paper mssp analisis renstra dan capaian kinerja kemenhub (1)
DESCRIPTION
STAN JAKARTA D4 BPKP 2013TRANSCRIPT
Analisis Renstra dan LAKIP Kementerian Perhubungan
Manajemen Strategi Sektor Pemerintah
Analisis Renstra dan Pencapaian Kinerja Kementerian Perhubungan
Disusun Oleh: Abdurrozak Zaki(01) Hendrawan Budi Susilo (14)Indayanita Susia Situmeang (15)
Sekolah Tinggi Akuntansi NegaraDiploma IV – Kelas 8B BPKPOktober 2013
1
Analisis Renstra dan LAKIP Kementerian Perhubungan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kementerian Perhubungan adalah sebuah kementerian yang telah berdiri sejak
tahun 1945, Kementerian Perhubungan memiliki tugas membantu presiden dalam
menyelenggarakan tugas pemerintahan di bidang perhubungan. Kegiatan
Perhubungan itu sendiri terdiri dari kegiatan perhubungan darat, perhubungan laut,
perhubungan udara, dan perkereta apian. Kegiatan perhubungan selain dapat
dilaksakanan oleh pemerintah juga dapat dilaksanakan oleh sektor swasta. Apabila
kegiatan tersebut dilaksanakan oleh sektor swasta kementerian perhubungan tetap
memegang peranan penting selaku regulator sebagai perumus dan pelaksana
kebiijakan terkait bidang perhubungannya. Untuk memperkuat kinerja Kementerian
Perhubungan juga melaksanakan kegiatan meningkatkan kemampuan SDM . Selain
itu juga melakukan penelitian dan pengembangan di bidang perhubungan.
Beberapa peran Kementerian Perhubungan dalam kegiatan pemerintahan
antara lain, Kementerian Perhubungan turut serta dalam harmonisasi peran dan
fungsi berbagai lembaga dalam rangka peningkatan pengamanan dan pengendalian
pelanggaran di wilayah laut serta pengamanan dalam menjaga kedaulatan wilayah
NKRI; di bidang ekonomi, ketenagakerjaan, dan infrastruktur, Kementerian
Perhubungan telah menandatangani MoU dengan kementerian Pemberdayaan
Perempuan Tentang Pengintegrasian Pengarusutamaan Gender di Bidang
Perhubungan; dalam hal menjaga stabilitas harga Kementerian Perhubungan
berperan dalam sistem distribusi yang antara lain mencakup sub-sistem
transportasi/perhubungan, infrastruktur dan sistem pelayanan
pelabuhan/kepabeanan.
Atas kompleksitas yang terjadi pada Kementerian Perhubungan, kelompok
kami mencoba menganalisis tentang kinerja kementerian tersebut. Tentang
bagaimana kementerian ini melaksanakan tugas sesuai dengan target
perencanaannya, juga tentang bagaimana kinerja kementerian ini dalam turut serta
menyukseskan rencana kerja pemerintah.
2
Analisis Renstra dan LAKIP Kementerian Perhubungan
B. Teori Pengukuran Kinerja
Visi
Menurut Tony Buzan dalam buku The Power of Spiritual Intelegence, visi
didefinisikan sebagai kemampuan berpikir atau merencanakan masa depan dengan
bijak dan imajinatif, menggunakan gambaran mental tentang situasi yang dapat dan
mungkin terjadi di masa mendatang.
Menurut McKinsey, secara harfiah visi adalah penglihatan atau pandangan
yang mencerminkan harapan dan cita-cita masa depan. Visi dalam bentuk
pernyataan dapat digambarkan sebagai berikut:
- Masa depan yang diinginkan?
- Apa yang kita percaya akan terjadi?
Selanjutnya karakteristik visi sebuah perusahaan akan efektif bila dapat dicerna
dengan bahasa yang mudah dan gamblang. Visi bukan merupakan rangkaian
Perencanaan Strategis (Strategic Planning) yang komprehensif dan detail.
Karakteristik visi yang efektif adalah:
1. Dapat Dibayangkan
2. Diinginkan oleh pihak yang terkait
3. Realistis dan Terjangkau
4. Fleksibel
5. Mudah dikomunikasikan
Sedangkan menurut Fred R. David dalam buku Konsep Manajemen Strategi,
visi yang baik haruslah singkat, tidak lebih dari satu kalimat, dan dapat menjawab
pertanyaan “ingin seperti apa perusahaan/instansi di masa depan?”
Misi
Menurut Peter Drucker misi adalahsebuah deklarasi tentang ‘alasan
keberadaan’ suatu organisasi.
Menurut McKinsey, misi merupakan sebuah Pernyataan Keinginan mendalam
pendiri perusahaan tentang Organisasi (Bisnis) nya bagi Masyarakat sekitar, baik
pasar atau sosial ekonomi lainnya.
3
Analisis Renstra dan LAKIP Kementerian Perhubungan
Jadi pengertian misi dapat dideskripsikan sebagai pertanyaan berikut:
- Mengapa sebuah perusahaan/instansi (harus) ada?
- Alasan keberadaan sebuah perusahaan/instansi?
- Bisnis yang tengah Dijalankan sebuah Perusahaan/Instansi?
Sedangkan menurut Fred R. David dalam buku Konsep Manajemen Strategi,
Misi yang baik seharusnya memasukkan 9 komponen penting berikut ini:
1. Konsumen Siapakah konsumen perusahaan?
2. Produk atau Jasa Apakah produk atau jasa utama perusahaan?
3. Pasar Secara geografis, dimanakah perusahaan bersaing?
4. Teknologi Apakah perusahaan canggih secara teknologi?
5. Fokus pada kelangsungan hidup, keuntungan dan pertumbuhan Apakah
perusahaan komitmen terhadap pertumbuhan dan kondisi keuangan yang
sehat?
6. Filosofi Apakah keyakinan nilai, aspirasidan prioritas etis dasar
perusahaan?
7. Konsep Diri Apakah kompetensi khusus atau keunggulan kompetitif
utama perusahaan?
8. Fokus pada Citra Publik Apakah perusahaan responsive terhadap
masalah-masalah sosial, komunitas, dan lingkungan hidup?
9. Fokus pada karyawan Apakah karyawan dianggap sebagai asset
perusahaan yang berharga?
Dalam usaha pencapaian visi melalui misi yang telah disusun organisasi akan
melakukan pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja ini dimaksudkan sebagai bahan
evaluasi apakah sebuah organisasi telah berjalan dengan efektif. Dari pengukuran
kinerja ini juga dapat diperoleh berbagai informasi untuk menetapkan strategi
organisasi berikutnya.
Definisi pengukuran kinerja menurut Mulyadi adalah penentuan secara periodik
efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawan
berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang diterapkan sebelumnya.
Menurut Anderson dan Clancy pengukuran kinerja adalah “feed back from the
accountant to management that provide information abaout how well the actions
4
Analisis Renstra dan LAKIP Kementerian Perhubungan
represent the plans; it also identifies where managers say need to make corrections
or adjustments in future planning and controlling activities”.
Sedangkan menurut Anthony, Banker, Kaplan, dan Young adalah kegiatan
pengukurab kinerja dari sebuah aktivitas atau keseluruhan aktivitas pada rantai nilai.
Dari definisi tersebut dapat kita katakana bahwa pengukuran kinerja adalah
tindakan pengukuran yang dilakuka terhadap berbagai rantai nilai yang ada pada
perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik
untuk memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik
dimana perusahaan memerlukan penyesuaian-penyesuaian atas aktivitas
perencanaan dan pengendalan.
Pengukuran kinerja yang dilakukan dengan baik akan memberikan manfaat
sebagai berikut :
1. Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan membawa
perusahaan lebih dekat dengan pelanggannya dan membuat seluruh
orangdalam organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan kepada
pelanggannya.
2. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari mata
rantai pelanggan dan pemasok internal.
3. Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya-upaya
pengurangan terhadap pemborosan tersebut (reduction of wastes).
4. Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih
konkret sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi.
5. Membangun konsesus untuk melakukan suatu perubahan dengan member
reward atas perilaku yang diharapkan tersebut.
C. Rencana Strategis
Perencanaan strategis adalah suatu rencana jangka panjang yang bersifat
menyeluruh, memberikan rumusan ke mana organisasi akan diarahkan, dan
bagaimana sumberdaya dialokasikan untuk mencapai tujuan selama jangka waktu
tertentu dalam berbagai kemungkinan keadaan lingkungan. Perencanaan Strategik
(Strategic Plans) juga merupakan suatu proses pemilihan tujuan-tujuan organisasi,
penentuan strategi, kebijaksanaan, program-program strategi yang diperlukan untuk
5
Analisis Renstra dan LAKIP Kementerian Perhubungan
tujuan-tujuan tersebut. Perencanaan strategis tidak mengenal standar baku, dan
prosesnya mempunyai variasi yang tidak terbatas. Tiap penerapan perlu merancang
variasinya sendiri sesuai kebutuhan,situasi dan kondisi setempat.
Beberapa definisi dan pengertian yang ada dalam pedoman penyusunan
Rencana Strategis sebagai berikut:
1) Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir
periode perencanaan;
2) Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan
untuk mewujudkan visi;
3) Strategi adalah cara yang digunakan atau diambil untuk mencapai visi dan
misi sesuai dengan hasil identifikasi kondisi dan permasalahan;
4) Program adalah cara yang digunakan atau diambil untuk mencapai visi misi
sesuai dengan hasil identifikasi kondisi dan permasalahan;
5) Program adalah instrumen kebijakan yang berisi kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan untuk mencapai Visi dan Misi dam memperoleh alokasi
anggaran.
6) Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh unit-unit
organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan meliputi Eselon II, Instansi
Vertikal, dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) serta terdiri dari sekumpulan
tindakan pengerahan sumber daya baik sumber daya manusia, barang
modal dan semua jenis sumberdaya (input) untuk menghasilkan keluaran.
Secara garis besar penyusunan Rencana Strategis melalui langkah-langkah berikut:
1) persiapan,
2) penyusunan Visi dan Misi,
3) identifikasi Kondisi Umum serta permasalahan,
4) penyusunan strategi,
5) penyusunan Matriks Kinerja Program, Kegiatan dan Rencana Aksi.
Ada 3 ( tiga ) alasan yang menunjukkan pentingnya Perencanaan Strategis :
1. Perencanaan strategic memberikan kerangka dasar dalam mana semua
bentuk-bentuk perencanaan lainnya yang harus di ambil.
2. Pemahaman terhadap perencanaan strategik akan mempermudah
pemahaman bentuk-bentuk perencanaan lainnya.
3. Perencanaan strategis merupakan titik permulaan bagi penilaian kegiatan
manajer dan organisasi.
6
Analisis Renstra dan LAKIP Kementerian Perhubungan
D. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Setiap instansi pemerintah dibentuk untuk mengemban suatu tugas dan
tanggung jawab tertentu dengan diberikan kewenangan atau mandat untuk
melaksanakan tugas itu. Untuk melaksanakan mandat dari masyarakat umum ini
perlu adanya akuntabilitas yang baik. Akuntabilitas yang baik, memadai, tertib, dan
teratur, sudah menjadi tuntutan masyarakat kepada pemerintah. Oleh karena itu
setiap instansi pemerintah berkewajiban untuk menyiapkan, menyusun dan
menyampaikan laporan kinerja secara tertulis, periodik dan melembaga. Setiap
instansi pemerintah juga diharapkan membantu pimpinan tertinggi pemerintah untuk
dapat mempertanggungjawabkan mandat/kewenangannya kepada
masyarakat/publik melalui lembaga perwakilan. Muaranya, instansi pemerintah
harus mempertanggungjawabkan dan menjelaskan keberhasilan/kegagalan tingkat
kinerja yang dicapainya.
Pelaporan kinerja oleh instansi pemerintah ini kemudian dituangkan dalam
dokumen Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Penyusunan
LAKIP diatur dalam Instruksi Presiden nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP dapat dikategorikan sebagai laporan rutin,
karena paling tidak disusun dan disampaikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan setahun sekali. LAKIP merupakan media utama yang menuangkan
kinerja instansi pemerintah. Pelaporan kinerja ini mengkomunikasikan capaian
kinerja organisasi dalam suatu tahun anggaran yang dikaitkan dengan proses
pencapaian tujuan dan sasaran instansi pemerintah. LAKIP menyajikan uraian
tentang kinerja instansi pemerintah dalam arti keberhasilan dan kegagalan
pencapaian sasaran dan tujuan instansi pemerintah. Di samping itu, perlu juga
dimasukkan dalam LAKIP aspek keuangan yang secara langsung mengaitkan
hubungan antara anggaran negara yang dibelanjakan dengan hasil atau manfaat
yang diperoleh. Tujuan dari disusunnya LAKIP adalah untuk mewujudkan
akuntabilitas seseorang atau pimpinan kolektif lembaga/instansi kepada pihak-
pihakyang memberi mandat/amanah. Oleh karena itu, pelaporan AKIP merupakan
perwujudan salah satu kewajiban untuk menjawab tentang apa yang sudah
diamanahkan kepada setiap manajer/pejabat publik.
7
Analisis Renstra dan LAKIP Kementerian Perhubungan
Latar belakang perlunya penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP), antara lain :
Dalam rangka lebih meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih
berdayaguna, berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab dipandang perlu
adanya pelaporan AKIP
Untuk melaksanakan pelaporan AKIP perlu dikembangkan Sistem AKIP
Sebagai wujud pertanggungjawaban dalam mencapai misi dan tujuan instansi
pemerintah dan dalam rangka perwujudan good governance telah dikembangkan
media pertanggungjawaban berupa LAKIP
LAKIP yang selama ini disusun dan disajikan secara terpisah dengan laporan
keuangan, harus disusun dan disajikan secara terintegrasi dengan laporan
keuangan, sehingga memberi informasi yang komprehensif berkaitan dengan
keuangan dan kinerja. Pentingnya LAKIP adalah bermanfaat bagi dilaksanakannya
Evaluasi Kinerja. Fungsi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP),
antara lain:
1. Media hubungan kerja organisasi
2. Media akuntabilitas
3. Media informasi umpan balik perbaikan kinerja
4. LAKIP sebagai Instrumen Peningkatan Kinerja Berkesinambungan:
Action, artinya LAKIP sebagai bahan untuk perbaikan kelembagaan,
ketatalaksanaan, peningkatan sumber daya manusia, akuntabilitas dan
pelayanan publik.
Plan, artinya LAKIP sebagai sebagai bahan dalam menyusun Renstra,
Rencana Kerja Tahunan, Penetapan Kinerja untuk tahun yang akan datang.
Check, maksudnya LAKIP dapat digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan
atau kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi.
Do, artinya LAKIP sebagai alat dalam melaksanakan, memantau, mengukur
kinerja kegiatan suatu instansi.
8
Analisis Renstra dan LAKIP Kementerian Perhubungan
BAB II
EVALUASI RENSTRA
A. Penjabaran UUD 1945 ke RPJP dan RPJM
Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari tujuh belas ribuan pulau,
beraneka suku bangsa dan adat istiadat namun satu tujuan dan satu cita-cita
bernegara sebagaimana tertuang dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Untuk melaksanakan dan mencapai satu
tujuan dan satu cita-cita tersebut diperlukan suatu rencana yang dapat merumuskan
secara lebih konkret mengenai pencapaian dari tujuan bernegara tersebut.
Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional disusun sebagai penjabaran dari tujuan dibentuknya pemerintahan Negara
Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dalam bentuk visi, misi dan arah pembangunan
nasional. Dengan demikian, dokumen ini lebih bersifat visioner dan hanya memuat
hal-hal yang mendasar, sehingga memberi keleluasaan yang cukup bagi
penyusunan rencana jangka menengah dan tahunannya.
RPJP Nasional merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintahan
Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu untuk melindungi segenap bangsa
dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial dalam bentuk
rumusan visi, misi dan arah Pembangunan Nasional. RPJP menjadi pedoman dalam
penyusunan RPJM nasional yang memuat visi, misi, dan program Presiden.
Pentahapan rencana pembangunan nasional disusun dalam masing-masing periode
RPJM Nasional sesuai dengan visi, misi, dan program Presiden yang dipilih secara
langsung oleh rakyat. RPJM Nasional memuat strategi pembangunan nasional,
kebijakan umum, program kementerian/lembaga dan lintas kementerian/lembaga,
kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup
gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam
9
Analisis Renstra dan LAKIP Kementerian Perhubungan
rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang
bersifat indikatif.
RPJM sebagaimana tersebut di atas dijabarkan ke dalam Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) yang merupakan rencana pembangunan tahunan nasional, yang
memuat prioritas pembangunan nasional, rancangan kerangka ekonomi makro yang
mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan
fiskal, serta program kementerian/lembaga, lintas kementerian/lembaga kewilayahan
dalam bentuk kerangka regulasi dan pendanaan yang bersifat indikatif.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014
merupakan tahap kedua dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2007. RPJMN 2010-2014 ini selanjutnya menjadi pedoman bagi
kementerian/lembaga dalam menyusun Rencana Strategis kementerian/lembaga
(Renstra-KL) dan menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam
menyusun/menyesuaikan rencana pembangunan daerahnya masing-masing dalam
rangka pencapaian sasaran pembangunan nasional. Untuk pelaksanaan lebih lanjut,
RPJMN akan dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang akan
menjadi pedoman bagi penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (RAPBN).
Visi Indonesia 2014
Visi Indonesia 2014 adalah:
“TERWUJUDNYA INDONESIA YANG SEJAHTERA, DEMOKRATIS, DAN
BERKEADILAN”
dengan penjelasan sebagai berikut:
Kesejahteraan Rakyat. Terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat, melalui
pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan daya saing,
kekayaan sumber
daya alam, sumber daya manusia dan budaya bangsa. Tujuan penting ini dikelola
melalui kemajuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
10
Analisis Renstra dan LAKIP Kementerian Perhubungan
Demokrasi. Terwujudnya masyarakat, bangsa dan negara yang demokratis,
berbudaya, bermartabat dan menjunjung tinggi kebebasan yang bertanggung
jawab serta hak asasi manusia.
Keadilan. Terwujudnya pembangunan yang adil dan merata, yang dilakukan oleh
seluruh masyarakat secara aktif, yang hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh
bangsa Indonesia.
Misi 2010-2014
Misi 1: Melanjutkan Pembangunan Menuju Indonesia yang Sejahtera
Misi 2: Memperkuat Pilar-Pilar Demokrasi
Misi 3: Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua Bidang
Agenda
Dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan nasional 2009-2014, ditetapkan lima
agenda utama pembangunan nasional tahun 2009-2014, yaitu:
Agenda I : Pembangunan Ekonomi dan Peningkatan Kesejahteraan Rakyat
Agenda II : Perbaikan Tata Kelola Pemerintahan
Agenda III : Penegakan Pilar Demokrasi
Agenda IV : Penegakkan Hukum Dan Pemberantasan Korupsi
Agenda V : Pembangunan Yang Inklusif Dan Berkeadilan
11
Analisis Renstra dan LAKIP Kementerian Perhubungan
Program Prioritas
Visi dan Misi pemerintah 2009-2014, perlu dirumuskan dan dijabarkan lebih
operasional ke dalam sejumlah program prioritas sehingga lebih mudah
diimplementasikan dan diukur tingkat keberhasilannya. Sebelas Prioritas Nasional di
bawah ini bertujuan untuk sejumlah tantangan yang dihadapi oleh bangsa dan
negara di masa mendatang. Sebagian besar sumber daya dan kebijakan akan
diprioritaskan untuk menjamin implementasi dari 11 prioritas nasional yaitu: (1)
reformasi birokrasi dan tata kelola; (2) pendidikan; (3) kesehatan; (4)
penanggulangan kemiskinan; (5) ketahanan pangan; (6) infrastruktur; (7) iklim
investasi dan usaha; (8) energi; (9) lingkungan hidup dan bencana; (10) daerah
tertinggal, terdepan, terluar, dan paskakonflik; serta (11) kebudayaan, kreativitas,
dan inovasi teknologi.
B. PENJABARAN RPJM DAN PRIORITAS NASIONAL KE DALAM VISI MISI
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DAN EVALUASI VISI MISI
Visi Kementerian Perhubungan adalah “Terwujudnya pelayanan
transportasi yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah.”
Pelayanan transportasi yang handal, diindikasikan oleh penyelenggaraan
transportasi yang aman (security), selamat (safety), nyaman (comfortable), tepat
waktu (punctuality), terpelihara, mencukupi kebutuhan, menjangkau seluruh
pelosok tanah air serta mampu mendukung pembangunan nasional dalam wadah
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Pelayanan transportasi yang berdaya saing diindikasikan oleh
penyelenggaraan transportasi yang efisien, dengan harga terjangkau
(affordability) oleh semua lapisan masyarakat, ramah lingkungan, berkelanjutan,
dilayani oleh SDM yang profesional, mandiri dan produktif.
Pelayanan transportasi yang memberikan nilai tambah diindikasikan oleh
penyelenggaraan perhubungan yang mampu mendorong pertumbuhan produksi
nasional melalui iklim usaha yang kondusif bagi berkembangnya peran serta
masyarakat, usaha kecil, menengah dan koperasi, mengendalikan laju inflasi
melalui kelancaran mobilitas orang dan distribusi barang ke seluruh pelosok
tanah air, sehingga mampu memberikan kontribusi bagi percepatan
12
Analisis Renstra dan LAKIP Kementerian Perhubungan
pertumbuhan ekonomi nasional serta menciptakan lapangan kerja terutama
pada sektor-sektor andalan yang mendapat manfaat dari kelancaran pelayanan
transportasi.
Dari visi yang dijabarkan oleh Kementerian Perhubungan, dapat dilihat bahwa
visi Kementerian Perhubungan mendukung bagian pertama visi Indonesia 2014
yaitu Kesejahteraan Rakyat. Pelayanan transportasi yang handal, berdaya saing dan
memberikan nilai tambah pada akhirnya akan turut membantu meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
Menurut kelompok kami visi dari Kementerian Perhubungan telah sesuai
dengan teori Mc Kinsey dan Fred R.David yaitu singkat dan menjawab pertanyaan
ingin seperti apa instansi tersebut dimasa datang, serta apa yang kita percaya akan
terjadi. Namun visi tersebut belum merupakan visi yang efektif, karena visi tersebut
belum memenuhi karakteristik dapat dibayangkan dan mudah dikomunikasikan. Hal
ini terlihat dari Kementerian Perhubungan yang menjabarkan visi tersebut karena
visi tersebut memiliki kemungkinan yang multitafsir.
Untuk mencapai visi tersebut,maka dirumuskan misi sebagai berikut:
1. Meningkatkan keselamatan dan keamanan transportasi dalam upaya
peningkatan pelayanan jasa transportasi
Dalam upaya mengurangi/menurunkan tingkat kecelakaan dari sektor
transportasi ditengah kondisi keuangan negara yang masih diliputi krisis
keuangan global, pemerintah terus berupaya secara bertahap membenahi
sistem keselamatan dan keamanan transportasi menuju kondisi zero to
accident. Upaya yang dilakukan pemerintah tidak saja bertumpu kepada
penyediaan fasilitas keselamatan dan keamanan namun peningkatan kualitas
SDM transportasi, pembenahan regulasi di bidang keselamatan / keamanan
maupun sosialisasi kepada para pemangku kepentingan.
2. Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan jasa transportasi
untuk mendukung pengembangan konektivitas antar wilayah
Kebutuhan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan jasa transportasi
yang perlu mendapatkan perhatian adalah aksesibilitas di kawasan
pedesaan, kawasan pedalaman, kawasan tertinggal termasuk kawasan
13
Analisis Renstra dan LAKIP Kementerian Perhubungan
perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar yang masih menjadi tanggungjawab
pemerintah.
3. Meningkatkan kinerja pelayanan jasa transportasi
Dalam kondisi keuangan negara yang terimbas krisis keuangan dunia
tentunya sangat berpengaruh terhadap kinerja pelayanan jasa transportasi
karena masih terdapat beberapa operator yang memiliki keterbatasan
kemampuan melakukan perawatan dan peremajaan armada, demikian pula
pemerintah secara bertahap dengan dana yang terbatas melakukan
rehabilitasi dan pembangunan infrastruktur, sedangkan belum seluruh
masyarakat pengguna jasa memiliki daya beli yang memadai. Untuk
mendukung keberhasilan pembangunan nasional, perlu diupayakan
peningkatan kinerja pelayanan jasa transportasi menuju kepada kondisi yang
dapat memberikan pelayanan optimal bagi masyarakat, sejalan dengan
pemulihan pasca krisis keuangan global, melalui rehabilitasi dan perawatan
sarana dan prasarana transportasi.
4. Melanjutkan konsolidasi melalui restrukturisasi dan reformasi di bidang
peraturan, kelembagaan, sumber daya manusia (SDM), dan penegakan
hukum secara konsisten.
Sesuai dengan prinsip good governance melalui penerbitan 4 (empat) paket
undang-undang di sektor transportasi telah dilaksanakan restrukturisasi dan
reformasi dalam penyelenggaraan transportasi dengan pemisahan yang jelas
antara peran pemerintah, swasta dan masyarakat. Re strukturisasi di bidang
kelembagaan, menempatkan posisi Kementerian Perhubungan sebagai
regulator dan melimpahkan sebagian kewenangan di bidang perhubungan
kepada daerah dalam bentuk dekonsentrasi, desentralisasi dan tugas
pembantuan. Reformasi di bidang regulasi (regulatory reform) diarahkan
kepada penghilangan restriksi yang memungkinkan swasta berperan secara
penuh dalam penyelenggaraan jasa transportasi. Penegakan hokum
dilakukan secara konsisten dengan melibatkan peranserta masyarakat dalam
proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan penyelenggaraan jasa
transportasi. Restrukturisasi dan reformasi di bidang SDM diarahkan kepada
pembentukan kompetensi dan profesionalisme insan perhubungan dalam
14
Analisis Renstra dan LAKIP Kementerian Perhubungan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memiliki wawasa n global
dengan tetap mempertahankan jatidirinya sebagai manusia Indonesia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
5. Mewujudkan pengembangan teknologi transportasi yang ramah lingkungan
untuk mengantisipasi perubahan iklim.
Peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan dalam penyelenggaraan jasa
transportasi dititikberatkan kepada penambahan kapasitas sarana dan
prasarana transportasi, perbaikan pelayanan melalui pengembangan dan
penerapan teknologi transportasi yang ramah lingkungan sesuai dengan isu
perubahan iklim (global warming) sejalan dengan perkembangan permintaan
dan preferensi masyarakat. Dalam peningkatan kapasitas dan pelayanan
jasa transportasi senantiasa berpedoman kepada prinsip pembangunan
berkelanjutan yang dituangkan dalam rencana induk, pedoman teknis dan
skema pendanaan yang ditetapkan.
Dari misi yang dijabarkan oleh Kementerian Perhubungan, dapat dilihat bahwa
misi Kementerian Perhubungan telah memuat/mendukung Sebelas Prioritas
Nasional. Pada Prioritas ke-6 (Infrastruktur), Kementerian Perhubungan
mendukungnya melalui misi ke-5 yaitu mewujudkan pengembangan teknologi
transportasi yang ramah lingkungan untuk mengantisipasi perubahan iklim.
Kemudian selanjutnya Prioritas Nasional yang didukung oleh Kementerian
Perhubungan adalah Prioritas ke-10 (daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan
paskakonflik) melalui misi ke-2 (Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap
pelayanan jasa transportasi untuk mendukung pengembangan konektivitas antar
wilayah)
Menurut McKinsey, misi merupakan sebuah Pernyataan Keinginan mendalam
pendiri perusahaan tentang Organisasi (Bisnis) nya bagi Masyarakat sekitar, baik
pasar atau sosial ekonomi lainnya.
Jadi pengertian misi dapat dideskripsikan sebagai pertanyaan berikut:
- Mengapa sebuah perusahaan/instansi (harus) ada?
Pertanyaan ini terjawab melalui misi 1 sampai dengan 3, yaitu mengenai
urgensi adanya Kementerian Perhubungan sebagai penyedia jasa layanan
15
Analisis Renstra dan LAKIP Kementerian Perhubungan
transportasi yang memperhatikan keamanan dan kenyamanan guna
mendukung konektivitas antar wilayah.
- Alasan keberadaan sebuah perusahaan/instansi?
Pertanyaan ini terjawab di misi 2, alasan keberadaan Kementerian
Perhubungan adalah Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap
pelayanan jasa transportasi untuk mendukung pengembangan konektivitas
antar wilayah
- Bisnis yang tengah Dijalankan sebuah Perusahaan/Instansi?
Core business di Kementerian Perhubungan adalah menyediakan layanan jasa
transportasi yang aman dan nyaman.
Sedangkan menurut Fred R. David dalam buku Konsep Manajemen Strategi, Misi
yang baik seharusnya memasukkan 9 komponen penting dibawah ini:
1. Konsumen Masyarakat
2. Produk atau Jasa Layanan jasa transportasi
3. Pasar Seluruh Masyarakat Indonesia
4. Teknologi pengembangan teknologi transportasi yang ramah
lingkungan
5. Fokus pada kelangsungan hidup, keuntungan dan pertumbuhan
meningkatkan kinerja pelayanan jasa transportasi
6. Filosofi Menyediakan jasa layanan transportasi yang aman dan selamat.
7. Konsep Diri mendukung pengembangan konektifitas antar wilayah
8. Fokus pada Citra Publik adanya keinginan pemenuhan sarana
transportasiyang mengantisipasi perubahan iklim
9. Fokus pada karyawan Melanjutkan konsolidasi melalui restrukturisasi
dan reformasi di bidang peraturan, kelembagaan, sumber daya manusia
(SDM)
Menurut Kelompok kami, pernyataan misi dari Kementerian Perhubungan sudah
cukup baik, sudah menjawab hampir semua pertanyaan tentang misi oleh Mckinsey
dan Fred R. David.
C. ANALISIS STRATEGI KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
Tujuan yang hendak dicapai Kementerian Perhubungan adalah Mewujudkan
penyelenggaraan transportasi yang efektif dan efisien yang didukung SDM
16
Analisis Renstra dan LAKIP Kementerian Perhubungan
transportasi yang berkompeten guna mendukung perwujudan Indonesia yang lebih
sejahtera, sejalan dengan perwujudan Indonesia yang aman dan damai serta adil
dan demokratis. Penyelenggaraan kegiatan transportasi yang efektif berkaitan
dengan ketersediaan aksesibilitas, optimalisasi kapasitas, maksimalisasi kualitas
serta keterjangkauan dalam pelayanan, sedangkan penyelenggaraan transportasi
yang efisien berkaitan dengan kemampuan pengembangan dan penerapan
teknologi transportasi serta peningkatan kualitas SDM transportasi yang berdampak
kepada maksimalisasi dayaguna dan minimasi biaya yang menjadi beban
masyarakat.
Dalam dokumen Renstra Kementerian Perhubungan Tahun 2010-2014, telah
disusun Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2010-2014 melalui
dua strategi pokok, yaitu:
1. Strategi Penataan Penyelenggaraan Perubungan
Strategi ini diarahkan untuk penataan penyelenggaraan perhubungan dan
dilanjutkan dengan penataan Sistem Transportasi Nasional sejalan dengan
perubahan lingkungan strategis baik pada skala lokal, regional maupun global
2. Strategi Pembangunan Perhubungan
Strategi pembangunan perhubungan diarahkan untuk meningkatkan
kapasitas dan kualitas pelayanan termasuk keselamatan dan keamanan dalam
kerangka penyediaan aksesibilitas jasa perhubungan kepada masyarakat baik di
seluruh pelosok tanah air maupun di manca negara. Strategi pembangunan
perhubungan ini kemudian dirinci untuk masing-masing matra transportasi yang
terdiri atas transportasi darat, transportasi perkeretaapian, transportasi laut dan
transportasi udara serta Sekretariat Jenderal dan Pendidikan dan Pelatihan
Transportasi.
Strategi yang dituangkan dalam dokumen Rencana Strategis Kementerian
Perhubungan tidak menggambarkan strategi global yang hendak diterapkan
karena merupakan gabungan strategi dari masing-masing Unit Eselon I. Namun
demikian Kementerian Perhubungan telah menetapkan kebijakan umum strategi
dalam pembangunan dan penyelenggaraan transportasi tahun 2010-2014 yang
meliputi hal-hal sebagai berikut:
17
Analisis Renstra dan LAKIP Kementerian Perhubungan
1. Mendukung pergerakan kelancaran mobilitas penumpang dan distribusi
barang/ jasa untuk mendorong pengembangan konektivitas antar wilayah dan
meningkatkan daya saing produk nasional
2. Mewujudkan ketahanan nasional dan wawasan nusantara guna
memantapkan penalaran keutuhan NKRI
3. Meningkatkan keselamatan dan keamanan transportasi guna memberikan
pelayanan kepada masyarakat pengguna jasa transportasi
4. Memberikan ruang seluas-luasnya kepada daerah berdasarkan
kewenangannya dan memberikan kemudahan kepada pemerintah daerah
dalam penyelenggaraan angkutan massal
5. Mendorong partisipasi peran serta swasta dengan memperhitungkan tingkat
pelayanan agar tetap terjaga efisiensi, pemerataan kepentingan daya beli
masyarakat lainnya serta kepentingan operator terkait dengan jaminan
kelangsungan usaha
6. Meningkatkan kualitas SDM Transportasi guna mewujudkan
penyelenggaraan transportasi yang handal, efisien dan efektif
7. Mendorong pengembangan teknologi transportasi yang ramah lingkungan
sebagai antisipasi terhadap dampak perubahan iklim.
Sedangkan sasaran strategis 2010-2014 yang hendak dicapai oleh
Kementerian Perhubungan adalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya keselamatan, keamanan, dan pelayanan sarana dan prasarana
transportasi sesuai Standar Pelayanan Minimal
2. Meningkatnya aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan sarana dan
prasarana transportasi guna mendorong pengembangan konektivitas antar
wilayah
3. Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi untuk mengurangi
backlog dan bottleneck kapasitas infrastruktur transportasi
4. Peningkatan kualitas SDM dan melanjutkan restrukturisasi kelembagaan dan
reformasi regulasi
5. Meningkatkan pengembangan teknologi transportasi yang efisien dan ramah
lingkungan sebagai antisipasi terhadap perubahan iklim.
Kami menggunakan tools matriks SWOT dalam mengevaluasi pengambilan
strategi yang dilakukan oleh Kementerian Perhubungan. Dalam implementasi
18
Analisis Renstra dan LAKIP Kementerian Perhubungan
pengukur menggunakan matrik SWOT kami mengevaluasi kebijakan umum strategi
dalam pencapaian sasaran strategis yang telah ditetapkan oleh Kementerian
Perhubungan. Hal ini kami lakukan karena strategi yang dituangkan dalam dokumen
Renstra belum mencerminkan strategi global yang hendak diterapkan oleh
Kementerian Perhubungan. Strategi yang dituangkan merupakan rincian strategi
masing-masing unit eselon 1 di lingkungan Kementerian Perhubungan.
Berikut ini kami sajikan analisis matriks SWOT untuk Kemeterian Perhubungan
dengan memperhatikan aspek globalisasi, sistem transportasi nasional, teknologi
dan energi, serta pembangunan berkelanjutan dan pengarusutamaan perubahan
iklim pada sektor transportasi sebagaimana yang dituangkan dalam dokumen
Renstra.
1. Kekuatan (Strength)
Analisa kekuatan (strength) untuk Kementerian Perhubungan adalah sebagai
berikut:
No.
Uraian Bobo
t Ratin
gNilai
1 Minat investor baik lokal maupun asing dalam pembangunan infrastruktur transportasi tinggi
0,05 2 0,10
2 Upaya untuk mengatasi dampak dari krisis keuangan global, pemerintah telah menerbitkan kelayakan stimulus khususnya untuk mendukung percepatan pembangunan infrastruktur
0,13 3 0,38
3 Kenaikan perekonomian Indonesia yang cukup terkendali dari kesigapan Pemerintah dengan menentukan kelayakan stabilisasi dimana berupa optimalisasi APBN secara berkesinambungan untuk memacu pertumbuhan dan membangun jaring pengaman sosial melalui pembelanjaan infrastruktur
0,06 3 0,18
4 Sistem Transportasi Nasional menjembatani pembangunan bidang transportasi dapat dilakukan secara terpadu.
0,11 4 0,44
5 Keterpaduan dalam Sistranas memungkinkan pembangunan transportasi dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
0,12 4 0,48
6 Penyusunan Tatrawil dan Tatralok memberikan keleluasaan kepada
0,12 4 0,48
19
Analisis Renstra dan LAKIP Kementerian Perhubungan
Pemerintah Daerah untuk menyusun rencana transportasi di daerah masing-masing sehingga perencanaan transportasi dapat dilaksanakan sesuai dengan karakter budaya dan kondisi geografi masing-masing daerah.
7 Di dalam Sistranas memuat kebijakan umum yang menjadi acuan dalam menyusun perencanaan transportasi
0,07 3 0,21
8 Memiliki lembaga penelitian dan pengembangan (Badan Litbang Perhubungan) yang dapat diarahkan untuk melakukan penelitian murni dan terapan secara lebih fokus kepada penyusunan konsep teknologi transportasi nasional
0,06 4 0,24
9 Adanya kebijakan pemerintah yang mendorong penggunaan bahan bakar gas sebagai salah satu alternatif baha bakar kendaraan bermotor
0,11 4 0,44
10 Program pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan dapat meningkatkan citra Pemerintah Indonesia dan akan mempermudah posisi Indonesia dalam dunia internasional dan meningkatkan citra bangsa
0,06 2 0,12
11 Pembagian kewenangan yang jelas antara pusat dan daerah dalam menangani masalah lingkungan
0,11 2 0,22
1,00 3,29
2. Kelemahan (Weakness)
Resume analisis kelemahan (weakness) untuk Kementerian Perhubungan
adalah sebagai berikut:
No.
Uraian Bobot Ratin
g Nilai
1 Sebagai akibat terjadinya krisis keuangan global yang pada gilirannya mempengaruhi kinerja APBN dimana tentunya akan berpengaruh terhadap ketersediaan infrastruktur sektor transportasi.
0,05 3,00 0,15
2 Terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi dimana tentunya berakibat menurunnya modal swasta yang ingin menawarkan investasinya di Indonesia serta menurunnya kinerja ekspor nasional.
0,07 2,00 0,14
3 Menyerahkan pengoperasian infrastruktur transportasi kepada swasta/asing akan
0,08 3,00 0,24
20
Analisis Renstra dan LAKIP Kementerian Perhubungan
memperlemah kontrol pemerintah, terutama dalam pengalokasian sumber daya akibat terjadi distorsi pasar.
4 Sesuai dengan karakteristiknya, pasar infrastruktur pada umumnya tidak sempurna (oligopoli atau monopolistic competition), sehingga meskipun terdapat pilihan produk, posisi konsumen lemah dan cenderung mengikuti kemauan produsen.
0,15 4,00 0,60
5 Pemerintah melalui produk regulasi tertentu seharusnya bertindak sebagai penyeimbang, namun sebagai negara yang sedang menjalani pemulihan dari krisis ekonomi, pemerintah Indonesia tidak mempunyai posisi tawar yang memadai dalam menghadapi investor asing, terutama berkaitan dengan kebijakan tarif yang akan menjadi beban konsumen.
0,16 4,00 0,64
6 Pemberian keleluasaan kepada daerah untuk menyusun Tatrawil dan Tatralok, memberikan kesempatan bagi daerah untuk membangun infrastruktur secara berlebihan sehingga akan menimbulkan inefisiensi nasional.
0,08 2,00 0,16
7 Penetapan Tatrawil dan Tatralok sebagai perwujudan Sistranas dalam skala wilayah provinsi dan kabupaten/kota terkesan dipaksakan untuk menampung aspirasi kebijakan otonomi daerah, sehingga tidak sesuai dengan karakteristik transportasi yang mengabaikan sekat-sekat daerah administratif dan konsisten dengan pandangan daerah fungsional.
0,02 3,00 0,06
8 Tatrawil dan Tatralok akan dijadikan legitimasi bagi daerah untuk membangun infrastruktur transportasi dengan motivasi utama untuk meningkatkan pendapatan asli daerah. Kondisi ini akan menjadikan kebijakan pelayanan transportasi yang diamanahkan dalam Sistranas terdistorsi sehingga berpotensi menimbulkan ekonomi biaya tinggi.
0,08 2,00 0,16
9 Kemampuan riset dan pengembangan teknologi transportasi di lingkungan Kementerian Perhubungan masih rendah
0,08 1,00 0,08
10 Industri otomotif tidak memberikan respon memadai terhadap kebijakan penggunaan bahan bakar gas
0,17 4,00 0,68
11 Kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah tidak semuanya dapat
0,06 1,00 0,06
21
Analisis Renstra dan LAKIP Kementerian Perhubungan
diimplementasikan di tingkat daerah
1,00 2,97
3. Peluang (Opportunity)
Resume analisis peluang (opportunity) untuk Kementerian Perhubungan:
No.
Uraian Bobo
t Ratin
g Nilai
1 Terbukanya infrastruktur transportasi bagi peran serta swasta termasuk investor asing akan membuka peluang alih teknologi serta peluang perluasan pangsa pasar, terutama untuk segmen usaha yang memiliki pasar pada skala global.
0,20 4,00 0,80
2 Globalisasi di sektor transportasi memberikan kesempatan kepada operator transportasi untuk melakukan kerjasama yang saling menguntungkan dengan operator transportasi asing guna memperluas jangkauan jaringan transportasi tidak saja dalam negeri melainkan juga luar negeri.
0,10 3,00 0,30
3 Posisi Sistranas sebagai Tatanan Makro Strategis memungkinkan dilakukanperumusan kebijakan dan penyusunan peraturan perundang-undangan di bidang transportasi darat yang akan memberikan kesempatan pada masyarakat untuk mengambil peran optimal dalam pengoperasian dan pembangunan transportasi.
0,17 4,00 0,68
4 Penjabaran Sistranas ke dalam Tatranas, Tatrawil dan Tatralok, memberikankesempatan untuk mensinergikan kepentingan pusat dan daerah dalam pengembangan transportasi.
0,21 3,00 0,63
5 Sektor transportasi memiliki karakteristik padat modal dan sensitif terhadap perubahan teknologi
0,12 4,00 0,48
6 Pembiayaan program-program pembangunan selalu mempersyaratkan pembangunan berwawasan lingkungan, sehingga program-program pembangunan infrastruktur transportasi yang telah disahkan rencana induknya mendapatkan kemudahan dalam pembiayaan program
0,20 3,00 0,60
1,00 3,49
4. Ancaman (Threat)
22
Analisis Renstra dan LAKIP Kementerian Perhubungan
Resume analisis ancaman (threat) untuk Kementerian Perhubungan adalah
sebagai berikut:
No.
Uraian Bobo
t Ratin
g Nilai
1 Ketidaksiapan infrastruktur maupun operator transportasi dalam negeri khususnya dalam era globalisasi tentunya merupakan ancaman bagi menurunnya daya saing nasional mengingat perusahan-perusahaan swasta nasional di bidang transportasi yang tidak siap bersaing akan mengalami kebangkrutan dan gulung tikar karena persaingan modal kerja yang tidak seimbang.
0,18 3,00 0,54
2 Kuatnya intensitas krisis tersebut membuat negara-negara di kawasan Asia yang semula dianggap relatif steril dari dampak krisis, akhirnya sulit bertahan dan ikut terkena imbas krisis.
0,12 3,00 0,36
3 Kebijakan desentralisasi bidang transportasi yang tidak terkendali berpotensi menimbulkan kerancuan dalam penyelenggaraan transportasi yang mengabaikan prinsip-prinsip dasar dan kebijakan umum Sistranas.
0,11 2,00 0,22
4 Ketidakharmonisan perencanaan transportasi antara pusat dan daerah akan berdampak kepada kualitas pelayanan sehingga menjadi ancaman bagi daya saing produk nasional
0,11 4,00 0,44
5 Ketidakmampuan pemerintah membeli barang modal dan teknologi, dikarenakan keterbatasan anggaran
0,12 3,00 0,36
6 Polusi udara yang cenderung meningkat sebagai akibat bertambahnya kendaraa bermotor
0,20 3,00 0,60
7 Kurangnya kepedulian masyarakat terhadap pembangunan yang berwawasan lingkungan akan memperburuk dampak pembangunan sektor transportasi yang dilakukan oleh Pemerintah
0,16 3,00 0,48
1,00 3,00Dari ringkasan analisa SWOT tersebut, Kementerian Perhubungan memiliki
kekuatan-kekuatan (S) yang melebihi kelemahan-kelemahannya (W) serta peluang-
peluang (P) yang melebihi tantangan-tantangannya (T). Kesimpulan tersebut dapat
dilihat dalam tabel berikut:
No. Uraian Nilai
23
Analisis Renstra dan LAKIP Kementerian Perhubungan
I Faktor InternalKekuatan 3,29Kelemahan 2,97
II Faktor EksternalPeluang 3,49Ancaman 3,00
Dari hasil evaluasi menggunakan matrisk SWOT diatas maka dapat
disimpulkan bahwa strategi yang seharusnya diterapkan oleh Kementerian
Perhubungan cenderung kearah strategi S-O (kuadran 1,lihat gambar) yang disebut
dengan agressive strategy. Strategi ini memanfaatkan kekuatan-kekuatan yang
ada dan peluang-peluang yang dimiliki disamping tetap memperhatikan kelemahan-
kelemahan yang masih dimiliki dan antangan-tantangan yang harus dihadapi.
Berdasarkan hal diatas maka penjabaran Kebijakan Umum Strategi Kementeriah
Perhubungan telah tepat dan memenuhi strategi agresif namun ada dua kebijakan
umum yang diambil dengan memperbaiki kelemahan untuk menangkap peluang
diantaranya :
1. Mendorong partisipasi peran serta swasta dengan memperhitungkan
tingkat pelayanan agar tetap terjaga efisiensi, pemerataan kepentingan
daya beli masyarakat lainnya serta kepentingan operator terkait dengan
jaminan kelangsungan usaha
2. Meningkatkan kualitas SDM Transportasi guna mewujudkan
penyelenggaraan transportasi yang handal, efisien dan efektif
D. PENJABARAN SASARAN STRATEGI KEMENTERIAN PERHUBUNGAN KE
DALAM INDIKATOR KINERJA
Dalam Rencana Strategis Kementerian Perhubungan 2009-2014 terdapat lima
sasaran strategis. Pada LAKIP 2012 terdapat perubahan RENSTRA
Kementerian Perhubungan. Perubahan tersebut berupa penambahan satu
strategi yaitu “Meningkatkan peran Pemda, BUMN, swasta, dan masyarakat
dalam penyediaan infrastruktur sektor transportasi sebagai upaya meningkatkan
efisiensi dalam penyelenggaraan transportasi”. Selain itu, pada LAKIP 2012
Kementerian Perhubungan telah memiliki Indikator Kinerja Utama (IKU). Untuk
24
Analisis Renstra dan LAKIP Kementerian Perhubungan
Sasaran Strategis pertama (Meningkatnya keselamatan, keamanan dan
pelayanan sarana dan prasarana transportasi sesuai Standar Pelayanan
Minimal), terdapat 5 IKU. Sasaran Strategis kedua (Meningkatnya aksesibilitas
masyarakat terhadap pelayanan sarana dan prasarana transportasi guna
mendorong pengembangan konektivitas antar wilayah) memiliki hanya 1 IKU,
Sasaran Strategis ketiga (Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana
transportasi untuk mengurangi backlog dan bottleneck kapasitas infrastruktur
transportasi) memiliki 3 IKU, Sasaran Strategis keempat (Peningkatan Kualitas
SDM dan melanjutkan restrukturisasi kelembagaan dan reformasi regulasi)
memiliki 7 IKU, sasaran strategis kelima (Meningkatkan pengembangan teknologi
transportasi yang efisien dan ramah lingkungan sebagai antisipasi terhadap
perubahan iklim) memiliki IKU dan sasaran strategis yang terakhir
(Meningkatkan peran Pemda, BUMN, swasta, dan masyarakat dalam
penyediaan infrastruktur sektor transportasi sebagai upaya meningkatkan
efisiensi dalam penyelenggaraan transportasi) memiliki 1 IKU. Jadi pada tahun
2012, Kementerian Perhubungan memiliki 6 sasaran strategis dengan 17
indikator kinerja.
Menurut pendapat kami, indikator kinerja yang dituangkan pada LAKIP
Kementerian Perhubungan pada tahun 2011 dan 2011 telah mendukung sasaran
strategis yang dituangkan dalam dokumen Rencana Strategis Kementerian
Perhubungan 2009-2014.
No
Sasaran Strategis No. LAKIP 2011 LAKIP 2012Menurut
RENSTRAMenurut LAKIP Indikator Kinerja Indikator Kinerja
1
Meningkatnya keselamatan, keamanan dan pelayanan sarana dan prasarana transportasi sesuai Standar Pelayanan Minimal
Meningkatnya keselamatan, keamanan dan pelayanan sarana dan prasarana transportasi sesuai Standar Pelayanan Minimal
1 Jumlah kejadian kecelakaan angkutan penyeberangan
Jumlah Kejadian KecelakaanTransportasi Nasional Yang Disebabkan Oleh Faktor Yang Terkait Dengan Kewenangan Kementerian Perhubungan
2 jumlah kejadian kecelakaan transportasi laut yang disebabkan oleh manusia
Jumlah Gangguan Keamanan Pada Sektor Transportasi Oleh Faktor Yang Terkait Dengan Kewenangan Kementerian Perhubungan
25
Analisis Renstra dan LAKIP Kementerian Perhubungan
No
Sasaran Strategis No. LAKIP 2011 LAKIP 2012Menurut
RENSTRAMenurut LAKIP Indikator Kinerja Indikator Kinerja
3 jumlah kejadian kecelakaan transportasi laut yang disebabkan oleh alam
Rata-Rata Prosentase Pencapaian On-Time Performance (Otp) Sektor Transportasi (Selain Transportasi Darat)
4 jumlah kejadian kecelakaan transportasi laut yang disebabkan oleh teknis dan lain-lain
Jumlah Sarana Transportasi Yang Sudah Tersertifikasi
5 rasio kecelakaan transportasi udara pada AOC 121 dan AOC 135 dengan korban jiwa dan pesawat rusak berat
Jumlah Prasarana Transportasi Yang Sudah Tersertifikasi
6 rasio kecelakaan transportasi udara pada AOC 121 dan AOC 135 dengan tidak ada korban jiwa dan pesawat rusak ringan
7 rasio kecelakaan transportasi udara pada AOC 121 dan AOC 135 dengan tidak ada korban jiwa dan pesawat rusak berat
8 jumlah air traffic insident dengan rasio 4:100.000 pergerakan
9 jumlah kejadian kecelakaan kereta api khususnya kejadian anjlokan dan kejadian tabrakan antar kereta
10 jumlah kejadian jenis percobaan perompakan dan pencurian transportasi laut
11 jumlah kejadian gangguan keamanan penerbangan /transportasi udara
12 Jumlah pelabuhan laut yang mempunyai pencapaian Waiting Time (WT) masih sesuai standar yang telah ditetapkan
13 Jumlah pelabuhan laut yang mempunyai pencapaian Approach Time (AT) masih sesuai standar yang
26
Analisis Renstra dan LAKIP Kementerian Perhubungan
No
Sasaran Strategis No. LAKIP 2011 LAKIP 2012Menurut
RENSTRAMenurut LAKIP Indikator Kinerja Indikator Kinerja
telah ditetapkan 14 Jumlah pelabuhan laut
yang mempunyai pencapaian Waktu Efektif (Effective Time/ET) masih sesuai standar yang telah ditetapkan
15 Prosentase pencapaian On Time Performance (OTP)Transportasi Udara
2 Meningkatnya aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan sarana dan prasarana transportasi guna mendorong pengembangan konektivitas antar wilayah
Meningkatnya aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan sarana dan prasarana transportasi guna mendorong pengembangan konektivitas antar wilayah
1 Jumlah Rute keperintisan angkutan jalan
Jumlah Lintas Pelayanan Angkutan Perintis dan Subsidi
2 Jumlah Lintas keperintisanAngkutan sungai, danau dan penyeberangan (ASDP)
3 Jumlah rute perintis Transportasi Laut
4 Jumlah rute pelayanan penerbangan perintis
5 Jumlah rit Angkutan Jalan perintis pada daerahtertinggal dan terisolir yang terlayani
6 Jumlah trip angkutan Angkutan sungai, danau dan penyeberangan (ASDP) perintis pada daerah tertinggal dan terisolir yang terlayani
7 Jumlah voyage perintis yang dilayani transportasi laut
8 Jumlah Frekuensi penerbangan perintis pada daerah tertinggal dan terisolir yang terlayani
9 Jumlah rute perintis Angkutan Jalan Transportasi Darat yang menjadi rute komersial
10 Jumlah rute perintis Angkutan Penyeberangan (ASDP) yang menjadi rute komersial
11 Jumlah Kota/daerah yang terhubungi oleh
27
Analisis Renstra dan LAKIP Kementerian Perhubungan
No
Sasaran Strategis No. LAKIP 2011 LAKIP 2012Menurut
RENSTRAMenurut LAKIP Indikator Kinerja Indikator Kinerja
transportasi Laut 12 Jumlah Kota/daerah
yang terhubungi oleh transportasi udara
3 Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi untuk mengurangi backlog dan bottleneck kapasitas infrastruktur transportasi
Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi untuk mengurangi backlog dan bottleneck kapasitas infrastruktur transportasi
1 Jumlah kota yang menerapkan jenis angkutan umum massal Bus Rapid Transit (BRT) dalam rangka mengurangi kendaraan pribadi
Kontribusi sektor transportasi terhadap pertumbuhan ekonominasional
2 Jumlah penumpang angkutan penyeberangan yangterangkut pada 7 (tujuh) lintasan utama
Total produksi angkutan penumpang
3 Jumlah penumpang Transportasi Laut yang terangkut
Total produksi angkutan barang
4 Jumlah penumpang Angkutan udara domestik
5 Jumlah penumpang Angkutan Udara Internasional
6 Jumlah Penumpang Angkutan Udara Perintis
7 Jumlah penumpang KA yang dilayani
8 Jumlah Kendaraan Roda 2 (dua) yang diangkut yang oleh Transportasi ASDP
9 Jumlah Muatan Angkutan Laut Dalam Negeri yang diangkut oleh Kapal Nasional
10 Jumlah Muatan Angkutan Laut Dalam Negeri yang diangkut oleh Kapal Nasional
11 Jumlah Muatan Angkutan Laut Dalam Negeri yang diangkut oleh Kapal Asing
12 Jumlah kargo yang diangkut Penerbangan Domestik
13 Jumlah kargo yang diangkut Penerbangan Internasional
14 Jumlah Angkutan Barang yang dilayani oleh Kereta Api
15 Persentase Pangsa
28
Analisis Renstra dan LAKIP Kementerian Perhubungan
No
Sasaran Strategis No. LAKIP 2011 LAKIP 2012Menurut
RENSTRAMenurut LAKIP Indikator Kinerja Indikator Kinerja
Muatan Kapal Nasional untuk Angkutan Laut Dalam Negeri
16 Persentase Pangsa Muatan Kapal Nasional untuk Angkutan Laut Luar Negeri
17 Prosentase peningkatan produktivitas angkutan laut nasional
4 Peningkatan Kualitas SDM dan melanjutkan restrukturisasi kelembagaan dan reformasi regulasi
Peningkatan Kualitas SDM dan melanjutkan restrukturisasi kelembagaan dan reformasi regulasi
1 Nilai akuntabilitas kinerja berdasarkan hasil evaluasi KEMENPAN dan RB
Nilai AKIP Kementerian Perhubungan
2 Jenis opini BPK Opini BPK atas laporan keuangan Kementerian Perhubungan
3 Jumlah Rancangan Peraturan Pemerintah bidang transportasi
Nilai aset negara yang berhasil diinventarisasi sesuai kaidahpengelolaan BMN
4 Peraturan Menteri Perhubungan yang telah ditetapkan
Jumlah SDM operator prasarana dan sarana transportasi yang telahmemiliki sertifikat
5 Jumlah Petugas Penguji Kendaraan Bermotor
Jumlah SDM fungsional teknis Kementerian Perhubungan
6 Jumlah awak kapal patroli
Jumlah lulusan diklat SDM Transportasi Darat, Laut, Udara,Perkeretaapian dan Aparatur yang prima, profesional dan beretikayang dihasilkan setiap tahun yang sesuai standarkompetensi/kelulusan;
7 Jumlah tenaga marine inspector A
Jumlah peraturan perundang-undangan di sektor transportasi yangditetapkan
8 Jumlah tenaga marine inspector B
9 Jumlah tenaga Kesyahbandaran Kelas A
10 Jumlah tenaga Kesyahbandaran Kelas B
11 Jumlah Inspektur Penerbangan
29
Analisis Renstra dan LAKIP Kementerian Perhubungan
No
Sasaran Strategis No. LAKIP 2011 LAKIP 2012Menurut
RENSTRAMenurut LAKIP Indikator Kinerja Indikator Kinerja
12 Jumlah Personil Penerbangan yang memiliki lisensi
13 Jumlah Masinis 14 Jumlah asisten
masinis
15 Jumlah PPKA 16 Jumalh juru penilik
jalan
17 jumlah penjaga pintu perlintasan
5 Meningkatkan pengembangan teknologi transportasi yang efisien dan ramah lingkungan sebagai antisipasi terhadap perubahan iklim
Meningkatkan pengembangan teknologi transportasi yang efisien dan ramah lingkungan sebagai antisipasi terhadap perubahan iklim
1 Jumlah bandar udara yang memenuhi eco airport (AMDAL)
Jumlah konsumsi energi tak terbarukan dari sektor transportasi nasional
2 Jumlah Converter kit yang digunakan pada Angkutan Umum
Jumlah emisi gas buang dari sektor transportasi nasional
3 Jumlah emisi gas buang (CO2) dengan kegiatan peremajaan armada Pesawat
Jumlah penerapan teknologi ramah lingkungan pada sarana dan prasarana transportasi
4 Jumlah penurunan emisi gas buang (CO2) Transportasi Laut
Jumlah lokasi simpul transportasi yang telah menerapkan konsepramah lingkungan
6 Meningkatkan peran Pemda, BUMN, swasta, dan masyarakat dalam penyediaan infrastruktur sektor transportasisebagai upaya meningkatkan efisiensi dalam penyelenggaraan transportasi
jumlah infrastrukturtransportasi yang siap ditawarkan melalui Kerjasama PemerintahSwasta
30