pandangan islam terhadap bayi tabung

22
Pandangan Islam terhadap Bayi Tabung/inseminasi DAFTAR ISI Halaman Sampul........................................................ ........................... Kata Pengantar..................................................... .................................. Daftar Isi........................................................... ..................................... BAB I ............................................................ ........................................ PENDAHULUAN................................................. .......................... A. Latar Belakang...................................................... .................... B. Rumusan Masalah....................................................... ............. C. Tujuan penulisan..................................................... ..................

Upload: operator-warnet-vast-raha

Post on 24-May-2015

3.111 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pandangan islam terhadap bayi tabung

Pandangan Islam terhadap Bayi Tabung/inseminasi

DAFTAR ISIHalaman Sampul...................................................................................

Kata Pengantar.......................................................................................

Daftar Isi................................................................................................

BAB I ....................................................................................................

PENDAHULUAN...........................................................................

A.    Latar Belakang..........................................................................

B.     Rumusan Masalah....................................................................

C.     Tujuan penulisan.......................................................................

D.    Mamfaat penulisan ...................................................................

BAB II .................................................................................................

PEMBAHASAN..............................................................................

A.    Pengertian dan Proses Bayi Tabung/Inseminasi buatan............

B.     Jenis-Jenis Proses Bayi Tabung................................................

C.     Hukum serta Pandangan Islam mengenai Bayi Tabung ..........

D.    Dalil-dalil syar’i........................................................................

BAB III.................................................................................................

PENUTUP........................................................................................

Kesimpulan....................................................................................

Saran..............................................................................................

Daftar Pustaka

Page 2: Pandangan islam terhadap bayi tabung

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, atas rahmat dan hidayanya serta kesempatan yang telah di

berikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan ilmiah ini dalam

bentuk makalah yang berjudul “Pandangan Islam terhadap Bayi Tabung”.

Dalam penulisan makalah ini yang terdiri dari 16 halaman yang dibagi atas beberapa

bagian di antaranya: halaman sampul, daftar isi( mempermudah pembaca untuk mengetahui

sub-sub pembahan), kata pengantar, pendahuluan yang terdiri atas (latyar belakang, rumusan,

tujuan dan mamfaat), pembahasan dan penutup.

Dalam bab ke-2 inilah memberikan pemaparan mengenai permasalahan-permasalahan

yang berkaitan dengan bayi tabung. Meliputi pengertian, proses, jenis-jenis, pandangan dari

segi syaria dan ulama, hingga dalil-dalil yang menyertainya.

Dalam bab ke-3 penyimpulan dari hasil pembahasan yang telah dibahas pada bab dua

serta beberapa saran yang berkaitan dengan pembahasan bayi tabung tersebut.

Demikianlah kehadiran makalah ini didunia akademisi sebagai tambahan pengetahuan

yang berkaitan dengan pembahasan bayi tabung/inseminasi buatan.

Penulis               

M.R

Page 3: Pandangan islam terhadap bayi tabung

BAB IPENDAHULUAN

     A.    Latar Belakang

Segalah yang telah diciptakan oleh sang pencipta (Allah) memiliki pasangannya masing-

masing, begitupun juga dengan manusia. Manusia telah ditakdirkan untuk hidup saling

berpasang-pasangan antara laki-laki dan perempuan yang disatukan dalam satu ikatan yang

disebut dengan pernikahan. Dalam hubungan pernikahan keinginan terbesar oleh sepasang

suami-istri adalah mempunyai keturunan (anak). Sebagai mana diketahui bahwa anak bagi

orang tua merupakan harta yang sangat berharga. Karena anak dapat diibaratkan sebagai

penenang, penyemangat, pelengkap hidup dan dapat mengantikan orang tuanya sebagai

pencari nafka bagi keluarganya ketika dewasa kelak. Oleh karena itu bagi pasangan yang

belum dikaruniahi anak akan berupaya untuk dapat mempunyai keturunan (anak).

Pasangan suami-istri yang sudah bertahun-tahun menikah tetapi belum dapat dikaruniai

anak. Mereka pun gelisah. Usia sudah semakin tua, tetapi belum mempunyai anak. Ajaran

syariat Islam mengajarkan kita untuk tidak boleh berputus asa dan menganjurkan untuk

senantiasa berikhtiar (usaha) serta bertawakkal dalam menggapai karunia Allah SWT. Allah

telah menjanjikan setiap kesulitan ada solusi. Termasuk kesulitan dalam mempunyai

keturunan (anak).

Pada dasarnya pembuahan yang alami terjadi dalam rahim melalui cara yang alami pula

(hubungan seksual), sesuai dengan fitrah yang telah ditetapkan Allah untuk manusia. Akan

tetapi pembuahan alami ini terkadang sulit terwujud, misalnya karena rusaknya atau

tertutupnya saluran indung telur (tuba Fallopii) yang membawa sel telur ke rahim, serta tidak

dapat diatasi dengan cara membukanya atau mengobatinya. Atau karena sel sperma suami

lemah atau tidak mampu menjangkau rahim isteri untuk bertemu dengan sel telur, serta tidak

dapat diatasi dengan cara memperkuat sel sperma tersebut, atau mengupayakan sampainya sel

sperma ke rahim isteri agar bertemu dengan sel telur di sana. Semua ini akan meniadakan

kelahiran dan menghambat suami isteri untuk mempunyai anak. Padahal Islam telah

menganjurkan dan mendorong hal tersebut dan kaum muslimin pun telah disunnahkan

melakukannya.

Namun dengan teknologi Sekarang ini sudah muncul berbagai kecanggihan yang dapat di

gunakan untuk mengatasi kendala-kendala kehidupan terkhusus pada kesulitan mempunyai

anak dengan berbagai faktor penyebab, baik penyebab yang telah dipaparkan sebelumnya

Page 4: Pandangan islam terhadap bayi tabung

ataupun yang dipengaru oleh faktor usia ataupun faktor-faktor penyebab lainnya. Dengan

kemajuan teknologi yang telah diciptakan oleh manusia itu sendiri pada bidang kedokteran

dan ilmu biologi moderen yang telah berhasil menciptakan teknologi yang disebut bayi

tabung/inseminasi buatan. Dengan cara inseminasi butan inilah pasangan yang telah menikah

bertahun-tahun dapat menggunakan inseminasi sebagai solusi untuk mendapatkan keturunan

(anak).

Pada dasarnya orang-orang memuji pada bidang teknologi tersebut. Namum mereka

belum tahu pasti apakah produk-produk teknologi yang dipergunakan tersebut dapat

dibenarkan menurut pandangan islam. Oleh karena hal tersebut diatas, untuk mengetahui

lebih banyak mengenai bayi tabung/inseminasi menurut pandangan islam. Maka akan

disajikan pembahasan bayi tabung tersebut dalam bentuk karya tulis ilmiah (makalah) yang di

beri judul Pandangan Islam terhadap Bayi Tabung. 

       B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka permasalahan yang

muncul berkaitan dengan bayi tabung/inseminasi ini yaitu:

1.      Apakah yang dimaksud dengan bayi tabung/inseminasi buatan?

2.      Bagaimanakah pandangan islam megenai bayi tabung/inseminasi buatan?

3.      Apakah hukum bayi tabung menurut pandangan islam?

     

      C.     Tujuan Penulisan

Berdasarkan masalah yang muncul dalam pembahasan makalah ini maka tujuan dari

penulisan ini yaitu untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan bayi tabung/inseminasi.

Serta bagaimana pandangan dilihat dari kacamata syariat islam.

Page 5: Pandangan islam terhadap bayi tabung

     D.    Mamfaat Penulisan

1.      Mamfaat bagi penulis adalah sebagai suatu landasan pengetahuan mengenai bayi tabung itu

sendiri .

2.      Bagi pembaca adalah Kiranya dapat menjadi bahan masukan yang bermanfaat bagi peneliti

lain yang berminat untuk mengkaji mengenai bayi tabung tersebut.

3.      Mamafaat bagi lingkungan akademis adalah sebagai landasan dalam perkembangan

selanjutnya dalam pembuatan makalah atau penulisan karya ilmiah dengan variabel yang

hampir sama yaitu mencakup bayi tabung/inseminasi yang di kaitkan dengan pandangan

syariat islam.

Page 6: Pandangan islam terhadap bayi tabung

BAB IIPEMBAHASAN

A.    Pengertian dan Proses Bayi Tabung/Inseminasi buatan

Teknologi kedokteran modern semakin canggih. Salah satu tren yang berkembang saat ini

adalah fenomena bayi tabung. Bayi tabung dikenal dengan istilah pembuahan in vitro atau

dalam bahasa Inggris dikenal sebagai in vitro fertilisation. Ini adalah sebuah teknik

pembuahan sel telur (ovum) di luar tubuh wanita.

Bayi tabung adalah suatu istilah teknis. Istilah ini tidak berarti bayi yang terbentuk di

dalam tabung, melainkan dimaksudkan sebagai metode untuk membantu pasangan subur

yang mengalami kesulitan di bidang pembuahan sel telur wanita oleh sel sperma pria. Secara

teknis, dokter mengambil sel telur dari indung telur wanita dengan alat yang disebut

“laparoscop” (temuan dr. Patrick C. Steptoe dari Inggris).

Bayi tabung merupakan terjemahan dari artificial insemination. Artificial artinya buatan

atau tiruan secara teknologi bukan secara alamiah, sedangkan insemination berasal dari kata

latin “inseminatus” artinya pemasukan atau penyimpanan. Kata talqih yang sama

pengertiannya dengan inseminasi, diambil oleh dokter ahli kandungan bangsa Arab, dalam

upaya pembuahan terhadap wanita yang menginginkan kehamilan. Jadi dapat di katakan

bahwa bayi tabung merupakan bayi hasil konsepsinya (dari pertemuan antara sel telur dan

sperma) yang dilakukan dalam sebuah tabung yang dipersiapkan sedemikian rupa di

laboratorium. Didalam laboratorium tabung tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga

menyerupai  dengan tempat pembuahannya yang asli yaitu rahim ibu atau wanita. Dibuat

sedemikian rupa sehingga temperatur dan situasinya persis sama dengan aslinya. Prosesnya

mula-mula dengan suatu alat khusus semacam alat untuk laparoskopi dilakukan pengambilan

sel telur dari wanita yang baru saja mengalami ovulasi. Kemudian sel telur yang diambil tadi 

dibuahi dengan sperma yang sudah dipersiapkan dalam tabung yang suasananya dibuat persis

seperti dalam rahim. Setelah pembuahan hasil konsepsi tersebut dipelihara beberapa saat

dalam tabung tadi sampai pada suatu saat tertentu akan dicangkokan ke dalam rahim wanita

tersebut. Selanjutnya diharapkan embrio itu akan tumbuh sebagaimana layaknya di dalam

rahim wanita. Sudah tentu wanita tersebut akan mengalami kehamilan ,perkembangan selama

kehamilan seperti  biasa.

Bayi tabung pertama lahir ke dunia ialah Louise Brown. Ia lahir di Manchester, Inggris,

25 Juli 1978 atas pertolongan Dr. Robert G. Edwards dan Patrick C. Steptoe. Sejak itu, klinik

Page 7: Pandangan islam terhadap bayi tabung

untuk bayi tabung berkembang pesat. Teknik bayi tabung ini telah menjadi metode yang

membantu pasangan subur yang tidak mempunyai anak akibat kelainan pada organ

reproduksi anak pada wanita. 

B.     Jenis-Jenis Proses Bayi Tabung

1.      Pembuahan Dipisahkan dari Hubungan Suami-Isteri.

Teknik bayi tabung memisahkan persetubuhan suami-istri dari pembuahan bakal anak.

Dengan teknik tersebut, pembuahan dapat dilakukan tanpa persetubuhan. Keterarahan

perkawinan kepada kelahiran baru sebagaimana diajarkan oleh Gereja tidak berlaku lagi.

Dengan demikian teknik kedokteran telah mengatur dan menguasai hukum alam yang

terdapat dalam tubuh manusia pria dan wanita. Dengan pemisahan antara persetubuhan dan

pembuahan ini, maka bisa muncul banyak kemungkinan lain yang menjadi akibat dari

kemajuan ilmu kedokteran di bidang pro-kreasi manusia.

2.      Wanita Sewaan untuk Mengandung Anak.

Ada kemungkinan bahwa benih dari suami-istri tidak bisa dipindahkan ke dalam rahim

sang istri, oleh karena ada gangguan kesehatan atau alasan-alasan lain. Dalam kasus ini, maka

diperlukan seorang wanita lain yang disewa untuk mengandung anak bagi pasangan tadi.

Dalam perjanjian sewa rahim ini ditentukan banyak persyaratan untuk melindungi

kepentingan semua pihak yang terkait. Wanita yang rahimnya disewa biasanya meminta

imbalan uang yang sangat besar. Suami-istri bisa memilih wanita sewaan yang masih muda,

sehat dan punya kebiasaan hidup yang sehat dan baik. praktik seperti ini biasanya belum ada

ketentuan hukumnya, sehingga kalau muncul kasus bahwa wanita sewaan ingin

mempertahankan bayi itu dan menolak uang pembayaran, maka pastilah sulit dipecahkan.

3.      Sel Telur atau Sperma dari Seorang Donor.

Masalah ini dihadapi kalau salah satu dari suami atau istri mandul; dalam arti bahwa sel

telur istri atau sperma suami tidak mengandung benih untuk pembuahan. Itu berarti bahwa

benih yang mandul itu harus dicarikan penggantinya melalui seorang donor.

Masalah ini akan menjadi lebih sulit karena sudah masuk unsur baru, yaitu benih dari

orang lain. Pertama, apakah pembuahan yang dilakukan antara sel telur istri dan sel sperma

dari orang lain sebagai pendonor itu perlu diketahui atau disembunyikan identitasnya. Kalau

wanita tahu orangnya, mungkin ada bahaya untuk mencari hubungan pribadi dengan orang

Page 8: Pandangan islam terhadap bayi tabung

itu. Ketiga, apakah pria pendonor itu perlu tahu kepada siapa benihnya telah didonorkan.

Masih banyak masalah lain lagi yang bisa muncul.

4.      Munculnya Bank Sperma

Praktik bayi tabung membuka peluang pula bagi didirikannya bank-bank sperma.

Pasangan yang mandul bisa mencari benih yang subur dari bank-bank tersebut. Bahkan orang

bisa menjual-belikan benih-benih itu dengan harga yang sangat mahal misalnya karena benih

dari seorang pemenang Nobel di bidang kedokteran, matematika, dan lain-lain. Praktek bank

sperma adalah akibat lebih jauh dari teknik bayi tabung. Kini bank sperma malah

menyimpannya dan memperdagangkannya seolah-olah benih manusia itu suatu benda

ekonomis.

Tahun 1980 di Amerika sudah ada 9 bank sperma non-komersial. Sementara itu bank-

bank sperma yang komersil bertumbuh dengan cepat. Wanita yang menginginkan pembuahan

artifisial bisa memilih sperma itu dari banyak kemungkinan yang tersedia lengkap dengan

data mutu intelektual dari pemiliknya. Identitas donor dirahasiakan dengan rapi dan tidak

diberitahukan kepada wanita yang mengambilnya, kepada penguasa atau siapapun.

C.     Hukum serta Pandangan Islam mengenai Bayi Tabung 

Masalah inseminasi buatan ini menurut pandangan islam termasuk masalah kontemporer

ijtihadiah, karena tidak terdapat hukumnya secara spesifik di dalam Al-Qur’an dan As-sunnah

bahkan dalam kajian Fiqih klasik sekalipun. 

Kalau kita hendak mengkaji masalah bayi tabung dari segi hukum Islam, maka

harus dikaji dengan memakai metode ijtihad lajim dipakai oleh para ahli

ijtihad,agar ijtihadnya sesuai dengan prinsip-prinsip dan jiwa Al-Qur’an dan Sunah yang

menjadi pegangan umat Islam. Sudah tentu ulama yang melaksanakan ijtihad

tentang masalah ini, memerlukan informasi yang cukup tentang teknik dan proses terjadinya

bayi tabung dari cendekiawan Muslim yang ahli dalam bidang studi yang relevan dengan

masalah ini, misalnya ahli kedokteran dan ahli biologi. Dengan pengkajian secara

multidisipliner ini, dapat ditemukan hukumnya yang proporsional dan mendasar.

Page 9: Pandangan islam terhadap bayi tabung

Bayi tabung / inseminasi buatan apabila dilakukan dengan sel sperma dan ovum suami

i s t r i s end i r i dan t i dak d i t r ans f e r embr ionya ke da l am r ah im wan i t a l a i n

termasuk istrinya sendiri yang lain (bagi suami yang berpoligami), maka Islam

membenarkan, baik dengan cara mengambil sperma suami, kemudian disuntikkan ke dalam

vagina atau uterus istri, maupun dengan cara pembuahan dilakukan diluar rahim, kemudian

buahnya (vertilized ovum) ditanam di dalam rahim istri, asal keadaan kondisi suami istri

yang bersangkutan benar-benar memerlukan cara inseminasi buatan untuk

memperoleh anak, karena dengan cara pembuahan alami, suami istri tidak berhasil

memperoleh anak. Hal ini sesuai dengan hukum Fiqih Islam“.

Dua tahun sejak ditemukannya teknologi ini, para ulama pun menetapkan fatwa tentang

bayi tabung/inseminasi buatan diantaranya:

Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam fatwanya menetapkan 4 keputusan terkait

masalah bayi tabung, diantaranya :

1.      Bayi tabung dengan sperma dan ovum dari pasangan suami-istri yang sah hukumnya mubah

(boleh), sebab ini termasuk ikhtiar yang berdasarkan kaidah-kaidah agama.

2.      sedangkan para ulama melarang penggunaan teknologi bayi tabung dari pasangan suami-istri

yang dititipkan dirahim perempuan lain dan itu hukumnya haram, karena dikemudian hari hal

itu akan menimbulkan masalah yang rumit dalam kaitannya dengan warisan.

3.      Bayi Tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia hukumnya

haram. Sebab, hal ini akan menimbulkan masalah yang pelik baik kaitannya dengan

penentuan nasab maupun dalam hal kewarisan.

4.      Bayi Tabung yang sperma dan ovumnya tak berasal dari pasangan suami-istri yang sah hal

tersebut juga hukumnya haram. Alasannya, statusnya sama dengan hubungan kelamin antar

lawan jenis diluar pernikahan yang sah alias perzinahan.

Nahdlatul Ulama (NU) juga telah menetapkan fatwa terkait masalah dalam Forum

Munas di Kaliurang, Yogyakarta pada tahun 1981. Ada 3 keputusan yang ditetapkan

ulama NU terkait masalah Bayi Tabung, diantaranya :

1.      Apabila mani yang ditabung atau dimasukkan kedalam rahim wanita tersebut ternyata bukan

mani suami-isntri yang sah, maka bayi tabung hukumnya haram. Hal itu didasarkan pada

sebuah hadist yang diriwayatkan Ibnu Abbas RA, Rosulallah SAW bersabda “Tidak ada dosa

Page 10: Pandangan islam terhadap bayi tabung

yang lebih besar setelah syirik dalam pandangan Allah SWT, dibandingkan dengan perbuatan

seorang lelaki yang meletakkan spermanya (berzina) didalam rahim perempuan yang tidak

halal baginya..”

2.      Apabila sperma yang ditabung tersebut milik suami-istri, tetapi cara mengeluarkannya tidak

muhtaram, maka hukumnya juga haram. Mani Muhtaram adalah mani yang

keluar/dikeluarkan dengan cara yang tidak dilarang oleh syara’. Terkait mani yang

dikeluarkan secara muhtaram, para ulama NU mengutip dasar hukum dari Kifayatul Akhyar

II/113. "Seandainya seorang lelaki berusaha mengeluarkan spermanya (dengan beronani)

dengan tangan istrinya, maka hal tersebut diperbolehkan, karena istri memang tempat atau

wahana yang diperbolehkan untuk bersenang-senang."

3.      Apabila mani yang ditabung itu mani suami-istri yang sah dan cara mengeluarkannya

termasuk muhtaram, serta dimasukkan ke dalam rahim istri sendiri, maka hukum bayi tabung

menjadi mubah (boleh).

Majelis Mujamma’ Fiqih Islami menetapkan sebagai berikut:

1.      Lima perkara berikut ini diharamkan dan terlarang sama sekali, karena dapat mengakibatkan

percampuran nasab dan hilangnya hak orang tua serta perkara-perkara lain yang dikecam oleh

syariat.

a.       Sperma yang diambil dari pihak lelaki disemaikan kepada indung telur pihak wanita yang

bukan istrinya kemudian dicangkokkan ke dalam rahim istrinya.

b.      Indung telur yang diambil dari pihak wanita disemaikan kepada sperma yang diambil dari

pihak lelaki yang bukan suaminya kemudian dicangkokkan ke dalam rahim si wanita.

c.       Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari sepasang suami istri,

kemudian dicangkokkan ke dalam rahim wanita lain yang bersedia mengandung persemaian

benih mereka tersebut.

d.      Sperma dan indung telur yang disemaikan berasal dari lelaki dan wanita lain kemudian

dicangkokkan ke dalam rahim si istri.

e.       e.Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari seorang suami dan istrinya,

kemudian dicangkokkan ke dalam rahim istrinya yang lain.

2.      Dua perkara berikut ini boleh dilakukan jika memang sangat dibutuhkan dan setelah

memastikan keamanan dan keselamatan yang harus dilakukan, sebagai berikut:

Page 11: Pandangan islam terhadap bayi tabung

a.       Sperma tersebut diambil dari si suami dan indung telurnya diambil dari istrinya kemudian

disemaikan dan dicangkokkan ke dalam rahim istrinya.

b.      Sperma si suami diambil kemudian di suntikkan ke dalam saluran rahim istrinya atau

langsung ke dalam rahim istrinya untuk disemaikan.

                               

                     Ulama di Malaysia yang tergabung dalam Jabatan Kemajuan Islam Malaysia memberi fatwa

tentang bayi tabung yang menghasilkan keputusan sebagai berikut:

a.       Bayi Tabung Uji dari benih suami isteri yang dicantumkan secara “terhormat” adalah sah di

sisi Islam. Sebaliknya benih yang diambil dari bukan suami isteri yang sah bayi tabung itu

adalah tidak sah.

b.      Bayi yang dilahirkan melalui tabung uji itu boleh menjadi wali dan berhak menerima harta

pesaka dari keluarga yang berhak.

c.       Sekiranya benih dari suami atau isteri yang dikeluarkan dengan cara yang tidak bertentangan

dengan Islam, maka ianya dikira sebagai cara terhormat.

                     

Dari beberapa pernyataan mengenai pandangan bayi tabung yang dikelontarkan oleh

beberapa ulama-ulama diatas dapa di katakan bahwa. Islam membenarkan bayi tabung /

inseminasi buatan apabila dilakukan antara sel sperma dan ovum suami istri yang sah dan

tidak ditransfer embrionya ke dalam rahim wanita lain termasuk istrinya sendiri yang lain

(bagi suami yang berpoligami), baik dengan cara mengambil sperma suami kemudian

disuntikkan ke dalam vagina atau uterus istri, maupun dengan cara pembuahan dilakukan

diluar rahim, kemudian buahnya (vertilized ovum) ditanam di dalam rahim istri, asal keadaan

kondisi suami istri yang bersangkutan benar-benar memerlukan cara inseminasi buatan untuk

memperoleh anak, karena dengan cara pembuahan alami suami istri tidak berhasil

memperoleh anak. Sebagai ajaran yang sempurna, Islam selalu mampu menjawab berbagai

masalah yang terjadi di dunia modern saat ini.

D.    Dalil-dalil syar’i yang dapat dijadikan landasan menetapkan hukum haram inseminasi buatan,

antara  lain :

1.      “Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan

dan di lautan, kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan

Page 12: Pandangan islam terhadap bayi tabung

kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan.” (QS Al-

Israa’:70).

2.      “Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS

At-tiin:4).

3.      Hadist Nabi SAW yang mengatakan : ” tidak halal bagi seseorang yang beriman kepada

Allah dan Hari Akhir menyiramkan airnya (sperma) pada tanaman orang lain (istri orang

lain).” (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan dipandang shahih oleh Ibnu Hibban).

Page 13: Pandangan islam terhadap bayi tabung

BAB IIIPENUTUP

Kesimpulan:Inseminasi adalah teknik pembuahan (fertilisasi) antara sperma suami dan sel telur isteri

yang masing-masing diambil kemudian disatukan di luar kandungan (in vitro) – sebagai

lawan “di dalam kandungan” (in vivo).

Secara hukum, bayi yang dihasilkan dari inseminasi ini memiliki dua macam yakni

diperbolehkan dengan catatan sperma yang diambil merupakan sperma yang berasal dari

suami istri yang sah, dan ditanam dalam rahim istri tersebut (bukan rahim orang lain) dan

tidak diperbolehkan, jika seperma yang diambil berasal dari laki-laki lain begitu pula dari

wanita lain.

Saran:Pemerintah hendaknya melarang berdirinya Bank Nuthfah / Sperma dan Bank Ovum

untuk pembuatan bayi tabung, karena selain bertentangan denganPancasila dan

UUD 1945, juga bertentangan dengan norma agama dan moral,serta merendahkan harkat

manusia sejajar dengan hewan yang diinseminasitanpa perlu adanya perkawinan.

Pemer in t ah hendaknya hanya meng i z inkan dan me layan i pe rmin t aan

bay i tabung dengan sel sperma dan ovum suami istri yang bersangkutan tanpa

ditransfer ke dalam rahim wanita lain (ibu titipan), dan pemerintah hendaknya juga

melarang keras dengan sanksi-sanksi hukumannya kepada dokter dan s i apa yang

me lakukan i n seminas i bua t an pada manus i a dengan spe rma dan/atau ovum

donor yang tidak bertentangan dengan hukum islam.

Page 14: Pandangan islam terhadap bayi tabung

DAFTAR PUSTAKAAbdul Rahman, Roli. Khamza H. 2007. Menjaga Akidah dan Akhlak. Solo: PT Tiga Serangkai

Pustaka Mandiri.

Fauziyah R.A, lilis. Setyawan, Andi. 2007. Kebenaran Al-qur’an dan hadis. Solo: PT Tiga

Serangkai Pustaka Mandiri.

http://mihwanuddin.wordpress.com/2011/05/13/pandangan-islam-terhadap-bayi-

tabung/

http://keperawatanreligionnovihermawati.wordpress.com/

Ibrahim, Tatang. 1994. Fiqih. Bandung: CV. ARMICO.

Rahman, Abdul H. Rofiq, Ahmad. 1988. Fiqih. Bandung: CV. ARMICO .