pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan...

202
PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN DIRI REMAJA TUNANETRA DI YAYASAN RAUDLATUL MAKFUFIN (TAMAN TUNANETRA) SERPONG TANGERANG SELATAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Disusun oleh: Farah Wahyuni NIM : 11140520000024 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H./ 2019 M  

Upload: phamduong

Post on 21-Jul-2019

251 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN

DIRI REMAJA TUNANETRA DI YAYASAN RAUDLATUL

MAKFUFIN (TAMAN TUNANETRA) SERPONG

TANGERANG SELATAN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun oleh:

Farah Wahyuni

NIM : 11140520000024

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H./ 2019 M

 

Page 2: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN DIRI REMAJA

TUNANETRA DI YAYASAN RAUDLATUL MAKFUFIN (TAMAN TUNANETRA)

SERPONG TANGERANG SELATAN

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperolehGelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

Farah WahyuniNIM 11140520000024

Di bawah bimbingan:

Artiarini Puspita Arwan, M.PsiNIP: 19861109 201101 2 016

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS

ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H./ 2019 M

 

Page 3: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

 

Page 4: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar sarjana sosial (S. Sos) di Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini, saya telah

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari ditemukan bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, April 2019

Farah Wahyuni

 

Page 5: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

i

ABSTRAK

Farah Wahyuni, NIM 11140520000024, Pelaksanaan BimbinganAgama dalam Penerimaan Diri Remaja Tunanetra di YayasanRaudlatul Makfufin (Taman Tunanetra) Serpong Tangerang Selatan,dibawah bimbingan Artiarini Puspita Arwan, M. Psi.

Tunanetra merupakan individu yang mengalami kerusakan padabagian mata, sehingga mengakibatkan individu tersebut mengalamiketerbatasan dalam fungsi penglihatan. Kerusakan bagian mata ini bisasaja terjadi pada bagian bola mata, retina, kornea atau pada syaraf-syaraf penglihatan, baik menyeluruh (Total Blind) ataupun sebagian(Low Vision). Remaja tunanetra dalam keadaan fisiknya tidak berbedadengan anak lain pada umumnya, hanya berbeda pada fungsipenglihatan saja. Namun demikian tunanetra itu sendiri masih menjadikelompok minoritas di kalangan masyarakat luas. Untuk mengurangirasa tidak percaya diri menjadi minoritas sebagai tunanetra, makadibutuhkan adanya sarana atau tempat untuk meningkatkan penerimaandirinya, salah satunya Yayasan Raudlatul Makfufin (taman tuananetra).Bimbingan agama di Yayasan Raudlatul Makfufin diharapkan dapatmembantu remaja tunanetra menjadi individu yang lebih beriman,memiliki rasa syukur yang tinggi, berilmu, dan dapat mencintai dirisendiri dengan keadaannya saat ini juga menerima dirinya dengan utuh.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses bimbinganagama dalam meningkatkan penerimaan diri pada remaja tunanetra.Adapun metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif denganjenis penelitian deskriptif. Penentuan sumber data atau informanmenggunakan teknik Purposive Sampling, yaitu informan atau sumberdata ditentukan dengan kriteria yang sesuai dengan tujuan penelitian.Informan dalam penelitian ini terdiri dari, ketua yayasan, wakil ketuapesantren, seorang pembimbing agama, dan tiga remaja tunanetra.

Berdasarkan temuan dan analisis yang dilakukan, dapatdisimpulkan bahwa bimbingan agama dalam meningkatkan penerimaandiri remaja tunanetra berjalan dengan baik secara bertahap, baikbimbingan agama terjadwal ataupun bimbingan agama tidak terjadwal.Penerimaan diri remaja tunanetra di yayasan terlihat dari antusiasmemereka untuk mengikuti bimbingan agama di yayasan. Bimbinganagama yang dilakukan di yayasan radulatul makfufin menggunakanmetode kelompok dan individu, menyampaikan melalui ceramah, tanyajawab, dan percakapan pribadi antar individu (face to face). Sedangkanmateri yang telah diberikan yaitu, Ilmu aqidah, Ilmu fiqih, Ilmu akhlak,menghafal Al-Qur’an Braille, pembinaan keterampilan dakwah untukmelatih kepercayaan diri remaja tunanetra dalam berbicara.

Kata Kunci : Bimbingan Agama, Penerimaan Diri, RemajaTunanetra

 

Page 6: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

ii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT

yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulisan

skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam senantiasa

tercurahkan kepada baginda kita Nabi Muhammad SAW.

Alhamdulillah berkat RidhoNya sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir dari skripsi ini dengan judul “Pelaksanaan

Bimbingan Agama dalam Penerimaan Diri Remaja Tunanetra di

Yayasan Raudlatul Makfufin (Taman Tunanetra) Serpong

Tengerang Selatan.” Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S. Sos).

Pada penyusunan skripsi ini, penulis menyadari betul masih

banyak kekurangan dalam dan jauh dari kata sempurna. Tentunya

bukan hal yang mudah bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini,

dalam penulisan skripsi ini penulis mendapatkan banyak dukungan dari

berbagai pihak, terutama adalah keluarga penulis. Dengan segala

kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terimakasih yang terdalam

untuk satu-satunya wanita yang menjadi inspirasi bagi penulis, yaitu

orang tua penulis Ibu, Rochmawati, dan Ayah, Wahyudin yang telah

memberikan banyak cinta pada penulis. Selain itu penulis juga ingin

mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah

membantu dalam penulisan ini, diantaranya kepada:

1. Dr. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi, Suparto, M.Ed., Ph.D. selaku Wakil Dekan

Bidang Akademik, Dr. Roudhonah, M.A. selaku Wakil Dekan

Bidang Administrasi Umum. Dr. Suhaemi, M.Si. selaku Wakil

 

Page 7: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

iii

Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Atriarini Puspita Arwan, M.Psi. selaku dosen pembimbing yang

senantiasa membimbing, mengarahkan, dan memberi dukungan

pada penulis, dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

3. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si. selaku Ketua Jurusan Bimbingan

dan Penyuluhan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ir. Noor Bekti Negoro, SE. M.Si. selaku Sekertaris Jurusan

Bimbingan dan Penyuluhan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Kepada pihak Yayasan Rauldatul Makfufin, Pak Budi Santoso,

S.Sos.i. selaku ketua yayasan, kepada wakil ketua pesantren

yayasan bapak Abdurrohman, dan pembimbing agama pak Sapto

Wibowo S.os, dan pengurus lainnya yang telah membantu penulis.

6. Kepada informan penulis, Qurratul Ain, Rovan Januariza, dan

Muhammad Nabil Salim Asqolani, yang bersedia untuk

meluangkan waktu dalam penelitian ini.

7. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

mendidik dan dan memberikan ilmu yang insyaAllah bermanfaat

bagi penulis.

8. Kakak penulis, Siti Shara S.Pd.i., dan adik penulis Fajria Asfal

Asfia, fajar Asfal Asfia, dan Syikri Ramadhan yang selalu support

dan mengingatkan penulis, dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Calon suami penulis, Muhammad Sholehuddin Harahap yang telah

mendukung penuh kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Sahabat penulis, Annisa Marwa Nursantoso Amd.kom, Widia

Utami Amd.Ak, Rebiana Ilhami, Mutiara, dan Muhammad Irfan

 

Page 8: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

iv

Dzulfikar S.kom yang selalu menghibur penulis, dan mendukung

penulis dengan penuh kasih dalam penelitian skripsi ini.

11. Seluruh Keluarga Besar BPI UIN Jakarta 2014 yang tidak bisa

disebutkan satu persatu oleh penulis. Terimakasih banyak telah

memberi warna dalam hidup penulis, dan memberi banyak arti

dalam setiap perbedaan.

12. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini, yang tidak bisa penulis sebutkan satu

persatu, tanpa mengurangi rasa hormat. Penulis mengucapkan

Terimakasih banyak dan penuh kasih.

Jakarta, 25 Maret 2019

Farah Wahyuni

 

Page 9: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK .......................................................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..........................................................1

B. Identifiasi Masalah ..................................................................9

C. Batasan Masalah ......................................................................10

D. Rumusan Masalah ...................................................................11

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................12

F. Tinjauan Kajian Terdahulu ......................................................13

G. Metode Penelitian ....................................................................18

1. Pendekatan Penelitian ........................................................18

2. Subjek dan Objek Penelitian ..............................................20

3. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................20

4. Penentuan Sumber Data .....................................................21

5. Teknik Pemilihan Subjek Penelitian .................................24

6. Teknik Pengumpulan Data ................................................25

7. Teknik Analisis Data .........................................................28

H. Sistematika Penulisan ..............................................................29

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Bimbingan Agama ...................................................................32

 

Page 10: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

vi

1. Definisi Bimbingan Agama ...............................................32

2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Agama ..............................36

3. Unsur-unsur Bimbingan Agama ........................................38

4. Metode Bimbingan Agama ................................................39

5. Materi Bimbingan Agama .................................................44

B. Penerimaan Diri .......................................................................48

1. Definisi Penerimaan Diri ...................................................48

2. Ciri-ciri Penerimaan Diri ...................................................51

3. Dampak-dampak Penerimaan Diri ....................................53

4. Faktor-faktro yang memepengaruhi

Penerimaan Diri .................................................................55

5. Aspek-aspek Penerimaan Diri ...........................................57

C. Remaja Tunanetra ....................................................................58

1. Pengertian Remaja .............................................................59

2. Aspek-aspek Masa Remaja ................................................60

3. Definisi Tunanetra .............................................................63

4. Klarifikasi Anak Tunanetra ...............................................64

5. Sebab-sebab Terjadinya Ketunanetraan .............................65

6. Karakteristik Anak Tunanetra ............................................67

BAB III GAMBARAN UMUM LATAR

PENELITIAN

A. Sejarah Berdirinya Yayasan Raudlatul

Makfufin ...................................................................................72

B. Lokasi ......................................................................................75

C. Visi dan Misi ............................................................................75

 

Page 11: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

vii

D. Legalitas ..................................................................................76

E. Struktur Organisasi ..................................................................76

F. Program Kegiatan Yayasan .....................................................78

G. Fasilitas Yayasan Raudlatul Makfufin ....................................81

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Deskripsi Informan ..................................................................84

B. Temuan Penelitian dengan Pengurus Yayasan Raudlatul

Makfufin ..................................................................................87

C. Temuan Penelitian dengan Remaja Tunanetra di Yayasan

Raudlatul Makfufin .................................................................99

BAB V PEMBAHASAN

A. Proses Bimbingan Agama dalam Meningkatkan

Penerimaan Diri Remaja Tunanetra di Yayasan Raudlatul

Makfufin (Taman Tunanetra) Serpong Tangerang Selatang

..................................................................................................112

B. Metode Bimbingan Agama dalam Meningkatkan

Penerimaan Diri Remaja Tunanetra di Yayasan Raudlatul

Makfufin (Taman Tunanetra) Serpong Tangerang Selatan .....117

C. Materi Bimbingan Agama dalam Meningkatkan

Penerimaan Diri Remaja Tunanetra di Yayasan Raudlatul

Makfufin (Taman Tunanetra) Serpong Tangerang Selatan .....126

 

Page 12: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

viii

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ..............................................................................144

B. Saran ........................................................................................146

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................147

 

Page 13: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyandang disabilitas di Indonesia merupakan kelompok

minoritas. Mereka adalah masyarakat yang selama ini

terpinggirkan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.

Padahal, populasi penyandang disabilitas cukup tinggi, menurut

WHO (2011), jumlah penyandang disabilitas setiap negara

mencapai 15 %. Jika penduduk Indonesia mencapai 250 juta,

maka populasi penyandang disabilitas akan mencapai sekitar 36

juta lebih.1 Berdasarkan Susenas 2012 yang dilakukan oleh

Badan Pusat Statistik (BPS), menjelaskan jumlah penduduk

Indonesia yang menyandang disabilitas sebesar 2,45% dan

sebanyak 1.776.912 jiwa di Indonesia merupakan penyandang

tunanetra.2 Berdasarkan data tersebut penyandnag tunanetra di

Indonesia menginjak angka yang tidak kecil lagi, dan merujuk

pada data dari Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta (2017)

yang terdaftar dalam Pilkada sebanyak 5.271 jiwa penyandang

disabilitas akan ikut Pemilih Kepala Daerah pada 15 Februari

2017. Dari jumlah tersebut, sekitar 28% (1.509 jiwa) merupakan

penyandang tuna daksa, 11% (587 orang) tunanetra, 12,5% (673

orang) tuna rungu, 25,7% (1.378 orang). Sisanya, 22,8% (1.224

1 Slamet Thohari, dkk, Pemetaan Kesenian dan Disabilitas diIndonesia, Pusat Studi dan Layanan Disabilitas Universitas Brawijaya danBritish Council Indonesia, 2017, h. 1.

2 Bulletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, Situs PenyandangDisabilitas, (Kementrian Kesehatan RI : Bakti Husada), 2014, h. 6.

 

Page 14: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

2

orang) merupakan penyandang disabilitas lainnya.3 Dari data

Pilkada yang terdaftar dalam DKI Jakarta bukan angka kecil,

sebagai ibu kota Jakarta memiliki angka yang tinggi dari

penduduk penyandang disabilitasnya.

Pada dasarnya manusia memiliki banyak macam

permasalahan, dan tidak lepas dari masalah, akan tetapi

tergantung bagaimana kita sebagai makhluk hidup menyikapi

semua bentuk permasalahan yang ada. Dalam hal ini tunanetra

masih menjadi masalah bagi kaum tunanetra itu sendiri, dengan

kekurangan yang dimiliki membatasi tunanetra beraktivitas

secara luas. Kebutaan dan hambatan penglihatan akan

mengganggu seseorang dalam beraktivitas, serta berdampak pada

kehidupan sosialnya. Tunanetra adalah seseorang yang memiliki

hambatan dalam penglihatan dapat diklasifikasikan ke dalam dua

golongan, yaitu: buta total (blind) dan low vision. Tunanetra tidak

berarti selalu tidak mampu melihat secara keseluruhan. Dalam

konteks individu berkebutuhan khusus tunanetra berarti setiap

gangguan atau kelainanya yang terjadi pada indra penglihatan

seseorang sehingga mengalami kendala dalam beraktivitas dan

buntutnya, mereka pun memerlukan alat khusus yang dapat

membantu penglihatan atau menggantikan fungsi matanya.4

Soemarti mengemukakan bahwa tunanetra tidak hanya

untuk mereka yang buta, tetapi mencakup juga mereka yang

3 Penyandang disabilitas yang terdaftar dalam Pilkada DKI Jakarta2017, Diakses pada 16 April 2018, dari Databoks.katadata.co.id.

4 Dewi Pandji & Winda Wardhani, Sudahkan Kita ramah AnakSpesial Needs?, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo), 2013, h. 4

 

Page 15: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

3

mampu melihat tetapi terbatas sekali dan kurang dapat

dimanfaatkan untuk kepentingan hidup sehari-hari, terutama

dalam belajar. Dengan kondisi tidak dapat melihat lagi, akan

membuatnya mengubur cita-cita bahkan cita-citanya dapat

berubah dan menganggap dirinya lemah serta membuatnya

merubah konsep yang ada pada dirinya. Sewaktu dia bisa melihat,

dia menganggap dan menilai dirinya dengan positif namun karena

musibah yang membuat kondisinya berubah dengan fisik yang

berbeda seperti diawal hidupnya, dia dapat merubah konsep

dirinya menjadi negatif.5

Terkait pekerjaan tunanetra, bahwasannya kebanyakan

masyarakat Indonesia berfikir dan berasusmsi tunanetra memiliki

skill rendah serta pekerjaan mereka tidak lain menjadi tukang

pijat. Pernyataan banyak orang yang mengatakan tunanetra tidak

mempunyai masa depan yang jelas, padahal sebenarnya tidak

menutup kemungkinan banyak dari mereka yang meraih

kesuksesan dan prestasi yang membanggakan. Hal tersebut

mematahkan anggapan bahwa orang yang tunanetra adalah orang

yang merepotkan dan tidak mandiri. Namun kenyataanya banyak

terlihat seorang tunanetra yang bisa bertahan hidup dengan

penghasilan sendiri, banyak juga kita dengar panti pijat yang para

pekerjanya penyandang tunanetra. Selain itu tunanetra selalu

dipandang sebelah mata oleh masyarakat, maka untuk

5 Chusniatul Fitriyah & Siti Azizah Rahayu, Konsep Diri PadaRemaja Tunanetra Di Yayasan Pendidikan Anak Buta (YPAB) Surabaya,Jurnal Penelitian Psikologi 2013, Vol. 04, No. 01, h. 49.

 

Page 16: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

4

mendapatkan pekerjaan yang layak bagi kebanyakan tunanetra itu

jarang.6

Di Indonesia tunanetra masih dipandang sebelah mata,

tidak hanya itu bagi penyandang tunanetra sendiri, mereka

merasa tak berdaya dan tidak bisa beraktivitas secara luas. Tidak

sedikit di antara masyarakat yang berfikir dan berasumsi bahwa

tunanetra hanya dapat berprofesi sebagai tukang pijat dan tukang

krupuk. Dalam (Jurnal A Survival Strategy in The City Of The

Masseur Pekanbaru) dengan hasil penelitian bahwa “tukang pijat

tunanetra yang ada di lapangan kebanyakan adalah mereka yang

berusia di atas 30 tahun, adapun pendidikan mereka mayoritas

SMP dan SMA”. Selain itu telah disebutkan juga bahwa

penyandang tunanetra dengan profesi tukang pijat makin tahun

makin meningkat.7

Seperti contohnya adalah UU No 4 Tahun 1997 tentang

penyandang cacat. Dalam pasal 14 sebenarnya telah mengatur

tentang kewajiban bagi pemilik usaha yang memiliki pekerja

minimal 100 orang untuk juga mempekerjakan penyandang

disabilitas minimal 1 orang. Itu artinya terdapat kuota 1%

penyandang disabilitas pada jenis usaha dengan minimum 100

orang karyawan. Namun implementasi pasal tersebut nampaknya

tidak banyak dijalankan oleh pemilik usaha. Menurut Marjuki

(dalam Irwanto, 2010) hasil survey ICF, di 14 provinsi di

Indonesia hanya 25,6% penyandang disabilitas yang bekerja dan

6 Ibid, h. 49.7 Juliana, Jurnal A Survival Strategyin The City Of The Masseur

Pekanbaru, (Jom FISIP: 2016), Vol. 03, No.01.

 

Page 17: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

5

sisanya sebesar 74,7% tidak bekerja. Dari total 25,6%

penyandang disabilitas yang bekerja itupun terbanyak bekerja

sebagai petani dan tukang pijat.8

Dari paparan di atas, menurut Peneliti tidak sedikit

masyarakat yang memandang tunanetra sebelah mata,

mediskriminasi penyandang disabilitas tidak mampu melakukan

segala sesuatu sendiri, dan masih banyak pula masyarakat yang

berfikiran bahwa tunanetra hanya bekerja sebagai tukang pijat.

Oleh karena itu peneliti ingin menemukan hal baru tentang

tunantera, yang sebenarnya luas bagi mereka untuk melakukan

aktivitas, bersekolah, bekerja, serta bercita-cita tinggi. Peneliti

melakukan penelitian ini di Yayasan Raudlatul Makfufin

sebagaimana diketahui bahwa Yayasan tersebut menyediakan

jalan utnuk para tunanetra berproses, belajar, serta meningkatkan

segala kemampuan dan keahlian yang dimiliki para tunanetra

terutama di bidang Keagamaan, karena sebagaimana diketahui

bahwa Yayasan Raudlatul Makfufin menyediakan sekolah umum

dan pesantren khusus untuk penyandang tunanetra didalam nya.9

Anak tunanetra akan merasa sulit dalam beradaptasi

dengan keadaan yang mereka miliki, akan ada penolakan-

penolakan diri yang membuat mereka merasa tidak berdaya,

merasa terkucilkan, merasa tidak bahagia, merasa rapuh dan tidak

8 Irwanto, dkk, Analisis situasi penyandang disabilitas di indonesia:Sebuah deskreview. 2010, h. 31-32, darihttp://www.ausaid.gov.au/Publications/Documents/pwd-sit-bahasa.pdf diaksespada tanggal 23 April 2018.

9 Hasil Wawancara dengan pengurus Yayasan Raudlatul Makfufin IbuDara, Pada Tanggal 03 Oktober 2018, Pkl : 10.20 Wib.

 

Page 18: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

6

dapat menerima kondisinya yang cacat. Serta tunantera tidak

memiliki keinginan untuk beraktivitas, mengubur cita-cita,

bersosial dengan masyarakat lain seperti manusia lainnya.

Melalui bimbingan Agama akan membantu serta mengembalikan

kepercayaan diri untuk menerima diri dengan apa adanya

kembali, maka dalam meningkatkan penerimaan diri sangat

penting karena hal pertama yang harus kita cintai adalah diri

sendiri.

Bimbingan agama adalah usaha pemberian bantuan

kepada orang yang mengalami kesulitan baik lahiriah maupun

batiniah yang menyangkut kehidupan dimasa kini dan dimasa

mendatang, bantuan tersebut berupa pertolongan di bidang mental

dan spiritual, agar orang yang bersangkutan mampu mengatasi

dengan kemampuan yang ada dirinya sendiri melalui dorongan

dengan kekuatan iman dan taqwanya kepada Allah.10 Dengan ini

peranan bimbingan Agama yang diterima oleh remaja tunanetra

dapat mendorong dirinya untuk menjadi apa adanya, menerima

apa yang ditakdirkan oleh Allah SWT.

Adapun penerimaan diri itu sendiri Menurut Santrock

(2007), adalah merupakan suatu kesadaran untuk menerima diri

sendiri apa adanya. Penerimaan diri pada remaja tidak berarti

menerima begitu saja kondisi dirinya tanpa berusaha

mengembangkan diri lebih lanjut. Proses bagaimana seorang

individu mendapat keseimbangan diri dalam memenuhi

10 Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan PenyuluhanAgama Di Sekolah Dan Luar Sekolah, (Jakarta: Bulan Bintang), 1997, h. 2.

 

Page 19: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

7

kebutuhan sesuai dengan lingkungannya. Penerimaan diri lebih

bersifat suatu proses dalam hidup sepanjang hayat manusia.

Dalam proses penerimaan diri dapat saja muncul konflik,

tekanan, frustasi, yang menyebabkan remaja terdorong untuk

meneliti berbagai kemungkinan perilaku untuk membebaskan

dirinya dari kegagalan. Dalam ilmu perkembangan psikologi

remeja, secara singkat dapat mendeskripsikan pandangan

pemprosesan informasi terjadi terhadap penerimaan diri remaja,

pemprosesan informasi pada remaja meliputi bagaimana remaja

itu menemukan kembali informasi positif untuk dipikirkan dan

digunakan dalam memecahkan masalah.11

Kebutaan tidak terjadi sejak lahir saja, ada juga mereka

yang buta sejak usia remaja, dan itu akan lebih membahayakan

dalam penerimaan diri, sebab dari bisa melihat dengan perubahan

tidak bisa melihat akan membuat mereka tidak dapat menerima

keadaan seutuhnya. Maka dari itu melalui bimbingan Agama

sangat penting untuk mendapatkan arahan dan bentuk bimbingan

lainnya yang dapat menjadikan tunanetra menjadi lebih baik,

lebih mencintai diri sendiri, lebih menyukai dirinya, dan

menerima kondisinya. Remaja adalah manusia yang sedang

berada pada suatu periode kehidupan puber, tepatnya ketika

seseorang berada pada masa transisi antara masa kanak-kanak

dan masa permulaan dewasa. Pada saat itu, seorang remaja

sedang meninggalkan sifat kekanak-kanakkan menuju alam

11 Muhammad Ridha, Hubungan Antara Body Image DenganPenerimaan Diri Pada Mahasiswa Aceh Di Yogyakarta, Empaty Vol.1, No.1,2012, h. 115.

 

Page 20: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

8

dewasa yang memikul tanggung jawab dan kewajiban-kewajiban

tertentu dalam masyrakat.12

Manusia dalam hidupnya melewati masa-masa

perkembangan yang harus ia lalui, yaitu mulai dari masa (1) Pre

natal (sebelum lahir), (2) natal (saat lahir) yang terdiri dari

infancy (dari lahir sampai 14 hari), masa bayi (antara 2 minggu

sampai 2 tahun), masa anak (2-10/11 tahun), (3) Masa Remaja

(11/12-20/21 tahun) dan (4) Masa Dewasa yang terbagi atas

dewasa awal (21-40 tahun) dan dewasa menengah (40-60

tahun).13

Hal ini terjadi pada remaja tunanetra di Yayasan

Raudlatul Makfufin, dalam masa-masa transisi mereka melewati

fase-fase dimana berada dititik paling bawah dan berada titik

paling atas yaitu titik paling nyaman. Dari tunanetra sejak lahir

hingga tunanetra karena musibah atau kecelakaan yang

membuatnya tidak bisa melihat. Bermacam-macam masalah yang

menyebabkan terjadinnya kebutaan di Yayasan Raudlatul

Makfufin, salah satunya yang membuat tunanetra tertekan ketika

mereka malu dengan kondisi yang cacat, dan mereka tidak dapat

menerima dirinya cacat. Hal ini terjadi juga pada remaja

tunanetra di Yayasan Raudlatul Makfufi, masa remaja ini selalu

dibilang adalah masa paling indah, masa saat senang-senangnya

12 Jusuf Amir Feisal, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: GemaInsani Press), 1995, h. 226

13 Alex Sobur, Psikologi Umum (Bandung: Pustaka Setia), 2003, h.134

 

Page 21: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

9

berteman dengan banyak orang, masa perkembangan, masa

menentukan jati diri, dan menentukan cita-cita.14

Dari paparan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa perlu

adanya penelitian mengenai proses bimbingan agama dalam

meningkatkan penerimaan diri remaja tunanetra, sebagaimana

diketahui bahwa bimbingan agama sangat penting dalam

membentuk penerimaan diri yang dimiliki penyandang tunanetra.

Oleh karena itu Peneliti akan melakukan penelitian lebih lanjut

dan mendalam tentang:

“PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM

PENERIMAAN DIRI REMAJA TUNANETRA DI

YAYASAN RAUDLATUL MAKFUFIN (TAMAN

TUNANETRA) SERPONG TANGERANG SELATAN”

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah ditulis, peneliti

memberikan identifikasi masalah yang akan dijadikan

bahan penelitian sebagai berikut:

a. Remaja tunanetra masih belum menerima

kekurangan yang terjadi pada dirinya.

b. Untuk menerima kelebihan dan kekurangan

dibutuhkan keyakinan yang kuat agar remaja

tunanetra dapat meningkatkan penerimaan dirinya.

14 Hasil Wawancara dengan pengurus Yayasan Raudlatul MakfufinIbu Dara, Pada Tanggal 03 Oktober 2018, Pkl : 10.20 Wib.

 

Page 22: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

10

c. Melalui bimbingan agama diharapkan dapat

meningkatkan penerimaan diri, dan menjadi

penguat dalam perubahan remaja tunanetra.

C. Batasan Masalah

Agar pembatasan skripsi ini lebih terarah dan

mempermudah penulisan maka peneliti membatasi

Penelitian skripsi ini hanya difokuskan pada bimbingan

agama dalam penerimaan diri remaja tunenetra untuk

pengembangan potensi diri, pembatasannya sebagai

berikut:

a. Bimbingan agama adalah kegiatan pembimbingan

agama yang di berikan oleh pembimbing untuk

memberikan bantuan, arahan dan dukungan pada

tunanetra untuk menerima dirinya dengan apa

adanya, berserah diri pada Allah, mencintai

dirinya, dan peranan bimbingan juga dapat

membantu tunanetra untuk mengembangkan

potensi dirinya melalui kegiatan-kegiatan

keAgamaan, agar memiliki potensi dalam mengaji,

ceramah, dan belajar.

b. Penerimaan diri adalah sikap positif remaja

tunanetra yang ditunjukkan dengan rasa senang

dan puas akan dirinya, dan dapat menerima

keadaan dirinya sesuai fakta, realitas, baik secara

fisik maupun psikis dengan apa adanya tanpa

berlarut-larut dalam keterpurukan. Serta remaja

 

Page 23: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

11

tunanetra mampu menerima dirinya dengan baik,

tanpa ada rasa kecewa dan berusaha

mengembangkan diri seoptimal mungkin.

Dalam Penelitian ini, Peneliti memiliki kriteria

pada yaitu, peneliti memilih subjek tunanetra 1) tunanetra

(Total Blind) adalah mereka yang kemampuan

penglihatannya rusak total sehingga sudah tidak bisa

diandalkan/digunakan, 2) tunanetra pada remaja, dari

umur 15 remaja madya hingga 22 remaja akhir.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan

permasalahan yang telah diuraikan, maka peneliti

memutuskan masalah. Adapun permasalahan dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana proses bimbingan agama dalam

meningkatkan penerimaan diri pada remaja

tunanetra di Yayasan Raudlatul Makfufin?

Adapun pertanyaan turunan dalam penelitian ini,

sebagai berikut:

a. Bagaimana metode-metode pelaksanaan

bimbingan yang diberikan pembimbing agama

agar tunantera dapat meningkatkan penerimaan

diri nya?

b. Materi apa saja yang diberikan oleh pembimbing

dalam pelaksanan bimbingan agama agar

 

Page 24: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

12

tunanetra dapat meningkatkan penerimaan diri

nya?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Peneliti

1. Untuk mengetahui proses bimbingan agama dalam

meningkatkan penerimaan diri pada remaja

tunanetra di Yayasan Raudlatul Makfufin.

2. Manfaat Penelitian

1) Manfaat Akademis

a. Manfaat Penelitian ini dapat dijadikan sebagai

bahan pengetahuan dan keilmuan untuk

memberikan sesuatu yang baru dalam

pandangan tunanetra secara luas agar

mengetahui dan memahami dalam upaya

penerimaan diri terhadap bimbingan Agama

yang diberika untuk mengembangkan potensi

diri tunnetra seluas-luasnya dalam menentukan

tujuan dirinya di Yayasan Raudlatul Makfufin.

Serta dapat menambah literature dn khazanah

jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

b. Penelitian ini di harapkan bisa memberikan

kontribusi yang positif dalam mengembangkan

keilmuan dan pengembangan kurikulum yang

 

Page 25: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

13

terdapat di jurusan Bimbingan dan Penyuluhan

Islam di Fakultas Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2) Manfaat Praktis

Agar lebih memahami dan mengetahui ilmu

pengetahuan Peneliti di bidang Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi tunanetra dalam bidang

Bimbingan dan Penyuluhan Islam mengenai

penelitian pada tunanetra.

3) Manfaat Kelembagaan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman,

acuan, masukan, dan wawasan baru bagi lembaga

tunanetra di Yayasan Raudlatul Makfufin.

F. Tinjauan Kajian Terdahulu

Peneliti melakukan tinjauan terhadap beberapa

skripsi dan jurnal yang memiliki kemipirian dengan

Penelitian yang ditulis oleh Peneliti sendiri, hal ini

bertujuan untuk menghindari bentuk plagiat atau

menjiplak, diantaranya sebagai berikut:

1) Wildan Isnaini Yahya dengan judul skripsi

“Penerimaan Diri Mahasiswa Tunanetra Total

(Studi Kasus Pada Mahasiswa FIP UNY)”.

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa

Bimbingan Dan Konseling Jurusan Psikologi

Pendidikam Dan Bimbingan, Fakultas Ilmu

 

Page 26: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

14

Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Pada

penelitian ini peneliti mengkaji lebih lanjut pada

tahap penerimaan diri mahasiswa tunanetra

dengan hasil penelitian menunjukkan penerimaan

diri ketiga subjek mahasiswa tunanetra total yang

meliputi tujuh indikator, yaitu: (1) positif terhadap

diri, (2) mengakui dan menerima kekurangan dan

kelebihan diri sendiri, (3) positif dengan

kehidupan masa lalu, (4) puas dengan diri sendiri,

(5) menerima persepsi orang lain atau penilaian

orang lain, (6) keterbukaan diri, (7) melihat diri

secara realistis di Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Yogyakarta sudah dikatakan

baik meski salah satu subjek sesekali kecewa dan

tidak terima dengan pengalaman masa lalu.

2) Arum Nur Hidayah dengan judul skripsi

“Bimbingan Keagamaan Terhadap Anak

Penyandang Tunanetra Untuk Menumbuhkan

Kepercayaan Diri Di Balai Rehabilitasi Sosial

“Distrarastra” Pemalang”. Penelitian yang

dilakukan oleh mahasiswa Bimbingan Penyuluhan

Islam (BPI), Fakultas Dakwah Dan Komunikasi

Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang ini

dalam temuannya mengemukakan bahwa

bimbingan keagamaan terhadap anak penyandang

tunanetra untuk menumbuhkan kepercayaan diri di

Balai Rehabilitasi Sosial “Distrarastra” Pemalang.

 

Page 27: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

15

Dimana kondisi anak tuna netra pada awal masuk

panti asuhan banyak yang tidak memiliki percaya

diri.

3) Dovi Uun Yutikasari dengan judul skripsi

“Peningkatan Kemampuan Pengembangan Diri

Dengan Menggunakan Metode Praktik Siswa

Tunanetra Kelas III SLB A Yaketunis

Yogyakarta”. Penelitian ini dilakukan oleh

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Luar Biasa

Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta dan

bertujuan untuk mengukur peningkatan

pengembangan diri bagi tunanetra dengan

menggunakan metode praktik, serta dari hasil

penelitian ini menunjukkan peningkatan proses

dan hasil kemampuan siswa dalam pengembangan

diri melalui metode praktik. Siklus I dengan

tindakan berupa penjelasan, demonstrasi, praktik,

dan tanya jawab diperoleh hasil kemampuan siswa

pada pra tindakan mandi 55% kategori cukup

meningkat 13,96% menjadi 68,96% kategori baik,

menggosok gigi 62,5% kategori cukup meningkat

12,5% menjadi 75% kategori baik, mencuci

rambut 52,5% kategori cukup meningkat 22,5%

menjadi 75% kategori baik. Perbaikan pada siklus

II dilakukan pada rencana pembelajaran yang

sesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan siswa,

 

Page 28: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

16

yaitu dengan mengkondisikan siswa untuk lebih

fokus, walaupun lingkungan sekitar ada suara

yang mengganggu, guru mengurangi bantuan yang

diberikan dalam praktik, guru memberi

kesempatan agar siswa aktif bertanya mengenai

kesulitannya. Hasil kemampuan siswa pada siklus

II kegiatan mandi dari 68,96% kategori baik

meningkat 5,17% menjadi 74,13% kategori baik,

menggosok gigi 75% kategori baik meningkat 5%

menjadi 80% kategori baik, mencuci rambut 75%

kategori baik meningkat 2,5% menjadi 77,5%

kategori baik. Keaktifan siswa meningkat sebesar

25% dari 58,33% kategori cukup menjadi 83,33%

kategori sangat baik.

4) Sulthon dengan judul jurnal “Pola Keberagamaan

Kaum Tuna Netra Dan Dampak Psikologis

Terhadap Penerimaan Diri”. Penelitian yang

dilakukan oleh Sulthon Mahasiswa Sekolah Tinggi

Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus ini untuk

mengetahui Pola keberagamaan kaum tunanetra

dipengaruhi oleh berbagai aspek dan dimensi, tuna

netra memiliki pengaruh yang sangat signifikan

terhadap perkembangan psikologis dan sosialnya,

serta penerimaan diri.

5) Adrianus Yofanto Angi Piran, Roni Yuliwar, Arie

Jefry Ka’arayeno dengan judul jurnal “Hubungan

Antara Penerimaan Diri Dengan Kepercayaan Diri

 

Page 29: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

17

Dalam Interaksi Sosial Pada Remaja Penyandang

Cacat Fisik Di Panti Asuhan Bhakti Luhur

Kecamatan Sukun Malang”. Penelitian yang

dilakukan oleh Adrianus Yofanto Angi Piran

Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Tribhuwana

Tunggadewi Malang, Roni Yuliwar Dosen

Program Studi Keperawatan Poltekkes Kemenkes

Malang, dan Arie Jefry Ka’arayeno Dosen

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Malang ini bertujuan untuk mengukur Penerimaan

Diri, Kepercayaan Diri dalam Interaksi Sosial

Pada Remaja Cacat Fisik seberapa banyak remaja

yang dapat berinteraksi sosial, dan dapat si

simpulkan oleh peneliti dalam penelitiannya

bahwa tingkat penerimaan diri pada kategori

sedang dengan persentase sebesar 56 % (19

orang), serta tingkat kepercayaan diri sedang

dengan persentase sebesar 53 % (18 orang).

Dalam penelitian ini peneliti meninjau dari

beberapa pustaka di atas belum pernah ada yang

membahas bimbingan agama dengan penerimaan diri

untuk pengembangan potensi diri, maka dari itu penelitian

ini peneliti lebih memfokuskan pada pada bimbingan

agama dalam penerimaan diri untuk pengembangan

 

Page 30: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

18

potensi diri. Bahwasannya dalam tahap masa remaja

adalah masa paling rentan, remaja tunanetra

membutuhkan bimbingan Agama dalam proses untuk

menerima diri, dan juga dalam penerimaan diri harus

tertanam dalam remaja tunanetra agar mampu

berkembang secara bebas dan luas, serta pengembangan

potensi dirim sangat penting bagi tunanetra.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam proses penelitian ini Peneliti menggunakan

pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah suatu

proses penelitian yang dilakukan secara wajar dan natural

sesuai dengan kondisi objektif di lapangan tanpa adanya

manipulasi.15 Penelitian kualitatif bertujuan untuk

menganalisi suatu masalah dengan kenyataan sosial yang

ada, dan bersifat umum secara wajar. Pendekatan

penelitian kualitatif ini tidak dapat ditentukan terlebih

dahulu akan tetapi dapat diperoleh setelah melakukan

analisis dan menggali data sesuai kondisi yang ada pada

penomena di lapangan yang menjadi focus peneliti, serta

diambil kesimpulan dengan fakta-fakta yang ada.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

metode deskriptif, metode deskriptif ini bagaimana dapat

diartikan sebagai pemecahan masalah yang di teliti

15 Zainal Arifin, Penelitian pendidikan metode dan paradigma baru,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset), 2012, h. 140.

 

Page 31: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

19

dengan menggambarkan suatu penomena keadaan subjek

atau objek penelitian pada kenyataan fakta-fakta yang ada

saat sekarang, dan tampak bagaimana mestinya.

Menurut Sugiyono penelitian kualitatif adalah

penelitian dimana peneliti ditempatkan sebagai instrument

kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara

penggabungan dan analisis data berifat induktif.16

Menurut Kristi Poerwandari, penelitian kualitatif

menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif,

seperti transkripsi wawancara dan observasi.17 Krik dan

Miller (dalam Moleong) mendefinisikan penelitian

kualitatif sebagai cara untuk melakukan pengamatan

langsung pada idividu dan berhubungan dengan orang-

orang tersebut untuk mendapatkan data yang digalinya.18

Penulis ingin mendeskripsikan tunanetra serta

menganalisis, Apa berpengaruh bimbingan Agama dalam

meningkatkan penerimaan diri pada tunanetra tersebut.

2. Subjek dan Objek Penelitian

1) Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini Peneliti menetapkan pada

beberapa kriteria dalam menentukan subjek penelitian

16 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R & D, (Bandung:Alfabeta), 2010, h. 9.

17 E. Kristi Poerwanti, Pendekatan Kualitatif untuk penelitian perilakumanusia, (Depok: LPSP3 UI), 2005.

18 Moleong, J.L., Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PTRemaja Rosdakarya), 2002, h. 3.

 

Page 32: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

20

dan mampu memberikan informasi, nara sumber yang

dapat memeberikan informasi yaitu, satu Ketua

Yayasan Raudlatul Makfufin, satu dari pembimbing

agama, dan pengurus di Yayasan Raudlatul Makfufin,

dan tiga Remaja Tunanetra di Yayasan Raudlatul

Makfufin Serpomg Tengerang Selatan.

2) Objek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah bagaimana

proses bimbingan agama yang dilakukan pembimbing

berhasil dalam meningkatkan penerimaan diri

tunanetra di Yayasan Raudlatul Makfufin. Selain itu

peneliti juga memilih objek tunanetra (Total Blind)

atau bisa dibilang tunanetra yang tidak dapat melihat

secara utuh.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Peneliti memiliki beberapa asalasan yang

sangat menguatkan penelitian ini untuk melakukan

penelitian pada Remaja Tunanetra di Yayasan

Raudlatul Makfufin, Jl. H. Jamat Gg. Masjid

RT.002/05 No. 10A Kp. Jati Kelurahan Buaran,

Kecamatan Serpong Kota Tangerang Selatan, Banten,

yeitu:

a) Peneliti belum menemukan hasil penelitian

tentang pengaruh bimbingan Agama terhadap

penerimaan diri remaja tunanetra untuk

 

Page 33: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

21

mengembangkan potensi diri di Yayasan

Raudlatul Makfufin.

b) Tunanetra di Yayasan Raudlatul Makfufin

ditentukan dalam proses penyembuhan

mengenai program bimbingan, serta

mendapatkan bimbingan dalam program

penetuan cita-cita hingga berpendidikan tinggi

dan berpropesi tidak sebagai tukang pijat dan

tukang krupuk.

Penelitian ini di lakukan pada 12 Juli 2018 sampai

dengan 27 Februari 2019.

4. Penentuan Sumber Data

Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat

memberikan informasi mengenai data berdasarkan

sumbernya. Dalam penelitian kualitatif deskriptif sumber

data yang diperoleh yaitu dari data primer dan sekunder.

a. Data primer

Data primer yaitu data yang langsung diperoleh

dari para inrforman yang ada di Yayasan raudlatul

Makfufin pada waktu peneltian dilakukan. Data

primer ini juga diperoleh saat peneliti mengamati

langsung dan wawaancara kepada subjek.

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan

untuk maksud selain menyelesaikan masalah yang

 

Page 34: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

22

sedang dihadapi. Data ini dapat ditemukan dengan

cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber

data sekunder adalah literatur, artikel, jurnal, serta

situs di internet yang berkenaan dengan penelitian

yang dilakukan.19 Peneliti dapat mengumpulkan

data dari sumber-sumber yang ada, berupa data,

dokumentasi, dan lain sebagainya.

Dalam penelitian kualitatif tidak mengguanakan

istilah populasi, penelitian kualitatif berangkat dari kasus

tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil

kajiannya tidak akan diberlakukan pada populasi, tetapi di

transferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang

memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang

dipelajari.20

Populasi dalam penelitian kualitatif diartikan

sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek yang

memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah

sebagian dari populasi tersebut. Dalam penelitian

kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, penelitian

kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada

situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan

19 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,(Bandung: Alfabeta), 2009, Cet. Ke 8, h. 137.

20 Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi PenelitianKualitatif, (Bandung: Alfabeta), 2013, h. 48

 

Page 35: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

23

diberlakukan pada populasi, tetapi ditransferkan ke tempat

lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan

situasi sosial pada kasus yang dipelajari.21

Sampel pada penelitian kualitatif bukan

dinamakan responden tetapi nara sumber, atau partisipan,

informan, teman, guru atau konsultan dalam penelitian.

Karena mereka tidak hanya menjawab pertanyaan-

pertanyaan secara pasif tetapi secara aktif berinteraksi

secara interaktif dengan peneliti seperti yang peneliti

ciptakan.22

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan

istilah populasi, tetapi social situation atau situasi sosial

yaitu kesinambungan antara tempat (place), pelaku

(actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara

sinergis. Pada situasi sosial peneliti dapat mengamati

secara mendalam aktivitas (activity) orang-orang (actors)

yang ada pada tempat (place) tertentu.23 Pada tahap ini

peneliti menentukan sumber data dapat dilakukan dalam

berbagai situasi sosial (social situation) gabungan

keempatnya. Sehingga yang menjadi tujuan penelitian ini

peneliti ingin menggambarkan kejadian yang sebenarnya

yang terjadi pada tunantera di Yayasan Mitra Netra.

21 Djam’an Satori dan Aan Komariah, h. 48.22 Djam’an Satori dan Aan Komariah, h. 48.23 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,

(Bandung: Alfabeta), 2009, Cet. Ke 8, h. 137.

 

Page 36: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

24

5. Teknik Pemilihan Subjek Penelitian

Menurut Lofland (1984:24) sumber data utama

dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan

tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen dan lain-lain.24 Kemudian sumber data

dalam penelitian ini disebut dengan informan.

Sesuai dengan karakteristik penelitian

kualitatif teknik pemilihan informan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sample bertujuan

(pupossive sample).25 Dalam sebuah penelitian ini,

peneliti menentukan beberapa infroman yang dapat

memberikan informasi serta data yang dibutuhkan

dalam penelitian ini.

Dalam menemukan data-data yang didapatkan

dalam penelitian ini, peneliti mewawancarai Ketua

Yayasan Raudlatul Makfufin, sebagaimana beliau

adalah sumber pertama yang akan membeikan banyak

informasi, Pembimbing agama, peneliti memilih salah

satu dari pembimbing agama diantara yang lain yaitu

dengan kriteria tunanetra juga sebagaimana diketahui

sesama penyandang tunanetra maka akan memberi

motivasi yang kuat satu sama lain, karena subjek

utama dari penelitian ini juga adalah anak tunaneta.

Pembina atau pengawas yaitu sebagaimana peran

24 Lexy, J, Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PTRemaja Rosdakarya), 2009, h. 157.

25 Lexy, J, Moleong, h. 241.

 

Page 37: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

25

penting dalam proses bimbingan dan pengajaran di

Yayasan Raudlatul Makfufin Pembina akan sangat

tahu perkembangan pada setiap anak tunanetra, serta

anak-anak tunanetra yaitu, peneliti memilih remaja

tunanetra buta total (Total Blind) karena di Yayasan

Raudlatul Makfufin mayoritas buta total, dan mereka

dalam permasalahan yang sama.

6. Teknik Pengumpulan Data

1) Observasi

Observasi adalah suatu penelitian secara sistematis

menggunakan kemampuan indera manusia. Pengamatan

merupakan a powerful tool indeed.26 Pada tahap ini

peneliti menggunakan observasi/pengamatan secara

langsung berupa pastisipasi dalam aktivitas di tempat

penelitian, dan dalam pengumpulan data peneliti memilih

beberapa subjek yang menjadi kriteria dalam penelitian

ini. Dalam penelitian ini juga peneliti memilih untuk

mengamati langsung dan berinteraksi langsung terhadap

subjek yang sedang diteliti, agar data yang didapat lebih

sesuai.

Dalam tradisi kualitatif, data tidak akan diperoleh

dibelakang meja, tetapi harus terjun ke lapangan, ke

tetangga, ke organisasi, ke komunitas. Data yang

diobservasi dapat berupa gambaran tentang sikap,

26 Surwandi Endraswara, Penelitian Kebudayaan Ideologi,Epistemologi, dan Aplikasi, (Tangerang: PT. Agromedia Pustaka), 2006, h.133.

 

Page 38: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

26

kelakuan, perilaku, tindakan, keseluruhan interaksi antar

manusia.27 Menurut peneliti dalam mengambilan data

dengan menggunakan konsep tersebut dapat membuat

peneliti dan subjek merasa puas, karena dalam penelitian

ini perlu adanya keterlibatan antara peneliti dan subjek,

melalui interaksi langsung, atau mengamati langsung

terhadap gambaran yang terjadi pada subjek tersebut.

2) Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung

antara peneliti dan responden. Komunikasi berlangsung

dalam bentuk Tanya-jawab dalam berhubungan tatap

muka, sehingga gerak dan mimik responden merupakan

pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal.

Karena itu, wawancara tidak hanya menangkap

pemahaman atau ide, tetapi juga dapat menangkap

perasaan, pengalaman, emosi, motif, yang dimiliki oleh

responden yang bersangkutan.28 Dalam tahap wawancara

ini peneliti dapat mengambil data secara terarah dengan

masalah yang sedang diteliti, selain itu konsep wawancara

juga sangat memudahkan penelitian ini sebab subjek yang

diteliti adalah tunanetra, maka peneliti akan lebih banyak

menggunakan tahapan ini untuk mengambil data.

27 J.R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik, danKeunggulannya, (Jakarta: Grasindo), 2013, h. 112.

28 W. Gulo, Metode Penelitian, (Jakarta: Grasindo), 2002.

 

Page 39: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

27

Menurut Banister dkk dalam E. Kristi

Poerwandari, wawancara dalam penelitian kualitatif

dilakukan untuk memperoleh pengetahuan tentang

makna-makna subjektif yang dipahami oleh individu

berkenaan dengan topik yang diteliti dan bermaksud

mengadakan eksplorasi terhadap isu tersebut, suatu hal

yang tidak dapat dilakukan melalui pendekatan ini.29

Metode ini digunakan untuk memperoleh keterangan atau

informasi dengan mewawancarai responden di lapangan

penelitian.

Pada tahap ini peneliti akan mendeskripsikan

keseluruhan yang didapat dari hasil wawancara, melalui

deskripsi naratif, dan peneliti menggunakan wawancara

tak terstruktur. Wawancara tak terstruktur bersifat luwes,

susunan pertanyaan dan susunan kata-kata dalam setiap

pertanyaan dapat diubah pada saat wawancara,

disesuaikan dengan kebutuhan, dan kondisi saat

wawancara, termasuk karakteristik sosial-budaya

informan yang dihadapi.30

3) Dokumentasi

Dokumentasi adalah cara mengumpulkan data

melalui pengkajian arsip-arsip, dan buku-buku mengenai

tunanetra di Yayasan Raudlatul Makfufin. Dokumentasi

29 E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif Untuk PenelitianPerilaku Manusia, (Depok: LPSP3 UI), 2009, h. 149.

30 M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metode PenelitianKualitatif, h. 176-177.

 

Page 40: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

28

juga dilakukan guna memperoleg data tambahan dalam

penelitian.

7. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan bagian sangat penting

dalam penelitian karena dari analisis ini akan diperoleh

temuan, baik temuan subtantif maupun formal. Pada

hakikatnya, analisis data adalah sebuah kegiatan untuk

mengatur, mengurutkan, mengelompokan, memberi

kode/tanda, dan mengatagorikannya sehingga diperoleh

suatu temuan berdasarkan focus atau masalah yang ingin

dijawab.31 Untuk menganalisis data secara garis besar

meliputi bagian-bagian sebagai berikut:

1) Reduksi data (Data Reduction)

Reduksi data (Data Reduction) merupakan

proses pemilihan hal-jal pokok, penyederhanaan, dan

memfokuskan pada hal yang dalam penelitian, agar

lebih memudahkan dalam mengambilan data. Pada

proses ini peneliti memilih data yang relevan dengan

resiliensi tunanetra.

2) Paparan data (Data Display)

Paparan data (Data Display) adalah paparan

data sebagai kumpulan infromasi tersusun. Data

31 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik,(Jakarta: PT Bumi Aksara), 2013, h. 209.

 

Page 41: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

29

tersusun berupa bentuk narasi, visual, gambar, bagan

dan lain sebagainya.

3) Penarikan Kesimpulan/Varifikasi

Penrikan kesimpulan merupakan hasil dari

penelitian yang menjadi fokus penelitian, dan

menghubungkan dari tema dengan data yang diperoleh

oleh peneliti, sehingga memudahkan peneliti dalam

menarik kesimpulan. Demikian prosedur pengolahan

data dan yang dilakukan penulis dalam melakukan

penelitian ini, dengan tahap-tahap ini diharapkan

peneliti dapat memperoleh data yang memenuhi

kriteria keabsahan suatu penelitian.

H. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian skripsi ini peneliti mengacu pada

pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis, dan

Disertasi) karya Hamid Nasuhi dkk yang diterbitkan oleh

CeQDA (Center for Quality Development and Assurance)

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta. Sistem penulisan dalam penelitian ini terbagi

dalam lima bab:

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bagian yang menjelaskan latar

belakang masalah, identifikasi masalah, batasan dan

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

 

Page 42: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

30

metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORI

Tinajauan pustala merupakan bagian yang

menjelaskan teori yang berhubungan dengan penelitian,

mengenai teori-teori ataupun pembahasan yang berkaitan

dengan Bimbingan agama, metode bimbingan agama,

materi bimbingan agama, tujuan bimbingan agama,

penerimaan diri, aspek penerimaan diri, remaja dan

tunanetra.

BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN

RAUDLATUL MAKFUFIN (TAMAN TUNANETRA)

SERPONG TANGERANG SELATAN

Pada bagian ini peneliti akan memaparkan

informasi gambaran umum mengenai yayasan raudlatul

makfufin serpong Tangerang Selatan, yang terdapat

informasi seperti sejarah berdirinya yayasan, visi dan

misi, program kegiatan, struktur organisasi yayasan

raudlatul makfufin.

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Meliputi Data deskripsi dan temuan hasil

penelitian

 

Page 43: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

31

BAB V PEMBAHASAN

Bagian ini berisi uraian yang mengaitkan teori dan

hasil penelitian. Teori digambarkan sebagai pisau analisis

yang akan membedah data dari temuan penelitian

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Merupakan kesimpulan dan saran dari hasil

penelitian pada Tunanetra di Yayasan Raudlatul

Makfufin.

 

Page 44: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

32

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Bimbingan Agama

1. Definisi Bimbingan Agama

Secara harfiyah istilah bimbingan “guidance” dari

akar kata “guide” berarti: (1) mengarahkan (to direct), (2)

memandu (to pilot), (3) mengelola (to manage), dan (4)

menyetir (to steer).1 Adapun winkel mendefinisikan

bimbingan adalah sebagai berikut: (1) usaha untuk

melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman,

dan informasi tentang dirinya sendiri; (2) cara untuk

memberikanbantuan kepada individu untuk memahami

dan mempengaruhi secara efesien dan efektif dengan

segala kesempatan yang dimiliki untuk perkembangan

pribadinya; (3) sejenis pelayanan kepada individu-

individu agar mereka dapat menentukan pilihan,

menetapkan tujuan dengn rapat, dan menyusun rencana

yang realistis sehingga mereka dapat menyesuaikan diri

dengan memuaskan diri dalam lingkungan tempat mereka

hidup; (4) proses pemberian bantuan atau pertolongan

kepada individu dalam hal memahami diri sendiri,

menghubungkan pemahaman tentang diri sendiri dengan

lingkungannya, memilih, menentukan, dan menyusun

11 Syamsu Yusuf, LN & A. Juntika Nurishan, Landasan Bimbingan &Konseling, (Bandung: PT Rosdakarya), 2006, h. 5

 

Page 45: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

33

rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan

lingkungan.2

Prayitno mengemukakan bahwa bimbingan adalah

proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang

yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu,

baik anak-anak, remaja, maupun dewasa agar orang yang

dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya

sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan

individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan

berdasarkan norma-norma yang berlaku.3

Dari paparan diatas dapat disimbulkan bahwa

bimbingan adalah proses pemberian bantuan, bertahap

dan terus menerus, yang dilakukan secara

berkesinambungan dengan segala persoalan yang terjadi

berupa binaan, membangun, serta arahan dari

pembimbing untuk sekelopmok orang lainnya.

Selain itu definisi agama sendiri menurut Zakiah

Darajat, “agama adalah kebutuhan jiwa (psikis) manusia,

yang akan mengatur dan mengendalikan sikap, pandangan

hidup kelakuan, dan cara menghadapi tiap-tiap masalah”.

Dalam kamus psikologi pengertian agama (religion)

mencakup 3 hal : 1) kepercayaan pada hal-hal spiritual, 2)

perangkat kepercayaan dan praketk-praktek yang

2 W. S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan,Edisi Revisi, (Jakarta: Gramedia), 2005, h. 27.

3 Drs. Hamdani, M.A., Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: CVPustaka Setia), 2012, h. 79-80

 

Page 46: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

34

dianggap sebagai tujuan sendiri, 3) ideologi mengenai hal-

hal yang bersifat spiritual.

Berdasarkan pengertian bimbingan dan agama

diatas menurut Aunur Rahim Faqih yang di maksud

dengan pengertian bimbingan agama yaitu, “proses

pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup

seleras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga

dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.4

Adapun menurut Arifin, Bimbingan agama adalah

usaha pemberian bantuan kepada orang yang mengalami

kesulitan baik lahiriah maupun batiniah yang menyangkut

kehidupan dimasa kini dan dimasa mendatang, bantuan

tersebut berupa pertolongan di bidang mental dan

spiritual, agar orang yang bersangkutan mampu mengatasi

dengan kemampuan yang ada dirinya sendiri melalui

dorongan dengan kekuatan iman dan taqwanya kepada

Allah.5

Pendekatan-pendekatan dalam bimbingan terbagi

kedalam tiga pendekatan (metode) ialah:

a. Bimbingan Preventif yaitu, pendekatan bimbingan

ini menolong sebelum seseorang menghadapi

masalah. Caranya ialah dengan menghindari

4 Aunur Rahim Faqih, red). Bimbingan dan Konseling Dalam Islam,(Yogyakarta: VII Press), 2002, h. 4.

5 Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan PenyuluhanAgama Di Sekolah Dan Luar Sekolah, (Jakarta: Bulan Bintang), 1997, h. 2.

 

Page 47: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

35

masalah itu (kalau mungkin), mempersiapkan

orang itu untuk menghadapi dengan memberi

bekal pengetahuan, pemahaman, sikap, dan

keterampilan untuk mengatasi masalah itu.

b. Bimbingan Kuartif yaitu, pendekatan ini

pembimbing menolong seseorang jika orang itu

menghadapi masalah yang cukup berat hingga

tidak dapat diselesaikan.

c. Bimbingan Persevaratif yaitu, bimbingan ini

bertujuan meningkatkan yang sudah baik, yang

mencakup sifat-sifat atau sikap-sikap yang

menguntungkan tercapainnya penyesuaian diri dan

terhadap lingkungan, kesehatan jiwa yang telah

dimilikinya, kesehatan jasmani dan kebiasaan-

kebiasaan hidup sehat, kebiasaan cara belajar atau

bergaul yang baik dan sebagainnya. Dalam

membimbing dapat dilakukan secara individu atau

secara kelompok.6

Kembali kepada tujuan bimbingan agama yang

mana adalah memberi bantuan kepada anak bimbing agar

mampu memecahkan kesulitan yang dialami dengan

kemampuan sendiri atas dorongan dari keimanan dan

ketaqwaannya kepada Tuhan. Krena bimbingan Agama

ini relevan dengan pendidikan agama, maka menurut

Zakiyah Darajat Bimbingan Keagamaan itu bertujuan

6 Slameto, Bimbingan Di Sekolah, (Jakarta: Bina Aksara), 1988, h.34-35

 

Page 48: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

36

Membimbing remaja agar menjadi muslim sejati,

beriman, teguh, beramal sholeh, dan berakhlaq mulia,

serta berguba bagi masyarakat, afama, dan Negara.7

2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Agama

a. Tujuan Bimbingan Agama

Secara umum dan luas, program bimbingan

dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut:

1) Membantu individu dalam mencapai

kebahagiaan hidup pribadi.

2) Membantu individu dalam mencapai

kehidupan yang efektif dan produktif dalam

masyrakat.

3) Membantu individu dalam mencapai hidup

bersama dengan individu-individu yang lain.

4) Membantu individu dalam mencapai harmoni

antara cita-cita dan kemampuan yang

dimilikinya.8

Tujuan dari Bimbingan Agama adalah

memberi bantuan kepada anak bimbing agar

mampu memecahkan kesulitan yang dialami

dengan kemampuan sendiri atas dorongan dari

keimanan dan ketaqwaannya kepada Tuhan.

b. Fungsi Bimbingan Agama

7 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta:Amzah), 2010, cet ke-1, h. 39.

8 Samsul Munir Amin, h. 39.

 

Page 49: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

37

Fungsi bimbingan agama sendiri adalah

dapat memberikan petunjuk arah yang benar,

dalam hal ini Allah berfirman dalam Al-Qur’an

surat Asyu’ara ayat 52 yang Artinya:

“Dan Demikianlah Kami wahyukan kepada

wahyu (Al Quran) dengan perintah kami,

sebelumnya kamu tidaklah mengetahui Apakah Al

kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui

Apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al

Quran itu cahaya, yang kami tunjuki dengan Dia

siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-

hamba kami, dan Sesungguhnya kamu benar-

benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus”.

Sebagaimana kita ketahui bahwa

bimbingan agama merupakan memiliki fungsi

untuk mengarahkan merubah dari yang tidak baik

menjadi baik, dari yang tidak benar menjadi benar

melalui perantara, selain itu ada juga prinsip-

prinsip bimbingan agama yang harus dimiliki

pembimbing.

Menurut Bimo Walgito prinsip-prinsip bimbingan

agama meliputi:

a. Bimbingan dimaksudkan untuk anak-anak

dewasa dan orang-orang yang sudah ada.

b. Usaha-usaha bimbingan dalam prinsipnya

harus menyeluruh kesemua orang.

 

Page 50: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

38

c. Supaya bimbingan dapat berhasil baik,

dibutuhkan lah pengertian yang mendalam

mengenai orang yang dibimbing maka

perlu dilakukan evaluasi (penilaian) dan

penyelidikan-penyelidikan individual.

d. Fungsi dari bimbingan adalah menolong

orang supaya berani dan bertnggung jawab

sendiri dalam menghadapi kekuasaannya,

sehingga hasilnya dapat berupa kemajuan

dan keseluruhan pribadi orang yang

bersangkutan.9

3. Unsur-unsur Bimbingan Agama

Untuk melaksanakan bimbingan tentunya

harus mengerti unsur-unsur daripada bimbingan

agama itu sendiri, dan adapun unsur-unsur tersebut

meliputi:

a. Konselor, konselor adalah seseorang yang

mempunyai kemampuan dalam menangani

masalah, baik masalah itu diakibatkan dari

lingkungan (lahir) maupun dari dirinya sendiri

(batin). Pengertian di atas dalam hal ini bukan

berarti setiap orang bisa menjadi konselor,

9 Alimuddin Hasibuan, skripsi “Metode Bimbingan Agama dalamMeningkatkan Perekmbangan Emosi Anak di Panti Asuhan PutraMuhammadiyah Cabang Medan, (Medan: UIN Sumatera Utara), 2016, h. 28-29

 

Page 51: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

39

sebab konselor di sini masih ada syarat yang

harus dipenuhi.10

b. Kemampuan professional pembimbing sudah

barang tentu harus yang memiliki kemampuan

keahlian atau kemampuan professional di

bidang tertentu. Keahlian di bidang bimbingan

merupakan syarat mutlak, sebab apabila yang

bersangkutan tidak menguasai bidangnya,

maka bimbingan tidak akan mencapai

sasarannya.

c. Sifat kepribadian yang baik (akhlaqul

karimah). Sifat kepribadian yang baik dari

seorang pembimbing diperlukan untuk

menunjang keberhasilan bimbingan.

d. Kemampuan kemasyarakatan (ukhuwah

Islamiah) pembimbing harus memiliki

kemampuan melakukan hubungan

kemanusiaan atau hubungan sosial, ukhuwah

islamiyah yang tinggi. Kemampuan itu untuk

mengetahui keadaan orang di sekitarnya.

4. Metode Bimbingan Agama

Ada beberapa metode yang digunakan dalam

bimbingan agama, maka dalam upaya mengadakan

10 Musnawar Tohari, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan DanKonseling, (Yogyakarta: UII Press), 1992, h. 42-43.

 

Page 52: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

40

bimbingan agama menurut pendapat Arifin, M. Ed.,

dapat menggunakan metode-metode sebagai berikut:11

a. Metode Kelompok

Metoda ini menghendaki agar setiap anak

bombing mengadakan hubungan timbal balik

dengan lingkungan sekitarnya baik berinteraksi

dengan teman maupun berbaurdengan

kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi

peningkatan individu masing-masing. Dalam

proses bimbingan ini pembmbing hendaknya

mengarahkan minat untuk saling tolong

menolong dalam memecahkan permasalahan

bersama yang menyangkut kepentingan

kelompok. Dengan menggunakan kelompok,

pembimbing akan dapat mengembangkan

sikap sosial, sikap memahami peranan anak

bimbingan dalam lingkungnnya menurut

penglihatan orang lain dalam kelompok itu

(rolereception) karena ia ingin mendapatkan

pandangan baru tentang dirinya dari orang lain

serta hubungannya dengan orang lain.

b. Metode Individu

Dalam metode ini, penyuluh berhubungan

secara langsung maupun tidak langsung dengan

sasarannya secara perorangan. Metode perorangan

11 M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan PenyuluhanAgama, (Jakarta: PT Golden Trayon Press), 1998, h. 44-47.

 

Page 53: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

41

atau (personal approach), sangat efektif digunakan

dalam penyuluhan karena sasaran dapat secara

langsung memecahkan masalahnya dengan

bimbingan khusus dari penyuluh.

c. Metode Ceramah

Metode ceramah merupakan suatu teknik

atau metode didalam bimbingan dengan cara

penyajian atau penyampaian informasinya melalui

penerangan dan penuturan secara lisan oleh

pembimbing terhdap anak bombing, pembimbing

juga sering menggunakan alat bantu seperti

gambar, kitab, peta, dan alat lainnya. Metode ini

sering dipakai dalam bimbingan agama yang

banyak diwarnai dengan ciri karakteristik bicara

seorang pembimbing pada kegiatan bimbingan

agama. Meode ini pembinaannya dilakukan secara

berkelompok dan pembimbing melakukan

komunikasi secara langsung.

d. Metode Cerita (Kisah)

Metode cerita adalah suatu cara

penyampaian dalam bentuk cerita. Cerita

merupakan media yang efektif untuk menanamkan

nilai-nilai akhlak yang baik., sekaligus karakter

sesuai dengan nilai religi yang disampaikan dan

pada akhirnya dapat membentuk sebuah

kepribadian. Islam menyadari sifat alamiah

 

Page 54: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

42

manusia untuk menyenangi cerita yang

pengaruhnya besar terhadap perasaan. Oleh karena

itu metode cerita dijadikan sebagai salah satu

pendidikan.

e. Metode Keteladanan

Metode keteladanan merupakan bagian

dari sejumlah metode yang paling ampuh dan

efektif dalam mempersiapkan dan membentuk

individun secara normal, spiritual dan social.

Sebab seorang pembimbing merupakan contoh

ideal dalam pandangan seseorang yang tingkah

laku dan sopan santunnya akan ditiru, yang

disadari atau tidak, bahkan semua keteladanan itu

akan melekat pada diri dan perasaannya dalam

bentuk ucapan, perbuatan, hal yang bersifat

material, indrawi maupun spiritual. Karenanya

keteladanan merupakan faktor penentu baik

buruknya seseorang yang dibimbing.

Metode ini juga digunakan sebagai

pemberian contoh yang baik dalam tingkah laku

sehari-hari. Seorang pembimbing akan merasa

sangat mudah menyampaikan secara lisan, namun

belum tentu dapat menjalankan dan dapay

diterima oleh yang dibimbingnya, untuk

mengatasinya, maka pembimbing harus

memberikan contoh atau keteladanan, misalnya

 

Page 55: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

43

menganjurkan agar selalu berdzikir, maka

pembimbing harus melakukannya atau

memulainya terlebih dahulu.

f. Metode Wawancara

Metode wawancara merupakan salah satu

cara memperoleh fajta-fakta kejiwaan yang dapat

dijadikan bahan pemetaan tentang bagaimana

sebenarnya hidup dan kejiwaan seseorang yang

dibimbing pada saat tertentu yang memerlukan

bimbingan. Wawancara dapat berjalan denga baik

apabila memenuhi persyaratn sebeagi berikut:

1) Pembimbing harus bersifat komunikatif

kepada anak bombing.

2) Pembimbing harus dapat dipercaya sebagai

pelindung oleh orang yang dibimbing.

3) Pembimbing harus bisa menciptakan

situasi dan kondisi yang memberikan

perasaan damai dan aman serta santai

kepada seseorang yang dibimbing.

g. Metode Pencerahan (Metode Edukatif)

Yaitu cara mengungkapkan tekanan

perasaan yang menghambat perkembangan belajar

dengan mengorek sampai tuntas perasaan atau

sumber perasaan yang menyebabkan hambatan

atau ketegangan dengan cara “client centered”,

 

Page 56: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

44

yang diperdalam dengan permintaan atau

pertanyaan yang meyakinkan untuk mengingat-

ingat serta mendorong agar berani

mengungkapkan perasaan tertekan, sehingga pada

akhirnya pembimbing memberikan petunjuk-

petunjuk tentang usaha apa sajakah yang baik bagi

yang dibimbing dengan cara yang tidak bernada

imperative (wajib), akan tetapi berupa anjuran-

anjuran yang tidak mengikat.

Metode bimbingan agama seperti yang

dikemukakan oleh Arifinm, M. Ed., ada metode

ceramah, biasanya metode ini berupa kelompok

yang diberikan oleh pembimbing kepada

perorangan yang sedah mendapat masalah, selain

itu metode cerita, bisa juga kelompok atau

perorangan, akan lebih baik jika perorangan,

karena pembimbig akan memberikan yang

maksimal pada seseorang yang bermasalah, tanpa

menghilamgkan focus pada permasalahan yang

lain, meode keteladanan bagaimana seorang

pembimbing memberikan sikap dan perilaku yang

baik terhadap seseorang yang sedang dalam

masalah, adapun metode wawancara dengan cara

ini pembimbing dapat mengenal betul

pemasalahan yang di hadapi seorang tersebut, dan

dapat memcahkan permasalahan secara mudah,

 

Page 57: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

45

yang terakhir yaitu metode pencerahan setelah

metode wawancara dilakukan, mengetahui

permasalahan dan dapat memecahkan masalah

serta memberikan pencerahan untuk menangani

permaalahan yang terjadi.

5. Materi Bimbingan Agama

Dalam pelaksanaan bimbingan agama betujuan

untuk memberikan bantuan kepada seseorang yang

sedang kesulitan lahir dengan menggunakan

pendekatan ajaran Islam. Kesulitan-kesulitan tersebut

diantaranya berupa kesulitan dalam memahami

mengamalkan ajaran Islam.12

Dengan ini materi bimbingan agama haruslah

disesuaikan dengan kebutuhn terbimbing yang tentu

saja didasarkan ajaran Islam itu sendiri.

a. Kesulitan dalam memahami ajaran agama Islam

Kesulitan memahami ajaran-ajaran Islam

sama artinya dengan kesulitan memahami sumber-

sumber ajaran Islam, yakni Al-Qur’an dan sunnah

rasul. Kedua sumber tersebut sumber ajaran yang

saling terkait hingga yang satu dengan yang

lainnya saling melengkapi. Sumber ajaran Islam

adalah Al-Qur’an.

Al-Qur’an bukanlah hasil renungan

manusia, melainkan firman Allah yang maha

12 Musnawar Tohari, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan DanKonseling, (Yogyakarta: UII Press), 1992, h. 142-143.

 

Page 58: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

46

pandai dan maha bijaksana. Oleh sebab itu setiap

muslim berkeyakinan bahwa ajaran kebenaran

terkandung dalam kitabullah Al-Qur’an yang tidak

dapat tertandingi oleh pikiran manusia. Al-Qur’an

itu tiada lain adalah peringatan bagi seluruh

manusia (bangsa). Al-Quran dalam bahasa arab

mempunyai daya tarik dan keindahan yang

deduktif didapatkan dalam bahasa yang singkat,

cemerlang, kalimat pendek, berisi, berirama

seiring, bertenaga ekspresi, berenergi eksplosif,

dan bermakna kata demi kata.13

b. Kesulitan dalam mengamalkan ajaran agama Islam

Selain materi Al-Qur’an dan al sunnah

yang perlu disampaikan dalam bimbingan agama

adalah program untuk mengatasi kesulitan

mengamalkan ajaran agama Islam yang meliputi

keimanan (aqidah), keIslaman (syari’ah), dan budi

pekerti (akhlatul karimah), dan dijelaskan dalam

artian sebagai berikut:

1) Keimanan (aqidah)

Iman adalah ucapan hati dan lisan yang

disertai perbuatan diiringi dengan ketulusan niat

dan dilandasi dengan berpegang pada sunnah

Rasulullah SAW. Iman atau aqidah adalah suatu

yang diyakini secara bulat tidak diikuti keragu-

13 Kencana Inny Syafi’i, Etika Pemerintah, (Jakarta: Rienika Cipta),1994, h. 4.

 

Page 59: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

47

raguan sedikitpun. Keyakinan ini dapat

menimbulkan sifat jiwa yang tercermin dalam

perkataan maupun perbuatan. Hal ini bertumpu

pada kepercayaan dan keyakinan yang sungguh-

sungguh akan ke esaan Allah.14

2) Keislaman (syari’ah)

Syari’at merupakan hokum yang telah

ditetapkan oleh Allah SWT. Bagi hambanya agar

mereka mengimani, mengamalkan, dan berbuat

baik dalam hidupnya. Sebagaimana firman dalam

surat Al-jatsiyah ayat : 18 yang artinya:

“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas

suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu),

maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti

hawa nafsu orang-orang yang tidak

mengetahui”.15

Syari’at merupakan aturan-aturan yang

telah ditetapkan, menurut peneliti bahwa

mempelajari syari’ah merupakan hal yang wajib

bagi dasaran Ilmu Agama, dan pegangan hidup

yang terprinsip dalam ajaran agama Islam.

3) Budi pekerti (akhlatul karimah)

14 Muhammad Syeh At’tamimi, Kitab Tauhid Yayasan SosialIbrahimdan Kementrian Urusan Islam, ( Dakwah dan Bimbingan KerajaanArabSaudi), 1996, h. 24.

15 Depag RI, ( Al-Qur’an Al-Karim Dan Terjemah nya), 2000.

 

Page 60: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

48

Menurut Ibnu Maskawaih, secara singkat

akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang

mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa

melakukan pemikiran dan pertimbangan.16

Selanjutnya menurut Abdullah Darraz,

perbuatan-perbuatan manusia dapat dianggap

sebagai manifestasi dari akhlaknya, apabila

memenuhi dua syarat, yaitu:

a) Perbuatan-perbuatan itu dilakukan berulang

kali dalam bentuk yang sama, sehingga

menjadi suatu kebiasaan bagi pelakunya.

b) Perbuatan-perbuatan itu dilakukan karena

dorongan jiwanya, bukan karena adanya

tekanan dari luar, seperti adanya paksaan yang

menimbulkan ketakutan atau bujukan dengan

harapan mendapatkan sesuatu.

Dari beberapa pengertian akhlak diatas,

dapat dipahami bahwa akhlak adalah spontanitas

amaliah baik ucapan, perbuatan atau tingkah laku

tanpa direncanakan atau dipertimbangkan yang

muncul dengan mudah karena terlatih atau

terbiasa. Baik buruknya akhlak merupakan dasar

bagi lahirnya perbuatan yang baik atau yang

buruk. Sedangkan akhlakul karimah merupakan

16 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf Edisi 1, (Jakarta: PT Raja GrafindoPersada), 2002, h. 3

 

Page 61: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

49

perilaku ideal seorang muslim seperti yang

dicontohkan oleh Rasulullah.17

B. Penerimaan Diri

1. Definisi Penerimaan Diri

Penerimaan diri (Self-acceptance) ialah suatu

kemampuan individu untuk dapat melakukan

penerimaan diri terhadap keberadaan diri sendiri.

Hasil analisa atau penilaian terhadap diri sendiri akan

dijadikan dasar bagi seorang individu untuk dapat

mengambil suatu keputusan dalam rangka penerimaan

terhadap keberadaan diri sendiri. Sikap penerimaan

diri dapat dilakukan secara realistis, tetapi juga dapat

dilakukan secara tidak tidak realistis. Sikap

penerimaan realistis dapat ditandai dengan

memandang segi kelemaham-kelemahan maupun

kelebihan-kelebihan disi secara objektif. Sebaliknya

penerimaan diri tidak realistis ditandai dengan upaya

untuk menilai secara berlebihan terhadap diri sendiri,

mencoba untuk menolak kelemahan diri sendiri,

mengingkari atau menghindari hal-hal yang buruk

dalam dirinya, misalnya pengalaman traumatis masa

lalu.18

Chaplin mengemukakan bahwa penerimaan

diri adalah sikap yang pada dasarnya merasa puas

17 A. Fatih Syuhud, Pribadi Akhlakul Karimah, (Malang: Pustaka Al-Khoirot), 2010, h. 4.

18 Dariyo Agoes, Psikologi Perkembangan Anak Usia Tiga TahunPertama, (Jakarta: PT Refika Aditama), 2007, h. 205.

 

Page 62: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

50

dengan diri sendiri, kualitas-kualitas dan bakat-bakat

sendiri, serta pengetahuan-pengetahuan akan

keterbatasan-keterbatasan sendiri. Penerimaan diri ini

mengendalikan adanya kemampuan diri dalam

psikologis seseorang yang menunjukkan kualitas diri.

Hal ini berarti bahwa tinjauan tersebut akan diarahkan

pada seluruh kemampuan diri yang mendukung.

Kesadaran diri akan segala kelebihan dan kekurangan

diri haruslah seimbang dan diusahakan untuk saling

melengkapi satu sama lain, sehingga dapat

membutuhkan kepribadian yang sehat.19

Menurut Rogers, penerimaan diri merupakan

ciri mental yang sehat, oleh karena itu banyak

permasalahan mengenai penyesuaian yang muncul

yang disebabkan karena kurangnya penerimaan diri.20

Menurut Lee J. Cronbach, penerimaan diri merupakan

karakteristik yang lebih dalam hingga batas tertentu,

yang menjelaskan mengapa orang bertindak seperti

yang dilakukannya. Dengan arti keadaan dimana

seorang individu memiliki penilaian positif terhadap

dirinya, menerima serta mengakui segala kelebihan

19 Chaplin, J.P. Kamus Lengkap Psikologi (Jakarta: PT. Raja GrafindiPersada) 2005, h. 250.

20 Ahmad Susanto, Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Konsep,Teori dan Aplikasinya), (Jakarta: Prenadamedia Group), 2018, h. 262.

 

Page 63: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

51

maupun segala keterbatasan yang ada dalam dirinya

tanpa merasa bersalah terhadap kodrat dirinya.21

Adapun penerimaan diri menurut Sheerer,

adalah sikap untuk menilai diri dan keadaannya secara

objektif, menerima segala yang ada pada dirinya

termasuk kelebihan-kelebihan dan kelemahan-

kelemahannya. Individu yang menerima diri berarti

telah menyadari, memhami dan menerima diri apa

adanya dengan disertai keinginan dan kemampuan diri

untuk senantiasa mengembangkan diri sehingga dapat

menjalani hidup dengan baik dan penuh tanggung

jawab.22

Dari pengertian-pengertian menurut para ahli

dapat disimpulkan bahwa penerimaan diri adalah

bagaimana seseorang dapat menerima dirinya dengan

apa adanya, memahami dan mengkondisikan apa yang

ada pada dirinya. Seseorang yang dapat menerima

dirinya sendiri adalah seseorang yang tahu akan

kelebihan dan kekurang dirinya, dan tahu apa yang

terjadi akan dirinya, serta dapat menjalankan segala

sesuatu dengan positif dan yakin terhadap diri sendiri.

21 Meiga Latifah putri Permadin, skripsi “Hubungan DukunganKeluarga Dengan Penerimaan Diri Narapidana Di Lembaga PemasyarakatanWanita Kelas IIA Tangerang”, (Jakarta: UIN Jakarta), 2018, h. 23

22 Ratri Paramita, Pengaruh Penerimaan Diri Terhadap PenyesuaianDiri Penderita Lupus, (Semarang: Jurnal Psikologi Undip), Vol. 12, No. 01,2013, H. 93.

 

Page 64: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

52

2. Ciri-ciri Penerimaan Diri

Menurut Sheerer, individu yng memiliki penerimaan

diri memiliki karakteristik:

a. Mempunyai keyakinan akan kemampuan

dalam menghadapi kehidupan.

Individu mempunyai rasa percaya diri dan

lebih memutuskan perhatian kepada

keberhasilan akan kemampuan dirinya dalam

menyelesaikan masalah.

b. Menganggap dirinya berharga sebagai manusia

yang sederajat dengan orang lain.

Individu dalam golongan ini memiliki

keyakinan bahwa ia dapat berarti atau berguna

bagi orang lain yang masing-masing memiliki

kelebihan dan kekurangan.

c. Tidak merasa ditolak orang lain dengan

keadaan yang berbeda dari orang lain.

Individu tersebut tidak merasa sebagai orang

yang menyimpang dan berbeda dengan orang

lain, sehingga mampu menyesuaikan dirinya

dengan baik dan tidak merasa berbeda dari

orang lain. Menyadari dan tidak merasa malu

tentang keadaan dirinya.

d. Percaya diri

Memiliki keyakinan terhadap diri sendiri akan

kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh

 

Page 65: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

53

individu. Tidak malu terhadap kekurangan

yang dimiliki.

e. Berani memikul tanggung jawab terhadap

perilakunya.

Setiap melakukan sesuatu perbuatan, individu

tersebut tidak akan lepas dari aturan yang ada

dan betanggung jawab atas semua yang

individu lakukan.

f. Perilaku lebih berdasarkan nilai-nilai dan

standar yang ada pada dirinya dari pada

didasari oleh tekanan-tekanan dari luar diirnya.

Mempunyai prinsip-prinsip atau standar

hidupnya tanpa harus diperbudak oleh

individu-individu lain.

g. Menerima kritikan terhadap diri secara objektif

Pujian yang diterima dan celaan yang didapat

dijadikan sebagai motivasi dan merubah

keadaan yang buruk menjadi baik.

h. Tidak menyalahkan dirinya akan keterbatasan

yang dimiliki ataupun mengingkari

kelebihannya.

Mengerti dan paham atas kelemahan yang

dimilikinya. Tidak menyalahkan diri sendiri

terhadap kekurangan yang dimiliki dan tidak

merasa sombong terhdap kelebihan.

i. Tidak mengingkari dorongan hati dan emosi.

 

Page 66: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

54

Individu selalu bersikap tenang dalam

menghadapi suatu masalah. Apabila memiliki

suatu permasalahan diselesaikan dengan

tenang.23

Ciri-ciri penerimaan diri yang telah dijabarkan

tersebut dapat terpisah-pisah, dan hanya bagaimana

masing-masing individu dapat melakukan penerimaan

diri dengan baik.

3. Dampak-dampak penerimaan diri

Hurlock (1974) membagi dampak dari

penerimaan diri menjadi dua kategori sebagai berikut:

a. Dalam penyesuaian diri

Orang yang memiliki penerimaan diri

mampu mengenali kelebihan dan kekurangannya.

Ia biasanya memiliki keyakinan diri (self

confidence) dan harga diri (self esteem). Selain itu,

mereka juga lebih dapat menerima kritik demi

perkembangan dirinya. Penerimaan diri yang

disertai dengan adanya rasa aman untuk

mengembangkan diri ini memungkinkan seseorang

untuk menilaian dirinya secara lebih realistic

sehingga dapat menggunakan potensinya secara

efektif. Dengan penilaian yang realistic terhadap

23 Zefi Nofri Angraini, skripsi “Hubungan Penerimaan Diri DenganPenyesuaian Diri Pada Wanita Dewasa Madya”, (Riau: UIN Riau), 2010. H.39-40.

 

Page 67: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

55

diri, seseorang akan bersikap jujur dan tidak

berpura-pura. Ia juga merasa puas dengan menjadi

diirnya sendiri tanpa ada keinginan untuk menjadi

orang lain.

b. Dalam penyesuaian sosial

Penerimaan diri biasanya disertai dengan

adanya penerimaan pada orang lain. Orang yang

memiliki penerimaan diri akan merasa aman untuk

menerima orang lain, memberikan perhatiannya

pada orang lain, serta menaruh minat terhadap

orang lain, seperti menunjukkan rasa empati dan

simpati. Dengan demikian orang yang memiliki

penerimaan diri dapat melakukan penyesuaian

sosial yang lebih baik dibandingkan dengan orang

yang merasa rendah diri, sehingga mereka

cenderung berorientasi pada dirinya sendiri (self

oriented). Ia dapat mengatasi keadaan

emosionalnya tanpa mengganggu orang lain, serta

toleran dan memiliki dorongan untuk membantu

orang lain.

Penerimaan diri sangat berhubungan erat

dengan konsep diri karena penerimaan diri

memiliki peranan yang penting dalam

pembentukan konsep diri dan kepribadian yang

positif. Orang yang memiliki konsep diri yang

baik pula, karena selalu mengacu pada gambaran

 

Page 68: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

56

diri ideal, sehingga bisa menerima gambaran

dirinya yang sesuai dengan realitas.24

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Penerimaan

Diri

Hurlock mengemukakan tentang faktor-faktor

yang mempengaruhi dalam penerimaan diri adalah :

a. Adanya pemahaman tentang diri sendiri

Hal ini timbul adanya kesepakatan

seseorang untuk mengenali kemampuan dan

ketidakpuasannya. Individu yang dapat

memahami dirinya sendiri tidak akan hanya

tergantung dari kemampuan intelektualnya

saja, tetapi juga pada kesempatannya untuk

penemuan diri sendiri, maksudnya semakin

orang dapat memahami dirinya, maka semakin

dapat ia menerima dirinya.

b. Adanya hal yang realistik

Hal yang timbul jika individu

menentukan sendiri harapannya dengan

disesuaikan dengan pemahanaman dan

kemampuannya, dan bukan diarahkan oleh

orang lain dalam mencapai tujuannya dengan

24 Lailatul Ikromah, skripsi “Pengaruh Perceived Behavioral Control,Dukungan Sosial, dan Religiulitas Terhadap Penerimaan Diri Orang Tua YangMemiliki Anak Down Syndrom, (Jakarta: UIN Jakarta), 2015, h. 19-20.

 

Page 69: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

57

memiliki harapan yang realistik, makan akan

semakin besar kesempatan tercapainya harapan

itu, dan hal ini akan menimbulkan kepuasan

diri yang merupakan hal penting dalam

penerimaan diri.

c. Tidak adanya hambatan di dalam

lingkungan

Walaupun seseorang sudah memiliki

harapan yang realistik, tetapi jika lingkungan

disekitarnya tidak memberikan kesempatan

atau bahkan menghalangi, maka harapan

individu tersebut akan sulit tercapai.

d. Sikap-sikap anggota masyarakat yang

menyenangkan

Tidak menimbulkan prasangka, karena

adanya penghargaan terhadap kemampuan

sosial orang lain dan kesediaan individu

mengikuti kebiasaan lingkungan.

e. Konsep diri yang stabil

Individu yang memiliki konsep diri

yang stabil, akan sulit menunjukkan pada orang

lain, siapa ia yang sebenarnya, sebab ia sendiri

ambivalen terhadap dirinya.25

25 Hurlock, Elizabeth B, Psikologi Perkembangan Anak Jilid 1,(Jakarta: Erlangga), 1993.

 

Page 70: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

58

5. Aspek-aspek Penerimaan Diri

Elizabeth sheerer mengatakan aspek-aspek

penerimaan diri, meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Perasaan Sederajat

Individu menganggap dirinya sederajat

dengan orang lain, sehingga individu tidak merasa

sebagai orang yang istimewa atau menyimpang

dari orang lain. Individu merasa dirinya

mempunyai kelemahan dan kelebihan seperti

orang lain.

b. Percaya Kemampuan Diri

Individu mempunyai kemampuan untuk

menghadapi kehidupan. Hal ini tampak dari sikap

individu yang peraya diri, lebih suka

mengembangkan sikap baiknya dan mengeliminasi

sifat buruknya dari pada ingin menjadi orang lain,

sehingga individu merasa puas dengan dirinya.

c. Bertanggung Jawab

Individu bernilai memikul tanggung jawab

terhadap perilakunya, sehingga menerima diri apa

adanya.

d. Orientasi Keluar Diri

 

Page 71: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

59

Individu lebih mempunyai orientasi keluar

diri dari pada kedalam. Individu lebih suka

memperhatikan dan toleran terhadap orang lain,

sehingga mendapatkan penerimaan sosial dan

lingkungannya.

e. Berpendirian

Individu lebih suka mengikuti standarnya

sendiri dari pada bersikap nyaman (comfrom)

terhadap tekanan sosial, oleh karena itu individu

yang mampu menerima diri mempunyai sikap dan

kepercayaan diri pada tindakannya.

f. Menyadari Keterbatasan

Individu tidak menyalahkan diriakan

keterbatasan atau mengingkari kelebihannya.

g. Menerima Sifat Kemanusiaan

Individu tidak menyangkal emosi. Individu

mengenali perasaan marah, takut, dan cemas,

tanpa menganggap sebagai suatu yang harus di

ingkari atau ditutupi. Kepercayaan atau

kemampuannya untuk dapat menghadapi

hidupnya.26

26 Meiga Latifah putri Permadin, skripsi “Hubungan DukunganKeluarga Dengan Penerimaan Diri Narapidana Di Lembaga PemasyarakatanWanita Kelas IIA Tangerang”, (Jakarta: UIN Jakarta), 2018, h. 224-26

 

Page 72: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

60

C. Remaja Tunanetra

1. Pengertian Remaja

Istilah remaja atau Adolesence berasal dari kata

Latin, Adolesence (kata bendanya,adolescentia yang

berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh

menjadi dewasa” (Rice, 1996). Santrock (1996)

mendefinisikan remaja sebagai tahap perkembangan dari

transisi antara masa kanak-kanak ke masa dewasa; secara

biologis, kognitif, dan perubahan sosioemosional.

Sedangkan menurut Hurlock (1996) mendeinisikan

remaja sebagai suatu tahap transisi ketika individu

berubah secara fisik dan psikologis dari anak-anak

menjadi dewasa.27

Fase remaja merupakan segmen perkembangan

individu yang sangat penting, yang diawali dengan

matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu

berproduksi. Menurut Konopaka, masa remaja ini

meliputi (a) remaja awal : 12-15 tahun ; (b) remaja madya

: 15-18 tahun dan (c) remaja akhir : 19-22 tahun.28

Sementara Salzman, mengemukakan bahwa

remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung

(dependence) terhadap orang tua ke arah kemandirian

27 Raysa Bestari Siniwi, skripsi “Status Identitas Diri RemajaTunanetra Non Genetik”, (Yogyakarta: Univesitas Sanata Dharma), 2016, h.18-19.

28 Yurdik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: PrenadamediaGroup), 2011, h. 240.

 

Page 73: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

61

(independence), minat-minat seksual, perenungan diri,

dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu

normal.29

Pada tahun 1974, WHO memberikan definisi

tentang remaja yang lebih bersifat konseptual. Dalam

definisi tersebut dikemukakan 3 kriteria biologic,

Psikologi dan sosial ekonomi, Remaja adalah suatu masa

dimana:

a) Individu berkembang dari saat pertama kali ia

menunjukan tanda-tanda seksual sekundernya sampai

saat ia mencapai kematangan seksual.

b) Individu mengalami perkembangan Psikologi dan pola

identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

c) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi

yang penuh kepada keadaan yang relative lebih

mandiri.30

2. Aspek-aspek Masa Remaja

Dalam memandang dampak masa pubertas,

seorang anak remaja mengalami perubahan sosial,

kognitif, dan perubahan fisik.

a. Perkembangan Fisik

29 Yurdik Jahja, h. 240.30 Sarlito W Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT Raja Grafindo),

1994, h. 9.

 

Page 74: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

62

Perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan

pada tubuh, otak, kapasitas sensoris, dan keterampilan

motoric (Papalia dan Olds, 2001). Perubahan pada tubuh

ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh,

pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ

seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai

beralih dari tubuh anak-anak menjadi tubuh orang dewasa

yang cirinya ialah kematngan. Perubahan fisik otak

strukturnya semakin sempurna untuk meningkatkan

kemmapuan kognitif.31

b. Perkembangan Kognitif

Menurut Piaget, seorang remaja termotivasi untuk

memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis

mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif

membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi

yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke

dalam skema kognitif mereka. Remaja telah mampu

membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih

penting dibandingkan ide lainnya, lalu remaja juga

menghubungkan ide-ide ini. Seorang remaja tidak saja

mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi

remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga

memunculkan suatu ide baru. Perkembangan kognitif

31 Yurdik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: PrenadamediaGroup), 2011, h. 231.

 

Page 75: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

63

adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar,

memori, menalar, dan bahasa.32

c. Perkembangan Kepribadian dan Sosial

Perkembangan kepribadian adalah perubahan cara

individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan

emosi secara unik; sedangkan perkembangan sosial berarti

perubahan dalam berhubungan dengan orang lain.

Perkembangan kepribadian yang penting pada masa

remaja ialah pencarian identitas diri. Pencarian identitas

diri adalah proses menjadi seseorang yang unik dengan

peran yang penting dalam kehidupan. Perkembangan

sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok

teman sebayanya disbanding orang tua. Dibanding pada

masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan

kegiatan di luar rumah seperti kegioatan

sekolah,ekstrakulikuler, dan bermain dengan teman,

dengan demikian , pada masa remaja peran kelompok

teman sebaya ialah besar. Pada diri remaja, pengaruh

lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup

kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap

perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan

tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam

perilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan kelompok

teman sebaya. Kelompok teman sebaya diakui dapat

32 Yurdik Jahja, h. 231.

 

Page 76: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

64

mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang

remaja tentang perilakunya.33

3. Tunanetra

Dalam bidang pendidikan luar biasa, anak dengan

gangguan penglihatan lebih akrab disebut anak tunanetra.

Tunanetra adalah salah satu jenis hambatan fisik yang

ditandai dengan ketidakmampuan seseorang untuk

melihat, baik menyeluruh (total blind) ataupun sebagian

(low vision) dan walaupun telah diberi pertolongan

dengan alat-alat khusus, mereka masih tetap memerlukan

pendidikan khusus. Dengan kata lain tunanetra adalah

seseorang yang mengalami gangguan fungsi penglihatan

sedemikian rupa sehingga tidak dapat menggunakan

indera penglihatannya secara fungsional dan dalam proses

pendidikan diperlukan pelayanan khusus.34

Ada dua jenis definisi yang biasa digunakan untuk

memberi batasan tentang tunanetra total, yaitu batasan

legal yang digunakan untuk layanan medis dan

rehabilitasi serta batasan yang digunakan untuk

pendidikan. Tetapi Cartwright, mengemukakan berbagai

batasan tunanetra dari berbagai sudut pandang:

33 Yurdik Jahja, h. 243.34 Agustyawati, M.Phil, SNE & Solicha, M.Si, Psikologi Pendidikan

Anak Berkebutuhan Khusus,(Jakarta: Lemabaga Penelitian UIN Jakarta), 2009,h. 7-8.

 

Page 77: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

65

a. Menurut batasan personal, batasan tunanetra lebih

dilihat dari bagaimana sikap individu bila berhadapan

dengan tunantera atau yang penglihatannya terbatas.

Sebagian orang merasa kasihan karena menganggap

orang tunanetra sebagai orang yang tidak berdaya,

merasa takut, karena dianggap bisa menularkan

ketunanetraannya, atau merasa tidak nyaman ketika

bergaul dengan orang yang tidak bisa melihat.

b. Menurut batasan sosiologi, ketidakmampuan diri

penderita tunanetra merupakan peran social yang

dipelajari. Berbagai sikap dan pola tingkan laku yang

merupakan ciri dari penderita tunanetra merupakan hal

yang bukan dibawa sejak lahir, melainkan lebih

karena diperoleh melalui suatu proses belajar.

c. Menurut batasan legal atau administrative, yang

dimaksud tunanetra total adalah mereka yang

memiliki ketajaman penglihatan tidak lebih dari

20/200 dan luas pandang tidak lebih dari 20 derajat

meski telah mendapat upaya perbaikan terhadap

penglihatannya. Artinya orang itu hanya dapat melihat

pada jarak 20 kaki sementara untuk ukuran

mata/penglihatan yang normal dapat melihat pada

jarak 200 kaki. Batasan tersebut lebih ditekankan pada

 

Page 78: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

66

medan penglihatan (field of vision) dan ketepatan

penglihatan (visual acuity).35

4. Klasifikasi Anak Tunanetra

Secara garis besar anak tunanetra diklasifikasikan

menjadi dua macam:

a. Total Blind (Buta)

Dikatakan buta jika anak sama sekali tidak

mampu menerima rangsang cahaya dari luar

(visusnya = 0).

b. Low Vision

Bila anak masih mampu menerima rangsang

cahaya dari luar, tetapi ketajamannya lebih dari

6/21, atau berdasaarkan tes anak hanya mampu

membaca huruf pada jarak 6 meter yang oleh

orang awas dapat dibaca pada jarak 21 meter.36

5. Sebab-sebab Terjadinya Ketunanetraan

Ketunanetraan disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Faktor pre-natal

Faktor penyebab ketunanetraan padamasa pre-

natal sangat erat hubungannya dengan masalah

keturunan dan pertumbuhan seorang anak dalam

kandungan, antara lain:

1) Keturunan

35 Agustyawati, M.Phil, SNE & Solicha, M.Si, Psikologi PendidikanAnak Berkebutuhan Khusus,(Jakarta: Lemabaga Penelitian UIN Jakarta), 2009,h. 8.

36 Agustyawati, M.Phil, SNE & Solicha, M.Si, h. 10.

 

Page 79: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

67

Ketunanetraan yang disebabkan oleh faktor

keturunan terjadi dari hasil perkawinan

bersaudara, sesame tunanetra atau mempunyai

orang tua yang tunanetra. Ketunanetraan akibat

keturunan antara lain retinitis Pigmentosa,

penyakit pada retina yang umumnya merupakan

keturunan. Penyakit inisedikit demi sedikit

menyebabkan mundur atau memburuknya retina.

Gelaja pertama biasanya sukar melihat di malam

hari, diikuti dengan hilangnya penglihatan

peripheral, dan sedikit saja penglihatan pusat yang

tertinggal.

2) Pertumbuhan seorang anak dalam kandungan

Ketunanetraan yang disebabkan karena proses

pertumbuhan dalam kandungan dapat disebabkan

oleh:

a) Gangguan waktu ibu hamil.

b) Penyakit menahun seperti TBC, sehingga

merusak sel-sel darah tertentu selama

pertumbuhan janin dalam kandungan.

c) Infeksi atau luka yang dialami oleh ibu hamil

akibat karena rubella atau cacar air, dapat

menyebabkan kerusakan pada mata, telinga,

 

Page 80: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

68

jantung dan system susunan saraf pusat pada

janin yang sedang berkembang.37

b. Post-natal

Penyebab ketunanetraan yang terjadi pada

masa post-natal dapat terjadi sejak atau setelah bayi

lahir antara lain:

1) Kerusakan pada mata atau saraf mata pada waktu

persalinan, akibat benturan alat-alat atau benda

keras.

2) Pada waktu persalinan, ibu mengalami penyakit

gonorrhoe, sehingga baksil gonorrhoe menular

pada bayi, yang pada akhirnya setelah bayi lahir

mengalami sakit dan berakibat hilangnya daya

penglihatan.38

6. Karakteristik Anak Tunanetra

a. Karakteristik Fisiologis

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa

garis besar tunanetra dibedakan menjadi dua yaitu

totally blind (buta) dan low vision, maka karakteristik

secara fisik atau fisiologis anak tunanetra juga dapat

dikenali dari kedua jenis tersebut, yaitu dengan

melihat ciri-ciri sebagai berikut:

37 Agustyawati, M.Phil, SNE & Solicha, M.Si, Psikologi PendidikanAnak Berkebutuhan Khusus,(Jakarta: Lemabaga Penelitian UIN Jakarta), 2009,h. 12.

38 Agustyawati, M.Phil, SNE & Solicha, M.Si, h. 13.

 

Page 81: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

69

1) Karakteristik totally blind (buta), yaitu:

Tidak mampu melihat.

Tidak mampu mengenali orang pada jarak

enam (6) meter.

Kerusakan nyata pada kedua bola mata.

Sering meraba-raba atau tersandung saat

berjalan.

Mengalami kesulitan saat mengambil

benda kecil di sekitarnya.

Bagian bola mata yang hitam berwarna

keruh.

Mata bergoyang terus.

2) Karakteristik low vision:

Menulis dan membaca dengan jarak yang

sangat dekat.

Hanya dapat membaca huruf yang sangat

besar.

Mata tampak lain: terlihat putih di tengah

mata (katarak) atau kornea (bagian bening

di depan mata) terlihat berkabut.

Terlihat tidak menatap lurus ke depan.

Memancing mata atau mengerutkan kening

terutama di cahaya terang atau saat

mencoba melihat sesuatu.

Lebih sulit melihat pada malam hari

daripada siang hari.

 

Page 82: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

70

Pernah menjalani operasi mata dan atau

memakai kacamata yang sangat tebal tetapi

masih tidak dapat melihat dengan jelas.39

b. Karakteristik Kognitif

Akibat dari ketunanetraan, maka pengenalan

atau pengertian terhadap dunia luar anak, tidak dapat

diperoleh secara lengkap dan utuh. Akibatnya

perkembangan kognitif anak tunanetra cenderung

terhambat dibandingkan dengan anak-anak normal

pada umumnya. Hal ini disebabkan perkembangan

kognitif tidak saja erat kaitannya dengan kecerdasan

atau kemampuan inteligensinya, tetapi juga dengan

kemampuan indera penglihatannya.

Kecenderungan anak tunanetra menggantikan

indera penglihatan dengan indera pendengaran sebagai

saluran utama penerima informasi dari luar

mengakibatkan pembentukan pengertian atau konsep

hanya berdasarkan pada suara atau bahasa lisan.

Beberapa konsep sangat sulit dikenalnya seperti

konsep warna, jarak dan waktu.

c. Karakteristik Sosial

Perkembangan sosial anak tunanetra sangat

bergantung pada bagaimana perlakuan dan

39 Agustyawati, M.Phil, SNE & Solicha, M.Si, Psikologi PendidikanAnak Berkebutuhan Khusus,(Jakarta: Lemabaga Penelitian UIN Jakarta), 2009,h. 14.

 

Page 83: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

71

penerimaan lingkungan terutama lingkungan keluarga

terhadap anak tunanetra itu sendiri. Penerimaan secara

realistic terhadap anak dengan segala keterbatasannya

adalah yang paling utama dalam menumbuhkan rasa

percaya diri. Sikap yang ditunjukan dengan pemberian

kasih saying yang wajar serta pemberian perlakuan

yang sama dengan anak lainnya akan membuat

mereka terbuka terhadap permasalahan yang

dihadapinya dan menjadi motivator tersendiri

untuknya menggapai masa depan.40

40 Agustyawati, M.Phil, SNE & Solicha, M.Si, h. 15-17.

 

Page 84: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

72

BAB III

GAMBARAN UMUM LEMBAGA

A. Sejarah Berdirinya Yayasan Rudlatul Makfufin

Yayasan Raudlatul Makfufin (Taman Tunanetra)

yang terletak di Kampung Jati, Buaran, Serpong, Kota

Tangerang Selatan adalah lembaga khusus Tunanetra.

Didirikan oleh Raden Halim Shaleh pada tanggal 26

Nopember 1983. Sesuai dengan namanya, Yayasan

Raudlatul Makfufin mempunyai spesialisasi dan prioritas

pengajaran agama Islam kepada Tunanetra Muslim

seluruh Indonesia. Hal ini erat kaitannya dengan Raden

Halim Shaleh sebagai seorang pendidik di Sekolah Luar

Biasa (SLB) yang prihatin dengan kondisi tunanetra pada

minimnya sarana belajar bagi kaum tunanetra, padahal

kewajiban ibadah bukan hanya berlaku bagi orang yang

sempurna tapi juga mereka yang cacat, sedang sarana

pendukungnya sangat minim.

Raden Halim Shaleh kemudian mendatangi Kantor

Departemen Agama RI. untuk kepentingan pendidikan

dan mencari Al-Qur’an Braille dan meminjamnya, tetapi

pihak Depag tidak mengizinkan karena hanya memiliki

dua Al-Qur’an Braille saja yang “sewaktu-waktu

diperlukan untuk kepentingan pameran.”

Yayasan Raudlatul Makfufin memang awalnya didirikan

oleh Departemen Agama, tetapi hanya pendiriannya saja,

sedangkan dana operasional murni dipenuhi Yayasan, dari

 

Page 85: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

73

sumbangan atau zakat dan infak umat Islam, bahkan

Departemen Sosial-pun tidak menyalurkan bantuannya.

Tiap Ramadhan, Raden Halim Shaleh mengirim proposal

ke berbagai Yayasan atau para dermawan untuk

menjelaskan misi Yayasan Raudlatul Makfufin.1

Yayasan Raudlatul Makfufin juga berbeda dengan

Yayasan lain. Santri yang datang belajar di Sekolah Luar

Biasa (SLB), sedang pendalaman agama di Yayasan

Raudlatul Makfufin. Pelajaran utama di Yayasan

Raudlatul Makfufin adalah membaca Al-Qur’an, sedang

ilmu agama lain seperti fiqih dan ibadah sosial lainnya

bisa didapat jamaah di tempat lain.

Dalam kurun usia yang tergolong masih muda,

telah banyak hasil yang dicapai oleh Yayasan Raudlatul

Makfufin, diantaranya, sistem pendidikan yang semula

hanya berupa majelis ta'lim ala kadarnya, kini telah

berkembang dengan mendirikan Pesantren Al-Qur’an

Tunanetra Raudlatul Makfufin, Sekolah Khusus Islam

Terpadu (SKh-IT) Yarfin dengan manajemen pendidikan

modern namun tetap kental nilai-nilai keagamaannya.

Yayasan Raudlatul Makfufin dinilai telah mampu

membangun kepercayaan para tunanetra dalam

pengajaran dan pengembangan ilmu-ilmu agama. Hal itu

dibuktikan dengan semakin banyaknya jumlah santri baik

1 Observasi dan Wawancara langsung dengan Bapak Budi Santoso,Ketua Yayasan Raudlatul Makfufin (Taman Tunanetra), pada tanggal 03Oktober 2018.

 

Page 86: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

74

lokal maupun non lokal yang berasal dari luar kota

(Jakarta, Sumatera, dan Kalimantan) yang diikuti dengan

pencapaian prestasi yang semakin meningkat, baik ketika

mengikuti event-event tingkat regional maupun nasional.

Hal ini tentu saja tidak lepas dari peran serta aktif pendiri

dan para penerusnya yang dengan gigih mencari dan

meramu cara terbaik untuk membina tunanetra muslim

Indonesia agar tidak tertinggal jauh dengan mereka yang

tidak memiliki keterbatasan.

Tentunya bukan suatu hal yang mudah untuk

merealisasikan itu semua. Dibutuhkan suatu usaha yang

sungguh-sungguh, kesabaran, keuletan, dan manajemen

yang optimal. Dan bukan suatu hal yang ringan pula

mempertahankan dan bahkan meningkatkan hasil yang

telah dicapai tersebut untuk dapat mewujudkan lembaga

yang ideal, namun tetap mengikuti perkembangan zaman,

yang nantinya diharapkan dapat mencetak kader-kader

da'i muslim, generasi qur’ani yang mandiri, yang mampu

mengembangkan pengetahuan agama mereka bagi

agamanya, bangsa, dan negaranya dengan tetap berpegang

teguh kepada aqidah Ahlussunnah wal-Jamaah.2

Pindah ke Ciputat, Tahun 1991, H. Munawir

Sjadzali, MA. yang waktu itu menjabat Menteri Agama

RI, memiliki perhatian khusus, dengan memberikan

2 Observasi dan Wawancara langsung dengan Bapak Budi Santoso,Ketua Yayasan Raudlatul Makfufin (Taman Tunanetra), pada tanggal 03Oktober 2018.

 

Page 87: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

75

pinjaman sebidang tanah milik Kampus UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta di jalan Kertamukti, Ciputat. Tak

hanya itu, H. Munawir Sjadzali juga ikut andil

mensukseskan pembangunan gedung untuk pusat kegiatan

Yayasan Raudlatul Makfufin. Pada tahun 1992, H.

Munawir Sjadzali jualah yang meresmikan gedung

Yayasan Raudlatul Makfufin. Sejak itu, seluruh kegiatan

Yayasan Raudlatul Makfufin dapat terpusat di satu lokasi.

Seiring waktu berjalan, pada tahun 2009, muncul

kebijakan Pemerintah yang mengharuskan Yayasan

Raudlatul Makfufin pindah lokasi. Kebijakan ini

mengharuskan seluruh aset negara, termasuk lahan yang

ditempati Yayasan Raudlatul Makfufin, dikembalikan

kepada negara, dalam hal ini Departemen Agama untuk

pembangunan Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tanah yang ditempati Yayasan Raudlatul Makfufin hanya

sebatas pinjaman dengan status Hak Guna Pakai.

Kebijakan pengembalian tanah pinjaman

mengharuskan Yayasan Raudlatul Makfufin berpikir

keras untuk mencari lokasi baru dan membangun kembali

gedung baru. Untuk membangun gedung baru, butuh dana

yang tidak sedikit. Melalui jalur perundingan dengan

pimpinan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, akhirnya

disepakati UIN akan membantu pembangunan gedung

baru.

Kemudian pindah ke Buaran, pada perjalanan

selanjutnya, Alhamdulillah mendapat wakaf dari seorang

 

Page 88: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

76

hamba Allah, berupa tanah seluas 1.000 meter². Untuk

membangun gedungnya, pihak UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta aktif mengumpulkan dana sosial, salah satunya

dengan melaksanakan fun-rishing ke banyak pihak.

Sekaligus ini bukti tanggung-jawab pihak UIN untuk

mengganti bangunan gedung Yayasan Raudlatul Makfufin

sebelumnya.

Pembangunan gedung baru Yayasan Raudlatul

Makfufin (YRM) akhirnya terlaksana, dan pada tahun

2010, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr.

Komaruddin Hidayat, MA. membubuhkan tanda

tangannya diatas batu prasasti, sebagai tanda peresmian

gedung. Hadir pula saat itu Pelaksana tugas (Plt) Walikota

Tangerang Selatan, Ir. HM. Shaleh, MT.

Meski diresmikan oleh Rektor UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Yayasan tidak ada sangkut-pautnya

secara formal kelembagaan dengan UIN. Kehadiran

Rektor UIN hanya sekadar meresmikan gedung baru,

sebagai tindak lanjut dari kebijakan perapihan aset milik

negara dan membuat gedung lama YRM dibongkar.

Adapun dasar pendirian, yaitu:

1) Kemiskinan dan kebodohan dekat dengan

kekufuran

2) Ketunanetraan tidak meninggalkan kewajiban

beribadah

3) Perlu strategi, metodologi, dan sarana khusus

untuk tunanetra belajar agama

 

Page 89: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

77

4) Pendekatan agama cara efektif memahami makna

penderitaan/musibah

5) Tunanetra berbakat peluang untuk mengabdikan

diri di bidang agama jika diberi kesempatan dan

didukung sarana yanag memadai

6) Perlu lembaga pengelola dana masyarakat untuk

kesejahteraan sosial tunanetra

B. Lokasi3

Yayasan Raudlatul Makfufin (Taman Tunanetra)

terletak di Jalan H. Jamat Gagng Masjid I No. 10A

RT.002 RW.05 Kampung Jati, Kelurahan Buaran,

Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan, Banten

15316

C. VIsi dan Misi4

Visi : “Terwujudnya peningkatan kualtas

kehidupan beragama dan kesejahteraan sosial tunanetra

muslim menuju pada kebahagiaa dunia akhirat melalui

pendidikan, pembinaan agama, peningkatan keterampilan

berusaha dan bantuan kesejateraan sosial yang diikuti

dengan penyediaan sarana atau layanan khusus.

Misi :

1) menyelenggarakan pendidikan formal

maupun non formal dan kursus-kursus

keagamaan dan da’wah.

3 Dikutip dari Profil Yayasan Raudlatul Makfufin (Taman Tunanetra)Tangerang Selatan, pada 16 Oktober 2018.

4 Dikutip dari Profil Yayasan Raudlatul Makfufin (Taman Tunanetra)Tangerang Selatan, pada 16 Oktober 2018.

 

Page 90: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

78

2) Menyediakan buku-buku sumber agama

dalam huruf braille atau rekaman dan

penyiapan tenaga pelaksana yang

professional.

3) Menyelenggarakan khusus keterampilan

usaha.

4) Mengupayakan bantuan sosial bagi

tunanetra yang membutuhkan.

D. Legalitas 5

AktaNotaris : No. 06. Tanggal 23 Maret 2017, Paramita

Martiana Suryandari, SH

SK Menkumham RI. No. AHU-AH 01.06-0002304

Tanda Daftar Yayasan Nomor : 460/367-

19/Bid.Dayasos/2017

Surat Keterangan Domisili Usaha/ Perusahaan Nomor :

503.1/100/Kel.Brn-2016

E. Struktur Organisasi6

1. Dewan Penyatuan:

Hj. Lea Irawan (Ketua)

Prof. Dr. Qomarudin Hidayat

Dr. H. Marjuki Usman, SE.

Dr. Hj. Oktini Watti

Dra. Hj. Lina Liputri, Apt

Hj. Ningrum Maurice Nugroho

5 Dikutip dari Profil Yayasan Raudlatul Makfufin (Taman Tunanetra)Tangerang Selatan, pada 16 Oktober 2018.

6 Profil Yayasan Raudlatul Makfufin (Taman Tunanetra) TangerangSelatan 2018.

 

Page 91: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

79

dr. Eko Prihaniangsih

2. Pembina

Ahmad Joni Watimena

Drs. Nur Kholiq S.Q.

Drs. Ngatigo AS.

3. Pengawas

Ade Ismail, S. Pd

H. Akrom Hasani, S. Ag.

H. Abas Sukardi, S.Pd.I

4. Pengurus

Budi Santoso, S.Sos.I (Ketua)

Rafik Akbar, S.Pd.I (Sekertaris)

Diah Rahmawati, S.Pd (Bendahara)

5. Kepala Bidang

Bidang Organisasi & Kesejahteraan Umat:

Ahmad Joni W.

Bidang Pendidikan, Pelatihan dan

Pengembangan Seni

6. Unit Pelaksana

Kepala Pesantren : Ade Ismail, S.Pd

Kepala Percetakan Braille: Ahmad Wahyudi

Kepala Kerumahtanggan : Fahran Q.H.

 

Page 92: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

80

F. Program Kegiatan Yayasan7

1) Kursus keagamaan

Kursus pemberantasan buta huruf Al

Qur’an Braille dan dasar-dasar agama

Kursus seni baca Al Qur’an

Kursus Tahfizh Al Qur’an

7 Wawancara langsung dengan Bapak Budi Santoso, Ketua YayasanRaudlatul Makfufin (Taman Tunanetra), pada tanggal 17 Desember 2018.

80

F. Program Kegiatan Yayasan7

1) Kursus keagamaan

Kursus pemberantasan buta huruf Al

Qur’an Braille dan dasar-dasar agama

Kursus seni baca Al Qur’an

Kursus Tahfizh Al Qur’an

7 Wawancara langsung dengan Bapak Budi Santoso, Ketua YayasanRaudlatul Makfufin (Taman Tunanetra), pada tanggal 17 Desember 2018.

80

F. Program Kegiatan Yayasan7

1) Kursus keagamaan

Kursus pemberantasan buta huruf Al

Qur’an Braille dan dasar-dasar agama

Kursus seni baca Al Qur’an

Kursus Tahfizh Al Qur’an

7 Wawancara langsung dengan Bapak Budi Santoso, Ketua YayasanRaudlatul Makfufin (Taman Tunanetra), pada tanggal 17 Desember 2018.

 

Page 93: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

81

2) Pendidikan luar sekolah (PLS) berupa program

kejar paket A, B dan C

3) SKh-IT (Sekolah Khusus Islam Terpadu) Yarfin

pelayanan pendidikan formal usia sekolah

mulai tingkat dasar hingga menengah atas.

Pelayanan pendidikan formal usia

nonsekolah (kejar paket), mulai tingkat

dasar hingga menengah atas.

4) Pesantren Tunanetra

Pembinaan baca tulis Al;Qur’an

Pembinaan menghafal Al-Qur’an 30 juz

Pembinaan pengetahuan Islam seperti

aqidah, akhlak, tajwid, dan fiqih

Pembinaan keterampilan dakwah

5) Majelis Ta’lim

Program pemberantasan buta huruf Al-

Qur’an Braille.

Pembinaan seni music Islam seperti

marawis dan hadroh.

Pembinaan seni baca Al-Qur’an (tilawatil

qur’an)

Pembinaan pengetahuan Islam seperti

Bahasa Arab, Hadist, Terjemah Qur’an,

dan sejarah Islam.

6) Kursus Komputer Bicara

 

Page 94: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

82

7) Kursus Terapi Kesehatan yang meliputi: Sport

massage, shiatsu, dan refleksi

8) Kursus bahasa asing, yang meliputi: Bahasa

Inggris dan Bahasa Arab

9) Pengadaan Al Quran Brailler dan pembraillean

buku-buku sumber agama islam

10) Peringatan hari-hari besar islam

11) Pengkaderan jama’ah melalui IKJAR (Ikatan

Jama’ah Raudlatul Makfufin)

Yayasan Raudlatul Makfufin saat ini concern

memberikan pembinaan kepada tunanetra muslim dari

tiga aspek penting dalam kehidupan mereka, yaitu:

a. Pembinaan keislamaan dalam rangka membentuk

akhlak yang mulia.

b. Pembinaan intelektual dalam rangka

meningkatkan kemampuan inelegensi

c. Pembinaan keterampilan dalam rangka menunjang

kehidupan tunanetra yang mandiri dan inklusif.

Sehingga diharapkan banyak lahir tunanetra muslim

yang berakhlak mulia, berintelektual tinggi, dan

trampil dalam kemandirian.

Sejak tahun 2016, Yayasan Raudlatul

Makfufin memulai rintisan pendirian SKh-IT

Yarfin (Sekolah Khusus Islam Terpadu

Yayasan Raudlatul Makfufin) untuk tunanetra

 

Page 95: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

83

muslim dengan keunggulan dalam hafalan

(Tahfidz) al-Qur’an dan hadist.

Yayasan Raudlatul Makfufin sejak tahun 1999

telah menjadi lembaga pencetakan Al-Qur’an

Braille berbasis komputer dan pembraillean

buku-buku keislaman, seperti: fiqih, hadist,

bahasa Arab.

G. Fasilitas Yayasan Raudlatul Makfufin8

a. Gedung Pusat Yayasan

b. Sarana Pembraille-an

c. Sarana Koperasi

d. Sarana Ibadah Bagi Para Santri

e. Asrama Santri

f. Untuk Proses Belajar mengajar bagi santri

g. SKh-IT (Sekolah Khusus Islam Terpadu)

h. Majelis Taklim untuk hari Ahad.

8 Observasi langsung ke lapangan di Yayasan Raudlatul Makfufin(Taman Tunanetra), pada tanggal 03 Oktober 2018.

 

Page 96: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

84

BAB IV

DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Deskripsi Informan

Dalam bab ini peneliti akan menguraikan data dan

temuan penelitian yang di dapat dalam penelitian ini,

peneliti juga akan mendeskripsikan informan dari

penelitian ini. Informan tersebut terdiri dari Ketua

Yayasan di Raudlatul Makfufin, pengurus pesantren

yayasan Raudlatul Makfufin, serta seorang Pembimbing

agama, dan informan anak-anak remaja Tunanetra terdiri

dari dua laki-laki dan satu perempuan di Yayasan Raulatul

Makfufin (Taman Tunanetra)

1. Pengurus Yayasan Raulatul Makfufin (Taman

Tunanetra)

a. Budi Santoso S.os.I

Pak Budi Santoso adalah ketua Yayasan Raudlatul

Makfufin (Taman Tunanetra), lahir pada tanggal

05 Maret 1978, beliau penyandang tunanetra. Pak

Budi pernh menempuh pendidikan di perguruan

tinggi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi jurusan

Kesejahteraan Sosial, saat beliau sudah

berkeluarga, istri dan anak-anaknya juga sesama

tunanetra, selain menjabat sebagai ketua di

 

Page 97: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

85

Yayasan Raudlatul Makfufin beliau juga menjadi

pengusaha, beliau membuka usaha di rumahnya.1

b. Abdurrohman

Bapak Abdurrohman adalah wakil ketua Pesantren

di Yayasan Raudlatul Makfufin (Taman

Tunanetraa), beliau juga tunanetra. Pak

Abdurrohman lahir di Tangerang Selatan, 08 Mei

1985, anak pertama dari tiga bersaudara, dan

beliau juga sudah memiliki istri namun belum

memliki anak. Beliau pernah menempuh

pendidikan di SD, SMP, SMA di SLB lebak bulus,

beliau bergabung di Yayasan Raudlatul Makfufin

(Taman Tunanetra) ini cukup lama hamper 6

tahun. Selama hidupnya beliau selalu berprinsip

untuk tidak merepotkan orang lain, dan moto

hidup yang selalu beliau pegang adalah sebisa

mungkin selama hidupnya bisa bermanfaat untuk

orang lain.2

c. Sapto Wibowo S.os.

Bapak Sapto Wibowo, beliau adalah Pembimbing

Agama di Yayasan Raudlatul Makfufin, beliau

juga tunanetra (Total Blind) sejak lahir, beliau

1 Wawancara Pribadi dengan Pak Budi Santoso, Ketua YayasanRaudlatul Makfufin (Taman Tunanetra, Tangerang Selatan, Kamis 17 Januari2019.

2 Wawancara Pribadi Dengan Bapak Abdurrohman, Wakil KetuaPesantren di Yayasan Raudlatul Makfufin (Taman Tunanetra), TangerangSelatan, Selasa 12 Februari 2019.

 

Page 98: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

86

lahir di Jakarta, 28 Mei 1981 dan belum

berkeluarga. Pak Sapto pernah menempuh

pendidikan di sekolah SLB lebak bulus sampai

kelas 3 SD, setelah itu pindah ke bekasi dan

bersekolah di Panti Sosial Bina Netra Wisma

Tanmia Kementrian Sosial, SMA masuk sekolah

Aliyah di Ciputat, dan melanjutkan S1 di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan Sosiologi

tahun 2002. Beliau bergabung di Raudlatul

Makfufin pada tahun 1995, dan beliau juga santri

di Yayasan Raudlatul Makfufin pada saat itu, akan

tetapi tidak tinggal hanya mengikuti kegiatan yang

ada di Pesantren saja, beliau juga ke Raudlatul

Makfufin hanya setiap hari Jum’at saja, megambil

pelajaran Bahasa Arab, pelajaran Agama dan

kesenian lainnya, dan berkelanjutan sampai saya

mengajar disini setelah lulus S1. Beliau menjadi

pembimbing Agama di Yayasan Raudlatul

Makfufin (Taman Tunanetra) cukup lama.3

2. Anak Tunanetra di Yayasan Raudlatul Makfufin

a. Qurratul Ain

Qurratul Ain atau yang biasa dipanggil Ain, Ain

berasal dari Pulo Nias, Jl. Lawu-lawu Desa

Mudik, Sumatera Utara.Lahir pada tanggal 06

3 Wawancara pribadi dengan Bapak Sapto wibowo, pembimbingAgama di Yayasan Raudlatul Makfufin (Taman Tunanetra), TangerangSelatan, Selasa, 12 Februari 2019.

 

Page 99: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

87

Agustus 2000. Saat ini Ain berumur 19 Tahun,

dan Ain anak pertama dari empat bersaudara. Ia

mengalami tunanetra sejak duduk di bangku

SMA kelas 3. Awal mulanya Ain merasa sering

demam selama 2 hari sekali, dan selama demam

matanya sering buram. Mulai gejala sering buram

sejak SMA kelas 1, semakin hari semakin turun

daya lihatnya dan dokter memponis tidak bisa

dismbuhkan saat ini Ia mengalami Buta Total

(Total Blind). Dalam keadaan tidak bisa melihat

Ia masih boleh mengikuti UN dan digantikan oleh

pengganti sehingga dia dapat memiliki izajah

SMA. Ain tunnetra sejak 2017, dan berada di

Yayasan Raudlatul Makfufin (Taman Tunanetra)

sudah 6 bulan. Ain tinggal di Asrama Putri, dan

mengikuti kegiatan keterampilan kursus serta

belajar Agama di Yayasan Raulatul Makfufin

(Taman Tunanetra).4

b. Rovan Januariza

Rovan adalah anak tunanetra yang berada di

Yayasan Raudlatul Makfufin (Taman Tunanetra),

lahir di Tajimalela 01 Januari 1999. Ia cukup

lama berada di Yayasan Rauldatul Makfufin, saat

ini ia sedang menempuh pendidikan SMA kelas

4 Wawancara pribadi dengan Qurratul Ain, Anak Tunanetra diYayasan Raudlatul Makfufin (Taman Tunanetra), Tangerang Selatan, Rabu, 27Februari 2019.

 

Page 100: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

88

2. Ia anak terakhir dari 6 bersaudara, kebetulan

keluarganya juga ada yang tunanetra. Ia berada di

Yayasan sudah 1 setengah tahun, dimulai dari

kelas 1 SMA. Gejala tunanetra yang dialaminya

pada umur 4 tahun, akan tetapi masih dapat

melihat hanya semakin tahun semakin turun daya

lihatnya, namun ketunanetraan yang benar-benar

sudah bukan gejala dan buta total (Total Blind)

itu di kelas 8 SMP. Awal mulanya Ia sangat drop,

dan tidak dapat menerima keadaannya, tapi

setelah Ia berada di Yayasan dan bertemu teman

yang sama, yang senasib, dan Ia merasa

bersyukur, karena Ia masih sempat di kasih lihat

sama Tuhan. Dan Ia juga anak yang memiliki

cita-cita tinggi, setelah lulus SMA Ia ingin kuliah,

banyak hal yang ingin Ia kerjaakan, serta bagi dia

Tunanetra adalah cacat paling ringan, Ia hanya

tidak dapat melihat saja, Ia masih mampu

berjalan, dan beraktivitas.5

c. Muhammad Nabil Salim Asqolani

Muhammad Nabil Salim Asqolani, atau biasa

dipanggil Nabil. Ia lahir di Pati, 13 Agustus 2002.

Ia berasal dari Yogyakarta tepatnya Karanglo III

RT 001 RW 005, Kelurahan Sidomoyo,

Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman, DI

5 Wawancara pribadi dengan Rovan Januariza, Anak Tunanetra diYayasan Raudlatul Makfufin (Taman Tunanetra), Tangerang Selatan, Rabu, 27Februari 2019.

 

Page 101: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

89

Yogyakarta. Nabil anak pertama dari 5

bersaudara. Nabil juga tunanetra buta total (Total

Blind), Ia tunanetra sejak lahir. Sejak sekolah SD,

SMP Ia sekolah di Jogja, khusu umum. Namun Ia

merasa jenuh dan butuh bimbingan keagamaan,

serta ingin memperkuat ilmu Agama, akhirnya Ia

memutuskan sekolah SMA di Yayasan Raudlatul

Makfufin (Taman Tunanetra), Karen di Yayasan

ini selain sekolah juga ada pesantren.6

B. Temuan Penelitian dengan Pengurus Yayasan

Raudlatul Makfufin

Berdasarkan dengan apa yang diamati dan didapat

oleh peneliti di Yayasan Raudlatul Makfufin (Taman

Tunanetra), peneliti menemukan tingkatan keberhasilan

dari bimbingan agama dalam meningkatkan penerimaan

diri remaja tunanetra, melalui dua cara. Yaitu bimbingan

agama yang sudah terjadwal dalam program kegiatan, dan

bimbingan agama tidak terjadwal (antara individu).

Adapun program yang telah dijalankan adalah:

1. Bimbingan Agama Terjadwal

Bimbingan Agama terjadwal ialah bimbingan

agama yang rutin di lakukan di Yayasan Raudlatul

Makfufin tiap hari nya, kecuali hari jum’at

ekstrakulikuler dan Majelis Taklim. Bimbingan

6 Wawancara pribadi dengan Muhammad Nabil Salim Asqolani,Anak Tunanetra di Yayasan Raudlatul Makfufin (Taman Tunanetra),Tangerang Selatan, Rabu, 27 Februari 2019.

 

Page 102: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

90

Agama ini ialah kegiatan pesantren yang di adakan

oleh Yayasan Raudlatul Makfufin, merupakan

kegiatan yang terstruktur dan ditetapkan dalam

program di Yayasan. Program bimbingan agama ini

terdiri dari beberapa bagian, diantaranya:

a. Pembinaan baca tulis Al-Qur’an Braille

Mampu membaca, memahami dan

mengamalkan isi kandungan Al-Quran adalah suatu

keharusan bagi setiap Umat Islam, karena Alquran

adalah pedoman hidup umat Islam yang telah terjaga

keutuhan isi kandungannya selama 14 abad. Tidak

sedikitpun gugur keharusan tersebut terhadap seorang

tunanetra muslim, karena jika kita telah berikrar untuk

meyakini bahwa tiada tuhan selain Allah Subhanahu

Allah Subhanahu Wata’ala ada Wata’ala dan Nabi

Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam adalah

utusan-Nya, maka mampu membaca, memahami dan

mengamalkannya menjadi keharusan untuk semua

Umat Islam tanpa terkecuali.

Bagi seorang tunanetra muslim, mampu

membaca Al-Quran secara langsung bukan menjadi

suatu kesulitan saat ini, karena telah ada Al-Quran

yang dapat dicetak ke dalam huruf braille, yaitu huruf

yang sudah menjadi kesepakatan internasional adalah

alat bantu tunanetra dalam membaca kalimat-kalimat

tertentu. Huruf braille yang terdapat di dalam Alquran

 

Page 103: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

91

Braille memiliki simbol-simbol yang berbeda dngan

huruf braille latin. Huruf-huruf yang terdapat di Al-

Quran yang dapat juga disebut huruf hijaiyyah telah

memiliki simbol sendiri, sesuai kesepakatan para

ulama tunanetra di dunia.

Yayasan Raudlatul Makfufin sebagai salah

satu lembaga yang melayani pencetakan dan

pendistribusian Al-Quran Braille, telah konsen

melakukan aktifitas tersebut sejak tahun 1994 hingga

saat ini. Dengan memanfaatkan teknologi komputer,

kami mengawali pencetakan tersebut dengan

pembuatan file master Alquran Braille dalam bentuk

SoftCopy. Hingga kini file master tersebut telah

banyak membantu pencetakan Al-Quran Braille yang

telah kurang lebih 11 tahun tersimpan di Yayasan

Raudlatul Makfufin.

Dengan ini baca tulis Al-Qur’an braille

merupakan menjadi bagian dari program, karena

remaja tunanetra membutuhkan pembelajaran baca,

menghafal, memahami, bacaan Al-Qur’an. Selain itu,

kegiatan ini juga menjadi wajib, selain yayasan ini

basic agama islam, maka dituntut untuk remaja

tunanetra agar bisa membaca dan menulis ayat Al-

Qur’an dalam bentuk braille, begitu juga yang di

katakan pak Sapto Wibowo dalam wawancara dengan

peneliti.

 

Page 104: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

92

b. Pembinaan pengetahuan Islam seperti, aqidah,

akhlak, tajwid, dan fiqih

Berdasarkan dari pengamatan peneliti saat

observasi, peneliti menemukan materi-materi yang

diberikan oleh pembimbing agama pada anak-anak

tunanetra. Selain mendengarkan kajian/ceramah

dengan tema yang ada pada hari itu, anak-anak

tunanetra juga dibekali buku panduan, dalam bentuk

braille, jadi mereka tidak hanya mendengarkan saja,

tapi juga dapat belajar dengan membaca braille.

Materi-materi yang diberikan oleh pembimbing agama

anatara lain:

1) Aqidah

Ilmu Akidah adalah menjadi mata

pelajaran agama yang ada di pesantren, dan

terjadwal. Sebagaimana diketahui

menanamkan Ilmu Akidah merupakan hal

yang penting, semua ajaran yang sesuai

dengan syariat penting. Akan tetapi

pembimbing memberi ajaran ilmu aqidah

menjadi ringan, selain diambil melalui kisah-

kisan Rasulullah, dicontohkan langsung pada

kejadian-kejadia yang nyata. Maka

ajarannyapun terasa ringan saampai di anak-

anak tunanetra. Seperti menekankan keyakinan

agar tidak ada keragu-raguan dengan Allah,

 

Page 105: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

93

kebenaran dan kekuatan hati, dan tidak

berburuk sangkan kepada Allah dengan

keadaan kita.

2) Fiqih

Ilmu fiqih adalah materi bimbingan

agama yang juga penting, fiqih itu sendiri

merupakan hukum-hukum agama Islam yang

diambil dari dalil-dalil yang terperinci. Dalam

hal ini, peneliti menemukan bahwa

pembimbing agama sedang menjelaskan hal

yang wajib dan yang tidak. Wajib atau Fardhu

pekerjaan yang menghasilkan pahala bagi

pelakunya dan berdosa bagi yang tidak

melakukannya. Ajaran agama yang menurut

kita ringan dan penting untuk tahu bagi

mereka, serta adapun praktik langsung

bagaimana tata cara berwudhu, shalat yang

baik dan benar, membaca Al-Qur’an yang baik

dan Benar. Selain itu antusias anak-anak

tunanetra sangat baik. Mereka diam saat ustadz

sedang menerangkan.

3) Akhlaq

Materi akhlak di sini, adalah

merupakan dari sifat manusia baik atau buruk,

yang akan muncul pengaruhnya dalam

kehidupan anak-anak tunanetra. Perlu dan

 

Page 106: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

94

penting untuk menanamkan akhlak yang baik,

pada semua manusia. Yang peneliti amati,

dalam observasi, pengajar/pembimbing agama

sangat memberikan banyak hal pada remaja

tunanetra. Dengan menanamkan sifat-sifat

yang positif, tidak hanya menyontohkan. Di

pesantren juga dilatih etika yang baik dalam

berakhlatul karimah.

Dari propgram kegiatan serta materi-materi

yang diberikan kepada remaja tunanetra, dapatkah

keberhasilan pembimbing agama dalam

meningkatkan penerimaan diri. Sesuai yang

peneliti dapat dari penelitian ini, wawancara

dengan pembimbing agama nya langsung, dan

beliau juga kebetulan tunanetra sejak lahir, yaitu

bapak Sapto Wibowo:

“Sebelum kita masuk pada bimbngan agama, kitamasuk lebih dulu pada motivasi umum. Sepertibanyaknya kegiatan, mereka sekolah, dan merekaakan melupakan kesedihan, kejenuhan. Barulahmasuk pada motivasi agama, yang saya pegangsampai hari ini adalah sebaik-baiknya kamuadalah yang membaca Al-Qur’an danmengajarkannya. Dan yang saya telah berikanpada anak-anak cukup membuat merekaterbangun. Karena mereka berbeda-beda makapenerimaan motivasi nya juga berbeda-beda, tapidengan mereka senang, mengikuti kegiatan, tidakburung, saya rasa mereka merubah diri nyasendiri. Ada anak tunanetra yang baru datang keYayasan, dia baru saja tunanetra, dia sering

 

Page 107: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

95

murung, bersedih, dan tidak mengikuti kegiatanyang ada di yayasan dengan baik. Tapi setelah diaberadaptasi, bertemu dengan teman-teman yangsama, dia mulai membuka pola pikirnya.” 7

Berdasarkan paparan pak Sapto Wibowo,

bahwa setiap anak tunanetra dapat meningkatkan

penerimaan dirinya. Hanya saja bertahap, karena

kepribadian orang berbeda-beda, serta latar

belakang mereka berbeda-beda. Ketika yang satu

sudah dapat menerima, yang satu belum adalah hal

yang wajar. Hanya berlarut pada kesedihan dan

keterpurukan bukanlah jalannya, maka andil nya

pembimbing agama sangat penting, karena mereka

harus ditanamkan ilmu-ilmu agama, sebab tempat

mereka pulang dan rumah mereka adalah agama.

Sebagai penolong dan hidup juga tidak hampa

dengan masalah.

c. Pembinaan keterampilan dakwah

Setiap muslim punya kewajiban untuk

berdakwah, maka dari itu materi ini merupakan hal

yang penting bagi anak-anak tunanetra untuk

mengetahuinya. Berdakwah merupakan seni

berbicara, da nada metode-metode di dalamnya,

maka harus adanya pembinaan keterampilan

berkadwah. Dalam kegiatan ini, anak tunanetra di

7 Wawancara pribadi dengan Bapak Sapto wibowo, pembimbingAgama di Yayasan Raudlatul Makfufin (Taman Tunanetra), TangerangSelatan, Selasa, 12 Februari 2019.

 

Page 108: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

96

haruskan belajar cara berdakwah, cara bebricara di

depan umum. Begitu juga yang disampaikan oleh

bapak Sapto Wibowo:

“berdakwah merupakan seni, karena setiap orangmemiliki ciri khasnya masing-masing dalamberdaakwah. Tapi pada umumnya, setiap orangmemiliki standar masing-masing, sayamengajarkan dan mengadakan materi ini supayaanak-anak memiliki skill dalam berdakwah,karena mereka mampu dan bisa mengamalkanilmu yang mereka mliki. Semua anak, bukan hanyatunanetra saja, pasti dalam diri kita semuamemiliki seni berbicara. Cukuplah saja merekatidak bisa melihat, bukan berarti tidak dapat apa-apa dalam dirinya, saya rasa anak-anak tunanetradisin cukup baik dalam mengikuti semuapembelajaran, dan mereka anak yang pintar,sekali dua kali saya ajarkan mereka langsungtanggap. Saya rasa kekurangannya hanya dimatasaja.”

Dalam hal ini, peneliti dapat mengamati

dari apa yang telah disampaikan pak Sapto

Wibowo, bahwa anak-anak tunanetra juga perlu

ditanamkan skill dalam berbicara di depan umum,

contohnya adalah berdakwah. Berdakwah juga

merupakan hal yang positif, selain untuk orang

lain baik juga untuk diri kita sendiri. Selain itu,

materi ini juga mengajarkan, melatih kepercayaan

diri, dan menumbuhkan kepercayaan diri. Ketika

manusia sudah percaya pada dirinya, maka mereka

sudah menerima bagian dari apa yang ada pada

dirinya.

 

Page 109: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

97

d. Pembinaan Takhsin dan Tahfidz Quran 30 juz

Perkembangan zaman melahirkan banyak

produk yang dapat membantu kebutuhan manusia,

salah satunya adalah Al-Qur’an Braille. Membaca

dan menghafal Al-Qur’an menjadi kegiatan yang

rutin dilakukan anak-anak remaja tunanetra, dan

merupakan kegiatan yang terstruktur adanya di

yayasan serta pesantren, bukan hanya jadwal

terstruktur saja, membaca Al-Qur’an memang

diharuskan dan menjadi pegangan pedomn hidup,

selain itu karena besic yayasan ini adalah agama

Islam, dan mendirikan pesantren juga maka

kegiatan yang dilakukan juga selayaknya kegiatan-

kegiatan yang ada di pesantren manapun. Selain

menghafal, anak-anak juga belajar tajwid agar

membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar, sebab

membaca Al-Qur’an dengan tajwid hukumnya

wajib. Menghafal Al-Qur’a, ini biasa rutin di

lakukan hari Selasa, dan Sabtu. Akan tetapi ada

pengecualian karena banyak waktu kosong

sepulang sekolah, anak-anak tunanetra selalu

menghafal dan menghadap pembimbing untuk

setoran hafalan mereka. Maka hafalan ini menajdi

rutinitas bagi anak-anak tunanetra setiap hari, akan

tetapi tidak diwajibkan oleh pembimbing agama

tiap hari.

 

Page 110: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

98

2. Bimbingan Agama tidak terjadwal

a. Sharing antara pembimbing agama dan anak

tuanetra

Sharing merupakan metode bimbingan sesuai

dengan kebutuhan anak tunanetra itu sendiri.

Peneliti menemukan bahwa metode ini dilakukan

melalui cerita, baik si pembimbing ataupun anak

tunanetra nya. Berdasarkan yang peneliti dapat,

melalui wawancara dengan ketua Yayasan

Raudlatul Makfufin (Taman Tunanetra) bahwa

anak tunanetra yang berada disini berpariasi,

mereka berlatar belakang berbeda, akan tetapi

semua yang ada di Yayasan buta total (Total

Blind) semua, hanya saja ada yang tunanetra dari

lahir, ada tunanetra sejak kecil, ada tunanetra sejak

SMP, dan ada yang baru tunanetra sejak duduk di

bangku SMA bahkan Kuliah. Semua berbeda-beda

dalam menerima keadaan, serta dalam membentuk

penerimaan diri relative berbeda-beda.

“anak anak tunanetra disini kebanyakan remaja,dan mereka dari latar belakang yang berbeda-beda. Anak tunanetra sejak lahir, ada tunanetrabaru buta kemarin ada. Dan penerimaan diri nyaakan berbeda-beda, menyikapi masalah akanberbeda-beda. Mungkin yang buta sejak lahirkebih mudah menerima, tapi yang sulit menerimaadalah yang buta baru-baru ini. Ada anak, diabaru tunanetra sejak kelas 2 SMA, dan tunanetrabaru-baru ini. Keadaannya terpukul sekali, diadibawa kesini oleh orang tuanya, dan selama

 

Page 111: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

99

disini ketika baru masuk yayasan ini, dia seringmurung, tidak mau bergaul dengan teman yanglain, senengnya sendiri di pojokan. Ada ceritalagi, ketika yang lain bermain dengan teman-temannya dia sendirian terus. Akhirnya saya cobamasuk sedikit demi sedikit, memberi arahan danmasukan, lama kelamaan dia terbiasa dansekarang sudah tidak murung, serta mengikutikegiatan yang ada di yayasan dan pesantren.Memang awalnya pasti terpuruk dan putus asa,tapi saya sendiri sebagai tunanetra, tidak merasahina atau merasa Allah tidak adil. Semua yangsudah Allah tetapkan ada hikmahnya. Setiap hidupada pelajarannya, begitupun yang saya tanamkanpada anak-anak tunanetra disini.8

Adapun hal yang sama dikatakan oleh pak Sapto

Wibowo mengenai anak-anak tunanetra.

Diadakannya metode cerita ini, agar ada sharing

keterbukaan dengan masalah-masalah yang

dialami oleh anak remaja tunanetra itu sendiri,

karena selain permasalahan yang berbeda, setiap

orang berbeda juga menerima. Oleh sebab itu,

kegiatan ini pasti dilakukan oleh pembimbing

agama, tidak hanya pembimbing pengurus juga

berhak, karena setiap anak pasti butuh motivasi

langsung atas dirinya, terasa beda jiga kita

memberi motivasi kepada semuanya dibandingkan

langsung pada subjek tertentu.

“kegiatan ini sering saya lakukan sehabismengajar, karena banyak juga anak-anak yang

8 Wawancara Pribadi dengan Pak Budi Santoso, Ketua YayasanRaudlatul Makfufin (Taman Tunanetra, Tangerang Selatan, Kamis 17 Januari2019.

 

Page 112: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

100

sharing dan curhat pada saya. Akan lebih enakmemberi motivasi juga karena saya tunanetra,serta pengalaman hidup yang saya jalankan bisamenjadi motivasi buat anak-anak tunanetra yanglainnya. Saya selalu memberi anak-anak motivasiapalagi motivasi yang berkaitan dengan agama.Satu hal yang harus anak-anak pegang dalamhatinya adalah bersyukur dan menerima keadaandirinya. Kalau itu sudah di pegang, mereka akanberkah dan selamat dunia akhirat, serta dalammenggapai cita-cita yang sifatnya duniawi jugalebih mudah, karena sudah tidak ada lagi yangdibohongi di dalam dirinya.”9

Dari paparan diatas, peneliti dapat menyimpulkan

bahwa tunanetra dapat berproses pada penerimaan

diri, sedikit-demi sedikit, dan setiap anak tunanetra

juga dapat berkembang melalui banyak hal,

dimulai dari diri yang jujur. Serta peran pengurus

dan pembimbing agama yang cukup banyak tidak

lupa juga yang dapat merubah kebingungan,

kesedihan dan ketidak berdayaan anak-anak

tunanetra itu menjadi anak-anak yang senang dan

bercita-cita. Peneliti banyak belajar dari segala hal

yang sampai saat ini, masih banyak yang tidak

dapat peneliti syukuri. Kunci dari bersyukur

adalah mencintai apa yang ada pada diri kita

sendiri, serta mencintai diri kita dengan segala

keadaan.

9 Wawancara Pribadi dengan Pak Sapto Wibowo, PembimbingAgama di Yayasan Raudlatul Makfufin (Taman Tunanetra, Tangerang Selatan,Kamis 12 Februari 2019.

 

Page 113: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

101

C. Temuan Penelitian dengan Remaja Tunanetra di

Yayasan Raudlatul Makfufin

Berdasarkan yang peneliti temui dilapangan, dan

serta hasil dari wawancara dengan anak tunanetra, peneliti

menemukan sesuai dengan apa yang menjadi fokus

peneliti. Akan tetapi hasilnya berbeda-beda. Sebagian

besar bimbingan agama dalam meningkatkan penerimaan

diri remaja tunanetra berhasil, dan melalui observasi yang

peneliti amati, antusias remaja tunanetra dalam mengikuti

kegiatan bimbingan agama, belajar agama, serta

mengikuti kegiatan lain di yayasan merupakan dari

penerimaan diri tersebut.

Ketunanetraan yang dialami remaja tunanetra di

yayasan Raudlatul Makfufin berbeda-beda dan berlatar

belakang beda, ketunanetraan terjadi ada yang sejak lahir,

ada yang sejak remaja, maka bimbingan agama dalam

meningkatkan penerimaan diri juga akan berbeda-beda

dalam implementasi yang diterima oleh remaja tunanetra.

Sama hal nya dengan yang terjadi dengan Rovan

Januariza, berdasarkan dari wawancara peneliti dengan

Rovan, Ia mengalami ketunanetraan sejak duduk di

bangku SMP:

“Saya mengalami ketunanetraan sejak duduk di bangkuSMP, terjadinya bertahap seperti Ain, akan tetapi sayamengalami gejalanya sejak umur 4 tahun. Awal mulamengetahui dan mulai mengalami gejala karena tidakdapat melihat kelereng yang diberitahu kakak saya saat

 

Page 114: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

102

saya sedang bermain, dan ketunanetraan ini terjadi ketikasaya lebih yakin lagi saat saya duduk di sekolah dasar,saya tidak bisa melihat huruf kecil apa yang guru tulis dipapan tulis. Akan tetapi saya masih dapat melihat daridekat, namun saya betul-betul tidak dapat melihat secarautuh ketika duduk di bangku SMP, pada saat itu juga sayamarah, malu pada diri sendiri, dan merasa Allah tidakadil pada saya, pada akhirnya saya hanya diam dirumah,dan tidak mau beraktifitas lag, pada saat itu saya marahsekali pada dunia, pada diri saya, dan tidak menerimaapa yang telah Allah takdirkan untuk sayai”.10

Ketunanetraan yang terjadi secara tiba-tiba

membuat seseorang merasa hancur, down, memiliki

perasaan tidak berharga akan dirinya, dan pada

ketunanetraan saat itu terjadi anak tunanetra tidak

menerima dengan kedaannya, karena sebagain dari

hidupnya mereka pernah melihat. Peneliti juga

menemukan bahwa melalui bimbingan agama mereka

dapat meningkatkan penerimaan dirinya kembali,

kepercayaan dirinya kembali, seperti yang telah peneliti

dapatkan dari wawancara dengan Rovan:

“Pertama kali saya menganali kebutaan. Saat saya masihbelajar di bangku SMP, bahwa saat itu saya merasasangat down. marah, kesal, benci pada diri saya sendiri,marah pada Tuhan. Saya juga sempat tidak keluar rumahkarena malu, karena saya berasal dari Lampung, danmasih pedesaan, masih jarang terjadinya ketunanetraandi desa, maka tabu bagi mereka, apalagi bagi anak-anak.Oleh sebab itu teman-teman saya sering mengejek bahkanteman dekat saya tidak mau berteman dengan saya lagi,

10 Wawancara pribadi dengan Rovan Januariza, Anak Tunanetra diYayasan Raudlatul Makfufin (Taman Tunanetra), Tangerang Selatan, Rabu, 27Februari 2019.

 

Page 115: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

103

karena saya tidak dapat melihat. Cukup lama sayaterpuruk, sampai saya di bawa ke Yayasan ini oleh orangtua, dan Alhamdulillah setelah saya disini, saya dapatmengikuti aktivitas serta kegiatan yang ada di yayasan,perasaan saya saat ini juga bersyukur sekali, ternyatasekarang saya baru sadar, bahwa cacat mata adalahcacat paling ringan dianatara cacat yang lain. Sayahanya tidak bisa melihat saja. Begitu juga yang Ustadzsering bilang pada saya, saat sedang belajar agama,banyak arahan dan bimbingan yang saya dapatkanhingga saya seperti sekarang ini bisa bangkit kembalimenemukan semangat hidup saya, bagi saya peranpembimbing disini sangat penting, dan banyaknyakegiatan keagamaan disini sangat penting, karena diyayasan ini juga saya dapat berproses untuk menjadimanusia yang berguna untuk diri saya dan orang lain”.11

Remaja tunanetra dalam penerimaan diri

cenderung berbeda-beda, dalam hal ini peneliti

menemukan subjek lain, yang diketahui Ia mengalami

ketunanetraan masih dalam hitungan tahun pertama,

Qurratul Ain, akan tetapi saat ketunanetraan itu terjadi, Ia

merasa bahwa tidak terlalu sedih, karena terjadinya

bertahap, dan juga Ia cukup cepat dalam menerima

keadaannya, begitu juga yang subjek jelaskan pada

peneliti:

“Saya mengalami ketunanetraan bertahap, awal mulaburam dan memiliki gejala-gejala ketunanetraan, higgaakhirnya saya ke dokter dan memponis tidak dapat bisameliat lagi, lebih sakitnya lagi tidak dapatdiperbaiki/dioperasi. Kondisi saya saat ini sudah baik-baik saja dan sudah menerima dengan keadaan saya saat

11 Wawancara pribadi dengan Rovan Januariza, Anak Tunanetra diYayasan Raudlatul Makfufin (Taman Tunanetra), Tangerang Selatan, Rabu, 27Februari 2019.

 

Page 116: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

104

ini, saat pertama kali mengalami ketunanetraan down,tidak terima akan tetapi saya tetap positif dan ber-baiksangka pada Allah SWT, dan saya menceritakan bahwayang lebih terpuruk sering menangis hingga saat iniadalah Ibu saya, beliau merasa kasihan melihat saya,sampai tidak henti-hentinya Ibu saya menangis. Pada saatitu Ibu saya sangat terpukul melihat keadaan saya,akhirnya saya mmebutuskan untuk tidak bersedih didepan Ibu saya, karena saya tidak ingin melihat Ibu sayasemakin terpuk. Akhirnya saya merasa biasa-biasa sajasampai sekarang dan bisa menerima keadaan saya”.12

Penerimaan diri dapat terjadi tergantung

bagaiamana keyakinna yang tumbuh dari diri sendiri,

semua orang dapat menerima dirinya sendiri, begitu pula

yang terjadi pada Ain. Akan tetapi bimbingan agama di

sini menjadi penguat dalam meningkatkan penerimaan

dirinya dan berharap konsisten dengan penerimaan

dirinya. Berdasarkan yang peneliti dapatkan dari

wawancara dengan subjek, bahwa bimbingan agama

berpengaruh besar dalam penguatan penerimaan dirinya:

“Bimbingan agama yang saya dapat selama di sinilumayan banyak, pernah pembimbing agama juga cukupbaik dalam membimbing saya yang masih baru, sayabelajar banyak tentang agama, padahal saya dalamhitungan waktu berada di yayasan Raudlatul Makfufinbaru 6 bulan, namun proses serta kegiatannya saya ikutisudah banyak, dan berjalan baik. Melalui bimbinganagama juga memperkuat keimanan, ketakwaan terhadap

12 Wawancara pribadi dengan Qurratul Ain, Anak Tunanetra diYayasan Raudlatul Makfufin (Taman Tunanetra), Tangerang Selatan, Rabu, 27Februari 2019.

 

Page 117: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

105

segala sesuatu yang saya jalani saat ini dalam hidupsaya”.13

Kegiatan agama yang telah diberikan oleh

pembimbing agama di yayasan Raudlatul Makfufin

berdampak dan berpengaruh pada remaja tunanetra,

walaupun tahapan dan menyampaian pada anak tersebut

berbeda-beda, akan tetapi pesan dengan tujuan dari

bimbingan agama tersebut dapat peneliti akui berhasil,

karena pada dasarnya dari yang peneliti dapatkan melalui

observasi bahwa remaja-remaja tunanetra tersebut aktif

dalam kegiatan bimbingan agama.

Dari kedua paparan di atas yang telah peneliti

jabarkan, peneliti memilih subjek remaja tunanetra sejak

lahir, peneliti ingin menemukan perbedaan dari

penerimaan diri yang didapat oleh tiap remaja tunanetra

pada latar belakang yang berbeda-beda. Muhammad Nabil

Salim Asqolani, mengalami ketunanetraan sejak lahir, dan

berdasarkan yang peneliti dapatkan dari wawancara

dengan Nabil bahwa Ia menerima keadaannya karena

sudah terbiasa, dan begitu saja terjadi menerima, karena Ia

merasa belum bisa melihat dari kecil jadi tidak dapat

membandingkan dirinya yang sebelum melihat, tidak ada

tolak ukur untuk merasa tidak menerima.

13 Wawancara pribadi dengan Qurratul Ain, Anak Tunanetra diYayasan Raudlatul Makfufin (Taman Tunanetra), Tangerang Selatan, Rabu, 27Februari 2019.

 

Page 118: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

106

“Saya tunanetra sejak lahir, lantas tak asing lagi bagiSaya untuk beradaptasi dengan segala hal, karena sayatelah terbiasa sejak kecil tidak bisa melihat. Saya jugabuta total (Total Blind), akan tetapi perjalanan hidupsaya sama saja seperti yang lainnya kak, memiliki up anddown dalam menjalankan kehidupan ini semua. Saya jugaberasal dari keluarga tunanetra, dengan kondisi saya saatini juga biasa-biasa saja, Nabil juga sejak kecil sudahberada di lingkungan dengan orang-orang yang memilikikekurangan kak, memang sempat memiliki rasa sedih,malu dll begitulah pada umumnya orang-orang jika tidakmemiliki kelengkapan dalam hidupnya, ketika adamasalah ya bersedih, ketika kena musibah ya bersedih.Tapi keadaan seperti itu tidak lama, karena semua sudahpernah saya lewati, hingga sampai sekarang ini sayaselalu merasa bahagia bahwa Allah memberikan sayahati yang luas untuk terus bersyukur dengan keadaansaya, dan sampai pada saya memiliki iman yang kuatuntuk dapat melalui semuanya dengan ikhlas”.14

Dari paparan di atas, yang peneliti dapatkan

bawah, Nabil merupakan remaja yang cukup baik dalam

menangani keadaan dirinya, Ia juga dapat terus konsisten

mempertahankan keberhargaan dirinya, dalam proses

bimbingan agama yang didapatkannya juga cukup baik

dan menjadi penguat, karena Ia berasal dari sekolah

umum disabilitas, Ia tidak belajar banyak agama Islam,

dan pada saat Ia pindah ke yayasan Raudlatul Makfufin,

Ia mendapatkan banyak pengalaman dan pembelajaran

agama, serta komunitas yang semakin banyak Ia temui.

Hal ini juga telah di sampaikan olehnya terhadap peneliti:

14 Wawancara pribadi dengan Muhammad Nabil Salim Asqolani,Anak Tunanetra di Yayasan Raudlatul Makfufin (Taman Tunanetra),Tangerang Selatan, Rabu, 27 Februari 2019.

 

Page 119: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

107

“Proses dari sebuah bimbingan agama itulah yang dapatmenguatkan saya saat ini kak, selain tujuan saya datangadalah untuk belajar dan memperkuat ilmu agama Islam,saya juga memiliki komunitas yang semakin luas danmencoba mengikuti dengan antusias dalam kegiatanbimbingan agama, karena saya dari SD, SMP sekolah diJogja, dan sekolahan khusus untuk disabilitas.Sekolahannya umum, hanya belajar mata pelajaran yangumum. Setelah saya disini, ke Yayasan RaudlatulMakfufim, saya belajar banayk tentang ilmu agama Islam,karena saya merasa hampa bahwa hidup jika tidak dekatdengan Allah, dan Ustadz Sapto Wibowo banyakmemberikan pelajaran bagi saya, baik itu terkait dengankehidupan sehari-hari ataupun tidak beliau selalumemberi arahan yang baik. Tapi sealama yangdisampaikan kepada murid-murid nya adalah selalu darikisah yang pernah kita-kita alami. Bagi saya, sayamerasa bahwa saat ini diri saya bahagia berada disinidan bertemu dengan teman-teman satu komuitas”.15

Berdasarkan dari apa yang telah peneliti dapatkan

melalui wawancara dengan remaja tunanetra, peneliti

dapat menarik dari kesimpulan diatas bahwa penerimaan

diri yang dialami remaja tunanetra berbeda-beda, dan

tahapan menerimanya juga berbeda-beda, namun melalui

bimbingan agama disini terdapat keberhasilan dari peran

pembimbing itu sendiri. Selain itu juga bimbingan agama

dapat berpengaruh banyak dalam kehidupan remaja

tunanetra, selain daapt meningkatkan penerimaan diri,

juga dapat memperkuat keimanan dirinya, serta bekal

15 Wawancara pribadi dengan Muhammad Nabil Salim Asqolani,Anak Tunanetra di Yayasan Raudlatul Makfufin (Taman Tunanetra),Tangerang Selatan, Rabu, 27 Februari 2019.

 

Page 120: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

108

untuknya mempelajari agama Islam, bekal untuk di dunia

dan untuk diakhirat.

Penerimaan diri juga terjadi melalui proses, dan

bagaimana remaja tersebut dapat melalui proses yang

telah dijalankan dan yang masih dijalankan, semua akan

dapat menerima pada waktu dimana mereka telah lulus

dari keadaan terpuruknya. Begitu juga yang peneliti amati

dari hasil obervasi dan wawancara ini.

Table 1. Bimbingan Agama dalam Meningkatkan Penerimaan

Diri Remaja Tunanetra

N

o

Qurratul

Ain

Rovan

Januariza

Muahmmad

Nabil Salim

Asqolani

1 Sejak

kapan

Tunanetra

Ain benar-

benar tidak

dapat

melihat dan

buta total

(Total

Blind) pada

kelas 3

SMA, dan

sudah

tunanetra

selama 2

Rovan

Januariza, Ia

mengalami

ketunanetraan

sejak duduk di

bangku SMP,

ketunanetraan

nya terjadi

bertahap,

hingga buta

total (Total

Blind)

Muhammad

Nabil Salim

Asqolani,

Remaja kali

ini berasal

dari

Yogyakarta.

Ia tunanetra

sejak lahir.

 

Page 121: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

109

tahun.

2 Kondisi

dan

perasaan

saat ini

Kondisi Ia

saat ini dari

apa yang

peneliti

dapat dari

hasil

wawancara

dengan Ain

langsung

bahwa Ia

baik-baik

saja dengan

keadaannya

saat ini, dan

harus

bersyukur

dengan apa

yang Allah

kasih pada

dirinya saat

ini.

Perasaan

Rovan saat ini

Ia bersyukur

sekali,

ternyata

sekarang Ia

baru sadar,

bahwa cacat

mata adalah

cacat paling

ringan

dianatara cacat

yang lain. Ia

hanya tidak

bisa melihat

saja, setelah

berada di

yayasan pola

pikirnya

terbuka.

Nabil

merupakan

anak yang

ceria,

perasaan Ia

atas

kondisinya

saat ini

biasa-biasa

saja. Karena

Ia sudah

terbiasa sejak

kecil sudah

tidak bisa

melihat.

3 Proses

Bimbingan

Agama

yang di

Proses

bimbingan

agama yang

Ia ikuti

bimbingan

agama yang

ustadz bowo

berikan

Proses dari

sebuah

bimbingan

agama itulah

 

Page 122: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

110

dapat berjalan

dengan

baik.

Melalui

bimbingan

agama juga

memperkuat

keimanan,

ketakwaan

terhadap

segala

sesuatu

yang Ia

jalani saat

ini dalam

hidupnya.

merupakan

dari inspirasi,

maka

prosesnya

selalu berjala

baik karena

beliau cukup

bik dalam

memberikan

bimbingan

agama ini.

yang dapat

menguatkann

ya saat ini,

dan tujuan

darinya

berada disini,

maka proses

yang telah

dilewatinya

cukup baik.

4 Apa yang

diberikan

pembimbin

g dapat

meningkatk

an

penerimaan

diri

Dapat

meningkatk

an, serta

bimbingan

agama yang

diberkan

juga sampai

padanya. Ia

merasa

memiliki

bimbimbing

agama dalam

meningkatkan

penerimaan

diri cukup

tinggi yang

telah diterima

oleh Rova, dan

Ia merasa

peran

Nabil

menjelaskan

pada peneliti

bahwa,

Ustadz Sapto

Wibowo

banyak

memberikan

pelajaran, Ia

merasa

 

Page 123: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

111

kekuatan

yang dapat

merubah

rasa malu,

dan tidak

menerima

diri sendiri.

pembimbing

sangat

berpengaruh.

bahwa saat

ini Ia sangat

meningkatka

n penerimaan

dirinya.

5 Bagaimana

dapat

menerima

diri sendiri

Terjadi

begitu saja,

dengan

seiring

berjalannya

waktu..

Setelah Ia

berada di

Yayasan ini,

pola pikernya

mulai berubah,

dan Ia melihat

mulai

menerima diri

dan

komunitasnya.

Dari sejak

lahir Ia

sudah tidak

bisa melihat,

dan sudah

terlatih

mentalnya

untuk

menerima

keadaan.

 

Page 124: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

112

BAB V

PEMBAHASAN

A. Proses Bimbingan Agama dalam Meningkatan

Penerimaan Diri Remaja Tunanetra di Yayasan

Raudlatul Makfufin (Taman Tunanetra) Serpong

Tangerang Selatan.

Proses bimbingan agama dalam meningkatkan

penerimaan remaja tunatera masih berjalan dengan baik

dalam program-program yang telah di tetapkan oleh

yayasan raudlatul makfufin. Kegiatan bimbingan agama

diantaranya terdiri dari beberapa jadwal kegiatan dan

materi pembelajaran. Proses adalah runtunan perubahan

(peristiwa) dalam pengembangan sesuatu atau rangkaian

tindakan, pembuatan atau pengolahan yang menghasilkan

produk (Kamus Besar Bahasa Indonesia 1995).1 Dalam

penelitian ini, peneliti menemukan tingkatan keberhasilan,

bimbingan agama dalam meningkatkan peneriman diri

remaja tunanetra, dalan proses kegiataan-kegiatan serta

program yang telah dijadwal oleh yayasan, dan rutin di

lakukan setiap harinya. Kegiatan bimbingan agama ini,

sering di lakukan pada malam hari sehabis shalat magrib,

karena di pagi sampai siang hari remaja tunanetra ini

sekolah umum yang difasilitasi di yayasan raudlatul

makfufin juga. Selain itu, bimbingan agama juga

1 Sugiyanto Wiryoputro, Dasar-dasar Manajemen Kristiani, BPKGunung Mulia, 2001, h. 11.

 

Page 125: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

113

merupakan kegiatan yang ada di pesantren serta wajib

bagi anak-anak tunanetra untuk mengikuti kegiatan

tersebut, karena anak tuanentra itu sendiri butuh adanya

ajaran Ilmu Agama, sama halnya yang diajarkan oleh

pembimbing, sangat erat kaitannya dengan ilmu agama,

seperti Ilmu Aqidah, Ilmu Fiqih, Ilmu Akhlak, Membaca

dan menghafal Al-Qur’an yang menjadi rutin tiap harinya.

Kegiatan agama ini juga menjadi fokus, dalam

kegiatan penuh di pesantren. Bukan menjadi kegiatan

tambahan ataupun kegiatan selingan. Kegiatan ini

diadakan untuk fokus pada pembelajaran agama. Peneliti

juga menemukan dari hasil observasi dan wawancara

dengan informan, menunjukan bahwa bimbingan agama

erat kaitannya dalam meningkatkan penerimaan diri.

Sebab pembelajaran agama yang disampaikan oleh ustadz

sangat nyata dengan kenyataan anak-anak tunanetra yang

dialami mereka, seperti ditanamkan nilai-nilai untuk

bersyukur dengan kenyataan tidak dapat melihat, terutama

kepada anak tunanetra yang baru, penerimaan akan

keadaan dirinya akan sulit sekali.

Seperti yang diketahui bahwa penerimaan diri itu

sendiri merupakan bagian dari menerima keadaan diri

dengan seutuhnya diri kita, bahwa kita mampu memiliki

rasa kebahagiaan atas diri kita. Untuk dapat menghargai

diri sendiri secara tepat, pertama-tama kita harus mampu

menerima diri kita, menerima diri berarti menolak untuk

mengingkari atau membenci apa saja yang ada pada diri

 

Page 126: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

114

kita, juga dalam hal perasaan kita, kenangan kita, keadaan

fisik kita, bagian tertentu dari kepribadian kita, dan atau

tindakan kita.2

Nowan mengemukakan dalam bukunya mengenai

penerimaan diri bahwa, penerimaan diri adalah hal yang

luar biasa nikmatnya ketika kita dapat mencapainya. Kita

dapat menerima diri apa adanya, mensyukurinya dan

merasa bahagia dengan apa yang ada. Penerimaan diri

berkaitan dengan pengenalan diri. Pengalaman diri

berkaitan dengan cara pandang diri dan melihat realitas

hidup secara baik dan bijaksana.3

Berdasarkan dari hasil Observasi dan Wawancara

peneliti di lapangan, serta apa yang peneliti amati, bahwa

antusias anak tunanetra dalam mengikuti kegiatan

bimbingan agama ini merupakan bagian dari keberhasilan

itu sendiri, sebab keadaan untuk mengikuti setiap

kegiatan, dan berproses pada kegiatan bimbingan agama

juga merupakan gamabaran dari penerimaan diri,

pengakuan untuk mengikuti setiap kegiatan yang ada juga

merupakan bentuk dari penerimaan diri, hal ini juga di

jelaskan oleh subjek bahwa Ia merasa bersyukur bisa

berada di yayasan ini, dan menemukan jati dirinya lagi.

Hasil dari wawancara peneliti dengan informan,

Rovan Januariza, yang sebagaimana Ia sampaikan

2 Theo Riyanto, FIC., Jadikan Dirimu Bahagia, (Yogyakarta:Kanisius), 2006, h. 45.

3 Nowan, Jomblo Asyik gila! Rayakan Harimu Selagi Sendiri,(Jakarta: PT Gramedia Pusataka Utama), 2008, h. 113.

 

Page 127: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

115

mengenai pengalamannya sebelum di yayasan dan setelah

berada di yayasan serta peranan pembimbing agama ini

sangat penting dan membantu menumbuhkan rasa

semangat.

“pertama saya sebelum ke yayasan raudlatulmakfufin, saya masih belum jelas mau ngapain, hidupsaya juga masih sering murung dan di dalam rumahterus. Lantaran di kampong saya tidak ada yang mauberteman dengan saya, dan saya juga merasa malukarena buta. Setelah saya berada di yayasan raudlatulmakfufin, bertemu dengan teman-teman yang samatunanetra juga, bertemu dengan Ustadz Sapto Wibowoyang selalu memberi support pada saya, hingga saat inihidup saya berubah banyak. Sangat saya akui peranustadz-ustadz disini sangat berpengaruh dalam hidupsaya, karena mereka yang memberi motivasi, semanagat.Dan pembelajaran berharga pada saya. Bagi saya belajaragama, Al-Qur’an sangatlah penting, hidup saya kosongsaat jauh dari Allah. Tapi sekarang terasa bahagiawalaupun diri saya banyak kekurangan. DanAlhamdulillah saya sudah terbiasa belajar Al-Qur’anBarille dengan cepat, selain itu juga saya bisa belajarkomputer bicara. Setiap hari saya setoran hafalan Al-Qur’an kepada ustadz. Saya sekarang terbiasa dengansemua ini, saya juga sudah bisa menerima keadaan sayasaat ini, karena bagi saya tunanetra adalah cacat palingringan diantara cacat yang lain, maka saya masihbersyukur karena saya hanya tidak bisa melihat saja”.4

Hal ini dapat diamati juga oleh peneliti, mengenai

keberhasilan pembimbing agama serta pernanan yayasan

mengadakan program kegiatan bimbingan agama. Dalam

keberhasilan ada ketidak berhasilan, akan tetapi yang

peneliti amati selama observasi dan wawancara anak-anak

4 Wawancara pribadi dengan Rovan, anak tunanetra di YayasanRaudlatul Makfufin (Taman Tunanetra), Tangerang Selatan, Rabu, 27 Februari2019.

 

Page 128: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

116

tuannetra mengikuti kegiatan bimbingan agama dengan

tertib dan baik. Mereka biasa kumpul sore di aula.

Melakukan kegiatan baca Al-Qur’an Briell, ada yang

menghafal Al-Qur’an, sambil menunggu adzan Magrib.

Setelah Adzan Magrib mereka mengikuti shalat

berjamaah, yang laki-laki shalat berjamaah di masjid, dan

yang perempuan shalat berjamaah di aula Yayasan.

Berdasarkan dengan yang peneliti amati, melalui

hasil Observasi, anak-anak tunanetra juga mengikuti

kegiatan bimbingan, terbagi menjadi 3 kelas. Setiap kelas

membahas tema dan mata pelajaran yang berbeda, dikelas

A membahas Ilmu Aqidah, di kelas B membahas Ilmu

Fiqih, di Kelas C membahas Ilmu Akhlak. Serta hari

Esoknya, di Kelas A membahas Ilmu Tajwid, di Kelas B

membahas Ilmu Aqidah, di Kelas C membahas Ilmu

Fiqih, hanya saja setiap hari jum’at mereka eskul (ekstra

kulikuler), ada yang marawis, ada yang hadroh, ada yang

kesenian membuat anyaman.

Bimbingan agama merupakan kegiatan yang

penting yang terstruktur di yayasan, dalam proses

bimbingan agama juga terdapat hambatan, akan tetapi

dinamika dalam sebuah pembelajaran selalu ada, sama

halnya yang telah disampaikan oleh pembibing agama

yaitu, Bapak Sapto Wibowo bahwa:

“Dalam proses bimibingan agama ini pasti adahambatan dan kendala di dalamnya, hanya bagaimanakita dapat menyikapinya dan melewatinya dengan baik.Proses bimbingan agama juga selama ini selalu berjalan

 

Page 129: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

117

lancer, karena kegiatan ini merupakan kegiatan yang adadan wajib di yayasan ini, antusias remaja tunanetra jugamengikuti kegiatan bimbingan agama ini yang menjadikegiatan sehari-hari mereka cukup baik, dan itu yangsaya alami selama mengajar di yayasan ini, dan prosesini adalah sebuah pembelajaran juga, maka peningkatankemampuan mereka dalam segala hal merupakankeberhasilan dari senuah bimbingan itu sendiri, samahalnya dengan penerimaan diri. Dengan adanya merekamengikuti kegiatan, dan antusias dalam pembelajaran ini,itu merupakan pengakuan dari dirinya bahwa merekaperlahan-lahan menerima keadaannya, dan denganmereka bersyukur berserah diri pada Allah jugamerupakan bagian dari penerimaan diri.”5

Dari paparan diatas, berdasarkan yang peneliti

amati dari hasil wawancara dengan pembimbing agama,

pak Sapto Wibowo bahwa, melalui proses bimbingan

agama ini remaja tunanetra dapat mengikuti kegiatan

dengan baik dan antusias, hal ini juga diakui oleh

pembimbing agama bahwa dalam proses bimbingan

agama yang diberikan dapat meningkatkan penerimaan

diri, dengan adanya antusias remaja, mengikuti setiap

kegiatan, dan perubahan baik dalam dirinya.

Menurut Cronbach, penerimaan diri adakah sejauh

mana individu dapat menyadari, memahami karakteristik

yang ada pada dirinya dan menggunakannya dalam

menjalani kelangsungan hidup. Sikap penerimaan diri ini

ditujukan dengan mengakui kelebihan-kelebihan serta

menerima kelemahan-kelemahannya yang ada pada

5 Wawancara pribadi dengan Bapak Sapto Wibowo, pembimbingagama di Yayasan Raudlatul Makfufin (Taman Tunanetra). Tangerang Selatan,Selasa, 12 Februari 2019.

 

Page 130: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

118

dirinya tanpa menyalahkan orang lain dan mempunyai

keinginan yang terus untuk mengembangkan diri.6

Selain di tanamkan ilmu agama, di yayasan

raudlatul makfufin juga ditanamkan skill, untuk memiliki

keahlian pada setiap anak, begitupula hasil wawancara

peneliti dengan bapak Budi Santosos, “Setiap anak disini

harus memiliki skill dan keterampilan yang di latih terus

menerus, karena harus di tanamkan kemandirian pada

diri mereka. Soalnya masih banyak yang menganggap

disabilitas tunanetra sebelah mata, lapangan pekerjaan

juga masih minim, serta pabrik-pabrik siapa yang mau

menerima orang buta. Maka saya selalu membuat

kegiatan kesenian ini, untuk mereka memiliki keahlian,

agar hidup mereka tidak bergantung pada orang lain”.7

Proses dari bimbingan agama dalam meningkatkan

penerimaan diri remaja tunanetra, merupakan bagian dari

pembelajaran itu sendiri. Setiap sesuatu yang kita pelajari

dalam kehidupan merupakan sebuah proses, belajar

agama untuk meningkatkan rasa syukur pada Allah, pada

diri sendiri adalah sebuah proses. Segala sesuatunya dapat

kita lalui, hanya bagaimana kita individu mengambil jalan

dan proses yang di laluinya. Anak tunanetra mengikuti

segala proses yang ada di yayasan, maka dari itu mereka

6 Cronbach, L. J, Educational Psychology, (USA: Harcourt, Brace &World. Inc), 1963, https://google.books.com

7 Wawancara pribadi dengan bapak Budi Santoso, ketua YayasanRaudlatul Makfufin (Taman Tunanetra), Tangerang Selatan, Kamis, 17 Januari2019.

 

Page 131: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

119

bisa mandiri, bisa membuka diri dan bersosial, karena

proses yang dilalui mereka sudah sampai pada diri mereka

yang sekarang.

B. Metode Bimbingan Agama dalam Meningkatkan

Penerimaan Diri Remaja Taunanetra di Yayasan

Raudlatul Makfufin (Taman Tunanetra) Serpong

Tangerang Selatan.

Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk

melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan

apa yang dikehendaki, dan juga merupakan cara kerja

yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu

kegiatan guna mencapai tujuan yang direncanakan.8

Dalam melaksanakan kegiatan bimbingan agama,

pembimbing harus menyiapkan metode daripada

pelaksanaan kegiatan pembelajaran agama tersebut. Agar

kegiatan berjalan lancar sesuai dan pada materi yang

benar. Adapun metode yang digunakan oleh pembimbing

agama anatara lain adalah:

1. Metode Kelompok

Metode kelompok merupakan teknik

bimbingan yang digunakan melalui kegiatan bersama

(kelompok), seperti kegiatan diskusi, ceramah,

8 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan PengembanganBahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka), 1998,Cet.Ke-1, Edisi Ke Tiga, h. 740.

 

Page 132: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

120

seminar, dan sebagainya.9 Metode kelompok adalah

kegiatan bimbingan agama yang dilakukan lebih dari

tiga orang, dan secara bersamaan. Serta pendekatan

yang dilakukan melalui metode ceramah, metode

Tanya jawab, dan metode cerita.

a. Metode Ceramah

Metode ceramah merupakan salah satu

metode mengajar yang paling banyak digunakan

dalam proses kegiatan belajar mengajar. Metode

ceramah ini dilakukan dengan meyampaikan

materi pelajar terhadap anak peserta didik secara

langsung atau dengan cara lisan. Penggunaan

metode ini sifatnya sangat praktis dan efesien bagi

pemberian pengajaran.10 Metode ceramah ini

biasanya di lakukan oleh pembimbing agama di

kelas, sehabis shalat magrib, sesuai dengan tema

dan materi pelajaran yang sudah di jadwalkan.

Anak-anak tunanetra berkumpul dengan

tertib dan rapih di dalam kelas, menyimak

pembimbing agama yang sedang menjelaskan isi

dari sembuah ceramah tersebut. Metode ini juga

merupakan metode yang sering digunakan oleh

pembimbing agama di yayasan raudlatul makfufin,

9 M.Lutfi, MA. Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling)Islam, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), 2008, h.125.

10 Izzan, dkk, Hadist Pendidikan Konsep Pendidikan Berbasis Hadist,(Bandung: Humaniora), h. 38.

 

Page 133: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

121

karena metode ini merupakan metode yang efesien

dan cukup berhasil saat pembibing menyampaikan

sebuah pesan.

Ceramah ini bagian dari metode bimbingan

agama yang mejadi program utama, sebab

ceramah merupakan jalan pertama untuk

mengajarkan anak-anak tunanetra tentang agama.

Dalam kajian-kajian setiap minggu nya

pembimbing agama selalu membahas satu hadist

hingga tunantas dan jelas sampai pada anak

tunanetra. Sebab mereka akan lebih peka dalam

mendengar, maka program ini merupakan menjadi

program yang rutin di lakukan oleh pembimbing.

Kegiatan ini dilakukan di dalam kelas, di bagi tiga

kelas dengan tiga pembimbing yang berbeda.

Mereka memiliki jadwal yang berbeda-beda

karena terbagi menjadi tiga kelas. Setiap hari

senin-sabtu jadwal mereka penuh dengan semua

kegiatan yang dijadwalkan di yayasan.

Melalui ceramah pembimbing agama lebih

banyak mendorong serta secara tidak langsung

juga memberi siraman agama tiap hari, membuat

mereka terbiasa mendengar hal-hal baik, serta apa

yang diajarkan di dalam agama sesuai dengan

kehidupan sehari-hari. Begitupula apa yang

dikatakan oleh ustadz Sabtowibowo:

 

Page 134: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

122

“Metode ceramah ini merupakan pintupertama untuk anak-anak mendengar halkebaikan, sebab mereka tidak dapat membaca,mereka hanya dapat mendengar. Itupun terjadijuga pada saya. Bagi saya buta di dunia tidakapa-apa asalkan jangan buta di akhirat. Sayaselalu menyampaikan dalam pembelajaran agamaini dengan kenyataan kehidupan mereka, daricaranya bersyukur, husnudzon pada Allah. Salahsatu bentuk dari penerimaan diri adalahbersyukur, Alhamdullah saya selalu tanamkan itupada anak-anak. Agar mereka tidak selaluberburuk sangka dengan takdir yang tidak tetapini. Melalui ajaran fiqih, akidah, akhlak, selalusaya sampaikan dengan kehidupan sehari-harimereka. Sebab anak-anak itu butuh arahan yangsangat kuat, maka saya sebagai pembimbingagama, sebisa mungkin membangun jiwa merekakedalam kebaikan dan tepat dalam ajaran agamaIslam, dan buta bukan akhir dari segalanya untukkita tidak dapat melakukan banyak hal” 11

Dari paparan Pak Sabtowibowo di atas,

peneliti dapat menyimpulkan bahwa kegiatan

bimbingan agama melalui ceramah merupakan

program bimbingan yang rutin dilaksanakan di

pesantren. Selain itu, materi yang disampaikan

sesuai dengan apa yang anak-anak tunanetra

alami, serta yang dibutuhkan tunanetra. Pada

hakikatnya semua yang sakit dan yang sehat butuh

motivasi, butuh mendengarkan apa yang harus di

dengarkan. Begitupun dengan anak tunanetra,

11 Wawancara pribadi dengan Bapak Sapto wibowo, pembimbingAgama di Yayasan Raudlatul Makfufin (Taman Tunanetra), TangerangSelatan, Selasa, 12 Februari 2019.

 

Page 135: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

123

kegiatan ini juga dapat berjalan lancar,

pembimbing memberikan apa yang seharusnya

diterima anak-anak tunanetra, sesuai porsinya.

Anak tunanetra merupakan anak yang

mandiri, berdasarkan dari temuan peneliti di

lapangan, wawancara dengan anak tunanetra

mereka tidak berasal dari kesempurnaan, akan

tetapi mereka mampu menyempurnakan diri

mereka sendiri, dalam artian mereka dapat

mengurus dirinya sendiri dan tidak bergantung

pada orang lain. Setiap anak tunanetra yang masuk

ke yayasan untuk pertama kali, semua melalui

proses yang sama, mereka berasal dari ketidak

percayaan diri, tidak menerima keadaan

seutuhnya, begitupun yang dikatakan oleh pak

Abdurrohman selaku wakil ketua pesantren di

yayasan Raudlatul Makfufin:

“Anak-anak tunanetra itu mereka anak-anak yang mandiri, sekarang sudah bukanzamannya untuk tidak tahu apa-apa, dan tidakngapa-ngapain. Maka di yayasan ini ditekankanuntuk mereka mandiri, segala sesuatunya sendiri.Mereka nyuci baju, ambil baju sendiri, semuayang dilakukan untuk dirinya yang sendiri, bagisaya segala sesuatu itu bisa karena terbiasa.Maka harus dibiasakan, anak tunanetra sekarangsudah bisa main hp, akses internet, belajar darisegala sumber, sekarang juga hp sudah adaaksesibilitas. Jadi bagi saya sendiri sudah tidakada lagi alasan anak tunanetra tidak mengetahuiperkembangan zaman. Selain itu, memang anak-

 

Page 136: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

124

anak yang baru masuk susah berdaptasi, makanyaitu ada yayaysan ini, untuk mereka belajar, untukmereka menemukan siapa diri mereka. Sayasampai pernah menemukan anak, yang berbulan-bulan susah beradaptasi, murung terus, dia jugamerupakan anak yang mengalamiketunanetraannya baru setelah dia remaja, semuaitu belum terbiasa. Sekarang orang nya sudahaktif dan mengikuti banyak kegiatan di yayasanini.”12

Dari paparan di atas yang telah banyak

dijelaskan oleh wakil ketua pesantren yayasan

raudlatul makfufin ini, bahwasannya kegiatan dan

program yang telah dilaksanakan di yayasan dan

andil pengurus serta pembimbing agama cukup

berhasil dalam menjalankannya, dengan tujuan

agar anak tunanetra dapat berkembang,

berkualitas, dan bisa mengikuti zaman serta

adanya teknologi yang semakin canggih

memudahkan para disabilitas tunanetra mengakses

internet, selain itu juga disampaikan bahwa anak

tunanetra dapat berkembang menjadi lebih

menerima diri bisa dilihat dari keaktifan anak-anak

dan mengikuti kegiatan di yayasan.

Selain cukup berhasil, metode ini

merupakan dari kegiatan yang terarah, menurut

Bastman dalam menjabarkan komponen-

komponen keberhasilan seseorang dalam

12 Wawancara Pribadi Dengan Bapak Abdurrohman, Wakil KetuaPesantren di Yayasan Raudlatul Makfufin (Taman Tunanetra), TangerangSelatan, Selasa 12 Februari 2019.

 

Page 137: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

125

penerimaan diri yaitu, kegiatan terarah (Directed

activites), suatu upaya-upaya yang dilakukan

secara sadar dan sengaja, berupa pengembangan

potensi pribadi yang positif serta pemanfaatan

relasi antar pribadi untuk mencapai tujuan hidup.13

Kegiatan bimbingan agama melalui metode

ceramah, berdasarkan dari apa yang peneliti amati

melalui observasi dan wawancara, metode ini

cukup efesien dan tingkatan keberhasilannya juga

tinggi, remaja tunanetra juga dapat menyimak dan

mendengarkan setiap bimbingan agama dengan

baik.

b. Metode Tanya Jawab

Metode ini dapat dikatakan metode

lanjutan dari metode ceramah, yaitu proses Tanya

jawab antara anak tunanetra dengan pembimbing

agama. Metode Tanya jawab hampir sama dengan

metode ceramah, hanya saja bedanya metode

ceramah yang lebih berperan aktif untuk banyak

berbicara adalah pembimbing agama, sedangkan

dalam metode Tanya jawab pernan untuk

berbicara seimbang dan bertimbal balik.

Selain metode ceramah, metode Tanya

jawab juga merupakan metode yang efektif dan

13 Bastaman, H.D., Logoterapi, Psikologi Untuk Menemukan MaknaHidup dan Meraih Hidup Bermakna, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), 2007,h.

 

Page 138: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

126

efesien. Karena sesuatu yang menyangkut dalam

permsalahan dibahas dan di selesaikan pada saat

itu juga. Dan metode ini akan sangat cukup

berhasil, karena ada respon timbal balik antara

kedua belah pihak. Anatara pembimbing agama

dan anak tunanetra itu sendiri.

2. Metode Individual

Metode Individual yaitu, bimbingan agama

yang dilakukan anatar pribadi. Metode ini disebut juga

dengan metode pribadi (Personal approach) karena

metode ini melakukan bimbingan agama melalui

pendekatan secara langsung dan face to face.

Pembimbing melakukan bimbingan langsung kepada

anak tunnetra, biasanya bimbingan seperti ini

menyangkut hal pribadi. Sebagaimana yang sudah di

jelaskan oleh Bapak Sapto Wibowo:

“Bimbingan agama itu mejadi dua kelompok, yangpertama bimbingan agama kelompok, yang keduabimbingan agama individu. Biasanya hal ini dilakukan ketika anak-anak datang menemui saya daningin bercerita, ada juga anak yang sering murung,sendirian, saya coba kasih bimbingan agama pribadi,saya beri arahan. Dan yang sering membutuhkanbimbingan agama individu adalah orang baru, dansantri baru. Mereka terkadang belum terbiasa, makacara saya memulai pendekatan adalah denganbimbingan individu, saya mengenalkan apa yangmenjadi budaya di yayasan ini. Apalagi jika anaktunanetra itu merupakan anak yang ketunanetraannyabaru, terus ke yayasan, akan sulit seklai beradaptasidan masuk dalam memberi bimbinga serta arahan,karena selain bimbingan agama saya juga harus

 

Page 139: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

127

memberi dukungan dan kepercayaan diri, melaluimetode ini biasanya saya masuk, untuk memberibimbingan agama, menanamkan nilai-nilai agamaagar remaja tersebut mau membuka diri danmenerima diri.”14

Berdasarkan yang peneliti simak dari kalimat

pak Sapto Wibowo, adalah metode ini dilakukan

hanya untuk remaja tunanetra yang butuh bimbingan

khusus atau bimbingan pribadi. Biasanya, bimbingan

ini dilakukan oleh pembimbing kepada remaja

tunanetra melalui cerita, sharing, sesuai permasalahan

yang dialami oleh anak tunanetra itu sendiri. Dan

berdasarkan yang peneliti amati di lapangan saat

observasi, metode bimbingan individual ini cukup

efektif untuk di lakukan, karena dapat menyentuh

langsung pada remaja tunanetra, sehingga remaja

tersebut lebih merasa dianggap dan berharga.

Melalui metode ini juga bimbingan agama

yang dilakukan oleh pembimbinga agama cukup

tinggi keberhasilannya dalam penerimaan diri remaja

tunanetra tersebut, karena dalam metode ini ada sikap

pembimbing agama yang dilihat yaitu penerimaan diri

dari orang lain, Jerslid menjelaskan dalam bukunya

terkait aspek-aspek penerimaan diri diantaranya,

penerimaan diri dan penerimaan orang lain, hal ini

berarti apabila seorang individu menyayangi dirinya,

14 Wawancara pribadi dengan Bapak Sapto Wibowo, pembimbingagama di Yayasan Raudlatul Makfufin (Taman Tunanetra). Tangerang Selatan,Selasa, 12 Februari 2019.

 

Page 140: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

128

dan mampu menerima segala kekuatan dan

kekurangan diri, maka akan lebih memungkinkan

baginya untuk menyayangi orang lain dan menerima

orang lain dengan baik.15

Peneliti juga dapat menyetujui bahwa metode

bimbingan agama akan sampai pada porsinya, dan

dengan segala kebutuhan yang dubutuhkan oleh anak

tunanetra itu sendiri. Metode kelompok dan metode

individu keduanya sama-sama efektif dan sama-sama

langsung dengan lisan, maka materi bimbingan yang

diberikan langsung sampai pada si anak tunanetra itu

sendiri.

C. Materi Bimbingan Agama dalam Meningkatkan

Penerimaan Diri Remaja Tunanetra di Yayasan

Raudlatul Makfufin (Taman Tunanetra) Serpong

Tangerang Selatan.

Pembelajaran yang telah diberikan oleh

pembimning agama pak sapto wibowo dalam

meningkatkan penerimaan diri remaja tunatera dalam

berbagai aspek nilai-nilai keaagamaan yang terdiri dari

beberapa materi. Materi adalah hal paling penting. Suatu

materi yang bagus akan sangat membantu sebuah tujuan

itu.16 Materi biasanya disiapkan oleh pembimbing dengan

matang dan tersusun sesuai jadwal yang sudah di

15 Jersild, Arthur. T., The Psychology of Adolescence, (New York:Mac Millan Publishing Co), 1963. https://google.books.com

16 Drs. H. Ahmad Yani, 160 Materi Dakwah Pilihan, (Depok:Kelompok Gema Insani), 2006, h. 11.

 

Page 141: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

129

tetapkan. Materi yang telah disiapkan oleh pembimbing

agama di Yayasan Raudlatul Makfufin diantaranya

adalah:

a) Materi Aqidah

Iman adalah ucapan hati dan lisan yang

disertaiperbuatan diiringi dengan ketulusan niat dan

dilandasi dengan berpegang pada sunnah Rasulallah

SAW. Iman atau aqidah adalah suatu yang diyakini

secara bulat tidak diikuti keragu-raguan sedikitpun.

Keyakinan ini dapat menimbulkan sifat jiwa yang

tercermin dalam perkataan maupun perbuatan. Hal ini

bertumpu pada kepercayaan dan keyakinan yang

sungguh-sungguh akan ke esaan Allah. Kepercayaan

pokok dalam iman adalah kalimatlailaha illallah.

Artinya tiada tuhan selain Allah. Aqidah haruslah

menjadi kepercayaan mutlak dan bulat, artinya

keyakinan yang mutlak kepada Allah. Pokok aqidah

adalah Allah SWT. Sebab dengan percaya kepada itu

dengan sendirinya akan percaya pada malaikat nya,

rasulrasulnya, kitab-kitabnya, hari kemudian dan

ketentuan takdir nya. Unsur-unsur iman tersebut

diistilahkan dengan arkanul iman.17

Menjelaskan bahwa keimanan yang direalisasikan

secara benar akan membentuk kepribadian mukmin

yang membentuk 6 karakter yaitu:

17 Nasrudin Rozak, Dianul Islam, ( Al-Ma’arif Cet 10: Bandung),1989, h. 122.

 

Page 142: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

130

1) Karakter Rabbani

Karakter yang mampu mengamalkan sifat Allah

SWT sebatas kemampuan manisiawinya remaja

tunanetra di yayasan raudlatul makfufin

diharapkan bisa mengembangkan menerapkan

karakter rabbani di dalam kehidupannya, sehingga

remaja tunanetra mempunyai kepribadian yang

saling mencintai, lemahlembut dan penuh

keakraban terhadap sesama manusia dan lain

sebagainya

2) Karakter Malaki

Karakter yang mampu menerapkan sifat-sifat

malaikat sebatas kemampuan manusawinya.

Dengan menerapkan karakter Malaki diharapkan

remaja tunanetra mempunyai kepribadian dan taat

menjalankan perintah-perintah Allah SWT tidak

maksiat tidak mau membaca tasbih dan

sebagainya.

3) Karakter Qur'ani

Karakter yang mampu melaksanakan nilai-nilai al-

Qur'an dan tingkah laku nyata, dengan

mengembangkan karakter qur'ani remaja tunanetra

diharapkan mempunyai kepribadian yang suka

memahami, dan mengamalkan aturan yang

terkandung didalamnya. Sebab al-Qur'an memberi

petunjuk, rahmat, serta memberikan bahasan

tentang semua aspek kehidupan.

 

Page 143: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

131

4) Karakter Rasul

Karakter yang mampu mengamalkan sifat-sifat

rasul. Dengan mengembangkan karakter rasul,

remaja tunantera diharapkan mempunyai

kepribadian yang jujur, dapat dipercaya,

menyampaikan amanah dan kepribadian yang

cerdas.

5) Karakter Hari Akhir

Karakter yang mampu mementingkan masa depan,

dengan karakter hari akhir, remaja tunanetra

diharapkan mempunyai kepribadian yang

tanggung jawab, melakukan sholat, zakat, dan

selalu berkelakuan tingkah laku penuh perhitungan

sebab nanti semuanya diperhitungkan (hisab).

6) Karakter Takdir

Karakter yang menghendaki kepatuhan kepada

hukum-hukum Allah. Dengan mengembangkan

karakter ini, pengaruh pembimbing agama

mengharapkan kepada remaja tunanetra untuk

mempunyai kepribadian yang mematuhi sunah-

sunah Allah baik Quraini maupun kauni.

b) Meteri Fiqih

Materi Fiqih yang diberikan oleh pembimbing agama

mengenai hukum-hukum Islam sesuai syariat,

daiantaranya:

 

Page 144: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

132

Syariat merupakan hukum yang telah

ditetapkan oleh SWT. Bagi hambanya agar mereka

mengimani, mengamalkan, dan berbuat baik dalam

hidupnya. Sebagaimana firman dalam surat Al-

jatsiyah ayat :18 yang berbunyi.

أھ تتبع ال ھا و ر فاتبع م األ ن ة م ریع ش لى لناك ع ع ج ون ثم لم یع ال ین الذ اء و

Artinya: Kemudian kami jadikan kamu yang berada

diatas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama)

itu, maka ikuti syariat itu janganlah kamu ikuti hawa

nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.18

Menurut penulis bahwa syariat merupakan

aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh SWT. Baik

berupa ibadah khusus maupun umum, yang

bermanfaat untuk manusia secara individual maupun

sosial baik untuk dunia maupun akhirat. Begitu juga

yang telah diajarkan oleh pembimbing agama di

yayasan raudlatul makfufin kepada remaja tunanetra

dalam meningkatkan penerimaan diri. Materi fiqih

yang diberikan seperti diatas, sesuai dengan syariat

agar di tanamkan nilai-nilai keagamaan sesuai dengan

syariat, dan juga dapat mengendalikan diri sesuai

dengan peraturan dan nilai agama yang telah

ditetapkan.

18 Depag RI, (Al-Quran Al-Karim Dan Terjemah nya), 2000.

 

Page 145: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

133

c) Materi Akhlak

Materi akhlak yang diberikan oleh pembimbing agama

dalam pembiasaan Akhlak karimah diantaranya:

1) Perasaan sederajat

Sebagaimana diketahui bahwa materi ini

mengajarkan remaja tunanetra untuk terus

berprasangka baik kepada Allah SWT atas perbedaan

yang mereka miliki, baik kelemahan dan kelebihan

yang mereka miliki, serta memiliki rasa syukur yang

kuat terhadap Allah SWT, tidak memiliki rasa

sombong dan takabur. Bersyukur merupakan bagian

dari penerimaan diri, bahwa telah menerima sesuatu

yang telah di tetapkan oleh Allah SWT dengan

penjelasan dalam surat An-Nahl Ayat 14 berbunyi

نھ ح وا م رج تخ تس ا طریا و م نھ لح لوا م لتأك ر البح ر الذي سخ ھو لیة و

م لك لع لھ و فض ن وا م لتبتغ فیھ و ر اخ و ى الفلك م تر تلبسونھا و

ون كر تش

Artinya : Dan Dialah, Allah yang

menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat

memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan

kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang

kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar

padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan)

dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.

2) Ditanamkan sifat jujur.

Jujur merupakan perilaku dari penerimaan

diri, mengakui dan adanya keterbukaan antara

 

Page 146: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

134

remaja tunanetra dengan makluk sosial lainnya.

Kejujuran bukan hanya sebagai bagian dari

mental berani, akan tetapi lebih dari itu, kejujuran

termasuk sesuatu yang sangat urgen dan mendasar

dalam kehidupan bermasyarakat. Kehidupan

bermasyarakat tidak akan benar dan tidak akan

tertata dengan baik kecuali dengan prilaku

kejujuran. Begitu juga dengan remaja tunanetra

dalam berperilaku di harapkan untuk jujur,

mengakui, dan mencintai diri sendiri.

Diantara hal positif yang merupakan buah

dari kejujuran dalam masyarakat adalah kejujuran

bisa menumbuhkan rasa saling mencintai diantara

manusia dan rasa saling mempercayai diantara

individu masyarakat. Kejujuran juga

menghidupkan sikap saling tolong-menolong

serta membantu penyebaran akhlak-akhlak mulia

serta pemuliaan terhadap orang-orang yang

berakhlak mulia.

Selain itu kejujuran juga dapat

menenangkan jiwa, maka materi yang diberikan

pembimbing agama sangat realistis dengan

kenyataan yang ada dan yang terjadi pada remaja

tunanetra, bunyi dari hadist tersebut yaiu: dari

Hasan bin Ali Radhiyallahu anhuma, beliau

Radhiyallahu anhuma berkata, ‘Saya menghafal

 

Page 147: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

135

dari Rasûlullâh perkataan Beliau Shallallahu

‘alaihi wa sallam yang berbunyi:

ذب الك إن أنینة ، و ق طم د الص ، فإن ا ال یریبك إلى م ا یریبك دع م

ریبة

Artinya : “Tinggalkan apa yang meragukanmu

kepada yang tidak meragukanmu! Sesungguhnya

kejujuran adalah ketenangan dan kedustaan itu

keraguan”.

Remaja tunanetra ditanmkan sifat dan perilaku

yang jujur agar mereka percaya diri, dan mampu

menjalkan kehidupan dengan rasa syukur karena,

begitu juga yang di sampaikan oleh pak Sapto

Wibowo pembimbing agama:

“mereka selalu saya tanmkan perilaku yang jujur,karena jujur sifatnya mengakui kebenaran,menyalhkan kebenaran. Baik dan buruknya selaludatang karena kebaikan, maka agar merekamampu menerima diri, harus di tanmkan sifatyang jujur pada diri sendiri, pada keadaan, danpada kehidupan bermasyarakat”19

Sesungguhnya kejujuran memiliki

pengaruh yang baik dalam berbagai aktifitas dan

dalam menjalankan kehidupan.

3) Percaya diri.

Percaya diri sama saja anda melakukan

prasangka baik terhadap diri sendiri. Percaya

dengan semua kemampuan yang ada dalam diri

19 Wawancara pribadi dengan Bapak Sapto wibowo, pembimbingAgama di Yayasan Raudlatul Makfufin (Taman Tunanetra), TangerangSelatan, Selasa, 12 Februari 2019.

 

Page 148: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

136

anda. Tidak mudah minder dengan kelebihan yang

dimiliki oleh orang lain. Begitu juga yang

diajarkan pembimbing agama dalam penerimaan

diri remaja tunanetra, agar senantiasa percaya pada

kelemahan, dan percaya pada kelebihan diri

sendiri, dengan adanya percaya diri maka remaja

tunanetra dapat berkembang menjalani kehidupan,

dan mengejar cita-cita yang menanti di depan.

Pembimbing agama juga menjelaskan yang

berkaitan dengan percaya dari, dalam firman Allah

yaitu:

ع األ أنتم نوا و ز تح ال تھنوا و ال نین و م ؤ م نتم ك إن ن لو

Artinya : “Janganlah kamu bersikap lemah, dan

janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal

kamulah orang-orang yang paling tinggi

(derajatnya), jika kamu orang-orang yang

beriman.” (Ali Imran : 139)

Remaja tunanetra dalam hal ini di tanmkan

sifat-sifat yang mengajarkan pada kebaikan untuk

diri mereka, dan untuk memiliki perilaku yang

baik bagi diri mereka sendiri, dalam berbagai

aspek kehidupan. dengan begitu juga percaya diri,

dapat merubah cara pandang dalam berbagai hal

kebaikan untuk remaja tunanetra terutama dalam

penerimaan dirinya.

4) Tanggung jawab, patuh, shiddiq

 

Page 149: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

137

Bertanggung jawab merupakan bentuk dari

penerimaan diri, bahwa materi ini mengajarkan

remaja tunanetra untuk memiliki rasa tanggung

jawab terhadap diri sendiri, orang lain dan

keluarga. Maka orang yang menerima dirinya

sendiri mereka mampu bertanggung jawab dengan

dirinya sendiri dan menjalani kehiupan dengan

baik. Dalam hal inipun pembimbing menekankan

dan memberi arahan mengenai tanggung jawab

terhadap diri sendiri, diantaranya surat Hud ayat

117-119 yang berbunyi

ى ب القر بك لیھلك ر ان ا ك م و ون لح أھلھا مص و ) ١١٧(ظلم لو و

تلفین خ م الون ال یز ة و د اح ة و أم الناس ل ع بك لج اء ر إال ) ١١٨(ش

نة الج ن ھنم م ج ألن بك ألم ة ر لم ك ت تم و لقھم خ لك لذ بك و م ر ح ر ن م

الناس أج و ین ع ١١٩(م

Artinya : dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan

membinasakan negeri-negeri secara dzalim,

sedang penduduknya orang-orang yang berbuat

kebaikan. 118. Jikalau Tuhanmu menghendaki,

tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu,

tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, 119.

Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh

Tuhanmu, dan untuk itulah Allah menciptakan

mereka, kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah

ditetapkan: Sesungguhnya Aku akan memenuhi

neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang

durhaka) semuanya.

 

Page 150: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

138

Adapun ayat tersebut dibahas secara detail dengan

isi kandungannya, diantaranya:

Kata مصلحون atau orang-orang yang berbuat

kebaikan. Seseorang dituntut, paling tidak,

menjadi shalih, yakni seseorang yang

memelihara nilai-nilai sesuatu sehingga itu

tetap bertahan sebagaimana adanya, dan yang

demikian itu tetap berfungsi dengan baik dan

bisa bermanfaat bagi orang lain.

Kata لو sekiranya dalam firman-Nya:

sekiranya Allah menghendaki, menunjukkan

bahwa hal tersebut tidak dikehendaki-Nya,

karena kata tersebut tidak digunakan kecuali

untuk mengandaikan sesuatu yang tidak

mungkin terjadi atau mustahil.

Kata أمة atau umat berarti semua kelompok,

baik manusia maupun binatang yang dihimpun

oleh sesuatu, seperti agama yang sama, waktu

dan tempat yang sama, baik penghimpunannya

secara terpaksa, maupun atas kehendak

mereka sendiri.

Kata رحم berarti hidayah, yakni merupakan

tujuan penciptaan, dengan artian tujuan

perantara menuju tujuan akhir yaitu

kebahagiaan abadi.

Pada bagian ini ustadz Sapto Wibowo lebih

banyak menekankan dengan kehidupan sehari-hari, karena

 

Page 151: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

139

akhlak merupakan bagian dari apa yang tergambar pada

diri kita. Maka unutk menjadi orang baik, harus

ditanmkan akhlak yang baik dahulu. Begitu juga yang

peeliti dapat dari wawancara dengan pak Sapto Wibowo:

“Bimbingan agama yang mungkin ringan saya lakukanadalah ilmu akhlak, akan tetapi sulit juga untuk anak-anak implementasikannya. Karena itu merupakan murnidari diri kita masing-masing. Tapi saya selalumenekankan, dengan yang sudah-sudah saya jelaskanpada mba. Bahwa pembelajaran itu dari hal terkecil dulu,dari diri kita, dan dari kejadian diri kita sendiri.Begitupun saya, dan yang saya berikan pada anak-anaksesuai dengan keadaan serta kejadian pada diri mereka,mulai dari syukur nikmat, dengan beryukur saja udahkunci pertama bagia mereka dengan menerima keadaanmereka, serta saya tanamkan sifat-sifat Rasulullah yangharus mereka jadikan contoh. Serta juga saya tanamkanakhlak yang jujur, karena ketika kita sudah jujur oadadiri kita sendiri, kita tidak akan takut berada dimana sajahidup. Dan saya selalu menekankan kepada anak-anaktunanetra untuk percaya diri, jika diri kita saja sudahtidak percaya apalagi orang lain. Maka dari hal yangringan tapi bermakna bagi mereka.”20

Dalam bersikap adalah merupakan dari penilaian

baik untuk diri sendiri ataupun untuk orang lain, maka

penting bagi setiap manusia memiliki akhlak yang baik,

sama halnya dengan pribadi yang positif dan selalu

berbaik sangka. Dari paparan diatas yang disampaikan

oleh pembimbing agama bahwa adanya materi ini dapat

terealisasikan pada remaja tunanetra untuk memiliki

20 Wawancara pribadi dengan Bapak Sapto wibowo, pembimbingAgama di Yayasan Raudlatul Makfufin (Taman Tunanetra), TangerangSelatan, Selasa, 12 Februari 2019.

 

Page 152: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

140

akhlak yang baik, jujur, dan bersyukur. Bersyukur

merupakan bagian dari penerimaan diri, bagaimana

dirinya dapat berserah pada Allah, mampu menerima

keadaan dengan lapang.

Penerimaan diri dalam Islam merupakan bagian

dari kajian qona’ah. Arti qona’ah adalah merasa ridha

dan cukup dengan pembagian rizki yang Allah berikan.

Sifat qona’ah adalah salah satu ciri yang menunjukkan

kesempurnaan iman, karena sifat ini menunjukkan

keridhaan orang yang memilikinya ter-hadap segala

ketentuan dan takdir Allah.21 Rasulullah shallallahu alaihi

wa sallam bersabda, “Akan merusak kemanisan

(kesempurnaan) iman, orang yang ridha kepada Allah

Ta’ala sebagai Rabb-nya dan islam sebagai agamanya

serta (nabi) Muhammad shallallahu alaihi wa sallam

sebagai rasulnya” (HR. Muslim no. 34)

Akhlak adalah bagian terpenting dalam diri

manusia, merupakan bagian dari personality seseorang

dalam bersikap. Maka bagi peneliti, dengan apa yang

telah di sampaikan pak Sapto Wibowo dalam wawancara

diatas, materi ini sangat baik ditanamkan pada diri remaja

tunanetra, selain masa remaja adalah masa mencari jati

diri, masa remaja juga masa diamana kita memilih hal

yang baik dan benar. Akhlak juga merupakan bagian dari

21 Machroza Eka Widiastuti, skripsi “Hubungan Penerimaan Diridengan Kebersyukuran Siswa MA Bilingual Boarding School”, (Surabaya:UIN Sunan Ampel Surabaya), 2018, h. 40.

 

Page 153: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

141

apa yang akan kita implementasikan pada orang lain, dan

berdampak baik atau buruk pada diri kita sendiri,

tergantung akhlak yang baik atau yang buruk yang kita

tanam dalam diri kita. Selain itu, pembentukan akhlak

juga tidak mudah, karena mereka bagian dari dorongan

diri sendiri, sama hal nya untuk dapat menerima diri kita

sendiri seutuhnya, kita harus ditanamkan rasa bersyukur,

jujur pada diri sendiri.

d) Materi Tajwid

Materi ini adalah merupakan pembelajaran

huruf dan membaca Al-Qur’an braille dengan isi

kandungan yang baik dan tepat terhadap remaja

tunanetra, biasanya materi ini diberikan dan diarahkan

oleh pembimbing agama one by one, seperti mengaji

pada umumnya, dan pembimbing agama mengikuti

serta membetulkan tajwidnya. Seperti itu pula yang

disampaikan pembimbing agama bapak Sapto

Wibowo kepada peneliti saat wawancara:

“materi tajwid ini saya sampaikan pada remajasendiri-sendiri, seperti ngaji dan membaca Al-Qur’anpada biasanya, dan bergiliran. Mereka yangmembaca saya yang membetulkan, serta ada jugamateri yang disampaikan universal pada semua,mungkin itu saat awal-awal pemberian materi, karenakan kesini-kesini sudah harus prakteknya, sudahharus langsung dibenarkan bacaannya, agar sesuaiapa yang dibaca dengan isi kandungannya”22

22 Wawancara pribadi dengan Bapak Sapto wibowo, pembimbingAgama di Yayasan Raudlatul Makfufin (Taman Tunanetra), TangerangSelatan, Selasa, 12 Februari 2019.

 

Page 154: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

142

Menurut peneliti, berdasarkan hasil wawancara

dengan pembimbing agama pak Sapto Wibowo,

bahwa membaca Al-Qur’an tidak hanya sekedar baca,

berada isi kandungan disetiap ayatnya, maka

pembenaran atas bacaan juga harus dan wajib

dipelajari, dan materi ini cukup penting dalam

pemahaman serta pembacaan Al-Qur’an yang baik

dan benar.

e) Materi keterampilan dakwah

Quraish Shihab mengatakan bahwa, dakwah

adalah seruan atau ajakan kepada keinsafan atau usaha

mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan

sempurna, baik terhadap prbadi maupun masyarakat.23

Dakwah juga merupakan materi dalam kegiatan

bimbingan agama di yayasan Raudlatul Makfufin,

materi ini diberikan untuk memberikan pengetahuan

secara luas mengenai dakwah serta peraktik dalam

berdakwah secara langsung. Dalam kegiatan ini

pembimbing agama memberi materi, dan memberi

tugas pada anak-anak untuk di peraktikan langsung.

Berdakwah juga merupakan seni dalam

berbicara, maka selalu ada dinamakannya startegi

dakwah, hal ini juga disampakan oleh pembimbing

agama yaitu pak Sapto Wibiowo bahwa, “Dakwah

merupakan hal yang baik, paling baik dilakukan oleh

23 Syamsuddin AB, Pengantar Sosiologi Dakwah, Jakarta, PTKharisma Putra Utama, 2016, h. 9

 

Page 155: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

143

umat Islam. Dalam berdakwah tidak hanya asal

bicara, diperlukan stategi, diperlukan metode untuk

menarik audiens atau jamaah bagaimana seni dalam

berbicara kita menarik perhatian jamaah. Bagi saya

itu juga penting untuk mengasah skill anak tunanetra,

agar percaya diri berbicara didepan umum, agar

terbiasa berbicara di depan umum, agar terasah nyali

nya untuk berbicara didepan umum”.24 Bagi peneliti,

materi ini cukup baik di ajarkan pada anak-anak

tunanetra, selain belajar seni dalam berdakwah, belajar

untuk percaya diri berbicara didepan, merupakan

tanda penerimaan diri, dan mengakui akan diri sendiri

serta kemampuan yang dimiliki.

24 Wawancara pribadi dengan Bapak Sapto wibowo, pembimbingAgama di Yayasan Raudlatul Makfufin (Taman Tunanetra), TangerangSelatan, Selasa, 12 Februari 2019.

 

Page 156: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

144

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti

temukan di lapangan mengenai bimbingan agama dalam

meningkatkan penerimaan diri remaja tunanetra di

Yayasan Raudlatul Makfufin (Taman Tunanetra)

Tangerang Selatan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Proses Bimbingan agama yang telah terlaksanakan

dan yang masih berjalan sampai saat ini sangat

berpengaruh pada remaja tunanetra baik bimbingan

agama terjadwal ataupun bimbingan agama tidak

terjadwal. Bentuk bantuan yang telah diberikan

pembimbing agama juga berdampak pada remaja

tunanetra. Antusias remaja tunanetra mengikuti

kegiatan bimbingan, dan pembelajaran agama

merupakan bagian dari pengakuan tunanetra itu

sendiri dalam meningkatkan penerimaan diri. Semua

kegiatan dan aktivitas remaja tunanetra menjadi proses

bagi tunanetra itu sendiri, dengan mengikuti semua

kegiatan di yayasan, rajin menghafal Al-Qur’an, rutin

mengaji dan belajar Al-Qur’an Braille, dan tertib di

kelas saat bimbingan agama berjalan.

2. Metode bimbingan agama yang digunakan oleh

pembimbing agama dalam meningkatkan penerimaan

 

Page 157: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

145

diri remaja tunanetra adalah, metode kelompok dan

individu. Menyampaikan melalui ceramah, tanya

jawab, dan cerita/percakapan pribadi. Melalui metode

ini bimbingan agama berjalan cukup efektif dan

efesien, karena kedua metode tersebut sama, sama-

sama menyampaikan pesan secara langsung pada

remaja tunanetra.

3. Materi bimbingan agama yang diberikan oleh

pembimbing agama dalam meningkatkan penerimaan

diri yaitu , terdiri dari ilmu aqidah, ilmu fiqih, ilmu

akhlak, ilmu tajwid, menghafal Al-Qur’an braille,

pembinaan keterampilan dakwah. Materi yang

disampaikan bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai

keagamaan pada remaja tunanetra, agar terbentuk

menjadi pribadi yang baik, bersyukur, taat pada Allah

SWT, beriman, dan bisa menjadi manusia yang

berkualitas. Dengan demikian adanya materi tersebut

juga melatih remaja tunanetra untuk memiliki

kemampuan saat berbicara di depan, melatih

kepercayaan diri, dan melatih remaja tunanetra untuk

menerima diri sendiri .

B. Saran

Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan di Yayasan

Raudlatul Makfufin, mengenai bimbingan agama dalam

meningkatkan penerimaan diri remaja tunanetra, peneliti

memiliki beberapa saran untuk menjadi acuan kedepan,

sebagai berikut:

 

Page 158: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

146

1. Untuk Yayasan Raudlatul Makfufin (Taman

Tunanetra) program yang telah terlaksanakan cukup

baik dalam kegiatan remaja tunanetra, namun agar

lebih dikuatkan lagi sarana prasarana yang belum

terlaksanakan, dan di harapkan adanya kegiatan-

kegiatan yang lebih menarik dan inovatif untuk remaja

tunanetra. Adapun yayasan mengadakan program-

program keterampilan. Hal ini bertujuan untuk melatih

kemampuan remaja tunanetra dalam bidang kesenian.

2. Untuk pembimbing agama dalam membimbing remaja

tunanetra cukup baik dan materi yang telah

disampaikan juga menarik. Bimbingan agama yang

terlaksana seperti belajar ilmu aqidah, ilmu fiqih, ilmu

akhlak, menghafal Al-Qur’an braille, dan pembinaan

keterampilan dakwah. Adanya kegiatan pembinaan

keterampilan dakwah secara tidak langsung melatih

mereka berani berbicara di depan, dan melatih

kepercayaan diri remaja tunanetra. Akan lebih baik

jika pembinaan keterampilan dakwah ini di

kembangkan dan ditingkatkan agar bisa diikut

sertakan dalam lomba-lomba dakwah. Selain itu juga

dapat menciptakan pendakwah-pendakwah dari

tunanetra.

3. Untuk program studi Bimbingan dan Penyuluhan

Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta agar dapat

dijadikan bahan rujukan dalam membuat program-

program praktikum dan penelitian.

 

Page 159: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

147

DAFTAR PUSTAKA

Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Anak Usia Tiga Tahun

Pertama, Jakarta: PT Refika Aditama, 2007.

Agustyawati, M.Phil, SNE & Solicha, M.Si, Psikologi Pendidikan

Anak Berkebutuhan Khusus,Jakarta: Lemabaga

Penelitian UIN Jakarta, 2009.

Amin Munir Samsul, Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta:

Amzah, 2010.

Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan Penyuluhan

Agama Di Sekolah Dan Luar Sekolah, Jakarta: Bulan

Bintang, 1997.

Arifin Zainal, Penelitian pendidikan metode dan paradigma

baru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2012.

Arifin. M, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan

Agama, Jakarta: PT Golden Trayon Press, 1998.

Hamdani, M.A., Bimbingan dan Penyuluhan, Bandung: CV

Pustaka Setia, 2012.

E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif untuk penelitian

perilaku manusia, Depok: LPSP3 UI, 2005.

Elizabeth B, Hurlock, Psikologi Perkembangan Anak Jilid 1,

Jakarta: Erlangga, 1993.

 

Page 160: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

148

Endraswara Surwandi, Penelitian Kebudayaan Ideologi,

Epistemologi, dan Aplikasi, Tangerang: PT. Agromedia

Pustaka, 2006.

Faqih Rahim Aunur, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam,

Yogyakarta: VII Press, 2002.

Feisal Amir Jusuf, Reorientasi Pendidikan Islam, Jakarta: Gema

Insani Press, 1995.

Ghony M. Djunaidi dan Almanshur Fauzan, Metode Penelitian

Kualitatif, AR-RUZZ Media, 2016.

Gulo, W., Metode Penelitian, Jakarta: Grasindo, 2002.

Gunawan Imam, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik,

Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013.

Jahja Yurdik, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Prenadamedia

Group, 2011.

J.P, Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta: PT. Raja

Grafindi Persada, 2005.

Moleong , J, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:

PT Remaja Rosdakarya, 2009.

Pandji Dewi & Wardhani Winda, Sudahkan Kita ramah Anak

Spesial Needs?, Jakarta: PT Elex Media Komputindo,

2013

Raco J.R., Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik, dan

Keunggulannya, Jakarta: Grasindo, 2013.

 

Page 161: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

149

Satori Djam’an dan Komariah Aan, Metodologi Penelitian

Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2013.

Sarwono W Sarlito, Psikologi Remaja, Jakarta: PT Raja

Grafindo, 1994.

Slameto, Bimbingan Di Sekolah, Jakarta: Bina Aksara, 1988.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R & D, Bandung:

Alfabeta, 2010.

Susanto Ahmad, Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Konsep,

Teori dan Aplikasinya), Jakarta: Prenadamedia Group,

2018.

Sobur Alex, Psikologi Umum, Bandung: Pustaka Setia, 2003.

Thohari Slamet, dkk, Pemetaan Kesenian dan Disabilitas di

Indonesia, Pusat Studi dan Layanan Disabilitas

Universitas Brawijaya dan British Council Indonesia,

2017.

Winkel, W. S., Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan,

Edisi Revisi, Jakarta: Gramedia, 2005.

Yusuf Syamsu, LN & A. Juntika Nurishan, Landasan Bimbingan

& Konseling, Bandung: PT Rosdakarya, 2006.

TESIS

Bulletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, Situs

Penyandang Disabilitas, (Kementrian Kesehatan RI : Bakti

Husada), 2014.

 

Page 162: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

150

Chusniatul Fitriyah & Siti Azizah Rahayu, Konsep Diri Pada

Remaja Tunanetra Di Yayasan Pendidikan Anak Buta (YPAB)

Surabaya, Jurnal Penelitian Psikologi 2013, Vol. 04, No. 01.

Irwanto, dkk, Analisis situasi penyandang disabilitas di

indonesia: Sebuah deskreview. 2010, dari

http://www.ausaid.gov.au/Publications/Documents/pwd-sit-

bahasa.pdf.

Juliana, Jurnal A Survival Strategyin The City Of The Masseur

Pekanbaru, Jom FISIP: 2016, Vol. 03, No.01.

Muhammad Ridha, Hubungan Antara Body Image Dengan

Penerimaan Diri Pada Mahasiswa Aceh Di Yogyakarta, Empaty

Vol.1, No.1, 2012.

Penyandang disabilitas yang terdaftar dalam Pilkada DKI Jakarta

2017, dari Databoks.katadata.co.id.

Ratri Paramita, Pengaruh Penerimaan Diri Terhadap

Penyesuaian Diri Penderita Lupus, Semarang: Jurnal Psikologi

Undip, Vol. 12, No. 01, 2013.

SKRIPSI

Alimuddin Hasibuan, skripsi “Metode Bimbingan Agama dalam

Meningkatkan Perekmbangan Emosi Anak di Panti Asuhan Putra

Muhammadiyah Cabang Medan, (Medan: UIN Sumatera Utara),

2016.

Lailatul Ikromah, skripsi “Pengaruh Perceived Behavioral

Control, Dukungan Sosial, dan Religiulitas Terhadap

 

Page 163: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

151

Penerimaan Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Down

Syndrom, Jakarta: UIN Jakarta, 2015.

Meiga Latifah putri Permadin, skripsi “Hubungan Dukungan

Keluarga Dengan Penerimaan Diri Narapidana Di Lembaga

Pemasyarakatan Wanita Kelas IIA Tangerang”, (Jakarta: UIN

Jakarta), 2018.

Raysa Bestari Siniwi, skripsi “Status Identitas Diri Remaja

Tunanetra Non Genetik”, Yogyakarta: Univesitas Sanata Dharma,

2016.

Zefi Nofri Angraini, skripsi “Hubungan Penerimaan Diri

Dengan Penyesuaian Diri Pada Wanita Dewasa Madya”, Riau:

UIN Riau, 2010.

 

Page 164: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

 

Page 165: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

 

Page 166: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

 

Page 167: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

WAWANCARA KETUA YAYASAN RADULATUL

MAKFUFIN (TAMAN TUNANETRA)

Nama : Budi Santoso, S.os.I

Alamat :

Tanggal Wawancara : 17 Januari 2019

Tempat Wawancara : Yayasan Raudlatul Makfufin (Taman

Tunanetra), Jl. H. Jamat Gg. Masjid RT.002/05 No. 10A Kp. Jati

Kelurahan Buaran, Kecamatan Serpong Kota Tangerang Selatan,

Banten.

Pertanyaan Wawancara:

1. Bagaimana latar belakang dan sejarah berdirinya Yayasan

Raudltul Makfufin?

Awalnya yayasan ini didikiran pada tanggal 26 November

1983, tadinya yayasan ini hanya majelis ta’lim yang pada saat

itu masih bertempat di pulau gadung, yayasan ini didikiran

karena pada saat itu semakin bertambah jama’ahnya hingga

ratusan, banyak sekali teman-teman tunantera yang setelah

sekolah mereka tidak punya kegiatan, lulus SMP, lulus SMA

itu mereka tidak ada kegiatan lagi, mereka bagaiamana bisa

mendapatkan pengetahuan lagi dengan teman-teman pada

tahun itu didirikan oleh RM. Halim Soleh dan pendiri-pendiri

lainnya. Yayasan ini didirakan dalam bidang keagamaannya,

karena pada saat itu, tunanetra sangat rentan dengan namanya

berpindah agama, karena ekonomi mereka susah, hingga

 

Page 168: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

teman-teman mendirikan yayasan ini dan membuat wadah

untuk pencerahan-pencerahan Ilmu agama. Akan tetapi pada

saat ini, yayasan lebih berkembang dan memfasilitasi

pendidikan umum bagi anak-anak tunanetra, agar menajdi

insani yang cerdas, dan berilmu, selain itu ada juga

pemberdayaan ekonomi seperti memberikan keterampilan-

keterampilan mereka, supaya mereka bisa berkembang, bisa

mandiri.

2. Bagaimana antusian anak tunanetra di Yayasan raudlatul

Makfufin?

Untuk antusias saya rasa cukup baik ya, umumnya dulu

khusus tunanetra itu ada asaramanya, tapi sekarang

pemerintah tidak menyediakan, banyak asrama itu yang sudah

dihapuskan, karena beban nya berat sekali untuk lembaga iu.

Karena biasanya, anak-anak tunanetra mencari sekolah yang

sudah ada asramanya. Teman-teman disini kebetulan jauh-

jauh sekali, ada yang dari berebes, ada yang dari tulung

agung, ada yang dari serang. Itu mereka jauh-jauh,

seandainya mereka pulang pergi, mereka sekolah disini itu

tidak akan bisa, maka dari itu mereka ke yayasan ini sangat

antusias, dan untuk konsen tunanetra di bidang agama saya

rasa belum ada, hanya ada di Jakarta ini saja. Dan pendidikan

agama di yayasan ini juga mejadi fokus, kita juga punya

percetakan braille, fasilitas pendukung, salah satunya kita

mencetak kitab-kitab kuning, seperti ta’lim mu ta’lim, buku

Al-Qur’an braille kita siapkan semua.

 

Page 169: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

3. Apa faktor penghambat dalam menjalankan program dan

kegiatan di yayasan ini?

Faktor penghambat yang paling besar sebenarnya di

pendanaan, kita lembaga sosial, bukan punya pemerintah,

bukan punya perorangan, jadi ini punya umat, dikemudian

hari jika yayasan ini sudah tidak berjalan lagi, yayasan ini

bisa di serahkan pada panti asuhan, yang sifatnya untuk umat

juga. Banyak anak-anak tuannetra yang mendaftar kesini, dan

rata-rata mereka menengah kebawah. Kita disini membatu

anak-anak untuk tetap semangat, tetap sekolah. Hambatan

lain biasanya dari orang tua, mereka suka menyembunyikan

anak-anaka yang memiliki keterbatasan ini, perlakuan hkusus,

karena mereka malu akhirnya disimpen di dalam kamar, tidak

boleh bergaul, tidak boleh komunikasi, akhirnya anak-anak

itu jadi terbelakang di masyarakat, yang ketiganya dari

anaknya sendiri, kadang anaknya sudah masuk kemari,

ternyata tidak kuat, tidak siap mentalnya, karena disini

belajarnya terlalu banyak.

4. Dapatkah bapak jelaskan program serta bimbingan agama dan

keberhasilan yang diberikan oleh yayasan pada anak

tunanetra?

Banyak sekali program yang dijalankan di yayasan ini,

kegiatan-kegiatan agama, baik program umum, dan program

tidak umum. Basic dari yayasan itu sendiri adalah ajaran

agama Islam. Kita menekankan sekali pada anak-anak untuk

memiliki ilmu agama yang luas, karena kita boleh buta

didunia tapi tidak buta di akhirat. Maka bimbingan agama

 

Page 170: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

yang telah berjalan cukup berhasil, dengan melihat mereka

antusias dalam menghafal Al-Qur’an, megikuti kegiatan

setiap harinya.

5. Bagaimana Yayasan ini memberikan skill atau keterampilan

pada remaja tunanetra?

Untuk keterampilan atau skill yang ditanamkan di yayasan

ini, pertama adalah penguasaan IT, komputer braille. Karena

kita disini tidak diharuskan bisa, sebab semakin kesini

persaingan semakin kuat, kita memberikan keterampilan,

belajar pijat, untuk mereka yang senang di bidang terapi,

bekam dll. Juga memberikan wirausaha, contohnya seperti,

membuat wadah bubuk unit usaha yang kemarin sempat

dipamerkan di kementrian ketenaga kerjaan, sudah

mempromosikan itu. Sumua produksi dari teman-teman

tunanetra sendiri. Kerajinan tangan, membuat mute-mute,

atau membuat anyaman, membuat gantungan kunci, membuat

tasbeh seperti itu. Jika ditanamkan seperti itu, mereka tidak

akan bergantung pada orang lain. Selain itu juga dengan

bahasa, dalam artian kedepannya diharapkan temen-temen ini,

kita akan bekali dengan bahasa arab dan bahasa inggris.

6. Bagaimana respon serta antusias masyarakat terhadap anak

tuanentra dan yayasan?

Alhamdulillah sejauh ini banyak sekali masyarakat yang

antusias menerima kita, kita juga berbagi kegiatan kita

melalui youtube, dan sosmed lainnya, untuk mereka tahu dan

melihat secara luas bahwa kami mampu menjalankan

kehidupan seperti yang lainnya. Untuk masyarakat disekitar

 

Page 171: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

sini mereka senang dengan adanya anak-anak tunanetra,

pertama bisa shalat berjama’ah disini aktif di masjid. Justru

masyarakat dari luar lebih antusias, secara materi.

7. Apa yang bapak harapkan untuk remaja tunanetra

kedepannya?

Yang saya harapkan agar anak-anak dan teman-teman disini

memiliki cita-cita yang tinggi, dan mereka bisa melanjutkan

pendidikan mereka kejenjang yang lebih lagi, serta banyak

anak-anak tunanetra yang dapat berkembang, karena bagi

saya memiliki Ilmu itu tidak ada habisnya, berpendidikan

tinggi itu tidak harus di sekolah saja, tapi diluar sekolah juga.

Akan tetapi saya berharap anak-anak disini bisa meneruskan

ke jenjang S1.

 

Page 172: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

WAWANCARA PEMBIMBING AGAMA

Nama : Sapto Wibowo S.os

Alamat :

Tanggal Wawancara : 12 Februari 2019

Tempat Wawancara : Yayasan Raudlatul Makfufin(Taman Tunanetra), Jl. H. Jamat Gg. Masjid RT.002/05 No.10A Kp. Jati Kelurahan Buaran, Kecamatan Serpong KotaTangerang Selatan, Banten.

Pertanyaan Wawancara:

1. Bagaimana proses bimbingan agama, dan apa hamabatan

terbesar menjadi pembimbing agama?

Proses bimibingan yang telah saya jalankan pada

umumnya sama dengan bimbingan agama lainnya, proses

disini adalah cara menuju bisa, dalam artian bisa

mengikuti, bisa menerima. Proses yang telah dilewati juga

banyak, pada intinya saya ingin mengamalkan ilmu yang

saya punya, dan bagi saya belajar agama itu sangat

penting, kita boleh buta di dunia, akan tetapi jangan buta

di akhirat. Karena pengamalan untuk belajar agama itu

sangat banyak pahalanya, membaca Al-Qur’an sangat

banyak pahalanya.

Hambatan terbesar adalah mungkin untuk menghilangkan

rasa malas, rasa ingin bermain-main pada temen-temen

yang ada disini, karena kan dirumahnya atau di

lingkungan luar komunitas tunanetra itu merasa sulit

mencari teman yang cocok, baik itu untuk bercanda

 

Page 173: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

bermain, tukar pikiran, dan macam-macam. Sehingga

sudah bergabung dengan komunitas tunanetra misalnya,

kalau sekarang para santri disini, mereka menjadi lupa

pada tujuan utamanya, bahwa tujuan utamanya adalah

untuk belajar, tapi mereka jadi keasikan bermain, dll.

2. Dalam proses bimbingan agama, seberapa besar

keberhasilan Bapak dalam membimbing remaja tunanetra

untuk meningkatkan penerimaan diri?

Keberhasilannya sudah banyak, dari teman-teman

tunanetra ini yang sudah mampu membaca Al-Qur’an

braille, sudah banyak juga yang mulai memiliki bakat,

memiliki kemampuan untuk mengajarkannya kepada

teman-temannya yang baru, teman-temannya yang lain.

Macam-macam diataranya seperti itu.

Untuk keberhasilan penerimaan diri, secara lahiriah,

mereka merasa senang, rajin beribadah, dan bersyukur,

merupakan dari sebuah penerimaan diri bagi mereka.

Untuk tunanetra yang mengalami ketunanteraan sejak

lahir atau sejak kecil, itu biasanya ketika masuk keisni,

dan mereka sudah merasa senang, dan bertemu teman-

teman yang senasib dengan mereka, tapi ketika kita

bertemu dengan tunanetra yang mengalami ketunanetraan

di usia remaja, entah karena faktor penyakit atau

kecelakaan dan sebagainya, memiliki beberapa tahapan,

mungkin pertama kali mereka masuk, mereka lebih

banyak diam, dan tidak bisa menerima dengan

perkumpulannya komunitasnya yang sekarang, dan

 

Page 174: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

berbeda dengan komunitasnya yang dulu. Lantas lama

kelamaan mereka sudah mau bisa berbicara, dan mereka

sekrang merasa senang megikuti banyak kegiatan di

yayasan, dan Alhamdullah mereka sudah bisa menerima

kenyataan yang ada.

3. Bagaimana metode pelaksanaan yang Bapak berikan

dalam bimbingan agama pada remaja tunanetra?

Metode yang saya berikan biasanya ada dua, yaitu metode

kelompok atau metode individu, seperti ceramah,

mengajar ngaji indivdu, memberi ajaran secara indivdu.

Dalam artian sayan bersama teman-teman pertama ketika

santri masuk ke raudlatul makfufin ini, pertama yang kita

perhatikan adalah keadaan syaraf-syaraf motoric mereka,

karena itu kan yang akan mempengaruhi mereka bisa

mempelajari braille atau tidak, karena mereka ini kan

membacanya dengan meraba, dengan jemari mereka. Kita

perkenalkan huruf-huruf braille perlahan-lahan,

dilanjutkan dengan kharakat-kharakat tanda baca, sampai

masuk pada mereka bisa membaca. Dan metode tersebut

telah saya jalankan.

4. Bagaimana Bapak menyiapkan materi bimbingan agama

dan apa saja materi tersebut?

Dulu ketika raudlatul makfufin belum pindah kesini kita

mengajar itu masih berbeda-beda, dan belum memiliki

materi yang tetap, dalam artian buku panduan pun masih

belum ada. Akan tetapi sekarang disini sudah punya dan

menyusun suatu buku panduan yang sama untuk

 

Page 175: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

mengajar, dan materi pun sudah terjadwalkan. Materi

yang berjalan sampai saat ini yaitu, Ilmu Aqidah, Ilmu

Fiqih, Ilmu Akhlak, seni dalam berdakwah, dan

Menghafal Al-Qur’an serta tajwidnya.

5. Apa motivasi Bapak dalam mendukung penerimaan diri

remaja tunanetra?

Banyak yang, saya ingin menjadi sahabat bagi mereka, itu

mungkin ya, karena jika saya memposisikan diri pada

mereka sebagai sahabat, mereka akan terbuka pada saya,

dan menjadikan saya juga sahabat, maka bagi saya akan

lebih mudah masuk dalam hidup mereka, dan merubah

pola pikirnya, mengarahkan, membimbing karena mereka

akan senantiasa menyukai kita. Sampai saat ini saya selalu

mendukung, dan menjadi sahabat untuk mereka. Karena

kita juga dalam komunitas yang sama, akan terasa lebih

untuk dapat kekuatan, karena sama-sama merasakan dan

senasib.

6. Bagaimana remaja tunanetra busa menanamkan dan

menumbuhkan penerimaan dirinya?

Secara khusus untuk memperhatikan kejiwaannya saya

belum tahu, tapi untuk secara lahiriahnya iya, dengan

kacamata saya dan keseharian mereka bersama saya

mereka menerima dirinya, dengan adanya mereka antusias

di yayasan ini, mengikuti segala kegiatan, bemain dengan

teman-teman komunitasnya, dan mereka merasa nyaman

juga bersungguh-sungguh dalam beribadah dan belajar,

 

Page 176: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

bagi saya itu merupakan sebuah pengakuan bahwa mereka

saat ini menerima keadaannya.

7. Bagaimana Bapak memberi arahan/bimbingan agar

tuannetra dapat menjadi percaya diri, dan mencintai diri

sendiri?

Dalam bimbingan ini saya selalu memberi arahan kepada

mereka, menyampaikan bahwa ketika kita ridha dengan

apa yang telah di tetapkan oleh Allah, maka Allah akan

memberikan kepada kita kenikmatan yang besar lagi.

Mungkin firman Allah, kalau kita bersyukur akan

ditambah nikmat. Kemudian, kalau Allah mencintai

seorang hamba, Allah akan menguji, ketika hamba itu

ridho atau rela menerima ujian itu, maka Allahpun akan

semakin ridho semakin rela memberikan kenikmatan yang

lebih besar. Hal-hal semacam itu yang saya tanamkan.

 

Page 177: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

WAWANCARA WAKIL KETUA PESANTREN

Nama : Abdurrohman

Alamat : Jl. H. Jamat Gg. Masjid

RT.002/05 No. 10A Kp. Jati Kelurahan Buaran,

Kecamatan Serpong Kota Tangerang Selatan, Banten.

Tanggal Wawancara : 12 Februari 2019

Tempat Wawancara : Yayasan Raudlatul Makfufin(Taman Tunanetra), Jl. H. Jamat Gg. Masjid RT.002/05No. 10A Kp. Jati Kelurahan Buaran, Kecamatan SerpongKota Tangerang Selatan, Banten.

Pertanyaan:

1. Apakah kegiatan dan program di yayasan radulatul

makfufin berhasil?

Kegiatan yang telah dilaksanakan disini, menurut saya

cukup berhasil, karena semua sarana yang telah di

rancang dan program yang dibuat dalam sebuah

kegiatan berjalan dengan baik, kegiatan tersebut

hampir semua terlaksanakan. Dan kegiatan untuk anak

tunanetra itu sendiri full dalam tiap harinya, maka

disini tidak ada lagi anak tunanetra yang main-main,

semua kesini dalam tujuan belajar, dan merubah

segala kebiasaan yang kesedihan yang telah

ditanakman dirumah-rumah mereka. Maka bagi saya

program yang dijalankan sejauh ini berhasil.

2. Bagaimana kegiatan bimbingan agama dalam

meningkatkan penerimaan diri disini berhasil?

 

Page 178: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

Seperti itu hasil nya beda-beda, karena dari latar

belakang mereka tunanetranya oun beda-beda, ada

yang dari lahir, ada yang dari SMP, SMA ada yang

baru mau melanjutkan kuliah. Jadi rata-rata kalau

yang dari lahir, pasti tidak ada Kendala, karena dia

sudah terbiasa, mungkin yang aga-aga down ini yang

secara tiba-tiba. Bahkan ada yang menjelang ujian

baru tunanetra, tergantung anaknya juga dalam

menerima. Akan tetapi semua itu terselesaikan dalam

sebuag kegiatan bimbingan agama, mereka hanya

butuh teman, dan mengakuan akan dirinya. Selama

mereka disini, mereka cukup membaik, dengan

banyaknya kegiatan yang mereka isi itu membuat

mereka membaik.

3. Apa saja fasilitas yang ada di yayasan ini pak?

Untuk fasilitas yang tersedia disini sudah banyak ya,

sudah ada pendidikan formal dan non formal, sudah

ada asrama putra dan putri. Dalam fasilitas

pembelajaran juga sudah ada, kelas, komputer bicara,

Al-Qur’an braille, dan lain sebagainya. Banyaklah

yang telah menjadi cita-cita pendiri dulu, terkabul

sekarang untuk membuat fasilitas-fasilitas yang layak

bagi tunanetra. Selain itu juga, saat ini handphone

android sudag menyetarakan untuk kita kaum

tuannetra bisa memakainnya, karena adanya

aksesibilitas pada handphone itu sendiri, jadi untuk

remaja tunanetra disini dapat belajar banyak dari

 

Page 179: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

segala aspek, untuk mencari referensi akan banyak

sekali, karena sudah bisa menggunakan android.

4. Bagaiamana antusias remaja tunanetraa dalam

mengikuti setiap kegiatan bimbingan agama?

Antusias mereka cukup besar ya, karena mereka sudah

terbiasa. Kami disini semua membiasakannya, dan

mereka banyak mengikuti kegiatan, semua kegiatan

yang telah terjadwal di yayasan ini mereka ikuti. Pagi

mereka sekolah, sehabis pulang sekolah mereka

belajar dan berdiskusi dengan teman-temannya.

Setelah itu mereka makan, dan habis itu mereka

mengaji, menghafal di sore hari, sambil menunggu

waktu adzan magrib dan shalat berjama’ah, setelah

shalat mereka belajar agama, yang telah dijadwalkan

dengan pembimbing agama, dan setelah itu mereka

shalat isya, lanjut sampai jam 8, lalu habis itu mereka

tidur.

Menurut saya, mereka disini senang, dan untuk anak

yang baru juga tinggal menunggu adaptasi saja dengan

kebiasaan yayasan ini, lama-lama dalam proses

mereka akan menerima dan antusias.

 

Page 180: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

WAWANCARA REMAJA TUNANETRA

Nama : Qurratul Ain

Tempat, Tanggal Lahir : Gn. Sitoli, 06 Agustus

2000

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Pulo Nias, Jl. Lawu-lawu,

Desa, mudik, Gg. Sitoli

Tempat Wawancara : Yayasan Raudlatul

Makfufin

Pertanyaa:

1. Apa yang adik rasakan dengan kondisi adik saat ini?

Kalau sampai buta gini awalnya sih sedih, tapi karena

ada proses dari penerunan penglihatan jadi lama-lama

bisa biasa aja kak. Perasaan saat ini sih sudah tidak

apa-apa, tidak berlarut-larut dalam sedih kak, kondisi

saat ini udah baik-baik aja kak.

2. Seberapa lama adik beradaptasi dengan ketunantraan

saat itu menimpa diri adik?

Tidak lama sih kak, beradaptasi dengan ketunanetraan

ini. Karena kan terjadi kebutaan ini bertahan kak, jadi

saat ini sudah bisa menerima kak Alhamdullah.

Mungkin umi saya yang masih suka nangis, sedih.

Karena itu Ain sendiri tidak mau lemah, ingin

buktikan pada umi bahwa saya juga bisa terima

keadaan ini. Kalau sedih mungkin ada sedih, tapi

 

Page 181: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

semua nya naik turun kak, kalau saat ini sudah

terbiasa.

3. Bagaimana adik dapat menerima kenyataan ini?

Menerima begitu saja sih kak, karena kan proses nya

bertahap, awal nya mungkin tidak, marah, nangis,

kecewa. Tapi semua itu tidak berlarut-larut, karena

kan saya juga masih harus menjalankan hidup

kedepan, kalau saya sudah tidak percaya sama diri

sendiri dan PD, apa nanti orang lain yang mandang

saya. Maka dari itu kak, saya membiasakan diri dan

bersyukur atas apa yang Allah kasih sekarang.

Alhamdullah dikasih temen-temen yang baik disini.

4. Motivasi terbesar apa yang membuat adik dapat

beraktivitas seperti yang lainnya?

Umi saya sih kak, karena saya ingin umi saya bahagia

melihat saya, dan bangga. Makanya saya tidak

terpuruk terlalu lama, dan mulai ke yayasan ini untuk

belajar agama dan kursus braille.

5. Apa pengaruh terbesar yayasan ini untuk adik?

Sangat perpengaruh besar kak, dulu saya tidak

sepercaya diri sekarang, tidak menerima diri seperti

sekarang, kemudian datang kesini, bertemu teman-

teman yang satu komunitas dengan saya, akhirnya

saya merasa bahwa saya baik-baik saja.

6. Bagaimana pembimbing agama dalam memberikan

materi agama sehingga adik dapat meningkatkan

penerimaan diri?

 

Page 182: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

Wah banyak ya kak, ajaran agama yang diberikan

Ustadz, semua materinya baik dan bagus, ajarannya

terarah. Banyak materi yang diberikan, bukan materi

sih kak, kaya motivasi, seperti diceritakan sejarah-

sejarah nabi, rasul, dengan keadaan yang mulai dan

memiliki perilaku baik serta sabar. Seperti itu,

mengajarkan tentang arti hidup yang baik menurut

agama Islam, dan harus sabar serta bersyukur.

7. Apa penting peran pembimbing agama dalam hidup

adik?

Penting, tapi saya dapat menerima keadaan tidak

semata-mata karena pembimbing agama saja kak,

banyak faktor lain yang mendorong saya, salah

satunya ya pembimbing agama, Ustadz disini sangat

penting, berpengaruh dalam hidup Ain ajarannya,

arahannya dll.

8. Bagaimana cara adik meningkatkan penerimaan diri

terhadap diri sendiri, selain dorongan dan arahan dari

pembimbing agama?

Dari diri kita kak, untuk tidak menghakimi diri kita

sendiri, kalau kita sudah tidak bisa menerima apa lagi

orang lain, maka pikirannya harus di rubah, agar saya

berada dijalan yang benar, sama berserah diri pada

Allah.

9. Apakah adik merasa asing di lingkungan luar?

Dulu awal-awal tunanetra iya asing kak, tapi sekarang

udah tidak, apa lagi penerimaan diri mulai tumbuh

 

Page 183: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

semakin tumbuh, semakin bisa beradaptasi dengan

masyarakat di luar. Mungkin kalau masyarakat yang

luar banget, masih saya juga menerka-nerka untuk

beradaptasi.

10. Apa dorongan terbesar adik dapat menjalankan semua

ini dengan optimis, samapai saat ini bisa sekolah,

belajar agama?

Karena ingin hidup bermanfaat, dan membhagiakan

orang tua, kalau saya tidak maju, dan terpuruk terus

saya malah mengecewakan umi saya. Maka dari itu

saya selalu mendorong diri saya sendiri kak, tidak

orang lain atau siapapun. Semua dari diri Ain dulu,

baru datanglah motivasi dari keluarga dan teman-

teman untuk bersemangat menjalankan semua ini,

terutama harus percaya Allah itu ada bersama kita.

 

Page 184: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

WAWANCARA REMAJA TUNANETRA

Nama : Rovan Januariza

Tempat, Tanggal Lahir : Tajimalela, 01 Januari

1999

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Kp. Kadu Sabrang RT

02/02, Cikupa Desa Cikupa, Kec. Cikupa, Tangerang,

Banten.

Tempat Wawancara : Yayasan Raudlatul

Makfufin

Pertanyaa:

1. Apa yang adik rasakan dengan kondisi adik saat ini?

Untuk kondisi saya saat ini baik-baik aja kak,

mungkin awal-awal saya tunanetra saya down sekali,

pertama saya tidak bisa lihat sama sekali di kelas 8

SMP, itu disitu saya sangat terpukul dan tidak mau

menrima kenyataan sama sekali. Untuk saat ini

kondisi saya baik-baik saja Alhamdulillah.

2. Seberapa lama adik beradaptasi dengan ketunantraan

saat itu menimpa diri adik?

Cukup lama sekali kak, dulu saya dirumah terus, tidak

pernah keluar rumah. Waktu saya SMP, dikamar terus

murung, menangis, kesal, malu. Apalagi saya hidup di

kampong, sering dikata-katain. Sering sekali kak saya

di jahatin sama teman-teman, hingga akhirnya saya

 

Page 185: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

mengurungkan diri di kamar, Alhamdulillah 2 tahun

saya bisa beradaptasi dan menerima keadaan saya.

3. Bagaimana adik dapat menerima kenyataan ini?

Sulit awalnya untuk menerima kenyataan saya buta,

tapi mau gimana lagi, hidup harus terus berjalan kak.

Saya juga manusia, kadang merasa tidak menerima,

kadang menerima. Tergantung keadaan dan mood

saya.

4. Motivasi terbesar apa yang membuat adik dapat

beraktivitas seperti yang lainnya?

Saya sendiri kak, motivasi itu datang dari saya sendiri.

Saya memiliki cita-cita dan ingin kuliah di UIN

Jakarta, seperti pak Sapto Wibowo, pak Budi. Saya

ingin berpendidikan tinggi dan membanggakan orang

tua. Itu motivasi saya, untuk terus menjalankan

kehidupan ini.

5. Apa pengaruh terbesar yayasan ini untuk adik?

Sangat berpengaruh, soalnya saya bisa seperti

sekarang banyak andil yayasan ini untuk saya kak,

sebelum kesini saya tidak tahu seperti apa dengan

keadaan saya ini, karena saya rasa saya mulai bnayak

berubah di yayasan ini, menjadi lebih baik, lebih

terdidik.

6. Bagaimana pembimbing agama dalam memberikan

materi agama sehingga adik dapat meningkatkan

penerimaan diri?

 

Page 186: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

Pembimbing agama, terutama Ustadz-ustadz disini

sangat berpengaruh di hidup sayta, beliau yang

merangkul saya, membawa saya kejalan benar dengan

ajaran Islam. Untuk materi bimbingan yang pada

umumnya belajar agama kak, tapi disisi lain kita kana

da shareing, memberi nasihat, kalau ada masalah

memberi solusi. Bukan hanya mengajar agama saja,

tapi pembelajaran diluar kelas juga. Namun materi

yang telah diberikan sangat berpengaruh, dan

mengena dihati saya.

7. Apa penting peran pembimbing agama dalam hidup

adik?

Peran pembimbing atau ustadz, sangat penting,

mereka sudah seperti orang tua saya disini, saya juga

dapat hal banyak nasihat, pembelajaran mengenai

hidup, karna kan beliau itu lebih banyak pengalaman

hidupnya dari pada saya, maka beliau lebih tahu

bagaimana saya harus bertindak dan sebagainya.

8. Bagaimana cara adik meningkatkan penerimaan diri

terhadap diri sendiri, selain dorongan dan arahan dari

pembimbing agama?

Cara saya meningkatkan penerimaan diri, ya dengan

saya terus menerus berserah pada Allah kak,

kembalikan semuanya pada Allah maka hidup akan

baik-baik saja, jika kita kuat Iman dan takwa maka

kita juga akan terasa positif menjalankan hidup, dan

itu juga yang diberikan oleh ustadz-ustadz disini,

 

Page 187: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

beliau mengajarkan banyak sekali tentang makna

hidup yang indah, salah satunya adalah bersyukur atas

nikmat yang Allah berikan.

9. Apakah adik merasa asing di lingkungan luar?

Lingkungan diluar berbeda-beda kak, ada dirumah

saya di kampong yang masih mengejek, menghina,

banyaklah kak macamnya. Akan tetapi untuk

lingkungan disini, masyrakatnya antusias membantu,

bergaul dengan kita yang tunanetra, maka kita merasa

tidak di asingkan.

10. Apa dorongan terbesar adik dapat menjalankan semua

ini dengan optimis, samapai saat ini bisa sekolah,

belajar agama?

Dari diri sendiri kak. Saya ingin membuktikan bahawa

tunanetra juga mampu menjalakan kehidupan seperti

masyarakat lainnya, kita hanya tidak bisa melihat saja.

Bagi saya tunanetra itu adalah cacat paling ringan, kita

hanya tidak bisa melihat saja, hany disitu

kekurangannya, maka dari itu kita harus bisa hidup

seperti yang lain, beraktivitas dan bercita-cita

 

Page 188: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

WAWANCARA REMAJA TUNANETRA

Nama : Muhammad Nabil Salim

Asqolani

Tempat, Tanggal Lahir : Pati, 13 Agustus 2002

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Karanglo III RT 001 RW

005, Kel. Sidomoyo, Kec. Godean, Kab. Slamen, DI

Yogyakarta

Tempat Wawancara : Yayasan Raudlatul

Makfufin

Pertanyaa:

1. Apa yang adik rasakan dengan kondisi adik saat ini?

Alhamdulillah baik kak, kondisi saya saat ini baik,

karena saya sudah terbiasa sejak kecil tidak bisa

melihat, jadi kondisi saya begitu-begitu saja, akan

tetapi hidup saya normal naik turun, kadang semangat

kadang tidak, ada juga galaunya dalam menjalankan

kehidupan ini, seperti orang-orang pada umumnya

kak, untuk kondisi saat ini sih baik.

2. Seberapa lama adik beradaptasi dengan ketunantraan

saat itu menimpa diri adik?

Saya dari dulu sudah bisa menerima kak, karena sudah

terbiasa juga, dari kecil sudah tidak bisa melihat.

Maka dari itu jika ditanyakan menerima apa tidak,

saya tidak bisa menilainya, tapi sejauh ini saya

 

Page 189: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

menerima, dan ditanya berkeinginan untuk melihat,

iya tentu saya juga ingin melihat dunia kak.

3. Bagaimana adik dapat menerima kenyataan ini?

Mengalir begitu saja kak, dari dulu saya sudah seperti

ini jadi sudah menerima begitu saja, tapi saya juga

suka sedih kalau sedang sendiri, merasa ingin bisa

melihat, tapi itu hanya sesaat, tidak berlarut lama

dalam kesedihan.

4. Motivasi terbesar apa yang membuat adik dapat

beraktivitas seperti yang lainnya?

Motivasi terbesar saya, ingin membuktikan pada

semua orang bahwa kita yang tunanetra dapat

melakukan yang bisa di lakukan oleh orang yang

melihat, maka dari itu motivasi itu datang dari kita

dulu kak, kita untuk mau berubah dan merubah

menjadi lebih baik.

5. Apa pengaruh terbesar yayasan ini untuk adik?

Banyak ya kak, pengaruhnya terutama dalam hal

agama, tertib dan disiplin. Saya kan dari umum dulu

pendidikan SD, SMP. Hanya SMA aja yang disini,

saya ignin belajar agama, rasanya hampa hidup kak

jauh dari Allah, maka saya ingin mendekatkan diri,

dan belajar agama. Saya juga memiliki teman banyak

disini, bertemu teman-teman yang mau mengajarkan

saya,

 

Page 190: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

6. Bagaimana pembimbing agama dalam memberikan

materi agama sehingga adik dapat meningkatkan

penerimaan diri?

Materi bimbingan agama sangat banyak ya kak yang

diberikan, salah satunya saya suka materi akhlak, dan

saya sedang fokus pada pengahafalan Al-Qur’an.

Materi yang sering disampaikan juga terasa ringan,

karena Ustadz diisni menyampaikan melalui ceramah

dan cerita kak. Untuk materi yang didapat bagi saya

dapat membuat kemajuan, selama saya disini

mendapatkan banyak hal terutama dalam bersabar dan

bersyukur dengan keadaan kita.

7. Apa penting peran pembimbing agama dalam hidup

adik?

Sangat penting kak, saya keisni karena ingin fokus

belajar agama. Peran pembimbing disini juga sangat

berpengaruh dengan keadaan kita-kita disini. Karena

mereka memperhatikan kita penuh, dengan kondisi

kita, walaupun disini diajarkan kemandirian, akan

tetapi yang ditanamkan oleh Ustadz disini bahwa kita

harus cinta dan menerima keadaan kita dengan lapang

dan tulus, Alhamdulillah kak, saya selama disini

merasa nyaman dan lebih baik lagi.

8. Bagaimana cara adik meningkatkan penerimaan diri

terhadap diri sendiri, selain dorongan dan arahan dari

pembimbing agama?

 

Page 191: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

Caranya hanya satu kak, yakin pada Allah. Kadang

manusia kan imannya naik turun kak, saya juga tidak

bisa memastikan bahwa saya akan menerima terus

menerus, tapi sejauh ini selalu berfikir positif akan

kehidupan saya ini, Allah menyiapkan yang terbaik

untuk saya.

9. Apakah adik merasa asing di lingkungan luar?

Tidak sih kak, lingkungan luar Alhamdulillah mereka

antusias, apa karena saya juga tunanetra sudah dari

kecil jadi sudah banyak beradaptasi dengan

masyarakat banyak, tapi sejauh ini saya melihat

masyarakat di rumah saya, di yayasan ini baik, respon

mereka bagus pada kita-kita yang tunanetra.

10. Apa dorongan terbesar adik dapat menjalankan semua

ini dengan optimis, samapai saat ini bisa sekolah,

belajar agama?

Dorongan saya, diri saya sendiri kak. Saya merasa

harus bertanggung jawab penuh atas diri saya, Allah

telah menyiapkan yang terbaik buat semua umatnya,

dan pikiran yang positif yang membuat kita terus

mendorong kearah yang baik.

 

Page 192: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

 

Page 193: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

 

Page 194: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

 

Page 195: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

 

Page 196: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

 

Page 197: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

 

Page 198: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

LAMPIRAN FOTO KEGIATAN

Foto ini diambil setelah wawancara dengan ketua Yayasan

Raudlatul Makfufin

Foto ini diambil saat selesai wawancara dengan remaja tunanetra

 

Page 199: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

Foto ini diambil saat Observasi di yayasan Raudlatul Makfufin

 

Page 200: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

Foto ini diambil saat kegiatan bimbingan agama sedang berjalan

 

Page 201: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

Foto ini diambil saat kegiatan bimbingan agama sedang berjalan

Foto ini diambil setelah peneliti selesai wawancara dengan

pembimbing agama

 

Page 202: PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PENERIMAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45535/1/FARAH...pelaksanaan bimbingan agama dalam penerimaan diri remaja tunanetra

FOTO INI DIAMBIL SETELAH PENELITI MELAKUKAN

SIDANG SKRIPSI