modul pengembangan kurikulum abk(1)

84
MODUL PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DISUSUN OLEH : Dede Supriyanto KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN i

Upload: kang-mashuri

Post on 05-Dec-2015

229 views

Category:

Documents


63 download

DESCRIPTION

Model pembelajaran inklusi

TRANSCRIPT

Page 1: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

MODUL

PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKANANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

DISUSUN OLEH :

Dede Supriyanto

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN PENDIDIKAN LUAR BIASAJl. Dr. Cipto No. 9 Bandung, Telp. (022)4230068-4237041, Fax. (022) 4230068, Website: www.tkplb.org

i

Page 2: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………… iDAFTAR TABEL ………………………………………………………………………… IiiDAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………………... iv

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………… 1A. Deskripsi Singkat …………………………………………………………………….. 1B. Tujuan Pembelajaran ………………………………………………………………... 2C. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok ………………………………………………. 2

BAB II KONSEP DASAR PENGEMBANGAN KURIKULUM ………………………. 3A. Pengertian Pengembangan Kurikulum …………………………………………….. 3B. Komponen Pengembangan Kurikulum …………………………………………….. 4C. Prinsip-prinsip dasar pengembangan kurikulum ………………………………….. 7D. Pengembangan Kurkulum dalam pendidikan bagi anak

berkebutuhan khusus ………………………………………………………………...12

E. Rangkuman ......................................................................................................... 13F. Latihan ................................................................................................................ 14G. Evaluasi Formatif 1 ............................................................................................. 14H. Umpan Balik dan Tindak Lanjut .......................................................................... 16

BAB III PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN LUAR BIASA ……………………………………………………………………………..

18

A. Pengembangan Kurikulum di Sekolah Luar Biasa (SLB) ……………………….. 18B. Pengembangan Kurikulum di sekolah penyelenggara program inklusi

(mainstream school) ………………………………………………………………….33

C. Rangkuman ........................................................................................................ 38D. Latihan ................................................................................................................ 38E. Evaluasi Formatif 2 ............................................................................................. 39F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut .......................................................................... 41

BAB IV PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL 42A. Konsep dasar Program Pembelajaran Individual ………………………………… 42B. Perencanaan program pembelajaran individual ………………………………… 45C. Pelaksanaan program pembelajaran individual …………………………………. 46D. Rangkuman ........................................................................................................ 49E. Latihan ................................................................................................................ 49F. Evaluasi Formatif 3 ............................................................................................. 50G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut .......................................................................... 52

i

Page 3: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

BAB V PENUTUP ……………………………………………………………………….. 53A. Kesimpulan …………………………………………………………………………… 53B. Implikasi ………………………………………………………………………………. 53C. Tindak Lanjut …………………………………………………………………………. 54

DAFTAR PUSTAKA

ii

Page 4: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

DAFTAR TABEL

2.1 Muatan Kurikulum SDLB …………………………………………………………… 30

2.2 Muatan Kurikulum SMPLB …………………………………………………………. 30

2.3 Muatan Kurikulum SMALB ……………………………………………………….. 31

iii

Page 5: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

DAFTAR GAMBAR

2.1 Komponen Pengembangan Kurikulum …………………………………………… 5

3.1 Mekanisme Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Melalui Jalur Formal …... 20

3.2 Bagan Muatan Kurikulum SLB …………………………………………………….. 24

iv

Page 6: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

1. Pelajari daftar isi dengan cermat dan teliti karena dalam daftar isi ini akan

nampak materi-materi pokok dan sub materi pokok yang sedang Anda

pelajari ini.

2. Pahami setiap teori dasar yang akan menunjang penguasaan materi dengan

membaca secara teliti. Bilamana terdapat latihan maka kerjakanlah latihan

tersebut sebagai sarana pengayaan pengetahuan Anda.

3. Jawablah evaluasi formatif dengan memilih salah satu pilihan jawaban.

4. Bila terdapat penugasan dalam latihan, kerjakan tugas tersebut dengan baik

dan bila perlu konsultasikan hasil penugasan tersebut kepada

fasilitator/instruktur.

5. Catatlah semua kesulitan Anda dalam mempelajari modul ini untuk

ditanyakan pada fasilitator/instruktur pada saat tatap muka. Bacalah referensi

lain yang ada hubungannya dengan materi modul ini agar Anda mendapatkan

pengetahuan tambahan.

1

Page 7: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

BAB I

PENDAHULUAN

Kurikulum sebagai salah satu komponen dalam pendidikan memiliki kedudukan

yang sangat strategis, karena kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan

pendidikan. Melalui kurikulum, sumber daya manusia dapat diarahkan, dan

kemajuan suatu bangsa akan ditentukan. Kurikulum harus dikembangkan sesuai

dengan tahap perkembangan anak, kebutuhan pembangunan nasional, serta

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dalam praktik pengembangan kurikulum pembelajaran bagi anak berkebutuhan

khusus sering terjadi kecenderungan hanya menekankan pada pemenuhan mata

pealajaran. Artinya isi atau materi yang harus dipelajari peserta anak hanya berpusat

pada disiplin ilmu yang terstruktur, sistematis dan logis, sehingga mengabaikan

pengetahuan. ketrampilan dan kemampuan aktual yang dibutuhkan oleh anak

berkebutuhan khusus sejalan perkembangan tuntutan masyarakat.

Oleh karena itu, dalam upaya perwujudan layanan pendidikan yang ramah dan

sesuai bagi anak berkebutuhan khusus, tindakan organisasi atau pengembangan

kurikulum pendidikan yang ada perlu dilakukan secara komprehensif dan

berlandaskan pada kebutuhan anak itu sendiri.

Dengan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan anak, diharapkan

kemampuan anak berkebutuhan khusus akan meningkat yang selanjutnya

berdampak pada pencapaian prestasi belajarnya.

A. Deskripsi Singkat

Modul ini membahas tentang Pengembangan Kurikulum bagi anak berkebutuhan

khusus yang meliputi konsep dasar pengembangan kurikulum (Pengertian,

komponen, prinsip-prinsip pengembangan kurikulum dan pengembangan kurukulum

dalam pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus), pengembangan dan

implementasi kurikulum PLB yang meliputi pengembangan kurikulum dan

Implementasi Pengembangan Kurikulum di Sekolah Luar Biasa (SLB) dan

Pengembangan Kurikulum sekolah penyelenggara inklusi (mainstream school), serta

1

Page 8: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

Implementasi Program Pembelajaran Individual (PPI) yang meliputi konsep dasar

PPI, Perencanaan PPI dan Pelaksanaan PPI.

A. Tujuan Pembelajaran

1. Kompetensi Dasar

Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang

diampu

2. Indikator Keberhasilan

Peserta diklat mampu :

a. Memahami konsep dasar pengembangan kurikulum

b. Menjelaskan prosedur dalam pengembangan program sesuai dengan

prinsip-prinsip pengembangan kurikulum

c. Menguasai prosedur dalam perencanaan program pembelajaran individual

B. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok

A. Konsep dasar pengembangan kurikulum

1. Pengertian Pengembangan Kurikulum2. Komponen Pengembangan Kurikulum3. Prinsip-prinsip dasar pengembangan kurikulum4. Pengembangan Kurkulum dalam pendidikan bagi anak berkebutuhan

khusus.B. Pengembangan dan Implementasi kurikulum Pendidikan Luar Biasa

1. Pengembangan Kurikulum di Sekolah Luar Biasa (SLB)2. Pengembangan Kurikulum di sekolah penyelenggara program inklusi

(inclusive school)C.Program Pembelajaran Individual

1. Konsep dasar Program Pembelajaran Individual

2. Perencanaan program pembelajaran individual

3. Pelaksanaan program pembelajaran individual

2

Page 9: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

BAB II

KONSEP DASAR PENGEMBANGAN KURIKULUM

A. Pengertian Pengembangan Kurikulum

Istilah kurikulum (curriculum), yang pada awalnya digunakan dalam dunia olahraga,

berasal dari kata curir (pelari) dan curere (tempat berpacu). Pada saat itu kurikulum

diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start

sampai finish untuk memperoleh medali/penghargaan. Kemudian, pengertian

tersebut diterapkan dalam dunia pendidikan menjadi sejumlah mata pelajaran

(subject) yang harus ditempuh oleh seorang siswa dari awal sampai akhir program

pelajaran untuk memperoleh penghargaan dalam bentuk ijazah (Asep H, dan Rudi

S, 2008:1). Dari pengertian tersebut, dalam kurikulum terkandung dua hal pokok,

yaitu (1) adanya mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa, dan (2) tujuan

utamanya yaitu untuk memperoleh ijazah. Dengan demikian, implikasi terhadap

praktik pengajaran yaitu setiap siswa harus menguasai seluruh mata pelajaran yang

diberikan dan menempatkan guru dalam posisi yang sangat penting dan

menentukan. Keberhasilan siswa ditentukan oleh seberapa jauh mata pelajaran

tersebut dikuasainya dan biasanya disimbolkan dengan skor yang diperoleh setelah

mengikuti suatu tes atau ujian.

Pembangunan pendidikan merupakan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa

dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia melalui proses pendidikan.

Dengan demikian pembangunan pendidikan diharapkan dapat mewujudkan

masyarakat Indonesia maju, adil dan makmur berdasarkan pancasila dan UUD

1945 yang memungkinkan warganya mengembangkan diri mampu memenuhi

kebutuhan hidupnya dan selanjutnya mengaktualisasikan dirinya sebagai manusia

Indonesia seutuhnya.

Untuk mewujudkan pembangunan nasional di bidang pendidikan tersebut

diperlukan suatu peningkatan dan penyempurnaan penyelenggaraan pendidikan

nasional yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

3

Indikator Keberhasilan : Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan

dapat menjelaskan konsep dasar pengembangan kurikulum

Page 10: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

teknologi, perkembangan masyarakat, tantangan global, serta kebutuhan

pembangunan. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka

disusunlah suatu kurikulum, dalam perjalanannya kurikulum ini senantiasa

mengalami perkembangan dan penyesuaian sesuai dengan kemajuan zaman.

Kurikulum merupakan salah satu indikator yang menentukan berhasil tidaknya

suatu pendidikan, oleh karena itu perlu adanya pengembangan kurikulum.

Pengembangan kurikulum menurut Oemar Hamalik (2008) adalah proses

perencanaan kurikulum agar menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan

spesifik. Proses ini berhubungan dengan seleksi dan pengorganisasian berbagai

komponen situasi belajar-mengajar, antara lain penetapan jadwal pengorganisasian

kurikulum dan spesifikasi tujuan yang disarankan, mata pelajaran, kegiatan, sumber

dan alat pengukur pengembangan kurikulum yang mengacu pada kreasi sumber-

sumber unit, rencana unit, dan garis pelajaran kurikulum ganda lainnya untuk

memudahkan proses belajar mengajar. Pengembangan kurikulum adalah istilah

yang komprehensif, di dalamnya mencakup perencanaan, penerapan dan evaluasi.

Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja

kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan

perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan anak. Penerapan kurikulum atau

biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan

kurikulum ke dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir

dari pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil

pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan

hasil-hasil kurikulum itu sendiri.

B. Komponen Pengembangan Kurikulum

Komponen-komponen yang membentuk sistem kurikulum menurut Oemar Hamalik

(2007) adalah; komponen tujuan, isi kurikulum, metode atau strategi dan komponen

evaluasi. Setiap komponen harus saling berkaitan satu sama lain, manakala tidak

berkaitan dengan komponen lainnya, maka sistem kurikulum akan terganggu pula,

keterkaitan antar komponen tersebut dapat divisualisasikan sebagai berikut:

4

Page 11: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

TUJUAN

ISIEVALUASI

METODE

Gambar. 1.1 Komponen Kurikulum

Bagan diatas ini menggambarkan bahwa sistem kurikulum terbentuk oleh 4

komponen yaitu, komponen tujuan, isi kurikulum, metode atau strategi, pencapaian

tujuan dan komponen evaluasi. Sebagai suatu system, setiap komponen harus

saling berkaitan satu sama lain. Manakala salah satu komponen yang

terbentuk sistem kurikulum terganggu atau tidak berkaitan dengan komponen

lainnya maka sistem kurikulum juga akan terganggu.

a. Komponen Tujuan

Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapkan.

Dalam skala makro rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau

sistem nilai yang dianut masyarakat. Bahkan, rumusan tujuan

menggambarkan suatu masyarakat yang dicita-citakan.

Tujuan pendidikan memiliki klasifikasi, dari mulai tujuan yang sangat umum

sampai tujuan khusus yang bersifat spesifik dan dapat diukur, yang kemudian

dinamakan kompetensi. Tujuan pendidikan diklasifikasikan menjadi 4, yaitu :

1) Tujuan Pendidikan Nasional

2) Tujuan Institusional

3) Tujuan Kurikuler, dan

4) Tujuan Pembelajaran

b. Komponen Isi /Materi Pelajaran

Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan pengalaman

belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum itu menyangkut semua

5

Page 12: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

aspek baik yang berhubungan dengan pengetahuan atau mteri pelajaran

yang biasanya tergambarkan pada isi setiap mta pelajaran yang diberikan

maupun aktivitas dan kegiatan siswa. Baik materi maupun aktivitas itu

seluruhnya diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan.

c. Komponen Metode/Strategi

Komponen ini memiliki peran yang sangat penting sebab berhubungan

dengan implementasi kurikulum. Strategi pembelajaran sebagai pola dan

urutan umum perbuatan guru-siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar

mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dari dua pengertian

tersebut ada dua hal yang perlu diamati, yaitu:

1) Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian

tindakan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan sebagai

sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran.

2) Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu.

Metode adalah upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah

disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara

optimal. Metode juga digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah

ditetapkan. Dalam satu strategi pembelajaran digunakan beberapa metode.

d. Komponen Evaluasi

Tujuan evaluasi yang komprehensif dapat ditinjau dari tiga dimensi, yakni :

1) Dimensi I

- Formatif : evaluasi dilakukan sepanjang oelaksanaan kurikulum. Data

dikumpilkan dan dianalisis untuk menemukan masalah serta mengadakan

perbaikan sedini mungkin.

- Sumatif : proses evaluasi dilakukan pada akhir jangka waktu

tertentu,

misalnya pada akhir semester , tahun pelajaran atau setelah lima tahun

untuk mengetahui evektifitas kurikulum dengan menggunakan semua data

yang dikumpulkan selama pelaksanaan dan akhir proses

implementasi kurikulum

2) Dimensi II

- Proses : yang dievaluasi ialah metode dan proses dalam pelaksanaan

kurikulum. Tujuannya ialah untuk mengetahui metode dan proses

yang digunakan dalam implementasi kurikulum. Metode apakah yang

6

Page 13: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

digunakan? Apakah tepat penggunaannya? Apakah berhasil baik atau

tidak? Kesulitan apa yang dihadapi?

- Produk : yang dievaluasi ialah hasil-hasil yang nyata, yang dapat dilihat

dari silabus, satuan pelajaran dan alat-alat pelajaran yang dihasilkan oleh

guru dan hasil-hasil siswa berupa hasil test, karangan, termasuk

tesis, makalah, dan sebagainya.

3) Dimensi III

- Operasi : disini dievaluasi keseluruhan proses pengembangan kurikulum

termasuk perencanaan , disain, implementasi, administrasi, pengawasan,

pemantauan dan penilaiannya. Juga biaya, staf pengajar, penerimaan

siswa,pendeknya seluruh operasi lembaga pendidikan itu

- Hasil belajar siswa : disini yang dievaluasi ialah hasil belajar siswa

berkenaan dengan kurikulum yang harus dicapai, dinilai berdasarkan

standar yang telah ditentukan dengan mempertimbangkan determinan

kurikulum, misi lembaga pendidikan serta tuntutan dari pihak

konsumen luar tetapi yang digunakan adalah te tertulis yang mengukur

keterpahaman suatu konsep.

C. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum

Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan kurikulum pada

dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan menjiwai suatu

kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum, dapat menggunakan prinsip-prinsip

yang telah berkembang dalam kehidupan sehari-hari atau justru menciptakan sendiri

prinsip-prinsip baru. Oleh karena itu, dalam implementasi kurikulum di suatu

lembaga pendidikan sangat mungkin terjadi penggunaan prinsip-prinsip yang

berbeda dengan kurikulum yang digunakan di lembaga pendidikan lainnya, sehingga

akan ditemukan banyak sekali prinsip-prinsip yang digunakan dalam suatu

pengembangan kurikulum. Menurut Abdullah Idi (2007 dalam Yulianti, 2010)

Prinsip-prinsip pengembangan terdiri dari; relevansi, fleksibilitas, kontinuitas,

efektivitas, efiseinsi, prinsip berorientasi tujuan, prinsip model perkembangan

kurikulum, prinsip keseimbangan, prinsip keterpaduan dan prinsip mutu. Prinsip-

prinsip tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut, yaitu :

7

Page 14: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

1. Prinsip Relevansi

Kurikulum merupakan rel-nya pendidikan untuk membawa siswa agar dapat

hidup sesuai dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat serta membekali

siswa baik dalam bidang pengetahuan, sikap maupun keterampilan sesuai

dengan tuntutan dan harapan masyarakat. Oleh sebab itu, pengalaman-

pengalaman belajar yang disusun dalam kurikulum harus relevan dengan

kebutuhan masyarakat. Pengembangan kurikulum yang melipuri tujuan, isi

dan sistem penyampaiannya harus relevan (sesuai) dengan kebutuhan dan

keadaan masyarakat, tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa, serta

serasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2. Prinsip Fleksibilitas

Prinsip fleksibilitas artinya bahwa kurikulum itu harus lentur dan tidak kaku,

terutama dalam hal pelaksanaannya, dalam pengembangan kurikulum

mengusahakan agar apa yang dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur dan

fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian-

penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu

berkembang, serta kemampuan dan latar bekang anak. Di dalam kurikulum,

fleksibilitas dapat dibagi menjadi dua macam, yakni:

Fleksibilitas dalam memilih program pendidikan, adalah bentuk

pengadaan program pilihan yang dapat berbentuk jurusan, program

spesialisasi, dan keterampilan yang dapat dipilih murid atas dasar

kemampuan dan minatnya.

Fleksibilitas dalam pengembangan program pengajaran, adalah dalam

bentuk memberikan kesempatan kepada para pendidik dalam

mengembangkan sendiri program-program pengajaran yang berpatok

pada tujuan dan bahan pengajaran di dalam kurikulum yang masih bersifat

umum

3. Prinsip kontinuitas

Prinsip kesinambungan dalam pengembangan kurikulum menunjukkan

adanya keterkaitan antara tingkat pendidikan, yaitu program pendidikan dan

bidang studi.

a) Kesinambungan di antara berbagai tingkat sekolah:

8

Page 15: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

Bahan pelajaran (Subject Matters) yang diperlukan untuk belajar lebih

lanjut pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi hendaknya sudah

diajarkan pada tingkat pendidikan sebelumnya atau di bawahnya.

Bahan pelajaran yang telah diajarkan pada tingkat pendidikan yang

lebih rendah tidak harus diajarkan lagi pada tingkat pendidikan yang

lebih tinggi, sehingga terhindar dari tumpang tindih dalam pengaturan

bahan dalam proses belajar mengajar.

b) Kesinambungan di antara berbagai bidang studi

Kesinambungan di antara bidang studi menunjukkan bahwa

pengembangan kurikulum harus memperhatikan hubungan antara bidang

studi yang satu dengan yang lainnya.

4. Prinsip efektivitas

Prinsip efektivitas merujuk pada pengertian kurikulum itu selalu berorientasi

pada tujuan tertentu yang ingin dicapai. Kurikulum dapat dikatakan sebagai

instrumen untuk mencapai tujuan.

Perencanaan kurikulum dapat dicapai sesuai dengan keinginan yang telah

ditemukan. Dalam proses pendidikan, efektivitasnya dapat dilihat dari dua sisi

yaitu:

a) Efektivitas mengajar pendidik berkaitan dengan sejauh mana kegiatan

belajar mengajar yang telah direncanakan dapat dilaksanakan dengan

baik.

b) Efektivitas belajar anak didik, berkaitan dengan sejauh mana tujuan

pelajaran yang diinginkan telah dicapai melalui kegiatan belajar mengajar

yang telah dilaksanakan. Faktor pendidik dan anak didik, serta perangkat-

perangkat lainnya yang bersifat operasional, sangat penting dalam hal

efektivitas proses pendidikan atau pengembangan kurikulum.

5. Prinsip efisiensi

Prinsip efisiensi yaitu mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum

dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada

secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai. Selain itu

prinsip efisiensi juga sering kali dikonotasikan dengan prinsip ekonomi yang

berbunyi: dengan modal atau biaya yang sekecil-kecilnya akan dicapai hasil

yang memuaskan. Efisiensi proses belajar mengajar akan tercipta, apabila

usaha, biaya, waktu, dan tenaga yang digunakan untuk menyelesaikan

9

Page 16: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

program pengajaran tersebut sangat optimal dan hasilnya bisa seoptimal

mungkin, tentunya dengan pertimbangan yang rasional dan wajar.

6. Prinsip Berorientasi Tujuan

Prinsip ini berarti bahwa sebelum bahan ditentukan, langkah yang perlu

dilakukan oleh seorang pendidik adalah menentukan tujuan terlebih dahulu.

Hal ini dilakukan agar semua jam dan aktivitas pengajaran yang dilakukan

oleh pendidik maupun anak didik dapat betul-betul terarah kepada

tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

7. Prinsip dan Model Perkembangan Kurikulum

Prinsip ini memiliki maksud bahwa harus ada pengembangan kurikulum

secara bertahap dan terus menerus, yakni dengan cara memperbaiki,

memantapkan dan mengembangkan lebih lanjut kurikulum yang sudah

berjalan setelah ada pelaksanaan dan sudah diketahui hasilnya.

8. Prinsip Keseimbangan

Penyusunan kurikulum supaya memperhatikan keseimbangan secara

proporsional dan fungsional antara berbagai program dan sub-program,

antara semua mata ajaran, dan diantara aspek-aspek perilaku yang ingin

dikembangkan.

9. Prinsip Keterpaduan

Perencanaan terpadu bertitik tolak dari masalah atau topik dan konsistensi

antara unsur-unsurnya. Pelaksanaan terpadu dengan melibatkan semua

pihak, baik di lingkungan sekolah, maupun pada tingkat intersektoral. Dengan

keterpaduan ini diharapkan terbentuknya pribadi yang bulat dan utuh.

10.Prinsip Mutu

Pengembangan kurikulum berorientasi pada pendidikan mutu dan mutu

pendidikan. Pendidikan mutu berarti pelaksanaan pembelajaran yang

bermutu, sedang mutu pendidikan berorientasi pada hasil pendidikan yang

berkualitas. Pendidikan yang bermutu ditentukan oleh derajat mutu guru,

kegiatan belajar mengajar, dan peralatan/media yang bermutu. Hasil

pendidikan yang bermutu diukur berdasarkan kriteria tujuan pendidikan

nasional.

Secara khusus Pengembangan perangkat kurikulum bagi pendidikan siswa

berkebutuhan khusus yang menjadi kewenangan pemerintah pusat dilaksanakan

10

Page 17: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

oleh Badan Standar Nasional Pendidikan. Ada beberapa prinsip yang dipegang

dalam mengembangan kurikulum pendidikan khusus menurut Vashist RP (2002,

dalam Haryanto 2010), yaitu:

1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan anak

dan lingkungannya: anak harus diasumsikan sebagai sentral untuk

mengembangkan kompetensinya.

2) Beragam dan terpadu : keragaman karakteristik anak, kondisi daerah,

jenjang, sosial dll harus diperhatikan, meskipun harus tetap ada keterkaitan

dan kesinambungan program

3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni:

perkembangan kurikulum harus memperhatikan dan memanfaatkan

perkembangan ilmu dan teknologi.

4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan: dunia usaha dan dunia kerja menjadi

pertimbangan terutama dalam menyediakan ketrampilan vokasional.

5) Menyeluruh dan kesinambungan: kesatuan dan kesinambungan harus ada

baik antar mata pelajaran maupun antar tingkat / jenjang.

6) Belajar sepanjang hayat: kurikulum harus mencerminkan keterkaitan antara

pendidikan formal, nonformal, dan informal

7) Seimbang antara kepentingan nasional dsan kepentingan daerah:

kepentingan nasional dan daerah harus diperhatikan secara seimbang.

D. Pengembangan Kurikulum dalam Pendidikan bagi Anak Berkebutuhan

Khusus

Sukmadinata (2009:4) “secara umum dibedakan antara manajemen

pengembangan kurikulum terpusat (centralized curriculum development

management atau top down curriculum development) dan manajemen

pengembangan kurikulum tersebar (decentralized curriculum development

management atau bottom up curriculum development)”. Dalam manajemen

kurikulum desentralistik, penyusunan desain, pelaksanaan dan pengendalian

kurikulum (evaluasi dan penyempurnaan), dilakukan secara lokal oleh satuan

pendidikan (sekolah atau perguruan tinggi). Penyusunan desain kurikulum

dilakukan oleh guru-guru yang melibatkan ahli, komite sekolah / madrasah dan

pihak-pihak lain di masyarakat, yang memiliki keahlian, perhatian dan kepedulian

terhadap kurikulum. Pengembangan kurikulum demikian menurut Sukmadinata

11

Page 18: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

(2009) disebut pengembangan kurikulum berbasis sekolah (School based

curriculum developement atau SBCD), yang dalam Permen Diknas No 24 tahun

2006 disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau KTSP. Lebih lanjut

Sukmadinata (2009) menjelaskan bahwa dalam SBCD atau KTSP

pengembangan kurikulum dapat mencakup seluruh komponen kurikulum atau

hanya sebagian komponen saja. Penyusunannya dapat dilakukan hanya oleh

seorang, sekelompok atau seluruh guru dan ditujukan untuk memenuhi

kebutuhan-program satuan pendidikan dan sesuai dengan kondisi satuan

pendidikan dan masyarakat sekitarnya.

KTSP merupakan pengembangan kurikulum yang berbeda dengan

pengembangan kurikulum birokratis (mengikuti gagasan, konsep pemegang

kebijakan, hierarkis dari SD sampai perguruan tinggi). Dalam pengembangan

KTSP, desain kurikulum yang meliputi sasaran atau tujuan kurikulum, materi atau

isi kurikulum, model pembelajaran dan penilaian hasil belajar disesuaikan

dengan kebutuhan, tantangan, karakteristik, dan tahap perkembangan sekolah

dan masyarakat dimana sekolah berada.

Pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang

Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Prinsip kebijakan

kurikulum tingkat satuan pendidikan ini sebenarnya menerapkan kurikulum

berbasis sekolah. Kurikulum ini sangat sesuai diterapkan di sekolah luar biasa

(SLB), karena kurikulum dan pelaksanaannya dapat dikembangkan atas dasar

kebutuhan belajar setiap anak berkebutuhan khusus (ABK). Selain KTSP

dekembangkan oleh guru dengan muatan kurikulum berorientasi pada ABK,

dalam pengembangannya juga melibatkan warga sekolah dan pihak terkait

sebagai pengguna. Terkait dengan model Pembelajaran dalam pelaksanaan

kurikulum di SLB lebih disarankan untuk menerapkan model pembelajaran

terindividualisasikan (Individualized Instruction) yang disebut istilah PPI (Ishartiwi,

2007). Model ini lebih menjamin untuk memberikan pelayanan bagi setiap ABK.

Meskipun tidak menutup kemungkin bagi ABK dengan kecerdasan normal dapat

dikenai model pembelajaran yang biasa digunakan untuk anak normal. Hal ini

dengan pertimbangan kondisi ABK memiliki perbedaan yang sangat mencolok

antara satu anak dengan anak yang lain meskipun dalam satu tipe kekhususan.

Oleh karena itu guru di SLB dalam memberikan pembelajarannya tidak

memungkinkan untuk memprediksi kemampuan ABK secara rata-rata.

12

Page 19: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

Pengembangan kurikulum untuk ABK lebih difokuskan pada masalah dan

kebutuhan belajar individual, bukan berorientasi pada standar isi mata pelajaran

yang seragam. Pelaksanaan kurikulum di SLB dibedakan menjadi dua, yaitu: 1)

bagi ABK dengan kecerdasan rendah atau ABK kategori sedang dan berat,

pelaksanaan kurikulum difokuskan untuk pengembangan kompetensi adaptif dan

keterampilan fungsional, 2) bagi ABK dengan kecerdasan normal dan diatas

normal, dapat mengikuti kurikulum sekolah umum, dengan memodifikasi strategi

pembelajarannya, sesuai dengan karakteristik ABK.

E. Rangkuman

1) Penyusunan kurikulum diwujudkan sebagai jawaban perkembangan ilmu

pengetahuan, dan teknologi, perkembangan masyarakat, tantangan global serta

kebutuhan pembangunan. Sejalan dengan perkembangan zaman sebuah

kurikulum perlu disesuaikan sebagai upaya pencapaian tujuan pendidikan,

proses ini merupakan konsep dasar pengembangan kurikulum.

2) Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan kurikulum agar

menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik. Proses ini berhubungan

dengan seleksi dan pengorganisasian berbagai komponen situasi belajar-

mengajar, antara lain penetapan jadwal pengorganisasian kurikulum dan

spesifikasi tujuan yang disarankan, mata pelajaran, kegiatan, sumber dan alat

pengukur pengembangan kurikulum yang mengacu pada kreasi sumber-sumber

unit, rencana unit, dan garis pelajaran kurikulum ganda lainnya, untuk

memudahkan proses belajar mengajar.

3) Kurikulum terdiri dari 4 komponen yaitu, komponen tujuan, isi kurikulum, metode

atau strategi, pencapaian tujuan dan komponen evaluasi. Sebagai suatu sistem,

setiap komponen harus saling berkaitan satu sama lain. Manakala salah satu

komponen yang terbentuk sistem kurikulum terganggu atau tidak berkaitan

dengan komponen lainnya maka sistem kurikulum juga akan terganggu.

4) Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum terdiri dari; prinsip relevansi,

fleksibilitas, kontinuitas, efektivitas, efiseinsi, prinsip berorientasi tujuan, prinsip

13

Page 20: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

model perkembangan kurikulum, prinsip keseimbangan, prinsip keterpaduan dan

prinsip mutu.

F. Latihan

1) Sebuah kurikulum diharuskan mengalami perubahan/pengembangan. Jelaskan

dampak apabila kurikulum pendidikan yang tidak mengalami pengembangan!

2) Berdasarkan apa yang telah anda pelajari, jelaskan keterkaitan antara

komponen-komponen kurikulum dalam pengembangan kurikulum!

3) Jelaskan 5 buah prinsp pegembangan kurikulum beserta contoh aplikasinya!

4) Salah satu ciri dalam penyelenggaraan pendidikan bagi anak berkebutuhan

khusus adalah selalu berorientasi pada kebutuhan anak. Jelaskan makna dari

pernyataan ini!

G. Evaluasi Formatif 1

Pilihlah salah satu alternatif jawaban yang paling tepat, pada setiap item berikut ini;

1. Secara tradisional, kurikulum diartikan sebagai …

A. Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran

B. Seluruh aktivitas yang harus dilaksanakan siswa di sekolah

C. Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh siswa

D. Pengalaman belajar selama siswa berada di sekolah

2. Sebuah kurikulum disusun dengan tujuan untuk...

A. Memenuhi tuntutan zaman

B. Memenuhi tuntutan masyarakat

C. Meningkatkan mutu pendidikan

D. Mewujudkan tujuan pendidikan nasional

3. Kegiatan mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional

disebut termasuk ke dalam tindakan …

A. Perencanaan kurikulum

B. Penerapan kurikulum

C. Evaluasi kurikulum

D. Monitoring kurikulum

4. Dampak dari tidak saling terkaitnya komponen-komponen kurikulum adalah...

A. Terganggunya sistem kurikulum

14

Page 21: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

B. Tidak tercapaianya tujuan kurikulum

C. Terjadinya revisi kurikulum

D. Tidak tercapainya tujuan pendidikan nasional

5. Sebuah pola dan urutan umum perbuatan guru-siswa dalam mewujudkan

kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Ini

adalah definisi dari …

A. Rencana pengajaran

B. Komponen pembelajaran

C. Rangkaian proses pembelajaran

D. Strategi pembelajaran

6. Yang dimaksud dengan prinsip relevansi dalam pengembangan kurikulum

adalah…

A. dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada

secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai

B. Prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan

C. Adanya kesinambungan pada semua komponen kurikulum

D. Tujuan, isi dan sistem penyampaiannya harus relevan (sesuai) dengan

kebutuhan dan keadaan masyarakat

7. Di dalam kurikulum, prinsip fleksibilitas mengandung makna …

A. Bahan pelajaran tidak tumpang tindih

B. kurikulum itu harus lentur dan tidak kaku

C. keseimbangan secara proporsional dan fungsional antara berbagai program

dan sub-program

D. kurikulum itu selalu berorientasi pada tujuan tertentu yang ingin dicapai

8. Pengembangan kurikulum berdasarkan prinsip perkembangan kurikulum harus

dilakukan secara bertahap dan terus menerus dilakukan dengan cara …

A. Reorientasi tujuan kurikulum

B. Mengevaluasi kurikulum

C. Mengumpulkan data informasi berkaitan dengan kurikulum

D. memperbaiki, memantapkan dan mengembangkan lebih lanjut kurikulum

yang sudah berjalan

9. Prinsip pengembangan kurikulum salah satunya adalah beragam dan terpadu.

Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa ....

A. Anak merupakan sentral dalam pengembangan kurikulum

15

Page 22: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

B. Pengembangan kurikulum harus memperhatikan dan memanfaatkan

perkembangan teknologi

C. Terdapat keragaman karakteristik anak, kondisi daerah, jenjang sosial, dll.

D. Kurikulum harus mencerminkan keterkaitan antara pendidikan formal,

nonformal, dan informal.

10. Sebagai dasar guru pendidikan khusus dalam penyusunan kurikulum bagi anak

berkebutuhan khusus adalah …

A. Hasil asesmen siswa

B. Hasil diskusi dengan orang tua

C. Kurikulum baku yang telah disahkan pemerintah

D. Kebijakan guru dan kepala sekolah

H. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT

Setelah mengerjakan Evaluasi Formatif 1, bandingkanlah jawaban saudara dengan

kunci jawaban yang terdapat pada akhir unit ini. Untuk mengetahui tingkat

penguasaan saudara terhadap materi ini, hitunglah dengan menggunakan rumus:

Tingkat Penguasaan= jumlah jawaban yangbenar10

×100

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai: 90 – 100 = baik sekali 80 – 89 = baik 70 – 79 = cukup < 70 = kurang

Jika tingkat penguasaan saudara minimal 80%, maka saudara dinyatakan berhasil

dengan baik. Sebaliknya, bila tingkat penguasaan saudara kurang dari 80%, silakan

pelajari kembali uraian yang terdapat dalam sub-unit sebelumnya, khususnya pada

bagian yang belum saudara kuasai dengan baik, yaitu pada jawaban saudara yang

salah.

BAB III

PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI KURIKULUM PLB

16

Page 23: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

A. Pengembangan Kurikulum Di Sekolah Luar Biasa

1. Memahami Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SLB

Pengembangan kurikulum untuk anak berkebutuhan khusus (ABK) lebih

difokuskan pada masalah dan kebutuhan belajar individual, bukan

berorientasi pada standar isi mata pelajaran yang seragam. Pelaksanaan

kurikulum di SLB dibedakan menjadi dua, yaitu: 1) bagi ABK dengan

kecerdasan rendah atau ABK kategori sedang dan berat, pelaksanaan

kurikulum difokuskan untuk pengembangan kompetensi adaptif dan

keterampilan fungsional, 2) bagi ABK dengan kecerdasan normal dan

diatas normal, dapat mengikuti kurikulum sekolah umum, dengan

memodifikasi strategi pembelajarannya, sesuai dengan karakteristik ABK.

Model pembelajaran sebagai salah satu cara guru untuk

mengimlementasikan kurikulum di sekolah. Oleh karena itu untuk memilih

model pembelajaran yang tepat sebaiknya guru perlu memahami tentang

kurikulum dan perangkatnya. Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP)

merupakan kebijakan baru dalam bidang pendidikan. KTSP memberi

kewenangan kepada sekolah dan para guru untuk mengembangkan

kurikulum sesuai dengan kondisi sekolah dan karakteristik siswa.

Kebijakan ini mengacu pada Perturan Menteri Pendidkan Nasional Nomor

22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah. Prisip kebijakan kurikulum tingkat satuan pendidikan ini

sebenarnya menerapkan kurikulum berbasis sekolah. Kurikulum ini sangat

sesuai diterapkan di sekolah luar biasa (SLB), karena kurikulum dan

pelaksanaannya dapat dikembangkan atas dasar kebutuhan belajar setiap

anak berkebutuhan khusus (ABK). Selain KTSP dikembangkan oleh guru

dengan muatan kurikulum berorientasi pada ABK, dalam

pengembangannya juga melibatkan warga sekolah dan pihak terkait

sebagai pengguna. Terkait dengan model Pembelajaran dalam

17

Indikator Keberhasilan : Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan

dapat menjelaskan prosedur dalam pengembangan program sesuai dengan

prinsip-prinsip pengembangan kurikulum

Page 24: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

pelaksanaan kurikulum di SLB lebih disarankan untuk menerapkan model

pembelajaran terindividualisasikan (Individualized Instruction) yang

disebut istilah PPI. Model ini lebih menjamin untuk memberikan pelayanan

bagi setiap ABK. Meskipun tidak menutup kemungkin bagi ABK dengan

kecerdasan normal dapat dikenai model pembelajaran yang biasa

digunakan untuk anak normal. Hal ini denganpertimbangan kondisi ABK

memiliki perbedaan yang sangat mencolok anatara satu anak dengan

anak yang lain meskipun dalam satu tipe kekhususan. Oleh karena itu

guru di SLB dalam memberikan pembelajarannya tidak memungkinkan

untuk memprediksi kemampuan ABK secara rata-rata.

Dengan diterapkannya KTSP selayaknya guru di SLB dapat mengambil

sebagai peluang untuk memberikan layanan pembelajaran yang efektif

kepada ABK. Guru dapat memilih dan menerapkan model pembelajaran

yang dapat membantu ABK mengembangkan potensinya. Faktor utama

dalam memilih model pembelajaran bagi ABK adalah karakteristik model

yang dapat menumbuhkan aktivitas belajar menyenengkan,

meningkatkan daya konsentrasi dan motivasi beraktivitas bagi ABK. Hal

ini dengan alasan agar dalam proses belajar ABK tidak merasa terbebani

tugastugas belajar, namun ABK merasa sedang melakukan permaianan.

Dalam hal inilah dibutuhkan pemahaman dan kreativitas guru di SLB

dalam mengelola pembelajaran.

2. Struktur dan Muatan Kurikulum SLB

1) Struktur Kurikulum

Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus

ditempuh oleh anak dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan kurikulum

pada setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam

kompetensi yang harus dikuasai anak sesuai dengan beban belajar yang tercantum

dalam struktur kurikulum. Struktur kurikulum setiap jenis dan jenjang pendidikan

telah ditetapkan dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006. Bagi SLB (di sini

disebut pendidikan Khusus), struktur dikembangkan untuk anak berkelainan fisik,

emosi, mental, dan / atau sosial berdasarkan standar kompetensi lulusan, standar

18

Page 25: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

kompetensi kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi mata pelajaran. Anak

berkelainan dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu:

- Anak berkelainan tanpa disertai dengan kemampuan intelektual di bawah

rata-rata

- Anak berkelainan disertai dengan kemampuan intelektual di bawah rata-

rata.

Melihat kategorisasi ini, pola pikir yang dipakai tidak jauh berbeda dengan

pola pikir kurikulum SLB tahun 1994, yaitu bahwa bagi anak berkelainan tanpa

disertai kemampuan intelektual di bawah rata-rata, tujuan pendidikan adalah

menyiapkan mereka mengikuti program pendidikan umum agar dapat melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.. Anak berkelainan dengan kemampuan

intelektual normal , dalam batas-batas tertentu dimungkinkan dapat mengikuti

kurikulum standar meskipun harus dengan penyesuaian-penyesuaian. Mereka yang

berkeinginan melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi sedapat mungkin didorong

untuk dapat mengikuti pendidikan secara inklusif pada pendidikan umum sejak

Sekolah Dasar (SD). Bagi anak yang tdak berkeinginan untuk melanjutkan ke

perguruan tinggi, mereka dapat melanjutkan pendidikan ke SLTPLB dan SMLB.

Untuk memberikan kesempatan kepada anak yang memerlukan pindah jalur

pendidikan antar satuan pendidikan yang setara sesuai dengan ketentuan pasal. 12

ayat (1).e Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, maka mekanisme pendidikan bagi anak melalui jalur formal dapat

digambarkan sebagai berikut :

Gambar. 1.2. Mekanisme Pendidikan bagi Anak berkebutuhan khusus melalui jalur formal menurut UU No 20 tahun 2003

19

Page 26: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

Sedangkan bagi anak berkelainan dengan kemempuan intelektual di bawah

rata-rata, diperlukan kurikulum yang lebih spesifik, sederhana, dan bersifat tematik

untuk mendorong kemandirian dalam kehidupan sehari-hari. Pada jenjang sekolah

menengah, program yang disediakan lebih bersifat vokasional.

Program kurikulum terbagi menjadi kelompok mata pelajaran, muatan lokal,

program khusus, dan pengembangan diri.

Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan potensi

yang disesaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah,

yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada.

Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan.

Program khusus berisi kegiatan bervariasi sesuai dengan jenis kelainan anak,

yaitu orientasi mobilitas untuk anak tunanetra, bina komunikasi, persepsi bunyi, dan

irama untuk anak tunarungu, bina diri untuk anak tuna grahita, bina gerak untuk

anak tuna daksa, dan bina pribadi / sosial untuk anak tunalaras.

Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh

guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada anak untuk

mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, kemampuan,

bakat, dan minat, sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri

difasilitasi dan / atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang

dapat dilakukan dalam bentuk ekstra kurikuler.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, struktur kurikulum

pendidikan khusus sesuai dengan Undang-undang No. 22 Tahun 2006

memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Kurikulum untuk anak berkelainan yang tanpa disertai dengan

intelelektual di bawah rata-rata, menggunakan menggunakan sebutan

kurikulum SDLB: tunanetra, tunarungu, tunadaksa ringan, dan tunalaras;

kurikulum SMPLB: tunanetra, tunarungu, tunadaksa ringan, dan

tunalaras; dan kurikulum SMALB: tunanetra, tunarungu, tunadaksa

ringan, dan tunalaras.

2) Kurikulum untuk anak berkelainan yang disertai dengan intelelektual di

bawah rata-rata, menggunakan sebutan kurikulum SDLB: tunagrahita

ringan, tunagrahita sedang, tunadaksa sedang, dan tunaganda;

kurikulum SMPLB: tunagrahita ringan, tunagrahita sedang, tunadaksa

20

Page 27: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

sedang, dan tunaganda; dan kurikulum SMALB: tunagrahita ringan,

tunagrahita sedang, tunadaksa sedang, dan tunaganda.

3) Kurikulum satuan pendidikan SDLB tunarungu, tunadaksa ringan, dan

tunalaras relatif sama dengan SD reguler. Pada satuan pendidikan

SMPLB: tunanetra, tunarungu, tunadaksa ringan, dan tunalaras; dan

SMALB: tunanetra, tunarungu, tunadaksa ringan, dan tunalaras,

kurikulum dirancang untuk anak yang tidak memungkinkan dan/atau

tidak berkeinginan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih

tinggi.

4) Proporsi muatan isi kurikulum satuan pendidikan SMPLB: tunanetra,

tunarungu, tunadaksa ringan, dan tunalaras; terdiri atas 60%-70% aspek

akademik dan 30%-40% berisi aspek keterampilan vokasional. Muatan

isi kurikulum satuan pendidikan SMALB: tunanetra, tunarungu,

tunadaksa ringan, dan tunalaras terdiri atas 40%-50% aspek akademik

dan 60%-50% aspek keterampilan vokasional.

5) Kurikulum satuan pendidikan SDLB: tunagrahita ringan, tunagrahita

sedang, tunadaksa sedang, dan tunaganda; kurikulum satuan pendidikan

SMPLB: tunagrahita ringan, tunagrahita sedang, tunadaksa sedang, dan

tunaganda; dan kurikulum satuan pendidikan SMALB: tunagrahita ringan,

tunagrahita sedang, tunadaksa sedang, dan tunaganda dirancang sangat

sederhana sesuai dengan batas-batas kemampuan anak dan sifatnya

lebih individual serta pembelajarannya menggunakan tematik.

6) Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran

umum SDLB: tunanetra, tunarungu, tunadaksa ringan, dan tunalaras;

kurikulum SMPLB: tunanetra, tunarungu, tunadaksa ringan, dan

tunalaras; dan kurikulum SMALB: tunanetra, tunarungu, tunadaksa

ringan, dan tunalaras mengacu kepada sekolah reguler yang

dikembangkan oleh BSNP disesuaikan dengan kemampuan dan

kebutuhan khusus anak, sedangkan SK dan KD untuk mata pelajaran

program khusus, program keterampilan vokasional dikembangkan oleh

satuan pendidikan khusus dengan memperhatikan jenjang dan jenis

satuan pendidikan.

7) Pengembangan SK dan KD untuk semua mata pelajaran pada SDLB:

tunagrahita ringan, tunagrahita sedang, tunadaksa sedang, dan

21

Page 28: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

tunaganda; kurikulum SMPLB: tunagrahita ringan, tunagrahita sedang,

tunadaksa sedang, dan tunaganda; dan kurikulum SMALB: tunagrahita

ringan, tunagrahita sedang, tunadaksa sedang, dan tunaganda

diserahkan kepada satuan pendidikan khusus yang bersangkutan

dengan memperhatikan tingkat dan jenis satuan pendidikan.

8) Struktur kurikulum pada SDLB dan SMPLB mengacu pada struktur

kurikulum SD dan SMP dengan penambahan program khusus sesuai

dengan jenis kelainan , dengan alokasi waktu 2 jam/minggu. Untuk

SMALB, program khusus bersifat kasuistik sesuai dengan kondisi dan

kebutuhan anak tertentu dan tidak dihitung sebagai beban belajar.

9) Program Khusus sesuai jenis kelainan anak meliputi sebagai berikut.

a. Orientasi dan Mobilitas untuk anak Tunanetra

b. Bina Komunikasi, Persepsi Bunyi dan Irama untuk anak Tunarungu

c. Bina Diri untuk anak Tunagrahita Ringan dan Sedang

d. Bina Gerak untuk anak Tunadaksa Ringan

e. Bina Pribadi dan Sosial untuk anak Tunalaras

f. Bina Diri dan Bina Gerak untuk anak Tunadaksa Sedang, dan

Tunaganda.

22

Page 29: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

Materi Akademik : Sekulmpulan mata pelajaran, sesuai dengan standar nasional pendidikan, terdiri dari Pendidikan agama.Bahasa Indonesia Kewarganegaraan Matematika Ilmu pengetahuan alam, Ilmu pengetahuan sosial

Materi Kompensatoris :program layanan dan bimbingan sesuai kebutuhan sebagai pengganti dari hambatan akibat kelainan anak.BrailleOrientasi mobilitasBahasa isyaratBina diriBina gerak

Materi Vokasional :ditujukan agar siswa mempunyai kompetensi untuk bekerja setelah tamat. berisi mata-mata pelajaran ketrampilan dan kejuruan.

Program Pengembangan DasarBertujuan untuk memfasilitasi pengembangan semua aspek kemampuan dasar termasuk pra-akademik, kognitif, sosialisasi, apresiasi.

Program Akademikprogram pendidikan yang bertujuan mengembangkan kemampuan akademik anak sesuai dengan standar nasional pendidikan.

Program Vokasional :Bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa untuk bekerja setelah tamat.SMPLB= 60% akademik, 40% vokasionalSMALB = 30% akademik, 70% vokasional

KELOMPOK I KELOMPOK II

Program Semi AkademikProgram akademik yang dibawah standar nasional, provinsi, atau Satuan Pendidikan

2) Muatan Kurikulum

Muatan kurikulum di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan Undang-

undang No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Pendidikan dapat dibagi

menjadi 2 kelompok besar. Kurikulum Kelompok I dapat digunakan bagi anak

berkebutuhan khusus tanpa disertai dengan intelektual dibawah rata-rata,

sedangkan kurikulum kelompok II bagi anak berkebutuhan khusus dengan

kemampuan intelektual dibawah rata-rata. Secara garis besar, kelompok

kurikulum tersebut dapat divisualisasikan sebagai berikut

MUATAN KURIKULUM SLB

23

Page 30: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

a. Kelompok materi akademik, kompensatoris, dan vokasional

Kelompok materi akademik, adalah sekumpulan mata pelajaran yang

bertujuan mengembangkan kemampuan akademik anak sesuai dengan

standar nasional pendidikan. Kelompok ini terdiri dari mata-mata

pelajaran yang ada pada sekolah umum, yaitu mata-mata pelajaran

yang diarahkan untuk meningkatkan kompetensi kepribadian dan

berbangsa/bernegara (pendidikan agama, kewarganegaraan),

kompetensi bernalar, berlogika (matematika), dan meningkatkan

wawasan keilmuan (ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial).

Dokumen standar isi dan standar kompetensi setiap mata pelajaran

pada program ini menggunakan dokumen yang dipakai pada pendidikan

umum.

Kelompok materi kompensatoris, adalah program layanan dan

bimbingan yang disediakan bagi individu berkebutuhan khusus sesuai

dengan kebutuhan khususnya sebagai pengganti dari hambatan yang

dialami akibat kelainannya. Keterbatasan fungsi penglihatan bagi

tunanetra, tidak memungkinkan mereka membaca dan menulis dengan

tulisan awas, dapat dikompensasi dengan tulisan dan bacaan Braille.

Keterbatasan tunarungu menyebabkan mereka tidak mampu

mendengarkan komunikasi verbal, dan karenanya dapat dikompensasi

dengan komunikasi isyarat, dan lain sebagainya. Pendidikan

kompensatoris dimaksudkan agar anak dapat berperan secara optimal

dalam kehidupan bermasyarakat. Jenis layanan ini bervariasi, seperti

bimbingan pengembangan kemampuan berkomunikasi, pengembangan

kemampuan belajar, pengembangan kemampuan sosialisasi,

pengembangan kemampuan mengurus diri, pengembangan

kemampuan mobilitas. Bentuk layanan pada program ini dapat berupa

mata-mata pelajaran seperti orientasi mobilitas, baca tulis Braille,

bahasa isyarat, komunikasi total, bina bicara, bina diri. Bentuk layanan

lain misalnya pembelajaran remediasi, bimbingan belajar individual,

fisioterapi, psikoterapi, terapi okupasi, atau layanan medis. Jenis,

frekuensi, dan intensitas layanan sangat bergantung kepada kebutuhan

individu, berdasarkan hasil asesmen. Pelaksanaan program ini

memerlukan tenaga profesi lain, sehingga diperlukan kolaborasi antara

24

Page 31: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

guru (guru kelas, guru mata pelajaran, guru BP, atau guru PLB) atau

dengan tenaga profesi terkait.

Kelompok materi vokasional, ditujukan agar anak mempunyai

kompetensi untuk bekerja setelah mereka tamat. Program ini berisi

mata-mata pelajaran ketrampilan dan kejuruan. Bagi anak berkebutuhan

khusus yang memenuhi syarat dan memilih sekolah menengah kejuruan

(SMK), standar isi dan standar kompetensi sama dengan standar yang

ditetapkan bagi siswa sebaya yang lain (normal). Sedangkan materi

vokasional bagi anak yang memilih program vokasional khusus, isi dan

komoetensi mata pelajaran harus lebih menekankan aspek produktif

(mengurangi porsi aspek adaptif). Jenis ketrampilan yang disediakan

hendaknya mempertimbangkan jenis dan tingkat kelainan anak, kecuali

mempertimbangkan juga sumber daya yang dimiliki sekolah.

b. Program pengembangan dasar, akademik, semi akademik, dan

vokasional

Program pengembangan dasar, adalah program pendidikan yang

bertujuan untuk memfasilitasi pengembangan semua aspek kemampuan

dasar anak, termasuk pra-akademik, kognitif, sosialisasi, apresiasi. Isi

program ini adalah program-program pengembangan yang disediakan

bagi anak pra-sekolah dengan berbagai bentuk satuan pendidikannya.

Bagi anak berkebutuhan khusus, layanan kompensatoris harus

mendapat perhatian serius, karena hasil penelitian menunjukkan bahwa

semakin dini kelainan anak terdeteksi dan terlayani dengan program-

program stimulasi dini, semakin kecil dampaknya pada kehidupan

nantinya.

Program akdemik, adalah program pendidikan yang bertujuan

mengembangkan kemampuan akademik anak sesuai dengan standar

nasional pendidikan.

Kurikulum pada jalur akademik terdiri dari program akademik dan

program kompensatoris, dikembangkan berdasarkan standar-standar

nasional. Materi kurikulum merupakan paket yang harus diselesaikan

oleh siswa sesuai dengan kurun waktu yang ditetapkan. Namun

25

Page 32: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

demikian, anak yang memounyai kompetensi unggul harus

dimungkinakan untuk menyelesaikan materi lebih cepat melalui program

akselerasi. Anak berkebutuhan khusus yang memiliki tingkat

perkembangan intelektual normal atau diatas normal, seperti tunanetra,

tunarungu, tunadaksa, tunalaras dapat didorong untuk mengambil

semua program akademik ini meskipun membutuhkan beberapa

modifikasi dalam proses pembelajaran. Pada akhir program, siswa juga

harus mengikuti semua persyaratan seperti halnya yang diberlakukan

bagi siswa sekolah biasa, termasuk ujian nasional untuk mendapat

ijazah.

Program semi akademik, adalah program pendidikan yang bertujuan

mengembangkan kemampuan akademik anak yang disesuaikan dengan

taraf kemampuan anak berkebutuhan khusus, disediakan bagi anak

berkebutuhan khusus, disediakan bagi anak berkebutuhan khusus pada

jenjang SD/MI yang berdasarkan hasil asesmen diperkirakan tidak

mengikuti program akademik. Program semi akademik adalah program

akademik di bawah standar nasional, provinsi atau satuan pendidikan,

diperuntukkan bagianak berkebutuhan khusus dengan taraf kemampuan

dibawah rata-rata, seperti tunagrahita dan jenis hambatan lain yang

disertai dengan potensi intelektual dibawah rata-rata. Satuan pendidikan

wajib melakukan modifikasi materi akademik pada kurikulum yang lebih

fleksibel dengan menetapkan standar isi dibawah tuntutan standar

nasional, provinsi maupun standar satuan pendidikan. Sedangkan materi

kompensatori disediakan menurut kebutuhan individu. Bagi ABK yang

mengambil program ini, tidak dituntut mengikuti ujian nasional, mereka

cukup mengikuti ujian sekolah. Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) harus

disediakan oleh Dinas Pendidikan setempat melalui Satuan Pendidikan

yang bersangkutan sebagai penghargaan atas proses dan penyelesaian

pendidikan yang telah diikuti oleh anak berkebutuhan khusus. STTB juga

harus dapat digunakan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan

diatasnya.

Program vokasional, ditujukan agar anak mempunyai kompetensi

untuk bekerja setelah mereka tamat. Program vokasional ini tersedia

bagi anak dari jenjang mulai SMPLB yang berdasarkan hasil asesmen

26

Page 33: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

diperkirakan tidak mampu mengikuti program akademik. Kurikulum terdiri

dari materi akademik, materi vokasional, dan materi kompensatoris,

dikembangkan dari standar-standar nasional, dengan proporsi 60%

akademik dan 40% vokasioal pada jenjang SMPLB dan 30% akademik

dan 70% vokasional pada jenjang SMALB. Sedangkan materi

kompensatori disesuaikan dengan kebutuhan anak. Materi kurikulum

disesuaikan dengan potensi dan kecepatan belajar siswa. Jenis

ketrampilan yang disediakan hendaknya mempertimbangkan jenis dan

tingkat kelainan anak., selain itu juga mempertimbangkan juga sumber

daya yang dimiliki sekolah. Satuan pendidikan yang menyelenggarakan

program vokasional harus memiliki sarana/prasara pendidikan

(praktikum) yang memadai. Selain itu, sekolah juga harus mengelola

workshop/bengkel kerja agar para anak berkebutuhan khsuus dapat

langsung menerapkan hasil pendidikannya untuk bidang produksi. Pada

akhir program, siswa akan mendapat Surat Tanda Tamat Belajar

(STTB) tanpa harus mengikuti ujian nasional.

Lebih lanjut, Dalam Undang-undang No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi

Pendidikan tersebut dijelaskan pula Muatan isi Kurikulum SLB/SMPLB/SMALB

pada setiap mata pelajaran diatur sebagai berikut .

a. Muatan isi setiap mata pelajaran pada SDLB A,B,D,E pada dasarnya

sama dengan SD umum, tetapi karena kelainan dan kebutuhan

khususnya, maka diperlukan modifikasi dan/atau penyesuaian secara

terbatas

b. Muatan isi mata pelajaran Program Khusus disusun tersendiri oleh

satuan pendidikan.

c. Muatan isi mata pelajaran SMPLB A,B,D,E bidang akademik mengalami

modifikasi dan penyesuaian dari SMP umum sehingga menjadi sekitar

60%-70%. Sisanya sekitar 40% – 30% muatan isi kurikulum ditekankan

pada bidang keterampilan vokasional.

d. Muatan isi mata pelajaran keterampilan vokasional meliputi tingkat

dasar, tingkat terampil dan tingkat mahir. Jenis keterampilan yang akan

dikembangkan, diserahkan kepada satuan pendidikan sesuai dengan

27

Page 34: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

minat, potensi, kemampuan dan kebutuhan anak serta kondisi satuan

pendidikan.

e. Muatan isi mata pelajaran untuk SMALB A,B,D,E bidang akademik

mengalami modifikasi dan penyesuaian dari SMA umum sehingga

menjadi sekitar 40% – 50% bidang akademik, dan sekitar 60% – 50%

bidang keterampilan vokasional

f. Muatan kurikulum SDLB, SMPLB, SMALB C,C1,D1,G lebih ditekankan

pada kemampuan menolong diri sendiri dan keterampilan sederhana

yang memungkinkan untuk menunjang kemandirian anak. Oleh karena

itu, proporsi muatan keterampilan vokasional lebih diutamakan

g. Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh

oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan

kepada anak untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai

dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap anak sesuai dengan kondisi

sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh

konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam

bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan

melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah

diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir anak.

Pengembangan diri terutama ditujukan untuk peningkatan kecakapan

hidup dan kemandirian sesuai dengan kebutuhan khusus anak.

Berikut ini adalah muatan kurikulum SDLB, SMPLB dan SMALB yang tertuang

dalam Undang-undang No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Pendidikan:

TABEL 3.1 Muatan Kurikulum SDLB

KOMPONEN / MATA PELAJARANKELAS / ALOKASI WAKTU

I II III IV V V1. Pendidikan Agama 3 3 3

28

Page 35: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

Pendekatan tematik (29-30)

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 23. Bahasa Indonesia 5 5 54. Matematika 5 5 55. Ilmu Pengetahuan Alam 4 4 46. Ilmu Pengetahuan Sosial 3 3 37. Seni Budaya dan Ketrampilan 4 4 48. Pendidikan Jasmani, Olahraga, Kesehatan 4 4 49. Muatan Lokal 2 2 210. Program Khusus (sesuai jenis hambatan)

Orientasi dan Mobilitas, Bina komunikasi, BKPBI, Bina Diri, Bina Gerak, Bina Pribadi dan Sosial

2 2 2

11.Pengembangan Diri 2 *) 2*) 2*)Jumlah 29 29 30 34 34 34

2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran

TABEL 3.2 Muatan Kurikulum SMPLB

KOMPONEN / MATA PELAJARANKELAS / ALOKASI WAKTU

VI VII VIII1. Pendidikan Agama 2 3 32. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 23. Bahasa Indonesia 2 5 54. Bahasa Inggris 2 2 25. Matematika 3 5 56. Ilmu Pengetahuan Alam 3 4 47. Ilmu Pengetahuan Sosial 2 3 38. Seni Budaya 2 4 49. Pendidikan Jasmani, Olahraga, Kesehatan 2 4 410.Ketrampilan Vokasional / Teknologi Informasi dan

Komunikasi *)10 10 10

11.Muatan Lokal 2 2 212. Program Khusus (sesuai jenis hambatan)

Orientasi dan Mobilitas, Bina komunikasi, BKPBI, Bina Diri, Bina Gerak, Bina Pribadi dan Sosial

2 2 2

13.Pengembangan Diri 2 2 2Jumlah 36 36 36

*) Keterampilan vokasional/teknologi informasi dan komunikasi merupakan paket pilihan. Jenis keterampilan vokasional/teknologi informasi yang dikembangkan, diserahkan kepada sekolah sesuai potensi daerah.

TABEL 3.3 Muatan Kurikulum SMALB

KOMPONEN / MATA PELAJARANKELAS / ALOKASI WAKTU

IX X XI1. Pendidikan Agama 2 2 22. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 23. Bahasa Indonesia 2 2 24. Bahasa Inggris 2 2 25. Matematika 3 2 2

29

Page 36: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

6. Ilmu Pengetahuan Alam 3 2 27. Ilmu Pengetahuan Sosial 2 2 28. Seni Budaya 2 2 29. Pendidikan Jasmani, Olahraga, Kesehatan 2 2 210.Ketrampilan Vokasional / Teknologi Informasi

dan Komunikasi16 16 16

11.Muatan Lokal 2 2 212. Program Khusus (sesuai jenis hambatan)

Orientasi dan Mobilitas, Bina komunikasi, BKPBI, Bina Diri, Bina Gerak, Bina Pribadi dan Sosial

- - -

13.Pengembangan Diri 2 2 2Jumlah 34 34 34

*) Keterampilan vokasional/teknologi informasi dan komunikasi merupakan paket pilihan. Jenis keterampilan vokasional/teknologi informasi yang dikembangkan, diserahkan kepada sekolah sesuai potensi daerah.

B. Implementasi Pengembangan Kurikulum di SLB

Untuk mengimplementasikan kurikulum sesuai dengan rancangan, dibutuhkan

beberapa kesiapan, terutama kesiapan pelaksanaan. Sekaligus apapun desain

atau rancangan kurikulum yang dimiliki, tetapi keberhasilannya sangat

tergantung pada guru. Kurikulum yang sederhana pun apabila gurunya

memiliki kemampuan, semangat, dan dedikasi yang tinggi, hasilnya akan lebih

baik daripada desain kurikulum yang hebat, tetapi kemampuan, semangat, dan

dedikasi gurunya rendah. Guru adalah kunci utama keberhasilan implementasi

kurikulum. Sumber daya pendidikan yang lainpun seperti sarana prasarana,

biaya, organisasi, lingkungan, juga merupakan kunci keberhasilan pendidikan,

tetapi kunci utamanya adalah guru. Dengan sarana prasarana, dan biaya

terbatas, guru yang kreatif dan berdedikasi tinggi, dapat mengembangkan

program, kegiatan, dan alat bantu pembelajaran yang inovatif.

Sedangkan seorang guru juga harus mempunyai kemampuan- kemampuan

yang harus dikuasai dalam mengimplementasikan kurikulum: Pertama, pemahaman

esensi dari tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam kurikulum. Kedua,

kemampuan untuk menjabarkan tujuan-tujuan kurikulum tersebut menjadi tujuan

yang lebih spesifik. Ketiga, kemampuan untuk menerjemahkan tujuan khusus

kepada kegiatan pembelajaran. Kendala yang dihadapi dalam implementasi

kurikulum ini adalah terutama berkenaan dengan: (1) masih lemahnya

diagnosis kebutuhan baik pada skala makro maupun mikro sehingga

30

Page 37: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

implementasi kurikulum sering tidak sesuai dengan yang diharapkan; (2)

perumusan kompetensi pada tahapan mikro sering dikacaukan dengan tujuan

intruksional yang dikembangkan; (3) pemilihan pengalaman belajar yang

dikembangkan; dan (4) evaluasi masih sering tidak sesuai dengan tujuan

intruksional yang dikembangkan.

Untuk mengatasi kendala yang dihadapi, maka perlu diupayakan hal-hal sebagai

berikut. Pertama, dalam mendiagnosis kebutuhan seyogyanya masayarakat, baik

dewan sekolah maupun komite sekolah, dilibatkan sejak awal. Hal ini bertujuan

untuk mendapatkan dukungan, juga kebutuhan masayarakat dapat terpenuhi.

Kedua, dalam implementasi kurikulum guru mempunyai kewenangan penuh

dalam menerapkan strategi pembelajaran dan materi/ bahan pelajaran. Ketiga,

struktur materi diorganisasikan mulai dari perencanaan pengajaran dalam bentuk

jam pelajaran, sampai dengan evaluasi menjadi satu kesatuan yang saling

berkaitan.

B. Pengembangan Kurikulum di sekolah penyelenggara inklusi (Inclusive

School)

a. Tujuan Pengembangan Kurikulum

Kurikulum yang digunakan dalam penyelenggaraan mainstreaming school

pada dasarnya adalah menggunakan kurikulum reguler yang berlaku di

sekolah umum. Namun demikian karena ragam hambatan yang dialami anak

berkebutuhan khsuus sangat bervariasi, mulai dari sifatnya ringan, sedang

sampai yang berat, maka dalam implementasinya di lapangan, kurikulum

reguler perlu dilakukan penyesuaian sedemikian rupa sehingga sesuai

dengan kebutuhan anak.

Tujuan pengembangan kurikulum pendidikan dalam program mainstreaming

school adalah sebagai berikut:

1) Membantu anak dalam mengembangkan potensi dan mengatasi

hambatan belajar yang dialami semaksimal mungkin dalam setting

sekolah inklusif

2) Membantu guru dan orangtua dalam mengembangkan program

pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus baik yang diselenggarakan di

sekolah maupun di rumah.

31

Page 38: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

3) Menjadi pedoman bagi sekolah, dan masyarakat dalam mengembangkan,

menilai dan menyempurnakan program pendidikan inklusif.

b. Model Pengembangan Kurikulum

1) Model Kurikulum Reguler Penuh

Pada model ini anak yang berkebutuhan khusus mengikuti kurikulum

reguler sama seperti anak yang lainnya di dalam kelas yang sama.

Program layanan khususnya lebih diarahkan kepada proses

pembimbingan belajar, motivasi dan ketekunan belajarnya.

2) Model Kurikulum Reguler dengan Modifikasi

Pada model ini kurikulum guru melakukan modifikasi pada strategi,

media pembelajaran, jenis penilaian dan pelaporan, maupun pada

program tambahan lainnya dengan tetap mengacu pada substansi

kurikulum reguler. Modifikasi tersebut dimaksudkan untuk mengatasi

kesulitan anak berkebutuhan khusus yang dikarenakan dari akibat

langsung kelainannya. Dengan modifikasi diharapkan anak

berkebutuhan khusus mampu mengikuti pembelajaran dengan

kurikulum reguler.

3) Model Kurikulum PPI

Pada model kurikulum ini guru mempersiapkan program pendidikan

individual (PPI) yang dikembangkan bersama tim pengembang yang

melibatkan guru pembimbing khusus, kepala sekolah, orang tua, dan

tenaga ahli yang terkait.

Model ini diperuntukan pada anak yang mempunyai hambatan belajar

yang tidak memungkinkan untuk mengikuti proses belajar (sekalipun

telah dimodifikasi) berdasarkan kurikulum reguler dan atau anak

dengan kecerdasan serta bakat istimewa. Anak berkebutuhan khusus

seperti ini dapat dikembangkan potensi belajarnya dengan

menggunakan PPI dalam setting kelas reguler, sehingga mereka bias

mengikuti belajar sesuai dengan fase perkembangan, potensi/ bakat

yang dimiliki, serta kebutuhannya.

Pada dasarnya, program pembelajaran individual (PPI) tidak hanya

diterapkan di mainstream school saja, tetapi di sekolah luar biasa

(SLB) pun seyogyanya menggunakan pendekatan individual pula, hal

32

Page 39: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

ini dikarenakan walaupun di SLB menggunakan kurikulum khusus SLB,

tetapi keberagaman hambatan, kemampuan dan kebutuhan yang

terdapat pada masing-masing anak memiliki varian keberagaman

cukup tinggi yang akhirnya berkorelasi pada penyesuaian program

pembelajaran yang akan diterapkan bagi mereka.

Adapun secara teknik, model pengembangan kurikulum di sekolah

penyelenggara inklusi menurut Munawir Yusuf (2011) meliputi model-model

dibawah ini:

a. Model Duplikasi

Yakni ABK menggunakan kurikulum yang tingkat kesulitannya sama

dengan siswa rata-rata/reguler. Model kurikulum ini cocok untuk anak

tunanetra, tunarungu wicara, tunadaksa, dan tunalaras. Alasannya anak

tersebut tidak mengalami hambatan intelegensi. Namun demikian perlu

penyesuaian proses, yakni anak tunanetra menggunkan huruf Braille, dan

tunarungu wicara menggunakan bahasa isyarat dalam penyampaiannya.

b. Model Substitusi

Yakni beberapa bagian kurikulum anak rata-rata ditiadakan dan diganti

dengan yang kurang lebih setara. Model kurikulum ini untuk ABK dengan

melihat situasi dan kondisinya.

c. Model Omisi

Yaitu bagian dari kurikulum umum untuk mata pelajaran tertentu

ditiadakan total, karena tidak memungkinkan bagi ABK untuk dapat berfikir

setara dengan anak rata-rata.

d. Model Modifikasi

Yakni kurikulum siswa rata-rata/regular disesuaikan dengan kebutuhan

dan kemampuan/potensi ABK. Modifikasi kurikulum ke bawah diberikan

kepada anak tunagrahita dan modifikasi kurikulum ke atas (eskalasi) untuk

anak gifted and talented. Menurut Ifdali (2010) Modifikasi/pengembangan

kurikulum pendidikan inklusi dapat dilakukan oleh Tim Pengembang

Kurikulum yang terdiri atas guru-guru yang mengajar di kelas inklusi

bekerja sama dengan berbagai pihak yang terkait, terutama guru

33

Page 40: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

pembimbing khusus (guru Pendidikan Luar Biasa) yang sudah

berpengalaman mengajar di Sekolah Luar Biasa, dan ahli Pendidikan Luar

Biasa (GPK), yang dipimpin oleh Kepala Sekolah Dasar Inklusi (Kepala

SD Inklusi) dan sudah dikoordinir oleh Dinas Pendidikan.

C. Rangkuman

1) Prinsip kebijakan kurikulum tingkat satuan pendidikan ini sebenarnya

menerapkan kurikulum berbasis sekolah. Kurikulum ini sangat sesuai

diterapkan di sekolah luar biasa (SLB) karena kurikulum dan

pelaksanaannya dapat dikembangkan atas dasar kebutuhan belajar

setiap anak berkebutuhan khusus (ABK).

2) Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus

ditempuh oleh anak dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan kurikulum

pada setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam

kompetensi yang harus dikuasai anak sesuai dengan beban belajar yang

tercantum dalam struktur kurikulum

3) Muatan kurikulum di SLB dibagi menjadi kelompok; (1) materi akademik,

kompensatoris, dan vokasional, dan (2) program pengembangan dasar,

akademik, semi akademik, dan vokasional.

4) Kemampuan-kemampuan yang harus dikuasai guru dalam implementasi

kurikulum di SLB antara lain; (1) pemahaman esensi dari tujuan-tujuan yang

ingin dicapai dalam kurikulum. (2), kemampuan untuk menjabarkan tujuan-

tujuan kurikulum tersebut menjadi tujuan yang lebih spesifik, dan (3)

kemampuan untuk menerjemahkan tujuan khusus kepada kegiatan

pembelajaran.

5) Model pengembangan kurikulum di sekolah penyelenggara inklusi adalah; (1)

model kurikulum regular penuh, (2) model kurikulum dengan modifikasi, dan (3)

model kurikulum program pembelajaran individual (PPI).

D. Latihan

34

Page 41: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

Untuk mengukur sejauh mana pemahaman anda terhadap materi yang telah

dipelajari pada bab ini, anda diminta untuk memberikan jawaban atas beberapa

pertanyaan berikut ini :

1) Kemukakan apa dampak dari implementasi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) dalam layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus!

2) Kategorisasi kurikulum dibagi sesuai dengan tingkat intelektual siswa. Jelaskan

kategorisasi ini sesuai dengan struktur kurikulum bagi anak berkebutuhan

khusus!

3) Dalam implementasi kurikulum, guru dituntut untuk menguasai beberapa

kompetensi. Jelaskan kompetensi tersebut dan apa dampak bagi implementasi

kurikulum apabila kompetensi tersebut tidak/kurang dikuasai oleh guru!

4) Berdasarkan apa yang telah anda pelajari, kemukakan pendapat anda

perbedaan implementasi kurikulum di SLB dan di sekolah penyelenggara inklusi

(inclusive school)!

E. Evaluasi Formatif 1

Pilihlah salah satu alternatif jawaban yang paling tepat, pada setiap item berikut ini;

1) Salah satu ciri-ciri Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) yang sangat

sesuai dengan layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus adalah …

A. Struktur yang jelas dan terperinci

B. Alat evaluasi yang sistematis

C. Adanya kewenangan guru dalam mengembangkan kurikulum sesuai dengan

kondisi sekolah dan karakteristik siswa

D. Terdapat kompetensi dasar dan standar kompetensi

2) Layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus baru bisa dikatakan

memberi makna yang esensial apabila dilakukan …

A. Sesuai dengan kebutuhan anak

B. Sesuai dengan tujuan pembelajaran

C. Dengan menggunakan metode pengajaran yang tepat

D. Evaluasi hasil belajar

3) Anak berkebutuhan khusus yang memiliki kemampuan normal dapat

melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi dengan catatan …

A. Mampu membayar biaya pendidikan

35

Page 42: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

B. Memiliki ketrampilan dasar

C. Mendapat dukungan dari orang tua

D. Mengikuti pendidikan secara inklusif di sekolah umum sejak sekolah dasar

4) Salah satu jenis program khusus dalam pendidikan bagi anak berkebutuhan

khusus adalah …

A. BKPBI bagi anak tunarungu

B. Penjas adaptif bagi anak tunanetra

C. Terapi prilaku bagi anak tunagrahita

D. Bimbingan karir bagi anak tunalaras

5) Kurikulum pada SDLB tunagrahita ringan& sedang, tunadaksa sedang, dan

tunaganda dirancang sangat sederhana dan sesuai dengan batas kemampuan

anak dan menggunakan pendekatan …

A. Terapeutik

B. Holistik

C. Kompetitif

D. Tematik

6) Yang dimaksud dengan sekumpulan mata pelajaran yang bertujuan

mengembangkan kemampuan akademik anak sesuai dengan standar nasional

pendidikan adalah ...

A. Materi kompensatoris

B. Materi akademik

C. Materi vokasional

D. Materi pengembangan

7) Tujuan akhir dari diberikannya materi kompensatoris bagi anak berkebutuhan

khusus adalah...

A. Pelengkap materi kurikulum

B. Memenuhi tuntutan kurikulum standar nasional

C. Mengoptimalkan peran anak dalam hidup bermasyarakat

D. Meningkatkan motivasi belajar anak

8) Bagi anak berkebutuhan khusus dengan layanan pendidikan program semi

akademik. Pada mereka tidak dituntut untuk …

A. Menguasai materi 100%

36

Page 43: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

B. Mengukti proses pembelajaran secara keseluruhan

C. Mengikuti ulangan sekolah

D. Mengikuti ujian nasional

9) Salah satu kendala yang dihadapi dalam implementasi kurikulum di Sekolah

Luar Biasa (SLB) adalah dalam hal dibawah ini, kecuali …

A. Masih lemahnya diagnosis kebutuhan anak

B. Masih kurangnya kompetensi guru

C. Perumusan kompetensi pada tahap mikro masih dikacaukan dengan tujuan

instruksional

D. Kesulitan dalam pemilihan pengalaman belajar

10) Model yang pada kurikulum umum untuk mata pelajaran

tertentu ditiadakan total, karena tidak memungkinkan bagi ABK untuk dapat

berfikir setara dengan anak rata-rata disebut dengan model....

A. Model duplikasi

B. Model modifikasi

C. Model substitusi

D. Model omisi

F. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT

Setelah mengerjakan Evaluasi Formatif 1, bandingkanlah jawaban saudara dengan

kunci jawaban yang terdapat pada akhir unit ini. Untuk mengetahui tingkat

penguasaan saudara terhadap materi ini, hitunglah dengan menggunakan rumus:

Tingkat Penguasaan= jumlah jawaban yangbenar10

×100

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai: 90 – 100 = baik sekali 80 – 89 = baik 70 – 79 = cukup < 70 = kurang

Jika tingkat penguasaan saudara minimal 80%, maka saudara dinyatakan berhasil

dengan baik. Sebaliknya, bila tingkat penguasaan saudara kurang dari 80%, silakan

pelajari kembali uraian yang terdapat dalam sub-unit sebelumnya, khususnya pada

bagian yang belum saudara kuasai dengan baik, yaitu pada jawaban saudara yang

salah.

37

Page 44: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

38

Page 45: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

BAB IV

PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL

a. Konsep Dasar Program Pembelajaran Individual

Program Pembelajaran Individual (PPI) pada dasarnya merupakan dokumen tertulis

yang dikembangkan dalam suatu rencana pembelajaran bagi anak berkebutuhan

khusus. Berkenaan dengan hal ini Mercer and Mercer (dalam Rochyadi dan Alimin,

2005) mengemukakan bahwa “program individual menunjuk kepada suatu program

pengajaran dimana siswa bekerja dengan tugas-tugas yang sesuai dengan kondisi

dan motivasinya” .Sejalan dengan pernyataan itu Lynch (dalam Rochyadi dan

Alimin, 2005) menyatakan bahwa IEP merupakan suatu kurikulum atau merupakan

suatu program belajar yang didasarkan kepada gaya, kekuatan dan kebutuhan-

kebutuhan khusus anak dalam belajar Dengan demikian PPI pada prinsipnya adalah

suatu program pembelajaran yang didasarkan kepada kebutuhan setiap individu

(anak). Kedua pengertian tadi mengandung pengertian bahwa siswalah yang harus

mengendalikan program dan bukan program yang mengendalikan siswa. Para ahli

pendidikan sepakat bahwa salah satu pijakan dalam penyusunan program

hendaknya bertitik tolak dari kebutuhan anak, sebab anak adalah individu yang akan

dibelajarkan. Oleh karenanya masalah kebutuhan, perkembangan dan minat anak

menjadi orientasi di dalam mempertimbangkan penyusunan program.

Menurut Endang Rusyani (2009) PPI ini bertolak dari suatu pandangan yang

mengakui bahwa manusia merupakan mahluk individu. Individu mengandung arti

suatu kesatuan dari jiwa dan raga (a whole being) yang tidak terpisahkan satu sama

lain yang dikenal sebagai organisme. Di dalam organisme tersebut terdapat

dorongan (drives) yang bersumber pada kebutuhan-kebutuhan dasar (basic needs)

dan merupakan daya penggerak (motivation) untuk mempertahankan keutuhan

hidupnya (survive). Dorongan, kebutuhan dan motivasi tersebut sifatnya berbeda-

beda, dalam arti memiliki ciri khas tersendiri antara organisme yang satu dengan

yang lainnya. Pandangan ini pada dasarnya menghendaki agar kegiatan proses

39

Indikator Keberhasilan : Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan

dapat menguasai prosedur dalam perencanaan program pembelajaran individual

Page 46: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

pembelajaran lebih bersifat individual. Kebutuhan merupakan dasar timbulnya

tingkah laku individu. Pemenuhan kebutuhan untuk kelangsungan hidup individu

merupakan hal yang sangat mendasar. Dan kebutuhan belajar pada hakekatnya

merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan. Untuk itu PPI merupakan

cara yang tepat di dalam proses belajar mengajar anak luar biasa, khususnya di

dalam membelajarkan anak berkebutuhan khusus. Tajamnya perbedaan,

kompleknya masalah dan hambatan belajar yang dihadapi anak membawa

konsekuensi kepada kompetensi guru di dalam menyusun rencana pelajaran yang

mampu mengakomodasi kebutuhan mereka, Kegagalan di dalam mengakomodasi

kebutuhan akan berakibat buruk terhadap proses pembelajaran lebih lanjut para

anak. Oleh karena itu dalam pendidikan anak berkebutuhan khusus, PPI menjadi

sangat penting keberadaannya karena PPI merupakan cara yang senantiasa

berupaya mengakomodasi kebutuhan dari masalah yang dihadapi anak .

Program pembelajaran terindividualisasikan (PPI) dalam pembelajaran bagi ABK

merupakan kebutuhan dasar. Beberapa hal yang perlu dipahami tentang PPI adalah:

a. Alasan pelaksanaan PPI itu penting bagi ABK menurut Snell (1983, dalam

Ishartiwi, 2007), adalah: 1) semua ABK masih memiliki potensi untuk belajar;

2) semua ABK membutuhkan pembelajaran keterampilan, yang sesuai dengan

kebutuhan kehidupan sehari-hari di rumah dan di masyarakat; 3) sekolah

harus melaksanakan pembelajaran keterampilan fungsional, sesuai kebutuhan

individual; 4) prinsip-prinsip pengembangan perilaku secara universal, dapat

diterapkan sebagai metode pembelajaran; 5) penilaian hasil belajar dilakukan

secara informal (tidak penilaian kriteria standar), lebih sesuai diterapkan untuk

penilaian tingkah laku fungsional; dan 6) prosedur dan tujuan pembelajaran

disesuaikan dengan kemampuan anak.

b. Secara teoretis pembelajaran terindividualisasikan didefinisikan sebagai suatu

siasat (strategi) untuk mengatur kegiatan belajar setiap siswa. Pembelajaran

individual adalah rancangan pembelajaran yang dikembangkan untuk

memfasilitasi perbedaan individu. Pembelajaran individual merupakan siklus

pembelajaran berkelanjutan yang mencakup diagnosis, pelaksanaan

pembelajaran, dan evaluasi. Pembelajaran individual (individualized

instruction) merupakan salah satu model belajar yang memperhatikan

perbedaan individu.

40

Page 47: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

c. Pelaksanaan pembelajaran individual pada sekolah dengan siswa normal,

memberikan tanggungjawab kepada siswa untuk mengelola cara belajarnya

sendiri-sendiri. Bahan belajar diberikan kepada siswa berfungsi sebagai

panduan siswa memutuskan langkah-langkah pembelajaran. Penerapan

program pembelajaran individual dalam bidang PLB, didasarkan atas kondisi

ABK yang memiliki berbedaan karakteristik individual yang sangat mencolok

antara satu anak dengan lainnya. Karakteristik ini yang menyebabkan

kemampuan belajar ABK tidak dapat diprediksi berdasarkan kemampuan rata-

rata kelompok.

d. PPI dalam bidang PLB di Indonesia dikembangkan dari konsep Individualized

Educational Program (IEP). IEP sebagai suatu program yang utuh dan

menyeluruh dalam intervensi Individual with Special Needs. Program IEP

dimulai sejak anak datang di lembaga layanan, kemudian dilakukan identifikasi

kondisi anak dari semua aspek, penempatan di lembaga layanan anak yang

sesuai, pengembangan program, dan pelaksanaan evaluasi program. IEP

disusun oleh satu tim kerja yang terdiri dari berbagai ahli, yang bekerja sama

untuk menangani layanan ABK.

e. PPI diadopsi dari salah satu langkah IEP, yang disebut Individual Instructional

Desicion Making. Langkah ini berisi rancangan program intervensi tiap-tiap

individu ABK, dan pelaksanaannya sesuai dengan penempatan anak. Apabila

penempatan ABK pada lembaga sekolah, maka program berupa pembelajaran

terindividualisasikan. Adopsi PPI ini hanya diterapkan untuk tingkat sekolah

(mikro) dan disesuaikan dengan sistem pembelajaran SLB di Indonesia.

Prinsip yang dimodifikasi antara lain: a) PPI dikembangkan dan dilaksanakan

oleh guru. Keterlibatan pihak lain dalam PPI hanya insidental bukan sebagai

tim kerja, dan b) komponen PPI terbatas untuk intervensi ABK di sekolah.

B. Perencanaan Program Pembelajaran Individual

Langkah- langkah pengembangan rancangan PPI setidaknya memperhatikan

6 (enam), yaitu: a) asesmen, 2) merumuskan tujuan jangka panjang, 3) merumuskan

tujuan jangka pendek, 4) menetapkan materi pembelajaran, 5) menetapkan kegiatan

pembelajaran, 6) evaluasi kemajuan hasil belajar. Uraian tiap-tiap langkah tersebut

sebagai berikut (Rocyadi dan Zaenal, 2003).

41

Page 48: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

Pertama, asesmen adalah upaya yang sistematis untuk mengetahui

kemampuan, kesulitan dan kebutuhan anak pada bidang tertentu. Hasil asesmen

dapat dijadikan bahan menyusun PPI. Asesmen untuk pendidikan ABK minimal

mencakup 4 (empat) bidang. Keempat bidang tersebut adalah: bidang akademik,

bidang menolong diri, bidang sensomotorik dan bidang perilaku adaptif.

Pelaksanaan asesmen anak retardasi mental dapat dilakukan melalui observasi dan

tes psikologis Ada dua bentuk observasi yaitu: 1) observasi secara realita kehidupan

anak, dan 2) observasi melalui kondisi yang sengaja diciptakan. Asesmen untuk

kepentingan program pembelajaran dapat dilakukan oleh guru.

Kedua, rumusan tujuan jangka panjang adalah pernyataan tentang

kinerja/perilaku yang diharapkan dapat dicapai oleh anak dalam kurun waktu satu

tahun, satu semester atau satu bulan.. Tujuan jangka panjang bersifat luas dan

belum tampak jelas hubungannya dengan hasil asesmen. Dengan demikian dapat

dimaknai bahwa tujuan jangka panjang dirumuskan berdasarkan prediksi

kompetensi yang akan dikembangkan. Namun demikian, keluasan dan kedalaman

kompetensi tersebut disesuaikan dengan kemampuan anak retardasi mental.

Ketiga, rumusan tujuan jangka pendek adalah penjabaran tujuan jangka

panjang dalam pernyataan spesifik berdasarkan kebutuhan belajar hasil asesmen.

Tujuan jangka pendek sebagai arah konkrit target perilaku yang mudah diukur pada

setiap pembelajaran. Tujuan jangka pendek memuat empat indikator yaitu: pelaku,

perilaku, kondisi dan kriteria. Target perilaku pada rumusan tujuan jangka pendek

bersifat keterampilan fungsional, atau sub keterampilan yang mendasarinya.

Keempat, penetapan materi pembelajaran adalah cakupan bahan ajar untuk

mencapai tujuan jangka pendek. Materi pelajaran disesuaikan dengan tingkat

kemampuan awal anak hasil asesmen. Materi pembelajaran berupa pengetahuan

dan keterampilan fungsional. Berdasarkan rumusan materi pembelajaran dapat

diketahui media/alat pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan anak.

Kelima, penetapan kegiatan pembelajaran adalah penataan kondisi eksternal

untuk menciptakan aktivitas belaja. Kegiatan pembelajaran dalam konteks PPI dapat

dilakukan dalam 3 (tiga) tahap, yaitu: a) kegiatan pembelajaran secara perorangan,

artinya seorang guru membelajarkan satu anak (1:1); b) kegiatan pembelajaran

dalam kelompok kecil, artinya seorang guru membelajarkan dua atau tiga anak

dalam satu kelas (1:2-3); dan c) kegiatan pembelajaran dalam kelompok besar,

artinya seorang guru membelajarkan lima lebih (1:5-lebih), namun kurang dari 10

42

Page 49: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

anak. Kegiatan belajar ABK, sebaiknya dilaksanakan melalui praktik di lingkungan

nyata, dan melalui berbagai permaianan. Setiap siswa dibantu untuk aktif melakukan

dan mencoba, barinteraksi dengan media pembelajaran yang disenangi anak.

Keenam, evaluasi kemajuan hasil belajar adalah cara dan prosedur penilaian

atau prosedur monitoring kemajuan belajar anak. Evaluasi pembelajaran ABK tidak

harus berupa tes tertulis, tetapi lebih bersifat observasi perilaku. Penilaian kemajuan

hasil belajar pada anak retardasi mental mencakup penilaian proses dan hasil. Cara

penilaian ini sesuai dengan autentic assesment, salah satunya melalui portofolio.

Evaluasi kemajuan hasil belajar dilakukan sepanjang proses pembelajaran,

menggunakan pengamatan dengan checklist.

C. Pelaksanaan program pembelajaran individual

Setelah program pembelajaran dibuat, selanjutnya adalah implementasinya dalam

kegiatan pembelajaran di sekolah. Dalam hal ini, guru harus mempertimbangkan

berbagai aspek dalam pelaksanaannya, yang memungkinkan program dapat

berjalan secara efektif. Menurut Vashit R.P (2004 dalam Haryanto 2010), guru perlu

mempersiapkan beberapa hal penting yang terkait dengan program, diantaranya:

a. Mencermati tujuan dan sasaran program yang akan dicapai, baik secara

umum ataupun khusus berkenaan dengan pembelajaran baik anak

berkebutuhan khusus di sekolah.

b. Materi dan lembar kegiatan, yang diperlukan selama pelaksanaan program

berlangsung di sekolah. Materi pembelajaran merupakan bagian penting yang

harus dipersiapkan, dengan memperhatikan kompetensi yang akan dicapai,

serta struktur dan ranah kurikulum yang dikembangkan.

c. Fasilitas dan sumber belajar, yaitu berupa media atau ruang sumber untuk

kegiatan pembelajaran. Media haruslah dapat dimanfaatkan secara optimal

dalam mendukung pencapaian tujuan, dan harus dibuat secara kreatif sesuai

dengan karakateristik kebutuhan siswa, misalnya untuk penyandang

tunarungu media yang berwarna-warni akan lebih menarik bagi anak yang

mengandalkan persepsi visualnya. Sedang ruang sumber merupakan satu

kebutuhan pembelajaran untuk anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah

umum (SD), yang dapat dijadikan tempat layanan pendidikan khusus.

d. Kalender pembelajaran. Selain memperhatikan kalender pendidikan secara

umum secara nasional dan tingkat daerah, kalender pelaksanaan program

43

Page 50: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

pembelajaran individual dapat dikembangkan sesuai kebutuhan dan kondisi

lingkungan sekolah masing-masing. Kegiatan dapat dilakukan pada siang

hari, atau pada waktu-waktu luang yang memungkinkan program dapat

berlangsung. Mungkin tidak harus tiap hari dilakukan, tetapi hanya dua atau

tiga hari dalam seminggu, pada hari-hari tertentu saja.

e. Sebelum pelaksanaan program dilakukan, maka perlu terlebih dahulu

dilakukan rapat koordinasi tim yang melibatkan berbagai unsur sekolah,

komite, dan orangtua siswa yang bersangkutan. Ini dilakukan terutama untuk

persiapan dan penentuan agenda kegiatan program.

Dengan mempersiapkan pelaksanaan program dengan sebaik-baiknya, maka

kompetensi yang diharapkan untuk mengatasi kesulitan akan lebih mudah

dicapai. Selama kegiatan berlangsung, guru bukan hanya berperan sebagai

pengajar, lebih dari itu adalah sebagai fasilitator dan motivator dalam

pelaksanaan program. Kegiatan juga harus dimonitor dan dievaluasi setiap saat

untuk melihat perkembangan atau kemajuan yang dicapai siswa, melalui

observasi ataupun tes. Secara periodik dapat dilakukan tes informal guna

memberikan umpan balikan dalam pelaksanaan program yang lebih baik.

Adapun dalam menerapkan Program Pembelajaran Individual (PPI), menurut

Ishartiwi (2007) seorang guru dapat memilih salah satu diantara 3 alternatif

dibawah ini, yaitu;

a. PPI bermodul (Modular Instruction), yaitu PPI yang difasilitasi dengan

perangkat lunak. PPI ini sesuai untuk ABK yang memiliki kemandirian belajar

(1 anak : 1 perangkat lunak pembelajaran). Anak berinteraksi secara mandiri

dengan perangkat lunak pembelajaran, sedangkan guru memberikan bantuan

hanya apabila diperlukan saja.

b. PPI melalui Pembelajaran Perorangan dengan Peralatan Khusus. Pilihan ini

merupakan penerapan PPI dengan penggunaan peralatan pembelajaran

khusus, yang dilengkapi dengan perangkat lunak dan implementasinya

difasilitasi oleh guru. PPI ini sesuai untuk pembelajaran perilaku khusus

(seperti: latihan berbicara, latihan motorik, latihan membaca). Dalam

Pembelajaran Perorangan ini, anak berinteraksi dengan peralatan belajar

khusus di bawah bimbingan guru (1 anak : 1 peralatan belajar : 1 guru);

44

Page 51: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

c. PPI dengan pendekatan transaksional (Transactional Instruction). PPI ini

dikembangkan dan diterapkan berdasarkan hasil asesmen kemampuan

sejumlah ABK yang setara dalam sesuatu kelompok, yang difasilitasi dengan

rancangan yang dksusun oleh guru, dan selama proses intervensi dilakukan

penyesuaian rancangan atas dasar respon siswa terhadap tindak

pembelajaran guru. Guru melakukan pemantauan secara terus-menerus

sepanjang rentang proses pembelajaran, dan menggunakan rentetan

keputusan transaksional berdasarkan respon belajar siswa yang tidak dapat

diprediksi itu, sebagai rujukan untuk melakukan penyesuaian sambil jalan (on-

going adjustments) dalam rangka optimasi perolehan belajar.

D. Rangkuman

1) Program Pembelajaran Individual (PPI) merupakan suatu kurikulum atau

merupakan suatu program belajar yang didasarkan kepada gaya, kekuatan dan

kebutuhan-kebutuhan khusus anak dalam belajar. Definisi ini mengandung

pengertian bahwa siswalah yang harus mengendalikan program dan bukan

program yang mengendalikan siswa.

2) Program pembelajaran individual merupakan komponen yang sangat penting

dalam layanan pendidikan anak berkebutuhan khusus, dengan alasan 1) semua

ABK masih memiliki potensi untuk belajar; 2) semua ABK membutuhkan

pembelajaran keterampilan, yang sesuai dengan kebutuhan kehidupan sehari-

hari di rumah dan di masyarakat; 3) sekolah harus melaksanakan pembelajaran

keterampilan fungsional, sesuai kebutuhan individual; 4) prinsip-prinsip

pengembangan perilaku secara universal, dapat diterapkan sebagai metode

pembelajaran; 5) penilaian hasil belajar dilakukan secara informal (tidak penilaian

kriteria standar), lebih sesuai diterapkan untuk penilaian tingkah laku fungsional;

dan 6) prosedur dan tujuan pembelajaran disesuaikan dengan kemampuan anak.

3) Pengembangan rancangan program pembelajaran individual dilaksanakan

dengan langkah-langkah a) asesmen, 2) merumuskan tujuan jangka panjang, 3)

merumuskan tujuan jangka pendek, 4) menetapkan materi pembelajaran, 5)

menetapkan kegiatan pembelajaran, 6) evaluasi kemajuan hasil belajar.

45

Page 52: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

E. Latihan

1) Kemukakan dengan bahasa saudara tentang definisi program pembelajaran

individual (PPI) dan tujuan dari PPI itu sendiri!

2) Susunlah sebuah contoh PPI baik tentang materi akademik maupun non

akademik sesuai dengan langkah-langkah rancangan PPI!

3) Jika saudara diminta untuk menerapkan PPI dengan menggunakan salah satu

pendekatan. Kemukakan pendekatan apa yang akan saudara gunakan dan apa

alasannya!

F. Evaluasi Formatif 3

Pilihlah salah satu alternatif jawaban yang paling tepat, pada setiap item

berikut ini;

1. Pijakan awal dari adanya program pembelajaran individual adalah ….

A. Bentuk ketidakpuasan atas kurikulum yang ada

B. Tuntutan orang tua

C. Kebijakan pendidikan nasional

D. Kebutuhan anak

2. Pendidikan yang memandang bahwa manusia adalah mahluk individu akan

berdampak pada …

A. Proses pembelajaran yang bersifat individual

B. Proses pembelajaran yang memisahkan individu yang satu dengan individu

yang lainnya.

C. Proses pembelajaran yang klasikal

D. Proses pembelajaran partisipatif

3. Alas an pentingnya program pembelajaran individual menurut Snell (1983)

adalah seperti dibawah ini, kecuali …

A. semua ABK masih memiliki potensi untuk belajar

B. materi pembelajaran dapat digeneralisasi

C. prosedur dan tujuan pembelajaran disesuaikan dengan kemampuan anak.

46

Page 53: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

D. penilaian hasil belajar dilakukan secara informal

4. Rancangan program intervensi tiap-tiap individu ABK, dan pelaksanaannya

sesuai dengan penempatan anak disebut dengan...

A. Prosedur PPI

B. Learning Process

C. Individual Instructional Decision Making

D. Lesson plan

5. Tujuan dari dilakukannya upaya yang sistematis untuk mengetahui kemampuan

kesulitan belajar dan kebutuhan anak pada bidang tertentu adalah …

A. Memperoleh masukan dari orang tua

B. Melengkapi persyaratan proses pembelajaran

C. Mengidentifikasi jenis ketunaan yang dialami

D. Mengumpulkan data awal sebagai dasar penyusunan program pembelajaran

6. Kegiatan pembelajaran dalam konteks PPI dapat dilakukan dalam 3 (tiga) tahap

dibawah ini, kecuali...

A. Kegiatan pembelajaran lintas kelas

B. kegiatan pembelajaran secara perorangan

C. kegiatan pembelajaran dalam kelompok besar

D. kegiatan pembelajaran dalam kelompok kecil

7. Evaluasi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus tidak harus dalam

bentuk tes tertulis, tetapi dapat juga dalam bentuk …

A. Skala rating

B. Angket

C. Observasi perilaku

D. Skala minat

8. Langkah pertama yang perlu dipersiapkan guru dalam persiapan PPI adalah

dengan kegiatan dibawah ini, kecuali …

A. Menyiapkan fasilitas dan sumber bahan

B. Melakukan pendekatan dengan siswa

C. Menyiapkan materi dan lembar kegiatan

D. Mencermati tujuan dan sasaran program yang akan dicapai.

47

Page 54: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

9. Salah satu fasilitas belajar yang diperlukan dalam pelaksanaan PPI adalah

dengan disediakannya …

A. Ruang khusus guru

B. Ruang praktek

C. Ruang sumber

D. Ruang free time

10.Pendekatan penerapan PPI dengan penggunaan peralatan pembelajaran

khusus, yang dilengkapi dengan perangkat lunak dan implementasinya

difasilitasi oleh guru adalah model pendekatan...

A. PPI bermodul

B. PPI transaksional

C. PPI pembelajaran perorangan dengan peralatan khusus

D. PPI tujuan instruksional khusus

G. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT

Setelah mengerjakan Evaluasi Formatif 3, bandingkanlah jawaban saudara dengan

kunci jawaban yang terdapat pada akhir unit ini. Untuk mengetahui tingkat

penguasaan saudara terhadap materi ini, hitunglah dengan menggunakan rumus:

Tingkat Penguasaan= jumlah jawaban yangbenar10

×100

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai: 90 – 100 = baik sekali 80 – 89 = baik 70 – 79 = cukup < 70 = kurang

Jika tingkat penguasaan saudara minimal 80%, maka saudara dinyatakan berhasil

dengan baik, dan saudara dapat dikatakan menguasai seluruh modul ini.

Sebaliknya, bila tingkat penguasaan saudara kurang dari 80%, silakan pelajari

kembali uraian yang terdapat dalam sub-unit sebelumnya, khususnya pada bagian

yang belum saudara kuasai dengan baik, yaitu pada jawaban saudara yang salah.

48

Page 55: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kurikulum memiliki kedudukan yang sangat strategis karena kurikulum disusun

untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Melalui kurikulum, sumber daya manusia

dapat diarahkan, dan kemajuan suatu bangsa akan ditentukan. Kurikulum harus

dikembangkan sesuai dengan tahap perkembangan anak, sesuai kebutuhan

pembangunan nasional, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

2. Kurikulum bagi anak berkebutuhan khusus sesuai berkembangan sesuai dengan

tuntutan zaman dimana kini anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus

permanen memiliki kesempatan yang luas untuk mengenyam pendidikan di

sekolah regular bahkan sampai pada perguruan tinggi.

3. Dengan melaksanakan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum dan teknik-

tekniknya diharapkan layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus

dapat berjalan optimal optimal dan mampu mengembangkan potensi-potensi

yang mereka miliki sebagai bekal dalam berperan serta di kehidupan

bermasyarakat.

B. Implikasi

Dalam upaya memberikan layanan pendidikan yang optimal bagi anak berkebutuhan

khusus, seorang guru atau sekolah perlu melakukan pengembangan-

pengembangan kurikulum agas lebih sesuai dan relevan dengan perkembangan

zaman dan kebutuhan siswa berkebuthan khusus yang beragam

Setiap anak pasti memiliki kebutuhan dan kemampuan yang berbeda-beda, sebagai

guru, kita dituntut untuk memilih kurikulum yang sesuai dengan anak, pada dasarnya

kurikulumlah yang menyesuaikan anak, bukan anak yang menyesuaikan pada

kurikulum.

Dalam ranah satuan pendidikan di sekolah. Guru perlu memiliki kompetensi dalam

perencanaan dan pelaksanaan program pembelajaran individual (PPI) sebagai

bentuk organisasi/pengembangan kurikulum bagi anak berkebutuhan khusus.

49

Page 56: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

C. Tindak lanjut

Setelah mempelajari modul ini, para guru diharapkan untuk mempunyai

pemahaman dan penguasaan tentang pengembangan kurikulum bagi pembelajaran

anak berkebutuhan khusus. Pada akhirnya hal ini akan dapat meningkatkan mutu

layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus baik di Sekolah Luar Biasa

(SLB) maupun di sekolah penyelenggara inklusi (inclusive school).

50

Page 57: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

KUNCI JAWABAN EVALUASI FORMATIF 1 1. C2. D3. B4. A5. D6. D7. B8. D9. C10. A

KUNCI JAWABAN EVALUASI FORMATIF 2

1. C2. A3. D4. A5. D6. B7. C8. D9. A10.D

KUNCI JAWABAN EVALUASI FORMATIF 3

1. D2. A3. B4. C5. D6. A7. C8. B9. C10. C

51

Page 58: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

DAFTAR PUSTAKA

Amin, M., 1995. Ortopedagogik Tunagrahita. Jakarta: Depdikbud, Ditjen Dikti, Proyek Pendidikan Guru.

Assjari, Musjafak .2010. Program Pembelajaran Individual. Jakarta: DITBIN SLB

Departemen Pendidikan Nasional (2003). Kurikulum 2004 : Naskah Akademik. Jakarta: Author.

Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa (2007). Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SDLB. Jakarta: Author.

Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

_____________. 2007. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung : Remaja Rosdakarya

Hernawan, H, Asep& Susilana, Rudi (2008). Modul Kurikulum dan Pembelajaran. Universitas Pendidikan Indonesia. Kurikulum dan Teknologi Pendidikan.

Haryanto ,2010. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Luar Biasa. Yogjakarta: Jurusan Pendidikan Luar Biasa Universitas Negeri Yogyakarta

Ifdali. 2010. Pendidikan Inklusi (Pendidikan Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus). Tersedia di : http://smanj.sch.id/index.php/arsip-tulisan-bebas/40-artikel/115-pendidikan-inklusi-pendidikan-terhadap-anak-berkebutuhan-khusus. diunduh pada : 9 Februari 2012

Ishartiwi. 2007. Model Pembelajaran Terindividualisasikan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Tersedia di : http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/ishartiwi-mpd-dr/makalah-model-pembelajaran-abk-3-8-sep-07.pdf. diunduh pada tanggal : 9 Februari 2012

Suparno .2007. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas

Sunardi .2010. Kurikulum Pendidikan Luar Biasa Di Indonesia Dari Masa Ke Masa. Jakarta: Puskur Balitbang Kemendiknas

Nasution S. 1993. Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003. tentang Sistem Pendidikan Nasional

Undang-undang Nomor 22 Tahun 2006. tentang Standar Isi Pendidikan

Rochyadi & Alimin, 2005. Pengembangan Program Pembelajaran Individual Bagi Anak Tunagrahita. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Direktorat P2TK dan KPT.

52

Page 59: Modul Pengembangan Kurikulum Abk(1)

Rusyani, Endang. 2009. Makalah : Pengembangan Model Pembelajaran Pendidikan Inklusif Melalui Program Pendidikan Yang Diindividualisasikan (Individualized Educational Program) Dan Sistem Pendukungnya. Tersedia di : http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195705101985031-ENDANG_RUSYANI/MODEL_PEMBELAJARAN_PEND_INCLUSIF.pdf. diunduh pada : 9 Februari 2012

Sofiyanti, Ai . 2010. Program Pembelajaran Individual Calistung. Bandung: PPPPTK TK dan PLB

Sukmadinata (2009). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Roosdakarya.

Yulianti. P.S (2010). Pengembangan Kurikulum sekolah Alam. Tersedia di : http://lib.uin-malang.ac.id/thesis/introduction/08760010-yulianti.ps . diunduh pada 9 Februari 2012

Yusuf, Munawir. 2011. Implementasi Pendidikan Inklusif melalui Adaptasi Kurikulum dan Pembelajaran. Tersedia di : bpdiksusjateng.files.wordpress.com. diunduh pada tanggal 10 februari 2012

53