paparan dan pengukuran epid kesling
TRANSCRIPT
A. Pendahuluan
Lingkungan merupakan tempat berinteraksinya mahluk hidup seperti
manusia, hewan dan tumbuhan. Manusia dalam melakukan kehidupan
sosialnya memerlukan tempat yang nyaman untuk melangsungkan proses
sosial tersebut. Hewan dan tumbuhan juga membutuhkan hal yang sama
dengan manusia. Untuk itu, lingkungan yang bersih dan nyaman dapat
meningkatkan kulalitas kehidupan setiap mahluk di muka bumi ini.
Di era modern seperti saat ini, mempertahankan dan menjaga kondisi
lingkungan agar tetap dalam konsisi baik merupakan tentangan yang sulit
dikarenakan oleh kemajuan teknologi yang semakin pesat. Kemajuan teknologi
mengakibatkan kerusakan lingkungan, dimana meningkatnya jumlah bahan-
bahan pencemar lingkungan yang menimbulkan berbagai dampak dan resiko
yang sangat merugikan, antara lain punahnya spesies, meledaknya jumlah
hama, gangguan keseimbangan ekosistem, kesuburan tanah berkurang,
keracunan dan penyakit yang semakin meningkat, pemekatan hayati hingga
menimbulkan efek rumah kaca. (Andiyani, 2012)
Pencemaran lingkungan terjadi diakibatkan oleh sikap orang-orang yang
tidak peduli dengan lingkungan disekitar mereka. Ketidakpedulian mereka
menjadikan lingkungan terpapar oleh bahan-bahan pencemar yang hampir
sebagian besar dihasilkan oleh aktivitas manusia. Paparan bahan-bahan
pencemar ke lingkungan mengakibatkan terjadinya pencemaran udara, air dan
tanah. Untuk mengetahui seberapa besar pencemaran lingkungan tersebut
bedampak bagi kelangsungan mahluk hidup khususnya manusia maka
diperlukan adanya pengukuran paparan pencemaran lingkungan. Batasan
terhadap bahan-bahan pencemar di lingkungan sangat diperlukan untuk
mempertahankan kelangsungan kehidupan.
B. Teori
1. Paparan Pencemaran Lingkungan
Kontaminasi ataupun paparan bahan-bahan berbahaya dapat merusak
kualitas lingkungan baik lingkungan air, udara dan tanah. Paparan yang
1
berlangsung dalam jangka waktu pendek maupun jangka waktu panjang akan
tetap mempengaruhi kualitas lingkungan dan dapat membahayakan ekosistem
di dalamnnya. Berikut dibawah ini adalah macam-macam paparan yang
mengakibatkan pencemaran lingkungan.
1) Paparan di Lingkungan Udara
Pencemaran udara merupakan konsekuensi dari meningkatnya
berbagai macam industri dan jenis alat transportasi yang berpengaruh
terhadap kualitas udara ambien. Penurunan kualitas udara ambien ditandai
dengan meningkatnya parameter udara yang di keluarkan oleh industri dan
kendaraan bermotor. Gas-gas yang memapar atau mengkontaminasi
lingkungan udara yakni, antara lain adalah sebagai berikut (Setyawati,
2011):
a. Gas Carbon Monoksida (CO)
Karbonmonoksida dapat berasal dari alam dan akibat aktifitas
manusia. Karbonmonoksida yang berasal dari alam termasuk dari lautan,
oksidasi metal di atmosfir, pegunungan, kebakaran hutan dan badai listrik
alam. Sumber CO buatan antara lain kendaraan bermotor, terutama yang
menggunakan bahan bakar bensin. Selain itu asap rokok juga
mengandung CO. Kandungan CO yang melebihi batas akan memberikan
efek negatif bagi kesehatan manusia, makhluk hidup lainnya dan
lingkungan sekitarnya.
Terhadap kesehatan, gas CO merupakan gas yang berbahaya untuk
tubuh karena daya ikat gas CO terhadap Hb adalah 240 kali dari daya ikat
CO terhadap O2. Apabila gas CO darah (HbCO) cukup tinggi, maka akan
mulai terjadi gejala antara lain pusing kepala (HbCO 10%), mual dan
sesak nafas (HbCO 20%), gangguan penglihatan dan konsentrasi
menurun (HbCO 30%) tidak sadar, koma (HbCO 40-50%) dan apabila
berlanjut akan dapat menyebabkan kematian. Pada paparan menahun
akan menunjukkan gejala gangguan syaraf, infark otak, infark jantung
dan kematian bayi dalam kandungan.
2
b. Gas Sulfur Dioksida (SO2)
Sulfuroksida (SOx) terdiri dari sulfurdioksida (SO2) dan
sulfurtrioksida (SO3). Gas SO2 berbau tajam dan tidak mudah terbakar,
sedangkan gas SO3 bersifat sangat reaktif. Gas SO3 mudah bereaksi
dengan uap air yang ada di udara untuk membentuk asam sulfat atau
H2SO4. Asam sulfat ini sangat reaktif, mudah bereaksi (memakan)
benda-benda lain yang mengakibatkan kerusakan, seperti proses
perkaratan (korosi) dan proses kimiawi lainnya.
Dua pertiga jumlah sulfur yang terdapat di atmosfir merupakan
hasil kegiatan manusia dan kebanyakan dalam bentuk SO2. Dua pertiga
bagian lagi berasal dari sumber-sumber alam seperti vulkano dan terdapat
dalam bentuk H2S dan oksida. Pencemaran SOx di udara terutama
berasal dari pemakaian baru bara yang digunakan pada kegiatan industri,
transportasi, dan lain sebagainya.
Secara garis besar efek terhadap kesehatan, akan mengganggu alat
pernafasan dan mata. Pada paparan kronis terhadap saluran pernafasan
dapat menyebabkan terjadinya bronchitis, chronic obstructive pulmonary
disease (COPD) dan edema paru. Sedangkan efek terhadap mata adalah
iritasi mata yang bisa menyebabkan keluarnya air mata dan mata menjadi
memerah dan terasa pedas.
Efek terhadap lingkungan dapat dilihat pada atmosfer. Apabila
kadar di atmosfer cukup tinggi dan ada hujan maka kemungkinan akan
terjadi hujan asam yang bersifat lokal. Pada kondisi kelembaban udara
tinggi maka gas SO2 akan bersifat korosive terhadap cat gedung.
c. Gas Nitrogen Dioksida (NO2)
Pencemaran gas NOx di udara terutama berasal dari gas buangan
hasil pembakaran yang keluar dari generator pembangkit listri stasioner
atau mesin-mesin yang menggunakan bahan bakar gas alami. Yang
menjadi masalah adalah pencemaran NO yang diproduksi oleh kegiatan
manusia karena jumlahnya akan meningkat pada tempat-tempat tertentu.
Seperti halnya CO, emisi NOx dipengaruhi oleh kepadatan penduduk
3
karena sumber utama NOx yang diproduksi manusia adalah dari
pembakaran dan kebanyakan pembakaran disebabkan oleh kendaraan
bermotor, produksi energi dan pembuangan sampah. Sebagian besar
emisi NOx buatan manusia berasal dari pembakaran arang, minyak, gas,
dan bensin.
Udara yang mengandung gas NO dalam batas normal relatif aman
dan tidak berbahaya, kecuali jika gas NO berada dalam konsentrasi
tinggi. Konsentrasi gas NO yang tinggi dapat menyebabkan gangguan
pada system saraf yang mengakibatkan kejang-kejang. Bila keracunan ini
terus berlanjut akan dapat menyebabkan kelumpuhan. Gas NO akan
menjadi lebih berbahaya apabila gas itu teroksidasi oleh oksigen
sehinggga menjadi gas NO2 (Pohan, 2002). Percobaan pada manusia
menyatakan bahwa kadar NO2 sebsar 250 μg/m3 dan 500 μg/m3 dapat
mengganggu fungsi saluran pernafasan pada penderita asma dan orang
sehat.
Pencemaran oksida nitrogen bagi tumbuhan menyebabkan bintik-
bintik pada permukaan daun, bila konsentrasinya tinggi mengakibatkan
nekrosis (kerusakan jaringan daun), sehingga fotosintesis terganggu.
Dalam keadaan seperti ini daun tidak dapat berfungsi sempurna sebagai
temapat terbentuknya karbohidrat melalui proses fotosintesis.
Berdasarkan studi menggunakan binatang percobaan, pengaruh yang
membahayakan seperti misalnya meningkatnya kepekaan terhadap
radang saluran pernafasan, dapat terjadi setelah mendapat pajanan
sebesar 100 μg/m3.
d. Ozone (O3)
Penipisan ozon disebabkan penggunaan unsur-unsur yang memiliki
stabilitas yang sangat tinggi berupa zat-zat kimia, unsur-unsur bahan
pendingin seperti: ODS (ozone-depleting substances),
chlorofluorocarbons (CFCs), hydrochlorofluorocarbons (HCFCs), halons,
methyl bromide, carbon tetrachloride, dan methyl chloroform. Zat
Kloroflorokarbon atau Chlorofluorocarbon (CFC) mengandung klorin
4
(chlorine), florin (fluorine) dan karbon (carbon). Semua zat tersebut
dihasilkan dari alat-alat rumah tangga yang digunakan sehari-hari
misalnya lemari pendingin, pestisida, kosmetik (hair spray) dan lain
sebagainya.
Evaluasi tentang dampak ozon dan oksidan lainnya terhadap
kesehatan yang dilakukan oleh WHO task group menyatakan pemajanan
oksidan fotokimia pada kadar 200-500 μg/m³ dalam waktu singkat dapat
merusak fungsi paru-paru anak, meningkat frekuensi serangan asma dan
iritasi mata, serta menurunkan kinerja para olaragawan.
Adanya bahan-bahan seperti CFC dan lain sebagainya maka dapat
mengakibatkan penipisian ozon yang merupakan pelindung bumi. Efek
yang terjadi adalah pemanasan global yang dapat mengakibatkan
perubahan iklim, perubahan habitat hidupan liar, kegagalan panen
pertanian, kenaikan muka air laut, mencairnya daerah kutub.
e. Gas HidroCarbon (HC)
Hidrokarbon dapat berasal dari proses industri yang diemisikan ke
udara dan kemudian merupakan sumber fotokimia dari ozon. HC
merupakan polutan primer karena dilepas ke udara ambien secara
langsung, sedangkan oksidan fotokimia merupakan polutan sekunder
yang dihasilkan di atmosfir dari hasil reaksi-reaksi yang melibatkan
polutan primer. Kegiatan industri yang berpotensi menimbulkan cemaran
dalam bentuk HC adalah industri plastik, resin, pigmen, zat warna,
pestisida dan pemrosesan karet. Diperkirakan emisi industri sebesar 10 %
berupa HC. Sumber HC dapat pula berasal dari sarana transportasi. Gas
tersebut mempunyai sifat garcinogenic yaitu dapat memicu terjadinya
kanker terutama kanker darah.
f. Partikulat
Sumber pencemaran partikel dapat berasal dari peristiwa alami dan
juga dapat berasal dari ulah manusia dalam rangka mendapatkan kualitas
hidup yang lebih baik. Pencemaran partikel yang berasal dari alam
5
contohnya adalah Debu tanah/pasir halus yang terbang terbawa oleh
angin kencang.
Abu dan bahan-bahan vulkanik yang terlempar ke udara akibat
letusan gunung, semburan uap air panas di sekitar daerah sumber panas
bumi di daerah pegunungan, sumber pencemaran partikel akibat ulah
manusia sebagian besar berasal dari pembakaran batu bara, proses
industri, kebakaran hutan dan gas buangan alat transportasi.
g. Timah Hitam (Pb)
Pencemaran Pb disebabkan oleh pembakaran Pb-alkil sebagai zat
aditif pada bahan bakar kendaraan bermotor. Penambangan dan
peleburan batuan Pb di beberapa wilayah sering menimbulkan masalah
pencemaran. Penggunaan pipa air yang mengandung Pb di rumah tangga
terutama pada daerah yang kesadahan airnya rendah (lunak) dapat
menjadi sumber pemajanan Pb pada manusia. Demikian juga di daerah
dengan banyak rumah tua yang masih menggunakan cat yang
mengandung Pb dapat menjadi sumber pemajanan Pb.
h. Amonia
Gas ammonia merupakan salah satu gas pencemar udara yang
dihasilkan dari penguraian senyawa organik oleh mikroorganisme seperti
dalam proses pembuatan kompos, dalam industri peternakan, dan
pengolahan sampah kota. Ammonia juga dapat berasal dari sumber
antrophogenik (akibat aktifitas manusia) seperti industri pupuk urea,
industri asam nitrat dan dari kilang minyak.
2) Paparan di Lingkungan Air
Adapun bahan – bahan pencemar atau komponen pencemar air yang
menyebabkan paparan di lingkungan air antara lain yaitu (Anonim, Tanpa
tahun):
a. Bahan buangan padat/butiran
Pelarutan bahan buangan padat menyebabkan perubahan warna.
Larutan pekat dan berwarna gelap mengurangi penetrasi sinar matahari
ke dalam air, fotosintesis dalam air terganggu sehingga jumlah oksigen
6
terlarut berkurang dan akan berpengaruh terhadap kehidupan organisme
dalam air. Pengendapan bahan buangan padat akan menutupi permukaan
dasar air, menghalangi fotosintesis, menutupi sumber makanan dan telur
ikan di dasar air, sehingga jumlah ikan berkurang. Pembentukan kolidal
yang melayang dalam air menyebabkan keruh dan menghalangi sinar
matahari, fotosintesis terganggu dan jumlah oksigen berkurang sehingga
mempengaruhi kehidupan di dalam air.
b. Bahan buangan organik
Berupa limbah yang dapat membusuk/terdegradasi oleh
mikroorganisme. Menyebabkan jumlah mikroorganisme bertambah dan
tumbuh bakteri patogen yang merugikan. Limbah ini dapat diproses
menjadi pupuk atau kompos
c. Bahan buangan anorganik
Berupa limbah yang tidak dapat membusuk dan sulit didegradasi
oleh mikroorganisme sehingga dapat menyebabkan jumlahn ion logam
dalam air. limbah ini berasal dari industri yang melibatkan unsur logam
Pb, As, Cd, Hg, Cr, Ni, Ca, Mg, Co, misalnya pada industri kimia,
elektronika, elektroplating.
Ion logam Ca dan Mg menyebabkan air sadah yang mengakibatkan
korosi pada alat besi, menimbulkan kerak/endapan pada peralatan proses
seperti tangki/bejana air, ketel uap, dan pipa penyalur. Ion logam Pb, As,
Hg bersifat racun sehingg air tidak dapat untuk diminum
d. Bahan buangan olahan bahan makanan (termasuk bahan organik)
Jika bahan mengandung protein dan gugus amin akan terdegradasi
menjadi senyawa yang mudah menguap dan berbau busuk sehingga air
mengandung mikroorganisme dan bakteri patogen.
e. Bahan buangan cairan berminyak
Tidak larut dalam air, mengapung dan menutupi permukaan air.
jika mengandung senyawa volatil akan menguap. Terdegradasi oleh
mikroorganisme dalam waktu lama. Bahan ini mengganggu karena,
menghalangi difusi oksigen dari udara ke dalam air, menghalangi sinar
7
matahari sehingga fotosintesis terganggu, ikan dipermukaan dan burung
air terganggu (bulu burung lengket dan tidak bisa mengembang, serta air
tak dapat dikonsumsi karena mengandung zat beracun seperti benzema
dan senyawa toulena.
f. Bahan buangan zat kimia
i) Sabun, deterjen, shampoo, dan bahan pembersih lainnya. Bahan ini
menggangu lingkungan karena. menaikan pH air (jika memakai bahan
non-pospat menaikan pH menjadi 10,5-11), bahan antiseptik yang
ditambahkan akan dapat membunuh/mengganggu mikroorganisme,
dan sebagian jenis sabun/deterjen tak dapat terdegradasi.
ii) Bahan pemberantas hama/insektisida. Bersifat racun dan tak
dapat/sulit terdegradasi (beberapa minggu sampai beberapa tahun).
Insektisida sering dicampur dengan senyawa minyak bumi sehingga
permukaan air akan tertutupi minyak.
iii) Zat pewarana. Bersifat racun dan cicarcinogenik
(merangsang/penyebab tumbuhnya kanker) dan dapat mempengaruhi
kandungan oksigen dan pH dalam air. zat warna mengandung
senyawa kimia berbahaya chromogen dan auxsochrome.
iv) Larutan penyamak kulit. Mengandung ion logam Cr, tidak dapat untuk
air minum. Sebagai pengganti Cr untuk bbahan penyamak dipakai
enzym. Bersama lemak dan sisa kulit, enzym akan didegradasi
menghasilkan senyawa yang mudah menguap dan berbau busuk (hasil
peruraian protein dan asam amino). Populasi mikroorganisme akan
bertambah dan memungkinkan berkembangbiaknya bakteri patogen
yang berbahaya.
v) Zat radioaktif. Penggunaan radiasi zat radioaktif di berbagai bidang
(pertanian, peternakan, kedokteran, hidrologi, farmasi, pertambangan,
industri) akan terbawa air ke lingkungan. Akibat radiasi dapat
merusak sel tubuh dan genetik.
8
3) Paparan Pencemaran Tanah
Babarapa pemaparan yang dapat terjadi di lingkungan tanah sehingga
menyebabkan sumber penyakit hingga kehilangan kemampuannya dalam
mempertahankan kondisi ekosistem, yaitu antara lain (Hidayati, 2012):
a. Limbah rumah tangga.
Limbah rumah tangga yang paling berpengaruh terhadap tanah
adalah sampah. Tanah yang mengandung sampah diatasnya akan menjadi
tempat hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit. Pencemaran
oleh mikroorganisme dan polutan lainnya dari sampah akan mengurangi
kualitas air tanah.air tanah yang menurun kualitasnya dapat terlihat dari
perubahan fisiknya, misalnya bau, warna dan rasa, bahkan terdapat
lapisan minyak. Beberapa jenis sampah seperti plastik dan logam sulit
terurai sehingga berpengaruh pada kemampuan tanah menyerap air.
b. Limbah pertanian
Dalam kegiatan pertanian, penggunaan pupuk buatan, zat kimia
pemberantas hama (pestisida), dan pemberantas tumbuhan penggangu
(herbisida) dapat mencemari tanah.
Pestisida dan herbisida memiliki sifat sulit terurai dan dapat
bertahan lama di dalam tanah. Residu pestisida dan herbisida
membahayakan kehidupan organisme tanah.
Senyawa organoklorin utama di dalam insektisida adalah DDT
(Dikloro Difenil Trikloroetana) dapat membunuh mikroorganisme yang
sangat penting bagi proses pembusukan, sehingga kesuburan tanah
terganggu. Tanah yang tercemar pupuk kimiawi, pestisida, dan herbisida
dapat mencemari sungai karena zat – zat tersebut dapat terbawa air hujan
atau erosi.
Penggunaan pupuk buatan secara berlebihan menyebabkan tanah
menjadi masam, yang selanjutnya berpengaruh terhadap produktivitas
tanaman. Tanaman menjadi layu, berkurang produksinya dan akhirnya
mati. Pencemaran tanah oleh pestisida dan herbisida terjadi saat
dilakukan penyemprotan. Sisa-sisa penyemprotan tersebut akan terbawa
9
oleh air hujan, akhirnya mengendap di tanah. Pemggunaan bahan-bahan
kimiawi secara terus menerus akan mengakibatkan kerusakn tekstur
tanah, tanah mengeras dan akan retak-retak pada musim kemarau.
c. Pertambangan
Aktivitas penambangan bahan galian juga dapat menimbulkan
pencemaran tanah. Pada penambangan emas, polusi tanah terjadi akibat
penggunaan merkuri (Hg) dari proses pemisahan emas dari bijinya.
Merkuri tegolong sebagai bahan berbahaya dan beracun yang dapat
mematikan tumbuhan, organisme tanah dan kesehatan manusia.
2. Pengukuran Paparan di Lingkungan
a. Pengukuran paparan di lingkungan udara
Ada atau tidak adanya pencemaran udara dapat diketahui dari hasil
pengukuran berbagai parameter pencemaran yang diperiksa/ diukur secara
rutin oleh berbagai stasion pemantau udara di berbagai wilayah di beberapa
kota besar di Indonesia. Parameter tersebut adalah CO, NOx, SO2,
partikulat, hidrokarbon (HK), dan jelaga. Awalnya stasion sedemikian
direncanakan untuk mengukur secara kontinyu, namun demikian, kerusakan
peralatan dan kurangnya dana, seringkali data kualitas udara menjadi tidak
lengkap.
Selain stasion pemantau udara, industri ada juga yang melakukan
pemantauan diri dan melaporkannya berapa banyak dan zat apa saja yang
dimasukkan ke dalam udara sebagai gas buang. Data ini dapat pula
dimanfaatkan oleh peneliti bila diperlukan, dengan mengingat keunggulan
dan kelemahannya. Pelaporan sedemikian saat ini belum berjalan baik.
Dalam epidemiologi terdapat strategi pengumpulan dan kualitas udara
melalui efek yag terjadi pada kesehatan masyarakat, sebagai berikut
(Setyawati, 2011):
1) Pengukuran zat yang memberi efek iritasi. Perlu dilakukan dengan
resolusi waktu yang tinggi, kosentrasi peak lebih relevan daripada
10
kosentrasi berbeban waktu (Time Weight Avarage (TWA)
concentration).
2) Pengukuran zat yang bersifat narkotik juga memerlukan resolusi waktu
yang tinggi/ kontinu bila dimungkinkan, terutama bila mengukur
lingkungan kerja, dan kosentrasi zat narkotik tinggi.
3) Agent sistematik, termasuk teratogen, agent yang toksik, merusak hati,
ginjal, system saraf, dan system pembuatan darah, perlu diukur dengan
resolusi waktu, dan mengacu pada waktu luruh biologis (biological half
life) atau metabolit pada organ target. Bagi teratogen, paparan pada
waktu hamil, sangat menentukan terjadinya cacat bawah pada janin dan
bayi.
4) Karsinogen, termasuk mutagen: periode inkubasi sangat lama, bisa
tahunan atau puluhan tahun. Oleh karena itu seringkali penilaian
dilakukan secara retrospektif, dan bersifat kualitatif. Informasi tentang
kosentrasi peak perlu diketahui, karena meyebabkan beban yang berlebih
(overload) pada system detoksikasi, yang berakibat timbulnya metabolit
yang karsinonogenik dan/ atau mutagenik.
5) Agent Pneumoconiosis: rata-rata kosentrasi deposisi bulanan atau
tahunan sangat relevan bagi agent penyakit ini, karena bersifat kronis dan
memerlukan periode inkubasi panjang.
6) Agent asthma, bronkhitis, emfisema; perlu diketahui kosentrasi TWA di
ruang kerja (8 jam) dan di udara ambient (24 jam), sample diambil di
zona pernapasan, dan kosentrasi peak sangat penting dalam penilaian
terhadap penyakit tersebut.
7) Agent dengan efek lebih dari satu misalnya, Benzena: kosentrasi tinggi,
bersifat narkotik; kosentrasi rendah bersifat karsinogenik. Cadmium: Cd-
oksida memberi efek local pada saluran pernapasan, dan efek pada ginjal
dan tulang secara sistemaik. Hg metalik: pada kosentrasi tinggi, setelah
absorpsi, memberi efek langsung pada saluran pernapasan dan otak
(SSP). Bila paparan lama dan kosentrasi rendah akan memberi efek pada
otak saja. Toluen di-iso-sianat (TDI), dan Formaldehida, menimbulkan
11
iritasi pada paparan jangka pendek, dan kosentrasi tinggi; bila paparan
lama dan kosentrasi rendah, akan menimbulkan sensitasi.\
b. Pengukuran paparan di lingkungan air
1) Pengukuran secara kimiawi
a) Pengukuran BOD
Bahan pencemaran organik contohnya daun, bangkai,
karbohidrat, dan protein akan diuraikan oleh mikroba air. mikroba
memerlukan oksigen untuk menguraikan zat-zat organik tersebut.
Angka BOD ditetapkan dengan menghitung selisih antara
oksigen terlarut pada air sampel setelah air disimpan selama 5 hari
pada suhu 200C. Karenanya BOD ditulis secara lengkap. Oksigen
terlarut awal diibaratkan kadar oksigen kadar oksigen maksimal yang
dapat larut ke dalam air. biasanya kadar oksigen dalam air diperkaya
terlebih dahulu diperkaya terlebih dahulu dengan oksigen agar
maksimal. Setelah disimpan selama 5 hari diperkirakan bakteri telah
berbiak dan menggunakan oksigen terlarut untuk oksidasi. Maka akan
diperoleh selisih antara oksigen awal dan oksigen akhir (Awan dkk,
2011).
b) Pengukuran pH
Air sungai dalam kondisi alami yang belum tercemar memiliki
rentang pH 6,5-8,5. Karena pencemaran, pH air dapat menjadi lebih
rendah dari 6,5 atau lebih dari 8,5. Bahan-bahan organik biasanya
menyebabkan kondisi air menjadi lebih asam. Kapur menyebabkan
kondisi air menjadi alkali (basa). Jadi perubahan pH air tergantung
pada macam bahan pencemarannya. pH air dapat diukur dengan
menggunakan kertas lakmus dengan melihat perubahan warna. Atau
dapat diukur dengan menggunakan pH meter (Awan dkk, 2011).
12
2) Pengukuran secara biologis
Pengukuran Pencemaran air secara biologis menggunakan hewan-
hewan air sebagai petunjuknya (indikator). Ini disebabkan hewan-hewan
air memiliki kepekaan yang berbeda terhadap bahan pencemar.
Kehadiran atau ketidakhadiran hewan-hewan tersebut dapat dijadikan
petunjuk tingkat pencemaran airnya.
Sebagai contoh Planaria merupakan cacing pipih yang peka
terhadap pencemaran. Cacing tersebut hidup di air yang jernih dan
banyak oksigen. Jika air tercemar, Planaria sulit ditemukan. Jadi Planari
dapat dijadikan indikator biologis tingkat pencemaran air. Jika air sungai
banyak mengandung Planaria berarti air sungai tersebut belum tercemar.
Jika tingkat pencemarannya semakin tinggi, populasi Planaria semakin
mengecil dan akhirnya tidak ditemukan Planaria.
c. Pengukuran paparan di lingkungan tanah
1) Fisik
Secara fisik untuk menunjukan kualitas tanah, antara lain, warna
tanah, kedalaman lapisan tanah, kepadatan tanah, porositas dan tekstur
tanah, dan endapan pada tanah. Berebagi polutan dapat menurunkan
sifat-sifat fisik tanah sehingga menurunkan kualitasnya (Riadi, 2014).
2) Kimia
Nilai pH, sanitasi, kandungan senyawa kimia organik, fosfor,
nitrogen, logam berat, dan radioaktif merupakan pengukuran untuk
menentukan tingkat polusi tanah (Riadi, 2014)
3) Biologi
Cacing tanah merupakan salah satu penentu biologi pada
pengukuran tingkat polusi tanah. Keberadaan cacing tanah
dapat ,meningkatkan kandungan nutrisi pada tanah. Populasi cacing
tanah dipengaruhi oleh kondisi tanah habitatnya, pH, sanitasi, aerasi dan
tekstur tanah (Riadi, 2014).
13