memacu peningkatan produktivitas padi …pustaka.litbang.pertanian.go.id/publikasi/ip021093.pdf ·...

13
MEMACU PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH MELALUI INOVASI TEKNOLOGI BUDI DAYA SPESIFIK LOKASI DALAM ERA REVOLUSI HIJAU LESTARI 1) Zulkifli Zaini Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Jalan Merdeka No. 147, Bogor 16114 Pengembangan Inovasi Pertanian 2(1), 2009: 35-47 1) Naskah disarikan dari bahan Orasi Profesor Riset yang disampaikan pada tanggal 2 April 2008 di Bogor. PENDAHULUAN Thomas Robert Malthus membuat suatu hasil karya yang terkenal yaitu An Essay on the Principles of Population pada tahun 1789. Malthus membuat sebuah prediksi bahwa pertumbuhan populasi mempunyai kecenderungan meningkat melebihi ketersediaan pangan. Teori Malthus mengilhami para ahli untuk mem- buat suatu terobosan untuk mengatasi kelangkaan pangan. Salah satu terobosan yang sangat terkenal adalah revolusi hijau (green revolution) yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pangan dunia. Lintasan teknologi utama pada revo- lusi hijau tahun 1960-an adalah modifika- si arsitektur tanaman dan karakter fisio- logi. Teknologi tersebut berhasil mendo- rong peningkatan produktivitas beberapa tanaman serealia seperti gandum, padi, jagung, dan sorgum. Terminologi revolusi hijau digunakan untuk menjelaskan peningkatan aktivitas fotosintesis dari pigmen hijau daun atau klorofil, untuk dapat menghasilkan lebih banyak karbohidrat. Proses ini tidak hanya melibatkan penggunaan energi matahari dan karbon dioksida secara efektif dari atmosfir, tetapi juga air dan unsur hara terutama nitrogen, fosfor, dan kalium dari tanah. Melalui proses penyilangan dan se- leksi, arsitektur tanaman dimodifikasi dari varietas lokal dengan postur tanaman tinggi menjadi varietas unggul dengan anakan lebih banyak, daun tegak, berba- tang pendek dan kokoh untuk dapat menahan gabah yang lebih banyak pada malai yang terbentuk, bila lahan diberi pupuk dan air yang mencukupi. Arsitektur tanaman yang lebih pendek dan kokoh ini mampu menggunakan external input se- cara efisien yang berasal dari pupuk kimia dan air irigasi, untuk menghasilkan gabah dalam jumlah yang lebih banyak dengan umur tanaman yang lebih pendek. Lebih 40 tahun kemudian, revolusi hijau diingat sebagai penyelamat hutan dan konservasi lahan pertanian. Jika tidak terjadi peningkatan produktivitas padi, jagung, dan gandum yang menakjubkan melalui revolusi hijau, puluhan juta hektar lahan hutan harus dikonversi menjadi la- han pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan yang diperlukan saat ini. Horie et al. (2004) mempertegas hal ini, bahwa gerakan revolusi hijau merupakan faktor

Upload: vuongthien

Post on 06-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Memacu peningkatan produktivitas padi sawah ... 35

MEMACU PENINGKATAN PRODUKTIVITASPADI SAWAH MELALUI INOVASI TEKNOLOGI

BUDI DAYA SPESIFIK LOKASI DALAM ERAREVOLUSI HIJAU LESTARI1)

Zulkifli Zaini

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman PanganJalan Merdeka No. 147, Bogor 16114

Pengembangan Inovasi Pertanian 2(1), 2009: 35-47

1) Naskah disarikan dari bahan Orasi ProfesorRiset yang disampaikan pada tanggal 2 April2008 di Bogor.

PENDAHULUAN

Thomas Robert Malthus membuat suatuhasil karya yang terkenal yaitu An Essayon the Principles of Population padatahun 1789. Malthus membuat sebuahprediksi bahwa pertumbuhan populasimempunyai kecenderungan meningkatmelebihi ketersediaan pangan. TeoriMalthus mengilhami para ahli untuk mem-buat suatu terobosan untuk mengatasikelangkaan pangan. Salah satu terobosanyang sangat terkenal adalah revolusi hijau(green revolution) yang ditujukan untukmemenuhi kebutuhan pangan dunia.

Lintasan teknologi utama pada revo-lusi hijau tahun 1960-an adalah modifika-si arsitektur tanaman dan karakter fisio-logi. Teknologi tersebut berhasil mendo-rong peningkatan produktivitas beberapatanaman serealia seperti gandum, padi,jagung, dan sorgum.

Terminologi revolusi hijau digunakanuntuk menjelaskan peningkatan aktivitasfotosintesis dari pigmen hijau daun atauklorofil, untuk dapat menghasilkan lebihbanyak karbohidrat. Proses ini tidak hanya

melibatkan penggunaan energi mataharidan karbon dioksida secara efektif dariatmosfir, tetapi juga air dan unsur haraterutama nitrogen, fosfor, dan kalium daritanah.

Melalui proses penyilangan dan se-leksi, arsitektur tanaman dimodifikasi darivarietas lokal dengan postur tanamantinggi menjadi varietas unggul dengananakan lebih banyak, daun tegak, berba-tang pendek dan kokoh untuk dapatmenahan gabah yang lebih banyak padamalai yang terbentuk, bila lahan diberipupuk dan air yang mencukupi. Arsitekturtanaman yang lebih pendek dan kokoh inimampu menggunakan external input se-cara efisien yang berasal dari pupuk kimiadan air irigasi, untuk menghasilkan gabahdalam jumlah yang lebih banyak denganumur tanaman yang lebih pendek.

Lebih 40 tahun kemudian, revolusi hijaudiingat sebagai penyelamat hutan dankonservasi lahan pertanian. Jika tidakterjadi peningkatan produktivitas padi,jagung, dan gandum yang menakjubkanmelalui revolusi hijau, puluhan juta hektarlahan hutan harus dikonversi menjadi la-han pertanian untuk memenuhi kebutuhanpangan yang diperlukan saat ini. Horie etal. (2004) mempertegas hal ini, bahwagerakan revolusi hijau merupakan faktor

36 Zulkifli Zaini

utama yang memungkinkan sejumlah ne-gara, termasuk Indonesia, untuk mening-katkan produksi padi dan jagung padatahun 1970 sampai 1980-an.

Bagaimanapun, revolusi hijau tidakterlepas dari berbagai kritikan, terutamadari pakar lingkungan, ekonomi maupunsosial. Kritikan tersebut berkaitan denganterjadinya degradasi lingkungan sebagaiakibat penggunaan pupuk dan pestisidasecara berlebihan, perlunya irigasi karenapenggunaan air yang lebih banyak, me-nurunnya biodiversitas akibat hilangnyaberbagai varietas lokal, patahnya berbagaiketahanan genetik terhadap hama danpenyakit, teknologi yang hanya dinikmatioleh petani berpendapatan tinggi karenalebih mampu mengadakan input untukmemperoleh hasil tinggi dari varietasunggul baru yang diintroduksikan, sampaimemperkecil peluang kerja di pedesaan,terutama bagi wanita tani (Kesavan danSwaminathan 2006).

KILAS BALIK PERKEMBANGANINOVASI TEKNOLOGI

BUDI DAYA PADI

Panca Usaha Tani

Upaya peningkatan produksi panganterutama beras telah lama menjadi sebuahkebijakan nasional. Mulai Pelita I, teknikbudi daya padi sawah di lahan irigasimenggunakan “panca usaha tani” yangmencakup: (1) penggunaan benih unggul,(2) cara bercocok tanam yang baik, (3)pengaturan air irigasi, (4) pemupukan, dan(5) pemberantasan hama dan penyakit.Awalnya program ini menggunakan ber-bagai varietas yang sudah dilepas, di an-taranya varietas Bengawan, Sigadis, Re-maja, Sinta, dan Arimbi.

Bimbingan Massal (Bimas)

Panca usaha tani yang mendasari programBimas dimulai pada tahun 1969 denganmenggunakan varietas introduksi dari IRRIyaitu IR8 yang merupakan varietas unggulbaru (VUB) hasil persilangan padi Peta dariIndonesia dengan Dee-geo-woo-gen dariTaiwan dengan postur tanaman sedikitlebih pendek dan potensi hasil 4,5 t/ha (DeDatta 1981). Kebijakan intensifikasipertanian melalui Bimas pada era tersebutmengatur penerapan paket teknologi se-cara sentralistis dan sistematis yang me-miliki kekuatan politik dan ekonomi yangsangat kuat dengan sistem komando.

Intensifikasi Khusus (Insus)

Program Bimas diikuti oleh Insus padatahun 1980 dengan menerapkan teknologisapta usaha tani yang merupakan pe-nyempurnaan dari panca usaha tani.Pengalaman menunjukkan, implementasiprogram intensifikasi yang didukung olehinovasi teknologi dan penyuluhan sertaperbaikan infrastruktur pertanian telahmampu meningkatkan produksi padi na-sional secara meyakinkan, sekaligusmerupakan implementasi dari revolusi hi-jau. Puncaknya adalah terwujudnya swa-sembada beras pada tahun 1984.

Supra Insus

Supra Insus yang pendekatannya lebihholistik dicanangkan pada tahun 1987dengan 10 jurus teknologi paket-D.Program Supra Insus didukung berbagaiVUB yang lebih tahan hama dan penyakit,terutama IR64, sehingga mampu kembalimeningkatkan produksi padi sampai me-

Memacu peningkatan produktivitas padi sawah ... 37

nembus 50 juta ton pada tahun 1996, na-mun dengan laju kenaikan produksi pertahun lebih rendah dari sebelumnya.

Pascaswasembada Beras

Situasi perberasan nasional berada padakeadaan kritis sejak 1997 akibat dari krisismoneter, disertai oleh kemarau panjang.Untuk memacu laju kenaikan produksi pa-di, dicanangkan Gerakan Mandiri Pe-ningkatan Produksi Padi, Kedelai danJagung (Gema Palagung).

Upaya ini belum terlalu efektif karenalaju kenaikan produksi padi, jagung, dankedelai masih lebih rendah dari lajukenaikan permintaan. Produktivitas daritotal faktor produksi juga turun, yang me-nandakan bahwa untuk memperolehtingkat produksi yang sama diperlukaninput lebih besar atau penambahan inputtidak proporsional dengan kenaikan hasil.Dengan kata lain, efisiensi produksi me-nurun.

Untuk kembali meningkatkan efisiensiproduksi, Badan Litbang Pertanian mem-buat beberapa pilot percontohan SistemUsaha Tani Padi Berwawasan Agribisnis(SUTPA) tahun 1995-1997 di 14 provinsi.Teknologi yang diintroduksi meliputi VUBMemberamo dan Cibodas serta teknologihemat tenaga kerja melalui sistem tanambenih langsung, pemupukan spesifiklokasi, dan penggunaan alat tanam benihlangsung (Fagi dan Zaini 1996; Adnyana1997).

Pascakrisis Ekonomi

Pada tahun 2002 digulirkan modelPeningkatan Produktivitas Padi Terpadu(P3T) yang terdiri atas pilot percontohan

PTT di 26 kabupaten dan Sistem IntegrasiPadi-Ternak (SIPT) di 20 kabupaten (Zainiet al. 2002; Zaini et al. 2003a). Model usa-ha tani dan paket teknologi serta pola pe-ngembangannya ditetapkan berdasarkankarakteristik dan kebutuhan wilayah sertadisesuaikan dengan kebutuhan pasar se-hingga kegiatan pengembangan sistemusaha tani tersebut diharapkan dapat me-ningkatkan ketahanan pangan dan men-dorong berkembangnya sistem dan usahaagribisnis di pedesaan.

MEMBALIK ARUS TEKNOLOGIBUDI DAYA PADI: DARI

PENDEKATAN SENTRALISTIS KESPESIFIK LOKASI

Teknologi Spesifik Lokasi PadiSawah dengan Pendekatan PTT

Penerapan pengelolaan tanaman dansumber daya terpadu (PTT) padi sawahdidasarkan pada empat prinsip utamayaitu: (1) PTT merupakan suatu pendekatanagar sumber daya tanaman, tanah, dan airdapat dikelola dengan sebaik-baiknyasecara terpadu; (2) PTT memanfaatkanteknologi pertanian terbaik denganmemperhatikan keterkaitan yang salingmendukung antarkomponen teknologi; (3)PTT memperhatikan kesesuaian teknologidengan lingkungan fisik maupun sosialbudaya dan ekonomi petani setempat, dan(4) PTT bersifat partisipatif, yang berartipetani berperan serta menguji dan memilihteknologi yang sesuai dengan keadaansetempat dan kemampuan petani melaluiproses pembelajaran dalam bentuk la-boratorium lapang (Zaini et al. 2004; Ba-dan Penelitian dan Pengembangan Perta-nian 2007).

38 Zulkifli Zaini

Hasil penelitian menyimpulkan bahwaterdapat lima pilihan komponen teknologibudi daya untuk meningkatkan produk-tivitas padi sawah, yaitu: (1) penanamanbibit muda, (2) pemberian pupuk organikpada saat pengolahan tanah, (3) irigasiberselang (intermittent irrigation), (4)pemupukan P dan K berdasarkan statushara tanah, dan (5) pemupukan N menuruttingkat kehijauan daun tanaman denganmengacu kepada bagan warna daun(BWD) (Las et al. 2003).

Untuk mencerminkan kebutuhan alter-natif paket teknologi spesifik lokasi, tek-nologi budi daya tersebut dilengkapi de-ngan delapan komponen teknologi lainnya,yaitu: (1) penggunaan varietas unggul ba-ru, (2) penggunaan benih bermutu dengandaya tumbuh tinggi, (3) penanaman 1-3bibit per lubang, (4) peningkatan populasitanaman melalui sistem tanam tegel 20 cmx 20 cm atau sistem tanam jajar legowo 2:1dan 4:1, (5) penyiangan menggunakan ro-tary weeder atau landak, (6) pengendalianOPT berdasarkan pendekatan PHT, (7) pa-nen tepat waktu, dan (8) perontokan gabahmenggunakan thresher (Las et al. 2003;Zaini et al. 2003a). Namun demikian, ter-dapat beberapa komponen teknologi dalamPTT yang bersifat sinergis satu denganlainnya. Selain sebagai penciri PTT, tekno-logi tersebut mudah diterapkan, beradap-tasi luas, dan besar pengaruhnya terhadapkenaikan hasil dan pendapatan petani.

Komponen Teknologi PTTSpesifik Lokasi

Penggunaan Varietas Unggul BaruSpesifik Lokasi

Penggunaan varietas unggul yang bersifatbroad adaptation seperti halnya IR64

dewasa ini telah berubah ke penggunaanVUB spesifik lokasi. Istilah high yieldingvariety – varietas berdaya hasil tinggi –berubah menjadi varietas modern karenatidak semua varietas unggul mampu mem-berikan hasil yang tinggi pada kondisilingkungan yang beragam. Hal ini meng-indikasikan perlunya uji multilokasi galur-galur harapan berdaya hasil tinggi dan ujiadaptasi berbagai varietas unggul barupada kondisi spesifik lokasi. Ketersediaanberbagai alternatif pilihan varietas unggulpada suatu wilayah akan berdampak ter-hadap stabilitas ketahanan pangan daricekaman biotik dan abiotik di wilayah ter-sebut.

Penggunaan Benih Bermutu

Benih bermutu adalah benih dengan ting-kat kemurnian dan vigor yang tinggi.Penggunaan benih bermutu bersama-samadengan terobosan teknologi budi dayalainnya akan memberikan efek sinergismekepada peningkatan hasil padi sawah.Benih varietas unggul tidak hanya ber-peran sebagai pengantar teknologi, tetapijuga menentukan potensi hasil yang bisadicapai, kualitas gabah yang akan diha-silkan, dan efisiensi produksi.

Pemupukan Berdasarkan KebutuhanTanaman dan Status Hara Tanah

BWD merupakan komponen teknologiyang berasal dari International Rice Re-search Institute (IRRI), dan sebagai salahsatu komponen teknologi yang bersifatcompulsory dalam PTT (Zaini dan Erythrina1999; Balasubramanian et al. 2000; Ba-lasubramanian et al. 2002). Diperlukanwaktu 20 tahun untuk memahami mana-

Memacu peningkatan produktivitas padi sawah ... 39

jemen pengelolaan hara N. Saat ini pene-litian manajemen pupuk N telah berubah:(1) dari pendekatan menekan kehilanganN menjadi pemberian N sesuai kebutuhantanaman; (2) dari indikator utama recoveryefficiency menjadi agronomic efficiency,yaitu setiap kilogram kenaikan hasil gabahper kilogram pupuk N yang diberikan, danpartial factor productivity yaitu jumlahgabah yang dihasilkan untuk setiap kgpemberian pupuk N; (3) dari rekomendasiyang bersifat umum menjadi rekomendasiberdasarkan respons tanaman dan efi-siensi agronomi; dan (4) dari pemberian Nyang berlebihan pada tahap awal perta-naman menjadi pemberian N sesuai stadiadan kebutuhan tanaman (Buresh 2007).Perubahan ini mengharuskan pemberianpupuk N bervariasi antarlokasi, musim ta-nam, dan varietas yang digunakan.

Acuan rekomendasi pemupukan P danK tanaman padi sawah dapat didasarkanpada uji petak omisi maupun Peta StatusHara P dan K skala 1 : 50.000, yang se-muanya dikemas dalam Permentan No. 40/2007. Pengaruh spesifik lokasi pemupukanini memberikan peluang untuk mening-katkan hasil per unit pemberian pupuk,mengurangi kehilangan pupuk, dan me-ningkatkan efisiensi agronomi dari pupuk.

Pengendalian OrganismePengganggu Tanaman

Tahapan pelaksanaan pengendalian OPTdidasarkan pada pendekatan PHT. Tingkatkerusakan dihitung secara ekonomi, yaitubesarnya tingkat kerugian atau tingkatambang tindakan. Tingkat ambang tindak-an identik dengan ambang ekonomi, danlebih sering digunakan sebagai dasar pe-nentuan teknik pengendalian hama danpenyakit.

Penanaman Bibit Muda

Proses morfogenetik dalam sekuen per-tumbuhan daun dan tunas/anakan sangatsinkron pada tanaman padi. Konseku-ensinya, muncul daun-daun berikutnyasecara berurutan pada batang utama yangberfungsi sebagai pacemaker atau cetakanuntuk keseluruhan sistem pertumbuhantanaman. Interval waktu antara munculnyadaun secara berurutan (jumlah daun perhari) pada batang utama disebut phyllo-chron (Miyamoto et al. 2004).

Keuntungan teknik tanam pindahmenggunakan bibit muda terletak padadaya toleransinya menghadapi stres akibatpencabutan bibit di pesemaian, pengang-kutan, dan penanaman kembali diban-dingkan dengan bibit yang lebih tua. Bibitmuda (< 10 hari) dengan 2-3 phyllochronmempunyai bahan makanan cadanganpada endosperm benih untuk pertumbuhanbibit dan kadar nitrogen pada daun yanglebih tinggi (Horie et al. 2004).

Peningkatan Populasi Tanaman

Secara umum, tanaman padi mempunyaidaya adaptasi yang cukup besar terhadapkerapatan tanaman melalui mekanismepengaturan terhadap jumlah malai, jumlahgabah per malai, dan persentase gabah isi.Peningkatan populasi tanaman dapat di-lakukan dengan sistem tanam benih lang-sung dalam barisan (direct seeding inrows), sistem tanam legowo 4:1 atau tandurjajar 20 cm x 20 cm. Pada kondisi radiasimatahari yang rendah, terutama padamusim hujan, yang merupakan sekitar 65%areal padi di Indonesia, peningkatan po-pulasi tanaman menjadi sangat pentinguntuk meningkatkan hasil gabah dan efi-siensi penggunaan pupuk N karena lebih

40 Zulkifli Zaini

sedikitnya jumlah anakan yang terbentuk(De Datta 1981).

Pemberian Bahan Organik

Lahan sawah di Indonesia jarang atausama sekali tidak mendapat pengkayaanpupuk kandang, pupuk hijau, kompos ataumelalui masa istirahat untuk memulihkankegiatan jasad renik dan mikroorganismetanah. Pemberian bahan organik dalambentuk dan jumlah yang memadai sangatpenting untuk keberlanjutan intensifikasilahan sawah. Hal ini lebih bermakna untukdaerah-daerah di mana pupuk kimia terlalumahal karena tidak lagi disubsidi (Zaini etal. 1996; Zaini 2002).

Pertanian organik melalui pemanfaatanorganisme endofit, baik dalam bentukbakteri maupun jamur yang dapat ber-kembang dalam jaringan tanaman, mulaibanyak diteliti dalam upaya perbaikankesuburan tanah, peningkatan efisiensipemupukan maupun ketahanan tanamanterhadap hama dan penyakit. Tanamanyang diinfeksi mikroorganisme endofitdapat tumbuh subur dalam kondisi pe-mupukan dan air irigasi minimal. Tanamanmenghasilkan lebih banyak anakan denganperakaran yang lebih dalam sehingga lebihtoleran cekaman kekeringan, lebih kom-petitif terhadap gulma, dan lebih cepatdaya pulihnya akibat serangan hama danpenyakit.

Sampai saat ini pendekatan pertanianorganik dan nonorganik masih diperde-batkan antara dua visi bagaimana seha-rusnya pertanian masa depan. System ofRice Intensificaton (SRI) lebih menekankanpada usaha tani organik absolut (absoluteorganic farming) yang memfokuskan padapenggunaan pupuk organik untuk mem-perbaiki kesuburan tanah dan biopestisida

untuk pengendalian hama dan penyakitserta peningkatan jumlah anakan perrumpun sebagai dasar peningkatan pro-duksi. Sebaliknya, PTT menggunakan pen-dekatan usaha tani organik secara rasional(rational organic farming), di mana pupukorganik dan anorganik digunakan sesuaikebutuhan tanaman dan perbaikan kesu-buran tanah (Fagi dan Las 2006), se-dangkan penggunaan pestisida didasarkanpada prinsip pengelolaan hama terpadu,dan jumlah malai per satuan luas sebagaidasar peningkatan produksi.

Membalik Arus PendekatanPenerapan Teknologi

Pada awal reformasi terjadi arus balik pen-dekatan penerapan teknologi dari pende-katan sentralistis ke desentralistis. Hal initercermin dalam tata laksana penyiapandan penerapan teknologi pertanian spe-sifik lokasi, Kepmentan No. 804/1995, yangkemudian diperbaiki menjadi PermentanNo. 03/2005. Terkait dengan arus pene-rapan teknologi budi daya padi, kelahiranBalai Pengkajian Teknologi Pertanian(BPTP) pada tahun 1994/1995 merupakanlangkah antisipatif untuk membalik arusinovasi teknologi.

BPTP dibentuk sebagai unit pelaksanateknis (UPT) pusat yang melayani ke-pentingan daerah, merupakan ujung tom-bak dan awal arus balik penerapan tek-nologi. Dalam periode satu dasawarsasetelah kelahirannya, BPTP tetap kon-sisten dalam mengemban arus balik ter-sebut.

Dalam bentuk pilot percontohan telahdiintroduksikan teknologi budi dayaterintegrasi pada tanaman padi sawahmelalui pendekatan PTT sejak tahun 2002.Sesuai dengan konsep dasarnya, yaitu

Memacu peningkatan produktivitas padi sawah ... 41

spesifik lokasi, partisipatif, terpadu, dansinergis antarkomponen teknologi, imple-mentasi pengembangan PTT dalam skalaluas juga menyebabkan terjadinya per-ubahan dan peningkatan efisiensi penggu-naan input. Secara rata-rata petani pesertaPTT memperoleh hasil padi 20% lebihtinggi dan pendapatan 35% lebih banyakdibandingkan petani non-PTT (Budiantodan Zaini 2003; Zaini dan Las 2004).

Berdasarkan hasil pengembangan PTTtersebut diperoleh beberapa lessonslearned untuk dicermati lebih lanjut:1. Penyusunan komponen teknologi

yang dilakukan bersama-sama petanisecara partisipatif dengan memper-timbangkan kondisi sistem usaha tanipadi sawah di masing-masing lokasidimaksudkan untuk tidak mengulangikesalahan yang sama dari penyera-gaman paket teknologi peningkatanproduksi padi selama ini.

2. Introduksi pendekatan PTT dalam skalapilot project baru mampu mening-katkan hasil padi sebesar 1 t GKG/hadengan senjang hasil padi antara yangmengadopsi dan yang tidak meng-adopsi pendekatan PTT sekitar 2,2 tGKG/ha, lebih tinggi dibandingkanrata-rata kenaikan hasil karena PTT.

3. Kurang dipahaminya filosofi PTT olehpara petugas lapangan dan teknik ko-munikasi penyuluhan yang masih ber-sifat satu arah menyebabkan penye-baran dan adopsi teknologi baru belummemberikan dampak seperti yang di-harapkan.

4. Petani juga kurang menyadari bahwatidak hanya keuntungan ekonomi yangdiperoleh dari mengadopsi pendekatanPTT, tetapi juga dampaknya terhadapsumber daya lahan, kualitas lingkung-an, dan perbaikan pendapatan rumahtangga petani.

5. Pengalihan fungsi penyuluhan daripemerintah pusat ke pemerintah daerahmenyebabkan kurang optimalnyapemasyarakatan PTT secara nasional.

Pendekatan PTT atau integrated cropmanagement di Thailand, Filipina, danVietnam telah memasyarakat. Di Vietnam,kegiatan ini telah diperkenalkan secarabesar-besaran sejak tahun 2002 melaluikampanye di media cetak, radio, dan televisidengan jargon Three Reductions, ThreeGains, yang dalam bahasa lokalnya merekasebut Ba Giam, Ba Tang.

LINTASAN TEKNOLOGI BUDI DAYAPADI DALAM ERA REVOLUSI

HIJAU LESTARI

Penggunaan pupuk dan pestisida yangberlebihan, penggunaan air irigasi per-mukaan tanpa sistem drainase yang me-madai, serta hilangnya tanaman kacang-kacangan dalam pola tanam padi sawahmenimbulkan dampak negatif terhadapkesehatan dan struktur tanah. Kerusakanekologi telah menyebabkan fondasi ter-sebut runtuh dalam menopang keberlan-jutan peningkatan produktivitas, bahkanmemicu munculnya gejala kelelahan lahan(soil fatigue) dalam revolusi hijau.

Penanaman padi VUB yang memer-lukan pemberian pupuk, air, dan pestisidasecara intensif, 2-3 kali pertanaman pertahun dan berlangsung lama juga menjadipenyebab pelandaian laju produktivitaskarena menurunnya populasi biota tanahyang berpengaruh terhadap fiksasi nitro-gen, kelarutan fosfat, perlindungan terha-dap penyakit dan tekanan abiotik (Tan etal. 2002; Doebbelaere et al. 2003).

Science Academic Summit tahun 1996di Madras, India, mendeklarasikan revolusi

42 Zulkifli Zaini

hijau lestari (evergreen revolution), yangdiartikan sebagai new green revolutiondalam World Food Summit di FAO, Roma(Fagi et al. 2003). Swaminathan mengaju-kan konsep revolusi hijau lestari yangmenekankan pada peningkatan produk-tivitas tanaman tanpa merusak ekologi dansosial masyarakat. Untuk mencapai pro-duktivitas yang lebih tinggi harus dikem-bangkan manajemen sumber daya alamyang secara progresif dapat mendorongpeningkatan kualitas lahan, biodiversitas,dan produktivitas (Kesavan dan Swamina-than 2006).

Kebutuhan beras Indonesia pada ta-hun 2025 diperkirakan sekitar 60 juta ton.Pada saat ini tingkat produksi baru men-capai 34 juta ton. Tambahan 26 juta tonharus dapat dicapai melalui intensifikasi,ekstensifikasi, dan diversifikasi. Pemerin-tah juga telah mencanangkan programpeningkatan produksi beras 2 juta ton atausetara dengan 3,52 juta ton GKG mulaitahun 2007. Peningkatan permintaan iniharus dipenuhi dengan luas lahan sawahyang makin menurun, lebih sedikit air ter-sedia, lebih sedikit tenaga kerja di pede-saan, dan bahan kimia yang makin mahaldan terbatas.

Sasaran peningkatan produksi tersebuttampaknya tidak mudah untuk dicapai ka-rena sistem produksi yang bersifat sentra-listis dan komando tidak lagi dapat di-terapkan pada era reformasi seperti se-karang ini. Kita harus menggunakan se-luruh teknologi yang tersedia untuk men-capai dan memelihara tingkat produktivitasyang tinggi dengan memperhatikan ling-kungan. Dalam hal ini, beberapa pen-dekatan telah diajukan mulai dari pertanianorganik (organic agriculture), pertanianekologi (eco-agriculture), pertanian hijau(green agriculture), sampai ke kombinasipertanian tradisional dan modern untuk

dapat mentransformasi revolusi hijaumenjadi revolusi hijau lestari (Kesavan danSwaminathan 2006; Fagi 2007).

Belajar dari pemahaman selama erarevolusi hijau, pengembangan programpertanian harus mencermati lebih baik me-ngenai kondisi di mana program pening-katan produktivitas harus mempunyai ke-untungan yang berimbang antarpetani.Kondisi ini mencakup: (1) paket teknologibudi daya yang menguntungkan pada ber-bagai skala kepemilikan lahan; (2) distribusilahan yang berimbang dengan kepemilikanyang terjamin atau hak sewa-menyewa; (3)kemudahan dalam mendapatkan saprodi,kredit usaha tani, dan pemasaran hasil; dan(4) kebijakan yang lebih memperhatikanpetani skala kecil dan buruh tani. Walau-pun kondisi ini tidak mudah untuk dicapai,kita harus membuat upaya bersama untukmemastikan petani kecil dan buruh tanimendapatkan akses yang adil terhadaplahan, inovasi teknologi, dan input yanglebih modern sehingga petani dengan ber-bagai skala kepemilikan lahan mempunyaiakses yang sama kepada teknologi majuserta sekaligus mendapatkan harga yangpantas untuk produk mereka.

Masa depan pertanian kita bergantungpada kemampuan mendorong produktivi-tas dari pertanian kecil tanpa merusak po-tensi produksi jangka panjang. Transfor-masi revolusi hijau ke revolusi hijau lestarimenggunakan satu atau lebih lintasan diatas akan mengantarkan pada win-winsolution antara petani dan ekosistem.Daripada melaksanakan masing-masinglintasan tersebut secara sendiri-sendiri,akan lebih bijaksana mengembangkan padasetiap usaha tani suatu rencana revolusihijau lestari berdasarkan pencampurantepat guna dari pendekatan yang berbedayang dapat menjamin keberlanjutan ekologidan ekonomi.

Memacu peningkatan produktivitas padi sawah ... 43

STRATEGI, KEBIJAKAN, DANPROGRAM KE DEPAN

Paling tidak tiga strategi sekaligus harusdipromosikan untuk memastikan keter-sediaan beras yang mencukupi. Strategitersebut adalah peningkatan produkti-vitas, keuntungan usaha tani, dan keber-lanjutan usaha tani padi. Strategi tersebutmemerlukan pengembangan teknologibaru, termasuk padi hibrida yang lebihtahan hama dan penyakit, padi tipe baru(new plant type), dan varietas inbridayang mempunyai daya adaptasi dan lebihtahan lama (durable resistance) terhadapcekaman biotik dan abiotik serta lebih to-leran pada kondisi marginal (unfavorableconditions).

Penggunaan bioteknologi dan reka-yasa genetik menjadi sangat penting dalamhal ini, seperti mengubah asimilasi CO2

pada tanaman padi dari lintasan C-3 men-jadi lintasan C-4. Keberhasilan tim penelitiSwiss dan Jerman dalam mengintroduksilintasan biosintetik (biosynthetic path-way) melalui rekayasa genetik untuk meng-hasilkan beta karoten sebagai prekursorvitamin A dalam endosperm padi, meru-pakan contoh pentingnya bioteknologi.

Sejalan dengan pelaksanaan era oto-nomi daerah, di mana juga dilakukan peng-alihan fungsi penyuluhan dari pemerintahpusat ke pemerintah daerah, maka strategipenerapan intensifikasi secara nasionaljuga beralih ke spesifik lokasi. Dengandemikian penyediaan paket teknologipertanian wilayah merupakan tanggungjawab BPTP sesuai dengan mandatnya.

Tupoksi balai penelitian komoditasadalah menghasilkan komponen teknologitinggi sesuai mandat komoditasnya. De-ngan demikian, BPTP dapat lebih terlibat,baik dalam proses menghasilkan inovasiteknologi baru seperti varietas unggul

baru spesifik lokasi melalui shuttlebreeding, dan dalam menguji adaptasiteknologi yang berasal dari kearifan lokalmasyarakat petani dan teknologi tinggibidang pertanian yang dihasilkan balaipenelitian komoditas. Namun demikian,arus adopsi dan difusi teknologi harusdipercepat atas dasar: (1) efisiensi dandaya saing, yaitu less cost, more yield andbetter quality; (2) tepat jenis, waktu, sa-saran, dan sesuai kebutuhan petani se-hingga keinginan petani untuk meng-adopsi menjadi makin besar; (3) mem-perkuat jaringan dan keterkaitan kelem-bagaan baik secara vertikal, horizontalmaupun regional antarwilayah kerja BPTP;dan (4) pada kondisi sumber daya pene-litian yang terbatas, sistem prioritas sangatdiperlukan.

Kebijakan pengembangan PTT padisawah yang terus disempurnakan meru-pakan jalan yang dapat dicapai untukmemecahkan yield frontier di Indonesia.Pada dasarnya, penerapan pendekatan PTTdalam sistem produksi padi merupakanfaktor penggerak dan titik ungkit revolusihijau lestari.

Program ke depan menggunakan teknikPenanda Padi (Rice Check) diharapkandapat mempercepat adopsi pendekatanspesifik lokasi oleh petani. Penanda Padididefinisikan sebagai pendekatan penge-lolaan tanaman padi yang dinamis denganmenampilkan teknologi dan pengelolaanbudi daya terbaik sebagai penanda kunci;membandingkan budi daya petani denganhasil budi daya terbaik; dan pembelajaranmandiri melalui diskusi kelompok danlaboratorium lapang untuk keberlanjutanpeningkatan produktivitas dan penda-patan petani serta kelestarian lingkungan.Secara sederhana, Penanda Padi adalahpembelajaran melalui pengamatan danberbagi pengalaman untuk budi daya

44 Zulkifli Zaini

pertanian terbaik (Lacy et al. 2005). Sepertihalnya sekolah lapang, Penanda Padimendorong petani untuk menjadi ahli dilahannya sendiri. Pendekatan Penanda Padidi Australia disebut Rice Check, di Filipinadisebut dengan Palay Check, dan di Ma-laysia dinamai Senarai Semakan TanamanPadi.

Menggunakan pendekatan PTT se-bagai sistem budi daya terbaik padi sawahsaat ini, 10 penanda kunci (key checks)telah diidentifikasi sebagai parameter yangdianggap penting untuk memperoleh hasilpadi dan pendapatan usaha tani yang lebihtinggi (Zaini et al. 2006; Zaini 2007). Hasilpenelitian mendukung rule of thumb dariteknik Penanda Padi, yaitu makin banyakjumlah penanda kunci yang dicapai petani,makin tinggi hasil padi yang diperoleh danmakin besar pendapatannya (Lacy et al.2005; Singh et al. 2005).

Keberhasilan uji coba di Subang, JawaBarat (Zaini et al. 2003b), Banten, Lam-pung, Sumatera Barat, dan NTB mem-berikan keyakinan bahwa teknik PenandaPadi untuk percepatan adopsi teknologispesifik lokasi padi sawah dapat dilak-sanakan dalam skala luas di sentra pro-duksi padi lainnya di Indonesia pada ling-kungan sosial dan ekonomi petani yangberbeda. Teknik Penanda Padi merupakandasar dari Sekolah Lapang PTT.

KESIMPULANDAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

1. Revolusi hijau yang ditujukan untukmemenuhi kebutuhan pangan berhasilmeningkatkan produksi padi secarameyakinkan, namun di lain pihak me-micu munculnya gejala kelelahan lahan.Tahap pemacuan peningkatan pro-duktivitas padi seharusnya dilakukan

bersamaan dengan upaya konservasidan perbaikan kesuburan tanah, air,biodiversitas, atmosfer, dan sumberdaya energi yang dapat diperbaharui.

2. Tiga strategi sekaligus harus dipro-mosikan untuk memastikan keter-sediaan beras yang mencukupi, yaitupeningkatan produktivitas, keun-tungan usaha tani, dan keberlanjutanusaha tani padi. Strategi tersebut me-merlukan pengembangan teknologibaru dengan potensi hasil yang lebihtinggi. Revolusi hijau lestari akan men-sinkronkan teknologi modern dengankebijakan ekologi dari komunitas tra-disional untuk menciptakan teknologiyang berbasis pengelolaan sumberdaya alam terpadu dan bersifat spesifiklokasi.

3. Inovasi teknologi budi daya pada pen-dekatan PTT padi sawah yang terusdisempurnakan merupakan entry pointuntuk mencapai tujuan revolusi hijaulestari, yaitu sistem produksi yang da-pat meningkatkan produktivitas padisawah secara berkelanjutan tanpamerusak lingkungan. Teknik PenandaPadi melalui SL-PTT diharapkanmempercepat proses adopsi teknik budidaya terbaik oleh petani.

4. Arus difusi dan adopsi teknologi, ter-masuk pemanfaatan kearifan dan pe-ngetahuan lokal, harus dipercepat atasdasar efisiensi dan daya saing. Untukitu perlu dipertimbangkan modifikasibeberapa ketentuan dalam peraturanpelepasan varietas yang bersifat spe-sifik lokasi.

Implikasinya, fungsi BPTP adalah: (1)dalam konteks nasional, turut serta dalamproses menghasilkan teknologi tinggimelalui jaringan penelitian dan pengkajiannasional untuk menghasilkan paket tek-

Memacu peningkatan produktivitas padi sawah ... 45

nologi pertanian spesifik lokasi, termasukvarietas, serta (2) dalam konteks daerah,meneliti, merakit, dan mendiseminasikanpaket teknologi komoditas unggulanspesifik daerah. Kondisi ini menjadi sangatstrategis sebagai upaya untuk mensi-nergikan secara dinamis pembangunanpertanian nasional dan regional sertamempercepat adopsi dan difusi teknologidari sumber teknologi kepada petani danpelaku agribisnis lainnya di daerah.

PENUTUP

Penerapan iptek padi (rice science andtechnology) yang tepat akan mampumemberikan terobosan-terobosan inovasiuntuk membedah kebuntuan dalam upayameningkatkan produktivitas padi. Padadasarnya, penerapan rice science andtechnology yang berbasis ekologi danekonomi merupakan dua pilar utama darirevolusi hijau lestari.

Syarat mutlak untuk mencapai keta-hanan pangan melalui peningkatan pro-duksi adalah usaha yang serius denganpenuh dedikasi dan tanggung jawab,dilandasi oleh kerja sama yang harmonisantarpelaku pembangunan disertai upayapelestarian sumber daya alam pada situasikehidupan yang damai.

DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, M.O. 1997. Pengkajian SistemUsahatani Berbasis Padi dengan Wa-wasan Agribisnis (SUTPA) Tahun1995/1996. Pusat Penelitian Sosial Eko-nomi Pertanian dan Pusat Penelitian danPengembangan Tanaman Pangan,Bogor.

Badan Penelitian dan Pengembangan Per-tanian. 2007. Petunjuk Teknis LapangPengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)Padi Sawah Irigasi. Badan Penelitiandan Pengembangan Pertanian, Jakarta.38 hlm.

Balasubramanian, V., A.C. Morales, R.T.Cruz, N.N. De, P.S. Tan, and Z. Zaini.2000. Leaf color chart (LCC): A simpledecision tool for nitrogen managementin rice (poster). ASA Meeting, Minnea-polis, USA, 5-10 November 2000.Agron. Abstr.: 278.

Balasubramanian, V., A.K. Makarim, S.Kartaatmadja, Z. Zaini, N.H. Huan, P.S.Tan, K.L. Heong, and R.J. Buresh. 2002.Integrated resource management inAsian rice farming for enhanced pro-fitability, efficiency, and environmentalprotection. Presented at the Interna-tional Rice Congress, Beijing, China,16-21 September 2002 (PublishedAbstract). IRRI, Philippines.

Budianto, J. and Z. Zaini. 2003. Identifyinglocal specific technologies and prob-lems for increasing production andadded value of agricultural products inIndonesia. The Integrated Rice Impro-vement and Integrated Crop-Livestock-Synergy-Improvement Programme.Proc. Second Seminar in APEC-ATC onWorking Group of Agricultural Tech-nology Transfer and Training, Bali,Indonesia, 24-26 July 2003. IndonesianAgency for Agricultural Research andDevelopment, Jakarta.

Buresh, R.J. 2007. Fertile progress. RiceToday. July-Sept. 2007. p. 32-33.

De Datta, S.K. 1981. Principles andPractices of Rice Production. JohnWiley & Sons, Inc., USA.

Doebbelaere, S., J. Vanderleyden, and Y.Okon. 2003. Plant growth-promoting

46 Zulkifli Zaini

effects of diazotrophs in the rhi-zosphere. Critical Rev. Plant Sci. 22:107-149.

Fagi, A.M. dan Z. Zaini. 1996. Sistem usa-hatani berbasis padi dengan wawasanagribisnis. Prosiding Seminar NasionalProspek Tanam Benih Langsung PadiSawah di Indonesia. Himpunan IlmuGulma Indonesia, Jakarta. hlm. 8-20.

Fagi, A.M., I. Las, M. Syam, A.K. Makarim,dan A. Hasanuddin. 2003. PenelitianPadi Menuju Revolusi Hijau Lestari.Balai Penelitian Tanaman Padi,Sukamandi. 68 hlm.

Fagi, A.M. and I. Las. 2006. Present statusand prospect of organic rice farming inIndonesia. Presented at the 2nd Inter-national Rice Congress 2006. NewDelhi, India. (Published Abstract).International Rice Research Institute,Los Banos, Philippines.

Fagi, A.M. 2007. Konsepsi pertanian ber-basis ekologi. Dalam Membangun Ke-mampuan Penelitian dan Pengembang-an Pertanian. Badan Penelitian danPengembangan Pertanian, Jakarta. hlm.171-206.

Horie, T., T. Shiraiwa, K. Homma, K.Katsura, Y. Maeda, and H. Yoshida.2004. Can yields of lowland rice re-sumes the increases that showed in the1980s? Paper on International CropScience Congress. p. 1-24

Kesavan, P.C. and M.S. Swaminathan.2006. From green revolution to ever-green revolution: Pathways and ter-minologies. Current Sci. 91(2): 145-146.http://www.iisc.ernet.in

Lacy, J., G. Beecher, K. Bechaz, S. Clavarella,and R. Clough. 2005. Rice Check Re-commendations. A guide to objectiverice crop management for improvingyields, grain quality and profits, andfor economic and environmental sus-

tainability. NSW Department of PrimaryIndustries.

Las, I., A.K. Makarim, H.M. Toha, A. Gani,H. Pane, dan S. Abdulrachman. 2003.Panduan Teknis Pengelolaan Tanamandan Sumberdaya Terpadu Padi SawahIrigasi. Departemen Pertanian, Jakarta.30 hlm.

Miyamoto, N., Y. Goto, M. Matsui, Y. Ukai,M. Morita, and K. Nemoto. 2004.Quantitative trait loci for phyllochronand tillering in rice. Theor. Appl. Genet.109 (4): 700-706.

Singh, R.P., J.P. Brennan, and J. Lacy. 2005.An economic evaluation of the rice-check extension program in NSW.Paper presented at the 50th AnnualConference of the Australian Agricul-ture and Resource Economic Society,Manly, February 2005.

Tan, Z., T. Hurek, and B. Reinhold-Hurek.2002. Effect of N-fertilization, plantgenotype and environmental condi-tions on nifH gene pools in roots ofrice. Environ. Microbiol. 5: 1009-1015.

Zaini, Z., Erythrina, and K. Kariyasa. 1996.Low external input sustainable agri-culture, Maubisse, East Timor, Indo-nesia. Indon. Agric. Res. Dev. J. 18(2):31-36.

Zaini, Z. and Erythrina. 1999. Indonesiaexperience in using leaf color chart fornitrogen management in irrigated,transplanted rice: Case of North Su-matra Province. Paper presented at 2nd

CREMNET Workshop Cum GroupMeeting at Soil and Water Mana-gement Research Institute, Thanjafur,Tamil Nadu, India.

Zaini, Z. 2002. The current researchactivities and future direction to realizesustainable food production in In-donesia. Paper presented at the Sympo-sium on Research and Development of

Memacu peningkatan produktivitas padi sawah ... 47

Sustainable Agriculture and the Se-cond Working Group Meeting of theASEAN-Japan Project on Multifunc-tionality of Paddy Farming and itsEffects in ASEAN Member Countries,Kuala Lumpur, 25 February-1 March2002.

Zaini, Z., I. Las, Suwarno, B. Haryanto,Suntoro, dan E.E. Ananto. 2002. Pe-doman Umum Kegiatan PercontohanPeningkatan Produktivitas Padi Ter-padu 2002. Badan Penelitian dan Pe-ngembangan Pertanian, Jakarta. 24 hlm.

Zaini, Z., I. Las, Suwarno, B. Haryanto,Suntoro, dan E.E. Ananto. 2003a. Pe-doman Umum Kegiatan PercontohanPeningkatan Produktivitas Padi Ter-padu 2003. Departemen Pertanian,Jakarta. 25 hlm.

Zaini, Z., Erythrina, and T. Woodhead.2003b. Rice check procedure in in-tegrated crop management: West Javalowland irrigated rice. Paper presentedat the Symposium on Rice CheckProgramme-Indonesia-Australia, Bo-gor, 1-2 March 2003. FAO, Rome.

Zaini, Z. and I. Las. 2004. Development ofintegrated crop and resource mana-gement options for higher yield andprofit in rice farming in Indonesia. p.252-257. Proc. APEC-ATC WorkingGroup in Training Workshop on Agri-

cultural Technology Transfer andTraining. Bandung-Indonesia, 18-22July 2004. Indonesian Agency for Agri-cultural Research and Development,Jakarta.

Zaini, Z., W.S. Diah, dan M. Syam. 2004.Petunjuk Lapang Pengelolaan Ta-naman Terpadu (PTT) Padi Sawah.Meningkatkan hasil dan pendapatan,menjaga kelestarian lingkungan.BP2TP, BPTP Sumatera Utara, BPTPNusa Tenggara Barat, Balai PenelitianPadi, International Rice ResearchInstitute. 57 hlm.

Zaini, Z., Erythrina, and T. Woodhead.2006. Agronomic and economic assess-ment of an adaptation of the Australianrice check procedure. hlm. 228-238.Prosiding Seminar Nasional Pember-dayaan Masyarakat Melalui InovasiTeknologi Pertanian Mendukung Lum-bung Pangan Nasional. Balai BesarPengkajian dan Pengembangan Tek-nologi Pertanian, Bogor.

Zaini, Z. 2007. Percepatan alih teknologipengelolaan tanaman terpadu melaluipenanda padi (rice-check). Makalahdisajikan pada Seminar Nasional BPTPSumatera Utara. Medan, 5 Juni 2007.Balai Besar Pengkajian dan Pengem-bangan Teknologi Pertanian, Bogor.