produktivitas concrete

Upload: adhitiya-rizki-pratama

Post on 23-Feb-2018

253 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    1/125

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    2/125

    iv

    MOTTO

    "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan

    orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat"

    (Al Mujadillah [58] : 11)

    "Inna ma'al usri yusroo"

    "Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan"

    PERSEMBAHAN

    Tugas Akhir ini dipersembahkan untuk kedua orang tua saya,

    ayahanda Ir. R. Windiyana dan ibunda Mega Mulyati yang tiada

    hentinya memberi pesan moral berupa doa dan semangat

    Adik-adik tersayang Elvrizky Cesar Herochmat, Rizandi Arkan Aliadi

    dan Khayruwin Rizkiosi Hadinoto

    Kakek, Nenek, serta saudara-saudara yang terus mensupportdan

    mendoakan hingga terselesaikannya Tugas Akhir ini

    Serta saudara, teman, sekaligus sahabat Teknik Sipil angkatan 2010

    yang selalu memberi semangat dan selalu berjuang bersama demi

    meraih kesuksesan kelak

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    3/125

    v

    ABSTRAK

    Banyaknya permintaan untuk pembangunan suatu konstruksi menjadikan lahan

    kosong untuk pembangunan proyek konstruksi menjadi terbatas dan menyebabkan

    bangunan konstruksi dibuat secara vertikal/bertingkat. Biaya pembangunan bangunan

    bertingkat seperti gedung, hotel dan apartemen membutuhkan dana yang tidak sedikit.

    Akibatnya, para penyedia jasa konstruksi seperti kontraktor harus mencari cara untuk

    menyelesaikan pekerjaan konstruksi dengan dana yang dibatasi oleh pemilik proyek.

    Para kontraktor memiliki banyak cara untuk meminimalisir penggunaan biaya

    proyek namun tetap dengan hasil yang maksimal, salah satunya pada pekerjaan

    pengecoran pada pelat lantai, balok dan kolom. Pekerjaan pengecoran memiliki banyak

    metode yang dapat mempengaruhi biaya dan waktu pelaksanaan. Pada penelitian inidigunakan dua alat pengecoran, yaitu concrete pump dan concrete bucket untuk

    didapatkan perbandingan biaya, waktu dan produktivitas pada pekerjaan pengecoran pelat

    lantai, balok dan kolom.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya pekerjaan pengecoran pelat lantai dan

    balok dengan menggunakan concrete bucket sedikit lebih mahal Rp 3.179 per m3

    daripada menggunakan concrete pump. Namun biaya pada pekerjaan pengecoran kolom

    dengan menggunakan concrete bucket lebih murah Rp 196.314 per m3

    daripada

    menggunakan concrete pump. Sedangkan hasil penelitian terhadap waktu pengecoran

    menunjukkan bahwa waktu pekerjaan pengecoran pada pelat lantai dan balok

    menggunakan concrete pump 3.2 kali lebih cepat dengan selisih 4.774 menit/m3. Pada

    pengecoran kolom juga lebih cepat dengan selisih waktu 3.524 menit/m3 daripadamenggunakan concrete bucket. Pada analisis produktivitas didapatkan bahwa pekerjaan

    pengecoran pelat lantai dan balok dengan menggunakan alat concrete pump sebesar 0.464

    m3

    per menit dan pada pengecoran kolom sebesar 0.081 m3/menit. Sedangkan pada

    pekerjaan pengecoran pelat lantai dan balok menggunakan alat concrete bucketsebesar

    0.144 m3/menit dan pada pengecoran kolom sebesar 0.063 m

    3/menit.

    Kata kunci: Biaya, Waktu, Produktivitas, Pengecoran, Pelat Lantai, Balok, Kolom,

    Concrete Pump, Concrete Bucket

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    4/125

    vi

    ABSTRACT

    Increasing demand for a construction making vacant land is limited for

    construction project and build it vertically. The vertical construction such as building,

    hotel and apartment needs a lot of money. Therefore, the costruction service providers

    like contractor must find way to complete the construction project with limited cost by the

    owner project.

    The contractors have many ways to minimize the cost but still with maximum

    result, one of them is casting work on the floor plates, beams and columns. The casting

    work has many method that can affect the cost and implementation time. In this research

    used two different casting tool, there are concrete pump and concrete bucket to obtain a

    comparison of cost, time and productvity from casting work on the floor plates, beams

    and columns.

    The research results for cost of work casting floor plate and beam by using a

    concrete bucket more expensive than by using concrete pump around Rp 3.200 /m3. But

    the cost to work casting for column by using concrete bucket more cheaper around Rp

    196.314 /m3. The results for time of the work casting floor plate and beam by using the

    concrete pump is 3.2 times more faster than using the concrete bucket with difference in

    time 4.774 minutes/m3. In casting a column by using concrete pump also more faster with

    the difference in time 3.524 minutes/m3. On the productivity analysis showed that the

    work of casting floor plate and beam by using the concrete pump at 0.464 m3/minute and

    the column casting at 0.081 m

    3

    /minute. While at work casting of floor plate and beamwith concrete bucket at 0.144 m3/minute and the column casting at 0.063 m3/minute.

    Keywords:Cost, Time, Productivity, Work Casting, Floor Plate, Beam, Column, Concrete

    Pump, Concrete Bucket

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    5/125

    vii

    KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum Wr. Wb.

    Alhamdulillahirabbilalamiin. Puji dan Syukur penulis haturkan kehadirat

    Allah SWT atas karunia-Nya hingga penyusun dapat menyelesaikan laporan

    Tugas Akhir yang berjudul Perbandingan Produktivitas pada Pekerjaan

    Pengecoran Pelat Lantai, Balok dan Kolom Antara Alat Concrete Pump dan

    Concrete Bucket. Shalawat serta salam selalu tercurahkan pada Nabi Muhammad

    SAW yang menjadi panutan setiap muslim.

    Berdasarkan Kurikulum Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan

    Perencanaan, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, setiap mahasiswa

    diwajibkan menyusun laporan tugas akhir. Tugas akhir ini disusun sebagai syarat

    memperoleh Derajat Sarjana Strata Satu (S1) Teknik Sipil. Atas bantuan dan

    penjelasan serta petunjuk-petunjuk yang sangat bermanfaat dari berbagai pihak,

    karena itu dalam kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan banyak terima

    kasih yang sebesar-besarnya kepada:

    1. Ibu Miftahul Fauziah, ST., MT., Ph.D, selaku Ketua Program Studi Teknik

    Sipil, Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia.

    2. Ibu Tuti Sumarningsih, Ir., MT., selaku Dosen Pembimbing.

    3. Ibu Fitri Nugraheni, S.T., M.T., Ph.D. selaku Dosen Penguji.

    4. Bapak Albani Musyafa', S.T., M.T., Ph.D. selaku Dosen Penguji.

    5. Orang tua yang selalu memberikan dukungan dalam menyelesaikan tugas akhir

    ini.

    6. Teman-teman yang telah membantu dan mensupportdalam penyelesaian tugasakhir ini.

    7. Bapak Soepomo selaku pelaksana proyek Hotel Muncul.

    8. Mbak Hana selaku pengawas proyek Hotel Amaris

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    6/125

    viii

    Penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir ini masih banyak

    kekurangannya. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan saran dan kritik yang

    bersifat membangun demi perbaikan laporan tugas akhir ini dan semoga laporan

    ini dapat bermanfaat bagi Penulis dan semua pihak yang membutuhkan.

    Wassalaamualaikum Wr. Wb.

    Yogyakarta, Juni 2015

    Primafaza Megayanputra

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    7/125

    ix

    DAFTAR ISI

    Halaman

    JUDUL i

    HALAMAN PENGESAHAN ii

    HALAMAN PERSETUJUAN iii

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN iv

    ABSTRAK v

    ABSTRACT vi

    KATA PENGANTAR vii

    DAFTAR ISI ix

    DAFTAR TABEL xii

    DAFTAR GAMBAR xiv

    DAFTAR LAMPIRAN xv

    BAB I PENDAHULUAN 1

    1.1 Latar Belakang 1

    1.2 Rumusan Masalah 2

    1.3 Tujuan Penelitian 2

    1.4 Manfaat Penelitian 3

    1.5 Batasan Penelitian 3

    BAB II STUDI PUSTAKA 4

    2.1 Penelitian Terdahulu 4

    2.2 Keaslian Penelitian 7

    BAB III LANDASAN TEORI 8

    3.1 Manajemen Proyek Konstruksi 8

    3.1.1 Manajemen Konstruksi (Construction Management) 8

    3.1.2 Proyek Konstruksi 8

    3.1.3 Jenis-Jenis Proyek Konstruksi 9

    3.2 Bangunan Gedung 9

    3.3 Biaya Proyek 10

    3.3.1 Biaya Langsung 10

    3.3.2 Biaya Tidak Langsung 11

    3.3.3 Harga Satuan Pekerjaan 12

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    8/125

    x

    3.4 Waktu Pekerjaan 14

    3.5 Produktivitas 14

    3.5.1 Pengertian Produktivitas 14

    3.5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas 15

    3.5.3 Metode-Metode Pengukuran Produktivitas 16

    3.6 Balok 18

    3.7 Pelat Beton Bertulang 19

    3.7.1 Fungsi pelat lantai 20

    3.7.2 Jenis-Jenis Pelat Lantai 20

    3.8 Kolom 23

    3.8.1 Pengertian Kolom 23

    3.8.2 Jenis Kolom 23

    3.9 Beton 25

    3.10 Batching Plant 26

    3.11 Beton Siap Pakai (Ready Mix) 28

    3.12 Truk Beton Pompa (Concrete Pump Truck) 29

    3.13 Concrete Bucketdan Pipa Tremie 30

    3.14 Alat Angkat 31

    3.14.1 Jenis-Jenis Tower Crane 31

    3.14.2 Mekanisme Kerja Tower Crane 32

    3.15 Metode Pelaksanaan Pengecoran 32

    BAB IV METODE PENELITIAN 35

    4.1 Umum 35

    4.2 Lingkup Penelitian 35

    4.3 Jenis Penelitian 354.4 Subjek dan Objek Penelitian 35

    4.5 Pengumpulan Sumber Data 36

    4.6 Lokasi Pengumpulan Data 36

    4.7 Waktu Pengumpukan Data 36

    4.8 Alat Yang Digunakan 37

    4.9 Metode Pengumpulan Data 37

    4.10 Analisis Biaya 37

    4.11 Analisis Waktu 38

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    9/125

    xi

    4.12 Analisis Produktivitas 38

    4.13 Langkah Analisis 38

    4.14 Bagan Alir Penelitian 39

    BAB V ANALISIS DATA 41

    5.1 Pelaksanaan 41

    5.2 Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Pengecoran 41

    5.2.1 Pelaksanaan Pekerjaan Pengecoran dengan Menggunakan

    Pompa Beton (Concrete Pump) 41

    5.2.2 Pelaksanaan Pekerjaan Pengecoran dengan Menggunakan

    Concrete Bucketdan Tower Crane 42

    5.3 Data Umum Proyek 42

    5.3.1 Data Volume Pekerjaan 42

    5.3.2 Data Harga Sewa Alat 43

    5.3.3 Data Tenaga Kerja 43

    5.4 Analisis Data 44

    5.4.1 Pengecoran Proyek 1 44

    5.4.2 Pengecoran Proyek 2 53

    5.5 Perbandingan Analisis Biaya, Waktu dan Produktivitas Pengecoran

    Pelat Lantai, Balok dan Kolom 63

    5.5.1 Perbandingan Analisis Biaya Pengecoran 63

    5.5.2 Perbandingan Analisis Waktu Pengecoran 64

    5.5.3 Perbandingan Analisis Produktivitas Pengecoran 65

    5.6 Pembahasan 66

    5.6.1 Biaya Penyelesaian Pengecoran 66

    5.6.2 Waktu Penyelesaian Pengecoran 68

    5.6.3 Produktivitas Penyelesaian Pengecoran 70

    5.6.4 Umum 72

    BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 79

    6.1 Kesimpulan 79

    6.2 Saran 80

    DAFTAR PUSTAKA 82

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    10/125

    xii

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 3.1 Biaya Pekerjaan Pengecoran Menggunakan Pompa Beton

    Berdasarkan SNI 13

    Tabel 3.2 Biaya Pekerjaan Pengecoran Menggunakan Crane Berdasarkan SNI13

    Tabel 3.3 Komposisi Mutu Beton per 1m3

    26

    Tabel 5.1 Data Proyek 42

    Tabel 5.2 Harga Sewa Alat Berat 43

    Tabel 5.3 Jumlah Tenaga Kerja 43

    Tabel 5.4 Perhitungan Biaya Riil Pekerjaan Pengecoran Pelat Lantai danBalok 45

    Tabel 5.5 Perhitungan Biaya Pekerjaan Pengecoran Pelat Lantai dan Balok

    Berdasarkan SNI 46

    Tabel 5.6 Rekapitulasi Perhitungan Biaya Pekerjaan Pengecoran Pelat

    Lantai

    dan Balok 46

    Tabel 5.7 Waktu Pengecoran Pelat Lantai dan Balok 47

    Tabel 5.8 Waktu Penyelesaian Pengecoran Pelat Lantai dan Balok per m3

    48

    Tabel 5.9 Produktivitas Penyelesaian Pengecoran Pelat Lantai dan Balok 48

    Tabel 5.10 Perhitungan Biaya Riil Pekerjaan Pengecoran Kolom 49

    Tabel 5.11 Perhitungan Biaya Pekerjaan Pengecoran Kolom Berdasarkan

    SNI 50

    Tabel 5.12 Rekapitulasi Perhitungan Biaya Pekerjaan Pengecoran Kolom 50

    Tabel 5.13 Waktu Pengecoran Kolom 51

    Tabel 5.14 Waktu Penyelesaian Pengecoran Kolom per m3

    51

    Tabel 5.15 Produktivitas Penyelesaian Pengecoran Kolom 52

    Tabel 5.16 Perhitungan Biaya Riil Pekerjaan Pengecoran Pelat Lantai dan

    Balok 54

    Tabel 5.17 Perhitungan Biaya Pekerjaan Pengecoran Pelat Lantai dan Balok

    Berdasarkan SNI 55

    Tabel 5.18 Rekapitulasi Perhitungan Biaya Pekerjaan Pengecoran Pelat

    Lantai

    dan Balok 55

    Tabel 5.19 Waktu Pengecoran Pelat Lantai dan Balok 56

    Tabel 5.20 Waktu Penyelesaian Pengecoran Pelat Lantai dan Balok per m3

    58

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    11/125

    xiii

    Tabel 5.21 Produktivitas Penyelesaian Pengecoran Pelat Lantai dan Balok 58

    Tabel 5.22 Perhitungan Biaya Riil Pekerjaan Pengecoran Kolom 59

    Tabel 5.23 Perhitungan Biaya Pekerjaan Pengecoran Kolom Berdasarkan

    SNI 60

    Tabel 5.24 Rekapitulasi Perhitungan Biaya Pekerjaan Pengecoran Kolom 61

    Tabel 5.25 Waktu Pengecoran Kolom 61

    Tabel 5.26 Waktu Penyelesaian Pengecoran Kolom per m3

    61

    Tabel 5.27 Produktivitas Penyelesaian Pengecoran Pelat Lantai dan Balok 62

    Tabel 5.28 Perbandingan Biaya Pengecoran Pelat Lantai dan Balok per m3

    63

    Tabel 5.29 Perbandingan Biaya Pengecoran Kolom 63

    Tabel 5.30 Perbandingan Waktu Pengecoran Pelat Lantai dan Balok per m3 64

    Tabel 5.31 Perbandingan Waktu Pengecoran Kolom per m3

    64

    Tabel 5.32 Perbandingan Produktivitas Pengecoran Pelat Lantai dan Balok 65

    Tabel 5.33 Perbandingan Produktivitas Pengecoran Kolom 65

    Tabel 5.34 Kelebihan dan Kekurangan dari Concrete Pump dan Concrete

    Bucket

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    12/125

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    13/125

    xv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran I 84Lampiran II 85

    Lampiran III 86

    Lampiran VI 87

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    14/125

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 LATAR BELAKANG

    Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang dalam

    dunia konstruksi. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pekerjaan konstruksi baik

    untuk rumah tinggal, rumah sakit, pabrik, gedung bertingkat dan lain sebagainya.

    Banyaknya lahan yang digunakan serta meningkatnya angka pertambahan jumlah

    penduduk menyebabkan kebutuhan akan rumah tinggal dan tempat bekerja

    bertambah pula. Dampak dari semua ini menjadikan lahan kosong untuk

    pembangunan proyek konstruksi menjadi terbatas. Untuk mengatasi keterbatasan

    lahan, tidak sedikit dari pemilik lahan yang akhirnya membuat bangunan

    konstruksi secara vertikal/ bertingkat.

    Pembangunan proyek konstruksi secara vertikal seperti gedung bertingkat,

    apartemen, rumah sakit, hotel dan lain sebagainya tentu membutuhkan anggaran

    biaya yang besar. Anggaran biaya ini bisa berupa biaya langsung dan biaya tidak

    langsung. Biaya langsung (direct cost) merupakan biaya yang berhubungan

    langsung dengan pelaksanaan proyek seperti: biaya material, biaya upah pekerja

    hingga biaya peralatan yang digunakan. Sedangkan biaya tidak langsung (indirect

    cost) merupakan biaya yang secara tidak langsung berhubungan dengan

    pelaksanaan proyek tetapi harus ada dan tidak dapat dilepaskan dari proyek

    tersebut, seperti: biaya sewa kantor sementara, biaya pembuatan gudang

    sementara, biaya Quality Control pada uji desak kubus/silinder beton

    (Dipohusodo, 1996). Dengan demikian, para penyedia jasa konstruksi seperti

    konsultan dan kontraktor dituntut untuk bisa membuat suatu rencana anggaran

    biaya (RAB) yang ekonomis dengan mutu dan kualitas yang tetap terjamin.

    Perencanaan anggaran biaya ini pun tidak luput dari gambar kerja proyek tersebut

    dan spesifikasi yang digunakan.

    Dalam merencanakan suatu anggaran biaya tidak hanya dari gambar

    proyek dan detail spesifikasi proyek saja, namun metode pelaksanaan yang

    digunakan oleh kontraktor juga dapat mempengaruhi rencana anggaran biaya

    (RAB) tersebut. Metode-metode pelaksanaan yang digunakan oleh kontraktor

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    15/125

    2

    pada saat pelaksanaan pembangunan juga dapat mempengaruhi biaya dan waktu

    pada pekerjaan konstruksi agar bisa lebih efektif dan efisien. Misal saja dalam

    pembuatan beton struktur bangunan lantai atas, dalam proses pengecorannya bisa

    menggunakan beberapa metode seperti: cast insitu/ konvensional, concrete lift,

    concrete pump ataupun tower crane. Pemilihan metode tersebut juga bergantung

    pada lokasi proyek, anggaran dana dan lain sebagainya.

    Dengan mengetahui beberapa metode tersebut maka dibutuhkan kejelian

    dan perhitungan yang tepat dalam menentukan metode apa yang akan dipakai

    demi meningkatkan produktivitas kinerja agar lebih efektif dan efisien. Dalam

    penelitian tugas akhir ini akan dibandingkan produktivitas pengecoran

    menggunakan concrete pump dengan concrete bucketpada pengecoran balok dan

    pelat lantai atas bangunan bertingkat.

    1.2 RUMUSAN MASALAH

    Berdasarkan latar belakang yang ada, maka rumusan masalah pada Tugas

    Akhir ini yaitu:

    1. Berapakah perbandingan biaya pengecoran pada pelat lantai, balok dan kolom

    dengan menggunakan concrete pump dan concrete bucket.

    2. Berapakah perbandingan waktu pengecoran pada pelat lantai, balok dan

    kolom dengan menggunakan concrete pump dan concrete bucket.

    3. Berapakah perbandingan produktivitas pengecoran pada pelat lantai, balok

    dan kolom dengan menggunakan concrete pump dan concrete bucket.

    1.3 TUJUAN PENELITIAN

    Penyusunan Tugas Akhir ini bertujuan sebagai berikut:

    1. Mengetahui biaya pengecoran pada pelat lantai, balok dan kolom dengan

    menggunakan concrete pump dan concrete bucket.

    2. Mengetahui waktu pengecoran pada pelat lantai, balok dan kolom dengan

    menggunakan concrete pump dan concrete bucket.

    3. Mengetahui produktivitas pengecoran pada pelat lantai, balok dan kolom

    dengan menggunakan concrete pump dan concrete bucket.

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    16/125

    3

    1.4 MANFAAT PENELITIAN

    Manfaat yang diharapkan dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah:

    1. Dapat menjadi bahan pertimbangan secara ilmiah bagi para praktisi jasa

    konstruksi dalam menentukan metode pengecoran lantai atas.

    2. Dapat menjadi bahan pengetahuan tambahan bagi mahasiswa maupun

    para pembaca.

    1.5 BATASAN PENELITIAN

    1. Penelitian ini dilakukan pada proyek pembangunan Hotel Muncul dan

    Hotel Amaris, Yogyakarta.

    2. Analisis penelitian dilakukan untuk mengetahui efektifitas biaya dan

    waktu.

    3. Analisis dilakukan hanya pada pengecoran pelat lantai, balok dan

    kolom.

    4. Analisis penelitian menggunakan bantuan program Ms. Excel.

    5. Harga satuan yang digunakan berdasarkan harga satuan wilayah D.I

    Yogyakarta.

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    17/125

    4

    BAB II

    STUDI PUSTAKA

    Dalam penelitian Tugas Akhir ini diperlukan referensi dari buku, literatur,

    tugas akhir maupun jurnal terdahulu. Hal ini diperlukan guna menunjang

    tambahan bahan serta mencegah adanya duplikasi terhadap karya tulis yang sudah

    pernah dibuat sebelumnya.

    2.1 PENELITIAN TERDAHULU

    2.1.1 Perbandingan Biaya dan Waktu pada Pekerjaan Cor dan Kolom

    dengan Cara Manual (Konvensional) dan dengan Menggunakan

    Concrete Pump

    Penelitian Tugas Akhir oleh Abma (2012) yang berjudul Perbandingan

    Biaya dan Waktu pada Pekerjaan Cor dan Kolom dengan Cara Manual

    (Konvensional) dan dengan Menggunakan Concrete Pump. Penelitian ini

    dilakukan untuk mengetahui besarnya perbandingan produktivitas menyeluruh

    dan produktivitas ideal pada pekerjaan cor kolom dengan cara manual dan dengan

    menggunakan concrete pump. Selain itu juga untuk mengetahui besarnya

    perbandingan waktu dan biaya penyelesaian pada pekerjaan cor kolom dengan

    menggunakan concrete pump.

    Dari penelitian yang dilakukan mengenai produktivitas waktu dan biaya

    pekerjaan cor kolom dengan cara manual (konvensional) dengan pekerjaan cor

    kolom menggunakan concrete pump telah disimpulkan bahwa:

    1. Rata-rata produktivitas menyeluruh pada pekerjaan cor kolom dengan

    menggunakan cara manual (konvensional), sedangkan rata-rata produktivitas

    ideal pada pekerjaan cor kolom dengan menggunakan concrete pump lebih

    besar 6,7035 kali dibandingkan dengan menggunakan cara manual

    (konvensional), sedangkan rata-rata produktivitas ideal pada pekerjaan cor

    kolom dengan concrete pump 4,4675 kali lebih besar dari pekerjaan cor

    kolom dengan cara manual (konvensional).

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    18/125

    5

    2. Waktu penyelesaian pada pekerjaan cor kolom dengan volume yang sama

    sebesar 24,93 m3

    menggunakan concrete pump 4 kali lebih cepat

    dibandingkan dengan pekerjaan cor kolom cara manual (konvensional). Biaya

    penyelesaian pekerjaan cor kolom dengan cara manual (konvensional) lebih

    besar 1,899 kali dibandingkan dengan biaya cor kolom dengan menggunakan

    concrete pump.

    2.1.2 Perhitungan Produktivitas dan Estimasi Waktu Pengecoran Kolom

    Menggunakan Tower Crane

    Penelitian tugas akhir oleh Nazmi (2014) yang berjudul Perhitungan

    Produktivitas dan Estimasi Waktu Pengecoran Kolom Menggunakan Tower

    Crane. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui metode pelaksanaan alat berat

    tower crane pada pekerjaan gedung bertingkat dan menghitung waktu siklus,

    produktivitas kerja dan estimasi waktu pengangkatan material oleh tower crane.

    Dari penelitian yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa:

    1. Metode untuk pelaksanaan pengecoran kolom dengan tower crane terdiri dari

    proses muat, proses pengangkatan (hoisting, slewing, trolley, dan travelling),

    proses pembongkaran dan proses kembali.

    2. Waktu siklus tower crane sebesar 17,616 menit. Nilai tersebut diperoleh dari

    input aktivitas hoisting, slewing, trolley, dan travelling sesuai dengan standar

    teknis dan ketinggian pergerakan tower crane disesuaikan dengan kondisi

    lahan pekerjaan.

    3. Produktivitas tower crane dilokasi studi sebesar 6,54 ton/ jam. Nilai

    produktivitas tersebut diperoleh pada kondisi efisiensi kerja sebesar 0,8.

    4. Produktivitas teoritis berbeda dengan produktivitas di lapangan. Estimasi

    waktu total teoritis lebih kecil dari estimasi waktu total penyelesaian

    pekerjaan di lapangan. Estimasi waktu total penyelesaian tower crane 29,007

    jam. Tetapi pada kenyataannya mengalami keterlambatan, penyebabnya

    yaitu, terlambatnya kedatangan material, cuaca yang mendung dan berangin

    dan kondisi alat yang kurang baik.

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    19/125

    6

    2.1.3 Analisis Perbandingan Biaya dan Waktu Penggunaan Steel Deck dan

    Baja Tulangan Konvensional Pada Pekerjaan Pelat Lantai Proyek

    Pembangunan Gedung Kantor BPD Yogyakarta

    Penelitian Tugas Akhir oleh Usman (2008) yang berjudul Analisis

    Perbandingan Biaya dan Waktu Penggunaan Steel Deck dan Baja Tulangan

    Konvensional Pada Pekerjaan Pelat Lantai Proyek Pembangunan Gedung Kantor

    BPD Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan biaya

    dan waktu serta rasio perbandingannya terhadap pekerjaan pelat lantai antara Steel

    Deckdengan baja tulangan konvensional pada pembangunan gedung proyek BPD

    Yogyakarta.

    Dari penelitian yang dilakukan untuk mengetahui perbandingan biaya dan

    waktu penggunaan Steel Deckdan baja tulangan konvensional telah disimpulkan

    bahwa:

    1. Perbedaan biaya pekerjaan pelat lantai menggunakan pelat lantai

    menggunakan baja tulangan konvensinal terhadap pekerjaan lantai

    menggunakan Steel Deck untuk luasan per-m2pelat lantai sebesar Rp

    13.922,51 dengan rasio perbandingan biaya pekerjaan pelat lantai

    menggunakan Steel Deck adalah 105,638% biaya pekerjaan pelat lantai

    menggunakan baja tulangan konvensional.

    2. Prbedaan waktu penyelesaian pekerjaan pelat lantai-3 menggunakan Steel

    Deck pada kasus proyek pembangunan gedung kantor BPD Yogyakarta

    terhadap waktu penyelesaian pekerjaan pelat lantai menggunakan baja

    tulangan konvensinal adalah 18 hari,dengan rasio perbandingan waktu

    penyelesaian pekerjaan pelat lantai-3 menggunakan Steel Deck adalah 10%

    waktu penyelesaian pekerjaan pelat lantai menggunakan baja tulangankonvensional. Maka diketahui bahwa pekerjaan pelat lantai-3 menggunakan

    Steel Deck90% lebih cepat.

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    20/125

    7

    2.1.4 Perbandingan Biaya dan Waktu Pelaksanaan Metode Pengecoran

    BetonReady Mix pada Balok dan Pelat Lantai Gedung

    Penelitian Tugas Akhir oleh Wintara (2014) yang berjudul "Perbandingan

    Biaya dan Waktu Pelaksanaan Metode Pengecoran Beton Ready Mix pada Balok

    dan Pelat Lantai Gedung". Dari hasil penelitian yang telah disimpulkan bahwa:

    1. Pada pekerjaan pengecoran di lantai 2, biaya termurah diperoleh dari volume

    6m3-36,39m

    3dengan menggunakan alat liftcor, sedangkan pada volume lebih

    dari 36,39m3

    dengan menggunakan alat concrete pump.

    2. Pada pekerjaan pengeoran di lantai 3, biaya termurah diperoleh dari volume

    6m3 - 23,51m3 dengan menggunakan lift cor, sedangkan pada volume lebih

    dari 23,51m3

    dengan menggunakan alat concrete pump.

    3. Pada pekerjaan pengecoran lantai 4, biaya termurah diperoleh dari volume

    6m3

    - 11,572m3

    dengan menggunakan liftcor, sedangkan pada volume lebih

    dari 23,51m3

    dengan menggunakan alat concrete pump.

    4. Waktu tercepat pengecoran beton ready mix pada balok dan pelat lantai 2, 3

    dan 4 diperoleh dengan menggunakan alat concrete pump.

    2.2 KEASLIAN PENELITIAN

    Keaslian penelitian diperlukan sebagai bukti agar tidak adanya plagiarisme

    antara penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan. Perbedaan

    antara penelitian yang telah disebutkan dengan penelitian yang sedang dilakukan

    pada tugas akhir ini yaitu pada penelitian ini digunakan dua alat pengecoran

    menggunakan alat concrete pump dan concrete bucket untuk dibandingkan dan

    dicari nilai produktivitasnya terhadap waktu dan biaya pada pekerjaan pengecoran

    pelat lantai, balok dan kolom.

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    21/125

    8

    BAB III

    LANDASAN TEORI

    Dalam tugas akhir ini akan dibahas mengenai pengecoran pada pelat lantai

    dan balok menggunakan dua alat bantu pengecoran yang berbeda yaitu concrete

    pump dan concrete bucket. Kedua alat bantu ini pun menggunakan beton siap

    pakai (ready mix) dalam pelaksanaan pengecorannya. Pada pelaksanaannya di

    lapangan, penggunaan concrete bucketsebagai alat pengecoran tidak terlepas dari

    adanya alat angkat seperti tower crane atau mobile crane untuk pengangkatan

    beton ke tempat yang akan di cor. Pada tugas akhir ini ditinjau dari segi biaya dan

    waktu pada pekerjaan pengecoran dengan menggunakan kedua alat bantu tersebut.

    3.1 MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI

    3.1.1 Manajemen Konstruksi (Construction Management)

    Manajemen Konstruksi (construction management) adalah suatu

    pengelolaan dimana sumber daya yang terlibat dalam proyek konstruksi dapat

    diaplikasikan oleh manajer proyek secara tepat. Sumber daya dalam proyek

    konstruksi dapat dikelompokkan menjadi manpower, material, machines, money,

    method. Proyek rekayasa sipil mempunyai karakteristik yang berbeda jika

    dibandingkan dengan industri lainnya (misal manufaktur). Salah satunya bersifat

    unik atau tunggal. Kondisi ini menuntut adanya rancangan dan program

    pembangunan tersendiri.

    3.1.2 Proyek Konstruksi

    Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu

    kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Dalam rangkaian

    kegiatan tersebut, terdapat suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan.

    Karakteristik proyek konstruksi dapat dipandang dalam tiga dimensi yaitu unik,

    melibatkan sejuamlah sumber daya, dan membutuhkan organisasi. Kemudian,

    dalam proses penyelesaiannya harus berpegang pada tiga kendala (triple

    constrain): sesuai spesifikasi yang ditetapkan, sesuai waktu penjadwalan (time

    schedule), dan sesuai dengan biaya yang direncanakan.

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    22/125

    9

    3.1.3 Jenis-Jenis Proyek Konstruksi

    Proyek konstruksi dapat dibedakan menjadi dua jenis kelompok

    bangunan,yaitu:1. Bangunan gedung: rumah, kantor, pabrik, dan lain-lain. Ciri-ciri dari

    kelompok bangunan ini adalah:

    a. Proyek konstruksi menghasilkan tempat orang bekerja atau tinggal.

    b. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang relatif sempit dan kondisi

    pondasi umunya sudah diketahui.

    c. Manajemen dibutuhkan, terutama untukprogressing pekerjaan.

    2. Bangunan sipil: jalan, jembatan, bendungan, dan infrastruktur lainnya. Ciri-

    ciri dari kelompok bangunan ini adalah:

    a. Proyek konstruksi dilaksanakan untuk mengendalikan alam agar berguna

    bagi kepentingan manusia.

    b. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang luas atau panjang dan kondisi

    pondasi sangat berbeda satu sama lain dalam proyek.

    c. Manajemen dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan.

    Adapun penelitian yang dilakukan pada tugas akhir ini meninjau

    pengecoran balok dan pelat lantai pada bangunan bertingkat seperti gedung.

    3.2 BANGUNAN GEDUNG

    Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang

    menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di dan/

    atau di alam tanah dan/ atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia

    melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan

    keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya maupun kegiatan khusus.(Sumber: UU No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung)

    Bangunan gedung memiliki beragam bentuk, ukuran dan fungsi, serta

    telah mengalami penyesuaian sepanjang sejarah yang disebabkan oleh beberapa

    faktor, seperti bahan bangunan, kondisi cuaca, harga, kondisi tanah dan alasan

    estetika.

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    23/125

    10

    3.3 BIAYA PROYEK

    Biaya yang dimaksud adalah biaya yang dikeluarkan sebelum dan pada

    saat pelaksanaan serta setelah proyek tersebut selesai, atau dengan kata lain biaya

    yang dikeluarkan selama proses kegiatan proyek (Asworth,1994).

    Biaya proyek dibedakan menjasi 2 kelompok biaya sebagai berikut:

    1. Biaya langsung (direct cost)

    2. Biaya tak langsung (indirect cost)/overheadproyek

    3.3.1 Biaya Langsung

    Biaya langsung adalah setiap jenis biaya yang berkaitan dengan

    pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi, atau biasa disebut biaya fisik proyek.

    Biaya fisik proyek tersebut adalah:

    1. Biaya bahan/ material

    Biaya bahan/ material adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian

    material dan biaya pemindahannya ke lokasi pekerjaan. Pekerjaan

    pemindahan ini meliputi bongkar, muat, pengangkutan dan penyimpanan.

    Biaya material merupakan unsur bahan yang meliputi komponen pokok dan

    komponen penunjang dan material yang digunakan. Hal-hal yang berkaitan

    dengan biaya material antara lain :

    a. Harga material

    Material yang digunakan pada proyek bangunan konstruksi terbagi atas

    beberapa jenis sesuai dengan fungsi dan karakteristiknya, sehingga

    harganya akan berlainan.

    b. Pengangkutan material

    Pengangkutan material dengan menggunakan tenaga manusia biasanya

    kurang cepat, tetapi hal ini efektif dilakukan apabila keadaan tidak

    memungkinkan penggunaan alat berat.

    2. Biaya tenaga kerja (upah)

    Biaya tenaga kerja (upah) dipengaruhi oleh dua hal yaitu indeks biaya hidup

    dan tingkat kehidupan. Dalam perhitungan biaya tenaga kerja, ada dua faktor

    utama yang perlu diperhatikan.Yang pertama adalah uang atau harga yang

    berkaitan dengan upah per hari atau per jam, tunjangan tambahan, asuransi,

    pajak dan premi upah. Faktor kedua adalah produktivitas yaitu banyaknya

    pekerjaan yang dapat dilaksanakan oleh seorang pekerja ataupun kelompok

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    24/125

    11

    kerja dalam suatu periode waktu yang sudah ditentukan (per hari atau per

    jam). Besar upah tenaga kerja tergantung beberapa faktor, yaitu tenaga kerja,

    waktu kerja, lokasi pekerjaan, persaingan tenaga kerja, kepadatan penduduk,

    tenaga kerja pinjaman dan pendatang.

    3. Biaya Peralatan

    Peralatan untuk suatu proyek konstruksi meliputi berbagai jenis alat ringan

    dan alat berat atau mesin. Peralatan ini dapat dipakai sekali dan ada pula yang

    dapat dipakai untuk proyek berikutnya. Biaya yang dibutuhkan oleh alat berat

    jauh lebih besar dibandingkan dengan alat ringan. Penentuan biaya peralatan

    didasarkan pada biaya produksinya yang akan terdiri dari pemilihan alat,

    yaitu biaya yang dikeluarkan sebagai akibat memiliki atau menggunakan

    peralatan tersebut, baik selama operasi maupun non operasi.

    3.3.2 Biaya Tidak Langsung

    Biaya tidak langsung adalah biaya yang dikeluarkan tetapi tidak berkaitan

    langsung dengan pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Biaya tidak langsung ini biasa

    juga disebut overhead cost dan dibagi atas dua macam kelompok biaya

    (Dipohusodo, 1996), yaitu:

    1. Biaya overhead

    Biaya overheadini dibagi menjadi dua macam kelompok biaya, yaitu:

    a. Biaya overheadumum

    Biaya overhead umum merupakan pengeluaran perusahaan yang

    pembukuannya biasanya tidak langsung dimasukkan dalam

    pembelanjaan suatu proyek. Beberapa pengeluaran perusahaan yang

    termasuk dalam biaya ini biasanya berupa peralatan kecil/ material habis

    pakai, biaya notaris, biaya dokumentasi, sewa kantor/ telepon/ listrik, gaji

    personil tetap perusahan.

    b. Biaya overheadproyek

    Biaya overheadproyek adalah pengeluaran proyek tetapi tidak termasuk

    dalam biaya material, upah atau peralatan. Beberapa pengeluaran proyek

    yang termasuk dalam biaya ini antara lain:

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    25/125

    12

    1) Biaya pelayanan keamanan dan keselamatan kerja.

    2) Biaya akomodasi proyek seperti listrik, air bersih, air minum,

    sanitasi.

    3) Biaya pembangunan kantor proyek beserta kelengkapannya.

    4) Biaya inspeksi, pengujian dan pengetesan.

    5) Biaya asuransi tenaga kerja, resiko pembangunan dan kerugian.

    Biaya overheadini dapat mencapai sekitar 12%-30% dari biaya langsung,

    jumlah biaya tersebut tergantung dari macam pekerjaan dan kondisi lapangannya

    (Dipohusodo, 1996).

    2. Biaya tak terduga/contigencies

    Biaya tak terduga adalah salah satu biaya tak langsung, yaitu biaya untuk

    kejadian-kejadian yang mungkin terjadi atau mungkin tidak. Misalnya

    naiknya muka air tanah, banjir, longsornya tanah dan sebagainya. Pada

    umumnya biaya ini diperkirakan antara 0,5% sampai 5% dari biaya total

    proyek.

    3.3.3 Harga Satuan Pekerjaan

    Harga satuan pekerjaan adalah jumlah harga bahan dan upah tenaga kerja

    berdasarkan perhitungan analitis. Harga bahan didapat dari pasaran, dikumpulkan

    dalam suatu daftar yang dinamakan daftar harga satuan bahan, sedangkan upah

    tenaga kerja didapatkan di lokasi, dikumpulkan dan dicatat dalam satu daftar yang

    dinamakan daftar satuan harga upah.

    Harga satuan bahan dan upah tiap daerah berbeda-beda. Dalam

    menghitung harga satuan bahan dan upah harus berpedoman pada harga satuan

    bahan dipasaran dan upah tenaga kerja di lokasi pekerjaan.

    Pada pelaksanaannya, perhitungan biaya proyek dibagi lagi berdasarkan

    jenis pekerjaannya masing-masing yang salah satunya adalah pekerjaan

    pengecoran. Adapun biaya pekerjaan pengecoran per 1 m3

    menurut SNI

    (Peraturan PU No 11/PRT/M/2013 Tentang Pedoman AHSP Bidang Pekerjaan

    Umum) seperti pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2 berikut:

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    26/125

    13

    Tabel 3.1 Biaya Pekerjaan Pengecoran Menggunakan Pompa Beton Berdasarkan

    SNI

    No Nama Satuan KoefisienHarga Satuan

    (Rp)

    Total

    (Rp)

    A Tenaga Kerja

    1 Pekerja OH 1,00

    2 Tukang Batu OH 0,25

    3 Kepala Tukang OH 0,025

    4 Mandor OH 0,10

    Jumlah Biaya Tenaga Kerja

    B Bahan

    1 BetonReady Mix m3 1,02

    Jumlah Biaya Bahan

    C Peralatan

    1Pompa dan Conveyor

    Betonsewa-hari 0,12

    2 Vibrator sewa-hari 0,10

    Jumlah Biaya Peralatan

    D Jumlah Harga Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A + B + C)

    E Overhead + Profit (15% x D)

    F Harga Satuan Pekerjaan per m3

    (D + E)

    Tabel 3.2 Biaya Pekerjaan Pengecoran Menggunakan Crane Berdasarkan SNI

    No Nama Satuan KoefisienHarga Satuan

    (Rp)

    Total

    (Rp)

    A Tenaga Kerja

    1 Pekerja OH 1,00

    2 Tukang Batu OH 0,25

    3 Kepala Tukang OH 0,025

    4 Mandor OH 0,10

    Jumlah Biaya Tenaga Kerja

    B Bahan

    1 BetonReady Mix m3

    1,02

    Jumlah Biaya Bahan

    C Peralatan

    1 Crane sewa-hari 0,025

    2 Vibrator sewa-hari 0,10

    Jumlah Biaya Peralatan

    D Jumlah Harga Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A + B + C)

    E Overhead + Profit (15% x D)

    F Harga Satuan Pekerjaan per m3 (D + E)

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    27/125

    14

    3.4 WAKTU PEKERJAAN

    Waktu atau durasi pekerjaan adalah waktu yang ditempuh atau dikerjakan

    oleh pekerja dalam menyelesaikan suatu volume pekerjaan. Pembahasan waktu

    proyek dapat ditinjau dari waktu total suatu pekerjaan maupun waktu dari masing-

    masing komponen pekerjaan proyek konstruksi. Pada penelitian ini, pembahasan

    waktu proyek ditinjau dari waktu penyelesaian pekerjaan pengecoran balok dan

    pelat lantai dengan menggunakan alat concrete pump atau concrete bucket.

    3.5 PRODUKTIVITAS

    3.5.1 Pengertian Produktivitas

    Dalam penyeleksian alat-alat konstruksi harus memperhitungkan

    produktivitas yang dinyatakan dalam satuan tertentu, misalnya berapa unit tanah

    atau material yang dapat diangkut per satuan waktu, satuan berat struktur besi atau

    baja yang didirikan, atau meter kubik adukan beton terangkut per satuan waktu.

    Produktivitas ini pun memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang

    pengetahuan memiliki pengertian yang berlainan tentang produktivitas. Adapun

    berbagai macam pengertian produktivitas adalah sebagai berikut (Kurniawati,

    2009) :

    1. Menurut Paul O. Olomolaiye (1998)

    Menyatakan bahwa produktivitas dapat diuraikan sebagai suatu perbandingan

    antara output yang berupa barang maupun jasa pada waktu tertentu sibagi

    dengan total inputnya yang berupa manpower, material, money, method,

    machine selama periode yang bersangkutan dalam satuan unit.

    2. Menurut Pilcher (1992)

    Menyatakan bahwa produktivitas adalah rasio antara kegiatan (output) dan

    masukan (input).

    (3.1)

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    28/125

    15

    3. Menurut Raymond. A. Boy (1996)

    Menyatakan bahwa produktivitas adalah hubungan antara barang yang

    dihasilkan (output) dan jumlah tenaga kerja modal, tempat, dan sumber daya

    lain yang tersedia untuk menghasilkan barang (input).

    (3.2)

    4. Menurut Werther (1986)

    Menyatakan bahwa produktivitas adalah keluaran fisik per unit dari usaha

    produktif atau produktivitas adalah tingkat keefektifan dari pengguna tenaga

    kerja dan peralatan.

    3.5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas

    Produktivitas pekerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya

    adalah sebagai berikut:

    1. Tingkat upah

    Tenaga kerja dapat bekerja lebih giat karena didorong dengan pemberian

    upah yang setimpal dengan pekerjaannya. Produktivitas yang tinggi

    memungkinkan untuk meningkatkan upah kerja yang lebih tinggi.

    (Henderson, 1985).

    2. Pengalaman dan keterampilan

    Tingkat keseringan suatu pekerjaan yang dilakukan tenaga kerja akan

    mempengaruhi tingkat produktivitas pekerja tersebut.

    3. Pendidikan dan keahlian

    Tenaga kerja akan lebih efektif dalam melakukan suatu pekerjaan apabila

    telah diberikan pelatihan khusus (training) dibandingkan dengan tenaga kerja

    yang belum pernah diberikan pelatihan khusus.

    4. Usia pekerja

    Usia pekerja yang lebih muda relatif mempunyai tingkat produktivitas yang

    lebih tinggi dibandingkan pekerja yang lebih tua karena pekerja yang usianya

    lebih muda mempunyai tenaga yang lebih besar dan sangat diperlukan dalam

    pekerjaan konstruksi.

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    29/125

    16

    5. Pengadaan barang

    Pada saat barang material sampai ke lokasi proyek, maka pekerjaan dari

    pekerja akan terhenti sesaat dikarenakan pekerja harus mengangkut dan

    memindahkan material tersebut. Atau ketika barang material yang dibutuhkan

    tidak ada di lokasi proyek maka itu akan mempengaruhi tingkat produktivitas.

    6. Cuaca

    Tingkat produktivitas pekerja akan dipengaruhi oleh cuaca seperti pada saat

    musim kemarau suhu udara akan meningkat yang menyebabkan pekerja akan

    cepat kelelahan, sedangkan pada musim hujan saat pekerjaan pondasi dan

    galian akan terhambat dikarenakan kondisi tanah dapat longsor dan tidak

    dapat dilakukan pengecoran dalam kondisi hujan.

    7. Jarak material

    Jarak material yang jauh akan mengurangi produktivitas pekerjaan, karena

    jarak yang jauh antara material dan lokasi pekerjaan membutuhkan tenaga

    ekstra untuk pengangkutan material.

    8. Manajerial

    Faktor manajerial berpengaruh terhadap semangat dan gairah pekerja melalui

    gaya kepemimpinan, kebijakan dan peraturan perusahaan.

    9. Efektivitas jam kerja

    Jam kerja yang dipakai secara optimal akan menghasilkan produktivitas yang

    optimal juga sehingga perlu diperhatikan efektivitas jam kerja.

    3.5.3 Metode-Metode Pengukuran Produktivitas

    Pengukuran produktivitas dari masing-masing aktivitas sangat penting

    dalam perencanaan schedule proyek karena dengan mengetahui nilai produktivitas

    masing-masing aktivitas, akan dapat memperkirakan produktivitas suatu proyek

    secara keseluruhan. Hasil yang didapat akan membantu kontraktor mencapai

    ketepatan waktu dalam menyelesaikan proyek sesuai dengan schedule yang dibuat

    sebelumnya. Hal ini sangat penting karena ketepatan waktu penyelesaian proyek

    merupakan salah satu kriteria kesuksesan pihak jasa konstruksi dalam

    menyelesaikan suatu proyek.

    Secara umum pengukuran produktivitas berarti perbandingan yang dapat

    dibedakan dalam tiga jenis yang sangat berbeda, yaitu:

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    30/125

    17

    1. Perbandingan-perbandingan antara pelaksanaan sekarang dengan pelaksanaan

    secara historis yang tidak menunjukkan apakah pelaksanaan sekarang ini

    memuaskan, namun hanya mengetengahkan apakah meningkat atau

    berkurang serta tingkatannya.

    2. Perbandingan pelaksanaan antara satu unit (perorangan tugas, seksi, proses)

    dengan lainnya. Pengukuran seperti itu menunjukkan pencapaian relatif.

    3. Perbandingan pelaksanaan sekarang dengan targetnya, dan inilah yang terbaik

    sebagai memusatkan perhatian pada sasaran/ tujuan.

    Untuk menyusun perbandingan-perbandingan ini perlu dengan

    mempertimbangkan tingkatan daftar susunan dan perbandingan pengukuran

    produktivitas. Paling sedikit ada dua jenis tingkat perbandingan yang berbeda,

    yakni produktivitas total dan produktivitas parsial. Berikut ini pengertian dari

    kedua produktivitas tersebut, yaitu:

    1. Produktivitas total

    Adalah perbandingan antara total keluaran (output) dengan total masukan

    (input) per satuan waktu. Dalam perhitungan produktivitas total semua faktor

    masukan (tenaga kerja, kapital, bahan, energi) terhadap total keluaran harus

    diperhitungkan.

    (3.3)

    2. Produktivitas parsial

    Adalah perbandingan dari keluaran dengan satu jenis masukan atau input

    persatuan waktu, seperti upah tenaga kerja, kapital, bahan, energi, beban

    kerja, dll.

    (3.4)

    Pada produktivitas total dan parsial, total keluaran (output) yang dimaksud

    merupakan volume dari beton yang di cor. Sedangkan, total masukan (input)

    merupakan waktu serta tenaga kerja seperti pada rumus berikut:

    (3.5)

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    31/125

    18

    3.6 BALOK

    (Asroni, 2010) mendefinisikan balok sebagai salah satu dari elemen

    struktur portal dengan bentang yang arahnya horizontal, sedangkan portal

    merupakan kerangka utama dari struktur bangunan, khususnya bangunan gedung.

    Balok merupakan bagian struktur yang digunakan sebagai dudukan lantai dan

    pengikat kolom lantai atas. Fungsinya adalah sebagai rangka penguat horizontal

    bangunan akan beban-beban. Portal digambarkan dalam bentuk garis-garis

    horizontal (disebut: balok) dan vertikal (disebut: kolom) yang saling bertemu/

    berpotongan pada titik buhul (joint). Biasanya pada perencanaan portal dengan

    bahan beton bertulang, ujung kolom bagian bawah dari portal tersebut bertumpu/

    tertanam kuat pada pondasi dan dapat dianggap/ direncanakan sebagai perletakan

    jepit ataupun sendi.

    Beban yang bekerja pada balok biasanya berupa beban lentur, beban geser

    maupun torsi (momen puntir), sehingga perlu baja tulangan untuk menahan

    beban-beban tersebut. Tulangan ini berupa tulangan memanjang atau tulangan

    longitudinal (yang menahan beban lentur) serta tulangan geser/ begel (yang

    menahan beban geser dan torsi). Maka dari itu, balok dan kolom biasanya dibuat

    dari bahan yang sama agar betujuan untuk mendapatkan sifat kaku dan tidak

    mudah berubah bentuk. Pola gaya yang tidak seragam dapat berakibat defleksi

    balok (balok melengkung).

    Apabila suatu gelagar balok bentangan sederhana menahan beban yang

    mengakibatkan timbulnya momen lentur akan terjadi deformasi (regangan) lentur

    di dalam balok tersebut. Regangan-regangan balok tersebut mengakibatkan

    timbulnya tegangan yang harus ditahan oleh balok, tegangan tekan di sebelah atas

    dan tegangan tarik dibagian bawah. Agar stabilitas terjamin, batang balok sebagaibagian dari sistem yang menahan lentur harus kuat untuk menahan tegangan tekan

    dan tarik tersebut karena tegangan baja dipasang di daerah tegangan tarik bekerja,

    di dekat serat terbawah, maka secara teoritis balok disebut sebagai bertulangan

    baja tarik saja (Dipohusodo,1996).

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    32/125

    19

    Beberapa jenis balok pada bangunan yaitu:

    1. Joist

    Balok-balok sejajar dengan jarak kecil untuk memikul lantai/ atap

    suatu bangunan gedung.

    2. Lintel

    Balok pada dinding terbuka.

    3. Sprindel

    Balok yang memikul dinding luar suatu bangunan.

    4. Stringer

    Balok sejajar arah jembatan pada lantai kendaraan jembatan.

    5. Floorbeam

    Balok tegak lurus arah jembatan yang berfungsi meneruskan beban

    dari Stringer ke pemikul utama (rangka batang, balok girder).

    6. Girder

    Balok besar, biasanya dipakai untuk istilah balok utama pada struktur

    jembatan.

    7. Gording

    Balok untuk memikul atap pada struktur rangka batang.

    Penampang balok menahan beban kombinasi dari gaya geser dan momen

    lentur. Pada umumnya, balok dicor secara monolit dengan kolom dan pelat lantai.

    Lalu balok juga memiliki karakteristik penulangan pada satu sisi saja, khususnya

    untuk tahanan terhadap lentur.Balok umumnya ada dua tipe, balok T dan balok L.

    Bekisting dari balok sendiri akanmenerima gaya vertikal dan horizontal dari berat

    beton, gaya angin, beban konstruksi dan beban kejut.

    3.7 PELAT BETON BERTULANG

    (Asroni, 2010) mendefinisikan pelat beton bertulang yaitu struktur tipis

    yang dibuat dari beton bertulang dengan bidang yang arahnya horizontal, dan

    beban yang bekerja tegak lurus pada bidang struktur tersebut. Ketebalan bidang

    pelat ini relatif sangat kecil apabila dibandingkan dengan bentang panjang/ lebar

    bidangnya. Pelat beton bertulang ini sangat kaku dan arahnya horizontal, sehingga

    pada bangunan gedung, pelat ini berfungsi sebagai diafragma/ unsur pengaku

    horizontal yang sangat bermanfaat untuk mendukung ketegaran balok portal.

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    33/125

    20

    Pelat beton bertulang yang digunakan pada pembangunan proyek

    konstruksi biasanya dipakai sebagai pelat lantai ataupun pelat atap suatu bangunan

    seperti gedung bertingkat.

    Adapun keuntungan yang didapat jika pelat lantai ataupun pelat atap

    menggunakan pelat beton bertulang yaitu:

    1. Mampu mendukung beban yang besar.

    2. Merupakan isolasi suara yang baik.

    3. Tidak mudah terbakar dan dapat dibuat menjadi beton kedap air.

    4. Dapat digunakan untuk pemasangan tegel/ keramik untuk suatu

    keindahan.

    5. Tidak memerlukan perawatan dan dapat berumur panjang.

    3.7.1 Fungsi pelat lantai

    Fungsi pelat lantai dengan menggunakan pelat beton bertulang, yaitu:

    1. Memisahkan ruang bawah dan ruang atas.

    2. Sebagai tempat berpijak penghuni di lantai atas.

    3. Untuk menempatkan kabel listrik dan lampu pada ruang bawah.

    4. Meredam suara dari ruang atas maupun dari ruang bawah.

    5. Menambah kekakuan bangunan pada arah horizontal.

    3.7.2 Jenis-Jenis Pelat Lantai

    1. Sistem lantai flat slab

    Sistem lantai flat slab yaitu pelat beton bertulang yang langsung ditumpu oleh

    kolom-kolom tanpa balok-balok. Sistem ini biasanya digunakan pada

    bangunan apartemen atau hotel yang dimana sistem ini digunakan bila

    bentangan tidak besar dan intensitas beban tidak terlalu berat. Sistem flat slabmemungkinkan ketinggian struktur yang minimum, fleksibilitas pemasangan

    saluran AC dan alat-alat penerangan. Dengan ketinggian antar lantai

    minimum, tinggi kolom-kolomdan pemakaian partisi relatif berkurang. Untuk

    bangunan perumahan, pelat tersebut juga berfungsi sebagai langit-langit.

    Sistem flat slab banyak digunakan pada banguanan rendah yang beresiko

    rendah terhadap beban angin dan gempa.

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    34/125

    21

    Gambar 3.1 Pelat Lantai Flat Slab

    2. Sistem lantai grid

    Sistem lantai grid dua arah (waffle system) memiliki balok-balok yang saling

    bersilangan, dengan jarak yang relatif rapat, menumpu pelat atas yang tipis.

    Sistem ini berfungsi untuk mengurangi berat sendiri pelat, dan dapat didesain

    sebagai flat slab atau pelat dua arah, tergantung bentuk konfigurasinya.

    Sistem ini dinilai efisien untuk bentangan antara 9 hingga 12 meter.

    Gambar 3.2 Pelat Lantai Grid

    3. Sistem lajur balok

    Sistem ini serupa dengan sistem balok-pelat, tetapi menggunakan balok-balok

    dangkal yang lebih lebar. Sistem ini semakin banyak diterapkan pada

    bangunan yang mementingkan tinggi antar lantai. Balok lajur (band beam)

    tidak perlu dihubungkan dengan kolom interior atau kolom eksterior. Pelat

    diantara balok lajur dapat didesain sebagai elemen yang memiliki momen

    inersia bervariasi dengan memperhitungkan penebalan balok. Alternatif lain

    adalah dengan menempatkan balok-balok anak membentang diantara balok-

    balok lajur, sehingga sistem ini menghemat pemakaian cetakan.

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    35/125

    22

    Gambar 3.3 Pelat Lantai Lajur Balok

    4. Sistem pelat dan balok

    Sistem ini terdiri dari slab menerus yang ditumpu balok-balok monolit yang

    umumnya ditempatkan pada jarak sumbu hingga 3 hingga 6 meter. Tebal

    pelat tersebut ditetapkan berdasarkan pertimbangan struktur yang biasanya

    mencakup aspek keamanan terhadap bahaya kebakaran. Sistem ini bersifat

    kokoh (heavy duty) dan sering digunakan untuk menunjang sistem lantai yang

    tidak beraturan.

    Gambar 3.4 Pelat dan Balok

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    36/125

    23

    3.8 KOLOM

    3.8.1 Pengertian Kolom

    Pada suatu bangunan konstruksi seperti gedung, kolom berfungsi sebagai

    pendukung beban-beban dari balok dan pelat, untuk diteruskan ke tanah dasar

    melalui fondasi. Beban dari balok dan pelat ini berupa beban aksial tekan serta

    momen lentur (akibat kontinuitas konstruksi). Oleh karena itu, dapat didefinisikan

    bahwa kolom merupakan suatu struktur yang mendukung beban aksial dengan/

    tanpa momen lentur (Asroni, 2010).

    Struktur bangunan gedung terdiri atas 2 bangunan utama, yaitu struktur

    bangunan bawah dan struktur bangunan atas. Struktur bangunan bawah berada dibawah permukaan tanah yang lazim disebut fondasi. Sedangkan struktur bagian

    atas berasa di atas tanah yang meliputi: struktur atap, pelat lantai, balok, kolom

    dan dinding. Balok dan kolom ini menjadi satu kesatuan yang kokoh dan sering

    disebut sebagai kerangka (portal) dari suatu gedung.

    Pada struktur bangunan atas, kolom merupakan bagian paling penting

    dikarenakan fungsinya sebagai penerus beban hingga ke struktur bagian bawah.

    Jika struktur kolom mengalami kegagalan, maka dapat berakibat keruntuhan

    struktur bangunan atas dari gedung secara keseluruhan.

    3.8.2 Jenis Kolom

    Jenis kolom dibedakan menjadi beberapa jenis menurut bentuk dan

    susunan tulangan, serta letak/ posisi beban aksial pada penampang kolom.

    Disamping itu, juga dapat dibedakan menurut ukuran panjang-pendeknya kolom

    dalam hubungannya dengan dimensi lateral.

    1. Jenis kolom berdasarkan bentuk dan susunan tulangan. Kolom dibedakan

    menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut:

    a. Kolom segi empat, berbentuk persegi panjang atau bujur sangkar, dengan

    tulangan memanjang dan sengkang

    b. Kolom bulat dengan tulangan memanjang dan sengkang atau spiral.

    c. Kolom komposit, yaitu kolom yang terdiri atas beton dan profil baja

    struktural yang berada di dalam beton.

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    37/125

    24

    Kolom segi empat Kolom bulat Kolom komposit

    Gambar 3.5 Jenis Kolom Berdasarkan Bentuk dan Susunan Tulangan2. Jenis kolom berdasarkan letak/posisi beban aksial

    Berdasarkan letak beban aksial yang bekerja pada penampang kolom,

    kolom dibedakan menjadi 2 macam, yaitu kolom dengan posisi beban

    senstris dan kolom dengan posisi beban eksentris.

    Kolom dengan posisi beban sentris, menahan beban aksial tepat pada

    sumbu kolom. Pada keadaan ini, seluruh permukaan penampang beton

    beserta tulangan kolom menahan beban tekan.

    Sedangkan kolom dengan posisi beban eksentris, beban aksial bekerja

    di luar sumbu kolom dengan eksentrisitas sebesar jarak antara titik beban

    aksial hingga sumbu kolom.

    Beban P sentris Beban P eksentris

    Gambar 3.6 Jenis Kolom berdasarkan Letak Beban Aksial

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    38/125

    25

    3.9 BETON

    Menurut SNI-03-2847-2002, pengertian beton adalah campuran antara

    semen Portland atau semen hidraulik lainnya, agregat halus, agregat kasar, dan

    air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk masa padat. Beton

    disusun dari agregat kasar dan agregat halus. Agregat halus yang digunakan

    biasanya adalah pasir alam maupun pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah

    batu, sedangkan agregat kasar yang dipakai biasanya berupa batu alam maupun

    batuan yang dihasilkan oleh industri pemecah batu.

    Menurut (Nawy, 1998) beton memiliki kelebihan dan kekurangan antara

    lain sebagai berikut:

    1. Kelebihan beton:

    a. Beton mampu menahan gaya tekan dengan baik, serta mempunyai sifat

    tahan terhadap korosi dan pembusukan oleh kondisi lingkungan.

    b. Beton segar dapat dengan mudah dicetak sesuai dengan keinginan.

    Cetakan dapat pula dipakai berulang kali sehingga lebih ekonomis.

    c. Beton segar dapat disemprotkan pada permukaan beton lama yang retak

    maupun dapat diisikan kedalam cetakan beton yang dalam proses

    perbaikan.

    d. Beton segar dapat dipompakan sehingga memungkinkan untuk dituang

    pada tempat-tempat yang posisinya sulit.

    e. Beton tahan aus dan tahan bakar, sehingga perawatannya lebih murah.

    2. Kekurangan beton:

    a. Beton dianggap tidak mampu menahan beban tarik, sehingga mudah retak.

    Oleh karena itu perlu diberi baja tulangan sebagai penahan gaya tarik.

    b. Beton keras menyusut dan mengembang bila terjadi perubahan suhu,

    sehingga perlu dibuat dilatasi (expansion joint) untuk mencegah

    terjadinya retakan-retakan akibat terjadinya perubahan suhu.

    c. Untuk mendapatkan beton kedap air secara sempurna, harus dilakukan

    pekerjaan yang teliti.

    d. Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan diteliti

    secara seksama agar setelah dikomposisikan dengan baja tulangan

    menjadi beresifat daktail, terutama pada struktur tahan gempa.

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    39/125

    26

    Adapun tabel komposisi berat semen, agregat halus (pasir), agregat kasar

    (kerikil) serta volume air yang dibutuhkan untuk membuat 1 m3

    beton seperti pada

    Tabel 3.3.

    Tabel 3.3 Komposisi Mutu Beton per 1 m3

    Mutu BetonSemen

    (kg)

    Pasir

    (kg)

    Kerikil

    (kg)

    Air

    (liter)w/c ratio

    7,4 MPa (K 100) 247 869 999 215 0.87

    9,8 MPa (K125) 276 828 1012 215 0.78

    12,2 MPa (K 150) 299 799 1017 215 0.72

    14,5 MPa (K 175) 326 760 1029 215 0.66

    16,9 MPa (K200) 352 731 1031 215 0.61

    19,3 MPa (K225) 371 698 1047 215 0.58

    21,7 MPa (K250) 384 692 1039 215 0.56

    24,0 MPa (K 275) 406 684 1026 215 0.53

    26,4 MPa (300) 413 681 1021 215 0.52

    28,8 MPa (K 325) 439 670 1006 215 0.49

    31,2 MPa (K350) 448 667 1000 215 0.48

    Sumber: SNI DT-91-0008-2007 Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan

    Beton, oleh Departemen Pekerjaan Umum

    3.10 BATCHING PLANT

    Batcing plant merupakan alat yang berfungsi untuk mencampur/

    memproduksi beton ready mix dalam produksi yang besar. Batching plant

    digunakan agar produksi beton ready mix tetap dalam kualitas yang baik dan

    sesuai dengan standar. Selain itu, nilai slump test dan streght-nya harus tetap

    stabil sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu komposisi materialnya harus

    tetap terkendali. Salah satu jenis batching plant yang sering digunakan adalah

    jenis dry mixed. Batching plant jenis dry mixed yaitu batching plant yang

    fungsinya hanya untuk menimbang saja, sedangkan pengadukan beton ready mix

    dilakukan pada concrete mixer truck. Semua material yang akan diaduk,

    sebelumnya ditimbang sesuai dengan mix design dengan memperhitungkan

    kandungan air dalam material, baik dalam agregat kasar maupun agregat halus

    (pasir).

    Bagian-bagian batching plantantara lain:

    1. Cement silo

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    40/125

    27

    Berfungsi sebagai tempat penyimpanan semen dan menjaga semen agar tetap

    dalam kondisi baik.

    2. Belt conveyor

    Berfungsi untuk menarik bahan/ material (agregat kasar dan agregat halus) ke

    atas dari bin ke storage bin.

    3. Bin

    Berfungsi sebagai tempat pengumpulan bahan/ material (agregat kasar dan

    agregat halus) yang berasal dari penumpukan bahan di basecamp dengan

    bantuan wheel loaderuntuk di tarik ke atas (storage bin).

    4. Storage bin

    Digunakan untuk pemisah fraksi agregat. Storage bin dibagi menjadi empat

    fraksi, yaitu: agregat butir kasar (split), butir menengah (screening), butir

    halus (pasir), danfly ash.

    5. Timbangan

    Digunakan sebagai alat ukur berat pada batching plant sebelum

    dilaksanakannya pencampuran bahan beton ready mix. Timbangan pada alat

    batching plant dibagi menjadi tiga macam, yaitu: timbangan untuk agregat,

    timbangan untuk semen dan timbangan untuk air.

    6. Dosage pump

    Digunakan untuk penambahan zat aditif seperti retarder, plasticity atau

    pemercepat setting dan streght (setting and hardening accelerator).

    7. Tempat penampungan air (water tank)

    Berfungsi sebagai supply kebutuhan air pada ready mix.

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    41/125

    28

    Gambar 3.7Batching Plant(Sumber: www.indonetwork.co.id)

    3.11 BETON SIAP PAKAI (READY MIX)

    Beton siap pakai (ready mix) adalah beton segar yang belum mengalamiproses pengikatan dan perkerasan yang diproduksi di batching plant dengan

    penambahan bahan kimia (admixture). Beton siap pakai (ready mix) ini

    bergantung pada jenis beton yang dipesan yang kemudian dikirim ke lapangan

    dengan menggunakan truk mixer. Beton ini diproduksi di pabrik dengan

    pengawasan menggunakan sistem operasi komputer untuk memastikan beton

    ready mix sampai di lapangan masih dalam keadaan plastis.

    Adapun keuntungan yang didapat jika menggunakan beton siap pakai (ready mix)

    ini diantaranya:

    1. Campuran beton lebih terkontrol.

    2. Pekerjaan di lapangan lebih efisien. Masalah mencari tempat untuk

    menumpuk agregat dan menyimpan semen dapat dihapuskan. Material

    kelebihan tidak tertinggal di lapangan dan tidak perlu dibersihkan. Alat-alat

    khusus untuk pengecoran yang mungkin tidak efisien tidak diperlukan.

    3. Hampir semua lokasi dapat terjangkau. Mobilitas pada tempat dan waktu.

    4. Produksi yang efisien dan volume yang besar memakai material yang

    ekonomis. (Nugraha & Paul, 2007)

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    42/125

    29

    3.12 TRUK BETON POMPA (CONCRETE PUMP TRUCK)

    Truk beton pompa (concrete pump truck) merupakan alat untuk

    menuangkan beton basah dari mixer truckke tempat yang ditentukan. Concrete

    pump digunakan pada saat pengecoran balok, kolom ataupun pelat pada proyek

    konstruksi. Concrete pump banyak digunakan dalam pengecoran karena memiliki

    keuntungan seperti (Benjamin, 1991):

    1. Concrete pump dalam pelaksanaanya lebih halus dan lebih cepat dibanding

    metode lain.

    2. Concrete pump dilengkapi dengan pipa delivery, sehingga sangat fleksibel

    untuk menempatkan beton segar dilokasi yang tidak dapat dijangkau oleh alat

    lain.

    Untuk pengecoran lantai yang lebih tinggi dari panjang lengan concrete

    pump truck, dapat dilakukan dengan cara disambung dengan pipa secara vertikal

    sehingga mencapai ketinggian yang diinginkan, pipa dan lengan ini dapat

    dipasang kombinasi vertikal, horizontal ataupun miring. Sehingga pemompaan

    merupakan cara yag fleksibel pada lokasi yang sulit untuk memindahkan

    campuran beton ke sembarang tempat pada bidang pengecoran. Resiko segregasi

    dari pengecoran ini sangat kecil dan merupakan cara yang paling cepat

    dibandingkan dengan pembawaan material beton dengan cara lainnya. Adapun

    dalam penggunaan alat ini perlu diperhatikan nilai slump dari campuran beton

    yang akan dipompa. Sebab jika nilai slump terlalu kecil maka kerja pompa akan

    menjadi berat. Slump sendiri merupakan pengujian untuk mengetahui kadar air

    beton dengan menggunakan alat berupa kerucut abrams.

    Berdasarkan jenis pompanya terdapat tiga macam concrete pump, yaitu:1. Piston pump

    Menggunakan langkah piston untuk menghisap beton basah dari corong

    penerima (langkah hisap) dan mengeluarkannya melalui katup pengeluaran

    (langkah buang) ke pipa delivery.

    2. Pneumatic pump

    Menggunakan udara yang dimampatkan unuk menghisap beton dan

    mengeluarkanyadari pembuluh tekan ke pipa delivery.

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    43/125

    30

    3. Squezze - pressure pump

    Menggunakan roda penggiling (roller) untuk menghisap beton basah,

    kemudian memampatkannya dan mengeluarkannya ke pipa delivery.

    Gambar 3.8 Concrete Pump Truck(Sumber: www.chinatruck.com)

    3.13 CONCRETE BUCKETDAN PIPA TREMIE

    Concrete bucket adalah tempat pengangkutan beton dari mixer concrete

    trucksampai ke tempat pengecoran. Setelah dilakukan pengetesan slump dan telah

    memenuhi persyaratan yang ditetapkan, maka beton dari mixer concrete truck

    dituangkan ke dalam concrete bucket yang kemudian pengangkutan dilakukan

    dengan bantuan alat crane. Dalam pengerjaannya dibutuhkan satu orang operator

    concrete bucketyang bertugas untuk membuka atau mengunci agar cor-an beton

    tidak tumpah pada saat dibawa ke area pengecoran dengan alat crane.

    Pipa tremie adalah pipa yang digunakan untuk mengatur tinggi jatuh beton

    pada saat pengecoran. Pipa tremie dipasang pada ujung bawah concrete bucket

    sehingga beton yang keluar dari concrete bucket tidak langsung jatuh dan

    menumbuk lokasi pengecoran. Dalam penggunaannya, pipa tremie diusahakan

    untuk sedekat mungkin dengan lokasi pengecoran dan permukaan beton lama. Hal

    ini dilakukan untuk menghindari agregat kasar terlepas dari adukan beton.

    Pada pelaksanaan pengecoran di lokasi proyek, penggunaan alat bantu

    pengecoran concrete bucketdan pipa tremie tidak dapat digunakan tanpa adanya

    alat bantu lain yang berupa alat angkat (crane).

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    44/125

    31

    Gambar 3.9 Concrete Bucketdan Pipa Tremie (Sumber: www.ilmusipil.com)

    3.14 ALAT ANGKAT

    Kegiatan transportasi vertikal merupakan jantungnya kegiatan

    pelaksanaan, oleh karena itu pemilihan alat angkat yang digunakan serta letak dan

    pergerakannya perlu ditetapkan/ direncanakan lebih dahulu. Dari objek yang

    diangkat, maka alat angkat dibagi menjadi dua, yaitu:

    1. Alat angkat barang-barang kecil dan tenaga kerja/ orang yaitu passenger

    hoist. Passenger hoist ini berbentuk boks yang tertutup dan memiliki pintu

    untuk keluar masuk dan dilayani oleh seorang operator di dalamnya untuk

    mengoperasikannya. Boks tersebut bergerak secara vertikal pada tiang rangka

    baja yang menempel pada gedung.

    2. Alat angkut barang-barang besar dan berat, yaitu mobile crane atau tower

    crane.

    Mobil crane ada dua jenis yaitu wheel (roda ban) dan crawer(rantai baja),

    biasanya digunakan untuk mengangkat barang yang tidak tinggi (2 atau 3 lantai).

    Sedangkan tower crane digunakan untuk transportasi vertikal pada pelaksanaan

    gedung bertingkat tinggi.

    3.14.1 Jenis-Jenis Tower Crane

    1. Static base crane

    Berdiri secara tetap pada fondasi dan untuk kekakuannya diangker ke bagian

    gedung yang selesai dibangun.

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    45/125

    32

    2. Rail mounted crane atau traveling crane

    Berdiri bebas dan dapat bergerak sepanjang rail yang ada.

    3. Climbing crane

    Bergerak ke atas dengan bertumpu pada lantai bangunan yang telah selesai

    dan terletak di tengah-tengah gedungyang dibangun.

    Kapasitas tower crane tergantung dari jenis dan tipe tower crane, serta

    panjang lengan pada saat mengangkat (makin panjang lengan angkatnya,

    kemampuan angkatnya menurun) (Asiyanto, 2006).

    3.14.2 Mekanisme Kerja Tower Crane

    1. Pengangkat (Hoisting)Digunakan untuk mengangkat atau menurunkan muatan/beban yang

    dikehendaki

    2. Penjalan (Travelling)

    Digunakan untuk memindahkan muatan/beban sepanjang lengan crane

    (pengangkat) secara horizontal.

    3. Pemutar (Slewing)

    Digunakan untuk memindahkan muatan/beban sejauh radius lengan

    pengangkatannya.

    3.15 METODE PELAKSANAAN PENGECORAN

    Pelaksanaan pengecoran harus tertib dan terus diawasi, karena proses

    pengecoran ini sangat penting untuk menjaga mutu beton dan bentuk struktur

    yang akan di cor. Untuk langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan ini adalah

    sebagai berikut (Wiguna, 2014):

    1. Pelaksanaan pengecoran

    a. Sebelum memulai pekerjaan pengecoran, harus dipastikan bekisting telah

    selesai dan telah disetujui. Selanjutnya bekisting dilumuri pelumas di

    bagian sisi dalamnya untuk meminimalisir adanya pelekatan beton saat

    pelepasan bekisting.

    b. Pengecoran beton harus dibuat sedemikian rupa sehingga pada saat

    penempatan dan penanganannya mudah dilakukan tanpa adanya

    pemisahan butiran.

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    46/125

    33

    c. Adukan beton dicor lapis demi lapis dengan ketebalan tertentu, adukan

    beton digetarkan dari lapisan bawah dengan alat penggetar (concrete

    vibrator).

    d. Tidak diperkenankan melakukan pengecoran bila persiapan besi tulangan,

    cetakan dan perancah belum diperiksa dan disetujui Direksi Pekerjaan.

    e. Dalam pengecoran beton bertulang, harus dijaga jangan sampai terjadi

    pemisahan butiran.

    f. Jika pengecoran permukaan telah mencapai ketinggian lebih dari yang

    ditentukan, kelebihan ini harus segera dibuang. Semua pengecoran harus

    selesai dalam waktu 60 menit setelah keluar dari mesin pengaduk,

    kecuali jika ditentukan lain oleh Direksi.

    g. Beton jangan di cor di dalam atau pada aliran kecuali jika ditentukan atau

    di setujui sebelumnya. Air yang mengumpul selama pengecoran harus

    segera dibuang. Beton jangan di cor di atas beton lain yang baru saja di

    cor selama lebih dari 30 menit, kecuali jika ada konstruksi sambungan

    yang akan ditentukan kemudian.

    h. Jika pelaksanaan pengecoran dihentikan, lokasi sambungan harus

    ditempatkan pada posisi yang benar secara vertikal maupun horizontal,

    dengan permukaan dibuat kasar atau bergerigi untuk menahan gesekan

    dan membentuk ikatan sambungan beton berikutnya.

    i. Sebelum pengecoran berakhir, permukaan beton harus dibuat kasar atau

    disambungkan untuj menyingkap agregat. Permukaan beton harus tetap

    lembab dan dilindungi dengan mortel semen.

    j. Beton harus di cor pada posisi dan urutan-urutan seperti yang ditunjukkan

    dalam gambar atau atas petunjuk Direksi Pekerjaan.Beton yang dicor ditempatkan langsung pada cetakannya sedemikian

    rupa untuk menghindari pemisahan butiran dan pergeseran tulangan

    beton, bekisting, atau bagian-bagian yang tertanam, serta membentuk

    lapisan-lapisan yang tidak lebih tebal dari 40 cm.

    k. Pengecoran harus secara menerus sehingga mencapai sambungan

    ditentukan pada gambar atau menurut petunjuk Direksi Pekerjaan.

    l. Beton tidak boleh diangkut dengan peluncur atau dijatuhkan lebih tinggi

    dari 1,5 m kecuali diijinkan oleh Direksi Pekerjaan untuk menjatuhkan

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    47/125

    34

    ketempat penampungan sementara dan kemudian diambil lagi dengan

    sekop sebelum dicorkan.

    m. Pengecoran beton tumbuk/ lantai kerja dikerjakan pada urutan sebelumnya

    atau mengikuti Direksi dan harus dikerjakan secara menerus sampai

    dengan selesai. Bila perlu penyedia jasa harus bekerja lembur untuk

    mencapai target tersebut.

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    48/125

    35

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    4.1 UMUM

    Pada tugas akhir ini akan dibahas mengenai perbandingan antara biaya dan

    waktu pada pekerjaan pengecoran struktur atas bangunan gedung menggunakan

    dua alat bantu pengecoran yaitu concrete pump dan concrete bucket. Setelah

    didapat hasil dari analisis biaya dan waktu dari masing-masing alat tersebut, maka

    akan didapat perbandingan produktivitas total dari kedua alat bantu pengecoran

    tersebut. Dalam pelaksanaannya di lapangan, kedua alat bantu pengecoran

    tersebut menggunakan beton segar berupa beton siap tuang (ready mix). Pada

    pelaksanaan pengecoran proyek ini menggunakan peralatan berat yang salah satu

    diantaranya adalah tower crane sebagai kondisi existing di lapangan, dimana

    peralatan ini difungsikan sebagai alat angkat untuk melakukan pekerjaan

    pengecoran.

    4.2 LINGKUP PENELITIAN

    Pada pekerjaan pengecoran beton memiliki beberapa lingkup pekerjaan

    yang diantaranya meliputi pekerjaan pemasangan bekisting, pembesian,

    pengecoran beton dan diakhiri dengan pemeliharan beton.

    4.3 JENIS PENELITIAN

    Pada penelitian ini digunakan jenis penelitian observatif dengan

    melakukan pengamatan dan peninjauan langsung di lapangan. Dalam

    penyelesaian masalah pada penelitian ini dilakukan dengan cara analisis.

    4.4 SUBJEK DAN OBJEK PENELITIAN

    Subjek dari penelitian ini adalah alat pengecoran berupa concrete pump

    dan concrete bucket pada pekerjaan pengecoran pelat lantai, balok dan kolom

    struktur atas pada bangunan gedung Hotel Muncul dan Hotel Amaris di wilayah

    kota Yogyakarta. Sedangkan untuk objek penelitian ini berupa analisis biaya,

    waktu dan produktivitas pada masing-masing alat pada pekerjaan pengecoran

    pelat lantai, balok dan kolom dengan metode pengecoran siap tuang (ready mix).

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    49/125

    36

    4.5 PENGUMPULAN SUMBER DATA

    Berdasarkan sumbernya, data yang didapatkan dibagi menjadi dua yaitu:

    1. Data primer

    Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari obyek penelitian di

    lapangan. Data ini didapatkan dengan cara terjun langsung mengamati proses

    pengecoran di lokasi proyek. Selain itu, data ini juga didapat dari proses

    wawancara dengan pekerja di lokasi proyek. Pengamatan proses pengecoran

    dilakukan dengan cara melihat pekerjaan pengecoran pada pelat lantai, balok

    dan kolom struktur atas bangunan gedung yang ditinjau dari awal hingga

    selesai. Selama proses tersebut dicatat lama waktu pekerjaan pengecoran dari

    masing-masing alat concrete pump dan concrete bucket.

    2. Data sekunder

    Pengumpulan data sekunder didapatkan dengan cara pengumpulan data dari

    proyek yang ditinjau. Data ini berupa gambar proyek yang mencakup denah

    proyek, dimensi pelat lantai, balok dan kolom, ukuran tulangan yang

    digunakan pada balok dan pelat lantai serta jenis atau spesifikasi alat berat

    yang dipakai. Dengan data sekunder ini didapatkan jumlah kebutuhan

    pengecoran balok dan pelat lantai serta biaya total dari pekerjaan pengecoran

    total tersebut.

    4.6 LOKASI PENGUMPULAN DATA

    Penelitian ini dilakukan pada dua proyek yang sedang dalam tahap

    pembangunan di wilayah Yogyakarta. Proyek pertama dilakukan pada

    pembangunan Hotel Muncul yang terletak di Jl. Urip Sumoharjono. Sedangkan

    proyek kedua dilakukan pada pembangunan Hotel Amaris yang terletak di Jl.

    Kaliurang KM 5.

    4.7 WAKTU PENGUMPULAN DATA

    Pengumpulan data dilakukan pada waktu proyek pembangunan gedung

    Hotel Muncul dan Hotel Amaris di wilayah Yogyakarta sedang berlangsung. Data

    yang diambil hanya pada pekerjaan pengecoran pelat lantai, balok dan kolom.

    Pengamatan pekerjaan pengecoran balok dan pelat lantai dilakukan pada bulan

    Maret 2015 - Mei 2015.

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    50/125

    37

    4.8 ALAT YANG DIGUNAKAN

    Penelitian ini dilakukan dengan cara pengamatan langsung (observasi) di

    lokasi proyek dengan menggunakan kamera, stopwatch, meteran dan alat tulis.

    4.9 METODE PENGUMPULAN DATA

    Proses pengumpulan data yang diperlukan dalam mencapai tujuan yang

    dikehendaki pada dasarnya merupakan suatu langkah dalam mengumpulkan data-

    data sebagai masukan untuk pemecahan masalah. Metode yang digunakan antara

    lain sebagai berikut:

    1. Penelitian pustaka adalah metode untuk mendapatkan informasi mengenai

    teori-teori yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang diperoleh dari

    bahan perkuliahan, buku, literatur, jurnal dan media lainnya. Studi

    kepustakaan juga digunakan untuk mendapatkan gambaran mengenai teori

    yang dapat dipakai dalam penelitian sehingga hasil yang didapatkan bersifat

    ilmiah.

    2. Penelitian Lapangan. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data riil

    yang berkaitan langsung dengan kondisi lapangan. Adapun data dari

    penelitian lapangan ini didapatkan dengan cara sebagai berikut:

    a. Pengamatan langsung (observasi)

    Metode ini dilakukan dengan cara pengamatan dan pencatatan langsung

    oleh pengamat (observer) terhadap objek di lapangan untuk mendapatkan

    data yang akan dianalisis.

    b. Wawancara (Interview)

    Metode ini dilakukan dengan cara tanya jawab mengenai data yang

    diperlukan kepada responden. Wawancara ini dilakukan kepada pekerja

    atau praktisi di lapangan untuk mendapatkan data seputar pekerjaan

    pengecoran pelat lantai, balok dan kolom.

    4.10 ANALISIS BIAYA

    Biaya yang digunakan pada analisis penelitian ini adalah biaya langsung

    (direct cost) yang hanya meliputi biaya upah tenaga kerja dan biaya alat berat

    yang digunakan.

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    51/125

    38

    1. Biaya upah tenaga kerja

    Biaya ini didapatkan dari total biaya upah pekerja yang dibutuhkan dalam

    pekerjaan pengecoran pelat lantai, balok dan kolom dengan menggunakan

    concrete pump dan concrete bucket.

    Biaya upah pekerja = Jumlah tenaga x Harga satuan tenaga (Rupiah/hari)

    2. Biaya alat berat

    Biaya ini didapatkan dari biaya sewa pemakaian alat berat concrete pump dan

    concrete bucketpada pekerjaan pengecoran pelat lantai, balok dan kolom.

    3. Biaya material

    Biaya yang digunakan pada analisis penelitian ini adalah biaya total material

    yang dipakai kontraktor selaku penyedia jasa konstruksi dalam

    menyelesaikan pekerjaan pengecoran pelat lantai, balok dan kolom.

    4.11 ANALISIS WAKTU

    Waktu atau durasi pekerjaan yang digunakan pada penelitian ini dengan

    meninjau waktu penyelesaian pekerjaan pengecoran pelat lantai, balok dan kolom

    dengan menggunakan alat concrete pump atau concrete bucket.

    4.12 ANALISIS PRODUKTIVITAS

    Metode yang digunakan untuk pengukuran produktivitas dalam penelitian

    ini dengan cara produktivitas total. Adapun rumus produktivitas total yang dipakai

    dalam analisis Tugas Akhir ini seperti pada (Rumus 3.5)

    Analisis produktivitas yang dipakai pada penelitian Tugas Akhir ini

    dengan mengambil sampel berupa hasil analisis waktu dan biaya pekerjaan

    pengecoran pelat lantai, balok dan kolom.

    4.13 LANGKAH ANALISIS

    Dari data hasil pengamatan yang telah diperoleh kemudian dihitung

    produktivitas pekerjaan pengecoran balok pelat lantai. Setelah itu, dilakukan

    analisis biaya dan waktu sehingga didapatkan perbandingan biaya dan waktu

    pekerjaan pengecoran pelat lantai, balok dan kolom dengan menggunakan alat

    concrete pump dan concrete bucket. Adapun langkah-langkah analisis yang

    dijelaskan sebagai berikut:

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    52/125

    39

    1. Setelah diketahui volume pekerjaan pengecoran dengan dua alat yang

    berbeda, didapatkan waktu yang diperlukan dan biaya yang dikeluarkan

    untuk pekerjaan pengecoran pelat lantai, balok dan kolom.

    2. Dari perhitungan yang dilakukan akan diperoleh hasil berupa produktivitas

    pekerjaan pengecoran pelat lantai, balok dan kolom dengan alat concrete

    pump dan concrete bucket.

    3. Dari hasil analisis, kemudian dapat ditarik kesimpulan dari pelaksanaan

    penelitian ini.

    4.14 BAGAN ALIR PENELITIAN

    Dari tahapan-tahapan penelitian yang telah diuraikan dan dijelaskan

    sebelumnya, proses penelitian Tugas Akhir ini dapat dilihat dalam bentuk bagan

    alir (flow chart) sebagaimana Gambar 4.1.

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    53/125

    40

    Gambar 4.1 Bagan Alir (Flow Chart) Penelitian

    MULAI

    CONCRETE PUMP CONCRETE BUCKET

    BIAYA

    PELAKSANAAN

    WAKTU

    PELAKSANAAN

    PRODUKTIVITAS

    PEKERJAAN

    BIAYA

    PELAKSANAAN

    WAKTU

    PELAKSANAAN

    PRODUKTIVITAS

    PEKERJAAN

    ANALISIS

    - Biaya per m3

    - Waktu per m3

    - Produktivitas

    PENGUMPULAN DATA DAN GAMBAR

    - Volume Pekerjaan

    - Waktu Pekerjaan

    - Spesifikasi Alat

    - Kondisi Lapangan

    Survey Lapangan

    PEMBAHASAN- Perbandingan Biaya per m3

    - Perbandingan Waktu per m3

    - Perbandingan Produktivitas

    KESIMPULAN

    SELESAI

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    54/125

    41

    BAB V

    ANALISIS DATA

    5.1 PELAKSANAAN

    Penelitian ini dilakukan pada proyek konstruksi pembangunan hotel di

    Yogyakarta. Objek penelitian adalah pengecoran pelat lantai, balok dan kolom

    dengan beton ready mix yang menggunakan alat bantu cor berupa pompa beton

    (concrete pump) dan concrete bucket. Metode pengamatan dilakukan secara

    langsung, yaitu mencatat waktu pengecoran pelat lantai, balok dan kolom pada

    proyek konstruksi yang ditinjau. Pengumpulan data proyek seperti volume pelat

    lantai, volume balok, volume kolom, jumlah tenaga kerja, hingga biaya

    pelaksanaan pengecoran dilakukan dengan cara wawancara (interview) kepada

    pihak pelaksana proyek.

    5.2 TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PENGECORAN

    5.2.1 Pelaksanaan Pekerjaan Pengecoran dengan Menggunakan Pompa

    Beton (Concrete Pump)

    Pada pelaksanaan pengecoran di Hotel Muncul menggunakan pompa

    beton (concrete pump) sebagai alat bantu pengecorannya. Berikut ini tahapan

    pekerjaan dengan menggunakan alat concrete pump:

    1. Setting alat concrete pump berupa pengaturan posisi lengan pipa (boom)

    hingga mencapai elavasi dan titik lokasi yang akan dilakukan pengecoran.

    2. Pipa (boom) yang sepanjang 1,5 m disambung satu persatu menuju pelat

    lantai, balok atau kolom yang siap untuk di cor.

    3. Truk ready mix yang telah siap kemudian melakukan penuangan ke bak

    concrete pump.

    4. Beton segar dari ready mix disalurkan melalui pipa-pipa concrete pump

    hingga mencapai titik pengecoran yang dituju. Penuangan beton dilakukan

    terus-menerus hingga mencapai volume yang dikehendaki.

    5. Pada saat penuangan beton juga dilakukan penggetaran pada adukan beton

    dengan menggunakan alat vibrator.

    6. Beton yang telah dituang selanjutnya dilakukan perataan oleh pekerja.

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    55/125

    42

    5.2.2 Pelaksanaan Pekerjaan Pengecoran dengan Menggunakan Concrete

    Bucket dan Tower Crane

    Pada pelaksanaan pengecoran di Hotel Amaris menggunakan alat berupa

    concrete bucket dan tower crane sebagai alat angkatnya. Berikut ini tahapan

    pekerjaan pengecoran dengan menggunakan alat concrete bucketdan tower crane:

    1. Pemasangan concrete bucketke katrol pengait tower crane.

    2. Truk ready mix melakukan penuangan beton ke concrete bucket hingga

    penuh.

    3. Proses pengangkatan (hoisting), pemutaran (sleewing), penjalanan

    (travelling) dilakukan oleh alat tower crane hingga bucket menuju titik cor

    yang dikehendaki.

    4. Penuangan beton dengan cara membuka tuas pada bucket.

    5. Pada saat penuangan beton juga dilakukan penggetaran pada adukan beton

    dengan menggunakan alat vibrator.

    6. Beton yang telah dituang selanjutnya dilakukan perataan oleh pekerja.

    7. Bucketyang telah kosong kemudian diangkat kembali menuju ke trukready

    mix untuk melakukan penuangan beton selanjutnya.

    5.3 DATA UMUM PROYEK

    Data proyek yang diamati dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.1

    seperti dibawah ini:

    Tabel 5.1 Data Proyek

    5.3.1 Data Volume Pekerjaan

    Sebelum pengecoran dimulai, dibutuhkan data proyek berupa volume

    untuk mengetahui jumlah beton segar yang dibutuhkan untuk proses pengecoran.

    Adapun data yang dibutuhkan untuk mengetahui volume adalah gambar proyek

    No Lokasi Proyek Pemilik Proyek Metode

    Pengecoran

    Alat Bantu

    Pengecoran

    1 Jl. Urip SumoharjonoNo.37

    SwakelolaHotel Muncul

    Ready Mix Concrete Pump

    2 Jl. Kaliurang KM 5PT Amara

    PrimaduaReady Mix Concrete Bucket

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    56/125

    43

    seperti denah bangunan, dimensi pelat lantai, balok dan kolom hingga detail

    penulangan pada tiap objek yang ditinjau.

    5.3.2 Data Harga Sewa Alat

    Harga alat yang diperhitungkan dalam penelitian ini yaitu alat berat berupa

    concrete pump dan concrete bucket. Dalam pelaksanaannya, untuk alat concrete

    bucket tidak dapat digunakan secara langsung untuk pengecoran, namun dibantu

    dengan alat tower crane. Harga sewa alat berat yang dipakai pada penelitian ini

    dapat dilihat pada Tabel 5.2 seperti dibawah ini:

    Tabel 5.2 Harga Sewa Alat Berat

    No Nama Alat Satuan Harga Sewa (Rp)

    1 Concrete Pump 60 m Rp 3.000.000,-

    2 Concrete Bucket - -

    3 Tower Crane per bulan Rp 90.000.000,-

    Pada penyewaan alat tower crane minimal pemakaian selama 6 bulan belum

    termasuk biaya operator dan kelistrikan. Sedangkan biaya concrete bucket sudah

    termasuk dengan biaya tower crane.

    5.3.3 Data Tenaga Kerja

    Tenaga kerja yang dibutuhkan pada masing-masing proyek memiliki

    jumlah yang berbeda. Hal ini ditentukan berdasarkan kebutuhan di lapangan serta

    pengaturan dari pihak pelaksana proyek. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan

    pada masing-masing proyek dapat dilihat pada Tabel 5.3 seperti dibawah ini:

    Tabel 5.3 Jumlah Tenaga Kerja

    No Proyek Jenis PekerjaanJumlah Tenaga

    Kerja

    1 Pembangunan Hotel MunculPelat lantai dan balok 23 orang

    Kolom 23 orang

    2 Pembangunan Hotel AmarisPelat lantai dan balok 7 orang

    Kolom 5 orang

    5.4 ANALISIS DATA

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    57/125

    44

    5.4.1 Pengecoran Proyek 1

    Gambaran umum pada pembangunan Proyek Pembangunan Hotel Muncul

    adalah sebagai berikut:

    Nama Proyek : Pembangunan Hotel Muncul

    Lokasi Proyek : Jl. Urip Sumoharjono No.37, Yogyakarta

    Pelaksana Proyek : Swakelola pribadi

    Jenis Pengecoran : Cast Insitu denganReady Mix

    Volume Pekerjaan : 110 m3

    Elevasi Pekerjaan : 16 m untuk pelat lantai, balok dan kolom

    Mutu Beton : K300

    Adapun spesifikasi truk concrete pump yang dipakai pada pengecoran

    pelat lantai dan balok di proyek pembangunan Hotel Muncul ini adalah sebagai

    berikut:

    Jenis : Concrete Pump Truck26mLong Boom

    Merk : IHI

    Model : IPG115B-8E26/4

    Capacity : 10-115 m3

    /h

    Truck Chassis : ISUZU KC-CVR80K1

    A. Analisis Biaya Pekerjaan Pengecoran Pelat Lantai dan Balok

    Analisis biaya pada proyek ini menggunakan biaya riil di lapangan yang

    digunakan oleh pelaksana pembangunan proyek tersebut. Tabel biaya pada

    pekerjaan pengecoran pelat lantai dan balok dapat dilihat pada Tabel 5.4 seperti di

    bawah ini:

  • 7/24/2019 Produktivitas Concrete

    58/125

    45

    Tabel 5.4 Perhitungan Biaya Riil Pekerjaan Pengecoran Pelat Lantai dan Balok

    No Nama Satuan Jumlah

    Harga Satuan

    (Rp)

    Total

    (Rp)

    A TENAGA KERJA

    1 Mandor Orang 1 100.000 100.000

    2 Kepala Tukang Orang 1 80.000 80.000

    3 Tukang Orang - - -

    4 Pekerja/ Laden Orang 21 70.000 1.470.000

    JUMLAH BIAYA TENAGA KERJA (A) 1.650.000

    B BAHAN

    1 BetonReady Mix m3

    110 700.000 77.000.000