembelajaran

konvesional yang selama ini diterapkan oleh seorang guru, hasil pembelajaran yang

diinginkan belum dapat tercapai secara optimal, karena siswa belum diberi

kesempatan secara luas untuk mengembangkan minat, bakat, dan kemampuannya.

Pembelajaran yang dilakukan terkesan monoton dan tidak menggairahkan siswa untuk

belajar lebih aktif lagi.  Hal itu mengakibatkan siswa kurang berminat untuk

mengikuti dan melaksanakan proses pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran

yang diinginkan tidak dapat tercapai secara optimal.

2 | M o d e l P e m b e l a j a r a n D e d u k t i f

Pada dasarnya metode pembelajaran dapat dilihat melalui dua sudut pandang

yaitu pertama siswa dipandang sebagai objek belajar, dalam hal ini pembelajaran

menuntut keaktifan guru. Kedua siswa sebagai subjek dan objek belajar, siswa

dituntut keaktifannya dalam proes pembelajaran.

Model deduktif merupakan model yang sangat dekat dengan model induktif.

Dalam banyak hal kedua model mempunyai banyak kesamaan. Keduanya dirancang

untuk untuk mengajarkan konsep dan generalisasi, menggandalkan contoh, dan

bergantung pada keterlibatan aktif guru dalam membimbing siswa untuk belajar.

Model deduktif ini akan meningkatkan kretifitas siswa dalam berfikir.

B. TUJUANBerdasarkan latar belakang di atas, tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

a. Untuk mengetahui ikhtisar tentang pembelajaran deduktif.

b. Untuk mengetahui tahapan-tahapan dalam pembelajaran deduktif.

3 | M o d e l P e m b e l a j a r a n D e d u k t i f

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENDAHULUANModel deduktif merupakan imbangan yang sangat dekat bagi model induktif. Dalam

banyak hal kedua mdel tersebut mempunyai banyak kesamaan. Keduanya dirancang

untuk mengajar konsep dan generalisasi, keduanya mengandalkan contoh, dan keduanya

bergantung pada keterlibatan guru secara aktif dalam membimbing siswa untuk belajar.

Ada perbedaan yang nyata antara keduanya, yaitu urutan kejadian selama pembelajaran,

keterampilan berfikir termasuk proses berfikir, cara memotivasi, dan waktu yang

diperlukan.

Langkah-langkah pelaksanaan model deduktif

1. Menyatakan abstraksi. Guru mendefinisikan konsep atau menyatakan suatu

generalisasi, menghubungkan materi yang lalu denagn materi baru, menjelaskan

kata-kata yang terdapat pada abstraksi, dan menjelaskan tujuan pembelajaran.

2. Abstraksi ditunjukkan dengan contoh. Guru menggolongkan contoh-contoh yang

termasuk konsep atau tidak, kemudian guru meminta siswa untuk melakukan hal

yang serupa.

3. Aplikasi. Siswa diminta memberi contoh lain dari suatu konsep atau generalisasi

pada situasi khusus.

4. Penutup. Langkah ini merupakan langkah akhir dengan menyimpulkan bersama-

sama tentang materi yang telah dipelajari pada hari itu.

B. PERENCANAAN PEMBELAJARAN MODEL DEDUKTIF

Tujuan Materi

Tujuan Materi yang dapat dicaai dengan Model Deduktif sama pentingnya seperti

pada Model Induktif. Pengidentifikasian sifat-sifat khusus tentang suatu konsep atau

hubungan yang tepat dalam suatu generalisasi identic dengan kedua model. Pemilihan

banyaknya contoh dan kualitas contoh diperlukan untuk menggambarkan suatu

konsep atau generalisasi juga sama untuk kedua model. Dalam setiap kejadian khusus

bertujuan membantu guru untuk memilih contoh yang paling efektif sebagai ilustrasi.

4 | M o d e l P e m b e l a j a r a n D e d u k t i f

Pengobservasian sifat-sifat dalam suatu konsep dan hubungan dalam

penggeneralisasian pada model induktif tidak sebanyak kritik pada model deduktif.

Miskonsepi yang biasa muncul ada guru adalah aktifitas model deduktif lebih efektif

utuk contoh-contoh abstrak, misalkan kata-kata dimana obyek nyata dan gambar

diperlukan pada kegiatan induktif. Murid-murid seringkali kelihatan memahami

konsep tentang contoh-contoh abstrak, karena mereka lebih cepat belajar dengan

mengulang definisi atau generalisasi yang diikuti dengan contoh-contoh. Oleh karena

itu, mereka mempelajari tingkatan ingatan yang dialihkan ke situasi baru dan jika

ditanya penggeneralisasiannya mereka mengalami kesulitan.

Keterampilan materi

Pengembangan keterampilan berfikir merupakan tujuan yang jelas dan eksplisit

pada model deduktif disbanding model induktif. Sementara itu pelajar menanyakan

bagaimana membandingkan dan menggeneralisasikan bila mereka mengklasifikasi

contoh dan menggeneralisasikan sendiri. Mereka tidak melihat sekumpulan data dan

secara formal merek menemukan pola-polanya. Dalam memilih model deduktif guru

sengaja melakukan pilihan untuk menyepakati focus keterampilan berfikir dalam

memberikan tekanan pada aspek yang lain dalam suatu pembelajaran. Lagipula model

deduktif juga mengorbankan beberapa pengutamaan motivasi dalam pendekatan

deduktif.

Motivasi

Karena model deduktif labih terbuka daripada model induktif atau model

integrative, yang memberi kesempatan lebih banyak pada siswa untuk memberikan

tanggpan tanpa memastikan untuk memberikan jawaban yang “salah”, dan

kemungkinan mempertinggi motivasi melalui proses ini diperkecil. Juga kesesuaian

pembelajaran incidental sering dihasilkan dari keterbukaan yang dipersempit.

Lagipula siswa menunjukkan perasaan yang tidak diketahui yang berkaitan dengan

pembelajaran induktif dan pembelajaran yang berorientasi pada inkuiri hilang.

Sebagai hasil ini lebih sulit bagi guru untuk menangkap erhatian murid yang sebentar

lagi “mengarah” pada penggunaan model deduktif disbanding dengan penggunaan

pendekatan induktif. Hal ini tidak berarti bahwa guru memilih aktifitas tidak

memperhatikan keterlibatan, keberhasilan, atau konsep diri siswa. Ini berarti bahwa

pada kegiatan deduktif tekanan lebih diarahkan pada tujuan dibanding dengan

5 | M o d e l P e m b e l a j a r a n D e d u k t i f

kegiatan induktif. Guru yang lebih berorientasi pada materi atau yang mempunyai

keterbatasan waktu untuk mengajarkan konsep atau generalisasi dapat memilih untuk

menggunakan model ini. Lebih jauh lagi kerjasama keterampilan berfikir dan

motivasi dapat dibuat dan digunakan untuk menambah efisiensi.

Waktu

Karena pemrosesan informasi dalam pembelajaran dengan model deduktif

adalah terbuka dan tidak divergen seperti yang diharapkan pada pengajaran induktif,

dengan demikian pengajaran dengan model deduktif dapat digunakan untuk mengajar

konsep dan generalilsasi secara lebih cepat dibandng dengan model induktif. Efisiensi

ini dapat dicapai karena guru dapt memilih model deduktif untuk mengajar abstraksi

sederhana dimana murid dapatbelajar dengn cepat tanpa banyak kesulitan.

Ada pandangan lain, banyak konsep yang sulit digambarkan dan siswa harus

dilatih untuk melihat contoh contoh. Sebagai contoh, dalam mengajarkan perubahan

bentuk bulan yang secara umum meruakan konsep yang agak sulit bagi siswa,. Guru

sering menggunakan senter atau slide proyektor sebagai matahari, bola bumi, dan bola

kecil sebagai bulan. Kemudian siswa mencari bagian-bagian yang disinari dan bagian-

bagian yang merupakan bayangan dari bola kecil yang mengelilingi bla bumi. Ini

sebenarnya tidk mungkin diilustrasikan dalam kelompok yang besar karena semua

siswa harus melihat bagian yang terkena sinar dan yang gelap dari bola. Konsep

seperti ini mungkin dapat dijarkan dengan lebih efektif bila guru menjelaskan terlebih

dahulu dan mengilustrasikan proses, kemudian melatih kelompok-kelompok kecil

untuk melihat contoh. Model induktif dapt lebih sulit dan merupakan pendekatan yang

tidak pasti untuk mengajar konsep ini.

Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada cara yang terbaik untuk mengajar, dan

guru yang efektif mempunyai cara menentukan strategi untuk membantu siswanya

dalam belajar. Hal ini juga menunjukkan keberagaman factor yang berkaitan dengan

guru yang efektif (Rosenshine, 1971), lebih jauh lagi memudahkan guru untuk

memadankan model pembelajaran dengan tujuan, khususnya yang berkaitan dengan

pembelajaran dalam kelas. Jika guru telah menggunakan pendekatan deduktif pda

suatu grup dengan tingkat pencapaian yang rendah, pelajar dengan motivasi rendah,

mungkin pendektan induktif dengan penekanan yang tegas pada observasi dapat

menolong. Untuk siswa-siwa yang bermotivasi tinggi keragaman dapat menolong

untuk memertahankan motivasinya (Brophy, 1983).

6 | M o d e l P e m b e l a j a r a n D e d u k t i f

C. PERBANDINGAN MODEL INDUKTIF DENGAN MODEL DEDUKTIFUntuk mempertimbangkan pencapaian tujuan yang sesuai dengan model deduktif

atau model induktif, perbedaannya adalah penekanan awal yang dapat dinyatakan

pada tabel berikut.

MODEL DEDUKTIF MODEL INDUKTIF

Sangat berorientasi pada materi Penekanan ada keterampilan berfikir

dan tujuan-tujuan afektif

Berstruktur tinggi Berstruktur rendah

Penggunaan waktu lebih efisien Penggunaan waktu kurang efisien

Kurang memberi kesempatan untuk

belajar sewaktu-waktu

Memberi kesempatan yang banyak

untuk belajar sewaktu-waktu

D. PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DENGAN MODEL DEDUKTIF

Langkah 1 : Menyatakan abstraksi

Langkah ini merupakan pendahuluan dari suatu pembelajaran. Pada langkah

ini guru menyajikan definisi atau generalisasi, menghubungkan kata-kata lebih dahulu

yang melingkupi konsep dan menjelaskan beberapa kata pada siswa.

Dalam melakukan generalisasi, guru dapat mengecek pemahaman siswa terhadap

konsep. Ada banyak cara untuk pemahaman siswa terhadap konsep, tetapi mungkin

yamg lebih baik dengan meminta mereka untuk memberi contoh baru atau contoh

yang unik. Tugas akhir pada langkah ini adalah menyampaikan tujuan pembelajaran.

Banyak penelitian telah menunjukkan penetapan atau pemberitahuan tujuan pada

siswa memberikan efek yang positif terhadap belajarnya (Brophy dan Good, 1986;

Roshensine dan Stevens, 1986).

Langkah 2 : Memberi ilustrasi

Setelah menyajikan dan menjelaskan abstraksi, selanjutnya adalah memberi

contoh untuk memberi ilustrasi. Ilustrasi dapat digunakan sebagai umpan balik, baik

bagi guru maupun bagi siswa. Suatu miskonsepsi yang biasa terjadi dalam mengajar

7 | M o d e l P e m b e l a j a r a n D e d u k t i f

dan khusunya tentang kegiatan deduktif adalah pendapat yang mengatakan bahwa

abstraksi saja cukup bagi para siswa untuk memahami konsep atau generalisasi.

Siswa diminta membuat contoh-contoh lain dan menjelaskannya. Siswa yang dapat

menjawab diminta mengacungkan jarinya. Bila banyak siswa yang mengacungkan jari

sedikit atau tidak ada atau untuk mengacungkan jari diperlukan waktu yang lama, hal

ini menunjukkan bahwa guru harus kembali lagi ke abstraksi awal atau mengulang

materi yang diajarkan lagi (Rosenshine d Stevens, 1986).

Langkah 3 : Contoh yang dibuat siswa

Jika siswa sudah dapat membuat contoh sendiri, ini merupakan sesuatu yang

sangat berharga. Jika siswa dapat mengklasifikasi tetapi tidak dapat membuat contoh

sendiri, berarti mereka tidak melakukan generalisasi secara baik dan transfer mereka

tidak selengkap yang dikehendaki. Dalam keadaan seperti ini guru dapat memberi

contoh tambahan bila diperlukan.

Guru akan puas bila siswanya memahami hubungan antara abstraksi dan contoh. Bila

hal ini telah terjadi guru siap untuk membentuk hubungan timbal balik dalam

pembelajaran, kemudian mengakhirinya.

Langkah 4 : Penutup

Penutup dalam pembelajaran deduktif adalah berupa ringkasan dari ide utama

dalam pembelajaran. Hal ini tidak hanya mencakup pengungkapan kembali terhadap

abstraksi tetapi juga setiap ide penting yang muncul untuk menganalisis contoh.

Ringkasan juga dapat diberikan sebagai pekerjaan rumah atau pekerjaan dikelas.

E. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN MODEL PEMBELAJARAN DEDUKTIFAdapun kelebihan dan kelemahan dari pendekatan deduktif dibandingkan dengan

pendekatan lain adalah :

Kelebihan pendekatan deduktif antara lain:

a) Tidak memerlukan banyak waktu.

b) Sifat dan rumus yang diperoleh dapat langsung diaplikasikan kedalam soal-

soal atau masalah yang konkrit.

8 | M o d e l P e m b e l a j a r a n D e d u k t i f

Kelemahan pendekatan deduktif antara lain:

a) Siswa sering mengalami kesulitan memahami makna matematika dalam

pembelajaran. Hal ini disebabkan siswa baru bisa memahami konsep setelah

disajikan berbagai contoh.

b) Siswa sulit memahami pembelajaran matematika yang diberikan karna siswa

menerima konsep matematika yang secara langsung diberikan oleh guru.

c) Siswa cenderung bosan dengan pembelajaran dengan pendekatan deduktif, karna

disini siswa langsung menerima konsep matematika dari guru tanpa ada

kesempatan menemukan sendiri konsep tersebut.

9 | M o d e l P e m b e l a j a r a n D e d u k t i f

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULANBerdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan antara lain:

1. Model deduktif merupakan strategi yang direncanakan dan cocok untuk

pengembangan kreatifitas berfikkir memalui pemahaman abstraksi yang

diberikan.

2. Garis besar pedoman umum modrl deduktif terdiri dari 4 tahap, yaitu tahap

menyatakan abstraksi, memberi ilustrasi, contoh yang dibuat siswa, penutup.

3. Pada model deduktif pesan atau materi pelajaran diolah mulai dari yang

umum, generalisasi atau rumusan konsep atau rumusan aturan, dilanjutkan

kepada yang khusus yaitu penjelasan bagian-bagiannya atau atribut-atributnya

(ciri-cirinya) dengan menggunakan berbagai ilustrasi atau contoh. Strategi

belajar mengajar deduktif antara lain dapat digunakan pada pelajaran

mengenai konsep “terdefinisi”.

B. SARANSebelum melaksanakan pembelajarn deduktif, guru hendaknya memilih materi

yang sesuai apabila diajarkan dengan menggunakan model deduktif. Dalam

melaksanakan model deduktif, guru seharusnya memberikan abstraksi atau konsep

yang singkat dan jelas agar siswa mampu menggeneralisasikan sesuai dengan tujuan

pembelajaran. Guru juga hendaknya memikirkan kemungkinan-kemingkinan contoh

yang sesuai dengan materi yang diajarkan agar siswa tidak kesulitan untuk

menggenaralisasikannya. Pemahaman tahap-tahap model deduktif juga harus

dipahami oleh guru agar tujuan model deduktif yang dilakukan dapat berhasil.

10 | M o d e l P e m b e l a j a r a n D e d u k t i f

DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard I. 2007. Learning to Teach: Belajar untuk Mengajar Edisi Ketujuh/Buku Satu. Terjemahan oleh Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto. 2008. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Amin, Siti M. 2001. Metode Deduktif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

11 | M o d e l P e m b e l a j a r a n D e d u k t i f