pemaknaan hadis-hadis mukhtalif menurut asy-sya>fi’i>:...

50
PEMAKNAAN HADIS-HADIS MUKHTALIF MENURUT ASY-SYA@ FI'I@ : Tinjauan Sosiologi Pengetahuan Oleh: Muhammad Irfan Helmy NIM: 05.3.484/S3 Promotor: Prof. Dr. H. Suryadi, M.Ag. Dr. Phil. Sahiron Syamsuddin, M.A. DISERTASI Diajukan kepada Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Agama Islam YOGYAKARTA 2014

Upload: builiem

Post on 29-Mar-2019

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PEMAKNAAN HADIS-HADIS MUKHTALIF

MENURUT ASY-SYA@FI'I @: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan

Oleh:

Muhammad Irfan Helmy

NIM: 05.3.484/S3

Promotor:

Prof. Dr. H. Suryadi, M.Ag.

Dr. Phil. Sahiron Syamsuddin, M.A.

DISERTASI

Diajukan kepada Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh

Gelar Doktor Ilmu Agama Islam

YOGYAKARTA

2014

Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan ii

TIM PENGUJI

1. Prof. Dr. H. Musa Asy’arie

(Ketua Sidang/Penguji)

2. Dr. H. Maksudin, M. Ag.

(Sekretaris Sidang)

3. Prof. Dr. H. Suryadi, M. Ag.

(Promotor/Penguji)

4. Dr. Phil. Sahiron Syamsuddin, M. A.

(Promotor/Penguji)

5. Dr. H. M. Alfatih Suryadilaga, M. Ag.

(Penguji)

6. Dr. Ocktoberrinsyah, M. Ag.

(Penguji)

7. Prof. Dr. H. Nasruddin Harahap, S.U.

(Penguji)

8. Dr. H. Hamim Ilyas, M. A.

(Penguji)

Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan iii

ABSTRAK

Studi tentang hadis yang memfokuskan pada dimensi

sosiologis-historis perlu dilakukan untuk menggali perspektif

lain dari ilmu hadis itu sendiri. Ilmu Mukhtalif al-H}adi>s\ yang

dirumuskan asy-Sya>fi'i> merupakan bagian ilmu hadis yang dapat

dikaji dengan perspektif sosiologis-historis. Studi tentang

metode asy-Sya>fi'i> dalam pemaknaan hadis-hadis mukhtalif

termasuk studi yang layak dieksplorasi lewat perspektif

sosiologis-historis. Hal ini bukan hanya karena asy-Sya>fi'i>

menulis sebuah karya khusus yang disebut Ikhtila>f al-H}adi>s\, tetapi juga karena studi hadis perspektif ini relatif belum banyak

dilakukan oleh para praktisi studi hadis. Studi-studi atas

pemikiran hadis asy-Sya>fi'i> masih terbatas pada aspek substantif

dan belum banyak menyentuh dimensi sosiologis-historis.

Pemikiran di atas menjadi landasan dirumuskannya

masalah-masalah pokok disertasi ini, yaitu: pertama, apa

struktur kemasukakalan asy-Sya>fi'i> yang menjadi landasan bagi

asy-Sya>fi'i> dalam pemaknaan hadis-hadis mukhtalif? kedua, apa

kepentingan dan motif asy-Sya>fi'i> dalam merumuskan metode

pemaknaan hadis-hadis mukhtalif? ketiga, bagaimana konteks

sosial, politik, ideologi dan budaya secara timbal balik

memengaruhi asy-Sya>fi'i> dalam pemaknaan hadis-hadis

mukhtalif? keempat, dalam konteks pertarungan ahl al-h}adi>ṡ dan

ahl ar-ra'y, dominasi aliran manakah yang ingin disokong asy-

Sya>fi'i> dalam konstruksi pemikiran hadis?

Untuk menjawab masalah-masalah pokok di atas,

disertasi ini menggunakan metode deskriptif-analitis untuk

memaparkan, menafsirkan, menganalisis dan menyimpulkan

secara sistematis, faktual, objektif dan akurat mengenai gagasan

primer yang menjadi objek penelitian ini. Sedangkan

pendekatan yang digunakan disertasi ini adalah pendekatan

Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan iv

sosiologi pengetahuan. Pendekatan ini digunakan untuk

menganalisis perkembangan suatu pemikiran dengan melihat

adanya pengaruh lingkungannya secara kronologis-historis,

sehingga dapat ditemukan makna dan maksud dari sebuah

pemikiran.

Metode dan pendekatan di atas menyampaikan disertasi

ini kepada beberapa poin temuan, yaitu: pertama, dalam struktur

logis pemikiran asy-Sya>fi'i> tentang hadis Nabi Saw, pemaknaan

hadis-hadis mukhtalif dengan metode yang dirumuskannya,

merupakan bagian tidak terpisahkan dari gerakan mengkonter

para penghujat hadis agar eksistensi hadis sebagi hujjah dapat

dipertahankan sepanjang masa. Untuk tujuan itu, bagi asy-

Sya>fi’i> ikhtila>f yang terjadi antar hadis hanyalah ikhtila>f z}a>hiri> bukan ikhtila>f haqi>qi>. Kedua, kepentingan utama asy-Sya>fi'i>

dalam merumuskan metode ilmu Mukhtalif al-H}adi>s\ adalah

mempertahankan eksistensi hadis terutama hadis ah}a>d sebagai

sumber hukum Islam. Di samping itu, perumusan ilmu

Mukhtalif al-H}adi>s\ asy-Sya>fi'i> berkepentingan untuk

menegaskan kebebasan dalam berijtihad dan menolak taqlid,

membebaskan ulama dan intelektual dari intervensi kekuasaan,

merumuskan sintesis dari pertentangan antar aliran pemikiran

dalam memahami teks-teks keagamaan, dan mensistematisasi

metodologi ilmu-ilmu keislaman terutama ilmu-ilmu hadis.

Ketiga, dengan melihat kepada konteks sosial masa asy-Sya>fi'i>,

terungkap bahwa pemaknaan hadis-hadis mukhtalif yang

dirumuskan asy-Sya>fi'i> dipengaruhi oleh dinamika keilmuan

yang berkembang sebelum dan ketika asy-Sya>fi'i> hidup baik dari

aspek teori maupun metodologi. Keempat, dalam konteks

pertarungan antaraliran pemikiran, terungkap bahwa metode

berpikir asy-Sya>fi'i> ternyata tidak menunjukkan keberpihakan

kepada salah satu aliran yang menonjol pada masanya yaitu

madrasah al-h{adi>s\ dan madrasah ar-ra'y. Dengan demikian,

Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan v

pendapat yang menyatakan bahwa asy-Sya>fi'i> sepenuhnya

berpihak kepada ahli hadis, perlu ditinjau kembali. Mengingat

konteks saat ini berbeda dengan konteks masa asy-Sya>fi'i> yang

melatarbelakangi pemaknaan hadis-hadis mukhtalif, maka perlu

dirumuskan ilmu Mukhtalif al-H}adi>s\ dengan pendekatan

hermeneutik-kritis. Selain bertujuan mengungkap makna yang

sebenarnya dari teks hadis, pendekatan ini juga mengajak para

peneliti untuk melepaskan diri dari ideologi atau pemikiran yang

membatasi munculnya inovasi pemikiran dan paradigma baru

dalam studi hadis.

Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan vi

KATA PENGANTAR

Bismilla>hirrah}ma>nirrah}i>m Segala puji dan sanjungan hanya milik Allah Subh}a>nahu>

Wa Ta'a>la>, Tuhan yang kepada-Nya kembali semua makhluk.

Dialah Tuhan yang dari-Nya bersumber segala ilmu dan

pengetahuan. Alh}amdulilla>hi Rabbil 'A<lami>n, berkat kuasa dan

taufiq-Nyalah penulis dapat menyelesaikan penulisan disertasi

ini. Sebuah proses yang cukup melelahkan sekaligus

menegangkan sebelum sampai kepada puncak akademik jenjang

Doktor. Sebuah "ritual" yang merubah rutinitas seseorang

sekaligus menciptakan rutinitas baru demi pencapaian sebuah

otoritas akademik. Sebuah perjalanan yang tidak hanya

membutuhkan ketajaman intelektual, tetapi juga kekuatan

spiritual sekaligus keseimbangan emosional. Dan sekali lagi

Alh}amdulilla>h, Allah Subh}a>nahu> Wa Ta'a>la> telah

mengaruniakan taufiq-Nya kepada penulis untuk melewati

semua itu.

Layaknya sebuah karya akademik jenjang Doktor,

disertasi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi akademik

bagi pengembangan studi Islam. Sebagai manusia biasa penulis

juga berharap disertasi ini dapat memberikan manfaat bagi para

peminat studi hadis Nabi Saw walaupun penulis sendiri

menyadari sepenuhnya, karya disertasi ini tidak luput dari

kekurangan. Meskipun demikian, inilah ikhtiyar yang dapat

penulis sumbangkan bagi pengembangan studi hadis di Tanah

Air.

Dalam penulisan disertasi ini, banyak pihak yang telah

memberikan kontribusi terhadap penyelesaian disertasi ini.

Untuk itu, ijinkanlah penulis dengan penuh kerendahan hati

menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-

tingginya kepada :

Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan vii

1. Prof. Dr. Suryadi, M. Ag. selaku promotor I yang dengan

keluwesan, keterbukaan dan ketelitiannya telah memberikan

bimbingan, arahan dan koreksi dalam proses penulisan

disertasi ini sehingga terwujud seperti yang tampak saat ini.

2. Dr. phil. Sahiron Syamsuddin, MA. selaku promotor II yang

di tengah mobilitasnya beraktivitas dari kota satu ke kota

lainnya, masih menyempatkan diri membaca dan

memberikan koreksi dengan teliti naskah disertasi ini

sehingga menjadikan disertasi ini lebih baik dari

sebelumnya.

3. Prof. Dr. Musa Asy'arie, Rektor UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta yang pendapat-pendapatnya pada saat

memberikan perkuliahan program Doktor (2005-2006)

banyak menyiratkan bahwa studi program Doktor 'wajib'

diselesaikan oleh mereka yang sudah terjun di dalamnya.

4. Prof. Dr. Khoiruddin Nasution, MA, Direktur Pascasarjana

UIN Sunan Kalijaga yang dengan tekun senantiasa

memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan penulisan

disertasi ini.

5. Dr. Imam Sutomo, M. Ag., Ketua STAIN Salatiga yang

selalu antusias mengingatkan penulis untuk menyelesaikan

penulisan disertasi ini sehingga bisa kembali menginfakkan

waktu lebih banyak lagi demi kemajuan lembaga.

6. K.H. Irfan Hielmy (alm) semoga Allah senantiasa merahmati

beliau yang pada saat menjadi pengasuh Pesantren

Darussalam Ciamis Jawa Barat telah membuka wawasan

penulis akan pentingnya intelektualitas dan kesalehan bagi

seorang penuntut ilmu. Beliaulah yang mengajarkan para

santrinya meneladani spirit muslim moderat, mukmin

demokrat dan muhsin diplomat.

7. Para guru dan dosen penulis yang jasanya tidak akan bisa

ternilai sejak penulis memulai pendidikan dasar hingga

Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan viii

pendidikan Doktor. Tanpa mereka penulis tidak akan sampai

pada kondisi seperti saat ini. Dengan ketulusan merekalah,

penulis berharap semoga semua pengetahuan yang penulis

terima menjadi ilmu yang bermanfaat.

8. Ayahanda Drs. H. Entjum Ma'sum dan Ibunda Hj. Euis

Hermawati serta kedua mertua penulis H. Rohayat dan Hj.

Siti Mariyah (alm.), merekalah yang tidak pernah berhenti

senantiasa berdo'a bagi kesuksesan penulis dalam menjalani

hidup dan kehidupan ini. Tetesan air mata merekalah bukti

ketulusan hati mereka berharap yang terbaik bagi penulis.

9. Belahan jiwa penulis, Heti Rohaeti, AMK., ibu dari ketiga

buah cinta Aliffia Hilmiaty (12), Najma Millati Hanifa (9),

Muhammad Khatami Mutsaqqof (4) yang telah

menunjukkan keikhlasan dan kesabaran mendampingi

penulis dalam proses penulisan disertasi ini. Ketulusannya

tidak menjadikannya bosan untuk selalu mengingatkan

penulis agar segera menyelesaikan disertasi ini.

10. Ananda tersayang Fia, Najma dan Hatta. Merekalah yang

menjadi obat bagi penulis pada saat kondisi lelah mendera

penulis di tengah penyelesaian disertasi ini. Merekalah yang

acapkali "protes" ketika penulis harus berlama-lama

beri'tizal menyelesaikan disertasi sehingga mengurangi

kebersamaan dengan mereka. Anak-anakku, inilah bukti

ketulusan kalian semua.

11. Adinda tersayang Ali, Neneng, Hammam, Anis, Hadi, Ati,

Opik dan Ai. Merekalah yang senantiasa penulis banggakan

karena ketulusan mereka berbagi yang terbaik dengan

penulis. Bersama merekalah penulis merasakan betapa

manisnya ukhuwwah islamiyah dalam hidup.

12. Para karyawan Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga,

Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga, Perpustakaan STAIN

Salatiga, teman-teman dosen STAIN Salatiga, IKPDN,

Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan ix

IKADA, Ar-Ra>bit}ah al-'A<lamiyyah Li Khirri>j al-Azhar asy-Syari>f Cabang Indonesia dan semua sahabat serta kolega

penulis yang demikian besar jasanya bagi penulisan disertasi

ini. Tanpa mengurangi rasa hormat kepada mereka, penulis

tidak sebutkan satu per satu dalam naskah ini.

Untuk mereka semua penulis berdo'a semoga apa yang

telah disumbangkannya menjadi amal saleh dan mendapatkan

balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Jaza>kumulla>h ah}sanal jaza>'. A<mi>n.

Salatiga, Maret 2014

Muhammad Irfan Helmy, Lc., MA

Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................... i

TIM PENGUJI ................................................................... ii

ABSTRAK ........................................................................... iii

KATA PENGANTAR ........................................................ vi

DAFTAR ISI ...................................................................... x

A. Latar Belakang ........................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................... 3

C. Kerangka Teori ......................................................... 3

D. Metode dan Pendekatan ........................................... 10

E. Temuan Penelitian ................................................... 12

1. Orisinalitas ilmu mukhtalif al-Hadis

asy-Syafi’i .......................................................... 13

2. Kepentingan dalam perumusan metode

ilmu mukhtalif al-hadis ...................................... 14

3. Pengaruh dinamika keilmuan terhadap

metode rumusan asy-Syafi’i ............................... 19

4. Netralitas ay-Syafi’i ........................................... 24

5. Pendekatan hermeneutic-kritis dalam

pemaknaan hadis-hadis mukhtalif ...................... 24

F. Penutup ..................................................................... 27

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................... 31

Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan 1

A. Latar Belakang

Tidak dapat dimungkiri, bahwa eksistensi hadis

sepeninggal Nabi Muhammad Saw berada pada suatu kondisi

yang mulai tidak seimbang dibanding dengan eksistensi al-

Qur'an. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut.

Pertama, cara periwayatan hadis yang selain berlangsung secara

lafal juga berlangsung secara makna. Kedua, dalam sejarah

hadis telah muncul berbagai pemalsuan terhadap hadis. Ketiga,

hadis merupakan sumber ajaran Islam yang dibukukan dalam

rentang waktu jauh lebih lama daripada pembukuan al-Qur'an.

Keempat, periwayatan hadis selain beragam metodenya, juga

beragam tingkat validitas masing-masing metodenya. Faktor-

faktor inilah yang kemudian membuka peluang untuk diadakan

pengkajian dan penelitian hadis dalam banyak persoalan yang

tidak jarang menimbulkan perdebatan.1

Salah satu upaya memperkuat eksistensi hadis yang

dilakukan para ulama adalah dengan memberikan perhatian

kepada studi matan hadis.2 Selain sanad yang menjadi pilar

transmisi hadis dari masa ke masa, matan adalah salah satu

bagian terpenting dari hadis. Tanpa matan, hadis tidak akan

bernilai apa-apa. Praktik keberagamaan yang sampai saat ini

berlangsung adalah buah dari pemahaman terhadap matan hadis.

Karenanya, studi matan hadis mutlak mendapat perhatian.

1Erfan Soebahar, Menguak Fakta Keabsahan Al-Sunnah: Kritik

Mus}t}afa> as-Siba>'i terhadap Pemikiran Ah}mad Ami>n mengenai Hadis dalam Fajr al-Isla>m (Jakarta: Prenada Media, 2004), Cet. Ke-1., hlm. 5.

2 Muh}ammad T}a>hir al-Jawa>bi, Juhu>d al-Muh}addis\i>n fi Naqd Matn

al-H}adi>s\ an-Nabawi asy-Syari>f (Tu>nis: Mu'assassah Abd al-Kari>m ibn

Abdulla>h, tt.). Dalam buku ini penulis mengupas secara komprehensif seluk

beluk metodologi krtitik matan hadis. Secara sistematis penulis berhasil

memetakan teori-teori kritik matan hadis dan menarik garis pembatas yang

jelas dengan metodologi kritik sanad hadis.

Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan 2

Dalam konteks studi matan hadis, salah satu persoalan

besar adalah ketika dalam tataran realitas ditemukan hadis-hadis

yang secara substantif bertentangan satu sama lain. Redaksi

hadis-hadis itu masing-masing memberikan muatan hukum yang

saling bertentangan tentang suatu masalah. Dalam kondisi

seperti ini, matan hadis-hadis tersebut menjadi sulit untuk

dipahami karena tidak mungkin mengamalkan salah satu hadis

secara langsung dengan begitu saja mengesampingkan matan

hadis yang lainnya. Kondisi dimana terjadi pertentangan isi

matan hadis dengan matan hadis lainnya disebut dengan ikhtila>f al-h}adi>s\ dan hadis-hadis yang saling bertentangan disebut

dengan mukhtalif al-h}adi>s\.3 Salah seorang tokoh yang memelopori metode

penyelesaian hadis-hadis yang bertentangan dari segi makna

adalah Muhammad bin Idris asy-Sya>fi’i> (150–204 H.).

Pemikiran-pemikirannya tentang ilmu mukhtalif al-H}adi>ṡ

tertuang dalam karyanya Ikhtila>f al-H}adi>s.\ Karya ini diakui

sebagai karya pertama yang ditulis seorang tokoh yang

membahas tentang hadis-hadis yang bertentangan secara makna

dan metode penyelesaiannya. Buku ini menjadi inspirasi bagi

munculnya karya-karya setelahnya tentang h}adiṡ-hadismukhtalif.

Metode yang digunakan asy-Sya>fi’i> dalam

menyelesaikan pertentangan antarhadis diakui sebagai metode

yang orisinil. Ini terbukti dengan karya-karya setelahnya yang

membahas tentang mukhtalif al-H}adi>s \yang hanya berputar pada

metode yang digunakan asy-Sya>fi’i>. Kelebihan yang digunakan

asy-Sya>fi’i> ini, terlihat pada rumusan masalah-masalah

fundamental yang kemudian dibahasnya secara mendalam

sehingga menghilangkan kerumitan yang tampak sebelumnya.

3 Ibid., hlm. 368.

Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan 3

Sejauh ini studi tentang metode asy-Sya>fi'i> dalam

pemaknaan hadis-hadis mukhtalif masih terbatas pada aspek

substantif dan belum banyak menyentuh dimensi sosiologis-

historis, padahal studi tentang metode asy-Sya>fi'i> dalam

pemaknaan hadis-hadis mukhtalif termasuk studi yang layak

dieksplorasi lewat perspektif sosiologis-historis. Hal ini bukan

hanya karena asy-Sya>fi'i> menulis sebuah karya khusus yang

disebut Ikhtila>f al-H}adi>s\, tetapi juga karena studi hadis

perspektif ini relatif belum banyak dilakukan oleh para praktisi

studi hadis. Studi hadis yang memfokuskan pada dimensi

sosiologis-historis perlu dilakukan untuk menggali perspektif

lain dari ilmu hadis itu sendiri.

B. Rumusan Masalah

Pemikiran di atas menjadi landasan dirumuskannya

masalah-masalah pokok berikut ini, yaitu: Pertama, apa struktur

kemasukakalan asy-Sya>fi'i> yang menjadi landasan bagi asy-

Sya>fi'i> dalam pemaknaan hadis-hadis mukhtalif? Kedua, apa

kepentingan dan motif asy-Sya>fi'i> dalam merumuskan metode

pemaknaan hadis-hadis mukhtalif? Ketiga, bagaimana konteks

sosial, politik dan budaya secara timbal balik memengaruhi asy-

Sya>fi'i> dalam mencetuskan metode pemaknaan hadis-hadis

mukhtalif? Keempat, dalam konteks pertarungan madrasah al-h}adi>ṡ dan madrasah ar-ra'y, dominasi aliran manakah yang

ingin disokong asy-Sya>fi'i> dalam konstruksi pemikiran hadis?

C. Kerangka Teori

Agar tetap konsisten dalam pencapaian tujuan penelitian,

penelitian ini menggunakan beberapa terminologi sebagai

kerangka teori yang merupakan kata kunci dalam disiplin

sosiologi pengetahuan (sociology of knowledge). Berikut adalah

paparannya:

Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan 4

1. Struktur Kemasukakalan (Plausibility Structure)

Pada mulanya pembahasan tentang struktur

kemasukakalan erat kaitannya dengan disiplin sosiologi agama.

Dalam telaah sosiologi agama, problem yang muncul berkaitan

dengan kemasukakalan biasanya berkisar seputar pertanyaan

mengapa dan bagaimana individu-individu mengklaim

keyakinan mereka sebagai sebuah kebenaran. Dalam perspektif

psikologi, kemasukakalan ini ditafsirkan sebagai fenomena yang

hampir sempurna subjektifitasnya. Sedangkan ilmuwan sosial

tidak hanya memfokuskan pembahasan pada substansi dari

sistem pemaknaan tetapi juga hubungan dialektik antara

pemaknaan dan konteks sosio-kultural yang lebih luas yang

menjadikan sebuah pemaknaan sebagai sesuatu yang masuk akal

atau logis.4

Struktur kemasukakalan merupakan salah satu fokus

pembicaraan dalam sosiologi pengetahuan. Konsep struktur

kemasukakalan merupakan pintu masuk bagi diakuinya

relativitas dalam suatu pemikiran. Sementara itu, diakuinya

relativitas merupakan tujuan sosiologi pengetahuan yang secara

terang-terangan menolak objektivitas (ala positivisme ilmu-ilmu

kealaman) dalam ranah ilmu-Ilmu sosial.5

Intinya, struktur kemasukakalan adalah pemaknaan

seorang individu atas sebuah realitas yang dialaminya.

Pemaknaan ini akan sangat dipengaruhi oleh konteks

sosiologis setiap individu. Artinya, sebuah realitas bisa

dimaknai berbeda oleh individu-individu yang berbeda

tergantung pada subyektifitasnya. Karena itu, sebuah realitas

bisa saja pada satu waktu dipahami berbeda dengan

4 Internet Website, http://hirr.hartsem.edu/ency/Plausibility.htm,

diakses tanggal 8 Novemver 2010. 5 Muhyar Fanani, Fiqih Madani: Konstruksi Hukum Islam di Dunia

Modern (Yogyakarta: LKiS, 2010), hlm. 112.

Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan 5

pemahaman terhadap realitas itu pada waktu yang lain.

Pendek kata, struktur kemasukakalan erat kaitannya dengan

relativitas sebuah pemaknaan terhadap realitas. Struktur

kemasukakalan membantu para pengkaji untuk memahami

sebuah pemikiran yang dicetuskan seseorang.

2. Teori Determinasi Sosial Pengetahuan

Teori determinasi sosial pengetahuan adalah teori yang

menyatakan bahwa sebuah pemikiran, ide atau pengetahuan

yang dicetuskan seseorang adalah sebagai hasil dari dinamika

dan interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat tempat

individu itu tinggal.

Dalam kerangka ini, sosiologi pengetahuan mencermati

kekuatan-kekuatan yang hidup dan sikap-sikap aktual yang

mendasari sikap-sikap teoretis. Kekuatan itu tidak dilihat

sebagai sesuatu yang individual belaka, namun lebih pada tujuan

kolektif suatu kelompok yang mendasari pemikiran individu.

Sosiologi pengetahuan melihat individu hanyalah

berpartisipasi dalam pandangan yang telah digariskan

kelompok. Oleh karena itu, sebagian besar pemikiran dan

pengetahuan tak bisa dimengerti secara betul selama kaitannya

dengan kehidupan atau dengan implikasi sosial kehidupan

manusia tidak diperhitungkan.6

Dengan melihat latar belakang sosial akan terkuak

kekuatan-kekuatan yang tidak kelihatan yang mendasari

pengetahuan. Dengan demikian, pikiran dan gagasan bukanlah

hasil ilham-terisolasi, tapi lebih merupakan pengalaman

6 Karl Mannheim, Ideologi dan Utopia: Menyingkap Kaitan Pikiran

dan Politik, terj. F. Budi Hardiman (Yogyakarta: Kanisius, 1991), hlm. 291-

292.

Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan 6

historis kolektif suatu kelompok yang diandaikan individu

yang kemudian dianggap sebagai pikiran kelompok.7

Tesis yang ingin dikembangkan oleh sosiologi

pengetahuan adalah bahwa proses sosial historis merupakan

proses yang memiliki makna yang hakiki bagi kebanyakan

wilayah pengetahuan. Konsep kebenaran tidak tetap

sepanjang jaman, melainkan bergerak dinamis mengikuti

proses perubahan historis. Kriteria kebenaran sangat

dipengaruhi oleh bentuk-bentuk pengetahuan yang dominan

dan situasi intelektual umum pada suatu masa.

3. Teori Relasionisme

Teori relasionisme sesungguhnya adalah

konsekuensi logis dari teori determinasi sosial

pengetahuan. Ketika teori determinasi sosial pengetahuan

menyimpulkan bahwa suatu ide atau pengetahuan

berkembang sesuai dengan konteks sosial pencetusnya, itu

berarti bahwa selalu ada kaitan atau relasi antara

pengetahuan dengan realitas sosial. Itulah sesungguhnya

inti dari relasionisme.

Relasionisme tidak sama dengan relativisme. Titik

perbedaan antara keduanya terletak pada perspektif tentang

konsep kebenaran. Dalam relativisme, tidak ada sesuatu

pengetahuan yang diakui kebenarannya secara tetap dan

absolut. Sedangkan relasionisme sama sekali tidak menafikan

kebenaran. Relasionisme membatasi kebenaran sesuai dengan

konteks sosial dimana kebenaran itu muncul. Dengan kata lain,

lain konteks sosial, akan lain pula perspektif kebenaran yang

muncul meskipun tentang satu objek yang sama. Selalu ada

relasi antara pengetahuan atau ide dengan konteks sosial

7 Ibid., hlm. 292.

Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan 7

pencetusnya.8

Dengan berpijak pada teori relasionisme ini, maka

dalam proses pemaknaan suatu ide atau pengetahuan tidak

hanya terpaku pada bunyi dari ide atau pengetahuan tersebut.

Yang mutlak dilakukan adalah menguak konteks sosiologis

maupun psikologis dari pencetus ide atau pengetahuan. Dengan

langkah ini, makna dibalik suatu ide atau pengetahuan akan

dapat ditangkap secara utuh dan tepat. Ini berangkat dari

asumsi bahwa pengetahuan pada dasarnya adalah bukan

pengetahuan itu sendiri, melainkan akibat dari dinamika sosial

yang digeluti pencetusnya. Pendek kata, pengetahuan atau ide

adalah akumulasi dari realitas-realitas yang saling berinteraksi

pada masa tertentu.

4. Ideologi dan Utopia

Konsep ideologi dan utopia adalah salah satu

sumbangan Karl Mannheim dalam sosiologi pengetahuan.

Konsep ideologi mencerminkan satu penemuan yang timbul

dari konflik politik, yakni bahwa kelompok-kelompok yang

berkuasa dalam pikiran mereka menjadi sedemikian intensif

terbelenggu pada kepentingan suatu situasi sehingga mereka

tidak dapat dengan mudah lagi melihat fakta-fakta tertentu yang

akan menghancurkan rasa penguasaan mereka. Di dalam kata

ideologi, tersirat pemahaman bahwa dalam situasi-situasi tertentu

ketidaksadaran kolektif kelompok-kelompok tertentu

menggelapkan kondisi riil dari suatu masyarakat baik bagi

diri mereka sendiri maupun bagi kelompok-kelompok lain dan

dengan jalan itu menstabilkan kondisi masyarakat itu.9

Sedangkan konsep pemikiran utopis mencerminkan

penemuan yang berlawanan dari perjuangan politis, yaitu bahwa

8 Ibid., hlm. 307

9 Ibid., hlm. 42.

Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan 8

kelompok-kelompok tertentu yang tertindas secara intelektual

sedemikian kuatnya berkepentingan untuk menghancurkan dan

mengubah kondisi masyarakat yang ada sehingga mereka mau

tidak mau hanya melihat unsur-unsur yang cenderung menolak

kondisi tersebut dalam situasi tersebut. Pikiran mereka tidak

mampu mendiagnosis kondisi masyarakat yang ada secara tepat.

Mereka tidak memusatkan diri pada apa yang sesungguhnya

ada melainkan dalam pikiran mereka, mereka sudah berusaha

mengubah situasi yang ada. Pikiran mereka tak pernah

merupakan suatu diagnosis atas situasi itu; pikiran mereka

hanya dapat digunakan sebagai suatu arah tindakan. Dalam

mentalitas utopis, ketidaksadaran kolektif yang dijuruskan oleh

keinginan-keinginan dan kehendak untuk bertindak,

menyembunyikan segi-segi tertentu dari kenyataan. Pikiran

utopis itu pada gilirannya kembali pada segi sesuatu yang akan

menggoncangkan keyakinan atau melumpuhkan keinginannya

sendiri untuk mengubah kenyataan.10

Pandangan Mannheim tentang ideologi dan utopia ini

sesuai dengan prinsip-prinsip yang dibahasnya dalam sosiologi

pengetahuan. Pada dasarnya, pengetahuan manusia tidak bisa

dilepaskan dari eksistensinya. Orang yang menganut ideologi

dari sebuah sistem kemasyarakatan tertentu akan sulit melihat

kebenaran dari sebuah teori kemasyarakatan lain yang tidak

didasarkan pada sistem yang ada, karena bagi penganut ideologi

dari sistem kemasyarakatan yang ada, adalah kepentingannya

untuk mempertahankan sistem ini. Baginya semua

kemungkinan lain adalah kemungkinan yang utopis, dalam arti

utopia yang absolut.11

10

Ibid. 11

Arif Budiman, "Dari Patriotisme Ayam dan Itik sampai ke

Sosiologi Pengetahuan: Sebuah Pengantar", dalam Karl Mannheim, Ideologi

Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan 9

5. Dialektika Eksternalisasi, Objektivasi dan Internalisasi

Dalam perspektif sosiologi pengetahuan, selalu ada

dialektika diri (the self) dengan dunia sosio-kultural. Dialektika

itu berlangsung dalam suatu proses dengan tiga momen

simultan, yaitu eksternalisasi (penyesuaian diri dengan dunia

sosio-kultural sebagai produk manusia), objektivasi (interaksi

sosial dalam dunia intersubjektif yang dilembagakan atau

mengalami proses institusionalisasi), dan internalisasi (individu

mengidentifikasi diri dengan lembaga-lembaga sosial atau

organisasi tempat individu menjadi anggotanya).12

Tentang eksternalisasi, Berger menje1askan bahwa

sebagai produk sosial, eksternalisasi manusia memiliki

karakter sui generis sebagai perlawanan, baik dimensi organik

mereka maupun konteks lingkungannya. Hal ini penting

untuk menekankan bahwa eksternalisasi merupakan

kebutuhan antropologis manusia. Adalah tidak mungkin

manusia menutup diri. Manusia harus terlibat dalam proses

eksternalisasi diri dalam setiap aktivitasnya. Dengan dalil

eksternalisasi ini, Berger berpendapat bahwa pengetahuan

masyarakat adalah produk manusia dan konstruksi pengetahuan

masyarakat adalah on going human production. Oleh karena itu,

manusia sebagai individu secara sadar atau tidak sadar selalu

melakukan eksternalisasi diri secara terus-menerus untuk

menjaga eksistensi tatanan sosial yang telah diciptakannya,

meski kadang harus tunduk dan bahkan kehilangan eksistensi

dan Utopia: Menyingkap Kaitan Pikiran dan Politik, terj. F. Budi Hardiman

(Yogyakarta: Kanisius, 1991), hlm. xix.

12 Lihat Frans M. Farera, "Menyingkap Misteri Manusia sebagai

Homo Faber", dalam Peter Berger dan Thomas Luckmann, Tafsir Sosial atas

Kenyataan: Risalah tentang Sosiologi Pengetahun, terj. Hasan Basyari

(Jakarta: LP3ES, 1990), hlm. xx.

Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan 10

dirinya.

Dimensi eksternalisasi suatu pengetahuan berlanjut

kepada proses objektivasi. Proses objektivasi adalah proses

signifikasi. Artinya, proses produksi pengetahuan di masyarakat

pada dasarnya merupakan tanda bagi proses objektivasi itu

sendiri.13

Proses penandaan ini merupakan proses habitualisasi

(habitualization) kolektif masyarakat yang terinstitusionalisasi

lewat proses yang berulang-ulang. Dengan kata lain, realitas

kehidupan sehari-hari selain terisi oleh objektivasi, juga memuat

signifikasi. Signifikasi atau pembuatan tanda-tanda oleh

manusia, merupakan objektivasi yang khas, yang telah memiliki

makna intersubjektif walaupun terkadang tidak ada batas yang

jelas antara signifikasi dan objektivasi.

Setiap individu menafsirkan realitas objektif secara

subjektif. Dalam proses menafsir itulah berlangsung

internalisasi. Internalisasi adalah proses yang dialami manusia

untuk 'mengambil alih' dunia yang sedang dihuni sesamanya.

Internalisasi berlangsung seumur hidup dengan melibatkan

sosialisasi, baik primer maupun sekunder. Internalisasi adalah

proses penerimaan definisi situasi yang disampaikan orang lain

tentang dunia institusional. Dengan diterimanya definisi-

definisi tersebut, maka individu tidak hanya mampu mamahami

definisi orang lain, tetapi lebih dari itu, turut mengkonstruksi

suatu definisi secara bersama dan kolektif. Dalam proses

mengkonstruksi inilah, individu berperan aktif sebagai

pembentuk, pemelihara, sekaligus perubah masyarakat.

D. Metode dan Pendekatan

Penelitian ini adalah penelitian literer yang mengkaji

pemikiran asy-Sya>fi’i> tentang hadis-hadis mukhtalif dan

13

Ibid., hlm. 35-36.

Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan 11

pemaknaannya. Sumber primer dalam penelitian ini adalah

karya yang ditulis asy-Sya>fi’i> tentang ilmu mukhtalif al-H}adi>s\ yaitu kitab Ikhtila>f al-H}adi>s\. Adapun sumber sekunder dalam

penelitian ini adalah karya-karya orang lain baik berupa buku,

jurnal, artikel, makalah maupun karya ilmiah akademik (tesis

dan disertasi) yang mengkaji tentang pemikiran asy-Sya>fi’i>

tentang ilmu mukhtalif al-h}adiṡ. Termasuk dalam sumber

sekunder ini adalah karya-karya orang lain tentang ilmu mukhtalif al-h}adi>ṡ baik yang memfokuskan pada metode

penyelesaian hadis-hadis mukhtalif maupun teori-teori ikhtila>f al-H}adi>s\ secara umum.

Untuk menjawab masalah-masalah pokok di atas,

penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitis14

untuk

memaparkan, menafsirkan, menganalisis dan menyimpulkan

secara sistematis, faktual, objektif dan akurat mengenai gagasan

primer yang menjadi objek penelitian ini yaitu dimensi

sosiologis-historis pemaknaan hadis-hadis mukhtalif asy-Sya>fi’i>.

Sedangkan pendekatan yang digunakan penelitian ini adalah

pendekatan sosiologi pengetahuan. Pendekatan ini digunakan

untuk menganalisis perkembangan suatu pemikiran dengan

melihat adanya pengaruh lingkungannya secara kronologis-

historis, sehingga dapat ditemukan makna dan maksud dari

sebuah pemikiran.15

Pendekatan sosiologi pengetahuan dikenal mempunyai

perhatian besar dalam memahamai hubungan timbal balik antara

14

Jujun S. Suriasumantri, "Penelitian Ilmiah Kefilsafatan dan

Keagamaan: Mencari Paradigma Kebersamaan" dalam Tradisi Baru Penelitian agama Islam Tinjauan antar Disiplin (Bandung: Nuansa, 1998),

Cet. Ke-1, hlm. 44. 15

Lihat: Kaelan, Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat (Yogyakarta: Paradigma, 2005), Cet. Ke-1, hlm. 58; Jujun S. Suriasumantri,

Penelitian, hlm. 45.

Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan 12

pemikiran dengan konteks sosial yang melingkupinya, termasuk

kepentingan dominasi dan hegemoni yang disokongnya. Tugas

sosiologi pengetahuan adalah menganalisis bentuk-bentuk sosial

pengetahuan, membicarakan proses bagaimana inividu-individu

memeroleh pengetahuan tersebut, dan akhirnya membahas

pengorganisasian institusional dan distribusi sosial pengetahuan.

Sosiologi pengetahuan akan membantu memahami hubungan

antara pengetahuan dengan struktur dan kesadaran sosial

masyarakat.16

Sebagai sebuah pendekatan, sosiologi pengetahuan

mencurigai secara kritis hubungan antara pengetahuan dengan

kepentingan. Oleh karena itu, pengkaji sosiologi pengetahuan

mengkaji motif, kepentingan, dan konteks yang mendorong

munculnya suatu pengetahuan atau suatu ide. Di samping itu,

tujuan apa yang akan dicapai dengan pengetahuan atau ide itu juga

menjadi fokus perhatian. Dalam perspektif sosiologi pengetahuan,

suatu pengetahuan atau ide biasanya dapat dianalisis terkait

dengan hegemoni atau dominasi apa yang ingin disokongnya.

Apabila suatu ide baru bermunculan, maka ide baru itu dapat

dicurigai mengusung suatu keinginan untuk menegakkan

dominasi atau hegemoni yang baru. Inilah fokus utama kajian

sosiologi pengetahuan. Di samping itu, sosiologi pengetahuan

biasanya juga memerhatikan paradigma suatu pengetahuan.

Paradigma tertentu harus dicurigai mengusung kepentingan

tertentu atau ingin menyokong dominasi (hegemoni) tertentu.

E. Temuan Penelitian

Metode dan Pendekatan di atas menyampaikan

penelitian ini kepada beberapa poin temuan, yaitu:

16

Muhyar Fanani, Metode., hlm. 64.

Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan 13

1. Orisinalitas ilmu mukhtalif al-h}adi>s| Asy-Sya>fi’i>

Asy-Sya>fi’i> adalah pelopor peletak dasar-dasar ilmu

mukhtalif al-H}adi>s\. Kontribusi asy-Sya>fi’i> dalam ilmu

mukhtalif al-h}adi>s\ dapat ditelusuri lewat karyanya ar-Risa>lah

dan Ikhtila>f al-H}adi>s\. Kedua karya ini adalah diantara karya-

karya asy-Sya>fi’i> lainnya yang sangat terkenal dalam khazanah

keilmuan Islam. Dalam kedua karya inilah asy-Sya>fi’i> secara

rinci berbicara tentang cara menyelesaikan pertentangan yang

terjadi dalam hadis Nabi saw.

Metode yang digunakan asy-Sya>fi’i> dalam

menyelesaikan pertentangan antarhadis diakui sebagai metode

yang orisinil. Ini terbukti dengan karya-karya setelahnya yang

membahas tentang mukhtalif al-H}adi>s \yang hanya berputar pada

metode yang digunakan asy-Sya>fi’i>. Kelebihan metode yang

digunakan asy-Sya>fi’i> ini, terlihat pada rumusan masalah-

masalah fundamental yang kemudian dibahasnya secara

mendalam sehingga menghilangkan kerumitan yang tampak

sebelumnya.

Dalam pandangan asy-Sya>fi'i>, tidak ada pertentangan

yang sesungguhnya terjadi antarhadis. Dengan demikian,

ikhtila>f yang terjadi antarhadis hanyalah ikhtila>f z}a>hiri> bukan

ikhtila>f haqi>qi>. Hal ini berdasarkan kepada aplikasi metode

pemaknaan hadis-hadis mukhtalif yang dirumuskan asy-Syafii.

Secara hierarkis-gradual, metode yang diterapkan asy-

Sya>fi’i> dalam menyelesaikan hadis-hadis mukhtalif terdiri dari

dari tiga langkah. Pertama, mengkompromikan antara dua hadis

yang saling bertentangan selama memungkinkan. Kedua, jika

langkah kompromi antara dua hadis yang bertentangan tidak

mungkin dilakukan, maka ditempuh metode Naskh dengan

memperhatikan beberapa syarat. Hadis yang secara historis

diketahui disampaikan Nabi Saw lebih akhir, maka ia menjadi

Na>sikh bagi hadis yang disampaikan Nabi Saw lebih dahulu.

Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan 14

Dengan demikian, hadis yang menjadi Na>sikh inilah yang

diamalkan. Ketiga, dalam kondisi langkah kompromi tidak bisa

dilaksanakan dan tidak diketahui mana hadis yang menjadi

Na>sikh dan mana yang menjadi Mansu>kh, maka yang ditempuh

adalah metode Tarji>h dengan mempertimbangkan aspek-aspek

valid yang dapat memposisikan sebuah hadis lebih dapat

diterima ketimbang hadis lainnya (murajjiha>t mu'tabarah).

2. Kepentingan dalam perumusan metode ilmu Mukhtalif al-

H}adi>s\ Kepentingan utama asy-Sya>fi'i> dalam merumuskan

metode ilmu Mukhtalif al-H}adi>s\ adalah mempertahankan

eksistensi hadis terutama hadis ah}a>d sebagai sumber hukum

Islam. Pada masanya, asy-Sya>fi’i> menyaksikan munculnya

kelompok-kelompok yang menolak hadis sebagai sumber

hukum Islam. Jika melihat kepada konteks sosial yang terjadi

pada abad pertama dan kedua Hijriyah, penolakan terhadap

hadis sebagai sumber hukum Islam sesungguhnya imbas dari

konflik dan perseteruan yang bernuansa politik terutama pasca

wafatnya khalifah Usman bin Affan yang kemudian semakin

memanas pada masa khalifah Ali bin Abu Talib.

Kelompok penolak hadis yang pertama adalah mereka

yang menolak hadis secara keseluruhan. Kelompok ini

berargumentasi bahwa al-Qur'an telah mencakup semua

penjelasan tentang segala sesuatu.17

Sedangkan kelompok

penolak hadis kedua yang dihadapi asy-Sya>fi'i> adalah mereka

yang menolak hadis kecuali jika terdapat ayat al-Qur'an yang

semakna dengan hadis itu. Dengan ungkapan lain, bagi

17 Muh}ammad Abu> Zahrah, Asy-Sya>fi'i: H}aya>tuh wa 'As}ruh Ara>'uh

wa Fiqhuh (Kairo: Da>r al-Fikr al-Arabi, 1948),hlm. 192; Abdul H}ali>m al-

Jundi, al-Ima>m asy-Sya>fi'i>: Na>s}ir as-Sunnah wa Wa>d}i' al-Us}u>l (Kairo: Da>r

al-Ma'a>rif, t.t.), hlm. 234.

Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan 15

kelompok ini hadis harus mempunyai pendukung dari al-Qur'an

untuk dapat diterima sebagai dalil.18

Disamping kepentingan utama di atas, perumusan ilmu

Mukhtalif al-H}adi>s\ asy-Sya>fi'i> juga mempunyai 4 (empat)

kepentingan lainnya, yaitu:

a. Menegaskan kebebasan dalam berijtihad dan menolak

taqlid

Dalam perjalanan intelektual asy-Sya>fi’i>, hal ini jelas

terlihat dalam sikapnya terhadap para ulama yang pernah

berinteraksi dengannya. Asy-Sya>fi’i> tidak segan-segan

mengkritik para ulama tidak hanya yang berasal dari Hijaz

tetapi juga mereka yang berasal dari Irak. Lebih dari itu, asy-

Sya>fi’i> bahkan mengkritik imam Malik yang merupakan

gurunya sendiri ketika imam Malik meninggalkan hadis s}ah}i>h} dan lebih mengutamakan salah satu pendapat sahabat, tabi'in

atau pendapat imam Malik sendiri. Kritik paling tajam yang

diarahkan asy-Sya>fi’i> kepada imam Malik adalah ketika imam

Malik dalam satu kasus meninggalkan pendapat Ibn Abbas dan

lebih memilih pendapat Ikrimah padahal imam Malik sendiri

menilai Ikrimah kurang kredibel dan menyarankan untuk tidak

menerima hadis yang disampaikannya.19

b. Membebaskan ulama dan intelektual dari intervensi

kekuasaan

Dalam konteks kehidupan asy-Sya>fi’i> , ia tidak tercatat

sebagai tokoh intelektual yang pernah menduduki posisi yang

mempunyai otoritas dan kewenangan yang tinggi dalam sistem

pemerintahan. Ia hanya tercatat sebagai pegawai biasa ketika

berada di Yaman dan itu pun tidak lama kemudian ia

18

Abdul H}ali>m al-Jundi, al-Ima>m asy-Sya>fi'i>, hlm. 234. 19

Ah}mad Ami>n, D}uha> al-Isla>m, Juz II, (Kairo: Maktabah an-

Nahd}ah al-Mis}riyah, t.t.), hlm. 224-225.

Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan 16

mengundurkan diri dari pekerjaannya meskipun sangat

berpeluang untuk meraih posisi yang lebih tinggi dan

mempunyai otoritas tinggi pula karena etos kerja yang baik

yang diperlihatkannya selama menjadi pegawai di Yaman.

Asy-Sya>fi’i> bukan tidak pernah mendapat tawaran

posisi yang mempunyai otoritas tinggi yang jika diterima tentu

akan bisa merubah kondisi ekonomi kehidupannya.

Abdurrahman asy-Syarqawi mencatat, bahwa setelah tinggal di

Irak selama dua bulan, asy-Sya>fi’i> dipanggil oleh khalifah al-

Ma'mun dan ditawarkan kepadanya jabatan sebagai pemimpim

para hakim (qa>d}i al-Qud}a>h) seperti yang pernah diemban oleh

Muhammad bin al-Hasan pada masa khalifah Harun ar-Rasyid.

Sebuah jabatan yang cukup mempunyai prestise tinggi di

kalangan pemerintahan. Akan tetapi asy-Sya>fi’i> tidak bersedia

menerima jabatan ini. Kondisi psikologisnya cenderung untuk

tidak condong kepada suatu posisi dan hanya memfokuskan diri

dalam pengembangan keilmuan yang digelutinya baik dalam

bidang hukum Islam, sastra maupun bidang ilmu lainnya.20

Sikap penolakan asy-Sya>fi’i> boleh jadi karena asy-

Sya>fi’i> menyaksikan apa yang terjadi pada hukum Islam ketika

otoritasnya dipegang oleh Muhammad bin al-Hasan pada masa

khalifah Harun ar-Rasyid. Begitu pula ia menyaksikan pada

masa khalifah al-Ma'mun apa yang terjadi akibat keberpihakan

al-Ma'mun pada aliran Mu'tazilah. Bagi asy-Sya>fi’i> , agaknya

penunjukkan Muhammad bin al-Hasan sebagai pemimpin para

hakim oleh khalifah Harun ar-Rasyid justeru kontraproduktif

dengan konteks yang berkembang saat itu dimana terjadi

perebutan pengaruh antara pengikut madrasah al-h}adi>ṡ dan

madrasah ar-Ra'y. Sebagaimana diketahui, Muhammad bin al-

20

Abdurrah}ma>n asy-Syarqa>wi>, A'immah al-Fiqh at-Tis'ah (Kairo:

Da>r asy-Syuru>q, 2010), hlm. 160.

Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan 17

Hasan sendiri adalah berasal dari golongan ahl ar-Ra'y dan

dengan sendirinya akan terjadi kooptasi kekuasaan atas kerja

intelektual para hakim yang dapat berujung pada pemanfaatan

produk istinba>t} hukum sebagai legitimasi kebijakan

pemerintah. Pada sisi lain, aliran ahl ar-Ra'y mendapatkan

angin segar dari pemerintah untuk berkembang lebih maju

dibandingkan yang lainnya. Hal ini jelas menjadikan para

ilmuwan dan ulama berada dalam ketidakbebasan karena

terhegemoni oleh kekuasaan. Hal yang sama juga terjadi pada

tokoh-tokoh Mu'tazilah pada masa khalifah al-Ma'mun.

c. Merumuskan sintesis dari pertentangan antaraliran

pemikiran dalam memahami teks-teks keagamaan

Keistimewaan asy-Sya>fi’i> yang paling menonjol sebagai

seorang intelektual muncul setelah ia menyaksikan berbagai

macam bentuk dan pola pembentukan pemikiran keagamaan

serta perbedaan dalam cara penetapan sintesis yang dilakukan

baik oleh ulama golongan Hijaz dan ulama golongan Irak.

Disamping itu, interaksi intensif yang dilakukan asy-Sya>fi’i>

dengan kedua golongan ulama tersebut dalam bentuk debat

(jadal) dan diskusi (muna>z}ara>h) juga memberikan andil besar

bagai kemunculan keistimewaan asy-Sya>fi’i> sebagai seorang

intelektual yang independen.21

Fakta-fakta yang disaksikan asy-Sya>fi’i> tersebut

menjadi motivasi bagi dirinya untuk menentukan sikap yang

proporsional di hadapan kelompok-kelompok yang saling

berlawanan dan berseteru. Ketika ia menyaksikan bahwa sikap

ulama Hijaz tehadap hadis berbeda dengan sikap ulama Irak

terhadap h}adiṡ; sikap ulama Hijaz terhadap qiya>s dan istih}sa>n

berbeda dengan sikap ulama Irak; sikap ulama Hijaz terhadap

ijma ahli Madinah dan ijma ulama secara umum berbeda

21

Ah}mad Ami>n, D}uh}a> al-Isla>m, hlm. 224.

Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan 18

dengan sikap ulama Irak, asy-Sya>fi’i> mencoba berdiri dengan

sikap yang tepat dan proporsional. Sikap yang diambilnya

adalah melakukan sintesis dari dua kubu yang berlawanan

dengan cara merujuk semua masalah yang bersifat sekunder

kepada prinsip-prinsip yang bersifat primer. Langkah seperti

ini, tidak diragukan lagi merupakan lompatan baru dalam

metode berpikir. Rumusan prinsip primer yang dicetuskan asy-

Sya>fi’i> menjadi landasan untuk meninjau ulang pemikiran dan

konsep kelompok-kelompok yang saling berlawanan itu tanpa

melihat latar belakang geografis atau sosiologis.

d. Mensistematisasi metodologi ilmu-ilmu keislaman

Sebelum kemunculan asy-Sya>fi’i>, orang-orang hanya

membincangkan masalah-masalah seputar hukum syariah

secara alamiah saja dan belum ada rujukan kaidah otoritatif

yang dapat digunakan sebagai metode mengetahui dalil-dalil

syariah serta metode menyeleksi dan menguatkan dalil-dalil

syariah tersebut.22

Kemunculan asy-Sya>fi’i> dengan kaidah-

kaidah sistematis menjadi rujukan orang-orang pada masa itu

dalam mengetahui tingkatan-tingkatan sumber syariat.

Selain kaidah-kaidah usul fikih yang termuat dalam

kitab ar-Risa>lah, asy-Sya>fi’i> juga merumuskan kaidah-kaidah

dalam ilmu hadis yang hingga kini menjadi rujukan para pakar

ilmu hadis dalam menilai kualitas sanad dan memahami matan

h}adiṡ. Dalam kitab ar-Risa>lah asy-Sya>fi’i> telah merumuskan

banyak kaidah prinsip dalam ilmu h}adiṡ. Untuk sekadar

menyebut contoh, asy-Sya>fi’i> telah menetapkan rumusan syarat

diterimanya suatu h}adiṡ, teori hadis sya>z\, hadis munqat}i' dan

hadis mursal serta metode sistematis-gradual dalam

menyelesaikan hadis-hadis yang tampak bertentangan dari segi

makna. Asy-Sya>fi’i> tidak diragukan lagi sebagai pelopor

22

Ibid., hlm. 228.

Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan 19

peletak kaidah ilmu h}adiṡ. Sebelum kemunculan asy-Sya>fi’i>,

para ulama dalam menilai kualitas hadis dan menentukan

diterima atau tidaknya suatu hadis terkesan begitu ideologis

karena dipengaruhi sentimen politik, wilayah bahkan etnis.

Setelah kemunculan asy-Sya>fi’i>, maka lahir lah kaidah ilmu

hadis yang disusun berdasarkan standar kelayakan ilmiah

menurut asy-Sya>fi’i> meski dalam perkembangannya juga tidak

terlepas dari banyak kritik dan itu sangat wajar dalam dinamika

ilmu pengetahuan apa pun.

3. Pengaruh dinamika keilmuan terhadap metode rumusan

asy-Sya>fi’i>

Dengan melihat kepada konteks sosial masa asy-Sya>fi'i>,

terungkap bahwa metode pemaknaan hadis-hadis mukhtalif yang

dirumuskan asy-Sya>fi'i> dipengaruhi oleh dinamika keilmuan

yang berkembang sebelum dan ketika asy-Sya>fi'i> hidup baik dari

aspek teori maupun metodologi.

a. metode Hiwar (Dialog)

Perseteruan yang sengit antara madrasah al-h}adi>ṡ dan

madrasah ar-Ra'y telah mengakibatkan maraknya kegiatan

diskusi (muna>z}arah) dan debat (muja>dalah) yang diprakarsai

oleh kedua aliran tersebut. Tradisi ini tidak hanya terselenggara

pada momen-momen akademik tetapi juga pada momen-momen

keagamaan. Selain dalam forum-forum keilmuan (h}alaqa>t ad-

dars), tradisi ini juga berlangsung di rumah, masjid dan bahkan

pada saat momentum ibadah haji. Tradisi ini terekam dengan

jelas dalam literatur-literatur yang mengkaji kehidupan para

tokoh yang tidak hanya terjadi secara lisan antara dua pemikir

atau tokoh, tetapi juga secara tulisan. Salah satu bukti adalah

tulisan yang dikirim oleh Al-Lais bin Sa'd dari Mesir kepada

Imam Malik di Madinah. Dalam tulisannya, al-Lais menyanggah

Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan 20

pendapat Imam Malik tentang kehujjahan ijma' penduduk

Madinah (Ijma>' ahl al-Madi>nah).23

Tradisi diskusi dan debat ini sangat berpengaruh

terhadap karya-karya yang ditulis asy-Sya>fi’i>. Jika kembali kitab

Ikhtila>f al-h}adi>ṡ karya asy-Sya>fi’i>, metode h}iwa>r ini juga sangat

jelas terlihat dalam pembahasan-pembahasan yang dipaparkan

asy-Sya>fi’i>. Penerapan metode h}iwa>r oleh asy-Sya>fi’i> agaknya

dimaksudkan untuk mengimbangi argumentasi lawan-lawannya.

Dengan metode ini, lawan yang secara kebetulan pengikut

madrasah ar-Ra'y dapat diketahui alur berpikirnya oleh asy-

Sya>fi’i> yang dengan begitu akan sangat membantu dalam

memperkuat argumentasinya. Di samping itu, metode ini

menggambarkan pemikiran asy-Sya>fi’i> yang jauh ke depan

sehingga memungkinkan baginya untuk memprediksi

sanggahan-sanggahan yang bakal muncul sebagai bantahan atas

pendapat-pendapatnya.

b. Metode Historis

Aliran ahl al-h}adi>ṡ menggunakan metode historis dalam

upaya mencari data sebagai jawaban atas masalah yang muncul.

Hal ini terbukti ketika mereka merujuk pendapat-pendapat para

sahabat dan tabi'in dalam tahapan pencarian data. Mereka juga

melakukan tinjauan tentang kehidupan para sahabat dan tabi'in

untuk mengetahui siapa diantara mereka yang termasuk

penduduk Madinah.24

Dalam konteks asy-Sya>fi’i>, metode historis ini juga

terlihat jelas dalam karya-karya yang ditulis asy-Sya>fi’i>.

Pendapat para sahabat dan tabi'in dijadikan asy-Sya>fi’i> sebagai

bagian dari dalil atau argumentasi bagi pemikirannya tentang

suatu masalah. Jika kembali kepada metode pemaknaan h }adiṡ-

23

Ibid., hlm. 168. 24

Ibid., hlm. 160.

Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan 21

hadis mukhtalif asy-Sya>fi’i>, metode historis ini digunakan asy-

Sya>fi’i> ketika ia melakukan tinjauan terhadap historisitas h }adiṡ-

hadis yang kontradiktif dari segi makna. Asy-Sya>fi’i>

menggunakan metode historis ini untuk mengetahui mana hadis

yang datang lebih awal dan mana yang datang lebih akhir dan

dalam konteks apa hadis itu disampaikan Nabi saw.

Selain dalam penerapan metode Naskh, asy-Sya>fi’i> juga

menggunakan metode historis ini ketika ia melakukan tinjauan

terhadap riwayat perjalanan intelektualitas dan kredibilitas para

perawi hadis yang meriwayatkan h }adiṡ-hadis yang dikesankan

kontradiktif untuk kemudian menetapkan bahwa hadis yang

diriwayatkan oleh para perawi yang terbukti s}iqah adalah lebih

kuat daripada yang lainnya.

c. Metode Logic-Filosofis (Mantiqi-Falsafi)

Cikal bakal metode logic-filosofis ini dapat dilihat pada

metode yang digunakan baik oleh aliran ahl al-h}adi>ṡ maupun

ahl ar-Ra'y. Aliran ahl al-h}adi>ṡ menggunakan metode logic-

filosofis ini ketika mereka berupaya menangkap pesan-pesan

implisit (tersirat) al-Qur'an dan hadis untuk kemudian

mencocokkannya dengan substansi kasus yang muncul dalam

masyarakat. Langkah ini juga mereka terapkan dalam konteks

upaya mencari prinsip-prinsip umum dalam Islam yang berupa

perintah, larangan, halal dan haram untuk kemudian dicocokkan

dengan masalah yang mereka hadapi.25

Pada sisi lain, aliran ahl ar-Ra'y juga menggunakan

metode logic-filosofis. Menurut Ahmad Amin, mereka tidak

hanya berani dan lugas menggunakan logika tetapi juga berani

merumuskan hipotesis-hipotesis bagi permasalahan-

permasalahan yang diprediksi akan muncul dalam dinamika

kehidupan umat Islam. Akibatnya, penyelesaian masalah

25

Ibid.

Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan 22

menjadi sangat tergantung pada logika dan terkesan positivistik

seperti layaknya matematika, al-Jabar dan Teknik. Aliran ahl ar-

Ra'y dikenal mempunyai kapabilitas maksimal dalam

melakukan analogi, menemukan 'illah dan sebab (al-'ilal wa al-asba>b) juga segi-segi perbedaan dan persamaan (wuju>h al-furu>q wa al-muwa>faqa>t) dalam proses penetapan jawaban atas suatu

masalah.26

Dalam kajiannya tentang ilmu Mukhtalif al-h}adi>ṡ,

metode logic-filosofis yang digunakan asy-Sya>fi’i> dapat dilihat

ketika ia menerapkan metode takhs}i>s} dalam menyelesaikan

pertentangan antar dua h }adiṡ. Dalam hal ini asy-Sya>fi’i>

mentakhsis hadis yang bersifat 'a>mm ad-dila>lah (general)

dengan hadis yang bersifat kha>s} ad-dila>lah (partikular). Selain

itu, secara umum sistematika pembahasan yang disusun asy-

Sya>fi’i> tentang ikhtila>f dalam hadis juga menggambarkan

metode logic-filosofis. Dalam pokok masalah yang berjudul العلل

misalnya, asy-Sya>fi’i> menjadikan judul ini sebagai فى الحديث

prinsip utama yang bersifat umum kemudian memaparkan

empat masalah yang dalam pemikirannya termasuk ke dalam

prinsip umum ini. Keempat masalah tersebut adalah pertama,

berkenaan dengan hukum-hukum tambahan yang bersumber

dari hadis dan tidak disebutkan dalam al-Qur'an. Kedua,

berkenaan dengan hadis Nabi yang mempunyai makna dan

dila>lah yang sama dan h }adiṡ-hadis Nabi yang mempunyai

makna kontradiktif. Ketiga, berkenaan dengan na>sikh-mansu>kh

dalam h }adiṡ. Keempat, berkenaan dengan perbedaan pendapat

para ahli fiqih dalam memaknai larangan Nabi; yang pertama

bermakna wajib sedangkan yang kedua bermakna nadb.

26

Ibid., hlm. 161.

Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan 23

d. Metode Analisis Tekstual

Metode analisis tekstual pada prinsipnya digunakan oleh

kedua aliran baik ahl al-h}adi>ṡ maupun ahl ar-Ra'y. Keduanya

sama-sama merujuk kepada teks al-Qur'an dan hadis untuk

mencari jawaban dari permasalahan yang muncul dalam

kehidupan umat. Dengan pengertian lain, teks al-Qur'an dan

hadis bagaimanapun tidak bisa dilepaskan secara total dari

metode berpikir kedua aliran tersebut. Teks al-Qur'an dan hadis

senantiasa mengiringi dinamika dan aktualisasi daya pikir kedua

aliran tersebut.

Jika kembali kepada pemaknaan asy-Sya>fi’i> terhadap

h}adiṡ-hadis mukhtalif, metode analisis tekstual juga dapat

ditemukan dengan mudah. Paling tidak terdapat 2 (dua)

penerapan metode ini ketika asy-Sya>fi’i> menyelesaikan

pertentangan antara dua h }adiṡ. Pertama, penetapan hukum

iba>h}ah atau nadb terhadap satu masalah yang diceritakan secara

berbeda oleh dua h }adiṡ. Kedua, memilih mengamalkan hadis

yang teksnya lebih sesuai dengan bunyi teks al-Qur'an. Pada

yang tertama, asy-Sya>fi’i> menetapkan hukum iba>h}ah setelah

sebelumnya menganalisis teks-teks hadis yang bercerita tentang

masalah tersebut. Dari analisis tekstual itu, asy-Sya>fi’i>

menemukan bahwa tidak ditemukan ada salah satu teks hadis

yang pesannya tidak mendapat persetujuan dari Nabi saw

sehingga pesan yang terkandung dalam semua teks tersebut

boleh diamalkan sebagai dalil. Sedangkan pada yang kedua, asy-

Sya>fi’i> memilih hadis yang ra>jih setelah melakukan analisis

tekstual dengan mengkonfirmasi teks hadis itu dengan bunyi

teks al-Qur'an. Asy-Sya>fi’i> menemukan teks al-Qur'an yang

pesannya sejalan dengan bunyi teks hadis sehingga menjadi

back up bagi hadis itu.

Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan 24

4. Netralitas asy-Sya>fi’i>

Dalam konteks pertarungan antaraliran pemikiran,

terungkap bahwa metode berpikir asy-Sya>fi’i> ternyata tidak

menunjukkan keberpihakan kepada salah satu aliran yang

menonjol pada masanya yaitu madrasah al-H}adi>s\ dan madrasah

ar-Ra'y. Dengan demikian, pendapat yang menyatakan bahwa

asy-Sya>fi'i> sepenuhnya berpihak kepada ahli hadis, perlu

ditinjau kembali. Temuan sebagaimana yang dikemukakan pada

poin 2 dan 3 cukup menjadi bukti netralitas asy-Syafii dalam

menghadapi perseteruan ahli hadis dan ahli ra'yi.

5. Pendekatan hermeneutik-kritis dalam pemaknaan hadis-

hadis mukhtalif

Sebagai upaya pengembangan metode pemaknaan hadis-

hadis mukhtalif perlu dirumuskan ilmu Mukhtalif al-H}adi>s\ dengan pendekatan hermeneutik-kritis. Selain bertujuan

mengungkap makna yang sebenarnya dari teks hadis,

pendekatan ini juga mengajak para peneliti untuk melepaskan

diri dari ideologi atau pemikiran yang membatasi munculnya

inovasi pemikiran dan paradigma baru dalam studi hadis.

Dalam perspektif sosiologi pengetahuan, paradigma

setiap ilmu bukanlah harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar

lagi, melainkan sebuah perjalanan panjang yang tidak mengenal

kata berhenti. Ilmu akan tetap berjalan mengikuti proses yang

berlangsung sehingga paradigma ilmu saat ini merupakan hasil

dari proses masa lalu sekaligus menjadi paradigma yang terus

berproses menjadi paradigma masa depan.

Dalam konteks saat ini, pendekatan dalam Ilmu

Mukhtalif al-H}adi>s\ ada baiknya diperkuat dengan ilmu bantu

lainnya yang termasuk dalam kategori ilmu sosial dan

Humaniora. Hal ini cukup beralasan karena tantangan studi

hadis saat ini tidak lagi sama dengan masa para ulama penulis

Ilmu Mukhtalif al-H}adi>s\ \ pada abad ke-2 sampai ke-3 Hijriah.

Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan 25

Jika pada masa-masa awal tantangan studi hadis adalah seputar

masalah otoritas (h{ujjiyah) hadis sebagai sumber hukum Islam,

maka saat ini hal itu tidak terlalu dipermasalahkan.

Untuk mencapai tujuan tersebut Ilmu Mukhtalif al-H}adi>s\ perlu diperkaya dengan pendekatan hermeneutik. Hermeneutika

sering diartikan sebagai metode understanding of

understanding. Metode ini sangat sesuai diterapkan dalam ilmu-

ilmu kemanusiaan (geistenwissenschaften) yang objeknya

adalah ekspresi kehidupan (lebensaeusserung) meliputi konsep,

tindakan dan penghayatan (erlebnis) manusia. Karena itu, ilmu-

ilmu kemanusiaan secara metodologis menggunakan metode

verstehen (memahami) berbeda dengan ilmu-ilmu alam yang

menggunakan metode erklaren (menjelaskan hubungan

kausalitas).27

Selain pendekatan hermeneutik, Ilmu Mukhtalif al-H}adi>s\ juga perlu diperkaya dengan pendekatan teori kritis. Teori ini

digunakan sebagai alat untuk melakukan kritik ideologi dalam

bidang ilmu yang oleh Habermas disebut dengan ilmu-ilmu

kritis yang mempunyai kepentingan emansipatoris.28

Pengetahuan yang termasuk dalam kelompok ilmu-ilmu kritis

ini, dapat secara langsung mengaitkan antara pengetahuan dan

27

Ilyas Supena, "Hermeneutika Teologis Rudolf Bulltmann" dalam

Nafisul Atho dan Arif Fahrudin (ed.), Hermeneutika Transendental: Dari Konfigurasi Filosofis menuju Praksis Islamic Studies (Yogyakarta:

IRCISOD, 2003), hlm. 95; F. Budi Hardiman, "Ilmu-Ilmu Sosial dalam

Diskursus Modernisme dan Post-Modernisme", dalam Suplemen Ulumul Qur'an No.1 Vol. Th. 1994, hlm.6.

28 Dalam perspektif Habermas, terdapat tiga pembagian bidang

ilmu dengan kepentingannya masing-masing. Pertama, ilmu-ilmu empiris-

analitis yang mempunyai kepentingan teknis. Kedua, ilmu-ilmu sosial

kemanusiaan yang mempunyai kepentingan praktis. Ketiga, ilmu-ilmu kritis

yang mempunyai kepentingan emansipatoris. Lihat F. Budi Hardiman,

Menuju Masyarakat Komunikatif (Yogyakarta: Kanisius, 2009), hlm. 32-34.

Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan 26

kepentingan; teori dan praksis, melalui upaya refleksi diri yang

tidak pernah berhenti sehingga masyarakat dapat terbebas dari

pasungan dogma, ideologi, dan dominasi yang berasal dari luar

dirinya.29

Teori kritis dimungkinkan untuk melakukan dua macam

kritik. Di satu pihak ia melakukan kritik transendental dengan

menemukan syarat-syarat yang memungkinkan pengetahuan

dalam diri subjek. Di lain pihak, ia melakukan kritik imanen

dengan menemukan kondisi sosiohistoris dalam konteks tertentu

yang mempengaruhi pengetahuan manusia. Dengan kata lain,

teori kritis merupakan Ideologiekritik (kritik ideologi), yaitu

suatu refleksi diri untuk membebaskan pengetahuan manusia

bila pengetahuan itu jatuh dan membeku pada satu kutub, entah

transendental entah empiris.30

Jika ditarik ke dalam wacana pemaknaan h }adiṡ, maka

ketika seseorang memaknai sebuah matan h }adiṡ, ia harus

mampu membebaskan diri dari pemaknaan-pemaknaan yang

sudah ada sebelumnya sehingga bisa dengan leluasa memberi

pemaknaan kepada matan hadis tersebut. Sikap ini juga harus

diimbangi dengan kesadaran dan pengetahuan bahwa

pemaknaan-pemaknaan terhadap matan hadis yang ada terlebih

dahulu tidak lepas dari kepentingan-kepentingan para pemberi

makna tersebut. Dengan demikian, seseorang yang memaknai

matan hadis mempunyai peluang yang sama dalam memberikan

makna sebuah hadis tanpa harus merasa inferior dan terpasung

29

George Ritcher dan Douglas J. Goodman, Teori-Teori Sosiologi Modern (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 186; Bandingkan dengan F. Budi

Hardiman, Kritik Ideologi, Menyingkap Pertautan Pengetahuan dan

Kepentingan Bersama Jurgen Habermas (Yogyakarta: Kanisius, 2009), hlm.

179-203; F. Budi Hardiman, Menuju Masyarakat Komunikatif (Yogyakarta:

Kanisius, 2009), hlm. 33. 30

F. Budi Hardiman, Kritik Ideologi, hlm. 33.

Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan 27

oleh ideologi, doktrin, dan pemaknaan-pemaknaan matan hadis

yang telah ada sebelumnya.

F. Penutup

Dalam perspektif sosiologi pengetahuan, secara historis-

faktual asy-Sya>fi'i> adalah tokoh yang memelopori perumusan

bangunan teori ilmu mukhtalif al-h}adi>s\. Ini dapat dibuktikan

dalam karya-karya yang ditulisnya terutama kitab ar-Risa>lah

dan Ikhtila>f al-H}adi>s\. Dalam rumusan ilmu mukhtalif al-h}adi>s\ asy-Sya>fi'i>, teori dan metodologinya diarahkan kepada eliminasi

pertentangan antarhadis yang dikesankan oleh sebagian ulama.

Selain itu, rumusan itu juga diarahkan untuk mengkonter ide-ide

penolakan hadis yang menjadikan pertentangan antarhadis

sebagai pintu masuk.

Dalam perkembangan berikutnya, konteks sosial yang

melingkupi dinamika studi hadis, menggiring ilmu mukhtalif al-

h}adi>s\ asy-Sya>fi'i> menjadi sebuah ideologi yang kuat dan kokoh

dalam pengertian tidak adanya rumusan ilmu mukhtalif al-h}adi>s

pasca asy-Sya>fi'i> yang memberikan sumbangan paradigma baru

dalam pemaknaan hadis-hadis mukhtalif. Metode al-jam', an-

naskh dan at-tarji>h} rumusan asy-Sya>fi'i> tetap menjadi metode

utama yang digunakan ulama pasca asy-Sya>fi'i> dalam diskursus

ilmu mukhtalif al-h}adi>s\. Berdasarkan kepada pembahasan pada bab-bab disertasi,

beberapa kesimpulan dapat ditarik dari penelitian ini:

Pertama, dalam struktur logis pemikiran asy-Sya>fi'i>

tentang hadis Nabi Saw, pemaknaan hadis-hadis mukhtalif

dengan metode yang dirumuskannya, merupakan bagian tidak

terpisahkan dari gerakan mengkonter para penghujat hadis agar

eksistensi hadis sebagi hujjah dapat dipertahankan sepanjang

masa. Dalam pandangan asy-Sya>fi’i>, celah masuk yang

mengancam eksistensi hadis sebagai hujjah harus ditutup serapat

Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan 28

mungkin, termasuk dugaan adanya pertentangan antarhadis.

Struktur logis asy-Sya>fi’i> ini, mengantarkannya kepada

kesimpulan bahwa tidak ada pertentangan yang sesungguhnya

terjadi antarhadis. Semua bentuk pertentangan antarhadis dapat

diselesaikan dengan salah satu metode dari tiga metode berikut

yaitu al-jam', an-naskh, dan at-tarji>h}. Dengan demikian, ikhtila>f yang terjadi antarhadis hanyalah ikhtila>f z}a>hiri> bukan ikhtila>f haqi>qi>.

Kedua, kepentingan utama asy-Sya>fi'i> dalam

merumuskan metode ilmu mukhtalif al-h}adi>s\ adalah

mempertahankan eksistensi hadis terutama hadis a>h}a>d sebagai

sumber hukum Islam. Ini termotivasi oleh gencarnya serangan

terhadap otoritas hadis dari golongan para penolak hadis yang

muncul pada masa sebelum dan ketika asy-Sya>fi'i> hidup. Di

samping itu, perumusan ilmu mukhtalif al-h}adi>s\ asy-Sya>fi'i>

berkepentingan untuk menegaskan kebebasan dalam berijtihad

dan menolak taqli>d, membebaskan ulama dan intelektual dari

intervensi kekuasaan, merumuskan sintesis dari pertentangan

antaraliran pemikiran dalam memahami teks-teks keagamaan,

dan mensistematisasi metodologi ilmu-ilmu keislaman terutama

ilmu-ilmu hadis.

Ketiga, dengan melihat kepada konteks sosial masa asy-

Sya>fi'i>, terungkap bahwa pemaknaan hadis-hadis mukhtalif yang

dirumuskan asy-Sya>fi'i> dipengaruhi oleh dinamika keilmuan

yang berkembang sebelum dan ketika asy-Sya>fi'i> hidup baik dari

aspek teori maupun metodologi. Ini dapat dibuktikan ketika asy-

Sya>fi'i> memaknai hadis-hadis mukhtalif di mana jelas terlihat

pemaknaan asy-Sya>fi'i> yang cenderung akomodatif. Pengaruh

konteks sosial, keilmuan dan lainnya juga tampak dalam

metode-metode yang digunakan asy-Sya>fi'i> dalam pemaknaan

hadis-hadis mukhtalif seperti metode h}iwa>r, metode historis,

metode logik-filosofis dan metode analisis tekstual.

Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan 29

Keempat, dalam konteks pertarungan antaraliran

pemikiran, terungkap bahwa metode berpikir asy-Sya>fi'i>

ternyata tidak menunjukkan keberpihakan kepada salah satu

aliran yang menonjol pada masanya yaitu madrasah al-H}adi>s\ dan madrasah ar-Ra'y. Dalam kajian penulis terhadap ilmu

Mukhtalif al-H}adi>s\ asy-Sya>fi'i>, ia berusaha mengakomodasi

metode-metode yang digunakan kedua aliran tersebut dalam

merumuskan makna dari hadis-hadis yang dikesankan

bertentangan. Dengan demikian, pendapat yang menyatakan

bahwa asy-Sya>fi'i> sepenuhnya berpihak kepada ahli hadis, perlu

ditinjau kembali.

Mengingat konteks saat ini berbeda dengan konteks

masa asy-Sya>fi'i> yang melatarbelakangi pemaknaan hadis-hadis

mukhtalif, maka metode pemaknaan hadis-hadis mukhtalif

rumusan asy-Sya>fi'i> perlu diperkaya dengan pendekatan-

pendekatan lain. Diantara pendekatan yang patut dilakukan

adalah hermeneutika dan pendekatan kritis. Dengan demikian,

dapat dirumuskan ilmu mukhtalif al-h}adi>s\ dengan pendekatan

heremeneutik-kritis. Selain bertujuan mengungkap makna yang

sebenarnya dari teks hadis, pendekatan ini juga mengajak para

peneliti untuk melepaskan diri dari ideologi atau pemikiran yang

membatasi munculnya inovasi pemikiran dan paradigma baru.

Sebagai rekomendasi dari penelitian ini, penulis

menyarankan dua hal berikut :

Pertama, studi dalam lingkup ulu>m al-h}adi>s\ dengan

pendekatan sosiologi pengetahuan diharapkan dapat dilakukan

lebih banyak lagi dengan mengambil topik-topik yang dapat

memberikan sumbangan ilmiah-akademik baru dalam lingkup

studi hadis. Sisi lain dari pendekatan sosiologi pengetahuan

adalah memberikan horizon yang lebih luas dalam memahami

seluk-beluk suatu ilmu atau pengetahuan. Hal ini juga berlaku

pada studi yang menjadikan hadis sebagai objek kajian.

Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan 30

Kedua, perlu adanya tindak lanjut dari hasil penelitian ini

yaitu berupa studi atau penelitian lanjutan yang bertujuan untuk

merumuskan metode pemahaman atau pemaknaan hadis yang

mampu memadukan antara teori ulu>m al-h}adi>s\ klasik dan

pendekatan-pendekatan penelitian lainnya seperti ilmu-ilmu

sosial dan Humaniora. Walla>hu A'lam bi as}-s}awa>b.

Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan 31

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS DIRI

Nama : H. Muhammad Irfan Helmy, Lc., MA

Tempat/Tgl Lahir : Ciputat, 4 Januari 1974

NIP : 19740104 200003 1 003

Pangkat/Gol : Pembina/IV/a

Jabatan : Lektor Kepala

Alamat Rumah : Perum Garuda Kav.XI Jl. Nakula

Sadewa III RT 01/III Kembang Arum,

Dukuh, Salatiga, Jawa Tengah

Alamat Kantor : STAIN Salatiga, Jl. Tentara Pelajar No.2

Salatiga 50721

Nama Ayah : Drs. H. Entjum Ma'sum

Nama Ibu : Hj. Euis Hermawati

Nama Mertua : H. Rohayat

Hj. Siti Mariyah (alm.)

Nama Istri : Heti Rohaeti, AMK

Nama Anak : Aliffia Hilmiaty (12)

Najma Millati Hanifa (9)

Muhammad Khatami Mutsaqqof (4)

Kontak Person : 08122520154/085727714989

e-mail: [email protected]

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Pendidikan Formal

a. Madrasah Diniyyah Al-Huda Ciputat Kab. Tangerang,

1985

b. SD Negeri Ciputat VI Kab. Tangerang, 1986

c. MTs Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan, 1989

d. MAN Program Khusus Darussalam Ciamis Jawa

Barat, 1992

Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan 32

e. Fak. Ushuluddin Universitas Al-Azhar Cairo Mesir,

1996

f. Institute of Research and Arab Studies Cairo Mesir,

1997

g. Program Pascasarjana IAIN Syahid Jakarta, 2002

h. Program Doktor PPs UIN SuKa Yogyakarta, 2014

2. Pendidikan Non-Formal

a.Partnership For School: Professional Exchange and

U.S. School Visit for Indonesian Pesantren Leaders and

Educators East West Center, Hawaii, USA, 2008.

b.International Training Program on Leadership

Development, V.V. Giri National Labour Institute

Noida, Republic of India, 2013.

C. RIWAYAT PEKERJAAN

1. PT. Serambi Ilmu Semesta Jakarta, 1999-2000

2. Tenaga Pengajar (III/a) TMT 1 April 2001

3. Asisten Ahli (III/a) TMT 1 Juni 2002

4. Asisten Ahli (III/b) TMT 1 April 2003

5. Lektor (III/c) TMT 1 April 2005

6. Lektor (III/d) TMT 1 April 2008

7. Lektor Kepala (IV/a) TMT 1 Oktober 2012

8. Pengajar Ma'had MahasiswaYa Qoumi Salatiga, 2006-

2010

D. PRESTASI/PENGHARGAAN

1. Peserta Terbaik I Musabaqah Fahmil Qur'an (MFQ) tingkat

Kabupaten Ciamis, 1992

2. Peserta Terbaik I Musabaqah Fahmil Qur'an (MFQ) tingkat

Provinsi Jawa Barat, 1992

Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan 33

3. Penghargaan KBRI Cairo sebagai Mahasiswa Berprestasi

di Universitas Al-Azhar Kairo Mesir, 1994

E. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Wakil Ketua Majlis Tanfidz Pengembangan Bahasa Arab

dan Inggris MAPK Darussalam Ciamis, 1991-1992

2. Redaktur Jurnal HIMMAH Persatuan Pelajar dan

Mahasiswa Indonesia di Mesir, 1993

3. Departemen Kaderisasi dan Penerbitan Ikatan Alumni

MAPK Indonesia Cairo Mesir, 1992-1994

4. Redaktur Buletin FOKUS Cairo Mesir, 1995

5. Pemimpin Redaksi Buletin PERDANA Cairo Mesir, 1994

6. Redaktur Buletin MANGGALA Cairo Mesir, 1995

7. Wakil Ketua Ikatan Keluarga Pesantren Darunnajah

(IKPDN) Cairo Mesir, 1995

8. Departemen Penerbitan Keluarga Paguyuban Masyarakat

Jawa Barat (KPMJB) Kairo Mesir, 1994

9. Departemen Terjemah Lembaga Studi Pemikiran dan

Shahwah Islamiyah (LESPISI) Kairo Mesir, 1994-1996

10. Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Orsat

Kairo Mesir, 1993-1997

11. Liaison Officer Konferensi Menteri Wakaf dan Urusan

Agama Islam Negara-Negara OKI di Jakarta, 1997.

12. Wakil Sekretaris Yayasan Annashiriyah Ciputat

Tangerang, 1999-2000

13. Sekretaris Unit Pelayanan Bahasa STAIN Salatiga, 2002-

2006

14. Sekretaris Bidang Pengembangan Bahasa Arab Unit

Pelayanan Bahasa STAIN Salatiga, 2006-2010

15. Redaktur Jurnal IJTIHAD STAIN Salatiga, 2001-2006

16. Redaktur Jurnal ATTARBIYAH STAIN Salatiga, 2006-

2010

Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan 34

17. Redaktur Jurnal LISANIA STAIN Salatiga, 2010-

sekarang

18. Editor Indonesian Journal of Islam and Muslim Society

(IJIMS) Program Pascasarjana STAIN Salatiga, 2011

19. Sekretaris Majlis Tabligh dan Dakwah Khusus PDM

Salatiga, 2005-2010

20. Ketua Majlis Tarjih dan Tajdid PDM Salatiga, 2010-

2015

21. Wakil Ketua Ikatan Dai Indonesia (IKADI) PD Salatiga,

2006-2011

22. Anggota Association of Translator and International

Dialogue (ATIDA), Switzerland, 2009-sekarang

23. Departemen Pelatihan dan Pengembangan LPTQ Kota

Salatiga, 2009-sekarang.

24. Pemimpin Redaksi Jurnal IJTIHAD (terakreditasi

DIKTI) STAIN Salatiga, 2012-sekarang.

F. KARYA ILMIAH

1. Buku

a. 38 Sifat Generasi Unggulan (Terjemahan dari Falnabda

bi Anfusina), Gema Insani Press Jakarta, 1998

b. Khilafah Manusia antara Akal dan Wahyu (Terjemhan

dari Khilafat al-Insan Bayn al-‘Aql wa al-Wahy), Gema

Insani Press Jakarta, 1998

c. Cita Keluarga Islam (Terjemaham dari Dustur al-Usrah

fi Zhilal al-Qur’an), Serambi Ilmu Semesta Jakarta, 2001

d. Berdamai dengan Dunia (Terjemahan dari Al-Washaya

al-‘Asyr Liman Yurid an Yahya), Serambi Ilmu Semeta

Jakarta, 2002

e. Kontekstualisasi Hadis: Telaah atas Asbab al-Wurud dan

Kontribusinya terhadap Pemahaman Hadis Nabi Saw,

STAIN Salatiga Press-Mitra Cendekia Yogyakarta, 2007

Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan 35

f. Khutbah Jum'at Tematik (editor), STAIN Salatiga Press-

Mitra Cendekia Yogyakarta, 2010

2. Artikel

a. Kriteria Keshahihan Hadits Menurut al-Tirmidzi

(Artikel dalam Jurnal Ijtihad STAIN Salatiga, Nomor 1

Tahun I/Mei-Agustus/2001)

b. رؤية إسالمية: معالجة الفقر كوسيلة لتحقيق العدالة اإلجتماعية

(Artikel dalam Jurnal Ijtihad STAIN Salatiga, No.1

Tahun V/Jan-Juni 2005) c. Menanamkan Spirit Ukhuwah menjelang Pemilu (Artikel

dalam HU Solo Pos Edisi Jum'at, 26 Maret 2004)

d. Membangun Mental Anak dengan Psikologi IslamArtikel

dalam HU Suara Merdeka Edisi Minggu, 11 April 2004)

e. Menghargai Pluralisme Membangun Toleransi (Artikel

dalam HU Wawasan Edisi Minggu, 27 Juni 2004)

f. Pakaian dan Harga Diri (Kolom dalam HU Republika

Edisi Kamis, 29 Juli 2004)

g. Seni Untuk Kebaikan (Kolom dalam HU Republika Edisi

Selasa, 21 Desember 2004)

h. Pluralisme Mahmoud Ayoub: Landasan Epistemologi

Fiqih Inklusif (Karya Tulis dalam Jurnal Kontemplasi

STAIN Tulung Agung, Vol.02. No.02, Nopember 2005)

i. Sinetron Religius, Bukti Gairah Spiritual?(Artikel dalam

HU Solo Pos Edisi Jum’at, 27 Mei 2005)

j. Alquran bukan bible: Melacak otentitas kitab suci

agama-agama (Artikel dalam jurnal Ijtihad STAIN

Salatiga, tahun 2007)

k. Dimensi Sosiologis Historis Asbab al-Wurud dan

Kontribusinya terhadap Pemahaman Hadits secara

Kontekstual (Artikel dalam jurnal Ijtihad STAIN

Salatiga, tahun 2006)

Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan 36

l. سياسات تدريس اللغة العربية فى الجامعات اإلسالمية بإندونيسيا

(Artikel dalam Jurnal LISANIA STAIN Salatiga, tahun

2010.

m. Menolak Validitas Hadis Imam Perempuan (Makalah

Diskusi Dosen STAIN Salatiga, 6 Agustus 2005)

n. Pengajaran Bahasa Arab di STAIN Salatiga: Belajar dari

Pengalaman (Makalah dalam Forum Diskusi Bulanan

(FORDIB) STAIN Salatiga, tanggal 17 Desember 2009).

o. Perspektif Hadis tentang Salam (Makalah dalam Diskusi

Dosen Jurusan Syariah STAIN Salatiga, tanggal : 6

Agustus 2002)

p. Metodologi Takhrij Hadis: Tinjauan Sanad Dan Matan

Hadis No.2 - Bab Fardl Al-Wudlu - Kitab Al-Thaharah -

Sunan Abu Dawud (Makalah dalam Diskusi Dosen

Jurusan Syariah STAIN Salatiga, tanggal: 31 Desember

2002)

q. Metode Penelitian Kelemahan Perawi Hadis (Makalah

dalam Diskusi Dosen Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga,

tanggal 2003)

r. Prinsip-Prinsip Islam tentang Etika Dunia Maya

(Makalah dalam Seminar Pemanfaatan Internet Aman

bagi Anak, Salatiga 2011)

s. Kurikulum Pendidikan Bahasa Arab Dan Peningkatan

Daya Saing Lulusan Progdi PBA (Makalah Workshop

Kurikulum STAIN Surakarta, 2009)

t. Fikih Islam Perspektif Sosiologi Pengetahuan: Studi

Pemikiran Hadis asy-Sya>fi’i> (Artikel dalam Jurnal

Ijtihad STAIN Salatiga, 2011)

Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan 37

3. Penelitian

a. Potensi dan Peluang TPQ di Kota Salatiga, P3M STAIN

Salatiga, 2004

b. Metode Amtsilati dan Pengajaran Kitab Kuning di

Pondok Pesantren Darul Falah Bangsri Jepara Jawa

Tengah, P3M STAIN Salatiga, 2007

c. Muslim Thailand: Dinamika Mempertahankan

Eksistensi, P3M STAIN Salatiga, 2011

d. Instrumen Evaluasi Kelompok Bimbingan Haji (KBH)

dalam Pembentukan Kemandirian Jama’ah Haji di Kota

Salatiga, 2013

G.PENGALAMAN SEMINAR/WORKSHOP/PELATIHAN

a. Conference of Ministers of Wakaf and Islamic Religious

Affairs, Organization of Islamic Conference (OIC),

Jakarta, 1997

b. Seminar Studi Islam dalam Menghadapi Tantangan

Dunia Baru, Cairo, 1994

c. Seminar Peran Peradaban Timur Tengah dalam

Membangun Peta Keislaman Indonesia, Cairo, 1996

d. Pelatihan Metode Pembelajaran Bahasa Arab, Salatiga,

2001

e. Seminar Reformasi Pendidikan, Salatiga, 2001

f. Pelatihan Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan

Tinggi, Salatiga 2002

g. Workshop Manajemen Perguruan Tinggi, Salatiga 2002

h. Workshop Penelitian Kualitatif, Salatiga 2003

i. Seminar Metode Pengajaran Kitab-Kitab Klasik, Salatiga

2004

j. Seminar Pendidikan Islam dalam Tarikan Liberalisme

dan Fundamentalisme, Salatiga 2004

k. Workshop Jender dan Keluarga, Salatiga 2004

Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan 38

l. Seminar Kurikulum Berbasis Kompetensi, Cirebon 2004

m. Seminar Reformasi Pendidikan, STAIN Salatiga 2001

n. Seminar Metode Pembelajaran Bahasa Arab, STAIN

Salatiga 2001

o. Seminar Penulisan Karya Ilmiah untuk Jabatan

Fungsional dan Struktural, Perpustakaan Nasional 2000.

p. Semiloka Metode Pengajaran Kitab Klasik, STAIN

Salatiga 28 Agustus 2004

q. Diskusi KBK STAIN, Cirebon 16 Juni 2003

r. Pelatihan Penelitian Kualitatif, STAIN Salatiga 21-26 Juli

2003

s. Seminar Regional Pendidikan, STAIN Salatiga 27 Maret

2003

t. Workshop ESQ, STAIN Salatiga 24 Agustus 2006

u. Seminar Nasional on Science and Religion, STAIN

Salatiga 15 Desember 2006

v. Seminar Mencari Format Ruqyah Salihah, STAIN

Salatiga 12 April 2006

w. Workshop Quantum Teaching and Learning, STAIN

Salatiga 6 Agustus 2008

x. Workshop Pembelajaran Sains berbasis Lingkungan,

STAIN Salatiga 28 Juli 2009

y. Seminar Nasional Pengajaran Bahasa Arab berbasis

Cross Cultural Understanding, UIN Jakarta 11 Desember

2008

z. Seminar Nasional Pendidikan Islam dan Lingkungan

Hidup, STAIN Salatiga 27 Mei 2009

å. Workshop Manajemen Kelembagaan Perguruan Tinggi,

STAIN Salatiga 8 Januari 2009

bb. Pelatihan Communication Skill, STAIN Salatiga 25

Maret 2009

Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan 39

cc. Diklat Pengembangan Materi Bahasa Arab, Balai Diklat

Jateng 2005

dd. Pelatihan Penulian Jurnal Ilmiyah, Ditnaga Dikti

Depdiknas RI 2008

ee. Pelatihan Dosen Ilmu Hadits Tingkat Nasional, Ditjen

Pertais Depag RI 2007

ff. Workshop Partnership for School, Hawaii USA East

West Center (EWC) Hawaii, USA 2008

gg. Semiloka Metode Pengajaran Kitab Klasik, STAIN

Salatiga 2006

hh. Dialog Islamophobia di Barat dan Radikalisme Islam di

Indonesia, STAIN Salatiga 2007

ii. Seminar Dinamika Perempuan Muslim di Perancis,

STAIN Salatiga- Kedubes Prancis Jakarta 2007

jj. Seminar Spiritualisme dalam Islam, STAIN Salatiga-

Kedubes Prancis Jakarta 2007

kk. Seminar Dakwah dan Problematikanya di Era

Kontemporer, STAIN Salatiga-Kedubes Saudi Arabia

Jakarta 2008

ll. Lokakarya Penyusunan Kurikulum dan Silabi Diklat

Guru dan Pembina Pontren di Indonesia, Balitbang

Diklat Depag RI 2003

mm. Seminar Pendidikan Islam dalam Tarikan

Fundamentalisme dan Liberalisme, STAIN Salatiga

2007

nn. Workshop 'Build Better Motivated Teacher' STAIN

Salatiga 2012

oo. Workshop Inovasi Manajemen dan Pengelolaan Jurnal

Ilmiyah, 2012

pp. Sosialisai dan Telaah Tafsir Tematik dan Tafsir Ilmi

Balitbang Diklat Kemenag RI, 2012

Pemaknaan Hadis-Hadis Mukhtalif menurut Asy-Sya>fi’i>: Tinjauan Sosiologi Pengetahuan 40

qq. Workshop Teknologi Pembelajaran Berbasis Website

Bagi Dosen Program DMS STAIN Salatiga, 2013

rr. Workshop Internasionalisasi Jurnal Ilmiyah Ditlitabmas

Direktorat DIKTI Kemendikbud RI, 2013.

ss. Konferensi Internasional Islam, Peace and Civilization

Ministry of Religious Affairs – Kingdom of Jordan,

2013.

tt. Temu Konsultasi Pengelola Jurnal Ilmiyah PTAI se-

Indonesia, 2013

uu. Seminar Nasional Studi Hadis Kontemporer, STAIN

Ponorogo 2013.

vv. Annual International Conference on Islamic Studies

(AICIS) Direktorat Pendidikan Tinggi Islam

Kementerian Agama, Lombok – NTB, 2013.

ww. Workshop Peningkatan Mutu Publikasi Ilmiyah dan

Aplikasi Open Journal System, STAIN Salatiga, 2013.

xx. Seminar Tafsir al-Qur’an Berkerangka Budaya, STAIN

Salatiga, 2013.

Yogyakarta, Maret 2014

H. Muh. Irfan Helmy, Lc., MA