ngambon, profil desa yang sedang berubah

54
www.umamnoer.co.cc – spread your wings and soar NGAMBON: Profil Desa Yang Sedang Berubah, Antara Mobilitas Penduduk, Okupasi Lahan, dan Permasalahan Tenaga Kerja Diajukan sebagai Laporan Akhir Mata Kuliah Antropologi Pedesaan daan Metode Penelitian Antropologi, di Desa Ngambon, Kecamatan Ngambon, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur Disusun oleh: Fajar Alam Pawaka 070316858 Ani Pamungkas 070316962 Devinta Friyandina 070316972 Khaerul Umam N 070317043 Uswatun Hasanah 070317044 M. Choyruddin 070317067 1

Upload: khaerul-umam-noer

Post on 07-Jun-2015

1.362 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

penelitian ini tentang perubahan sosial yang terjadi di masyarakat pedesaan, studi di Bojonegoro, Jawa Timur

TRANSCRIPT

Page 1: Ngambon, Profil Desa Yang Sedang Berubah

www.umamnoer.co.cc – spread your wings and soar

NGAMBON: Profil Desa Yang Sedang Berubah, Antara Mobilitas

Penduduk, Okupasi Lahan, dan Permasalahan Tenaga Kerja

Diajukan sebagai Laporan Akhir Mata Kuliah Antropologi Pedesaan daan Metode Penelitian Antropologi, di Desa Ngambon, Kecamatan Ngambon,

Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur

Disusun oleh:

Fajar Alam Pawaka 070316858Ani Pamungkas 070316962Devinta Friyandina 070316972Khaerul Umam N 070317043Uswatun Hasanah 070317044M. Choyruddin 070317067Indraini Puji Lestari 070317086

JURUSAN ANTROPOLOGI SOSIALFAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK

UNIVERSITAS AIRLANGGASURABAYA

2006

1

Page 2: Ngambon, Profil Desa Yang Sedang Berubah

www.umamnoer.co.cc – spread your wings and soar

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Desa adalah unit terkecil dalam kehidupan bernegara, desa

merupakan tempat tinggal sekelompok orang yang umumnya masih

memiliki hubungan kekerabatan. Meskipun banyak desa-desa di Jawa

yang tidak lagi homogen, namun tidak sedikit yang tetap memiliki

hubungan kekerabatan yang kuat. Tidak dapat dipungkiri, hampir tidak

ada desa yang benar-benar homogen dan/atau tetap seperti dahulu.

Adanya modernisasi dan dukungan dari pemerintah akhirnya membuat

desa tidak pernah sama seperti sebelumnya.

Salah satu isu terpenting dalam jagat politik di desa adalah otonomi

desa. Desa tidak hanya merupakan unit administratif, namun juga

merupakan unit dari suatu entitas kultural (Santoso, 2003:23).

Berfungsinya lembaga-lembaga sosial, politik dan pemerintahan mengacu

pada konteks kultural. Hal ini berarti bahwa otonomi desa tidak hanya

memiliki dimensi administratif, namun juga memiliki dimensi kultural.

Meskipun desa merupakan suatu daerah administratif terkecil,

namun desa sebagai suatu entitas kultural tidak boleh dipandang sebelah

mata. Desa dan permasalahannya merupakan suatu gambaran dari

masalah yang lebih kompleks, dalam hal ini negara. Secara teori, salah

satu cara untuk 'membantu' desa untuk maju adalah penggunaan sumber

daya alam yang ada dipergunakan semaksimal mungkin untuk menolong

desa itu sendiri. Namun demikian, ternyata tidak semudah itu

memperbaiki keadaan desa.

Demografi, topografi, dan keadaan iklim seringkali menjadi faktor

pembatas dalam pengelolaan sumber daya alam di desa. Ketika kondisi

wilayah akhirnya menjadi faktor pembatas, hal ini justru mendorong

2

Page 3: Ngambon, Profil Desa Yang Sedang Berubah

www.umamnoer.co.cc – spread your wings and soar

penduduk untuk memilih bentuk ekonomi dan pertanian yang berbeda

yang tentunya sesuai dengan kondisi lahan yang ada pada mereka, yakni

dengan pergeseran okupasi lahan. Selain itu, tidak sedikit yang justru

keluar dari sektor pertanian dan memilih untuk bekerja dibidang lain.

Meskipun kehidupan desa tidak pernah sama dengan sebelumnya,

terutama dengan semakin mudahnya sarana transportasi dan semakin

mobilnya penduduk desa. Mobilitas penduduk telah menjadi suatu hal

yang umum terjadi di desa-desa. Mobilitas hanyalah sebagian kecil dari

perkembangan yang terjadi di desa-desa, lebih dari itu, banyak

permasalahan yang telah ada dan berkembang di desa, seperti masalah

kemiskinan dan ekonomi, okupasi lahan, dan pergerakan tenaga kerja.

Kesemuanya pada akhirnya membentuk suatu konfigurasi desa yang

sangat jauh berbeda dengan keadaan yang stabil, yang sering

digambarkan orang tentang desa, dan akan membawa perubahan yang

signifikan terhadap keadaan desa tersebut.

Desa dan segala permasalahannya merupakan suatu bentuk nyata

dari pergolakan yang ada di desa. Salah satu masalah yang ada adalah

pertanian. Tawney (dalam Scott, 1981:1) mengatakan bahwa "Ada

daerah-daerah dimana posisi penduduk pedesaan ibarat orang yang

selamanya berdiri terendam dalam air hingga ke leher, sehingga ombak

yang kecil sekalipun sudah cukup untuk menenggelamkannya." Hal ini

mungkin gambaran yang sangat umum mengenai kehidupan penduduk

desa. Di satu sisi mereka terhimpit oleh berbagai persoalan yang mereka

hadapi, dan di sisi lain, mereka harus bekerja keras untuk menjaga

eksistensi mereka.

I.2. Fokus Penelitian

Fokus penelitian dibuat agar penelitian ini tidak hanya mencari data

dilapangan sebanyak-banyaknya tanpa adanya suatu kerangka masalah.

Adapun fokus penelitian ini adalah:

Bagaimana kondisi Desa Ngambon, dilihat dari sisi ekonomi,

okupasi lahan pertanian, dan masalah tenaga kerja. Selain itu juga akan

3

Page 4: Ngambon, Profil Desa Yang Sedang Berubah

www.umamnoer.co.cc – spread your wings and soar

dibahas faktor-faktor lain yang mendorong perubahan dan permasalahan

umum yang ada di Desa Ngambon .

I.3. Tujuan Penelitian

Dalam hal ini, tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah

sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan berbagai hal yang ada di Desa Ngambon; dan

2. Menganalisa berbagai permasalah yang ada di Desa Ngambon.

I.4. Kerangka Teori

Definisi desa menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

adalah "suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai

kesatuan masyarakat termasuk didalamnya kesatuan masyarakat hukum,

yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung dibawah

Camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam

ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia." Dari definisi ini dapat dilihat

bahwa definisi yang diberikan pada desa sebagai wilayah administratif,

dan melupakan desa sebagai suatu entitas kultural yang sebenarnya jauh

lebih penting. Sebagai suatu entitas kultural, desa lebih dapat dilihat dari

berbagai permasalahan yang dihadapi.

Desa Ngambon, Kecamatan Ngambon, Kabupaten Bojonegoro

terletak didaerah ketinggian, dengan demikian, tidak memungkinkan

adanya aliran air sepanjang waktu. Untuk mengatasi masalah tersebut,

maka perilaku adaptif merupakan jawaban yang paling memungkinkan.

Adaptasi mengacu pada proses interaksi antara perubahan yang

ditimbulkan oleh organisme pada lingkungannya dan perubahan yang

ditimbulkan oleh lingkungan pada organisme (Havilland, 1988:3-7).

Manusia beradaptasi melalui medium kebudayaan, pada saat

mengembangkan cara-cara untuk mengerjakan sesuatu sesuai dengan

sumber daya yang mereka miliki dan juga dalam batas-batas lingkungan

tempat mereka hidup.

4

Page 5: Ngambon, Profil Desa Yang Sedang Berubah

www.umamnoer.co.cc – spread your wings and soar

Dalam ekologi desa, seringkali masyarakat menjadi sangat

bergantung pada alam. Adanya relung ekologis yang khas dibeberapa

tempat menyebabkan daerah tersebut sangat rawan terhadap resiko-

resiko subsistensi. Dapat dikatakan bahwa masalah yang dihadapi

keluarga petani adalah bagaimana dapat menghasilkan beras yang cukup

untuk makan sekeluarga, untuk membeli beberapa barang kebutuhan, dan

untuk memenuhi tagihan-tagihan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi dari

pihak-pihak luar (Scott, 1981:4).

Masyarakat Desa Ngambon bermatapencaharian sebagai petani-

peladang, hal ini dapat dilihat dari komoditas yang mereka tanam. Dari sisi

topografi yang cenderung kering, maka tidak mengherankan jika

masyarakat lebih memilih untuk menanam komoditas yang tahan dalam

kondisi tersebut, yaitu padi gogo dan jagung. Selain itu mereka tidak

selalu bergantung pada komoditas tersebut. Merekan juga menanam

pisang, ketela, dan kacang-kacangan sebagai komoditas lain. Mereka

memiliki pengetahuan mengenai siklus musim yang disesuaikan dengan

tanaman yang akan mereka tanam, mereka juga telah memiliki suatu

acara yang secara ekonomi sangat menguntungkan, yakni Pasar Legi,

dimana berbagai komoditas yang mereka tanam dijual dipasar tersebut.

Goodenough menyatakan, budaya adalah sistem pengetahuan dan

kepercayaan yang disusun sebagai pedoman manusia dalam mengatur

pengalaman dan persepsi, menentukan tindakan dan memilih diantara

alternatif yang ada (Keesing, 1989:68). Kebudayan adalah keseluruhan

pengetahuan yang dipunyai oleh manusia sebagai makhluk sosial; yang

isinya adalah perangkat-perangkat model-model pengetahuan yang

secara selektif dapat digunakan untuk memahami dan menginterpretasi

lingkungan yang dihadapi, dan untuk mendorong dan menciptakan

tindakan-tindakan yang diperlukannya (Suparlan, 1986:8).

Dari definisi diatas, kebudayaan merupakan perangkat model

pengetahuan untuk menginterpretasi lingkungan dan pendorong untuk

menciptakan tindakan yang diperlukan. Tindakan-tindakan yang dipilih

5

Page 6: Ngambon, Profil Desa Yang Sedang Berubah

www.umamnoer.co.cc – spread your wings and soar

oleh sebagian besar warga merupakan cara yang dianggap mereka paling

sesuai dengan lingkungan dan kebudayaannya. Dengan demikian, salah

satu cara 'memanipulasi' kemampuan guna memenuhi kebutuhan sehari-

hari adalah dengan menyesuaikan diri. Hal ini dapat secara jelas dilihat

pada masyarakat Desa Ngambon, bahwa mereka lebih memilih untuk

menanam komoditas yang tahan kering, dan hal tersebut merupakan

bagian dari kebudayaan yang mereka miliki.

Tidak dapat dipungkiri, adanya tekanan dari alam akan

menyebabkan masyarakat untuk beradaptasi dengan hal tersebut. Bagi

Scott (1981:7), satu hal yang khas bahwa yang dilakukan oleh petani

adalah berusaha menghindari kegagalan yang akan menghancurkan

kehidupannya dan bukan berusaha memperoleh keuntungan besar

dengan mengambil resiko. Tindakan tersebut merupakan keputusan

'enggan resiko' (risk-averse) yang meminimumkan kemungkinan subyektif

dari kerugian maksimum. Selain itu juga adanya prinsip 'dahulukan

selamat' (safety first) yang memungkinkan terjaganya eksistensi mereka,

meskipun dalam banyak hal para petani enggan untuk menerima

pembaruan, kecuali bahwa mereka tahu dan mereka yakin dengan

pembaruan tersebut akan memberikan keuntungan bagi mereka.

Adanya tekanan alam dan pihak luar dalam bidang pertanian pada

gilirannya akan berpengaruh pada berbagai aspek lain dalam kehidupan

di Desa Ngambon. Tidak sedikit dari golongan muda di desa tersebut

beralih pilihan, dan tidak lagi memilih untuk bertani. Meskipun pilihan

tersebut tidak hanya karena alasan alam, namun merupakan akumulasi

dari berbagai faktor. Mobilitas penduduk, tekanan ekonomi, dan semakin

majunya tingkat pendidikan menjadi pendorong atas hal tersebut.

Keengganan para generasi muda pada akhirnya akan menyisakan

golongan tua untuk bekerja dilahan pertanian mereka, bahkan secara

umum, telah terjadi pergeseran tidak hanya dalam bidang pertanian,

namun juga bidang-bidang lainnya.

6

Page 7: Ngambon, Profil Desa Yang Sedang Berubah

www.umamnoer.co.cc – spread your wings and soar

Desa Ngambon mungkin sedang dalam perjalanan menuju krisis

tenaga kerja dan juga, mungkin, kepemilikan lahan. Bahwa alam telah

'menakdirkan' desa tersebut dalam kondisi yang kering tidak serta-merta

menyurutkan keinginan masyarakat untuk mengeksplorasi alam,

meskipun dalam berbagai hal banyak yang menjadi kendala. Eksplorasi

alam akan berpengaruh terhadap kehidupan ekonomi masyarakat desa.

Kemiskinan merupakan suatu gejala sosial, dimana banyak pihak yang

tidak mampu menggunakan sumber daya yang ada untuk memenuhi

kebutuhan mereka.

I.5. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode partisipasi observasi yang

bertujuan untuk memberikan deskripsi yang menyeluruh tentang gejala

yang ada di suatu komunitas. Metode partisipasi observasi berarti

berpartisipasi dalam banyak aspek kehidupan masyarakat, dan

mengamati tingkah laku banyak warga dari kelompok masyarakat yang

bersangkutan, dan memahami suatu pandangan hidup dari sudut

pandang penduduk (Spradley, 1997:3). Dalam program perubahan

kebudayaan terencana, di mana faktor-faktor sosial, psikologi dan budaya

hampir tak terbatas dan tak di ketahui dengan jelas, pendekatan yang

eksploratif dengan tujuan terbuka menghasilkan hal-hal yang sering kali

penting. Oleh karena itu, penelitian partisipasi observasi melibatkan

belajar mengenai dunia orang yang telah belajar melihat, mendengar,

berbicara, berpikir dan bertindak dengan cara yang berbeda-beda,

sehingga si peneliti sedikit-banyak akan mengerti mengenai dunia orang-

orang tersebut.

I.5.1 Pemilihan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terketak di Desa Ngambon, Kecamatan

Ngambon, Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur. Lokasi ini dipilih

karena beberapa alasan, yaitu:

Pertama, selama ini penelitian yang dilakukan di pedesaan di Jawa

lebih pada daerah pertanian basah dengan air melimpah sepanjang tahun,

7

Page 8: Ngambon, Profil Desa Yang Sedang Berubah

www.umamnoer.co.cc – spread your wings and soar

dan hal ini mendorong kami untuk meneliti di daerah dengan sistem

pertanian tadah hujan. Daerah yang kering jelas lebih sulit untuk

bercocok-tanam, dan hal ini membutuhkan adaptasi yang lebih keras

ketimbang daerah dengan air yang melimpah.

Kedua, adalah kewajiban bagi kami untuk melaksanakan kuliah

lapangan di salah satu desa yang dipilih secara mufakat, dan Bojonegoro

dapat dikatakan merupakan daerah yang jarang dijadikan tujuan penelitian

antropologi.

I.5.2. Teknik Penentuan Informan

Informan adalah orang-orang yang diharapkan mengetahui tentang

hal-hal yang menjadi fokus penelitian (Dyson, 1997:5). Oleh karena itu,

orang-orang yang dijadikan informan adalah mereka ynag telah lama

menetap dan mengalami enkulturasi penuh (proses pembudidayaan alami

pada lingkungan tertentu). Pemilihan informan dilakukan secara purposive

agar mendapatkan informasi yang sesuai dengan penelitian.

Koentjaraningrat (1994:130) menyatakan bahwa ketika kali pertama

peneliti datang, maka yang harus dicari adalah informan pangkal yang

dapat menunjukkan tentang adanya individu lain dalam masyarakat yang

dapat memberikaan informasi tentang fokus yang di inginkan. Selain itu,

juga terdapat informan kunci yaitu orang-orang yang mempunyai

kemampuan dan ahli tentang sektor-sektor masyarakat atau unsur-unsur

kebudayaan yang ingin diketahui.

Penelitian ini mengambil Kepala Desa Ngambon sebagai informan

kunci, dan juga para staff dikelurahan Ngambon. Selain itu, penelitian ini

juga mengambil berbagai informan dengan berbagai latar ekonomi, seperti

pedagang, petani, pemilik warung, dan juga para penduduk dengan

berbagai latar usia. Pengambilan informan bertujuan untuk mengetahui

jawaban dari berbagai masalah yang kami jadikan sebagai topik

penelitian.

I.5.3. Teknik Pengumpulan Data

8

Page 9: Ngambon, Profil Desa Yang Sedang Berubah

www.umamnoer.co.cc – spread your wings and soar

Data diperoleh dengan cara studi lapangan yang hasilnya

dipergunakan sebagai data utama dan studi pustaka sebagai data

pelengkap. Data dikumpulkan melalui beberapa teknik tahapan

pengumpulan data, yaitu:

I.5.3.a. Observasi

Observasi atau pengamatan bertujuan melihat perilaku nyata atau

faktual dan keadaan lingkungan serta benda-benda fisik (Dyson, 1997:4).

Pengamatan merupakan metode yang pertama-tama digunakan dalam

melakukan penelitian ilmiah, yang pada mulanya diarahkan kepada usaha

untuk memperoleh sebanyak mungkin pengetahuan mengenai lingkungan

alam manusia (Bachtiar, 1994:109-110).

Observasi atau pengamatan secara langsung, dilakukan peneliti

sejak awal datang, dan masuk dalam kehidupan penduduk meskipun tidak

terlalu lama. Hal ini menyebabkan para peneliti sedikit-banyak mengetahui

apa yang dirasakan oleh subyek yang secara langsung merupakan

sumber data bagi peneliti. Biasanya, dalam mempelajari hubungan antar

manusia, kegiatan manusia dalam hubungan mereka satu sama lain,

harus di amati ditempat mereka dijumpai (Bachtiar, 1994:119).

I.5.3.b. Wawancara

Teknik wawancara menurut Lincoln dan Gulba, dimaksudkan untuk

mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi,

perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain (Moleong,

1993:135). Peneliti melakukan wawancara dengan para penduduk, Kepala

Desa dan staff, meskipun tidak mendalam (indepth interview) dan tidak

terlalu menggunakan pedoman wawancara. Hal ini dikarenakan karena

peneliti lebih menggunakan wawancara spontan untuk mengetahui

berbagai hal mengenai masalah yang kami jadikan topik. Pedoman

wawancara memang telah kami buat, dan kami gunakan ketika

mewawancarai Kepala Desa Ngambon, sedangkan bagi penduduk, kami

tidak terlalu terpaku pada pedoman yang telah kami buat.

9

Page 10: Ngambon, Profil Desa Yang Sedang Berubah

www.umamnoer.co.cc – spread your wings and soar

Wawancara dengan Kepala Desa dilakukan di Kantor Kelurahan

dan rumah Kepala Desa, sedangkan wawancara dengan penduduk

dilakukan ditempat dimana penduduk tersebut berada pada waktu

wawancara, seperti wawancara para pedagang di pasar, dan para petani

dilahan mereka masing-masing.

I.5.3.c. Bahan Dokumen

Peneliti juga menggunakan data yang telah tersedia dan dapat

langsung digunakan berupa monografi desa Ngambon. Dalam hal ini,

dokumentasi termasuk data pelengkap yang digunakan peneliti.

I.5.4 Teknik Analisa Data

Teknik data tidak dimaksudkan untuk membuat atau membuktikan

hipotesis yang telah dirumuskan sebelum penelitian diadakan atau

hipotesis yang ada sebelumnya, analisis ini merupakan pembentukan

abstraksi berdasarkan bagian-bagian yang telah dikumpulkan, kemudian

dikelompok-kelompokkan (Moleong, 1993:5-6). Data dan/fakta adalah

suatu pernyataan, rumusan atau istilah dalam rangka pemikiran tertentu

yang dapat dibuktikan ada atau tidak ada dalam kenyataan (Bachtiar,

1994:112).

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang

tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang

telah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen resmi, gambar, peta

dan lain sebagainya. Kemudian data-data itu diberi kode sesuai dengan

kategori yang dibuat berdasarkan kepentingan penelitian dan konsep yang

di ilustrasikan oleh informan. Kemudian dari kategori konseptual yang

telah dibuat, disusun menjadi suatu struktur agar mudah melihat

hubungan-hubungan yang terjadi antara kategori-kategori tersebut dan

mempermudah interpretasi.

10

Page 11: Ngambon, Profil Desa Yang Sedang Berubah

www.umamnoer.co.cc – spread your wings and soar

BAB II

PROFIL DESA NGAMBON

II.1. Lokasi Desa

Desa Ngambon terletak di Kecamatan Ngambon, Kabupaten

Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur. Luas desa sebesar ± 289.975 ha.

Ketinggian tanah berada berada pada ketinggian ± 371 dpl, dengan suhu

udara rata-rata 25-30 ºC. Jarak dari Ibu Kota Kabupaten ± 45 km,

sedangkan dari Ibu Kota Provinsi ± 153 km. Desa Ngambon di batasi oleh:

Sebelah utara :Desa Kacangan, Tambak Rejo

Sebelah Selatan :Desa Nglampin, Kecamatan Ngambon

Sebelah Timur :Desa Bondol, Kecamatan Ngambon

Sebelah Barat :Desa Setren dan Mediyunan, Kecamatan

Ngasem

II.2. Pertanahan dan Peruntukan

Dengan luas wilayah sebesar ± 289,974 ha, Desa Ngambon

memiliki status sebagai Tanah Kas Desa sebesar ± 25,585 ha dan tanah

desa lainnya sebesar ± 18,094 ha. Dengan luas tanah sedemikian besar,

desa ini memiliki peruntukan tanah sebagai berikut:

a. Jalan : 3,100 km

b. Sawah dan Ladang : 129,195 ha

c. Bangunan Umum : 3,430 ha

d. Lapangan Olah Raga : 1,000 ha

e. Pemakaman : 3,450 ha

f. Lain-lain : 5,260 ha

Berbagai peruntukan tanah di Desa Ngambon tidak hanya untuk

berbagai keperluan sebagaimana di atas, namun juga memiliki

penggunaan yang tidak jauh berbeda. Penggunaan lahan seperti berikut:

11

Page 12: Ngambon, Profil Desa Yang Sedang Berubah

www.umamnoer.co.cc – spread your wings and soar

a. Industri : 0,260 ha

b. Perkantoran : 2,774 ha

c. Pasar Desa : 1,500 ha

d. Tanah Wakaf : 0,95 ha

e. Tanah Sawah:

- Irigasi Tadah Hujan : 76,010 ha

f. Tanah Kering:

- Pekarangan : 47,236 ha

- Tegalan : 53,185 ha

g. Tanah yang Belum dikelola:

- Hutan Negara : 95,450 ha

Dari peruntukan dan penggunaan lahan, dapat diketahui bahwa

sesuai dengan kondisi topografinya, Desa Ngambon terletak didaerah

ketinggian, maka sistem pertaniannya lebih pada tadah hujan. Hal ini juga

dibuktikan dengan jumlah tanah sawah dengan irigasi tadah hujan

sebesar ± 76,010 ha, lebih besar jika dibandingkan tanah pekarangan

(± 47,236 ha) dan tegalan (± 53,185). Irigasi model ini akan berpengaruh

terhadap komoditas tanamaan yang dapat ditanam. Yang cukup menarik

adalah adanya tanah berupa hutan negara, yang jumlahnya lebih besar,

yakni sekitar ± 95,450 ha, adanya hutan ini dapat dilihat dengan

ditanaminya dengan pohon jati.

II.3. Kependudukan dan Pertanian-Perkebunan

Penduduk Desa Ngambon berjumlah 2498 jiwa, dengan Kepala

Keluarga sebanyak 630 kk. Ada kejanggalan dalam jumlah penduduk di

desa ini. Jika dilihat dari jumlah WNI sebesar 2558 jiwa sedangkan jumlah

penduduk tertulis 2498, berarti terdapat selisih hingga 60 jiwa. Adapun

perincian jumlah penduduk seperti dibawah ini:

12

Page 13: Ngambon, Profil Desa Yang Sedang Berubah

www.umamnoer.co.cc – spread your wings and soar

Tabel 1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Penduduk Jumlah

Laki-laki 1.296 orang

Perempuan 1.202 orang

Jumlah total 2.498 orang

Sumber: Monografi Desa Ngambon (2004), diolah

Dengan jumlah penduduk sebesar 2.498 orang, penduduk desa ini

hanya menganut agama Islam dan Kristen, sebagaimana dibawah:

Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Agama

Agama Jumlah

Islam 2554 orang

Kristen 4 orang

Budha - orang

Hindu - orang

Total 2558 orang

Sumber: Monografi Desa Ngambon (2004), diolah

Masyarakat Desa Ngambon, sebagaimana desa lainnya memiliki

berbagai matapencaharian, namun yang terbesar adalah petani. Hal ini

dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Matapencaharian

Matapencaharian Jumlah

Karyawan/PNS 92 orang

Wiraswasta/pedagang 83 orang

Petani Belum terdata dengan pasti

Pertukangan 59 orang

13

Page 14: Ngambon, Profil Desa Yang Sedang Berubah

www.umamnoer.co.cc – spread your wings and soar

TNI/Polri 8 orang

Lain-lain 122 orang

Jumlah total 364 orang

Sumber: Monografi Desa Ngambon (2004), diolah.

Meskipun data tabel diatas agak membingungkan, namun

berdasarkan pengakuan salah satu pegawai desa dan beberapa informan,

dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk bermatapencaharian sebagai

petani, terutama para petani dengan usia tua. Sangat disayangkan tidak

ada data jumlah penduduk berdasarkan usia. Jumlah penduduk yang

tersisa dari tabel tersebut ada sekitar 2.194 orang, dan dari jumlah ini

masih terdapat keterangan yang masih rancu, apakah semuanya petani,

atau bercampur dengan pengangguran, misalnya.

Dengan asumsi bahwa mayoritas matapencaharian penduduk

Desa Ngambon sebagai petani, hal ini didukung dengan adanya data

jumlah pertanian dan perkebunan. Data pertanian dan perkebunan seperti

berikut:

Tabel 4. Pertanian di Desa Ngambon

Pertanian Jumlah

Padi & palawija 76.010 ha

Sayur-sayuran 16.130 ha

Buah-buahan 31.106 ha

Total 123.246 ha

Tabel 5. Perkebunan di Desa Ngambon

Perkebunan Jumlah

Jumlah usaha perkebunan 19 buah

Jumlah luas usaha perkebunan 53.185 ha

Sumber: Monografi Desa Ngambon (2004), diolah

14

Page 15: Ngambon, Profil Desa Yang Sedang Berubah

www.umamnoer.co.cc – spread your wings and soar

Tabel 4, data pertanian dengan jumlah ± 123.246 ha merupakan

akumulasi dari tanah sawah irigasi tadah hujan (± 76.010 ha) dan tanah

kering pekarangan (± 47.236 ha), sedangkan perkebunan dengan luas

53.185 ha merupakan tanah kering tegalan dengan jumlah yang sama.

Data yang lebih lengkap dapat dilihat di monografi pertanian Desa

Ngambon tahun 1995-1996, seperti dibawah:

Tabel 6. Monografi Pertanian Desa Tahun 1995-1996

Sektor Populasi Produksi

1. Pangan

a. tanaman pangan

Padi (ha) 95,7 5,5 ton/ha

Jagung (ha) 138,0 1,2 ton/ha

Kedelai (ha) 42,6 1,1 ton/ha

Ubi Kayu (ha) 41,0 20,0 ton/ha

b. tanaman produksi

Mangga (pohon) 1483 buah 200 kg/pohon

Pisang (pohon) 8975 buah 15 kg/pohon

c. sayuran

Lombok (ha) 8,2 2 ton/ha

Terong (ha) 5,0 6 ton/ha

Tomat (ha) 3,4 3 ton/ha

Kacang panjang (ha) 3,8 4 ton/ha

2. Peternakan

Sapi 263 ekor

Kambing/domba 1656 ekor

Ayam buras/kampung 5674 ekor

15

Page 16: Ngambon, Profil Desa Yang Sedang Berubah

www.umamnoer.co.cc – spread your wings and soar

Ayam ras -

Itik 329 ekor

3. Perkebunan

Tembakau 26 ha 4 ton/ha

Kelapa 144 pohon 21 butir/phn

Empon-empon/toga 2534 m² 2-5 kg/m²

4. Perikanan

Ikan lele 210 m² 5-6 kg/ m²

Tombro 16 m² 5 kg/ m²

Sumber: Monografi Pertanian Desa Ngambon 1995-1996, diolah

Selain beberapa data mengenai peruntukan lahan dan

matapencaharian, di Desa Ngambon juga terdapat sarana pendidikan,

baik pendidikan umum maupun pendidikan khusus, selengkapnya di

bawah ini:

Tabel 7. Sarana Pendidikan di Desa Ngambon

Pendidikan Gedung Guru Murid

A. Pendidikan Umum

Kelompok bermain - - -

TK 1 2 66

SD 2 15 395

SMTP 1 33 570

SMTA 1 15 114

B. Pendidikan Khusus

Pondok pesantren - - -

Madrasah - - -

16

Page 17: Ngambon, Profil Desa Yang Sedang Berubah

www.umamnoer.co.cc – spread your wings and soar

SLB - - -

Pendidikan non-formal - - -

TKA-TPA 1 6 66

Total 6 71 421

Sumber: Monografi Desa Ngambon (2004), diolah

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa rata-rata masyarakat Desa

Ngambon telah menyadari mengenai pentingnya pendidikan bagi anak-

anak mereka. Pada gilirannya, pendidikan akan mengubah berbagai sendi

dalam kehidupan masyarakat, terutama dalam bidang pengelolaan lahan.

Disayangkan tidak adanya data yang lengkap mengenai pekerjaan yang

terkait dengan tingkat pendidikan. Tidak hanya pendidikan yang akan

mengubah wajah Desa Ngambon, ada banyak faktor yang mempengaruhi

perjalanan desa ini kedepannya.

II.4. Tipe Fisik Bangunan

Mayoritas tipe rumah penduduk Desa Ngambon berdindin tembok

dan kayu atau papan, dengan berlantai tanah, adukan semen kasar, tegel

atau ubin keramik, dengan ukuran rumah yang cukup besar dan lapang.

Bentuk atap rumah rata-rata berbentuk limasan, meskipun ada beberapa

yang tidak memiliki bentuk umum. Bagian dalam rumah dibagi menjadi

beberapa ruangan, yaitu ruang teras dan ruang tamu dibagian depan;

ruang keluarga dan ruang tidur dibagian dalam; dapur, ruang makan (ada

juga yang ruang makannya didalam bersama dengan ruang keluarga),

dan dapur di bagian belakang. Di samping dapur terkadang ada ruang

untuk gudang dan juga kandang, disamping rumah terletak ruang jemur,

dan terkadang juga ladang untuk menanam ketela dan kacang-kacangan.

Didepan rumah biasanya ditanam pohon mangga, pohon pepaya,

dan ppohon-pohon yang agak rindang. Disepanjang jalan utama juga

mudah ditemukan pohon jati, yang mungkin baru berusia sekitar 2-5

tahun. Beberapa pohon yang ditanam disekitar rumah adalah pohon-

pohon yang memiliki kegunaan, dan umumnya merupakan pohon yang

17

Page 18: Ngambon, Profil Desa Yang Sedang Berubah

www.umamnoer.co.cc – spread your wings and soar

hasilnya untuk konsumsi sendiri, terkecuali pohon mangga. Pohon

mangga yang ditanam disekitar rumah umumnya buahnya dijual dalam

bentuk penjualan borongan, yakni pembeli berhak mengambil semua

buah yang ada dalam pohon tersebut, baik yang sudah matang maupun

yang masih mentah.

II.5. Pemerintahan Desa

Desa Ngambon dipimpin oleh Kepala Desa yang diperbantukan

oleh sekretaris desa dan Tata Usaha. Kepala Desa secara struktural

membawahi unsur pelaksana dan unsur wilayah. Unsur pelaksana adalah

unsur yang terkait dengan pemerintahan dan pembangunan, sedangkan

unsur wilayah adalah para Kepala Dusun yang menjadi penanggungjawab

bagi dusunnya masing-masing. Adapun struktur pemerintahan seperti

dibawah ini.

Bagan 1. Susunan Organisasi Pemerintahan Desa Ngambon

Kepala Desa

Qaharrudin

Unsur Pelaksana

Unsur Wilayah

Sekretaris Desa

Wadjiman

Tata UsahaMuhadiSutasim

PemerintahanNurdjidan

KerjaSali

Pembangunan

Musli

BadeganDadji

NgambonSukurdi

KarangTarbianto

18

Page 19: Ngambon, Profil Desa Yang Sedang Berubah

www.umamnoer.co.cc – spread your wings and soar

BAB III

NGAMBON: PROFIL DESA YANG SEDANG BERUBAH

III.1. Pertanian dan Mata Pencaharian Petani

Pertanian merupakan salah satu mata pencaharian terbesar.

Hampir seluruh masyarakat yang ada dibelahan dunia berkutat dalam

bidang ini. Dengan pertanian senbagai mata pencaharian, maka orang

yang berkecimpung didalamnya disebut dengan petani. Petani

didefinisikan sebagai orang-orang yang mengorganisasikan produksi

dengan status sebagai buruh-buruh tanpa gaji dalam suatu keluarga inti

dan kelompok kekerabatan yang erat. Selain itu, mereka memproduksi

hanya untuk kebutuhan konsumsi mereka sendiri atau menjual sebagian

produk-produk mereka ke pasar untuk memenuhi kebutuhan konsumsi

mereka yang mengandung pengertian kultural, sehingga mereka dinilai

hampir swadaya dan swasembada dalam hal produksi dan konsumsi

(Lehman, 2000:739).

Acapkali terjadi perbedaan antara definisi petani sebagai kata ganti

orang atau label terhadap masyarakat pertanian dengan kata ganti sifat

yang menggambarkan sistem-sistem produksi pertanian. Dalam

kenyataannya, sangat sulit membedakan keduanya. Petani juag sering

kali disebut 'petani pedesaan', hal ini tentunya dirujuk pada suatu kondisi

dimana pertanian umumnya terletak di pedesaan, dan menafikan

kemungkinan bahwa daerah perkotaan pun masih terdapat 'petani'. Dalam

berbagai kondisinya, istilah petani selalu membawa katagori stratifikasi

sosial. Adanya petani dan petani buruh merupakan suatu kondisi yang

dimungkinkan. Dengan demikian, istilah 'petani pedesaan' hanya

menunjuk pada kepada suatu hubungan struktural yang asimetris antara

penghasil-penghasil surplus dan orang-orang yang berkuasa atau

controllers (Wolf, 1985:14).

Masyarakat Desa Ngambon sebagian besar bermata pencaharian

sebagai petani, matapencaharian yang lain diantaranya adalah pedagang,

19

Page 20: Ngambon, Profil Desa Yang Sedang Berubah

www.umamnoer.co.cc – spread your wings and soar

pengrajin, pertukangan, dan sektor jasa. Didalam melakukan pekerjaan

pertanian, banyak diantara mereka yang menggarap tanah pertaniannya

untuk dibuat lahan kering (tegalan), terutama mereka yang hidup didaerah

pegunungan dan perbukitan. Padi merupakan tanaman utama, disamping

itu, terdapat beberapa jenis tanaman palawija juga ditanam sebagai

tanaman utama di tegalan maupun sebagai tanaman penyela di sawah

pada waktu-waktu musim kemarau dimana air sangat kurang untuk

pengairan. Beberapa komoditas yang juga ditanam adalah ketela, jagung,

pisang, kacang-kacangan, cabe, tomat, terung, dan tanaman holtikultura

lainnya.

Sebagaimana diketahui, mayoritas mata pencaharian masyarakat

Desa Ngambon adalah petani dengan kondisi lahan tegalan kering.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pertanian di Desa Ngambon

sangat dipengaruhi oleh alam. Kondisi alam yang kering dan hanya

mengandalkan sistem pengairan tadah hujan telah memaksa para petani

untuk hanya menanam tanaman yang mampu bertahan dalam kondisi

kekurangan air. Untuk membantu hal tersebut, pemerintah daerah telah

membangun sebuah bendungan di Kecamatan Ngasem. Dengan adanya

bendungan tersebut, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan air untuk

irigasi di desa sekitarnya, termasuk Desa Ngambon.

Beberapa tanaman yang mungkin menjadi komoditas pertanian

dengan model tegalan kering merupakan jenis tanaman yang mereka tahu

mampu bertahan dalam kondisi tersebut. Model yang digunakan adalah

model pertanian hidrolik yang ada didaerah yang mempunyai curah hujan

kurang dari sepuluh inci per tahun. Khususnya di daerah-daerah kering,

air sebagai pemberi kehidupan merupakan faktor yang sangat penting

bagi keberhasilan pertanian (Wolf, 1985:45). Bagaimana memperoleh air

dalam jumlah yang cukup merupakan masalah yang sangat menentukan

dan yang selalu dihadapi oleh petani, tertutama petani dalam lingkungan

kering.

20

Page 21: Ngambon, Profil Desa Yang Sedang Berubah

www.umamnoer.co.cc – spread your wings and soar

Petani seringkali harus menghadapi berbagai masalah untuk tetap

mempertahankan eksistensinya, begitu pula dengan petani di Desa

Ngambon. Tekanan yang datang seringkali berasal dari lingkungan alam

yang kadang dapat 'dikuasai' bahkan tidak dapat dikuasai sama sekali.

Seperti musim kering yang menghancurkan ladang-ladang dan musim

hujan yang akan membanjiri dengan air yang 'berlebihan', serangan

belalang, atau bahkan konsekuensi yang muncul apabila rumput

ditegalannya habis dimakan ternak, atau apabila lahannya terlalu sering

ditanami, atau erosi akibat ulahnya sendiri.

Petani dan sawah pertanian merupakan suatu kesatuan yang tidak

dapat dipisahkan. Dalam berbagai hal, tanah merupakan suatu kebutuhan

utama bagi petani, dan masyarakat pada umumnya. Bagi para petani di

Ngambon, meskipun memiliki lahan yang tidak terlalu luas, terutama jika

dibandingkan dengan tanah bengkok, hal tersebut tidak terlalu masalah.

Moral subsistensi petani telah mendorong para petani untuk

mempertahankan eksistensinya dengan prinsip dahulukan selamat, yakni

bagaimana mendapatkan keuntungan maksimal dengan meminimalkan

kerugian (Scott, 1981:7-8). Hal yang paling terlihat adalah menanam

beberapa komoditas tanam dalam satu lahan dalam satu waktu, seperti

tanaman jagung dan kacang panjang, atau ketela dan kacang panjang,

atau cabai dan kacang panjang. Hal ini bertujuan untuk menghindari

resiko sekaligus menambah keuntungan.

Lebih jauh Scott (1981 [1976]) menjelaskan bahwa petani yang ada

dipedesaan senantiasa menganut gaya hidup gotong royong, saling tolong

menolong, saling percaya, dan melihat suatu persoalan yang ada secara

kolektif. Kondisi semacam itu menyebabkan adanya hal-hal berikut: (1)

jika petani merasa terjepit maka mereka akan melakukan upaya

penyelamatan diri secara bersama-sama, (2) adanya pola upah bagi hasil

dalam menjalankan usaha tani, dan (3) adanya pola selamatan sebagai

tanda pemerataan 'rizki' diantara sesamanya. Adanya pola subsistensi

justru menyebabkan para petani di Desa Ngambon bertindak untuk

melindungi kepentingannya dengan menjauhi sejauh mungkin resiko yang

21

Page 22: Ngambon, Profil Desa Yang Sedang Berubah

www.umamnoer.co.cc – spread your wings and soar

mungkin timbul. Untuk itu, mereka telah belajar dari pengalaman bahwa

lahan yang mereka miliki tidak sama dengan lahan lain, dan

membutuhkan pengelolaan yang lebih keras.

Para petani di Desa Ngambon sadar betul bahwa lahan yang ada

tidak memungkinkan untuk jenis tanaman yang 'butuh air dalam jumlah

besar'. Untuk itu, mereka hanya akan menanam padi dengan jenis tertentu

dan menghindari jenis lainnya. Mereka juga menolak menanam padi satu

tahun tiga kali, karena mereka sadar sepenuhnya bahwa lahan yang

mereka miliki tidak memiliki kapasitas seperti itu. Sebagaimana yang

ditunjukkan oleh Fatchan dan Basrowi (2004:132-142) bahwa penanaman

dengan pola tanam monokultur justru merugikan bagi petani, terutama

karena harga gabah di kuasai oleh pemerintah dan berada jauh dibawah

batas ekonomis. Untuk itu, pihak pesantren dibeberapa daerah 'membelot'

dari kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah Orde Baru, dan

memerintahkan 'pengikutnya' untuk menggunakan pola tanam multikultur.

Model pertanian multukultur juga di anut oleh para petani di Desa

Ngambon. Mereka lebih memilih pola tanam padi-palawija atau holtikultura

sepanjang tahun, atau pola tanam padi-palawija/holtikultura-sayur, atau

pola multiplecropping padi, palawija, holtikultura, sayur. Pola-pola tersebut

dapat dilihat pada skema dibawah ini.

Skema 1. Pola Tanam Padi-Palawija/Holtikultura Sepanjang Tahun

Tahun I Tahun II

Padi !

Palawija/holtikultura

Padi !

Palawija/holtikultura

Skema 2. Pola Tanam Padi-Palawija/Holtikultura-sayur

Tahun I Tahun II

Padi ! Palawija/holtikultura

! sayur

Padi ! Palawija/holtikultura

! sayur

22

Page 23: Ngambon, Profil Desa Yang Sedang Berubah

www.umamnoer.co.cc – spread your wings and soar

Skema 3. Pola Tanam Multiplecropping Padi, Palawija, Holtikultura, Sayur

Musim Hujan Musim Kemarau

Padi + Jagung + K. Panjang Palawija + Holtikultura

Sumber: Fatchan dan Basrowi (2004:135-137)

Dari ketiga skema ini, yang paling sering muncul adalah Skema 3.

Hal ini sangat wajar mengingat bahwa skema ini dapat dikatakan sangat

sesuai dengan kondisi lahan kering. Ketika penelitian ini dilakukan, musim

penghujan sudah dimulai, dan yang terlihat adalah komoditas tanaman

padi, jagung, dan kacang panjang. Komoditas ini merupakan komoditas

yang paling mungkin untuk tumbuh dalam kondisi demikian. Selain itu,

pola multikultur dan/atau multiplecropping secara jelas telah

menguntungkan para petani. Pola multiplecropping merupakan pola

tanam yang paling banyak dilakukan oleh petani berlahan sempit. Pola

tanam ini dapat menambah masa panen yang lebih sering, dengan jenis

tanaman yang lebih bervariasi, dan waktu panen yang lebih singkat.

Dengan demikian, produktivitas luas lahan meningkat, demikian juga

penghasilan petani. Pola ini akhirnya merupakan pola yang paling umum

dibandingkan pola tanam monokultur.

III.2. Pertanian dan Tenaga kerja

Tidak dapat dipungkiri, pertanian sebagaimana aspek lainnya

dalam kehidupan pasti akan berubah. Salah satu perubahan yang paling

terlihat adalah masalah tenaga kerja, yakni berkurangnya tenaga buruh

tani. Kurangnya tenaga buruh tani memang telah dirasakan, bahkan

didaerah yang berpenduduk sangat padat. Kekurangan itu terjadi karena

ketertarikan orang ke pekerjaan yang lebih menarik di daerah urban, dan

oleh perasaan orang-orang muda yang berpendidikan menengah yang

tidak lagi tertarik bekerja sebagai buruh tani (Collier dkk, 1996:56).

Masalah tenaga kerja tidak hanya bagi petani dengan kepemilikan

lahan yang relatif luas, bahkan bagi petani dengan lahan kecil. Yang

tersisa hanyalah petani tua dan buruh tani yang semakin sedikit. Hal ini

23

Page 24: Ngambon, Profil Desa Yang Sedang Berubah

www.umamnoer.co.cc – spread your wings and soar

diakui oleh berbagai informan, bahwa anak mereka lebih tertarik untuk

bekerja diluar sektor pertanian, diluar daerah daerah, bahkan diluar

negeri. Pertanian tidak lagi menjadi primadona di Desa Ngambon.

Sejumlah besar orang muda yang memilih bekerja ke kota, bekerja di

pabrik dan sektor lainnya. Orang-orang muda berpendidikan SLTP/SMP,

SLTA/SMU, dan Sarjana tidak lagi mau bekerja dalam sektor pertanian.

Dibanyak desa, para buruh tani bahkan diambil dari luar desa (Collier dkk,

1996:58).

Kurangnya tenaga kerja berakibat pada semakin tingginya minat

pada buruh tani. Hal ini rupanya mendorong para buruh tani, yang

menyadari bahwa mereka memiliki posisi tawar menguntungkan, telah

menaikkan 'tarif' untuk mengelola lahan yang ada. Adanya tekanan untuk

mempertahankan produktifitas lahan dan kurangnya tenaga kerja telah

mendorong para pemilik lahan pada pilihan yang sulit, tetap mengelola

lahan yang ada atau justru menjadikannya sebagai 'komoditas dagang'.

Meskipun tanah memiliki keterkaitan khusus, bahkan bersifat magis, bagi

masyarakat pedesaan, namun banyaknya tekanan dari berbagai pihak

menyebabkan para pemilik lahan berpikir ulang untuk mengubah

peruntukan lahan. Tanah merupakan salah satu masalah yang paling pelik

bagi masyarakat. Adanya perubahan pada tenaga kerja berakibat

langsung pada pengelolaan lahan. Bagi masyarakat Desa Ngambon yang

mampu dan berkecukupan, mereka lebih memilih untuk 'menggaji' buruh

tani yang umumnya masih berkerabat dengan pemilik lahan, namun bagi

yang kurang mampu, umumnya mereka mengelola lahan mereka sendiri,

dengan segala keterbatasan yang mereka miliki. Yang terpenting bagi

mereka adalah bahwa lahan yang ada tidak di sia-siakan.

Banyak faktor yang menyebabkan orang muda tidak mau bekerja di

sektor pertanian. Selain bahwa mereka umumnya berpendidikan cukup

tinggi, hal ini merupakan kesadaran para orang tua tentang pentingnya

pendidikan. Untuk itu, mereka menyekolahkan anak-anak mereka dengan

harapan bahwa anak mereka bernasib lebih baik dibanding mereka.

Adanya dorongan tersebut secara tidak langsung telah mengubah pola

24

Page 25: Ngambon, Profil Desa Yang Sedang Berubah

www.umamnoer.co.cc – spread your wings and soar

pikir generasi muda untuk mencari peruntungan diluar sektor yang digeluti

orang tuanya, yakni sektor pertanian. Mereka menganggap bekerja diluar

kota, bahkan luar negeri jauh lebih menguntungkan bahkan lebih memiliki

kebanggaan tersendiri. Salah satu faktor yang tidak boleh dilupakan

adalah mobilitas penduduk.

Dengan semakin mudahnya sarana transportasi dan keadaan yang

mendukung untuk terjadinya mobilitas yang lebih intensif. Semakin

mudahnya sarana transportasi telah mengubah cara pandang penduduk

Desa Ngambon mengenai jarak. Jika pada masa lalu bepergian ke pusat

kota Bojonegoro merupakan hal yang sulit, terlebih lagi ke kota yang jauh

seperti Surabaya atau Semarang, merupakan sesuatu yang sangat jarang

dikunjungi. Namun dengan semakin mudahnya sarana transportasi, tidak

sedikit yang menganggap perjalanan ke Surabaya atau Semarang tidak

lebih sebagai jalan-jalan biasa. Bahkan ke luar negeri sudah pernah

dilakukan, meskipun hal tersebut tidak menjadi fenomena umum

mengingat biaya yang tidak sedikit. Yang ingin ditekankan disini adalah

perubahan persepsi mengenai jarak.

Salah satu masalah yang nampaknya sangat penting dihadapi

adalah pengangguran. Meskipun banyak generasi muda yang

berpendidikan enggan untuk kembali ke sektor pertanian, namun tidak

sedikit pula yang tidak memiliki pendidikan yang juga enggan untuk terjun

ke sektor pertanian. Hal ini menyebabkan munculnya golongan

pengangguran di Desa Ngambon. Tidak menutup kemungkinan bahwa

golongan ini mungkin aktif di kegiatan Karang Taruna, namun demikian,

tanpa adanya pendidikan dan kemampuan berkompetisi dibidang di luar

sektor pertanian, mereka hanya akan menjadi 'golongan yang

tersingkirkan'. Ketika penelitian dilakukan, kami menemukan beberapa

tempat yang sering digunakan sebagai tempat bertemu dan ditempat itu

yang mereka lakukan hanya bersendagurau dan bermain kartu. Harus di

akui, pengangguran adalah masalah yang cukup rawan, terutama jika

tidak disikapi dengan bijaksana.

25

Page 26: Ngambon, Profil Desa Yang Sedang Berubah

www.umamnoer.co.cc – spread your wings and soar

Meskipun sektor pertanian tidak lagi dilirik menjadi primadona di

Desa Ngambon, dan lebih banyak buruh tani yang bekerja disektor ini.

Kebanyakan buruh tani masih merupakan kerabat dengan pemilik tanah,

hal ini memungkinkan terjadinya pengawasan yang lebih kendur jika

dibandingkan pihak luar. Tidak sedikit pula yang menggunakan buruh

diluar daerah, terutama bagi yang mampu secara ekonomi untuk

mengupah tenaga buruh. Yang menjadi 'trend' adalah sekarang lebih

sedikit buruh yang disewa untuk satu musim, mereka umumnya disewa

harian atau menurut pekerjaan yang ada (Scott, 1981:114). Akibatnya

adalah, bila mereka berhalangan, mereka tidak lagi mendapat

kelonggaran seperti dulu, besar kemungkinan bagi yang berhalangan

untuk dipotong upahnya untuk setiap hari ia tidak masuk kerja.

III.3. Peruntukan Lahan dan Ekonomi

Ketika penelitian dilakukan, lahan yang ada disepanjang jalan

utama umumnya beralih fungsi menjadi rumah atau bangunan toko,

sedangkan lahan biasanya terletak disamping atau dibelakang rumah

penduduk. Banyak lahan disekitar rumah yang ditanami oleh tanaman

ketela, dan kacang-kacangan. Sedangkan lahan yang memang

diperuntukkan untuk pertanian ditanami padi, jagung, kacang panjang,

cabai, dan terung. Adanya perubahan ini sangat wajar terjadi, mengingat

bahwa adanya jalan sebagai akses transportasi sehingga menyebabkan

terjadinya pola perumahan penduduk yang lebih terkonsentrasi

disepanjang jalan utama dan dekat dengan pasar.

Pola perumahan penduduk jika lihat dari tipologi menurut Paul

Landis lebih pada pola arranged isolated farm type. Dalam tipe ini,

penduduk bertempat tinggal disekitar jalan-jalan yang berhubungan

dengan pusat perdagangan, sedangkan sawah ladang terletak disekitar

tempat tinggal dan pusat perdagangan. Desa Ngambon memiliki dua buah

pasar, yakni Pasar Desa Ngambon dan Pasar Legi. Pasar Legi ramai

dikunjungi pada hari Pon dan Legi, sedangkan pasar Desa Ngambon ada

26

Page 27: Ngambon, Profil Desa Yang Sedang Berubah

www.umamnoer.co.cc – spread your wings and soar

setiap hari meskipun pengunjungnya tudak terlalu banyak. Di desa ini juga

ada Pasar Kayu yang ramai hanya pada hari Pon dan Kliwon.

Dalam bidang ekonomi, tidak terdapat batasan yang jelas, terutama

di Desa Ngambon. Seseorang yang memiliki sawah tapi tidak memiliki

hewan ternak dengan orang yang memiliki ternak tapi tidak memiliki

sawah mungkin akan menganggap diri mereka sama, dalam artian satu

pihak tidak lebih kekurangan dibanding pihak lainnya. Jika dilihat

monografi Desa Ngambon dapat diketahui bahwa mengenai pembagian

lahan, baik itu untuk keperluan desa maupun tanah diluar keperluan desa.

Pertanian sebagai mata pencaharian utama sudah tentu membutuhkan

lahan yang tidak sedikit, adanya lahan untuk pertanian yang tidak sedikit

sudah barang tentu membutuhkan tenaga kerja yang juga tidak sedikit

untuk mengelola lahan tersebut. Sebagaimana telah di uraikan diatas

mengenai tenaga kerja, masalah ini memang menjadi suatu dilema bagi

para pemilik tanah, baik pemilik lahan yang besar maupun yang kecil.

Tenaga kerja nampaknya menjadi masalah tersendiri dalam sektor

pertanian.

Tingkat ekonomi masyarakat Desa Ngambon sendiri dapat

dikatakan relatif sama, dalam artian tidak ada batasan yang jelas

mengenai pembagian kelas ekonomi. Secara umum, masyarakat Desa

Ngambon tinggal dirumah yang dindingnya terbuat dari kayu atau papan.

Namun demikian, tidak berarti bahwa mereka masuk dalam kategori

miskin, untuk hal ini kami bahas dalam sub judul tersendiri. Secara

ekonomi, kebanyakan penduduk Desa Ngambon bermatapencaharian

sebagai petani, dan daerah tersebut menjadi semakin terbuka, namun

mereka tetap mempertahankan pola subsistensi mereka, atau tetap

bermental petani. Sikap mental petani yang utama adalah sikap

'subsistens', artinya, bagi petani tersebut, orang bekerja adalah untuk

sekedar memenuhi kebutuhan hidup. Kalau kebutuhan hidup telah

terpenuhi, maka orang tidak perlu bekerja keras lagi (Marzali, 2005:143).

Sikap ini masih dapat ditemukan pada penduduk Desa Ngambon,

meskipun ada diantara mereka yang memiliki mentalitas priyayi, yang

27

Page 28: Ngambon, Profil Desa Yang Sedang Berubah

www.umamnoer.co.cc – spread your wings and soar

menganggap bahwa tujuan bekerja untuk mendapatkan kebahagiaan, dan

kebahagiaan terwujud dalam kedudukan yang tinggi, kekuasaan, dan

kepemilikan lambang-lambang kekayaan.

Meskipun masih banyak diantara rumah penduduk yang masih

belum berlantai, dan lebih banyak lagi yang berdinding papan, namun bagi

mereka, hal tersebut sudah cukup. Mereka umumnya tidak merasa

kekurangan, terutama karena banyak diantara mereka yang

menggunakan lahan yang mereka miliki untuk memenuhi berbagai

kebutuhan mereka. Baru ketika terjadi surplus produksi mereka akan

menjualnya di Pasar Desa Ngambon atau Pasar Legi. Surplus ini

adakalanya memang disengaja, dalam artian bahwa mereka telah

melakukan komersialisasi pertanian, dimana mereka tetap

mempertahankan subsistensi mereka, namun disisi lain mereka juga

menjual sebagian hasil dari lahan mereka untuk mendapatkan keuntungan

tambahan.

III.4. Kemiskinan, Pembangunan, dan Otonomi Desa

Kemiskinan seringkali dipandang sebagai sepenuhnya masalah

ekonomi. Kemiskinan bagi Sahlin (dalam Transformasi, t.t:31) adalah

hubungan antar manusia dalam satu hubungan sosial. Dengan demikian,

kemiskinan adalah faktor yang tidak terelakkan dari ketimpangan sosial

dan ekonomi. Fenomena kemiskinan menunjukkan adanya kekayaan

dipihak lain. Dari interaksi dan dari sudut lain, yakni tidak adanya interaksi

antara kaum miskin dan kaum tidak miskin atau kaya, timbullah

kemiskinan sebagai suatu masalah sosial yang nyata. Namun demikian,

kemiskinan adalah relatif, dalam artian sangat sulit mencari suatu

standardisasi terhadap apa yang disebut miskin dan kaya.

Sebagaimana telah diuaraikan sebelumnya, bahwa ukuran

kemiskinan yang digunakan sangat relatif, demikian pula bagi masyarakat

Desa Ngambon. Dihampir semua provinsi, sebagian besar penduduk

miskin adalah mereka yang bekerja disektor pertanian (Mustasya,

2005:39). Lebih rendahnya pendapatan petani di pedesaan jika

28

Page 29: Ngambon, Profil Desa Yang Sedang Berubah

www.umamnoer.co.cc – spread your wings and soar

dibandingkan dengan pendapatan sektor lainnya, terutama di perkotaan

adalah hal yang lazim terjadi. Dari sinilah kemudian terjadi transformasi

besar-besaran dalam struktur ketenagakerjaan, yakni semakin sedikitnya

jumlah petani karena berpindah ke sektor ekonomi lain.

Bagi masyarakat Desa Ngambon yang mayoritas berada disektor

pertanian, istilah kemiskinan tidak terlalu berarti banyak. Pola subsistensi

dan eratnya budaya Jawa yang lebih mengutamakan kebersamaan tidak

serta merta menjadikan masyarakat desa menjadi golongan miskin.

Kemiskinan bagi mereka adalah sesuatu yang tidak terpikirkan. Selama

mereka masih mampu bertahan hidup dari apa yang mereka hasilkan,

selama itu pula mereka tidak menganggap diri mereka miskin. Adalah

sangat simplistis, bahkan terlalu optimistis anggapan bahwa ketika sektor

pertanian tidak lagi menguntungkan dan tekanan hidup ditempat asal akan

mendorong orang desa mencari pekerjaan di luar sektor pertanian,

terutama diperkotaan, sehingga pendapatan mereka menjadi lebih tinggi

dan masalah terselesaikan. Bagi masyarakat Desa Ngambon, pertanian

adalah sektor yang penting, karena hanya pada sektor inilah masyarakat

menggantungkan hidup mereka.

Memang pertanian tidak selalu membawa keuntungan yang

maksimal, terutama mengingat bahwa kebutuhan hidup yang semakin

melambung tinggi. Bagi masyarakat petani, pola subsistensi mereka

setidaknya akan mempertahankan kehidupan mereka, meskipun hal

tersebut tidak dapat berlangsung selamanya. Untuk menyelesaikan

masalah kehidupan petani di pedesaan, dibutuhkan komitmen tinggi dan

juga keseriusan dari berbagai pihak. Pembangunan desa harusnya

bertujuan untuk memajukan kehidupan masyarakat pedesaan. Salah satu

faktor penghambat dalam pembangunan adalah budaya petani (the

subculture of peasantry).

Masyarakat dipedesaan sudah terbiasa hidup dalam budaya

gotong-royong, kekeluargaan, dan kebersamaan. Dalam masyarakat

seperti itu, setiap orang berusaha untuk tidak terlalu jauh menyimpang

29

Page 30: Ngambon, Profil Desa Yang Sedang Berubah

www.umamnoer.co.cc – spread your wings and soar

dari pola umum. Seseorang tidak terlalu baik untuk terlalu kreatif, ambisius

dalam harta dan pangkat, mendahului dan mengkritik pemimpin, dan

sebagainya. Pola ini sejalan dengan pola kepemimpinan desa yang

bersifat patrimonial. Semua kegiatan yang menyangkut masyarakat luas

harus mendapat 'lampu hijau' dari pemimpin. Yang wajar adalah kalau

semua inisiatif dan perintah datang dari pimpinan (Marzali, 2005:80).

Demikian pula masyarakat Desa Ngambon, seluruh keputusan yang

berkenaan dengan masyarakat harus diputuskan oleh Kepala Desa.

Ketika penelitian hendak berakhir, akan di adakan kerja bakti Karang

Taruna dan masyarakat umum, yakni dengan menanam pohon di sekitar

jalur utama. Bahkan ketika wawancara dilaksanakan, rapat yang

membahas hal tersebut baru saja selesai, dimana seluruh pihak, Kepala

Desa, Kepala Dusun, dan Karang Taruna tengah berkumpul di kediaman

Kepala Desa.

Gambaran mengenai demokratisasi di Desa Ngambon cukup jelas

terlihat. Setiap orang memiliki hak untuk berbicara dan mengeluarkan

pendapat, dan setiap orang memiliki kewajiban dan hak yang sama dalam

kehidupan bermasyarakat. Demokratisasi yang ada pada gilirannya akan

membawa pada kemajuan dalam otonomi desa. Otonomi desa bukan

sekedar kemandirian yang ditopang oleh swadaya masyarakat. Lebih dari

sekedar swadaya, otonomi desa adalah persoalan pembagian

kewenangan yang membuat desa sebagai local-self government (Eko dan

Rozaki, 2005:51).

Swadaya masyarakat berarti solidaritas sosial dan bagian dari

modal sosial yang telah lama menjadi penyangga penghidupan

berkelanjutan masyarakat desa. Otonomi desa tidak berarti mandiri dari

berbagai pihak, otonomi desa tidak akan lepas dari konteks antara desa

dan negara, sebab desa menjadi bagian dari negara yang juga

menjalankan kewajiban yang dibebankan oleh negara. Otonomi disini

adalah pemerataan dan keadilan hubungan antara negara dan desa.

Otonomi desa mengandung prinsip keleluasaan (discretionary), kekebalan

(imunitas), dan kapasitas (capacity). Keterpaduan ini akan melahirkan

30

Page 31: Ngambon, Profil Desa Yang Sedang Berubah

www.umamnoer.co.cc – spread your wings and soar

kemandirian desa, yakni kemandirian mengelola pemerintahan,

mengambil keputusan, dan mengelola sumber daya lokal sendiri yang

sesuai dengan preferensi masyarakat lokal (Eko dan Rozaki, 2005:52-53).

Pada masyarakat Desa Ngambon, harus kami akui bahwa dalam

waktu yang sangat minim, kami tidak terlalu mengeksplorasi mengenai

otonomi desa. Namun demikian, dapat dikatakan bahwa desa pada saat

ini telah mendapatkan keluasaan yang lebih dari masa sebelumnya. Jika

sebelumnya berbagai kegiatan harus melalui berbagai alur birokrasi,

namun kini cukup Kepala Desa yang memutuskan berbagai kegiatan yang

berkaitan dengan masyarakat umum. Kepala Desa di satu sisi merupakan

representasi dari pemerintah, namun disisi lain merupakan wakil dari

masyarakat. Berbagai kejadian dan konflik yang ada akan 'melewati'

Kepala Desa, dan mungkin akan diselesaikan oleh Kepala Desa dengan

keputusan yang dianggap menguntungkan semua pihak.

Pembangunan Desa Ngambon mungkin tidak sepesat

pembangunan di desa-desa yang terletak tidak jauh dari pusat kabupaten,

namun dapat dikatakan bahwa pembangunan desa ini cukup pesat dan

maju, ketimbang dengan desa-desa lain di Kecamatan Ngambon. Sarana

transportasi yang baik, akses informasi yang terbuka, berdirinya berbagai

sarana kebutuhan masyarakat seperti puskesmas, KUD, sekolah-sekolah,

dan yang terpenting adalah pasar sebagai pusat kegiatan ekonomi.

Berbagai sarana yang ada sedikit-banyak telah mengubah wajah Desa

Ngambon, selain kenyataan bahwa Desa ini merupakan pusat dari

Kecamatan Ngambon, sehingga pembangunan desa dapat dicapai.

Otonomi Desa Ngambon terlihat cukup jelas ketika terjadi konflik

perebutan Pasar Legi. Ketika pemerintah desa berkeinginan untuk

memperbarui Pasar Legi, hal tersebut mendapat tentangan dari

masyarakat di Desa Kacangan, untuk menghindari konflik yang lebih

besar, dan untuk tetap mempertahankan roda perekonomian, maka

dibuatlah sebuah pasar baru, yakni Pasar Desa Ngambon yang berjarak

agak jauh dari Pasar Legi. Usaha ini jelas merupakan kewenangan dari

31

Page 32: Ngambon, Profil Desa Yang Sedang Berubah

www.umamnoer.co.cc – spread your wings and soar

pemerintah desa, namun dalam konteks otonomi, yang dilakukan oleh

pemerintah desa sudah mencerminkan semangat otonomi, yaitu

mempertahankan perekonomian desa. Selain itu juga adanya berbagai

usaha untuk membentuk suatu jaringan kerja untuk memasarkan hasil

perkebunan di Desa Ngambon.

Hasil perkebunan berupa pisang dan mangga merupakan

primadona masyarakat di Kecamatan Ngambon, terutama Desa

Ngambon. Untuk itu, pihak pemerintah desa berupaya untuk memajukan

perekonomian masyarakat. Pisang menguasai hampir 64% dari hasil

perkebunan, dan mangga lebih dari 25% hasil perkebunan di Desa

Ngambon (Monografi Desa Ngambon 1995). Tidak mengherankan bahwa

pemerintah desa berupaya keras memajukan sektor ini, mengingat bahwa

Bojonegoro sendiri merupakan penghasil penganan tradisional ledre yang

bahan bakunya terbuat dari pisang.

Kebangkitan ekonomi masyarakat pedesaan merupakan suatu

harapan bersama, dimana dengan kebangkitan tersebut, masyarakat

pedesaan tidak perlu terlalu menggantungkan hidupnya di daerah

perkotaan. Kebangkitan ekonomi juga akan meningkatkan minat

masyarakat ke sektor pertanian dan perkebunan. Meskipun harus di akui,

sektor industri masih memiliki daya tarik yang jauh lebih kuat dibanding

sektor pertanian dan perkebunan. Otonomi desa pada gilirannya akan

membawa suatu kemajuan baru, dimana segala usaha pemerintah desa

memang ditujukan bagi kemajuan desa, bukan sekedar laporan 'asal

bapak senang'. Otonomi desa harusnya membawa suatu perubahan dan

perkembangan bagi masyarakat desa itu sendiri, dan membawa desa

tersebut pada suatu kemandirian dalam berbagai bidang.

32

Page 33: Ngambon, Profil Desa Yang Sedang Berubah

www.umamnoer.co.cc – spread your wings and soar

BAB IV

KESIMPULAN

Ngambon, suatu desa yang terletak di Kecamatan Ngambon,

Keabupaten Bojonegoro. Dengan kondisi geografis dataran tinggi, kering,

dan lebih menggunakan sistem pertanian tadah hujan. Kondisi alam yang

kurang mendukung sedikit-banyak mempengaruhi matapencaharian

penduduk Desa Ngambon. Meskipun dirasakan kurang mencukupi,

pertanian merupakan matapencaharian utama. Dengan pertanian,

masyarakat desa ini, sebagaimana masyarakat desa lainnya, masih

mempertahankan subsistensi. Subsistensi tidak hanya dimaksudkan untuk

menjaga eksistensi pertanian, mengingat bahwa hasil subsistensi

digunakan untuk konsumsi pribadi, namun juga sebagian hasil dijual di

Pasar Desa Ngambon dan/atau Pasar Legi. Ekonomi moral yang dianut

oleh masyarakat desa setidaknya telah menyelamatkan lahan yang

mereka miliki, meskipun bahwa mereka sadar benar bahwa mereka tidak

dapat menggantungkan hidupnnya hanya dari sektor pertanian.

Kondisi lahan yang tidak mendukung untuk menanam padi

sepanjang tahun, akhirnya membuat masyarakat desa mempraktekkan

model pertanian multiplecropping, dengan menanam padi, jagung dan

kacang panjang ketika musim hujan, dan palawija dan holtikultura pada

musim kemarau. Pola ini secara nyata telah memberikan keuntungan,

terutama bagi petani dengan lahan sempit, bahwa dengan satu waktu

mereka dapat memanen lebih dari dua jenis tanaman. Pola ini juga

memberikan keuntungan secara ekonomis, karena hasil dari lahan yang

digarap dapat mereka jual di Pasar.

Secara umum dapat dikatakan bahwa kehidupan ekonomi Desa

Ngambon sudah cukup mapan. Meskipun masih banyak yang masih

berlantai tanah, dan mayoritas rumah masih menggunakan dinding kayu

dan papan, namun mereka cukup mampu, hal ini dapat dilihat bahwa

hampir seluruh anak-anak telah bersekolah disekolah-sekolah yang ada di

33

Page 34: Ngambon, Profil Desa Yang Sedang Berubah

www.umamnoer.co.cc – spread your wings and soar

sekitar Desa Ngambon. Tidak adanya standardisasi dalam masalah

kemiskinan juga menyulitkan dalam mengkategorikan masyarakat Desa

Ngambon. Hampir setiap orang memiliki cara pandang bahwa mereka

berkecukupan, dengan asumsi bahwa pola subsisten mereka akan

mempertahankan hidup mereka, mengingat bahwa sebagian besar dari

mereka adalah petani.

Perkembangan yang cukup menarik adalah, masyarakat telah

menyadari bahwa pendidikan sangat penting bagi anak-anak mereka, hal

ini mendorong mereka untuk menyekolahkan, bahkan pada jenjang yang

lebih tinggi. Hal ini akhirnya berakibat pada kurangnya tenaga kerja di

sektor pertanian. Para generasi muda dengan pendidikan tinggi akhirnya

enggan bekerja disektor pertanian, dan lebih memilih untuk bekerja diluar

sektor pertanian. Selain itu, masalah yang harus dihapadi adalah

penganguran. Pendidikan yang minim dan keengganan untuk terjun

disektor pertanian telah menyebabkan munculnya golongan

pengangguran. Meskipun golongan ini juga muncul sebagai akumulasi

dari faktor-faktor lain. Pekerjaan yang ada juga dipengaruhi oleh semakin

terbukanya akses transportasi dan mobilitas penduduk yang semakin

tinggi. Sarana transportasi yang mendukung dan mobilitas tinggi pada

gilirannya akan mengubah cara pandang masyarakat mengenai jarak dan

ruang. Jika dahulu untuk ke Surabaya orang akan berpikir masalah jarak

dan waktu tempuh, namun kini dengan semakin mudahnya transportasi,

jarak ke Surabaya tidak lagi menjadi masalah. Banyak dari para penduduk

yang bekerja di luar kota, di luar pulau, bahkan di luar negeri.

Kurangnya tenaga kerja disektor pertanian akan membawa suatu

implikasi serius, yakni bergesernya pengelolaan lahan. Karena yang

tertinggal hanyalah para petani tua, maka mereka lebih memilih untuk

menggunakan tenaga upahan, yang umumnya masih berkerabat dengan

mereka. Tenaga upahan pun tidak lagi bekerja selama satu tahun penuh,

namun lebih pada paruh musim, bahkan ada yang menggunakan sistem

harian. Hal ini juga berdampak bagi kehidupan bermasyarakat, yakni

semakin mengendurnya ikatan komunal desa. Harus diakui, berkurangnya

34

Page 35: Ngambon, Profil Desa Yang Sedang Berubah

www.umamnoer.co.cc – spread your wings and soar

ikatan ini tidak hanya terjadi saat ini, namun telah dimulai ketika terjadi

mekanisasi pertanian sekitar tahun 1970-an. Dengan digunakannya alat

dalam pertanian, maka tenaga manusia dalam jumlah banyak tidak lagi

dibutuhkan. Namun bagi masyarakat Desa Ngambon yang terletak

didaerah kering, tenaga ekstra tetap dibutuhkan, terutama dalam musim

kemarau. Untuk menanggulangi hal tersebut memang telah dibangun

suatu bendungan, namun fungsi bendungan kurang dirasakan mengingat

sarana pengaliran air yang masih minim. Penggunaan lahan secara

maksimal baru terjadi ketika musim hujan, pada musim ini, berbagai

varietas tanaman yang sekirnya mampu tumbuh ditanam, baik untuk

konsumsi sendiri maupun untuk dijual dipasar. Ekonomi moral mereka

masih sangat menguasai untuk hal tersebut.

Berbagai masalah yang ada di Desa Ngambon tidak jauh berbeda

dengan desa lainnya, kemiskinan, perubahan okupasi lahan, tenaga kerja,

pengangguran, dan berbagai persoalan lain. Ngambon tidak lebih dari

sebuah desa yang terus berubah dan pasti akan terus berubah. Berbagai

persoalan yang muncul pada akhirnya akan membawa desa ini pada

sebuah kemajuan yang idam-idamkan atau justru kehancuran yang tidak

di inginkan. Di era otonomi, sudah seharusnya berbagai kebijakan yang di

ambil oleh Kepala Desa bertujuan untuk kemajuan desanya, dan

dimaksudkan untuk meningkatkan kemandirian masyarakat desa.

Dibutuhkan kesadaran dan komitmen dari berbagai pihak untuk menjaga

eksistensi desa ini, meskipun desa ini tidak akan pernah sama dengan

sebelumnya, dan Ngambon merupakan profil desa sedang berubah,

diinginkan atau pun tidak.

35

Page 36: Ngambon, Profil Desa Yang Sedang Berubah

www.umamnoer.co.cc – spread your wings and soar

Daftar Pustaka

Bachtiar, H.W. 1994 "Pengamatan Sebagai Suatu Metode Penelitian” dalam

Metode Penelitian Masyarakat, Koentjaraningrat (ed). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Collier, W.L., K. Santoso, Soentoro, dan R. Wibowo. 1996 Pendekatan Baru Dalam Pembangunan Pedesaan di Jawa,

Kajian Pedesaan Selama Dua Puluh Lima Tahun. Cetakan pertama. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Dyson, L. 1997 Metodelogi Penelitian Etnografi & Penelitian Antropologi bagi

Guru-guru seGerbangkertosusilo. Surabaya: Fisip dan LPKM Universitas Airlangga

Eko, S., dan A. Rozaki (ed.) 2005 Prakarsa Desentralisasi & Otonomi Desa. Cetakan kedua.

Yogyakarta: IRE Press

Fatchan, A., dan Basrowi 2004 Pembelotan Kaum Pesantren dan Petani di Jawa. Surabaya:

Yayasan Kampusina

Havilland, W.A 1988 Antropologi. Jilid dua. Jakarta: Erlangga

Keesing, R.M. 1989 Antropologi Budaya, Suatu Perspektif Kontemporer. Jakarta:

Erlangga

Koentjaraningrat 1994 "Metode wawancara" dalam Metode Penelitian Masyarakat.

Koentjaraningrat (ed.). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Lehman, D. 2000 "peasants (kaum petani)" dalam Ensiklopedi Ilmu-Ilmu

Sosial. Adam K., dan Jessica K., (ed.). Edisi kedua. Cetakan pertama. Jakarta: RajaGrafindo Persada

Marzali, A. 2005 Antropologi & Pembangunan Indonesia. Cetakan pertama.

Jakarta: Kencana

36

Page 37: Ngambon, Profil Desa Yang Sedang Berubah

www.umamnoer.co.cc – spread your wings and soar

Moeleong, L.J 1993 Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Monografi Desa 1995 Monografi Pertanian Desa Ngambon 1995-1996.

Bojonegoro: Desa Ngambon 2004 Monografi Desa Ngambon, Kecamatan Ngambon.

Bojonegoro: Desa Ngambon

Mustasya, T. 2005 "Petani, Tak Putus Dirundung Malang" dalam Harian

Kompas 26 Desember.

Santoso, P. (ed.) 2003 Pembaharuan Desa Secara Partisipatif. Cetakan pertama.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar bekerjasama dengan Program S2 Politik Lokal dan Otonomi Daerah Universitas Gadjah Mada

Scott, J.C. 1981 Moral Ekonomi Petani, Pergolakan dan Subsistensi di Asia

Tenggara. Cetakan pertama. Jakarta: LP3ES

Spradley, J.P. 1997 Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana

Suparlan, P 1986 "Kebudayaan dan Pembangunan" dalam Dialog No. 21 Th.

XI Edisi September. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Agama Departemen Agama RI. Hlm. 7-24

Transformasi t.t "Mutiara Dalam Lumpur: Tinjauan Kembali Terhadap Budaya

Kemiskinan" dalam Tranformasi 'Polemik Dalam Studi dan Budaya Kemiskinan'. Jakarta: Yayasan API bekerjasama dengan Forum Ilmu Sosial Transformatif

Wolf, E.R. 1985 Petani, Suatu Tinjauan Antropologis. Cetakan kedua.

Jakarta: Rajawali Pers

37