modul iii analisis beban kerja _rwl & owas

54
Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tujuan Praktikum 1.1.1. Recommended Weight Limit (RWL) 1. Mengenal perhitungan RWL untuk perancangan pengangkatan beban. 2. Untuk mengetahui beban maksimal yang dapat diangkat oleh seorang operator. 3. Mengerti secara umum prinsip-prinsip kesehatan dan keselamatan kerja operator dalam dalam aktivitas pengangkatan material. 4. Mengetahui sistem pengangkatan material secara manual sehingga dapat mengevaluasi serta memberikan usulan rancangan fasilitas kerja yang lebih baik. 1.1.2. Ovako Oy Working Posture Analysis System (OWAS) 1. Dapat mengepaluasi dan menganlaisa sikap gerak tubuh pekerja / operator pada saat bekerja. 2. Mengetahui persentase penggunaan posisi lengan, kaki, dan punggung pada saat pengangkatan matrial secara manual. 3. Dapat menentukan aman atau tidaknya berat beban pada pengangkatan material secara manual. 1.2. Model Pemecahan Masalah 1.2.1. Recommended Weight Limit (RWL) 1. Star Pengenalan / pemilihan produk yang akan dikerjakan Melakukan latihan pengangkatan 2. Pengumpulan Data Melakukan pengambilan data untuk analisa berat objek dan identifikasi multiplier pada proses Manual Material Handling (MMH) 3. Pengolahan Data

Upload: ddhie87

Post on 02-Jul-2015

1.102 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

Page 1: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Tujuan Praktikum

1.1.1. Recommended Weight Limit (RWL)

1. Mengenal perhitungan RWL untuk perancangan pengangkatan beban.

2. Untuk mengetahui beban maksimal yang dapat diangkat oleh seorang

operator.

3. Mengerti secara umum prinsip-prinsip kesehatan dan keselamatan kerja

operator dalam dalam aktivitas pengangkatan material.

4. Mengetahui sistem pengangkatan material secara manual sehingga dapat

mengevaluasi serta memberikan usulan rancangan fasilitas kerja yang

lebih baik.

1.1.2. Ovako Oy Working Posture Analysis System (OWAS)

1. Dapat mengepaluasi dan menganlaisa sikap gerak tubuh pekerja / operator

pada saat bekerja.

2. Mengetahui persentase penggunaan posisi lengan, kaki, dan punggung

pada saat pengangkatan matrial secara manual.

3. Dapat menentukan aman atau tidaknya berat beban pada pengangkatan

material secara manual.

1.2. Model Pemecahan Masalah

1.2.1. Recommended Weight Limit (RWL)

1. Star

Pengenalan / pemilihan produk yang akan dikerjakan

Melakukan latihan pengangkatan

2. Pengumpulan Data

Melakukan pengambilan data untuk analisa berat objek dan identifikasi

multiplier pada proses Manual Material Handling (MMH)

3. Pengolahan Data

Page 2: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 2

Menghitung data untuk menentukan nilai RWL yaitu menentukan

berapa besarnya nilai RWL dan LI yang dilakukan oleh praktikan

dalam melakukan Manual Material Handling.

4. Analisa

Setelah data diolah lalu melakukan analisa apakah pekerjaan yang

dilakukan oleh praktikan termasuk dalam pekerjaan yang aman untuk

dilakukan atau tidak.

5. Kesimpulan

Melakukan penarikan suatu kesimpulan berdasarkan hasil praktikum

dan analisa.

6. Finis

Praktikan telah selesai melakukan penelitian / praktikum.

1.2.2. Ovako Oy Working Posture Analysis System (OWAS)

1. Star

Mengamati praktikan dalam melakukan pengangkatan dengan

menggunakan camera digital

2. Input Data posisi sikap kerja

Mengamati pergerakan punggung, lengan, kaki,

Berat beban

3. Pengolahan Data

Data tersebut diolah dengan menggunakan software OWAS

4. Data Out put

Setelah diolah maka keluar persentase penggunaan punggung, lengan,

kaki, dan berat beban, jenis kategori tindakan.

Rekomendasi untuk perbaikan

5. Finis

Praktikan telah selesai melakukan penelitian / praktikum.

Page 3: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 3

1.3. Flowcart

1.3.1. Recommended Weight Limit (RWL)

Gambar 1.1. Deskriptif prosedur praktikum analisis beban kerja

(Recommended Weight Limit / RWL)

Page 4: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 4

1.3.2. Ovako Oy Working Posture Analysis System (OWAS)

Gambar 1.2. Deskriptif prosedur praktikum analisis

Ovako Oy Working Posture Analysis System (OWAS)

1.4. Alat yang digunakan

1.4.1. Recommended Weight Limit (RWL)

1. Gambar aktivitas pengamatan

2. Format analisis pengamatan

3. Komputer

4. Software RWL / RULA

5. Alat tulis

1.4.2. Ovako Oy Working Posture Analysis System (OWAS)

1. Komputer

2. Alat tulis

3. Kamera digital

4. Software OWAS

Page 5: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 5

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Model RWL/LI

The National Institute for Occupational and Health (NIOSH) yang didirikan

pada tahun 1981, telah membuat persamaan yang dapat membantu bagi praktisi

agar dapat mengevaluasi suatu pekerjaan pengangkatan benda secara manual pada

posisi sagital, dengan memberikan fokus perhatian pada segi keselamatan dan

kesehatan bagi para pekerja. Persamaan yang dikeluarkan NIOSH membimbing

kita dalam memberikan suatu nilai beban angkatan teoritis yang disarankan untuk

pekerjaan mengangkat benda, yang disebut Recommended Weight Limit (RWL).

Karena ternyata persamaan tahun 1981 tersebut hanya bisa diterapkan pada

lingkup yang sempit, maka pada tahun 1991 NIOSH melakukan revisi dengan

maksud agar persamaan pengangkatan (lifting equation) ini dapat diterapkan

dalam lingkup yang lebih luas.

Persamaan yang dibuat tahun 1991 memberikan faktor pengali tambahan

dalam evaluasinya. Faktor pengali tambahan ini berupa perhitungan pergerakan

asimetrik dan faktor pegangan tangan (handle) sebagai fungsi coupling dalam

pekerjaan pengangkatan beban. Persamaan ini juga memberikan prosedur baru

untuk mengevaluasi pekerjaan dengan rentang waktu lebih lama dan frekuensi

lebih tinggi, dengan hasil yang lebih baik.

Tujuan dari persamaan pengangkatan ini adalah untuk mencegah terjadinya

cedera tulang belakang bagian bawah (low back pain, LBP) bagi pekerja dalam

melakukan aktivitas pengangkatan beban secara manual [Applications Manual for

The Revised NIOSH Lifting Equation, 1994].

2.1.1. Komponen-komponen Pembentuk Persamaan

Faktor pengali pada persamaan pengangkatan yang telah direvisi terdiri dari

enam koefisien yang digunakan sebagai pengurang konstanta beban berdasarkan

karakteristik kompensasi pengangkatan beban yang berbeda dari lokasi standar

pengangkatan beban atau kondisi yang optimal. Kondisi-kondisi atau faktor-faktor

ini telah diidentifikasikan sebagai salah satu atau lebih studi epidemiologi tentang

pengangkatan beban secara manual.

Page 6: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 6

Ke-enam pengali (koefisien) didapat dari sejumlah iterasi dimana koefisien

yang telah direvisi ini dipergunakan untuk memperkirakan beban yang boleh

diangkat. Beban yang didapat dari perhitungan ini selanjutnya dibandingkan

secara empiris dengan studi tentang psiko- fisik.

Lokasi standar pengangkatan beban disajikan dalam titik referensi tiga

dimensi untuk evaluasi sikap pengangkatan. Lokasi standar pengangkatan pada

tahun 1981 adalah :

Lokasi vertikal = 75 cm dari lantai

Lokasi horizontal = 15 cm dari titik pusat antar siku tangan.

Pada persamaan tahun 1991 ada sedikit perubahan menjadi :

Lokasi vertikal = 75 cm dari lantai (tidak ada perubahan)

Lokasi horizontal = 25 cm dari titik pusat antar siku tangan.

Perubahan pada lokasi horizontal menunjukan bahwa pada penelitian terbaru

diketahui bahwa 25 cm merupakan jarak minimum horizontal yang digunakan

oleh sebagian besar pekerja dalam melakukan pekerjaan pengangkatan beban,

dengan tidak tergantung pada bentuk tubuh. Adapun komponen-komponen

pembentuk persamaan tersebut adalah [Applications Manual For The Revised

NIOSH Lifting Equation, 1994] :

1. Konstanta Beban (LC)

Konstanta beban ditentukan berdasarkan pada maksimum beban yang

dibolehkan untuk diangkat pada lokasi standar dibawah kondisi yang optimum.

Pengertiannya adalah; pengangkatan dilakukan pada posisi sagital, dengan

frekuensi tidak terlalu sering, coupling yang baik dan lokasi perpindahan 25 cm.

Pemilihan konstanta beban didasarkan pada kriteria psiko-fisik dan biomekanik.

Pada tahun 1991, komite dari NIOSH mengestimasi bahwa pengangkatan beban

ekuivalen dengan konstanta beban dalam kondisi yang ideal dimana dapat

diterima oleh 75 % pekerja wanita dan 90 % pekerja pria dan gaya tekan terhadap

ruas-ruas tulang belakang kurang dari 3,4 kN.

Dalam persamaan yang telah direvisi tahun 1991, konstanta beban direduksi

dari 40 kilogram menjadi 23 kilogram. Reduksi ini dilakukan karena

bertambahnya jarak minimum horizontal dari 15 cm menjadi 25 cm pada posisi

standar pengangkatan. Konstanta beban yang telah direvisi, menjadi 17 kg lebih

Page 7: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 7

ringan daripada sebelumnya. Namun dengan direvisinya jarak minimum

horizontal menjadi 25 cm, maka sebenarnya reduksi konstanta beban yang terjadi

hanya sebesar 1 kg saja.

Konstanta beban menjadi dasar dalam menilai batas maksimum beban yang

dapat diterima oleh 75 % pekerja wanita dan 90 % pekerja pria pada kegiatan

pengangkatan beban secara manual. Kesimpulan ini diperoleh berdasarkan

penelitian Snook dan Ciriello.

2. Faktor Pengali Horisontal (HM)

Studi tentang biomekanika dan psiko-fisik mengindikasikan bahwa semakin

besar jarak horizontal terhadap tulang belakang, maka semakin besar pula gaya

tekan terhadap lempeng (disk) dan menurunkan batas maksimum beban yang

boleh diangkat [Snook, Chaffin and Anderson 1984, Garg 1986]. Tegangan

kompresi axial pada tulang belakang selama pengangkatan beban secara umum

meningkat secara proporsional dengan jarak horizontal antara beban dengan

tulang belakang. Untuk melengkapi kriteria beban angkatan, pengali horizontal

ditetapkan sebagai berikut :

dimana : H = jarak horizontal dalam cm, atau

dimana : H = jarak horizontal dalam inci

3. Faktor Pengali Vertikal (VM)

Studi tentang biomekanika menjelaskan bahwa terjadinya tegangan lumbar

yang meningkat pada pengangkatan yang makin mendekati lantai (Chaffin 1969,

Bean dkk 1983). Studi-studi tentang fisiologi pengangkatan beban yang lebih

mendekati lantai menyebabkan makin meningkatkan pengeluaran energi (Fredrick

1959, Garg dkk. 1978).

Walaupun tidak ada data empiris yang secara langsung menghubungkan

suatu nilai spesifik tertentu dengan pengangkatan beban yang mendekati lantai,

komite pada tahun 1991 memberikan rekomendasi bahwa faktor vertikal

HHM /25

( )H/10HM =

Page 8: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 8

memberikan penurunan sebesar 22,5 % terhadap nilai beban yang boleh diangkat.

Pengurangan yang rasional dari beban yang mulai diangkat di atas 75 cm dari

lantai adalah berdasarkan data empiris dari studi psiko-fisik. Studi ini

mengindikasikan bahwa maksimum beban yang boleh diangkat (MAWL) oleh

pekerja akan menurun sejalan dengan peningkatan jarak vertikal yang lebih dari

75 cm dari lantai. [Snook 1978, Ayoub dkk. 1978, Snook dan Ciriello 1991]

(Sumber : Applications Manual For The Revised NIOSH Lifting Equation, 1994).

Komite tahun 1991 memilih nilai pengurang sebesar 22,5 % untuk mengurangi

MAWL pada pengangkatan

Beban pada tingkat-bahu (shoulder level) atau pada jarak vertikal 150 cm

(60 inch). Untuk pengangkatan beban tersebut hasil dari pengali vertikal adalah :

dimana : V = tinggi vertikal dalam cm

dimana : V = tinggi vertikal dalam inchi

4. Faktor Pengali Jarak (DM)

Hasil dari studi psiko-fisik memperkirakan terjadi penurunan 15 % terhadap

MAWL ketika total jarak perpindahan mendekati maksimum (benda diangkat dari

lantai sampai ke bahu). Hasil ini juga mengidentifikasikan peningkatan kebutuhan

fisikologis sejalan dengan peningkatan jarak pengangkatan [Aquilano 1968,

Khalik dkk, 1985], (Sumber : Applications Manual For The Revised NIOSH

Lifting Equation, 1994). Sehingga untuk pengangkatan dimana total jarak

perpindahan 25 cm ( 10 inch) dan kenaikan kebutuhan fisiologisnya tidak

signifikan, maka pengali haruslah konstan

Dengan begitu maka pengali jarak (DM) yang ditetapkan pada tahun 1991

oleh komite adalah :

dimana : D = total jarak perpindahan dalam cm

75-003,0-1 VVM

DDM /5,482,0

30-007,0-1 VVM

Page 9: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 9

dimana : D = total jarak perpindahan dalam inchi.

5. Faktor Pengali Asimetri (AM)

Pengangkatan asimetri adalah pengangkatan beban yang tidak pada bidang

sagital atau pengangkatan dimana benda kerja ditempatkan membentuk terhadap

bidang sagital. Sampai kini masih sedikit penyelidikan yang memberikan data

hubungan antara pengangkatan asimetri dengan kapasitas maksimum beban yang

dibolehkan untuk diangkat.

Maka pada tahun 1991, pengali asimetri ditentukan sebagai faktor pengali

yang mengurangi sekitar 30 % dari beban yang boleh diangkat pada pengangkatan

dengan sudut pergerakan 900. Faktor pengali yang ditetapkan oleh komite adalah :

Dimana : A = sudut asimetri yang dibentuk

Sudut asimetri adalah sudut yang menunjukan sejauh mana benda (objek)

dipindahkan dari depan (bidang mid-sagital) tubuh pekerja sampai ke titik tujuan.

Sudut asimetri terbuka antara garis asimetri dengan garis sagital yang

diproyeksikan pada bidang alas.

Gambar 2.1 Ukuran Variabel

(Sumber: Applications Manual For Revised NIOSH Lifting Equetion,1994)

DDM /8,182,0

AAM .0032,01

Page 10: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 10

(Manual For The Revised NIOSH Sumber: Aplication Lifting Eqution –1994)

Gambar 2.2 Sudut Asimetri

6. Faktor Pengali Coupling (CM)

Beban yang harus diangkat umumnya dilengkapi dengan suatu komponen

yang dimaksudkan sebagai alat pemegang pada saat pekerja hendak mengangkat

beban tersebut. Kegunaan dari komponen pelengkap ini adalah agar pekerja dapat

mengangkat beban dengan lebih baik. Selanjutnya komponen ini kita sebut

sebagai pegangan tangan (handle). Perpaduan kerja antara fungsi tangan pekerja

dengan handle yang ada inilah yang disebut dengan coupling.

Penyelidikan psiko-fisik menemukan bahwa terjadi pengurangan MAWL

pada pekerjaan pengangkatan beban yang tidak dilengkapi dengan handle yang

baik [Garg and Saxena 1980, Smith and Jiang 1984, Durry dkk. 1989]. Walaupun

penyelidikan ini tidak secara tepat menentukan besarnya tingkat pengurangan

yang terjadi, banyak kesimpulan yang menyatakan bahwa untuk beban yang

diangkat tanpa handle harus dilakukan reduksi antar 7 % hingga 11 %. Faktor

pengali coupling selengkapnya disajikan dalam Tabel 2.5. Komite juga membuat

consensus bahwa untuk coupling yang kurang baik maka faktor pengurangnya

tidak kurang dari 10 %. Jadi nilai faktor pengali (CM) adalah sebagai berikut :

90,09,000,1 atauatauCM

Page 11: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 11

Tergantung pada ketinggian vertikal dan kualitas coupling. Kategori kualitas

coupling adalah ; baik, cukup, atau kurang. Sedangkan kategori ketinggian adalah:

< 75 atau 75 cm (30 inch).

Tabel 2.1 Faktor Pengali Coupling.

Kualitas Coupling

Faktor Pengali V < 75 cm (30 V 75 cm (30 inch)

Baik 1,00 1,00 Cukup 0,95 1,00 Kurang 0,90 0,90

(Sumber: Application Manual For The Revised NIOSH Lifting equation, 1994)

7. Faktor Pengali Frekuensi (FM)

Untuk persamaan yang dibuat tahun 1991 telah dilakukan terhadap

penetapan faktor pengali frekuensi dalam bentuk tabel untuk lebih jelasnya Tabel

Frequency Multiplier dapat dilihat pada Lampiran Faktor pengali frekuensi pada

tabel tersebut didasarkan pada dua set data.

a. Data frekuensi pengangkatan dibawah 4 angkatan /menit menggunakan

data psiko-fisik dari Snock dan Cirello (1991) untuk memperoleh nilai

FM.

b. Data dengan frekuensi diatas 4 angkatan/menit menggunakan persamaan

Gang (1976) dalam memprediksi pengeluaran energi pada pengangkatan

beban untuk memperoleh nilai FM.

2.1.2. Formulasi Persamaan Recommended Weight Limit (RWL)

RWL merupakan nilai beban yang direkomenasikan untuk diangkat oleh

seorang pekerja pada saat melakukan kegiatan pengangkatan beban. Persamaan

ini merupakan revisi atas konsep Action Limit (AL) yang telah dikeluarkan oleh

NIOSH pada tahun 1981. Pada persamaan RWL tahun 1991 ditambahkan 2 faktor

pengali yang sebelumnya tidak diformulasikan. Kedua faktor pengali tersebut

adalah faktor asimetri dan coupling [Application Manual For The Revised NIOSH

Lifting Equation, 1994]. Formulasi persamaan RWL yang dimaksud dapat dilihat

pada tabel 2.6.

Page 12: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 12

Tabel 2.2 Formulasi Persamaan RWL

Komponen Metrik US Customary LC = Konstanta

HM = Pengali

Horizontal

VM = Pengali

Vertikal

DM = Pengali

Jarak

AM = Pengali

Asimetrik

FM = Pengali

Frekuensi

CM = Pengali

Kopling

23

(25/H)

VM = (1-0,003

V-75)

DM = 0,82 +

(4,5/D)

AM = 1 –

(0,0032A)

Dari tabel

Dari tabel

51 lb

(10/H)

VM = (1-0,0075 V-

30)

DM = 0,82 + (1,8D)

AM = 1 – (0,0032A)

Dari tabel

Dari tabel

(Sumber: Application Manual For The Revised NIOSH Lifting equation, 1994)

Keterangan :

RWL = Batas berat beban yang direkomendasikan.

H = Jarak horizontal antara titik tengah mata kaki dengan proyeksi

titik tengah benda.

V = Jarak vertikal antara telapak tangan dengan lantai

D = Jarak perpindahan vertikal antara titik asal dengan titik tujuan

A = Sudut putar.

2.1.3 Pembatasan pada Persamaan RWL/LI

Persamaan pengangkatan (lifting equation) yang dikeluarkan NIOSH pada

tahun 1991, khusus digunakan sebagai alat untuk evaluasi dan penilaian terhadap

resiko pengangkatan beban secara manual. Sebagai alat evaluasi, persamaan ini

dirancang untuk mendapatkan suatu nilai beban angkat yang sesuai menurut

kriteria biomekanika, fisiologi kerja maupun asumsi psiko-fisik yang telah

didefinisikan dimuka.

Berikut ini akan diidentifikasikan serangkaian set kondisi kerja dimana

aplikasi persamaan pengangkatan ini tidak akan memberikan hasil yang tepat

Page 13: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 13

(terlalu tinggi atau terlalu rendah) ([Application Manual For The Revised NIOSH

Lifting Equation, 1994].

1. Persamaan ini mengamsumsikan aktivitas pengangkatan material lainnya

dianggap tidak ada atau tidak membutuhkan pengeluaran energi yang

signifikan, khususnya pada pekerjaan yang tidak ada adalah seperti

mendekap beban, mendorong, menarik, membawa, berjalan dan

mendaki. Jika aktivitas itu ada maka harus dilakukan pengukuran denyut

jantung dan pengeluaran energi untuk mengetahui kebutuhan

metabolisme selama aktivitas berlangsung.

2. Persamaan ini tidak memasukkan faktor lain selain yang telah ditetapkan

selain kondisi yang tidak terduga, seperti harus mengangkat beban yang

sangat berat, jatuh atau terpeleset. Penambahan analisa biomekanika

diperlukan untuk menilai tegangan fisik (physical stress). Lebih lanjut,

jika lingkungan kerja tidak menguntungkan (seperti temperatur atau

kelembaban kurang baik) maka pengukuran metabolisme diperlukan.

3. Pekerjaan ini tidak dirancang untuk menilai pekerjaan yang dilakukan

dengan satu tangan, dalam posisi duduk, atau ditopang oleh lutut,

mengangkat pada ruang kerja terbatas, mengangkat orang, mengangkat

beban yang terlalu panas/dingin atau terkontaminasi, mengangkat dengan

kecepatan tinggi, dan lain-lain. Untuk kondisi seperti ini perlu diukur

lebih spesifik tentang biomekanika dan psiko-fisik. Persamaan ini

mengasumsikan bahwa koefisien static fiksiantar sol sepatu pekerja

dengan lantai adalah sekurang-kurangnya 0,4. Hal ini perlu agar dalam

pekerjaan tidak terjadi akibat terpeleset.

4. Persamaan ini mengasumsikan bahwa mengangkat dan menurunkan beban

mempunyai resiko yang sama terhadap cedera tulang belakang bagian

bawah. Asumsi ini tidak berlaku jika pekerja melemparkan beban ke

bagian yang lebih rendah dari tempatnya berdir

2.1.3. Lifting Index (LI)

Lifting Index (LI) menyatakan nilai estimasi relatif dari tingkat tegangan

fisik dalam suatu kegiatan pengangkatan manual [Aplication Manual For The

Resived NIOSH Lifting Equation, 1994]. Nilai estimasi tingkat tegangan fisik

Page 14: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 14

tersebut dinyatakan sebagai hasil bagi antara nilai beban-angkat (load weight)

dengan nilai RWL hasil perhitungan. Jadi nilai persamaan (LI) dapat dirumuskan

sebagai berikut :

2.1.4. Pengunaan RWL dan (LI) dalam Perencanaan Kerja

Nilai RWL dan (LI) dapat digunakan sebagai cara [Aplication Manual For

The Resived NIOSH Lifting Equation, 1994] :

1. Komponen-komponen pengali dapat digunakan untuk mengidentifikasi

masalah-masalah yang spesifik yang mungkin ada pada suatu pekerjaan.

Besaran relatif dari tiap komponen menunjukkan kontribusi relatif masing-

masing faktor pengali (missal : horizontal, vertikal, dan lain-lain).

2. Nilai RWL dapat digunakan sebagai pedoman melakukan re-desain pada

pekerjaan pengangkatan manual yang sudah ada. Atau pada pekerjaan

pengangkatan yang sama sekali baru. Sebagai contoh jika variabel

pekerjaan sudah tetap (fixed) maka agar tidak melampaui RWL harus

dilakukan optimasi pada variabel-variabel pekerjaannya.

3. Nilai (LI) dapat digunakan untuk menghitung besaran relatif tegangan fisik

pada suatu pekerjaan. Semakin besar nilai (LI) maka akan semakin sedikit

jumlah pekerja yang mampu secara aman bertahan melakukan pekerjaan

dalam tingkat tegangan tersebut. Jadi harus dilakukan perancangan stasiun

kerja yang lebih baik.

4. Nilai (LI) dapat digunakan untuk menetapkan prioritas dalam melakukan

perancangan ulang yang ergonomis pada serangkaian kegiatan kerja

pengangkatan manual. Pekerjaan dengan nilai (LI) yang lebih besar akan

menduduki urutan yang lebih utama untuk segera dilakukan perancangan

ulang.

2.2. OWAS (Ovako Working Posture Analysis System)

OWAS merupakan suatu metoda yang digunakan untuk mengevaluasi dan

menganalisa sikap gerak tubuh pekerja /operator pada saat bekerja. Mengenai

RWLL

LimitWeightcommendedWeightLoadLI

Re

Page 15: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 15

OWAS (Ovako Oy Worker Posture Analysis System), perkembangannya dimulai

tahun tujuh puluhan diperusahaan penghasil besi baja Ovako Oy Finlandia

(sekarang Fundia Wire), Kahru dan Nasman serta kawan-kawannya dan

Laboratorium kesehatan buruh Finlandia (Institut kesehatan kerja) yang telah

disediakan oleh Kuorinka dan lainnya. Pada kurun waktu 1977 Kahru dan kawan-

kawan memperkenalkan metode ini untuk pertama kalinya hanya klasifikasi sikap

tetapi dalam disertasi pada kurun waktu 1985 dari Stoffert menyempurnakannya

dengan metode evaluasi secara detail. Rata-rata tingkat kesamaan dalam

mengukur perbedaan sikap orang adalah 90% atau lebih, dan itu sudah tinggi.

Tesnya dilakukan pada 20 atau lebih jenis industri / perusahaan. (Kahru, 1981:1)

Metode OWAS dapat diterapkan pada ruang lingkup sebagi berikut :

1). Pengembangan suatu metode kerja atau workplace, untuk mengurangi

beban kerja terhadap otot dan tulang agar lebih aman dan produktif.

2). Perencanaan workplace dan metode kerja yang baru

3). Survey-survey ergonomis.

4). Survey-survey kesehatan kerja

5). Riset dan pengembangan.

2.2.1. Biomekanika dan Postur Tubuh

Tubuh manusia terdiri dari sitem jaringan, jaringan yang membentuk tubuh

yaitu tulang (skeletal) dan otot (muscular) atau bisa disebut dengan

Mosculoskeletal System adalah sistem jaringan yang mempengaruhi postur tubuh

dan pergerakan anggota tubuh.

Beban kerja otot dapat dipengaruhi oleh postur tubuh atau kerja anggota

tubuh yang lain. Jika cara kerja seseorang tidak sesuai dengan bagaimana otot itu

harus bekerja, misalnya salah posisi atau terlalu lama bekerja, maka akan terjadi

kelelahan (fatique) pada jaringan otot.

Dari tabel dibawah ini dapat dilihat tentang fungsi jaringan tulang dan otot

dalam membentuk postur tubuh.

Page 16: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 16

Tabel 2.3 Fungsi jaringan tulang dan otot terhadap postur tubuh

Sekeletal System Muscular System 1. Support

2. Proteksi atau perlindungan pada

jaringan tubuh yang sangat

penting seperti otak, jantung dan

paru-paru.

3. Bergerak (dengan tulang dan

persediaan yang diikat oleh otot)

1. Membuat gerakan pada tubuh dan

bagian tubuh (dengan bantuan

tulang)

2. Menjaga postur tubuh

3. Memproduksi panas (sel-sel otot

memproduksi panas untuk

menjaga temperatur tubuh)

(Sumber : Eko Nurmianto, Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikainya, hal 160)

2.2.2. Keseimbangan Tubuh

Postur tubuh dipengaruhi juga oleh gaya gravitasi yang bekerja pada setiap

anggota tubuh. Dalam kaitannya dengan postur tubuh dan kesetimbangan gerakan

(gerakan tubuh) maka pusat gravitasi (center of gravity) dari setiap anggota tubuh

harus jatuh pada bidang alas dasar sanggahan tubuh. Hal yang perlu

diperhatiuakan untuk menjaga kesetimbangan static equilibrium adalah sebagai

berikut :

a. Gaya keatas harus sama dengan gaya yang bekerja kebawah (termasuk

berat tubuh dan berat benda yang dipegang atau menempel pada tubuh).

b. Gaya kedepan (misalnya bungkuk kedepan) harus sama dangan gaya

kebelakang (peregangan otot punggung).

c. Momen yang searah jarum jam (misalnya beban yang tidak seimbang,

contohnya mengangkat ember berisi air dengan sebelah tangan) harus

sama dengan momen yang berlawanan arah jarum jam (otot pinggul dan

punggung).

2.2.3. Tulang Punggung

Tulang pungung dan tulang pinggul (pelvis) menjadi pendukung utama

dari bagaian tubuh di atasnya yang kemudian bebanya akan disebar menuju kaki

melalui persediaan pinggul.

Tulang punggung harus senantiasa tegak dan membungkuk huruf ‘S’

bentuk spinal postur seperti itu disebut dengan lordosis atau kebalikannya adalah

Page 17: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 17

kiposis. Bentuk postur seperti itu pada saat berdiri memberikan semacam struktur

pegas sehingga dapat menyerap tumbukan tiba-tiba pada badan atau dan

menyebarnya sepanjang sumbu vertikal. Pada saat duduk, pstur ‘S’ tersebut dapat

menahan getaran keras pada kendaraan dan tidak menimbulkan sakit punggung.

Postur ‘S’ dalam setiap aktivitas kerja harus dapat dipertahankan dengan

baik untuk memperoleh kenyamanan dan kesehatan kerja. Sehingga bagian-bagian

tulang punggung khususnya lumbar dan cervical, dimana bagian tersebut tida fix

pada posisi lordosis semata, tapi juga dapat bergerak kekanan dan kekiri.

Banyak cara untuk mempertahankan posisi tulang punggung supaya tetap

tegak, misalnya dengan cara meluruskan kaki pada saat duduk atau dengan

support pada limbar dan carvical.

2.2.4. Postur-postur Tubuh

Ada beberapa postur tubuh yang menjadi dasar dari pembahasan postur

tubuh secara keseluruhan yaitu berdiri, jongkok dan duduk.

2.2.4.1 Postur Berdiri

Pada dasrnya manusia tidak dapat berdiri lama dengan tegak, setelah

beberapa saat manusia akan bersandar pada sesuatu atau akan bergerak maju

mundur atau menggunakan kaki ketiga (tripedal) seperti tongkat atau lembing

untuk mempertahankan postur lordisis dari tulang punggung.

Dalam bekerja postur berdiri memiliki kelebihan-kelebihan antara lain :

a. Jangkauan yang lebih jauh

b. Berat tubuh dapat digunakan untuk memindahkan gaya pada tubuh

c. Ruang kaki yang dibutuhkan lebih sedikit

d. Kakik dapat digunakan untuk menahan getaran

e. Tekanan pada lumbar lebih rendah

f. Dengan berdiri, maka aktivitas otot dapat dikontrol

g. Kekuatan otot saat berdiri lebih besar daripada duduk atau setenagh duduk.

2.2.4.2 Postur Duduk

Posisi duduk lebih memberikan rusting position yang lebih banyak

dibandingkan dengan berdiri, namun demikian manusia juga tidak bisa

mempertahankan posisi lordosis tegak lurus menerus, shingga untuk

Page 18: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 18

mempertahankan posisi tersebut, perlu adanya sarana pendukung seperti sandaran

punggung pada kursi atau lumbar support.

Posisi duduk seperti itu juga dapat dipengaruhi oleh disain kusi yang tidak

sesuai dan tidak dapat mendukung postur dengan baik. Misalnya alas duduk dan

sandaran yang membentuk sudut terlalu datar (90o) dapat membungkukan badan

operator.

2.2.4.3 Postur Jongkok dan Berlutut

Posisi ini tidak banyak dilakukan oleh manusia dari belahan dunia Barat,

tapi banyak dilakukan oleh bangsa-bangsa Timur dan Afrika. Menurut manusia

Barat duduk dengan jongkok atau berlutut tidak sehat karena tidak membentuk

lordosis pada tulang punggung, namun distu sisi pernyataan tersebut tidak benar,

karena banyak cara yang dapat dilakukan saat duduk merendah tapi dapat

mempertahankan posisi lordosis tersebut.

Gambar 2.3 Skema hal-hal yang mempengaruhi postur kerja

(Sumber Eko Nurminto, Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, 1996, hal161)

Postur kerja dipengaruhi atau ditimbulkan dari tiga komponen utama, yaitu

Task Requirement atau persyaratan kerja, faktor personal dan disain ruang kerja

atau peralatan kerja. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.9.

Page 19: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 19

Tabel 2.5 Cotoh faktor yang dapat dipengaruhi postur kerja

Faktor Contoh

Persyaratan Tugas

Visual Manual Handling Waktu istirahat Jenis tugas dsb

Faktor personal

Umur Anthropometri Mobilitas kerja Kebugaran Berat badan dsb

Disain ruang kerja atau

peralatan kerja

Ukuran kursi Disain alat Pencahayaan dsb

(Sumber : Eko Nurminto, Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, 1996 hal 162)

Berikut ini adalah perihal penjelasan terhadap klasifikasi sikap bagian

yang diamati untuk evaluasi dan analisa dengan menggunakan metode OWAS :

a. Punggung (Back)

1. Lurus kedepan / kebelakang

2. Bungkuk ke depan / kebelakang

3. Memutar / bengkok kesamping

4. Bengkok dan memutar atau bengkok kedepan dan menyamping

b. Lengan (Arms)

1. Kedua tangan berada dibawah bahu

2. Satu tangan berada pada atau diatas bahu

3. Kedua tangan pada atau diatas bahu

c. Kaki (Legs)

1. Duduk

Page 20: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 20

2. Berdiri dengan dua kaki

3. Berdiri dengan berat pada satu kaki pada posisi lurus

4. Berdiri jongkok dengan kedua lutut

5. Berdiri atau jongkok dengan satu kaki berlutut

6. Berlutut pada satu atau kedua lutut

7. Berjalan maju

d. Berat Beban (Load)

1. Berat atau kekuatan yang dibutuhkan adalah 10 Kg atau kurang

2. Berat atau kekuatan yang dibutuhkan adalah lebih besar dari 10 Kg dan

kurang dari 20 Kg

3. Berat atau kekuatan yang dibutuhkan lebih besar dari 20 Kg

Dimana dengan OWAS, angkat beban sikap dan tingkat resiko dari masing-

masing bagian yang diamati ditentukan pada 4 tahap seperti dibawah ini: (Kahru,

1981:5)

AC 1 Pada tipe sikap beban ini tidak ada masalah pada skeletal otot. Tidak perlu

ada perbaikan

AC 2 Pada sikap ini berbahaya pada sistem skeletal otot. Perlu tindakan di masa

yang akan datang

AC 3 Pada sikap ini berbahaya pada sikap skeletal otot. Perlu perbaikan sesegera

mungkin

AC 4 Pada sikap ini sangat berbahaya pada sikap skeletal otot. Perlu adanya

perbaikan secara langsung.

2.2.5. OWASCA (Program Pelatihan)

Selain penjelasan ringkas tentang OWAS, yang menunjukkan gambaran

sikap dan juga membuat kode input sikap yang benar, dan juga dapat mengambil

keputusan sikap, berikut ini adalah tampilan Software OWASCA (Program

Pelatihan) Tahap untuk mengumpulkan data postur pekerja dari pengamatan di

lapangan yang mana terdapat pada gambar dibawah ini :

Page 21: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 21

(Sumber: Finland http//turva.me.tut.fi/OWAS)

Gambar 2.4 Tampilan Data Collection

Untuk menetapkan tahap kerja yang dilakukan objek penelitian (Pekerja). Untuk

penegasan tahap kerja dapat dilihat dibawah ini :

(Sumber: Finland http//turva.me.tut.fi/OWAS)

Gambar 2.5 Tampilan Penegasan Tahap Kerja

Pada tahap ini dinamakan tahap penegasan latar belakang dan informasi

penelitian, pada tahap ini ditentukan nama perusahaan, bagian/departemen

perusahaan yang diteliti, jenis pekerjaan yang akan diteliti, nama peneliti dan

penentuan waktu penelitian dan interval penelitian dalam satuan detik. Untuk

tahap penegasan latar belakang dan Iinformasi penelitian dapat dilihat pada

gambar dibawah ini :

Page 22: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 22

(Sumber: Finland http//turva.me.tut.fi/OWAS)

Gambar 2.6 Tahap Penegasan Latar Belakang dan Informasi Penelitian

2.2.6. OWASCO (Program Entri Data)

Berisi muatan tentang perintah untuk memasukkan data kode sikap dan

menggambar file data. Pada tahap ini peneliti mengamati para pekerja dan

menentukan postur pekerja saat melakukan pekerjaan serta dapat ditentukan

jumlah waktu dalam saat melakukan pekerjaan. Untuk memulai dalam penelitian

dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

(Sumber: Finland http//turva.me.tut.fi/OWAS)

Gambar 2.7 Tahap Memulai Penelitian

Page 23: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 23

2.2.7. OWASAN (Program Analisa Data)

Setelah data diinput kedalam program entri data maka secara otomatis

program analisa data akan terprogram dengan sendirinya adapun untuk tampilan

analisanya adalah berupa grafik.

Pada tahap ini ditentukan dalam bentuk persentase (%) untuk masing-masing

tahap kerja (Workphase) dari keseluruhan tahap kerja (Whole Workphase).

(Sumber: Finland http//turva.me.tut.fi/OWAS)

Gambar 2.8 Tampilan kategori untuk masing-masing pekerjaan

Pada tahap terakhir ini Program Software OWAS menentukan hasil dari

input data postur oleh peneliti meliputi bagian :

a. Punggung

b. Lengan

c. Kaki

d. Berat Badan

Ditentukan dengan presentase masing-masing bagian untuk semua postur

pekerjaan dalam satu atau semua kategori pekerjaan (misalnya pengangkatan,

membawa, dan sebagainya) Adapun penjelasan tentang penentuan hasil program

di atas dapat dilihat pada gambar berikut :

Page 24: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 24

(Sumber: Finland http//turva.me.tut.fi/OWAS)

Gambar 2.9 Tampilan grafik penentuan hasil

Keterangan :

Kategori 1 sampai dengan 4 adalah kategori untuk masing-masing tahap kerja.

AC 1 : Pada tipe sikap beban ini tidak ada masalah pada skeleletat

otot. Tidak perlu ada perbaikan

AC 2 : Pada sikap ini berbahaya pada sistem skeletat otot.

Perlu tindakan di masa yang akan datang.

AC 3 : Pada sikap ini berbahaya pada sikap skeletat otot. Perlu

perbaikan sesegera mungkin.

AC 4 : Pada sikap ini sangat berbahaya pada sikap skeletat otot. Perlu

adanya perbaikan secara langsung.

Page 25: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 25

BAB III

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.1. Pengumpulan Data

3.1.1 Pengumpulan Data RWL

Sebelum melakukan pengolahan data model RWL / LI, harus dilakukan

pengumpulan data pembentuk atau pengali RWL. Faktor faktor pengali tersebut

antara lain Load Constant, Horizontal Multiplier, Vertikal Multiplier, Distance

Multiplier, Asymmetricl Multiplier, Frequency Multiplier, Coupling Multiplier.

a. Berat Objek (L)

Data berat Crate sebagai objek kerja yang diperoleh dari hasil pengamatan

dilapangan adalah sebagai berikut :

Tampak Deapan

43 CM

36 CM

Coke

Minumlah

Tampak Samping

Gambar 3.1 Kemasan / Crate

Keterangan - Berat Kosong = 2 kg - Berat Isi = 25 kg

- Berisi 12 Botol

Page 26: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 26

Berat Crate rata-rata = 25 kg tinggi tumpukan Crate yang diangkat oleh

operator pada angkatan ke 1 sampai dengan ke 3 sedangkan pada angkatan ke - 3

tinggi tumpukan yang diangkat oleh pekerja adalah = 140. Untuk penelitian ini

hanya untuk angkatan crate yang ke 3 saja.

Gambar 3.2 Crate botol yang diangkat

b) Jarak Horizontal (H) Jarak horisontal yang diukur ada 2 macam yaitu, jarak horizontal

oringin (lokasi awal) dan horizontal destination (lokasi tujuan). Jarak

horizontal oringin adalah jarak yang dihitung dari titik tengah antara dua

kaki pekerja dengan titik proyeksi benda terhadap garis horizontal.

Sedangkan jarak horizontal destination, yaitu jarak yang dihitung dari titik

tengah antara dua kaki pekerja dari titik tengah benda pada saat akhir.

1). Pengangkatan di Lantai Gudang Pekerja

Jarak horizontal oringin pada proses pengangkatan crate adalah jarak

yang dihitung dari titik pusat crate dengan jarak antara dua kaki pekerja

/operator pada saat proses pengambilan crate dari lantai. Sedangkan jarak

Page 27: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 27

horizontal destination adalah jarak pusat kedua kaki pekerja / operator

dengan titik pusat crate pada saat proses pengambilan crate diatas

tumpukan crate.

Tabel 3.1 Jarak Horizontal 1

Jarak Horizontal 40 Jarak Horizontal 45

Gambar 3.3 Jarak Horizontal Oringin 1

Gambar 3.4 Jarak Horizontal Destination 1

c). Jarak Vertikal (V) Jarak Vertikal yang diukur ada 2 macam. Ukuran pertama adalah vertikal

Oringin, yaitu jarak yang menyatakan ketinggian posisi Crate botol Oringin.

Untuk kedua adalah jarak Vertikal destination, yaitu jarak ketinggian Crate botol

setelah diletakan di Crate yang terakhir atau tumpukan Crate dimobil. Besarnya

nilai jarak pertikal tersebut dapat ditabelkan sebagai berikut :

Page 28: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 28

Tabel 3.2 Jarak Vertikal 1

Jarak Vertikal Origin 1 36 cm Jarak Vertikal Destination 1 72 cm

Jarak Verrtikal Origin

Gambar 3.5 Jarak Vertikal Origin 1

Jarak Vertikal Destination

Gambar 3.6 Jarak Vertikal Destination 1

d). Jarak Perpindahan (D) Jarak perpindahan yang dimaksud pada pekerjaan ini adalah jarak antara

ketinggian pada posisi awal dengan ketinggian benda pada posisi akhir. Sehingga

dalam perhitungan RWL, jarak perpindahan (D) dinyatakan sebagai selisih antara

jarak Vertikal oringin dengan jarak Vertikal destination, besarnya nilai jarak

perpindahantersebut dapat dihitung dengan Vertikal destination dikurangi dengan

Vertikal oringin. besarnya nilai jarak perpindahan tersebut dapat ditabelkan

sebagai berikut :

Page 29: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 29

Tabel 3.3 Jarak Perpindahan

Crate Botol Jarak Perpindahan 36 cm

Gambar 3.7 Jarak Perpindahan

Ket : Jarak Perpindahan = 72 – 36 = 36 cm

e). Sudut Asimetri (A) Yang dimaksud dengan sudut asimetri pada kegiatan-kegiatan berikut ini

adalah sudut yang dibentuk oleh garis sagital (garis lurus tetap di depan pekerja)

dengan garis asimetris (garis yang menunjukan arah pengambilan atau

penyimpanan benda). Pengukuran asimetri juga memerlukan 2 ukuran, yaitu

asimetri origin dan asimetri destination. Besarnya sudut origin pada pekerjaan ini

adalah 0o. Karena pada saat pengambilan Crate botol yang berada di atas Crate

tubuh pekerja tetap lurus sedangkan sudut asimetri destination yang dibentuk

sebesar 45o karena pekerja meletakan keranjang di atas Crate yang keempat.

Tabel 3.4 Sudut Asimetri 1

Sudut asimetri origin 1 0o Sudut Asimetri Destination 1 45o

Sudut Asimetri Origin

Page 30: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 30

Gambar 3.8 Sudut Asimetri Origin 1

Sudut Asimetri Destination

Gambar 3.9 Sudut Asimetri Destination 1

f). Frekuensi Angkatan (F) Perhitungan frekuensi angkatan diperoleh dari hasil perhitungan lamanya

waktu pengangkatan Crate botol dari lantai digudang keatas dan waktu

pemindahan Crate botol dari gudang ketumpukan Crate botol ketumpukan serta

waktu pengangkatan Crate botol pada proses penyusunan tumpukan Crate di

gudang. Jumlah angkatan per menit ini yang kemudian menjadi input untuk

menentukan nilai frekuensi angkatan (F) dengan cara melihat tabel frekuensi. Data

tersebut dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut ini:

Page 31: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 31

Tabel 3.5 Frekuensi Multiflier

Frekuens

(Lift / min)

(F)

Durasi Kerja < 1 hour < 1 – 2 hour < 2 – 8 hour

V<75 cm V=75 cm V<75 cm V=75 cm V<75 cm V=75 cm ≤ 0.2 1,00 1,00 0,95 0,95 0,85 0,85 0.5 0,97 0,97 0,92 0,92 0,81 0,81 1 0,94 0,94 0,88 0,88 0,75 0,75 2 0,91 0,91 0,84 0,84 0,65 0,65 3 0,88 0,88 0,79 0,79 0,55 0,55 4 0,84 0,84 0,72 0,72 0,45 0,45 5 0,80 0,80 0,60 0,60 0,35 0,35 6 0,75 0,75 0,50 0,50 0,27 0,27 7 0,70 0,70 0,42 0,42 0,22 0,22 8 0,60 0,60 0,35 0,35 0,18 0,18 9 0,52 0,52 0,30 0,30 0,00 0,15

10 0,45 0,45 0,26 0,26 0,00 0,13 11 0,41 0,41 0,00 0,23 0,00 0,00 12 0,37 0,37 0,00 0,21 0,00 0,00 13 0,00 0,34 0,00 0,00 0,00 0,00 14 0,00 0,31 0,00 0,00 0,00 0,00 15 0,00 0,28 0,00 0,00 0,00 0,00

>15 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,

(Sumber : Aplication Manual For Revised NIOS Lifting Equation, 1994)

Dari hasil pengamatan (peta pekerja dan mesin) diketahui bahwa bentuk

kerja merupakan intermitten, di mana tiap 48 detik waktu kerja dilakukan 6

angkatan diikuti oleh periode tambahan (recovery periods) sebesar 4 detik,

sehingga digunakan prosedur khusus dengan sampel periode kerja selama 100

detik.

a) Jumlah Angkatan Permenit

Untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan dalarm 1 angkatan dilakukan

perhitungan sebagai berikut :

Waktu kerja = 48 detik = 0,8 menit

tandet8

dettan125,0

det48tan6

angkaik

ikangka

ikangka

Page 32: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 32

f. Kualitas Coupling (C)

Gambar 3.10 Coupling Pengangkatan Crate

Pada gambar 3.10 memperlihatkan kondisi pengangkatan crate botol yang ada.

Bagian yang dicetak tebal pada gambar 4.10 merupakan langkah-langkah

menentukan kualitas coupling yang sesuai dengan kondisi yang ada.

Pada pengangkatan di crate ini bisa dikatakan baik (Good). Jadi nilai CM

adalah 1.00. Langkah-langkah penentuan kualitas coupling dapat dilihat pada

tabel CM di bawah ini :

Tabel 3.5 Coupling Multiplier

COUPLING MULTIPLIER COUPLING CM

TYPE V < 75 cm V > 75 cm Good 1.00 1.00 Fair 0.95 1.00 Poor 0.90 0.90

3.1.2 Pengumpulan Data Sikap Kerja Dengan Metode OWAS

Data yang diperlukan untuk pengolahan data dengan menggunakan

metode OWAS (Ovako Oy Worker Posture Analysis System) adalah gerakan-

gerakan pekerja saat melakukan pengambilan dan peletakan Crate Botol di lantai

gudang kelantai truk, pekerja. dan pengambilan dan peletakan Crate botol dari

bawah lantai truk untuk disusun.

1) Pengangkatan dilantai keatas tumpukan crate ke 2

a) Proses pengambilan di lantai.

Adalah proses pengambilan Crate Botol dari lantai untuk ditumpuk ke atas

tumpukan crate yang ke 2, yang berada di lantai.

b) Proses peletakan di tumpukan crate.

Adalah proses peletakan Crate Botol ke atas ketumpukan crate ke 2.

Page 33: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 33

3.1.3 Pengangkatan di lantai Gudang Pekerja

Kriteria Proses Pengambilan di lantai gudang.

1) Badan membungkuk ketika akan mengambil Crate Botol pada lantai (

Punggung)

2) Kedua tangan berada di bawah bahu ketika akan mengambil Crate Botol

pada lantai (Lengan).

3) Berdiri dengan kedua kaki (Kaki).

4) Berat beban yang diangkat 25 kg (Beban).

Kriteria Proses Peletakan di tumpukan crate.

1) Badan memutar ketika meletakan Crate Botol di atas tumpukan crate.

(Punggung)

2) Dua tangan berada di atas bahu ketika meletakan Crate Botol di atas

tumpukan crate. (Lengan).

3) Berdiri dengan kedua kaki (Kaki).

4) Berat beban yang diangkat 25 kg (Beban).

3.2. Pengolahan Data

3.2.1 Pengolahan Data RWL

Perhitungan model RWL/LI secara manual pengangkatan crate.

Adapun variable yang digunakan dalam perhitungan adalah sebagai berikut :

1) Beban objek (L) = 25 kg

2) Horizontal (H) Origin = 40 Cm

3) Horizontal (H) Destination = 45 Cm

4) Vertical (V) Origin = 36 Cm

5) Vertcal (V) Destination = 72 Cm

6) Distance D = 36 Cm

7) Asymetri Origin = 45 o

8) Asymetri Destination = 40 o

9) Lipting Frekuensi = 2

10) Coupling Klsification = Good (1,00)

Page 34: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 34

1. RWL Awal (Origin)

a. Menentukan Nilai Horizontal Multiplier (HM)

HM = H25

HM = 63.04025

b. Menentukan Nilai Vertikal Multiplier (VM)

VM = )75003,0( V

VM = 12,0)7536003,0(

c. Menentukan Nilai Distance Multiplier (DM)

DM = 0,82 + (4,5/D)

DM = 0,82 + (4,5/36) = 0,95

d. Nilai Asymetri Multplier (AM)

AM = (1 - (0,0032 x A)

AM = (1 – (0,0032 x 45) = 0,86

e. Menentukan nilai Coupling Multiplier (CM)

Dengan kondisi objek yang baik dan jarak yang ditempuh < 75 cm dan

coupling membentuk sudut 90o maka lihat tabel 2.8 diperoleh nilai CM

adalah 1

f. Menentukan Nilai Frekuensi Multiflier (FM) 0.75

g. Menentukan Nilai Recommended Weight Limit (RWL)

RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM

RWL = 23 x 0,63 x 0,12 x 0,95 x 0,86 x 0.75 x 1.00 = 27,06

h. Menentukan Nilai Lifting Indeks (LI)

92,006,27

25

RWLLLI

Kesimpulan :

Lifting Indeks pada pekerjaan Horizontal Oringin bernilai < 1, maka

pekerjaan tidak perlu perbaikan dimasa yang akan datang.

2. RWL Akhir (Destination)

a. Menentukan Nilai Horizontal Multiplier (HM)

Page 35: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 35

HM = H25

HM = 56.04525

b. Menentukan Nilai Vertikal Multiplier (VM)

VM = )75003,0( V

VM = 01,0)7536003,0(

c. Menentukan Nilai Distance Multiplier (DM)

DM = 0,82 + (4,5/D)

DM = 0,82 + (4,5/36) = 0,95

d. Nilai Asymetri Multplier (AM)

AM = (1 - (0,0032 x A)

AM = (1 – (0,0032 x 45) = 0,87

e. Menentukan nilai Coupling Multiplier (CM)

Dengan kondisi objek yang baik dan jarak yang ditempuh < 75 cm dan

coupling membentuk sudut 90o maka lihat tabel 2.8 diperoleh nilai CM

adalah 1

f. Menentukan Nilai Frekuensi Multiflier (FM) 0.75

g. Menentukan Nilai Recommended Weight Limit (RWL)

RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM

RWL = 23 x 0,56 x 0,01 x 0,95 x 0,87 x 0,75 x 1 = 27,11

h. Menentukan Nilai Lifting Indeks (LI)

92,011,27

25

RWLLLI

Kesimpulan :

Lifting Indeks pada pekerjaan Horizontal Destination bernilai < 1, maka

pekerjaan tidak perlu perbaikan dimasa yang akan datang.

3.2.2 Pengolahan Data OWAS (Ovako Oy Worker Posture Analysis Sistem)

Data OWAS yang dibutuhkan adalah postur tubuh pada saat proses

pengambilan /pengangkatan dan peletakan crate botol dari lantai keatas tumpukan

crate yang kedua, pengangkatan crate botol pada proses penyusunan tumpukan

Page 36: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 36

crae digudang. Di mana posisi postur tubuh ini menahan beban pada tangan

berupa beban vertikal (beban angkat). Beban ini berasal dari crate botol dengan

berat 25 kg untuk 1 orang pada proses pengangkatan crate botol di gudang.

Sedangkan pada pemindahan crate botol dari lantai gudang ketumpukan crate

yang kedua posisi postur tubuh menahan beban pada punggung berupa beban

vertikal (beban angkat), di mana beban ini berasal dari crate dengan berat 25 kg

(satu crate) dan 75 kg (3 crate) untuk satu orang.

Data ini diambil dengan meneliti pekerja yang melakukan pengambilan

dan peletakan di lantai gudang, Hasil data tersebut kemudian dianalisa dan

dievaluasi dengan menggunakan metode OWAS. Di mana hal-hal yang diteliti

adalah :

a. Punggung (Back) 1). Lurus ke depan / ke belakang.

2). Bungkuk ke depan /ke belakang.

3). Memutar / bengkok ke samping.

4). Bengkok dan memutar atau bengkok ke depan dan menyamping.

b. Lengan (Arms) 1). Kedua tangan berada di bawah bahu.

2). Satu tangan berada pada atau di atas bahu.

3). Kedua tangan pada atau di atas bahu.

c. Kaki (Legs) 1). Duduk.

2). Berdiri dengan dua kaki.

3). Berdiri dengan berat pada satu kaki pada posisi lurus.

4). Berdiri jongkok dengan kedua lutut.

5). Berdiri atau jongkok dengan satu kaki berlutut.

6). Berlutut pada satu atau kedua lutut.

7). Berjalan maju.

d. Berat Beban (Load) 1). Berat atau kekuatan yang dibutuhkan adalah 20 / 25 kg.

2). Berat atau kekuatan yang dibutuhkan adalah 20 kg sampai 25 kg.

3). Berat atau kekuatan yang dibutuhkan adalah 30 kg.

Page 37: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 37

Tabel 3.6 Gerakan Prosee Pengambilan Crate di Lantai Gudang

Pengangkaan Observasi 1 2 3

Back 1. Straight 2. Bent 3. Twisted 4. Bent and Twisted Arms 1. Both below shoulder 2. One above shoulder 3. Both above shoulder Legs 1. Sitting 2. Stending on two legs 3. Standing on one leg 4. St on two bent knees 5. St on one bent knee 6. Keneling 7. Walking Load 1. < 10 Kg 2. < 20 Kg 3. > 20 Kg

Tabel 3.7 Gerakan Prosee Peletakan Crate di Atas Tumpukan Crete ke 2

Pengangkaan Observasi 1 2 3

Back 1. Straight 2. Bent 3. Twisted 4. Bent and Twisted Arms 1. Both below shoulder 2. One above shoulder 3. Both above shoulder Legs 1. Sitting 2. Stending on two legs 3. Standing on one leg 4. St on two bent knees 5. St on one bent knee 6. Keneling 7. Walking Load 1. < 10 Kg 2. < 20 Kg 3. > 20 Kg

Setelah data dimasukan dan diolah ke dalam Software OWAS, maka

diperoleh hasil sebagai berikut :

Page 38: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 38

3.2.2.1 Posisi Sikap Kerja Dalam Setiap Kategori

3.2.2.1.1 Pengangkatan di Gudang

a) Proses pengambilan di lantai gudang

Berikut ini adalah gambar input data pada Software OWAS yang dimasukan

berdasarkan sikap gerak tubuh pekerja pengangkatan pada saat melakukan

pengambilan crate botol dari lantai gudang keatas tumpukan crate di gudang.

Pengamatan dilakukan sebanyak 50 kali observasi pengangkatan. Oleh karena itu

setiap sikap gerak tubuh menghasilkan nilai, frekuensi dan persentase seperti pada

gambar 3.11 berikut ini :

Gambar 3.11 Input data posisi sikap kerja aktivitas pengarnbilan crate dilantai gudang

Benrikut ini adalah gambar output Recommendations For Actions software

OWAS dari data sikap gerak tubuh yang dilakukan pada saat pengambilan Crate

botol dari lantai ketumpukan crate di gudang. Gambar tersebut menampilkan

pengelompokan sikap gerak tubuh ke dalam suatu kategori, dan dapat

menjelaskan apakah sikap pekerja 1 pada saat melakukan pengambilan crate botol

dapat menimbulkan cedera pada otot atau tidak, hal tesebut dapat diketahui

dengan melihat kategori dari kegiatan pengangkatan tersebut. Seperti pada gambar

3.12

Page 39: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 39

Gambar 3.12 Output data aktivitas pengambilan crate dilantai gudang

Berikut ini adalah tabel aktivitas data berdasarkan sikap gerak tubuh

pekerja 1 pada saat melakukan pengambilan crate botol dari tumpukan crate

dilantai gudang, Label ini juga menampilkan frekuensi sikap tubuh, persentase

sikap tubuh dan juga pengelompokan sikap tubuh ke dalam suatu kategori. Seperti

pada tabel 3.8 :

Tabel 3.8 Posisi Sikap Kerja Aktivitas pengambilan crate di gudang

Postur Frekuensi Persentase Kategori 2123 1 100 3

b) Proses Peletakan Diatas Tumpukan Crate Digudang

Berikut ini adalah gambar input data pada software OWAS yang

dimasukan berdasarkan sikap gerak tubuh pekerja 1 pada saat melakukan

peletakan crate botol ke atas tumpukan crate ke 2 digudang. Pada gambar ini

menampilkan sikap gerak tubuh ke dalam suatu angka, frekuensi gerak tubuh dan

persentase sikap gerak tubuh. Seperti pada gambar 3.13

Gam bar 3.13 Input data posisi sikap kerja aktivitas peletakan crate di gudang

Page 40: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 40

Berikut ini adalah gambar out put Recommendations For Actions software

OWAS dari data sikap gerak tubuh yang dilakukan pada saat peletakan crate botol

ke atas tumpukan crate ke 2 di gudang. Gambar tersebut menampilkan

pengelompokan sikap gerak tubuh ke dalam suatu kategori, dan dapat

menjelaskan apakah sikap peketja 1 pada saat melakukan peletakan crate botol

dapat menimbulkan cedera pada otot atau tidak, hal tesebut dapat diketahui

dengan melihat kategori dari kegiatan pengangkatan tersebut. Seperti pada gambar

3.14

Gambar 3.14 Output data aktifitas peletakan Crate digudang

Berikut ini adalah tabel aktivitas data berdasarkan sikap gerak tubuh

pekeja 1 pada saat melakukan peletakan crate botol ke atas tumpukan crate, tabel

ini juga menampilkan frekuensi sikap tubuh. persentase sikap tubuh dan juga

pengelompokan sikap tubuh ke dalam suatu kategori. Seperti pada tabel 3.9 :

Tabel 3.9 Posisi sikap kerja aktivitas peletakan crate di gudang

Postur Frekuensi Persentase Kategori 1323 1 100 1

c) Aktivitas Keseluruhan

Berikut ini adalah gambar input data pada software OWAS yang dimasukan

berdasarkan sikap gerak tubuh peketja 1 ketika melakukan kegiatan pengangkatan

crate botol di gudang secara keseluruhan. Pada gambar ini menampilkan sikap

gerak tubuh ke dalam suata angka, frekuensi gerak tubuh dan persentase sikap

geraktubuh. Seperti pada gambar 3.15 :

Page 41: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 41

Gamabar : 3.15 Posisi sikap kerja aktivitas keseluruhan

Berikut ini adalah gambar out put Recommendations For Actions software

OWAS dari data sikap gerak tubuh yang dilakukan pada saat pengangkatan crate

botol di gudang secara keseluruhan. Gambar tersebut menampilkan

pengelompokan sikap gerak tubuh ke dalam suatu kategori, dan dapat

menjelaskan apakah sikap pekerja 1 pada saat melakukan pengangkatan crate

botol di gudang dapat menimbulkan cedera pada otot atau tidak, hal tesebut dapat

diketahui dengan melihat kategori dari kegiatan pengangkatan tersebut Seperti

pada gambar 3.16.

Gambar 3.16 Output data aktivitas keseluruhan

Berikut ini adalah gambar output Action Categories software OWAS dari

keseluruhan aktivitas pekerja 1 dalam pengangkatan dan peletakan crate botol di

gudang. Gambar tersebut menampilkan pengelompokan sikap gerak tubuh

keseluruhan dalam suatu kategori, dari pengelompokan kategori tersebut dapat

menjelaskan apakah sikap pekerja 1 pada saat melakukan pengangkatan dan

Page 42: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 42

peletakan crate botol di lantai gudang dapat menimbulkan cedera pada otot atau

tidak, sehingga dapat diketahui apakah perlu dilakukan perbaikan pada kegiatan

pengangkatan tersebut atau tidak. Seperti pada gambar 3.17 :

Gambar 3.17 Action Categories untuk aktivitas keseluiuhan

Berikut ini adalah tabel aktivitas keseluruhan pada proses pengangkatan

crate botol di gudang, tabel ini juga menampilkan frekuensi sikap tubuh,

persentase sikap tubuh dan juga pengelompokan sikap tubuh ke dalam suatu

kategori. Seperti pada tabel 3.10

Tabel 3.10 Posisi Sikap Kerja Aktivitas keseluruhan

Postur Frekuensi Persentase Kategori 2123 1 100 3 1323 1 100 1

Contoh :

2 1 2 3

Angka di atas mengartikan :

3 = Memutar / bengkok ke samping

1 = Satu tangan berada pada atau di atas bahu

2 = Berdiri dengan dua kaki

3 = Berat yang dibutuhkan adalah 20 kg sampai 25 kg

Keterangan

Category I : Pada tipe sikap beban ini tidak ada masalah pada skeletal otot.

Tidak perlu ada perbaikan

Page 43: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 43

Category 2 : Pada sikap ini berbahaya pada sistem skeletal otot. Perlu tindakan

di masa yang akan datang

Category 3 : Pada sikap.ini berbahaya pada sikap skeletal otot. Perlu perbaikan

sesegera mungkin

Category 4 : Pada sikap ini sangat berbahaya pada sikap skeletal otot. Perlu

adanya perbaikan secara langsung

3.3 Usulan-usulan

3.3.1 Pengangkatan crate/penyusunan crate

Berdasarkan hasil pengolahan data di atas, maka usulan yang dianjurkan

kepada dalam melakukan penumpukan crate botol coca-cola dengan berat 25 kg

janagn terlalu tinggi dalam penyusunannya, sehingga pengangkatan crate tersebut

tidak menimbulkan cedera bagi pekerja pengangkatan itu sendiri. Selain itu juga

harus di buat alat untuk mengurangi terlalu tingginya pengankatannya/

penyusunan tumpukan crate botol. Untuk jarak angkatannya terlalu tinggi yaitu di

atas kepala pekerja itu akan berpengaruh pada keselamatan dan kesehatan pekerja

pengangkatan.

Page 44: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 44

BAB IV

ANALISA DAN KESIMPULAN

4.1. Analisa

4.1.1. RWL/LI

Dalam melakukan perhitungan RWL/LI, Praktikan menggunakan metoda

perhitungan dengan menggunakan rumus yang dikeluarkan oleh (Sumber:

Application Manual For The Revised NIOSH Lifting equation, 1994). Karena dalam

pengangkatan crate hanya dilakukan berdasarkan melihat dari jarak atau

ketinggian ankatan dan berat beban yang diangkat, jarak Horizontal, Pertikal

dalam melakukan pengangkatan secara manual.

Dari hasil penglahan data yang telah dilakukan dalam kegiatan

pengangkatan crate maka didapatkan hasil seperti dibawah ini :

1. RWL Awal (Origin) a. Menentukan Nilai Horizontal Multiplier (HM)

HM = H25

HM = 65.04525

b. Menentukan Nilai Vertikal Multiplier (VM)

VM = )75003,0( V

VM = 11,0)7536003,0(

c. Menentukan Nilai Distance Multiplier (DM)

DM = 0,82 + (4,5/D)

DM = 0,82 + (4,5/36) = 0,95

d. Nilai Asymetri Multplier (AM)

AM = (1 - (0,0032 x A)

AM = (1 – (0,0032 x 45) = 0,86

e. Menentukan nilai Coupling Multiplier (CM)

Dengan kondisi objek yang baik dan jarak yang ditempuh < 75 cm dan

coupling membentuk sudut 90o maka lihat tabel 2.8 diperoleh nilai CM

adalah 1

Page 45: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 45

f. Menentukan Nilai Frekuensi Multiflier (FM) 0.75

g. Menentukan Nilai Recommended Weight Limit (RWL)

RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM

RWL = 23 x 0,65 x 0,11 x 0,95 x 0,86 x 0.75 x 1.00 = 27,07

h. Menentukan Nilai Lifting Indeks (LI)

92,007,27

25

RWLLLI

2. RWL Akhir (Destination) a. Menentukan Nilai Horizontal Multiplier (HM)

HM = H25

HM = 56.04525

b. Menentukan Nilai Vertikal Multiplier (VM)

VM = )75003,0( V

VM = 09,0)7536003,0(

c. Menentukan Nilai Distance Multiplier (DM)

DM = 0,82 + (4,5/D)

DM = 0,82 + (4,5/36) = 0,95

d. Nilai Asymetri Multplier (AM)

AM = (1 - (0,0032 x A)

AM = (1 – (0,0032 x 45) = 0,87

e. Menentukan nilai Coupling Multiplier (CM)

Dengan kondisi objek yang baik dan jarak yang ditempuh < 75 cm dan

coupling membentuk sudut 90o maka lihat tabel 2.8 diperoleh nilai CM

adalah 1

f. Menentukan Nilai Frekuensi Multiflier (FM) 0.75

g. Menentukan Nilai Recommended Weight Limit (RWL)

RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM

RWL = 23 x 0,56 x 0,09 x 0,95 x 0,87 x 0,75 x 1 = 27,03

h. Menentukan Nilai Lifting Indeks (LI)

92,003,27

25

RWLLLI

Page 46: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 46

4.1.2. OWAS

Data ini diambil dengan meneliti gerakan-gerakan pekerja yang melakukan

pengambilan dan peletakan crate dilantai.

Hasil data tersebut kemudian dianalisa dengan menggunakan metode

Software OWAS.

4.1.2 Data OWAS (Ovako Oy Worker Posture Analysis Sistem)

Data OWAS yang dibutuhkan adalah postur tubuh pada saat proses

pengambilan /pengangkatan dan peletakan crate botol dari lantai keatas tumpukan

crate yang kedua, pengangkatan crate botol pada proses penyusunan tumpukan

crae digudang. Di mana posisi postur tubuh ini menahan beban pada tangan

berupa beban vertikal (beban angkat). Beban ini berasal dari crate botol dengan

berat 25 kg untuk 1 orang pada proses pengangkatan crate botol di gudang.

Sedangkan pada pemindahan crate botol dari lantai gudang ketumpukan crate

yang kedua posisi postur tubuh menahan beban pada punggung berupa beban

vertikal (beban angkat), di mana beban ini berasal dari crate dengan berat 25 kg

(satu crate) dan 75 kg (3 crate) untuk satu orang.

Data ini diambil dengan meneliti pekerja yang melakukan pengambilan

dan peletakan di lantai gudang, Hasil data tersebut kemudian dianalisa dan

dievaluasi dengan menggunakan metode OWAS. Di mana hal-hal yang diteliti

adalah :

e. Punggung (Back) 1). Lurus ke depan / ke belakang.

2). Bungkuk ke depan /ke belakang.

3). Memutar / bengkok ke samping.

4). Bengkok dan memutar atau bengkok ke depan dan menyamping.

f. Lengan (Arms) 1). Kedua tangan berada di bawah bahu.

2). Satu tangan berada pada atau di atas bahu.

3). Kedua tangan pada atau di atas bahu.

g. Kaki (Legs) 1). Duduk.

2). Berdiri dengan dua kaki.

Page 47: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 47

3). Berdiri dengan berat pada satu kaki pada posisi lurus.

4). Berdiri jongkok dengan kedua lutut.

5). Berdiri atau jongkok dengan satu kaki berlutut.

6). Berlutut pada satu atau kedua lutut.

7). Berjalan maju.

h. Berat Beban (Load) 1). Berat atau kekuatan yang dibutuhkan adalah 20 / 25 kg.

2). Berat atau kekuatan yang dibutuhkan adalah 20 kg sampai 25 kg.

3). Berat atau kekuatan yang dibutuhkan adalah 30 kg.

Tabel 4.1 Gerakan Prosee Pengambilan Crate di Lantai Gudang

Pengangkaan Observasi 1 2 3

Back 1. Straight 2. Bent 3. Twisted 4. Bent and Twisted Arms 1. Both below shoulder 2. One above shoulder 3. Both above shoulder Legs 1. Sitting 2. Stending on two legs 3. Standing on one leg 4. St on two bent knees 5. St on one bent knee 6. Keneling 7. Walking Load 1. < 10 Kg 2. < 20 Kg 3. > 20 Kg

Tabel 4.2 Gerakan Prosee Peletakan Crate di Atas Tumpukan Crete ke 2

Pengangkaan Observasi 1 2 3

Back 1. Straight 2. Bent 3. Twisted 4. Bent and Twisted Arms 1. Both below shoulder 2. One above shoulder 3. Both above shoulder Legs 1. Sitting 2. Stending on two legs

Page 48: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 48

3. Standing on one leg 4. St on two bent knees 5. St on one bent knee 6. Keneling 7. Walking Load 1. < 10 Kg 2. < 20 Kg 3. > 20 Kg

Setelah data dimasukan dan diolah ke dalam Software OWAS, maka

diperoleh hasil sebagai berikut :

4.2.2.1 Posisi Sikap Kerja Dalam Setiap Kategori

4.2.2.1.1 Pengangkatan di Gudang

a) Proses pengambilan di lantai gudang

Berikut ini adalah gambar input data pada Software OWAS yang dimasukan

berdasarkan sikap gerak tubuh pekerja pengangkatan pada saat melakukan

pengambilan crate botol dari lantai gudang keatas tumpukan crate di gudang.

Pengamatan dilakukan sebanyak 50 kali observasi pengangkatan. Oleh karena itu

setiap sikap gerak tubuh menghasilkan nilai, frekuensi dan persentase seperti pada

gambar 4.1 berikut ini :

Gambar 4.2 Input data posisi sikap kerja aktivitas pengarnbilan crate dilantai gudang

Benrikut ini adalah gambar output Recommendations For Actions software

OWAS dari data sikap gerak tubuh yang dilakukan pada saat pengambilan Crate

botol dari lantai ketumpukan crate di gudang. Gambar tersebut menampilkan

pengelompokan sikap gerak tubuh ke dalam suatu kategori, dan dapat

menjelaskan apakah sikap pekerja 1 pada saat melakukan pengambilan crate botol

Page 49: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 49

dapat menimbulkan cedera pada otot atau tidak, hal tesebut dapat diketahui

dengan melihat kategori dari kegiatan pengangkatan tersebut. Seperti pada gambar

4.3

Gambar 4.3 Output data aktivitas pengambilan crate dilantai gudang

Berikut ini adalah tabel aktivitas data berdasarkan sikap gerak tubuh

pekerja 1 pada saat melakukan pengambilan crate botol dari tumpukan crate

dilantai gudang, Label ini juga menampilkan frekuensi sikap tubuh, persentase

sikap tubuh dan juga pengelompokan sikap tubuh ke dalam suatu kategori. Seperti

pada tabel 4.3 :

Tabel 4.3 Posisi Sikap Kerja Aktivitas pengambilan crate di gudang

Postur Frekuensi Persentase Kategori 2123 1 100 3

b) Proses Peletakan Diatas Tumpukan Crate Digudang

Berikut ini adalah gambar input data pada software OWAS yang

dimasukan berdasarkan sikap gerak tubuh pekerja 1 pada saat melakukan

peletakan crate botol ke atas tumpukan crate ke 2 digudang. Pada gambar ini

menampilkan sikap gerak tubuh ke dalam suatu angka, frekuensi gerak tubuh dan

persentase sikap gerak tubuh. Seperti pada gambar 4.4

Page 50: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 50

Gam bar 4.4 Input data posisi sikap kerja aktivitas peletakan crate di gudang

Berikut ini adalah gambar out put Recommendations For Actions software

OWAS dari data sikap gerak tubuh yang dilakukan pada saat peletakan crate botol

ke atas tumpukan crate ke 2 di gudang. Gambar tersebut menampilkan

pengelompokan sikap gerak tubuh ke dalam suatu kategori, dan dapat

menjelaskan apakah sikap peketja 1 pada saat melakukan peletakan crate botol

dapat menimbulkan cedera pada otot atau tidak, hal tesebut dapat diketahui

dengan melihat kategori dari kegiatan pengangkatan tersebut. Seperti pada gambar

4.5

Gambar 4.5 Output data aktifitas peletakan Crate digudang

Berikut ini adalah tabel aktivitas data berdasarkan sikap gerak tubuh

pekeja 1 pada saat melakukan peletakan crate botol ke atas tumpukan crate, tabel

ini juga menampilkan frekuensi sikap tubuh. persentase sikap tubuh dan juga

pengelompokan sikap tubuh ke dalam suatu kategori. Seperti pada tabel 4.4 :

Page 51: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 51

Tabel 4.4 Posisi sikap kerja aktivitas peletakan crate di gudang

Postur Frekuensi Persentase Kategori 1323 1 100 1

c) Aktivitas Keseluruhan

Berikut ini adalah gambar input data pada software OWAS yang dimasukan

berdasarkan sikap gerak tubuh peketja 1 ketika melakukan kegiatan pengangkatan

crate botol di gudang secara keseluruhan. Pada gambar ini menampilkan sikap

gerak tubuh ke dalam suata angka, frekuensi gerak tubuh dan persentase sikap

geraktubuh. Seperti pada gambar 4.6 :

Gamabar : 4.6 Posisi sikap kerja aktivitas keseluruhan

Berikut ini adalah gambar out put Recommendations For Actions software

OWAS dari data sikap gerak tubuh yang dilakukan pada saat pengangkatan crate

botol di gudang secara keseluruhan. Gambar tersebut menampilkan

pengelompokan sikap gerak tubuh ke dalam suatu kategori, dan dapat

menjelaskan apakah sikap pekerja 1 pada saat melakukan pengangkatan crate

botol di gudang dapat menimbulkan cedera pada otot atau tidak, hal tesebut dapat

diketahui dengan melihat kategori dari kegiatan pengangkatan tersebut Seperti

pada gambar 4.7.

Page 52: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 52

Gambar 4.7 Output data aktivitas keseluruhan

Berikut ini adalah gambar output Action Categories software OWAS dari

keseluruhan aktivitas pekerja 1 dalam pengangkatan dan peletakan crate botol di

gudang. Gambar tersebut menampilkan pengelompokan sikap gerak tubuh

keseluruhan dalam suatu kategori, dari pengelompokan kategori tersebut dapat

menjelaskan apakah sikap pekerja 1 pada saat melakukan pengangkatan dan

peletakan crate botol di lantai gudang dapat menimbulkan cedera pada otot atau

tidak, sehingga dapat diketahui apakah perlu dilakukan perbaikan pada kegiatan

pengangkatan tersebut atau tidak. Seperti pada gambar 4.8 :

Gambar 4.8 Action Categories untuk aktivitas keseluiuhan

Berikut ini adalah tabel aktivitas keseluruhan pada proses pengangkatan

crate botol di gudang, tabel ini juga menampilkan frekuensi sikap tubuh,

persentase sikap tubuh dan juga pengelompokan sikap tubuh ke dalam suatu

kategori. Seperti pada tabel 4.5

Page 53: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 53

Tabel 4.5 Posisi Sikap Kerja Aktivitas keseluruhan

Postur Frekuensi Persentase Kategori 2123 1 100 3 1323 1 100 1

Contoh :

2 1 2 3

Angka di atas mengartikan :

3 = Memutar / bengkok ke samping

1 = Satu tangan berada pada atau di atas bahu

2 = Berdiri dengan dua kaki

3 = Berat yang dibutuhkan adalah 20 kg sampai 25 kg

Keterangan

Category I : Pada tipe sikap beban ini tidak ada masalah pada skeletal otot.

Tidak perlu ada perbaikan

Category 2 : Pada sikap ini berbahaya pada sistem skeletal otot. Perlu tindakan

di masa yang akan datang

Category 3 : Pada sikap.ini berbahaya pada sikap skeletal otot. Perlu perbaikan

sesegera mungkin

Category 4 : Pada sikap ini sangat berbahaya pada sikap skeletal otot. Perlu

adanya perbaikan secara langsung

4.2. Kesimpulan

4.2.1. RWL

Setelah pengolahan data dan analisis terhadap kegiatan pengangkatan crate

yang dilakukan oleh praktikan di lantai ke atas tumpukan kcrate ke 2 dengan

menggunakan metode RWL/LI (Recommended Weight Limit/Lifting Indek) dan

Software OWAS, maka dapat ditarik kesimpulansebagai berikut :

Nilai RWL/LI untuk pengangkatan crate dibagi kedalam dua kategori yaitu

: Ogrigin dengan nilai RWL ( 27,06 ) dan nilai LI ( 0,92 ). Distination dengan

nilai RWL ( 27,11 ) dan nilai LI ( 0,92 ). Sehingga dapat disimpulkan untuk

manual material handling (pengangkatan material/beban secara manual) dapat

Page 54: Modul III Analisis Beban Kerja _rwl & Owas

Risalah Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi

Encep Dedi Juandi T.I UNSUR Laboratorium Laboratorium Universitas Suryakancana Modul III - 54

dikatakan aman karena nilai Lifting Iindek (LI) < 1 maka pekerjaan dikategorikan

kedalam pekerjaan yang aman untuk dilakukan.

4.2.2. OWAS

Hasil analisis sikap gerak tubuh menggunakan software OWAS terhadap

proses pengangkatan di lantai ke atas tumpukan crate ke 2 terdapat satu postur

pengankatan yang termasuk kategori 1 (tidak ada masalah pada skeletal otot dan

tidak perlu ada perbaikan), yaitu pada saat aktivitas peletakan ke atas tumpukan

crate ke 2 (1 3 2 3). dan ada postur pengangkatan termasuk kategori 3 (berbahaya

pada skeletal otot dan perlu perbaikan sesegera mungkin), yaitu pada saat aktivitas

pengambilan crate botol (2 1 2 3) dimana proses pengambilan crate dengan

membungkuk dan memutar kesamping.

Berdasarkan pengolahan data dan analisis data yang telah dilakukan, maka

saran-saran yang diajurkan kepada pekerja adalah dibuatkan alat untuk membantu

pengangkatan agar tidak terlalu membungkuk saat mengambil crate dilantai, dan

juga untuk mengurangi resiko cedera pada pekerja maka kegiatan pengangkatan

crate ini harus dilakukan oleh pekerja yang sudah terlatih dan sudah terbiasa.