bab iii analisis komposisi a. proses penyusunan komposisi

56
9 BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi Komposisi “My Love Story” merupakan gambaran kisah cinta penulis semasa hidupnya dalam menempuh studi S1. Dalam menyusun komposisi “My Love Story” penulis menggunakan beberapa teknik seperti thrille untuk menggambarkan suasana riuh dan heboh. Teknik staccatto menggambarkan tanda serius. Teknik arpeggio digunakan penulis untuk menandakan guyonan dan senda gurau yang terjadi selama perbincangan antara penulis dan pasangan. Teknik eliminasi digunakan untuk menggambarkan suasana move on dimana kesedihan penulis semakin menghilang. Penulis menggunakan teknik word painting untuk menggambarkan teks melalui progresi akor dan langkah notasi. Ritme 1/8 digambarkan sebagai iringan melangkah. Dalam menentukan karakter, penulis tidak memakai leitmotif dalam proses penyusunan skripsi melainkan memakai pilihan tema karena pertimbangan penulis akan situasi dan suasana yang berubah-ubah sehingga penulis merasa lebih cocok dalam penggunaan tema. Jumlah instrumen musik yang digunakan sebanyak 8 instrumen, penulis memilih 8 instrumen karena keterbatasan waktu dan pemain. B. Konsep Penyusunan Komposisi “My Love Story” Komposisi musik program “My Love Story” merupakan sebuah karya komposisi yang merupakan representasi dari cerita maupun keadaan hati sang penulis. Komposisi ini merupakan cerita kisah cinta sang penulis selama menempuh studi S1 dan menemukan banyak pahit dan manisnya dalam hubungan percintaan penulis selama menempuh studi S1. Alur dari cerita komposisi musik program ini dibagi ke dalam tiga bagian berdasartkan urutan peristiwa.

Upload: others

Post on 22-Jan-2022

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

9

BAB III

ANALISIS KOMPOSISI

A. Proses Penyusunan Komposisi

Komposisi “My Love Story” merupakan gambaran kisah cinta

penulis semasa hidupnya dalam menempuh studi S1. Dalam menyusun

komposisi “My Love Story” penulis menggunakan beberapa teknik

seperti thrille untuk menggambarkan suasana riuh dan heboh. Teknik

staccatto menggambarkan tanda serius. Teknik arpeggio digunakan

penulis untuk menandakan guyonan dan senda gurau yang terjadi

selama perbincangan antara penulis dan pasangan. Teknik eliminasi

digunakan untuk menggambarkan suasana move on dimana kesedihan

penulis semakin menghilang. Penulis menggunakan teknik word

painting untuk menggambarkan teks melalui progresi akor dan langkah

notasi. Ritme 1/8 digambarkan sebagai iringan melangkah. Dalam

menentukan karakter, penulis tidak memakai leitmotif dalam proses

penyusunan skripsi melainkan memakai pilihan tema karena

pertimbangan penulis akan situasi dan suasana yang berubah-ubah

sehingga penulis merasa lebih cocok dalam penggunaan tema. Jumlah

instrumen musik yang digunakan sebanyak 8 instrumen, penulis

memilih 8 instrumen karena keterbatasan waktu dan pemain.

B. Konsep Penyusunan Komposisi “My Love Story”

Komposisi musik program “My Love Story” merupakan sebuah

karya komposisi yang merupakan representasi dari cerita maupun

keadaan hati sang penulis. Komposisi ini merupakan cerita kisah cinta

sang penulis selama menempuh studi S1 dan menemukan banyak pahit

dan manisnya dalam hubungan percintaan penulis selama menempuh

studi S1. Alur dari cerita komposisi musik program ini dibagi ke dalam

tiga bagian berdasartkan urutan peristiwa.

Page 2: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

10

Bagian pertama menceritakan tentang penulis yang baru

menginjakkan kakinya di dunia perkuliahan, penulis itu memiliki kisah

cinta di masa lalu dan melepaskan cintanya yang lalu. Ketika awal

tahun pertama kuliah, penulis dengan pribadi yang sanguine-

melankolis itu bertemu dengan banyak teman kuliah di dalam

berbagai organisasi dan tanpa menemukan cinta yang tidak sengaja

bertemu. Cinta itu tumbuh diantara penulis dan lelaki yang membuat

sang penulis jatuh cinta. Romantisme dalam hubungan percintaan

mereka merupakan romantisme yang tulus, cinta yang tidak

memandang teori, materi, fisik dan perkataan orang lain. Kisah cinta

mereka sungguh unik, mereka lebih memilih untuk menggunakan

“kasih” ketimbang “cinta”. Sang lelaki mengatakan cinta dengan

menggunakan kalimat “aku mengasihimu”. Kasih di dalam mereka

terus bertumbuh melewati berbagai persoalan hidup selama selama

hampir dua tahun. Cinta Kasih itu terasa bahagia sampai akhirnya

menyusut dan lebih memilih kandas di tengah perjalanan yang berbatu,

lalu meninggalkan semua kisah dibelakangnya.

Bentuk program yang digunakan dalam komposisi cerita ini adalah

narrative, yaitu komposisi musik yang disusun berdasarkan alur

ceritanya.

C. Analisis Bentuk dan Struktur Komposisi “My Love Story”

1. Bagian I “The Beginning”

Dalam komposisi ini terdapat pembukaan komposisi yang singkat

menandakan sebuah awal yang baru. Penulis memberikan tanda sukat 4/4

dan tiga birama sebagai pembukaan. Penulis menggambarkan sebuah awal

yang singkat, dan tidak mau terlalu lama mengenang masa lalu. Tanda

sukat 4/4 merupakan kehidupannya yang dulu sebelum memasuki kuliah.

Tanda sukat 4/4 menggambarkan hubungan penulis dengan kekasih yang

kandas pada bulan 4 tanggal 4.

Page 3: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

11

Gambar 3.1. Birama 1-3 Pembukaan

Cerita ini dimulai dengan tonalitas C mayor di 90 birama

mendeskripsikan tentang awal penulis menginjakkan kakinya didunia

perkuliahan. Birama ke-4 merupakan awal mula cerita dimulai,

menggunakan sukat ¾ dengan tempo sedang. Pada birama ke-4 sampai

birama 24 iringan piano menggambarkan tentang seorang penulis yang

sedang menikmati masa-masa awal kuliah dengan semangat.

Page 4: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

12

Gambar 3.2. Birama 4-23 Suasana awal kuliah

Birama ke-4 sampai birama ke-23 berisikan iringan piano dengan

melodi dari vibraphone. Melodi dari vibraphone merupakan gambaran

dari teman yang baru dikenal dan diajak berbincang.

Birama ke-24 merupakan perpanjangan dan pengulangan dari

birama ke-4 sampai birama ke-23 dan ditambahi instrument gesek. Birama

ini menggambarkan kehidupan yang mulai ramai dan berwarna, serta

beragam.

Di akhir dari birama ke-40 merupakan berakhirnya frase pertama.

Diakhiri dengan kadens I-iii-V-I. Cerita yang terdapat dalam frase ini

sekaligus berisikan cerita dari seorangpenulis yang mengenal lelaki yang

mengasihinya. Pada bagian dari frase ini, bumbu-bumbu cinta telah hadir

diantara mereka.

Memasuki birama ke-42 tokoh teman-teman yang mendukung

digambarkan oleh flute. Flute pada birama 42 ini menggunakan teknik

thrille untuk menggambarkan suasana heboh namun manis.

Page 5: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

13

Gambar 3.3. Thrille menggambarkan suasana heboh tetapi manis.

Memasuki birama 42 mempertanyakan keseriusan hubungan

mereka. Pada bagian ini muncul frase tanya jawab antara penulis dan

kekasihnya.

Page 6: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

14

Gambar 3.4 Penggambaran suasana tanya jawab

Page 7: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

15

Pada birama 81 memasuki tahap akhir dari bagian pertama komposisi “My

Love Story”. Memasuki birama ini, hubungan mereka yang dianggap baik-baik

ternyata tidak berjalan mulus sesuai yang diharapkan. Pertengkaran dan salah

paham yang timbul serta kisah manis yang pernah ada diantara mereka

digambarkan mulai memasuki birama 81. Hubungan yang dirasa baik tetapi justru

terkesan tarik ulur.

Page 8: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

16

Page 9: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

17

Gambar 3.5 Penggambaran suasana tarik ulur.

Penulis menggambarkan suasana tarik ulur dengan instrumen viola

yang bila dilihat pada music score terlihat seperti naik turun dan seperti

melangkah yang tidak ada akhir.

Page 10: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

18

Gambar 3.6 Birama 97.

Pada birama 97 terdapat modulasi ke D mayor yang berjarak 1 tone dari

tonalitas C mayor. Modulasi ini menggambarkan klimaks dari bagian pertama.

Penulis merepresentasikan klimaks dari bagian pertama ini sebagai akhir kisah

cinta mereka, yang semakin rumit, banyak pertengkaran, dan selalu bersahut-

sahutan dalam merespon dan menyikapi segala situasi dan keadaan yang ada

dalam kisah cinta mereka. Pemilihan tonalitas D oleh penulis karena kisah cinta

penulis berakhir di bulan Desember.

Page 11: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

19

Page 12: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

20

Gambar 3.6 Akhir Bagian Pertama.

Page 13: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

21

2. Bagian II “Spin the Memory”

Komposisi “Spin the Memory” merupakan lanjutan dari

komposisi bagian pertama “The Beginning”. Bagian ini menceritakan

tentang kesedihan yang dialami oleh penulis. Penulis yang berusaha

bangkit dari situasi tersebut mengalami jatuh bangun dalam

menyelamatkan perasaannya. Penulis terjebak dalam kesedihannya.

Komposisi ini bertanda sukat 4/4 dan dimainkan di tonalitas Eb mayor

dengan tempo q=60. Komposisi bagian II ini berbentuk free form.

Pembuka dari bagian II karya komposisi ini, menggambarkan

suasana yang hampir sunyi dan dibubuhi suara rintik air dari langit

menandakan akan turun hujan. Kesunyian digambarkan oleh instrumen

cello sementara rintik hujan dimainkan oleh instrumen piano.

Page 14: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

22

Gambar 3.7 Pembukaan karya komposisi bagian II

Tema 1 pada bagian II ini dimainkan oleh instrumen viola. Penulis disini memilih

menggunakan tema dikarenakan ada dinamika yang berubah di tiap bagian. Viola

tersebut digambarkan sebagai perasaan penulis. Instrumen cello mengiringi tema

1 digambarkan sebagai suasana sekitar yang tenang namun instrumen viola

digambarkan dengan keadaan pilu sedih. Akor yang digunakan mulai birama 10

adalah I – ii – V – I – ii – V – I sampai pada akhir frase.

Page 15: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

23

Gambar 3.8 Penggambaran tema .

Pada birama 18 dan 19 terdapat instrumen cello dan piano yang

menggambarkan suara petir yang ringan disertai angin.

Gambar 3.9 Menggambarkan suasana petir yang ringan.

Page 16: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

24

Pada birama 20, tema 1 kembali dimainkan bersamaan

dengan cello dan piano. Di birama ini tempo yang digunakan

adalah q=60. Bagian ini menceritakan tentang kesedihan penulis

yang sedang patah hati ditinggalkan orang yang dicintainya.

Penulis merasa dikhianati, penulis mulai mengingat kisah mereka

mengenangnya dalam kesepian. Setiap kenangan yang terbesit

dibenaknya semakin menyayat perih dihati.

Gambar 3.10 Menggambarkan tema 1 yang dimainkan oleh cello dan

piano.

Page 17: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

25

Pada birama 26 dan seterusnya menggambarkan usaha dari penulis yang

mau bangkit dari kesedihannya. Suasana disini seolah si penulis mengalami

perdebatan dalam nuraninya, ketika ingin bangkit lalu kenangan bersama

membuatnya tenggelam kembali dalam perasaan sedih. Bagaimanapun juga,

penulis tetap berusaha untuk bangkit.

Page 18: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

26

Gambar 3.11 Menggambarkan keadaan penulis yang berusaha keluar dari

kesedihan.

Penulis menggambarkan usaha bangkit melalui gambaran dari music score

yang tertulis. Di gambarkan ada keadaan notasi yang kosong untuk keadaan yang

sulit yang sepi ketika sedang berusaha mencari cara untuk keluar dari keadaan.

Notasi yang terlihat penuh di dalam music score merupakan keadaan yang

didukung oleh teman sekitar dan keluarga untuk bangkit dari keterpurukan.

Page 19: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

27

Pada birama 37 piano dan cello dimainkan bersamaan menggambarkan

keadaan yang hampir kosong karena jatuh lagi kedalam kesedihannya ketika

usahanya untuk keluar tidak terlalu berhasil.

Gambar 3.12 Menggambarkan suasana yang hampir kosong.

Page 20: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

28

Birama 45 – 52 merupakan perkembangan dari tema di birama 37- 44.

Gambar 3.13 Perkembangan tema dari birama 45 – 52.

Page 21: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

29

Gambar 3.14

Menggambarkan kenangan manis yang masih tertinggal dan dibalut

oleh perasaan gundah dan bimbang untuk melangkah.

Page 22: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

30

Pada birama 57 terdapat tema baru yang dimainkan piano. Pada bagian ini

piano mewakilkan perasaan penulis. Disini penulis dikunjungi oleh beberapa

teman untuk menghibur dan member dukungan kepada penulis untuk tetap

melangkah. Teman-teman tersebut diwakilkan oleh instrumen gesek. Tanda sukat

tetap 6/8 namun tonalitas berpindah ke Bb mayor.

Page 23: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

31

Gambar 3.15

Gadis digambarkan dengan instrumen piano dan teman-

teman digambarkan oleh instrumen gesek.

Page 24: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

32

Pada birama 72 hingga 79 merupakan transisi dari tonalitas Bb mayor

kembali menuju ke tonalitas Eb mayor. Penulis atau sang gadis setelah dihibur

kembali melangkahkan kakinya keluar dari kesedihan dan lebih yakin dalam

menghadapi kebimbangan yang ada ketika penulis melangkah.

Gambar 3.16

Iringan piano menggambarkan penulis yang melangkah, sekaligus

merupakan akhir dari transisi kembali ke tonalitas Eb mayor.

Page 25: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

33

Gambar 3.16

Iringan piano menggambarkan penulis yang melangkah, sekaligus

merupakan akhir dari transisi kembali ke tonalitas Eb mayor.

Page 26: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

34

Kembali nya tonalitas Eb mayor pada birama 80 hingga birama 91 dan

tema kembali dimainkan pada instrumen viola menggambarkan gadis atau penulis

yang kembali menemukan dirinya. Keadaan menjadi lebih baik setelah penulis

sempat kehilangan dirinya. Pada beberapa birama sebelumnya penulis

digambarkan melalui instrumen piano.

Page 27: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

35

Gambar 3.17

Tema1 yang kembali dimainkan di viola, dan kembalinya tonalitas Eb mayor.

Page 28: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

36

Penutup pada bagian II ini , penulis menggunakan teknik eliminasi. Teknik

eliminasi merupakan teknik komposisi berupa pengurangan nada pada tema atau

melodi tertentu.

Gambar 3.18 Penutup bagian II

Page 29: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

37

3. Bagian III “Let it be”

Bagian III berkonsep musik program yang menggunakan

struktur sonata. Terdiri dari introduksi, eksposisi,

development, rekapitulasi. Bagian ini bersukat 6/8

memberikan kesan dan karakter lincah. Instrumen musik

yang digunakan pada bagian ini yaitu piano, flute, violin,

viola, cello dan kontrabas. Dimainkan dalam tempo

moderato.

Gambar 3.19 Pembukaan (introduksi)

Page 30: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

38

Bagian introduksi menceritakan pembukaan dan awal mula penulis untuk

memulai kembali dan lepas dari kesedihan. Penulis kembali tampak bersosialisasi

lagi dengan temannya. Terdapat 16 birama untuk bagian introduksi.

Gambar 3.20 Introduksi

Page 31: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

39

Gambar 3.21 Introduksi

Pada birama 17 merupakan awal mula tema 1. Tema 1

dimainkan oleh piano, menggambarkan karakter penulis. Tema 1

menceritakan tentang penulis yang bertanya - tanya tentnang

perasaannya apakah betul sudah melupakan kepahitan masa lalu

apa belum. Pada birama 17 – 24 merupakan frase tanya yang

dijawab oleh birama 25 – 32 menggambarkan bahwa penulis sudah

berlalu dari patah hati dan kesedihannya.

Page 32: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

40

Gambar 3.22

Pada birama 17 awal mula tema 1. Berawal dari akor I tonalitas D mayor.

Bagian frase tanya dari komposisi ini dimulai pada birama 17 sampai

dengan birama 24.

Akhir bagian frase tanya dari birama 24 ditandai dengan adanya akor iii

pada birama 23 lalu menuju akor V pada birama 24.

Gambar 3.23 Akhir frase tanya

Page 33: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

41

Frase jawab dari tema 1 diawali pada birama 25 lalu ditutup pada birama

32 dengan akor I pada birama 31 dan akor yang sama pada birama 32.

Gambar 3.24 Frase Jawab.

Page 34: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

42

Birama 33 – 48 merupakan pengembangan dari tema 1. Di bagian ini

penulis menggambarkan keadaan penulis yang semakin membaik dan ramai,

dikunjungi oleh beberapa teman, mendapat banyak dukungan dan masukan dari

beberapa teman. Instrumen gesek digambarkan sebagai teman-teman pengunjung

yang hadir dalam hidup penulis. Instrumen flute dalam tema 1 ini

menggambarkan kerabat penghuni dari kos penulis yang sering menggoda penulis

ketika penulis terlihat kasmaran atau sedang jatuh cinta.

Gambar 3.25 Perkembangan motif dari tema 1.

Page 35: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

43

Gambar 2.25 Perkembangan Motif dari tema 1.

Gambar 3.26 Instrumen flute yang menggambarkan kerabat penghuni kost.

Teknik thrille disini digambarkan sebagai siulan.

Page 36: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

44

Birama 49 -54 merupakan transisi sebelum menuju tema 2. Transisi ini

menceritakan penulis yang sedang bersiap-siap untuk mengenal cinta yang baru,

kerabat dari penulis mengenalkan penulis kepada seseorang untuk dikenal lebih

jauh.

Gambar 3.27 Transisi sebelum tema 2

Page 37: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

45

Tema 2 dimulai pada birama 55 bagian ini menceritakan

tentang penulis yang sedang bertemu dengan seseorang yang baru

dikenalnya, mereka saling berbicara, namun awalnya mereka malu-

malu. Setelah suasana menghangat dan mulai ramai, ternyata

mereka memiliki kesamaan dan perasaan cinta tumbuh diantara

mereka. Instrumen piano menggambarkan penulis, iringan gesek

menggambarkan suasana yang dibangun oleh penulis dengan

seorang laki-laki tersebut.

Gambar 3.28 Awal mula tema 2. Menggambarkan suasana malu.

Page 38: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

46

Gambar 3.29 Suasana yang awalnya sepi karena malu-malu kini

mulai ramai.

Gambar 3.30 Pola bentuk iringan yang dimainkan pada instrumen

violin yang menandakan perbincangan yang mulai ramai dan tidak

kaku. Saling bertukar pertanyaan.

Page 39: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

47

Gambar 3.31

Teknik thrille pada instrumen flute bertujuan untuk membuat

suasana lebih meriah dan lincah.

Pada birama 70 mereka mulai berselaras dalam menyatukan pikiran,

mereka mulai menemukan kecocokan satu sama lain. Irama iringan dari violin I

dan II berjalan senada. Iringan viola dan cello menandakan mereka yang sedang

tertawa bersama.

Gambar 3.32 Pola iringan yang berjalan selaras.

Page 40: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

48

Keselarasan yang terjadi antara mereka digambarkan penulis dari birama 70

sampai pada birama akhir tema 2. Iringan instrumen gesek dan flute yang ada

pada birama 70 sampai pada birama akhir tema 2.

Gambar 3.33 Menggambarkan pola keselarasan.

Page 41: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

49

Gambar 3.34 Menggambarkan pola keselarasan.

Page 42: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

50

Gambar 3.35 Birama 87-91

Keselarasan nada.

Page 43: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

51

Gambar 3.36 Birama 92

Akhir dari tema 2.

Page 44: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

52

Pada birama 93 terdapat codetta yang diakhiri sampai pada birama

117.Bagian codetta ini menceritakan tentang suasana hati penulis yang tak tentu

seperti berharap cemas akankah cinta yang tumbuh diantara mereka membawa

mereka kedalam suatu hubungan yang lebih dari sebatas teman. Penuh tanya

jawab, dan pada birama 101 perubahan ritme dan melodi. Perubahan melodi dan

ritme tersebut menceritakan tentang keadaan hubungan mereka yang terlihat dekat

oleh teman – teman sekitar dan seperti terkejut dengan godaan teman-teman yang

menyemangati hubungan mereka.

Gambar 3.37 Codetta

Page 45: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

53

Gambar 3.38 Iringan dari Instrumen violin, cello, dan piano menceritakan keadaan

hati yang berdebar menunggu kepastian hubungan mereka.

Page 46: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

54

Gambar 3.39

Iringan dari piano dan flute menceritakan tentang kepastian

hubungan mereka yang akhirnya menjadi sepasang kekasih.

Page 47: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

55

Gambar 3.40

Akhir dari codetta yang menandakan mereka saling menerima

cinta, dan memiliki hubungan spesial lebih dari sebatas teman.

Page 48: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

56

Gambar 3.41

Development

Birama 118 merupakan awal dari development section 1,

bagian ini menceritakan tentang perkembangan dari cinta mereka.

Mereka pergi makan bersama, mereka berbincang lebih dalam.

Dalam bagian ini pun mereka mulai mengerti bahwa perbedaan

juga bisa menjadi indah untuk melengkapi cinta yang tumbuh

antara mereka.

Page 49: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

57

Pada birama 118 – 125 merupakan frase tanya dari development. Dibagian

ini penulis menceritakan tentang mereka yang bertanya akankah hubungan mereka

berjalan dengan baik. Tentang bagaimana jika salah satu dari mereka akan

mengecewakan perasaan satu sama lain.

Gambar 3.42

Frase tanya.

Page 50: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

58

Pada birama 126 merupakan awal frase jawab. Bagian ini

menjawab tentang pertanyaan keraguan mereka. Instrumen piano

dimainkan satu oktaf diatas frase tanya.

Gambar 3.43

Birama 126 -128

Page 51: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

59

Gambar 3.44

Perbedaan saling melengkapi

Page 52: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

60

Gambar 3.45

Akhir development section 1.

Penulis membuat bagian akhir ini dengan nada dan ritme yang

selaras untuk menggambarkan perbedaan yang terjadi tidak membuat

hubungan mereka pecah.

Page 53: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

61

Gambar 3.46

Transisi menuju development section 2.

Bagian transisi ini bercerita tentang perkembangan hubungan

mereka yang semakin serius. Gadis dan pria itu mulai berjalan menentukan

target untuk masa depan. Pasangan itu tidak ingin meninggalkan satu sama

lain. Tonalitas disini tetap pada D mayor.

Page 54: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

62

Gambar 3.46

Awal development section 2.

Bagian ini menceritakan tentang penulis dengan pasangannya yang

sedang berdiskusi. Perbincangan yang terjadi antara mereka menghasilkan

topik yang manis. Teknik arpeggio yang dimainkan pada piano

menandakan guyonan dan senda gurau yang terjadi selama perbincangan

mereka. Manis tapi serius.

Gambar 3.47

Teknik arpeggio.

Page 55: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

63

Iringan instrumen musik gesek pada strings mewakili suasana sekitar dan

keadaan hati mereka. Teknik staccato untuk menandakan serius.

Gambar 3.48

Teknik staccato

Page 56: BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Proses Penyusunan Komposisi

64

Pada birama 108 – 109 merupakan akhir dari development section

2.

Gambar 3.49

Akhir development section 2.

Pada awal birama dari 170 hingga akhir, merupakan bagian

rekapitulasi yaitu pengulangan eksposisi dari tema 1 dan tema 2.

Bagian rekapitulasi sekaligus berupa akhir dari bagian III “Let It

Be” .