modul 9

Upload: zola1st

Post on 10-Jan-2016

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

IUT

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU UKUR TANAH I

MODUL IXPELAKSANAAN

PENGUKURAN KOORDINATKELOMPOK:XIV (Empat Belas)

ANGGOTA:1. Edwin Pasaribu(03033110096)

2. Sastra Dinata(03033110097)

3. Nurgiono Agung B.(03033110098)

4. Suparman(03033110099)

5. Erik Faldian(03033110100)

6. David A.P.H.(03033110102)

7. Cici Meitriana S.(03033110111)

8. Novita Angelina(03033110112)

ASISTEN:Aditya Yolanda

A. NO. PRAKTIKUM

IUT I Modul IXB. NAMA PRAKTIKUM

Pelaksanaan Pengukuran KoordinatC. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Untuk mengetahui cara mengukur koordinat dengan Alat Ukur Total Station

2. Untuk mengetahui koordinat pada suatu tempat

D. DASAR TEORICara-cara yang dapat digunakan untuk menentukan koordinat-koordinat suatu atau beberapa titik adalah sebagai berikut:

1. Menentukan koordinat satu titik

Dengan cara mengikat ke muka pada titik yang tentu. Yang diukur adalah sudut-sudut yang ada di titik pengikat

Dengan cara mengikat ke belakang pada titik yang telah tentu. Yang diukur adalah sudut-sudut yang berada di titik yang belum tentu

2. Menentukan koordinat-koordinat dari lebih dari satu titik

Dengan membuat polygon. Titik-titik terletak memanjang dan digabungkan satu sama lain sehingga terbentuk segi banyak (polygon)

Dengan membuat bentuk dengan segitiga-segitiga. Titik-titik digabungkan satu sama lain sehingga membentuk segitiga

Di daerah yang mempunyai ukuran panjang kira-kira sama dengan ukuran lebar, maka titik-titik ditempatkan sedemikian rupa sehingga membentuk segitiga yang menjadi jaring segitiga (P. Belitung). Di daerah yang berbentuk memanjang, segitiga-segitiga akan membentuk rangkaian segitiga (P. Jawa, P. Sumatera).

Cara mengikat ke muka

Apabila titik P diikat pada titik A (xa, ya) maka untuk mencari xp dan yp diperlukan ap dan dap. ap dapat ditemukan dengan yang diketahui dan dap dari jarak pula yang diketahui. Untuk kedua unsur dan d dapat digunakan dan d dari garis lurus dengan kedua titik ujungnya diketahui, misalnya dengan titik A (xa, ya) dan B (xb, yb).

Gambar 1.

Untuk didapat dap dan dab, maka perlu dibuat suatu segitiga dengan dua sisinya dap dan dab. Maka perlu pula dihubungkan P dengan titik B, sehingga terbentuk segitiga PAB. Pada cara mengikat diukur sudut-sudut yang ada pada titik-titik pengikat A (xa, ya) dan B (xb, yb) ialah sudut PAB = dan sudut PBA = . Maka dari segitiga diketahui alasnya dab dan dua sudut alasnya dan . Segitiga PAB dapat dilukiskan dan dengan titik A dan B diletakkan dengan koordinatnya. Maka dengan lukisan dapat ditentukan tempat titik P terhadap A dan B. Segala sesuatu yang bentuknya dapat dilukiskan dapat pula dihitung unsure-unsurnya, jadi xp dan yp dari titik P. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah: pada cara mengikat ke muka diperlukan paling sedikit dua titik pengikat.

Cara mengikat ke belakang

Pada cara mengikat ke belakang, yang diukur adalah sudut-sudut yang ada di titik P yang akan dicari tempatnya. Apabila digunakan dua titik A (xa, ya) dan B (xb, yb) sebagai titik-titik pengikat, maka yang diukur sekarang adalah sudut APB. Maka dari segitiga APB diketahui alas dab dan sudut puncaknya sudut APB = , jadi barulah dari segitiga APB diketahui dua unsurnya, sehingga tidak dapat dilukiskan dan titik P belum dapat dipastikan letaknya. Meskipun demikian ada yang diketahui mengenai titik P ialah tempat kedudukan titik P.

Untuk dengan pasti ditentukan tempat titik P, diperlukan lagi satu tempat kedudukan untuk mendapatkan tempat titik P dengan pasti dan diperlukan lagi satu titik tertentu, misalnya titik C (xc, yc) dan sebagai alas digunakan sisi BC dan perlu diukur sudut BPC = yang terletak di titik P. Maka dari segitiga BPC diketahui alas dab dan sudut BPC = . Dengan demikian dapat dilukis tempat kedudukan untuk titik P. Titik P menjadi titik potong dua tempat kedudukan itu. Tempat kedudukan pertama adalah busur lingkaran dari lingkaran yang melalui titik-titik A (xa, ya) dan B (xb, yb), sedang tempat kedudukan yang kedua adalah busur lingkaran yang melalui titik-titik A (xa, ya) dan B (xb, yb). Pada cara mengikat ke belakang diperlukan paling sedikit tiga titik pengikat.

Cara dengan membuat polygon

Cara ini digunakan apabila titik-titik yang akan dicari koordinat-koordinatnya terletak memanjang sehingga membentuk segi banyak (polygon). Dari polygon ini haruslah nantinya harus dapat dihitung koordinat-koordinat titik-titiknya, untuk itu telah diketahui dengan rumus:

x2 = x1 + d12 sin 12

y2 = y1 + d12 cos 12diperlukan x dan y yan telah tentu (x1 dan y1); jarak antara dua titik 1 (x1 dan y1) dan 2 (x2 dan y2) dengan x2 dan y2 dihitung dengan x1, y1 jarak d12 dan sudut jurusan garis 12, 12.

Maka polygon haruslah diawali dengan titik yang telah diketahui koordinat dan untuk dapat ditentukan sudut-sudut jurusan sisi-sisi polygon, haruslah di titik awal digunakan arah yang telah tentu, sedangkan jarak-jarak antara titik-titik polygon diukur langsung:

Gambar 2.

Jadi, yang diukur dari polygon adalah: jarak-jarak d dan sudut-sudut polygon s. Untuk penelitian terhadap d dan s yang diukur, dari polygon perlu diketahui x dan y titik-titik awal dan akhir, dan sudut permon x awal dan akhir di titik ujung polygon. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh unsure-unsur sudut dan jarak yang diukur, harus dicari lebih dahulu untuk memberi koreksi pada sudut-sudut dan pada bilangan yang bersangkutan dengan jarak-jarak yang diukur.

Cara dengan membuat jaring atau rangkaian segitiga

Untuk daerah yang mempunyai ukuran panjang dan ukuran lebar sama, maka dibuat jaring segitiga dan untuk daerah yang ukuran satunya lebih besar daripada ukuran lainnya, dibuat rangkaian segitiga. Pada bentuk-bentuk ini, pelaksanaannya dapat berlainan dengan cara-cara yang lain, ialah:

a. dengan cara triangulasi, pada cara dimana yang diukur semua sudut dalam tiap-tiap segitiga

b. dengan cara trilaterasi, pada cara dimana semua sisi segitiga diukur

(a)(b)

Gambar 3.

Gambar 3 (a) adalah jaring segitiga, sedangkan gambar 3 (b) adalah rangkaian segitiga. Karena pada cara triangulasi yang diukur adalah sudut-sudut, maka pada cara ini diperlukan dasar untuk menentukan jarak. Sedangkan sisi-sisi pada cara trilaterasi langsung diukur, dasar untuk menentukan jarak (=panjang sisi-sisi segitiga) tidak diperlukan. Dengan diketahuinya sisi-sisi segitiga yang ditentukan dengan langsung diukur, bentuk semua segitiga telah tentu; berlainan dengan pada cara triangulasi bentuk segitiga-segitiga belum tentu, karena yang diketahui semua sudut di segitiga-segitiga.

Dasar untuk penentuan jarak dinamakan basis, yaitu suatu jarak yang diukur langsung. Dengan menggabungkan kedua titik ujung basis I dan II dengan dua titik sudut triangulasi yang berdekatan dan diukur semua sudut pada segitiga yang dibentuk, maka sisi segitiga AB dapat dihitung dengan panjang basis I-II =b.

Pada kedua cara triangulasi dan trilaterasi diperlukan dasar untuk penentuan x dan y titik-titik sudut segitiga dan arah sebagai unsur orientasi letak segitiga-segitiga itu. Maka untuk itu dimisalkan dari titik A ditentukan x dan y melalui dan (lintang dan bujur) dengan cara pengukuran bintang dan dari dan ditentukan x dan y titik A. untuk arah diukur dengan pengukuran bintang azimuth garis AB pertama jaring/rangkaian segitiga.

E. WAKTU PRAKTIKUM

27 September 2005

F. LOKASI PRAKTIKUM

Di depan Gedung Jurusan Teknik Sipil Universitas Sriwijaya

G. ALAT DAN BAHAN

1. Topcon GTS-220 series1 buah

2. Tutup lensa1 buah

3. Battery BT-52QA1 buah

4. Battery charger BC-27CR1 buah

5. Toolkit (rodpins, screwdriver, 1 set

cleaning brush, kain flannel)

6. Kotak plastik tempat alat1 buah

7. Slicon cloth1 buah

8. Plastik hujan untuk alat1 buah

9. Unting-unting1 buah

10. Buku manual bahasa Inggris1 buah

H. PROSEDUR PRAKTIKUM

Pengukuran Koordinat Planimetris (X, Y)

YKoordinat titik B (XB, YB)

XB = XA + HAAB x Sin AB

BYB = YA + HAAB x Cos AB

Data yang diperlukan:

ABHDABKoordinat titik A (XA, YA)

Azimuth AB (AB)

XData yang diukur: HDAB

A(XA, YA) Pengukuran Koordinat Tinggi (Z)

Tinggi titik B (ZB)

OZB = ZA + SD x Cos V + ta tpVDVSDData yang diperlukan:

taTinggi titik A (ZA)

Tinggi alat (ta) dan tinggi target prisma (tp)

Data yang diukur: SD dan V

Pengukuran Koordina Secara Langsung Tanpa Direkam

1. Sentring alat di titik A dan target prisma di titik B

2. Ukur tinggi alat (ta) dan tinggi target prisma (tp)

3. Hidupkan alat dengan menekan tombol POWER4. Menentukan azimuth AB (AB) dengan cara:

a. Kalau diketahui azimuth dari A ke B, bidik ke titik B, kemudian gunakan HSET untuk mengeset bacaan horizontal sama dengan azimuth dari A ke Bb. Untuk pendekatan dapat juga dilakukan dengan cara mengarahkan teropong ke arah utara dengan bantuan kompas, kemudian set bacaan horizontal menjadi 0 dengan menggunakan OSET lalu bidik ke titik B

5. Masuk ke mode pengukuran koordinat dengan menekan tombol ( )6. Masukkan data koordinat titik A (XA, BA, ZA), tinggi alat (ta) dan tinggi target (tp)

N : 123.456 mN : 123.456 mE : 34.567 m[F4] P1 E : 34.567 mZ : 78. 912 mZ : 78. 912 mMEAS MODE S/A P1R.HT INSHT OCC P2N : 0.000 mTekan [F3] OCCE : 0.000 mMasukkan data koordinat titik tempat berdiri alatZ : 0.000 m[F1] INPUT ( Enter Data ( [F4] ENTINPUT [ENT]

INSTRUMENT HEIGHTTekan [F2] INSHTINPUTMasukkan data tinggi target prismaINS.HT : 0.000 m[F1] INPUT ( Enter Data ( [F4] ENTINPUT [ENT]

REFLECTOR HEIGHTTekan [F1] R.HTINPUTMasukkan data tinggi target prismaR.HT : 0.000 m[F1] INPUT ( Enter Data ( [F4] ENTINPUT [ENT]7. Tekan tombol [F1] MEAS untuk mengukur koordinat target prisma

8. kembali ke mode pengukuran sudut, tekan tombol ANG Pengukuran Koordinat Serta Direkam

1. Sentring alat di titik A, target prisma di titik B dan titik backsight C

2. Ukur tinggi alat (ta) dan tinggi target prisma (tp)

3. Hidupkan alat dengan menekan tombol POWER4. Masukkan ke mode pengukuran LAYOUTMENU ( [F2] LAYOUT ( [F1] INPUT ( Isi Nama File

5. Masukkan informasi tempat berdiri alat ( [F1] OCC. ST INPUT

OCC.STN ( 125.123 m

PT# :[F3] NEZE : 231.435 m

Z : 77. 231 mINPUT SRCH NEZ ENTINPUT PT# ENT6. Bidik titik backsight C, masukkan informasi/melakukan orientasi ke backsight ([F2] BACKSIGHT)a. Dengan menggunakan data koordinat titik backsight:

BACKSIGHTN ( 0.000 mPT# :[F3] NE/AZE : 0.000 m

INPUT SRCH NE/AZ ENTINPUT AZ ENTb. Dengan menggunakan data azimuth dari alat ke backsight

BACKSIGHTBACKSIGHT[F3] AZHR :[F1] [INPUT]HR :

INPUT PT# ENT1234 5678 90 [ENT]7. Mengukur koordinat: [F4] P1 ( [F2] NEW POINT ( [F1] SIDESHOTSIDESHOTMasukkan nomor titikPT# : 1000[F1] INPUT ( Nomor Titik ( [F4] ENTER

INPUT SRCH ENT

REFLECTOR HEIGHTMemasukkan tinggi target prismaINPUT[F1] INPUT ( Tinggi Target ( [F4} ENTER

R.HT : 1.250 mBidik target prisma, lalu tekan [F3] YES

>Sight ? [YES] [NO]

N : 100.000 mKoordinat titik B ditampilkan di layarE : 100.000 mTekan tombol [F3] YES untuk merekam data

Z : 1.015 mkoordinat titik

> REC [YES] [NO]Kembali ke mode pengukuran sudut, tekan tombol ESC sampai tampilan di layer kembali ke mode pengukuran sudut